Upload
riska-diesta-fadilla
View
293
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada umumnya tinjauan terhadap perekonomian di suatu daerah atau
Negara secara makro dilakukan dengan melihat hubungan kausal berbagai
variabel ekonomi agregatif seperti pertumbuhan ekonomi, pendapatan, tingkat
suku bunga, investasi, dan lain-lain. Hubungan kausal atau disebut juga hubungan
sebab akibat diperoleh dari kenyataan bahwa hubungan antara variabel-variabel
ekonomi memiliki sifat reversible, dalam arti bahwa meningkatnya variabel A
bertendensi mengakibatkan meningkatnya variabel B, atau sebaliknya
meningkatnya variabel A justru mengakibatkan menurunnya variabel B
(Reksoprayitno, 2000:3-7).
Dengan mengetahui hubungan tersebut diharapkan dapat membantu dalam
memecahkan berbagai masalah dalam perekonomian melalui berbagai agregatif
tindakan. Tindakan yang dilakukan pemerintah biasanya berbentuk kebijakan atau
sering disebut sebagai kebijakan ekonomi makro (macroeconomic policy).
Kebijakan ekonomi makro dapat didefinisikan sebagai tindakan-tindakan
pemerintah yang berupa usaha untuk mempengaruhi besaran-besaran/variabel-
variabel ekonomi agregatif, atau dengan kata lain untuk mempengaruhi jalannya
perekonomian dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi mencerminkan kegiatan ekonomi. Pertumbuhan
ekonomi dapat bernilai positif dan dapat pula bernilai negatif. Jika pada suatu
2
periode perekonomian mengalami pertumbuhan positif, berarti kegiatan ekonomi
pada periode tersebut mengalami peningkatan. Sedangkan jika pada suatu periode
perekonomian mengalami pertumbuhan negatif, berarti kegiatan ekonomi pada
periode tersebut mengalami penurunan. Pertumbuhan ekonomi merupakan kunci
dari tujuan ekonomi makro. Hal ini didasari oleh tiga alasan. Pertama, penduduk
selalu bertambah. Bertambahnya jumlah penduduk ini berarti angkatan kerja juga
selalu bertambah. Pertumbuhan ekonomi akan mampu menyediakan lapangan
kerja bagi angkatan kerja. Jika pertumbuhan ekonomi yang mampu diciptakan
lebih kecil daripada pertumbuhan angkatan kerja, hal ini mendorong terjadinya
pengangguran. Kedua, selama keinginan dan kebutuhan selalu tidak terbatas,
perekonomian harus selalu mampu memproduksi lebih banyak barang dan jasa
untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut. Ketiga, usaha menciptakan
kemerataan ekonomi (economic stability) melalui redistribusi pendapatan (income
redistribution) akan lebih mudah dicapai dalam periode pertumbuhan ekonomi
yang tinggi.
Beberapa sektor ekonomi di Kalimantan Timur pada tahun 2008
mengalami laju pertumbuhan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Diantaranya
adalah sektor pertambangan yang pada tahun sebelumnya sebesar 2,76 persen
menjadi 5,72 persen. Sektor industri pengolahan mengalami peningkatan yang
signifikan dari 3,86 persen menjadi 2,17 persen dan dari sektor perdagangan 5,27
persen menjadi 9,06 persen. Sedangkan lima sektor lainnya mengalami
pertumbuhan yang melambat (Anonim, 2009 : 483).
3
Tingkat bunga, investasi dan pengeluaran pemerintah merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Dikatakan tingkat bunga
berpengaruh karena tingkat bunga mempengaruhi jalannya investasi dan deposito
yang terjadi di Kalimantan timur. Tingkat bunga mempengaruhi investor atau
keputusan seseorang dalam mengalokasikan dana yang dimilikinya, apakah akan
di investasikan dalam kegiatan produksi atau menabungkan dananya di bank
untuk memperoleh bunga.
Tingkat suku bunga diyakini oleh para ekonom sebagai salah satu
determinan investasi. Hal ini menyangkut biaya investasi (cost of investment)
yang harus ditanggung investor. Semakin besar biaya investasi maka akan
semakin kecil keuntungan (profitability) yang diperoleh investor, akibatnya
semakin kecil minat untuk berinvestasi. Hal ini dibuktikan dengan melambungnya
tingkat suku bunga pada masa krisis yang menyebabkan menurunnya investasi
domestik.
Secara umum nilai Penanaman Modal Asing (PMA) Kaltim mengalami
peningkatan dari tahun 2001 sampai 2006, di tahun 2003, nilai Penanaman Modal
Asing (PMA) mencapai angka Rp.8,1 triliun tetapi di tahun-tahun berikutnya
jumlah ini tidak pernah tercapai. Sedangkan nilai Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) Kaltim mengalami kenaikan dan penurunan tiap tahunnya.
Beberapa permasalahan yang menyebabkan terhambatnya investasi Kaltim
adalah: 1. Prosedur perijinan investasi yang rumit, panjang, dan menimbulkan
ekonomi biaya tinggi; 2. Masih rendahnya kepastian hukum; 3. Belum
menariknya insentif bagi kegiatan investasi; 4. Rendahnya kualitas dan kapasitas
4
infrastruktur yang sebagian besar terus memburuk dan rusak akibat berbagai
mcam bencana; 5. Iklim dan ketenegakerjaan yang kurang kondusif; 6. Garansi
keamanan untuk melakukan kegiatan investasi/usaha. Selain permasalahan
tersebut, kendala aturan investasi yang tidak konsisten, jaminan keamanan,
pembiayaan, tata ruang lokasi investasi juga turut membuat investor enggan
masuk ke Kaltim ( Anonim, 2008 : 436-437 ).
Setelah tingkat bunga dan investasi maka beralih ke pengeluaran
pemerintah yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kalimantan timur.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah target dari semua pemerintah. Semua
pemerintah ingin mencapai tujuan tersebut karena pertumbuhan ekonomi dapat
menggambarkan kondisi masyarakat dan dapat menunjukkan indeks kesejahteraan
suatu daerah.
Dari sini kita melihat apakah pengeluaran pemerintah berperan aktif dalam
pembangunan Kalimantan Timur atau hanya sekedar perbincangan di kalangan
pemerintah saja, dimana program dalam meningkatkan infrastruktur di
Kalimantan Timur dalam menunjang kegiatan ekonomi masyarakat baik
infrastruktur jalan, bangunan dan jembatan, masih terus dikembangkan namun
pada akhir tahun 2008 ini sedikit mengalami perlambatan realisasi. Dengan hal
tersebut, terjadi juga pada kegiatan pihak swasta dalam pengembangan
infrastruktur yang mulai mengalami kelesuan, akibat ketatnya likuiditas
pendanaan.
Investasi, dan Pengeluaran Pemerintah berkaitan dengan pertumbuhan
ekonomi Kalimantan Timur apabila tingkat bunga turun maka investasi akan naik
5
dengan didukung peran pemerintah daerah, sebaliknya apabila tingkat bunga naik
maka investasi pun berkurang, karena investasi berkurang maka pemerintah
membantu dalam hal pengeluaran untuk pembangunan daerah. Walaupun
sebenarnya pengeluaran pemerintah tidak selalu berpatokan pada saat investasi
menurun tetapi pemerintah juga memiliki anggaran untuk pembangunan. Dengan
melihat keterkaitan tersebut, apakah investasi dan pengeluaran pemerintah yang
terjadi selama 10 tahun terakhir ini sudah memberikan andil dalam pertumbuhan
ekonomi Kalimantan Timur ? Yang mana diketahui bahwa Kalimantan Timur
adalah daerah yang sedang membangun dan memiliki Sumber Daya Alam yang
melimpah.
Sehubungan dengan hal ini, penulis tertarik untuk melakukan analisa dan
penelitian tentang investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan
ekonomi Kalimantan timur dengan menetapkan judul : Pengaruh Investasi dan
Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan
Timur.
6
B. Rumusan Masalah
Proses pemulihan perbankan dan ekonomi secara keseluruhan masih
mempersoalkan faktor dan kepastian, khususnya akibat kondisi sosial politik dan
keamanan, masih akan mempengaruhi perkembangan investasi dan pengeluaran
pemerintah.
Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan
permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah Investasi, dan Pengeluaran Pemerintah mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Timur?
2. Variabel manakah antara Investasi, dan Pengeluaran Pemerintah yang
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Kalimantan Timur?
C. Tujuan dan kegunaan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya
pengaruh Investasi, dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Kalimantan Timur dan untuk mengetahui variabel mana yang memiliki pengaruh
dominan terhadap Pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Timur.
Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah :
a. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan
berkaitan dengan Investasi, dan Pengeluaran Pemerintah yang tepat agar
dapat meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi di Kalimantan Timur.
7
b. Sebagai masukan dan acuan ilmiah bagi peneliti berikutnya, terutama yang
tertarik untuk mengkaji secara komprehensif serta mengembangkan lebih
lanjut hasil penelitian ini.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Investasi dan Tingkat Bunga
Investasi adalah pengeluaran yang ditujukan untuk menambah atau
mempertahankan persediaan kapital (capital stock). Persediaan kapital ini terdiri
dari pabrik-pabrik, mesin-mesin kantor dan barang tahan lama lainnya yang
dipakai dalam proses produksi. Termasuk dalam persediaan kapital adalah rumah-
rumah dan persedian barang-barang yang belum dijual atau uang dipakai pada
tahun yang bersangkutan (inventory). Jadi investasi adalah pengeluaran yang
menambah persediaan kapital. Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau
perbelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-
barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah
kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam
perekonomian (Sukirno, 1994 : 107).
Yang dimaksud dengan investasi adalah penanaman modal oleh
perusahaan untuk membeli barang-barang kapital baru, seperti mesin-mesin dan
peralatan lainnya seperti pabrik-pabrik, toko-toko, alat angkutan, gudang dan lain
sebagainya. Ini semua tergantung pada apakah tingkat keuntungan yang
diharapkan dari investasi tersebut lebih besar atau lebih kecil daripada tingkat
bunga yang harus dibayar untuk dan pinjaman guna keperluan investasi tersebut.
(Suparmoko, 1990 : 79).
Investasi merupakan modal yang biasanya ditujukan untuk jangka panjang,
penanaman modal dapat dilakukan untuk mengembangkan usaha sendiri atau
9
menyertai pada pihak lain. Maksud dari penanaman modal usaha untuk
memperoleh keuntungan yang penanamannya dapat berbentuk uang, modal tetap
atau pembelian surat berharga.
Sebagai langkah yang ditempuh oleh pemerinyah dalam usahanya
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yaitu menambah kapital atau mengadakan
investasi baru dalam sektor tertentu. Peranan pemerintah dalam hal ini cukup
dominan namun sektor swasta juga memberikan andil yang cukup besar dalam
rangka penanaman modal, dalam berbagai sektor ekonomi di Kalimantan Timur.
Investasi dapat digolongkan kedalam tiga macam golongan yaitu :
1. Investasi tetap perusahaan yang terdiri dari pengeluaran perusahaan untuk
mesin-mesin, perlengkapan, bangunan yang semuanya tahan lama.
2. Investasi untuk perumahan khususnya rumah temapat tinggal, dan
3. Investasi yang berupa penambahan persediaan (inventory).
Investasi akan mengalami kenaikkan dalam jumlahnya apabila suku bunga
pinjaman turun. Sebaliknya, bila suku bunga pinjaman naik maka jumlah investasi
akan berkurang. Dalam hal ini, investasi dapat berupa pembelian barang-barang
kapital maupun pembelian surat obligasi. Hubungan itu dapat digambarkan
dengan kurva investasi dan dinyatakan sebagai fungsi investasi. Jadi fungsi
investasi ini menunjukkan hubungan antara tingkat bunga dan jumlah permintaan
investasi dalam perekonomian. Hubungan antara tingkat bunga dan investasi itu
adalah negative sifatnya. (Suparmoko, 1990 : 79).
