29

Agama Dan Ilmu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

M

Citation preview

Hadits tentang hukum menuntut ilmu

 •  )) �لع�ل�م� ا ط�ل�ب� ع�ب�د�ال�ب�ر اب�ن� اه� و� ر�

ة% ل�م� م�س� و� ل�م% م�س� ك�ل* ع�ل�ى ة. ر�ي�ض� ف�•     Artinya :Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat”(HR. Ibnu Abdil Bari)

Setiap orang jika ingin mengembangkan diri dan memperoleh

kemajuan yang harus ditempuh adalah pendidikan. Kadar

kualitas suatu bangsa sangat tergantung pada kualitas

pendidikan warganya. Untuk mengukur daya saing suatu

bangsa ada 3 hal, yaitu :

1.Tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi suatu

bangsa

2.Kemampuan manajemen suatu bangsa

3.Kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM)

Untuk meningkatkan daya saing, ukurannya adalah pendidikan.

Saat ini output dunia pendidikan tidak sebatas nilai normatif

saja, namun bagaimana membekali anak didik dengan

kompetensi atau keterampilan.

Ilmu itu sangat penting bagi kehidupan manusia.

Dengan ilmu manusia dapat mengetahui segala hal

termasuk mengetahui  kebesaran dan kekuasaan Allah,

sehingga dengan begitu manusia dapat selalu dekat

dengan Sang Maha Penciptanya. Karena dengan ilmu itu

manusia dapat mengetahui kedudukannya di hadapan

Allah dan bagaimana ia harus berbuat. Disamping itu,

dengan ilmu pula manusia dapat mengetahui rahasia –

rahasia ciptaan Allah, sehingga ia dapat melaksanakan

fungsi- fungsi kekhalifahannya di bumi, yakni

memanfaatkannya untuk kesejahteraan hidup manusia di

dunia dan di akhirat.

Karena itu dalam hadits di atas Rasulullah SAW

mengajarkan kepada kita, ”jika manusia ingin mendapatkan kehidupan yang baik di dunia hendaknya diraih dengan ilmu, jika menginginkan kehidupan yang baik di akhirat hendaknya dengan ilmu, dan jika menginginkan kedua-duanya juga hanya bisa diraih dengan ilmu.”

            Allah juga menjelaskan melalui firmanNya dalam QS. An

Nahl: 89, yang artinya: Dan kami turunkan

kepadamu Al-kitab (Al qur’an) untuk

menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk

serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-

orang yang berserah diri. Ayat diatas bermakna

bahwa seluruh permasalahan yang dihadapi oleh umat muslim,

baik yang lalu maupun yang akan datang, alternatif

pemecahannya semua telah tertuang dalam Al qur’an. Oleh

sebab itu agar kita dapat menemukan berbagai pemecahan

masalah dalam Al qur’an yang dimaksud, maka kita harus

memperbaiki dan menyempurnakan cara membaca kitab suci

tersebut.

Dalam arti bahwa Al qur’an dibaca secara

perlahan, dalam suasana yang tenang, dan

penuh konsentrasi. Sebab setiap ayat dari Al

qur’an mengandung arti tersendiri. Hal inilah

yang membedakan Al qur’an dengan buku

karangan manusia manapun didunia ini. Oleh

sebab itu Allah swt menggariskan bahwa umat

islam harus memiliki pengetahuan agama yang

cukup.

Menuntut ilmu sangat diwajibkan bagi setiap orang Islam

tanpa terkecuali, baik laki-laki, perempuan, tua maupun muda.

Menuntut ilmu disini mengandung makna yang sangat luas,

yaitu mencari ilmu pengetahuan melalui proses belajar, baik

melalui bimbingan orang lain (guru) maupun secara mandiri

atau otodidak. Belajar secara mandiri dapat dilakukan dengan

membaca, mengamati dan mempelajari suatu ilmu tanpa

bantuan orang lain (guru). Tetapi harus diingat, tidak semua

ilmu itu dapat dipelajari secara sendiri. Hal itu di samping

karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki individu itu

sendiri sehingga butuh bantuan orang lain yang lebih ahli, juga

dikarenakan adanya ilmu yang dalam mempelajarinya harus

melalui bimbingan guru / mursyid, terutama dalam belajar

membaca Al-qur’an, aqidah dan ubudiyah.

