22
PROSESI DAN MAKNA UPACARA DEWA YADNYA DI PURA DALEM MANDUNG Di susun oleh : 1. Ida Ayu Agung Tikayanti ( 050113a021 ) 2. Luh Putu Artina Saridewi Tangkas ( 050113a030 ) PROGRAM STUDY DASAR FARMASI

agama tina.docx

Embed Size (px)

Citation preview

PROSESI DAN MAKNA UPACARA DEWA YADNYA DI PURA DALEM MANDUNG

Di susun oleh :

1. Ida Ayu Agung Tikayanti( 050113a021 )2. Luh Putu Artina Saridewi Tangkas( 050113a030 )

PROGRAM STUDY DASAR FARMASISEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANNGUDI WALUYO UNGARAN2013/2014

KATA PENGANTAR

Puja dan ouji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat rahmatNyalah dan kerja keras penulis dalam mengerjakan makalah ini dengan tepat waktu, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Prosesi dan Makna Upacara Dewa Yadnya di Pura Dalem Mandung.Adapun tujuan dari penulisan makalah ini merupakan tugas kelompok dalam pelajaran agama hindu khususnya materi upacara yadnya. Penulisan makalah ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca dan penulis sendiri, untuk mengetahui rangkaian upacara dewa yadnya khususnya bagi yang beragama hindu.Pada kesempatan ini tidak lupa penilis mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini antara lain :1. Kedua orang tua penulis yang telah mendukung dan membantu dalam penyelesaikan makalah ini2. Teman teman dekat penulis yang senantiasa membantu apabila penulis mengalami kesulitan dalam penyelesaian makalah iniPenulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang nantinya dapat melengkapi kesempurnaan makalah ini.

Ungaran, 29 November 2013

PenulisBAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewa Yadnya adalah merupakan upacara agama hindu dalam hal persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa sehingga dewasa ayu atau hari yang baik dan hari yang harus dihindari dalam upacara ini sangat penting untuk ditinjau. Menurut kalender Bali Digital, sebagai contoh dalam dewasa bulan desember 2011 yang dapat dijabarkan dalam ala ayuning dewasa yaitu sebagai berikut :

Hari yang dipakai: Amerta Akasa, Amerta Buwana, Amerta Dadi, Amerta Dewa, Amerta Dewa Jaya, Amerta Masa, Amerta Pageh, Amerta Wija, Ayu Dana, Ayu Nulus, Buda Gajah, Buda Ireng, Buda Suka, Dewa Stata, Dewa Werdi, Dewasa Mentas, Dewasa Ngelayang, Werdi Suka, Wredhi Guna.

Hari yang dihindari: dalam melakukan upacara dewa yadnya yaitu : Amerta Papageran, Asuasa, Dadig Krana, Dina Carik, Geheng Manyinget, Geni Agung, Kala yang dihindari : Kala Bregala, Kala Dangastra, Kala Garuda, Kala Mretyu, Kala Ngruda, Kala Pati, Kala Pegat, Kala Prawani, Kala Sungsang, Kala Suwung, Kala Temah, Kala Tumpar, Kala Wong, Kaleburau, Macekan Lanang, Mreta Sula, Pamacekan, Panca Prawani, Pati Paten, Purnama Danta, Purwani, Purwanin Dina, Sarik Agung, Uncal Balung.

Mengingat pentingnya upacara ini seperti yang dikutip dari Parisada Hindu Dharma Indonesia tentang Dewa Yadnya, upacara ini merupakan pemujaan atau persembahan sebagai perwujudan bakti kepada Hyang Widhi dalam berbagai manifestasinya, yang diwujudkan dalam bermacam-macam bentuk upakara.Bakti dalam dewa yadnya ini, bertujuan untuk mengucapkan terima kasih kepada Hyang Widhi terhadap hamba-Nya dan mohon Kasih-Nya agar kita mendapatkan berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga kita dapat hidup dengan selamat.Upacara Dewa Yadnya dapat dilaksanakan di Sanggah atau Pemerajan, di Pura atau Khayangan-khayangan dan ditempat-tempat suci yang setingkat dengan itu.Upacara Dewa Yadnya dapat dilakukan pada tiap-tiap hari dan ada pula yang dilakukan secara periodik (berkala). Upacara Dewa Yadnya yang dilakukan setiap hari dapat dilaksanakan dengan melakukan Puja Tri Sandya dan Yadnya Sesa.Sedangkan Upacara Dewa Yadnya yang dilaksanakan secara periodik, dapat dilakukan pada hari-hari tertentu, misalnya kebaktian yang dilakukan pada Hari Galungan, Kuningan, Saraswati, Siwa Ratri, Purnama, Tilem, Piodalan-piodalan dan lain sebagainya, demikian pula dengan mengadakan Tirtha Yatra ke tempat-tempat suci.