Selanjutnya perlu dipahami juga bahwa dalam hal investasi atau
penanaman modal terdapat suatu kecenderungan bahwa semakin banyak
10
penanaman modal maka akan memberikan tingkat keuntungan (MEI) yang
semakin rendah. Hal ini dapat terjadi karena pada umumnya setiap faktor produksi
digunakan pertama-tama pada proyek-proyek yang tingkat keuntungannya lebih
rendah dan seterusnya. Oleh karena itu fungsi investasi itu sama artinya dengan
fungsi kemungkinan hasil yang diharapkan atau marginal efficiency of
investment (r).
i
i0
I = f(i) = MEI
0 I0 I1 Jumlah Investasi ( I )
Gambar 1. Fungsi Investasi; MEI
Dengan menggunakan gambar di atas, kita melihat bahwa pada tingkat
bunga setinggi io, jumlah investasi yang terjadi setinggi io.
Investasi dalam keseimbangan terjadi pada saat tingkat bunga sama
dengan tingkat hasil yang diharapkan (I = r). mengapa investasi yang terjadi tidak
pada jumlah I1. Hal ini terjadi karena pada jumlah investasi setinggi I1, tingkat
bunga (i) lebih tinggi daripada tingkat hasil yang diharapkan (r), sehingga
penanaman modal tidak berminat untuk mengadakan investasi setinggi I1.
Sebaliknya apabila tingkat bunga setinggi I1, jumlah investasi yang akan terjadi
11
akan setinggi I1, karena pada saat itu tingkat bunga (i) akan sama dengan tingkat
hasil yang diharapkan (r).
Jadi dari pembahasan tersebut di atas terbukti bahwa investasi merupakan
fungsi dari tingkat bunga : I = f (i). Kemudian apakah hanya tingkat bunga saja
yang memperngaruhi tinggi rendahnya investasi. Ada faktor lain yang
mempengaruhi tinggi rendahnya investasi yaitu tingkat pendapatan nasional,
semakin tinggi pendapatan semakin tinggi pula tingkat investasi. Oleh karena itu
terdapat hubungan yang positif antara tingkat investasi dengan tingkat pendapatan
nasional.
Investasi semacam ini disebut dengan investasi yang dipacu (induced
investment) dan kita dapat melukisnya sebagai I = f (Y). dengan demikian kita
dapat mengetahui adanya kemungkinan perubahan investasi, yaitu jumlah
investasi akan berubah apabila terdapat peningkatan jumlah pendapatan nasional
walaupun tingkat bunga tetap/tidak berubah. Oleh karena itu kita dapat juga
menuliskan fungsi investasi sebagai I = f(I,Y). (Suparmoko, 1990 : 81).
Investasi merupakan salah satu komponen yang penting dalam GNP.
Biasanya pengeluaran investasi lebih tidak stabil apabila dibandingkan dengan
pengeluaran konsumsi sehingga fluktuasi investasi dapat menyebabkan terjadinya
resesi. Oleh karena itu para ahli ekonomi sangat tertarik untuk menganalisanya,
terutama dalam kaitannya dengan kebijaksanaan stabilitas untuk mengatasi akibat
buruk dari adanya fluktuasi investasi. Investasi sangat penting bagi pertumbuhan
ekonomi serta perbaikan dalam produktivitas tenaga kerja dan jumlah kapital.
Tanpa investasi maka tidak aka nada pabrik atau mesin baru dan dengan demikian
12
tidak ada ekspansi. Pengertian investasi mencakup investasi barang-barang tetap
pada perusahaan, persediaan, serta perumahan.
Teori investasi pada umumnya hendak menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi investasi. Beberapa faktor yang diduga kuat pengaruhnya terhadap
investasi ini antara lain adalah tingkat bunga, penyusutan, kebijaksanaan
perpajakan serta perkiraan tentang penjualan dan kebijaksanaan ekonomi.
Mempertimbangkan ekspansi ke dalam penentuan imvestasi merupakan
pandangan yang relative baru (Nopirin a, 2000 : 133).
Pembangunan nasional memerlukan investasi dalam jumlah besar,
mengingat Indonesia sebagai negara berkembang, yang kekurangan dana guna
membiayai pembanguan seperti dikatakan oleh Hasanudin (1984 : 33), dewasa ini
hampir tidak ada negara berkembang di dunia dalam melaksanakan pembangunan
ekonominya semata-mata mengandalkan pada sumber pembiayaan dalam negari,
sumber pembiayaan luar negeri sebagai sarana dalam mempercepat proses
pembangunan negara sedang berkembang semakin disadari pentingnya.
Bertitik tolak dengan pendapat di atas, maka pemerintah perlu mengambil
beberapa kebijaksanaan dalam usaha menutupi kekurangan dana untuk keperluan
investasi, yaitu diikut sertakan pihak swsta dalam proses pembangunan ekonomi,
seperti dikatakan oleh Agie (1980 : 80). Jika modal untuk investasi dari
pemerintah tidak cukup untuk keperluan pencapaian sasaran laju pertumbuhan
ekonomi yang dikehendaki, maka diharapkan kekurangan tersebut dipenuhi
dengan peranan modal swasta.
13
Investasi merupakan modal yang biasanya di tujukan untuk jangka
panjang, penanaman modal dapat dilakukan untuk mengembangkan usaha sendiri
atau menyertai pada pihak lain. Maksud dari penanaman modal usaha untuk
memperoleh keuntungan yang penanamannya dapat berbentuk uang, modal tetap
ataupun pembelian surat berharga.
Herbert (1996 : 1) berpendapat tentang investasi yaitu “Investment is the
commitment of present funds for the purpose deriving future income in the form of
interest, dividends, rent or retirement benefit or appreciation in the value or
principal”.
Sebagai langkah yang di tempuh oleh pemerintah dalam usahanya
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yaitu dengan menambah kapital atau
mengadakan investasi baru dalam sektor tertentu. Peranan pemerintah dalam hal
ini cukup dominan namun sektor swasta juga memberikan andil yang cukup besar
dalam rangka penanaman modal dalam berbagai sektor ekonomi.
Dalam ketentuan pelaksanaan penanaman modal (investasi) dalam rangka
menunjang pembangunan, kebijaksanaan dasar dalam bidang investasi adalah
bahwa untuk menyelenggarakan pembanguan maka disamping modal negara yang
menggunakannya dilakukan melalui anggaran pendapatan daerah juga dikerahkan
modal dari sektor swasta dalam negari maupun sektor asing.
Keynes menanamkan fungsi The Marginal Efficiency of Capital dan sering
kali para ahli ekonomi menyebutnya “MEC”. Bentuk geometris dari fungsi MEC
dapat dilihat pada kurva dibawah ini :
14
Tingkat Bunga (i)
(%)
I2 B
I1 A
0 i2 i1 Investasi
Gambar 2. The Marginal Efficiency of Capital
Fungsi ini dapat dipandang sejenis dengan kurva permintaan. Semakin
rendah ongkos pinjaman semakin besar jumlah pembelian barang-barang modal
(investasi). Kalau rate of return (MEC) dari investasi lebih besar dari tingkat
bunga, pengusaha akan meminjamkan uang dari pasar modal untuk membeli
barang-barang modal. Jadi dengan i = i1, investasi akan berjumlah i2 dan titk A
disebut titik keseimbangan 0 dalam pasar modal (Soediyono, 1997 : 179).
Menurut Hansen (1982 : 57) “The volume of investment is determined by
the rate of interestin relation to the investment-demand schedule. The investment
demand schedule (the investment function) relates the marginals efficiency of
capital which we shall call r to the volume of investment thus r = f(I)”.
Inflasi sangat mempengaruhi pengambilan keputusan investasi yang
berbentuk fisik maupun investasi dalam bentuk surat-surat berharga seperti saham
dan obligasi. Inflasi sebagai suatu fenomena ekonomi terutama terjadi di negara-
negara yang sedang berkembang. Dampak dari inflasi bagi perekonomian sangat
besar dan melibatkan banyak pihak perilaku ekonomi, sehingga penyelesaian juga
15
harus melibatkan berbagai pihak terutama para pelaku ekonomi swasta dan
pemerintah. Di Indonesia formulasi sebagai kebijakan moneter untuk
menanggulangi laju pertumbuhan inflasi dipercayakan kepada otoritas moneter.
Inflasi lebih terasa pengaruhnya jika investasi yang dilakukan dibiayai dengan
utang luar negeri, bahan baku impor atau bahan yang memiliki kandungan lokal
lebih kecil daripada kandungan impornya.
Inflasi merupakan suatu keadaan terjadi kenaikan harga-harga secara tajam
yang berlangsung terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama.
(Khalwaty, 2000 : 5).
Investasi adalah suatu transaksi melepaskan uang, modal atau dana pada
saat sekarang dengan harapan memperoleh keuntungan pada masa yang akan
dating. Investasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu investasi dalam bentuk
aktiva nyata (real asset) dan investasi dalam bentuk aktiva keuangan (financial
asset). Investasi dalam bentuk aktiva nyata antara lain pendirian pabrik, hotel dan
industry wisata. Sedangkan yang termasuk dalam kategori investasi aktiva
keuangan misalnya pembelian surat berharga, saham, obligasi dan valuta asing.
Dilihat dari situasi atau saatnya investor melakukan investasi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Situasi pasti (certain situation)
2. Situasi tidak pasti (uncertain situation)
Investasi yang dilakukan dalam situasi atau dalam keadaan dimana stabilitas
nasional baik ekonomi maupun politik terjamin, besarnya dana yang dibutuhkan,
tingkat suku bunga, masa pengembalian investasi dan tingkat keuntungan dapat
16
diprediksikan secara pasti. Sedangkan investasi dalam situasi tidak pasti, misalnya
adalah keputusan investasi yang diambil pada saat krisis moneter, tingkat inflasi
sangat tinggi, tingkat suku bunga tidak menentu dan penuh dengan hura-hura
(Khalwalty, 2000 : 96).
Pengertian besar dari dasar teori tingkat suku bunga yaitu harga dari
penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Bunga merupakan imbalan atas
ketidaknyamanan karena melepas uang, dengan demikian bunga adalah harga
kredit. Tingkat suku bunga berkaitan dengan peranan waktu di dalam kegiatan-
kegiatan ekonomi. Tingkat suku bunga muncul dari kegemaran untuk mempunyai
uang sekarang.
Teori klasik menyatakan bahwa tingkat bunga adalah harga dari leonable
funds (dana investasi) dengan demikian bunga adalah harga yang terjadi di pasar
dan investasi. Menurut teori Keynes tingkat bunga merupakan suatu fenomena
moneter, artinya tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan
uang (ditentukan oleh pasar). (Hidayatullah, 2004 : 440).
Salah satu kebijaksanaan moneter yaitu mempengaruhi tingkat bunga.
Bunga sebagai instrument moneter yang selalu digunakan dalam berbagai
kebijakan moneter yang diambil oleh otoritas moneter. Bunga sebagai instrument
artinya adalah tingkat bunga yang berlaku dalam suatu Negara dapat berfluktuasi
dari tingkat yang satu ke tingkat yang lainnya. Sekilas dapat dikatakan bahwa
bunga adalah suatu bentuk penghasilan. Seperti layaknya orang bekerja maka
penghasilan yang mereka peroleh disebut dengan upah dan gaji, para pemegang
saham menerima penghasilan yang disebut dividen, pemegang hak cipta
17
memperoleh penghasilan yang disebut royalty dan banyak jenis penghasilan
lainnya yang diperoleh dengan cara berbeda-beda. Demikian juga dengan bunga,
bunga adalah penghasilan yang di peroleh orang-orang yang memberikan
kelebihan uangnya untuk digunakan sementara waktu oleh orang-orang yang
membutuhkan dan menggunakan uang tersebut untuk menutupi kekurangannya.
