Upload
nguyenlien
View
237
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ABSTRAK
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PENGENDALIAN INTERNAL DAN
KEJELASAN SASARAN ANGGARAN PADA AKUNTABILITAS KINERJA
SKPD KABUPATEN GIANYAR DENGAN KOMITMEN ORGANISASI
SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Penelitian ini dilakukan untuk membahas tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (AKIP) pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Gianyar.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh budaya organisasi, pengendalian internal dan kejelasan sasaran anggaran
pada akuntabilitas kinerja SKPD dan untuk mengetahui peran komitmen
organisasi dalam memoderasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di
lingkungan Pemerintah Kabupaten Gianyar sebanyak 36 SKPD . Metode
pengambilan sampel menggunakan non probability sampling dengan teknik
sampel jenuh. Responden yang dipilih terdiri dari Pimpinan SKPD, Kasubag
Perencanaan,dan Kasubag Keuangan sehingga jumlah responden sebanyak 108
responden. Alasan dipilihnya responden ini karena pejabat ini dianggap mampu
untuk menggambarkan keseluruhan kinerja pemerintahan dan terlibat dalam
penyusunan LAKIP. Data yang digunakan berupa data primer dengan
menggunakan kuesioner. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi
moderasi (Moderated Regression Analysis).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen organisasi memperkuat pengaruh
budaya organisasi dan kejelasan sasaran anggaran pada akuntabilitas kinerja
SKPD Kabupaten Gianyar. Komitmen organisasi tidak mampu memoderasi
pengaruh pengendalian internal pada Akuntabilitas kinerja SKPD.
Kata Kunci: Budaya Organisasi, Pengendalian Internal, Kejelasan Sasaran
Anggaran, Komitmen Organisasi, Akuntabilitas kinerja
ii
ABSTRACT
EFFECT OF ORGANIZATIONAL CULTURE, AND INTERNAL CONTROL
BUDGET TARGETS CLARITY ON ACCOUNTABILITY PERFORMANCE
WITH COMMITMENT GIANYAR SKPD DISTRICT ORGANIZATION AS A
MODERATING VARIABLE
This study was conducted to discuss the performance accountability of
government agencies (AKIP) at the working unit (SKPD) in Gianyar regency
government environment. The purpose of this study was to determine the
influence of organizational culture, internal control and budget goal clarity on
accountability of SKPD performance and to determine the role of the
organization's commitment to moderate.
The population in this study is the work units (SKPD) in Gianyar regency
government environment as much as 36 SKPD. The sampling method using a
non-probability sampling technique saturated samples. Respondents were selected
consists of Chief SKPD, Head of Planning, and the Head of Finance so that the
number of respondents was 108 respondents. The reason for choosing these
respondents because officials considered able to describe the overall performance
of the government and involved in the drafting LAKIP. Data used in the form of
primary data using questionnaires. The analysis technique used is regression
analysis moderation (Moderated Regression Analysis).
The results showed that organizational commitment and strengthen the influence
of organizational culture on a budget goal clarity Gianyar regency SKPD
performance accountability. Organizational commitment has no effect in the
relationship between the internal control on the performance of SKPD
Accountability
Keywords: Organizational Culture, Internal Control, Budget Targets Clarity,
Organizational Commitment, Accountability for performance
iii
RINGKASAN
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PENGENDALIAN INTERNAL DAN
KEJELASAN SASARAN ANGGARAN PADA AKUNTABILITAS KINERJA
SKPD KABUPATEN GIANYAR DENGAN KOMITMEN ORGANISASI
SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (AKIP) di Kabupaten Gianyar
tercermin dalam laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP).
LAKIP satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Kabupaten Gianyar tahun 2014
menunjukkan kurang optimalnya beberapa SKPD dalam pencapaian kinerja tahun
tersebut. Hal ini tercermin juga dari nilai evaluasi terhadap LAKIP Kabupaten
Gianyar oleh Kemenpan RI mendapatkan nilai 40,91 termasuk dalam kategori
kurang. Beberapa permasalahannya menurut penulis adalah budaya organisasi,
pengendalian internal dan kejelasan sasaran anggaran. Budaya organisasi
berdampak pada kinerja organisasi. Organisasi dengan budaya yang kuat dan
positif akan menunjukkan orang termotivasi untuk berkembang dan belajar.
