Upload
bella-dinaa
View
400
Download
19
Embed Size (px)
Citation preview
A. Definisi
Psikologi komunitas merupakan cabang ilmu psikologi yang mempelajari
efek-efek sosial dan lingkungan terhadap perilaku yang muncul pada individu
atau kelompok guna meningkatkan kualitas hidup individu, komunitas dan
masyarakat.
Psikologi komunitas pada dasarnya terkait dengan hubungan antarsistem
sosial, kesejahteraan dan kesehatan individu dalam kaitan dengan masyarakat.
Jadi, psikologi komunitas didefinisikan sebagai suatu pendekatan kepada
kesehatan mental yang menekankan pada peran daya lingkungan dalam
menciptakan masalah atau mengurangi masalah. Psikologi ini berfokus pada
arah permasalahan kesehatan mental dan sosial yang dikembangkan melalui
intervensi juga riset dengan seting mencakup masyarakat dan komunitas
pribadi.
B. Latar Belakang
Beberapa psikolog memiliki pandangan berbeda mengenai area yang
dikaji dalam psikologi komunitas. Hal tersebut ditunjukkan dengan perdebatan
yang masih muncul apakah psikologi komunitas merupakan kesamaan dari
psikologi klinis ataukah berbeda. Ada kecenderungan kuat dari pandangan
psikolog bahwa psikologi komunitas dan psikologi klinis adalah sama. Di sisi
lain, beberapa psikolog menunjukkan adanya batasan-batasan yang jelas
perbedaan antara dua bidang tersebut. Akan tetapi, ada juga yang mengatakan
bahwa psikologi komunitas merupakan kajian yang meliputi psikologi secara
keseluruhan.
Pada awalnya, psikologi komunitas muncul sebagai respon dari
perkembangan sosial di Amerika Serikat. Pada masa kolonial, fenomena
pertumbuhan kota dan industrialisasi yang cepat memicu meningkatnya
imigran yang berdatangan dari berbagai tempat. Tentunya hal ini
menimbulkan masalah sosial karena semakin banyak juga variasi-variasi
populasi yang muncul seperti; orang-orang yang memiliki sakit mental, fakir
miskin, dan populasi lainnya yang tergolong lemah dan atau tidak memiliki
kekuatan. Hingga pada perkembangannya, populasi tersebut menyatu dan
berkelompok menjadi suatu komunitas.
Di sinilah permasalahan yang sebenarnya bagi komunitas yang
inkompeten tersebut, di mana kasus-kasus psikologis yang mereka alami
ditangani secara keliru dengan diagnosis yang salah karena ketidakmampuan
secara finansial untuk memperoleh penanganan dari psikolog ahli. Melihat
fenomena ini terus berkembang maka Kongres Amerika mencanangkan
Gerakan Nasional Kesehatan Mental. Mulai dari sini, peran para psikolog dan
institusi untuk mulai berfokus pada penanganan klinis bagi komunitas-
komunitas yang tidak mampu.
Tentunya dari latar belakang yang dipaparkan di atas menunjukkan
kejelasan pembedaan antara psikologi komunitas dengan psikologi klinis. Hal
ini tampak dari bagaimana sikap yang muncul di mana psikologi komunitas
merupakan tindakan proaktif untuk mengantisipasi resiko permasalahan yang
lebih besar serta meningkatkan kesehatan mental dalam suatu komunitas,
sedangakan psikologi klinis cenderung reaktif karena akan memberikan
perlakuan (treatments) setelah adanya kasus klinis yang muncul.
Di Indonesia, psikologi komunitas dibahas sebagai Kesehatan
Masyarakat dalam disiplin ilmu kedokteran dan Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Psikologi komunitas juga merupakan subbagian dalam Psikologi Sosial,
Sosiologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya.
Tetapi dalam hal ini psikologi komunitas akan diuraikan sebagai suatu
kegiatan yang berkaitan dengan memberi bantuan kepada orang lain mengenai
hal-hal yang berhunungan dengan gangguan emosional, penyesuaian diri dan
masalah-masalah psikologis lainnya.
Dalam pendekatan psikologi klinis, treatment diberikan kepada seseorang
atau kelompok yang mengalami gangguan atau yang memiliki masalah dan
klien menerima treatment tersebut. Kenyataannya seringkali sulit untuk
memastikan siapa yang memerlukan terapi atau bantuan psikologis. Dilihat
dari pandangan sosiokultual, lingkungan sosio kultural dan interaksinya
dengan subjek atau sekelompok subjeklah penyebab munculnya gangguan
jiwa, hal ini dikarenakan tuntutan sosial kepada subjek untuk mengikuti
kondisi yang berlaku misalnya norma sosial, dan sebagainya.
