26
9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kinerja Keuangan Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan - aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar menurut Fahmi (2010) dalam Sayu Astuti (2015). Suatu keharusan bagi sebuah perusahaan menjaga dan meningkatkan kinerja keuangan, agar saham tersebut tetap diminati oleh investor. Hal ini dapat diketahui dengan menganalisis menggunakan alat-alat analisis keuangan untuk mengetahui baik buruknya kondisi keuangan dan prestasi keuangan sebuah perusahaan dalam waktu tertentu menurut Wibowo (2014) dalam Erik dan Lailatul (2016). Menurut Sunarko dan Astuti (2012) mengatakan bahwa kinerja keuangan perusahaan merupakan kondisi keuangan suatu perusahaan yang menunjukkan dengan melihat hasil penjualan atau laba perusahaan serta mempunyai tujuan utama untuk memperoleh laba yang optimal, dengan laba tersebut maka perusahaan akan dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan dapat dicerminkan melalui laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan tersebut. Laporan dari kinerja keuangan dibuat untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan masa lalu dan digunakan untuk memprediksi keuangan dimasa yang akan datang menurut Soelistyoningrum (2010) dalam Sayu Astuti (2015). Selain itu analisis terhadap informasi laporan keuangan dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan oleh investor untuk mengetahui perbandingan antara nilai intrinsik saham perusahaan dengan harga pasar saham perusahaan yang bersangkutan, dan atas pertimbangan tersebut investor dapat mengambil keputusan apakah membeli ataukah menjual saham perusahaan yang bersangkutan. Fungsi informasi keuangan adalah sebagai sarana informasi, alat pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan, bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan, dan penggambaran terhadap indikator keberhasilan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.stimart-amni.ac.id/357/2/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kinerja Keuangan Kinerja keuangan adalah suatu analisis

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 9

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tinjauan Pustaka

    2.1.1 Kinerja Keuangan

    Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat

    sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan -

    aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar menurut Fahmi (2010) dalam

    Sayu Astuti (2015). Suatu keharusan bagi sebuah perusahaan menjaga dan

    meningkatkan kinerja keuangan, agar saham tersebut tetap diminati oleh investor.

    Hal ini dapat diketahui dengan menganalisis menggunakan alat-alat analisis

    keuangan untuk mengetahui baik buruknya kondisi keuangan dan prestasi

    keuangan sebuah perusahaan dalam waktu tertentu menurut Wibowo (2014) dalam

    Erik dan Lailatul (2016). Menurut Sunarko dan Astuti (2012) mengatakan bahwa

    kinerja keuangan perusahaan merupakan kondisi keuangan suatu perusahaan yang

    menunjukkan dengan melihat hasil penjualan atau laba perusahaan serta

    mempunyai tujuan utama untuk memperoleh laba yang optimal, dengan laba

    tersebut maka perusahaan akan dapat mempertahankan kelangsungan hidup

    perusahaan.

    Kinerja keuangan perusahaan dapat dicerminkan melalui laporan keuangan

    yang diterbitkan perusahaan tersebut. Laporan dari kinerja keuangan dibuat untuk

    menggambarkan kondisi keuangan perusahaan masa lalu dan digunakan untuk

    memprediksi keuangan dimasa yang akan datang menurut Soelistyoningrum

    (2010) dalam Sayu Astuti (2015). Selain itu analisis terhadap informasi laporan

    keuangan dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan oleh investor untuk

    mengetahui perbandingan antara nilai intrinsik saham perusahaan dengan harga

    pasar saham perusahaan yang bersangkutan, dan atas pertimbangan tersebut

    investor dapat mengambil keputusan apakah membeli ataukah menjual saham

    perusahaan yang bersangkutan.

    Fungsi informasi keuangan adalah sebagai sarana informasi, alat

    pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan, bahan pertimbangan

    dalam pengambilan keputusan, dan penggambaran terhadap indikator keberhasilan

  • 10

    perusahaan. Informasi keuangan tersebut akan digunakan sebagai tolak ukur dan

    pedoman bagi investor dalam melakukan transaksi jual beli saham suatu

    perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang

    dilihat oleh calon investor untuk menentukan investasi saham. Kinerja keuangan

    perusahaan dapat menjadi petunjuk arah naik turunnya harga saham suatu

    perusahaan. Baik dan buruknya suatu perusahaan dapat digambarkan melalui

    kinerja keuangan suatu perusahaan.

