113
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak. Konsistensi feces cair/encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah. 2005) Gastroenteritis merupakan penyakit yang banyak di Indonesia terutama pada bayi dan anak, penyakit ini sering mengakibatkan kematian karena penanganannya kurang tepat dan terlambat mendapatkan pengobatan yang efektif. Di Amerika Serikat ada 211 – 375 juta kasus diare terjadi setiap tahun, yakni 73 juta kasus diantaranya berkonsultasi ke dokter, 1,8 juta kasus opname di Rumah Sakit dan 3.100 kasus diantaranya mengalami kematian. Di Indonesia khususnya di kota Medan sepanjang tahun 2006 tercatat 42.050 kasus diare, dimana pasiennya sempat mendapat perawatan di 39 Puskesmas atau di RSU dr. Pringadi ( h tt p: // 2www. i n f o_ i bu.co m ). Data yang diperoleh dari RS RK Charitas Palembang pada tahun 2006 sebanyak 2.008

75550647 Askep Gastroenteritis

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari

empat kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak. Konsistensi feces cair/encer,

dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja

(Ngastiyah. 2005)

Gastroenteritis merupakan penyakit yang banyak di Indonesia terutama

pada bayi dan anak, penyakit ini sering mengakibatkan kematian karena

penanganannya kurang tepat dan terlambat mendapatkan pengobatan yang efektif.

Di Amerika Serikat ada 211 – 375 juta kasus diare terjadi setiap tahun,

yakni 73 juta kasus diantaranya berkonsultasi ke dokter, 1,8 juta kasus opname di

Rumah Sakit dan 3.100 kasus diantaranya mengalami kematian. Di Indonesia

khususnya di kota Medan sepanjang tahun 2006 tercatat 42.050 kasus diare,

dimana pasiennya sempat mendapat perawatan di 39 Puskesmas atau di RSU dr.

Pringadi ( h tt p: // 2www. i n f o_ i bu.co m ). Data yang diperoleh dari RS RK Charitas

Palembang pada tahun 2006 sebanyak 2.008 penderita terdiri dari 473 orang

penderita dewasa dan 1.535 penderta anak-anak dan balita. Pada bulan Januari

sampai dengan Juni 2007 ada 240 penderita terdiri dari 41 penderita dewasa dan

199 penderita anak-anak.

Sehubungan dengan begitu banyaknya anak yang menderita

Gastroenteritis dan berhubung penulis mendapatkan kasus penyakit gastroenteritis

maka semakin mendorong penulis untuk mendalami Asuhan Keperawatan

Penyakit Gastroenteritis khususnya pada pasien By”J” di Pavilyun Theresia

kamar 12-5 RS RK Charitas Palembang. Dalam hal ini perawat ikut menentukan

1

2

keberhasilan penyembuhan penyakit gastroenteritis, dipengaruhi oleh asuhan

keperawatan. Untuk itu perlu memahami konsep tinjauan teoritis medik

gastroenteritis; pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, klasifikasi penyakit,

patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik dan

penatalaksanaan medik.

B. Ruang Lingkup Penulisan

Sehubungan dengan keterbatasan waktu, pengalaman, pengetahuan dan

keterbatasan sumber yang penulis alami, maka penulis hanya memfokuskan pada

Asuhan Keperawatan pada Klien By “J” dengan Gangguan Sistem Pencernaan

“Gastroenteritis” di RS RK Charitas Palembang Pavilyun Theresia kamar 12-5

pada tanggal 05 Juli 2007 – 07 Juli 2007.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Penulis dapat mengungkapkan pola pikir ilmiah dalam

menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi pasien secara komprehensif

dengan gangguan sistem saluran pencernaan ; Gastroenteritis secara

langsung.

2. Tujuan Khusus

Penulis mampu :

a. Mengkaji klien dengan Gangguan Sistem Pencernaan; Gastroenteritis.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem

Pencernaan; Gastroenteritis..

c. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan

sistem pencernaan ; Gastroenteritis.

d. Mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam bentuk

pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem

Pencernaan; Gastroenteritis.

3

e. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang sudah dilaksanakan pada

klien dengan gangguan pencernaan ; Gastroenteritis.

f. Menyusun laporan hasil pengamatan dan asuhan keperawatan kasus dalam

bentuk Karya Tulis Ilmiah sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan.

D. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun karya tulis ilmiah

ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang bersifat menggambarkan suatu

keadaan secara objektif selama mengamati pasien, mulai dari pengumpulan data

sampai melakukan evaluasi yang disajikan dalam bentuk naratif.

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam karya tulis ilmiah ini

penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara dilakukan secara allo anamnese dengan keluarga (nenek dan ibu

klien) untuk memperoleh data yang diharapkan.

2. Observasi

Penulis mengadakan pengamatan langsung pada pasien sehingga penulis

dapat mengumpulkan data dengan tepat.

3. Pemeriksaan Fisik

Sumber data berikut dilakukan pada pasien dengan cara : inspeksi, palpasi,

perkusi auskultasi untuk melengkapi data.

4. Studi Dokumentasi

Untuk melengkapi data melalui catatan status pasien, catatan keperawatan

pasien, data-data medik dan pemeriksaan diagnostik.

5. Studi Kepustakaan

Penulis dalam penyusunan asuhan keperawatan serta konsep dasar tentang

asuhan keperawatan pada pasien dengan Gastroenteritis adalah dari beberapa

buku sumber.

4

E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan Asuhan Keperawatan ini terdiri dari lima

bab yaitu : BAB I Pendahuluan, dalam bab ini penulis menjelaskan tentang latar

belakang masalah, ruang lingkup penulisan, metode penulisan, dan sistematika

penulisan. Bab II Tinjauan Teori, Bab ini penulis menjelaskan tentang landasan

teori medis yaitu pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, klasifikasi penyakit,

patofisiologi, komplikasi pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan medik. Dan

konsep dasar asuhan keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, discharge planning dan patoflow diagram.

Bab III Tinjauan Kasus, Bab ini merupakan penerapan asuhan keperawatan secara

langsung pada pasien dengan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari

pengkajian, daftar diagnosa keperawatan, rencana tindakan, catatan keperawatan,

dan catatan perkembangan. Bab IV Pembahasan, bab ini berisi tentang

kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus yang meliputi :

pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan

keperawatan dan evaluasi. Bab V Penutup, bab ini meliputi kesimpulan dan saran.

5

BAB II TINJAUAN

TEORI

A. Konsep Dasar Medis

1. Pengertian

Gastroenteritis adalah pergerakan yang cepat dari materi tinja

disepanjang usus besar yang disebabkan karena adanya infeksi baik oleh virus

maupun oleh bakteri pada fraktus intestinalis (Guyton and Hall, 1997).

Gastroenteritis adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang

tidak biasa (lebih dari 3 kali sehari), juga perubahan dalam jumlah dan

konsistensi / feces cair) (Brunner and Suddarth. 2000)

Gastroenteritis ada inflamasi membrane mukosa lambung dan usus

halus (Cecily Betz, 2002).

Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4

kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feces encer dapat

berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja.

(Ngastiyah, 2005).

Gastroenteritis adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja

berbentuk cairan / setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih

banyak dari biasanya lebih dari 200 gram / 200 ml / 24 jam. (Aru W. Sudoyo,

2006).

6

2. Anatomi Fisiologi 5

Gambar 2-1. Sistem Pencernaan Sumber : Wolf Heidegger’s. Atlas of HumanAnatomy, Jakarta : Widya Medika, 1991, hal. 20

7

a. Mulut

Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2

bagian yaitu :

1) Bagian luar yang sempit / vestibula yaitu ruang di antara gusi, gigi,

bibir, dan pipi.

2) Bagian rongga mulut / bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi

sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis disebelah

belakang bersambung dengan faring.

