114
PERBEDAAN PENGARUH ANTARA KRISTALOID DAN KOLOID TERHADAP PERUBAHAN ELEKTROLIT (Na, K, Cl) TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Kedokteran Keluarga MinatUtama: IlmuBiomedik Oleh Maya Sapti Puspitosari NIM S501202042 i

repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

PERBEDAAN PENGARUH ANTARA KRISTALOID DAN KOLOID

TERHADAP PERUBAHAN ELEKTROLIT (Na, K, Cl)

TESIS

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

MinatUtama: IlmuBiomedik

OlehMaya Sapti Puspitosari

NIM S501202042

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2016

i

Page 2: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

HALAMAN PENGESAHAN

Halaman Pengesahan Tesis

PERBEDAAN PENGARUH ANTARA KRISTALOID DAN KOLOID

TERHADAP KADAR ELEKTROLIT

TESIS

Oleh:Maya Sapti Puspitosari

NIM S501202042

Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I: Dr. Hari Wujoso, dr, SpF, MM

NIP. 19621022 199503 1 001

..................... Juni 2016

Pembimbing II: Marthunus Judin, dr, SpAn, KAP

NIP. 19510221 19891 1 001

...................... Juni 2016

Mengetahui,

Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Program Pasca Sarjana UNS

Prof Dr A.A. Subiyanto, dr, MS.

NIP.19481107 197310 1 003

ii

Page 3: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

PERBEDAAN PENGARUH ANTARA KRISTALOID DAN KOLOID

TERHADAP PERUBAHAN ELEKTROLIT (Na, K, Cl)

Disusun Oleh:

Maya Sapti Puspitosari

NIM S501202042

Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua

Sekretaris

Anggota

Penguji

Prof Dr A.A. Subiyanto, dr, MSNIP.19481107 197310 1 003

Prof. Dr.Muchsin Doewes,dr.,MARS, PfarKNIP.19461102 197609 1 001

1. Dr. Hari Wujoso, dr., Sp F, MMNIP. 19621022 199503 1 001

.....................

.....................

......................

28 Juni 2016

28 Juni 2016

28 Juni 2016

2. Marthunus Judin, dr, SpAn, KAP

NIP. 19510221 1982112 001

...................... 28 Juni 2016

Direktur Program Pascasarjana UNS Ketua Program Studi Magister

Kedokteran Keluarga

iii

Telah dipertahankan didepan penguji

Dinyatakan telah memenuhi syarat

Pada tanggal: 2016

Page 4: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

Prof.Dr M Furqon Hidayatullah, MPdProf . Dr. A. A. Subiyanto,dr.MS NIP. 19600727 19870 2 1 110 NIP.19481107 197310 1 003

iv

Page 5: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN

PUBLIKASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa :

1. Tesis yang berjudul : “PERBEDAAN PENGARUH ANTARA

KRISTALOID DAN KOLOID TERHADAP PERUBAHAN

ELEKTROLIT (Na, K, Cl)” ini adalah karya penelitian sendiri dan

tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk

memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dengan

acuan yang disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar

pustaka. Apabila ternyata di dalam naskah tesis ini dapat dibuktikan unsur-

unsur plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi, baik tesis beserta

gelar magister saya dibatalkan serta diproses sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum

ilmiah harus menyertakan tim promotor sebagai author dan PPs UNS

sebagai institusinya. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan

publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang

berlaku.

Surakarta, Juni 2016

Maya Sapti Puspitosari

NIM S501202042

v

Page 6: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tesis ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, solawat dan

salam senantiasa tercurah kepada nabi besar Muhammad SAW.

Tesis dengan judul “PERBEDAAN PENGARUH ANTARA KRISTALOID

DAN KOLOID TERHADAP PERUBAHAN ELEKTROLIT (Na, K, Cl)”

inidisusun untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti Program Pendidikan

Anestesi dan Terapi Intensif di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Surakarta serta untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Magister

Kesehatan di Program Studi Magister Kesehatan Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan yang sebesar-besarnya

penulis sampaikan kepada Dr. Hari Wujoso, dr, SpF, MM. sebagai pembimbing

I yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan dorongan,

bimbingan, dan saran dalam proses penyelesaian tesis ini.

Terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan yang sebesar-besarnya

juga penulis sampaikan kepada Marthunus Judin, dr. SpAn. KAPsebagai

pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan

dorongan, bimbingan, dan saran dalam proses penyelesaian tesis ini.

Terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan yang sebesar-besarnya

juga penulis sampaikan kepada tim penguji, yang telah berkenan memberikan

waktu dan tenaga dalam proses penyelesaian tesis ini.

Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan rasa hormat yang setinggi-

tingginya kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.Si., sebagai Rektor Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

vi

Page 7: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

2. Prof.Dr. M Furqon Hidayatullah, MPd, sebagai Direktur Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Prof Dr Hartono, dr, M.Si sebagai Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Prof Dr A.A. Subijanto, dr, MS sebagai Ketua Program Studi Magister

Kedokteran Keluarga dan selaku pembimbing statistika atas waktu dan

bimbingan yang diberikan dalam rangka penyusunan tesis ini.

5. dr Endang Agustina., MKes., sebagai Direktur RSUD Dr. Moewardi

Surakarta.

6. dr Sugeng Budi Santoso, SpAn KMN , sebagai Kepala Bagian Ilmu

Anestesi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

7. dr Purwoko, SpAn KAKV, KAO, sebagai Ketua Program Studi Ilmu

Anestesi dan Terapi IntensifFakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

8. Guru-guruku yang tidak pernah lelah mengajari dan memberi kesempatan

penulis untuk menimba ilmu di Ilmu Anestesi dan Terapi Intensif

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

9. Kedua orang tua penulis, H. Moch Nasir (Alm) dan Ibunda Hj Trusmi

yang telah membesarkan, mengasuh dan mendidik disiplin kepada

penulis dengan penuh kasih sayang, memberikan dorongan, serta

mendoakan kelancaran selesainya tesis ini.

10. Kakak – kakak tersayang dr Hero Irawan, Hasbullah Islam, ST, dan

Dahlia Kusumaningsih , ST yang telah memberikan dukungan dan doa

untuk segera menyelesaikan tesis ini.

11. Semua rekan residen PPDS Anestesi dan Terapi Intensif Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang banyak membantu

pelaksanaan tesis ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.

vii

Page 8: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam tesis ini, untuk itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua

pihak.

Akhir kata semoga tesis ini bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan,

dan semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karuniaNYA kepada kita

semua.

Wasalamualaikum Wr. Wb.

Surakarta, Juni 2016

Penulis

Maya Sapti Puspitosari

NIM S501202042

viii

Page 9: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

DIFFERENCES BETWEEN THE EFFECT OF CHANGES CRYSTALLOIDANDCOLLOIDSOLUTIONSELECTROLYTE( Na , K , Cl )

Maya Sapti Puspitosari. Hari Wujoso,Marthunus Judin.Family Medical Study Program, Postgraduate Program, Surakarta Sebelas Maret University.

ABSTRACT

Background: Human body fluids about 60 % of body weight (BW ) consist of electrolytes and non electrolytes. Fluid resuscitation in surgery patients must be monitored in order to avoid interference with the body's acid-base balance. Fluid administration in patients who will be operating especiallySection Caesaria, previously rarely examined electrolytes, which can cause electrolyte balance disorders that would aggravate the metabolic process and its cure. Electrolyte monitoring patients undergoing surgery is necessary.It is closely related to fluid administration either pre , peri , and post operative.Authors interested in conducting research on the effect of crystalloid and colloid fluid as a replacement fluid of patients undergoing surgery.Objective: Analyze whether there are differences between crystalloid and colloid effect to changes in electrolytes ( Na , K , Cl ) postoperative Sectio Caesaria .Method: The study was conducted at Installation Surgery Center Moewardi Hospital Surakarta, starting from June to September 2015. Types of experimental study such as clinical trials with single -blind design pre- and post-test accidental controlled trials in patients undergoing elective and emergency Sectio Caesaria surgery as research subjects. The research group is divided into two groups Crystalloids ( K1 ) , and Colloid ( K2 ).Result: There are significant differences levels of electrolytes ( Na , K , and Cl ) before and after treatment in the group given ringerfundin fluid with reduced levels of Na = 2.0 % , K = 12.1 % , and Cl = 3.2 %.Ringerfundin and tetraspan can prevent the decrease of electrolytes in surgery patients ( p> 0.05). In the group ringerfundin decrease / changes in electrolyte levels were significantly ( p< 0.05 ) , whereas in the group tetraspan electrolyte levels do not decrease / change significantly ( p > 0.05 ) so it can be seen that there are differences in the effect of ringerfundin and tetraspan against changes in electrolyte levels.Conclusion:There are differences in the effect of ringerfundin and tetraspan to changes in electrolyte levels where tetraspan as perioperative fluid administration can maintain the body's electrolyte balance levels better than ringerfundin liquids.

Keywords: Ringerfundin , Tetraspan , Electrolyte Levels

ix

Page 10: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

PERBEDAAN PENGARUH ANTARA KRISTALOID DAN KOLOID

TERHADAP PERUBAHAN ELEKTROLIT (Na, K, Cl)

Maya Sapti Puspitosari. Hari Wujoso,Marthunus Judin. Program Studi Kedokteran Keluarga,Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Abstrak

LatarBelakang : Cairan tubuh manusia sekitar 60% dari berat badan (BB) tubuhyang terdiri dari elektrolit dan non elektrolit. Resusitasi cairan pada pasien operasi harus dimonitoring dengan baik untuk menghindari terjadinya gangguan keseimbangan asam basa tubuh.Pemberian cairan pada pasien yang akan operasi, khususnya sectiocaesaria (SC), sebelumnya jarang dilakukan pemeriksaan elektrolit, sehingga dapat menimbulkan gangguan keseimbangan elektrolit yang akan memperberat proses metabolik dan penyembuhannya. Monitoring elektrolit pasien yang menjalani operasi penting dilakukan. Hal ini erat kaitannya dengan pemberian cairan baik pre, peri, dan juga post operatif. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian cairan kristaloid dan koloid sebagai cairan pengganti pasien yang menjalani operasi.Tujuan:Menganalisis apakah ada perbedaan pengaruh antara kristaloid dan koloid terhadap perubahan elektrolit (Na, K, Cl) pasca operasi sectio caesaria.Metode Penelitian:Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Pusat RSUD Dr. Moewardi Surakarta, dimulai pada bulan Juni sampai September2015. jenis penelitian eksperimental berupa uji klinik dengan desain single blind pre and post test accidental control trial pada pasien yang menjalani operasi sectio caesaria elektif dan emergensi sebagai subyek penelitian.Kelompok penelitian dibagi menjadi dua yaitu kelompok Kristaloid (K1), dan Koloid (K2),

Hasil :Terdapat perbedaan yang signifikan kadar elektrolit (Na, K, dan Cl) sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok yang diberi cairan ringerfundin dimana terjadi penurunan kadar Na = 2,0% , K = 12,1% , dan Cl = 3,2%. Ringerfundin dan tetraspan sama-sama dapat mencegah turunnya elektrolit pada pasien operasi (p>0,05).Pada kelompok ringerfundin terjadi penurunan/perubahan kadar elektrolit yang signifikan (p<0,05), sedangkan pada kelompok tetraspan kadar elektrolit tidak terjadi penurunan/perubahan signifikan (p>0,05) sehingga dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan pengaruh pemberian ringerfundin dan tetraspan terhadap perubahan kadar elektrolit.Kesimpulan: terdapat perbedaan pengaruh pemberian ringerfundin dan tetraspan terhadap perubahan kadar elektrolit dimana pemberian tetraspan sebagai cairan perioperatif dapat mempertahankan keseimbangan kadar elektrolit tubuh lebih baik daripada cairan ringerfundin

Kata kunci:Ringerfundin, Tetraspan, Kadar Elektrolit

DAFTAR ISI

x

Page 11: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

Halaman

Halaman Judul .......................................................................................... i

Halaman Pengesahan................................................................................. ii

Pernyataan Keaslian Tesis dan Publikasi.................................................. iii

Kata Pengantar…………………………………………………………… iv

Abstract...................................................................................................... viii

Abstrak ...................................................................................................... ix

Daftar Isi.................................................................................................... x

Daftar Gambar…………………………………………………………… xiii

Daftar Tabel……………………………………………………………… xiv

Daftar Lampiran………………………………………………………….. xv

Daftar Singkatan........................................................................................ xvi

BAB I.PENDAHULUAN........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Rumusan Masalah....................................................................... 2

C. Tujuan Penelitian........................................................................ 3

C.1. Tujuan Umum..................................................................... 3

C.2. Tujuan Khusus.................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian....................................................................... 3

E. Keaslian Penelitian...................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI.................................................................. 5

