Upload
fitri-viea
View
421
Download
13
Embed Size (px)
Citation preview
IV. VITAMIN C
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum analisis vitamin C adalah untuk mengetahui
kadar vitamin C dalam suatu sampel.
B. Tinjauan Pustaka
1. Vitamin C
Vitamin adalah zat organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah
yang sedikit, tetapi penting untuk mempertahankan gizi yang normal.
Semua benda hidup memerlukan vitamin. Tumbuh-tumbuhan dapat
membuat vitamin untuk keperluannya sendiri. Vitamin dapat diukur dengan
satuan berat menurut fisika, seperti miligramn atau mikrogram
(Soedarmo dan Sediaoetama, 1977).
Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 178
dengan rumus molekul C6H8O6. Vitamin C dalam bentuk kristal tidak
berwarna, titik cair 190-192 0C, bersifat larut dalam air, sedikit larut dalam
aseton atau alkohol yang mempunyai berat molekul rendah, sukar larut
dalam kloroform, eter, dan benzen. Vitamin C dengan logam membentuk
garam. Pada pH rendah, vitamin C lebih stabil daripada pada pH tinggi.
Vitamin C mudah teroksidasi, apalagi jika terdapat katalisaator Fe, Cu,
enzim askorbat oksidase, sinar, dan temperatur yang tinggi
(Sudarmadji, dkk, 2003).
Vitamin diperlukan dalam pembentukan zat kolagen oleh fibroblast
hingga merupakan bagian dalam pembentukan zat intersel. Kekurangan
vitamin C akan mengganggu integrasi dinding kapiler. Vitamin C
diperlukan juga dalam proses pematangan eritrosit dan pada pembentukan
tulang dan dentin. Vitamin C mempunyai peranan penting dalam respirasi
jaringan (Supriasa, 2002).
Vitamin C adalah vitamin yang paling tidak stabil dari semua
vitamin dan mudah rusak selama pemrosesan dan penyimpanan. Enzim
yang mengandung tembaga atau besi dalam gugus prostetiknya merupakan
katalis yang efisien untuk penguraian asam askorbat. Penyimpanan pada
suhu sangat rendah (-29 0C) selama 1 tahun, hanya 10% dari asam askorbat
yang hilang. Penyimpanan pada suhu -12 0C selama 1 tahun menyebabkan
kehilangan asam askorbat jauh lebih tinggi yaitu 55%. Senyawa pengkelat
logam seperti antosianin, flavonol, polifosfat, dan asam polibasik atau
polihidroksi seperti asam malat dan sitratdapat menstabilkan vitamin C.
Asam askorbat lebih stabil pada kondisi pH asam tetapi dapat teroksidasi
dalam kondisi pH netral atau basa. Jenis wadah juga dapat mempengaruhi
derajat kerusakan asam askorbat. Tidak jarang, sari buah dalam botol botol
kehilangan asam askorbat antara 7-14 mg per 100 ml. Bahan kemasan
yang tembus cahaya memungkinkan kerusakan vitamin C dengan cepat
(Deman, 1997).
Penggunaan Benlate sangat efektif untuk pengawetan buah pisang.
Benlate termasuk kelompok fungisida Benzimidazoles dengan nama umum
Benomil dan merupakan fungisida yang aman digunakan. Kadar vitamin C
terbesar diperoleh pada kombinasi perlakuan pencelupan Benlate dengan
kontrasi 400 ppm dan pelapisan lilin dengan konsentrasi 4% dan 6%.
Menurut Sudarmadji (2003), asam askorbat sangat mudah teroksidasi
menjadi L-dehidroaskorbat yang sangat labil dan dapat mengalami
perubahan lebih lanjut menjadi asam L-diketogulonat yang tidak memilki
sifat vitamin C lagi. Pencelupan buah pisang dalam Benlate dan pelapisan
lilin dengan konsentrasi semakin tinggi mengakibatkan rongga udara pada
buah semakin kecil sehingga proses oksidasi dan respirasi aerob di dalam
buah semakin lambat (Suhaidi, 2003).