(Rimsky, 2002 : 80).
1. Bunga menurut teori Klasik
Menurut teori Klasik tabungan adalah fungsi dari tingkat bunga, makin
tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung.
Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong
untuk mengorbankan/mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah
tabungan. (Kamerchen, 1984 : 280).
Investasi juga merupakan fungsi bunga. Makin tinggi tingkat bunga,
keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil. Tingkat bunga dalam
keadaan seimbang (artinya ada dorongan untuk naik atau turun) akan tercapai
apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk
melakukan investasi. Secara grafik, tingkat bunga dapat digambarkan seperti
dalam gambar di belakang :
18
Tingkat Bunga S
Investasi 1
Investasi 1
S0 S1
Gambar 6. Teori Klasik Tentang Bunga
Keseimbangan tingkat bunga ada pada titik i0, dimana jumlah tabungan
sama dengan investasi. Apabila tingkat bunga diatas i0, jumlah tabungan melebihi
keinginan pengusaha melakukan investasi. Para penabung akan saling bersaing
untuk meminjamkan uangnya dan persaingan ini akan menekan tingkat bunga
akan turun balik posisi i0, sebaliknya apabila tingkat bunga pada posisi tersebut
para pengusaha akan saling bersaing untuk memperoleh dana yang relative
jumlahnya lebih kecil. Persaingan ini akan mendorong tingkat bunga naik lagi
(Nopirin b, 2000 : 70).
Para ekonom Klasik berpendapat bahwa dalam masyarakat harus ada
interaksi positif antara dua Kelompok yang saling melengkapi dengan yang
lainnya. Kelompok pertama adalah penabung dan Kelompok kedua adalah
pengusaha atau orang yang kekurangan dana. Kedua Kelompok tersebut
berinteraksi di pasar investasi untuk mencari kesepakatan harga atau Equilibrium
19
Position dari uang yang mereka gunakan untuk keperluan investasi. Kesepakatan
haraga yang tercipta diantara keduanya selanjutnya disebut dengan istilah bunga.
Harga kesepakatan akibat interaksi antara dua Kelompok tersebut di atas,
memperjelas pendapat kaum Klasik mengenai bunga, bahwa fluktuasi bunga
dapat mempengaruhi perilaku penabung maupun investor. (Rimsky, 2002 : 81).
2. Teori Leonable Funds
Bunga adalah “harga” dari (penggunaan) leonable funds. Terjemahan
langsung dari istilah tersebut adalah “dana yang tersedia untuk dipinjamkan”.
Terjemahan bebasnya mungkin lebih baik kita gunakan istilah “dana investasi”,
sebab menurut teori Klasik, bunga adalah “harga” yang terjadi di “pasar” dana
investasi.
Apakah pasar dana investasi itu ? dalam suatu periode ada anggota
masyarakat yang menerima pendapat melebihi apa yang mereka perlukan untuk
kebutuhan konsumsinya selama periode tersebut. Mereka ini adalah kelompok
“penabung”. Bersama-sama jumlah seluruh “tabungan” mereka membentuk
supply atau penawaran akan Leonable Funds. Di lain pihak, dalam periode yang
sama ada anggota masyarakat yang membutuhkan dana, mungkin karena mereka
ingin berkonsumsi lebih daripada pendapatan yang diterima selama periode
tertentu, atau yang lebih penting karena mereka adalah pengusaha yang
memerlukan dana untuk operasi atau perluasan usahanya. Mereka ini adalah
“investor” dan jumlah dari seluruh kebutuhan mereka akan dana membentuk
permintaan akan Leonable Funds”.
20
Selanjutnya para “penabung” dan para „investor” ini bertemu di pasar
Leonable Funds dan dari proses tawar-menawar antara mereka akhirnya akan
dihasilkan tingkat bunga kesepakatan (keseimbangan). Berikut kurva terjadinya
tingkat bunga keseimbangan di pasar dana investasi (leonable funds) dalam suatu
periode.
Tingkat Bunga
%
S
R
I
0 F Dana Investasi ( Leonable Founds )
Gambar 7. Kurva Tingkat Bunga di Pasar Dana Investasi
Mengapa kurva penawaran akan dana investasi (S) menaik dan kurva
permintaan dana investasi menurun? Teori Klasik mempunyai jawaban untuk ini
sebagai berikut:
Untuk tabungan (penawaran) yang menarik apabila tingkat bunga naik,
jawabannya atas perilaku anggota masyarakat yang sejalan dengan perilaku
memaksimumkan kepuasan (utility) dalam teori permintaan konsumen. Misalkan
Tuan B mempunyai pendapatan sebesar Y1 dalam periode 1 dan Y2 dalam
periodenya. Apabila pola konsumsinya mengikuti pola pendapatannya
(artinya,dalam periode ia mengkonsumsi habis pendapatannya), maka posisinya
21
adalah pada titik A dalam gambar diatas, diman konsumsinya dalam periode 2
(C1) sama dengan pendapatannya (Y1) dan konsumsinya dalam periode 2 (C2)
sama dengan pendapatannya (Y2). Tingkat kepuasan (utility) yang dicapai dengan
pola konsumsi seperti ini ditunjukkan oleh kurva indeferensi (indifference curve)
IC1.
B. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah (Fiscal Policy) adalah suatu kebijakan ekonomi
dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik
dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini
mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun
kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan pendapan dan belanja
pemerintah.
Tujuan Kebijakan Fiskal
Tujuan dari kebijakan fiskal yaitu :
1. Untuk meningkatkan produksi nasional (PDB) dan pertumbuhan
ekonomi.
2. Untuk memperluas lapangan kerja dan mengurangi pengangguran.
3. Untuk menstabilkan harga-harga barang, khususnya mengatasi inflansi.
Perangkat Kebijakan Fiskal
Ada dua perangkat kebijakan fiscal yaitu :
1. Belanja/pengeluaran negara (G = Government Expenditure)
2. Perpajakan (T = Taxes)
22
Jenis-jenis Kebijakan Fiskal
1. Kebijakan fiskal ekspensif (expansionary fiscal policy) menaikkan belanja
negara dan menurunkan tingkat pajak netto. Kebijakan ini untuk
meningkatkan daya beli masyarakat. Kebijakan expansif dilakukan pada
saat perekonomian mengalami resesi/depresi dan pengangguran yang
tinggi.
2. Kebijakan fiskal kontraktif menurunkan belanja negara dan menaikkan
tingkat pajak. Kebijakan ini bertujuan untuk menurunkan daya beli
masyarakat dan mengatasi inflasi.
Pengaruh Kebijakan Fiskal bagi Perekonomian
1. Pemerintah menggunakan kebijakan fiskal untuk mencapai tujuan-tujuan
seperti inflasi yang rendah dan tingkat pengangguran yang rendah.
2. Berdasarkan teori ekonomi Keynesian, kenaikan belanja pemerintah
sehingga APBN mengalami defisit dapat dapat digunakan untuk
merangsang daya beli masyarakat (AD = C + G + I + X – M) dan
mengurangi pengangguran pada saat terjadi resesi/depresi ekonomi.
3. Ketika terjadi inflasi, pemerintah harus mengurangi defisit (atau menapkan
anggaran surplus) untuk mengendalikan inflasi dan menurunkan daya beli
masyarakat. (Purvis, 1993 : 114)
23
C. Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah dapat bersifat “ exhaustive “ yaitu merupakan
pembelian barang-barang dan jasa-jasa dalam perekonomian yang dapat langsung
di konsumsi maupun dapat pula untuk menghasilkan barang lain. Disamping itu
pengeluaran pemerintah dapat pula bersifat “ transfer” saja, yaitu berupa
pemindahan uang kepada individu-individu untuk kepentingan sosial, kepada
perusahaan-perusahaan sebagai subsidi atau mungkin pula kepada negara lain
sebagai hadiah (granta) jadi “exhaustive expenditure” mengalihkan faktor-faktor
produksi dari sektor swasta ke sektor pemerintah. Sedangkan transfer payment
hanya menggeser tenaga beli dari unit-unit ekonomi yang satu kepada unit-unit
ekonomi yang lain dan membiarkan yang terakhir ini menentukan penggunaan
dari uang tersebut. Exhaustive expenditure dapat merupakan pembelian barang-
barang yang dihasilkan oleh swasta misalnya bahan makanan, bangunan, mesin,
dan sebagainya serta dapat pula pembelian itu dilakukan terhadap barang-barang
yang dihasilkan oleh pemerintah sendiri seperti jasa-jasa guru, militer, pegawai
negeri, dan sebagainya.
Adolph Wagner mengemukakan suatu hukum yang disebut “ law of ever
activity “ (Hukum tentang selalu meningkatnya kegiatan pemerintah). Dari
penelitiannya di beberapa Negara maju pada abad 19, ternyata pengeluaran
pemerintah itu selalu meningkat dari tahun ke tahun baik dalam arti uang maupun
secara rill ataupun secara absolute maupun relative dalam perbandingannya dalam
pendapatan nasional (GNP) yang disebabkan oleh adanya perkembangan social,
maupun berkembangnya industry. ( Suparmoko, 2002 : 83 )
24
Adapun sebab-sebab dari kegiatan pemerintah yang selalu meningkat
adalah :
1. Adanya perang
Sekali pengeluaran-pengeluaran untuk keperluan perang diadakan akan
sulit sekali untuk dikurangi meskipun perang tersebut sudah selesai.
2. Adanya kenaikan tingkat penghasilan dalam masyarakat
Dengan meningkatnya tingkat penghasilan, maka jelas kebutuhan akan
konsumsi barang-barang maupun jasa-jasa meningkat.
3. Adanya urbanisasi yang membarengi perkembangan ekonomi
Urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke kota perlu dilayani
oleh pemerintah dalam hal penyelesaian lapangan kerja, kebutuhan listrik,
perumahan, keamanan, dan kesehatan. Urbanisasi biasanya
terjadibersama-sama dengan industrisasi dan perkembangan ekonomi.
4. Perkembangan demokrasi
Perkembangan demokrasi memerlukan biaya yang sangat besar, termasuk
untuk mengadakan musyawarah-musyawarah, pemungutan suara, rapat-
rapat dan sebagainya.
5. Seringkali berkembangnya peranan pemerintah itu sendiri justru
mengakibatkan adanya ketidakefisienan, perekonomian, pemborosan dan
birokrasi sehingga pengeluaran pemerintah menjadi semakin besar.
6. Timbulnya program kesejahteraan masyarakat, seperti program panti
asuhan, rumah jompo dan sebagainya.
25
1. Efisiensi dalam Pengeluaran Pemerintah
Baik atau tidaknya hasil yang dapat dicapai oleh kebijaksanaan pemerintah
tergantung pada kualitas pemerintah itu sendiri. Apabila pemerintah tidak atau
kurang efisien, maka akan terjadi pemborosan dalam penggunaan faktor-faktor
produksi. Jika pemerintah terlalu berkuasa dan banyak menjalankan fungsi-fungsi
ekonomi didalam perekonomian suatu negara maka peranan swasta menjadi
semakin kecil, para individu dan juga badan-badan usaha tidak dapay lagi melatih
dirinya dalam menciptakan berbagai inisiatif secara efektif untuk mencapai
keputusan yang rasional yang sangat berguna bagi pencapaian keputusan dan
keuntungan yang maksimal. Sebaliknya apabila pemerintah terlalu sedikit
tanggung jawabnya terhadap masyarakat, maka kegiatan swasta akan dapat
merusak kehidupan masyarakat yaitu timbulnya kegiatan monopoli, tidak ada
usaha-usaha yang sangat penting untuk kepentingan umum yang diusahakan.
