29
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Akuntansi berfungsi memberikan informasi yang menyangkut aktivitas ekonomi perusahaan, maka hasil dari akuntansi adalah laporan keuangan. Laporan keuangan dibuat secara periodik untuk mengetahui posisi aktiva, kewajiban dan kepemilikan modal pada saat tertentu, keuntungan atau kerugian yang dicapai serta arus dana pada suatu perusahaan. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang disusun menurut prinsip-prinsip yang berlaku umum. Menurut Arrens (2000:12) definisi akuntansi adalah : “Accounting is the process of recording, classifying and summarizing of economical event in logical manner for the purpose of providing financial information for decision making.” Jika diterjemahkan akuntansi merupakan proses pencatatan, pengelompokkan, dan pengikhtisaran kejadian-kejadian ekonomi dalam bentuk yang teratur dan logis dengan tujuan menyajikan informasi keuangan yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan. Terdapat beberapa pengertian mengenai laporan keuangan, yaitu : Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:5) : “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian intregral dari laporan keuangan.” Menurut Harahap (2004:133) : “Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu jangka waktu tertentu.”

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Laporan Keuangan

2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan

Akuntansi berfungsi memberikan informasi yang menyangkut aktivitas

ekonomi perusahaan, maka hasil dari akuntansi adalah laporan keuangan. Laporan

keuangan dibuat secara periodik untuk mengetahui posisi aktiva, kewajiban dan

kepemilikan modal pada saat tertentu, keuntungan atau kerugian yang dicapai

serta arus dana pada suatu perusahaan. Laporan keuangan merupakan hasil akhir

dari proses akuntansi yang disusun menurut prinsip-prinsip yang berlaku umum.

Menurut Arrens (2000:12) definisi akuntansi adalah :

“Accounting is the process of recording, classifying and summarizing of

economical event in logical manner for the purpose of providing financial

information for decision making.”

Jika diterjemahkan akuntansi merupakan proses pencatatan,

pengelompokkan, dan pengikhtisaran kejadian-kejadian ekonomi dalam bentuk

yang teratur dan logis dengan tujuan menyajikan informasi keuangan yang

dibutuhkan untuk pengambilan keputusan.

Terdapat beberapa pengertian mengenai laporan keuangan, yaitu :

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:5) :

“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.

Pelaporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba

rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang disajikan dalam berbagai

cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas, catatan dan laporan lain

serta materi penjelasan yang merupakan bagian intregral dari laporan

keuangan.”

Menurut Harahap (2004:133) :

“Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha

suatu perusahaan pada saat tertentu jangka waktu tertentu.”

Page 2: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

7

Sedangkan menurut Sugiono dan Edy Untung (2008:3) :

“Laporan keuangan pada perusahaan merupakan hasil akhir dari kegiatan

akuntansi (siklus akuntansi) yang mencerminkan kondisi keuangan dan

hasil operasi perusahaan.”

Dari definisi di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa laporan

keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dirancang untuk para

pembuat keputusan baik di dalam maupun di luar perusahaan, mengenai posisi

keuangan dan hasil usaha perusahaan tersebut.

2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK 1) Tahun 2009, yaitu :

“Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan

suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam

pengambilan keputusan.”

Laporan keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi perusahaan saat

ini dan untuk memperkirakan hasil operasi serta arus kas masa depan. Dari

pengertian di atas tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi

keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban

serta modal suatu perusahaan.

Ikatan Akuntansi Indonesia (2004:3) mengemukakan bahwa tujuan

laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi

keuangan, serta kinerja suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar

pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Menurut Warren, Reeve dan Fess (2005:21)

“Financial statements are used to evaluate the current financial condition

of a business and to predict its future operating, results, and cash flows.”

Jadi tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang

posisi, kinerja perusahaan dan alat evaluasi keadaan keuangan perusahaan saat ini

Page 3: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

8

sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan

perusahaan di masa mendatang.

2.1.3 Komponen Laporan Keuangan

Pada waktu tertentu manajemen suatu perusahaan harus menyusun dan

menyajikan laporan keuangan guna memenuhi kebutuhan para pihak yang

berkepentingan atas suatu perusahaan. Mengenai laporan keuangan yang disajikan

dan disusun oleh manajemen sesuai Ikatan Akuntan Indonesia (2007:2)

menyatakan bahwa laporan keuangan yang lengkap terdiri atas komponen-

komponen berikut ini: neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas,

laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

A. Neraca (Balance Sheet)

Pendapat Skousen (2001:42) yang dimaksud dengan neraca adalah laporan

sumber-sumber dari suatu perusahaan (harta), kewajiban perusahaan (hutang), dan

perbedaan antara yang dimiliki (harta) dan apa yang dipinjam (hutang) yang

disebut ekuitas.

Menurut Lyn M. Fraser dan Aileen Ormiston (2008:27) :

“Neraca menunjukkan posisi keuangan aktiva, utang, dan ekuitas

pemegang saham suatu perusahaan pada tanggal tertentu.”

B. Laporan Laba Rugi (Income Statement)

Laporan laba rugi yaitu sebagai alat untuk mengetahui kemajuan yang

dicapai perusahaan dan juga mengetahui berapakah hasil bersih atau yang didapat

dalam suatu periode.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007) :

“Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut yaitu pendapatan,

laba rugi usaha, beban pinjaman, bagian dari laba atau rugi perusahaan

afiliasi dan asosiasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas,

beban pajak, laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan, pos luar

biasa, hak minoritas, dan laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.”

Page 4: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

9

C. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan modal adalah ringkasan tentang perubahan modal yang

terjadi dalam suatu periode tertentu. Maka dapat diketahui bahwa laporan

perubahan ekuitas memberikan informasi mengenai tambahan atau pengurangan

ekuitas selama periode tertentu. Penambahan ekuitas berasal dari investasi dan

laba sedangkan pengurangan ekuitas biasanya karena kerugian atau pengambilan

pribadi.

Modal menggambarkan bagian pemilik perusahaan atau kekayaan

perusahaan yang diukur dengan menghitung selisih antara aktiva dikurangi

hutang. Menurut Munawir (2004:19) “Modal merupakan hak atau bagian yang

dimiliki oleh perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham),

surplus dan laba yang ditahan.”

