Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH
ATAS INFRASTRUKTUR, PENDIDIKAN, KESEHATAN DAN
INVESTASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
(Studi Kasus Pada Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu Tahun 2009 - 2014)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Bambang Rizki Saputra
NIM. 108084000053
JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
i
ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH
ATAS INFRASTRUKTUR, PENDIDIKAN, KESEHATAN DAN
INVESTASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
(Studi Kasus Pada Kabupaten/Kota di Provinsi BengkuluTahun 2009 - 2014)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat – syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Bambang Rizki Saputra
NIM. 108084000053
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. Yoghi Citra Pratama, M.Si.
NIP. 19570617 198503 1 002 NIP. 19830717 201101 1 011
JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, tanggal 12 Januari 2016 telah dilakukan ujian komprehensif atas
Mahasiswa:
1. Nama : Bambang Rizki Saputra
2. NIM : 108084000053
3. Jurusan : Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Atas
Infrastruktur, Pendidikan, Kesehatan dan Investasi
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus Pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu Tahun 2009 - 2014)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke
tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 12 Januari 2016
1. Arief Fitrijanto, M. Si ( )
NIP. 19711118 200501 1 003 Penguji 1
2. Rizqon Halal Syah Aji, M. Si ( )
NIP. 19790710 200912 2 002 Penguji 2
3. M. Hartana I, Putra, M. Si ( )
NIP. 1504 09504 Penguji 3
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Jum’at, tanggal 1 Februari 2016 telah dilakukan ujian Skripsi atas
Mahasiswa:
1. Nama : Bambang Rizki Saputra
2. NIM : 108084000053
3. Jurusan : Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Atas
Infrastruktur, Pendidikan, Kesehatan dan Investasi
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus Pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu Tahun 2009 - 2014)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama
ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu Ekonomi Studi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 1 Februari 2016
1. Arief Fitrijanto, M.Si ( )
NIP. 1971118 200501 1 003 Ketua
2. Najwa Khairina, M.Si ( )
Penguji Ahli
3. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS ( )
NIP. 19570617 198503 1 002 Pembimbing I
4. Yoghi Citra Pratama, M.Si ( )
NIP. 19830717 201101 1 011 Pembimbing II
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Bambang Rizki Saputra
NIM : 108084000053
Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas
karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan
telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan
sesuangguhnya.
Jakarta, 25 Januari 2016
Yang Menyatakan
(Bambang Rizki Saputra)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
1. Nama : Bambang Rizki Saputra
2. Tempat Tanggal Lahir : Depok, 16 September 1990
3. Alamat : Jalan Arif Rachman Hakim Kota Depok
4. Agama : Islam
5. Nama Ayah : Tabrani
6. Nama Ibu : Komariah
7. No. Telpon (HP) : 085319175152
8. Email : [email protected]
B. Data Pendidikan Formal
1. 1996 – 2002 : MI Annuriyah Depok
2. 2002 – 2005 : SMP Islam Al Muhajirin Depok
3. 2005 – 2008 : MA Negeri 7 Jakarta
4. 2008 – 2016 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
C. Pengalaman Organisasi
1. BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Jurusan IESP
2. BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Fakultas Ekonomi dan Bisnis
3. CPA (Corruption Preventing Alliance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. UKM KMPLHK RANITA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. IMEPI (Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Indonesia) JABAGBAR
(Jawa Bagian Barat)
6. IMEPI NASIONAL (Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Indonesia)
vi
ABSTRACT
ANALYSIS OF EFFECT OFLOCAL
GOVERNMENTSPENDINGONINFRASTRUCTURE, EDUCATION,
HEALTHANDINVESTMENTSON ECONOMIC GROWTH
(Case Study atregencies / cities inthe province of Bengkulu)
By:
Bambang Rizki Saputra
NIM. 108084000053
This study aimed to analyze the influence of local government spending on
infrastructure, education, health and investment to economic growth, especially in
the government district / city in the province of Bengkulu with a sample of nine
districts and one city of Bengkulu province, especially in the period 2009-2014.
The samples in this study using a convenience sampling method, while data
analysis tools used in this research is multiple linear regression panel data.
Results from this study indicate that local government spending on
infrastructure significantly influence economic growth. Local government
spending on education significantly influence economic growth, local government
spending on health significantly influence economic growth, and investing
significant effect on economic growth. While simultaneously local government
spending on infrastructure, education, health and investment significantly
influence economic growth.
Keywords: local governments pending on infrastructure, education, health,
investment, and economic growth
vii
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH
ATAS INFRASTRUKTUR, PENDIDIKAN, KESEHATAN DAN
INVESTASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
(Studi Kasus Pada Kabupaten/Kota di ProvinsiBengkulu)
Oleh:
Bambang Rizki Saputra
NIM. 108084000053
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah
daerah atas infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan investasi terhadap pertumbuhan
ekonomi terutama pada pemerintah Kabuipaten/Kota di Provinsi Bengkulu dengan
menggunakan sampel sebanyak 10 Kabupaten dan 1 Kota khususnya di Provinsi
Bengkulu periode 2009-2014. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode convenience sampling, sedangkan alat analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda data panel.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah
daerah atas infrastruktur berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pengeluaran pemerintah daerah atas pendidikan berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah daerah atas kesehatan
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, dan investasi
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan secara
simultan pengeluaran pemerintah daerah atas infrastruktur, pendidikan, kesehatan
dan investasi berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Kata Kunci: pengeluaran pemerintah daerah atas infrastruktur, pendidikan,
kesehatan, investasi, dan pertumbuhan ekonomi
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr.Wb
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah
SWT atas nikmat iman, islam dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul“Analisis Pengaruh
Pengeluaran Pemerintah Daerah Atas Infrastruktur, Pendidikan, Kesehatan,
dan Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus Pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu Tahun 2009 - 2014)”. Shalawat beserta
salam semoga terus tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta
keluarga dan parasahabat. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama proses penyusunan skripsi in peneliti mendapatkan bimbingan,
arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan nikat, rahmat dan karunia-Nya serta tetap
menuntun peneliti dijalan yang benar sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Kedua orang tua, ayahanda dan ibunda tercinta yang selalu memberikan
limpahan kasih sayang, perhatian, dan do’a tak pernah putus-putusnya untuk
ananda.
3. Bapak Dr. Arif Mufraini, LC., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
4. Bapak Dr. Amilin, SE., AK., M.Si., CA., QIA., BKP selaku Wakil Dekan
Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Arief Fitrijanto M.Si selaku kajur IESP dan Bapak Rizqon Halal Syah
Aji, M.Si selaku sekjur IESP.
6. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, dan ilmu
pengetahuannya kepada peneliti selama penyusunan skripsi hingga akhirnya
skripsi ini bisa terselesaikan.
7. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, semangat,
dan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama penyusunan skripsi hingga
akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan.
8. Bapak Dr. Lukman, M.Si, Ibu Utami Baroror M.Si, Bapak M. Hartana I Putra
M.Si, Bapak Zuhairan Yunmi Yunan, M.Sc dan Ibu Najwa Khairina, M.Si
selaku dosen IESP.
9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang
sangat luas kepada peneliti selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang
bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
10. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam
mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
x
11. Teman-teman seperjuangan di UKM KMPLHK RANITA Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan semangat,
motivasi serta dukungan terhadap penulis.
12. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2008 Jurusan Ilmu Ekonomi Studi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
13. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak
membantu dan memberi inspirasi bagi peneliti, suatu kebahagiaan telah
dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua, terima kasih banyak.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu kritik dan saran sangat peneliti
harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan
informasi dan pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikumWr. Wb.
Jakarta, 1 Februari 2016
(Bambang Rizki Saputra)
xi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi ............................................................................ i
Lembar Pengesahan Komprehensif ............................................................... ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ................................................................. iii
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ................................................. iv
Daftar Riwayat Hidup ..................................................................................... v
Abstact ............................................................................................................... vi
Abstrak .............................................................................................................. vii
Kata Pengantar ................................................................................................ viii
Daftar Isi ........................................................................................................... xi
Daftar Tabel ...................................................................................................... xiii
Daftar Gambar ................................................................................................. xiv
Daftar Lampiran .............................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .................................... 10
1. Tujuan Penelitian ..................................................................... 10
2. Manfaat Penelitian ................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 12
A. Landasan Teori ............................................................................. 12
1. Teori Pengeluaran Pemerintah ................................................. 12
2. Pengeluaran Pemerintah Atas Infrastruktur ............................. 22
3. Pengeluaran Pemerintah Atas Pendidikan ............................... 26
4. Pengeluaran Pemerintah Atas Kesehatan ................................. 29
5. Investasi .................................................................................... 30
6. Teori Pertumbuhan Ekonomi ................................................... 34
B. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 38
C. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 41
D. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 44
xii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 46
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 46
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 46
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 46
D. Metode Analisis Data .................................................................... 47
E. Operasional Variabel ..................................................................... 52
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................. 64
A. Gambaran Umum Provinsi Bengkulu ........................................... 64
B. Hasil Analisis Deskriptif ............................................................... 65
C. Hasil Analisis Data ....................................................................... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 96
A. Kesimpulan ................................................................................... 96
B. Saran ............................................................................................. 97
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 99
LAMPIRAN ...................................................................................................... 102
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Data Pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) Kabupaten
Kota Provinsi Bengkul Periode Tahun 2007 - 2014 ........................ 4
2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 38
4.1 Hasil Pengeluaran Pemerintah Daerah Atas Infrastruktur Periode
Tahun 2009 - 2014 ........................................................................... 66
4.2 Hasil Pengeluaran Pemerintah Daerah Atas Pendidikan Periode
Tahun 2009 – 2014 .......................................................................... 68
4.3 Hasil Pengeluaran Pemerintah Daerah Atas Kesehatan Periode
Tahun 2009 - 2014 ........................................................................... 69
4.4 Hasil Investasi Periode Tahun 2009 - 2014 ..................................... 70
4.5 Hasil Pertumbuhan Ekonomi/PDRB Tahun 2009 – 2014 ............... 71
4.6 Regresi Data Panel Pooled Least Square ........................................ 73
4.7 Regresi Data Fixed Effect ................................................................ 74
4.8 Regresi Data Random Effect ........................................................... 74
4.9 Hasil Pengujian Chow Test .............................................................. 77
4.10 Hasil Uji Hausman Test ................................................................... 79
4.11 Hasil Uji Multikolinieritas ............................................................... 80
4.12 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji White) ........................................ 83
4.13 Hasil Uji Autokorelasi ...................................................................... 84
4.14 Tabel Uji Durbin-Watson ................................................................ 85
4.15 Hasil Adjusted R2 ............................................................................. 86
4.16 Hasil Uji F (Simultan) ..................................................................... 88
4.17 Hasil Uji t (Parsial) .......................................................................... 90
4.18 Hasil Uji Data Panel ........................................................................ 93
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 43
4.1 Hasil Uji Normalitas ........................................................................ 81
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Data Mentah .................................................................................... 102
2 Hasil Olah Data Eviews 7.0 ............................................................ 107
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang
mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap
masyarakat dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar ekselerasi
pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta
pengentasan kemiskinan (Todaro, 2006:6). Oleh karena itu, pada hakekatnya,
pembangunan itu harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau
penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman
kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial
yang ada di dalamnya, untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan
yang serba lebih baik secara material maupun spiritual.
Kapasitas dasar menurut Todaro (2006:12) yang sekaligus merupakan
tiga nilai pokok keberhasilan pembangunan ekonomi adalah kecukupan, jati
diri, serta kebebasan. Kecukupan dalam hal ini merupakan kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar yang meliputi pangan, sandang, papan,
kesehatan dan keamanan.
Fungsi dasar dari kegiatan ekonomi pada dasarnya adalah untuk
menyediakan sebanyak mungkin kebutuhan dasar masyarakat, atas dasar itulah
syarat penentu keberhasilan ekonomi adalah membaiknya kualitas kehidupan
seluruh lapisan masyarakat (Ginting, 2008:11). Pemerintah pusat sebagai
2
pemangku kepemimpinan negara Indonesia tentunya harus bertanggung jawab
atas hal tersebut, di mana pembangunan merupakan pemicu dan pemacu dari
pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah, namun tentunya juga jika
dilaksanakan secara adil dan merata di semua wilayah di Indonesia.
Salah satu tujuan suatu negara adalah untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonominya. Salah satu ukuran pertumbuhan ekonomi adalah
pendapatan nasional. Pendapatan nasional suatu negara dapat menunjukkan
seberapa besar aktivitas perekonomian secara keseluruhan. Konsep pendapatan
nasional adalah ukuran yang paling sering dipakai sebagai indikator
pertumbuhan ekonomi namun bukan satu-satunya indikator pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan total output suatu
perekonomian. Jika output tumbuh lebih cepat daripada penduduk, output per
kapita meningkat dan standar kehidupan terangkat (Case dan Fair, 2007:19).
Suatu negara harus memiliki pemerintahan yang berfungsi sebagai
peredam gejolak ekonomi dan politik baik dari dalam negeri maupun luar
negeri. Peredam gejolak dalam arti mampu menstabilkan situasi menjadi lebih
kondusif melalui berbagai kebijakan. Pemerintah merupakan aktor yang sangat
penting dalam perekonomian suatu negara. Suatu kegiatan ekonomi akan
optimal jika terdapat aktivitas pemerintah didalamnya. Pemerintah dapat
menjadi pelaku kegiatan ekonomi yang memacu produksi dan konsumsi. Pihak
swasta biasanya mengalokasikan sumber daya yang dimiliki melalui
mekanisme pasar, jika sistem pasar benar-benar efisien di dalam
mengalokasikan sumber daya, maka peranan pemerintah terbatas, salah satunya
3
ketika terjadi kegagalan dalam private market (Samuelson dan Nordhaus,
2005:23). Pemerintah akan masuk dan menyelesaikan permasalahan kegagalan
pasar jika pihak swasta dan individu-individu tidak bersedia memperbaiki
keadaan dan mengeluarkan biaya.
Pemerintah dapat melakukan dua jenis kebijakan yaitu kebijakan
moneter dan kebijakan fiskal. Kebijakan moneter merupakan kebijakan
pemerintah dalam mempengaruhi tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar.
Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah melalui pengeluaran pemerintah.
Pengeluaran pemerintah mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Pemerintah melalui instrument
kebijakan dapat menyelamatkan keadaan ketika perekonomian mengalami
kelesuan akibat adanya resesi ekonomi.
Menurut Samuelson dan Nordhaus (2005:22) ada empat faktor sebagai
sumber pertumbuhan ekonomi. Faktor-faktor tersebut adalah (1) sumber daya
manusia, (2) sumber daya alam, (3) pembentukan modal, dan (4) teknologi.
Pengeluaran pemerintah berperan dalam pembentukan modal melalui
pengeluaran pemerintah di berbagai bidang seperti sarana dan prasarana.
Pembentukan modal di bidang sarana dan prasarana ini umumnya menjadi
social overhead capital (SOC) yang sangat penting dalam pertumbuhan
ekonomi. SOC ini sangat penting karena pihak swasta tidak akan mau
menyediakan berbagai fasilitas publik, namun tanpa adanya fasilitas publik ini
maka pihak swasta tidak berminat untuk menanamkan modalnya. Pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan pendapatan akan terdorong naik dengan adanya
4
berbagai fasilitas publik. Berikut data PDRB Per kapita Berdasarkan 10
Kabupaten kota provinsi Bengkulu tahun 2011 - 2014:
Tabel 1.1
Data Pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) Kabupaten
Kota Provinsi Bengkul Periode Tahun 2007 - 2014
(Dalam Persen)
No. Kabupaten / Kota 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1. Bengkulu Utara 5,58 4,14 5,09 4,87 4,86 4,76
2. Muko-Muko 3,37 4,18 3,97 4,23 4,28 3,37
3. Bengkulu Selatan 4,04 3,93 4,42 4,12 3,78 4,63
4. Seluma 5,30 4,69 5,88 6,11 4,56 5,28
5. Kaur 4,69 5,57 5,30 6,21 5,14 4,21
6. Rejang Lebong 4,02 4,15 4,27 3,57 4,78 3,44
7. Lebong 4,95 4,92 5,07 5,28 4,74 7,39
8. Kepahiang 4,28 4,51 4,87 4,21 4,87 6,22
9. Bengkulu Tengah 4,91 5,08 5,21 3,44 8,34 4,12
10. Kota Bengkulu 4,57 4,73 4,63 4,18 5,88 6,11
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu, 2014
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa pertumbuhan gross domestic
product (GDP) setiap kabupaten/kota provinsi Bengkulu mengalami penurunan
dari tahun 2013 sampai tahun 2014. Laju pertumbuhan terendah pada tahun
2014 berada pada kota Rehang Lebong yaitu sebesar 5,23%. Sedangkan
pertumbuhan tertingi pada tahun 2014 adalah pada wilayah muko-muko
sebesar 6,45. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan
salah satu indicator yang amat penting dalam analisis pembangunan ekonomi
suatu wilayah.
Untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian suatu wilayah perlu
mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhinya. Salah satu faktornya
adalah pengeluaran pemerintahan atas infrastruktur. Untuk meningkatkan
5
pembangunan suatu wilayah dibutuhkan infrastruktur yang baik, karena
infratruktur merupakan komponen yang penting dalam proses pembangunan.
Menurut Friawan (2008:15) ada tiga alasan utama mengapa infrastruktur
penting dalam sebuah integrasi ekonomi. Alasan pertama adalah ketersediaan
infrastruktur yang baru merupakan mesin utama pembangunan ekonomi.
Kedua, untuk memperoleh manfaat yang penuh dari integrasi, ketersediaan
jaringan infrastruktur sangat penting dalam memperlancar aktivitas
perdagangan dan investasi. Alasan ketiga adalah perhatian terhadap perbaikan
infrastruktur juga penting untuk mengatasi kesenjangan pembangunan ekonomi
antar negara. Infrastruktur terdiri dari beberapa subsektor, infrastruktur dalam
bentuk perumahan dan transportasi merupakan cukup penting untuk menunjang
kehidupan masyarakat.
Infrastruktur pada wilayah Bengkulu cukup rendah, hal ini ditandai
masih banyaknya jalan yang rusak yang cukup tinggi yaitu sebesar 30 persen.
Kondisi jalan yang rusak ini akan berakibat lambatnya perekonomian daerah
yang disebabkan karena memperbesar biaya distribusi barang. Semakin
tingginya biaya distribusi akan menyebabkan semakin tingginya harga barang
yang akan berakibat tingginya inflasi di Bengkulu, maka perlu adanya peran
pemerintah dalam menanggulangi kerusakan jalan pada provnsi Bengkulu
(http://www.antarabengkulu.com, diakses pada tanggal 2 Februari 2016).
Faktor lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah
pendidikan, dalam pembangunan ekonomi pendidikan dipandang sebagai
investasi dalam kapital manusia. Dengan investasi ini diharapkan akan
6
diperoleh keuntungan, diantaranya adalah pendapatan yang diperoleh melalui
partisipasinya dalam pasar kerja (Ali, 2009:188). Pendapat lain juga
diungkapkan oleh Abdullah (2006:10) menyatakan bahwa hanya pendidikan
yang dapat menemukan cara dan metode pembangunan ekonomi dan hanya
dengan hasil pendidikan, masyarakat akan bisa merawat ekonominya. Di lain
pihak, orang juga berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi dapat menjadi
penyebab dari pertumbuhan pendidikan karena pertumbuhan ekonomi
membutuhkan orang-orang terdidik.
Pendidikan di Bengkulu masih cukup rendah, hal ini terlihat dari indeks
pendidikan 91,9 dengan melek hurup sebesar 95,30 persen, terdapat taraf
pendidikan di Bengkulu dengan rata-rata lama sekolah hanya 8,2 tahun. IPM
Bengkulu pada 2010 dalam empat indicator indek pembangunan manusia
sebesar 79,92, indek pendidikan 81,9 terdapat angka melek hurup hanya
sebesar 95.30 persen serta rata-rata lama sekolah hanya 8,2 tahun atau sama
saja tidak tamat SMP. Untuk mengatasi hal ini diperlukan pengembangan
sumber daya manusia yang lebih baik lagi (http://bengkulu.bkkbn.go.id,
diakses pada tanggal 2 Februari 2016).
Menurut Mankiw (2012:15) pengembangan sumber daya manusia dapat
dilakukan dengan perbaikan kualitas modal manusia. Modal manusia dapat
mengacu pada pendidikan, namun juga dapat digunakan untuk menjelaskan
jenis investasi manusia lainnya yaitu investasi yang mendorong ke arah
populasi yang sehat yaitu kesehatan. Pendidikan dan kesehatan merupakan
tujuan pembangunan yang mendasar di suatu wilayah. Kesehatan merupakan
7
inti dari kesejahteraan, dan pendidikan adalah hal yang pokok untuk mencapai
kehidupan yang layak. Pendidikan memiliki peran yang penting dalam
membentuk kemampuan sebuah negara berkembang untuk menyerap teknologi
modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta
pembangunan yang berkelanjutan (Todaro, 2006:20).
Faktor lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah
tingkat kesehatan masyarakat, pertumbuhan ekonomi yang tinggi atau
peningkatan pendapatan dapat tidak mempunyai makna jika tidak adanya akses
pada kebutuhan dasar, jika kebutuhan dasar itu adalah pelayanan kesehatan,
pelayanan pendidikan, pelayanan administrasi pemerintah, pertumbuhan
ekonomi yang tinggi atau peningkatan pendapatan dapat tidak mempunyai
makna jika rakyat tidak mempunyai akses pada pelayanan kesehatan,
pelayanan pendidikan dan pelayanan administrasi pemerintahan (Wrihatnolo
dan Nugroho, 2006:78).
Tingkat pelayanan kesehatan pada kabupaten / kota di Bengkulu masih
cukup rendah, hal ini ditandai dengan masih kurangnya sarana dan prasarana
kesehatan pada kabupaten / kota Bengkulu. Jumlah posyandu dan puskesmas
yang masih sangat rendah (http://www.antarabengkulu.com, diakses pada
tanggal 2 Februari 2016).