Untuk menilai kebijakan pemerintah, haruslah didasarkan pada pengaruh
dari kebijakan tersebut. Setiap kebijakan yang dilakukan olh pemerintah
mempunyai pengaruh terhadap alokasi sumber, atau kombinasi barang-barang
atau jasa-jasa yang dihasilkan oleh perekonomian. Pengaruh yang lain adalah
pengaruh kebijakan pemerintah terhadap distribusi barang-barang dan jasa-jasa
yang dihasilkan oleh perekonomian atau distribusi pendapatan riil. Kriteria yang
pada umumnya digunakan untuk menilai kebijakan pemerintah adalah:
a. Keadilan (equality)
b. Efisiensi ekonomis (Economic efficiency)
c. Kebapakan (Paternalisme)
26
d. Kebebasan perorangan.
2. Klasifikasi Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah dapat di nilai dari berbagai segi sehingga dapat
dibedakan menjadi sebagai berikut:
a. Pengeluaran itu merupakan investasi yang menambah kekuatan dan
ketahanan ekonomi di masa-masa yang akan datang.
b. Pengeluaran itu langsung memberikan kesejahteraan dan kegembiraan
bagi masyarakat.
c. Merupakan penghematan pengeluaran yang akan datang.
d. Menyediakan kesempatan kerja yang lebih banyak dan penyebaran tenaga
beli yang lebih luas.
Berdasarkan atas penilaian ini dapat membedakan bermacam-macam
pengeluaran negara seperti:
a. Pengeluaran yang “ self liquiding “ sebagian atau seluruhnya, artinya
pengeluaran pemerintah mendapatkan pembayaran kembali dari
masyarakat yang menerima jasa-jasa / barang-barang yang bersangkutan.
Misalnya pengeluaran untuk jasa-jasa perusahaan negara, atau untuk
proyek-proyek produktif barang ekspor.
b. Pengeluaran yang reproduktif, artinya mewujudkan keuntungan-
keuntungan ekonomis bagi masyarakat, yang dengan naiknya tingkatan
penghasilan dan sasaran pihak yang lain akhirnya akan menaikkan
penerimaan pemerintah. Misalnya pengeluaran untuk bidang pengairan,
27
pertanian, pendidikan, dan kesehatan masyarakat (public health) dan
sebagainya.
c. Pengeluaran yang tidak “ self-Liquiditing “ maupun yang tidak
reproduktif, yaitu pengeluaran yang langsung menambah kegembiraan dan
kesejahteraan masyarakat misalnya untuk bidang-bidang rekreasi,
pendirian monument, obyek-obyek tourisme dan sebagainya. Dalam hal
ini dapat juga mengakibatkan naiknya penghasilan nasional dalam arti
jasa-jasa tadi.
d. Pengeluaran secara langsung tidak reproduktif dan merupakan
pemborosan, misalnya untuk pembiayaan pertahanan atua perang
meskipun pada saat pengeluaran terjadi penghasilan perorangan yang
menerimanya akan naik.
e. Pengeluaran yang merupakan penghematan dimasa yang akan dating
misalnya pengeluaran untuk anak-anak yatim piatu. Kalau hal ini tidak
dijalankan sekarang, kebutuhan-kebutuhan pemeliharaan bagi mereka
dimasa mendatang pada waktu usia yang lebih lanjut pasti akan lebih
besar.
D. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk
nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan
tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Definisi
pertumbuhan yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada
28
kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf
hidup diukur dengan output riil per orang.
Secara umum, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan
dalam kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang
dan jasa-jasa. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk pada
perubahan yang bersifat kuantitatif (quantitative change) dan biasanya diukur
dengan menggunakan data produk domestic bruto (GDP), atau pendatan atau
output perkapita. Produk domestic bruto (GDP) adalah total nilai pasar (total
market value) dari barang-barang akhir dan jasa-jasa (final goods and service)
yang dihasilkan dalam suatu perekonomian selama kurun waktu tertenru (biasanya
satu tahun).
1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kenaikan Produktivitas
Sementara negara-negara miskin berpenduduk padat dan banyak hidup
pada taraf batas hidup dan mengalami kesulitan menaikkannya, beberapa negara
maju seperti Amerika Serikat dan Kanada, negara-negara Eropa Barat, Australia,
Selandia Baru, dan Jepang menikmati taraf hidup tinggi dan terus bertambah.
Pertambahan penduduk berarti pertambahan tenaga kerja serta berlakunya hukum
Pertambahan Hasil yang berkurang mengakibatkan kenaikan output semakin
kecil, penurunan produk rata-rata serta penurunan taraf hidup. Sebaliknya
kenaikan jumlah barang-barang capital, kemajuan teknologi, serta kenaikan
kualitas dan keterampilan tenaga kerja cenderung mengimbangi berlakunya
hukum pertambahan hasil yang berkurang. Penyebab rendahnya pendapatan di
29
negara-negara sedang berkembang adalah berlkunya hukum penambahan hasil
yang semakin berkurang akibat pertambahan penduduk sangat cepat, sementara
tak ada kekuatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi berupa pertambahan
kuantitas dan kualitas sumber alam, capital, dan kemajuan teknologi.
2. Teori dan Model Pertumbuhan Ekonomi
Dalam zaman ahli ekonomi klasik, seperti Adam Smith dalam buku
karangannya yang berjudul An Inguiry into the Nature and Causes of the Wealt
Nations, menganalisis sebab berlakunya pertumbuhan ekonomi dan faktor yang
menentukan pertumbuhan ekonomi. Setelah Adam Smith, beberapa ahli
ekonommi klasik lainnya seperti Ricardo, Malthus, Stuart Mill, juga membahas
masalah perkembangan ekonomi.
a. Teori Inovasi Schum Peter
Pada teori ini menekankan pada faktor inovasi entrepreneur sebagai motor
penggerak pertumbuhan ekonomi kapitalistik. Dinamika persaingan akan
mendorong hal ini.
b. Model Pertumbuhan Harrot-Domar
Teori ini menekankan konsep tingkat pertumbuhan natural. Selain
kuantitas faktor produksi tenaga kerja diperhitungkan juga kenaikan efisiensi
karena pendidikan dan latihan. Model ini dapat menetukan berapa besarnya
tabungan atau investasi yang diperlukan untuk melihat tingkat laju pertumbuhan
ekonomi natural yaitu angka laju pertumbuhan ekonomi natural dikalikan dengan
nisbah capital-output.
30
c. Model Input-Output Leontief.
Model ini merupakan gambaran menyeluruh tentang aliran dan hubungan
antar industry. Dengan menggunakan tabel ini maka perencanaan pertumbuhan
ekonomi dapat dilakukan secara konsisten karena dapat diketahui gambaran
hubungan aliran input-output antarindustri. Hubungan tersebut diukur dengan
koefisien input-output dalam jangka pendek/menengah dianggap konstan tak
berubah.
d. Model Pertumbuhan Lewis
Model ini merupakan model yang khusus menerangkan kasus negara
sedang berkembang banyak (padat) penduduknya. Tekanannya adalah pada
perpindahan kelebihan penduduk disektor pertanian ke sector modern kapitalis
industri yang di biayai dari surplus keuntungan.
e. Model Pertumbuhan Ekonomi Rostow
Model ini menekankan tinjauannya pada ejarah tahap-tahap pertumbuhan
ekonomi serta cirri dan syarat masing-masing. Tahap-tahap tersebut adalah tahap
masyarakat tradisional, tahap prasyarat lepas landas, tahap gerakan kea rah
kedewasaan, dan akhirnya tahap kosumsi tinggi.
3. Faktor penggerak pertumbuhan ekonomi
Dua hal esensial harus dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi
adalah, pertama sumber-sumber yang harus digunakan secara lebih efisien. Ini
berarti tak boleh ada sumber-sumber menganggur dan alokasi penggunaannya
kurang efisien. Yang kedua, penawaran atau jumlah sumber-sumber atau elemen-
31
elemen pertumbuhan tersebut haruslah diusahakan pertambahannya. Elemen-
elemen yang memacu pertumbuhan ekonomi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Sumber-sumber Alam
Elemen ini meliputi luasnya tanah, sumber mineral dan tambang, iklim,
dan lain-lain. Beberapa negara sedang berkembang sangat miskin akan sumber-
sumber alam, sedikitnya sumber-sumber alam yang dimiliki merupakan kendala
cukup serius. Dibandingkan dengan sedikitnya kuantitas serta rendahnya
persediaan capital dan sumber tenaga manusia maka kendala sumber alam lebih
serius.
2. Sumber-sumber Tenaga Kerja
Masalah di bidang sumber daya manusia yang dihadapi oleh negara-negara
sedang berkembang pada umumnya adalah terlalu banyaknya jumlah penduduk,
pendayagunaannya rendah, dan kualitas sumber-sumber daya tenaga kerja sangat
rendah.
3. Kualitas Tenaga Kerja yang Rendah
Negara-negara sedang berkembang tak mampu mengadakan investasi yang
memadai untuk menaikkan kualitas sumber daya manusia berupa pengeluaran
untuk memelihara kesehatan masyarakat serta untuk pendidikan dan latihan kerja.
4. Akumulasi Kapital
Untuk mengadakan akumulasi capital diperlukan pengorbanan atau
penyisihan konsumsi sekarang selama beberapa decade. Di negara sedang
berkembang, tingkat pendapatan daerah pada tingkat batas hidup mengakibatkan
usaha menyisihkan tabungan sukar dilakukan. Akumulasi capital tidak hanya
32
berupa truk, pabrik baja, plastik, dan sebagainya; tetapi juga melipuit proyek-
proyek infrastruktur yang merupakan prasyarat bagi industrilisasi dan
pengembangan serta pemasaran produk-produk sector pertanian. Akumulasi
capital sering kali dipandang sebagai elemen terpenting dalam pertumbuhan
ekonomi. Uasha-usaha untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dilakukan
dengan memusatkan pada akumulasi kapital. Hal ini karena, pertama, hampir
semua negara-negara berkembang mengalami kelangkaan barang-barang capital
berupa mesin-mesin dan peralatan produksi, bangunan pabrik, fasilitas umum dan
lain-lain. Kedua, penambahan dan perbaikan kualitas barang-barangmodal sangat
penting karena keterbatasan tersedianya tanah yang bisa ditanami.
4. Peranan penting pemerintah dalam pertumbuhan ekonomi
1. Beberapa negara sedang berkembang mengalami ketidakstabilan social,
politik, dan ekonomi. Ini merupakan sumber yang menghalangi
pertumbuhan ekonomi. Adanya pemerintah yang kuat dan berwibawa
menjamin terciptanya keamanan dan ketertiban hukum serta persatuan dan
perdamaian di dalam negeri. Ini sangat diperlukan bagi terciptanya iklim
bekerja dan berusaha yang merupakan motor pertumbuhan ekonomi.
2. Ketidakmampuan atau kelemahan sektor swasta melaksanakan fungsi
entrepreneurial yang bersedia dan mampu mengadakan akumulasi kapital
dan mengambil inisiatif mengadakan investasi yang diperlukan untuk
memonitori proses pertumbuhan.
33
3. Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil akumulasi kapital dan investasi
yang dilakukan terutama oleh sektor swasta yang dapat menaikkan
produktivitas perekonomian. Hal ini tidak dapat menaikkan produktivitas
perekonomian. Hal ini tidak dapat dicapai atau terwujud bila tidak
didukung oleh adanya barang-barang dan pelayanan jasa sosial seperti
sanitasi, dan program pelayanan kesehatan dasar masyarakat, pendidikan,
irgasi, penyediaan jalan dan jembatan serta fasilitas komunikasi, program-
program latihan dan keterampilan, dan program lainnya yang memberikan
manfaat kepada masyarakat.
