13
8 Kasus Penipuan Saham Terbesar Sepanjang Sejarah Metta Pranata - detikfinance Senin, 11/06/2012 07:36 WIB 1. ZZZZ Best Inc., 1986 <img src="http://images.detik.com/content/2012/06/11/6/073822_0.jpg" alt="img" 0 /> Sang pemilik, Barry Minkow menyatakan kalau perusahaan pembersih karpet ini akan menjadi 'General Motors-nya pembersih karpet.' Minkow kelihatannya membangun sebuah perusahaan jutaan dolar, padahal ini dilakukannya melalui pemalsuan dan pencurian. Dia menciptakan lebih dari 10.000 dokumen palsu dan kuitansi penjualan, tanpa ada seorang pun yang curiga. Meski bisnisnya 100% penipuan yang dirancang untuk mengelabui auditor dan investor, Minkow berhasil

8 Kasus Penipuan Saham Terbesar Sepanjang Sejarah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

8 Kasus Penipuan Saham Terbesar Sepanjang Sejarah (accounting fraud)

Citation preview

Page 1: 8 Kasus Penipuan Saham Terbesar Sepanjang Sejarah

8 Kasus Penipuan Saham Terbesar Sepanjang SejarahMetta Pranata - detikfinanceSenin, 11/06/2012 07:36 WIB

1. ZZZZ Best Inc., 1986

<img src="http://images.detik.com/content/2012/06/11/6/073822_0.jpg" alt="img" 0 />Sang pemilik, Barry Minkow menyatakan kalau perusahaan pembersih karpet ini akan menjadi 'General Motors-nya pembersih karpet.' Minkow kelihatannya membangun sebuah perusahaan jutaan dolar, padahal ini dilakukannya melalui pemalsuan dan pencurian. Dia menciptakan lebih dari 10.000 dokumen palsu dan kuitansi penjualan, tanpa ada seorang pun yang curiga. Meski bisnisnya 100% penipuan yang dirancang untuk mengelabui auditor dan investor, Minkow berhasil mengumpulkan lebih dari US$ 4 juta untuk menyewa dan merenovasi sebuah gedung kantor di San Diego. ZZZZ Best bahkan bisa go public pada Desember 1986 dan mencapai kapitalisasi pasar lebih dari US$ 200 juta. Hebatnya lagi, Minkow saat itu masih remaja! Minkow dijatuhi hukuman 25 tahun penjara.

2. Centennial Technologies Inc., 1996

Page 2: 8 Kasus Penipuan Saham Terbesar Sepanjang Sejarah

<img src="http://images.detik.com/content/2012/06/11/6/073902_arrested.jpg" alt="img" 0 />Pada Desember 1996, CEO Centennial Technologies Emanuel Pinez dan manajemennya mencatat pendapatan perusahaan US$ 2 juta dari kartu memori PC. Namun sebenarnya perusahaan ini hanya mengelabui investor. Karyawan kemudian membuat dokumen palsu yang seolah-olah catatan penjualan. Saham Centennial melonjak 451% menjadi US$ 55,50 per saham di New York Stock Exchange.Menurut Securities and Exchange Commission, sepanjang April 1994 hingga Desember 1996 Centennial melebih-lebihkan penghasilannya sekitar US$ 40 juta. Hebatnya, perusahaan ini melaporkan profit US$ 12 juta padahal sebenarnya mereka merugi sekitar US$ 28 juta. Saham Centennial terjun bebas hingga kurang dari US$ 3 per saham. Lebih dari 20.000 investor kehilangan seluruh investasinya di perusahaan yang dulu sempat dianggap sebagai anak emasnya Wall Street ini.

3. Bre-X Minerals, 1997

Page 3: 8 Kasus Penipuan Saham Terbesar Sepanjang Sejarah

<img src="http://images.detik.com/content/2012/06/11/6/073955_brexminerals193921artw.jpg" alt="img" 0 />Perusahaan Kanada ini terlibat dalam salah satu penipuan saham terbesar dalam sejarah. Ladang emasnya di Indonesia yang dilaporkan mengandung lebih dari 200 juta ons emas, disebut sebagai tambang emas terkaya yang pernah ada di dunia. Harga saham Bre-X membumbung tinggi hingga US$ 280, membuat beberapa orang biasa jadi milyuner dadakan. Di masa puncaknya, Bre-X memiliki kapitalisasi pasar US$ 4,4 miliar.Pesta penipuannya berakhir pada 19 Maret 1997 ketika tambang emas itu terbukti palsu dan sahamnya langsung anjlok hingga tinggal beberapa sen saja. Beberapa pihak yang mengalami kerugian terbesar adalah Quebec’s public sector pension fund (US$ 70 juta), Ontario Teacher’s Pension Plan (US$ 100 juta) dan Ontario Municipal Employees' Retirement Board (US$ 45 juta).

