28
BAB I APPARATUS FLUID FLOW 1.1. Tujuan Percobaan Mengukur transportasi fluida yang meliputi: - Kecepatan aliran fluida - Head loss karena faktor gesekan dalam pipa lurus, fitting, sudden contraction, sudden enlargement, dan valve. 1.2. Tinjauan Pustaka Fluida ialah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi) secara permanen. Bila kita mencoba mengubah bentuk suatu massa fluida, maka di dalam fluida itu akan terbentuklah lapisan-lapisan dimana lapisan yang satu meluncur di atas yang lain, hingga mencapai suatu bentuk baru. Selama perubahan bentuk itu, terdapat tegangan gesek (shear stress), yang besarnya bergantung pada viskositas fluida dan laju luncur. Tetapi, bila fluida itu sudah mendapatkan bentuk akhirnya, semua tegangan geser ituakan hilang. Fluida yang dalam keseimbangan itu beba dari segala tegangan geser (McCabe, 1986). Pada dinamika fluida, fluida berada dalam suatu gerakan. Umumnya, fluida tersebut berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan perangkat mekanis seperti pompa atau blower, dengan pengaruh gravitasi atau tekanan dan mengalir melewati sistem perpipaan atau peralatan proses. Persamaan umum pada neraca massa atau material adalah sebagai berikut (hukum kekekalan massa): 1

AFF

Embed Size (px)

DESCRIPTION

AFF

Citation preview

Page 1: AFF

BAB I

APPARATUS FLUID FLOW

1.1. Tujuan Percobaan

Mengukur transportasi fluida yang meliputi:

- Kecepatan aliran fluida

- Head loss karena faktor gesekan dalam pipa lurus, fitting, sudden

contraction, sudden enlargement, dan valve.

1.2. Tinjauan Pustaka

Fluida ialah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi) secara

permanen. Bila kita mencoba mengubah bentuk suatu massa fluida, maka di dalam

fluida itu akan terbentuklah lapisan-lapisan dimana lapisan yang satu meluncur di atas

yang lain, hingga mencapai suatu bentuk baru. Selama perubahan bentuk itu, terdapat

tegangan gesek (shear stress), yang besarnya bergantung pada viskositas fluida dan laju

luncur. Tetapi, bila fluida itu sudah mendapatkan bentuk akhirnya, semua tegangan

geser ituakan hilang. Fluida yang dalam keseimbangan itu beba dari segala tegangan

geser (McCabe, 1986).

Pada dinamika fluida, fluida berada dalam suatu gerakan. Umumnya, fluida

tersebut berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan

perangkat mekanis seperti pompa atau blower, dengan pengaruh gravitasi atau tekanan

dan mengalir melewati sistem perpipaan atau peralatan proses. Persamaan umum pada

neraca massa atau material adalah sebagai berikut (hukum kekekalan massa):

Input = output + akumulasi

Pada fluida mengalir dengan keadaan steady state, akumulasinya adalah nol sehingga

diperoleh:

laju input = laju output

Gambar 1.1. Kesetimbangan massa pada sistem aliran

1

Page 2: AFF

Gambar 1.1. menunjukkan fluida masuk pada suatu area A1, dengan kecepatan v1, dan

densitas ρ1 kemudian fluida keluar pada area A2 dengan kecepatan rata-rata v2. Hukum

kekekalan massa menjadi:

m = ρ1 A 1 v1= ρ2 A 2 ......................................(1.2.1.)

Angka Reynold (NRe) adalah parameter dari pengukuran tipe aliran yang tidak

berdimensi atau tidak mempunyai satuan. Angka Reynold ini dugunakan untuk

menentukan tipe-tipe aliran yang terjadi pada fluida. Adapun rumus dari perhitungan

tentan bilangan Reynold adalah:

NRe=D .v . ρ

μ ..................................................................................(1.2.2.)

Macam-macam aliran fluida berdasarkan bilangan Reynold:

- Laminar

Merupakan tipe aliran yang mempunyai kecepatan rendah dan tidak terlihat

mengalami aliran. Pada aliran laminar mempunyai bilangan Reynold (NRe) < 2100

Gambar 1.2. Percobaan Reynold untuk jenis aliran laminar

- Turbulent

Merupakan tipe aliranyang mempunyai kecepatan tinggi dan terlihat arus alirannya

pada permukaan pipa. Pada aliran ini mempunyai bilangan Reynold (NRe) > 4000.