Namun fenomena yang terjadi di Indonesia penyebab kurang berhasilnya Good
Governance disebabkan kurangnya perhatian pemerintah pada perubahan budaya
organisasi.
Sistem Pengendalian Internal diharapkan dapat menjadi alat untuk
antisipasi dan deteksi dini (built in control ) terhadap celah pelanggaran yang
mungkin timbul dalam organisasi. SPI dijabarkan sebagai internal control system
yang bekerja secara otomatis melakukan fungsi pengawasan. Agar semua bisa
berjalan under control. Pengelolaan pemerintahan yang berakuntabilitas tidak bisa
lepas dari anggaran pemerintah daerah. Kejelasan sasaran anggaran menunjukkan
sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan dengan jelas dan spesifik agar anggaran
tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggungjawab atas pencapaian
sasaran anggaran tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh
budaya organisasi, pengendalian internal dan kejelasan sasaran anggaran pada
Akuntabilitas SKPD Kabupaten Gianyar dengan komitmen organisasi sebagai
variabel moderasi. Komitmen organisasi digunakan sebagai variabel moderasi
karena dengan adanya komitmen pegawai terhadap organisasi maka kinerja akan
meningkat.Selainitu, adanya perbedaan dan hasil penelitian-penelitian sebelumnya
sehingga penulis menggunakan komitmen organisasi sebagai variabel moderasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Gianyar sebanyak 36 SKPD .
Teknik penentuan sampel menggunakan teknik sampel jenuh dengan jumlah
responden sebanyak 108 responden. Penelitian ini menggunakan responden yaitu
Pimpinan SKPD), Kasubag Perencanaan,dan Kasubag Keuangan.Dengan kriteria
yang digunakan yaitu berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 2004, dimana pejabat ini
iv
dianggap mampu untuk menggambarkan keseluruhan kinerja pemerintahan dan
terlibat dalam penyusunan LAKIP. Data yang digunakan berupa data data primer
dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis
regresi moderasi (Moderated Regression Analysis).
Sebelum melakukan uji interaksi, terlebih dahulu dilakukan pengujian
instrumen uji validitas dan reliabilitas untuk mendapatkan instrumen penelitian
yang valid dan reliabel dilanjutkan dengan pengujian asumsi klasik untuk
mengetahui hasil estimasi regresi yang dilakukan terbebas dari gejala
multikoloniearitas, heteroskedastisitas, serta distribusi data yang normal.
Selanjutnya dilakukan goodness of fit, yaitu melalui nilai statistik F dan nilai
adjusted 2R .Uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian menunjukkan
instrumen penelitian valid dan reliabel. Uji asumsi klasik menunjukkan data
berdistribusi normal, tidak terjadi multikoloniearitas dan heteroskedastisitas
sehingga persamaan regresi penelitian ini dapat dikatakan memenuhi syarat uji
asumsi klasik. Uji F memperoleh p-value (Sig. F) sebesar 0,000 dan Adjusted R
Square, sebesar 0,494 (49,4 %) yang berarti bahwa penyerapan AKIP dijelaskan
oleh variabel budayaorganisasi, pengendalian internal dan
kejelasansasarananggaran sebesar 49,4% sedangkan sisanya 50,6% dijelaskan
oleh variabel lain diluar model.
Berdasarkan hasil analisis moderasi, pengujian hipotesis pertama (H₁) didapat β = 0,008 dengan P value 0,038 (< α = 0,05). Dapat disimpulkan bahwa
H₁ diterima yang berarti komitmen organisasi secara statistik mampu memperkuat
pengaruh budaya organisasi pada AKIP. Ini berarti bahwa komitmen organisasi
merupakan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran (goal)
yang ingin dicapai organisasi. Organisasi dengan budaya yang kuat akan
memungkinkan orang untuk berkomitmen belajar dan memperbaiki diri. Semakin
tinggi komitmen organisasi maka akan mampu menyaring budaya organisasi
untuk mewujudkan akuntabilitas kinerja SKPD yang lebih baik kedepannya.