Banyak perubahan-perubahan dalam tatanan masyarakat sekarang ini yang
menyebabkan banyak munculnya gejala-gejala sosial seperti kemiskinan,
kekumuhan, polusi udara, pengungsian penduduk bahkan bencana alam
sehingga memungkinkan munculnya ancaman gangguan-gangguan psikologis
terutama dalam hal gangguan emosional. Kondisi ini membutuhkan suatu
pendekatan yang tidak menggunakan cara tradisional dari psikologi klinis,
tetapi membutuhkan sutau pendekatan menyeluruh yakni pendekatan
komunitas.
C. Sejarah
Psikologi komunitas di Amerika mulai berkembang sejak 1955, ketika
diumumkan undang-undang tentang pengembangan konsep kesehatan mental
komunitas untuk mengurangi jumlah rumah sakit jiwa. Pada tahun 1963
Kennedy Bill mengemukakan sistem komprehensif dalam layanan kesehatan
mental dengan melakukan deteksi dini dari gangguan kesehatan mental yang
dapat menurunkan jumlah penderita yang dimasukkan ke RSJ. Tahun 1965
dianggap sebagai kelahiran psikologi komunitas. Pada saat itu diadakan
konferensi di Massachusetts di mana para psikolog membahas masa depan dan
peran kesehatan mental. Tak lama berselang, terbentuk Community
Psychology dalam American Psychological Association (APA).
D. Filosofi
Psikologi komunitas cukup populer dengan definisi sebagai ilmu yang
mempelajari efek-efek sosial dan faktor-faktor lingkungan terhadap perilaku
yang terjadi pada individu, kelompok, organisasi, dan tingkatan sosial yang
lain (Heller et .al., 1984, p.18). Definisi tersebut mengungkapkan bahwa fokus
psikologi komunitas adalah isu-isu sosial, institusi-institusi sosial, dan setting
lain yang mempebgaruhi kelompok-kelompok dan oraganisasi. Sasaran yang
ingin dicapai adalah meningkatkan serta mengoptimalkan kesejahteraan (well-
being) dari komunitas dan individu dengan penanganan alternatif yang
inovatif dengan berkolaborasi bersama anggota komunitas serta disiplin ilmu
yang terkait baik di dalam maupun di luar psikologi.
1. Pencegahan lebih baik daripada penanganan
Psikologi komunitas bercirikan adanya upaya untuk mencegah
munculnya permasalahan klinis pada tingakatan sosial yang ada. Hal ini
juga berarti intervensi psikologi sosial pada berkembangnya permasalahan
sosial. Ada pembagian di antara tingkatan dari intervensi pencegahan,
yaitu: pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier.
Pencegahan primer merupakan usaha mencegah suatu masalah yang
terjadi secara umum dan bersama-sama atau permasalahan muncul paling
awal pada situasi yang memungkinkan terjadi. Cowen berargumen ada
kriteria yang harus diikuti dalam pencegahan pimer ini:
a. Program harus beroientasi pada massa atau kelompok
b. Harus dilakukan sebelum maladjustment
c. Merupakan tindakan sengaja sebagai fokus pada kekuatan
penyesuaian.
Sedangkan pencegahan sekunder merupakan usaha untuk mengatasi
masalah pada situasi mungkin muncul untuk pertama kalinya sebelum hal
ini menjadi semakin parah.
Pencegahan tersier merupakan usaha untuk mengurangi kuatnya
masalah yang sekali muncul dari suatu kejadian yang terus menerus.
2. Penekanan pada kekuatan dan kompetensi
Konsep dari kompetensi dimunculkan oleh psikolog komunitas mula-
mula. Pertama, ini berkaitan dengan setting ekologis, atau lingkungan dan
implikasi-implikasinya untuk mengoptimalkan kompetensi individu dalam
komunitas. Kedua, kompetensi dikaitkan dengan konsep pencegahan. Jika
seseorang makin kuat di awal kehidupan individu atau kelompok maka
permasalahan dapat dihindari dengan lebih mudah. Contoh :
3. Pentingnya Perspektif Ekologis
Perspektif ekologis memiliki arti suatu tes dari hubungan diantara
orang-orang dan lingkungan mereka (sosial maupun fisik) dan
membangun suatu kecocokan yang optimal di antara setting lingkungan
dengan orang-orang di dalamnya.