Gambar 1.3. Percobaan Reynold untuk jenis aliran turbulen

1

Page 3: AFF

- Transisi

Merupakan aliran yang berada diantara aliran laminar dan aliran turbulent. Pada

aliran ini mempunyai bilangan Reynold (NRe) diantara 2100 – 4000.

Pipe (pipa) adalah komponen yang bebentuk silender berlubang yang

digunakan untuk membawa fluida atau mengalirkan tekanan fluida. Tebal pipa

pada umumnya ditentukan dalam sebutan schedule number. Material yang

umum digunakan pada pipa untuk industri ialah baja karbon (carbon steel),

namum dalam pembuatannya umumnya merupakan campuran dari berbagai

unsur logam, seperti karbon, phosphor, mangan, nikel, chrom, alumunium,

vanadium dan campuran lainnya. Cara termudah dalam mengelompokkan ialah

dengan menetapkan jumlah karbondari setiap kelasnya antara 0,05-1 % dari

beratnya, sehingga pengelompokannya menjadi:

- Low carbon steel, 0.05-0.25 % karbon

- Medium carbon steel, 0.25-0.5 % karbon

- High carbon steel, 0.5 % dan lebih kandungan karbon (Anonim).

Head loss adalah tekanan yang hilang karena adanya friksi dalam pipa. Rumus umum

head loss adalah:

hL=F f=4f× L×v2

2D .............................................(1.2.3.)

Macam-macam head loss pada sistem perpipaan:

1. Head loss karena adanya pembesaran diameter pipa (sudden enlargement losses)

Head loss terjadi karena adanya fluida yang dialirkan pada pipa kecil yang tiba-tiba

membesar sehingga terjadi friksi (gesekan).

Kex=(1−A1

A2

)2

..........................................(1.2.4.)

hex=K ex×v1

2

2α ............................................(1.2.5.)

2. Head loss karena adanya pengecilan diameter pipa (sudden contraction losses)

Head loss terjadi karena adanya fluida yang dialirkan pada pipa besar yang tiba-tiba

mengecil sehingga terjadi friksi (gesekan).

Kc=0,55×(1−A2

A1

)...................................(1.2.6.)

1

Page 4: AFF

hc=Kc×v2

2

2α ..........................................(1.2.7.)

3. Head loss karena adanya sambungan pipa (fitting)

Head loss dapat mengganggu aliran normal fluida karena banyaknya gesekan yang

terjadi di setiap sambungan pipa (fitting) (Geankoplis, Christie J., 1997).

h f=K f ×v1

2

2 ................................................(1.2.8.)

Fitting merupakan komponen perpipaan yang berfungsi sebagai penyambung

pipa dengan pipa, merubah arah pipa, membuat cabang pipa, memperkecil ukuran

perpipaan, dll. Ada beberapa macam jenis fitting, yaitu:

˗ Elbow

Elbow adalah jenis fitting yang digunakan untuk merubah arah perpipaan secara

menyudut 45 atau 90 derajat.

Gambar 1.4. Fitting Elbow 45O dan 90O

˗ Tee

Tee adalah jenis fitting 3 lubang (3-way fitting) yang berbentuk seperti

huruf “T” digunakan untuk membuat cabang tegak lurus terhadap pipa utama.

Gambar 1.5. Fitting Tee

˗ Reducer

Reducer adalah jenis fitting yang digukanan untuk mereduksi ukuran

perpipaan.

1

Page 5: AFF

Gambar 1.6. Fitting Reducer

˗ Cap

Cap adalah jenis fitting yang digunakan untuk menutup ujung pipa. Metode

sambungan bisa berupa : butt weld, socket weld, treaded.

Gambar 1.7. Fitting Cap

˗ Weldolet

Weldolet adalah jenis fitting yang digunakan untuk membuat cabang dengan

ukuran lebih kecil dari pipa utamanya. Weldolet biasanya dipakai pada

perpipaan dengan tekanan dan temperature tinggi dimana sambungan las dengan

tipe buttweld.

Gambar 1.8. Fitting Weldolet

˗ Mitre

Mitre kadang-kadang digunakan untuk menggantikan elbow. Mitre difabrikasi

dari material pipa. Pemakaian untuk ukuran pipa besar bisa lebih murah dari

pada Miter biasanya dipakai untuk perpipaan dengan ukuran besar dan tekanan

rendah.