Ekstrak buah dan vitamin C mempunyai aktivitas antioksidan yang
kuat karena mempunyai IC 50 kurang dari 200 Gg/ml. Pengujian aktivitas
antioksidan pada berbagai konsentrasi ternyata pada konsentrasi yang
tertinggi menunjukkan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi tetapi apabila
dibandingkan dengan vitamin C, sampel mempunyai aktivitas antioksidan
yang lebih rendah. Kemampuan meredam radikal bebas DPPH ekstrak
metanol buah tomat, lebih kecil dari pada kemampuan vitamin C
(Andayani, dkk, 2008).
Vitamin C atau asam askorbat dibutuhkan untuk tubuh manusia,
walaupun dalam jumlah yang sedikit. Asam askorbat dapat dipenuhi
manusia melalui makanan karena tubuh manusia tidak dapat
mensintesisnya. Vitamin c merupakan salah satu jenis vitamin yang dapat
ditemukan pada buah dan sayur. Ada banyak keuntungan dari vitamin C.
Pertama, vitamin C membantu menjaga bentuk kolagen. Kedua, vitamin c
dapat berperan sebagai antioksidan. Ketiga, vitamin c dibutuhkan untuk
mengaktifasi enzim. Keempat, vitamin C dapat meningkatkan absorpsi
ferum, kalsium, dan asam folat. Vitamin c sangat mudah terdekomposisi
karena suhu tinggi (Rahmawati dan Bunbun, 2009).
2. Label Informasi Nilai Gizi dalam Kemasan
Primata yang tidak dapat mensintesis vitamin C hanya manusia dan
marmot. Kebutuhan akan vitamin C tidak diketahui secara pasti. Sekitar 80-
90% vitamin C atau sampai 100 mg/hari masih dapat diserap tubuh, tetapi
konsumsi yang lebih tinggi (500mg/hari) kurang diserap secara efisien.
Menurut Frei (2003) dalam Naidu (2003), nilai AKG terbaru tentang
kebutuhan asam askorbat pada orang dewasa (lebih dari 19 tahun) adalah
90mg/hari untuk laki-laki dan 75mg/hari untuk perempuan. Sedangkan
berdasarkan penelitian dan riset angka kecukupan Gizi (AKG), kebutuhan
tubuh secara umum terhadap vitamin C untuk rata-rata orang Indonesia
dalam kondisi sehat adalah sebesar 90 mg per hari. Kebutuhan tersebut
akan meningkat lebih dari dua kali lipat dari AKG jika dalam kondisi cuaca
yang ekstrim (Anonim, 2010).
Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan untuk vitamin C
hanya 75-90 mg per hari. Konsumsi tinggi hingga 1200 mg per hari hanya
diserap oleh tubuh sekitar 16% (sekitar 200 mg) saja, sisanya akan dibuang
oleh tubuh melalui urin. Pada tingkat konsumsi yang tinggi (500 mg atau
lebih per hari), vitamin C akan dimetabolisme menjadi asam oksalat. Jika
jumlah asam oksalat ini cukup banyak, maka akan meningkatkan resiko
pembentukan batu ginjal. Jadi, konsumsi vitamin C dosis tinggi (apalagi
sampai 1000 mg per hari) secara rutin tidak dianjurkan (Almatsier, 2001).
Menurut Naidu (2003), perokok, penderita stress, dan orang dalam masa
penyembuhan membutuhkan lebih banyak asam askorbat yaitu antara 100-
120 mg/hari agar terhindar dari penyakit stroke, kanker, liver, dsb.
3. Metode Penentuan Kadar Vitamin C
Penetapan vitamin C dapat dilakukan dengan analisis iodometri
yang merupakan reaksi oksidasi reduksi. Kelarutan dari iodin meningkat
lewat kompleksasi oleh iodida untuk membentuk triiodida. Triiodida
kemudian mengoksidasi vitamin C (C6H8O6) menjadi asam dehidroaskorbat
(C6H6O6). Titik akhir dari reaksi ini diindikasikan oleh reaksi dari iodin
dengan larutan pati (starch) yang akan membentuk warna biru gelap.
