7. Arwin -Pendekatan Kontekstualt

Embed Size (px)

DESCRIPTION

paper

Citation preview

  • Biodidaktika, Volme 1 No 2, Juli 2006ISSN: 1907-087X

    Biodidaktika, Volume 1 No 2, Juli 2006 121

    PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI

    Arwin Achmad1)

    1)Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Lampung.

    Abstract

    Contextual Teaching and Learning (CTL) is one of many kinds of learning approaches which is oriented tostudents activity. This approach related gives student to apply theoretic study concepts of subject matter thatare obtained the reality around student. One of the principles of CTL is Pakem, that is a learning which givesopportunity student to learn actively, creatively, effectively, and joyful. In CTL, the learning process changesfrom teacher centered to student centered. It means that on CTL teacher is only as facilitator and dynamisatorwhereas the lead in learning is belongs student. There are seven components on CTL, i.e. constructivism,questioning, discovering, learning-society, modeling, reflection, and authentic assessment. These componentsare applied simultaneously in order that teaching and learning process is going effectively and productively.

    Keywords: contextual approach, cooperative learning, constructivism

    PENDAHULUAN

    Mencermati kualitas sumber daya manusia(SDM) kita saat ini tampaknya sangat tidakkompetitif. Data hasil survai oleh HumanDevelopment Report tahun 2003, mencatatkualitas SDM Indonesia berada pada peringkat112, sedangkan Filipina (85), Thailand (74),Malaysia (58), Brunei Darussalam (31), danSingapura (28). Selain itu, kualitas hasilbelajar kita pun sangat memprihatinkan.Menurut International EducationalAchievement (IEA) kemampuan membacasiswa SD kita berada pada peringkat 38 dari 39negara yang disurvei. Lalu menurut ThirdMatemathics and Science Study (TIMSS),kemampuan matematika siswa SMP kitaberada pada urutan ke-34 dan IPA 32 dari 38negara yang disurvai (Nurhadi, dkk 2004).

    Bercermin dari data di atas, sudah selayaknyapengelolaan pendidikan dan pembelajaran kitajuga berubah. Saat ini, fenomena danparadigma pembelajaran kita telah bergeser kearah (1) student centered, (2) bersifattransaksional, (3) pemanfaatan multimedia, (4)penerapan empat pilar pendidikan, (5)berorientasi kepada pakem, (6) penerapanpendekatan pembelajaran kooperatif, (7) aspekpembelajaran mencakup kognitif, afektif, danpsikomotorik, dan (8) teknik penilaianmencakup performance test dan objective testdengan metode portofolio (Achmad, 2005).

    Upaya peningkatan kualitas pembelajaran,yang berdampak kepada kualitas SDM sepertiyang dipersoalkan di atas, sangat tergantungdari banyak faktor. Pengelolaan pembelajaranyang berkualitas di sekolah dan atau di ruangkelas, jika diidentifikasi, paling tidak adaenam faktor yang patut dipertanyakan(Anonim, 2005 dan Achmad, 2005). Pertamaadalah faktor guru. Pertanyaan yang mendasardalam hal ini adalah bagaimanakah kualitasguru kita (termasuk kualitaskesejahteraannya?). Kedua adalah faktorsiswa. Pertanyaannya adalah bagaimakahminat dan motivasi rata-rata siswa kita?.Faktor ketiga adalah materi. Bagaimanakahkesesuaian materi yang dipelajari siswadengan tuntutan dunia nyata pada saat ini?.Keempat adalah faktor media pembelajaran.Pertanyaannya adalah apakah mediapembelajaran kita tersedia dan cukupbervariasi?. Selanjutnya, apakah mediatersebut sudah digunakan secara optimal untukbelajar?. Kelima adalah faktor atmosfirakademik. Apakah suasana sekolah, kelas,interaksi guru-siswa, siswa-siswa, guru-guru,guru-pimpinan, pimpinan-siswa sudahkondusif untuk belajar?. Dan terakhir adalahfaktor sistem pembelajaran. Apakah sistempengelolaan pembelajaran sudah merujuk danmenerapkan sistem monitoring, evaluasi,kendali mutu, reward, dan punishment yangberkelanjutan?.