D. Laporan Arus Kas

Dalam laporan ini yang dicantumkan semua transaksi dan keterjadian

perusahaan yang mempunyai konsekuensi kas. Laporan arus kas memberikan

informasi tentang arus kas masuk dan keluar dari kegiatan operasi, pendanaan,

dan investasi selama suatu periode akuntansi.

E. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian

jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan

perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontinjensi dan

komitmen.

2.1.4 Karakteristik Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi

dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik

kualitatif pokok Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2004), yaitu :

a. Dapat Dipahami

b. Relevan

c. Keandalan

d. Dapat diperbandingkan

Page 5: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

10

Adapun penjelasan dari empat karakteristik kualitatif pokok di atas adalah

sebagai berikut :

a. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah

kemudahannya untuk segera dipahami oleh pemakai, maksudnya pemakai

diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas

ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi

dengan ketentuan yang wajar.

b. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan

pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi mempunyai

kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai

dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini/

masa depan, mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.

c. Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga harus handal (reliable). Informasi memiliki

kualitas andal jika bebas dari pengertian menyesatkan, kesalahan material

dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur.

d. Dapat dibandingkan

Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar

perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan

posisi keuangan secara relatif.

2.1.5 Pemakai Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang telah disusun dapat digunakan untuk berbagai

tujuan yang dapat dipakai oleh berbagai pihak. Pihak-pihak yang sering

menggunakan laporan keuangan tersebut biasanya untuk kepentingan

pengambilan keputusan. Menurut Deanta (2009) pihak-pihak yang sering

menggunakan laporan keuangan adalah :

Page 6: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

11

a) Investor

b) Kreditor

c) Pemasok

d) Pelanggan

e) Pemerintah

f) Karyawan

Adapun penjelasan mengenai pihak-pihak yang terkait dengan laporan

keuangan adalah sebagai berikut :

a) Dari laporan keuangan investor dapat menilai apakah aktiva yang telah

ditanamkan pada perusahaan tersebut dapat memberikan nilai lebih,

misalnya dalam bentuk deviden. Dari laporan keuangan pula dapat

digunakan sebagai salah satu dasar untuk menentukan apakah calon

investor akan menempatkan investasinya pada perusahaan tersebut.

b) Kreditor merupakan pemberi pinjaman bagi perusahaan. Kreditor juga

mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan, sehingga dapat

menilai apakah perusahaan mampu membayar kewajibannya atau tidak.

c) Bagi pemasok, laporan keuangan dapat digunakan untuk menentukan

apakah penjualan kredit yang diberikan kepada perusahaan terjamin

keamanannya atau tidak. (Kemampuan membayar pada saat jatuh

tempo).

d) Laporan keuangan dapat digunakan oleh pelanggan untuk menentukan

berbagai bentuk kerjasama dengan perusahaan.

e) Pemerintah. Laporan keuangan digunakan pemerintah untuk berbagai

tujuan dalam menentukan kebijakan ekonomi misalnya pajak, bantuan

dan lain-lain.

f) Karyawan. Laporan keuangan digunakan karyawan untuk melihat

kemampuan perusahaan dalam mempertahankan stabilitas usahanya

guna menggantungkan hidupnya.

Page 7: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

12

2.1.6 Keterbatasan Laporan Keuangan

Setiap laporan keuangan yang disusun pasti memiliki keterbatasan

tertentu. Menurut Kasmir (2010) tentang keterbatasan yang dimiliki laporan

keuangan diantaranya :

1. Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah (historis), di

mana data-data yang diambil dari data masa lalu.

2. Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang, bukan

hanya untuk pihak tertentu saja.

3. Proses penyusunan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan

pertimbangan-pertimbangan tertentu.

4. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi situasi

ketidakpastian. Misalnya dalam suatu peristiwa yang tidak

menguntungkan selalu dihitung kerugiannya. Sebagai contoh harta dan

pendapatan, nilainya dihitung dari yang paling rendah.

5. Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut pandang

ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan

kepada sifat formalnya.

Keterbatasan laporan keuangan tidak akan mengurangi arti nilai keuangan

secara langsung karena hal ini memang harus dilakukan agar dapat menunjukkan

kejadian yang mendekati sebenarnya, meskipun perubahan berbagai kondisi dari

berbagai sektor terus terjadi. Artinya selama laporan keuangan disusun sesuai

dengan aturan yang telah ditetapkan, maka inilah yang dianggap telah memenuhi

syarat sebagai suatu laporan keuangan.

2.2 Tinjauan Tentang Asimetri Informasi dan Teori Bid-Ask Spread

2.2.1 Asimetri informasi

Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki

akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar

perusahaan. Menurut Scott (2006:7): Asimetri informasi yaitu Beberapa pihak

yang terlibat dalam transaksi mungkin memiliki keunggulan informasi melebihi

yang lain.

Page 8: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

13

Jensen dan Meckling (1976) menambahkan bahwa jika kedua kelompok

(agen dan prinsipal) tersebut adalah orang-orang yang berupaya memaksimalkan

utilitasnya, maka terdapat alasan yang kuat untuk meyakini bahwa agen tidak

akan selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan prinsipal.

Prinsipal dapat membatasinya dengan menetapkan insentif yang tepat bagi

agen dan melakukan monitor yang didesain untuk membatasi aktivitas agen yang

menyimpang. Ada dua tipe asimetri informasi : adverse selection dan moral

hazard.

1) Adverse selection

Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak

atau lebih yang melangsungkan/akan melangsungkan suatu transaksi

usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih atas pihak-

pihak lain. Adverse selection terjadi karena beberapa orang seperti manajer

perusahaan dan para pihak dalam (insiders) lainnya lebih mengetahui

kondisi kini dan prospek ke depan suatu perusahaan daripada para investor

luar.

2) Moral Hazard

Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau

lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha

atau transaksi usaha potensial dapat mengamati tindakan-tindakan mereka

dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan pihak-pihak

lainnya tidak.

Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan pemilikan dengan

pengendalian yang merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan besar.