Kewajiban menuntut ilmu bagi setiap umat Islam itu

berlaku sepanjang hayat atau dikenal dengan istilah long

life education. Dalam hadits tersebut, Rasulullah

memerintahkan untuk menuntut ilmu  sejak masih dalam

ayunan / buaian (ibu) sampai  ke liang lahat (meninggal).

Sehingga hanya kematianlah yang mampu menghentikan

kewajiban seorang muslim dalam menuntut ilmu. Dengan

demikian, dalam menuntut ilmu tidak ada istilah “sudah

tua”. Boleh saja pendidikan formal lewat bangku sekolah

atau kuliah telah selesai, tetapi kegiatan belajar kepada

siapapun dan dimanapun harus tetap dilaksanakan hingga

akhir hayat, baik di keluarga, pengajian di masjid, majlis-

majlis taklim, dan lain sebagainya.

Islam memang tidak membatasi tempat

di mana kita harus mencari ilmu. Dimanapun

keberadaan ilmu, Islam memerintahkan untuk

mencarinya, sekalipun sampai ke negeri Cina

sebagaimana ditegaskan dalam hadits di atas,

yaitu “ carilah ilmu meskipun

sampai ke negeri  Cina”.

Hadits tersebut juga mengisaratkan bahwa menuntut ilmu itu harus mau bersusah payah.

Betapa tidak ?

Coba renungkan !!!!!!!

Perjalanan dari Tanah Suci ke Cina saat itu dapat berlangsung

berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, serta banyak rintangan yang

harus dilalui seperti badai gurun pasir, banyaknya penyamun, sulitnya

membawa perbekalan, dan belum lagi sulitnya memenuhi keperluan hidup

selama belajar di rantau, karena saat itu belum ada sarana pengiriman

uang lewat wesel atau tansfer lewat Bank maupun barang lewat kiriman

paket seperti sekarang. Tentu perintah Rasulullah SAW tersebut baru

dapat terlaksana bila yang bersangkutan mempunyai kebulatan niat yang

kuat, keuletan yang tinggi, punya sifat kemandirian, dan kerja keras.

Sehingga melalui pesan hadits itu seolah-olah Rasulullah SAW  ingin

berpesan kepada kita semua bahwa belajar itu harus didasari oleh niat

yang kuat, keuletan, kemandirian, dan kerja keras atau mau bersusah

payah dan tidak manja. Karena itu pula dalam hadits di atas Rasululllah

SAW menyejajarkan kedudukan orang yang menuntut ilmu  sama dengan

orang yang sedang jihad fisabilillah.

Selain niat yang kuat, ulet, mandiri, dan

kerja keras, hal lain yang tidak boleh

dikesampingkan dalam menuntut ilmu adalah

hormat dan berlaku baik kepada guru

sebagaimana yang tersebut dalam sabda

Rasulullah SAW di atas. Menurut Imam Az-Zarnuji

dalam Kitab “Ta’limul Muta’allim” salah satu

penyebab tidak manfaatnya ilmu yang dimiliki oleh

para generasi sekarang adalah kurang tawadhu’

atau kurang hormatnya siswa kepada guru

Indikasi tidak bermanfaatnya ilmu itu adalah ilmu

yang dimilikinya itu tidak mampu mendekatkannya kepada

Allah dan tidak melahirkan kepatuhan kepada-Nya, bahkan

semakin menjauhkannya dengan Allah, serta tidak dapat

mendatangkan kemanfaatan bagi orang banyak, bahkan

sebaliknya seringkali merugikannya. Akibatnya seperti

yang dapat kita lihat di negeri ini, banyak orang pinter yang

pada akhir karirnya tidak selamat akibat olahnya sendiri.