4. Enron, 2001

Page 4: 8 Kasus Penipuan Saham Terbesar Sepanjang Sejarah

<img src="http://images.detik.com/content/2012/06/11/6/074038_enron0113.jpg" alt="img" 0 />Sebelum skandal meruak, perusahaan trading energi yang berbasis di Houston ini merupakan perusahaan terbesar nomor 7 di AS berdasarkan pendapatan. Menggunakan beberapa praktek akunting rumit, perusahaan bodong ini mampu menyembunyikan utang bernilai ratusan juta dari pembukuannya.Enron menipu para investor dan analis yang berpikir keuangan perusahaan ini stabil, padahal kenyataannya jauh berbeda. Para eksekutif Enron membuat catatan pendapatan fiktif, melipatgandakannya hingga terlihat luar biasa besar. Ketika akhirnya jaringan penipuan ini terungkap, saham Enron langsung anjlok dari US$ 90 lebih jadi kurang dari 70 sen.Seiring kehancuran Enron, firma akunting terbesar nomor lima di dunia saat itu, Arthur Andersen juga ikut terseret. Auditor Enron tersebut hancur setelah David Duncan, auditor utama Enron memerintahkan penghancuran ribuan dokumen.

5. WorldCom, 2002

<img src="http://images.detik.com/content/2012/06/11/6/074058_image507594g.jpg" alt="img" 0 />Tak lama berselang sejak Enron kolaps, pasar ekuitas kembali dihantam oleh skandal akunting milyaran dolar. Perusahaan telekomunikasi raksasa WorldCom berada dalam pengawasan ketat setelah kasus serius pengelabuan buku terungkap. WorldCom mencatat pengeluaran operasional sebagai investasi. Perusahaan ini merasa bahwa pulpen, pensil dan kertas merupakan investasi bagi masa depan perusahaan. Biaya pengeluaran untuk benda-benda ini selama

Page 5: 8 Kasus Penipuan Saham Terbesar Sepanjang Sejarah

beberapa tahun ke depan dicatat sebagai investasi.Total pengeluaran operasional normal senilai US$ 3,8 miliar yang seharusnya dicatat sebagai pengeluaran untuk tahun keuangan berlangsung, diperlakukan sebagai investasi dan dihitung untuk bertahun-tahun. Trik akunting kecil-kecilan ini berhasil membesar-besarkan laba tahunan mereka. Pada 2001, WorldCom melaporkan laba sekitar US$ 1,3 miliar.Faktanya, bisnis WorldCom makin lama makin tidak menguntungkan. Pihak yang paling menderita dari kejadian ini adalah puluhan ribu karyawan yang harus kehilangan pekerjaannya. Pihak lain yang paling merasakan pahitnya dikhianati WorldCom adalah para investor yang harus melihat anjloknya harga saham WorldCom dari US$ 60 menjadi kurang dari 20 sen.

6. Tyco International, 2002

<img src="http://images.detik.com/content/2012/06/11/6/074124_tyco.jpg" alt="img" 0 />Setelah WorldCom mengguncang kepercayaan diri investor, para eksekutif di Tyco meyakinkan bahwa 2002 adalah tahun yang paling tak terlupakan bagi dunia saham. Sebelum skandal meruak, Tyco dianggap sebagai saham blue chip yang aman. Tyco adalah perusahaan manufaktur komponen elektronik, perawatan kesehatan dan peralatan keamanan.Semasa menjabat sebagai CEO, Dennis Kozlowski yang termasuk salah satu dari 25 manajer korporat teratas oleh BusinessWeek itu menyedot sejumlah besar uang dari Tyco, dalam bentuk pinjaman tak disetujui dan penjualan saham palsu. Bersama CFO Mark Swartz dan CLO Mark Belnick, Kozlowski menerima US$ 170 juta dalam bentuk pinjaman rendah-hingga-tanpa bunga, tanpa persetujuan pemegang saham.Kozlowski dan Belnick mengatur penjualan 7,5 juta saham Tyco tanpa izin yang dilaporkan bernilai US$ 450 juta. Uang ini digelapkan dari perusahaan dengan kedok sebagai bonus eksekutif atau manfaat.Kozlowski menggunakan uang itu untuk memenuhi gaya hidup mewahnya. Termasuk beberapa rumah, kamar mandi senilai US$ 6.000 dan pesta ulang tahun US$ 2 juta untuk sang istri. Di awal 2002, skandal ini mulai menyeruak dan harga saham Tyco anjlok sekitar 80% hanya dalam 6 pekan. Para eksekutif kabur dari persidangan pertamanya karena kesalahan pengadilan. Namun mereka berhasil diadili dan dijatuhi hukuman penjara 25 tahun.