2.2.2 Teori bid-ask spread

Menurut Cohen (1986) dalam Rahmawati et al. (2007) menyatakan bahwa

peneliti yang melakukan penelitian terhadap bid-ask spread membedakannya

antara spread pasar dan spread dealer. Ia menjelaskan bahwa spread dealer

untuk suatu saham merupakan perbedaan harga bid dan ask yang ditentukan

oleh dealer secara individual, ketika ia hendak memperdagangkan saham

Page 9: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

14

tersebut. Sedangkan spread pasar untuk suatu saham merupakan perbedaan

harga bid tertinggi dan ask terendah diantara beberapa dealer atau pedagang

saham. Di Bursa Efek Indonesia, spread dealer adalah spread yang tidak

dapat diobservasi karena dealer juga beroperasi ganda sebagai pialang

(broker). Maka sebaiknya penelitian yang berkaitan dengan bid-ask spread

menggunakan spread pasar market (market spread).

Penelitian Eisenhardt (1989) dalam Mardiyah (2001) menyatakan bahwa

teori keagenan menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu:

1) Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self-interest).

2) Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa datang

(bounded-rationality).

3) Manusia selalu menghindari risiko (risk averse).

Masalah keagenan dihadapi pula oleh partisipan pasar modal. Salah satu

partisipan pasar modal adalah dealer atau market makers. Ketidakpastian yang

dihadapi dealer disebabkan karena adanya ketidakseimbangan informasi

(information asymmetry). Untuk mengurangi ketidakpastian tersebut dealer

membutuhkan informasi. Untuk mendapatkan informasi dibutuhkan biaya.

Besarnya ketidakseimbangan informasi yang dihadapi dealer akan

tercermin pada spread yang ditentukannya. Dealer selalu berusaha menentukan

spread secara wajar dengan memperhatikan kejadian tertentu atau kondisi atau

informasi apa saja yang memberikan sinyal mengenai surat berharga yang

dimilikinya.

Bid-ask spread merupakan selisih harga beli tertinggi dengan harga jual terendah

saham trader. Stoll (1989) dalam Mardiyah (2001) menyatakan bahwa bid ask

spread merupakan fungsi dari tiga komponen biaya yang berasal dari: 1)

pemilikan saham (inventory holding); 2) pemrosesan pesanan (order processing);

3) informasi asimetri. Biaya pemilikan menunjukkan trade off antara memiliki

terlalu banyak saham dan memiliki terlalu sedikit saham. Atas biaya pemilikan

saham tersebut akan menimbulkan opportunity cost. Biaya pemrosesan pesanan

meliputi biaya administrasi, pelaporan, proses komputer, telepon, dan lainnya.

Page 10: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

15

Sedangkan biaya informasi asimetri lahir karena adanya dua pihak trader

yang tidak sama dalam memiliki dan mengakses informasi. Pihak pertama adalah

informed trader yang memiliki informasi superior dan pihak lainnya yaitu

uninformed trader yang tidak memiliki informasi. Ketidakseimbangan informasi

tersebut menyebabkan munculnya perilaku adverse selection dan moral hazard

dalam perdagangan saham antar trader. Jika kedua belah pihak bertransaksi, maka

uninformed trader menghadapi risiko rugi jika bertransaksi dengan informed

trader. Upaya mengurangi risiko rugi tersebut tercermin dalam bid ask spread.

Literatur mikrostruktur dalam penelitian Rahmawati dkk (2006) mengenai

bid-ask spread menyatakan bahwa terdapat suatu komponen spread yang turut

memberikan kontribusi terhadap kerugian yang dialami dealer ketika bertransaksi

dengan pedagang terinformasi tersebut adalah sebagai berikut :

1) Biaya pemrosesan pesanan (order processing cost), terdiri dari biaya yang

dibebankan oleh pedagang sekuritas (efek) atas kesiapannya

mempertemukan pesanan pembelian dan penjualan, dan kompensasi untuk

waktu yang diluangkan oleh pedagang sekuritas guna menyelesaikan

transaksi.

2) Biaya penyimpanan persediaan (inventory holding cost), yaitu biaya yang

ditanggung oleh pedagang sekuritas untuk membawa persediaan saham

agar dapat diperdagangkan sesuai dengan permintaan.

3) Adverse selection component, menggambarkan suatu upah (reward) yang

diberikan kepada pedagang sekuritas untuk mengambil suatu risiko ketika

berhadapan dengan investor yang memiliki informasi superior. Komponen

ini terkait erat dengan arus informasi di pasar modal. Berkaitan dengan

bid-ask spread, fokus perhatian akuntan adalah pada komponen adverse

selection karena berhubungan dengan penyediaan informasi ke pasar

modal.

Pembahasan lebih lanjut mengenai spread dikemukakan oleh Cohen, dkk (1986).

Cohen, dkk. (1986) menekankan bahwa riset mengenai kos transaksi/kos

kesegeraan (immediacy cost) harus membedakan antara spread dealer dan spread

pasar. Cohen, dkk. (1986) menjelaskan bahwa spread dealer untuk suatu saham

Page 11: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

16

merupakan perbedaan harga bid dan ask yang ditentukan oleh dealer secara

individual ketika dealer hendak memperdagangkan saham tersebut, sedangkan

spread pasar untuk suatu saham merupakan perbedaan harga bid tertinggi dan ask

terendah diantara beberapa dealer yang sama-sama melakukan transaksi untuk

saham tersebut. Berdasarkan perbedaan tersebut, maka spread pasar dapat lebih

kecil dibandingkan dengan spread dealer.

2.3 Manajemen Laba

2.3.1 Pengertian manajemen laba

Scott (2000) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua.

Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk

memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak

utang dan political costs (oportunistic Earnings Management). Kedua, dengan

memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient

Earnings Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu

fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi

kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat

dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham

perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba

(income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.