1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Apakah dewa yadnya itu ?1.2.2 Bagaimana prosesi pelaksanaan dewa yadnya ?1.2.3 Apakah makna dalam pelaksanaan dewa yadnya ?

1.3 Tujuan Pembahasan 1.3.1 Menjelaskan dewa yadnya1.3.2 Menjelaskan prosesi pelaksanaan dewa yadnya1.3.3 Menjelaskan makna dalam pelaksanaan dewa yadnya

BAB IIPEMBAHASAN

2.1Dewa Yadnya

Pengertian Yadnya

Kata Yadnya berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari akar kata yaj yang artinya memuja, mempersembahkan, atau korban. Kemudian penulisannya diindonesiakan dari Yajna menjadi Yadnya. Dalam kitab Bhagawadgita dijelaskan Yadnya artinya suatu perbuatan yang dilakukan dengan penuh keiklasan dan kesadaran untuk melaksanakan persembahan kepada Tuhan. Yadnya berarti upacara persembahan korban suci. Pemujaan yang dilakukan dengan mempergunakan korban suci sudah barang tentu memerlukan dukungan sikap dan mental yang suci juga.

Tujuan Yadnya

Bila direnungkan tujuan diadakannya sebuah Yadnya yaitu untuk membalas Yadnya yang dahulu dilakukan oleh Ida Sang Hyang Widhi ketika menciptakan alam semesta beserta isinya. Hal tersebut dapat kita lihat dari sloka dibawah ini:

sahayajnah prajah srishtva, paro vacha pajapatih,Anema prasavish dhvam, esha yostvisha kamaduk

Artinya:Pada zaman dulu kala Praja Pati (Tuhan Yang Maha Esa) menciptakan manusia dengan Yadnya dan bersabda. Dengan ini engkau akan mengembang dan akan menjadi kamanduk (memenuhi) dari keinginanmu. Dari sloka di atas dapat kita lihat secara jelas, bahwa kita melaksanakan Yadnya atas dasar Tuhan mengawali menciptakan dunia besrta isinya berdasarkan Yadnuhan itu diteruskan agar kehidupan di dunia ini berlanjut terus dengan saling beryadnya. Bukankah akibat dari Tuhan berbuat Yadnya itu menimbulkan Rnam (hutang). Kemudian agar tercipta hukum keseimbangan, maka hutang itu harus dibayar dengan Yadnya (Tri Rna). Tri Rna ini dalam kehidupan sehari-hari dapat dibayar dengan melaksanakan Panca Yadnya. Dimana Dewa Rna dibayar dengan Dewa Yadnya dan dibayar dengan Bhuta Yadnya, kemudian Rsi Rna dibayar dengan Rsi Yadnya, dan yang terakhir yaitu Pitra Rna dibayar dengan Pitra Yadnya dan Manusa Yadnya. Memang konsep Agama Hindu adalah mewujudkan keseimbangan. Dengan terwujudnya keseimbangan berarti terwujud pula keharmonisan hidup yang didambakan oleh setiap orang di dunia ini. Untuk terwujudnya keseimbangan tersebut dalam Umat Hindu diajarkan Tri Hita Karana yaitu tiga factor yang menyebabkan terwujudnya suatu kebahagiaan.

Berkaitan dengan itu, dalam Bhagawadgita III.2 menyebutkan:

ishtan bhogan hivodeva, donsyante yajna bhavitah,tair dattan apradayabho, yobhunkte stena eca sah

Artinya:Dipelihara oleh Yadnya Para Dewa, akan memberikan kamu kesenangan yang kamu inginkan. Ia yang menikmati pemberian ini, tanpa memberikan balasan kepadanya adalah pencuri.