Na’udzu billahi min Dzalika. Sebaliknya seorang yang

manfaat ilmunya, ia akan memiliki kemantapan iman serta

patuh dan tawadhu’ kepada Allah.

kewajiban manusia adalah

mengamalkan segala ilmu yang telah

diperolehnya, sehingga menjadi ilmu yang

bermanfaat, baik untuk dirinya sendiri

maupun untuk orang lain. Dalam arti bahwa

agar ilmu yang dimaksud bermanfaat bagi

orang lain, maka hendaknya ilmu yang

dimaksud diajarkan kepada orang yang

benar-benar membutuhkannya, baik secara

lisan maupun tertulis.

Nabi Muhammad saw sendiri diutus oleh Allah kedunia ini

adalah untuk mengajarkan islam kepada umat manusia.

Sebagaimana sabda Nabi dalam HR. Abu Musa, yang artinya:

“Perumpamaan Allah yang maha mulia lagi maha agung dalam

mengutusku untuk menyampaikan petunjuk dan ilmu, adalah

seperti tetesan hujan yang membasahi bumi. Bumi tersebut

sebagian lahannya ada yang subur, sehingga bisa menyerap air

serta menumbuhkan rerumputan dan sebagian lagi berupa tanah-

tanah gundul yang dapat menahan air, lalu Allah memberikan

manfaatnya kepada manusia, sehingga mereka dapat meneguk

air, memberi minum, dan menggembala ternaknya di tempat itu.

Tetesan air hujan tersebut juga bisa jatuh di lahan yang lain, yaitu

lahan gersang yang sama sekali tidak dapat menahan air dan

tidak dapat menumbuhkan rerumputan.

Itu semua adalah perumpamaan orang yang pandai (tahu)

tentang agama Allah dan memanfaatkannya setelah Aku diutus oleh

Allah. Dia tahu dan mau mengajarkan yang diketahuinya. Juga

perumpamaan orang yang keras kepala, yang tidak mau menerima

petunjuk Allah yang karenanya Aku diutus”. Hadist ini bermakna

bahwa apabila Allah tidak membangkitkan Rasul kedunia, maka

tentunya manusia akan menjadi bodoh sepanjang hayatnya.

Walaupun sebenarnya manusia memiliki akal atau pikiran yang

sempurna dan mampu menghasilkan berbagai ilmu pengetahuan,

namun masih ada hal-hal yang tidak dapat dijangkau oleh manusia,

diluar akal sehatnya. Oleh sebab itu untuk mengatasi ketimpangan

yang akan diperbuatnya nanti, Allah swt mengutus Nabi Muhammad

saw ke dunia ini, agar umat islam dapat berpikir lebih jernih, sesuai

perintah Allah yang tertuang dalam kitab suci Al qur’an.

Firman Allah SWT :

“Dan agar orang-orang yg telah

diberi ilmu meyakini al-Qur’an

itulah yang hak (petunjuk yang

benar) dari Tuhanmu, lalu mereka

beriman dan tunduk hati mereka

kepada-Nya.” (QS.al-Hajj/22: 54).

Hadits di atas juga menerangkan tentang

berbagai keutamaan yang diberikan Allah SWT

kepada orang yang mau menuntut ilmu,

diantaranya diampuni dosa-dosanya oleh Allah

SWT karena semua makhluk di dunia ini termasuk

semua binatang yang hidup di lautan

memohonkan ampun kepadanya,  dimudahkan

jalan baginya oleh Allah SWT jalan menuju surga,

serta dinaungi dan dimuliakan oleh malaikat

dengan mau meletakkan sayapnya untuk jalan

orang yang menuntut ilmu.