Healy dan Wahlen (1999), menyatakan bahwa definisi manajemen laba

mengandung beberapa aspek. Pertama intervensi manajemen laba terhadap

pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan penggunaan judgment, misalnya

judgment yang dibutuhkan dalam mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di

masa depan untuk ditunjukan dalam laporan keuangan, seperti perkiraan umur

ekonomis dan nilai residu aktiva tetap, tanggungjawab untuk pensiun, pajak yang

ditangguhkan, kerugian piutang dan penurunan nilai asset. Disamping itu manajer

memiliki pilihan untuk metode akuntansi, seperti metode penyusutan dan metode

biaya. Kedua, tujuan manajemen laba untuk menyesatkan stakeholders mengenai

kinerja ekonomi perusahaan. Hal ini muncul ketika manajemen memiliki akses

terhadap informasi yang tidak dapat diakses oleh pihak luar.

Page 12: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

17

Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan

eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba

merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan

keuangan, manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat

mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil

rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa (Setiawati dan Na’im, 2000).

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen

laba adalah intervensi manajemn terhadap laporan keuangan, yang berupa pilihan

yang dilakukan oleh manajemen terhadap kebijakan-kebijakan akuntansi, yang

diperkenankan dalam proses pelaporan keuangan eksternal untuk mencapai

tujuan/maksud tertentu, sehinggga dapat mengurangi kredibilitas laporan

keuangan.

2.3.2 Faktor-faktor pendorong manajemen laba

Positive accounting theory terdapat tiga hipotesis yang melatarbelakangi

terjadinya manajemen laba (Watt dan Zimmerman, 1986), yaitu:

1) Bonus Plan Hypothesis

Manajemen akan memilih metoda akuntansi yang memaksimalkan

utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan

bonus besar berdasarkan earnings lebih banyak menggunakan metoda

akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan.

2) Debt Covenant Hypothesi

Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit

cenderung memilih metoda akuntansi yang memiliki dampak

meningkatkan laba (Sweeney, 1994). Hal ini untuk menjaga reputasi

mereka dalam pandangan pihak eksternal.

3) Political Cost Hypothesis

Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan

tersebut memilih metoda akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut

dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil

tindakan, misalnya : mengenakan peraturan antitrust, menaikkan pajak

pendapatan perusahaan, dan lain-lain.

Page 13: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

18

Scott (2000: 302) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba :

1) Bonus Purposes

Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan

bertindak secara oportunistic untuk melakukan manajemen laba dengan

memaksimalkan laba saat ini (Healy, 1985).

2) Political Motivations

Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada

perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang

dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah

menetapkan peraturan yang lebih ketat.

3) Taxation Motivations

Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang

paling nyata. Berbagai metoda akuntansi digunakan dengan tujuan

penghematan pajak pendapatan.

4) Pergantian CEO

CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan

pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja

perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak

diberhentikan.

5) Initital Public Offering (IPO)

Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan

menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan

manajemen laba dalam prospektus mereka dengan harapan dapat

menaikkan harga saham perusahaan.

6) Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor

Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor

sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa

perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.

Page 14: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

19

2.3.3 Teknik manajemen laba

Teknik dan pola manajemen laba menurut Setiawati dan Na’im (2000)

dapat dilakukan dengan tiga teknik yaitu:

1) Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi

Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgment (perkiraan)

terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak

tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi

aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan lain-lain.

2) Mengubah metoda akuntansi

Perubahan metoda akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu

transaksi, contoh : merubah metoda depresiasi aktiva tetap, dari metoda

depresiasi angka tahun ke metoda depresiasi garis lurus.

3) Menggeser perioda biaya atau pendapatan.

Contoh rekayasa perioda biaya atau pendapatan antara lain

mempercepat/menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan

sampai pada perioda akuntansi berikutnya, mempercepat/menunda

pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat/menunda

pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap

yang sudah tak dipakai.

2.3.4 Kondisi untuk praktik manajemen laba

Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa earnings atau laba telah

dijadikan sebagai suatu target dalam proses penilaian pretasi usaha suatu

departemen secara khusus (manajer) atau perusahaan (organisasi) secara umum

(Gumanti, 2000). Laba dan tingkat keuntungan juga merupakan alat untuk

mengurangi biaya keagenan (agency costs), dari sisi teori keagenan. Misalnya,

pada saat keuntungan dijadikan sebagai patokan dalam pemberian bonus, hal ini

akan menciptakan dorongan kepada manajer untuk memanipulasi data keuangan

agar dapat menerima bonus seperti yang diinginkannya. Selain itu, mengingat

akan pentingnya keuntungan atau perolehan secara akuntansi (accounting income)

untuk pembuatan keputusan oleh banyak pihak, misalnya investor.

Page 15: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

20

Richardson (1998) menunjukkan bukti hubungan antara

ketidakseimbangan informasi dengan manajemen laba. Hipotesis yang diajukan

adalah bahwa tingkat ketidakseimbangan informasi akan mempengaruhi tingkat

manajemen laba yang dilakukan oleh manajer perusahaan. Hasil penelitian

Richardson menunjukkan adanya hubungan yang positif signifikan antara ukuran

ketidakseimbangan informasi (bid-ask spreads dan analyst’ forecast dispersion)

dan manajemen laba setelah mengendalikan faktor lain yang dapat mempengaruhi

manajemen laba, seperti variabilitas aliran kas, ukuran, risiko, dan pengungkapan

keuangan perusahaan.

2.3.5 Pola manajemen laba

Pola manajemen laba menurut Scott (2000) dapat dilakukan dengan cara:

1) Taking a Bath

Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru

dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan

dapat meningkatkan laba di masa datang.

2) Income Minimization

Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang

tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun

drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.

3) Income Maximization

Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization

bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus

yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan

pelanggaran perjanjian hutang.

4) Income Smoothing

Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan

sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada

umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

Page 16: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

21

2.3.6 Pendeteksian Manajemen Laba

Discretionary accrual merupakan kebijakan akuntansi yang memberikan

keleluasaan kepada manajemen untuk menentukan jumlah transaksi akrual secara

fleksibel, atau dengan kata lain, metode discretionary accrual memberikan

peluang kepada manajer untuk memperbaiki profit laba sesuai dengan

keinginannya (Friedlan 1994) dalam Sulisyanto dan Wibisosno (2003:133).