7. HealthSouth, 2003

Page 6: 8 Kasus Penipuan Saham Terbesar Sepanjang Sejarah

<img src="http://images.detik.com/content/2012/06/11/6/074229_healthsouthlogo1.jpg" alt="img" 0 />Mengerjakan akunting untuk perusahaan besar bisa jadi tugas sulit, apalagi ketika bos Anda menginstruksikan supaya Anda memalsukan laporan pemasukan. Di akhir tahun 1990-an, CEO dan pendiri HealthSouth Richard Scrushy mulai menginstruksikan karyawan untuk menggelembungkan pemasukan dan pendapatan bersih perusahaan.Kala itu, HealthSouth merupakan salah satu penyedia layanan kesehatan terbesar di Amerika yang merasakan pertumbuhan pesat dan mengakuisisi beberapa firma kesehatan sejenis. Tanda pertama adanya masalah muncul di akhir 2002 ketika Scrushy melaporkan telah menjual saham HealthSouth senilai US$ 75 juta, setelah sebelumnya mengumumkan kerugian.Sebuah firma hukum independen menyimpulkan bahwa penjualan tersebut tidak terkait langsung dengan kerugian, namun investor harus waspada. Skandal ini akhirnya terungkap pada Maret 2003 ketika SEC mengumumkan bahwa HealthSouth menggelembungkan pemasukan hingga US$ 1,4 miliar. Informasi ini menemui titik terang ketika CFO William Owens bekerjasama dengan FBI merekam pembicaraan Scrushy yang menyebut tentang penggelapan ini. Efeknya berlangsung cepat, harga saham HealthSouth terjun bebas dari US$ 20 menjadi 45 sen dalam sehari. Hebatnya, sang CEO dibebaskan dari 36 tuduhan penipuan namun kemudian dihukum atas tuduhan suap. Ternyata, Scrushy memberi sumbangan politik sebesar US$ 500.000, memastikan dia dapat kursi di dewan regulator rumah sakit.

Page 7: 8 Kasus Penipuan Saham Terbesar Sepanjang Sejarah

8. Bernard Madoff, 2008

<img src="http://images.detik.com/content/2012/06/11/6/074303_doff1205852cjt9q53868.jpg" alt="img" 0 />Bernard Madoff, mantan chairman Nasdaq dan pendiri firma Bernard L. Madoff Investment Securities ini dijebloskan ke penjara oleh kedua putra kandungnya. Madoff ditangkap pada 11 Desember 2008 setelah diduga melakukan skema Ponzi.Pria berusia 70 tahun ini menyembunyikan kerugian hedge fund-nya dengan membayar investor awal menggunakan uang yang didapatnya dari orang lain. Dana ini mencatat keuntungan 11% setiap tahunnya selama 15 tahun berturut-turut. Skema ini berhasil menipu investor sekitar US$ 50 miliar.

Page 8: 8 Kasus Penipuan Saham Terbesar Sepanjang Sejarah

” SKANDAL WorldCom, MENGGUNCANG PEREKONOMIAN AMERIKA SERIKAT ”