Hipotesis kedua (H₂) memiliki koefisien β = -0,001dengan P value 0,895. Ini
berarti bahwa komitmen organisasi tidak mampu memoderasi pengaruh
pengendalian internal pada AKIP. Kondisi ini disebabkan karena kurangnya
komitmen dan kendornya sistem pengendalian internal di masing – masing SKPD
sehingga kinerja yang diharapkan tidak tercapai. Hipotesis ketiga (H₃) memiliki
koefisien β sebesar 0,020 dengan P value 0,020 yang lebih kecil dari α = 0,05. Hal
ini menunjukkan bahwa komitmen organisasi memperkuat pengaruh kejelasan
sasaran anggaran pada AKIP. Komitmen yang tinggi dan sasaran anggaran yang
jelas akan menimbulkan motivasi tersendiri untuk berusaha lebih baik mencapai
sasaran anggaran yang ditetapkan.
v
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ............................................................................................... i
PRASYARAT GELAR ....................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN………………………………………………….. iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI .................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ................................................................ v
UCAPAN TERIMA KASIH………………………………………………….. vi
ABSTRAK……………………………………………………………………. viii
ABSTRACT ......................................................................................................... ix
RINGKASAN ...................................................................................................... x
DAFTAR ISI…………………………………………………………………... xii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………... xv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………. xvi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xvii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 11
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 11
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 12
1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................................... 12
1.4.2 Manfaat Praktis ..................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 13
2.1 Landasan Teori ............................................................................. 13
2.1.1 Teori Stewardship ................................................................ 13
2.1.2 Goal-Setting Theory ............................................................ 15
2.1.3 Pendekatan Kontinjensi ...................................................... 17
2.2 Budaya Organisasi ........................................................................ 18
2.2.1 Karakteristik Budaya Organisasi......................................... 19
2.2.2Fungsi Budaya Organisasi.................................................... 20
2.3 Pengendalian Internal ................................................................... 20
2.2.1Komponen Sistem Pengendalian Intern .............................. 23
2.4 Kejelasan Sasaran anggaran ........................................................ 24
2.5 Komitmen Organisasi ................................................................... 26
2.6 Pengertian Akuntabilitas............................................................... 28
2.6.1 Jenis – jenis Akuntabilitas ................................................... 28
2.6.2Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP).................. 32
vi
2.7 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 34
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN KONSEP HIPOTESIS
PENELITIAN .................................................................................... 38
3.1 Kerangka Berpikir ......................................................................... 38
3.2 KonsepPenelitian........................................................................... 40
3.3 Hipotesis Penelitian ...................................................................... 41
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................ 47
4.1 Rancangan Penelitian .................................................................... 47
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian, ....................................................... 49
4.3 Penentuan Sumber Data ............................................................... 49
4.3.1 Jenis Data Menurut Sifatnya ............................................. 49
4.3.2 Jenis Data Menurut Sumbernya ........................................ 50
4.3.3 Populasi dan Sampel ......................................................... 50
4.4 Variabel Penelitian ...................................................................... 51
4.4.1 Identifikasi Variabel .......................................................... 51
4.4.2 Definisi Operasional Variabel ............................................ 52
4.5 Instrumen Penelitian ................................................................... 54
4.5.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................. 55
4.6 Analisis Data................................................................................. 56
4.6.1 Uji Asumsi klasik ............................................................... 56
4.6.2 Analisis Regresian Moderasian .......................................... 58
4.6.3 Uji Kelayakan Model ......................................................... 59
4.6.4 Koefiesien Determinasi (R2) ............................................ 59
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 61
5.1 Gambaran Umum Responden ...................................................... 61
5.1.1 Jenis Kelamin Responden .................................................. 62
5.1.2 Umur Responden .................................................................. 63
5.1.3 Masa Kerja Responden ..................................................... 63
5.1.4 Tingkat Pendidikan ............................................................ 64
5.1.5 Latar Belakang Pendidikan ................................................ 64
5.2. Uji Instrumen Penelitian .............................................................. 64