Contoh: pada akhir tahun buku perusahaaan mengetahui bahwa suatu piutang

tertentu tidak dapat ditagih. Perusahaan dapat melakukan pencatatan kapan

piutang tersebut dihapuskan, pada periode buku sekarang atau pada tahun buku

berikutnya.

Sedang non discretionary accrual adalah sebaliknya, pengakuan akrual

laba yang wajar yang tunduk pada suatu standar atau prinsip akuntansi yang

berlaku umum, contoh: satu fakta yang sama dapat dilaporkan dengan cara yang

berbeda, mesin yang sama dapat didepresiasikan dengan dua metode yang berbeda

(metode depresiasi garis lurus atau saldo menurun) atau dengan dua estimasi umur

ekonomis yang berbeda. Perbedaan umur atau perbedaan estimasi tersbut akan

menghasilkan nilai akhir (laba) yang sedikit berbeda. Oleh karena non

discretionary accrual merupakan akrual yang wajar, dan apabila dilanggar akan

mempengruhi kualitas laporan keuangan (tidak wajar) maka non discretionary ini

tidak relevan dalam objek penelitian ini. Oleh karena itu bentuk akrual yang

dianalisis dalam penelitian ini adalah bentuk discretionary accrual yang

merupakan akrual tidak normal dan merupakan pilihan kebijakan manajemen

dalam pemilihan metode akuntansi.

Discretionary accrual digunakan sebagai indikator adanya praktik

manajemen laba karena, manajemen laba lebih menekankan kepada keleluasaan

atau kebijakan yang tersedia dalam memilih dan menerapkan prinsip-prinsip

akuntansi untuk mencapai hasil akhir, dan dijalankan dalam kerangka praktik

yang berlaku secara umum yang masih dapat diperdebatkan (Berstein and Wild,

1998).

Page 17: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

22

Pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan pendekatan

Friedlan (1994) dalam Gumanti (2001,172), discretionary accrual merupakan

perbedaan antara total accruals pada periode yang diuji yang distandarisasi

dengan penjualan pada periode yang diuji dan total accruals pada periode dasar

yang distandarisasi dengan penjualan pada periode dasar.

Secara sistematis, total accruals itu sendiri merupakan selisih antara laba

bersih operasi (net operating income) dengan aliran kas dari aktivitas operasi

(cash flow operating activities).

2.4 Saham

2.4.1 Pengertian Saham

Dalam memperoleh tambahan dana untuk keperluan operasional

perusahaan maupun perluasan usaha, Suatu perusahaan dapat menjual

kepemilikannya dalam bentuk saham (Stock) Menurut Eduardus Tandelilin

(2001:6):

“Saham merupakan surat bukti atas kepemilikan asset-aset perusahaan

yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham perusahaan, maka

investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan

perushaan setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban

perusahaan.”

Dipergunakannya saham sebagai salah satu alat untuk mencari tambahan

dana menyebabkan kajian dan analisis tentang saham begitu berkembang baik

secara fundamental dan teknikal.

Ada banyak pihak yang terlibat dalam bermain di pasar saham, secara

umum ada tiga yaitu investor, spekulan dan government. Ketiga pihak yang

terlibat ini sama-sama memiliki tujuan dan kepentingannya masing-masing.

Definisi saham menurut Irham dan Yovi (2009:107) adalah sebagai

berikut:

a. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan

Page 18: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

23

b. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan di

ikuti dengan hak dan kewajibannya yang dijelaskan kepada setiap

pemegangnya.

c. Persediaan yang siap untuk dijual

Menurut Rusdin (2006: 68) mendefinisikan saham sebagai berikut:

“Saham adalah sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan atas suatu

perusahaan, dan pemegang saham memiliki klaim atas penghasilan dan

aktiva perusahaan.”

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa saham merupakan

penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan dan sebagai bukti kepemilikan atas

perusahaan tersebut.

Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik

kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi

pemilik perusahaan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan

di perusahaan tersebut.

2.4.2 Jenis-Jenis Saham

Saham yang beredar di masyarakat terdapat dalam berbagai jenis. Adapun

maksud pembagian ini adalah hanya untuk membedakan dari karakteristik saham

itu sendiri. Menurut Martono dan Agus Harjito (2007: 367-368), saham dapat

dibedakan menjadi:

1. Blue chips, yaitu saham unggulan dalam suatu dan mempunyai pengalaman

yang panjang dan stabil dalam laba dan deviden.

2. Income stock, yaitu saham yang memiliki pengalaman yang panjang dan

berkelanjutan dalam pembayaran di atas rata-rata regular.

3. Growth stock, yaitu saham yang mengalami laju pertumbuhan yang tinggi

secara konsisten dalam operasi dan laba.

4. Speculative stock, yaitu saham yang menawarkan harapan bahwa harganya

akan naik. Saham tidak mengalami pengalaman sukses hasilnya tidak pasti

dan tidak stabil, sering mengalami fluktuasi harga yang besar dan umumnya

membayar deviden yang kecil atau tidak sama sekali.

Page 19: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

24

5. Cyclical stock, adalah saham yang penghasilannya berhubungan erat dengan

kegiatan usaha umum. Harga saham ini mencerminkan keadaan ekonomi

secara umum, dan naik/turun seperti dalam konjungtur.

6. Defensive stock, adalah saham yang harganya tetap stabil (atau bahkan

meningkat) bila kegiatan ekonomi menurun.

Harga saham di bursa dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat

kualitatif maupun kuantitatif, antara lain pengaruh peraturan perdagangan saham,

ketat tidaknya pengawasan atas pelanggaran oleh pelaku bursa, psikologi pemodal

secara masal yang berubah-ubah antara pesimistis dan optimistis, dan lain-lain.

2.4.3 Harga Saham

2.4.3.1 Pengertian Harga Saham

Saham biasanya diperdagangkan dilantai bursa dengan harga saham yang

akan berbeda-beda pada tiap-tiap waktunya, hal ini akan berkaitan dengan nilai

dari suatu saham tersebut. Pengertian harga saham menurut Jogiyanto (2000:8 ),

adalah :“Harga saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang

ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran

saham yang bersangkutan dipasar modal.

