17
PENGUJIAN EFEK ANALGETIKA I. TUJUAN 1. Mengenal berbagai cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek analgetik suatu obat. 2. Memahami dasar – dasar perbedaan daya analgetik berbagai obat analgetika. 3. Mampu memberikan pandangan mengenai kesesuaian khasiat yang dianjurkan untuk sediaan – sediaan farmasi analgetika. II. PRINSIP 1. Analgetik narkotik. Analgetik narkotik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif. Digunakan untuk mengurangi rasa sakit, yang moderat ataupun berat. Aktivitas analgetik narkotik jauh lebih besar dibandingkan golongan analgetik non-narkotik, sehingga disebut juga analgetik kuat. 2. Analgetik non-narkotik. Analgetik non-narkotik digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan sampai moderat, sehingga sering disebut analgetik ringan.

92451643 Lapak Analgesik Kel4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

habis

Citation preview

Page 1: 92451643 Lapak Analgesik Kel4

PENGUJIAN EFEK ANALGETIKA

I. TUJUAN

1. Mengenal berbagai cara untuk mengevaluasi secara eksperimental

efek analgetik suatu obat.

2. Memahami dasar – dasar perbedaan daya analgetik berbagai obat

analgetika.

3. Mampu memberikan pandangan mengenai kesesuaian khasiat yang

dianjurkan untuk sediaan – sediaan farmasi analgetika.

II. PRINSIP

1. Analgetik narkotik.

Analgetik narkotik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi

sistem saraf pusat secara selektif. Digunakan untuk mengurangi rasa

sakit, yang moderat ataupun berat. Aktivitas analgetik narkotik jauh

lebih besar dibandingkan golongan analgetik non-narkotik, sehingga

disebut juga analgetik kuat.

2. Analgetik non-narkotik.

Analgetik non-narkotik digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang

ringan sampai moderat, sehingga sering disebut analgetik ringan.

3. Metode pengujian analgetik secara kimia.

Merupakan suatu metode yang didasarkan atas beberapa kelompok

yang terdiri dari kelompok control, kelompok uji dan kelompok

standar.

III. TEORI

Nyeri adalah perasaan sensoris dan lemah emosional yang tidak enak dan

berkaitan dengan ancaman (kerusakan) jaringan.Keadaan psikis swangat

Page 2: 92451643 Lapak Analgesik Kel4

mempengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan sakit kepala. Mediator

nyeri antara lain mengakibatkan reaksi radang dan kejang-kejang yang

mengaktivasi reseptor nyeri di ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa, dan

jarigan lainnya. Nociceptor ini terdapat diseluruh jaringan dan organ tubuh,

kecuali di system saraf pusat. Dari sini rangsangan disalurkan ke otak melalui

jaringan yang hebat dari tajuk-tajuk neuron dengan sinaps yang amat banyak

melalui sum-sum tulang belakang, sum-sum tulang lanjutan dan otak tengah. Dari

thalamus impuls diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan

sebagai nyeri. Adapun mediator nyeri yang disebut juga sebagai autakoid antara

lain serotonin, histamine, bradikinin, leukotrien dan prostglandin2.Bradikinin

merupakan polipeptida (rangkaian asam amino) yang diberikan dari protein

plasma. Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkatan (level) dimana nyeri

dirasakan untuk yang pertama kali.Jadi, intesitas rangsangan yang terendah saat

seseorang merasakan nyeri. Untuk setiap orang ambang nyerinya adalah konstan

(Mycek, 2001).

Analgetik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf secara

selektif. Digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi kesadaran.

Analgetik bekerja dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit.

Berdasarkan mekanisme kerja pada tingkat molekul, analgetik dibagi menjadi dua

golongan yaitu analgetik narkotik dan analgetik non-narkotik (Sabby, 2010).

Analgetik Narkotik

Analgetik narkotik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem

saraf pusat secara selektif. Digunakan untuk mengurangi rasa sakit, yang moderat

ataupun berat, seperti rasa sakit yang disebabkan oleh penyakit kanker, serangan

jantung akut, sesudah operasi, dan kolik usus atau ginjal. Analgetik narkotik

sering pula digunakan untuk pramedikasi anestesi, bersama-sama dengan atropin,

untuk mengontrol sekresi (Ganiswara,1995).

Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat seperti

opium. Opium yang berasal dari getah Papaver somniverum mengandung sekitar

Page 3: 92451643 Lapak Analgesik Kel4

20 jenis alkaloid diantaranya morfin, kodein, tebain, dan papaverin.

(Ganiswara,1995).

Aktivitas analgetik narkotik jauh lebih besar dibandingkan golongan

analgetik non-narkotik, sehingga disebut juga analgetik kuat. Golongan ini pada

umumnya menimbulkan euphoria sehingga banyak disalahgunakan. Pemberian

obat secara terus-menerus menimbulkan ketergantungan fisik dan mental atau

kecanduan, dan efek ini terjadi secara cepat. Penghentian pemberian obat secara

tiba-tiba menyebabkan sindrom abstinence atau gejala withdrawal. Sedangkan

kelebihan dosis dapat menyebabkan kematian karena terjadi depresi pernapasan.

Analgetika narkotika bekerja di SSP, memiliki daya penghalang nyeri yang hebat

sekali.

Penggolongan analgesik – narkotik adalah sebagai berikut :

alkaloid alam : morfin, codein

derivat semi sintesis : heroin

derivat sintetik : metadon, fentanil

antagonis morfin : nalorfin, nalokson dan pentazocin (Alex,2009).

Efek analgesik dihasilkan oleh adanya pengikatan obat dengan sisi

reseptor khas pada sel dalam otak dan spinal cord. Rangsangan reseptor juga

menimbulkan efek euphoria dan rasa mengantuk (Tan Hoan, 2005).

Analgetik Non-narkotik

Analgetik non-narkotik digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang

ringan sampai moderat, sehingga sering disebut analgetik ringan. Analgetik non-

narkotik bekerja menghambat enzim siklooksigenase dalam rangka menekan

sintesis prostaglandin yang berperan dalam stimulus nyeri dan demam. Karena itu

kebanyakan analgetik non-narkotik juga bekerja antipiretik. Disebut juga

analgesik perifer karena tidak mempengaruhi susunan syaraf pusat. Semua

analgesik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu menurunkan suhu

bada pada saat demam. Khasiatnya berdasarkan rangsangan terhadap pusat

pengatur kalor di hipotalamus, mengakibatkan vasodilatasi perifer di kulit dengan

bertambahnya pengeluaran kalor disertai keluarnya banyak keringat. Misalnya

Page 4: 92451643 Lapak Analgesik Kel4

parasetamol, asetosal, dll. Dan berkhasiat pula sebagai anti inflamasi , anti radang

atau anti flogistik. Anti radang sama kuat dengan analgesik, digunakan sebagai

anti nyeri atau rematik contohnya asetosal, asam mefenamat, ibuprofen. Anti

radang yang lebih kuat contohnya fenilbutazon. Sedangkan yang bekerja serentak

sebagai anti radang dan analgesik contohnya indometazin (Alex,2009).

Antipiretik adalah zat-zat yang dapat mengurangi suhu tubuh. Anti-

inflamasi adalah obat atau zat-zat yang dapat mengobati peradangan atau

pembengkakan (Alex,2009).

Obat analgesik antipiretik serta Obat Anti Inflamasi non Steroid

(OAINS) merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat

sangat berbeda secara kimia.Walaupun demikian, obat-obat ini ternyata memiliki

banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping. Prototipe obat

golongan ini adalah aspirin. Karena itu, banyak golongan dalam obat ini sering

disebut obat mirip aspirin (Aspirin-like drugs) (Ishak,2009).

Mekanisme kerja dan yang berhubungan dengan system biosintesis

Prostaglandin ini mulai diperlihatkan secara invitro bahwa dosis rendah aspirin

dan indometasin menghambat produksi enzimatik Prostaglandin. Penelitian

lanjutan membuktikan bahwa Prostaglandin akan dilepaskan bilamana sel

mengalami kerusakan. Walaupun secara invitro OAINS diketahui menghambat

obat berbagai reaksi biokimiawi, hubungan dengan efek analgesic, antipiretik dan

anti inflamasinya belum jelas. Selain itu, OAINS secara umum tidak menghambat

biosintesis leukotrien yang diketahui ikut berperan dalam inflamasi (Ishak,2009).

Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi

asam arakhidonat menjadi PGG2 terganggu.Setiap obatmenghambat

siklooksigenase dengan cara yang berbeda.Khusus parasetamol, hambatan

biosintesis prostaglandin hanya terjadi bila lingkungannya rendah kadar peroksid

seperti di hipotalamus.Lokasi inflamasi biasanya mengandung banyak peroksid

yang dihasilkan oleh leukosit.Ini menjelaskan mengapa anti-inflamasi parasetamol

praktis tidak ada aspirin sendiri menghambat dengan mengasetiliasi gugus

aktifserin dan enzim ini.Trombosit sangat rentan terhadap penghambatan ini

karena selain tidak mampu mengadakan regenerasi enzim sehingga dosis tunggal

Page 5: 92451643 Lapak Analgesik Kel4

aspirin 40 mg sehari telah cukup untuk menghambat siklooksigenase trombosit

manusia selama masa hidup trombosit yaitu 8-11 hari (Ishak,2009).

AINS (Analgesik Anti Inflamasi Non Steroid)

AINS adalah obat-obat analgesik yang selain memiliki efek analgesik juga

memiliki efek anti inflamasi, sehingga obat-obat jenis ini digunakan dalam

pengobatan rheumatik dan gout. Contohnya ibuprofen, indometasin, diklofenak,

fenilbutazon dan piroxicam (Wanda,2011).

1. Ibuprofen

2.Diklofenak

3. Indometasin

4.Fenilbutazon

5. Piroksikam (Sabby, 2010).

IV. ALAT & BAHAN

HEWAN PERCOBAAN : Mencit jantan putih

ALAT :

1. Alat suntik 1mL

2. Sonde oral mencit

3. Stopwatch

4. Timbangan mencit

5. Wadah penyimpanan mencit

BAHAN :

1. Asam asetat 0,7%

2. Asam asetil salisilat (Aspirin)

3. Asam mefenamat

4. Larutan suspense gom arab 1-2%

5. Parasetamol

V. PROSEDUR

Page 6: 92451643 Lapak Analgesik Kel4

Untuk percobaan ini, hewan dibagi dalam 3 kelompok yang terdiri atas

kelompok control negatif, kelompok obat standar, dan kelompok obat uji (dua

dosis). Setiap kelompok terdiri atas 1 ekor mencit. Semua hewan dari setiap

kelompok diberi perlakuan sesuai dengan kelompoknya yaitu kelompok kontrol

diberi larutan suspensi gom arab, kelompok obat standar diberi asam asetil

salisilat, dan kelompok obat uji diberi asam mefenamat serta parasetamol.

Pemberian obat ini dilakukan secara oral. Setelah 30 menit, hewan diberi asam

asetat 0.7% secara intraperitonial. Segera setelah pemberian asam asetat, gerakan

geliat hewan diamati, dan jumlah geliat dicatat setiap 5 menit selama 30 menit

jangka waktu pengamatan. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik

berdasarkan analisis variasi dan kebermaknaan perbedaan jumlah geliat antara

kelompok kontrol dan kelompok uji dianalisis dengan Student’s t-test.

VI. PERHITUNGAN & GRAFIK

VII. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian efek analgetika suatu

obat. Tujuannya ialah mengenal berbagai cara untuk mengevaluasi secara

eksperimental efek analgetik suatu obat, memahami dasar-dasar perbedaan

efek analgetik berbagai obat analgetika dan mampu memberikan pandangan

mengenai kesesuaian khasiat sediaan-sediaan farmasi analgetika.

Analgetika atau obat penghalang rasa nyeri adalah zat-zat yang

mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran

(perbedaan dengan anestetika umum). Atas dasar kerja farmakologisnya,

analgetika dibagi dalam dua kelompok besar, yakni :

1. analgetika perifer (non narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak

bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.

2. analgetika narkotik, khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri

hebat, seperti pada fractura dan kanker.

Page 7: 92451643 Lapak Analgesik Kel4

Empat kategori besar dari stimulasi analgetika yang telah ditemukan

dan digunakan dalam mengevaluasi kelompok aktivitas analgetika adalah:

mekanik, listrik, panas, dan kimia. Metode panas, mekanik, dan listrik

digunakan untuk mengevaluasi aktivitas analgetika narkotik, sedangkan

metode induksi kimia digunakan untuk mengevaluasi analgetika non

narkotik.