Selanjutnya seloka Bhagawadgita III.13 menyebutkan:

yajna sisyah sinah santo, nucyanta sarwa kilbisaih,bhujate tuagham papa, ye pacauty atmakatanat

Artinya:Orang yang baik, maka apa yang tersisa dari Yadnya, mereka itu terlepas dari segala dosa, akan tetapi mereka yang jahat yang menyediakan makanan kepentingan sendiri, mereka itu adalah makan dosanya sendiri. Jadi dengan petikan sloka di atas dapat ditegaskan bahwa Yadnya itu bertujuan untuk melangsungkan kehidupan yang berkesinambungan yaitu dengan cara: Membayar Rna (hutang) untuk mencapai kesempurnaan hidup. Melebur dosa untuk mencapai kebebasan yang sempurna.

Fungsi dan Makna YadnyaJika kita lihat dari tujuan pelaksanaan Yadnya yang dijelaskan diatas maka secara umum fungsi daripada Yadnya adalah sebagai sarana untuk mengembangkan serta memelihara kehidupan agar terwujud kehidupan yang sejahtra dan bahagia atau kelepasan yakni menyatu dengan Sang Pencipta.Berdasarkan uraian diatas dapat dijabarkan fungsi dari pelaksanaan Yadnya, yaitu sebagai berikut:1. Sarana untuk mengamalkan Weda

Yadnya adalah sarana untuk mengamalkan Weda yang dilukiskan dalam bentuk symbol-simbol atau niyasa. Yang kemudian symbol tersebut menjadi realisasi dari ajaran Agama Hindu.

2. Sarana untuk meningkatkan kualitas diri

Setiap kelahiran manusia selalu disertai oleh karma wasana. Demikian pula setiap kelahiran bertujuan untuk meningkatkan kualitas jiwatman sehingga tujuan tertinggi yaitu bersatunya atman dengan brahman ( brahman atman aikyam ) dapat tercapai. Dalam upaya meningkatkan kualitas diri, umat Hindu selalu diajarkan untuk buatan baik. Perbuatan baik yang paling utama adalah melalui Yadnya. Dengan demikian setiap yadnya yang kita lakukan hasilnya adalah terjadinya peningkatan kualitas jiwatman.

3. Sebagai sarana penyucian

Dengan sebuah Yadnya sesuatu hal bisa disucikan seperti diadakannya Dewa Yadnya, Bhuta Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya dan Manusa Yadnya yaitu pada bagian-bagian tertentu mengandung makna dan tujuan untuk penyucian atau pembersihan.

4. Sarana untuk terhubung Kepada Ida Sang Hyang Widhi

Yadnya merupakan sarana yang dapat digunakan untuk mengadakan hubungan dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasinya, seperti yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Sarana untuk mengungkapkan rasa terima kasih

Dengan sebuah yadnya seseorang mampu mengungkapkan rasa syukur dan ucapan terimakasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sesame manusia, maupun kepada alam, seperti yang sudah biasa dilakukan dalam penerapan Panca Yadnya.

Panca YadnyaPanca Yadnya terdiri Atas dua kata, yaitu: Panca artinya lima dan Yadnya artinya korban suci atau persembahan suci. Jadi Panca Yadnya adalah lima persembahan suci yang tulus ikhlas.Jenis-jenis Panca Yadnya, yaitu:a. Dewa Yadnya adalah persembahan suci yang ditujukan kepada Sang Hyang Widhi dan para Dewa. Dewa Yadnya biasanya dilakukan di Pura, mrajan, atau di tempat yang bersih, yang memiliki nilai kesucian. Tujuan dari Dewa Yadnya adalah menyampaikan rasa bhakti dan syukur kepada Sang Hyang Widhi atas segala anugerah-Nya.

b. Pitra Yadnya adalah persembahan suci yang ditujukan kepada leluhur dan bhatara-bhatar Tujuannya adalah menyucikan roh-roh leluhur agar mendapat tempat yang lebih baik.

c. Rsi Yadnya adalah persembahan suci yang ditujukan kepada para Rsi dan guru untuk menjaga kesejahteraannya. Rsi adalah orang-orang yang bijaksana dan berjiwa suci. Pendeta atau Sulinggih atau guru dapat juga disebut orang suci karena beliau merupakan orang bijaksana yang memberikan bimbingan kepada murid-muridnya.