Pencernaan mulut dibantu oleh ptyalin yaitu enzim yang

dikeluarkan oleh kelenjar saliva untuk membasahi dalam metabolisme

makanan.

b. Faring

Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan

kerongkongan (Esofagus) di dalam lengkung faring terdapat tonsil

(amandel) yaitu kumpulan kelenjar linfe yang banyak mengandung

limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Di sini terletak

persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang

rongga mulut dan rongga hidung. Di depan ruas tulang belakang makanan

melewati epigiotis lateral melalui resus piriformis masuk ke esophagus

tanpa membahayakan jalan udara. Pada waktu yang sama jalan udara

ditutup sementara. Permulaan menelan, otot mulut dan lidah konraksi

secara bersamaan.

c. Esofagus

Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung,

panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di

bawah lambung. Lapisan dinding dari dalam keluar, lapisan selaput lendir

(mukosa), lapisan submukosa, lapisan otot melingkar sirkuler dan lapisan

otot memanjang longitudinal. Esophagus terletak di belakang trakea dan di

depan tulang punggung setelah melalui thorax menembus diafragma

masuk ke dalam abdomen menyambung dengan lambung.

d. Gaster / Lambung

Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling

banyak terutama di daerah epigaster, lambung terdiri dari bagian atas

fundus uteri berhubungan dengan esophagus melalui orifisium pilorik,

terletak di bawah diafragma di depan pankreas dan limfa, menempel di

sebelah kiri fundus uteri, pencernaan dalam lambung dibantu oleh

pepsinogen untuk mencerna protein, lemak dan asam garam lambung

berdistensi untuk menampung makanan yang masuk, pada awalnya

pylorus tetap tertutup dan efek dari gelombang peristaltik pada saat ini

adalah mencampur makanan dan untuk memaparkan makanan dengan

cairan lambung kemudian sfingter pylorus mula-mula relaksasi dan

membiarkan sejumlah kecil makanan melewatinya setiap waktu.

Fungsi lambung terdiri dari :

1) Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan

oleh peristaltik lambung dan getah lambung.

2) Getah cerna lambung yang dihasilkan :

a) Pepsin ; fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino

(albumin dan pepton)

b) Asam garam (HCl) fungsinya mengasamkan makanan sebagai

antiseptic dan desinfektan dan membuat suasana asam pada

pepsinogen sehingga menjadi pepsin.

c) Renin fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan

membentuk kasein dari karsinogen (karsinogen dan protein susu).

d) Lapisan lambung ; jumlahnya sediki memecah lemak menjadi

asam lemak yang merangsang sekresi getah lambung.

Sekresi getah lambung mulai terjadi pada awal orang makan, bila

melihat makanan dan mencium bau makanan maka sekresi lambung akan

terangsang. Rasa makanan merangsang sekresi lambung karena kerja saraf

sehingga menimbulkan rangsangan kimiawi yang menyebabkan dinding

lambung melepaskan hormon yang disebut sekresi getah lambung. Getah

lambung dihalangi oleh sistem saraf simpatis yang dapat terjadi pada

waktu gangguan emosi seperti marah dan rasa takut.

e. Usus halus / Intestinum Minor

Pencernaan makanan lebih lanjut dilakukan di dalam usus halus

dengan bantuan aksi getah usus. Usus halus adalah bagian dari sistem

pencernaan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada seikum

panjangnya ± 6 m, merupakan saluran paling panjang tempat proses

pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan. Lapisan usus halus ; lapisan

mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M. sirkuler), lapisan otot

memanjang (M.longitudinal), dan lapisan serosa (sebelah luar). Usus halus

terdiri dari tiga bagian yaitu :

1) Duodenum

Disebut juga usus dua belas jari, panjangnya ± 25 cm,

berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini

terdapat pankreas. Sedangkan pada bagian kanan duodenum ini

terdapat selaput lendir yang membukit disebut papila vateri. Pada

papila vateri ini bermuara saluran empedu (duktus koledokus) dan

saluran pankreas (duktus pankreatikus. Empedu dibuat di hati untuk

dikeluarkan ke duodenum melalui duktus koledokus dan fungsinya

mengemulsi lemak dengan bantuan lipase. Pankreas juga

menghasilkan ; amilase yang berfungsi mencerna hidrat arang

menjadi disakarida dan tripsin yang berfungsi mencerna protein

menjadi asam amino atau albumin dan polipeptida. Dinding duodenum

mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar.

Kelenjar ini disebut kelenjar-kelenjar Brunner, berfungsi untuk

memproduksi getah intestinum.

2) Yeyenum dan Ileum

Yeyenum dan Ileum mempunyai panjang sekitar ± 6 m. 2/5

bagian atas adalah yeyenum dan 3/5 adalah ileum. Lekukan yeyenum

dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan

perantaraan lipatan teritonium yang berbentuk kipas dikenal sebagai

mesenterium. Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya

cabang-cabang arteri dan vena mesentrika superior pembuluh limfe

dan saraf ke ruang antara dua lapisan peritoneum yang membentuk

mesenterium. Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai

batas yang tegas. Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum

dengan perantaraan lubang yang bernama orifisium ileoseikalis,

orifisium ini diperkuat oleh sfingter ileoseikalis dan pada bagian ini

terdapat katup valvula seikalis atau valvula baukhini yang berfungsi

untuk mencegah cairan dalam kolon asendens tidak masuk kembali ke

dalam ileum.

Fungsi usus halus terdiri dari ;

1) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui

kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe.

2) Menyerap protein dalam bentuk asam amino.

3) Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.

Di dalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah

usus yang menyempurnakan makanan :

1) Enterokinase, mengaktifkan enzim proteolitik

2) Eripsin, menyempurnakan pencernaan protein menjadi asam amino

a) Lactase mengubah lactase menjadi monosakarida

b) Maltosa mengubah maltosa menjadi monosakarida

c) Sukrosa, mengubah sukrosa menjadi monosakarida

f. Usus Besar / Intestinum Mayor

Terdiri atas kolon asenden, transversum, desenden dan sigmoid

serta rectum. Peristaltik di bagian ini sangat kuat dan feces cair dalam usus

asenden dan transversum terdorong, kemudian air diserap ke usus

desenden. Bahan kotoran yang terdapat di dalam ujung usus sebagian

besar berupa feces dan menggumpal di dalam rektum akhirnya keluar

melalui anus.

g. Rektum

Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum

mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sacrum dan

os koksigis.

h. Anus

Adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan

rectum dengan dunia luar (udara luar). Terletak di dasar pelvis,

dindingnya diperkuat oleh tiga sfingter ;

1) Sfingter ani internus (sebelah atas) bekerja tidak menurut kehendak

2) Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak

3) Sfingter ani eksternus (sebelah bawah) bekerja menurut kehendak.

3. Etiologi

a) Faktor Infeksi

1) Infeksi internal yaitu infeksi pencernaan makanan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak meliputi infeksi enteral sebagai

berikut :

a) Infeksi bakteri : Vibrio E Colli, Salmonella, Stigella,

Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.

b) Infeksi virus ; enterovirus (virus Echo, Coxsackie, Poliomyeletis)

Adenovirus, Rostavirus, Astrovirus dan lain-lain)

c) Infeksi Parasit ; cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,

Strongyloides) ; Protozoa (Entamoeba histolytica, Grandia lamblia,

Trichomonas hominis), Jamur (Candida Albicans).

2) Infeksi Parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti

Otitis Media Akut (OMA), Tonsilitis / Tonsilofaringitis,

Bronkopneumonia, Ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama

terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.

b) Faktor Malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan

sukrosa) ; monosakarida (intoleransi gluksosa, fruktosa, dan

galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering

intoleransi laktosa.

2) Malabsorbsi lemak

3) Malabsorbsi protein

c) Faktor Makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan

d) Faktor Psikologis

Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang

lebih besar)

4. Klasifikasi penyakit

Klasifikasi penyakit diare yaitu :

a. Diare Akut

Yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan

menurut World Gastroenterology organitation Global Guidelines 2005,

diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja cair / lembek dengan jumlah

lebih banyak dari normal, berlangsung kruang dari 14 hari.

b. Diare Kronik

Adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.

c. Diare Persisten

Merupakan istilah yang dipakai di luar negeri yang menyatakan

diare berlangsung selama 15 sampai 30 hari yang merupakan kelanjutan

dari diare akut (peralihan akut dan kronik, dimana lama diare kronik yang

dianut yaitu yang berlangsung lebih dari 30 hari).

d. Diare Infektif

Adalah bila penyebabnya infeksi sedangkan diare non infektif bila

tidak ditemukan infeksi sebagai penyebab pada kasus tersebut.

e. Diare Organik

Adalah bila ditemukan penyebab anatomik, bakteriologik,

hormonal atau toksikologik. Diare fungsional bila tidak dapat ditemukan

penyebab organik.