  • Pendekatan Kontekstual Arwin Achmad

    122 Biodidaktika, Volume 1 No 2, Juli 2006

    STRUKTUR PEMBELAJARAN IPA

    Ilmu Pengetahnuan Alam (IPA) termasuksalah satu bidang studi di SD dan SMP.Bidang studi tersebut merupakan hasilintegrasi antara bidang studi Fisika danBiologi. Dalam proses pembelajarannyadilakukan secara simultan, dalam arti materifisika diajarkan secara bergantian denganmateri biologi. Khusus biologi, tidak lainadalah suatu ilmu pengetahuan yang khususmengkaji dan mengeksplorasi gejala-gejalahidup dan kehidupan organisme. Sejalandengan Biologi, Fisika adalah ilmu yangmengkaji suatu objek nyata melaluipendekatan empirik. Oleh karena itu, di dalammempelajari IPA haruslah dibekali denganberbagai keterampilan. Salah satuketerampilan tersebut adalah keterampilanproses psikomotorik. Ranah psikomotorikbersama-sama dengan ranah kognitif danafektif merupakan keseluruhan bagian dariaspek penilaian hasil belajar siswa yang telahdigariskan di dalam kurikulum 2004 (Achmad,2004).

    Untuk memenuhi tuntutan aspek penilaian diatas, maka sebagaimana dengan ilmu penge-tahuan yang lain, di dalam prosespembelajaran IPA, tentu saja mengikuti polastruktur pembelajaran yang khas. MenurutAnonim (2000) struktur pembelajaran IPAtersebut adalah sebagaimana disajikan dalam

    Penerapan struktur pembelajaran (seperti yangdipaparkan pada tabel 1) di sekolah, dalampraktiknya adalah hasil kolaborasi antara gurudengan siswa. Penerapan strukturpembelajaran tersebut, memiliki beberapatujuan, seperti pertama belajar IPA tersebutsemakin menarik, kedua terhindar dari kesan(a) pelajaran IPA membosankan, (b) belajarIPA cukup dihapalkan saja, (c) pelajaran IPAsama saja dengan pelajaran yang lain, ketigaperhatian siswa terfokus, keempat idlecoriousity siswa tersalurkan, kelima siswasejak dini dapat berlatih menerapkan metodeilmiah, keenam sikap ilmiah siswa semakinberkembang, dan ketujuh siswa memilikipengalaman dalam keterampilan proses yangtinggi.

    Tabel 1. Struktur Pembelajaran IPATahapPokok

    TahapPengajaran

    Alternatif PilihanKegiatan

    Kegia-tanAwal

    Pendahuluan

    percobaan / demonstrasisesuatu yang dibawaguru

    cerita/kejadianreview atau melanjutkanpelajaran terdahulu yangtidak lengkap

    mengamati / membahaspenerapan teknis dalamlingkungan

    PengetahuanAwal

    menggali pengetahuanawal siswa yangdikaitkan dengan topikpembelajaran

    Kegia-tan inti

    Perumusanpertanya-an/permasala-han tentangtopik pelajaran

    merumuskanpertanyaan/permasa-lahan tentang topikpelajaran

    Kegiatan

    melaksanakanpercobaanpermainan/simulasipengumpulan bahan-bahan untukdibandingkan,diklasifikasi dsbmemeriksa cara kerjaperalatan teknis

    Pengamatanmelakukan pengamatansebanyak mungkin

    Jawabanpertanyaanpemecahanmaslah

    penjelasan oleh siswa(tebak-duga-diskusi)landasan pemikiranperumusan kesimpulanpenjelasan oleh guru(bila diperlukan)

    Kegia-tanPeman-tapan

    Proses yangmembuat apayang telahdipelajarimenjadi miliksiswa

    penerapan (sangat baikbila berhubungandengan lingkungansiswa, seperti tubuh,keluarga, makanan,teknik, pekerjaan, dll)menjawab pertanyaanmembuat ringkasantugas

    PRINSIP PEMBELAJARAN IPA

    Keberhasilan proses pembelajaran IPA di SDdan SMP antara lain ditentukan oleh tingkatpemahaman guru terhadap prinsip-prinsippembelajaran IPA itu sendiri (Achmad, 2004).Hal ini berkaitan dengan tahap perkembanganintelektual siswa, terutama untuk tingkat SDmenurut teori Peaget adalah rata-rata barumencapai konkrit formal. Siswa dengan tahap

  • Pendekatan Kontekstual Arwin Achmad

    Biodidaktika, Volume 1 No 2, Juli 2006 123

    perkembangan intelektual ini dalam menyerapinformasi (dalam hal ini materi pelajaran) lebihmengandalkan pada hal-hal yang dapatdiobservasi secara nyata, yaitu nyata dilihat,nyata didengar, nyata diraba, nyata dibau, ataunyata dicecap. Berdasarkan hasil observasiterhadap hal-hal yang nyata tersebut, siswabaru kemudian akan melakukan penalarandengan tingkat yang berbeda-beda pula.Adapun prinsip-prinsip pembelajaran IPAyang dimaksud adalah hasil abstraksi-abstraksipengalaman belajar yang diperoleh siswa dandifasilitasi oleh guru. Dalam hal ini guru harusberperan sebagai seorang fasilitator dan driverbagi siswa, sehingga pembelajaran akanmenjadi lebih bermakna, tidak hanya bagi guruakan tetapi yang lebih penting adalahbermakna untuk siswa. Prinsip umumpembelajaran IPA (Anonim, 2000) yangdimaksud tersajikan dalam Tabel 2 berikut ini.