Prinsip dari percobaan kali ini adalah metode pengujian analgetik

secara kimia.. Digunakan metode induksi secara kimia karena analgetik

yang digunakan termasuk dalam golongan antalgetika non narkotik. Metode

induksi merupakan cara-cara menginduksi nyeri atau inflamasi ke dalam

hewan percobaan.

Prosedur pertama yang dilakukan adalah hewan percobaan (dalam

percobaan kali ini adalah mencit) dibagi dalam 4 kelompok yang terdiri atas

kelompok kontrol negatif, kelompok obat standar, kelompok obat uji dosis

pertama dan kelompok obat uji dosis kedua. Setelah itu semua hewan dari

setiap kelompok ditimbang dan dilakukan perhitungan jumlah obat yang

akan diberikan, dengan rumus:

Berat mencit x batas maksimal untuk rute pemberian (mL)

berat mencit normal (20 g)

Dari hasil perhitungan, diperoleh hasil bahwa jumlah obat yang akan

diberikan kepada kelompok mencit pertama adalah 0,55 mL, kelompok

kedua 0,65 mL, kelompok ketiga 0,625 mL, dan kelompok keempat 0,925

mL. Selanjutnya hewan percobaan diberi tanda sesuai kelompoknya dengan

menggunakan spidol pada ekornya. Kemudian diberi perlakuan sesuai

kelompok. Untuk kelompok 1 merupakan kelompok kontrol negative yang

diberi larutan suspense gom arab (PGA 2%), kelompok 2 diberikan asam

asetil salisilat atau aspirin, kelompok 3 diberikan asam mefenamat dosis

pertama dan kelompok 4 diberikan dosis kedua (parasetamol).

Kelompok kontrol diberikan larutan suspensi gom arab (PGA 2%).

Digunakan larutan suspensi gom arab untuk kelompok kontrol karena pada

permberian larutan suspensi ini tidak akan memberikan efek tertentu pada

Page 8: 92451643 Lapak Analgesik Kel4

mencit sehingga dapat digunakan sebagai pembanding (blanko) dengan

mencit yang diberi analgetik.

Obat standar yang digunakan yaitu aspirin. Aspirin atau asam asetil

salisilat digunakan sebagai obat standar karena obat ini paling banyak

digunakan sebagai analgesik, antipiretik, dan anti inflamasi. Aspirin atau

asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang

sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri

minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan).

Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis

rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Asam asetil

salisilat sebagai anti inflamasi yang sangat luas digunakan dan digolongkan

dalam obat bebas. Selain sebagai prototip, obat ini merupakan standar dalam

menilai efek obat sejenis.

Gambar : Struktur kimia aspirin

Obat uji yang digunakan pertama yaitu asam mefenamat. Asam

mefenamat juga digunakan sebagai obat analgetik yang dapat mengurangi

atau menekan rasa nyeri. Asam mefenamat termasuk obat pereda nyeri

yang digolongkan sebagai NSAID (Non Steroidal Antiinflammatory Drugs).

NSAID memiliki efek anti inflamasi, analgesik, dan antipiretik dengan

menekan sintesa prostaglandin melalui penghambatan enzim

siklooksigenase, yaitu enzim yang mengkatalisis pembentukan precursor

prostaglandin dari asam arakidonat. NSAID juga menghambat aktivasi

neutrofil, yang menginduksi inflamasi dengan melepaskan berbagai produk

lain selain prostaglandin. Obat uji yang digunakan kedua adalah

parasetamol. Asam mefenamat & parasetamol digunakan sebanyak 2 dosis

Page 9: 92451643 Lapak Analgesik Kel4

yaitu dosis pertama dan dosis kedua yang bertujuan untuk membandingkan

efek analgetik dari kedua dosis tersebut.

Gambar : Struktur asam mefenamat

Pemberian obat terhadap keempat kelompok tersebut secara oral.