5.2.1 Uji Validitas……………………………………………... 65
5.2.2. Uji Reliabilitas .................................................................. 68
5.3 Analisis Deskriptif Statistik. …………………………………… 68
5.4. Pengujian Asumsi Klasik……………………………………… .76
5.5. Analisis Regresi Moderasi (Moderated Regression Analysis) .... 79
5.6. Pembahasan Hasil Hipotesis …………………………………….83
vii
5.6.1. KomitmenOrganisasimemperkuatpengaruhBudaya
Organisasi pada Akuntabilitas Kinerja SKPD…………..83
5.6.2. Komitmen Organisasi memperkuat pengaruh
Pengendalian Internal pada Akuntabilitas Kinerja
SKPD…………………………………………………….86
5.6.3. Komitmen Organisasi memperkuat pengaruh Kejelasan
Sasaran Anggaran padaAkuntabilitasKinerja SKPD……88
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN…………………………………………..90
6.1. Simpulan…………………………………………………………90
6.2. Saran ……………………………………………………………91
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..92
LAMPIRAN –
LAMPIRAN……………………………………………………………………102
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir .......................................................................... 39
Gambar 3.2 Konsep Penelitian ........................................................................... 41
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian ..................................................................... 48
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Nilai evaluasi AKIP SKPD Kabupaten Gianyar Tahun 2014 ........ 4
Tabel 1.2 Kategori, Nilai dan Interpretasi Hasil Evaluasi LAKIP .................. 5
Tabel 4.1 Responden Penelitian ................................................................... 51
Tabel 4.2 Instrumen Penelitian ...................................................................... 55
Tabel 5.1 Penyebaran dan Pengembalian Kuisioner ..................................... 61
Tabel 5.2 Profil Responden .............................................................................62
Tabel 5.3 Hasil Uji Validitas ...........................................................................66
Tabel 5.4 Hasil Uji Reliabilitas .......................................................................68
Tabel 5.5 Statistik Deskriptif Data Uji ............................................................69
Tabel 5.6 Interval Data ....................................................................................70
Tabel 5.7 Panjang Interval Kelas ....................................................................71
Tabel 5.8 Klasifikasi Variabel Budaya Organisasi .........................................72
Tabel 5.9 Klasifikasi Variabel Pengendalian Internal ....................................73
Tabel 5.10 Klasifikasi Variabel Kejelasan Sasaran Anggaran..........................74
Tabel 5.11 Klasifikasi Variabel Komitmen Organisasi ....................................75
Tabel 5.12 Klasifikasi Variabel AKIP ..............................................................76
Tabel 5.13 Hasil uji Normalitas Residual .........................................................77
Tabel 5.14 Hasil uji Multikolonieritas .............................................................78
Tabel 5.15 Hasil uji Heteroskedastisitas ...........................................................79
Tabel 5.16 Hasil Analisis Moderasi Uji Interaksi .............................................80
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 102
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ............................................................................. 114
Lampiran 3 Validitas Instrumen............................................................................... 123
Lampiran 4 Reliabilitas Instrumen ........................................................................... 134
Lampiran 5. Deskripsi Data Penelitian ..................................................................... 140
Lampiran 6 Frekuensi Jawaban Responden ............................................................. 143
Lampiran 7 Statistik Deskriptif Data Uji ................................................................. 157
Lampiran 8 Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 158
Lampiran 9 Regresi Moderasi .................................................................................. 160
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam era reformasi seperti sekarang ini mewujudkan pemerintahan yang
baik (good governance) menjadi suatu hal yang tidak dapat ditawar lagi
keberadaannya dan mutlak terpenuhi. Sebagai organisasi publik, pemerintah
daerah dituntut agar memiliki kinerja yang berorientasi pada kepentingan
masyarakat dengan memberikan pelayanan terbaik secara transparan dan
berkualitas. Fenomena ini merupakan imbas dari tuntutan masyarakat dimana
sektor publik sering dinilai sebagai sarang inefisiensi, pemborosan, dan sumber
kebocoran dana.
Akuntabilitas merupakan kunci dalam mencapai good governance. Menurut
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(Permenpan RB) Nomor 20 Tahun 2013, akuntabilitas merupakan kewajiban
untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan
menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif
suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk
meminta keterangan atau pertanggungjawaban.
Salah satu bentuk akuntabililtas adalah dengan pengukuran kinerja yang
dilakukan untuk menilai seberapa baik Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
tersebut melakukan tugas pokok dan fungsi yang dilimpahkan kepadanya selama
xii
periode tertentu. Pengukuran kinerja SKPD merupakan wujud dari vertical
accountability yaitu pengevaluasi kinerja bawahan oleh atasannya dan sebagai
bahan horizontal accountability pemerintah daerah yaitu kepada masyarakat atas
amanah yang diberikan kepadanya. Pengukuran kinerja menunjukan seberapa
besar kinerja manajerial dicapai, seberapa bagus kinerja finansial organisasi dan
kinerja lainya yang menjadi dasar penilaian akuntabilitas (Magdalena, 2014).