Belum hilang kekagetannya, publik dikejutkan dengan rentetan skandal yang makin merusak kepercayaan masyarakat terhadap dunia pasar modal. Mulai dari skandal Enron, Tyco International, Global Crossing, Xerox, Merck & Co., Stanley Works, ImClone, hingga puncaknya penipuan laporan keuangan oleh WorldCom Inc. (yang seperti juga Enron, melibatkan auditor beken Arthur Andersen LLC). Bahkan, efek kerugian yang ditimbulkan WorldCom, raksasa industri telekomunikasi dan salah satu penyedia layanan Internet (ISP) terbesar di dunia, lebih dahsyat dari Enron, yakni menguapkan uang sejumlah US$ 175 miliar kekayaan investor publik. Cukup dimaklumi karena harga selembar saham WorldCom per juni 1999 mencapai puncaknya sebesar US$ 64,50 langsung merosot tajam menjadi US$ 0,83 per juni 2002. akibat pengungkapan skandal tersebut, saham WorldCom langsung ambruk seketika yang menyebabkan sejumlah perusahaan sekuritas dan Komisi Bursa Efek menimpakan tuduhan penipuan terhadap WorldCom. Lantas, atas kejadian tersebut sejumlah politikus dan investor bertanya-tanya, apakah dengan adanya kejadian tersebut akan menimbulkan gangguan terhadap akses internet mengingat WorldCom merupakan salah satu industri telekomunikasi dan salah satu penyedia layanan Internet (ISP) terbesar di dunia bahkan menampung 50 persen menampung traffic internet AS, termasuk 70 persen dari seluruh email yang dikirim ke AS, serta setengah email yang dikirim ke dunia dan juga ribuan perusahaan di 100 negara saat ini juga bergantung pada akses internet World Com, termasuk Departemen Pertahanan dan Departemen Dalam Negeri AS sendiri. Tetapi menurut CEO WorldCom John Sidgmore menyatakan dirinya berharap dengan kejadian tersebut perusahaan tidak akan mengalami kebangkrutan dan juga tidak akan mempengaruhi terhadap layanan akses internet itu sendiri.

Kehancuran WorldCom sebenarnya juga karena kerapuhan kondisi finansialnya. Untuk menutupi defisit kasnya, manajemen WorldCom memanipulasi laporan keuangan, sehingga kinerjanya jadi kelihatan cantik. Caranya sebenarnya terbilang elementer (tapi tampaknya ditutup-tutupi oleh akuntannya, Arthur Andersen), yakni dengan menyulap biaya sewa yang seharusnya merupakan biaya operasional rutin yang akan mengurangi pendapatan pada tahun yang sama menjadi biaya investasi, sehingga bisa disebar untuk jangka 10 tahun. Biaya yang disulap oleh WorldCom per kuartalnya sebesar US$ 500-800 juta. Dengan manipulasi data seperti ini, WorldCom bisa melaporkan laba bersih US$ 1,4 miliar pada kuartal I/2001 dan US$ 172 juta pada kuartal I/2002. Padahal, kalau manajemen WorldCom melaporkan apa adanya, selama lima kuartal rapornya akan merah. Inilah informasi yang menyesatkan para investor dan kreditor.

Selepas pelengseran Bernard J. Ebbers (pendiri WorldCom) sebagai CEO, penggantinya John Sidgmore menyewa akuntan baru, KPMG, untuk meneliti kejanggalan keuangan WorldCom. Dengan gampang kemudian diketahui, bahwa Scott D. Sullivan, CFO WorldCom, dengan sengaja telah memasukkan US$ 3,85 miliar (dari total biaya sewa jaringan yang pada 2001 saja mencapai US$ 8,12 miliar) ke pos yang tak seharusnya. Sang CFO pun

Page 9: 8 Kasus Penipuan Saham Terbesar Sepanjang Sejarah

langsung dipecat. Akan tetapi, investor publik dan kreditor telanjur kehilangan dana besar, sekaligus makin memupuskan kepercayaan publik.

Satu lagi penyebab yang menonjol terhadap peristiwa WorldCom adalah adanya sifat keserakahan pada Bernard J. Ebbers ( pendiri WorldCom ) hal itu terlihat ketika meminjam uang perusahaan untuk memborong saham WorldCom (yang diyakininya akan terus naik) dengan mekanisme transaksi margin yang akhirnya pinjaman tersebut tak mampu dikembalikan  Ebbers.Skandal keuangan yang terjadi di Amerika Serikat yang dimulai dengan skandal Enron, Worldcom makin terus menekan kinerja Bursa Saham di Amerika. Skandal keuangan ini membuat masyarakat perlu mengamati lebih lanjut peran eksekutif perusahaan (CEO dan CFO), perusahaan akuntan, investment banker, investor, dan regulator dalam kontribusinya terhadap krisis keuangan.

Salah satu sebab utama dari kebangkrutan WorldCom adalah sikap serakah dari eksekutif senior yang didukung oleh sistem insentif kompensasi yang keterlaluan. Insentif yang dimaksud adalah sistem stock option yang mengizinkan eksekutif membeli saham dari perusahan yang mereka kelola. Sering kali jauh di bawah harga pada waktu itu. Sistem ini menyebabkan eksekutif perusahaan mencoba memaksmimalkan nilai saham dari perusahaan. Meningkatkan nilai perusahaan memang telah menjadi kredo bagi para ekseutif, tetapi sayangnya meningkatkan harga saham kadang-kadang dilaksanakan dengan cara yang tidak etis dan sering kali melanggar aturan atau hukum. Perusahaan menjadi cenderung memalsukan atau memberikan keadaan keuangan yang tidak akurat dan dibesar-besarkan asalkan harga saham mereka terus naik.