4. Rendahnya tabungan-investasi masyarakat (sektor swasta) merupakan
pusat atau faktor penyebab timbulnya dilema kemiskinan yang
menghambat pertumbuhan ekonomi. Seperti telah diketahui hal ini karena
rendahnya tingkat pendapatan dan karena adanya efek demonstrasi meniru
tingkat konsumsi di negara-negara maju oleh kelompok kaya yang
sesungguhnya bisa menabung.
5. Hambatan sosial utama dalam menaikkan taraf hidup masyarakat adalah
jumlah penduduk yang sangat besar dan laju pertumbuhannya yang sangat
cepat. Program pemerintahlah yang mampu secra intensif menurunkan
laju pertambahan penduduk yang cepat lewat program keluarga berencana
dan melaksanakan program-program pembangunan pertanian atau daerah
pedesaan yang bisa mengerem atau memperlambat arus urbanisasi
penduduk pedesaan menuju ke kota-kota besar dan mengakibatkan
masalah-masalah social, politis, dan ekonomi.
34
6. Pemerintah dapat menciptakan semangat atau spirit untuk mendorong
pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cepat dan tidak hanya
memerlukan pengembangan faktor penawaran saja, yang menaikkan
kapasitas produksi masyarakat, yaitu sumber-sumber alam dan manusia,
kapital, dan teknologi; tetapi juga faktor permintaan luar negeri. Tanpa
kenaikan potensi produksi tidak dapat direalisasikan.
( http://ike 30791.student.umm.ac.id)
35
E. Definisi Konsepsional
Definisi konsepsional atau kerangka konsepsional adalah merupakan
pembatasan dalam pengertian tentang suatu konsep dalam permasalaha. Adapun
konsep yang dimaksud adalah menyangkut konsep tingkat bunga, konsep
investasi, konsep pengeluaran pemerintah, dan konsep PDRB.
a. Investasi
adalah pengeluaran yang ditujukan untuk menambah atau
mempertahankan persediaan kapital (capital stock). Persediaan kapital ini terdiri
dari pabrik-pabrik, mesin-mesin, kantor, dan barang tahan lama lainnya yang
dipakai dalam proses produksi. Termasuk dalam persediaan kapital adalah rumah-
rumah dan dan persediaan barang-barang yang belum dijual atau dipakai pada
tahun bersangkutan (inventory).
Menurut Winardi (1989 : 271), investasi adalah pembelian saham,
obligasi, dan barang-barang tidak bergerak dan investasi berbeda dengan
spekulasi, dalam teori ekonomi investasi pembelian alat-alat produksi (termasuk
didalamnya barang-barang untuk dijual dengan modal berupa uang).
b. Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah merupakan seperangkat produk yang dihasilkan
yang memuat pilihan atau keputusan yang dibuat oleh pemerintah untuk
menyediakan barang-barang publik dan pelayanan kepada masyarakat. Total
pengeluaran pemerintah merupakan penjumlahan keseluruhan dari keputusan
anggaran pada masing-masing tingkatan pemerintahan (Pusat-Prop-Kab/Kota).
36
c. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yaitu kenaikan Gross Domestic Product (GDP) /
Gross National Product (GNP) yang diartikan sebagai suatu peningkatan kapasitas
dan volume produksi yang dihasilkan daerah atau hasil perkembangan proses
aktivitas perekonomian, tanpa memandang apakah kenaikkan itu lebih besar atau
lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur
ekonomi terjadi atau tidak (Tarigan 2004 : 53)
F. Penelitian Terdahulu
a.Alkadri (1999)
Dalam penelitian yang berjudul “Sumber-Suber Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia”. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda
Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel
Bantuan Luar Negeri, PMA, PMDN, Pajak, Pengeluaran Pemerintah, dan
Pertumbuhna Angkatan Kerja berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia.
b. Thomas Budiman Syah (2005)
Penelitiannya yang berjudul “Analisis Penanaman Modal Asing Di
Indonesia”, bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi di
Indonesia khususnya di bidang Penanaman Modal Asing (PMA). Model yang
digunakan dalam penelitian ini adalah model persamaan dasar dari persamaan
estimasi OLS akan dikembangkan menjadi model penyesuaian Partial
Adjusment Model (PAM). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah
37
variabel penelitian yang signifikan mempengaruhi perubahan laju Penanaman
Modal Asing di Indonesia adalah adalah variabel PDB dan variabel Penanaman
Modal Asing Sebelumnya artinya semakin tinggi tingkat pertumbuhan
ekonomi (PDB) dan total Penanaman Modal Asing Sebelumnya semakin
mendorong laju Penanaman Modal Asing.
c. Boatai Wang (2004)
Boatai Wang menemukan hasil untuk perekonomian Kanada, dimana
pengeluaran pemerintah untuk kesehatan dan pendidikan mempunyai dampak
positif sementara infrastruktur, pembayaran hutang, berdampak negatif pada
investasi swasta. Dalam analisis tersebut, metode estimasi yang digunakan
adalah uji kointegrasi dan ECM.
d. Berument dan Burak Doğan (2002)
Berument & Burak Doğan menganalisis dampak asimetrik dari
pengeluaran pemerintah baik itu kontraksi maupun ekspansi terhadap
perekonomian Turkey. Data yang digunakan adalah data kwartalan dari tahun
1987:I hingga 2001:I. Hasil empiris yang ditemukan adalah bahwa konsumsi
dan investasi swasta menurun pada saat pengeluaran pemerintah meningkat
(ekspansif).
e. Haryo Kuncoro (2000)
Penelitian oleh Haryo Kuncoro mencoba mangamati dampak kebijakan
fiskal ekspansif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia melalui responsi
aktivitas ekonomi sektor swasta untuk periode 1969-1996. Analisis yang
38
dilakukan berdasarkan pada pendekatan pasar barang dengan menggunakan
Almost Ideal Demand System (AIDS).
Hasil yang diperoleh adalah bahwa kebijakan ekspansi fiskal yakni pada
peningkatan pengeluaran pembangunan tidak menyebabkan terjadinya
crowding out di pasar barang domestik. Desakan pengeluaran pembangunan
hanya terjadi secara parsial pada komponen pengeluaran investasi swasta.
Crowding out tidak terjadi atas pengeluaran konsumsi masyarakat. Secara
keseluruhan, kebijakan ekspansi anggaran tersebut tetap akan meningkatkan
pengeluaran sektor swasta dimana respon pada pasar barang bersifat positif
dengan begitu ouput nasional tidak mengalami penurunan.
f. Yeganeh Mousavi Jahromi dan Ayat Zayer (2008)
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk menganalisis pengaruh
dari defisit anggaran pada konsumsi swasta dan investasi di Iran (1942-1984).
Penelitian ini menggunakan pendekatan ARDL (autoregressive distributed lag)
untuk analisis kointegrasi antar variabel. Hasil temuan mengindikasikan bahwa
meskipun pengaruh defisit anggaran berdampak positif terhadap konsumsi
swasta, tetapi tidak ada hubungan dalam jangka panjang antar variabel. Selain
itu, penelitian tersebut menemukan bahwa terdapat hubungan jangka panjang
antara defisit anggaran dengan investasi swasta. Hubungan tersebut
menunjukan bahwa defisit anggaran berpengaruh negatif terhadap investasi
swasta.
39
g. Davide Furceri dan Ricardo M. Sousa (2009)
Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis pengaruh dari
pengeluaran pemerintah terhadap sektor swasta untuk mengetahui apakah
terjadi fenomena crowding out atau crowding in. Penelitian tersebut
menggunakan data panel 145 negara dari tahun 1960 dampai dengan tahun
2007. Model yang dibangun adalah dengan menganalisis hubungan antara
pertumbuhan konsumsi swasta dan perubahan dalam rasio pengeluaran
pemerintah atas GDP, serta satu model lain yang menganalisis hubungan
pertumbuhan investasi swasta terhadap rasio pengeluaran pemerintah atas
GDP. Model tersebut memliki spesifikasi model yang sama dengan model
yang digunakan Romer dan Romer (2007) serta Furceri dan Karras (2009)
yang digunakan untuk menghitung pengaruh perubahan pajak terhadap
aktivitas ekonomi. Untuk menghindari kesalahan dalam spesifikasi model
maka ditambahkan sebuah variabel pengontrol, yaitu defisit anggaran sebagai
rasio atas GDP. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pengeluaran
pemerintah dapat menimbulkan dampak crowding out bagi sektor swasta, baik
itu konsumsi maupun investasi.
40
G. Kerangka Pikir
Skema Kerangka Pikir
Dari skema diatas dapat dijelaskan bahwa Investasi dan pengeluaran pemerintah
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur secara
makro. Diman dengan bertambahnya investasi maka dapat meningkatkan pula
pada pertumbuhan ekonomi, begitu juga sebaliknya. Pada pengeluaran pemerintah
pun memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi karena pemerintah
ikut andi dalam penyediaan sarana dan prasarana daerah seperti pendidikan,
prasarana transportasi dan lain-lain.
Investasi
( I )
Pertumbuhan
Ekonomi
( Y )
Pengeluaran
Pemerintah
( G )
41
H. Hipotesis
Berdasarkan pada latar belakang, pengamatan sementara dan dasar
pemikiran secara teoritis sesuai dengan masalah penelitian ini, maka dapat diambil
suatu hipotesis penulis, adalah:
1. Investasi, dan Pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh signifikan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kalimantan Timur.
2. Variabel investasi mempunyai pengaruh yang signifikan dibandingkan
variabel pengeluaran pemerintah di Kalimantan Timur.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional
Untuk melihat suatu gambaran yang jelas mengenai indicator yang akan
digunakan dalam penelitian ini, maka konsep-konsep yang telah dikemukakan
terlebih dahulu secara operasional dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Investasi
Investasi adalah besarnya dana yang ditanamkan untuk kemudian dikelola
selama periode 2000 sampai dengan 2009 di Provinsi Kalimantan Timur, dalam
penulisan ini di beri symbol X1.
b. Pengeluaran pemerintah
Pengeluaran pemerintah adalah semua biaya (nilai tambah) yang
dikeluarkan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pemerintah dalam rangka melaksanakan fungsi pelayanan publik pada periode
2000 sampai dengan 2009 di Propinsi Kalimantan Timur, dalam penulisan ini di
beri symbol X2.
c. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah gambaran dan pertumbuhan total PDRB
yang dihitung atas harga berlaku yaitu perbandingan antara nilai PDRB pada suatu
tahun dengan tahun sebelumnya dari tahun 2000 sampai dengan 2009., penulisan
ini di beri symbol Y.
43
B. Rincian Data Yang Diperlukan
Obyek penelitian adalah pengaruh tingkat bunga, investasi, dan
pengeluaran pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Timur.
Dengan demikian untuk mengetahui apakah tingkat bunga, investasi, dan
pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh dan variabel mana yang
berpengaruh dominan terhadap Pertumbuhan Ekonomi, maka diperlukan data-data
sebagai bahan utama di dalam melakukan penelitian.
Adapun data-data yang diperlukan secara garis besar sebagai berikut :
a. Jumlah realisasi investasi yang masuk di Kalimantan Timur terutama
Penanaman Modal Asing maupun Penanaman Modal dalam Negeri.
b. Jumlah pengeluaran pemerintah Kalimantan Timur untuk pembangunan
dan bantuan proyek.
c. Gambaran umum perkembangan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur
dilihat dari PDRB.
d. Serta data-data lainnya yang mendukung penelitian ini.