Pengalokasian anggaran pemerintah untuk bidang pendidikan dan
kesehatan merupakan bagian yang terpenting dalam kebijakan anggaran,
kebijakan ini dikaitkan dengan peran pemerintah sebagai penyedia barang
publik. Dampak eksternalitas dari kebijakan pengalokasian anggaran untuk
8
kedua bidang tersebut tentunya diharapkan berpengaruh pada peningkatan
kemampuan dari human capital untuk dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi. Anggaran pengeluaran pendidikan terdiri dari pengeluaran untuk
pelaksanaan pelajaran, untuk tata usaha sekolah, pemeliharaan sarana dan
prasarana sekolah, kesejahteraan pegawai sekolah, administrasi, pembinaan
teknis educative dan pendataan (Sudjana, 2007:289).
Keberhasilan pembangunan di suatu daerah disamping ditentukan oleh
besarnya pengeluaran pemerintah tersebut juga dipengaruhi oleh besarnya
investasi. Investasi merupakan salah satu pilar pertumbuhan ekonomi (Sjafii,
2009:27). Investasi dapat menjadi titik tolak bagi keberhasilan dan
keberlanjutan pembangunan di masa depan karena dapat menyerap tenaga
kerja, sehingga dapat membuka kesempatan kerja baru bagi masyarakat yang
pada gilirannya akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan masyarakat.
Adhisasmita (2005:21) menjelaskan bahwa investasi merupakan sarana
bagi proses kumulatif, mengarah ke atas di daerah yang bernasib baik dan
mengarah ke bawah di daerah yang bernasib tidak baik. Di daerah perkotaan
yang sedang mengalami perkembangan, kenaikan permintaan akan mendorong
pendapatan dan permintaan, yang selanjutnya menaikkan investasi, dan
demikian seterusnya. Di daerah-daerah lainnya dimana perkembangan sangat
lamban maka permintaan terhadap modal untuk investasi adalah rendah
sebagai akibat dari rendahnya penawaran modal dan pendapatan yang
cenderung makin rendah. Perbedaan perkembangan terseut dan
terkonsentrasinya investasi di daerah-daerah yang mapan mengakibatkan
terjadinya ketimpangan atau bertambahnya ketidakmerataan.
9
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
masalah yang terkait tentang pertumbuhan ekonomi. Dan tentunya timbul suatu
masalah apakah yang menyebabkan rendahnya pertumbuhan ekonomi. Oleh
karena itu peneliti mengajukan judul “Analisis Pengaruh Pengeluaran
Pemerintah Daerah Atas Infrastruktur, Pendidikan, Kesehatan, dan
Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus Pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu Tahun 2009-2014)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini dapat ditarik
beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh secara parsial antara pengeluaran pemerintah
daerah atas infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi dengan asumsi
ceteris paribus?
2. Apakah terdapat pengaruh secara parsial antara pengeluaran pemerintah
daerah atas pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan asumsi
ceteris paribus?
3. Apakah terdapat pengaruh secara parisl antara pengeluaran pemerintah
daerah atas kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan asumsi ceteris
paribus?
4. Apakah terdapat pengaruh secara parsial antara pengeluaran pemerintah
daerah atas investasi terhadap pertumbuhan ekonomi dengan asumsi ceteris
paribus?
5. Apakah terdapat pengaruh secara simultan antara pengeluaran pemerintah
daerah atas infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan investasi terhadap
pertumbuhan ekonomi dengan asumsi ceteris paribus ?
10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Agar penelitian ini dapat dicapai hasil seperti apa yang diharapkan
dapat terlaksana dengan baik dan terarah. Adapun tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara pengeluaran
pemerintah daerah atas infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi
dengan asumsi ceteris paribus
b. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara pengeluaran
pemerintah daerah atas pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi
dengan asumsi ceteris paribus
c. Untuk mengetahui pengaruh secara parisl antara pengeluaran pemerintah
daerah atas kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan asumsi
ceteris paribus
d. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara pengeluaran
pemerintah daerah atas investasi terhadap pertumbuhan ekonomi dengan
asumsi ceteris paribus
e. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara pengeluaran
pemerintah daerah atas infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan investasi
terhadap pertumbuhan ekonomi dengan asumsi ceteris paribus
11
2. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat
dan kontribusi sebagai berikut:
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah
dalam merumuskan kebijakan ekonomi yang terkait dengan APBN dan
APBD.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk melihat pengaruh pengeluaran
pemerintah daerah atas fungsi infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan
terhadap upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi.
c. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai tambahan informasi bagi
pembaca pada umumnya dan bagi mahasiswa pada khususnya.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Pengeluaran Pemerintah
a. Definisi Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah.
apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli
barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang
harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan
tersebut. Dalam kebijakan fiskal dikenal ada beberapa kebijakan
anggaran yaitu anggaran berimbang, anggaran surplus dan anggaran
defisit. Menurut Usmaliadanti (2011:15) anggaran surplus digunakan jika
pemerintah ingin mengatasi masalah pengangguran dan peningkatan
pertumbuhan ekonomi. Jika pemerintah merencanakan peningkatan
pertumbuhan ekonomi untuk mengurangi angka pengangguran maka
pemerintah dapat meningkatkan pengeluarannya.
Pengeluaran pemerintah merupakan komponen relatif paling kecil
dibandingkan pengeluaran yang lain, namun efek yang ditimbulkan
cukup besar, baik sebagai fungsi alokasi, distribusi, maupun stabilisasi.
Pengeluaran pemerintah bersifat otonom, karena penentuan anggaran
pemerintah lebih pada: a. Pajak yang diharapkan akan diteriman; b.
Pertimbangan politik; dan c. Permasalahan yang dihadapi (Samuelson
dan Nordhaus, 2001).
13
Pengeluaran Indonesia membagi pengeluaran pemerintah menjadi
dua macam (Bastian, 2006:205):
1) Pengeluaran Rutin
Pengeluaran rutin adalah pengeluaran yang digunakan oleh
pemerintah untuk kepentingan pemeliharaan dan penyelenggaraan
roda pemerintahan sehari-hari, meliputi belanja pegawai, belanja
barang, berbagai macam subsidi pembayaran angsuran dan bunga
utang negara. Anggaran belanja rutin tersebut memiliki peran yang
penting guna menjunjung jalannya pemerintahan, melalui pengeluaran
rutin, pemerintah dapat menjalankan misinya dalam rangka menjaga
kelancaran penyelenggaraan pemerintah, kegiatan operasional dan
pemeliharaan asset negara, pemenuhan kewajiban pemerintah kepada
pihak ketiga, perlindungan kepada masyarakat miskin dan kurang
mampu serta menjaga stabilitas perekonomian (Bastian, 2006:205).
2) Pengeluaran Pembangunan
Pengeluaran pembangunan yaitu pengeluaran yang digunakan
untuk membiayai ptoyek-proyek pembangunan yang dibebankan pada
anggrana belanja Negara dalam rangka pelaksanaan sasaran
pembangunan nasional. Pengeluaran pembangunan terdiri dari 1)
pengeluaran pembangunan dalam bentuk pembiayaan rupiah yang
pendanaannya bersumber dari dalam negeri dan dari luar negeri dalam
bentuk pinjaman program, 2) pengeluaran pembangunan dalam bentuk
pembiayaan proyek yang pendanaannya bersumber dari luar negeri
dalam bentuk pinjaman proyek (Bastian, 2006:205).
14
Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan yang telah
diambil oleh pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkan suatu
kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah
mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan
kebijakan tersebut (Mangkoesoebroto, 2001:45). Dasar teori pengeluaran
pemerintah adalah identitas keseimbangan pendapatan nasional (Y = C +
I + G + (X - M)) dimana Y mengambarkan pendapatan nasional
sekaligus penawaran agregat, permintaan agregat digambarkan pada
persamaan C + I + G + (X - M) dimana G merupakan pengeluaran
pemerintah yang merupakan bentuk dari campur tangan pemerintah
dalam perekonomian. Kenaikan atau penurunan pengeluaran pemerintah
akan menaikkan atau menurunkan pendapatan nasional. Pemerintah tidak
cukup hanya meraih tujuan akhir dari setiap kebijakan pengeluarannya,
tetapi juga harus memperhitungkan sasaran antara yang akan menikmati
atau terkena kebijakan tersebut. Pemerintah pun perlu menghindari agar
peningkatan perannya dalam perekonomian tidak justru melemahkan
kegiatan swasta (Dumairy, 2007:42).
Pengertian Pengeluaran Pemerintah menurut Sukirno (2011:192)
adalah sebagai berikut: “Pengeluaran pemerintah adalah keseluruhan
pengeluaran yang dilakukan yaitu pengeluaran yang meliputi konsumsi
dan investasi”. Sedangkan pengertian Pengeluaran Pemerintah menurut
Sukirno (2011:61) adalah sebagai berikut: “Pengeluaran (Perbelanjaan)
pemerintah adalah perbelanjaan pemerintah ke atas barang-barang modal,
barang konsumsi dan ke atas jasa-jasa”.
15
Menurut Susanti (2000:69) pengeluaran pemerintah adalah
sebagai berikut: “Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu aspek
penggunaan sumber daya ekonomi yang secara dikuasai dan dimiliki oleh
masyarakat melalui pembayaran pajak”.
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengeluaran Pemerintah
Menurut Suminto (2004:26) format baru belanja negara adalah
sebagai berikut:
1) Belanja Pemerintah Pusat
Pengertian Belanja Pemerintah Pusat berdasarkan Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 11 adalah sebagai berikut:
“Belanja pemerintah pusat menurut jenis adalah belanja pemerintah
pusat yang digunakan untuk membiayai belanja pegawai, belanja
barang, belanja modal, pembayaran bunga utang, subsidi, belanja
hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain”. Belanja Pemerintah Pusat
terdiri dari:
a) Belanja Pegawai
Pengertian belanja pegawai menurut Suminto (2004:27)
adalah belanja pegawai yang menampung seluruh pengeluaran
negara yang digunakan untuk membayar gaji pegawai, termasuk
berbagai tunjangan yang menjadi haknya, dan membayar
honorarium, lembur, tunjangan khusus dan belanja pegawai, serta
membayar pensiun dan asuransi kesehatan (kontribusi sosial).
Dalam klasifikasi tersebut termasuk pula belanja gaji/upah proyek
16
yang selama ini diklasifikasikan sebagai pengeluaran
pembangunan. Dengan format ini, maka akan terlihat pos yang
tumpang tindih antara belanja pegawai yang diklasifikasikan
sebagai rutin dan pembangunan. Di sinilah nantinya efisiensi akan
bisa diraih”.
Sedangkan pengertian Belanja Pegawai menurut Sri Lestari
(2011:4) adalah Belanja pegawai yang mencakup seluruh
pengeluaran negara yang digunakan untuk membayar gaji pegawai,
termasuk berbagai tunjangan yang menjadi haknya, membayar
honorarium, lembur, vakasi, tunjangan khusus dan belanja pegawai
transito, pensiun serta asuransi kesehatan”.
b) Belanja Barang
Pengertian Belanja Barang menurut Suminto (2004:27)
adalah sebagai berikut: “Belanja barang digunakan untuk
membiayai kegiatan operasional pemerintahan untuk pengadaan
barang dan jasa, dan biaya pemeliharaan aset negara. Demikian
juga sebaliknya sering diklasifikasikan sebagai pengeluaran
pembangunan”. Sedangkan pengertian Belanja Barang menurut
Lestari (2011:4) adalah sebagai berikut: “Belanja barang digunakan
untuk membiayai kegiatan operasional pemerintahan untuk
pengadaan barang dan jasa”.
c) Belanja Modal
Pengertian Belanja Modal menurut Suminto (2004:27)
adalah sebagai berikut: “Belanja modal menampung seluruh
pengeluaran negara yang dialokasikan untuk pembelian barang-
17
barang kebutuhan investasi (dalam bentuk aset tetap dan aset
lainnya). Pos belanja modal dirinci atas belanja modal asset
tetap/fisik dan belanja modal aset lainnya/non-fisik. Dalam
prakteknya selama ini belanja lainnya non fisik secara mayoritas
terdiri dari belanja pegawai, bunga dan perjalanan yang tidak
terkait langsung dengan investasi untuk pembangunan”.
d) Pembayaran Bunga Utang
Pengertian Pembayaran Bunga Utang menurut Sri Lestari
(2011:4) adalah sebagai berikut: “Pembayaran bunga utang yaitu
meliputi utang dalam negeri dan utang luar negeri”.
e) Subsidi Pengertian Subsidi
Menurut Suminto (2004:27) adalah sebagai berikut:
“Subsidi menampung seluruh pengeluaran negara yang
dialokasikan untuk membayar beban subsidi atas komoditas vital
dan strategis tertentu yang menguasai hajat hidup orang banyak,
dalam rangka menjaga stabilitas harga agar dapat terjangkau oleh
sebagian besar golongan masyarakat. Subsidi tersebut dialokasikan
melalui perusahaan negara dan perusahaan swasta”.
f) Belanja Hibah
Pengertian Belanja Hibah berdasarkan Permendagri No.
59/2007 tentang Perubahan Permendagri No. 13/2006 Pasal 42
Ayat 1 adalah sebagai berikut: “Belanja hibah digunakan untuk
menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang, barang,
dan/atau jasa kepada pemerintah atau Pemerintah Daerah lainnya,
Perusahaan Daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan
18
yang secara spesifik telah ditetapkan”. Sedangkan pengertian
Belanja Hibah menurut Lestari (2011:5) adalah sebagai berikut:
“Belanja hibah merupakan belanja pemerintah pusat dalam bentuk
uang atau barang atau jasa dari pemerintah kepada Pemerintah
Daerah dan instansi lainnya yang tidak perlu dibayar kembali,
sifatnya tidak wajib dan tidak mengikat”.
g) Bantuan Sosial
Pengertian bantuan sosial menurut Suminto (2004:27)
adalah sebagai berikut: “Bantuan sosial menampung seluruh
pengeluaran negara yang dialokasikan sebagai transfer uang/barang
yang diberikan kepada penduduk, guna melindungi dari
kemungkinan terjadinya resiko sosial, misalnya transfer untuk
pembayaran dana kompensasi sosial”. Sedangkan pengertian
bantuan sosial menurut Lestari (2011:5) adalah sebagai berikut:
“Bantuan sosial merupakan transfer uang atau barang yang
diberikan kepada masyarakat guna melindungi kemungkinan
terjadinya resiko sosial, yaitu berupa bantuan untuk pemenuhan
kebutuhan dasar di bidang pendidikan, kesehatan, pemberdayaan
masyarakat, dan perlindungan sosial”.
h) Belanja Lain-lain
Pengertian Belanja Lain-lain berdasarkan Buletin Teknis
No. 04 Penyajian Dan Pengungkapan Belanja Pemerintah adalah
sebagai berikut: “Belanja lain-lain adalah pengeluaran anggaran
untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan
berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial,
19
dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan
dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah
pusat/daerah”. Sedangkan pengertian Belanja Lain-lain menurut
Lestari (2011:5) adalah sebagai berikut: “Belanja lain-lain adalah
merupakan pengeluaran pemerintah yang bersifat mendesak dan
belum terprogram, terprogram, belanja penunjang, dan cadangan”.
2) Belanja Untuk Daerah
Pengertian Belanja Untuk Daerah menurut Suminto (2004:27)
adalah sebagai berikut: “Belanja untuk daerah menampung seluruh
pengeluaran pemerintah pusat yang dialokasikan ke daerah, yang
pemanfaatannya diserahkan sepenuhnya kepada daerah”.Sedangkan
pengertian Belanja Untuk Daerah menurut Suminto (2004:26) adalah
sebagai beikut: “Belanja untuk daerah, sebagaimana yang berlaku
selama ini terdiri dari dana perimbangan dan dana otonomi khusus dan
penyesuaian”.
c. Klasifikasi Pengeluaran Pemerintah
Menurut Suparmoko (2003:12) pengeluaran pemerintah dapat
dinilai dari berbagai segi sehingga dapat dibedakan menjadi empat
klasifikasi sebagai berikut:
1) Pengeluaran pemerintah merupakan investasi untuk menambah
kekuatan dan ketahanan ekonomi di masa yang akan datang.
2) Pengeluaran pemerintah langsung memberikan kesejahteraan bagi
masyarakat.
3) Pengeluaran pemerintah merupakan pengeluaran yang akan datang.
20
4) Pengeluaran pemerintah merupakan sarana penyediaan kesempatan
kerja yang lebih banyak dan penyebaran daya beli yang lebih luas.
Oleh karena itu pengeluaran pemerintah dapat dibedakan menjadi
beberapa golongan yaitu sebagai berikut:
1) Pengeluaran yang self liquiditing sebagian atau seluruhnya, artinya
pengeluaran pemerintah mendapatkan pembayaran kembali dari
masyarakat yang menerima jasa atau barang yang bersangkutan.
Contohnya, pengeluaran untuk jasa negara pengeluaran untuk jasa-
jasa perusahaan pemerintah atau untuk proyek-proyek produktif
barang ekspor.
2) Pengeluaran yang reproduktif, artinya mewujudkan keuntungan-
keuntungan ekonomis bagi masyarakat, dimana dengan naiknya
tingkat penghasilan dan sasaran pajak yang lain pada akhirnya akan
menaikan penerimaan pemerintah. misalnya, pemerintah menetapkan
pajak progresif sehingga timbul redistribusi pendapatan untuk
pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat.
3) Pengeluaran yang tidak self liquiditing maupun yang tidak produktif,
yaitu pengeluaran yang langsung menambah kegembiraan dan
kesejahteraan masyarakat. Misalnya, untuk bidang rekreasi, objek-
objek pariwisata dan sebagainya. Sehingga hal ini dapat juga
menaikkan penghasilan dalam kaitannya jasa-jasa tadi.
4) Pengeluaran yang secara langsung tidak produktif dan merupakan
pemborosan, misalnya untuk pembiayaan pertahanan atau perang
meskipun pada saat pengeluaran terjadi penghasilan yang
menerimanya akan naik.
21
5) Pengeluaran yang merupakan penghematan di masa yang akan datang.
Misalnya pengeluaran unuk anak-anak yatim piatu. Jika hal ini tidak
dijalankan sekarang, kebutuhan-kebutuhan pemeliharaan bagi mereka
di masa yang akan datang pasti akan lebih besar.
Menurut Suparmoko (2003:17), pengeluaran pemerintah juga
dapat dibedakan macam klasifikasi sebagai berikut:
1) Perbedaan antara pengeluaran atau belanja rutin dan pengeluaran atau
belanja pembangunan.
2) Perbedaan antara Current Account atau Current Expenditure dengan
Capital Expenditure atau Capital Account.
a) Current Expenditure atau Current Budget (anggaran rutin), yaitu
anggaran untuk penyelenggaraan pemerintah sehari-hari termasuk
belanja pegawai dan belanja barang serta belanja pemeliharaan.
b) Capital Expenditure atau Capital Budget (belanja pembangunan),
yaitu rencana untuk pembelian capital (tetap).
3) Perbedaan Obligatory Expenditure dengan Optional Expenditure,
antara Real Expenditure dengan Transfer Expenditure dan antara
Liquidated Expenditure dengan Cash Expenditure.
a) Obligatory Expenditure atau pengeluaran wajib adalah pengeluaran
yang bersifat wajib adalah pengeluaran yang bersifat wajib harus
dilakukan agar efektivitas pelaksanaan dapat terselenggara dengan
baik.
b) Optional Expenditure atau pengeluaran opsional adalah
pengeluaran yang dilakukan pada saat tiba-tiba dibutuhkan.
22
c) Real Expenditure atau pengeluaran nyata adalah pengeluaran untuk
pembelian barang dan jasa.
d) Transfer Expinditure atau pengeluaran yang tidak ada kaitannya
dengan mendapatkan barang dan jasa, jadi tidak ada direct quid
quo.
e) Liquidated Expenditure adalah pengeluaran pemerintah yang sudah
diajukan dan disetujui oleh DPR atau DPRD. Semula dalam
RAPBN/RAPBD setelah mendapatkan pengesahan menjadi
APBN/APBD.
f) Cash Expenditure adalah pengeluaran yang telah sungguh-sungguh
dilaksanakan berupa pembayaran-pembayaran konkrit.
2. Pengeluaran Pemerintah Atas Infrastruktur
Menurut Kodoatie (2003:24) mendefinisikan infrastruktur sebagai
fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen
publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga
listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan lainnya
untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial.
Infrastruktur merupakan input penting bagi kegiatan produksi dan
dapat memengaruhi kegiatan ekonomi dalam berbagai cara baik secara
langsung maupun tidak langsung. Infrastruktur tidak hanya merupakan
kegiatan produksi yang akan menciptakan ouput dan kesempatan kerja,
namun keberadaan infrastruktur juga memengaruhi efisiensi dan kelancaran
kegiatan ekonomi di sektor-sektor lainnya.
23
Hanafie (2010:21) adanya infrastruktur ekonomi yang memadai
merupakan prakondisi bagi tumbuh kembangnya kegiatan agribisnis dan
perekonomian secara umum di pedesaan, infrastruktur esensial bagi
agribisnis dan perekonomian pedesaan secara umum mencakup sistem
pengairan, pasar, komoditas pertanian, jalan raya, kelistrikan, dan jaringan
telekomunikasi.
Menurut Hanafie (2010:27), infrastruktur dapat dikategorikan ke
dalam tiga jenis, yaitu:
a. Infrastruktur ekonomi, merupakan asset fisik yang diperlukan untuk
menunjang aktivitas ekonomi baik dalam produksi maupun konsumsi
final, meliputi public utilities (tenaga, telekomunikasi, air minum,
sanitasi dan gas), public work (jalan, bendungan, kanal, saluran irigasi
dan drainase) serta sektor transportasi (jalan, rel, kereta api, angkutan
pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya).
b. Infrtastruktur sosial, merupakan asset yang mendukung kesehatan dan
keahlian masyarakat, meliputi pendidikan (sekolah dan perpustakaan),
kesehatan (rumah sakit dan pusat kesehatan), perumahan dan rekreasi
(taman, museum, dan lain-lain).
c. Infrastruktur administrasi/institusi, meliputi penegakan hukum, kontrol
administrasi dan koordinasi serta kebudayaan.