5. Patofisiologi

Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi tinja. Diare dapat

terjadi akibat adanya makanan / zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang

berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul

diare. Hal ini disebut diare osmotik atau karena iritasi saluran cerna.

Penyebab tersering iritasi adalah infeksi virus atau bakteri di usus

halus distal atau usus besar. Iritasi usus oleh suatu pathogen mempengaruhi

lapisan mukosa usus sehingga terjadi peningkatan produk-produk sekretorik,

termasuk mukus. Iritasi oleh mikroba juga mempengaruhi lapisan otot

sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas menyebabkan

banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk

penyerapan zat-zat tersebut di kolon berkurang. Individu yang mengalami

diare berat dapat meninggal akibat syok hipovolemik dan kelainan elektrolit.

Selain itu diare dapat terjadi akibat rangsangan tertentu misalnya

toksin, yang dikeluarkan oleh bakteri adalah contoh dari bahan yang sangat

merangsang. Motilitas secara langsung menyebabkan sekresi air dan elektrolit

ke dalam usus besar, sehingga unsur-unsur plasma yang penting ini terbuang

dalam jumlah besar.

Diare juga dapat disebabkan oleh faktor psikologis, misalnya

ketakutan atau jenis-jenis stress tertentu, yang diperantarai oleh stimulasi usus

oleh saraf parasimpatis.

6. Manifestasi Klinik

Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,

nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair

mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama makin

berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah

sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin

asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang

tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum

atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau

akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila pasien telah

banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai tampak yaitu :

a. Berat badan menurun

b. Turgor berkurang

c. Mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi)

d. Selaput lendir, bibir dan mulut serta kulit tampak kering

Berdasarkan keadaan klinis dehidrasi dibagi dalam 3 tingkatan yaitu :

a. Dehidrasi Klinis : Kehilangan cairan 2 % - 5 % dari berat badan.

Gambaran klinis : Dehidrasi, turgor kulit kurang plastis, suara serak,

pasien belum jatuh dalam keadaan pre syok.

b. Dehidrasi Sedang : Kehilangan cairan 5 % - 8 % dari berat badan.

Gambaran klinis : Turgor jelek, suara serak, pasien jatuh dalam pre syok /

syok, nadi cepat, nafas cepat dan dalam.

c. Dehidrasi Berat : Kehilangan cairan 8 % - 10 % dari berat badan.

Gambaran klinis : Turgor jelek, suara serak, pasien jatuh kedalam pre syok

/ syok, nadi cepat, nafas cepat, kesadaran menurun, otot kaku.

Penentuan derajat dehidrasi. Derajat dehidrasi dapat ditentukan

dan berdasarkan :

1) Keadaan Klinis : ringan, sedang dan berat

2) Berat jenis plasma : pada dehidrasi BJ plasma meningkat

a. Dehidrasi Berat : BJ plasma 1,032 –

1,040

Berat Badan Umur PWL* NWL** CWL*** Jumlah0-3 Kg 0-6 bulan 150 125 25 3003-10 Kg 1 Bulan-2 Th 125 100 25 25010-15 Kg 2-5 Th 100 80 25 20515-25 Kg 5-10 Th 80 25 25 130

b. Dehidrasi Sedang : BJ plasma 1,028 –

1,032

c. Dehidrasi Ringan : BJ plasma 1,025 –

1,028

Tabel 2-1 Kehilangan cairan pada dehidrasi berat menurut berat badan pasien dan umur

Keterangan :

* PWL : Previus Water Losses (ml/KgBB) (cairan yang hilang karena

muntah)

**NWL : Normal Water Losses (ml/KgBB) (karena urine, penguapan

kulit, pernafaan)

***CWL : Concomitant Water Losses (ml/KgBB) (karena diare dan

muntah-muntah terus)

7. Komplikasi

Akibat diare dan kehilangan cairan dan elektrolit dapat terjadi berbagai

komplikasi, sebagai berikut :

a. Dehidrasi

Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan asupan oral terbatas

karena nausea dan muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut usia.

Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat, berkurangnya

jumlah air kecil dengan warna urine gelap, tidak mampu berkeringat dan

perubahan ortostatik.

b. Syok hipovolemik

Syok yang terjadi karena penurunan abnormal volume cairan

sirkulasi (plasma dalam tubuh).

c. Kematian

Bila diare tidak ditangani dengan cepat dan tepat maka dapat

menimbulkan kematian.

8. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan darah tepi lengkap.

b. Pemeriksaan analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin, dan berat jenis

plasma.

c. Pemeriksaan urine lengkap.

d. Pemeriksaan tinja lengkap dan biarkan tinja dari colok di dubur.

e. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi

sistemik.

f. Pemeriksaan sediaan malaria serta serologi heliobakter.

9. Penatalaksanaan Medik

Dasar pengobatan diare adalah :

a. Pemberian cairan per oral

Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan

peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3, KCl dan glukosa.

Untuk diare akut dan kolera pada anak di atas umur 6 bulan kadar Natrium

90 meq/l, pada anak di bawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan,

sedang kadar Natrium 50 – 60 meq/l. Formula lengkap sering disebut

oralit. Cairan sederhana dapat dibuat sendiri (formula tidak lengkap)

hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan sukrosa), atau air tajin yang

diberi garam dan gula, untuk pengobatan sementara di rumah sebelum

dibawa berobat ke rumah sakit / pelayanan kesehatan untuk mencegah

dehidrasi lebih jauh.

b. Diet

Pasien diare tidak dianjurkan puasa kecuali bila muntah-muntah

hebat. Pasien dianjurkan justru minum minuman sari buah, teh, minuman

tidak bergas, makanan mudah cerna seperti pisang, nasi, keripik dan sup.

Susu sapi harus dihindari karena adanya lactase transien yang disebabkan

oleh infeksi virus dan bakteri, minuman beralkohol dan berkafein harus

dihindari karena dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus.

c. Obat-obatan

1) Obat anti diare

Obat-obat ini dapat mengurangi gejala-gejala :

a) Yang paling efektif yaitu derivat opioid misalnya loperamide,

difenoksilat-atrofin dan tinktur opium. Loperamide paling disukai

karena tidak adiktif dan memiliki efek samping paling kecil.

Bismuth subsalisilat merupakan obat lain yang dapat digunakan

tetapi kontraindikasi pada pasien HIV karena dapat menimbulkan

Ensefelopati Bismuth. Obat antimotilitas penggunaannya harus

hati-hati pada pasien disentri yang panas (termasuk infeksi

shigella) bila tanpa disertai anti mikroba, karena dapat

memperlama penyembuhan penyakit.

b) Obat yang mengeraskan tinja : atapulgite 4 x 2 tab/hari, smectite

3 x 1 sachet diberikan tiap diare/ BAB encer sampai diare berhenti.

c) Obat anti sekretorik/anti enkephalinase : Hidrasec 3 x 1 tab/hari.

2) Obat anti mikroba

Karena kebanyakan pasien memiliki penyakit yang ringan, self

limited disease karena virus/bakteri non invasif, pengobatan empirik

tidak dianjurkan pada semua pasien. Pengobatan empirik diindikasikan

pada pasien-pasien yang diduga mengalami infeksi bakteri invasif,

diare turis (traveler’s diarea) atau imunosupresif. Obat pilihan yaitu

Kuindon (misalnya siprofloksasin 500 Mg 2 x / hari selama 5-7 hari).

Obat ini baik terhadap bakteri pathogen invansif termasuk campylobac

bacter, shigella, salmonella, yersinia, dan aeromonas spesies.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas pasien

Nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,

asal suku, nama orang tua, pekerjaan orang tua.

b. Keluhan utama

Buang air besar (BAB) lebih 3 x sehari, < 4 kali dan cair (diare

tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan, sedang), BAB

> 10 kali (dehidrasi berat).

c. Riwayat penyakit sekarang

1) Bayi menangis, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan

berkurang

2) Tinja makin cair mungkin disertai lendir/darah

3) Anus dan daerahnya timbul lecet karena sering defekasi

4) Gejala muntah dapat terjadi

5) Bila terjadi dehidrasi berat, gejala dehidrasi mulai tampak

6) Diuresis : terjadi oliguria (kurang dari 1 ml/Kg/BB/Jam)

d. Riwayat kesehatan

1) Riwayat imunisasi terutama campak karena diare lebih sering terjadi

atau berakibat berat pada anak dengan campak atau yang baru

menderita campak 4 minggu terakhir sebagai akibat dari penurunan

kekebalan pada pasien.

2) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (anti biotik)

3) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak-anak berusia dibawah

2 tahun biasanya batuk, pilek, kejang yang terjadi sebelum atau setelah

diare

e. Riwayat nutrisi

1) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat mengurangi

resiko diare dan infeksi yang serius.

2) Pemberian susu formula apakah di buat dengan air masak dan

diberikan dengan botol (dot) karena botol yang tidak bersih akan

menimbulkan pencemaran.

3) Perasaan haus anak diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum

biasa) pada dehidrasi ringan atau sedang anak merasa haus dan ingin

minum banyak sedangkan pada dehidrasi berat anak malas, minum

atau tidak bisa minum.

f. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum : - Baik, sadar (tanpa dehidrasi)

- Gelisah, rewel (dehidrasi ringan)

- Lesu, Lunglai (dehidrasi berat)

2) Berat badan

Anak diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan

berat badan sebagai berikut :

Tabel 2-2 Tabel Tingkat dehidrasi dengan persentase kehilangan berat badan.

TingkatDehidrasi

% Kehilangan BeratBadan Kulit Mata

Mulut & Lidah

Bayi Anak besarDehidrasiRingan

DehidrasiSedang

DehidrasiBerat

5 %50ml/Kg

5 – 10 %50-100 ml/Kg

10 – 15 %100-150 ml/Kg

3 %(30 ml/Kg)

6 %(60 ml/Kg)

9 %(90 ml/Kg)

Turgor kembali dengan lambat (cubitan kembali dalam waktu 2 detik)

Turgor kembali dengan lambat (cubitan kembali dalam waktu 2 detik)

Turgor kembali sangat lambat (cubitan kembali lebih dari waktu 2 detik)

Kelopak mata cekung (cowong)

Kelopak mata cekung (cowong)

Kelopak mata sangat cekung

Kering

Kering

Sangat kering

3) Kepala mengalami dehidrasi ubun-ubun biasanya cekung

4) Abdomen kemungkinan mengalami distensi, kram dan bising usus

yang meningkat

5) Anus, apakah ada iritasi atau tidak.

2. Diagnosa yang mungkin timbul

a. Diare berhubungan dengan inflamasi. iritasi / malabsorbsi usus, adanya

toksin, penyempitan segmental lumen.

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan gangguan absorbsi

nutrien, status metabolik.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

ganguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik

d. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi

kulit/jaringan, eksoriasi, fisuria perirektal, fistula.

e. Resiko tinggi kerusakan intergritas jaringan yang berhubungan dengan

resiko terhadap kekurangan cairan/nutrisi

f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan

kebutuhan pengobatan yang berhubungan dengan kesalahan interprestasi

informasi, kurang mengingat, tidak mengenal sumber.

3. Perencanaan

a) Diare yang berhubungan dengan inflamasi, iritasi/malabsorbsi usus

adanya toksin/ penyempitan segmental.

Hasil yang diharapkan :

Diare teratasi

Kriteria hasil :

Melaporkan penurunan frekuensi defekasi

Mengatakan bahwa konsistensi feces sudah kembali normal

Intervensi:

1) Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik , jumlah dan

faktor pencetus.

Rasional :

Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya

episode.

2) Tingkatkan tirah baring

Rasional :

Istirahat menurunkan motilitas usus untuk menurunkan laju

metabolisme bila infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi.

3) Pertahanan status puasa sampai frekuensi dan volume defekasi

menurun untuk mencegah iritasi gastrik lebih lanjut.

Rasional :

Untuk mengidentifikasi keadaan keseimbangan volume cairan tubuh

3) Mulai pemberian makanan berupa larutan elektrolit dalam porsi kecil

tetapi diberikan sering sesuai pesanan.

Rasional :

Minuman bikarbonat dapat menggantikan natrium dan kalium yang

hilang pada diare dan muntah

4) Beri ASI atau secara berangsur diberikan formula dari ½ sampai 1

porsi penuh sesuai petunjuk

Rasional :

Untuk secara bertahap memenuhi volume cairan sesuai dengan

kebutuhan tubuh

5) Kaji kemampuan pasien menerima setiap perubahan diet dan formula

yang mengakibatkan pengeluaran yang kuat / banyak jika jumlah feces

yang keluar meningkat secara bermakna.

Rasional :

Mengidentifikasikan perubahan defekasi dengan adanya perubahan

diet

6) Tingkatkan diet dari cair menjadi lebih padat seperti pisang, nasi, selai,

apel, dan roti panggang (pada anak yang lebih besar)

Rasional :

Secara bertahap untuk memenuhi nutrisi sesuai dengan kebutuhan

b. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan gangguan absorbsi

nutrien, status hipermetabolik.

Hasil yang diharapkan :

Mempertahankan volume cairan adekuat.

Kriteria hasil :

Membran mukosa mulut lembab.

Turgor kulit elastis, tanda-tanda vital stabil.

Keseimbangan masuk dan haluaran dalam kosentrasi / jumlah.

Intervensi :

1) Pantau tanda dan gejala dini defisit volume cairan misalnya membran

mukosa kering (bibir, mulut), urine kuning kecoklatan, berat jenis

urine > 1,025.

Rasional :

Penurunan volume yang bersirkulasi menyebabkan kekeringan

jaringan dan pemekatan urine, deteksi dini memungkinkan terapi

penggantian cairan segera untuk memperbaiki defisit

2) Awasi masukan dan haluaran, karakter dan jumlah feces perkirakan

kehilangan yang tak terlihat misalnya keringat

Rasional :

Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan fungsi ginjal dan

kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian

cairan.

3) Kaji tanda-tanda vital (nadi, suhu, nafas).

Rasional :

Takikardi, demam dapat menunjukkan respon terhadap dan atau efek

kehilangan cairan

4) Ukur berat badan tiap hari

Rasional :

Indikator cairan dan status nutrisi.

5) Kaji kemampuan anak untuk rehidrasi melalui mulut.

Rasional :

Membantu untuk mempertahankan keseimbangan cairan.

6) Kolaborasi medik dalam pemberian obat sesuai indikasi antidiare, anti

emetik, anti piretik

Rasional :

Antidiare : menurunkan kehilangan cairan dari usus

Antiemetik : digunakan untuk mengontrol mual / muntah pada

eksarsebasi akut

Antipiretik : mengontrol demam, menurunkan kehilangan tak terlihat

7) Kolaborasi medik dalam pemberian cairan parenteral sesuai indikasi

Rasional :

Mempertahankan istirahat usus dan memerlukan penggantian cairan

untuk memperbaiki kehilangan cairan tubuh

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

gangguan absorbsi nutrien status hipermetabolik.

Hasil yang diharapkan :

Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat.

Kriteria hasil :

Menunjukkan BB yang ideal

Mampu menghabiskan porsi makan yang disediakan

Intervensi :

1) Kaji status nutrisi BB awal, derajat kekurangan BB dan integritas

mukosa oral

Rasional :

Untuk mengetahui derajat kekurangan nutrisi

2) Kaji tanda-tanda vital

Rasional :

Untuk mengetahui keadaan umum pasien

3) Observasi masukan dan keluaran

Rasional :

Untuk mengetahui keseimbangan cairan

4) Timbang BB tiap hari

Rasional :

BB yang turun merupakan indikator langsung kehilangan cairan

5) Berikan makanan cair sedikit tapi sering

Rasional :

Meningkatkan keadekuatan pasien dan penetuan kebutuhan nutrisi

6) Kolaborasi medik dalam pemberian cairan

Rasional :

Untuk menambah kebutuhan cairan

d. Nyeri (akut) berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit

atau jaringan, eksoriasi fisura perirektal, fistula

Hasil yang diharapkan

Nyeri teratasi

Kriteria hasil :

Melaporkan hasil nyeri hilang / terkontrol

Tampak rileks dan mampu tidur, istirahat dengan tepat

Intervensi :

1) Kaji karakter, intensitas dan letak nyeri

Rasional :

Membantu dan memberikan terapi untuk toleransi nyeri

2) Anjurkan pasien berbaring dalam posisi terlentang dengan bantalan

penghangat diatas abdomen

Rasional :

Tindakan ini meningkatkan relaksasi otot gastrointestinal

3) Berikan aktivitas hiburan dan periode istirahat sering

Rasional :

Mengalihkan perhatian pasien terhadap nyeri

4) Berikan tindakan nyaman (misal : pijatan punggung)

Rasional :

Meningkatkan relaksasi, menfokuskan kembali mekanisme koping

5) Bersihkan area rektal dengan sabun ringan dan di lap setelah defekasi

dan berikan perawatan kullit

Rasional :

Melindungi kulit dari asam usus

e. Resiko tinggi kerusakan intergritas jaringan yang berhubungan dengan

resiko terhadap kekurangan cairan / nutrisi.