1

Page 6: AFF

Gambar 1.9. Fitting Mitre

˗ Coupling

Coupling adalah jenis fitting yang digunakan untuk membuat cabang ( half

coupling ) pada pipa dengan ukuran 2” ke atas dan untuk menyambung pipa

lurus ( full coupling ). Metode sambungan bisa berupa : Socket weld, dan treaded.

Gambar 1.10. Fitting Coupling

˗ Plug

Plug adalah jenis fitting yang digunakan untuk menutup bagian ujung yang

terbuka dari coupling atau ujung valve dari vent atau drain.

Gambar 1.11. Fitting Plug

˗ Union

Union pada dasarnya digunakan untuk keperluan melepas fitting dan dalam

beberapa kasus digunakan untuk menyambung (assembly) perpipaan.

Gambar 1.12. Fitting Union (Anonim).

1

Page 7: AFF

4. Head loss karena adanya valve

Head loss dapat mengganggu aliran normal fluida karena banyaknya gesekan yang

terjadi di setiap valve (Geankoplis, Christie J., 1997).

hv=K v×v1

2

2 ..............................................(1.2.9.)

Valve digunakan secara luas dalam sistem perpipaan untuk memotong, mengalihkan,

atau mengatur aliran fluida. Pengoperasian valve bisa secara manual maupun secara

otomatis melalui sinyal dari alat kontrol. Ada beberapa jenis valve antara lain:

- Gate Valve

Gate valve didesain untuk mengisolasi sistem perpipaan. Pada umumnya valve ini

dioperasikan pada posisi disk terbuka penuh atau menutup penuh. Gate valve

dianjurkan untuk tidak digunakan sebagai pengatur atau mencekek (throttling)

aliran fluida karena fungsi kontrolnya tidak akurat.

- Check valve

Check valve didesain untuk mencegah aliran balik (back flow) dalam sistem

perpipaan.

- BalL valve (Globe)

Ball valve adalah valve dengan seperempat putaran dan sangat cocok untuk gas,

udara bertekanan, cairan, dan servis campuran antara cair dan padat (slurry).

Pemakaian material soft-seat seperti nylon, delrin, karet sintetik, dan fluorinate

polymers memberikan kemampuan sealing yang bagus (Anonim).

5. Head loss karena friksi di pipa lurus

Head loss terjadi karena adanya friksi antara fluida dan permukaan pipa yang lurus.

H f=4×f ×ΔL× v2

2D ..........................................(1.2.10.)

1

Page 8: AFF

Jenis-jenis alat ukur laju fluida cair yaitu:

1. Manometer Pipa U

Gambar 1.13. Manometer pipa U

Hubungan antara pA (tekanan pada titik 1) dan pB (tekanan pada titik 2) dibuat

dengan jalan:

˗ Menentukan tekanan pada titik 2

p2 = pa +(Z + R) ρB g..........................................(1.2.11.)

˗ Menggunakan prinsip hidrostatik (p2 = p3)

p3 = pb + ZρBg + RρAg .................................... (1.2.12.)

pa - pb = R (ρA - ρB)g...........................................(1.2.13.)

2. Pitot Tube

Pitot Tube sering digunakan untuk mengukur kecepatan lokal fluida (Local Velocity)

pada sebuah titik aliran fluida yang mengalir tetapi bukan kecepatan rata-rata dalam

pipa.

Gambar 1.14. Diagram pitot tube: (a) simple tube, (b) tube with static pressure holes.

1

Page 9: AFF

3. Venturi Meter

Venturi meter biasanya langsung dimasukkan ke dalam saluran pipa. Sebuah

manometer atau perangkat lain yang dihubungkan untuk mengukur perbedaan

tekanan p1-p2 antara titik yang berbeda, titik 1 dan titik 2.

Gambar 1.15. Venturi flow meter

4. Orrifice Meter

Prinsip kerja Orrifice meter hampir sama dengan Venturi meter, tetapi pada Orrifice

meter akan menghasilkan head loss atau power loss yang lebih besar.

Gambar 1.16. Orifice flow meter

5. Aliran pada saluran terbuka dan berbentuk Bendungan

Aliran pada saluran terbuka dan berbentuk bendungan yaitu sebuah dam yang

mengalirkan air diatasnya. ada 2 tipe yaitu tipe Rectangular dan Triangular.

Gambar 1.17. Tipe – tipe bendungan: (a) rectangular, (b) triangular (Geankoplis, Christie J.,

1997).