Infrastruktur juga dapat digolongkan menjadi infrastruktur dasar dan
pelengkap. Infrastruktur dasar meliputi sektor-sektor yang mempunyai
karakteristik publik dan kepentingan yang mendasar untuk perekonomian
24
lainnya, tidak dapat diperjualbelikan dan tidak dapat dipisah-pisahkan baik
secara teknis maupun apesial. Contohnya jalan raya, rel kereta api,
pelabuhan laut, drainase, bendungan dan sebaginya.sedangkan infrastruktur
pelengkap misalnya gas, listrik, telepon dan pengadaan air minum.
Infrastruktur dasar biasanya diselenggarakan oleh pemerintah karena
sifatnya yang dibutuhkan oleh masyarakat luas. Namun dalam
penyediaannya pemerintah dapat bekerja sama dengan badan usaha sesuai
dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2005
tentang kerjasama pemerintah dengan badan usaha dalam penyediaan
infrastruktur. Perbedaan antara infrastruktur dasar dan pelengkap tidaklah
selalu sama dan dapat berubah menurut waktu. Misalnya pengadaan air
minum yang dulunya digolongkan sebagai infrastruktur pelengkap, sekarang
digolongkan sebagai infrastruktur dasar.
Fasilitas infrastruktur bukan hanya berfungsi melayani berbagai
kepentingan umum tetapi juga memegang peranan penting pada kegiatan-
kegiatan swasta di bidang ekonomi. Kebutuhan prasarana merupakan
pilihan, dimana tidak ada standar umum untuk menentukan berapa besarnya
fasilitas yang tepat di suatu daerah atau populasi. Fasilitas pelayanan
meliputi kategori-ketegori sebagai berikut:
a. Pendidikan, berupa Sekolah Dasar, SMP, SMA dan perpustakaan umum.
b. Kesehatan, berupa rumah sakit, rumah perawatan, fasilitas pemeriksaan
oleh dokter keliling, fasilitas perawatan gigi dengan mobil keliling,
fasilitas kesehatan mental dengan mobil keliling, rumah yatim piatu,
25
perawatan penderita gangguan emosi, perawatan pecandu alkohol dan
obat bius, perawatan penderita cacat fisik dan mental, rumah buta dan
tuli, serta mobil ambulans.
c. Transportasi, berupa jaringan rel kereta api, bandar udara dan fasilitas
yang berkaitan, jalan raya, dan jembatan di dalam kota dan antar kota
serta terminal penumpang.
d. Kehakiman, berupa fasilitas penegakan hukum dan penjara.
e. Rekreasi, berupa fasilitas rekreasi masyarakat dan olahraga.
Menurut Hanafie (2010:31) fasilitas produksi meliputi kategori-
kategori sebagai berikut:
a. Energi, yaitu penyuplai energi langsung.
b. Pemadam kebakaran, berupa stasiun pemadam kebakaran, mobil
pemadam kebakaran, sistem komunikasi, suplai air dan penyimpanan air.
c. Sampah padat, berupa fasilitas pengumpulan dan peralatan sampah padat
dan lokasi pembuangannya.
d. Telekomunikasi, berupa televisi kabel, televisi udara, telepon kabel dan
kesiagaan menghadapi bencana alam.
e. Air limbah, berupa waduk dan sistem saluran air limbah, sistem
pengolahan dan pembuangannya.
f. Air bersih, berupa sistem suplai untuk masyarakat, fasilitas penyimpanan,
pengolahan dan penyalurannya, lokasi sumur dan tangki air di bawah
tanah.
26
Dengan melihat jenis-jenis infrastruktur yang banyak berhubungan
dengan masyarakat, peranan pemerintah sangat penting dalam
penyediaannya. Walaupun pengadaan infrastruktur bisa dilakukan dengan
kerjasama dengan badan usaha yang telah ditunjuk, tidak semua layanan
infrastruktur bisa dilaksanakan oleh pihak swasta karena ada layanan
infrastruktur yang memerlukan modal yang besar dengan waktu
pengembalian yang lama dan resiko investasi yang besar.
Pemerintah sebagai pemain utama dalam penyediaan infrastruktur
selayaknya menjaga kesinambungan investasi pembangunan infrastruktur
dan memprioritaskan infrastruktur dalam rencana pembangunan nasional,
sehingga infrastruktur dapat dibenahi baik secara kuantitas maupun kualitas.
Selain itu perlu pendekatan yang lebih terpadu dalam pembangunan
infrastruktur guna menjamin sinergi antar sektor dan wilayah (Bulohlabna,
2008:14).
3. Pengeluaran Pemerintah Atas Pendidikan
Sumber daya manusia bagi suatu bangsa merupakan salah satu faktor
yang menentukan pembangunan ekonomi dan sosial bangsa tersebut. Untuk
itu pendidikan formal merupakan kebutuhan mutlak bagi masyarakat yang
wajib disediakan oleh negara. Tidak hanya untuk memperoleh pengetahuan,
norma-norma, nilai luhur dan cita-cita pun bisa sekaligus tertanam, yang
ikut andil dalam pembangunan bangsa.
Pendidikan yang kurang memadai dan tidak dikembangkan secara
terus menerus tentu akan membuat suatu bangsa tidak siap bersaing dengan
27
bangsa-bangsa lainnya. Walaupun sulit dicatat dalam dokumen statistik,
perluasan kesempatan bersekolah dalam segala tingkat telah mendorong
pertumbuhan ekonomi secara agresif melalui: (Todaro and Smith, 2003:47)
a. Terciptanya angkatan kerja yang lebih produktif karena pengetahuan dan
bekal keterampilan yang lebih baik.
b. Tersedianya kesempatan kerja yang lebih luas.
c. Terciptanya kelompok pimpinan yang terdidik untuk mengisi lowongan
di suatu unit usaha atau lembaga.
d. Terciptanya berbagai program pendidikan dan pelatihan untuk membina
sikap-sikap modern.
Teori pertumbuhan ekonomi yang berkembang saat ini didasari
kepada kapasitas produksi tenaga manusia di dalam proses pembangunan
atau disebut juga investment in human capital. Hal ini berarti peningkatan
kemampuan masyarakat menjadi suatu tumpuan yang paling efisien dalam
melakukan pembangunan di suatu wilayah.
Asumsi yang digunakan dalam teori human capital adalah bahwa
pendidikan formal merupakan faktor yang dominan untuk menghasilkan
masyarakat berproduktivitas tinggi. Teori human capital dapat diaplikasikan
dengan syarat adanya sumber teknologi tinggi secara efisien dan adanya
sumber daya manusia yang dapat memanfaatkan teknologi yang ada. Teori
ini percaya bahwa investasi dalam hal pendidikan sebagai investasi dalam
meningkatkan produktivitas masyarakat.
28
Investasi dalam hal pendidikan mutlak dibutuhkan maka pemerintah
harus dapat membangun suatu sarana dan sistem pendidikan yang baik.
Alokasi anggaran pengeluaran pemerintah terhadap pendidikan merupakan
wujud nyata dari investasi untuk meningkatkan produktivitas masyarakat.
Pengeluaran pembangunan pada sektor pembangunan dapat dialokasikan
untuk penyediaan infrastruktur pendidikan dan menyelenggarakan
pelayanan pendidikan kepada seluruh penduduk secara perata. Anggaran
pendidikan sebesar 20 persen merupakan wujud realisasi pemerintah untuk
meningkatkan pendidikan.
Menurut Setiawan (2006:12) implikasi dari pembangunan dalam
pendidikan adalah kehidupan manusia akan semakin berkualitas. Dalam
kaitannya dengan perekonomian secara umum (nasional) semakin tinggi
kualitas hidup suatu bangsa, semakin tinggi tingkat pertumbuhan dan
kesejahteraan bangsa tersebut. Semakin tinggi kualitas hidup/investasi
sumber daya manusia yang kualitas tinggi akan berimplikasi juga terhadap
tingkat pertumbuhan ekonomi nasional.
Pembangunan pendidikan penting dilaksanakan supaya masyarakat
dapat maju, sehingga menambah ilmu pengetahuan, kecakapan, dan
keterampilan pembangunan pendidikan diusahakan untuk membantu
masyarakat yang ingin bergerak maju ke arah perkembangan yang
dikehendaki.
Belajar secara terus-menerus memang multak perlu, akan tetapi
orang dapat belajar dari pengalaman tanpa menerima pengajaran secara
29
formal. Jika ada pengangkutan maka dengan sendirinya akan banyak petani
yang bepergian mengunjungi kota-kota. Sebagai akibatnya, akan
memperoleh pengetahuan dan gagasan yang baru. Jadi, orang dapat belajar
tanpa harus ada fasilitas-fasilitas formal untuk pendidikan. Adanya fasilitas
formal dapat mempercepat proses belajar (Hanafie, 2010:16).
4. Pengeluaran Pemerintah Atas Kesehatan
Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia,
tanpa kesehatan masyarakat tidak dapat menghasilkan suatu produktivitas
bagi negara. Kegiatan ekonomi suatu negara akan berjalan jika ada jaminan
kesehatan bagi setiap penduduknya. Terkait dengan teori human capital
bahwa modal manusia berperan signifikan, bahkan lebih penting daripada
faktor teknologi dalam memacu pertumbuhan ekonomi (Setiawan, 2006:11).
Tingkat kesehatan masyarakat dapat dilihat berdasarkan mutu dan
layanan yang diberikan pemerintah terhadap kesehatan masyarakat. Pasien /
masyarakat melihat layanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu layanan
kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan yang dirasakan dan
diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap
dan mampu menyembuhkan keluhannya serta mencegah berkembangnya
atau meluasnya penyakit (Pohan, 2004:13).
Untuk mewujudkan tingkat kesehatan masyarakat, perlu adanya
anggaran yang menjadi pengeluaran bagi suatu kota melalui pemungutan
pajak bagi masyarakat. Pemilihan jenis pajak menjadi sangat penting dalam
upaya meningkatkan kepatuhan pajak. Fluktuasi kepatuhan pajak akan
30
mempengaruhi perolehan penerimaan pajak dan selanjutnya akan
berdampak pada pengeluaran pemerintah daerah yang pada akhirnya akan
berdampak pada pertumbuhan ekonomi (Siamanjuntak dan Mukhlis,
2012:198).
5. Investasi
Investasi yang sering dikenal dengan istilah penanaman modal.
Kegiatan investasi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga
dapat meningkatkan perekonomian guna memperbesar dan meningkatkan
tingkat produksi dalam suatu usaha dan meningkatkan kesempatan kerja.
Dengan demikian istilah investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau
pembelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli
barang-barang modal dan perlengkapan produksi untuk menambah
kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam
perekonomian (Sukirno, 2011:22).
Investasi adalah setiap wahana dimana dana ditempatkan dengan
harapan untuk dapat memelihara atau menaikkan nilai atau memberikan
hasil yang positif (Elyani, 2010:12). Adhisasmita (2005:9), mengemukakan
bahwa investasi atau perpindahan modal (Swasta maupun pemerintah)
merupakan sarana bagi proses kumulatif, mengarahkan ke atas di daerah
yang bernasib baik dan mengarah ke bawah di daerah yang bernasib tidak
baik. Di daerah perkotaan yang sedang mengalami perkembangan, kenaikan
permintaan akan mendorong pendapatan dan permintaan, yang selanjutnya
menaikkan investasi, dan demikian seterusnya. Di daerah-daerah lainnya
31
dimana perkembangan sangat lamban maka permintaan terhadap modal
untuk investasi adalah rendah sebagai akibat dari rendahnya penawaran
modal dan pendapatan yang cenderung makin rendah. Perbedaan
perkembangan tersebut dan terkonsentrasinya investasi di daerah-daerah
yang mapan mengakibatkan terjadinya ketimpangan atau bertambahnya
ketidakmerataan.
Todaro (2006:25) mengatakan bahwa sumber daya yang akan
digunakan untuk meningkatkan pendapatan dan konsumsi di masa yang
akan datang disebut investasi. Investasi merupakan suatu hal yang penting
dalam pembangunan ekonomi karena investasi ini dibutuhkan sebagai faktor
penunjang didalam peningkatan proses produksi. Dengan demikian investasi
diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanam-penanam modal
atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-
perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang
dan jasa yang tersedia dalam perekonomian, sehingga investasi disebut juga
dengan penanaman modal (Sukirno, 2011:14).
Investasi merupakan langkah mengorbankan konsumsi saat ini untuk
memperbesar konsumsi di masa datang. Selain itu investasi mendorong
terjadinya akumulasi modal. Penambahan stok bangunan gedung dan
peralatan penting lainnya akan meningkatkan output potensial suatu bangsa
dan merangsang pertumbuhan ekonomi untuk jangka panjang.
Investasi ini memiliki peran aktif dalam menentukan tingkat output,
dan laju pertumbuhan output tergantung pada laju investasi (Arsyad,
32
2009:23). Lebih lanjut, Jhingan (2008:27) menyebutkan salah satu efek
kegiatan investasi pada sisi permintaan agregat yang mempengaruhi
pendapatan bila investasi meningkat, maka pengeluaran agregat akan
meningkat, yang kemudian meningkatkan pendapatan daerah melalui proses
multiplier.
Untuk mendapatkan gambaran mengenai perkembangan investasi
dari waktu ke waktu, ada tiga macam cara (berdasarkan tiga gugus data)
yang bisa dilakukan (Dumairy, 2007:42). Pertama, dengan menyoroti
kontribusi pembentukan modal domestik bruto dalam konteks permintaan
agregat, yakni dengan melihat sumbangan atau perkembangan variabel
investasi dalam persamaan pendapatan nasional, Y=C+I+G+X-M. Data
investasi merupakan data keseluruhan investasi domestik bruto, meliputi
baik investasi oleh swasta (PMDN dan PMA) maupun oleh pemerintah.
Kedua, ialah dengan mengamati data PMDN dan PMA, dimana dengan cara
ini berarti hanya mengamati investasi oleh kalangan dunia usaha swasta
saja. Ketiga, adalah dengan menelaah perkembangan dana investasi yang
disalurkan oleh dunia perbankan. Cakupan data dengan cara ini relatif lebih
terbatas, karena belum memperhitungkan modal sendiri yang ditanam oleh
investor.
Pembentukan modal tetap bruto mencakup pengadaan, pembuatan
atau pembelian barang modal baru dari dalam negeri dan barang modal baru
maupun bekas dari luar negeri.Barang modal yang dibeli atau dibuat sendiri
adalah barang tahan lama yang digunakan untuk berproduksi dan biasanya
33
berusia pakai satu tahun lebih. Pembentukan modal tetap domestik bruto
dibedakan atas: (Jhingan, 2008:26)
a. Pembentukan modal tetap berupa bangunan/konstruksi; nilainya dihitung
dengan menjumlahkan nilai seluruh keluaran (output) sektor konstruksi
yaitu nilai bahan bangunan/konstruksi ditambah ongkos angkut dan
marjin perdagangan serta biaya lain berupa jasa serta biaya primer. Nilai
keluaran sektor bangunan yang berasal dari perbaikan-perbaikan
ringan/kecil tidak dihitung sebagai pembentukan modal.
b. Pembentukan modal tetap berupa mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan
baik yang berasal dari impor maupun hasil produksi dalam negeri yang
nilainya dihitung dengan menjumlahkan nilai mesin/alat yang
bersangkutan ditambah ongkos angkut dan marjin perdagangan serta
biaya-biaya lainnya.
Secara garis besar investasi dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:
(Sukirno, 2011:29)
a. Autonomous investment, yaitu investasi yang tidak dipengaruhi oleh
tingkat pendapatan, misalnya investasi pada rehabilitasi prasarana jalan
dan irigasi. Investasi jenis ini biasanya lebih banyak dilakukan oleh
sektor pemerintah, karena investasi ini akan menyangkut banyak aspek
sosial budaya yang ada di masyarakat.
b. Induced investment, yaitu macam investasi yang mempunyai kaitan
dengan tingkat pendapatan, misalnya adanya kanaikan pendapatan yang
ada pada masyarakat di suatu tempat atau negara menyebabkan kenaikan
34
kebutuhan barang tertentu. Kenaikan atau pertambahan permintaan
terhadap barang sudah tentu akan mendorong untuk melakukan investasi.
c. Investasi yang sifatnya dipengaruhi oleh adanya kenaikan tingkat bunga
uang atas modal yang berlaku di masyarakat.
6. Pertumbuhan Ekonomi
Namun demikian pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ciri
pokok dalam proses pembangunan, hal ini diperlukan berhubungan dengan
kenyataan adanya pertambahan penduduk. Bertambahnya penduduk dengan
sendirinya menambah kebutuhannya akan pangan, sandang, pemukiman,
pendidikan dan pelayanan kesehatan.
Harga yang berubah merupakan salah satu masalah yang harus
dipercahkan ahli ekonomi ketika mereka menggunakan uang sebagai tolak
ukur. Salah satu alat ukur yang digunakan dalam mengukur nilai uang dari
barang dan jasa adalah menggunakan harga pasar untuk barang dan jasa
yang berbeda (Samuelson, 2004). Berdasarkan teori tersebut peneliti
mengunakan PDRB harga berlaku sebagai alat ukur untuk menilai
pertumbuhan ekonomi.
Blakely (1994) dalam Darwanto (2007:19) juga mengemukakan
akan pentingnya peran pemerinah, dengan mengemukakan sejumlah faktor
yang mempengaruhi pembangunan daerah. Faktor-faktor tersebut adalah
sumber daya alam, tenaga kerja, investasi modal, kewirausahaan,
transportasi, komunikasi, komposis sektor industri, teknologi, pasar ekspor,
situasi perekonomian internasional, kapasitas Pemerintah Daerah,
35
pengeluaran pemerintah dan dukungan pembangunan. Berdasarkan uraian
tersebut disimpulkan semakin tinggi tingkat pertumbuhan perekonomian
tentu akan mengakibatkan bertumbuhnya investasi modal swasta maupun
pemerintah. Hal inilah mengakibatkan pemerintah lebih leluasa dalam
menyusun anggaran belanja modal.
Tingkat kemajuan ekonomi merupakan outcome dari kesesuaian
preferensi masyarakat dengan Pemerintah Daerah yang tercipta karena
makin pentingnya peran Pemerintah Daerah dalam otonomi daerah. Secara
teori, desentralisasi fiskal diperkirakan akan memberikan peningkatan
ekonomi mengingat Pemerintah Daerah mempunyai kedekatan dengan
masyarakatnya dan mempunyai keunggulan informasi dibanding
Pemerintah Pusat, sehingga Pemerintah Daerah dapat memberikan
pelayanan publik yang benar-benar dibutuhkan di daerahnya. Tanggung
jawab fiskal yang semakin besar oleh Pemda dapat menstimulus
pembangunan. Hal ini akan berdampak pada hubungan positif yang akan
terjadi antara pendelegasian fiskal yang semakin besar dengan tingkat
kesejahteraan penduduk di daerah. Adanya desentralisasi fiskal akan
berpotensi memberikan kontribusi dalam bentuk peningkatan efisiensi
pemerintah dan laju pertumbuhan ekonomi (Wibowo, 2008:15).
Menurut Adam Smith dalam Kuncoro (2004:11), proses
pertumbuhan akan terjadi secara simultan dan memiliki hubungan
keterkaitan antara satu dengan yang lain. Timbulnya peningkatan kinerja
pada suatu sektor akan meningkatkan daya tarik bagi pemupukan modal,
36
mendorong kemajuan teknologi, meningkatkan spesialisasi dan memperluas
pasar. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi semakin pesat.
Boediono (2001:28), menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
adalah proses kenaikan output dalam jangka panjang. Pemakaian indikator
pertumbuhan ekonomi akan dilihat dalam kurun waktu yang cukup lama,
misalnya sepuluh, dua puluh, lima puluh tahun atau bahkan lebih.
Pertumbuhan ekonomi akan terjadi artinya harus berasal dari kekuatan yang
ada di dalam perekonomian itu sendiri.
Model yang dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave dalam
Todaro (2006:13) mengemukakan hubungan perkembangan pengeluaran
pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi yang dibedakan
antara tahap awal, tahap menengah dan tahap lanjut. Pada tahap awal
perkembangan ekonomi, persentase investasi pemerintah terhadap total
investasi besar sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan
prasarana, seperti misalnya pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi
dan sebagainya. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi
pemerintah tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
agar dapat tinggal landas, namun pada tahap ini peranan investasi swasta
sudah semakin membesar. Peranan pemerintah tetap besar pada tahap
menengah, oleh karena peranan swasta yang semakin besar ini banyak
menimbulkan kegagalan pasar, dan juga menyebabkan pemerintah harus
menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih banyak dan
37
kualitas yang lebih baik selain itu, pada tahap ini perkembangan ekonomi
menyebabkan terjadinya hubungan antar sektor yang semakin rumit.
Ada tiga faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap
bangsa, yaitu (Syafrizal, 2008:95):
a. Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru
yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber
daya manusia. Investasi produktif yang bersifat langsung harus
dilengkapi dengan berbagai investasi penunjang yang disebut investasi
infrastruktur ekonomi dan sosial. Contohnya adalah pembangunan jalan-
jalan raya, penyediaan listrik, persediaan air bersih dan perbaikan
sanitasi, pembangunan fasilitas komunikasi dan sebagainya, yang
kesemuanya itu mutlak dibutuhkan dalam rangka menunjang dan
mengintegrasikan segenap aktivitas ekonomi produktif.
b. Pertumbuhan penduduk, yang pada akhirnya memperbanyak jumlah
angkatan kerja. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja
secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang
mencakup pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja produktif,
sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti meningkatkan
ukuran pasar domestiknya.
c. Kemajuan teknologi, terdapat tiga klasifikasi yaitu:
1) Kemajuan teknologi yang bersifat netral.
2) Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja.
3) Kemajuan teknologi yang hemat modal.
38
B. Penelitian Terdahulu
Untuk memberikan gambaran dan kerangka pemikiran dalam penelitian
maka perlu kiranya untuk membahas hasil-hasil penelitian terdahulu sebagai
acuan dalam membandingkan penelitian saat ini dengan penelitian terdahulu
sehingga akan menghasilkan suatu analisa yang sesuai dengan teori dan
penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu seperti yang dijelaskan di
bawah ini:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti
dan Judul
Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
Hasil Penelitian
1. Ilyas, dkk
(2014).
Pengaruh
Pengeluaran
Pemerintah
Sektor
Pendidikan
Dan Sektor
Kesehatan
Terhadap IPM
dan
Pertumbuhan
Ekonomi
Kabupaten
Sinjai
a. Menggunakan
Variabel
independen
pengeluaran
sektor
pendidikan
dan sector
kesehatan
b. Menggunakan
Variabel
dependen
pertumbuhan
ekonomi
c. Analisis
regresi linier
dengan two
stage least
square
a. Objek
penetlitian di
Sinjai
b. Menggunakan
variabel
tingkat
pendidikan
tenaga kerja
sektor
pertanian,
Indeks
Pembangunan
Manusia
c. Menggunakan
variabel IPM
Hasil penelitian ini
menunjukkan
bahwa belanja
sektor pendidikan
dan sektor
kesehatan memiliki
hubungan positif
dan signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi melalui
Indeks
Pembangunan
Manusia (IPM)
Kabupaten Sinjai.
Tingkat pendidikan
tenaga kerja sektor
pertanian memiliki
hubungan positif
dan signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
Kabupaten Sinjai
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
39
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Nama Peneliti
dan Judul
Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
Hasil Penelitian
2. Suparno (2014) Pengaruh pengeluaran pemerintah sektor pendidikan, kesehatan dan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pembangunan manusia di Provinsi Kalimantan Timur.
a. Menggunakan variabel pengeluaran pemerintah sektor pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan pertumbuhan ekonomi.
a. Menggunakan variabel indeks pembangunan manusia.
b. Metode analisa data menggunakan analisis jalur.
c. Sampel penelitian Provinsi Kalimantan Timur
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh langsung antara pengeluaran pemerintah sektor pendidikan, kesehatan dan infrastuktur terhadap indeks pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi. Terdapat pengaruh tidak langsung antara pengeluaran pemerintah sektor pendidikan, kesehatan dan infrastuktur terhadap indeks pembangunan manusia melalui pertumbuhan ekonomi.
3. Rahayu (2011) Analisis pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.
a. Menggunakan variabel pertumbuhan ekonomi
a. Menggunakan variabel pengeluaran aparatur, dan pelayanan publik
b. Metode analisa data menggunakan Ordinary Least Square (OLS)
c. Sampel penelitian Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian, pengeluaran aparatur daerah (X1) mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, Variabel X2 (pelayanan publik) mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
40
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Nama Peneliti
dan Judul
Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
Hasil Penelitian
4. Lubis 2012).
Pengaruh
pengeluaran
publik
terhadap
pembangunan
(Studi kasus
pada negara-
negara
ASEAN-4).
a. Menggunakan
variabel
Pengeluaran
Pendidikan,
Pengeluaran
Kesehatan,
Pengeluaran
Infrastruktur,
dan
Pertumbuhan
Ekonomi
a. Metode analisa
data
menggunakan
Three Stages
Least Square
(3SLS)
b. Sampel
penelitian
Negara
ASEAN-4.
Dari hasil estimasi
dan uji statistik
diperoleh bahwa
pengeluaran publik
ketiga sektor
tersebut
berpengaruh positif
terhadap Indeks
Pembangunan
Manusia (IPM) dan
Pertumbuhan
Ekonomi melalui
peningkatan
pendapatan
perkapita
masyarakat.
Sementara
Investasi
bermanfaat dalam
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi yang
diketahui dari hasil
uji statistik yang
positif dan
signifikan, tetapi
tidak berpengaruh
dalam peningkatan
IPM secara
langsung pada
model penelitian
ini karena investasi
yang digunakan
adalah investasi
secara keseluruhan
yang tidak khusus
untuk investasi
human capital
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
41
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Nama Peneliti
dan Judul Persamaan Penelitian
Perbedaan Penelitian
Hasil Penelitian
5. Fasoranti (2012), The Effect of Goverment Expenditure on Infrastructure on the Growth of the Nigerian Economy, 1977-2009,
a. Menggunakan variabel Pengeluaran Infrastruktur, dan Pertumbuhan Ekonomi
a. Metode analisa data menggunakan regresi linear sederhana
b. Sampel penelitian pemerintah Nigeria
Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara pertumbuhan pengeluaran ekonomi dan pemerintah dalam pendidikan, lingkungan dan perumahan, pelayanan kesehatan, sumber daya air, tingkat inflasi, pertanian, keamanan, transportasi dan komunikasi. Makalah ini mengamati bahwa pengeluaran pemerintah pada layanan kesehatan, transportasi dan komunikasi berdampak negatif pada pertumbuhan sementara pengeluaran di bidang pertanian dan keamanan yang tidak signifikan dalam pertumbuhan ekonomi.
6. Suryanto (2009), Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Subosukawonosraten Tahun 2004-2008
a. Menggunakan variabel Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan Pengeluaran Pemerintah
b. Menggunakan variabel dependen pertumbuhan ekonomi
a. Objek penelitian pada peruahaan Subosukawonosraten Tahun 2004-2008
Dari hasil istimasi regresi, variabel tenaga kerja, tingkat pendidikan dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
42
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Judul dan
Nama Peneliti
Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
Hasil Penelitian
7. Robinson Monday Olulu, Eravwoke Kester Erhieyovwe and Ukavwe, Government Expenditures and Economic Growth: The Nigerian Experience, Mediterranean Journal of Social Sciences, Vol. 5 No. 10 June 2014.
a. Menggunakan variabel Pengeluaran pemerintah atas pendidikan, pengeluaran pemerintah atas kesehatan dan Pertumbuhan Ekonomi
a. Menggunakan variabel utang pelayanan publik dan total pengeluaran pemerintah.
b. Metode analisa data menggunakan regresi linear berganda.
c. Sampel penelitian pemerintah Nigeria.
Hasil tes menunjukkan bahwa ada hubungan terbalik antara pengeluaran pemerintah pada kesehatan dan pertumbuhan ekonomi; sementara pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan, dipandang tidak cukup untuk memenuhi sektor pengeluaran di Nigeria. Hal itu juga menemukan bahwa pengeluaran pemerintah di Nigeria bisa di investasi asing dan lokal lipatan. Itu kertas yang direkomendasikan pemerintah harus menghabiskan lebih banyak pada makro-variabel kunci, seperti kesehatan, infrastruktur, listrik, dll Itu ini diyakini bahwa pengeluaran bijaksana pemerintah, akan daya agenda transformasi pemerintahan serta menimbulkan pertumbuhan ekonomi Nigeria.
Sumber: Jurnal Penelitian Terdahulu
43
C. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Kabupaten / Kota Propinsi Bengkulu
Pendidikan (X2) Investasi (X4) Kesehatan (X3) Pengeluaran
Pemerintah (X1)
Pertumbuhan Ekonomi (Y)
Analisis Model Regresi Linier
Berganda Data Panel 1. Chow Test
2. Random Effect
3. Hausman Test
Analisis dan Pembahasan
Kesimpulan dan saran
Model Regresi Linier
Berganda Data Panel
Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas 2. Uji Multikolinearitas 3. Uji Autokrelasi 4. Uji Heteroskedastisitas
Analisis Regresi Linier Berganda
44
Berdasarkan telaah pustaka dan hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini, dikembangkan model sebagai kerangka pikir teoritis dari
penelitian ini seperti pada gambar di atas. Kerangka berpikir merupakan model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah diindentifikasi sebagai masalah (Sugiyono, 2012:88). Menurut Hamid
(2012:37), kerangka pemikiran merupakan sinetesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari
serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat berupa bagan,
deskriptif kualitatif, atau bahkan gabungan keduanya. Kerangka berpikir dalam
penelitian ini difokuskan pada analisis pengaruh pengeluaran pemerintah atas
infrastruktur, pendidikan dan kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Bengkulu.
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2012). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Diduga pengeluaran pemerintah daerah atas infrastruktur berpengaruh
secara parsial terhadap pertumbuhan ekonomi dengan asumsi ceteris paribus
2. Diduga pengeluaran pemerintah daerah atas pendidikan berpengaruh secara
parsial terhadap pertumbuhan ekonomi dengan asumsi ceteris paribus
3. Diduga pengeluaran pemerintah daerah atas kesehatan berpengaruh secara
parsial terhadap pertumbuhan ekonomi dengan asumsi ceteris paribus
45
4. Diduga pengeluaran pemerintah daerah atas investasi berpengaruh secara
parsial terhadap pertumbuhan ekonomi dengan asumsi ceteris paribus
5. Diduga pengeluaran pemerintah daerah atas infrastruktur, pendidikan,
kesehatan dan investasi berpengaruh secara simultan terhadap pertumbuhan
ekonomi dengan asumsi ceteris paribus
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian empiris dimana
peneliti terlibat langsung dalam penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk
menganalisis seberapa besar pengaruh pengeluaran pemerintah daerah atas
infrastruktur (X1), pengeluaran pemerintah daerah atas pendidikan (X2),
pengeluaran pemerintah daerah atas kesehatan (X3), dan investasi (X4)
terhadap pertumbuhan ekonomi (Y).
B. Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini tidak diperlukan sampel. Karena keseluruhan
objek penelitian dapat dijangkau oleh peneliti. Populasi yang diteliti adalah
Pengeluaran pemerintah atas infrstruktur, pendidikan, kesehatan, investasi dan
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten / Kota Bengkulu tahun 2009 - 2014.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode yang dipakai dalam pengumpulan data adalah melalui studi
pustaka, studi pustaka merupakan teknik untuk mendapatkan informasi melalui
catatan, literatur, dokumentasi dan lain-lain yang masih relevan dengan
penelitian ini. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi dari www.djpk.depkeu.go.id dan
www.bps.go.id. Data yang diperoleh adalah data dalam bentuk tahunan untuk
masing-masing variabel.
47
D. Metode Analisis Data
Metode analisis dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif
yang bersifat angka karena sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah
dirumuskan dalam penelitian. Dalam metode analisis kuantitatif ini digunakan
analisis dengan format deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan dan
meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau beberapa variabel yang
timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian ini. Metode analisis dalam
penelitian ini menggunakan beberapa teknik analisis yaitu:
1. Metode Data Panel
Data panel atau pooled data merupakan kombinasi dari data time
series dan cross section. Dengan mengakomodasi informasi baik yang
terkait dengan variabel-variabel cross section maupun time series, data
panel secara substansial mampu menurunkan masalah omitted-variables,
model yang mengabaikan variabel yang relevan (Wibisono, 2005:91).
Untuk mengatasi interkorelasi di antara variabel-variabel bebas yang pada
akhirnya dapat mengakibatkan tidak tepatnya penaksiran regresi, metode
data panel lebih tepat untuk digunakan (Griffiths, 2001:351). Menurut
Gujarati (2003:166) keuntungan data panel antara lain:
a. Bila data panel berhubungan dengan individu, perusahaan, negara, daerah
dan lain-lain pada waktu tertentu, maka data tersebut adalah homogen,
sehingga penaksiran dan dapat dipertimbangkan dalam perhitungan.
b. Kombinasi data time series dan cross section akan memberi informasi
yang lebih lengkap, beragam, kurang berkorelasi antar variabel, derajat
bebas lebih besar dan lebih efisien.
c. Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan dinamis
dibanding dengan studi berulang dari cross section.
48
d. Data panel lebih baik mendeteksi dan mengukur efek yang secara
sederhana tidak dapat diukur oleh data time series atau cross section.
e. Data panel membantu studi untuk menganalisis perilaku yang lebih
kompleks.
f. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi
individu atau perusahaan karena unit data yang lebih banyak.
2. Permodelan Data Panel
Menurut Nachrowi dan Usman (2006:311) untuk mengestimasi
parameter model dengan data panel, terdapat beberapa teknik antara lain:
a. Pool Least Square (PLS)
Pendekatan yang paling sederhana dalam pengolahan data panel
adalah dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa yang
diterapkan dalam data berbentuk pool, sering disebut pula dengan Pooled
Least Square. Kelemahan metode Ordinary Least Square ini adalah
ketidak sesuaian model dengan keadaan yang sesungguhnya. Kondisi ini
tiap objek saling berbeda, bahkan satu objek pada suatu waktu akan
sangat berbeda pada kondisi objek tersebut pada waktu yang lain
(Winarno, 2007:91).
b. Fixed Effect Model (FEM)
Metode efek tetap ini dapat menunjukkan perbedaan antar objek
meskipun dengan koefisien regresor yang sama. Model ini dikenal
dengan model regresi Fixed Effect (efek tetap). Efek tetap ini
dimaksudkan adalah bahwa satu objek, memiliki konstan yang tetap
besarnya untuk berbagai periode waktu. Demikian juga dengan koefisien
regresinya, tetap besarnya dari waktu ke waktu (time invariant).
49
Keuntungan metode efek tetap ini adalah dapat membedakan efek
individual dan efek waktu serta tidak perlu mengasumsikan bahwa
komponen error tidak berkorelasi dengan variabel bebas yang mungkin
sulit dipenuhi. Dan kelemahan metode efek tetap ini adalah
ketidaksesuaian model dengan keadaan yang sesungguhnya. Kondisi tiap
objek saling berbeda, bahkan satu objek pada suatu waktu akan sangat
berbeda dengan kondisi objek tersebut pada waktu yang lain.
c. Random Effect Model (REM)
Keputusan untuk memasukkan variabel boneka dalam model efek
tetap (fixed effect) tak dapat dipungkiri akan dapat menimbulkan
konsekuensi (trade off). Penambahan variabel boneka ini akan dapat
mengurangi banyaknya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada
akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi.
Model panel yang di dalamnya melibatkan korelasi antar error term
karena berubahnya waktu karena berbedanya observasi dapat diatasi
dengan pendekatan model komponen error (error component model) atau
disebut juga model efek acak (Random effect).
Metode ini digunakan untuk mengatasi kelemahan metode efek
tetap yang menggunakan variabel semu, sehingga model mengalami
ketidakpastian. Tanpa menggunakan variabel semu, metode efek random
menggunakan residual, yang diduga memiliki hubungan antar waktu dan
antar objek. Syarat untuk menganalisis efek random yaitu objek data
saling harus lebih besar daripada banyaknya koefisien (Winarno,
2007:82).
50
3. Pemilihan Model Data Panel
Ada 2 tahap dalam memilih metode dalam data panel. Pertama kita
harus membandingkan PLS dengan FEM terlebih dahulu. Kemudian
dilakukan uji F-test. Jika hasil menunjukkan model PLS yang diterima,
maka model PLS lah yang akan dianalisa. Tetapi jika model FEM yang
diterima, maka tahap kedua dijalankan, yakni melakukan perbandingan lagi
dengan model REM. Setelah itu dilakukan pengujian dengan Hausman test
untuk menentukan metode mana yang akan dipakai, apakah FEM atau REM
(Winarno, 2007:84).
a. Uji Chow
Uji ini dilakukan untuk mengetahui model Pooled Least Square
(PLS) atau FEM yang akan digunakan dalam estimasi. Relatif terhadap
Fixed Effect Model, Pooled Least Sqaure adalah restricted model dimana
ia menerapkan intercept yang sama untuk seluruh individu. Padahal
asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki perilaku yang sama
cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan saja setiap unit
tersebut memiliki perilaku yang berbeda. Untuk mengujinya dapat
digunakan restrictred F-test, dengan hipotesis sebagai berikut (Winarno,
2007:86):
H0 : Model PLS (Restricted)
H1 : Model Fixed Effect (Unrestrited)
Jika nilai Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak, artinya model panel yang
baik untuk digunakan adalah Fixed Effect Model, dan sebaliknya jika H0
diterima, maka model FEM harus diuji kembali untuk memilih apakah
akan memakai model FEM atau REM baru dianalisis.
51
b. Uji Hausman
Ada beberapa pertimbangan teknis empiris yang dapat digunakan
sebagai panduan untuk memilih Fixed Effect Model atau Random Effect
Model yaitu (Winarno, 2007:88):
1) Bila T (jumlah unit time series) besar sedangkan N (Jumlah unit cross
section) kecil, maka hasil FEM dan REM tidak jauh berbeda, dalam
hal ini pilihan umumnya akan didasarkan kenyamanan perhitungan,
yaitu FEM.
2) Bila N besar dan T kecil, maka hasil estimasi kedua pendekatan dapat
berbeda signifikan. Jadi, apabila kita menyakini bahwa unit cross
section yang kita pilih dalam penelitian diambil secara acak (random)
maka REM harus digunakan. Sebaliknya, apabila kita meyakini bahwa
unit cross section yang kita pilih dalam penelitian tidak diambil secara
acak maka kita menggunakan FEM.
3) Apabila cross section error component (€i) berkorelasi dengan
variabel bebas X maka parameter yang diperoleh dengan REM akan
bias sementara parameter yang diperoleh dengan FEM tidak habis.
4) Apabila N dan T kecil, dan apabila asumsi yang mendasari REM
dapat terpenuhi, maka REM lebih efisien dibandingkan tidak bias.
Keputusan penggunaan FEM dan REM dapat pula ditentukan
denganmenggunakan spesifikasi yang dikembangkan dengan Hausman.
Spesifikasi ini akan memberikan penilaian dengan menggunakan Chi-
sqaure statistik sehingga keputusan pemilihan model akan dapat
ditentukan secara statistik. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesa
sebagai berikut (Winarno, 2007:91):
52
H0 Random Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Setelah dilakukan pengujian ini, hasil dari Hausman test
dibandingkan dengan Chi-square statistik dengan df = k, di mana k
adalah jumlah koefisien variabel yang diestimasi. Jika hasil dari
Hausman test signifikan, maka H0 ditolak, yang FEM digunakan.
4. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas dimaksudkan untuj menguji apakah nilai residual
yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau
tidak. Nilai residual berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi
tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya.
Tidak terpenuhinya normalitas pada umumnya disebabkan karena
distribusi data yang dianalisis tidak normal, karena terdapat nilai ekstrem
pada data yang diambil. Hipotesis dalam uji normalitas adalah sebagai
berikut:
H0 : Residual dalam model berdistribusi normal
H1 : Residual dalam model tidak berdistribusi normal
Menurut (Winarno, 2007:37) didalam Eviews untuk mendekteksi
masalah normalitas data dapat dilakukan dengan dua cara yaitu histogram
dan uji Jarque-Bera. Uji normalitas dengan menggunakan histogram
namun dengan menggunakan histogram seringkali polanya tidak
mengikuti bentuk kurva normal sehingga sulit disimpulkan.
53
Jarque-Bera merupakan uji statistic untuk mengetahui apakah
data berdistribusi normal. Uji ini mengukur perbedaan skewness dan
kurtosis. Rumus yang digunakan untuk menghitung Jarque-Bera adalah:
Dimana: S adalah skewness dan K adalah Kurtosis
Dengan Ho pada dadta berdistribusi normal, uji Jarque-Bera
didistribusi dengan X2
dengan derajat bebas (degree of freedom) sebesar
2. Probability menunjukkan kemungkinan nilai Jarque-Bera melebihi
(dalam nilai absolute) nilai terobservasi dibawah hipotesis nol. Nilai
probabilitas yagn kecil cenderung mengarahkan pada penolakan hipotesis
nol berdistribusi normal.
Untuk mengatahui normalitas sebuah data lebih mudah jika
dilakukan dengan melihat koefisien Jarque-Bera dan Probabilitas-nya.
Kedua angka ini bersifat saling mendukung. Dengan ketentuan sebagai
beikut:
1) Bila nilai J-B tidak seignifikan (lebih kecil dari 2), maka data
berdistribusi normal
2) Bola probabilitas lebih besar dari 5% (Jika menggunakan tingkat
signifikansi tersebut), maka data berdistribusi normal (hipotesis
nolnya adalah data berdistribusi normal).
54
b. Uji Multikolineritas
Multikolinieritas berarti terjadi korelasi linier yang mendekatai
sempurna antar dua variabel bebas. Uji multikolinieritas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi yang terbentuk ada kolerasi yang
tinggi atau sempurna di antara variabel bebas atau tidak. Jika dalam
model regresi yang terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna
di antara variabel bebas maka model regresi tersebut dinyatakan
mengandung gejala multikolinier. (Suliyanto, 2011:81)
Menurut Widarjono (2013:101) Adanya multikolinieritas masih
menghasilkan estimator yang BLUE, tetapi menyebabkan suatu model
mempunyai varian yang besar. Dampak adanya multikolinieritas di
dalam model regresi jika kita menggunakan teknik estimasi dengan
model kuadrat terkecil (OLS) tetapi masih mempertahankan asumsi lain
adalah sebagai berikut:
1) Estimator masih bersifat BLUE dengan adanya multikolinieritas
namun estimator mempunyai varian dank ovarian yang besar sehingga
sulit mendapatkan estimasi yang tepat.
2) Akibat no.1, maka interval estimasi akan cenderung lebih besar dan
nilai hitung statistic uji t akan kecil sehingga membuat variabel
independen secara statistic tidak signifikan mempengarui variabel
independen.
3) Walaupun secara individu variabel independen tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen melalui uji statistic t, namun nilai
koefisien determinasi R2 masih bisa relative tinggi.
55
Untuk mendeteksi masalah multikkolinieritas dengan menguji
koefisien korelasi (r) antar variabel independen. Sebbagai aturan kasar
(rule of thumb), jika koefisien korelasi cukup tinggi di atas 0,85 sehingga
disimpulkan mengandung unsur multikolinieritas dalam model.