d. Manusa Yadnya adalah upacara yang dipersembahkan untuk memelihara hidup, kesempurnaan dan kesejahteraan manusia.

e. Bhuta Yadnya adalah persembahan suci yang ditujukan kepada Bhuta Kala atau makhluk bawahan. Bhuta Kala adalah kekuatan-kekuatan alam yang bersifat negative yang perlu kita lebur (somya) agar kembali pada sifat-sifat positif agar tidak mengganggu ketenangan hidup umat manusia Contoh pelaksanaan Panca Yadnya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:a. Contoh pelaksanaan Dewa Yadnya dalam kehidupan sehari-hari adalah:1. Melakukan Tri Sandhya tiga kali dalam sehari.2. Selalu berdoa terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan.3. Menjaga kebersihan tempat suci.4. Mempelajari dan mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.5. Melaksanakan persembahyangan pada hari-hari suci seperti Purnama atau Tilemb. Contoh pelaksanaan Pitra Yadnya dalam kehidupan sehari-hari adalah:1. Berpamitan pada orang tua ketika akan bepergian2. Menghormati orang tua3. Menuruti nasehat orang tua4. Membantu dengan rela pekerjaan yang sedang dilakukan orang tua5. Merawat orang tua yang sedang sakitc. Contoh pelaksanaan Rsi Yadnya dalam kehidupan sehari-hari adalah:1. Belajar dengan tekun2. Menghormati guru3. Menuruti perintahnya4. Mentaati dan mengamalkan ajarannya5. Memelihara kesejahteraan dan kesehatan orang suci (Sulinggih dan pemangku).d. Contoh pelaksanaan Manusia Yadnya dalam kehidupan sehari-hari adalah:1. Tolong-menolong antar sesame2. Belas kasihan terhadap orang yang menderita3. Saling menghormati dan menghargai antar sesame4. Melaksanakan upacara untuk menyucikan lahir bathin manusia, seperti :

1. Upacara selamatan bayi dalam kandungan.2. Upacara selamatan bayi baru lahir.3. Upacara selamatan bayi berumur 42 hari.4. Upacara selamatan bayi berumur 105 hari.5. Upacara selamatan bayi berumur 210 hari.6. Upacara meningkat dewasa dan potong gigi.7. Upacara perkawinan atau pawiwahan.e. Contoh pelaksanaan Bhuta Yadnya dalam kehidupan sehari-hari adalah:1. Merawat dan memelihara tumbuh-tumbuhan dengan baik2. Merawat binatang peliharaan dengan baik3. Menjaga kebersihan lingkungan4. Menyayangi makhluk lain2.2 Prosesi Pelaksanaan Dewa Yadnya di Pura Dalem