a. Menghargai Perbedaan
Dalam psikologi komunitas ada penghargaan terhadap
perbedaan-perbedaan yang ada. Setiap orang memiliki hak untuk
berbeda dan perbedaan tersebut bukan berarti menunjukkan posisi
yang lemah (inferior). Bilamana perbedaan ini ditangkap sebagai
suatu fakta yang tidak pernah lepas dari bagian hidup maka akan ada
usaha mengenai kesamaan bagi semua perbedaan-perbedaan yang
ada. Dari keyakinan mengenai perbedaan ini pula muncul suatu
pengenalan dan pemahaman mengenai perbedaan gaya hidup,
pandangan dunia, tatanan sosial yang bukan pokok utama dari
kehidupan sosial tetapi dapat diterima sebagai bagian dari
karakteristik sosial kita yang berbeda.
b. Kekuasaan (empowerment)
Zimmerman menjelaskan empowerment sebagai suatu konstruk
yang menghubungkan kekuatan individu dan kompetensi-
kompetensi, sistem bantuan yang alami, dan perilaku proaktif
terhadapa kebijakan serta perubahan sosial. Teori Empowerment,
penelitian, serta intervensi menghubungkan kesejahteraan individu
dengan sosial yang lebih besar dan lingkungan politik.
c. Pilihan-pilihan di antara alternatif
Aspek penting dalam pilihan-pilhan adalah ketersediaan dan
aksesbilitas dari pilihan-pilhan mengenai alternatif-alternatif bagi
orang-orang untuk komunitas yang cocok baginya. Poin ini
menekankan adanya keunikan dari setiap individu yang memerlukan
komunitas yang sesuai dan tepat bagi dia.
d. Perubahan Sosial
Dengan dukungan penelitaian yang kuat maka salah satu sasaran
yang ingin dicapai dari psikologi komunitas adalah untuk
memdorong adanya perubahan sosial. Perencanaan mengenai
perbahan sosial merupakan bagian penting dalam psikologi
komunitas. Perubahan sosial ini dapat terjadi dengan direncanakan
(planned social change) maupun tanpa ada perencanaan terlebih
dahulu (unplanned social change). Dalam perubahan sosial yang
terencana sangat memungkinkan pencapaian benar-benar sesuai
dengan yang ditargetkan. Bukan hanya itu, dalam psikologi
komunitas ini perubahan yang direncanakan pun seringkali menjadi
sangat inovatif.
e. Kolaborasi dengan dan integrasi dengan disiplin ilmu lainnya
Menciptakan perubahan sosial merupakan tugas yang
monumental. Kolaborasi dengan disiplin ilmu lainnya berarti
memberikan hasil perubahan yang lebih baik dan lebih masuk akal.
4. Sensitivitas Komunitas
Sensitivitas pada komunitas juga merupakan satu dari konsep yang
terpenting dalam psikologi komunitas. Lingkungan dan individu yang
sangat cocok dapat menciptakan komunitas yang lebih baik dengan
sebuah semangat dan perasaan ke-kita-an. Ada empat elemen yang perlu
dipikirkan secara matang yaitu: keanggotaan (membership), pengaruh,
integrasi, dan perasaan emosi yang terkoneksi satu sama lain.
E. Tujuan
Area psikologi komunitas terbentuk untuk membantu atau meningkatkan
kemampuan individu yang powerless terhadap komunitas sosialnya misalnya
kalangan minoritas, dan kemampuan individu untuk dapat mengambil kendali
atas lingkungan dan kehidupan mereka. Hal ini sangat diperlukan karena akan
membantu perkembangan individu dalam mengembangkan psychological
sense of community.
Psikologi komunitas memiliki berbagai pendekatan ke arah perubahan
sistem sosial :
1. Mengenalkan pertumbuhan dan pengembangan individu dan mencegah
munculnya suatu permasalahan kesehatan mental dan sosial.
2. Membuat suatu format intervensi yang sesuai dan cepat pada saat mana
intervensi tersebut sangat diperlukan.
3. Memungkinkan mereka yang telah bermasalah untuk hidup dengan baik
dan mendapat sokongan dari komunitasnya dan lebih baik lagi tingal pada
tempat yang dapat menerima kondisinya dan dia akan mendapatkan
dukungan.
