20
ASPEK PSIKOSOSIAL EPILEPSI

6.Aspek Psikososial Epilepsi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

6.Aspek Psikososial Epilepsi

Citation preview

  • ASPEK PSIKOSOSIAL EPILEPSI

  • Tujuan penatalaksanaan epilepsiMencapai kualitas hidup yang optimal.Memberikan pengobatan dengan manfaat yang optimalEfek samping minimalTidak mengganggu fungsi kognitif dan perilaku.Membebaskan penyandang epilepsi dari bangkitan tanpa mengganggu aktifitas hariannya.Mandiri dalam memenuhi kebutuhannya.Dapat bersosialisasi setara dengan kelompoknya.

  • Aspek Sosial dan Berbagai Masalah Terkait EpilepsiPersepsi masyarakat terhadap epilepsi.Aspek psikososial pada epilepsi Epilepsi dan pengaruh lingkungan keluarga.Epilepsi dengan pendidikan, Epilepsi dengan pekerjaan Epilepsi dengan perkawinan dan kehamilanEpilepsi dengan olah raga.Aspek hukum pada epilepsi Epilepsi dengan pola hidup

  • PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP EPILEPSIPenyuluhan kesehatan berkaitan dengan:Epilepsi disebabkan adanya gangguan fungsi otak yg terjadi secara serangan, diluar serangan keadaannya normal.Tidak selalu berhubungan dengan penyakit keturunan (hanya 5% disebabkan faktor keturunan).Tidak menularBukan penyakit psikiatrik/jiwaKeluarga dan masyarakat perlu memotivasi dan menanamkan rasa percaya diri pada penyandang epilepsi untuk hidup normal.

  • PENGARUH PERLAKUAN KELUARGA TERHADAP PENYANDANG EPILEPSIBeri hak dan kewajiban sama dengan anggauta keluarga lain.

    Masalah yang sering muncul dalam keluarga:Penolakan dalam keluarga, menimbulkan masalah emosi, cemas, depresi, takut akan terjadi bangkitan.Menarik diri dari lingkungan, rasa rendah diri, putus asa sampai kecenderungan untuk bunuh diri.

  • PENGARUH PERLAKUAN KELUARGA TERHADAP PENYANDANG EPILEPSIGangguan dalam hubungan keluarga, karena penderita membutuhkan perhatian berlebihan dan tidak mandiri.Terjadi gangguan perilaku akibat gangguan penyesuaian diri kesulitan dalam pendidikan, pekerjaan dan kehidupan sosial menurunkan produktifitas dalam berkarya dan penghasilan beban keluarga dan masyarakat

  • Epilepsi dan pendidikanPenderita dapat mengikuti pendidikan disekolah umum.Usahakan penderita bebas bangkitan dgn pengobatan & kontrol teraturBerikan pengertian pada gurunya agar memberikan perlakuan dan kesempatan sama dengan murid lainnyaBila mengikuti pendidikan kejuruan pilih yang tidak akan menimbulkan kecelakaan kerja/bahaya baik bagi dirinya maupun orang lain bila terjadi serangan

  • Epilepsi dan pendidikanHindarkan/sesuaikan pemberian obat yang tidak menimbulkan gangguan konsentrasi / sedasi pada waktu mengikuti pelajaran atau bekerja.

    Penderita dengan retardasi mental perlu mendapat pendidikan/ pelatihan khusus sehingga dapat mandiri dalam melakukan aktifitas hariannya.

  • Epilepsi dengan pekerjaanPendidikan yang baik akan memberikan kesempatan kerja yang baik

    Pemberi kerja diberi pengertian akan kemampuan kerja penyandang epilepsi, tetapi diingatkan untuk menghindarkan pekerjaan dengan resiko tinggi keselamatan kerja,

    Penyandang epilepsi cenderung lebih tekun & teliti dalam pekerjaannya.

  • Epilepsi dengan pekerjaanPemberi kerja dan rekan sekerja perlu diberi tahu adanya penyakit epilepsi dan pertolongan yg perlu diberikan bila ada bangkitan.Prinsip pilihan pekerjaan : Disesuaikan dengan jenis & frekuensi serangan.Resiko kerja yang paling minimal.Tidak bekerja sendiri (ada pengawasan). Jadwal kerja teratur.

  • EPILEPSI DAN PERKAWINANPenyandang epilepsi dapat menikah tetapi sebaiknya dihindarkan perkawinan antar sesama penderita epilepsi karena akan meningkatkan epilepsi yang diturunkan.