Indikator kinerja menurut Mahmudi (2010) didefinisikan sebagai ukuran
kuantitatif atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran
atau tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan akuntabilitas kinerja menurut
Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres RI) Nomor 29 Tahun 2014,
diartikan sebagai perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan
kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka
mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran /target kinerja yang telah
ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara
periodik.
Penelitian empiris tentang kinerja telah banyak dilakukan oleh beberapa
peneliti seperti Winanti (2011) Yuen dan Ng (2012), Wijaya dan Akbar (2013),
Safwan dkk.(2014), Dhermawan dan Utama (2014) sehingga banyak memberikan
wawasan baru tentang kinerja.
Akuntabilitas ini diwujudkan oleh pemerintah dalam suatu sistem
pertanggungjawaban yaitu Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP) yang implementasinya dimulai sejak penyusunan renstra sampai dengan
xiii
pertanggungjawaban dalam bentuk laporan kinerja yaitu LAKIP (Badruzaman dan
Chairunnisa, 2011).
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah wujud
pertanggungjawaban pejabat publik kepada publik tentang kinerja pemerintah
selama satu tahun anggaran yang bertujuan untuk menggambarkan penerapan
rencana strategis dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi dimasing –
masing perangkat daerah, serta keberhasilan capaian saat ini untuk percepatan
dalam meningkatkan kualitas capaian kinerja yang diharapkan pada tahun yang
akan datang (LAKIP,2014). LAKIP ini bertujuan untuk mengendalikan
penggunaan APBD menjadi efektif, tanpa adanya belanja kebutuhan yang tidak
terlalu mendesak, terwujudnya Good Governance atau kepemerintahan yang baik
serta menciptakan budaya kerja dari setiap SKPD yang berorientasi terhadap
Customer Satisfaction atau kepuasan pelanggan terhadap pelayanan publik
(http://gianyarkab.go.id/PemkabGianyarGelarBintekSAKIP)
Sesuai dengan Permenpan RB Nomor 20 Tahun 2013, SAKIP
diimplementasikan secara “self assessment” yang berarti instansi pemerintah
secara mandiri merencanakan, melaksanakan, mengukur dan memantau kinerja
serta melaporkannya kepada instansi yang lebih tinggi. Untuk itu perlu evaluasi
dari pihak independen agar diperoleh umpan balik yang obyektif untuk
meningkatkan akuntabilitas dan kinerja instansi pemerintah.
LAKIP Kabupaten Gianyar Tahun 2014 merupakan laporan akuntabilitas
tahun kedua dalam upaya pencapaian tujuan dan sasaran Rencana Pembagunan
xiv
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2013 -2018. Adapun nilai Hasil Evaluasi
dari 12 SKPD terpilih di Kabupaten Gianyar yang disajikan pada tabel 1.1.
Tabel 1.1
Nilai evaluasi AKIP SKPD Kabupaten Gianyar Tahun2014
No
Nama SKPD
Hasil Evaluasi terhadap 5 Komponen Manajemen
Kinerja
Hasil
Evaluasi
AKIP
Ka
te
go
ri
Ket
Peren-
canaan
Kinerja
Pengu-
kuran
kinerja
Pela-
poran
Kinerja
Evaluasi
lInternal
Penca-
paian
Sasaran
Kinerja
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
13
BKD
Kesbang Pol
dan Linmas
DisDuk Capil
BPMD
DiKes
Sekwan
DistanHutbun
Disperindag
Disnakanla
Dihub Inkom
BLH
BAPPEDA
28,80
23,97
18,78
19,47
29,61
27,06
20,48
27,30
12,76
27,31
24,33
29,00
11,40
6,20
8,83
7,93
11,02
8,54
2,15
13,50
2,41
4,82
4,24
12,69
11,49
10,43
8,41
6,33
10,42
9,95
10,14
13,64
7,54
6,09
10,80
12,34
6,88
4,92
1,50
4,83
5,42
3,00
3,17
7,42
4,54
2,42
2,42
7,71
6,88
3,00
11,50
7,10
12,36
7,50
4,76
9,00
12,00
7,39
12,71
14,40
65,45
48,54
49,03
45,67
68,83
56,06
40,73
70,86
39,28
48,03
54,54
76,15
B
C
C
C
C
CC
C
B
C
C
CC
A
Baik
Kurang
Kurang
Kurang
Baik
Cukup
Kurang
Baik
Kurang
Kurang
Cukup
Sangat
Baik
Sumber : Inspektorat Kabupaten Gianyar (2014)
Pedoman Umum Evaluasi AKIP dilaksanakan terhadap lima komponen besar
manajemen kinerja yang meliputi : perencanaan kinerja (35%), pengukuran
kinerja (20%), pelaporan kinerja (15%), evaluasi kinerja (10%), dan capaian
kinerja (20%). Hasil evaluasi dituangkan dalam bentuk nilai dengan kisaran
mulai dari 0 – 100, kategori, dan interpretasi ditunjukkan dalam Tabel 1.2.