A. Tinjauan Pustaka..................................................................... 5

2.A.1. Keseimbangan Elektrolit Tubuh................................. 5

2.A.2. Fisiologi Natrium, Kalium dan Klorida...................... 5

2.A.2.a Fisiologi Natrium........................................... 5

2.A.2.b Fisiologi Kalium........................................... 8

2.A.2.C Fisiologi Klorida.......................................... 9

2.A.3. Pemeriksaan Laboratorium......................................... 10

xi

Page 12: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

2.A.3.a Bahan Pemeriksaan....................................... 10

2.A.3.b Metode Pemeriksaan..................................... 11

2.A.4. Kebutuhan Cairan Rumatan dan Elektrolit................. 14

2.A.5. Ringerfundin............................................................... 15

2.A.6. Tetraspan..................................................................... 16

B. Penelitian yang relevan........................................................... 17

C. Kerangka Berpikir.................................................................. 19

D. Hipotesis................................................................................. 20

BAB III METODE PENELITIAN......................................................... 21

A. Waktu dan Tempat Penelitian................................................. 21

B. Rancangan Penelitian.............................................................. 21

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel............... 22

3.C.1. Populasi dan Sampel Penelitian.................................. 22

3.C.2. Besar Sampel.............................................................. 22

3.C.3. Teknik Pengambilan Sampel..................................... 23

D. Variabel Penelitian.................................................................. 23

3.D.1. Variabel Bebas............................................................ 23

3.D.2. Variabel Terikat.......................................................... 23

E. Definisi Operasional............................................................... 24

F. Perijinan Penelitian................................................................. 25

G. Alur Penelitian........................................................................ 26

H. Jalannya Penelitian................................................................. 27

I. Pengolahan Data..................................................................... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................. 29

A. Hasil Penelitian....................................................................... 29

4.A.1. Data Demografi........................................................... 29

4.A.2. Uji Normalitas Data Pasien......................................... 31

xii

Page 13: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

4.A.3. Perbedaan Kadar Elektrolit Antara Kelompok Ringerfundin

dan Tetraspan (Independen Sampel T Test)............... 32

4.A.3.a Sebelum Perlakuan (Pretest).......................... 32

4.A.3.b Sesudah Perlakuan (Posttest)........................ 33

4.A.4 Perbedaan Kadar Elektrolit Antara Kelompok Ringerfundin dan

Tetraspan (Paired Sampel T Test)................................................ 34

4.A.4.a Kelompok Ringerfundin............................... 34

4.A.4.b Kelompok Tetraspan.................................... 36

B. Pembahasan............................................................................ 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 43

A. Kesimpulan............................................................................. 43

B. Saran....................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 44

LAMPIRAN............................................................................................. 47

xiii

Page 14: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kation dan Anion utama dalam cairan intrasel dan ekstrasel......... 6

Gambar 3.1 Alur Penelitian................................................................................. 26

xiv

Page 15: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kadar Elektrolit dalam Cairan Ekstrasel dan Intrasel........................... 6

Tabel 2.2 Kebutuhan Cairan dan Elektrolit rumatan berdasarkan berat badan.... 15

Tabel 4.1. Karakteristik Responden...................................................................... 30

Tabel 4.2Hasil Uji Normalitas Data Penelitian................................................... 31

Tabel 4.3.Perbedaan Kadar Elektrolit (Na, K, Dan Cl) Sebelum Perlakuan antara

kelompokRingerfundin danTetraspan............................................................32

Tabel 4.4Perbedaan Kadar Elektrolit (Na, K, Dan Cl) Sesudah Perlakuan antara

kelompok Ringerfundin dan Tetraspan............................................................34

Tabel 4.5 Perbedaan Kadar Elektrolit (Na, K, Dan Cl) Sebelum dan Sesudah

Perlakuan Pada kelompok Ringerfundin..........................................................35

Tabel 4.6 Perbedaan Kadar Elektrolit (Na, K, Dan Cl) Sebelum dan Sesudah

Perlakuan Pada kelompok Tetraspan................................................................36.

xv

Page 16: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengantar Penelitian........................................................................ 47

Lampiran 2 Ethical Clearance............................................................................. 48

Lampiran 3 Tabulasi Data Penelitian.................................................................. 49

Lampiran 4 Pengolahan Penelitian menggunakan SPSS.................................... 50

Lampiran 5 Uji Independen Sampel T Test........................................................ 55

xvi

Page 17: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

DAFTAR SINGKATAN

AAS : Atonic Absorption Spectrofotometry

Cl : Chlorida

FSE : Flame Emission Spectrofotometry

ISE : Ion Selective Electrode

HES : Hydrxyethil Starch

K : Kalium

Kg : Kilogram

Na : Natrium

mEq : miliEquivalen

xvii

Page 18: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Cairan tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.Sekitar 60% dari

berat badan (BB) tubuh.Air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya disebut

dengan cairan tubuh yang terdiri dari elektrolit dan non elektrolit.Elektrolit

adalah zat kimia yang menghasilkan partikel bermuatan listrik yang

disebut ion jika berada dalam larutan. Elektrolit tubuh terdiri dari natrium

(Na+), Kalium (K+), Kalsium (Ca2+), Magnesium (Mg2+), Klorida (Cl-),

Bikarbonat (HCO3-), Fosfat (HPO4

2-), Sulfat (SO42-) (Ganong, 2005).

Terjadinya gangguan volume pada masing-masing kompartemen

cairan tubuh sering berhubungan dengan gangguan pada keseimbangan

elektrolit terutama Na. Mekanisme homeostatik tubuh secara

neurohormonal akan mengatur keseimbangan ini sehingga gangguan

tersebut harus diatasi dengan memberikan terapi yang sesuai dengan

gangguan yang timbul (Ganong, 2005; Mulyono dan Sunatrio, 2009).

Jumlah tindakan anestesi diseluruh dunia setiap tahunnya dapat

mencapai 240 juta tindakan, 10% tindakan tersebut dilakukan pada

pasien dengan risiko tinggi dengan angka mortalitas mencapai

80%. ]umlah pasien dengan risiko moderat mencapai 40%, dan jumlah

komplikasi minor mencapai 40% dimana komplikasi minor ini akan

meningkatkan biaya dari suatu pembedahan. Sebagian besar

komplikasi ini berhubungan dengan tindakan resusitasi yang tidak

adekuat dan adanya hipoperfusi jaringan. Berdasarkan fakta tersebut,

monitoring terhadap keseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen menjadi bagian yang penting pada periode perioperatif (Redjeki,

2013).

Pada periode perioperatif diusahakan menggunakan teknologi

yang tepat untuk pemberian cairan sehingga dapat digunakan

individualisasi dari goal directed fluid therapy. Pemberian cairan

Page 19: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

2

kristaloid yang berlebihan harus dihindari untuk mencegah terjadinya

kelebihan cairan dan natrium, jumlah cairan rumatan sebaiknya tidak

melebihi 2 cc/kgBB/jam (termasuk obat-obatan). Penggunaan cairan

Ringer Laktat dapat mencegah asidosis hiperkloremik (Redjeki, 2013).

Oleh karena itu, resusitasi cairan pada pasien operasi harus dimonitoring

dengan baik untuk menghindari terjadinya gangguan keseimbangan asam

basa tubuh.

Anestesi spinal merupakan salah satu teknik yang paling sering

dipilih pada operasi bedah sesar.Salah satu efek samping yang paling

sering dijumpai pada teknik anestesi spinal adalah terjadinya hipotensi.

Hal ini sebagai akibat blok simpatis dari obat anestesi lokal yang bekerja

di dalam ruang subarakhnoid adalah terjadinya hipotensi. Sebagian besar

parturien akan mempunyai mekanisme kompensasi yang cukup untuk

memelihara tekanan darah arteri. Hipotensi yang terjadi pada parturien

(dengan kondisi tekanan intra abdominal tinggi) akan menyebabkan

insidensi penurunan tekanan darah ± 20% lebih sering dibandingkan pada

pasien lainnya (Birnbach dan Browne, 2005).

Hasil ulasan system review spinal analgesia menunjukkan bahwa

kemampuan pemberian kristaloid sebagai cairan preloading untuk

mencegah hipotensi tidak konsisten dan dalam hal ini koloid lebih efektif

dibandingkan kristaloid (Mulyono et.al., 2009; Abdelrachman dan

Elzeftawy, 2007). Penelitian Riley et.al. (1995) menunjukkan hipotensi

lebih sedikit terjadi pada kelompok yang mendapat preload 500 ml

Hydroxyethyl Starch (HES) 6% dibandingkan kelompok yang mendapat

preload 1 liter Ringer Laktat (Riley et.al., 1995; Ueyama et.al., 1999).

Pemberian cairan pada pasien yang akan operasi, khususnya section

caesaria (SC), sebelumnya jarang dilakukan pemeriksaan elektrolit,

sehingga dapat menimbulkan gangguan keseimbangan elektrolit yang akan

memperberat proses metabolik dan penyembuhannya. Pemeriksaan

elektrolit setelah operasi sangat penting, karena intervensi cairan selama

Page 20: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

2

operasi, dengan alasan untuk mengontrol elektrolit dan keseimbangan

asam-basa (Rudi et. al., 2012).

Dari ulasan diatas, dapat diketahui bahwa monitoring elektrolit pasien

yang menjalani operasi penting dilakukan. Hal ini erat kaitannya dengan

pemberian cairan baik pre, peri, dan juga post operatif. Sehingga penulis

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian cairan

kristaloid dan koloid sebagai cairan pengganti pasien yang menjalani

operasi.

B. RUMUSAN MASALAH

Apakah ada perbedaan pengaruh antarakristaloid dan koloid

terhadap perubahan elektrolit (Na, K, Cl) pasca operasi sectio caesaria?

C. TUJUAN PENELITIAN

C.1. Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh antarakristaloid dan koloid terhadap perubahan

elektrolit (Na, K, Cl) pasca operasi sectio caesaria.

C.2. Tujuan Khusus

Mengukur kadar elektrolit (Na, K, Cl) pasca operasi sectio caesaria

.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan untuk mendukung teori dalam upaya

menerangkan tentang perbedaan pengaruh antarakristaloid dan koloid

terhadap perubahan elektrolit (Na, K, Cl) pasca operasi sectio caesaria.

Page 21: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

2

2. Apabila penelitian ini menunjukkan hasil cairan mana yang lebih baik

dalam menjaga keseimbangan elektrolit tubuh, maka hasil penelitian ini

dapat dikembangkan dan digunakan dalam praktek klinis.

E. KEASLIAN PENELITIAN

Berdasarkan penelusuranpublikasiilmiah dipublikasi medis dengan

kata kuncielectrolyte level, ringerfundin

dantetraspantidakditemukanpenelitian yang

menunjukkanperbedaankadarelektrolit pada cairan ringerfundin dan

tetraspan.

Page 22: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

2.A.1. KESEIMBANGAN ELEKTROLIT TUBUH

Elektrolit adalah senyawa di dalam larutan yang

berdisosiasi menjadi partikel yang bermuatan (ion) positif atau

negatif.Ion bermuatan positif disebut kation dan ion bermuatan

negatif disebut anion. Keseimbangan keduanya disebut sebagai

elektronetralitas (Sacher dan Mc. Pherson, 2002; Darwis et.al.,

2008; Matfin G dan Porth, 2009). Sebagian besar proses

metabolism memerlukan dan dipengaruhi oleh elektrolit.

Konsentrasi elektrolit yang tidak normal dapat menyebabkan

banyak gangguan (Scott et.al., 2006).

Pemeliharaan homeostasis cairan tubuh adalah penting bagi

kelangsungan hidup semua organisme. Pemeliharaan tekanan

osmotik dan distribusi beberapa kompartemen cairan tubuh

manusia adalah fungsi utama empat elektrolit mayor, yaitu natrium

(Na+), kalium (K+), klorida (Cl-), dan bikarbonat (HCO3-).

Pemeriksaan keempat elektrolit mayor tersebut dalam klinis

dikenal sebagai ”profil elektrolit” (Scott et.al., 2006).

2.A.2 FISIOLOGI NATRIUM, KALIUM DAN KLORIDA

Cairan tubuh terdiri dari air dan elektrolit.Cairan tubuh

dibedakan atas cairan ekstrasel dan intrasel.Cairan ekstrasel

meliputi plasma dan cairan interstisial.Distribusi elektrolit pada

cairan intrasel dan ekstrasel dapat dilihat pada Gambar 2.1 (Guyton

dan Hall, 2008; Siregar, 2009).