Selain itu Allah juga akan mengangkat derajat orang

yang  beriman dan berilmu lebih tinggi beberapa derajat

daripada orang yang tidak berilmu. Dalam sebuah hadits

disebutkan, bahwa  Nabi Muhammad SAW memberikan

perumpaan keutamaan seorang yang alim (berilmu) dengan

seorang abid (ahli ibadah) itu diperumpamakan

perbandingannya antara bulan dengan bintang. Perumpamaan

Nabi tersebut sangat masuk akal, sebab seorang yang alim itu

 memiliki ilmu yang manfaatnya tidak terbatas hanya bagi

dirinya, tetapi juga dapat dirasakan bagi orang lain, baik 

melalui pengajaran yang diberikan atau membaca karya

tulisnya. Sedangkan ibadahnya abid manfaatnya terbatas

hanya pada  dirinya.

Dalam Al-Qur`an Allah juga berulang-ulang

menegaskan akan meninggikan orang-orang

yang beriman di antara kamu dan orang-

orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa

derajat.  Allah juga mengingatkan kepada

manusia untuk berfikir dan merenungkan,

apakah sama orang-orang yang mengetahui

dengan orang-orang yang tidak mengetahui.  

1.      Hai orang-orang yang beriman, apabila

dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam

majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan

memberi kelapangan untukmu. Dan apabila

dikatakan: “Berdirilah kamu maka berdirilah,

niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang

beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi

ilmu pengetahuan beberapa derajad. Dan Allah

maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. [QS. Al

Mujaadilah: 11].

2.  (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih

beruntung) ataukah orang yang beribadah di

waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri,

sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan

mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:

“Adakah sama orang-orang yang mengetahui

dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”

Sesungguhnya orang yang berakallah yang

dapat menerima pelajaran. [QS. Az Zumar: 9].

3. Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasannya

kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga

malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan

(demikian pula) segolongan dari orang-orang yang

bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam

dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali

tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu, maka

Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu

bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al qur’an.

 

Dia mengetahui bahwa akan ada diantara kamu orang-

orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka

bumi mencari sebagian karunia Allah swt; dan orang-orang

yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah

apa yang mudah (bagimu) dari Al qur’an dan dirikanlah

sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman

kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja

yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu

memperoleh (balasan)nya disisi Allah sebagai balasan yang

paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah

ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah maha

pengampun lagi maha penyayang. [QS. Al-Muzzammil: 20].

Sesungguhnya keutamaan menuntut ilmu sangat

banyak, ini merupakan beberapa faedah dari hadits di atas :

• Allah memudahkan jalan ke sorga bagi orang yang menuntut

ilmu.

• Malaikat membentangkan sayap-sayap mereka karena ridha

terhadap thalibul ilmi.

• Seorang ‘alim dimintakan ampun oleh siapa saja yang ada di

langit dan di bumi, dan oleh ikan-ikan di dalam air.

• Keutamaan seorang ‘alim atas ahli ibadah seperti keutamaan

bulan purnama daripada seluruh bintang-bintang.

• Para ulama itu pewaris para Nabi.

Manusia masa depan diharapkan mempunyai :

a.Penguasaan keterampilan ilmu dasar (baca, tulis, hitung)

b.Akal yang unggul dan cerdas

c.Kemampuan mengelola SDM

d.Kemampuan memanfaatkan informasi

e.Kemampuan menggunakan sistem dan teknologi modern

Generasi masa depan harus memiliki sifat :

a.Jujur d. Disiplin tinggi

b.Bermoral tinggi e. Memiliki jiwa wirausaha

c.Peka pada masalah sosial

Semoga Alloh memberikan semangat kepada kita semua untuk menuntut ilmu agama dan mengamalkannya, sehingga

meraih kesuksesan di dunia dan akhirat. 

Semoga Alloh memberikan semangat kepada kita semua untuk menuntut ilmu agama dan mengamalkannya, sehingga

meraih kesuksesan di dunia dan akhirat. 

Wassalamualaikum Terima Kasih Kepada

Dosen PembimbingDra. Nyimas Nurkhotimah, M.KesCopy Right

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

JURUSAN GIZI

2012/2013

^.^