Sebaliknya jika koefisien korelasi rendah dibawah 0,85 sehingga
disimpulkan tidak mengandung unsure multikolinieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas berarti ada varian variabel pada model regresi
yang tidak sama (konstan). Yang diharapkan pada model regresi adalah
yang homokedastisitas. Masalah heteroskedastisitas sering terjadi pada
penelitian yang menggunakan data cross-section.
Widarjono (2013:115) mengatakan bahwa dengan adanya
heteroskedaastisitas, estimator OLS tidak menghasilkan estimator yang
Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) hanya menghasilkan Linear
Unbiased Estimator (LUE). Jika terdapat heteroskedastisitas dan tetap
menggunakan model OLS sehingga mengakibatkan sebagai berikut:
1) Jika varian tidak minimum maka menyebabkan perhitungan standard
error metode OLS tidak lagi bisa dipercaya kebenarannya.
2) Akibat no.1 maka interval estimasi maupun uji hipotesis yang
didasarkan pada dsitribusi t maupun F tidak lagi bisa dipercaya untuk
evaluasi hasil regresi.
Dalam mendeteksi masalah heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan metode GoldFeld-Quandt. Menurut metode GoldFeld-Quandt,
56
mengasumsikan bahwa metode deteksi heteroskedastisitas
merupakan fungsi positif dari variabel independen. Hipotesis yang
digunakan dalam uji GoldFeld-Quandt ini adalah:
H0 : Tidak ada Heteroskedastisitas
Ha : Ada Heteroskedastisitas
Metode GoldFeld-Quandt meliputi perhitungan dua regresi.
Regresi kelompok pertama merupakan kelompok data yang diduga
mempunyai varian variabel gangguan yang rendah dan regresi yang
kedua berdasarkan data yang diduga mempunyai varian variabel
gangguan yang tinggi. Jika varian variabel gangguan setiap kelompok
hampir sama maka diduga varian variabel gangguan mempunyai
karakteristik homokedastisitas. Jika varian variabel gangguan
menunjukkan tren yang meningkat maka model mengandung
heteroskedastisitas. Prodedur metode GoldFeld-Quandt adalah sebagai
berikut:
1) Mengurutkan data sesuai dengan X, dimulai dari yang kecil hingga
yang paling besar.
2) Menghilangkan observasi yang ditengah (c). Membagi data yang
tersisa (n-c) menjadi dua kelompok. Kelompok pertama berkaitan
dengan nilai X yang kecil dan kelompok kedua berhubungan dengan
data dengan nilai X yang besar.
3) Melakukan regresi pada setiap kelompok secara terpisah. Data setiap
regresi terdiari dari .
57
4) Dapatkan SSR1 yang berhubungan dengan nilai X kecil dan SSR2
yang berhubungan dengan nilai X yang besar.
5) Menghitung nilai F dengan rumus:
Dimana:
SSR1 = Sum squared resid kelompok 1
SSR2 = Sum squared resid kelompok 2
df = degree of freedom, ditentukan dengan menggunakan rumus
Jika nilai Fhitung lebih besar dari nilai Fkritis maka dapat ditarik
kesimpulan menolak hipotesis nol dan menerima hipotesis alternatif yang
berarti terdapat masalah heterokedastisitas. Sebaliknya jika Fhitung lebih
kecil dari nilai Fkritis sehingga menerima hipotesis nol dan menolak
hipotesis alternatif sehingga dapat ditarik kesimpulan tidak ada masalah
heterokedastisitas.(Widardjono, 2013:121).
d. Uji Autokorelasi
Menurut Winarno (2007:26) Autokorelasi adalah hubungan
antara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya.
Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat runtut waktu,
karena berdasarkan sifatnya, data masa sekarang dpengaruhi oleh data
masa-masa sebelumnya. Autokorelasi juga sering terjadi pada data yang
bersifat antar objek (cross section).
58
Menurut Widarjono (2013:139) Dengan adanya autokorelasi,
estimator OLS tidak menghasilkan estimator yang BLUE ( Best Linear
Unbiased Estimator) hanya LUE (Linear Unbiased Estimator). Jika
estimator tidak mempunyai varian yang minimum akan menyebabkan :
1) Jika varian tidak minimum akan menyebabkan perhitungan standard
error metode OLS tidak lagi bisa dipercaya kebenarannya.
2) Interval estimasi maupun uji hipotesis yang didasarkan pada
distribusi t maupun F tidak lagi bisa dipercaya untuk evaluasi hasil
regresi.
Hipotesis penelitian dalam uji ini adalah sebagai berikut:
Ho : Tidak ada masalah autokorelasi
H1 : Ada masalah autokorelasi.
Dalam mendeteksi masalah autokorelasi dapat digunakan metode
Durbin-Watson. Metode Durbin-Watson (D-W) diperkenalkan oleh
J.Durbin dan GS. Watson tahun 1951. Untuk menarik kesimpulan ada
tidak autokorelasi dapat digunakan kriteria sebagai berikut :
1) 0 < d < dL maka menolak hipotesis nol dan dapat disimpulkan ada
autokorelasi positif.
2) dL < d < dU merupakan daerah tidak dapat diputuskan
3) dU < d < 4-dU maka menerima hipootesis nol dan dapat disimpulkan
tidak ada autokorelasi positif / negative.
4) 4-dU < d < 4-dL merupakan daerah tidak dapat diputuskan.
5) 4-dL < d < 4 maka menolak hipotesis nol dan dapat disimpulkan ada
autokorelasi negatif.
59
5. Uji Signifikasi
a. Koefisien Determinasi.
Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa baik
garis regresi cocok dengan datanya atau mengukur presentase total
variasi Y yang dijelaskan oleh garis regresinya. Nilai koefisisen
determinasi mempunyai interval sebagai berikut :
Semakin angkanya mendekati 1 maka semakin baik garis regresi
karena mampu menjelaskan data aktualnya. Semakin mendekati nol
maka kita mempunyai garis regresi yang kurang baik.
Koefisisen determinasi tidak pernah menurun terhadap jumlah
variabel independen. Artinya koefisisen determinasi akan semakin besar
jika menambah variabel independen di dalam model. Oleh karena nilai
R2 yang selalu naik dika menambah variabel independen walaupun
variabel tersebut belum tentu mempunyai pembenaran dari teori ekonomi
maupun logika ekonomi, sebagai alternatifnya adalah dengan
menggunakan R2 yang disesuaikan (Adjusted R square).(Widardjono,
2013:70)
b. Uji Simultan (Uji F)
Uji ini digunakan untuk mengevaluasi pengaruh semua variabel
independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan
membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel. Nilai Fhitung diperoleh dengan
rumus sebagai berikut:
60
Dimana:
Fhitung : Nilai dari koefisien F
R2 : Koefisien Determinasi.
n : Jumlah Observasi
k : Jumlah variabel bebas.
Dalam hasil regresi yang dilakukan dengan pengolahan software
sudah di hitung nilai F hitung. Langkah selanjutnya adalah mencari nilai
F tabel. F kritis ditetapkan berdasarkan besarnya dan df (degree of
freedom) dimana bbesarnya ditentukan oleh numerator (k-1) dan df untuk
denominator (n-k) n merupakan jumlah observasi dan k merupakan
jumlah variabel bebas.
Pengambilan keputusan dalam Uji F ini didasarkan pada nilai F
hitung dan nilai F kritis. Jika nilai F hitung > dari F kritis sehingga
menolak hipotesis nol yang berarti secara bersama-sama variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika F
hitung < F kritis sehingga menerima hipotesis nol yang berarti secara
bersama-sama variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen.
Selain itu didalam menentukan menerima atau menolak hipotesis
nol dapat dilakukan dengan melihat besarnya probabilitas yang
menunjukkan besarnya , Dari perhitungan Eviews dapat dilihat nilai
61
probabilitasnya. Jika nilai probabilitas > 5% maka menerima hipotesis
nol yang berarti secara bersama-sama variabel independen tidak
berpengaruh terrhadap variabel independen. Sebaliknya jika nilai
probabilitas < 5% maka menolak hipotesis nol yang berarti secara
bersama-sama variabel independen berpengaruh terhadap variabel
independen (Widarjono, 2013:67).
c. Uji Parsial (Uji t)
Uji t merupakan suatu prosedur yang mana hasil sampel dapat
digunakan untuk verivikasi kebenaran atau kesalahan hipotesis nol (H0).
Keputusan untuk menolak atau menerima H0 dibuat berdasarkan nilai uji
statistik yang diperoleh dari data.
Uji hipotesis dua sisi digunakan jika peniliti tidak mempunyai
landasan teori atau dugaan yang kuat. Dalam uji dua sisi hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen dalam persamaan regresi
bisa positif maupun negatif. Pengambilan kesimpulandilakukan dengan
membandingka antara nilai t hitung dengan nilai t kritis. t hitung dapat
diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
Dimana : merupakan nilai pada hipotesis nol.
Nilai thitung umumnya telah disediakan pada hasil regresi.
Sedangkan nilai ttabel terletak pada besarnya df (degree of freedom) yang
digunakan df pada regresi berganda (n-k). Jika thitung > nilai ttabel maka
62
menolak hipotesis nol yang berarti secara individu variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika thitung < ttabel
maka menerima hipotesis nol yang berari secara individu variabel
independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (Widarjono,
2013:65).
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014). Variabel-
variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Pengeluaran Pemerintah Atas Infrastruktur (X1)
Merupakan besarnya pengeluaran pemerintah Provinsi Sumatera Utara
untuk sektor infrastruktur yang mencerminkan pengeluaran pemerintah dari
total anggaran pendapatan dan belanja yang dialokasikan untuk sektor
infrastruktur.
2. Pengeluaran Pemerintah Atas Pendidikan (X2)
Merupakan besarnya pengeluaran pemerintah Provinsi Sumatera Utara
untuk sektor pendidikan yang mencerminkan pengeluaran pemerintah dari
total anggaran pendapatan dan belanja yang dialokasikan untuk sektor
pendidikan.
63
3. Pengeluaran Pemerintah Atas Kesehatan (X3)
Merupakan besarnya pengeluaran pemerintah Provinsi Bengkulu
untuk sektor kesehatan yang mencerminkan pengeluaran pemerintah dari
total anggaran pendapatan dan belanja yang dialokasikan untuk sektor
kesehatan.
4. Investasi (X4)
Investasi merupakan pembentukan modal tetap bruto oleh sektor
swasta yang digunakan untuk pengadaan, pembuatan, dan pembelian
barang-barang modal baru yang berasal dari dalam negeri (domestik) dan
barang modal baru ataupun barang bekas dari luar negeri. Investasi
dianalisis yaitu investasi perkapita yang dinyatakan dalam ribuan rupiah
5. Pertumbuhan Ekonomi (Y)
Pertumbuhan ekonomi adalah sebagai suatu ukuran kuantitatif yang
menggambarkan perkembangan suatu perekonomian daerah dari suatu tahun
ke tahun berikutnya diproksikan dengan PDRB, semakin tinggi PDRB suatu
daerah berarti pertumbuhan ekonomi semakin meningkat yang
mengakibatkan pengalokasian anggaran belanja modal yang semakin
dinamis.
64
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Provinsi Bengkulu
1. Keadaan Geografis
Secara geografis terletak di antara 2016’-3
031’ Lintang Selatan dan
10101-103
041’ Bujur Timur. Bentuk wilayah Provinsi Bengkulu memanjang
dari utara ke selatan menyerupai pulau Sumatera, pada bagian timur
merupakan daerah perbukitan yang didominasi pegunungan bukit barisan,
pada bagian dataran rendah merupakan daerah pemukiman dan budidaya
dan pada bagian barat merupakan dataran rendah yang berbatasan langsung
dengan Samudera Indonesia dan membentuk garis pantai dengan panjang
mencapai 525 km.
2. Iklim
Provinsi Bengkulu termasuk daerah beriklim tropis suhu udara
berkisar antara 23,30 sampai 31,4
0 C. Curah hujan yang tinggi terjadi pada
bulan Juni 490 mm dan terendah terjadi pada bulan September 53 mm, tidak
ada perbedaan yang tegas antara musim kemarau dan musim penghujan
sehingga daerah Bengkulu kurang cocok ditanami Jati. Pada daerah dataran
rendah suhu udara cukup panas sementara kelembaban nisbi antara 82-85%
menyebabkan nyamuk cepat berkembang biak. Daerah Bengkulu termasuk
daerah rawan gempa dengan frekuensi antara 114 kali sampai 200 kali
terjadi gempa dalam satu bulan.
65
3. Topologi
Provinsi Bengkulu memiliki topologi datar dan bergelombang serta
berbukit (curam). Topologi datar terletak di bagian Barat yang merupakan
daerah dataran rendah (pantai) memanjang dari batas sebelah Utara sampai
batas sebelah bagian Selatan. Topografi bergelombang berada di sebelah
Timur merupakan lereng pegunungan bukit barisan sedangkan topografi
berbukit (curam) berada pada jalur kedua sampai ke punggung pegunungan
Bukit Barisan. Topografi datar seluas 708.435 Ha, topografi bergelombang
seluas 625.323 Ha dan topografi berbukit sampai curam seluas 239.924 Ha.
4. Luas Wilayah
Luas wilayah Provinsi Bengkulu ± 2.003.050 Ha atau 20.003
kilometer persegi. Wilayah Provinsi Bengkulu memanjang dari perbatasan
Provinsi Sumatera Barat sampai ke perbatasan Provinsi Lampung dan
jaraknya lebih kurang 567 kilometer, dengan batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara dengan Provinsi Sumatera Barat.
b. Sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia dan Provinsi Lampung.
c. Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia.
d. Sebelah Timur dengan Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan.
B. Hasil Analisis Deskriptif
Pengolahan data dilakukan secara elektronik mempergunakan Microsoft
Excel dan Eviews 7 untuk mempercepat perolehan data hasil yang dapat
menjelaskan variabel-variabel yang diteliti. Tabel deskriptif menunjukkan
semua variabel yang digunakan dalam model analisis panel regresi berganda,
66
yaitu variabel Y (pertumbuhan ekonomi / PDRB) sebagai variabel terikat,
variabel X1 pengeluaran pemerintah daerah atas infrastruktur, X2 pengeluaran
pemerintah daerah atas pendidikan, X3 Pengeluaran pemerintah daerah atas
kesehatan, dan X4 Investasi sebagai variabel bebas. Penjelasan lengkap
masing-masing variabel adalah:
1. Pengeluaran Pemerintah Daerah Atas Infrastruktur
Pada tabel berikut ini disajikan deskripsi data berdasarkan
pengeluaran pemerintah daerah atas infrastruktur berdasarkan
Kabupaten/Kota wilayah masing-masing yang terdapat di Provinsi
Bengkulu.
Tabel 4.1
Hasil Pengeluaran Pemerintah Daerah Atas
Infrastruktur Periode Tahun 2009 - 2014
No. Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 Bengkulu Utara 121.528.090.522 108.325.200.477 56.593.753.918 95.472.246.938 57.262.246.216 151.470.132.574
2 Muko-Muko 149.050.431.746 47.688.732.899 43.719.406.000 43.364.673.000 37.141.843.519 108.362.737.565
3 Bengkulu Selatan 112.993.269.881 368.114.753.526 98.020.849.944 295.872.657.539 75.734.678.447 105.139.143.759
4 Seluma 78.726.878.206 121.806.526.122 51.084.738.648 63.762.505.978 45.701.261.064 134.904.280.570
5 Kaur 99.509.385.033 164.969.568.983 53.630.238.779 85.774.809.490 50.554.420.874 48.060.653.695
6 Rejang Lebong 175.962.755.206 219.408.164.211 62.795.317.321 45.413.861.110 60.152.958.154 191.996.877.456
7 Lebong 205.076.471.299 75.837.164.985 55.006.408.041 48.060.653.695 60.249.143.950 46.069.068.387
8 Kepahiang 84.168.802.399 71.179.630.442 39.096.255.714 78.396.949.902 47.371.076.678 129.742.848.486
9 Bengkulu Tengah 26.487.512.086 24.160.567.805 76.266.927.425 58.331.734.000 56.343.044.757 60.019.497.757
10 Kota Bengkulu 63.762.505.978 60.019.497.757 59.885.813.566 84.168.802.399 32.490.204.721 78.078.408.740
Sumber: data diolah, 2016
Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa wilayah
Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu yang memiliki pengeluaran
pemerintah daerah atas infrastruktur terbesar pada periode tahun 2009-2014
adalah Bengkulu Selatan sebesar 1,055,875,353,096 dan pengeluaran
67
pemerintah daerah atas infrastruktur terkecil pada periode tahun 2009-2014
adalah Bengkulu Tengah sebesar 301,609,283,830. Kabupaten yang
memiliki tingkat pengeluaran atas infrastruktur tertinggi tentu akan
mengakibatkan pertumbuhan perekonomian bertumbuhnya investasi modal
swasta maupun pemerintah meningkat. Hal inilah mengakibatkan
pemerintah lebih leluasa dalam menyusun anggaran belanja modal.Sesuai
dengan data diatas, maka Kabupaten Bengkulu Selatan merupakan daerah
yang belum memiliki infrastruktur memadai dari segi kualitas maupun
kuantitas.Kebutuhan infrastruktur wilayah tidak terlepas dari fungsi dan
peranannya terhadap pembangunan wilayah sebagai pengarah pembentukan
struktur tata ruang, pemacu pertumbuhan wilayah serta pengikat
wilayah.Rendahnya pelayanan infrastruktur wilayah baik dari segi
ketersediaan dan kualitas masih merupakan permasalahan besar di
Kabupaten Bengkulu Selatan.Sehingga Kabupaten tersebut memiliki
pengeluaran atas bidang infrastruktur yang paling besar dibandingkan
dengan daerah Kabupaten lainnya.
2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Atas Pendidikan
Pada tabel berikut ini disajikan deskripsi data berdasarkan
pengeluaran pemerintah daerah atas pendidikan berdasarkan
Kabupaten/Kota wilayah masing-masing yang terdapat di Provinsi
Bengkulu.
68
Tabel 4.2
Hasil Pengeluaran Pemerintah Daerah Atas
Pendidikan Periode Tahun 2009 - 2014
No. Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 Bengkulu Utara 77.743.263.942 268.021.784.236 109.551.037.429 355.285.284.116 196.971.694.278 183.370.480.498
2 Muko-Muko 72.091.324.283 200.450.219.553 238.846.605.938 210.755.608.500 99.497.691.768 94.213.317.888
3 Bengkulu Selatan 299.164.434.600 154.792.621.020 136.724.046.754 147.497.054.149 169.058.334.139 63.589.678.043
4 Seluma 24.834.064.283 213.040.017.152 137.694.778.655 356.209.114.957 235.815.295.112 74.892.576.925
5 Kaur 52.851.637.621 311.160.635.942 213.269.590.755 246.700.094.484 127.103.182.520 127.269.782.704
6 Rejang Lebong 62.981.861.733 159.443.719.202 73.502.333.999 184.937.002.580 183.007.384.685 79.823.003.180
7 Lebong 77.517.167.307 27.158.374.120 145.936.530.388 299.164.434.600 30.342.089.809 34.229.130.231
8 Kepahiang 184.381.808.350 144.105.859.702 101.289.837.614 101.462.182.952 82.657.964.508 139.734.040.678
9 Bengkulu Tengah 150.126.189.479 257.745.387.944 136.310.600.040 181.361.373.257 173.156.452.777 231.649.146.800
10 Kota Bengkulu 101.462.182.952 128.532.671.343 57.262.553.355 236.277.218.623 21.417.665.598 135.680.000.473
Sumber: data diolah, 2016
Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa wilayah
Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu yang memiliki pengeluaran
pemerintah daerah atas pendidikan terbesar pada periode tahun 2009-2014
adalah Bengkulu Utara sebesar 1,190,943,544,499 dan pengeluaran
pemerintah daerah atas pendidikan terkecil pada periode tahun 2009-2014
adalah Kabupaten Lebong sebesar 614,347,726,455. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa Kabupaten yang memiliki tingkat pengeluaran atas
pendidikan tertinggi tentu akan mengakibatkan perubahan kualitas angkatan
kerja yang kemudian meningkatkan produktivitas kerja. Sehingga
Kabupaten tersebut akan menjadi maju dan lebih sejahtera.
3. Pengeluaran Pemerintah Daerah Atas Kesehatan
Pada tabel berikut ini disajikan deskripsi data berdasarkan
pengeluaran pemerintah daerah atas kesehatan berdasarkan Kabupaten/Kota
wilayah masing-masing yang terdapat di Provinsi Bengkulu.
69
Tabel 4.3
Hasil Pengeluaran Pemerintah Daerah Atas
KesehatanPeriode Tahun 2009 - 2014
No. Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 Bengkulu Utara 64.462.257.886 76.359.535.838 68.871.600.023 57.362.406.046 48.711.362.212 41.665.573.965
2 Muko-Muko 48.662.272.499 48.353.197.438 58.479.721.633 52.200.795.000 61.058.517.766 82.434.359.559
3 Bengkulu Selatan 10.997.045.088 15.039.609.866 32.881.144.061 16.534.863.419 15.377.509.989 42.236.880.532
4 Seluma 58.045.946.591 69.038.529.205 66.655.465.250 73.219.194.038 21.806.463.890 26.445.338.876
5 Kaur 88.375.736.886 79.912.900.732 35.708.642.237 72.154.023.620 11.830.638.641 45.402.067.577
6 Rejang Lebong 76.950.239.852 11.087.388.094 59.274.131.929 45.373.791.381 44.641.375.888 31.502.854.377
7 Lebong 42.173.045.198 17.091.116.349 89.554.000.326 41.612.159.811 85.598.757.170 39.561.078.505
8 Kepahiang 34.935.562.502 61.962.407.932 21.312.418.910 45.402.067.577 55.920.157.611 43.984.479.033
9 Bengkulu Tengah 78.752.610.718 94.553.956.685 37.034.878.239 85.854.397.500 81.145.420.518 20.636.603.815
10 Kota Bengkulu 43.824.655.020 47.232.503.216 41.543.914.611 41.200.952.444 80.941.747.645 36.574.535.324
Sumber: data diolah, 2016
Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa wilayah
Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu yang memiliki pengeluaran
pemerintah daerah atas kesehatan terbesar pada periode tahun 2009-2014
adalah Bengkulu Tengah sebesar 397,977,867,475 dan pengeluaran
pemerintah daerah atas kesehatan terkecil pada periode tahun 2009 - 2014
adalah Bengkulu Selatan sebesar 133,067,052,955. Hal ini menunjukkan
bahwa Kabupaten Bengkulu Tengah yang memiliki pengeluaran anggaran
belanja pemerintah daerah atas kesehatan yang paling besar dibandingkan
dengan Kabupaten lainnya, maka hal ini akan berdampak kepada pelayanan
kesehatan melalui rumah sakit dan puskesmas serta pelayanan kesehatan
lainnya dapat meningkatkan mutu kesehatan yang menjangkau seluruh
masyarakat untuk mewujudkan pembangunan kesehatan yang merata.