Hasil yang diharapkan

Kerusakan integritas kulit tidak terjadi

Kriteria hasil :

Menunjukkan jaringan yang bersih dan utuh

Turgor kulit dan warnanya normal

Intervensi :

1) Kaji area perirektal terhadap inflamasi abses atau fistula

Rasional :

Deteksi dini dapat membantu dalam pemberian intervensi yang tepat

2) Jaga daerah popok bersih dan kering

Rasional :

Popok yang lembab / basah mempercepat timbulnya proses infeksi dan

ketidaknyamanan pasien

3) Cuci kulit dengan suhu yang lembut dan air setiap kali setelah

defekasi, kekeringan dengan seksama, berikan salep, topikal sesuai

dengan pesanan

Rasional :

Memperkecil terjadinya iritasi kulit pada daerah perianal

4) Biarkan daerah bokong terbuka terhadap udara sebanyak mungkin

Rasional :

Daerah bokong kering, memperkecil terjadinya iritasi kulit

5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian salep kulit setelah

mengganti popok

Rasional :

Menjaga integritas kulit dari iritasi terutama daerah sekitar anus dan

bokong.

f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan

kebutuhan pengobatan yang berhubungan dengan kesalahan interpretasi

informasi kurang mengingat tidak mengenai sumber.

Hasil yang diharapkan :

Pengetahuan pasien tentang pemahaman proses penyakit dan

pengobatannya meningkat.

Kriteria hasil :

Pasien mengatakan paham tentang proses penyakit dan regimen

pengobatan

Pasien dapat mengidentifikasi situasi dan tindakan khusus untuk

menerimanya

Intervensi :

1. Tentukan persepsi pasien dan keluarga tentang proses penyakit

Rasional :

Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan

belajar individu

2. Berikan instruksi dalam penatalaksanaan diet, penekanan makanan

untuk dihindari buah-buahan dan sayuran mentah, alkohol, coklat dan

makanan yang menghasilkan gas.

Rasional :

Pengetahuan dasar yang akurat memberikan kesempatan pasien untuk

membuat keputusan / pilihan

3. Tekankan pentingnya perawatan kulit misalnya : teknik cuci tangan

dengan baik dan perawatan perineal yang baik

Rasional :

Menurunkan penyebaran bakteri dan resiko iritasi kulit / kerusakan

infeksi.

4. Berikan informasi tentang obat-obatan termasuk nama, dosis, tujuan,

waktu pemberian, efek samping, dan interaksi, jelaskan pentingnya

untuk menghindari pemakaian obat yang dijual bebas

Rasional :

Meningkatkan pemahaman dan dapat meningkatkan kerjasama dalam

program.

4. Pelaksanaan

Pada tahap ini merupakan realisasi dari rencanan asuhan keperawatan

yang telah ditentukan dengan tujuan memenuhi kebutuhan pasien secara

optimal

5. Evaluasi

Tahapan akhir dari proses keperawatan ialah mengevaluasi respon

pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil

yang diberikan dan diharapkan telah tercapai. Hasil asuhan keperaatan yang

diharapkan tercapai pada pasien dengan Gangguan Sistem Pencernaan

Gastroenteritis yaitu :

a. Melaporkan pola defekasi normal

b. Mempertahankan keseimbangan cairan

1) Mengkonsumsi cairan per oral dengan adekuat.

2) Melaporkan tidak ada keletihan dan kelemahan otot.

3) Menunjukkan membran mukosa lembab dan turgor jaringan normal.

4) Mengalami keseimbangan asupan dan haluaran.

5) Mengalami berat jenis urin normal.

c. Mengalami penurunan tingkat ansietas

d. Mempertahankan integritas kulit

1) Mempertahannkan kulit tetap bersih setelah defekasi

2) Menggunakan pelembab atau salep sebagai barier kuli

e. Tidak mengalami kompikasi

1) Elektrolit tetap dalam rentang normal

2) Tanda vital stabil

3) Tidak ada disritmia atau perubahan dalam tingkat kesadaran

6. Discharge Planning

a. Jelaskan penyebab diare.

b. Ajarkan untuk mengenal komplikasi diare

c. Ajarkan untuk mencegah penyakit diare dan penularan ; ajarkan tentang

standar pencegahan.

d. Ajarkan perawatan anak ; pemberian makanan/minuman (misalnya oralit).

e. Ajarkan mengenal tanda-tanda dehidrasi, ubun-ubun dan mata cekung,

turgor kulit tidak elastis, membrane mukosa kering.

f. Jelaskan obat-obatan yang diberikan ; efek samping dan kegunaannya.

C. Patoflow DiagramFaktor Malabsorbsi(karbohidrat, lemak, protein

Faktor Inveksi(Virus, Bakteri, Parasit)

Faktor makanan (makanan basi, beracun)

Faktor Psikologis (takut, cemas)

Gangguan absorbsi usus halus terhadap zat-zat penting tersebut

Peningkatan produksi mukus mukosa usus

Masuk ke dalam sistem pencernaan

Mengandung toksin

Toksin terikat pada mukosa usus

Iritasi mukosa usus

Merangsang kerja sistem saraf simpatis

Pelepasan asetilcolin & muatan fleksus meisentrikus

Mempengaruhi lapisan otot-otot polos usus

Peningkatan motilitas usus

Pergerakan materi pada usus terlalu cepat

Peningkatan produksi sekretorikGastrointesntinal

Peningkatan produksi gastrin

Tinja menjadi lebih asam

Iritasi kulit sekitar anus saat defekasi

Hiperperistaltik usus Rasa tidak enak Mulas

MK: Nyeri

Merangsang sekresi asamHCl

Suasana asam pada usus halus

MK: gangguan integritas kulit sekitar anus

Penatalaksanaan :

Gangguan sistem ansorbsiAir & elektrolit

BAB cair > 4 xMK: Diare

Pemberian oralitPemasangan infus

MK : Kurang PengetahuanMK : Kurang volume cairan

Dehidrasi Lemah, pucat

DIARE

Air & elektrolitBanyak terbuang

Kehilangan cairan ekstraseluler berlebih

Perut mulas Mual, muntah Berat badan menurun

Asidosis metabolik Tachipnea Nyeri / kram perut TD menurun Turgor kulit menurun

MK: Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

Kulit kurang elastis Mata &ubun-ubun cekung Mukosa mulut kering

MK: Kurang volume cairan

Ketidakseimbangan elektrolit

Hilangnya cairan dalam intraseluler

Syok hipovolemik Tachicardi Gelisah, pucat Ekstermitas dingin Sianosis

KEMATIAN

BAB III TINJUAN

KASUS

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa yang mengkaji : Vincentia Tri Yuwandhini

Unit : Anak

Ruang / Kamar : Theresia / 12-5

Tanggal Masuk Rumah Sakit : 4 Juli 2007

Tanggal Pengkajian : 5 Juli 2007

Waktu Pengkajian : 06.30 WIB

Auto Anamnese : -

Allo Anamnese : Keluarga klien

1. IDENTITAS

a. Klien :

Nama Initial : By. “J”

Umur : 11 Bulan

Jenis Kelamin : Perempuan

Anak Ke : 1 (Satu)

Warga Negara : Indonesia

Bahasa yang digunakan : Belum bisa bicara

Pendidikan : Belum Sekolah

Agama : Islam

Alamat : Bukit Besar

b. Orang Tua/ Penanggung Jawab

Ayah Ibu Penanggung Jawab

Nama : Tn “H” Ny. “D” Tn. “H”

32

Umur : 22 Th 28 Th

Agama/Suku : Islam/China Islam/Palembang

Kebangsaan : Indonesia Indonesia

Pendidikan : SMA SMA

Pekerjaan : Buruh Ibu Rumah Tangga

Alamat : Bukit Besar Bukit Besar

2. DATA MEDIK

Klien dikirim dari UGD Rumah Sakit RK Charitas oleh kelurga klien

dengan diagnosa medik : GEAD dan Diagnosa saat pengkajian GE

3. KEADAAN UMUM

Keadaan Sakit

Klien tampak sakit sedang dan terbaring lemah, terpasang infuse Ka EN

3A 16 tetes / menit set makro di kepala, aktivitas klien dibantu oleh perawat /

keluarga.