    Tabel 2. Prinsip-prinsip PembelajaranIPA

    Dari KeDikenalDekat

    SederhanaKonkrit

    PertanyaanContoh

    Benda nyataPengalaman pribadi

    Konsep yang adaPrinsip ilmiah

    Tidak dikenalJauh

    RumitAbstrakJawabanUmum

    RepresentasiPrinsip sainsKonsep baru

    Penerapan (teknis danpraktis)

    PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPABIOLOGI

    Implementasi kurikulum 2004 menghendakialternatif suatu proses pembelajaran untukbidang studi mana pun, termasuk IPA, salahsatunya menggunakan pendekatan kontekstual(Contextual Teaching and Learning atau CTL).Pendekatan kontekstual adalah suatu prosesyang diharapkan dapat membantu gurumengaitkan materi yang diajarkan dengansituasi dunia nyata yang dimiliki oleh siswadan mendorong siswa untuk menghubungkanantara pengetahuan yang dimiliki denganpenerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Untuk mencapai hal tersebut, maka dalampembelajaran berbasis kontekstual melibatkantujuh komponen utama dari pembelajaran

    produktif, yaitu (1) konstruktivisme, (2)bertanya, (3) menemukan, (4) masyarakatbelajar, (5) pemodelan, (6) refleksi, dan (7)penilaian sebenarnya (Anonim, 2001, Anonim,2002, dan Nurhadi, dkk 2004).

    PENERAPAN PEMBELAJARANKONTEKSTUAL DI KELAS

    Secara garis besar penerapan pedekatanpembelajaran kontekstual di kelas, dalampem-belajaran IPA, adalah sebagai berikut (1)mengajak siswa untuk belajar lebih bermaknadengan cara bekerja, menemukan, danmengkonstruksi sendiri pengetahuan danketerampilan barunya, (2) melaksanakansejauh mungkin kegiatan menemukan/inkuiriuntuk semua topik, (3) mengembangkan sifatingin tahu siswa dengan lebih banyakbertanya, (4) menciptakan masyarakatbelajar/learning community, (5) menghadirkanmodel sebagai contoh pembelajaran, (6)melakukan refleksi diakhir pertemuan, (7)melakukan penilaian yang sebenarnya denganberbagai cara. Penjelasan lebih lanjut tentangkomponen pendekatan pembelajarankontekstual tersebut, adalah sebagai berikut.

    1) Konstruktivisme

    Konstruktivisme adalah landasan untukmembangun pengetahuan oleh siswa secarabertahap, yang hasilnya diperluas melaluikonteks yang terbatas (sempit) dan tidak serta-merta. Siswa diakrabkan dengan pemecahanmasalah, menemukan sesuatu yang bergunabaginya, dan bergelut dengan ide-ide.Esensinya adalah bahwa siswa harusmenemukan dan men-trasformasikan suatuinformasi kompleks ke situasi yang lain,sehingga pengetahuan tersebut kemudianmenjadi milik mereka. Dengan dasar tersebut,maka pembelajaran (IPA) harus dikemasmenjadi proses mengkonstruksi bukanmenerima pengetahuan. Untuk itu, guru harusmampu memfasilitasi proses tersebut dengan(1) menjadikan pengetahuan bermakna danrelevan bagi siswa, (2) memberikankesempatan kepada siswa untuk menemukandan menerapkan idenya sendiri, dan (3)menyadarkan siswa agar menerapkan strategimereka sendiri dalam belajar. Dengandemikian menurut Dimyati dan Mudjiono

  • Pendekatan Kontekstual Arwin Achmad

    124 Biodidaktika, Volume 1 No 2, Juli 2006

    (dalam Sagala, 2003) akan diperolehperkembangan dalam ranah kognitif, afektif,dan psikomotorik pada siswa.