Pengembangan infrastruktur kesehatan, baik secara kuantitas maupun
kualitas, akan mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang
merupakan faktor input pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.
70
4. Investasi
Pada tabel berikut ini disajikan deskripsi data berdasarkan investasi
berdasarkan Kabupaten/Kota wilayah masing-masing yang terdapat di
Provinsi Bengkulu.
Tabel 4.4
Hasil Investasi Periode Tahun 2009 - 2014
No. Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 Bengkulu Utara 191,996,877,456 67,587,695,631 61,020,103,736 52,073,483,692 28,915,079,005 121,528,090,522
2 Muko-Muko 46,069,068,387 92,124,272,520 76,859,860,623 76,369,180,135 52,898,202,672 149,050,431,746
3 Bengkulu Selatan 129,742,848,486 69,984,509,111 45,347,895,113 45,665,367,042 61,334,588,194 112,993,269,881
4 Seluma 60,019,497,757 47,337,239,606 52,618,798,961 84,061,085,119 78,359,118,794 78,726,878,206
5 Kaur 78,078,408,740 59,555,563,528 53,224,950,797 42,257,625,280 56,671,539,160 99,509,385,033
6 Rejang Lebong 96,037,973,745 92,524,007,229 63,490,463,554 88,426,227,083 55,767,210,700 175,962,755,206
7 Lebong 152,197,668,212 61,996,792,124 44,471,857,887 85,134,251,376 63,280,000,522 205,076,471,299
8 Kepahiang 163,969,775,378 45,541,361,389 64,872,190,080 62,068,731,637 45,654,597,569 84,168,802,399
9 Bengkulu Tengah 88,426,227,083 94,916,997,126 20,631,510,000 77,715,681,663 63,157,395,331 296,487,512,086
10 Kota Bengkulu 85,134,251,376 110,235,153,480 52,242,140,625 85,783,101,203 21,455,486,600 63,762,505,978
Sumber: data diolah, 2016
Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa wilayah
Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu yang memiliki investasiterbesar
pada periode tahun 2009-2014 adalah Bengkulu Tengah sebesar
641,335,323,289, hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Bengkulu Tengah
yang memiliki investasi yang paling besar dibandingkan dengan Kabupaten
lainnya, maka hal ini akan berdampakpada besarnya investasi fisik di daerah
ini tidak lepas dari pengaruh sektor pariwisata yang menjadi tulang
punggung perekonomian daerah tersebut. Ketersediaan infrastruktur yang
relatif lebih baik di daerah ini juga menjadi pendorong bagi investor untuk
menanamkan modalnya di daerah tersebut.Sedangkan investasi terendah
terjadi di Kabupaten Seluma yaitu 401,122,618,443, ini dikarena investor
enggan berinvestasi pada sector pertanian, sehingga sangaty sulit bersaing
dengan kabupaten lainnya.
71
5. Pertumbuhan Ekonomi
Pada tabel berikut ini disajikan deskripsi data berdasarkan
pertumbuhan ekonomi berdasarkan Kabupaten / Kota wilayah masing-
masing yang terdapat di Provinsi Bengkulu.
Tabel 4.5
Hasil Pertumbuhan Ekonomi
Periode Tahun 2009 - 2014
No. Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 Bengkulu Utara 5,58 4,14 5,09 4,87 4,86 4,76
2 Muko-Muko 3,37 4,18 3,97 4,23 4,28 3,37
3 Bengkulu Selatan 4,04 3,93 4,42 4,12 3,78 4,63
4 Seluma 5,30 4,69 5,88 6,11 4,56 5,28
5 Kaur 4,69 5,57 5,30 6,21 5,14 4,21
6 Rejang Lebong 4,02 4,15 4,27 3,57 4,78 3,44
7 Lebong 4,95 4,92 5,07 5,28 4,74 7,39
8 Kepahiang 4,28 4,51 4,87 4,21 4,87 6,22
9 Bengkulu Tengah 4,91 5,08 5,21 3,44 8,34 4,12
10 Kota Bengkulu 4,57 4,73 4,63 4,18 5,88 6,11
Sumber: data diolah, 2016
Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa wilayah
Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu yang memiliki pertumbuhan
ekonomi terbesar pada periode tahun 2009-2014 adalah Lebong dengan
rata-rata 32,35 dan pertumbuhan ekonomi terkecil pada periode tahun 2009-
2014 adalah Kabupaten Muko-Muko dengan rata-rata 23,40. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa Kabupaten yang memiliki tingkat pertumbuhan
perekonomian tertinggi tentu akan mengakibatkan bertumbuhnya investasi
modal swasta maupun pemerintah meningkat,sehingga mengakibatkan
pemerintah lebih leluasa dalam menyusun anggaran belanja modal begitu
72
pula sebaliknya, apabila pertumbuhan ekonomi rendah maka akan
mengakibatkan investasi modal di wilayah menjadi berkurang dan akan
berdampak kepada tingkat pertumbuhan ekonomi dari wilayah tersebut.
C. Hasil Analisis Data
1. Hasil Estimasi Metode Data Panel
Berdasarkan permasalahan, tujuan penelitian dan perumusan
hipotesis yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumya maka langkah
selanjutnya melakukan analisis data. Penelitian ini menggunakan data panel
yang merupakan gabungan dari data time series dan cross section. Teknik
analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda dengan menggunakan software eviews 7.0. Sebelum melakukan
analisis data langkah pertama adalah melakukan pemilihan model terbaik
untuk menghasilkan analisis yang baik. Terdapat tiga pendekatan dalam
pemilihan model terbaik yaitu: Common Effect, Fixed Effect, Random
Effect.
Untuk menentukkan model estimasi terbaik tersebut akan dilakukan
beberapa prosedur pengujian formal, yaitu uji chow untuk memilih antara
model common effects atau fixed effects; uji Hausman untuk memilih
antara model fixed effects atau random effects. Selanjutnya, untuk model
estimasi data panel terpilih akan dilakukan pengujian untuk estimator
dengan struktur varians - kovarians residual yang lebih baik.
73
a. Hasil Model Pooled Least Square
Merupakan pengolahan data dengan menggunakan pendekatan
Pooled Least Square (PLS), yang digunakan sebagai salah satu
persyaratan untuk melakukan uji F-Restricted. Dari hasil pengolahan
EViews 7.0 mendapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.6
Regresi Data Panel Pooled Least Square
Dependent Variable: PERTUMBUHAN_EKONOMI?
Method: Pooled Least Squares
Date: 04/20/16 Time: 12:04
Sample: 2009 2014
Included observations: 6
Cross-sections included: 10
Total pool (balanced) observations: 60 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFRASTRUKTUR? 2.29E-13 1.00E-13 2.282813 0.0263
PENDIDIKAN? 7.65E-14 7.65E-14 0.999702 0.3218
KESEHATAN? 4.60E-13 2.31E-13 1.988975 0.0516
INVESTASI? 6.01E-13 1.31E-13 4.587604 0.0000 R-squared 0.393886 Mean dependent var 0.101980
Adjusted R-squared 0.361416 S.D. dependent var 0.067846
S.E. of regression 0.054217 Akaike info criterion -2.927316
Sum squared resid 0.164609 Schwarz criterion -2.787693
Log likelihood 91.81948 Hannan-Quinn criter. -2.872702
Durbin-Watson stat 1.153368
Sumber: Data diolah
b. Hasil Model Fixed Effect
Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan
pendekatan Fixed Effect Model dengan metode pendekatan Pooled
Least Square pada uji F-restricted. Dari hasil pengolahan Eviews 7.0
mendapatkan hasil sebagai berikut:
74
Tabel 4.7
Regresi Data Fixed Effect
Dependent Variable: PERTUMBUHAN_EKONOMI? Method: Pooled Least Squares Date: 04/20/16 Time: 12:04 Sample: 2009 2014 Included observations: 6 Cross-sections included: 10
Total pool (balanced) observations: 60
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.076103 0.023789 -3.199133 0.0025
INFRASTRUKTUR? 3.04E-13 9.47E-14 3.208070 0.0024 PENDIDIKAN? 2.34E-13 6.77E-14 3.459114 0.0012
KESEHATAN? 1.02E-12 2.41E-13 4.237347 0.0001
INVESTASI? 7.63E-13 1.29E-13 5.911981 0.0000
Fixed Effects (Cross) _A--C 0.003022 _B--C -0.037875
_C--C 0.062075
_D--C 0.069174
_E--C -0.008873
_F--C -0.064966
_G--C -0.025427
_H--C 0.000816
_I--C -0.016321
_J--C 0.018374 Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.780626 Mean dependent var 0.101980
Adjusted R-squared 0.718629 S.D. dependent var 0.067846
S.E. of regression 0.035989 Akaike info criterion -3.610270
Sum squared resid 0.059578 Schwarz criterion -3.121590
Log likelihood 122.3081 Hannan-Quinn criter. -3.419121
F-statistic 12.59132 Durbin-Watson stat 2.612179
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data diolah
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa semua variabel memiliki
nilai prob < 0,05 maka hasil model Fixed Effect baik digunakan.
c. Hasil Model Random Effect
Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan
pendekatan Random Effect Model dengan metode pendekatan Pooled
Least Square pada uji F-restricted. Efek random digunakan untuk
75
mengatasi kelemahan metode efek tetap yang menggunakan variabel
semu, metode random efek menggunakan residual, yang diduga memiliki
hubungan antar waktu dan antar objek (Winarno, 2007:17). Dari hasil
pengolahan Eviews 7.0 mendapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.8
Regresi Data Random Effect
Dependent Variable: PERTUMBUHAN_EKONOMI?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 04/20/16 Time: 12:04 Sample: 2009 2014 Included observations: 6 Cross-sections included: 10 Total pool (balanced) observations: 60
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.075549 0.028075 -2.691007 0.0094
INFRASTRUKTUR? 3.10E-13 9.28E-14 3.341441 0.0015
PENDIDIKAN? 2.26E-13 6.65E-14 3.402170 0.0013
KESEHATAN? 1.02E-12 2.39E-13 4.269848 0.0001
INVESTASI? 7.65E-13 1.25E-13 6.107539 0.0000
Random Effects (Cross) _A--C 0.002154 _B--C -0.034712 _C--C 0.056660 _D--C 0.063843 _E--C -0.008107 _F--C -0.058905
_G--C -0.022853
_H--C 0.000876
_I--C -0.015401
_J--C 0.016446 Effects Specification S.D. Rho Cross-section random 0.049030 0.6499
Idiosyncratic random 0.035989 0.3501 Weighted Statistics
R-squared 0.573132 Mean dependent var 0.029273 Adjusted R-squared 0.542088 S.D. dependent var 0.051684 S.E. of regression 0.034974 Sum squared resid 0.067276 F-statistic 18.46140 Durbin-Watson stat 2.312230
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.437787 Mean dependent var 0.101980
Sum squared resid 0.152686 Durbin-Watson stat 1.018811
Sumber: Data diolah
76
Berdasarkan data di atas hasil random effect terlihat bahwa nilai
prob. < 0,05 maka dinyatakan signifikan, maka hasil random effect
dinyatakan baik digunakan dalam penelitian.
d. Uji Chow Test
Chow Test merupakan uji untuk menentukan model yang paling
tepat antara Common effect dengan Fixed effect yang akan digunakan
dalam untuk mengestimasi data panel. Hipotesis dalam pengujian ini
adalah:
H0 : Model yang terbaik adalah Common effect
Ha: Model yang terbaik adalah Fixed effect.
Kriteria pengambilan keputusan uji hipotesis diatas dengan
membadingkan antara F-statistik dengan F tabel. Jika F-statistik > F tabel
maka H0 ditolak sehingga model yang baik adalah Model Fixed effect.
Begitu sebaliknya. Jika F-statistik < F tabel maka H1 ditolak sehingga
model yang baik adalah Model Common effect.
Langkah lain dalam pengambilan keputusan dilihat dari nilai
Probabilitas. Jika probalilitas > 5% maka H1 ditolak sehingga model
yang baik adalah model Common effect. Begitu sebaliknya jika
probabillitas < 5% maka H0 ditolak sehingga model yang baik adalah
Fixed effect.
77
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Chow Test
Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 7.763312 (9,46) 0.0000
Cross-section Chi-square 55.429549 9 0.0000
Cross-section fixed effects test equation: Dependent Variable: PERTUMBUHAN_EKONOMI Method: Panel Least Squares Date: 04/20/16 Time: 12:04 Sample: 2009 2014 Periods included: 6 Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 60 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.068011 0.029464 -2.308232 0.0248
INFRASTRUKTUR 3.61E-13 1.12E-13 3.215389 0.0022 PENDIDIKAN 1.61E-13 8.23E-14 1.954852 0.0557 KESEHATAN 9.81E-13 3.17E-13 3.092844 0.0031
INVESTASI 7.62E-13 1.44E-13 5.284153 0.0000 R-squared 0.447416 Mean dependent var 0.101980
Adjusted R-squared 0.407228 S.D. dependent var 0.067846 S.E. of regression 0.052236 Akaike info criterion -2.986445 Sum squared resid 0.150071 Schwarz criterion -2.811916 Log likelihood 94.59334 Hannan-Quinn criter. -2.918177 F-statistic 11.13309 Durbin-Watson stat 1.071074
Prob(F-statistic) 0.000001
Sumber : data diolah
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat hasil chow test bahwa
nilai probalilitas < 5% sehingga dapat disimpulkan menolak H0 dan
menerima H1 sehingga model yang paling baik adalah mengikuti model
Fixed effect.
78
e. Hasil Uji Hausman Test
Hausman test merupakan uji untuk menentukan model yang baik
antara Fixed effect dengan Random effect yang akan digunakan untuk
mengestimasikan data panel. Hipotesis dalam pengujian ini adalah:
H0: Model yang baik adalah Fixed effect.
Ha: Model yang baik adalah Random effect
Kriteria pengambilan keputusan uji hipotesis diatas dengan
membandingkan antara F-statistik dengan F tabel. Jika F statistic > F
tabel maka H0 ditolak sehingga model yang baik adalah model random
effect. Begitu sebaliknya, jika F statistic < F tabel maka H1 ditolak
sehingga model yang baik adalah model Fixed effect.
Cara lain untuk mengambil keputusan dari uji hipotesis ini
dengan melihat nilai probabilitas hasil uji. Jika nilai probabilitas > 5%,
maka model yang baik adalah model Random effect. Begitu sebaliknya,
Jika nilai probabilitas < 5%, maka model yang baik adalah model Fixed
effect.
79
Tabel 4.10
Hasil Uji Hausman Test
Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 35944.316599 4 0.0000
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. INFRASTRUKTUR 0.000000 0.000000 0.000000 0.7393
PENDIDIKAN 0.000000 0.000000 0.000000 0.5309 KESEHATAN 0.000000 0.000000 0.000000 0.9533 INVESTASI 0.000000 0.000000 0.000000 0.9304
Cross-section random effects test equation: Dependent Variable: PERTUMBUHAN_EKONOMI Method: Panel Least Squares Date: 04/20/16 Time: 12:05 Sample: 2009 2014 Periods included: 6 Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 60 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.076103 0.023789 -3.199133 0.0025
INFRASTRUKTUR 3.04E-13 9.47E-14 3.208070 0.0024 PENDIDIKAN 2.34E-13 6.77E-14 3.459114 0.0012 KESEHATAN 1.02E-12 2.41E-13 4.237347 0.0001 INVESTASI 7.63E-13 1.29E-13 5.911981 0.0000
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.780626 Mean dependent var 0.101980
Adjusted R-squared 0.718629 S.D. dependent var 0.067846 S.E. of regression 0.035989 Akaike info criterion -3.610270 Sum squared resid 0.059578 Schwarz criterion -3.121590 Log likelihood 122.3081 Hannan-Quinn criter. -3.419121 F-statistic 12.59132 Durbin-Watson stat 2.612179 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: data diolah
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat nilai probablitas hasil uji
hausman < 0,05 (5%), sehingga dapat disimpulkan menolak H1 dan
menerima H0. Model yang baik berdasarkan Hausman test adalah model
Fixed effect.
80
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
Uji Normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual
yang telah terstandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau
tidak. Nilai residual dikatakan berdistriibusi normal jika nilai residual
terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya
(Sulisyanto, 2011:69).
Hipotesis dalam uji normalitas adalah:
H0 : Residual dalam model berdistribusi normal
Ha : Residual dalam model tidak berdistribusi normal.
Menurut Winarno untuk melihat data berdistribusi normal dapat
dilakukan dengan melihat koefisien Jarque-Bera dan Probabilitas-nya.
Kedua angka tersebut bersifat saling mendukung.
1) Bila nilai J-B tidak signifikan (lebih kecil dari 2), maka data
berdistribusi normal.
2) Bila probabilitas lebih besar dari 5% (bila menggunakan tingkat
signifikasi tersebut), maka data berdistribusi normal (hipotesis nolnya
adalah data berdistribusi normal)
Berikut ini adalah hasil uji normalitas dengan variabel dependen
PDRB.
81
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas
0
2
4
6
8
10
12
-0.08 -0.06 -0.04 -0.02 0.00 0.02 0.04 0.06 0.08
Series: Standardized Residuals
Sample 2009 2014
Observations 60
Mean -1.50e-18
Median -0.002353
Maximum 0.079453
Minimum -0.072782
Std. Dev. 0.031777
Skewness 0.366659
Kurtosis 3.203677
Jarque-Bera 1.448100
Probability 0.484785
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil uji di atas dapat dilihat bahwa nilai probabilitas
dari uji tersebut adalah 0,484785 yang berarti lebih besar dari 5%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa data penelitian berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas berarti terjadi korelasi linier yang mendekati
sempurna antar lebih dari dua variabel bebas. Uji Multikolinieritas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang terbentuk
terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna diantara variabel bebas. Jika
dalam model regresi yang terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau
sempurna diantara variabel bebas maka model regresi tersebut
dinyatakan mengandung gejala multikolinieritas (Suliyanto, 2011:81).
Metode yang digunakan untuk mengetahui adanya masalah
multikolinieritas dengan menguji koefisien korelasi (r) antar variabel
independen. Sebagai aturan yang kasar (rule of thumb), jika koefisien
korelasi cukup tinggi diatas 0,85 maka kita duga ada masalah
82
multikolinieritas dalam model. Sebaliknya jika koefisien korelasi relative
rendah maka kita duga model tidak mengandung unsur multikolinieritas.
(Widarjono, 2013:104). Berikut ini hasil Uji Multikolinirtitas:
Tabel 4.11
Hasil Uji Multikolinieritas
INF PEND KES INV
INFRASTRUKTUR 1.000000 -0.054506 -0.306739 0.097844
PENDIDIKAN -0.054506 1.000000 0.019173 -0.012859
KESEHATAN -0.306739 0.019173 1.000000 -0.185081
INVESTASI 0.097844 -0.012859 -0.185081 1.000000
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel hasil uji diatas dapat dilihat bahwa hubungan
antar varibel independen diatas 0,85. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
data penelitian tersebut bebas dari masalah multikolinieritas.
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas berarti ada varian variabel dalam model
regresi yang tidak sama (konstan). Sebaliknya, jika varian variabel pada
model regresi memiliki nilai yang sama (konstan) maka disebut
homokedastisitas. Masalah Heteroskedastisitas sering terjadi pada
penelitian yang menggunakan data cross-section
Dengan adanya heteroskedastisitas estimator OLS (Ordinary
Least Square) tidak menghasilkan estimator yang Best Linear Unbiased
Estimator (BLUE) hanya Linear Unbiased Estimator (LUE).
Dalam mendeteksi masalah heteroskedastisitas dalam model
dapat dilakukan dengan uji white, yaitu:
83
Tabel 4.12
Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji White)
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.396302 Prob. F(14,45) 0.2135
Obs*R-squared 2.62621 Prob. Chi-Square(14) 0.4289
Scaled explained SS 30.57595 Prob. Chi-Square(14) 0.6764
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 04/20/16 Time: 12:03
Sample: 1 60
Included observations: 60 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.003458 0.007805 0.443123 0.6598
INFRASTRUKTUR 2.14E-14 6.30E-14 0.339732 0.7356
INFRASTRUKTUR^2 -3.76E-26 1.13E-25 -0.332499 0.7411
INFRASTRUKTUR*PENDIDIKAN 1.86E-25 1.65E-25 1.128314 0.2652
INFRASTRUKTUR*KESEHATAN 3.07E-26 5.32E-25 0.057688 0.9543
INFRASTRUKTUR*INVESTASI -3.16E-25 2.45E-25 -1.285899 0.2051
PENDIDIKAN -2.98E-14 3.54E-14 -0.842939 0.4037
PENDIDIKAN^2 -2.25E-26 6.28E-26 -0.357627 0.7223
PENDIDIKAN*KESEHATAN 6.48E-25 2.84E-25 2.278662 0.0275
PENDIDIKAN*INVESTASI 6.11E-26 1.75E-25 0.349114 0.7286
KESEHATAN -1.04E-13 1.36E-13 -0.763228 0.4493
KESEHATAN^2 1.32E-25 1.02E-24 0.129150 0.8978
KESEHATAN*INVESTASI 6.95E-25 7.87E-25 0.883641 0.3816
INVESTASI -2.50E-14 8.27E-14 -0.302038 0.7640
INVESTASI^2 1.05E-25 1.68E-25 0.622914 0.5365 R-squared 0.427104 Mean dependent var 0.002501
Adjusted R-squared 0.248869 S.D. dependent var 0.004251
S.E. of regression 0.003684 Akaike info criterion -8.157382
Sum squared resid 0.000611 Schwarz criterion -7.633796
Log likelihood 259.7215 Hannan-Quinn criter. -7.952578
F-statistic 0.396302 Durbin-Watson stat 1.584237
Prob(F-statistic) 0.213518
Sumber: data diolah
Berdasarkan table di atas terlihat bahwa nilai Obs*R-squared
(2,62621) dan probabilitasnya 0,4289 (> 0,05), sehingga dapat
disimpulkan menerima hipotesis nol dan menolak hipotesis alternatif
sehingga data tersebut terbebas dari masalah heterokedastisitas.