    2.1.1.1 Manfaat Kinerja Keuangan

    Dalam penilaian kinerja keuangan terdapat beberapa teknis analisis,

    termasuk berbagai rasio keuangan, yang dapat dipergunakan untuk melakukan

    penilaian kinerja sebuah sebuah perusahaan. Menurut Fahmi (2011) dalam Sayu

    Astuti (2015), menyatakan bahwa: “Rasio keuangan atau financial ratio sangat

    penting gunanya untuk melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan.

    Bagi investor jangka pendek dan menengah pada umumnya lebih banyak tertarik

    kepada kondisi keuangan jangka pendek dan kemampuan perusahaan untuk

    membayar dividen yang memadai. Informasi tersebut dapat diketahui melalui cara

    yang sederhana yaitu dengan menghitung rasio-rasio keuangan yang sesuai dengan

    keinginan.” Menurut Sudana (2011) dalam Sayu Astuti (2015), menyatakan

    bahwa: “Rasio keuangan didesain untuk memperlihatkan hubungan antarakun

    pada laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba)”.

    Rasio-rasio keuangan dihitung berdasarkan pada angka-angka dari:

    1. Neraca

    2. Laporan Rugi-Laba

    3. Neraca dan Laporan Rugi-Laba

    Dua laporan keuangan yang utama digunakan dalam melakukan

    interpretasi laporan keuangan yaitu laporan neraca dan rugi laba. Neraca adalah

    laporan keuangan yang menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada saat

    tertentu. Di dalam neraca akan terlihat kekayaan perusahaan yang berupa aktiva

    lancar dan aktiva tetap, yang sumber pendanaannya baik yang berasal dari

    pinjaman yaitu pinjaman jangka pendek ataupun jangka panjang dan modal

    sendiri. Sedangkan laporan rugi laba merupakan laporan keuangan yang

  • 11

    menunjukan hasil kegiatan perusahaan pada suatu periode tertentu. Pada laporan

    rugi laba akan tampak pendapatan, biaya, dan laba atau rugi yang diperoleh

    perusahaan selama jangka waktu tertentu.

    Manfaat dari analisis rasio keuangan dapat ditinjau dari dua sudut Irawati

    (2006) dalam Sayu Astuti (2015) yaitu:

    1. Pihak Intern (Manajemen)

    Dalam sudut pandang pihak intern perusahaan atau manajemen, analisis

    laporan keuangan berguna sebagai cara untuk:

    a. Mengantisipasi keadaan di masa mendatang

    b. Sebagai titik tolak bagi tindakan perencanaan yang akan mempengaruhi

    jalannya kejadian di masa mendatang.

    2. Pihak Ekstern (Investor)

    Dalam sudut pandang pihak ekstern manfaat dari analisis rasio keuangan

    yaitu untuk meramalkan masa depan perusahaan, atau dengan kata lain dari

    sudut pandang pihak ekstern manfaat analisis rasio keuangan yaitu untuk

    menentukan prediksi apakah perusahaan tersebut bisa berkembang dalam arti

    dapat melakukan operasionalnya kembali atau malah perusahaan tersebut

    gulung tikar, sehingga akan mempengaruhi keberadaan pihak ekstern di dalam

    perusahaan tersebut.

    Manfaat yang dapat diperoleh dari setiap rasio sangat ditentukan oleh

    tujuan spesifik analisis. Lebih lanjutnya, rasio-rasio tersebut bukan kriteria yang

    mutlak. Rasio-rasio yang bermanfaat dapat menunjukkan perubahan dalam

    kondisi keuangan atau kinerja operasi, dan membantu menggambarkan

    kecenderungan serta pola perubahan tersebut, yang gilirannya dapat menunjukkan

    kepada analisis resiko dan peluang bagi perusahaan yang sedang ditelaah.

    Dari pendapat di atas dapat dimengerti bahwa rasio keuangan dan kinerja

    perusahaan mempunyai hubungan yang erat. Rasio keuangan ada banyak

    jumlahnya dan setiap rasio itu mempunyai kegunaannya masing-masing. Jadi

    untuk menilai kondisi dan kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan rasio

    yang merupakan perbandingan angka-angka yang terdapat pada pos-pos laporan

    keuangan.

  • 12

    2.1.1.2 Ukuran Kinerja Keuangan

    Terdapat banyak individu dan kelompok yang berbeda yang

    berkepentingan atas keberhasilan dan kegagalan suatu perusahaan tertentu.