Selama vitamin C masih terdapat dalam larutan, triiodida secara cepat
dikonversi menjadi ion iodida sehingga tidak ada warna biru gelap yang
terbentuk dari reaksi antara iodin - pati. Namun ketika vitamin C telah
dioksidasi, maka triiodida berlebih dalam kesetimbangan dengan iodin
akan membentuk warna biru gelap akibat reaksi dengan pati. Setelah
vitamin C habis bereaksi dengan I3- maka I3- yang tersisa akan dititrasi
dengan larutan thiosulfat. Penambahan pati berfungsi sebagai indikator,
dimana pati akan membentuk kompleks berwarna biru dengan I3-. Bila I3-
sudah habis bereaksi menjadi I- maka warna biru yang terbentuk akan
hilang. Senyawa yang berperan sebagai pereaksi pembatas pada reaksi ini
adalah senyawa KIO3 karena KIO3 atau kalium iodat akan habis bereaksi
terlebih dahulu dibandingkan dengan KI dalam proses pembentukan I3-
(Mega, 2010).
Metode analisis vitamin C dengan menggunakan metode
Microfluorometri menghasilkan asam askorbat dan asam dehidroaskorbik
(DHAA) lebih tinggi daripada metode Dye-titrasi. Perbedaan pada hasil-
hasil yang diperoleh bergantung kepada kandungan DHAA dalam
makanan. Perbedaan lebih besar didapati pada sayur-sayuran dibanding
buah-buahan (Tee, dkk, 1988).
Penimbangan 30 gr (khusus You C 1000 = 5 gr) sampel sebagai slury kemudian dimasukkan ke dalam labu takar
Penambahan aquades sampai 100ml
Diambil 25 ml dengan pipet volume
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan 2ml indikator amilum 1%
Dititrasi dengan 0,01 N larutan Iodin sampai berwarna biru
C. Metodologi
1. Bahan
a. Indikator amilum 1 %
b. Larutan Iodin 0,01 N
c. Aquades
d. Minuman kemasan bervitamin C berbagai merk (Happy Jus,
Nutrisari, Country Juice, Buavita, Ale-ale, Fruitamin, Nu Orange, You C
1000 )
2. Alat
a. Sentrifuge
b. Pipet volume 25 ml
c. Pipet ukur 5 ml
d. Buret 50 ml
e. Labu takar 100 ml
f. Erlenmeyer 250 ml
3. Cara kerja
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Tabel 6.1 Tabel Hasil Analisa Kadar Vitamin C
Kelompok Sampel ml Iodin % Kadar Vitamin CKadar Rata-
rata Vitamin C (%)
1, 9 You C 1000 13,4 11,75 0,9541 0,8366 0,89535
2, 10 Country Juice 12,7 7,25 0,1507 0,086 0,11835
3, 11 Fruitamin 3,2 3,35 0,03797 0,03975 0,03886
4, 12 Buavita 3 5,4 0,0356 0,03204 0,03382
5, 13 Nutrisari 2,25 2,3 0,0267 0,027 0,02685
6, 14 Nu Orange 2,4 1,5 0,0285 0,0178 0,02315
7, 15 Happy jus 1,4 0,85 0,0166 0,0101 0,01335
8, 16 Ale-ale 0,9 0,4 0,0107 0,0047 0,00770
Sumber: Laporan Sementara
2. Analisis Data kelompok 11
Diketahui: volume larutan sampel = 100 ml
volume titran = 7,25 ml
volume filtrat = 25 ml
massa slurry = 30 gr
Ditanya: kadar vitamin C ( %)
Jawab:
kadar vitamin C = B . D .¿2 . BM Vit C
2.C . A .1000 . 100%
= 100.7,25.0,01 .178
2.25.30 .1000 . 100%
= 0,086033 %3. Pembahasan
Vitamin C atau asam askorbat (C6H8O6) hanya larut dalam pelarut
tertentu. Menurut Sudarmadji (2003), vitamin C sukar larut dalam
kloroform, eter, dan benzen, namun sedikit larut dalam aseton atau alkohol.
Vitamin C tidak dapat larut dalam pelarut lemak. Sedangkan dalam air,
vitamin C cukup mudah larut. Berdasarkan sifat tersebut, maka untuk
analisis vitamin C, kami memilih air aquades sebagai pelarut.
Pada praktikum analisa vitamin C ini digunakan metode titrai iodin
atau disebut titrasi iodometri. Prinsip dari metode ini adalah iodin akan
mengadisi ikatan rangkap pada C no 3 dari vitamin C. Ini berarti jumlah
vitamin C dalam bahan sebanding dengan iodin yang diperlukan untuk
mengadisi ikatan rangkap pada vitamin C. Jika keseluruhan vitamin C
dalam bahan sudah teradisi oleh iod maka iod akan berikatan dengan
indikator amilum. Amilum akan membentuk kompleks berwarna biru
dengan I3-. Bila I3- sudah habis bereaksi menjadi I- maka warna biru yang
terbentuk akan hilang (Mega, 2010).