Sebagai contoh, psikologi komunitas mungkin dapat memberi intervensi
terhadap individu dengan cara :
1. Menciptakan dan mengevaluasi arah kebijakan dan program yang
membantu masyarakat mengontrol tekanan ayang muncul dari aspek dan
lingkungan organisatoris yang memunculkan permasalahan.
2. Menilai kebutuhan suatu masyarakat dan memberi arahan anggotanya
bagaimana cara mengenali suatu masalah yang masih permulaan dan
menghadapi permasalahan yang sudah muncul dan besar.
3. Belajar dan menerapkan jalan yang lebih efektif dan menyesuaikan dengan
populasi untuk hidup secara lebih produktif dalam tedensi masyarakat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pendekatan komunitas :
1. Pendekatan komunitas menekankan kepada efek dari dukungan sosial dan
tekanan sosial masyarakat serta tindakan preventif dan self-help.
2. Pemberdayaan lokal dan pentingnya keanekaragaman dan relatifitas
budaya.
3. Menekankan kepada masyarakat, kemampuan dan kekuatan pribadi
sebagai counter terhadap penyakit dan kelemahan.
4. Perspektif komunitas menekankan pada fungsi riset tidak hanya sebagai
pengembangan teori tetapi juga untuk kebijakan dan evaluasi program
analisis, dan kehadirannya secara implisit dan berharga bagi
pengembangan kesejahteraan masyarakat dan juga ilmu pengetahuan.
Pada intinya pendekatan komunitas tidak meletakkan gangguan di dalam
individu yang terganggu dan juga tidak secara totalitas menyalahkan
lingkungan akan tetapi fokusnya kepada interaksi orang dengan lingkungan-
mengidentifikasikan peran dan daya lingkungan yang dapat
menciptakan/mengurangi masalah individu dan kemudian memusatkan diri
pada pemberdayaan individu dan kelompok individu untuk lebih dapat dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.
F. Peran
1. Melakukan penelitian untuk mengidentifikasi masalah dan menganalisa
masalah-masalah komunitas, melakukan penelitian mengenai sikap-sikap
masyarakat, mengevaluasi program-program sosial tertentu.
2. Berpartisipasi dalam merancang/membuat pola-pola pelayanan sosial serta
memberikan evaluasi terhadap program tersebut.
3. Secara profesional berpartisipasi aktif dalam program gerakan-gerakan,
sosial bagi pengembangan masyarakat, termasuk juga merancang
lingkungan sosial yang dapat memperkecil kesulitan-kesulitan
penyesuaian dan memperluas kesempatan pengembangan pribadi di
lingkungan sosial tersebut.
G. Sistem Kerja
1. Psikologi komunitas menekankan kepada dua aspek secara serentak yakni
kondisi masyarakat sebagai dasar teori dan riset pada proses lingkungan
sosial.
2. Memusatkan, tidak hanya bertitik tolak pada kondisi psikologis individu,
akan tetapi atas berbagai tingkatan analisa yang bergerak dari individu
kemudian mengkelompokkannya ke dalam organisasi dan akhirnya kepada
struktur yang terbesar yakni kelompok masyarakt secara utuh dimana
individu berada.
3. Psikologi komunitas meliputi atau cakupan jangkauan luas berupa setting
dan substansi dari suatu area/daerah komunitas.
Dari ketiga dasar tersebut di atas psikologi komunitas dalam menganalisis
permasalahan individu memiliki keunikan tersendiri dimulai dari kondisi
individu itu sendiri kemudian mengarah kepada suatu pergerakan sosial
masyarakat atau sebaliknya atau juga dimulai secara bersama-sama.
Pada dasarnya psikologi komunitas orientasi kerjanya hampir sama dengan
psikologi klinis dan kesehatan mental masyarakat dengan tujuan untuk
mengenalkan kesejahteraan manusia. Tetapi psikologi komunitas tidak hanya
puas denan kencenderungan klinis yang hanya menempatkan permasalahan
kesehatan mental yang berfokus di dalam diri individu. Psikologi komunitas
lebih melihat ancaman terhadap kesehatan mental dari lingkungan sosial atau
konflik/ ketidakcocokan antara individu dengan lingkungannya. Penekanan
secara spesifik lebih kepada dukungan sosial bukan kepada perubahan
individu. Psikologi komunitas lebih memusatkan perhatian pada kesehatan
bukan kepada penyakit, dan kepada peningkaan kemampuan individu dan
komunitasnya. Hal inilah yang mungkin merupakan simbol dari psikologi
komunitas dan yang membedakannya dengan psikologi klinis dan kesehatan
mental yang lebih berfokus kepada perubahan individu.