xv
Tabel 1.2
Kategori, Nilai, dan Interpretasi Hasil Evaluasi LAKIP Kategori Nilai Angka Interpretasi
AA >85-100 Memuaskan
A >75-85 Sangat Baik
B >65-75 Baik perlu sedikit perbaikan
CC >50-65 Cukup perlu banyak perbaikan yang
tidak mendasar
C >30-50 Kurang, belum banyak perubahan
yang sangat mendasar
D 0-30 Sangat kurang, perlu banyak sekali
perbaikan yang sangat mendasar
Sumber : Permenpan RB Nomor 20 Tahun 2013
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa masih kurang optimalnya beberapa satuan
kerja perangkat daerah (SKPD) dalam pencapaian kinerjanya untuk mencapai
target 100%. Akumulasi capaian target AKIP sampai tahun 2014 sebesar 40%
dan persentase capaian kinerja terealisasi sebesar 53,33% dari 75 % target
RPJMD (LAKIP, 2014). Rendahnya capaian ini disebabkan oleh beberapa hal
yaitu :
1) belum sepenuhnya paham akan SAKIP, termasuk komponen – komponennya
dan belum ditetapkannya target secara benar, disamping pengukuran target
yang belum dilaksanakan dengan baik. Kedepan diharapkan akan terjadi
peningkatan yang ditunjukkan dengan nilai LAKIP yang baik.
2) belum adanya standar operating prosedure (SOP) yang jelas tentang
pengumpulan data kinerja dan bagaimana menyusun SOP yang benar
3) keterkaitan indikator hasil Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) /
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan penyajian sasaran
dalam dokumen penetapan kinerja (PK) yang belum selaras dengan dokumen
rencana strategis (Renstra) SKPD
xvi
4) dalam implementasi Perencanaan Kinerja Tahunan (PKT) , penetapan kinerja
belum maksimal dimonitor pencapaiannya secara berkala.
5) capaian kinerja yang belum sepenuhnya lebih baik dari tahun sebelumnya dan
informasi mengenai capaian kinerja yang belum sepenuhnya dapat
diandalkan.
Berdasarkan penilaian LAKIP Inspektorat Propinsi Bali dan Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan & RB)
yang telah melaksanakan evaluasi bahwa nilai AKIP Pemerintah Kabupaten
Gianyar tahun 2014 mendapat nilai 40.91 atau dengan predikat penilaian C
(kurang). Evaluasi ini ditujukan untuk menilai akuntabilitas kinerja dalam rangka
mendorong terwujudnya pemerintahan yang berorientasi pada hasil (result
oriented government).
Hasil rekomendasi ini diharapkan menjadi perhatian dan dapat segera
ditindaklanjuti agar terjadi peningkatan akuntabilitas kinerja yang lebih baik pada
tingkat Pemerintah Daerah dan SKPD. Sehingga akan menjadi instansi yang
akuntabel yang tidak hanya membelanjakan dana APBD, namun lebih kepada
penguatan dan peningkatan kinerja, sehingga akan dapat diterapkan anggaran
berbasis kinerja yang lebih baik (http://gianyarkab.go.id/DemiTerwujudnya Good
Governance, BPKP Sosialisasikan Penyusunan LAKIP)
Salah satu keberhasilan penerapan good governance tersebut tidak terlepas
dari pengaruh faktor intenal organisasi. Faktor internal adalah berbagai faktor
yang berasal dari dalam perusahaan, salah satunya adalah budaya organisasi
(Daniri, 2005: 15). Budaya organisasi berdampak pada kinerja organisasi, bahkan
xvii
mungkin merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan atau
kegagalan organisasi.