4. TANDA-TANDA VITAL

Dari hasil pengkajian tingkat kesadaran klien ditemukan kesadaran

Kualitatif Compos mentis, kesadaran Kualitatif dengan Skala Glasgow :

respon motorik : 6, respon bicara : 5, respon membuka mata : 4, dengan

jumlah : 15, maka kesimpulan klien sadar penuh. Suhu klien 360C melalui

Axillar Nadi 100 x/menit teratur dan penuh pada arteri radialis, frekuensi

pernapasan 25 x/menit, irama teratur. Jenis pernapasan dada.

5. PENGUKURAN

Tinggi Badan : 75 cm

Berat Badan : 7.000 gram

Lingkar Kepala : 44 cm

Lingkar lengan : 14 cm

Lingkar dada : 46 cm

6. GENOGRAM

11 bln

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

11 bln: Klien

: Tinggal Serumah

7. KAJIAN POLA KESEHATAN

a. Kajian Persepsi Kesehatan-pemeliharaan Kesehatan

Riwayat prenatal ibu sering muntah dan mendapatkan vaksinasi,

riwayat kelahiran, bayi lahir cukup bulan dan lahir secara spontan ditolong

oleh bidan dengan BB lahir 3.800 gram dan PB 49 cm. Tidak ada kelainan

bawaan dan tidak terjadi trauma kelahiran.

Riwayat tumbuh kembang anak : Ibu klien mengatakan saat ini

klien sudah dapat merangkak dan belajar untuk berjalan, pada umur 8

bulan klien sudah mampu mengucapkan kata mama, papa dan dada, gigi

incisivus atas dan bawah sudah tumbuh dua buah.

Riwayat penyakit yang pernah dialami ; klien pernah dirawat di

Rumah Sakit Siti Khotijah Palembang tanggal 30 Juni 2007 dengan

demam. Pada saat dirawat klien menerima makanan berupa coklat dari

pasien lain yang menderita penyakit GE dan dirawat satu ruangan dengan

klien. Keesokan harinya klien BAB lebih dari empat kali dengan

konsistensi encer. Karena tidak mengalami perubahan setelah dirawat 5

hari maka klien pindah berobat ke Rumah Sakit RK Charitas dan

dianjurkan oleh dokter BGD untuk opname, sekarang klien sedang dalam

perawatan.

Riwayat vaksinasi, klien sudah mendapatkan vaksinasi BCG, DPT

I – III, Polio I – III, Campak dan Hepatitis I - III.

1) Data Subjektif

a) Keadaan sebelum sakit :

Ibu klien mengatakan sebelum sakit klien makan nasi Tim

dan minum susu dan air putih, lingkungan tempat tinggal cukup

bersih dan klien mandi 2x sehari pagi dan sore.

b) Keadaan sejak sakit :

Ibu Klien mengatakan sejak sakit klien hanya mandi 1 x

sehari setiap pagi dan hanya di lap saja dengan air hangat.

2) Data Objektif

a) Observasi

Kebersihan rambut klien bersih dan tidak berminyak, kulit

kepala bersih tidak tampak ada ketombe, kebersihan kulit bersih

tidak ada lesi, hygiene rongga mulut bersih tidak bau, kebersihan

genetalia bersih tidak ada peradangan, kebersihan anus bersih tidak

ada sisa feces.

2. Kajian Nutrisi Dan Metabolik

a) Data Subyektif

1) Keadaan Sebelum Sakit

Ibu klien mengatakan sebelum sakit klien makan 3 x sehari,

pagi siang dan sore hari jenisnya nasi tim, selain itu klien juga sering

minum air putih 2 gelas / hari dan minum susu ± 350-500 cc setiap

hari, makanan klien sehari-hari selalu dijaga.

2) Keadaan Sejak Sakit

Ibu klien mengatakan sejak sakit klien tidak selera makan,

klien makan makanan yang disediakan dari rumah sakit dan tidak

dihabiskan hanya makan ¼ porsi saja, selain itu klien juga hanya

minum air putih ½ gelas dan minum susu ± 100-250 cc/hari.

b) Data Obyektif

1) Observasi

Klien tampak minum air putih ½ gelas dan minum susu ± 150

cc dan klien makan habis ¼ porsi, BB klien 7.000 gram.

2) Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan rambut baik

berwarna hitam, hidrasi kulit lembab, palpebrae tidak ada edema,

conjugtiva anemis, sclera an ikterik, keadaan hidung tidak ada secret,

rongga mulut bersih, gusi berwarna merah muda dan tidak ada

peradangan, gigi geligi berupa gigi susu, klien belum mampu untuk

mengunyah keras, lidah bersih dan tidak ada pembesaran tonsil,

pharing tidak ada peradangan.

Pemeriksaan Fisik pada Abdomen

Pada pemeriksaan inspeksi : bentuk abdomen simetris tidak ada

bayangan vena, auskultasi peristaltik usus 30 x / menit, palpasi : masa

tidak teraba, hidrasi kulit lembab, tidak terdapat nyeri, hepar tidak

terjadi pembesaran, keadan kulit negatif untuk spider naevi, uremic

frost, edema dan icteric dan tidak ditemukan tanda-tanda peradangan.

Tidak ditemukan adanya lesi.

Pemeriksaan Diagnostik di laboratorium tangal 5 Juli 2007,

Haemoblobin 11,2 g/dl, Eosinophil 5%, Limphosit 54%, leukosit

16.400 sel/mm3, Retikulosit 17 O/oo

Terapi

Klien diberikan diet BS, LLM dan dipasang infuse KaEN 3A

16 tetes/menit set makro di kepala.

3. Kajian Pola Eliminasi

a) Data Subyektif

1) Keadaan Sebelum Sakit

Ibu klien mengatakan bahwa klien BAB teratur 1 x tiap pagi,

warna kuning, konsistensi lembek, BAK ± 4 -5 x/hari, warna kuning

jernih. Klien masih ngompol.

2) Keadaan Sejak Sakit

Ibu klien mengatakan kemarin klien BAB lebih dari 5x/hari,

konsistensi encer, tetapi hari ini klien BAB pada waktu subuh

berwarna kuning dan mulai berampas, tidak ada darah maupun lendir,

BAK ± 5 – 6 x/hari warna kuning jernih. Saat BAB dan BAK dibantu

oleh ibunya.

b) Data Obsyektif

1) Observasi

Klien tidak menggunakan kateter dan kolostomi, selama 4 jam

klien ngompol sebanyak 2 kali

2) Pemeriksaan Fisik

Peristaltik usus 30 x/menit dan pemeriksaan palpasi suprapubika

kandung kemih kosong, tidak ada nyeri ketuk ginjal di sebelah kanan

dan kiri, tidak ada peradangan pada mulut urethra. Pada pemeriksaan

anus tidak ditemukan peradangan dan negative untuk fisura, hemoroid

dan prolapsus recti

4. Kajian Pola Aktivitas dan Latihan

a) Data Subyektif

1) Keadaan Sebelum Sakit

Ibu klien mengatakan sebelum sakit klien sering bermain

dengan saudara-saudaranya dan sering merangkak, apabila diganggu

saat bermain klien menangis.

2) Keadaan Sejak Sakit

Ibu klien mengatakan klien hanya mau di gendong.

b) Data Obyektif

1) Observasi

Aktivitas harian klien pada umumnya masih mendapat bantuan

dari orang lain, mulai dari makan, mandi, berpakaian, kerapian, buang

air besar, buang air kecil. Untuk mobilisasi di tempat tidur dan

ambulasi klien sudah dapat mandiri. Postur tubuh klien tegap, gaya

jalan belum seimbang, tidak ada cacat pada anggota gerak, tidak ada

fiksasi dan tracheostomie.

2) Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, perfusi pembuluh perifer kuku kembali

dalam waktu ± 1 detik, inspeksi bentuk thorax simetris, sianosis tidak

ada. Auskultasi suara nafas vesikuler, suara ucapan jelas, suara

tambahan tidak ada. Pada pemeriksaan jantung inspeksi ictus cordis

tidak terlihat, palpasi ictus cordis teraba.

Pemeriksaan lengan dan tungkai ;

Atropi otot tidak ada, rentang gerak aktif, kematian dan

kekauan sendi tidak ditemukan, Reflex patologik ; babinski kiri dan

kanan tidak ditemukan, clubbing jari-jari tidak ditemukan, varises

tungkai tidak ada, inspeksi pada columna vertebraris tidak ditemukan

kelainan bentuk.

Columna Vertebralis pada saat inspeksi tidak ada kelainan

bentuk, nyeri tekan pada palpasi tidak ada. N III-IV-VI baik, dapat

menggerakkan bola mata berputar atas, bawah, samping kiri dan

kanan. N XI baik dapat mengangkat bahu kiri dan kanan dan dapat

menggerakkan kepala.

5. Kajian Pola Tidur dan Istirahat

a) Data Subyektif

1) Keadaan Sebelum Sakit

Ibu klien mengatakan klien tidur malam hari selama ± 9 jam

mulai pukul 20.00 – 05.00 WIB dan sering terbangun pada malam hari

untuk minum susu. Klien bangun pukul 05.00 kemudian mengajak

bermain. Klien tidur siang selam ± 4 jam mulai 10.00- 12.00 WIB dan

mulai dari pukul 14.00 -16.00 WIB.

2) Keadaan sejak sakit

Ibu klien mengatakan klien tidur malam hari selama ± 10 jam

mulai pukul 19.00 – 05.00 WIB dan jarang terbangun pada malam hari

untuk minum susu. Klien bangun pukul 05.00 WIB. Klien tidur siang

selam ± 4 jam mulai 10.00- 12.00 WIB dan mulai dari pukul 14.00

-16.00 WIB..

b) Data Obyektif

1) Observasi

Pada siang hari klien tampak istirahat tidur, tidak tampak ekspresi

mengantuk pada wajah klien dan klien tidak sering menguap serta

palpebrae inferior tidak berwarna gelap.

6. Kajian Pola Persepsi Kognitif : Perseptual

a) Data Subyektif

1) Keadaan Sebelum Sakit

Ibu klien mengatakan klien dapat mengenal orang lain dan mau

diajak bermain, klien sudah mampu mengucapkan kata mama, papa

dan dada.

2) Keadaan Sejak Sakit

Ibu klien mengatakan klien mau diajak bermain dengan orang

yang sudah dikenalnya, tetapi klien takut kepada perawat/orang yang

baru dikenalnya, klien tidak mengalami gangguan pendengaran,

penglihatan, karena pada waktu dipanggil namanya klien menoleh ke

arah orang yang memanggilnya.

b) Data Obyektif

1) Observasi

Saat didekati perawat / orang lain yang belum dikenal, klien

tampak agak ketakutan dan ingin menangis, saat dipanggil namanya

klien menoleh ke arah orang yang memanggilnya.

2) Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan penglihatan didapatkan hasil cornea jernih,

visus jelas dapat mengenal gambar, pupil isokor ukuran 3 mm, lensa

mata jernih, tekanan intra ocular kanan dan kiri sama. Pada

pemeriksaan pendengaran didapatkan hasil pina simetris, canalis

bersih, tidak ada serumen, membran timpani utuh. Tes pendengaran

baik, tidak ada gangguan pendengaran.

7. Pola Persepsi Diri / Konsep Diri

a) Data Subyektif

1) Keadaan Sebelum Sakit

Ibu klien mengatakan sangat menyayangi klien, karena klien

lucu dan bisa menghiburnya.

2) Keadaan Sejak Sakit

Ibu klien mengatakan sangat sayang dengan klien, dan sedih

dengan keadaan klien yang sedang sakit. Ibu berharap agar klien cepat

sembuh dan dapat berkumpul kembali di rumah.

b) Data Obyektif

1) Observasi

Kontak mata saat bicara fokus, rentang perhatian kurang karena

klien agak ketakutan dan ingin menangis, postur tubuh tegap.

2) Pemeriksaan Fisik

Kelainan bawaan yang nyata tidak ada, bentuk abdomen simteris,

tidak tampak bayangan vena, tidak teraba adanya benjolan massa,

tidak ditemukan lesi pada kulit dan tidak menggunakan protesa.

8. Pola Peranan dan Hubungan Dengan Sesama

a) Data Subyektif

1) Keadaan Sebelum Sakit

Ibu klien mengatakan klien adalah anak pertama, keluarga

klien sangat memperhatikan menyayangi klien, klien diasuh sendiri

oleh kedua orang tuanya, klien mau bermain dan mau digendong

dengan orang yang sudah dikenalnya.

2) Keadaan Sejak Sakit

Ibu klien mengatakan sejak sakit klien hanya mau digendong saja.

b) Data Obyektif

1) Observasi

Klien tampak selalu digendong oleh Ibunya dan kedua orang

tuanya.

9. Pola Reproduksi-Seksualitas

a) Data Subyektif

1) Keadaan Sebelum Sakit

Ibu klien mengatakan klien berjenis kelamin perempuan dan

tidak ada kelainan pada klien.

2) Keadaan Sejak Sakit

Ibu klien mengatakan klien berjenis kelamin perempuan dan

tidak ada kelainan pada klien.

b) Data Obyektif

1) Observasi

Tidak tampak adanya kelainan pada alat kelamin klien.

2) Pemeriksaan Fisik

Klien berjenis kelamin perempuan.

10. Mekaninsme Koping dan Toleransi Terhadap Strees

a) Data Subyektif

1) Keadaan Sebelum Sakit

Ibu klien akan menangis apabila klien lapar atau mainannya

diambil.

2) Keadaan Sejak Sakit

Ibu klien mengatakan apabila menangis, klien akan minta

gendong ibunya.

b) Data Obyektif

1) Observasi

Klien tampak digendong ibunya, apabila menangis.

11. Pola Sistem Nilai Kepercayaan atau Keyakinan

a) Data Subyektif

1) Keadaan Sebelum Sakit

Ibu klien mengatakan ajaran agama yang diajarkan kepada

klien adalah agama Islam

2) Keadaan Sejak Sakit

Ibu klien mengatakan klien belum bisa sholat dan ibu klien selalu

berdoa untuk kesembuhan klien.

Tanda Tangan Mahasiswa yang mengkaji

(VINCENTIA TRI YUWANDHINI )

46

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis mempelajari teori tentang Asuhan Keperawatan klien

dengan Gangguan Sistem Pencernaan ; Gastroenteritis dan melaksanakan secara

langsung Asuhan Keperawatan pada klien By. “J”, ternyata antara teori yang di dapat

a penul

engan

ka

dengan kenyataan yang ditemukan didalam praktek lapangan terdapat kesenjangan.

Hal ini disebabkan karena tingkat kegawatan, persepsi individu, dan juga pemahaman

keluarga terhadap penyakit atau keadaaan yang dialami saat ini.

Uraian mengenai kesenjangan ini penulis amati dan temukan mulai dari

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sebagai

berikut ;

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, oleh karena

itu pengkaji perlu melakukan secara teliti, cermat dan sistematis melalui

wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik secara langsung, serta di dukung

oleh sumber-sumber seperti catatan medika dan hasil pemeriksaan penunjang.

Setelah penulis secara cermat mempelajari teori pengkajian pasien dengan

Gangguan Sistem Pencernaan; Gastroenteritis maka penulis mendapatkan tanda

dan gejala yang khas berdasarkan teori yaitu : hiperperistaltik usus, rasa tidak

enak, mulas, BAB cair > 4 x, mual, muntah, berat badan menurun, lemah, pucat,

kulit kurang elastis, mata dan ubun-ubun cekung, mukosa mulut kering,

tachikardi, gelisah, ekstremitas dingin, sianosis, tachipnea, nyeri / kram perut,

tekanan darah menurun, turgor kulit menurun.