2.4.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

Nilai pasar saham ini dipengaruhi oleh faktor yang langsung dan tidak

langsung. Nilai saham dapat berubah setiap saat, tergantung kondisi pasar,

persepsi investor terhadap perusahaan, informasi yang berkembang atau isu lain

yang menerpa pasar modal. Disamping itu, harga saham pada dasarnya sangat

terkait dengan kesehatan keuangan perusahaan. Ketika penghasilan perusahaan

naik, keyakinan investor juga akan tinggi, maka harga sahampun biasanya naik.

Jika perusahaan mengalami kerugian atau tidak mencapai target yang diharapkan

harga saham biasanya jatuh.

Kemudian menurut Martono dan Agus Harjito (2007: 373):

Page 20: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

25

”Harga saham sebagai komoditas perdagangan, tentu dipengaruhi oleh

penawaran dan permintaan. Pada gilirannya, permintaan dan penawaran

merupakan manifestasi dari kondisi psikologi pemodal.”

Faktor-faktor yang menentukan perubahan harga saham sangat beragam.

Namun yang paling utama adalah kekuatan pasar itu sendiri yaitu permintaan dan

penawaran akan saham itu sendiri. Sesuai dengan hukum ekonomi, semakin tinggi

permintaan akan saham tersebut maka harga saham akan naik.

2.4.5 Nilai Saham

Saham adalah surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan yang go

public. Nilai saham ditentukan oleh perkembangan perusahaan penerbitnya. Jika

perusahaan penerbit mampu menghasilkan keuntungan yang tinggi, perusahaan

tersebut akan dapat menyisihkan bagian keuntungan sebagai deviden dalam

jumlah yang tinggi pula. Pemberian deviden yang tinggi akan menarik minat

investor untuk membeli saham tersebut. Hal ini mengakibatkan permintaan atas

saham yang bersangkutan akan meningkat yang pada akhirnya akan mendorong

naiknya nilai saham. Menurut Mustopo Ali Sasongko (2008) nilai dari suatu

saham terbagi atas:

1. Nilai Intrinsik, yaitu harga yang diharapkan dari saham pada setiap akhir

tahun pertama dari saham hari ini sebagaimana dilihat oleh investor

tertentu pada waktu melakukan analisis.

2. Nilai Par (Par value), digunakan untuk menunjukkan nilai mominal, yakni

nilai akuntansi yang menjadi dasar penilaian kewajiban hukum pemegang

saham.

3. Nilai Buku (Book Value), menunjukkan besarnya penyertaan pemegang

saham (stockholder’s equity) di perusahaan. Nilai buku perlembar saham

diperoleh dengan membagi nilai buku ekuitas dengan jumlah lembar

saham yang ada.

Page 21: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

26

4. Nilai Pasar (Market Value), yaitu harga pasar yang berlaku dari suatu

emisi saham, dan merupakan petunjuk bagaimana para pelaku pasar secara

keseluruhan mengukur nilai dari saham itu.

Nilai sebuah saham sesungguhnya ditentukan oleh kondisi fundamental

suatu perusahaan. Investor membuat keputusan menanam uangnya dengan

membeli saham setelah mempertimbangkan laba emiten, pertumbuhan penjualan,

dan aktiva selama kurun waktu tertentu. Disamping itu, prospek perusahaan ini

dimasa yang akan datang sangat penting untuk dipertimbangkan.

2.4.6 Pendekatan Analisis Saham

Terdapat dua pendekatan dasar di dalam melakukan analisis dari pemilihan

saham yaitu dengan menggunakan analisis teknikal dan analisis fundamental.

Menurut Wijaya (2006: 64) Analisis teknikal adalah:

”Analisis Teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham

(kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham (kondisi pasar)

di waktu yang lalu.”

Menurut Sulistiawan dan Liliana (2007: 8) Analisis Fundamental adalah:

”Analisis Fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa

yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental

yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang dan

menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh

taksiran harga saham.”

Sama halnya menurut Kamarudin Ahmad (2004:81) :

”Analisis fundamental adalah suatu pendekatan untuk menghitung nilai

intrinsik saham biasa (common stock) dengan menggunakan data keuangan

perusahaan”

Jadi dapat disimpulkan untuk melakukan analisis dan memilih saham

terdapat dua pendekatan dasar yaitu:

1. Analisis Teknikal (Technical Analysis)

Analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data

atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusahaan mengakses

Page 22: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

27

permintaan dan penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara

keseluruhan. Penawaran analisis menggunakan data pasar yang

dipublikasikan, seperti harga saham, volume perdagangan, indeks harga

saham gabungan dan individu, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis.

Sasaran yang ingin dicapai pada pendekatan ini adalah ketepatan waktu

dalam memprediksi pergerakan harga (price movement) jangka pendek

suatu saham maupun suatu indikator pasar. Para analisis teknikal lebih

menekankan perhatian dan perubahan harga daripada tingkat bungan. Oleh

sebab itu analisis ini lebih ditekankan untuk meramal trend perubahan

harga tersebut.

Beberapa kesimpulan menyangkut pendekatan analisis teknikal adalah

sebagai berikut:

1) Analisis teknikal didasarkan pada data pasar yang dipublikasikan

2) Fokus analisis teknikal adalah ketepatan waktu. Penekanannya hanya

pada perubahan harga

3) Teknikal analisis berfokus pada faktor-faktor internal melalui analisis

pergerakan di dalam pasar dan/atau suatu saham.

4) Para analisis teknikal cenderung lebih berkonsentrasi pada jangka

pendek, teknik-teknik analisis teknikal dirancang untuk mendeteksi

pergerakan harga saham dalam jangka waktu yang relative pendek.

2. Analisis Fundamental (Fundamental Analysis)

Pendekatan ini dasarkan pada suatu anggaran bahwa setiap saham

memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang diestimasikan oleh para

pemodal atau analis. Nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari variabel-

variabel perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu

return yang diharapkan dan suatu risiko yang melekat pada saham

tersebut. Hasil estimasi nilai intrinsik kemudian dibandingkan dengan

harga pasar sekarang (current market price). Harga pasar suatu saham

merupakan refleksi dari rata-rata nilai intrinsiknya.