Bloom mengemukakan perbedaan antara layanan psikologi tradisional
dengan layanan pendekatan kesehatan mental komunitas terletak pada:
penekanan pencegahan, intervensi dalam komunitas dilakukan dalam
populasi yang terbatas, promosi dalam pelayanan tak lamgsung misalnya
melalui pelatihan dan pemberdayaan, pelaksanaan yang dilakukan oleh ahli
dari berbagai bidan ilmu.
Psikologi komunitas lebih berorientasi kepada tindakan preventif
(pencegahan). Maknanya psikologi komunitas berusaha untuk mencegah
permasalahan terjadi ke depan, dibandingkan menunggu permasalahan
tersebut muncul dan menjadi lebih serius. Psikologi komunitas lebih melihat
kepada adanya indikasi dari suatu keadaan sehingga bisa melakukan tindakan
preventif, dan memiliki prediktor apa yang akan terjadi ke depan dengan
kondisi yang ada sekarang.
Dengan adanya prediktor inilah yang menjadikan psikologi komunitas
berbeda dengan kesehatan masyarakat, dalam memandang kesehatan mental,
institusi sosial, dan mutu hidup secara umum. Psikologi komunitas harus
memiliki orientasi riset yang kuat, karena sangat tergantung kepada suatu
dugaan yang mengarah kepada permasalahan-permasalahan sosial yang akan
muncul dengan kondisi yang ada.
Psikologi komunitas seperti halnya juga psikologi sosial di dalam
pengambilan suatu sistem atau kelompok melalui pendekatan kepada tingkah
laku manusia, akan tetapi lebih terkait kepada suatu pengetahuan psikologis
untuk memecahkan permasalahan sosial sedangkan psikologi sosial lebih
berorientasi kepada fenomena-fenomena interaksi individu dengan sosialnya.
Psikologi komunitas juga banyak mengunakan orientasi-orientasi psikologi
industri dan organisasi tetapi diterapkan kepada organisasi masyarakat,
bagaimana individu mengikuti sistem sosial yang ada dan mendukung
jaringan sosial tersebut.
Permasalahan para pekerja dan klien pada sistem manajemen diaplikasikan
ke dalam penelaahan isu peraturan sosial dan kontrol masyarakat, dan
karakteristik serta kemampuan menghadapi kelompok sosial secara lemah,
seperti permasalahan minoritas dan lain sebagainya.
H. Proses
Di sini akan dipaparkan sedikit bagaimana sudut pandang psikologi
komunitas dalam melihat atau menganalisis dan melakukan pendekatan
terhadap permasalahan psikologi pada diri individu.
Sebagai ilustrasi, ahli psikologi mengatakan gangguan jiwa disebabkan
oleh fenomena intra psikis (interaksi yang terjadi diantara aspek-aspek psikis).
Ahli psikoanalisis mengatakan terdapat 3 struktur kepribadian pada individu :
id, ego dan superego. Menurut pandangan psikoanalisis timbulnya
permasalahan kejiwaan dikarenakan adanya ketidakseimbangan di 3 struktur
kepribadian tersebut. Misalnya psikopat dikatakan sebagai gangguan
kepribadian yang berat dengan ciri perkembangan superego yang terhambat,
fungsi ego baik dan id yang normal. Tapi dilihat dari sudut pandang psikologi
komunitas muculnya gangguan ini merupakan produk dari interaksi anatar
individu dengan lingkungan sosialnya.
Dalam menganalisis kedudukan individu dalam komunitasnya, psikologi
komunitas menggunakan 2 titik tolak :
1. Individu sebagai agen (tokoh; pelaku) di dalam kehidupan komunitasnya.
Dalam hal ini komunitas berfungsi sebagai :
Arena/tempat munculnya tingkah laku.
Tempat individu berinteraksi dan merupakan lingkungan yang dapat
mendukung/menghambat individu.
Contoh : Individu yang cerdas, tidak akan berkembang pada lingkungan
sosial yang tidak mendukungnya, dan tidak memiliki fasilitas pendukung.
Tapi individu ini akan berkembag jika berada pada lingkugan sosial yang
mendukung dan memiliki fasilitas yang cukup.
2. Individu dipandang sebagai objek dari kehidupan komunitasnya. Di sini
fungsi komunitas sebagai sarana/media untuk terjadinya perubahan-
perubahan kualitas dari individu.