Page 23: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

6

Gambar 2.1.Kation dan Anion utama dalam cairan intrasel dan ekstrasel

(Guyton dan Hall, 2008)

2.A.2.a Fisiologi Natrium

Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel,

jumlahnya bisa mencapai 60 mEq per kilogram berat badan dan

sebagian kecil (sekitar 10-14 mEq/L) berada dalam cairan intrasel

(Matfin dan Porth, 2009; O’Callaghan, 2009). Lebih dari 90%

tekanan osmotik di cairan ekstrasel ditentukan oleh garam yang

mengandung natrium, khususnya dalam bentuk natrium klorida

(NaCl) dan natrium bikarbonat (NaHCO3) sehingga perubahan

tekanan osmotik pada cairan ekstrasel menggambarkan perubahan

konsentrasi natrium (Darwis et.al., 2009).

Perbedaan kadar natrium intravaskuler dan interstitial

disebabkan oleh keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan

perbedaan kadar natrium dalam cairan ekstrasel dan intrasel

disebabkan oleh adanya transpor aktif dari natrium keluar sel yang

bertukar dengan masuknya kalium ke dalam sel (pompa Na+, K+)

(Sacher dan Mcpherson, 2002; Matfin dan Porth, 2009; Stefan dan

Florian, 2007; Fischbach et.al., 2009). Kadar natrium dalam cairan

ekstrasel dan cairan intrasel dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1.Kadar Elektrolit dalam Cairan Ekstrasel dan Intrasel

(Darwis et.al., 2008)

Plasma mEq/L

Cairan InterstitialmEq/L

Cairan IntraselulermEq/L

Na+ 140 148 13

K+ 4,5 5,0 140

Page 24: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

7

Ca2+ 5 , 0 4,0 1x10-7

Mg2+ 1 , 7 1,5 7,0

Cl- 104 115 3,0

HCO3 24 27 10

SO42+ 1 , 0 1,2 -

PO42- 2 , 0 2,3 107

Protein 1 5 8 40

Anion Organik

5 , 0 5,0 -

Jumlah natrium dalam tubuh merupakan gambaran

keseimbangan antara natrium yang masuk dan natrium yang

dikeluarkan. Pemasukan natrium yang berasal dari diet melalui

epitel mukosa saluran cerna dengan proses difusi dan

pengeluarannya melalui ginjal atau saluran cerna atau keringat di

kulit (Darwis et.al., 2008; Singer dan Brenner, 2008). Pemasukan

dan pengeluaran natrium perhari mencapai 48-144 mEq (Darwis

et.al., 2008).

Jumlah natrium yang keluar dari traktus gastrointestinal dan

kulit kurang dari 10%.Cairan yang berisi konsentrasi natrium yang

berada pada saluran cerna bagian atas hampir mendekati cairan

ekstrasel, namun natrium direabsorpsi sebagai cairan pada saluran

cerna bagian bawah, oleh karena itu konsentrasi natrium pada feses

hanya mencapai 40 mEq/L4.

Keringat adalah cairan hipotonik yang berisi natrium dan

klorida. Kandungan natrium pada cairan keringat orang normal

rerata 50 mEq/L. Jumlah pengeluaran keringat akan meningkat

sebanding dengan lamanya periode terpapar pada lingkungan yang

panas, latihan fisik dan demam (Matfin dan Porth, 2009).

Ekskresi natrium terutama dilakukan oleh ginjal.Pengaturan

eksresi ini dilakukan untuk mempertahankan homeostasis natrium,

yang sangat diperlukan untuk mempertahankan volume cairan

Page 25: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

8

tubuh. Natrium difiltrasi bebas di glomerulus, direabsorpsi secara

aktif 60-65% di tubulus proksimal bersama dengan H2O dan

klorida yang direabsorpsi secara pasif, sisanya direabsorpsi di

lengkung henle (25-30%), tubulus distal (5%) dan duktus

koligentes (4%). Sekresi natrium di urine <1%. Aldosteron

menstimulasi tubulus distal untuk mereabsorpsi natrium bersama

air secara pasif dan mensekresi kalium pada sistem renin-

angiotensin-aldosteron untuk mempertahankan elektroneutralitas

(Stefan dan Florian, 2007; Widmaier et.al., 2004).

Nilai Rujukan Natrium

- serum bayi : 134-150 mmol/L

- serum anak dan dewasa : 135-145 mmol/L

- urine anak dan dewasa : 40-220 mmol/24 jam

- cairan serebrospinal : 136-150 mmol/L

- feses : kurang dari 10 mmol/hari (Scott et.al., 2006).

2.A.2.b Fisiologi Kalium

Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam

cairan intrasel.Konsentrasi kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan

konsentrasi kalium ekstrasel 4-5 mEq/L (sekitar 2%). Jumlah

konsentrasi kalium pada orang dewasa berkisar 50-60 per

kilogram berat badan (3000-4000 mEq). Jumlah kalium ini

dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin.Jumlah kalium pada

wanita 25% lebih kecil dibanding pada laki-laki dan jumlah kalium

pada orang dewasa lebih kecil 20% dibandingkan pada anak-anak

(Reilly dan Perazella, 2007).

Perbedaan kadar kalium di dalam plasma dan cairan

interstisial dipengaruhi oleh keseimbangan Gibbs-Donnan,

sedangkan perbedaan kalium cairan intrasel dengan cairan

interstisial adalah akibat adanya transpor aktif (transpor aktif

kalium ke dalam sel bertukar dengan natrium).

Page 26: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

9

Jumlah kalium dalam tubuh merupakan cermin

keseimbangan kalium yang masuk dan keluar.Pemasukan kalium

melalui saluran cerna tergantung dari jumlah dan jenis makanan.

Orang dewasa pada keadaan normal mengkonsumsi 60-100 mEq

kalium perhari (hampir sama dengan konsumsi natrium). Kalium

difiltrasi di glomerulus, sebagian besar (70-80%) direabsorpsi

secara aktif maupun pasif di tubulus proksimal dan direabsorpsi

bersama dengan natrium dan klorida di lengkung henle.Kalium

dikeluarkan dari tubuh melalui traktus gastrointestinal kurang dari

5%, kulit dan urine mencapai 90% (Ganong, 2005).

Nilai Rujukan Kalium

- serum bayi : 3,6-5,8 mmol/L

- serum anak : 3,5-5,5 mmo/L

- serum dewasa : 3,5-5,3 mmol/L

- urine anak : 17-57 mmol/24 jam

- urine dewasa : 40-80 mmol/24 jam

- cairan lambung : 10 mmol/L (Scott et.al., 2006; Reilly dan

Parazella, 2007).

Ketidakseimbangan elektrolit kalium menyebabkan beberapa

penyakit serius. Regulasi kalium dilakukan oleh ginjal (Prough

et.al., 2009). Sehingga gangguan fungsi ginjal dapat berpengaruh

terhadap keseimbangan elektrolit kalium dalam darah.

2.A.2.c Fisiologi Klorida

Klorida merupakan anion utama dalam cairan

ekstrasel.Pemeriksaan konsentrasi klorida dalam plasma berguna

sebagai diagnosis banding pada gangguan keseimbangan asam-

basa, dan menghitung anion gap (Klutts dan Scott, 2006).

Jumlah klorida pada orang dewasa normal sekitar 30 mEq

per kilogram berat badan.Sekitar 88% klorida berada dalam cairan

ekstraseluler dan 12% dalam cairan intrasel.Konsentrasi klorida

pada bayi lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak dan

Page 27: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

10

dewasa.Keseimbangan Gibbs-Donnan mengakibatkan kadar

klorida dalam cairan interstisial lebih tinggi dibanding dalam

plasma. Klorida dapat menembus membran sel secara pasif

(Widmaier et.al., 2004). Perbedaan kadar klorida antara cairan

interstisial dan cairan intrasel disebabkan oleh perbedaan potensial

di permukaan luar dan dalam membran sel (Eaton dan Pooler,

2009).

Jumlah klorida dalam tubuh ditentukan oleh keseimbangan

antara klorida yang masuk dan yang keluar.Klorida yang masuk

tergantung dari jumlah dan jenis makanan. Kandungan klorida

dalam makanan sama dengan natrium. Orang dewasa pada keadaan

normal rerata mengkonsumsi 50-200 mEq klorida per hari, dan

ekskresi klorida bersama feses sekitar 1-2 mEq perhari.Drainase

lambung atau usus pada diare menyebabkan ekskresi klorida

mencapai 100 mEq perhari.Kadar klorida dalam keringat

bervariasi, rerata 40 mEq/L. Bila pengeluaran keringat berlebihan,

kehilangan klorida dapat mencapai 200 mEq per hari.Ekskresi

utama klorida adalah melalui ginjal (Matfin dan Portg, 2009).

Nilai Rujukan Klorida

- serum bayi baru lahir : 94-112 mmol/L

- serum anak : 98-105 mmol/L

- serum dewasa : 95-105 mmol/L

- keringat anak : <50 mmol/L

- keringat dewasa : <60 mmol/L

- urine : 110-250 mmol/24 jam

- feses : 2 mmol/24 jam (Scott et.al., 2006; Reilly dan Parazella,

2007)

2.A.3 PEMERIKSAAN LABORATORIUM

2.A.3.a Bahan Pemeriksaan

Page 28: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

11

Pemeriksaan dapat dilakukan pada sampel whole blood,

plasma, serum, urine, keringat, feses, dan cairan

tubuh.Pemeriksaan pada whole blood biasanya dilakukan

bersama dengan pemeriksaan pH dan gas darah dan harus

segera diperiksa (kurang dari 1 jam).Sampel serum, plasma

atau urine dapat disimpan pada refrigerator dalam tabung

tertutup pada suhu 200C - 800C dan dihangatkan kembali pada

suhu ruangan (1500C -3000C) sebelum diperiksa (Klutts dan

Scott, 2006). Sampel feses harus cair, disaring dan diputar

(sentrifugasi) sebelum dilakukan pemeriksaan (Klutts dan

Scott, 2006; Scott et.al., 2006).

2.A.3.b Metode Pemeriksaan

Pemeriksaan dengan Metode ElektrodaIon Selektif (Ion

Selective Electrode/ISE)

Pemeriksaan kadar natrium, kalium, dan klorida dengan

metode elektroda ion selektif (Ion Selective Electrode/ISE)

adalah yang paling sering digunakan. Data dari College of

American Pathologists (CAP) pada 5400 laboratorium yang

memeriksa natrium dan kalium, lebih dari 99% menggunakan

metode ISE. Metode ISE mempunyai akurasi yang baik,

koefisien variasi kurang dari 1,5%, kalibrator dapat dipercaya

dan mempunyai program pemantapan mutu yang baik (Klutts

dan Scott, 2006).

ISE ada dua macam yaitu ISE direk dan ISE

indirek.ISE direk memeriksa secara langsung pada sampel

plasma, serum dan darah utuh.Metode inilah yang umumnya

digunakan pada laboratorium gawat darurat.Metode ISE

indirek yang diberkembang lebih dulu dalam sejarah teknologi

ISE, yaitu memeriksa sampel yang sudah diencerkan (Klutts

dan Scott, 2006).

Page 29: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

12

Pada dasarnya alat yang menggunakan metode ISE

untuk menghitung kadar ion sampel dengan membandingkan

kadar ion yang tidak diketahui nilainya dengan kadar ion yang

diketahui nilainya. Membran ion selektif pada alat mengalami

reaksi dengan elektrolit sampel.Membran merupakan penukar

ion, bereaksi terhadap perubahan listrik ion sehingga

menyebabkan perubahan potensial membran.Perubahan

potensial membran ini diukur, dihitung menggunakan

persamaan Nerst, hasilnya kemudian dihubungkan dengan

amplifier dan ditampilkan oleh alat.

Pemeriksaan dengan Spektrofotometer EmisiNyala (Flame

Emission Spectrofotometry/FES)

Spektrofotometer emisi nyala digunakan untuk

pengukuran kadar natrium dan kalium. Penggunaan

spektrofotometer emisi nyala di laboratorium berlangsung

tidak lama, selanjutnya penggunaannya dikombinasi dengan

elektrokimia untuk mempertahankan penggunaan dan

keamanan prosedurnya (Klutts dan Scott, 2006).

Prinsip pemeriksaan spektrofotometer emisi nyala

adalah sampel diencerkan dengan cairan pengencer yang berisi

litium atau cesium, kemudian dihisap dan dibakar pada nyala

gas propan. Ion natrium, kalium, litium, atau sesium bila

mengalami pemanasan akan memancarkan cahaya dengan

panjang gelombang tertentu (natrium berwarna kuning dengan

panjang gelombang 589nm, kalium berwarna ungu dengan

panjang gelombang 768 nm, litium 671 nm, sesium 825 nm).

Pancaran cahaya akibat pemanasan ion dipisahkan dengan

filter dan dibawa ke detector sinar (Klutts dan Scott, 2006).