    Pasangan & keluarga perlu mengetahui adanya penyakit epilepsi sehingga dapat memberikan perlakuan yang baik terhadap penyandangnya, dapat mongontrol pengobatan dan dapat memberikan pertolongan saat terjadi bangkitan

  • Epilepsi dengan kehamilanSesuaikan pemberian jenis obat dan dosis saat terjadi kehamilan.Saat hamil, kadar obat anti epilepsi (OAE) dalam darah menurun:Karbamazepin (42%), fenitoin (56%), fenobarbital (55%), valproat (39%).Saat hamil, kadar obat bebas: Menurun : Karbamazepin (28%), fenitoin (31%), fenobarbita (50%).Meningkat : Valproat (25%). Konsentrasi OAE di ASI : Fenitoin 10%, benzodiazepin 15%, valproat 5%, karbamazepin 45%, fenobarbital 40%.

  • Epilepsi dengan kehamilanHampir 2/3 penyandang epilepsi dapat hamil & melahirkan secara normal.

    Sebagian dpt mengalami gangguan saat kehamilan, pada umumnya disebabkan oleh:Penurunan kadar obat dalam darah akibat perubahan fisiologis pada kehamilan.Penderita mengurangi dosis bahkan menghentikan pengobatannya Perubahan hormonal dapat memperberat epilepsinya.

    Berikan konseling pra kehamilan & berikan obat yang aman dipakai saat hamil misalnya Karbamazepin, fenitoin, dan fenobarbital.

  • Epilepsi dengan kehamilanSuplemen asam folat akan mengurangi resiko defek tabung neural :4-5 mg/hari saat hamil 0,44 mg/hari pd wanita penyandang epilepsi yg berpotensi hamil

    Pada trimester akhir kehamilan berikan vitamin K oral 20 mg/hari. Persalinan :Lakukan dirumah sakit yang mrempunyai fasilitas lengkap. Dapat normal per vaginam Persiapkan kemungkinan kejang saat partus .

  • Epilepsi dengan penggunaan obat kontrasepsi

    Epilepsi dipengaruhi oleh keseimbangan hormonal (estrogen & progesteron).

    Kontrasepsi oral & epilepsi : Fenitoin, fenobarbital, karbamazepin,dan primidon dapat menurunkan efek kontrasepsi oral .Sebaiknya gunakan kontrasepsi oral yang mengandung 50 mcg etinil estradiol. Kontrasepsi suntik (Depo Provera) dapat memperbaiki kejang.

  • Epilepsi dengan teratogenisitas dan laktasiKemungkinan mendapat cacat bawaan pada penderita epilepsi tiga kali lebih besar dibandingkan populasi normal.Berikan pengobatan adekuat yg dapat mengontrol bangkitannya & pilih yg paling tidak menimbulkan efek teratogenik.

    Cacat bawaan yg dapat terjadi bibir sumbing, kelainan jantung, mental retardasi, mikrosefali dan deformitas susunan saraf.Beberapa obat anti epilepsi baru dapat masuk dalam aliran asi berpengaruh pada bayi sehingga dapat menjadi gelisah dan ngantuk

  • Aspek hukum penyandang epilepsiPerlu ada perbedaan perlakuan hukum tertentu bagi penderita epilepsi hak dan kewajiban hukum, ijin mengemudi, asuransi kesehatan.

    Bila melakukan tindakan kriminal harus diteliti apakah dilakukan pada saat bangkitan.

    Perlu adanya komunikasi dan advokasi antar pihak terkait

  • Aspek hukum dan epilepsiPerlu persaratan khusus dalam pemberian surat ijin mengemudi (SIM).

    Berikan SIM, bila penderita telah bebas bangkitan selama 6 bulan setelah pengobatan.

    Bila terjadi bangkitan kembali, penderita tidak boleh membawa kendaraan lagi s/d masa 6 bulan bebas bangkitan

  • Epilepsi dan rekreasiPenyandang dengan bangkitan terkontrol dapat melaksanakan hobinya dan mengikuti kegiatan seni dan olah raga.Olah raga yang tidak beresiko untuk terjadinya kecelakaan bila terjadi bangkitan baik untuk dirinya maupun orang lainJenis olah raga yang tidak dianjurkan:Olah raga yang menggunakan senjata tajam.Olah raga dengan body contact.Sebaiknya dilakukan dalam ruangan, dalam kelompok dengan pengawasan.Hindari olah raga dijalan umum dan ketinggian.Sediakan alat bantu khusus pada olah raga tertentu (berenang, senam)

  • Epilepsi dengan pola hidupPenyandang epilepsi memerlukan orang lain sebagai pendamping dan penyuluh.

    Berikan kebebasan pada penyandang epilepsi untuk bersosialisasi dan menikmati pergaulan.

    Rasa malu, cemas, depresi, rendah diri, dll membuat penderita mengisolasi diri dari pergaulan yang berakibat mencetuskan gangguan mental dan adaptasi sosial serta kurang berprestasi secara optimal.