    2) Menemukan (inkuiri)

    Menemukan merupakan bagian inti daripendekatan kontekstual. Guru harusmerancang kegiatan yang dapat merangsangkepada kegiatan menemukan. Konsep daritopik, misalnya tentang adaptasi makhlukhidup, pertumbuhan makhluk hidup atauperkembangbiakan makhluk hidup, sudahseharusnya ditemukan oleh siswa, bukanmenurut buku atau guru. Maka dari itu,dalam proses pembelajaran harus dirancangdalam suatu mata rantai bersiklus. Siklusdalam proses menemukan ini meliputikegiatan, yaitu (1) observasi, (2) bertanya, (3)mengajukan hipotesis, (4) mengumpulkandata, dan (5) menarik kesimpulan.

    Panduan dalam langkah kegiatan menemukanadalah (a) merumuskan masalah ada berapamacam tumbuhan menurut bentuk akarnyaatau bagaimana cara merawat tumbuhan agarmemperoleh hasil yang baik, (b) observasimembaca buku atau sumber lain untukmemperoleh informasi pendukung danmengamati serta mengumpulkan datasebanyak-banyaknya dari sumber informasiatau objek yang diamati, (c) menganalisis danmenyajikan hasil dalam tulisan, gambar,laporan, bagan, tabel, grafik, atau karya lainsehingga siswa dapat menggolongkantumbuhan atau menemukan cara merawattumbuhan sehingga memperoleh hasil yangbaik, (d) mengkomunikasikan ataumenyajikan hasil karya kepada pembaca,teman sekelas, guru, atau audien yang lainkarya siswa disampaikan di kelas untukmemperoleh masukan, bertanya jawab denganteman, melakukan refleksi, memunculkan ide-ide baru, dan sebagainya.

    3) Bertanya (questioning)

    Sebelum sampai ke alamat yang dituju, palingtidak seseorang akan bertanya dimana JalanAnu atau rumah si Fulan. Jadi dalam hal inibertanya merupakan strategi pokok dalampembelajaran berbasis kontekstual. Dalampembelajaran produktif, kegiatan bertanyaberguna untuk (1) menggali informasi, (2)mengecek pemahaman siswa, (4) mengetahui

    sejauh mana keingintahuan siswa, (5)mengetahui hal-hal yang telah diketahui siswa,(6) memfokuskan perhatian siswa kepadasesuatu yang dikehendaki guru, (7) mem-bangkitkan lebih banyak pertanyaan darisiswa, dan (8) menyegarkan kembalipengetahuan siswa.

    4) Masyarakat belajar (learning community)

    Ketika seorang siswa baru belajar caramembaca termometer, maka ia akan bertanyakepada temannya bagaimana caramembacanya? tolong ajari saya!. Temannyatentu saja akan menunjukkan cara membacatermometer tersebut. Dengan demikian duaorang siswa tersebut telah membentukmasyarakat belajar. Oleh karena itu, gurudisarankan untuk selalu melaksanakanpembelajaran dalam kelompok-kelompokbelajar yang anggotanya heterogen. Praktikmasyarakat belajar di kelas diwujudkan dalambentuk (1) kelompok kecil, (2) kelompokbesar, (3) mendatangkan ahli ke kelas, (4)belajar dengan kelas sederajat, (5) belajarkelompok dengan kelas di atasnya, atau (6)belajar dengan masyarakat.

    5) Pemodelan (modeling)

    Melalui pendekatan kontekstual, guru bukansatu-satunya model di kelas. Model dapatdirancang dengan melibatkan siswa ataudidatangkan dari luar. Model dapat berupa caramengoperasikan sesuatu (simulasi ataubermain peran), atau cara mengerjakansesuatu. Sebagai suatu contoh gurumendemonstrasikan cara menggunakanmikroskop. Juru rawat menunjukkan caramengukur tekanan darah menggunakantensimeter, dan sebagainya.

    6) Refleksi (reflection)

    Refleksi adalah cara berpikir tentang segalasesuatu yang baru dipelajari atau berpikirkebelakang tentang apa-apa yang telahdilakukan di masa lalu. Misalnya, ketikapembe-lajaran berakhir, siswa merenungkalau begitu, cara merawat tanaman yangsaya lakukan selama ini salah ya! Mestinya,dengan cara yang baru saya pelajari ini,tanaman saya akan lebih banyak hasilnya.Sehubungan dengan itu, pada akhir

  • Pendekatan Kontekstual Arwin Achmad

    Biodidaktika, Volume 1 No 2, Juli 2006 125

    pembelajaran guru harus menyediakan waktuuntuk siswa agar siswa dapat melakukanrefleksi dengan cara (a) bertanya langsungtentang yang diperoleh siswa di hari itu, (b)mencatat atau menulis jurnal di buku siswa, (c)kesan dan saran dari siswa mengenaipembelajaran hari itu, (d) diskusi, atau (e)membuat hasil karya.