C. Ruang Lingkup Penelitian
Guna membatasi ruang lingkup penelitian ini maka penulis hanya
menguraikan investasi yang didapat dari seluruh realisasi investasi yang
ditanamkan di Provinsi Kalimantan Timur baik Penanaman Modal Asing (PMA)
maupun maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), selanjutnya
Pengeluaran Pemerintah yang dimaksudkan adalah program untuk pembangunan
dan bantuan proyek di Kalimantan Timur, dan Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan
44
Timur yang dilihat dari nilai PDRB menurut harga berlaku. Semua data ini di
ambil dari tahun 2000-2009 yang merupakan data sekunder maka penelitian ini
dilaksanakan pada instansi-instansi pemerintah di Kalimantan Timur.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data sehubungan dengan
penulisan skripsi ini yaitu:
1. Penelitian Lapangan
Yaitu data yang langsung diperoleh dengan cara menghubungi instansi-
instansi yang terkait. Dalam hal ini adalah Badan Pusat Statistik Kalimantan
Timur.
2. Penelitian Kepustakaan
Yaitu suatu kegiatan penelitian yang penulis lakukan dengan
mengumpulkan dan mempelajari buku-buku yang ada hubungannya dengan
penulisan dasar-dasar teori yang penulis kemukakan.
F. Alat Analisis dan Pengujian Hipotesis
Untuk mengukur besarnya Investasi dan pengeluaran pemerintah
digunakan fungsi Coob Douglas, dengan persamaan sebagai berikut:
P = b0 Ib1.
Gb2
Dimana :
P = Pertumbuhan Ekonomi
I = Investasi
G = Pengeluaran Pemerintah
45
Besarnya b0b1b2 dapat diperoleh dengan menggunakan fungsi statistic
linier berganda dengan menggunakan Log sebagai berikut:
LogP = LogA + b1LogI + b2Log G
Dimana:
LogP = Y
LogA = b0
LogI = X1
LogG = X2
Maka
Y = b0 + b1X1 + b2X2 Untuk menghitung b0, b1, dan b2 digunakan rumus sebagai
berikut :
∑
∑ ∑
∑ ∑
∑
∑
∑ ∑
∑ ∑
∑
Selanjutnya untuk menguji pengaruh secara simultan uji F untuk parsial dengan
uji t.
⁄
⁄
46
Dimana:
√ ∑ ∑
∑
Hipotesis menyatakan x berpengaruh signifikan terhadap Y
Rumusan hipotesis
diterima apabila ; H0
ditolak apabila
Proses selanjutnya adalah:
H0 : 1 : 2 = 0 berarti variabel x1 dan x2 tidak ada hubungannya yang nyata
dengan variabel Y.
H1 : 1 : 2 ≠ 0 berarti x1 dan x2 ada hubungan yang nyata dengan variabel Y.
Alat analisis Regresi Linier Berganda, Uji t dan uji F dibantu dengan
menggunakan program computer SPSS.
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis Dan Batas Administratif Wilayah
Provinsi Kalimantan Timur merupakan propinsi terluas kedua di
Indonesia, dengan luas wilayah 245.237,80 km2 atau sekitar satu setengah kali
Pulau Jawa dan Madura atau 11% dari total luas wilayah Indonesia. Juga
merupakan penghasil devisa utama bagi negara, khususnya dari sektor
pertambangan. Provinsi Kalimantan Timur dengan luas 24.523.780 Ha(daratan
20.039.500 Ha, perairan Laut 4.484.280 Ha), secara astronomi terletak pada 113º
44‟ – 118º59‟ Bujur Timur dan 04º25‟ Lintang Utara - 02º25‟ Lintang Selatan.
Secara administratif, Propinsi Kalimantan Timur dengan batas wilayah
sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Negara Bagian Sabah Malaysia Timur.
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Makasar dan Laut Sulawesi.
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Selatan.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengan dan Negara
Bagian Serawak Malaysia Timur.
48
Kalimantan Timur sebagai wilayah administrasi dibentuk berdasarkan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1956 dengan Gubernurnya yang pertama
adalah APT Pranoto. Sebelumnya Kalimantan Timur merupakan salah satu
karesidenan dari Provinsi Kalimantan. Sesuai dengan aspirasi rakyat, sejak tahun
1956 wilayahnya dimekarkan menjadi tiga Provinsi, yaitu Kalimantan Timur,
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat. Daerah-daerah Tingkat II di dalam
wilayah Kalimantan Timur, dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 27 Tahun
1959, Tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara
Tahun 1955 No.9). Dengan adanaya perkembangan dan pemekaaran wilaayah,
provinsi terluas kedua setelah Papua ini di bagi menjadi (sembilan) Kabupaten, 4
(empat) Kota, 124 Kecamatan dan 1.404 Desa/ Kelurahan. Kemudian menyusul
kembali Kabupaten baru yaitu Kabupaten Tana Tidung. Sesuai dengan UU No. 34
tahun 2007, tentang Pembentukan Kabupaten Tana Tidung. Kabupaten ini
kemudian di sahkan oleh Presiden RI pada tanggal 10 Juli 2007. Kabupaten Tana
Tidung resmi menjadi Kabupaten ke-10 atau Daerah Otonom ke -14 di Provinsi
Kalimantan Timur.
Kalimantan Timur merupakan salah satu pintu gerbang pembangunan di
wilayah Indonesia bagian timur. Daerah yang juga dikenal gudang kayu dan hasil
pertambangan ini mempunyai ratusan sungai yang tersebar pada hampir semua
kabupaten/kota dan merupakan sarana angkutan utama disamping angkutan darat,
dengan sungai yang terrpanjang Sungai Mahakam.
49
Daerah Kalimantan Timur tidak terlepas dari gugusan gunung dan
pegunungan yang tersebar hamper di seluruh kabupaten, yaitu ada sekitar 13
gunung. Gunung yang paling tinggi di Kalimantan Timur yaitu Gunung Makita
dengan ketinggian 2.987 meter yang terletak di Kabupaten Bulungan. Sedang
untuk danau yang berjumlah sekitar 17 buah, keseluruhannya berada kabupaten
Kutai dengan danau yang paling luas yaitu Danau Jempang, Danau Semayang dan
Danau Melintang dengan luas masing – masing 15.000 hektar, 13.000 hektar, dan
11.000 hektar. Kalimantan Timur juga memiliki beberapa tujuan pariwisata yang
menarik seperti kepulauan Derawan di Berau, Taman Nasional Kayan Mentarang
dan Pantai Batu Lamampu di Nunukan, peternakan buaya di Balikpapan,
peternakan rusa di Penajam, Kampung Dayak Pampang di Samarinda, Pantai
Amal di Kota Tarakan, Pulau Kumala di Tenggarong, dan lain-lain. Di
Kalimantan Timur kira-kira tumbuh sekitar 1000-189.000 jenis tumbuhan antara
lain anggrek hitam yang harga per bunganya dapat mencapai Rp: 100.000-
500.000 Tapi ada kendala dalam menuju tempat-tempat di atas yaitu transportasi.
Banyak bagian di provinsi ini masih tidak memiliki jalan aspal, jadi banyak orang
berpergian dengan perahu dan pesawat terbang dan tak heran jika di Kalimantan
Timur memiliki banyak bandara perintis.
50
B. Keadaan Penduduk Kalimantan Timur
2. Jumlah, Pertumbuhan, Persebaran, Kepadatan dan Komposisi
Penduduk.
Kondisi umum penduduk Kalimantan Timur dari tahun ke tahun tercatat
memang selalu mengalami peningkatan yang cukup berarti. Jumlah penduduk
pada tahun 2003 sebesar 2.704.851 jiwa, meningkat menjadi 3.024.800 jiwa pada
tahun 2007. Berarti dalm periode tersebut penduduk Kalimantan Timur telah
bertambah lebih kurang 80 ribu jiwa setiap tahunnya.
Pertumbunhan penduduk Kalimantan Timur sebenarnya tidak merata
sepanjang tahun. Sebagai contoh, pertumbuhan penduduk pada periode 2003–
2004 sebesar 1,63 persen, pada periode 2004-2005 sebesar 4,97 persen, periode
2005-2006 sebesar 2,37 persen, sedangkan periode 2006-2007 sebesar 2,34
persen.
Pada tahun 2006-2007 pertumbuhan penduduk di setiap kabupaten/kota
menunjukan peningkatan. Secara persentase, peningkatan tertinggi terjadi di
Kabupaten Nunukan sebesar 6,01 persen, sedangkan kota lainnya
pertumbuhannya sebesar 1,02-5,57 persen.
Sebagaimana pertumbuhan penduduk, persebaran penduduk d Kalimantan
Timur juga tidak merata/. Pada tahun 2007 porsi terbesar penduduk di Kalimantan
Timur berada di Kota Samarinda (19,78 %), yang merupakan ibu kota Provinsi
51
Kalimantan Timur. Selebihnya berada di Kabupaten Kutai Kartanegara (17,15 %),
Kota Balikpapan (16,44 %) dan di Kabupaten/kotaa lain berkisasr 1-7%.
Pola persebaran penduduk Kalimantan Timur menurut luas wilayah sangat
timpang, sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat kepadatan
penduduk antar daerah yang mencolok, terutama antar daerah kabupaten dengan
daerah kota. Wilayah kabupaten dengan luas 98,87 persen wilayah Kalimantan
Timur dihuni oleh sekitar 53,73 persen dari total penduduk Kalimantan Timur.
Sedangkan selebihnya, yaitu sekitar 46,27 persen menetap di daerah kota dengan
luas 1,13persen dari luas wilayah Kalimantan Timur seluruhnya. Akibatnya
kepadatan penduduk di derah kabupaten hanya berkisar 1-39 jiwa/km²,
dibanmding kepadatan penduduk di Kota Balikpapan sebanyak 886,69 jiwa/km²,
Kota Samarinda 831,31 jiwa/km², Kota Tarakan 696,12 jiwa/km² dan Kota
Bontang 796,03 jiwa/km². sedangkan kepadatan penduduk Kalimantan Timur
adalah 15,24 jiwa/km².
52
Tabel 1. Tingkat Kepadatan Penduduk Kalimantan Timur
2000 – 2009
Tahun Pertumbuhan
Penduduk
Jumlah
Penduduk
Kepadatan Penduduk Per
Km²
2000 2,52 2 436 545 8,88
2001 2,88 2 494 625 11,52
2002 2,56 2 558 572 10,43
2003 5,72 2 704 851 11,03
2004 1,68 2 750 369 13,18
2005 4,97 2 887 100 14,55
2006 2,37 2 955 500 14,89
2007 2,34 3 024 800 15,24
2008 2,31 3 094 700 15,60
2009 2,27 3 164 800 15,95
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur, diolah
B. Gambaran Umum Investasi Kalimantan Timur
1. Kondisi Investasi Kalimantan Timur
Perkembangan investasi Penanaman Modal Dalam Negeri dan Asing
(PMDN/PMA) dalam kurun waktu 2007 – 2009 (kondisi September) melalui
Surat Persetujuan PMDN/PMA oleh Pemerintah Pusat melalui BKPM baik baru,
perluasan, perumahan maupun alih status PMDN ke PMA dan PMA ke PMDN
serta Ijin Usaha Tetap (IUT/IUI) yang dihimpun dan dikelola oleh Badan
Perijinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Provinsi Kalimantan Timur
adalah merupakan gambaran perkembangan dan pertumbuhan investasi di
Kalimantan Timur.
Gambaran perkembangan investasi ini sebagai bahan informasi para
pengambil keputusan dan sebagai pelengkap dalam membuat perencanaan untuk
53
menentukan arah dan langkah kebijaksanaan pada tahun berikutnya, sehingga
sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai secara cepat, tepat dan berhasil guna,
juga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi atas hasil-hasil yang telah dicapai
dalam pelaksanaan program pengembangan investasi di Provinsi Kalimantan
Timur, baik oleh Pemerintah maupun Dunia Usaha khususnya melalui peranan
perusahaan PMDN/PMA.
Dari jumlah investasi tahun 2000 – 2009 proyek PMDN di Kalimantan
Timur, yang dapat terealisasi sebanyak 122 buah proyek dengan jumlah investasi
sebesar Rp. 11,73 triliun.