Sampel yang digunakan adalah minuman dalam kemasan siap
minum berbagai merk yang mengandung vitamin C. Sampel minuman
sebanyak 30 gram diencerkan menjadi 100 ml menggunakan aquades.
Pegenceran dimaksudkan untuk efisiensi volume titran sehingga
mempercepat waktu titrasi. Kemudian, 25 ml filtrat dimasukkan dalam
erlenmeyer 250 ml dan 2 ml larutan amilum/pati 1 % sebagai indikator.
Tahap terakhir adalah dilakukan titrasi menggunakan larutan Iodin 0,01 N
hingga campuran larutan berwarna biru. Setelah itu, dilakukan perhitungan
kadar vitamin C sampel dalam persen (%).
Ada banyak pendapat tentang AKG vitamin C. Menurut Naidu
(2003), kebutuhan vitamin C tidak dapat diketahui secara pasti. Dari
beberapa pendapat para ahli dan disesuaikan dengan AKG yang biasa
digunakan oleh produsen minuman kemasan, kami mengambil AKG rata-
rata penduduk Indonesia sebesar 60 mg/hari.
Dari hasil praktikum dapat diketahui besarnya volume titran yang
diperlukan. Volume titran yang diperlukan sebanding dengan kadar vitamin
C. Setiap sampel dilakukan dua kali pengulangan dan dilakukan
pengenceran yang sama, namun besarnya volume titran/iodin yang
diperlukan berbeda. Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan kadar
vitamin C dalam persen sampel. Urutan kadar rata-rata vitamin C dari yang
tertinggi ke yang terrendah berdasarkan hasil praktikum yaitu You C 1000
(0,89535%), Country Juice (0,11835%), Fruitamin (0,03886%), Buavita
(0,03382%), Nutrisari (0,02685%), Nu Orange (0,02315%), Happy Jus
(0,01335%), dan Ale-ale (0,00770%). Kemudian kami membandingkannya
dengan informasi nilai gizi yang ada pada label kemasan. Kadar vitamin C
yang tertera pada label kemasan dinyatakan dalam persen AKG. Berikut ini,
informasi kadar vitamin C yang ada pada label kemasan per sajian: You C
1000 (1000 mg) dalam 500 ml, Nu Orange (165 %) dalam 330 ml, Country
Juice (100 %) dalam 150 ml, Fruitamin (100 %) dalam 200 ml, Nutrisari
(100 %) dalam 200 ml, Buavita (95 %) dalam 250 ml, Happy Jus (25 %)
dalam 200 ml, Ale-ale (10 %) dalam 200 ml. Untuk mendapatkan urutan
kadar vitamin C berdasarkan label dilakukan perhitungan dalam volume
yang sama misalnya 200 ml untuk semua produk sebagai berikut:
Misalnya dalam 1 sajian Nu Orange 330 mL terdapat vitamin C sebanyak
165 % AKG. Perhitungannya sebagai berikut:
Massa vitamin C = kadar vitamin C
100 . AKG vitamin C (mg)
= 165100
. 60 mg
= 99 mg
Massa vitamin C dalam 200 ml = 200330
. 99 mg
= 60 mg
Setelah dibandingkan dengan informasi dari label kemasan
tersebut, ada beberapa produk yang kadar vitamin C-nya berbeda dengan
hasil perhitungan yang kami lakukan. Urutan kadar vitamin C dalam persen
AKG per 200 ml sajian dari yang tertinggi ke yang terrendah berdasarkan
label kemasan adalah sebagai berikut:
1. You C 1000 (400 mg)
2. Country Juice (80 mg)
3. Buavita (76 mg)
4. Nu Orange (60 mg), Fruitamin (60 mg), Nutrisari (60 mg)
5. Happy Jus (15 mg)
6. Ale-ale (6 mg)
You C 1000 menempati urutan pertama, baik berdasarkan
perhitungan hasil praktikum maupun berdasarkan label kemasan. Urutan
yang menyimpang adalah pada Buavita. Berdasarkan label kemasan,
Buavita menempati urutan ketiga sedangkan berdasarkan perhitungan
menempati urutan kelima. Walaupun hasil analisis tidak menunjukkan
warna biru yang seragam, namun berdasarkan label kemasan sampel
Fruitamin, Nutrisari, dan Nu Orange berada dalam urutan ketiga dengan
presentase vitamin C dalam persen AKG 60 mg sebesar 100%. Penyebab
ketidaksesuaian baik urutan maupun ketidakseragaman warna biru saat
analisis kemungkinan terjadi karena kesalahan penyimpanan sampel yang
memicu terjadinya kerusakan vitamin C terkait sifat vitamin C yang tidak
stabil dan mudah rusak. Urutan kadar vitamin C pada Happy Jus, dan Ale-
ale sudah sesuai berdasarkan perhitungan dan label kemasan.