Pada hakikatnya pelaksanaan dewa yadnya adalah peringatan hari kelahiran (hari jadi) sebuah pura, semacam perayaan ulang tahun kalau pada manusia. Kalau pada manusia, hari jadi atau ultahnya diperingati berdasarkan perhitungan saat kelahiran menurut penanggalan (hari, tanggal, bulan dan tahun). Sedangkan kalau untuk pura atau kahyangan peringatan tegak odalan ditentukan berdasarkan perhitungan sasih atau wewaran terutama memadukan sapta wara dan panca wara serta wuku. Jika didasarkan atas perhitungan sasih maka umumnya selalu di kaitkan dengan saat datangnya bulan sempurna (purnama). Sehingga odalan atau piodalan yang berdasarkan sasih selalu mangambil saat purnama. Maka begitulah banyak pura yang tegak odalannya jatuh pada Purnama dengan sasih yang berbeda-beda, dan datangnya setiap setahun sekali. Sementara itu apabila didasarkan atas perhitungan wewaran dan wuku, maka tegak odalan sebuah pura akan dating 210 hari sekali. Kemudian setelah diketahui dasar-dasar perhitungan tegak odalan, maka untuk menjatuhkan satu pilihan lagi odalan sebuah pura ditentukan atau diputuskan berdasarkan waktu atau saat diadakan upacara pemelaspas atau ngenteg lingih dari pura tersebut. Kapan saat pemelaspas atau ngenteg linggihnya, saat itulah biasanya dijadikan sebagai tegak odalan berikutnyaUrut-urutan piodalan sebagai berikut:1. Membuat tirta-tirta (dengan petunjuk surya sewana), yaitu tirta pelukatan/ pebersihan. Atau kalau belum bisa, agar memohon tirta pelukatan/ pebersihan, tirta banten, tirta penugrahan, tirta caru dari Geria Ida Sang Wiku.2. Mereresik dengan sarana yang ada, apakah pedudusan alit, atau madya.3. Mepiuning ring Sanggar Surya4. Mecaru (menurut jenis caru yang tersedia)5. Nuwur/ nedunang Ida Bhatara6. Nyuciang Ida Bhatara dengan banten kalahyas, prayascita, durmenggala.7. Ngelinggihang Ida Bhatara8. Ngaturang ayaban/ wali9. Muspa10. Mewangsuhpada/ mabija11. Parama santhi.2.3 Makna Pelaksanaan Upacara Dewa Yadnya di Pura Dalem Membuat tirta-tirta (dengan petunjuk surya sewana), yaitu tirta pelukatan/ pebersihan. Atau kalau belum bisa, agar memohon tirta pelukatan/ pebersihan, tirta banten, tirta penugrahan, tirta caru dari Geria Ida Sang Wiku.Makna dari membuat tirta adalah simbul dari permohonan berkah dari Tuhan atau ISWW yang berstana di pura tersebut. Mereresik dengan sarana yang ada, apakah pedudusan alit, atau madya.Makna dari mereresik adalah membersihkan lingkungan pura, selain itu juga pada saat mereresik segala alat-alat sarana prasarana upacara dan upakara juga disucikan atau dibersihkan dengan tirta yang telah dibuat. Mepiuning ring bhatara-bhatari yang berstana di pura dalemMakna mepiuning : mohon ijin agar diberikan tuntunan atas apa yang dilaksanakan. Mecaru (menurut jenis caru yang tersedia)Makna dari mecaru adalah : nyomiang bhuta maknanya adalah menetralisir hal yang bersifat negative menjadi positif ( nyomiang bhuta menadi dewa). Nuwur/ nedunang Ida BhataraMakna dari mecaru adalah : adalah sama dengan Ida Bathara turun Kabeh maknanya adalah Ida Bathara yang berstana di Kyangan setempat agar tedun ( turun) memberikan sinar suci dalam rangka upacara yang dilaksanakan.

Nyuciang Ida Bhatara dengan banten kalahyas, prayascita, durmenggala.Makna dari nyuciang bhatara adalah : membersihkan lingkungan sekitar agar pada saat Ida Bathara turun ( Tedun ) tempat tersebut sudah bersih dari hal yang bersifat negatif. Ngelinggihang Ida BhataraMakna dari ngelinggihan ida bhatara : mengembalikan Ida Bathara ke posisinya masing masing. Ngaturang ayaban/ waliMakna dari ngaturang ayaban : sebagai perwujudan terima kasih atau sujud bhakti melalui upacara ayaban. MuspaMakna dari muspa adalah : sebagai wujud rasa bhakti serta terima kasih kita kehadapan ISHWW dan memohon anugrah dari Beliau. Mewangsuhpada/ mabijaMakna dari mewasuhpada adalah : symbol dari berkah dan berkat. Parama santhi.Makna dari paramasanthia adalah : menghanturkan terima kasih kehapan ISHWW.