1

Page 10: AFF

1.3. Variabel Percobaan

A. Variabel Tetap

Jenis Fluida : Air

B. Variabel Berubah

Bukaan valve : 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5

1.4. Alat dan Bahan

A. Alat-alat yang digunakan

- Instrumen AFF

- Stopwatch

- Penggaris

B. Bahan yang digunakan:

- Air (H2O)

1.5. Prosedur Percobaan

A. Tahap Persiapan Percobaan

- Membuka safety valve dari tangki supply untuk mengalirkan air pada

instrument

- Membuka penuh globe valve I

- Membuka penuh gate valve agar air mengalir seluruhnya kerangkaian

instrument utama

- Membuka penuh globe valve II secara perlahan-lahan untuk mendorong

udara yang ada atau terjebak pada rangkaian instrumentasi dan manometer

serta untuk membersihkan dari kerak dan kotoran yang ada dalam sistem

perpipaan

- Memeriksa bahwa perbedaan tekanan pada tabung manometer menunjukkan

nol dan tidak ada udara yang terjebak pada tabung manometer, dengan jalan

manipulasi bukaan globe valve II sampai globe valve II tertutup penuh

- Menutup gate valve

- Menutup globe valve.

B. Tahap Percobaan

- Membuka globe valve sesuai dengan run yang telah ditentukan

- Membuka gate valve sesuai run yang telah ditentukan juga

- Mengalirkan air ke instrumentasi fluid flow dari tangki supply

1

Page 11: AFF

- Mencatat semua pembacaan perbedaan tekanan pada tabung manometer

ketika aliran fluida dalam keadaan steady.

1.6. Gambar Alat

Gambar 1.18. Gambar alat percobaan Apparatus Fluids Flow

Keterangan gambar:

A. Flow meter H. Pipa ekspansi

B. Fitting I. Pipa enlargement

C. Globe valve J. Pipa sudden contraction

D. Fitting K. Long sweep elbow 90º

E. Pipa elbow 90º L. Pipa lurus

F. Wide pattern return bend M. Gate valve

G. Pipa kontraksi N. Manometer pipa U no.1 – 12

1

Page 12: AFF

1.7. Spesifikasi Alat

Gambar 1.19. Gambar alat percobaan Apparatus Fluid Flow yang dipakai saat praktikum

Spesifikasi Alat

DA = DB = DC = DD = DE = DF = DG = 3,18 cm

DG = DH = 2,7 cm

DH = DI = 3,18 cm

DI = DJ = 4,14 cm

DJ = DK = DL = DM = 3,18 cm

E = K = Elbow = 3

F = Return bend = 1,5

AB = B = BD = D = Coupling = 4

C = MN = Globe valve = 2 buah

M = Gate valve = 1 buah

Manometer pipa U = 12 buah

Pompa: merek = national; 220 V; 50 Hz; output 125 w

1

Page 13: AFF

1.8. Data Pengamatan

Tabel 1.8.1. Data pengamatan kalibrasi debit

Bukaan

Valve

Ketinggian fluida

(cm)

Volume rata-rata

(cm3)Waktu (s)

Debit

(cm3/s)

0,5 4,3 11355,182 60 189

1 5,1 13467,774 60 224

1,5 5,65 14920,181 60 249

2 5,9 15580,366 60 260

2,5 6,2 16372,588 60 273

Tabel 1.8.2. Data pengamatan beda ketinggian pada manometer pipa U

Debit

(cm3/s)

Bukaan

valve

Beda ketinggian pipa U (cm)