84
d. Hasil Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan hubungan antara residual satu observasi
dengan residual observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul pada
data yang bersifat runtut waktu, karena berdasarkan sifatnya, data masa
sekarang dipengarui oleh data pada masa-masa sebelumnya. Meskipun
demikian, tetap dimungkinkan autokorelasi dijumpai pada data yang
bersifat antarobjek (cross section).
Dalam mendeteksi masalah autokorelasi digunakan dengan Uji
Durbin-Watson.
Tabel 4.13
Hasil Uji Autokorelasi
Dependent Variable: PERTUMBUHAN_EKONOMI Method: Panel Least Squares Date: 04/20/16 Time: 12:03 Sample: 2009 2014 Periods included: 6 Cross-sections included: 10 Total panel (balanced) observations: 60
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.076103 0.023789 -3.199133 0.0025
INFRASTRUKTUR 3.04E-13 9.47E-14 3.208070 0.0024 PENDIDIKAN 2.34E-13 6.77E-14 3.459114 0.0012 KESEHATAN 1.02E-12 2.41E-13 4.237347 0.0001 INVESTASI 7.63E-13 1.29E-13 5.911981 0.0000
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.780626 Mean dependent var 0.101980
Adjusted R-squared 0.718629 S.D. dependent var 0.067846 S.E. of regression 0.035989 Akaike info criterion -3.610270 Sum squared resid 0.059578 Schwarz criterion -3.121590 Log likelihood 122.3081 Hannan-Quinn criter. -3.419121 F-statistic 12.59132 Durbin-Watson stat 2.612179
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: data diolah
85
Tabel 4.14
Tabel Uji Durbin-Watson
Ada Tidak dapat Tidak ada Tidak dapat Ada
Autokorelasi diputuskan Autokorelasi diputuskan Autokorelasi
Positif 2,612179 Negatif
0 dl du 4-du 4-dl 4
0 1,5955 1,7851 2,9149 2,9845 4
Dari tabel uji Durbin-Watson dapat dilihat nilai uji Durbin-
Watson sebesar 2,612179. Hal ini berarti nilai hasil uji Durbin-Watson
terletak diantara 1,7851 – 2,9149 sehingga dapat disimpulkan menerima
hipotesis nol atau penelitian ini tidak ada masalah autokorelasi.
3. Hasil Uji Signifikasi
a. Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Menurut Widarjono (2013:69) Koefisien Determinasi adalah
untuk menjelaskan seberapa besar proporsi variasi variabel dependen
dijelaskan oleh variabel independen. Semakin besar nilai R2 maka sekin
baik hasil dari model regresi tersebut.
Koefisien determinasi selalu naik jika menambah jumlah variabel
independen dalam suatu model walaupun penambahan variabel
indeppenden tersebut belum tentu mempunyai pengaruh terhadap
variabel dependen. Sebagai alternatif digunakan R2 yang disesuaikan
(Adjusted R2).Berikut ini hasil Adjusted R
2:
86
Tabel 4.15
Hasil Adjusted R2
Dependent Variable: PERTUMBUHAN_EKONOMI Method: Panel Least Squares Date: 04/20/16 Time: 12:03 Sample: 2009 2014 Periods included: 6 Cross-sections included: 10 Total panel (balanced) observations: 60
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.076103 0.023789 -3.199133 0.0025
INFRASTRUKTUR 3.04E-13 9.47E-14 3.208070 0.0024 PENDIDIKAN 2.34E-13 6.77E-14 3.459114 0.0012
KESEHATAN 1.02E-12 2.41E-13 4.237347 0.0001
INVESTASI 7.63E-13 1.29E-13 5.911981 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.780626 Mean dependent var 0.101980
Adjusted R-squared 0.718629 S.D. dependent var 0.067846
S.E. of regression 0.035989 Akaike info criterion -3.610270
Sum squared resid 0.059578 Schwarz criterion -3.121590
Log likelihood 122.3081 Hannan-Quinn criter. -3.419121
F-statistic 12.59132 Durbin-Watson stat 2.612179
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil uji di atas dapat dilihat bahwa nilai Adjusted R2
adalah 0,718629 yang berarti bahwa kemapuan variabel independen yang
digunakan dalam penelitian yaitu pengeluaran pemerintah daerah atas
infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan investasi dalam menjelaskan
variabel dependen sebesar 71,86% sisanya 28,14% dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.
87
b. Hasil Uji Signifikasi Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji seberapa besar pengaruh variabel
independen (pengeluaran pemerintah daerah atas infrastruktur,
pendidikan, kesehatan dan investasi) terhadap variabel dependen.
Hipotesis dalam uji ini adalah:
H0 : Variabel independen secara simultan tidak berpengaruh
H1 : Variabel independen secara simultan berpengaruh.
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai F
tabel dengan nilai F hitung. Jika F-hitung > F-tabel dapat disimpulkan
bahwa hipotesis nol ditolak atau Variabel independen secara simultan
berpengaruh terhadap harga saham. Sebaliknya, jika F-hitung < F-tabel
dapat disimpulkan hipotesis nol diterima atau Variabel independen secara
simultan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Selain dilihat dari nilai F-hitung, alternatif lain bisa dilihat dari
hasil probabilitas F-hitung. Jika nilai probabilitas F-hitung > 5%, dapat
disimpulkan bahwa menerima hipotesis nol atau Variabel Independen
secara simultan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Sebaliknya, Jika probabilitas F-hitung < 5%, dapat disimpulkan bahwa
menolak hipotesis nol atau Variabel independen secara simultan
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Berikut ini hasil uji F:
88
Tabel 4.16
Hasil Uji F (Simultan)
Dependent Variable: PERTUMBUHAN_EKONOMI Method: Panel Least Squares Date: 04/20/16 Time: 12:03 Sample: 2009 2014 Periods included: 6 Cross-sections included: 10 Total panel (balanced) observations: 60
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.076103 0.023789 -3.199133 0.0025
INFRASTRUKTUR 3.04E-13 9.47E-14 3.208070 0.0024
PENDIDIKAN 2.34E-13 6.77E-14 3.459114 0.0012
KESEHATAN 1.02E-12 2.41E-13 4.237347 0.0001
INVESTASI 7.63E-13 1.29E-13 5.911981 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.780626 Mean dependent var 0.101980
Adjusted R-squared 0.718629 S.D. dependent var 0.067846
S.E. of regression 0.035989 Akaike info criterion -3.610270
Sum squared resid 0.059578 Schwarz criterion -3.121590
Log likelihood 122.3081 Hannan-Quinn criter. -3.419121
F-statistic 12.59132 Durbin-Watson stat 2.612179
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: data diolah
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa nilai F-hitung
sebesar 12,59132 dan F-tabel sebesar 2,54. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa F-hitung > F-tabel maka menolak hipotesis nol yang artinya
variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Selain itu dapat dilihat bahwa nilai F probablitas sebesar 0,000
yang lebih kecil dari 5% maka dapat disimpulkan menolak hipotesis nol
yang artinya variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi.
89
c. Hasil Uji Signifikasi Parsial ( Uji t)
Uji t digunakan untuk menguji seberapa besar pengaruh variabel
independen secara individu terhadap variabel dependen. Pengambilan
keputusan pada uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung
dengan t-tabel. Hipotesis dalam uji ini adalah:
H0 : Variabel independen secara parsial tidak berpengaruh.
H1 : Variabel independen secara parsial berpengaruh.
Jika nilai t-hitung > t-tabel dapat disimpulkan menolak hipotesis
nol yang berarti Variabel independen secara simultan berpengaruh
terhadap harga saham. Sebaliknya, Jika nilai t-hitung < t-tabel dapat
disimpulkan menerima hipotesis nol yang berarti Variabel indepeneden
secara parsial berpengaruh terhadap harga saham.
Uji t dilakukan dengan menggunakan uji 2 arah (two tail test)
dengan =5%, sehingga t-tabel diperoleh sebagai berikut:
= { ; df = (n-k)}
= { ; df = (60 - 4)}
= 2,00488
Berikut ini merupakan tabel hasil uji t:
90
Tabel 4.17
Hasil Uji t (Parsial)
Dependent Variable: PERTUMBUHAN_EKONOMI Method: Panel Least Squares Date: 04/20/16 Time: 12:03 Sample: 2009 2014 Periods included: 6 Cross-sections included: 10 Total panel (balanced) observations: 60
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.076103 0.023789 -3.199133 0.0025
INFRASTRUKTUR 3.04E-13 9.47E-14 3.208070 0.0024
PENDIDIKAN 2.34E-13 6.77E-14 3.459114 0.0012
KESEHATAN 1.02E-12 2.41E-13 4.237347 0.0001
INVESTASI 7.63E-13 1.29E-13 5.911981 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.780626 Mean dependent var 0.101980
Adjusted R-squared 0.718629 S.D. dependent var 0.067846
S.E. of regression 0.035989 Akaike info criterion -3.610270
Sum squared resid 0.059578 Schwarz criterion -3.121590
Log likelihood 122.3081 Hannan-Quinn criter. -3.419121
F-statistic 12.59132 Durbin-Watson stat 2.612179
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil estimasi t-tabel sebesar 2,00488 maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1) Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Atas Infrastruktur terhadap
Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan tabel di atas bahwa nilai t-hitung sebesar
3,208070 berarti lebih besar dari 2,00488. Nilai probabilitas sebesar
0,0024 < 0,05 sehingga menolak hipotesis nol yang berarti bahwa
pengeluaran pemerintah daerah atas infrastruktur berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rahayu (2011), hasil penelitian, pengeluaran aparatur
91
daerah (X1) mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi, Variabel X2 (pelayanan publik) mempunyai pengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi
2) Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Atas Pendidikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi.
Berdasarkan tabel di atas nilai thitung sebesar 3,208070 yang
berarti lebih besar dari 2,00488. Nilai probabilitas pengeluaran
pemerintah daerah atas pendidikan adalah 0,0012 < 0,05 sehingga
menolak hipotesis nol dan dapat disimpulkan bahwa pengeluaran
pemerintah daerah atas pendidikan berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Suparno (2014), hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
langsung antara pengeluaran pemerintah sektor pendidikan, kesehatan
dan infrastuktur terhadap indeks pembangunan manusia dan
pertumbuhan ekonomi. Terdapat pengaruh tidak langsung antara
pengeluaran pemerintah sektor pendidikan, kesehatan dan infrastuktur
terhadap indeks pembangunan manusia melalui pertumbuhan
ekonomi.
3) Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Atas Kesehatan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi.
Berdasarkan hasil uji diatas bahwa t-hitung pengeluaran
pemerintah daerah atas kesehatan sebesar 3,459114 yang berarti lebih
besar dari t-tabel 2,00488. Sedangkan nilai probabilitas hasil uji
pengeluaran pemerintah daerah atas kesehatan sebesar 0,0001 < 0,05.
92
Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pengeluaran pemerintah
daerah atas kesehatan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan Suryanto (2009) Dari
hasil istimasi regresi, variabel tenaga kerja, tingkat pendidikan dan
pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan
4) Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Atas Investasi terhadap
Pertumbuhan Ekonomi.
Berdasarkan hasil uji di atas bahwa t-hitung pengeluaran
pemerintah daerah atas investasi sebesar 5,911981 yang berarti lebih
besar dari t-tabel 2,00488. Sedangkan nilai probabilitas hasil uji
pengeluaran pemerintah daerah atas investasi sebesar 0,0000 < 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pengeluaran pemerintah
daerah atas investasi berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ilyas, dkk (2014)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa belanja sektor pendidikan
dan sektor kesehatan memiliki hubungan positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi melalui Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) Kabupaten Sinjai. Tingkat pendidikan tenaga kerja
sektor pertanian memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sinjai.
d. Analisis Regresi Data Panel
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengeluaran
pemerintah daerah atas infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan investasi
terhadap pertumbuhan ekonomi. Model analisis yang digunakan adalah
model Fixed Effect. Berikut ini hasil regresi data panel:
93
Tabel 4.18
Hasil Uji Data Panel
Dependent Variable: PERTUMBUHAN_EKONOMI Method: Panel Least Squares Date: 04/20/16 Time: 12:03 Sample: 2009 2014 Periods included: 6 Cross-sections included: 10 Total panel (balanced) observations: 60
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.076103 0.023789 -3.199133 0.0025
INFRASTRUKTUR 3.04E-13 9.47E-14 3.208070 0.0024 PENDIDIKAN 2.34E-13 6.77E-14 3.459114 0.0012
KESEHATAN 1.02E-12 2.41E-13 4.237347 0.0001
INVESTASI 7.63E-13 1.29E-13 5.911981 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.780626 Mean dependent var 0.101980
Adjusted R-squared 0.718629 S.D. dependent var 0.067846
S.E. of regression 0.035989 Akaike info criterion -3.610270
Sum squared resid 0.059578 Schwarz criterion -3.121590
Log likelihood 122.3081 Hannan-Quinn criter. -3.419121
F-statistic 12.59132 Durbin-Watson stat 2.612179
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: data diolah
Persamaan regresi dari output diatas dengan variabel dependen
pertumbuhan ekonomi adalah sebgai berikut:
Berdasarkan persamaan di atas dapat diinterpretasikan sebagai
berikut:
a. Konstanta (-0,076103)
Nilai konstanta sebesar -0,076103 yang berarti jika variabel bebas
yang terdiri dari pengeluaran pemerintah daerah atas infrastruktur,
pendidikan, kesehatan dan investasi bernilai nol maka variabel
pertumbuhan ekonomi akan turun sebesar 0,076103.
Y = -0,076103 – 3,04 X1 (INF) + 2,34 X2 (PEND) + 1,02 X3 (KES) + 7,63 X4 (INV)
94
b. Pengeluaran Pemerintah Daerah Atas Infrastruktur (3,04)
pengeluaran pemerintah daerah atas infrastruktur memiliki nilai
probabilitas sebesar 0,0024 yang berada dibawah tingkat signifikasi
sehingga menolak Ho1 dan menerima Ha1. Dengan nilai koefisien
pengeluaran pemerintah daerah atas infrastruktur sebesar 3,04 yang
menunjukkan bahwa jika pengeluaran pemerintah daerah atas
infrastruktur mengalami kenaikan 1 satu satuan sehingga akan
mengakibatkan peningkatan pertumbuhan ekonomi sebanyak 3,04
satuan. Dengan asumsi variabel lain bernilai konstan.
c. Pengeluaran Pemerintah Daerah Atas Pendidikan (2,34)
Pengeluaran pemerintah daerah atas pendidikan memiliki nilai
probabilitas 0,0012 yang berada dibawah tingkat signifikasi sehingga
menolak Ho2 dan menerima Ha2. Dengan nilai koefisien pengeluaran
pemerintah daerah atas pendidikan sebesar 2,34 yang menunjukkan
bahwa jika pengeluaran pemerintah daerah atas pendidikan mengalami
kenaikan 1 satu satuan sehingga akan mengakibatkan peningkatan
pertumbuhan ekonomi sebanyak 2,34 satuan. Dengan asumsi variabel
lain bernilai konstan.
d. Pengeluaran Pemerintah Daerah Atas Kesehatan (1,02)
Pengeluaran pemerintah daerah atas kesehatan memiliki nilai
probabilitas sebesar 0,0001 yang berada dibawah tingkat signifikasi
sehingga menolak Ho3 dan menerima Ha3. Dengan nilai koefisien
pengeluaran pemerintah daerah atas kesehatan sebesar 1,02 yang
95
menunjukkan bahwa jika pengeluaran pemerintah daerah atas
kesehatan mengalami kenaikan 1 satu satuan sehingga akan
mengakibatkan peningkatan pertumbuhan ekonomi sebanyak 1,02
satuan. Dengan asumsi variabel lain bernilai konstan.
e. Pengeluaran Pemerintah Daerah Atas Investasi (7,63)
Pengeluaran pemerintah daerah atas investasi memiliki nilai
probabilitas sebesar 0,0000 yang berada dibawah tingkat signifikasi
sehingga menolak Ho4 dan menerima Ha4. Dengan nilai koefisien
pengeluaran pemerintah daerah atas investasi sebesar 7,63 yang
menunjukkan bahwa jika pengeluaran pemerintah daerah atas
investasi mengalami kenaikan 1 satu satuan sehingga akan
mengakibatkan peningkatan pertumbuhan ekonomi sebanyak 7,63
satuan. Dengan asumsi variabel lain bernilai konstan.
96
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan beberapa uraian di atas, dapat ditarik
beberapa kesimpulan, antara lain sebagai berikut:
1. Pengeluaran pemerintah daerah atas infrastruktur berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Terlihat dari nilai probabilitas sebesar
0,0024 < 0,05, sedangkan nilai koefisien sebesar 3,04 yang menunjukkan
bahwa jika pengeluaran pemerintah daerah atas infrastruktur mengalami
kenaikan 1 satu satuan sehingga akan mengakibatkan peningkatan
pertumbuhan ekonomi sebanyak 3,04 satuan.
2. Pengeluaran pemerintah daerah atas pendidikan berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Terlihat dari nilai probabilitas sebesar
0,0012 < 0,05, sedangkan nilai koefisien sebesar 2,34 yang menunjukkan
bahwa jika pengeluaran pemerintah daerah atas pendidikan mengalami
kenaikan 1 satu satuan sehingga akan mengakibatkan peningkatan
pertumbuhan ekonomi sebanyak 2,34 satuan.
3. Pengeluaran pemerintah daerah atas kesehatan berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Terlihat dari nilai probabilitas sebesar
0,0001 < 0,05, sedangkan nilai koefisien sebesar 1,02 yang menunjukkan
bahwa jika pengeluaran pemerintah daerah atas kesehatan mengalami
kenaikan 1 satu satuan sehingga akan mengakibatkan peningkatan
pertumbuhan ekonomi sebanyak 1,02 satuan. Dengan asumsi variabel lain
bernilai konstan.
97
4. Investasi secara langsung menunjukkan pengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Terlihat dari nilai probabilitas sebesar
0,0000 < 0,05, sedangkan nilai koefisien sebesar 7,63 yang menunjukkan
bahwa jika pengeluaran pemerintah daerah atas investasi mengalami
kenaikan 1 satu satuan sehingga akan mengakibatkan peningkatan
pertumbuhan ekonomi sebanyak 7,63 satuan.
5. Pengeluaran pemerintah daerah atas infrastruktur, pendidikan, kesehatan,
dan investasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu. Terlihat dari nilai 0,000
yang lebih kecil dari 5% maka dapat disimpulkan menolak hipotesis nol
yang artinya variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi.
B. Saran
Sesuai dengan hasil penelitian yang didapat, maka diajukan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Masih kecilnya pengaruh investasi pemerintah bukan berarti harus
diabaikan, artinya pemerintah tetap harus mengeluarkan biaya untuk
infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan yang terfokus kepada penduduk di
daerah. Pemberian subsidi untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan
dan kesehatan kepada masyarakat daerah akan meningkatkan kualitas
mereka, sehingga produktivitasnya akan meningkat.
2. Investasi pemerintah pada sektor infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan
seharusnya tidak hanya digunakan untuk membangun sarana fisik saja.
98
Terutama untuk bidang infrastruktur yang sangat berdampak langsung
kepada tingkat investasi baik swasta maupun pemerintah sehingga sektor ini
yang paling diutamakan oleh pemerintah daerah dalam membelanjakan
anggaran yang sudah tersedia. Dan juga selain infrastruktur, kualitas
pelayanan pendidikan dan kesehatan harus ditingkatkan, yaitu dengan
peningkatan kemampuan tenaga pendidik dan kesehatan. Ini dilakukan
untuk meningkatkan efektivitas investasi pemerintah sektor pendidikan dan
kesehatan yang dikeluarkan.
99
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Raharjo. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Ali, Mohammad. 2009. Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional, Bandung:
Penerbit INTIMA.
Arsyad, Lincolin. 2009. Pengantar Perencanaan Dan Pembangunan Ekonomi
Daerah. Yogyakarta: BPFE.
Bastian, Indra. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Boediono. 2001. Ekonomi Makro. Edisi - 4. Yogyakarta: BPFE
Case, Karl dan Ray C. Fair. 2007. Prinsip - Prinsip Ekonomi. Edisi Kedelapan
Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Dumairy. 2007. Perekonomian Indonesia. Cetakan kelima. Jakarta:Erlangga.
Darwanto, S. 2007. Televisi Sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Elyani. 2010. Faktor Yang Mempengaruhi Penanam Modal Asing Berinvestasi Di
Indonesia. Jurnal Vol. 3 No.1 April 2010 ISSN : 1979 – 5408. Medan.
Friawan, Deni. 2008. Kondisi Pembangunan Infrastruktur di Indonesia. CSIS
Vol. 37 No. 2 Juni 2008. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: CV. Andi
Offset.