Sedangkan proyek PMA yang telah mendapatkan realisasi pemerintah
untuk lokasi Kalimantan Timur selama tahun 2000 – 2009 sebanyak 183 buah
proyek dengan jumlah 57,08 triliun.
Rendahnya realisasi investasi proyek PMDN/PMA melalui proyek
penanaman modal perlu diadakan pengkajian melalui kegiatan evaluasi. Untuk
mengetahui seberapa jauh sumbangan masing-masing sektor memberikan
kontribusi pembangunan di bidang ekonomi khususnya di Kalimantan Timur. Dari
evaluasi perkembangan realisasi investasi di Kalimantan Timur dalam
meningkatkan minat investasi di Kalimantan Timur telah tergambarkan bahwa
minat investor untuk melakukan pengurusan ijin investasi di daerah sejak
pelimpahan kewenangan persetujuan investasi dan ijin pelaksanaannya dari
Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah sangat tinggi. Kondisi ini akan
membawa dampak terhadap pertumbuhan perekonomian Kalimantan Timur pada
54
khususnya dan Indonesia pada umumnya, akan tetapi realisasi secara riil masih
sangat rendah jika dibandingkan dengan rencana minat investasi.
Dalam hal ini upaya yang dilakukan untuk mencapai target pertumbuhan
investasi di Kalimantan Timur, diperlukan peningkatan investasi diantaranya
melalui penciptaan iklim investasi yang kondusif.
Khusus bagi invetasi yang berfasilitas PMDN dan PMA telah dikeluarkan
oleh pemerintah berupa kebijakan reformasi di bidang investasi sejak tahun 1998
dengan tujuan menyebarluaskan titik pelayanan investasi melalui pelimpahan
kewenangan pemberian persetujuan dengan tanpa batas, serta perizinan
penanaman modal kepada Pemerintah Daerah di Indonesia.
Adapun aspek-aspek yang menjadi dasar untuk pengembangan penanaman
modal diarahkan kepada:
a. Meningkatkan kemampuan potensi sumber daya alam (SDA), peluang
usaha dari keunggulan komperatif menjadi unggulan kompetitif
(pengembangan infrastruktur, sarana prasarana fisik dan lain-lain)
b. Meningkatkan iklim usaha yang semakin kondusif dari tahun-tahun
sebelumnya, perolehan lahan/perizinan mudah dan lancar, demikian
juga aspek permodalan, tenaga kerja, insentif-insentif yang dapat
menjadi daya tarik bagi calon investor.
Kemampuan promosi, dengan tersedianya data-data potensi sumber daya
alam (SDA) melalui buku-buku, profil, leatfet dan booklet serta penyediaan
55
sarana promosi investasi melalui penggunaan Teknologi Informasi yang dapat
menjangkau komunikasi seluruh dunia.
Tabel 2. Realisasi Investasi di Kalimantan Timur
2000-2009
Tahun
PMDN PMA TOTAL
Jumlah
Proyek
Modal
(000.000 Rp)
Jumlah
Proyek
Modal
(000.000 Rp)
Jumlah
Proyek
Modal
(000.000 Rp)
2000 4 254.873 13 20.501 17 275.374
2001 9 278.560 7 38.013 16 316.573
2002 11 481.421 4 88.034 15 569.455
2003 5 246.755 9 396.453 14 643.208
2004 5 715.235 21 720.015 26 1.435.250
2005 18 1.574.001 18 119.292 36 1.693.293
2006 8 1.523.515 30 253.049 38 1.776.564
2007 30 1.277.124 22 917.223 52 2.194.347
2008 24 832.318 6 2.805.416 30 3.637.734
2009 8 4.754.458 8 350.017 16 4.897.475
C. Gambaran Umum Pengeluaran Pemerintah Kalimantan Timur
1. Pengeluaran Pemerintah Kalimantan Timur
Selama tahun anggaran 2009 jumlah pengeluaran pemerintah daerah
Provinsi Kalimantan Timur sebesar Rp. 7.788.984 juta rupiah yang berarti
mengalami kenaikan sebesar 15,00 persen apabila dbandingkan dengan jumlah
pengeluaran pada tahun anggaran sebelumnya sebesar Rp. 4.343.593 juta rupiah.
Begitu pula dengan realisasi pengeluaran atau belanja pemerintah Provinsi
Kalimantan Timur pada tahun 2009 bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya
juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 belanja terbesar adalah belanja
operasi, sebesar Rp. 5.429.283 juta rupiah atau sebesar 59,11 persen dari total
pengeluaran, kemudian disusul belanja modal yang sebesar Rp. 1.863.117 juta
56
rupiah, dan yang terakhir adalah pengeluaran transfer sebesar Rp. 716.581 juta
rupiah atau sebesar 11,36 persen.
Pada komponen belanja operasi hampir semua belanja mengalami
peningkatan terkecuali belanja hibah yang justru mengalami penurunan yang
sangat signifikan yaitu dari Rp. 1.173.200 juta pada tahun 2008 menjadi Rp.
410.100 juta pada tahun 2009 atau mengalami penurunan sebesar 65,04 persen.
Sama juga seperti belanja operasi, pada komponen belanja modal juga
sebagian besar mengalami peningkatan kecuali belanja yang mengalami
penurunan yaitu belanja bangunan dan gedung dan belanja aset tetap lainnya.
Tabel 3. Realisasi Pengeluaran Pembangunan Kalimantan Timur
2000-2009
Tahun Pengeluaran Pemerintah
2000 223.272.106
2001 588.572.507
2002 6.655.841.262
2003 1.872.669.876
2004 2.524.292.803
2005 3.110.292.050
2006 3.382.568.000
2007 5.191.809.000
2008 7.442.550.149
2009 5.429.283.000
57
D. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kalimantan Timur.
Mengenai perkembangan perekonomian daerah Kalimantan Timur
tercermin dari pertumbuhan perekonomian daerah dan ini dapat dilihat dari
perkembangan PDRB untuk setiap tahunnya.
PDRB untuk seluruh sektor perekonomian daerah dengan migas maupun
non migas untuk daerah Kalimantan Timur dari tahun 2000-2009 terus meningkat
yaitu perinciannya pada tabel beriku
Tabel 4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Harga Berlaku
2000-2009 Menurut Lapangan Usaha (000.000 Rp)
NO Lapangan Usaha 2000 2001 2002 2003 2004
1 PERTANIAN 5.657.819 6.100.619 6.674.439 7.439.130 8.502.194
2 PERTAMBANGAN 28.678.136 32.763.262 32.206.172 40.364.120 52.958.076
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 34.991.630 37.768.071 37.574.394 38.938.178 49.037.351
4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 166.818 211.001 255.677 344.977 408.711
5 BANGUNAN 1.978.700 2.457.337 2.787.809 3.128.026 3.539.046
6 PERDAGANGAN, HOTEL, &
KOMUNIKASI 5.253.763 5.866.252 6.247.116 6.805.545 8.497.520
7 PENGANGKUTAN &
KOMUNIKASI 2.802.383 3.097.614 3.666.178 4.266.235 4.839.901
8 KEUANGAN,PERSEWAAN &
JASA PERUSAHAAN 1.527.088 1.779.467 1.947.552 2.185.915 2.605.081
9 JASA-JASA 1.390.715 1.846.772 2.410.594 2.891.468 3.316.193
58
PDRB 82.447.052 91.890.396 93.769.927 106.453.595 133.704.074
NO Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009
1 PERTANIAN 9.535.872 10.792.274 13.519.394 15.663.600 16.215.161
2 PERTAMBANGAN 76.699.235 83.608.302 95.606.495 144.474.651 132.617.590
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 65.988.813 71.805.685 74.879.047 107.982.253 75.360.428
4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 536.350 584.252 650.628 715.026 812.322
5 BANGUNAN 4.045.187 4.681.260 5.711.714 6.711.578 7.612.704
6 PERDAGANGAN, HOTEL, &
KOMUNIKASI 10.463.894 12.746.465 14.689.058 18.081.799 21.779.604
7 PENGANGKUTAN &
KOMUNIKASI 6.023.522 6.910.832 7.885.269 9.360.582 10.530.251
8 KEUANGAN,PERSEWAAN &
JASA PERUSAHAAN 3.028.656 3.491.324 4.540.329 5.632.969 6.336.442
9 JASA-JASA 3.967.560 4.967.731 5.873.718 6.597.904 10.149.713
PDRB 180.289.090 199.588.125 223.364.652 315.220.363 281.414.215
59
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis
Berdasarkan data yang di peroleh dari Kantor Badan Pusat Statistik
Kalimantan Timur mengenai Invetasi, Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan
Ekonomi di Kalimantan Timur maka akan dilakukan analisis terhadap data-data
tersebut.
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang dianalisis yaitu Investasi
(X1), Pengeluaran Pemerintah (X2), dan Pertumbuhan Ekonomi (Y), dimana
Investasi dan Pengeluaran Pemerintah sebagai variabel bebas dan PDRB sebagai
variabel tidak bebas. Sedangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi PDRB
dianggap konstan.
Perhitungan ini mengggunakan alat analisis fungsi Cobb Douglas sebagai
berikut : Q = AKαL, selanjutnya sesuai dengan penelitian ini fungsi tersebut
menjadi : P = A Ib1
Gb2
. Dari fungsi ini digunakan rumus linier berganda unutk
menganalisis hubungan yang lebih dari dua variabel atau variabel independennya
lebih dari satu. Maka digunakan bentuk persamaan sebagai berikut :
Y = b0 + b1X1 + b2X2
Dimana :
Y = Pertumbuhan Ekonomi
b0 = Intercepts
b1 = Menunjukkan besarnya pengaruh X1 terhadap Y
60
b2 = Menunjukkan besarnya pengaruh X2 terhadap Y
X1 = Investasi
X2 = Pengaruh Pengeluaran Pemerintah
Untuk membahas permasalahan yang telah dikemukakan dalam
penulisan skripsi ini, semua data dan informasi yang diperoleh dianalisis guna
menguji hipotesis yang telah diajukan pada bab terdahulu.
Masing-masing variabel yang di ukur dalam penelitian ini dapat dilihat
lebih rinci pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.
Data Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, dan Pengeluaran Pemerintah
Kalimantan Timur Tahun 2000-2009
No Tahun Investasi (X1)
(Rp)
Pengeluaran
Pemerintah (X2)
(Rp)
Pertumbuhan Ekonomi (Y)
(Rp)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
275.374
316.573
569.455
643.208
1.435.250
1.693.293
1.776.564
2.194.347
3.637.734
4.897.475
223.272.106
588.572.507
929.306.392
1.307.132.801
2.524.292.803
3.110.292.050
3.382.568.000
5.191.809.000
7.442.550.149
5.429.283.000
82.447.052
91.890.396
93.769.927
106.453.595
133.704.074
180.289.090
199.588.125
223.364.652
315.220.363
281.414.215
61
Hasil perhitungan Investasi (I), dan Pengeluaran Pemerintah (G),
terhadap Pertumbuhan Ekonomi (P) di Kalimantan Timur, kemudian dianalisis
dengan menggunakan program SPSS ( Statistic Pockage for Sosial Science ) versi
16.00 yang hasilnya dan ditabulasikan sebagai berikut:
Tabel 6.
Hasil Pengujian Regresi
Model Koef.Reg SE Beta t Sig.
Konstan 6.715E7 6.329E6 10.610 0.000
Investasi 16.445 5.832 0.299 2.820 0 .026
Pengeluaran
Pemerintah 0.025 0.004 0.716 6.745 0.000
Variabel Dependen : Pertumbuhan Ekonomi
R = 0.992a
R2 = 0.984
Adjusted R2 = 0.979
F = 211.578
0.000 Sumber data : Hasil analisis SPSS
Sehingga dapat disimpulkan persamaan garis regresinya adalah :
Y = b0 + b1X1 + b2X2
Dimana :
Y = 67146956.692 + 16.445X1 + 0.025X2
Hasil koefisien regresi dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Nilai konstanta (b0) = 67146956.692, dapat diartikan apabila investasi dan
pengeluaran pemerintah bertambah maka pertumbuhan ekonomi
Kalimantan Timur akan naik sebesar 67146956.692.