R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12

189 0,5

2,6 0 5,5 1,8 1,7 2,8 2,1 0 1,5 1,6 1,7 0,9

2,8 0 5,4 1,8 1,7 2,7 2 0 1,6 2 1,7 0,9

3 0 5.4 1,8 1,7 2,6 1,9 0 1,6 2,4 1,8 0,9

R rata-rata 2,8 0 5,4 1,8 1,7 2,7 2 0 1,6 3 1,7 0,9

224 1

1,9 0 5,7 2 1 2,9 2,1 0 1,4 1,6 1,8 0,8

1,9 0 5,7 2,1 1 3 2,2 0 1,5 1,5 1,8 0,9

2 0 5,8 2,1 1,1 3 2,2 0 1,6 1,5 1,9 0,9

R rata-rata 1,9 0 5,7 2,1 1 3 2,2 0 1,5 1,5 1,8 0,9

249 1,5

2,2 0 5,6 2,1 1,3 3 2,2 0 1,6 2 1,8 0,9

2,2 0 5,6 2,1 1,2 3,1 2,3 0 1,6 2,2 1,9 0,9

2,3 0 5,6 2,2 1,2 3,2 2,4 0 1,7 2,3 1,9 1

R rata-rata 2,2 0 5,6 2,1 1,2 3,1 2,3 0 1,6 2,2 1,9 0,9

260 2

2,3 0 5,7 2,3 1,6 3,2 2,4 0 1,7 2,3 2 1

2,4 0 5,8 2,4 1,7 3,3 2,5 0 1,7 2,4 2,1 1,1

2,5 0 5,8 2,5 1,7 3,4 2,6 0 1,8 2,6 2,1 1,2

R rata-rata 2,4 0 5,8 2,4 1,7 3,3 2,5 0 1,7 2,4 2,1 1,1

273 2,5 2,5 0 5,8 2,6 1,7 3,4 2,7 0 1,8 2,7 2,2 1,2

1

Page 14: AFF

2,6 0 5,8 2,7 1,8 3,5 2,8 0 1,9 2,8 2,3 1,2

2,6 0 5,9 2,6 1,7 3,4 2,8 0 1,9 2,8 2,4 1,3

R rata-rata 2,6 0 5,8 2,6 1,7 3,4 2,8 0 1,9 2,8 2,3 1,2

1.9. Data Perhitungan

Tabel 1.9.1. Data perhitungan kecepatan akhir aliran dan total head loss pada

aliran berdasarkan bukaan valve

Bukaan valve kecepatan (cm/s) ∑F

0,5 0.0717 0.7136

1 0.0850 1.3837

1,5 0.0942 1.6976

2 0.0983 1.8509

2,5 0.1033 2.0437

Tabel 1.9.2. Data perhitungan head loss pada aliran berdasarkan bukaan valve

Bukaan

valve

vp

(m/s)

hc1

(J/kg)

hc2

(J/kg)

hv

(J/kg)

hf

(J/kg)

Ff

(J/kg)

hex1

(J/kg)

hex2

(J/kg)∑F

0.50.238

4

0.015

6

0.006

0

0.345

9

0.111

1

0.203

1

0.003

5

0.028

40.7136

10.282

80.022

0.008

4

0.486

5

0.156

3

0.666

6

0.003

9

0.040

0

1.3836

7

1.50.313

30.027

0.010

3

0.597

1

0.191

8

0.818

1

0.004

1

0.049

1

1.6976

1

20.327

1

0.029

4

0.011

3

0.651

1

0.209

2

0.892

1

0.004

3

0.053

5

1.8509

3

2.50.343

7

0.032

5

0.012

4

0.719

0

0.231

0

0.985

2

0.004

5

0.059

1

2.0436

7

1

Page 15: AFF

1.10.

1.11. Grafik

0 0.5 1 1.5 2 2.5 30.065

0.070

0.075

0.080

0.085

0.090

0.095

0.100

0.105

0.60

0.90

1.20

1.50

1.80

2.10

kecepatan

Head Loss

Bukaan valve

Kec

epat

an a

lira

n (c

m/s

)

Hea

d lo

ss (J

/Kg)

Grafik 1.10.1. Grafik hubungan antara bukaan valve dengan kecepatan dan head loss

0 0.5 1 1.5 2 2.5 30.30

0.35

0.40

0.45

0.50

0.55

0.60

0.65

0.70

0.75

Bukaan valve

hv

Grafik 1.10.2. Grafik hubungan antara bukaan valve dan head loss akibat valve (hv)

1

Page 16: AFF

0 0.5 1 1.5 2 2.5 30.10

0.12

0.14

0.16

0.18

0.20

0.22

0.24

Bukaan valve

hf

Grafik 1.10.3. Grafik hubungan antara bukaan valve dan head loss akibat fittings (hf)

0 0.5 1 1.5 2 2.5 30.15

0.30

0.45

0.60

0.75

0.90

1.05

Bukaan valve

Hf

Grafik 1.10.4. Grafik hubungan antara bukaan valve dan head loss at straight pipe (Hf)

1

Page 17: AFF

0 0.5 1 1.5 2 2.5 30.01

0.01

0.02

Bukaan valve

hc

Grafik 1.10.5. Grafik hubungan antara bukaan valve dan head loss akibat sudden contraction loss dan contraction loss (hc)