Pemeriksaan dengan Spektrofotometer berdasarkan

Aktivasi Enzim

Page 30: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

13

Prinsip pemeriksaan kadar natrium dengan metode

spektrofotometer yang berdasarkan aktivasi enzim yaitu

aktivasi enzim beta-galaktosidase oleh ion natrium untuk

menghidrolisis substrat o-nitrophenyl-β- D-galaktipyranoside

(ONPG). Jumlah galaktosa dan onitrofenol yang terbentuk

diukur pada panjang gelombang 420 nm (Klutts dan Scott,

2006).

Prinsip pemeriksaan kalium dengan metode

spektrofotometer adalah ion K+ mengaktivasi enzim

tryptophanase.Prinsip pemeriksaan klorida dengan metode

spektrofotometer adalah reaksi klorida dengan merkuri

thiosianat menjadi merkuri klorida dan ion thiosianat.Ion

thiosianat bereaksi dengan ion ferri dan dibaca pada panjang

gelombang 480 nm (Klutts dan Scott, 2006).

Pemeriksaan dengan spektrofotometer atomSerapan

(Atomic Absorption Spectrophotometry/AAS)

Prinsip pemeriksaan dengan spektrofotometer atom

serapan adalah teknik emisi dengan elemen pada sampel

mendapat sinar dari hollow cathode dan cahaya yang

ditimbulkan diukur sebagai level energy yang paling rendah.

Elemen yang mendapat sinar dalam bentuk ikatan kimia (atom)

dan ditempatkan pada ground state (atom netral). Metode

spektrofotometer atom serapan mempunyai sensitivitas

spesifisitas yang lebih tinggi dibandingkan metode

spektrofotometer nyala emisi.

Pemeriksaan Kadar Klorida dengan MetodeTitrasi

Merkurimeter

Prinsip: Spesimen filtrat yang bebas protein dititrasi

dengan larutan merkuri nitrat, dengan penambahan

diphenylcarbazone sebagai indikator. Hg2+ yang bebas,

bersama klorida membentuk larutan merkuri klorida yang tidak

Page 31: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

14

terionisasi14.Kelebihan ion Hg2+ bereaksi dengan

diphenylcarbazone membentuk senyawa kompleks berwarna

biru-ungu.Titik akhir dari titrasi adalah saat mulai timbul

perubahan warna (Klutts dan Scott, 2006).

Pemeriksaan Kadar Klorida dengan MetodeTitrasi

Kolorimetrik-Amperometrik

Prinsip pemeriksaan kadar klorida dengan metode

titrasi kolorimetrik-amperometrik bergantung pada generasi

Ag+ dari elektroda perak yang konstan dan pada reaksi dengan

klorida membentuk klorida perak yang tidak larut. Interval

waktu yang digunakan sebanding dengan kadar klorida pada

sampel (Klutts dan Scott, 2006).

2.A.4. KEBUTUHAN CAIRAN RUMATAN DAN ELEKTROLIT

Kebutuhan cairan rumatan untuk mengganti kehilangan

cairan sensible dan insensible harus dihitung secara teliti dan

tergantung pada pemakaian energi, meskipun jumlah itu bisa

dihitung berdasarkan berat badan.Kehilangan insensible melalui

kulit dan saluran napas yang biasanya bebas elektrolit lebih besar

pada bayi baru lahir daripada orang dewasa.Kehilangan sensible

terutama dari urin mengambil porsi 50% kebutuhan cairan. Jadi

kehilangan cairan melalui urin tidak perlu diganti sepanjang

output urin tidak lebih dari 50-60% cairan rumatan. Kebutuhan

kalori untuk tumbuh bisa di perkirakan equivalent dengan kcal

untuk setiap cc kebutuhan air. Faktor yang dapat meningkatkan

kebutuhan kalori dan air ialah panas (10% untuk setiap 1 derajat

C), aktifitas fisik, kehilangan gastrointestinal yang sedang

berlangsung, hiperventilasi, keadaan hipermetabolik. Kebalikan

dari keadaan diatas seperti anuria, oligouria atau gagaljantung

kongestif, bisa mengurangi kebutuhan cairan.

Page 32: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

15

Kebutuhan rumatan untuk air bervariasi tergantung berat

dan dapat dihitung seperti tercantum pada Tabel 2.2.Kebutuhan

elektrolit yang relatif konstan pada anak juga tampak pada tabel.

Tabel 2.2.Kebutuhan cairan dan elektrolit rumatan berdasarkan berat

badan

Cairan

dan

Elektrolit

Berat badan (kg)

0-10 10-20 > 20

Total air 100 mL/kg

1000 mL + 50

mL/kg Untuk setiap

kg>10 kg

1500 mL + 20

mL/kg untuk setiap

kg>20 kg

Natrium 3 mEq/kg 3 mEq/kg 3 mEq/kg

Kalium 2 mEq/kg 2 mEq/kg 2 mEq/kg

Khlorida 5 mEq/kg 5 mEq/kg 5 mEq/kg

Resusitasi cairan merupakan bagian penting dari penatalaksanaan

medis modern, baik akibat perdarahan ataupun dehidrasi, pemberian cairan

yang tepat baik dalam jenis dan jumlahnya akan mempengaruhi hasil akhir

dari penanganan. Namun disamping volume sebagai target utama yang

hendak dicapai, kita juga harus mengetahui efek metabolik lain dari cairan

yang kita berikan, terutama pengaruhnya dalam keseimbangan asam basa

dan elektrolit. Waktu pemeriksaan sangat mempengaruhi hasil

pemeriksaan yang dihasilkan, oleh karena itu untuk mendapatkan

keuntungan dari terapi cairan dan menghindari efek yang tidak diinginkan,

maka penting bagi klinis untuk mengetahui kapan waktu monitoring

keseimbangan asam basa dan elektrolit yang tepat, pasca terapi cairan.

2.A.5 RINGERFUNDIN

Ringerfundin merupakan cairan kristaloid dengan komposisi

1000 mL mengandung:

Sodium chloride 6.80 gram

Page 33: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

16

Potassium chloride 0.30 gram

Magnesium chloride hexahydrate 0.20 gram

Calcium chloride dihydrate 0.37 gram

Sodium acetate trihydrate 3.27 gram

L-malic acid 0.67 gram

Selain itu, ringerfundin adalah larutan elektrolit, dimana

kandungan Natrium didalammya mencapai 145 mmol/L. konsentrasi

kalium, magnesium, dan kalium pada ringerfundin hampir sama

dengan yang ditemukan dalam plasma, sedangkan konsentrasi

natriumnya sedikit lebih tinggi dalam rangka untuk mencapai

osmolaritas fisiologi. Oleh karena itu, ringerfundin dapat digunakan

untuk terapi cairan akibat ketidakseimbangan elektrolit (Lobo et.al.,

2013). Komposisi elektrolit pada ringerfundin adalah sebagai berikut:

Sodium 145.0 mEq/L

Potassium 4.0 mEq/L

Magnesium 1.0 mEq/L

Calcium 2.5 mEq/L

Chloride 127.0 mEq/L

Acetate 24.0 mmol/L

Malate 5.0 mmol/L

Osmolaritas: 309 mOsm/L

Ringerfundin berisi 24 mmol/L asetat dan 5 mmol/L malat.Hasil

metabolismenya melepaskan 34 mmol/L bikarbonat. Asetat dan malat

lebih disukai dibandingkan dengan laktat karena metabolismenya tidak

terbatas pada hati saja dan penggunaan konsumsi oksigen yang lebih

rendah (Lobo et.al., 2013).

2.A.6 TETRASPAN

Tetraspan dengan komposisi utama HES (Hydroxyethil

starch) merupakan cairan koloidyang digunakan sebagai terapi

cairan dan mencegah hipovolemi. HES sendiri merupakan

Page 34: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

17

polisakarida derivate amilopectin.,komposisi elektrolit 1000 mL

tetraspan mengandung:

Komposisi elektrolit pada tetraspan adalah sebagai berikut:

Sodium 140.0 mEq/L

Potassium 4.0 mEq/L

Magnesium 1.0 mEq/L

Calcium 2.5 mEq/L

Chloride 118.0 mEq/L

Acetat 24 mEq/L

Malate 5.0

Osmolaritas: 296 mOsm/L

Beberapa preparat HES telah banyak berhasil digunakan

untuk memperbaiki makro dan mikro sirkulasi pada pasien

hipovolemi.Efek tersebut ditentukan oleh tingginya daya hemodilusi

pada kombinasi dengan aktivitas spesifik sel darah merah, trombosit,

viskositas plasma, dan endothelium. Akan tetapi, pasien yang diterapi

dengan HES dalam NaCl 0.9% (Venofundin) dilaporkan mengalami

dilusi dan asidosis hiperkloremi lebih besar dibandingkan dengan

pasien yang diterapi dengan HES dalam larutan berimbang (tetraspan)

(Wilkes et al., 2001).

Ringerfundin berisi 24 mmol/L asetat dan 5 mmol/L malat.

Komposisi buffer ini menyebabkan kedua cairan ini memiliki tingkat

keasaman yang hampir sama dan termasuk dalam larutan berimbang.

B. PENELITIAN YANG RELEVAN

Telah dilakukan penelitian oleh Rudi et.al (2012) yang merupakan

penelitian eksperimental berupa uji klinik tahap 2 yang dilakukan secara acak

tersamar ganda dengan tujuan untuk mengetahui cairan mana yang lebih baik,

RL ataupun NaCl 0,9% terhadap Strong Ion Difference (SID) keseimbangan

asam basa yang didasarkan pada metode Stewart. Penelitian ini

membandingkan elektrolit dengan penggunaan cairan kristaloid dengan

Page 35: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

18

komposisi yang berbeda, yakni balanced buffer (larutan berimbang) dan

unbalance buffer (larutan tidak berimbang). Penelitian ini menyimpulkan

bahwa pemberian cairan RL lebih menguntungkan karena dapat membantu

mempertahankan keseimbangan asam-basa tubuh (Rudi et.al., 2012). Sehingga

dalam praktek pemberian cairan pengganti pada operasi lebih sering digunakan

larutan berimbang (ringer laktat) dibandingkan dengan tidak berimbang

(NaCl). Kemudian penelitian dikembangkan oleh Ghulam (2014) yang

membandingkan pengaruh pemberian ringerfundin dan ringerlaktat terhadap

perubahan elektrolit (Na, K, Cl) dan perbedaan ion kuat pada operasi Section

Caesaria.Ringer laktat dan ringerfundin merupakan kristaloid yang termasuk

larutan berimbang dengan perbedaan pada basis cairan yakni laktat dengan

malat-asetat.Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh

antara pemberian ringerfundin dan ringerlaktat terhadap elektrolit dan

perbedaan ion kuat (Ghulam, 2014).Perbedaan malat-asetat dengan laktat

adalah terletak pada metabolismenya. Malat dan asetat lebih disukai karena

metabolismenya tidak terbatas pada hati saja dan konsumsi oksigennya lebih

rendah (Lobo et.al., 2009).

Dalam makalah lain berdasarkan system review analgesiaspinal,

didapatkan hasil bahwakemampuan cairan kristaloid sebagaicairan preloading

untuk mencegahhipotensi tidak konsisten dan koloiddalam hal ini lebih efektif

daripadakristaloid (Mulyono et.al., 2009). Cairan koloid juga

mampumenurunkan kebutuhan pemakaianefedrin sebagai vasopressor

danmenurunkan insidensi terjadinya mualmuntah hingga penurunan kesadaran

(Riley et.al., 1995).

Penelitian Riley et.al (1995) menunjukkanbahwa hipotensi lebih sedikit

terjadi padakelompok yang mendapatkan preload 500mL HES 6 %

dibandingkan kelompokyang mendapatkan preload 1 liter Ringer Laktat.

Sedangkan penelitian Ueyama (1999)membandingkan kelompok yang

diberipreload Ringer Laktat 1,5 liter, koloidHES 6 % 1 Liter, dan koloid HES

6%500 ml, didapatkan hasil bahwakelompok yang mendapatkan preloadHES

Page 36: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

PCBLOP

AGDP

PP

RF TS

KCELEKTROLIT

19

6% 1 liter lebih sedikit mengalamihipotensi dibandingkan kelompoklainnya

(Riley et.al., 1995; Ueyama et.al, 1999).

Menurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion

kuat, dan peningkatan klorida pada pasien yang diberikan HES 6% dalam

larutan NaCl dibandingkan dengan HES 6% dalam larutan berimbang secara

statistik tidak bermakna (Suriyadi et.al., 2012).

Dari beberapa penelitian tersebut maka dapat dirangkum bahwa larutan

berimbang seperti ringerfundin dan ringer laktat sama-sama memiliki

kemampuan yang cukup baik dalam menjaga keseimbangan elektrolit darah

pasien yang dilakukan pembedahan. Sedangkan pada penelitian lain disebutkan

bahwa pemberian koloid pre operasi dapat menjaga pasien dari hipotensi lebih

baik dibandingkan dengan kristaloid. Sehingga perlu diteliti pengaruh

pemberian kristaloid dan koloid terhadap elektrolit pasien yang dilakukan

pembedahan.