2. Nilai koefisien (b1) = 16.445 dapat diartikan jika investasi bertambah satu
rupiah maka pertumbuhan ekonomi akan bertambah sebesar 16.445 rupiah.
3. Nilai koefisien (b2) = 0.025 dapat diartikan jika pengeluaran pemerintah
bertambah satu rupiah maka pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur
naik sebesar 0.025 rupiah, dengan asumsi variabel yang lain tetap.
62
1. Nilai Koefisien Korelasi
Setelah mengetahui nilai b0, b1, b2 serta persamaan garis regresinya, maka
untuk mengukur tingkat keeratan hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi (b0 )
dengan Investasi (b1) dan Pengeluaran Pemerintah (b2) yaitu dengan cara
menghitung koefisien korelasinya sebagai berikut :
R = 0,992a
Angka tersebut menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sangat kuat
antara investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi
Kalimantan Timur.
Selanjutnya untuk mengukur nilai koefisien determinasinya dari koeffisien
korelasinya diperoleh nilai :
R2
= 0,984
Yang artinya bahwa variabel Y (Pertumbuhan Ekonomi) sebanyak 98,4
persen disebabkan oleh pengaruh variabel X (Investasi, Pengeluaran Pemerintah),
sedangkan sisanya 1,6 % disebabkan oleh variabel yang lain yang tidak
dimasukkan ke dalam penelitian ini.
2. Pengujian Hipotesis dengan uji F
Pengujian garis regresi dengan mempergunakan uji F dilakukan pada
tingkat signifikan 5% (Level of Significant 0,05), dimana derajat kebebasan
pembilang (k- 1 : 3-1 =2) dan derajat kebebassan penyebut (n – k - 1; 10- 3 - 1 =6)
63
dan nilai yang diperoleh Ftabel adalah 19.330 sedangkan niali F hitung yang
diperoleh dari hasil perhitungan SPSS adalah 211.578 .
Karena 211.578 > 19.330 (Fhitung > Ftabel ), maka H0 ditolak dan
menerima H1 yang berarti bahwa Investasi dan Pengeluaran Pemerintah serta
Angkatan Kerja berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Timur.
Hal ini berarti bahwa Investasi dan Pengeluaran Pemerintah mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Timur.
3. Uji t (Uji parsial / secara terpisah)
Pengujian parsial atau terpisah terhadap masing – masing variabel
independent terhadap variable dependent dengan menggunakan Uji t pada tingkat
kepercayaan 95% atau a / 2 = 0,05 / 2 = 0,025. Dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 7.
Hasil Pengujian Regresi
Bedasarkan hasil perhitungan pada tabel 7, diperoleh nilai thitung dari variabel :
Investasi = 2,820
Pengeluaran Pemerintah = 6,745
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 67146956.692 6328811.151 10.610 .000
Investasi 16.445 5.832 .299 2.820 .026
Pengeluaran_Pemerintah .025 .004 .716 6.745 .000
a. Dependent Variable: Pertumbuhan_Ekonomi
64
Untuk mengetahui nilai ttabel dicari pada α / 2 = 0,05 / 2 = 0,0025 ( uji
satu arah ) dengan derajat kebebasan (df) : n – k = 10 – 3 = 7, maka diperoleh
ttabel sebesar 2,365 .
Uji parsial yang dikenal dengan uji t untuk melihat apakah variabel
investasi dan pengeluaran pemerintah serta angkatan kerja mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hal yang harus dilakukan adalah
membandingkan antara thitung dan ttabel pada tingkatan signifikan 0,025 (uji satu
arah) dan derajat kebebasan (df) = 3.
a). Pengaruh Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Kriteria pengujian :
Bila thitung > ttabel maka ditolak H0 dan diterima H1
Bila thitung < ttabel maka diterima H0 dan ditolak H1
Pengujian koefisien regresi variabel investasi adalah :
H0: secara terpisah tidak ada pengaruh signifikan antara investasi
dengan pertumbuhan ekonomi.
H1: secara terpisah ada pengaruh signifikan antara investasi
dengan pertumbuhan ekonomi.
Dari hasil perhitungan nilai thitung = 2,820 sedangkan ttabel = 2,365 jadi
bedasarkan perhitungan tersebut thitung > ttabel atau 2,820 > 2,365 dimana H0 ditolak
dan menerima H1; artinya investasi berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi.
b). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi
memperoleh hasil perhitungan nilai thitung = 6,745 sedangkan ttabel = 2,365 jadi
65
bedasarkan perhitungan tersebut thitung > ttabel atau 6,745 > 2,365 dimana H0
ditolak dan menerima H1; artinya pengeluaran pemerintah berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
B. Pembahasan
Penelitian ini digunakan untuk mengungkapkan faktor – faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur (Y) dengan beberapa
faktor yang mempengaruhinya dalam hal ini investasi (X1) dan pengeluaran
Pemerintah (X2).
Dari hasil penelitian dan dilakukakn analisis data, maka diperoleh
persamaan kedalam fungsi regresi sebagai berikut :
Y = 67146956.692 + 16.445X1 + 0.025X2
melihat pengaruh dari sisi investasi (X1), dan pengeluaran pemerintah (X2)
terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur, maka diperoleh bahwa:
1. Investasi berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
2. Pengeluaran Pemerintah berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi.
3. Pengeluaran pemerintah lebih berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi dibandingkan Investasi.
66
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan analisis dan pembahasan pada bab – bab sebelumnya,
berikut ini akan disajikan beberapa kesimpulan sekaligus saran yaitu:
A.1. Kesimpulan Umum
a. PDRB merupakan salah satu pengukur laju pertumbuhan ekonomi suatu Negara
dapat dilihat dari tingkat produksi barang – barang dan jasa sebagai hasil
kombinasi dari faktor – faktor produksi di berbagai sektor ekonomi masyarakat.
Keseluruhan dari kegiatan ekonomi sektoral ini disebut sebagai sturktur
perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya berkelanjutan
merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi.
b. Pelaksaan Revitalisasi Pertanian Dalam Arti Luas selama ini belum berjalan
secara optimal karena, Pemerintah Provinsi dari tahun Penelitian ini masih
mengandalkan sektor pertambangan dan Penggalian untuk penyumbang PDRB
terbesar saat ini, sehingga masih berfokus ke sektor tersebut. Oleh karena itu,
kedepannya diperlukan suatu tindakan kebijakan khusus oleh Provinsi
Kalimantan Timur yang pada nanti sektor nPertanian dalam arti luas mampu
memberikan sumbangan PDRB yang besar.
67
B. Saran
Untuk meningkatkan PDRB yang sekaligus peningkatan kemampuan daerah
maka ada beberapa hal yang dapat disarankan :
1. Perbaikan pengelolaan dalam hal investasi dan penyerapan tenaga kerja.
Investor yang masuk ke Kaltim harus diberi kemudahan dalam perijinan
tempat maupun administrasi. Dengan melibatkan dinas-dinas yang terkait.
2. Kerjasama semua elemen daerah dalam rangka menprioritaskan sektor pertanian
untuk pertumbuhan ekonomi.
Revitalisasi pertanian harus benar-benar diperioritaskan guna
menciptakan investasi dan penyerapan tenaga kerja agar nantinya dapat dirasakan
kesejahteraannya oleh masyarakat.
3. Membuka lapangan kerja baru di sektor yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agie, Baharuddin, 1980. Ekonomi 1. Bursa Unmul. Samarinda.
Anonim, 2009. Pendapatan Regional Kalimantan Timur, BPS Kalimantan Timur.
68
______, 2008. Produk Domestik Regional Bruto Kalimantan Timur, BPS
Kalimantan Timur.
Dajan, Anton, 1986. Pengantar Metode Statistik, jilid 1. LP3ES. Jakarta.
Hansen, Alvin H, 1982. Monetary Theory and Fiskal Policy. Mc Grow-Hill Book
Company. Inc. Tokyo.
Hasanuddin, Basri, 1984. Dana Luar Negeri dalam APBN. Primos.
Herbert E Dougall, 1996. Invesment. Ninth Edition. Prentice-Hall Inc. Engkwood.
Cliffs, New Jersey.
Hidayatullah, 2004. Tingkat Bunga, Uang dan Kesempatan Kerja, edisi Sinopsis.
Penerbit YPPH. Surabaya.
Http ://ike 30791. Student. Umm.ac.id/2010/01/28. Teori Pertumbuhan Ekonomi.
Kamerchen R, David. 1984. Money & Banking South, Western Publishing co.
Khalwaty, Tajul, 2000. Inflasi dan Solusinya, PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Nopirin, 2000 a. Ekonomi Moneter I. BPFE. Yogyakarta.
______, 2000 b. Ekonomi Moneter II. BPFE. Yogyakarta.
Purvis, Douglas D. 1993. Pengantar Makro Ekonomi, edisi 10. Binarupa Aksara,
Jakarta.
Reksoprayitno, Soediyono, 2000. Pengantar Ekonomi Makro, edisi 6. BPFE.
Yogyakarta.
Rimsky, Judisseno K, 2002. Sistem Moneter Perbankan di Indonesia. PT.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
69
Soediyono, 1997. Ekonomi Makro, Pengantar Analisis Pendapatan Nasional,
Kansius. Yogyakarta.
Sukirno, Sadono, 1994. Pengantar Teori Makro Ekonomi, edisi 2. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Suparmoko, 1990. Pengantar Ekonomika Makro, edisi pertama, Penerbit BPFE.
Yogyakarta.
_________, 2002. Ekonomi Publik. Andi. Yogyakarta.
Tarigan, Robinson, 2004. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi, PT. Bumi
Aksara. Jakarta.
Winardi, 1989. Kamus Ekonomi ( Inggris-Indonesia ), Mandar Maju, Bandung.
Tabel 2. Realisasi Investasi di Kalimantan Timur 2000-2009
Tahun
PMDN PMA TOTAL
Jumlah
Proyek
Modal
(000.000 Rp)
Jumlah
Proyek
Modal
(000.000 Rp)
Jumlah
Proyek
Modal
(000.000 Rp)
2000 5 246.755 9 3.606.142 14 3.852.897
2001 4 254.973 13 20.501 17 275.474
2002 9 278.561 7 374.205 16 652.766
2003 11 481.421 4 88.034 15 569.455
2004 5 715.236 21 1.277.201 26 1.992.437
2005 24 832.318 6 2.805.416 30 3.637.734
2006 30 1.277.124 22 917.223 52 2.194.347
2007 8 1.523.515 30 253.049 38 1.776.564
70
2008 23 2.709.476 19 1.634.117 42 4.343.593
2009 8 4.547.458 7 3.241.526 15 7.788.984
Tabel 3. Komulatif Nilai Investasi Kalimantan Timur 2000-2009
Tahun Nilai Komulatif Investasi (Rp)
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
3.637.734
275.474
652.766
569.455
1.992.437
3.637.734
2.194.347
1.776.564
4.343.593
7.788.984
Tabel 3. Realisasi Pengeluaran Pembangunan di Kalimantan Timur 2000-2009
Tahun Pengeluaran Pemerintah
2000 223.272.106
2001 588.572.507
2002 6.655.841.262
71
2003 1.872.669.876
2004 2.524.292.803
2005 3.110.292.050
2006 3.382.568.000
2007 5.191.809.000
2008 7.442.550.149
2009 5.429.283.000
Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Timur Tahun 2000-2009
Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%)
72
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
47,5
11,4
2
13,5
25,5
34,8
10,7
11,9
41,1
-10,7