Fenomena yang terjadi di Indonesia penyebab kurang berhasilnya good
governance disebabkan kurangnya perhatian pemerintah terhadap budaya
organisasi. Hal ini seperti dikemukakan Sofian Effendi (2005) yang menyatakan
salah satu penyebab kurang berhasilnya reformasi administrasi untuk mendukung
penyelenggaraan tata pemerintahan yang amanah dan baik karena pemerintah
tidak menaruh perhatian yang serius terhadap perubahan budaya organisasi.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa budaya organisasi memainkan peran penting
di dalam penyelenggaraan tata pemerintahan yang amanah dan baik. Para ahli
bidang perilaku organisasi melihat bahwa hubungan konstruk budaya organisasi
dengan konstruk kinerja organisasional sangat erat.
Penelitian yang dilakukan Nurjanah (2008), Kasih (2011), Ahmad (2012),
Gholami (2013), Chandra (2013), serta Herli dan Hafidhah (2014) menyimpulkan
terdapat hubungan yang positif antara budaya organisasi terhadap kinerja
organisasi. Laswitarni (2010), Nooraisyah (2014), Vita (2015), Aryani (2013) dan
Trisnaningsih (2007) menyimpulkan tidak terdapat hubungan yang positif antara
budaya organisasi terhadap kinerja. Fenomena ini sangat menarik dan penting
untuk diteliti dan menjadi motivasi untuk mengangkat budaya organisasi dalam
penelitian ini.
Untuk mencapai kinerja yang berakuntabilitas, pemerintah daerah
menerapkan sistem pengendalian internal. Pengendalian intern pada pemerintah
pusat dan daerah berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008
xviii
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Sebagaimana dalam
Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 disebutkan bahwa
terciptanya SPIP ini dilatarbelakangi oleh penyelenggaraan kegiatan pada suatu
instansi pemerintah, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, sampai
dengan pertanggungjawaban harus dilaksanakan secara tertib, terkendali, efisien,
efektif, memperhatikan rasa keadilan, kepatutan, mempertimbangkan ukuran,
kompleksitas, dan sifat dari tugas serta fungsi instansi pemerintah tersebut.
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) diharapkan dapat menjadi alat
untuk antisipasi dan deteksi dini (built in control) terhadap ketidaksesuaian atau
celah pelanggaran yang mungkin timbul dalam organisasi. Ketika internal control
system yang dijabarkan dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
bekerja secara otomatis melakukan fungsi pengawasan, maka setiap insan
birokrasi pemerintah suka tidak suka akan bekerja “under control”. Untuk
mengatasi tingkat kecurangan (fraud) dari karyawan serta diharapkan sistem
pengendalian intern dapat mengendalikan proses penganggaran sesuai dengan
sasaran anggaran yang telah ditetapkan https://syukriy.wordpress.com)
Keberhasilan Kabupaten Gianyar meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) Tahun 2014 jelas bukan berarti harus mengendorkan sistem pengendalian
intern yang ada, mengingat Badan Pengawas Keuangan (BPK) masih menemukan
beberapa kelemahan dalam sistem pengendalian intern dan temuan yang terkait
dengan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan dihimbau agar
memperhatikan masalah-masalah yang menjadi temuan dan segera
menindaklanjuti rekomendasi yang diberikan oleh Badan Pengawas Keuangan
xix
(BPK) (http://denpasar.bpk.go.id)). Penelitian tentang pengendalian internal telah
banyak dilakukan yaitu oleh Ramandei (2009), ningrum (2010), Rohman dan
Kaltsum (2013). Namun, peneliti lain menyebutkan berbeda Bangun (2009),
Anjarwati (2012), Cefrida (2014), menyatakan bahwa pengendalian internal tidak
berpengaruh terhadap kinerja.