C. KERANGKA BERPIKIR

Keterangan:

: diperiksa

: tidak diperiksa

LOP : Lama Operasi

PP : Penyakit Penyerta

AGD : Analisa Gas Darah

P : Perdarahan

Page 37: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

20

PCB : Pemberian Cairan Balans

RF : Ringer Fundin

TS : Tetraspan

KC : Kehilangan Cairan

Operasi dapat menyebabkan perdarahan dan kehilangan cairan tubuh

sehingga lama operasi sangat berpengaruh terhadap jumlah perdarahan. Hal

tersebut akan berpengaruh terhadap keseimbangan elektrolit tubuh. Selain itu,

beberapa penyakit penyerta pada pasien seperti penyakit pernapasan, diabetes

mellitus, penyakit kardiovaskular, gangguan fungsi hati dan ginjal, penyakit

berat, dan gangguan saluran pencernaan akan berpengaruh pada asam basa

tubuh, mempengaruhi hasil analisa gas darah.

D. HIPOTESIS

Terdapat perbedaan pengaruh pemberian kristaloid dan koloid terhadap

perubahan elektrolit (Na, K, Cl) pasca operasi sectio caesaria

Page 38: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

21

BAB III

METODE PENELITIAN

1.

A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Pusat RSUD Dr. Moewardi Surakarta,

dimulai pada bulan Juni sampai September2015. Penelitian ini dilakukan di

Instalasi Bedah SentralRSUD Dr. Moewardi Surakarta.

B. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental berupa uji

klinik dengan desain single blind pre and post test accidental control trial pada

pasien yang menjalanai operasi sectio caesaria elektif dan emergensi sebagai

subyek penelitian dengan tujuan mencari perbedaan efektivitas pemberian infus

kristaloid dan koloid terhadap perubahan elektrolit Na, K, dab Cl. Kelompok

penelitian dibagi menjadi dua yaitu kelompok Kristaloid (K1), dan Koloid

(K2), penjelasannya sebagai berikut :

K1 : Kelompok pasien yang menjalani operasi sectio caesaria elektif

dan emergensi yang diberikan cairan kristaloid berupa

ringerfundin sebagai cairan pengganti pasca operasi

K2 : Kelompok pasien yang menjalani operasi sectio caesaria elektif

dan emergensi yang diberikan cairan koloid berupa tetraspan

sebagai cairan pengganti pasca operasi.

Page 39: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

22

C. POPULASI, SAMPEL DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

3.C.1 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah

pasien yang menjalani sectio caesaria elektif dan emergensi

dengan status fisik ASA I dan II, dengan perkiraan perdarahan

<15% EBV di Instalasi Bedah Pusat RSUD Dr.Moewardi dalam

kurun waktu Juni – September 2015.

Subjek penelitiannya adalah semua pasien yang menjalani

sectio caesaria elektif dan emergensi dengan status fisik ASA I dan

II, dengan perkiraan perdarahan <15% EBV EBV di Instalasi

Bedah Pusat RSUD Dr.Moewardi dalam kurun waktu Juni –

September 2015, tidak ada kelainan elektrolit sebelumnya, kelainan

jantung, ginjal, DM, hipoproteinemia yang dilakukan persetujuan

tindakan pembiusan dan operasi (informed consent)

Kriteria inklusi :

a. Wanita hamil usia 17-40 tahun yang menjalani sectio caesaria

elektif dan emergensi

b. Status fisik ASA I dan II

c. Hasil pemeriksaan darah rutin dan elektrolit dalam batas normal

d. Perkiraan perdarahan<15% EBV

e. Pasien bersedia diikutsertakan dalam penelitian

Page 40: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

23

Kriteria eksklusi :

a. Pasien menolak diikutsertakan dalam penelitian

b. Status fisik ASA >II

c. Memiliki gangguan pada ginjal, jantung, elektrolit, gangguan

neurologi, DM, hipoproteinemia, critical ill (sakit berat, sepsis,

syok, dan operasi dengan penyulit)

d. Perdarahan >15% EBV

3.C.2 Besar Sampel

Penelitian ini memilikidua variabel, yakni satu variabel bebas

dan satu variabel terikat.Variabel bebas yaitu pemberian cairan

kristaloid dan koloid dan satu variabel terikat yaitu kadar elektrolit

darah (Na, K, Cl), maka besar sampel minimal dapat menggunakan

pedoman ”rule of thumb”. Dengan ”rule of thumb” maka besar

sampel yang diperlukan adalah 30 pasien, jadi masing-masing

kelompok adalah 15 pasien (Murti, 2010).

3.C.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan

menggunakan accidental sampling.

D. VARIABEL PENELITIAN

3.D.1 Variabel Bebas

Pemberian cairan kristaloid (ringerfundin) dan koloid (tetraspan)

3.D.3 Variabel Terikat

Page 41: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

24

Perubahan elektrolit: Natrium (Na), Kalium (K), dan Klorida (Cl)

E. DEFINISI OPERASIONAL

1. Pemberian cairan pengganti adalah memasukkan cairan pengganti kepada

subjek yang berupa:

a. Kristaloid berupa larutan ringerfundin

Ringerfundin adalah larutan isotonis yang mengandung air, elektrolit

(Natrium 145 mmol/L, Kalium 4 mmol/L, Magnesium 1 mmol/L,

Kalsium 2.5 mmol/L, Klorida 127 mmol/L), asetat 24 mmol/L, malat

5 mmol/L. Kadar osmolaritas 309 mOsm/L.

Alat ukur : -

Satuan : -

Skala pengukuran : -

b. Koloid berupa larutan tetraspan

Tetraspan merupakaan larutan koloid dengan kandungan HES

(Hydroxyethil starch) dalam larutan berimbangyang mengandung air,

elektrolit (Natrium 140 mmol/L, Kalium 4 mmol/L, Magnesium 1

mmol/L, Kalsium 2.5 mmol/L, Klorida 118 mmol/L), asetat 24

mmol/L, malat 5 mmol/L. Kadar osmolaritas 296 mOsm/L

Alat ukur : -

Skala pengukuran : -

2. Perubahan elektrolit

Page 42: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

25

Merupakan perubahan kadar elektrolit yang diukur terhadap kadar

elektrolit normal. Pada penelitian ini menggunakan kadar Natrium (Na),

Kalium (K), dan Klorida (Cl)

Kadar Natrium (Na): adalah hasil pemeriksaan konsentransi Natrium

plasma dalam satuan mmol/L. kadar normal Natrium adalah 145

mEq/L. metode pemeriksaan elektrolit ini menggunakan ISE (Ion

Selective Electrode).

Kadar Kalium (K): adalah hasil pemeriksaan konsentransi Kalium

plasma dalam satuan mmol/L. kadar normal Kalium adalah 4 mEq/L.

metode pemeriksaan elektrolit ini menggunakan ISE (Ion Selective

Electrode).

Kadar Klorida: adalah hasil pemeriksaan konsentransi Klorida plasma

dalam satuan mmol/L. kadar normal Klorida adalah 105 mEq/L. metode

pemeriksaan elektrolit ini menggunakan ISE (Ion Selective Electrode).

Alat ukur: metode pemeriksaan elektrolit menggunakan ISE (Ion Selective

Electrode)

Skala data: rasio

Satuan: mEq/L

F. PERIJINAN PENELITIAN

Ethical clearance

Mendapatkan ijin melakukan penelitian setelah pengkajian oleh Panitia

Kelaikan Etik Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta-Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret dengan prinsip tidak melanggar etika

Page 43: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

Populasi Penelitian

Cek elektrolit

Kriteria inklusi Kriteria eksklusi

Sampel

Random

Random

Kelompok perlakuan tetraspan Kelompok perlakuan ringerfundin

Cek elektrolit

26

praktek kedokteran dan tidak bertentangan dengan etika penelitian pada

manusia.

Ijin Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan atas persetujuan pasien atau keluarga terhadap

informed consent yang diajukan peneliti, setelah sebelumnya mendapat

penjelasan mengenai tujuan dan manfaat dari penelitian tersebut.

G. ALUR PENELITIAN

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Page 44: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

27

H. JALANNYA PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Moewardi

Surakarta setelah mendapatkan persetujuan komite etik. Tata cara dilakukan

sebagai berikut :

a. semua pasien yang memenuhi criteria dimasukkan sebagai sampel

penelitian, diberikan informed consent, yaitu penjelasan mengenai teknik

anestesi yang dilakukan, menyetujui dan menandatangani pernyataan

persetujuan tentang prosedur penelitian. Selanjutnya dirandom menjadi 2

kelompok.

b. Pada saat pasien datang di ruang operasi, dilakukan pemasangan infus

dengan kateter intravena, dilakukan pemeriksaan elektrolit dan diberikan

preload cairan dengan kristaloid ringerfundin 1000 mL dan Koloid

tetraspan 1000 mL.

c. Label cairan ringerfundin dan tetraspan dibuang dan diganti dengan label

tertentu yang bertujuan untuk membuat penelitian menjadi single blind.

Artinya subyek penelitian tidak mengetahui cairan apa yang diberikan,

tetapi peneliti mengetahui.

d. Pasien dilakukan monitoring tekanan darah, EKG, nadi, saturasi oksigen

e. Pasien dilakukan pembiusan

f. Dilakukan pencatatan dan observasi terhadap hemodinamik, lama operasi,

menghitung jumlah perdarahan, dan menghitung jumlah cairan yang

dibutuhkan selama periode perioperatif. Cairan perioperatif yang

digunakan adalah ringerfundin untuk kedua kelompok perlakuan.

Page 45: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

28

g. Monitoring terhadap perdarahan. Bila jumlah perdarahan lebih dari 15%

atau pasien memerlukan pemberian koloid dan atau transfuse darah

perioperatif, maka pasien dieksklusi.

h. Setelah selesai operasi dilakukan pemeriksaan elektrolit (Na, K, dan Cl).

I.PENGOLAHAN DATA

Data yang didapatkan dilakukan analisis dengan program

SPSSStatistic 17.0 . Data demografi dan hasil penelitian dinilai apakah

distribusinya normal atau tidak dilakukan Uji Shapiro-Wilk karena jumlah

sampel 30 (kurang dari 50).

Untuk menguji data berdistribusi normal berskala numerik dengan 2

cara, yakni Independent Samples t Test apabila data tidak berpasangan dan

Dependent Samples t Testapabila data berpasangan. Bila distribusi data tidak

normal maka digunakan uji non parametrikMann-Whitney U testuntuk

kelompok tidak berpasangan dan Wilcoxon untuk kelompok berpasangan.

Sedangkan untuk mengetahui apakah ada perbedaan bermakna antara

pemberian cairan pada kelompok ringerfundin dibandingkan dengan kelompok

tetraspandilakukan dengan uji Chi Square bila memenuhi syarat.Bila tidak

memenuhi syarat maka menggunakan uji Fisher. Penelitian ini dianggap

memiliki kemaknaan statistik apabila nilai p yang diperoleh adalah p < 0,05.

Page 46: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

29

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2.

A. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Bedah Pusat RSUD Dr.

Moewardi Surakarta, yang dimulai pada bulan Juli sampai Agustus2015.

Semua pasien yang memenuhi kriteria dirandom menjadi 2 kelompok

yaitu kelompok ringer fundin dan kelompok tetraspan. Kedua kelompok

diukur kadar elektrolit sebelum dan setelah dilakukan operasi.

Selama operasi dilakukan pengamatan dan pencatatan terhadap

jumlah darah yang keluar, pemberian cairan kristaloid (ringerfundin) dan

koloid (tetraspan) selama operasi, serta lama operasi. Data yang

dikumpulkan kemudian dilakukan analisis dengan program SPSS.

4.A.1 Data Demografi

Data dasar yang didapatkan dari hasil penelitian adalah data

demografi yang meliputi: umur, lama operasi, dan jumlah

perdarahan. Berdasarkan uji beda dua kelompok didapatkan hasil

karakteristik demografi responden pada penelitian ini sebagai

berikut

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa pada kelompok

yang diberi cairan ringerfundinrata-rata berumur 26,90 + 7,13

tahun, sedangkan kelompok tetraspan rata-rata berumur 29,10 +

Page 47: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

30

5,93 tahun. Nilai p-value = 0,463 (p>0,05) yang berarti tidak ada

perbedaan umur antara pasien berdasarkan kelompok perlakuan,

jadi responden antara kelompok ringerfundin dengan tetraspan

memiliki karakterisik umur yang sama.