BAB IIIPENUTUP

3.1 Simpulan 3.1.1 Yadnya artinya suatu perbuatan yang dilakukan dengan penuh keiklasan dan kesadaran untuk melaksanakan persembahan kepada Tuhan. Yadnya berarti upacara persembahan korban suci. Pemujaan yang dilakukan dengan mempergunakan korban suci sudah barang tentu memerlukan dukungan sikap dan mental yang suci juga. Bila direnungkan tujuan diadakannya sebuah Yadnya yaitu untuk membalas Yadnya yang dahulu dilakukan oleh Ida Sang Hyang Widhi ketika menciptakan alam semesta beserta isinya. Yadnya yang dijelaskan diatas maka secara umum fungsi daripada Yadnya adalah sebagai sarana untuk mengembangkan serta memelihara kehidupan agar terwujud kehidupan yang sejahtra dan bahagia atau kelepasan yakni menyatu dengan Sang Pencipta yang dilaksanakan sebagai Sarana untuk mengamalkan Weda, Sarana untuk meningkatkan kualitas diri , Sebagai sarana penyucian , Sarana untuk terhubung Kepada Ida Sang Hyang Widhi , Sarana untuk mengungkapkan rasa terima kasih. Adapun jenis jenis panca yadnya adalah dewa yadnya , pitra yadnya , manusa yadnya , bhuta yadnya , rsi yadnya.3.12Prosesi pelaksanaan dewa yadnya antara lain yaitu : 1.Membuat tirta-tirta (dengan petunjuk surya sewana), yaitu tirta pelukatan/ pebersihan. Atau kalau belum bisa, agar memohon tirta pelukatan/ pebersihan, tirta banten, tirta penugrahan, tirta caru dari Geria Ida Sang Wiku, 2.Mereresik dengan sarana yang ada, apakah pedudusan alit, atau madya, 3.Mepiuning ring Sanggar Surya, 4.Mecaru (menurut jenis caru yang tersedia), 5.Nuwur/ nedunang Ida Bhatara, 6.Nyuciang Ida Bhatara dengan banten kalahyas, prayascita, durmenggala, 7.Ngelinggihang Ida Bhatara, 8.Ngaturang ayaban/ wali, 9.Muspa, 10.Mewangsuhpada/ mabija, 11.Parama santhi.3.1.2 Makna dari setiap prosesi pelaksanaan dewa yadnya yaitu : Makna dari membuat tirta adalah simbul dari permohonan berkah dari Tuhan atau ISWW yang berstana di pura tersebut. Makna dari mereresik adalah membersihkan lingkungan pura, selain itu juga pada saat mereresik segala alat-alat sarana prasarana upacara dan upakara juga disucikan atau dibersihkan dengan tirta yang telah dibuat. Makna mepiuning : mohon ijin agar diberikan tuntunan atas apa yang dilaksanakan. Makna dari mecaru adalah : nyomiang bhuta maknanya adalah menetralisir hal yang bersifat negative menjadi positif ( nyomiang bhuta menadi dewa). Makna dari mecaru adalah : adalah sama dengan Ida Bathara turun Kabeh maknanya adalah Ida Bathara yang berstana di Kyangan setempat agar tedun ( turun) memberikan sinar suci dalam rangka upacara yang dilaksanakan. Makna dari nyuciang bhatara adalah : membersihkan lingkungan sekitar agar pada saat Ida Bathara turun ( Tedun ) tempat tersebut sudah bersih dari hal yang bersifat negatif. Makna dari ngelinggihan ida bhatara : mengembalikan Ida Bathara ke posisinya masing masing. Makna dari ngaturang ayaban : sebagai perwujudan terima kasih atau sujud bhakti melalui upacara ayaban. Makna dari muspa adalah : sebagai wujud rasa bhakti serta terima kasih kita kehadapan ISHWW dan memohon anugrah dari Beliau. Makna dari mewasuhpada adalah : symbol dari berkah dan berkat. Makna dari paramasanthia adalah : menghanturkan terima kasih kehapan ISHWW. Makna dari mewasuhpada adalah : symbol dari berkah dan berkat. Makna dari paramasanthia adalah : menghanturkan terima kasih kehapan ISHWW

3.2 Saran Dengan adanya makalah ini agar pembaca lebih bisa memaknai dan mengetahui prosesi sekaligus makna yang terkandung dalam pelaksanan dewa yadnya ini . khususnya bagi umat hindu sedharma agar bisa dijadikan panutan dan di terapkan dalam kehidupan sehari hari.

DAFTAR PUSTAKA

http://congkodok.blogspot.com/2013/01/upacara-yadnya.html

http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=474&Itemid=96

http://www.parissweethome.com/bali/cultural_my.php?id=7

http://delyylovina.blogspot.com/2012/11/upacara-dewa-yadnya-pada-hari-raya.html

http://www.hindubatam.com/upacara/dewa-yadnya/tata-upacara.html

http://sejarahharirayahindu.blogspot.com/2011/12/dewa-yadnya.html

http://dwi-marsayella.blogspot.com/2013/01/makalah-yadnya-agama-hindu.html