Pengelolaan pemerintah daerah yang berakuntabilitas, tidak bisa lepas dari
anggaran pemerintah daerah. Sesuai dengan pendapat Mardiasmo (2009:21) yang
mengatakan wujud dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah pemanfaatan
sumber daya yang dilakukan secara ekonomis, efisien, efektif, adil dan merata
untuk mencapai akuntabilitas publik. Anggaran merupakan elemen penting dalam
sistem pengendalian manajemen karena anggaran tidak saja sebagai alat
perencanaan keuangan, tetapi juga sebagai alat pengendalian, koordinasi,
komunikasi, evaluasi kinerja dan motivasi (Kenis, 1979; Chow et al., 1988;
Anthony dan Govindarajan, 1998).
Kenis (1979) mengungkapkan salah satu karakteristik sistem penganggaran
adalah kejelasan sasaran anggaran yang menunjukkan sejauh mana tujuan
anggaran ditetapkan dengan jelas dan spesifik agar anggaran tersebut dapat
dimengerti oleh orang yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran anggaran
tersebut. Sasaran anggaran yang jelas akan membantu aparat pelaksana anggaran
dalam mencapai target realisasi anggaran yang telah ditetapkan.
Penelitian mengenai pentingnya kejelasan sasaran anggaran terhadap
akuntabilitas kinerja dilakukan oleh banyak peneliti dengan hasil yang bervariasi.
Kusumaningrum (2010), Herawati. (2011), Anjarwati (2012), Rohman dan
xx
Kaltsum (2013), Setiawan (2013), Kewo (2014), Cefrida (2014), dan Emrinaldy
dkk. (2015) membuktikan secara empiris bahwa kejelasan sasaran anggaran
berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (AKIP).
Hasil penelitian yang berbeda ditunjukkan oleh, Istiyani (2011), Ramandei (2009),
Bangun (2009), serta Laksana dan Handayani (2014) bahwa kejelasan sasaran
anggaran tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja.
Ketidakkonsistenan hasil penelitian terdahulu memungkinkan adanya
variabel yang menjadi perantara dengan pendekatan kontijensi. Govindarajan
(1988) menyatakan bahwa pendekatan kontijensi dapat digunakan sebagai solusi
atas ketidakkonsistenan hasil-hasil riset sebelumnya. Pendekatan kontinjensi
memberikan pandangan bahwa hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat dipengaruhi oleh variabel yang bersifat kondisional, salah satunya
komitmen organisasi. Menurut Mowday, et al (1979), komitmen organisasi
merupakan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran (goal )
yang ingin dicapai organisasi. Komitmen organisasi merupakan variabel yang
sangat mempengaruhi kinerja pegawai karena komitmen organisasi merupakan
faktor internal (internal side) yang kuat dalam individu dan menyebabkan
individu berusaha keras mencapai tujuan organisasi.
Berdasarkan atas permasalahan yang disampaikan diatas maka hal ini menjadi
motivasi bagi penulis untuk meneliti pengaruh ketiga variabel yaitu budaya
organisasi, pengendalian internal dan kejelasan sasaran anggaran pada
akuntabilitas kinerja SKPD dengan komitmen organisasi sebagai variabel
moderasi.
xxi
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Bagaimanakah komitmen organisasi mememoderasi pengaruh budaya
organisasi pada Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) ?
2) Bagaimanakah komitmen organisasi memoderasi pengaruh pengendalian
internal pada Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) ?
3) Bagaimanakah komitmen organisasi memoderasi pengaruh kejelasan sasaran
anggaran pada Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) ?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Bertolak dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian juga dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1) Untuk mendapatkan bukti empiris moderasi komitmen organisasi terhadap
pengaruh budaya organisasi pada Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(AKIP)
2) Untuk mendapatkan bukti empiris moderasi komitmen organisasi terhadap
pengaruh pengendalian internal pada Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (AKIP)
3) Untuk mendapatkan bukti empiris moderasi komitmen organisasi terhadap
pengaruh kejelasan sasaran anggaran pada Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (AKIP)
xxii
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat berikut :
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberi gambaran dan pemahaman yang lebih
mendalam tentang hubungan secara empiris teori stewardship,goal setting
dan pendekatan kontijensi dengan peningkatan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (AKIP) dan faktor – faktor yang mempengaruhinya.
1.4.2 Manfaat praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
Pemerintah Kabupaten Gianyar mengenai pengaruh budaya organisasi,
pengendalian internal dan kejelasan sasaran anggaran pada Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dengan komitmen organisasi sebagai
variabel moderasi, sehingga nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai
bahan acuan dalam peningkatan kinerja pegawai.
xxiii