Table 4.1 Karakteristik Responden

Ket : * Data berdistribusi normal menggunakan uji t test** Data tidak berdistribusi normal menggunakan uji Mann Whitney

Kelompok yang diberi cairan ringerfundinrata-rata dengan

lama operasi 66,50+ 17,00 menit, sedangkan kelompok tetraspan

rata-rata dengan lama operasi 77,50 +13,59 menit. Nilai p-value =

0,165 (p>0,05) yang berarti tidak ada perbedaan lama operasi antara

pasien berdasarkan kelompok perlakuan, jadi responden antara

kelompok ringerfundin dengan tetraspan memiliki karakterisik lama

operasi yang sama.

Kelompok yang diberi cairan ringerfundinrata-rata dengan

pendarahan 384,00 + 155,29 ml, sedangkan kelompok tetraspan rata-

rata dengan pendarahan 400,00 +149,07 ml. Nilai p-value = 0,631

(p>0,05) yang berarti tidak ada perbedaan pendarahaan antara pasien

berdasarkan kelompok perlakuan, jadi responden antara kelompok

Karakteristik Kelompok N Mean SD p-valueUmur* Ringerfundin 10 26.90 7.13 0.463 (tahun) Tetraspan 10 29.10 5.93  Lama Operasi** Ringerfundin 10 66.50 17.00 0.165 (Menit) Tetraspan 10 77.50 13.59  Pendaharahan** Ringerfundin 10 384.00 155.29 0.631 (ml) Tetraspan 10 400.00 149.07  

Page 48: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

31

ringerfundin dengan tetraspan memiliki karakterisik pendarahan

yang sama.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diketahui bahwa

karakteristik responden antar kelompok perlakuan tidak berbeda

signifikan (p>0,05), sehingga responden dalam penelitian ini baik

digunakan dalam penelitian.

4.A.2 Uji Normalitas Data Penelitian

Penelitian ini adalah menguji adakah perbedaan kadar

elektrolit: Natrium (Na), Kalium (K), dan Chlorida (Cl) antara

kelompok yang diberi cairan ringerfundin dan tetraspan.

Berdasarkan hasil normalitas dengan uji Shapiro-Wilk pada data

penelitian (kadar elektrolit: Natrium, Kalium, dan Chlorida) pada

sampel penelitian pada kelompok ringerfundin dan tetraspan

didapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Penelitian

Parameter Kelompok N p-valueNormalitas

Na Pretest Ringerfundin 10 0.088 Normal  Tetraspan 10 0.102 NormalK Pretest Ringerfundin 10 0.067 Normal  Tetraspan 10 0.818 NormalCl Pretest Ringerfundin 10 0.998 Normal  Tetraspan 10 0.269 NormalNa Posttest Ringerfundin 10 0.417 Normal  Tetraspan 10 0.231 NormalK Posttest Ringerfundin 10 0.395 Normal  Tetraspan 10 0.989 NormalCl Posttest Ringerfundin 10 0.130 Normal  Tetraspan 10 0.072 Normal

Page 49: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

32

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa nilai p-value >0,05

pada setiap parameter penelitian baik data pretest (sebelum

perlakuan) dan posttest (sesudah perlakuan). Sehingga dalam

penelitian ini dalam menguji perbedaan kadar elektrolit: Natrium

(Na), Kalium (K), dan Chlorida (Cl) antara kelompok yang diberi

cairan ringerfundin dan tetraspan dengan menggunakan uji

independent sampel t test dan untuk mengetahui perbedaan kadar

elektrolit sebelum dan sesudah perlakuan pada setiap kelompok

perlakuan menggunakan uji paired sampel t test

4.A.3. Perbedaan Kadar Elektrolit Antara Kelompok Rigerfundin dan

Tetraspan (Independen Sampel t Test)

4.A.3.a Sebelum Perlakuan (Pretest)

Uji pretest ini biasanya disebut uji keseimbangan awal,

dimana dalam penelitian ini difungsikan untuk mengetahui

keadaan kadar elektrolit pasien sebelum diberi perlakuan.

Diharapakan pada uji keseimbangan awal ini tidak ada perbedaan

kadar elektrolit antara kelompok perlakuan. Berdasarkan hasil

penghitungan uji independent sample t test didapatkan hasil

sebagai berikut.

Tabel 4.3 Perbedaan Kadar Elektrolit (Na, K, Dan Cl) Sebelum Perlakuan antara kelompok Ringerfundin dan Tetraspan

Kadar Sebelum Ringerfundin Tetraspan p-value

Na 139,70 + 3,37 139,60 + 3,57 0,949

Page 50: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

33

K 3,90 + 0,77 4,06 + 0,70 0,633Cl 108,60 + 2,59 108,20 + 1,93 0,700Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa kadar Natrium (Na)

mendapatkan nilai p-value 0,949 (p>0,05) yang berarti tidak tedapat

perbedaan kadar natrium atara kelompok ringerfundin dan tetraspan

sebelum diberi perlakuan

Kadar Kalium (K) mendapatkan nilai p-value 0,633 (p>0,05)

yang berarti tidak terdapat perbedaan kadar kalium antara kelompok

ringerfundin dan tetraspan sebelum diberi perlakuan.

Kadar Chlorida (Cl) mendapatkan nilai p-value 0,700 (p>0,05)

yang berarti tidak terdapat perbedaan kadar Chlorida antara kelompok

ringerfundin dan tetraspan sebelum diberi perlakuan.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diketahui bahwa tidak

ada perbedaan kadar elektrolit (Na, K, dan Cl) antara kelompok

ringerfindin dan tetraspan sebelum adanya perlakuan. Sehingga dapat

dikatakan bahwa antara kelompok ringerfundin dan tetraspan memiliki

kadar elektrolit yang sama.

4.A.3.b Sesudah Perlakuan (Uji Posttest)

Uji posttest dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

perbedaan kadar elektrolit setelah adanya perlakuan yaitu

pemberian ringerfundin dan tetraspan pada pasein operasi sectio

caesariamengunakan uji independen sample t test didapatkan hasil

sebagai berikut.

Page 51: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

34

Tabel 4.4 Perbedaan Kadar Elektrolit (Na, K, Dan Cl) Sesudah Perlakuan antara kelompok Ringerfundin dan Tetraspan

Kadar Sesudah Ringerfundin Tetraspan p-value

Na 136,90 ±2,89 138,70 ± 3,30 0,211K 3,43±0,74 4,01 ± 0,77 0,103Cl 105,10 ± 3,90 108,10 ± 2,38 0,052

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa kadar Natrium (Na)

mendapatkan nilai p-value 0,211 (p>0,05) yang berarti kadar natrium

antara kelompok ringerfundin dan tetraspan tidak berbeda signifikan

setelah diberi perlakuan

Kadar Kalium (K) mendapatkan nilai p-value 0,103 (p>0,05) yang

berarti kadar kalium antara kelompok ringerfundin dan tetraspan tidak

berbeda signifikan setelah diberi perlakuan.

Kadar Chlorida (Cl) mendapatkan nilai p-value 0,700 (p>0,05)

yang berarti kadar Chlorida antara kelompok ringerfundin dan

tetraspan tidak berbeda signifikan setelah diberi perlakuan..

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diketahui bahwa tidak ada

perbedaan kadar elektrolit (Na, K, dan Cl) antara kelompok

ringerfindin dan tetraspan setelah adanya perlakuan. Sehingga dapat

dikatakan bahwa baik cairan ringerfundin dan tetraspan dapat sama-

sama dapat menjaga elektrolit setelah adanya operasi.

4.A.4. Perbedaan Kadar Elektrolit Sebelum Dan Sesudah Perlakuan

Pada Kelompok Ringerfundin dan Tetraspan (Paired Sampel t Test)

Page 52: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

35

4.A.4.A Kelompok Ringerfundin

Uji independen sampel t test dalam kelompok ringerfundin

digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perubahan yang

signifikan kadar elektrolit sebelum dan sesudah perlakuan pada

pasien yang diberi cairan ringerfundin.

Tabel 4.5 Perbedaan Kadar Elektrolit (Na, K, Dan Cl) Sebelum dan Sesudah Perlakuan Pada kelompok Ringerfundin

Ringerfundin Sebelum Sesudah p-value

Na 139,70 ±3,37 136,90 ±2,89 0,000K 3,90±0,77 3,43 ± 0,74 0,008Cl 108,60 ± 2,59 105,10 ± 3,90 0,002

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa kadar Natrium (Na)

mendapatkan nilai p-value 0,000 (p<0,05) yang berarti kadar

natrium antara sebelum dan sesudah perlakuan berbeda signifikan

pada kelompok ringerfundin. Dimana pada kelompok ringerfundin

didapatkan nilai selisih penurunan rata-rata kadar natrium sebesar

2,80, sehingga dapat diketahui adanya penurunan kadar natrium

sebesar 2% (2,80/139,70*100%).

Kadar Kalium (K) mendapatkan nilai p-value 0,008 (p<0,05)

yang berarti kadar Kalium antara sebelum dan sesudah perlakuan

berbeda signifikan pada kelompok ringerfundin. Dimana pada

kelompok ringerfundin didapatkan nilai selisih penurunan rata-rata

kadar Kalium sebesar 0,47, sehingga dapat diketahui adanya

penurunan kadar Kalium sebesar 12,05% (0,47/3,90*100%).

Page 53: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

36

Kadar Chlorida (Cl) mendapatkan nilai p-value 0,002 (p<0,05)

yang berarti kadar Chlorida sebelum dan sesudah perlakuan

berbeda signifikan pada kelompok ringerfundin. Dimana pada

kelompok ringerfundin didapatkan nilai selisih penurunan rata-rata

kadar Chlorida sebesar 3,50, sehingga dapat diketahui adanya

penurunan kadar Chlorida sebesar 3,22% (3,50/108,6*100%).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diketahui bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan kadar elektrolit (Na, K, dan Cl)

sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok yang diberi cairan

ringerfundin. Dimana terjadi penurunan kadar Na = 2,0% , K =

12,1% , dan Cl = 3,2%.

4.A.4.B Kelompok Tetraspan

Uji independen sampel t test dalam kelompok tetraspan

digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perubahan yang

signifikan kadar elektrolit sebelum dan sesudah perlakuan pada

pasien yang diberi cairan tetraspan.

Tabel 4.6 Perbedaan Kadar Elektrolit (Na, K, Dan Cl) Sebelum dan Sesudah Perlakuan Pada kelompok Tetraspan

Tetraspan Sebelum Sesudah p-valueNa 139,60 + 3,57 138,70 ± 3,30 0,134K 4,06 + 0,70 4,01 ±0,77 0,427Cl 108,20 + 1,93 108,10 ± 2,38 0,859

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa kadar Natrium (Na)

mendapatkan nilai p-value 0,134 (p>0,05) yang berarti kadar

natrium antara sebelum dan sesudah perlakuan tidak berbeda

Page 54: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

37

signifikan pada kelompok tetraspan. Dimana pada kelompok

tetraspan didapatkan nilai selisih penurunan rata-rata kadar natrium

sebesar 0,90, sehingga dapat diketahui adanya penurunan kadar

natrium sebesar 0,64% (0,90/139,60*100%).

Kadar Kalium (K) mendapatkan nilai p-value 0,427 (p<0,05)

yang berarti kadar Kalium antara sebelum dan sesudah perlakuan

tidak berbeda signifikan pada kelompok tetraspan. Dimana pada

kelompok tetraspan didapatkan nilai selisih penurunan rata-rata

kadar Kalium sebesar 0,05, sehingga dapat diketahui adanya

penurunan kadar Kalium sebesar 1,23% (0,05/4,06*100%).

Kadar Chlorida (Cl) mendapatkan nilai p-value 0,859 (p>0,05)

yang berarti kadar Chlorida sebelum dan sesudah perlakuan tidak

berbeda signifikan pada kelompok tetraspan. Dimana pada

kelompok tetraspan didapatkan nilai selisih penurunan rata-rata

kadar Chlorida sebesar 0,10, sehingga dapat diketahui adanya

penurunan kadar Chlorida sebesar 0,09% (0,1/108,2*100%).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diketahui bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan kadar elektrolit (Na, K, dan Cl)

sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok yang diberi cairan

tetraspan. Dimana terjadi penurunan kadar Na = 0,64% , K =

1,23% , dan Cl = 0,09%.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa baik

ringerfundin dan tetraspan sama-sama dapat mencegah turunnya

Page 55: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

38

elektrolit pada pasien operasi (p>0,05). Akan tetapi pada kelompok

ringerfundin terjadi penurunan/perubahan kadar elektrolit yang

signifikan (p<0,05), sedangkan pada kelompok tetraspan kadar

elektrolit tidak terjadi penurunan/perubahan signifikan (p>0,05)

sehingga dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan pengaruh

pemberian ringerfundin dan tetraspan terhadap perubahan kadar

elektrolit.