Pada kelompok kedua, asam asetil salisilat yang diberikan secara oral

diabsorbsi dengan cepat dalam bentuk utuh di lambung, tetapi sebagian

besar di usus halus bagian atas. Setelah diabsorbsi, salisilat segera menyebar

ke seluruh jaringan tubuh dan cairan transelular. Pada kelompok ketiga dan

keempat, asam mefenamat akan diabsorbsi secara cepat dari saluran cerna

dan di hati akan dikonversi ke satu atau lebih zat aktifnya, terutama 6-

methoxy-2naphylacetic acid (6-MNA). Metabolit ini merupakan penghambat

kuat dari enzim siklooksigenase pada biosintesis prostaglandin sehingga

prostaglandin tidak akan terbentuk.

Setelah 30 menit, mencit diberi asam asetat 0,7% secara

intraperitoneal, karena waktu 30 menit diperkirakan obat telah mencapai

reseptor masing-masing. Fungsi asam asetat yaitu sebagai zat yang dapat

menginduksi rasa nyeri pada mencit. Asam asetat dapat menginduksi rasa

nyeri karena tubuh akan mengalami asidosis dan menyebabakan gangguan

pada sistem saraf sehingga memberikan respon rasa nyeri.

Setelah pemberian asam asetat maka efek obat pada masing-masing

kelompok diamati. Gejala sakit pada mencit sebagai akibat pemberian asam

asetat adalah adanya kontraksi dari dinding perut, kepala dan kaki ditarik

kebelakang sehingga abdomen menyentuh dasar dari ruang yang

ditempatinya, gejala ini dinamakan geliat (writhing). Geliat mencit diamati

setiap 5 menit selama 30 menit. Frekuensi gerakan ini dalam waktu tertentu

menyatakan derajat nyeri yang dirasakannya.

Page 10: 92451643 Lapak Analgesik Kel4

Dari hasil pengamatan setiap 5 menit selama 30 menit maka dapat

dilihat mencit kelompok control tidak mengalami geliat sedikitpun,

seharusnya pada kelompok control ini jumlah geliatnya paling banyak

karena kelompok ini tidak diberikan analgesik, hanya diberikan larutan

suspensi gom arab yang tidak bereaksi apa-apa dengan nyeri yang

ditimbulkan oleh asam asetat. Sehingga seharusnya produksi prostaglandin

sebagai mediator nyeri tidak dihambat dan akan terjadi respon nyeri berupa

geliat.

Pada mencit kelompok dua, jumlah geliat tidak terjadi pada 5 menit

pertama tetapi mencit menggeliat pada menit ke 10 dan tidak menunjukkan

geliatnya kembali setelah menit ke 10 tersebut. Disebabkan karena pada

kelompok ini telah diberi obat analgesik yaitu aspirin. Akibatnya rasa nyeri

dihambat dengan cara menghambat enzim siklooksigenase pada biosintesis

prostaglandin sebagai mediator nyeri sehingga konversi asam arakhidonat

menjadi prostaglandin terganggu.

Pada mencit kelompok tiga, jumlah geliat yang diamati lebih banyak

dari kelompok dua. Hal ini menunjukkan bahwa kerja aspirin sebagai

analgesik lebih baik dari pada asam mefenamat.

Pada mencit kelompok empat, jumlah geliat cukup banyak (lebih

banyak daripada jumlah geliat kelompok tiga). Hal ini menunjukkan bahwa

daya analgetika asam mefenamat dosis 1 lebih baik daripada dosis ini (yang

diberikan parasetamol), karena dapat menghambat rasa nyeri pada mencit

lebih baik yang ditandai dengan lebih sedikitnya jumlah geliat.

Page 11: 92451643 Lapak Analgesik Kel4

DAFTAR PUSTAKA

Alex,W.2009. Kuliah Analgesik Antipiretik dan NSAID. http://wiro- pharmacy.blogspot.com/2009/02/kuliah-analgesik-antipiretik-dan-nsaid.html (Diakses tanggal 23/03/12).

Ganiswara, 1995. Farmakologi Dan Terapi edisi V. Jakarta.

Ishak. 2009. Analgesik. http://ishak.unpad.ac.id/?p=886 (diakses tanggal 23/03/12).

Mary. J Mycek Dkk. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi II. Jakarta: Widya Medika. 

Tan Hoan Tjay dan Kirana Raharja. 2005. Obat-Obat Penting . PT Gramedia: Jakarta.

Wanda,2011. Farmakologi Sistem Organ. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.