Berdasarkan data yang diperoleh, sampel minuman kemasan
bervitamin C yang memenuhi AKG (60 mg/hari) per sajian adalah You C
1000 (1667 %), Nu Orange (165%), Country Juice (100%), Fruitamin
(100%), Nutrisari (100%), dan Buavita (95%). Untuk dapat memenuhi
AKG vitamin C dari produk dengan AKG vitamin C 100% seperti pada
Country Juice, Fruitamin, dan Nutrisari, maka sebaiknya 1 kemasan harus
dihabiskan. Masing-masing volume dengan kadar vitamin C 100 % adalah
150 ml Country Juice, 200 ml Fruitamin, dan 200 ml Nutrisari Walaupun
demikian, untuk tetap mendapatkan kadar vitamin C sesuai dengan label
kemasan penting dilakukan penyimpanan maupun pemrosesan yang tepat
yaitu disimpan pada suhu yang relatif rendah, berada dalam pH yang relatif
rendah, serta pengemas sebaiknya tidak tembus cahaya agar kadar vitamin C
tidak rusak. Happy Jus dengan kadar vitamin C 25% AKG dan Ale-ale
dengan kadar vitamin C 10% AKG hanya memenuhi sebagian kebutuhan
harian vitamin C atau dikatakan belum memenuhi AKG.
Perlu diperhatikan pada produk dengan kadar vitamin C yang lebih
dari 100% AKG per kemasan seperti pada You C 1000 (1667 %) dan Nu
Orange (165%). Konsumsi pada kedua merk minuman tersebut tidak boleh
dilakukan setiap hari. Hal ini karena Menurut Almatsier (2001), konsumsi
vitamin C berkadar tinggi akan dimetabolisme menjadi asam oksalat. Jika
jumlah asam oksalat ini cukup banyak, maka akan meningkatkan resiko
pembentukan batu ginjal.
E. Kesimpulan
Dari praktikum analisis vitamin C yang telah dilakukan dengan metode
Iodometri dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya:
1. Urutan kadar vitamin C dari yang tertinggi ke yang terrendah berdasarkan
hasil praktikum dalam persen sampel yaitu You C 1000 (0,89535%),
Country Juice (0,11835%), Fruitamin (0,03382%), Buavita (0,03382%),
Nutrisari (0,02685%), Nu Orange (0,02315%), Happy Jus (0,01335%), dan
Ale-ale (0,00770%).
2. Urutan kadar vitamin C dalam persen AKG dari yang tertinggi ke yang
terrendah berdasarkan label kemasan adalah sebagai berikut: You C 1000
(400 mg), Country Juice (80 mg), Buavita (76 mg), Nu Orange (60 mg),
Fruitamin (60 mg), Nutrisari (60 mg), Happy Jus (15 mg), dan Ale-ale (6
mg)
3. AKG vitamin C rata-rata penduduk Indonesia sebesar 60 mg/hari.
4. Sampel per sajian minuman kemasan bervitamin C yang dapat memenuhi
AKG (60 mg/hari) adalah You C 1000 (1667%), Nu Orange (165%),
Country Juice (100%), Fruitamin (100%), Nutrisari (100%), dan Buavita
(95%).
5. Vitamin C bersifat tidak stabil sehingga mudah rusak/terdekomposisi akibat
berada pada suhu tinggi, pH basa ataupun netral, serta penyimpanan pada
kemasan tembus cahaya.