Ada 2 pendekatan fundamental yang umum digunakan dalam melakukan

penilaian saham, yaitu:

Page 23: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

28

1) Pendekatan Laba (Price Earning Ratio)

Pendekatan ini paling banyak digunakan oleh pemodal dan analis

sekuritas. Pendekatan ini didasarkan hasil yang diharapkan pada

perkiraan laba atau saham di masa yang akan datang sehingga dapat

diketahui berapa lama investasi saham akan kembali.

Ukuran formula yang digunakan untuk menentukan harga saham yang

wajar berlaku sebagai berikut:

Dimana:

: Harga saham sekarang

: Dividen yang diharapkan per lembar saham

: Harga saham yang diharapkan pada akhir tahun

Return : Return yang diharapkan

2) Pendekatan Nilai Sekarang (Present Value)

Dalam pendekatan ini, nilai suatu saham diestimasikan dengan cara

mengkapitalisasikan pendapatan. Oleh sebab itu, maka disebut

capitalization income method. Nilai sekarang suatu saham adalah sama

dengan nilai sekarang dari arus kas di masa yang akan datang yang

pemodal harapkan diterima dari investasi pada saham tersebut.

Secara matematis, formula untuk nilai intrinsic sebagai berikut:

Dimana:

K : Tingkat return yang diharapkan (risk free rate of

return+ risk premium)

3) Pendekatan Portofolio Modern

Terlepas dari pendekatan fundamental mana yang digunakan, bila

seorang pemodal atau analis ingin menggunakan analisis secara

cermat, maka dia memerlukan kerangka kerja (frame work). Kerangka

Page 24: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

29

kerja tersebut berupa tahapan analisis yang harus dilakukan secara

sistematik. Tahapan analisis diantaranya:

a) Analisis Ekonomik

Analisis ekonomik bertujuan untuk mengetahui jenis serta prospek

suatu perusahaan. Aktivitas ekonomik akan mempengaruhi laba

perusahaan. Apabila tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara

rendah, pada umumnya tingkat laba yang dicapai oleh suatu negara

tertentu rendah. Jadi, lingkungan ekonomi yang sehat akan sangat

mendukung perkembangan perusahaan.

b) Analisis Industri

Dalam analisis industri perlu diketahui kelemahan dan kekuatan

jenis industri perusahaan yang bersangkutan. Pengetahun yang

memadai mengenai sektor utama aktivitas ekonomi perusahaan.

Hal-hal penting yang perlu dipertimbangkan para pemodal dan

analisis saham. Misalnya seperti penjualan dan laba perusahaan,

permanen industri, sikap dan kebijakan pemerintah terhadap

industri, kondisi persaingan dan harga saham perusahaan sejenis.

c) Analisis Perusahaan

Analisis perusahaan untuk mengetahui kinerja perusahaan, para

penanam modal memerlukan informasi tentang perusahaan yang

relevan sebagai dasar pembuatan keputusan investasi. Informasi

tersebut termasuk baik informasi intern maupun ekstern

perusahaan. Informasi tersebut antara lain tentang laporan

keuangan periode tertentu. Di samping itu, dapat pula dianalisis

mengenai solvabilitas, rentabilitas atau profitabilitas, dan likuiditas

perusahaan. Informasi yang penting lagi adalah informasi yang

bersifat ekspektasi yaitu informasi tentang proyeksi keuangan atau

forecasting. Hal itu mengingat bahwa kebutuhan informasi

didasarkan pertimbangan bahwa harga saham ditentukan oleh

kinerja perusahaan di masa lalu dan ekspektasi di masa mendatang.

Page 25: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

30

Berdasarkan keterangan di atas, maka para investor dalam melakukan

investasi di pasar modal harus menggunakan dua pendekatan analisis tersebut

supaya tidak mengalami kerugian ataupun melepaskan keuntungan yang mungkin

akan didapat. Analisis saham menganjurkan atau merekomendasikan permintaan

dan penawaran saham sesuai dengan harapan pemodal. Analis saham mempunyai

misi untuk membuat penanam modal menginvestasikan dalam saham yang wajar.

2.5 Penelitian Terdahulu

Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk melihat hubungan antara

asimetri informasi dan manajemen laba dengan perubahan harga saham. Hasil

penelitian terdahulu yang berjudul Pengaruh Corporate Governance Terhadap

Hubungan Asimetri Informasi Dengan Praktik Manajemen Laba yang dilakukan

oleh Adhika Wisnumurti (2009) menunjukkan bahwa ukuran komite audit (UKA)

merupakan variabel moderating antara asimetri informasi terhadap manajemen

laba. Keberadaan komite audit mempunyai pengaruh negatif terhadap manajemen

laba yang berarti semakin banyak UKA maka kemungkinan adanya manajemen

laba yang semakin rendah.

Penelitian yang dilakukan oleh Ni Ketut (2011) dengan judul Pengaruh

Asimerti Informasi dan Ukuran Perusahaan pada Praktik Manajemen Laba di

Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, menunjukkan hasil

bahwa perusahaan memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba, karena

perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan

manajemen laba dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil dan perusahaan besar

dipandang lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar.

Penelitian dari Yacob Suparno, Rahmawati, dan Nurul Qomariah dengan

judul Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba pada

Perusahaan Perbankan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, menunjukkan

hasil bahwa variabel independen asimetri informasi berpengaruh secara signifikan

dan mampu menjelaskan variabel dependen manajemen laba.

Youngki Santoso melakukan penelitian tentang Pengaruh Asimetri

Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur di

Page 26: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

31

Bursa Efek Indonesia. Dari penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa asimetri

informasi mempunyai pengaruh positif terhadap manajemen laba, maksudnya

semakin tinggi tingkat asimetri informasi maka tingkat manajemen laba akan

semakin tinggi. Semakin tinggi kesenjangan informasi antara manajer dan pemilik

akan berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini dikarenakan mempunyai

informasi yang lebih tinggi dibandingkan pemilik (stakeholder), sehingga manajer

lebih leluasa untuk mempengaruhi laporan keuangan khususnya laba yang

digunakan untuk memaksimalkan kepentingan atau nilai perusahaan.