0 0.5 1 1.5 2 2.5 30.02

0.03

0.04

0.05

0.06

0.07

Bukaan valve

hex

Grafik 1.10.6. Grafik hubungan antara bukaan valve dan head loss akibat sudden enlargement loss dan enlargement loss (hex)

1

Page 18: AFF

0 0.5 1 1.5 2 2.5 30.004

0.005

0.006

0.007

0.008

0.009

0.01

0.011

Bukaan valve

hv (g

ate)

Grafik 1.10.7. Grafik hubungan antara bukaan valve dan head loss akibat gate valve (hv)

0 0.5 1 1.5 2 2.5 30.3

0.35

0.4

0.45

0.5

0.55

0.6

0.65

0.7

0.75

Bukaan valve

hv (g

lobe

)

Grafik 1.10.8. Grafik hubungan antara bukaan valve dan head loss akibat valve globe (hv)

1.12. Pembahasan

1

Page 19: AFF

- Pada grafik 1.10.1. menunjukkan bahwa hubungan antara debit aliran,

kecepatan aliran dan head loss berbanding lurus, hal ini sesuai teori dimana

semakin besar debit alirannya maka semakin besar pula kecepatan alirannya

dan semakin tinggi nilai head loss pada aliran tersebut.

- Pada grafik 1.10.2. menunjukkan bahwa hubungan antara bukaan valve dan

head loss pada valve (hv) adalah berbanding lurus, hal ini sesuai dengan

teori dimana head loss pada pipa lurus semakin besar dengan bertambahnya

laju alir.

- Pada grafik 1.10.3. menunjukkan bahwa hubungan antara bukaan valve dan

head loss pada fitting (hf) adalah berbanding lurus, dimana semakin tinggi

nilai hf maka semakin tinggi pula nilai Q.

- Pada grafik 1.10.4. menunjukkan bahwa hubungan antara bukaan valve dan

head loss pada pipa lurus (Ff) adalah berbanding lurus, dimana semakin

besar laju alir maka head loss pada pipa lurus juga semakin besar.

- Pada grafik 1.10.5. menunjukkan bahwa hubungan antara bukaan valve dan

head loss akibat sudden contraction loss dan contraction loss (hc) adalah

berbanding lurus, dimana semakin besar laju alir maka head loss pada pipa

kontraksi juga semakin besar.

- Pada grafik 1.10.6. menunjukkan bahwa hubungan antara bukaan valve

dan head loss akibat sudden enlargement loss (hex) adalah berbanding lurus,

dimana semakin besar laju alir maka head loss pada pipa ekspansi juga

semakin besar.

- Pada grafik 1.10.7. menunjukkan bahwa hubungan antara bukaan valve dan

head loss pada gate valve (hc) adalah berbanding lurus, dimana semakin

besar laju alir maka head loss pada gate valve semakin kecil.

- Pada grafik 1.10.8 menunjukkan bahwa hubungan antara bukaan valve dan

head loss akibat globe valve (hc) adalah berbanding lurus, dimana semakin

besar laju alir maka head loss pada globe valve semakin kecil.

1.13. Kesimpulan

1

Page 20: AFF

- Pada debit sebesar 189 cm3/s, kecepatan aliran fluida sebesar 0,0717 cm/s.

Debit 224 cm3/s, kecepatan aliran 0,0850 cm/s. Debit 249 cm3/s, kecepatan

aliran 0,0942 cm/s. Debit 260 cm3/s, kecepatan aliran 0,0983 cm/s.

Sedangkan pada debit 273 cm3/s, kecepatan aliran fluida sebesar 0,1033

cm/s.

- Untuk memperoleh debit sebesar 189,253 cm3/dt, maka bukaan valve sebesar

0,5 dari 1putaran gate valve dan bukaan globe valvenya ditetapkan sebesar

60o, sehingga diperoleh kecepatan aliran sebesar 11355,182 cm3 dan untuk

mendapatkan variabel debit yang lain maka ditunjukkan pada tabel 1.8.2.

- Head loss tertinggi pada pipa lurus yaitu sebesar 0,9851 J/kg, sedangkan

head loss terendah terjadi pada bagian pipa sudden enlargement (hex) sebesar

0,0035. Head loss diukur pada elbow, fitting, valve, dan pada berbagai

macam pipa.

- Kehilangan head loss terbesar terjadi pada debit sebesar 273 cm3/s dengan

total friksi sebesar 2,0437, maka disimpulkan semakin besar debit aliran

maka friksinya juga semakin besar.

1