Sebab lain dari kegagalan adalah kurangnya independensi akuntan dan analis keuangan. Ketidakakuratan dari data-data keuangan sering kali juga tidak ”tertangkap” oleh tim audit. Dalam hal ini, kredibilitas akuntan menjadi pertanyaan. Tidaklah mengejutkan bila hal ini sampai terjadi. Soalnya, dalam banyak kasus, perusahaan akuntan yang melakukan audit pada saat yang bersamaan juga memberikan jasa konsultasi kepada perusahaan tersebut. Ketakutan akan kehilangan account yang penting sering kali membuat tim audit tidak membeberkan indikasi terjadinya ketidakwajaran dalam pembukuan.

Institusi keuangannya di Amerika sering kali menguliahi negara-negara Asia semasa krisis keuangan melanda Asia tentang corporate governance dan transparansi yang buruk. Namun, kasus yang melanda Enron benar-benar menunjukkan lemahnya corporate governance dari perusahaan di AS. Pada awal krisis Enron, banyak pihak yang mengatakan bahwa Enron merupakan pengecualian. Namun, timbulnya skandal akuntansi baru yang melibatkan Worldcom dan Global Crossing membuktikan bahwa masalah ini cukup mewabah di perusahaan Amerika.

Sebagai solusinya untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah Amerika Serikat telah mengambil beberapa langkah untuk memperbaiki transparansi ini dengan, antara lain, meminta sertifikasi dari CEO dan CFO tentang akurasi data keuangan. Caranya, Pemerintah AS menetapkan tanggal 14 Agustus 2002 kepada 1.000 perusahaan publik teratas di Amerika untuk

Page 10: 8 Kasus Penipuan Saham Terbesar Sepanjang Sejarah

mendapatkan sertifikasi dari CEO dan CFO tentang keakuratan dan reliabilitas dari laporan keuangan.

Apabila perusahaan tersebut terbukti melakukan praktik penyelewengan akuntansi sesudah 14 Agustus, maka pejabat tinggi perusahaan tersebut dapat dituntut secara personal. Dengan adanya tenggat ini tentu saja dapat diperkirakan akan lebih banyak 1.000 perusahaan teratas di Amerika yang membuka borok-boroknya. Mungkin hal ini makin memperburuk kinerja saham-saham di Wall Street. Tetapi, dengan tindakan ini, sebenarnya Pemerintah AS akan mempersingkat masa krisis dan dapat dengan cepat memulihkan kepercayaan investor.

Dari cerita tersebut, menurut pendapat saya yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat sudah cukup bagus dengan meminta sertifikasi dari CEO dan CFO tentang akurasi data keuangan, tetapi yang perlu diperhatikan juga pada masalah ini adalah adanya sikap serakah dari eksekutif senior dimana pada pemerintah negara Amerika Serikat terdapat kebijakan sistem stock option yang mengizinkan eksekutif membeli saham dari perusahan yang mereka kelola. Sehingga dikhawatirkan dengan adanya sistem ini menyebabkan eksekutif perusahaan mencoba memaksmimalkan nilai saham dari perusahaan yang kadang-kadang dilaksanakan dengan cara yang tidak etis dan sering kali melanggar aturan atau hukum.

Sedangkan untuk akuntanya sendiri yang disini pihak WorldCom memakai Arthur Andersen yang menurut sumber Accounting Today pada buku Auditing karya Alvin A. Arens menyebutkan bahwa Arthur Andersen masuk ke dalam urutan ke lima dalam ” The Big Five ” yaitu perusahaan-perusahaan yang berada pada lima urutan pertama dan juga merupakan lima perusahaan akuntan publik terbesar di Amerika Serikat. Dan pada masalah ini  sebaiknya yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serika segera melakukan tindakan tegas dengan membekukan akuntan kantor akuntan publik Arthur Andersen karena Arthur Andersen sendiri sebelum terkuak peristiwa skandal WorldCom juga pernah terlibat dalam skandal Enron yang menguapkan sebesar US$ miliar kekayaan investor publik.