Ginting, Kuriata S. Charisma. 2008. Analisis Pembangunan Manusia Di
Indonesia, Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Tesis.
Griffiths, Cox & Rial-Gonzalez, E. 2001, Reaserch on Work-related Stress.
European Agency for Safety and Health at Work, Belgium.
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometri Dasar. Terjemahan: Sumarno Zain, Jakarta:
Erlangga.
100
Jhingan, ML. 2008. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Kodoatie, R.J. 2003. Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi Dan Pembangunan Daerah: Reformasi,
Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Jakarta: Erlangga.
Mankiw, N.G. 2012. Teori Makro Ekonomi. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
Mangkoesoebroto, Guritno. 2001. Ekonomi Publik. Yogyakaarta: BPFE.
Pohan, Imbolo, 2004. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Penerbit Buku
Kedokteran ECG, Jakarta.
Prasetyo, Rindang Bangun dan Muhammad Firdaus. 2009. Pengaruh
Infrastruktur Pada Pertumbuhan Ekonomi Wilayah di Indonesia. Jurnal
Penelitian antara Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah dan Departemen
Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian
Bogor.
Samuelson, Paul A., William D Nordhaus. 2005. Pengantar Teori Ekonomi Edisi
11. Jakarta: Erlangga.
Setiawan, Abdi. (2006). Analisis Pengaruh Investasi Domestik dan Ekspor
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 1981-2005. Jurnal
Ekonomi. Yogyakarta: Atmajaya.
Simanjuntak, Timbul Hamonangan dan Mukhlis Imam. 2012. Dimensi Ekonomi
Perpajakan Dalam Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Raih Asa Sukses
Sjafii, Ahmad. 2009. Pengaruh Investasi Fisik dan Investasi Pembangunan
Manusia terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur 1990 – 2004.
Journal of Indonesia Applied Economics, Vol 3, No 1 hal 59 – 76.
Sudjana. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Bandung: Raja Grafindo Persada.
Sukarniati, Lestari. 2009. Pengaruh Sumber Daya Manusia terhadap
Pertumbuhan Ekonomi dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang. Jurnal
Penelitian Universitas Ahmad Dahlan.
Sulistyowati, Niken dkk. 2010. Dampak Peningkatan Pengeluaran Pendidikan
terhadap Output Sektoral dan Distribusi Pendapatan Kabupaten dan Kota
di Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi Juni 2010 Vol. XX No. 1.
101
Suminto. 2004. Pengelolaan APBN Dalam Sistem Manajemen Keuangan Negara.
Jakarta : Ditjen Anggaran, Depkeu.
Sukirno, Sadono. 2011. Makroekonomi, Teori Pengantar; Edisi Ketiga. Jakarta:
Rajawali Press.
Suparmoko. 2003. Keuangan Negara dalam Teori dan Praktik, Edisi ke-5.
Yogyakarta: BPFE.
Suryanto. 2009. Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan
Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di
Subosukawonosraten Tahun 2004-2008. Jurnal Universitas Diponegoro.
Semarang.
Susanti, Irawaty. 2000. Manajemen Keuangan. Bandung: Bandung Pustaka.
Syafrizal. 2008. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Padang: Baduse
Todaro, M.P. and Smith, S.C. 2003. Economic Development. Eighth Edition,
United Kingdom: Pearson Education Limited.
Todaro, Michael P. 2006. Pembangunan Ekonomi: Di Dunia Ketiga Edisi 9,
Jakarta: Penerbit Erlangga. Alih Bahasa Drs. Haris Munandar.
Usmaliadanti, Christina. 2011. Analisis Pengaruh Tingkat Kemiskinan,
Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Kesehatan terhadap
Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-
2009. Skripsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
Semarang.
Wibowo, Puji. 2008. Mencermati Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Daerah.Journal Keuangan Publik. Jurnal Vol. 5,
No. 1, Oktober 2008.
Widarjono, Agus, “ Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya” Ekonosia FE UII,
Yogyakarta, 2013.
Wrihatnolo, Randy R. dan Riant Nugroho. 2006. Manajemen Pembangunan
Indonesia (sebuah pengantar dan panduan). Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
www. bengkulu.bps.go.id/
www.djpk.depkeu.go.id
102
Lampiran 1: Data Mentah
Pengeluaran Pemerintah atas Infrastruktur (X1) di Provinsi Bengkulu
No. Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 Bengkulu Utara (A) 121.528.090.522 108.325.200.477 56.593.753.918 95.472.246.938 57.262.246.216 151.470.132.574
2 Muko-Muko (B) 149.050.431.746 47.688.732.899 43.719.406.000 43.364.673.000 37.141.843.519 108.362.737.565
3 Bengkulu Selatan (C) 112.993.269.881 368.114.753.526 98.020.849.944 295.872.657.539 75.734.678.447 105.139.143.759
4 Seluma (D) 78.726.878.206 121.806.526.122 51.084.738.648 63.762.505.978 45.701.261.064 134.904.280.570
5 Kaur (E) 99.509.385.033 164.969.568.983 53.630.238.779 85.774.809.490 50.554.420.874 48.060.653.695
6 Rejang Lebong (F) 175.962.755.206 219.408.164.211 62.795.317.321 45.413.861.110 60.152.958.154 191.996.877.456
7 Lebong (G) 205.076.471.299 75.837.164.985 55.006.408.041 48.060.653.695 60.249.143.950 46.069.068.387
8 Kepahiang (H) 84.168.802.399 71.179.630.442 39.096.255.714 78.396.949.902 47.371.076.678 129.742.848.486
9 Bengkulu Tengah (I) 26.487.512.086 24.160.567.805 76.266.927.425 58.331.734.000 56.343.044.757 60.019.497.757
10 Kota Bengkulu 63.762.505.978 60.019.497.757 59.885.813.566 84.168.802.399 32.490.204.721 78.078.408.740
103
Pengeluaran Pemerintah atas Pendidikan (X2) di Provinsi Bengkulu
No. Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 Bengkulu Utara 77.743.263.942 268.021.784.236 109.551.037.429 355.285.284.116 196.971.694.278 183.370.480.498
2 Muko-Muko 72.091.324.283 200.450.219.553 238.846.605.938 210.755.608.500 99.497.691.768 94.213.317.888
3 Bengkulu Selatan 299.164.434.600 154.792.621.020 136.724.046.754 147.497.054.149 169.058.334.139 63.589.678.043
4 Seluma 24.834.064.283 213.040.017.152 137.694.778.655 356.209.114.957 235.815.295.112 74.892.576.925
5 Kaur 52.851.637.621 311.160.635.942 213.269.590.755 246.700.094.484 127.103.182.520 127.269.782.704
6 Rejang Lebong 62.981.861.733 159.443.719.202 73.502.333.999 184.937.002.580 183.007.384.685 79.823.003.180
7 Lebong 77.517.167.307 27.158.374.120 145.936.530.388 299.164.434.600 30.342.089.809 34.229.130.231
8 Kepahiang 184.381.808.350 144.105.859.702 101.289.837.614 101.462.182.952 82.657.964.508 139.734.040.678
9 Bengkulu Tengah 150.126.189.479 257.745.387.944 136.310.600.040 181.361.373.257 173.156.452.777 231.649.146.800
10 Kota Bengkulu 101.462.182.952 128.532.671.343 57.262.553.355 236.277.218.623 21.417.665.598 135.680.000.473
104
Pengeluaran Pemerintah atas Kesehatan (X3) di Provinsi Bengkulu
No. Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 Bengkulu Utara 64.462.257.886 76.359.535.838 68.871.600.023 57.362.406.046 48.711.362.212 41.665.573.965
2 Muko-Muko 48.662.272.499 48.353.197.438 58.479.721.633 52.200.795.000 61.058.517.766 82.434.359.559
3 Bengkulu Selatan 10.997.045.088 15.039.609.866 32.881.144.061 16.534.863.419 15.377.509.989 42.236.880.532
4 Seluma 58.045.946.591 69.038.529.205 66.655.465.250 73.219.194.038 21.806.463.890 26.445.338.876
5 Kaur 88.375.736.886 79.912.900.732 35.708.642.237 72.154.023.620 11.830.638.641 45.402.067.577
6 Rejang Lebong 76.950.239.852 11.087.388.094 59.274.131.929 45.373.791.381 44.641.375.888 31.502.854.377
7 Lebong 42.173.045.198 17.091.116.349 89.554.000.326 41.612.159.811 85.598.757.170 39.561.078.505
8 Kepahiang 34.935.562.502 61.962.407.932 21.312.418.910 45.402.067.577 55.920.157.611 43.984.479.033
9 Bengkulu
Tengah 78.752.610.718 94.553.956.685 37.034.878.239 85.854.397.500 81.145.420.518 20.636.603.815
10 Kota Bengkulu 43.824.655.020 47.232.503.216 41.543.914.611 41.200.952.444 80.941.747.645 36.574.535.324
105
Investasi (X4) di Provinsi Bengkulu
No. Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 Bengkulu Utara 191,996,877,456 67,587,695,631 61,020,103,736 52,073,483,692 28,915,079,005 121,528,090,522
2 Muko-Muko 46,069,068,387 92,124,272,520 76,859,860,623 76,369,180,135 52,898,202,672 149,050,431,746
3
Bengkulu
Selatan 129,742,848,486 69,984,509,111 45,347,895,113 45,665,367,042 61,334,588,194 112,993,269,881
4 Seluma 60,019,497,757 47,337,239,606 52,618,798,961 84,061,085,119 78,359,118,794 78,726,878,206
5 Kaur 78,078,408,740 59,555,563,528 53,224,950,797 42,257,625,280 56,671,539,160 99,509,385,033
6 Rejang Lebong 96,037,973,745 92,524,007,229 63,490,463,554 88,426,227,083 55,767,210,700 175,962,755,206
7 Lebong 152,197,668,212 61,996,792,124 44,471,857,887 85,134,251,376 63,280,000,522 205,076,471,299
8 Kepahiang 163,969,775,378 45,541,361,389 64,872,190,080 62,068,731,637 45,654,597,569 84,168,802,399
9
Bengkulu
Tengah 88,426,227,083 94,916,997,126 20,631,510,000 77,715,681,663 63,157,395,331 296,487,512,086
10 Kota Bengkulu 85,134,251,376 110,235,153,480 52,242,140,625 85,783,101,203 21,455,486,600 63,762,505,978
106
Data Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kota Provinsi Bengkul Periode Tahun
2007 - 2014
No. Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 Bengkulu Utara 5,58 4,14 5,09 4,87 4,86 4,76
2 Muko-Muko 3,37 4,18 3,97 4,23 4,28 3,37
3 Bengkulu Selatan 4,04 3,93 4,42 4,12 3,78 4,63
4 Seluma 5,30 4,69 5,88 6,11 4,56 5,28
5 Kaur 4,69 5,57 5,30 6,21 5,14 4,21
6 Rejang Lebong 4,02 4,15 4,27 3,57 4,78 3,44
7 Lebong 4,95 4,92 5,07 5,28 4,74 7,39
8 Kepahiang 4,28 4,51 4,87 4,21 4,87 6,22
9 Bengkulu Tengah 4,91 5,08 5,21 3,44 8,34 4,12
10 Kota Bengkulu 4,57 4,73 4,63 4,18 5,88 6,11
107
Lampiran 2: Hasil Olah Data Eviews 7.0 Common Effect
Dependent Variable: PERTUMBUHAN?
Method: Pooled Least Squares
Date: 06/08/16 Time: 08:39
Sample: 2009 2014
Included observations: 6
Cross-sections included: 10
Total pool (balanced) observations: 60 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFRASTRUKTUR? -0.049911 0.138164 -0.361247 0.7193
PENDIDIKAN? -0.108011 0.122584 -0.881125 0.3820
KESEHATAN? -0.184512 0.122444 -1.506907 0.1375
INVESTASI? 0.241640 0.159418 1.515762 0.1352 R-squared 0.017564 Mean dependent var -2.495040
Adjusted R-squared -0.035066 S.D. dependent var 0.675534
S.E. of regression 0.687277 Akaike info criterion 2.152181
Sum squared resid 26.45155 Schwarz criterion 2.291803
Log likelihood -60.56542 Hannan-Quinn criter. 2.206795
Durbin-Watson stat 1.522182
108
Fixed Effect
Dependent Variable: PERTUMBUHAN?
Method: Pooled Least Squares
Date: 06/08/16 Time: 08:40
Sample: 2009 2014
Included observations: 6
Cross-sections included: 10
Total pool (balanced) observations: 60 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -47.60512 5.572081 -8.543509 0.0000
INFRASTRUKTUR? 0.394031 0.107388 3.669220 0.0006
PENDIDIKAN? 0.284039 0.083813 3.388973 0.0014
KESEHATAN? 0.471940 0.098309 4.800575 0.0000
INVESTASI? 0.655875 0.121138 5.414280 0.0000
Fixed Effects (Cross)
_A--C 0.170780
_B--C -0.449774
_C--C 0.510887
_D--C 0.648242
_E--C -0.191047
_F--C -0.682409
_G--C -0.237855
_H--C 0.129576
_I--C -0.123227
_J--C 0.224827 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.779610 Mean dependent var -2.495040
Adjusted R-squared 0.717326 S.D. dependent var 0.675534
S.E. of regression 0.359162 Akaike info criterion 0.990876
Sum squared resid 5.933873 Schwarz criterion 1.479557
Log likelihood -15.72629 Hannan-Quinn criter. 1.182026
F-statistic 12.51701 Durbin-Watson stat 2.339359
Prob(F-statistic) 0.000000
109
Randaom Effect
Dependent Variable: PERTUMBUHAN?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 06/08/16 Time: 08:41
Sample: 2009 2014
Included observations: 6
Cross-sections included: 10
Total pool (balanced) observations: 60
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -47.36294 5.466676 -8.663939 0.0000
INFRASTRUKTUR? 0.399460 0.105059 3.802245 0.0004
PENDIDIKAN? 0.270385 0.082237 3.287892 0.0018
KESEHATAN? 0.464771 0.097245 4.779385 0.0000
INVESTASI? 0.661735 0.117954 5.610098 0.0000
Random Effects (Cross)
_A--C 0.146581
_B--C -0.410118
_C--C 0.464097
_D--C 0.600204
_E--C -0.172938
_F--C -0.615740
_G--C -0.210603
_H--C 0.117671
_I--C -0.117868
_J--C 0.198712 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.481964 0.6430
Idiosyncratic random 0.359162 0.3570 Weighted Statistics R-squared 0.579721 Mean dependent var -0.726200
Adjusted R-squared 0.549155 S.D. dependent var 0.520536
S.E. of regression 0.349514 Sum squared resid 6.718798
F-statistic 18.96634 Durbin-Watson stat 2.513774
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.437369 Mean dependent var -2.495040
Sum squared resid 15.14854 Durbin-Watson stat 1.114929
110
Uji Chow Test
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: REGRESI
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 7.622007 (9,46) 0.0000
Cross-section Chi-square 54.767371 9 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: PERTUMBUHAN?
Method: Panel Least Squares
Date: 06/08/16 Time: 08:42
Sample: 2009 2014
Included observations: 6
Cross-sections included: 10
Total pool (balanced) observations: 60 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -44.31156 6.725166 -6.588917 0.0000
INFRASTRUKTUR? 0.422177 0.126475 3.338029 0.0015
PENDIDIKAN? 0.173095 0.101837 1.699729 0.0948
KESEHATAN? 0.393970 0.127434 3.091568 0.0031
INVESTASI? 0.685810 0.137861 4.974649 0.0000 R-squared 0.450951 Mean dependent var -2.495040
Adjusted R-squared 0.411021 S.D. dependent var 0.675534
S.E. of regression 0.518439 Akaike info criterion 1.603666
Sum squared resid 14.78283 Schwarz criterion 1.778194
Log likelihood -43.10997 Hannan-Quinn criter. 1.671934
F-statistic 11.29332 Durbin-Watson stat 1.211080
Prob(F-statistic) 0.000001
111
Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: REGRESI
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 1.084826 4 0.8967
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. INFRASTRUKTUR? 0.394031 0.399460 0.000495 0.8072
PENDIDIKAN? 0.284039 0.270385 0.000262 0.3987
KESEHATAN? 0.471940 0.464771 0.000208 0.6192
INVESTASI? 0.655875 0.661735 0.000761 0.8318
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: PERTUMBUHAN?
Method: Panel Least Squares
Date: 06/08/16 Time: 08:42
Sample: 2009 2014
Included observations: 6
Cross-sections included: 10
Total pool (balanced) observations: 60 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -47.60512 5.572081 -8.543509 0.0000
INFRASTRUKTUR? 0.394031 0.107388 3.669220 0.0006
PENDIDIKAN? 0.284039 0.083813 3.388973 0.0014
KESEHATAN? 0.471940 0.098309 4.800575 0.0000
INVESTASI? 0.655875 0.121138 5.414280 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.779610 Mean dependent var -2.495040
Adjusted R-squared 0.717326 S.D. dependent var 0.675534
S.E. of regression 0.359162 Akaike info criterion 0.990876
Sum squared resid 5.933873 Schwarz criterion 1.479557
Log likelihood -15.72629 Hannan-Quinn criter. 1.182026
F-statistic 12.51701 Durbin-Watson stat 2.839359
Prob(F-statistic) 0.000000
112
Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0
Series: Standardized Residuals
Sample 2009 2014
Observations 60
Mean -1.35e-14
Median -0.078047
Maximum 1.043607
Minimum -1.495839
Std. Dev. 0.500556
Skewness -0.069597
Kurtosis 3.341194
Jarque-Bera 0.339471
Probability 0.843888
Uji Multikolinearitas
INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN KESEHATAN INVESTASI
INFRASTRUKTUR 1.000000 -0.014773 -0.315027 0.158417
PENDIDIKAN -0.014773 1.000000 -0.069763 0.049720
KESEHATAN -0.315027 -0.069763 1.000000 -0.153338
INVESTASI 0.158417 0.049720 -0.153338 1.000000
113
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.396302 Prob. F(14,45) 0.2135
Obs*R-squared 2.62621 Prob. Chi-Square(14) 0.4289
Scaled explained SS 30.57595 Prob. Chi-Square(14) 0.6764
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 06/08/16 Time: 11:56
Sample: 1 60
Included observations: 60 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.003458 0.007805 0.443123 0.6598
INFRASTRUKTUR 2.14E-14 6.30E-14 0.339732 0.7356
INFRASTRUKTUR^2 -3.76E-26 1.13E-25 -0.332499 0.7411
INFRASTRUKTUR*PENDIDIKAN 1.86E-25 1.65E-25 1.128314 0.2652
INFRASTRUKTUR*KESEHATAN 3.07E-26 5.32E-25 0.057688 0.9543
INFRASTRUKTUR*INVESTASI -3.16E-25 2.45E-25 -1.285899 0.2051
PENDIDIKAN -2.98E-14 3.54E-14 -0.842939 0.4037
PENDIDIKAN^2 -2.25E-26 6.28E-26 -0.357627 0.7223
PENDIDIKAN*KESEHATAN 6.48E-25 2.84E-25 2.278662 0.0275
PENDIDIKAN*INVESTASI 6.11E-26 1.75E-25 0.349114 0.7286
KESEHATAN -1.04E-13 1.36E-13 -0.763228 0.4493
KESEHATAN^2 1.32E-25 1.02E-24 0.129150 0.8978
KESEHATAN*INVESTASI 6.95E-25 7.87E-25 0.883641 0.3816
INVESTASI -2.50E-14 8.27E-14 -0.302038 0.7640
INVESTASI^2 1.05E-25 1.68E-25 0.622914 0.5365 R-squared 0.427104 Mean dependent var 0.002501
Adjusted R-squared 0.248869 S.D. dependent var 0.004251
S.E. of regression 0.003684 Akaike info criterion -8.157382
Sum squared resid 0.000611 Schwarz criterion -7.633796
Log likelihood 259.7215 Hannan-Quinn criter. -7.952578
F-statistic 0.396302 Durbin-Watson stat 1.584237
Prob(F-statistic) 0.213518
114
Uji Autokorelasi
Dependent Variable: PERTUMBUHAN_EKONOMI
Method: Panel Least Squares
Date: 04/20/16 Time: 12:03
Sample: 2009 2014
Periods included: 6
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 60
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.076103 0.023789 -3.199133 0.0025
INFRASTRUKTUR 3.04E-13 9.47E-14 3.208070 0.0024
PENDIDIKAN 2.34E-13 6.77E-14 3.459114 0.0012
KESEHATAN 1.02E-12 2.41E-13 4.237347 0.0001
INVESTASI 7.63E-13 1.29E-13 5.911981 0.0000 Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.780626 Mean dependent var 0.101980
Adjusted R-squared 0.718629 S.D. dependent var 0.067846
S.E. of regression 0.035989 Akaike info criterion -3.610270
Sum squared resid 0.059578 Schwarz criterion -3.121590
Log likelihood 122.3081 Hannan-Quinn criter. -3.419121
F-statistic 12.59132 Durbin-Watson stat 2.612179
Prob(F-statistic) 0.000000
115
Regresi Data Panel
Dependent Variable: PERTUMBUHAN_EKONOMI
Method: Panel Least Squares
Date: 04/20/16 Time: 12:03
Sample: 2009 2014
Periods included: 6
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 60
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.076103 0.023789 -3.199133 0.0025
INFRASTRUKTUR 3.04E-13 9.47E-14 3.208070 0.0024
PENDIDIKAN 2.34E-13 6.77E-14 3.459114 0.0012
KESEHATAN 1.02E-12 2.41E-13 4.237347 0.0001
INVESTASI 7.63E-13 1.29E-13 5.911981 0.0000 Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.780626 Mean dependent var 0.101980
Adjusted R-squared 0.718629 S.D. dependent var 0.067846
S.E. of regression 0.035989 Akaike info criterion -3.610270
Sum squared resid 0.059578 Schwarz criterion -3.121590
Log likelihood 122.3081 Hannan-Quinn criter. -3.419121
F-statistic 12.59132 Durbin-Watson stat 2.612179
Prob(F-statistic) 0.000000