B. Pembahasan

Keselamatan pasien merupakan pokok pembicaraan yang hangat

dalam berbagai literatur dan acara-acara ilmiah, hal ini dikarenakan

keselamatan pasien merupakan target utama outcome dari suatu pelayanan

medis. Keselamatan pasien merupakan parameter dari kualitas pelayanan

medis yang diberikan.Pada penatalaksanaan pasien perioperatif, patient

safety juga merupakan suatu permasalahan penting yang mendapat

perhatian dari dokter-dokter yang terlibat.

Survival jangka panjang dari pasien-pasien perioperatif

dipengaruhi oleh usia dan komplikasi yang terjadi saat pembedahan, oleh

karena itu short term goal directed therapy pada periode perioperatif dapat

menurunkan angka mortalitas jangka panjang. Prinsip umum untuk

meningkatkan percepatan pemulihan pascabedah dan mencegah

komplikasi pascabedah. Pada periode perioperatif diusahakan

menggunakan teknologi yang tepat dalam pemberian cairan sehingga

tercapai goal directed fluid therapy. Hindari pemberian cairan kristaloid

Page 56: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

39

yang berlebihan untuk mencegah terjadinya kelebihan cairan dan natrium,

jumlah cairan rumatan sebaiknya tidak melebihi 2 cc/kgBB/jam (termasuk

obat-obatan) (Redjeki, 2013).

Manajemen terapi cairan pada perioperatif bertujuan untuk

mempertahankan delivery oxygen.Deliveryoxygen adalah jumlah total

oksigen yang disediakan untuk seluruh jaringan setiap menit tergantung

dari distribusi aliran darah. Jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan

tergantung pada cardiac output dan oxygen content (CaO2). Oxygen

content merupakan kandungan oksigen yang ada di dalam arteri.

Terdapat beberapa pilihan terapi cairan yang tersedia.Pilihan

terbaik pada prinsipnya dapat mempertahankan delivery oksigen yang

dilihat dari hemodinamik yang stabil, perbaikan perfusi ke jaringan,

mempertahankan keseimbangan elektrolit, dan asam basa tubuh.

Adanya gangguan pada keseimbangan elektrolit dapat berakibat

pada sistem asam-basa tubuh. Perubahan ini akan mengganggu

keseimbangan hemodinamik yang berujung pada gangguan delivery

oxygen.Oleh karena itu, terapi cairan yang baik adalah terapi cairan yang

tetap menghasilkan kondisi elektrolit tubuh yang stabil.

Terapi cairan yang paling baik dan ideal untuk mengganti cairan

akibat kehilangan darah adalah cairan yang mirip dengan cairan plasma

dan darah yang hilang tersebut.Terapi cairan dengan Ringerfundin yang

dipakai mengandung air, elektrolit, dan malat sebagai buffernya.

Page 57: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

40

Penelitian ini menunjukan hasil bahwa jika kadar elektrolit

dibandingkan antara ringerfundin dan tetraspan maka diketahui bahwa

tidak ada perbedaan kadar elektrolit (Na, K, dan Cl) antara kelompok

ringerfindin dan tetraspan setelah adanya perlakuan. Sehingga dapat

dikatakan bahwa baik cairan ringerfundin dan tetraspan dapat sama-sama

dapat menjaga keseimbangan kadar elektrolit setelah adanya operasi. Akan

tetapi jika di uji secara sendiri-sendiri diketahui bahwapada kelompok

ringerfundin terdapat perbedaan yang signifikan kadar elektrolit (Na, K,

dan Cl) sebelum dan sesudah perlakuan dengan nilai p-value<0,05.

Dimana terjadi penurunan kadar Na = 2,0% , K = 12,1% , dan Cl =

3,2%.Berbeda dengan kelompok tetraspan.Berdasarkan hasil penelitian

diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan kadar elektrolit

(Na, K, dan Cl) sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok yang

diberi cairan tetraspan dengan nilai p-value>0,05. Dimana terjadi

penurunan kadar Na = 0,64% , K = 1,23% , dan Cl = 0,09%.Hal ini

menunjukkan bahwa tetraspan lebih baik dalam mempertahankan

keseimbangan elektrolit (Natrium, Kalium, dan Chlorida) dibandingkan

dengan ringerfundin.

Pemberian cairan pada pasien yang akan operasi, khususnya section

caesaria (SC), sebelumnya jarang dilakukan pemeriksaan elektrolit,

sehingga dapat menimbulkan gangguan keseimbangan elektrolit yang akan

memperberat proses metabolik dan penyembuhannya. Pemeriksaan

elektrolit setelah operasi sangat penting, karena intervensi cairan selama

Page 58: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

41

operasi, dengan alasan untuk mengontrol elektrolit dan keseimbangan

asam-basa (Rudi et. al., 2012).

Selama ini belum dilakukan pemeriksaan elektrolit pada pasien sectio

caesaria yang membandingkan antara pemberian cairan ringerfundin dan

tetraspan sebagai cairan perioperatif.Penelitian sebelumnya yang

dilakukan Ghulam (2014) membandingkan pengaruh pemberian

ringerfundin dan ringerlaktat terhadap perubahan elektrolit (Na, K, Cl) dan

perbedaan ion kuat pada operasi section caesaria.Ringer laktat dan

ringerfundin merupakan kristaloid yang termasuk larutan berimbang

dengan perbedaan pada basis cairan yakni laktat dengan malat-

asetat.Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh

antara pemberian ringerfundin dan ringerlaktat terhadap elektrolit dan

perbedaan ion kuat.Cairan ringer laktat pun dapat diberikan sebagai cairan

perioperatif pasien sectio saesaria.

Sedangkan penelitian lain dengan system review spinal analgesia

menunjukkan bahwa kemampuan pemberian kristaloid sebagai cairan

preloading untuk mencegah hipotensi tidak konsisten dan dalam hal ini

koloid lebih efektif dibandingkan kristaloid (Mulyono et.al., 2009;

Abdelrachman dan Elzeftawy, 2007). Penelitian Riley et.al. (1995)

menunjukkan hipotensi lebih sedikit terjadi pada kelompok yang mendapat

preload 500 ml Hydroxyethyl Starch (HES) 6% dibandingkan kelompok

yang mendapat preload 1 liter Ringer Laktat (Riley et.al., 1995; Ueyama

et.al., 1999). Pada penelitian-penelitian ini hanya dibandingkan efek kedua

Page 59: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

42

cairan tersebut terhadap hipotensi saja tanpa memeriksa kadar

elektrolitnya.

Menurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan

perbedaan ion kuat, dan peningkatan klorida pada pasien yang diberikan

HES 6% dalam larutan NaCl dibandingkan dengan HES 6% dalam

larutan berimbang secara statistik tidak bermakna (Suriyadi et.al., 2012).

Dari beberapa penelitian tersebut maka dapat dirangkum bahwa

larutan berimbang seperti ringerfundin dan ringer laktat sama-sama

memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menjaga keseimbangan

elektrolit darah pasien yang dilakukan pembedahan. Sedangkan pada

penelitian lain disebutkan bahwa pemberian koloid pre operasi dapat

menjaga pasien dari hipotensi lebih baik dibandingkan dengan kristaloid.

Sehingga perlu diteliti pengaruh pemberian kristaloid dan koloid terhadap

elektrolit pasien yang dilakukan pembedahan.

Penelitian ini memberikan hasil bahwa pemberian tetraspan

sebagai cairan perioperatif dapat mempertahankan keseimbangan kadar

elektrolit tubuh lebih baik daripada cairan ringerfundin.

Page 60: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

C.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 20 pasien

section caesaria (SC) maka dapat diketahui bahwa baik ringerfundin dan

tetraspan sama-sama dapat menjaga keseimbangan elektrolit pada pasien

operasi (p>0,05). Akan tetapi pada kelompok ringerfundin terjadi

penurunan/perubahan kadar elektrolit yang signifikan (p<0,05), sedangkan

pada kelompok tetraspan kadar elektrolit tidak terjadi

penurunan/perubahan signifikan (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan pengaruh pemberian ringerfundin dan tetraspan

terhadap perubahan kadar elektrolit. Dimana pemberian tetraspan sebagai

cairan perioperatif dapat mempertahankan keseimbangan kadar elektrolit

tubuh lebih baik daripada cairan ringerfundin

B. Saran

1. Perlunya pemeriksaan elektrolit yang akan dan setelah operasi untuk

mengontrol elektrolit.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut antara cairan ringerfundin dan

tetraspan sebagai cairan perioperatif.

43

Page 61: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

44

DAFTAR PUSTAKA

Abdelrachman RS, Elzeftawy AE.2007. Comparison of colloid versus crystalloid preload for prevention of hypotension during spinal anesthesia for elective section cesarean. Tanta Med Sciences J. 2007; 2(1):134-41.

Birnbach DJ, Browne IM. 2005. Anesthesia for obstetrics. Dalam: Miller RD. Miller’s anesthesia. Edisi 6. Pennsylvania: Elsevier Churchill Livingstone. Pp: 326-29.

Darwis D, Moenajat Y, Nur B.M, Madjid A.S,Siregar P, Aniwidyaningsih W, dkk. 2008. Fisiologi Keseimbangan Air dan Elektrolit dalam Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa, Fisiologi, Patofisiologi, Diagnosis dan Tatalaksana, ed. ke-2. Jakarta:FK-UI. Pp: 29-114.

Eaton D.C. dan Pooler J.P. 2009.Vander’s Renal Physiology, 7th Ed. Atlanta: McGraw Hill Companies Inc. pp: 77-154.

Fischbach F, Dunning M.B, Talaska F, Barnet M, Schweitzer T.A, Strandell C, et al. 2009. ‘Chlorida, Potassium, Sodium’ In: A Manual of Laboratory and Diagnostic Test, 8th Ed., Lippincot Wiliams and Wilkins. Pp: 997-1009.

Ganong W.F, 2005. Fungsi Ginjal dan Miksi pada Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi ke-22. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Pp: 725-756.

Guyton A.C and Hall J.E. 2008.dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi ke-11. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC. Pp: 307 – 400

Klutts J.S. and Scott M.G. 2006. ‘Physiology and disorders of Water, Electrolyte, and Acid- Base Metabolism’ In: Tietz Text Book of Clinical Chemistry and Molecular Diagnostics, 4th Ed. Vol.1.Philadelphia: Elsevier Saunders Inc. pp: 1747-1775.

Lobo DL; Lewington, Andrew JP; Allison, Simon P. 2013. Basic Concept of Fluid and Electrolyte Therapy. Bibliomed – Medizinische Verlagsgesellschaft mbH, Melsungen 2013

Lorenz, M. D., L. M. Cornelius, dan D. C. Ferguson. 1997. Small Animal Medical Therapeutics. Philadelphia: Lippincott Raven Publisher.

Matfin G. and Porth C.M. 2009. ‘Disorders of Fluid and Electrolyte Balance’ In: Pathophysiology Concepts of Altered Health States, 8th Edition. USA: McGraw Hill Companies. pp. 761-803.

Page 62: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

45

Mulyono I, Harijanto E, Sunatrio S. 2009.Cairan koloid. Dalam: Panduan tata laksana terapi cairan perioperatif. Jakarta: Perhimpunan dokter spesialis anestesiologi dan reanimasi Indonesia. Pp: 130-31.

O’Callaghan C. 2009. ’Sains Dasar Ginjal dan Gangguan Fungsi Metabolik Ginjal’ At a Glance Sistem Ginjal, Edisi Kedua, Jakarta: Penerbit Erlangga, pp: 22-68.

Prough DS, Funston JS., Svensen CH., Wolf SW. 2009. Fluid, Electrolytes, and Acid Base Physiology dalam Clinical Anesthesia 6th Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins

Reilly R.F and Perazella M.A. 2007. In: Lange Acid-Base Fluids and Electrolytes.USA: McGraw Hill Companies Inc. pp. 21-170.

Riley ET, Cohen SE, Rubenstein AJ, Flanagan B. 1995.Prevention of hypotension after spinal anesthesia for cesarean section: six percent hetastarch versus lactated ringer’s solution. AnestAnalg. 1995; 81(4): 838-42

Sacher R.A. dan Mcpherson R.A. 2002. ‘Pengaturan Asam-Basa dan Elektrolit’ pada: Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, edisi kedua.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Pp: 320-340.

Scott M.G., LeGrys, V.A. and Klutts J. 2006. ‘Electrochemistry and Chemical Sensors and Electrolytes and Blood Gases’’ In: Tietz Text Book of Clinical Chemistry and Molecular Diagnostics, 4th Ed. Vol.1, Philadelphia: Elsevier SaundersInc. pp: 93-1014.

Singer G.G and Brenner B.M. 2008. ‘Fluid and Electrolyte Disturbances’ In: Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17th Ed., Vol.1. USA: McGraw Hill Companies. pp. 274-287.