Contoh : Suatu daerah yang terpencil, mengalami perubahan yang radikal
seiring dengan perkembangan zaman, menjadi daerah yang ramai dan
pesat. Secara langsung akan mengubah perilaku individu-individu yang
ada di dalamnya.
Proses psikologi komunitas merupakan konteks (ruang lingkup) untuk
menerapkan model-model psikologi komunitas. Istilah model digunakan untuk
menunjuk pada suatu penyajian struktur dan fungsi dalam hal ini
permasalahan komunitas. Dalam masalah-masalah komunitas, psikologi
komunitas menerapkan model :
1. Model Kesehatan Mental (The Mental Health Model). Model ini
beranggapan bahwa mencegahterjadinya gangguan mental akan lebih
efektif daripada mengobati. Model kesehatan mental lebih menekankan
pada pendekatan preventif/prevention.
2. Model Organisasi (The Organization Model). Model ini didasarkan pada
penelitian-penelitian sosial, terutama penelitian yang menelaah, mengenai
pengaruh kondisi/organisasi atau sistem organisasi pada sistem sosial
terhadap kelompok. Misalnya pengaruh gaya kepemimpinan. Model ini
beranggapan bahwa manajemen/pengelolaan bertanggung jawab untuk
mengorganisir elemen-elemen dalam kelompok., seperti : uang,
materi/benda, alat-alat, manusia yang bertujuan untu7k mendapatkan
profit. Dalam hubungannya dengan manusia, proses ini bertujuan untuk
mengarahkan usaha-usaha memotivasi dan mengontrol tindakan serta
mengontrol perilaku gara sesuai dengan tujuan. Tanpa adanya intervensi
dari manajemen, manusia akan menjadi pasif dan tidak responsif terhadap
kebutuhan-kebutuhan kelompok.
3. Model Tindakan Sosial (The Social Action Model). Model ini
menggunakan pendekatan dengan berpartisipasi langsung terhadap
kondisi yang menyebabkan timbulnya gangguan/masalah di dalam
masyarakat. Misalnya : mengatasi masalah kemiskinan, caranya dengan
memobilisasi dan mengkoordinasikan sumber-sumber yang ada dalam
komuniti, keterlibatan secara langsung dalam mengatasi kemiskinan,
misalnya menciptakan lapangan kerja, merangsang pertumbuhan usaha-
usaha wiraswasta, memberikan pinjaman/kredit.
4. Model Ekologi (The Ecological Model). Model ini dipegaruhi oleh Teori
Kurt Lewin yang menekankan pada saling ketergantungan antara manusia
dengan lingkungan. Model ini beranggapan bahwa prinsip-prinsip ekologi
dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul
serta untuk menciptakan proses-proses intervensi yang dibutuhkan. Dalam
memahami sebuah komunitas, psikolog komunitas perlu memperhatikan
tingkat ekologikal komunitas tersebut sebelum melakukan
pendekatan/intervensi:
a. Tingkat individual
b. Mikrosistem, merupakan lingkungan terdekat individu, yang mana
berulang-ulang digunakan individu secara langsung untuk melakukan
interaksi personal dengan orang lain. dalam mikrosistem, individu
membentuk hubungan interpersonal, mengambil peran sosial dan
berbagi kegiatan. Mikrosistem meliputi: keluarga, ruang kelas,
kelompok diskusi, teman, tim olahraga.
c. Organisasi, merupakan kumpulan mikrosistem yang lebih kecil yang
mana memiliki stuktur formal yaitu adanya peraturan, kebijakan,
waktu pertemuan, dsb. Contohnya, sekolah, tempat kerja, kelompok
paduan suara, dan sebagainya.
d. Locality, merupakan sekumpulan organisasi atau mikrosistem yang
mana tiap-tiap individu berpatisipasi bagi kehidupan daerah mereka
melalui kelompok-kelompok yang lebih kecil. Contohnya, pedesaan,
kota kecil, lingkungan urbanisasi atau kota besar.
e. Makrosistem, merupakan lingkungan jarak terjauh individu, yang
mempengaruhi kehidupan individu melalui kebijakan atau keputusan
spesifiknya. Contohnya, masyarakat, budaya, partai politik,
perusahaan, mass media, internet, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Dalton, Elias, & Wandersman. 2007. Community Psychology: Individuals and
Communities. Second Edition. Thomson Wadsworth: USA.
Karen G. Duffy & Frank Y. Young. Community Psychology. Boston: Allyn &
Bacon.