    7) Penilaian yang sebenarnya (authenticassessment)

    Penilaian autentik meliputi pengetahuan danketerampilan yang diperoleh siswa. Penilaitidak hanya dilakukan oleh guru, tetapi dapatpula dilakukan oleh teman atau orang lain.Karakteristik penilaian autentik adalah (1)dilaksanakan selama dan sesudah prosespembelajaran, (2) dapat digunakan untuk nilaiformatif atau sumatif, (3) yang dinilai adalahketerampilan dan performasi, bukan mengingatfakta, (4) kesinambungan, (5) terintegrasi, (6)dapat digunakan sebagai umpan balik. Intinyadalam penilaian adalah apakah para siswabelajar, bukan apa yang telah merekaketahui. Hal-hal yang dapat digunakansebagai dasar penilaian prestasi siswa adalah(a) proyek atau laporan, (b) PR, (c) kuis, (d)karya siswa, (e) presentasi siswa, (f)demonstrasi, (g) jurnal, (h) hasil tes tertulis,dan (i) karya tulis.

    PENUTUP

    Ketika dunia luar terus sibuk menerapkan danbereksperimen dengan berbagai pendekatanpembelajaran dalam upaya meningkatkanSDM mereka, maka kita pun sudah selayaknyaterus mengikuti dan mengkritisi hal tersebut.Hal semacam ini dipandang perlu karena se-bagaimana dilaporkan oleh berbagai surveibahwa kualitas SDM kita sangat jauh dari ha-rapan. Kontribusi dunia pendidikan tentu sajasangat signifikan dalam hal ini. Oleh karena itusemenjak tahun 2000, melalui Depdiknas telahdicoba berbagai pembaruan dalam bidangpendidikan. Pembaruan tersebut mencakupkurikulum, kualitas pembelajaran, danefektivitas metode pembelajaran.

    Merujuk kepada kualitas pembelajaran salahsatu leading sektor yang perlu diberdayakanadalah faktor guru. Dengan demikian untukdapat bersaing secara kompetitif di era

    globalisasi dan teknologi informasi yang kinimerubung kita dari segala sisi kehidupan,maka guru harus berubah. Perubahan tersebutterutama dalam pengelolaan pembelajaran.Pengelolaan pembelajaran ini tidak hanya darisegi administratif, tetapi terlebih lagipenerapannya di dalam kelas. Di dalam kelasinilah sesungguhnya otonomi dan kredibilitasseorang guru dipertaruhkan. Siswa akanmerasa mendapat mitra yang tangguh jika gurumenguasai banyak variasi pendekatan, model,strategi, dan metode pembelajaran, yangdisertai dengan teknik evaluasi yangsebenarnya (Achmad, 2005).

    DAFTAR PUSTAKAAchmad, A. 2004. Pembelajaran IPA SD

    (Struktur, Prinsip, dan Pendekatan).Makalah. Bandarlampung.

    Achmad, A. 2005. Model-model PembelajaranTerpadu di Sekolah Dasar. MateriPelatihan Terintegrasi KurikulumBerbasis Kompetensi. Guru SD KelasRendah Angkatan Ke-2. DepdiknasTk.II. Lampung Tengah.

    Anonim. 2000. Modul Pelatihan KonsultanIPA SEQIP. Kerjasama Depdiknas danGTZ Jerman. Jakarta.

    Anonim. 2001. Kurikulum BerbasisKompetensi Mata Pelajaran BiologiSMU. Puskur-Balitbang. Depdiknas.Jakarta.

    Anonim, 2002. Pendekatan Kontekstual.Depdiknas. Dirjen Dikdasmen. Direk-torat Pendidikan Lanjutan Pertama.Jakarta.

    Anonim, 2005. Peningkatan KualitasPembelajaran. Depdiknas. Dirjen Dikti.Direktorat Pembinaan PendidikanTenaga Kependidikan dan KetenagaanPerguruan Tinggi. Jakarta.

    Nurhadi., B. Yasin dan A.G. Senduk. 2004.Pembelajaran Kontekstual (ContextualTeaching and Learning/CTL) danPenerapannya Dalam KBK. UniversitasNegeri Malang. Malang.

    Sagala, Sy. 2003. Konsep dan MaknaPembelajaran. Alfabeta. Bandung.

    AbstractKeywords: contextual approach, cooperative learning, constructivismKegia-PRINSIP PEMBELAJARAN IPAPENDEKATAN PEMBELAJARAN IPA BIOLOGIPENUTUPDAFTAR PUSTAKA