Siregar P. 2009. ‘Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit’ dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi ke-5. Jakarta: Interna publishing. Pp: 175-189.

Stefan Silbernagl and Florian Lang. 2007. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Pp: 92-125.

Suriyadi, Harahap Sofyan M, Ery Leksana. 2012. Pengaruh HES 6 % Dalam Larutan Berimbang Dengan HES 6 % Dalam Larutan Nacl 0,9 % Terhadap pH, Strong Ion Difference Dan Klorida Pada Pasien Bedah Sesar Dengan Anestesi Spinal.Jurnal Anestesiologi Indonesia Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012

Page 63: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

46

Widmaier E.P, Raff H. dan Strang K.T. 2004. ’The Kidney and Regulation of Water and Inorganic Ions’ In: Vander Human Physiology: The Mechanisms of Body Function, 9th Edition, McGraw Hill Publishing. pp. 513-557.

Wilkes NJ, Woolf R, Mutch M, Mallett SV, Peachey T, Stephens R, Mythen MG. 2001. The Effect of balanced versus saline-based Hestastarch and crystalloid solution in acid-base and electrolyte status and gastric mucosal perfusion in elderly surgical patient.Anesth Analg. 2001 Oct;93(4):811-6.

Page 64: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

47

LAMPIRAN I

Page 65: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

48

LAMPIRAN 2

Page 66: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

49

LAMPIRAN 3

Tabulasi Data Penelitian

No resp Kelompok Umur Lama_Op Pendaharahan Pretest PostestNatrium Kalium Chlorida Natrium Kalium Chlorida

1 Ringerfundin 29 60 300 145 4.2 110 142 3.1 1082 Ringerfundin 30 90 600 141 3.6 111 136 3.2 1043 Ringerfundin 34 90 540 136 2.1 113 134 2 1104 Ringerfundin 16 60 250 137 4.2 107 133 4 1015 Ringerfundin 29 60 300 137 4.2 110 136 3.6 1116 Ringerfundin 29 60 650 139 3.3 106 136 3.1 1017 Ringerfundin 20 50 300 145 4.5 108 140 3.2 1058 Ringerfundin 39 90 400 137 3.7 109 135 3.2 1089 Ringerfundin 19 45 250 138 4.7 104 137 4.3 101

10 Ringerfundin 24 60 250 142 4.5 108 140 4.6 10211 Tetraspan 25 85 600 136 4.2 108 135 4 10612 Tetraspan 33 90 250 142 3.3 110 139 3.4 11113 Tetraspan 25 90 400 136 4.4 108 137 4.3 10914 Tetraspan 22 90 300 137 5 108 136 5.3 10715 Tetraspan 35 90 350 141 2.7 110 139 2.6 10916 Tetraspan 19 80 250 136 4 106 137 3.9 10517 Tetraspan 34 60 400 138 4.7 107 135 4.9 10618 Tetraspan 30 60 700 145 3.9 106 143 3.8 10619 Tetraspan 36 60 450 140 3.7 112 142 3.5 11120 Tetraspan 32 70 300 145 4.7 107 144 4.4 111

Page 67: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

50

LAMPIRAN 4

Penghitungan Dengan SPSS

Kelompok

Case Processing Summary

10 100.0% 0 .0% 10 100.0%10 100.0% 0 .0% 10 100.0%10 100.0% 0 .0% 10 100.0%10 100.0% 0 .0% 10 100.0%10 100.0% 0 .0% 10 100.0%10 100.0% 0 .0% 10 100.0%10 100.0% 0 .0% 10 100.0%10 100.0% 0 .0% 10 100.0%10 100.0% 0 .0% 10 100.0%10 100.0% 0 .0% 10 100.0%10 100.0% 0 .0% 10 100.0%10 100.0% 0 .0% 10 100.0%

KelompokRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspan

Na_Pre

K_Pre

Cl_Pre

Na_Pos

K_Pos

Cl_Pos

N Percent N Percent N PercentValid Missing Total

Cases

Page 68: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

51

Descriptives

139.7000 1.06510137.2906

142.1094

139.6111138.5000

11.3443.36815136.00145.00

9.005.75.717 .687

-1.008 1.334139.6000 1.12744137.0496

142.1504

139.5000139.0000

12.7113.56526136.00145.00

9.006.75.521 .687

-1.241 1.3343.9000 .244043.3479

4.4521

3.95564.2000

.596.77172

2.104.702.60.98

-1.528 .6872.633 1.334

4.0600 .221713.5585

4.5615

4.08334.1000

.492.70111

2.705.002.301.10

-.648 .687.089 1.334

MeanLower BoundUpper Bound

95% ConfidenceInterval for Mean

5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosisMean

Lower BoundUpper Bound

95% ConfidenceInterval for Mean

5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosisMean

Lower BoundUpper Bound

95% ConfidenceInterval for Mean

5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosisMean

Lower BoundUpper Bound

95% ConfidenceInterval for Mean

5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosis

KelompokRingerfundin

Tetraspan

Ringerfundin

Tetraspan

Na_Pre

K_Pre

Statistic Std. Error

Page 69: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

52

Descriptives

3.4300 .233362.9021

3.9579

3.44443.2000

.545.73794

2.004.602.60.98

-.201 .687.641 1.334

4.0100 .244243.4575

4.5625

4.01673.9500

.597.77237

2.605.302.701.05

-.072 .687.314 1.334

105.1000 1.23333102.3100

107.8900

105.0000104.5000

15.2113.90014101.00111.0010.007.50.314 .687

-1.631 1.334108.1000 .75203106.3988

109.8012

108.1111108.0000

5.6562.37814105.00111.00

6.005.00.162 .687

-1.844 1.334

MeanLower BoundUpper Bound

95% ConfidenceInterval for Mean

5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosisMean

Lower BoundUpper Bound

95% ConfidenceInterval for Mean

5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosisMean

Lower BoundUpper Bound

95% ConfidenceInterval for Mean

5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosisMean

Lower BoundUpper Bound

95% ConfidenceInterval for Mean

5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosis

KelompokRingerfundin

Tetraspan

Ringerfundin

Tetraspan

K_Pos

Cl_Pos

Statistic Std. Error

Page 70: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

53

Tests of Normality

.193 10 .200* .865 10 .088

.173 10 .200* .871 10 .102

.251 10 .073 .855 10 .067.119 10 .200* .963 10 .818.108 10 .200* .991 10 .998.241 10 .103 .908 10 .269.222 10 .175 .927 10 .417.197 10 .200* .902 10 .231.227 10 .153 .924 10 .395.115 10 .200* .986 10 .989.187 10 .200* .880 10 .130.211 10 .200* .858 10 .072

KelompokRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspan

Na_Pre

K_Pre

Cl_Pre

Na_Pos

K_Pos

Cl_Pos

Statistic df Sig. Statistic df Sig.Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

This is a lower bound of the true significance.*.

Lilliefors Significance Correctiona.

Page 71: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

54

Descriptives

108.6000 .81921106.7468

110.4532

108.6111108.5000

6.7112.59058104.00113.00

9.003.50-.119 .687.099 1.334

108.2000 .61101106.8178

109.5822

108.1111108.0000

3.7331.93218106.00112.00

6.003.25.804 .687.053 1.334

136.9000 .91226134.8363

138.9637

136.8333136.0000

8.3222.88483133.00142.00

9.005.25.575 .687

-.626 1.334138.7000 1.04403136.3382

141.0618

138.6111138.0000

10.9003.30151135.00144.00

9.006.50.515 .687

-1.227 1.334

MeanLower BoundUpper Bound

95% ConfidenceInterval for Mean

5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosisMean

Lower BoundUpper Bound

95% ConfidenceInterval for Mean

5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosisMean

Lower BoundUpper Bound

95% ConfidenceInterval for Mean

5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosisMean

Lower BoundUpper Bound

95% ConfidenceInterval for Mean

5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosis

KelompokRingerfundin

Tetraspan

Ringerfundin

Tetraspan

Cl_Pre

Na_Pos

Statistic Std. Error

Page 72: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

55

LAMPIRAN 5

Uji Independen Sampel T Test Antara Kelompok Ringerfundin dan Tetraspan

T-TestGroup Statistics

10 139.7000 3.36815 1.0651010 139.6000 3.56526 1.1274410 3.9000 .77172 .2440410 4.0600 .70111 .2217110 108.6000 2.59058 .8192110 108.2000 1.93218 .6110110 136.9000 2.88483 .9122610 138.7000 3.30151 1.0440310 3.4300 .73794 .2333610 4.0100 .77237 .2442410 105.1000 3.90014 1.2333310 108.1000 2.37814 .75203

KelompokRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspan

Na_Pre

K_Pre

Cl_Pre

Na_Pos

K_Pos

Cl_Pos

N Mean Std. DeviationStd. Error

Mean

Independent Samples Test

.050 .825 .064 18 .949 .10000 1.55099 -3.15850 3.35850

.064 17.942 .949 .10000 1.55099 -3.15925 3.35925

.041 .842 -.485 18 .633 -.16000 .32971 -.85270 .53270

-.485 17.837 .633 -.16000 .32971 -.85316 .53316

.758 .395 .391 18 .700 .40000 1.02198 -1.74710 2.54710

.391 16.647 .700 .40000 1.02198 -1.75968 2.55968

.330 .573 -1.298 18 .211 -1.80000 1.38644 -4.71281 1.11281

-1.298 17.682 .211 -1.80000 1.38644 -4.71657 1.11657

.006 .940 -1.717 18 .103 -.58000 .33780 -1.28970 .12970

-1.717 17.963 .103 -.58000 .33780 -1.28980 .12980

4.002 .061 -2.077 18 .052 -3.00000 1.44453 -6.03484 .03484

-2.077 14.880 .056 -3.00000 1.44453 -6.08111 .08111

Equal variancesassumedEqual variancesnot assumedEqual variancesassumedEqual variancesnot assumedEqual variancesassumedEqual variancesnot assumedEqual variancesassumedEqual variancesnot assumedEqual variancesassumedEqual variancesnot assumedEqual variancesassumedEqual variancesnot assumed

Na_Pre

K_Pre

Cl_Pre

Na_Pos

K_Pos

Cl_Pos

F Sig.

Levene's Test forEquality of Variances

t df Sig. (2-tailed)Mean

DifferenceStd. ErrorDifference Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

t-test for Equality of Means

Page 73: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

56

Uji Paired Sampel T Test Pada Kelompok Ringerfundin Sebelum Dan Sesudah Perlakuan

T-Test

Paired Samples Statistics

139.7000 10 3.36815 1.06510136.9000 10 2.88483 .91226

3.9000 10 .77172 .244043.4300 10 .73794 .23336

108.6000 10 2.59058 .81921105.1000 10 3.90014 1.23333

Na_PreNa_Post

Pair1

K_PreK_Post

Pair2

Cl_PreCl_Post

Pair3

Mean N Std. DeviationStd. Error

Mean

Paired Samples Correlations

10 .900 .00010 .833 .00310 .774 .009

Na_Pre & Na_PostPair 1K_Pre & K_PostPair 2Cl_Pre & Cl_PostPair 3

N Correlation Sig.

Paired Samples Test

2.80000 1.47573 .46667 1.74433 3.85567 6.000 9 .000.47000 .43729 .13828 .15718 .78282 3.399 9 .008

3.50000 2.50555 .79232 1.70764 5.29236 4.417 9 .002

Na_Pre - Na_PostPair 1K_Pre - K_PostPair 2Cl_Pre - Cl_PostPair 3

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Page 74: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

57

Uji Paired Sampel T Test Pada Kelompok Tetraspan Sebelum Dan Sesudah Perlakuan

T-Test

Paired Samples Statistics

139.6000 10 3.56526 1.12744138.7000 10 3.30151 1.04403

4.0600 10 .70111 .221714.0100 10 .77237 .24424

108.2000 10 1.93218 .61101108.1000 10 2.37814 .75203

Na_PreNa_Post

Pair1

K_PreK_Post

Pair2

Cl_PreCl_Post

Pair3

Mean N Std. DeviationStd. Error

Mean

Paired Samples Correlations

10 .876 .00110 .971 .00010 .696 .025

Na_Pre & Na_PostPair 1K_Pre & K_PostPair 2Cl_Pre & Cl_PostPair 3

N Correlation Sig.

Paired Samples Test

.90000 1.72884 .54671 -.33674 2.13674 1.646 9 .134

.05000 .19003 .06009 -.08594 .18594 .832 9 .427

.10000 1.72884 .54671 -1.13674 1.33674 .183 9 .859

Na_Pre - Na_PostPair 1K_Pre - K_PostPair 2Cl_Pre - Cl_PostPair 3

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Page 75: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

58

Page 76: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

59

Page 77: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

60

Page 78: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion kuat,

61