Pada pengkajian pasien By.”J” dengan Gastroenteritis, yang dikaji penulis

selama 3 hari tanggal 5 juli penulis menemukan tanda dan gejala tinja berwarna

kuning dan sudah mulai berampas, anorexia, BAK lancar, mukosa bibir lembab,

konjungtiva anemia, furgo kulit elastis..

Berdasarkan uraian di a5t 9s is berpendapat adanya kesenjangan dari

tanda dan gejala antara teori d jian keperawatan secara langsung

pada klien By “J”. Sebelumnya klien sudah opname selama 5 hari di Rumah

Sakit Siti Khodijah Palembang namun karena tidak ada perubahan maka klien

dibawa ke Rumah Sakit RK Charitas. Selama klien dirawat di paviliun

Theresia Rumah Sakit RK Charitas, penulis mengalami hambatan dalam

pengkajian keperawatan

karena klien masih berumur 11 bulan. Saat didekati klien agak takut dan ingin

menangis. Untuk mengatasi permasalahan tersebut penulis melakukan pendekatan

dan kerjasama dengan orang tua atau keluarga klien.

B. Diagnosa Keperawatan

Dignosa keperawatan ditegakkan berdasarkan analisa data yang di dapat

pada waktu pengkajian. Masalah yang di dapat bersifat aktual dan potensial yang

dapat diatasi atau dikurangi ataupun dicegah dengan tindakan keperawatan.

Dalam diagnosa keperawatan teori dengan Gangguan Sistem Saluran

Pencernaan Gastroenteritis, penulis menemukan beberapa diagnosa keperawatan

yaitu :

1. Diare berhubungan dengan inflamasi ; iritasi/malabsorbsi usus, adanya toksin,

penyempitan segmental lumen.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan gangguan sistem absorbsi

nutrien, status metabolik.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

gangguan absorbsi nutrien, status metabolik.

4. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit / jaringan,

eksoriasi, fisura perirektal, fistula.

5. Resiko tinggi kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan resiko

terhadap kekurangan cairan / nutrisi.

6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan

kebutuhan pengobatan yang berhubungan dengan kesalahan interpretasi

informasi, kurang mengingat, tidak mengenal sumber.

Setelah penulis merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan masalah

klien By “J” kemudian penulis memprioritaskan berdasarkan kebutuhan klien,

maka diagnosa keperawatan yang muncul adalah :

1. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

anorexia.

2. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurang informasi tentang

penyebab penyakit.

3. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan asupan cairan tidak

adekuat.

4. Potensial peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan mikroorganisme yang

menembus saluran gastrointestinal.

Diagnosa keperawatan secara teori, tidak seluruhnya ditemukan oleh

penulis pada kasus By “J” hal tersebut terjadi karena diagnosa keperawatan dari

klien By ”J” sesuai dengan masalah kesehatan dan tanda serta gejala-gejala yang

ditemukan pada klien By”J” dengan gastroenteritis.

C. Perencanaan Keperawatan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, langkah selanjutnya adalah

menerapkan dan menyusun rencana tindakan. Langkah ini memberikan pedoman

pada tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan klien dan

keluarga dalam pembuatan perencanaan penulis menetapkan berdasarkan pada

tinjauan teori sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien By.

“J”.

Sebelum menyusun rencana tindakan keperawatan, pertama-tama penulis

menerapkan tujuan yang diharapkan agar dalam membuat rencana tindakan

keperawatan mengarah kepada tujuan atau hasil yang diharapkan.

D. Pelaksanaan Keperawatan.

Tindakan keperawatan merupakan realisasi dari rencana tindakan

keperawatan, jadi tidak semua rencana tindakan keperawatan yang ada pada teori

dilaksanakan pada klien. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan penulis

berpedoman pada rencana tindakan yang telah disusun sesuai dengan tujuan yang

akan dicapai.

Hambatan yang penulis hadapi dalam pelaksanaan adalah terbatasnya

waktu disediakan untuk itu penulis melibatkan perawat ruangan, orang tua dan

keluarga klien untuk melanjutkan pelaksanaan Asuhan Keperawatan agar tetap

berkesinambungan dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan alat untuk mengetahui tingkat keberhasilan Asuhan

Keperawatan, merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang

kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan. Penulis belum memperoleh

semua hasil yang ditetapkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai karena

keterbatasan waktu dan untuk mencapai tujuan yang belum tercapai itu

dilimpahkan kepada perawat ruangan untuk tetap mengevaluasi atau mengkaji

ulang sehingga perawatan tetap dapat diteruskan sampai tujuan yang ingin dicapai

terwujud.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah mengkaj dan melakukan Asuhan Keperawatan pada klien By “J”

dengan Gangguan Sistem Pencernaan ; Gastroenteritis yang dirawat di Pavilyun

Theresia Rumah Sakit RK Charitas Palembang selama tiga hari mulai dari tanggal

5 Juli 2007 sampai dengan 7 Juli 2007, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut ;

1. Pada saat pengkajian terjadi kerjasama antara pasien dengan penulis sehingga

mampu mengumpulkan data dan menemukan masalah keperawatan data juga

diperoleh melalui pemeriksaan fisik secara langsung kepada pasien, tetapi

tidak semua masalah keperawatan yang ada dalam teori ditemukan pada

pasien dengan penyakit yang sama.

2. Diagnosa keperawatan yang ada pada teori tidak semuanya timbul pada

pasien, hal ini dikarenakan dalam membuat diagnosa keperawatan disesuaikan

dengan data dan keadaan pasien saat pengkajian.

3. Perencanaan difokuskan pada tindakan yang bertujuan mengatasi masalah

pasien, juga perlu membuat kriteria hasil sesuai dasar landasan, mengevaluasi

tindakan yang diberikan kepada pasien.

4. Pelaksanaan keperawatan pada pasien dilakukan sesuai dengan masalah

keperawatan yang timbul, tetapi tidak semua diagnosa keperawatan secara

teoritis dilakukan implementasi.

5. Pada tahap evaluasi yang dilakukan pada klien By. “J” sudah mengalami

perubahan yang mana pada hari pertama satu diganosa keperawatan sudah

teratasi yaitu masalah kurangnya pengetahuan keluarga terhadap penyebab

penyakit klien.

B. SARAN 63

Berdasarkan kesimpulan yang telah ada maka penulis memberi beberapa

saran, antara lain :

1. Perawat hendaknya meningkatkan kerja sama dengan pasien untuk menggali

permasalahan pasien sehingga setiap masalah keperawatan dapat teratasi.

2. Karena tidak semua diagnosa keperawatan secara teori timbul pada kenyataan,

maka perawat perlu mengetahui landasan teori dengan Gangguan Sistem

Pencernaan ; Gastroenteritis sehingga bila diagnosa tidak muncul harus

diketahui penyebabnya.

3. Perencanaan keperawatan yang tepat dapat menjadi penentu keberhasilan

dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Gastroenteritis .

Untuk itu perawat perlu memperluas pengetahuan dan keterampilan tentang

asuhan keperawatan sehingga dapat membuat perencanaan yang tepat dan

cepat.

4. Pelaksanaan keperawatan hendaknya lebih memfokuskan pada masalah atau

diagnosa keperawatan yang ada untuk mengatasi masalah pasien.

5. Untuk mengatasi perkembangan pasien perlu dilakukan evaluasi terhadap

pasien yang sesuai dengan permasalahan yang dapat dilakukan secara

berkesinambungan agar setiap masalah yang belum teratasi bisa dilanjutkan

perencanaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Bauhgman, Diane. C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Bettz, Cecily. L. 2002. Buku Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC.

Corwin, Elizabeth. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Doenges, Marylin. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Heidegger’s, Wolf.1991. Atlas of Human Anatomy. Jakarta : Widya Medika.

http://2www .info_ibu.co m

Markum, Alf. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Jakarta : FKUI.

Nelson. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta : EGC

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.

Suddarth, Brunner. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.Jakarta : EGC

Sudoyo, Aru.W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

Syaiffudin. 1997. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC

Wong, Donna. L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta : EGC

Yuliani, Rita. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Depkes RI.