Sedangkan Muh. Arief Ujiyantho dalam penelitian Pengaruh Asimetri

Informasi dan Manajemen Laba Terhadap Suatu Tinjauan dalam Hubungan

Keagenan, menunjukkan hasil bahwa asimetri informasi terjadi karena manajer

superior lebih dalam menguasai informasi dibanding pihak lain (pemilik atau

pemegang saham), sehingga dengan adanya asimetri informasi antara manajemen

laba dengan pemilik memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan

manajemen laba dalam rangka memaksimumkan utilitynya.

Hasil penelitian Regina Reizky Ifonie yang berjudul Pengaruh Asimetri

Informasi Dan Manajemen Laba Terhadap Cost Of Equity Capital Pada

perusahaan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia menunjukkan

asimetri informasi dan manajemen laba menghasilkan arah positif tidak signifikan

terhadap cost of equity capital.

Penelitian yang dilakukan Suteja berjudul Pengungkapan laporan keuangan

sebagai upaya mengatasi asimetri informasi, yang menujukkan asimetri informasi

berpengaruh secara positif signifikan dan mampu menjelaskan variabel dependen

manajemen laba.

2.6 Kerangka Pemikiran

Teori keagenan (agency theory) mengimplikasikan adanya asimetri

informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini adalah

pemegang saham) sebagai prinsipal. Asimetri informasi muncul ketika manajer

lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan

datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Dikaitkan dengan

Page 27: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

32

peningkatan nilai perusahaan, ketika terdapat asimetri informasi, manajer dapat

memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna

memaksimisasi nilai saham perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan

melalui pengungkapan (disclosure) informasi akuntansi.

Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi

keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Dalam penyusunan laporan

keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan

kondisi keuangan perusahaan secara riil, namun disisi lain penggunaan dasar

akrual dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih

metode akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi

Keuangan yang berlaku. Pilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih

oleh manajemen untuk tujuan tertentu dikenal dengan sebutan manajemen laba

atau earnings management.

Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab manajemen

laba. Richardson (1998) berpendapat bahwa terdapat hubungan yang sistimatis

antara magnitut asimetri informasi dan tingkat manajemen laba. Fleksibilitas

manajemen untuk memanajemeni laba dapat dikurangi dengan menyediakan

informasi yang lebih berkualitas bagi pihak luar. Kualitas laporan keuangan akan

mencerminkan tingkat manajemen laba. Sehingga dapat dianalisis yang

menggambarkan mengenai jumlah keuntungan yang akan diperoleh untuk setiap

lembar sahamnya.

Bagan kerangka pemikiran dapat dilihat dalam gambar 2.1 berikut :

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Pemikiran

Perubahan Harga Saham

Close price

Asimetri informasi:

Relative bid-ask spread

Manajemen laba

discretionary accruals

Page 28: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

33

2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pemikiran maka hipotesis yang

diajukan adalah sebagai berikut:

2.7.1 Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Harga Saham

Supriyono (2000) dalam Atiqah (2008) menjelaskan asimetri informasi

sebagai situasi yang terbentuk karena principal (pemegang saham) tidak memiliki

informasi yang cukup mengenai kinerja agen (manajer) sehingga prinsipal tidak

pernah dapat menentukan kontribusi usaha-usaha agen terhadap hasil-hasil

perusahaan yang sesungguhnya. Asimetri informasi dapat diatasi dengan

mengharuskan manajemen melakukan pengungkapan penuh atas kondisi

perusahaan dalam laporan keuangan.

Selain itu Jensen dan Meckling (1976) dalam Lafond dan Watts (2006)

juga menjelaskan bahwa semakin besar asimetri informasi akan akan

memperbesar kesempatan manajer memanipulasi laporan keuangan. Upaya

manipulasi laporan keuangan ini juga menimbulkan biaya agensi yang diciptakan

oleh manajer sendiri dengan tujuan untuk memindahkan kekayaan pemegang

saham melalaui keuntungan dari penjualan saham perusahaan. Manajer akan

memanipulasi informasi yang mereka berikan kepada investor dengan tujuan

untuk meningkatkan harga saham. Peningkatan harga saham tersebut memberikan

keuntungan kepada manajer karena semakin besar pendapatan dari penjualan

saham yang mereka dapatkan. Keadaan seperti ini memberikan keuntungan

kepada manajer dan menimbulkan kerugian kepada investor, karena investor

harus mengeluar sejumlah uang untuk membeli saham namun mereka tidak

mendepatkan keuntungan.

Berdasarkan kerangka konseptual yang telah di paparkan di atas, penulis

merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

H1: Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara asimetri informasi

terhadap perubahan harga saham

Page 29: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1

34

2.7.2 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Harga Saham

Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

informasi laba merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau

pertanggungjawaban manajemen. Selain itu informasi laba juga membantu

pemilik atau pihak lain dalam menaksir earnings power perusahaan di masa yang

akan datang. Adanya kecenderungan lebih memperhatikan laba ini disadari oleh

manajemen, khususnya manajer yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi

tersebut, sehingga mendorong timbulnya perilaku menyimpang (dysfunctional

behaviour), yang salah satu bentuknya adalah earnings management.

Perusahaan atau pun manajer yang melakukan praktek manajemen laba

dengan menggunakan metode akrual dapat melakukan perekayasaan laporan

keuangan yang dapat meningkatkan laba, dan laba yang tinggi diharapkan akan

dihargai tinggi oleh investor berupa harga penawaran yang tinggi. Dengan asumsi

demikian, diperkirakan bahwa praktek manajemen laba yang dilakukan pada saat

penawaran saham perdana diharapkan mampu mendongkrak harga saham

perdana. Dengan nilai laba yang tinggi yang diterima perusahaan pada saat

penawaran saham perdana dan pertumbuhan perusahaan yang sangat menjanjikan

dengan cara penerapan manajemen laba dapat meningkatkan daya tarik

perusahaan untuk menyerap modal dari para investor.

H2 : Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara manajemen laba

terhadap perubahan harga saham