    Beberapa kelompok yang paling utama yaitu:

    a. Pemilik (Investor)

    b. Manajer

    c. Pemberi pinjaman dan kreditor

    d. Karyawan

    e. Organisasi pekerja

    f. Agen pemerintahan

    g. Masyarakat umum

    Pendapat masing-masing kelompok ini tentang hasil dan kinerja

    perusahaan sangatlah berbeda. Mereka sering kali menggunakan data selain data

    ekonomi dan keuangan, untuk memasukkan nilai-nilai yang lebih luas dan tak

    berwujud dalam penilain mereka. Pihak yang paling dekat dengan perusahaan dari

    sudut pandang sehari-hari, dan juga yang bertanggug jawab atas efisiensi operasi,

    profitabilitas jangka panjang dan jangka pendek, serta penggunaan yang efektif

    atas modal dan sumber daya lainnya. Selanjutnya adalah berbagai pemilik

    perusahaan, khususnya yang berkepentingan denga profitabilitas jangka Panjang

    dan jangka pendek dari investasi modal yang mereka tanamkan. Mereka biasanya

    mengharapkan laba dan deviden yang meningkat, yang akan membawa

    pertumbuhan pada nilai ekonomi dari investasi yang mereka tanamkan.

    Berikutnya adalah kelompok pemberi pinjaman dan kreditor yang

    memberikan dana pada perusahaan untuk berbagai jangka waktu yang berbeda.

    Mereka terutama berkepentingan dengan kemampuan membayar bunga jatuh

    tempo, kemampuan perusahaan untuk membayar kembali pokok pinjaman, dan

    ketersedian nilai aktiva residual tertentu yang memberikan margin perlindungan

    terhadap resiko. Kelompok lainnya seperti pemerintah, tenaga kerja dan

    masyarakat mempunyai tujuan spesifik tertentu bagi mereka yaitu kehandalan

    pembayaran pajak, kemampuan untuk membayar upah, stabilitas ketenaga kerjaan,

  • 13

    ataupun kemampuan keuangan untuk memenuhi berbagai kewajiban sosial dan

    lingkungan.

    Semua informasi tersebut dapat diketahui dari laporan keuangan yang

    diterbitkan perusahaan. Respon pasar terhadap perusahaan dengan demikian sangat

    tergantung pada sinyal yang dikeluarkan oleh perusahaan. Dari hal tersebut jelas

    bahwa adanya pengukuran kinerja merupakan hal yang krusial dalam hubungan

    antara perusahaan dengan stakeholders perusahaan. Diharapkan dengan adanya

    penilaian kinerja dengan ROI, ROE dan EPS dapat menjadi sinyal bagi para

    investor untuk membuat keputusan investasi pada perusahaan yang memiliki

    kinerja baik.

    2.1.2 Pasar Modal

    Menurut Indonesia Stock Exchange Bursa Efek Indonesia (2014), pasar

    modal adalah mekanisme transaksi jual beli efek antara penjual dan pembeli.

    Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain

    dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Jadi pasar modal memfasilitasi

    kepada masyarakat untuk berbagi sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan

    kegiatan yang terkait.

    Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2011), terdapat dua jenis pasar yang

    terdapat di pasar modal, yaitu:

    1. Para Perdana (Primary Market)

    Pasar Perdana adalah jenis pasar pada pasar modal dimana saham dan

    sekuritas lainnya dijual pertama kali pada masyarakat (penawaran umum)

    sebelum saham dan sekuritas tersebut dicatatkan di bursa. Kegiatan ini disebut

    dengan penawaran umum perdana (initial public offering). Harga saham

    dipasar perdana ditentukan oleh emiten dan penjamin emisi (underwriter)

    berdasarkan faktor-faktor fundamental dan faktor lain yang perlu diidentifikasi.

    Underwriter selain menentukan harga saham bersama emiten, juga melakukan

    proses penjualannya.

    2. Pasar Sekunder (Secondary Market)

    Pasar sekunder adalah pasar modal dimana saham dan sekuritas lainnya

    diperjual belikan kepada umum setelah masa penjualannya dipasar perdana.

  • 14

    Harga saham di pasar ini di tentukan oleh permintaan dan penawaran yang

    dipengaruhi berbagai faktor internal seperti Earning Per Share (EPS) atau

    kebijakan deviden dan faktor eksternal seperti kebijakan moneter dan inflasi.

    Pasar modal diyakini sebagai wahana penghimpun dana jangka panjang

    merupakan alternatif sumber dana bagi semua perusahaan. Saling ketergantungan

    ini mengisi antara peranan pasar modal dan perbankan dalam menarik dana dari

    masyarakat dan mengalokasikannya, terkait dengan kebutuhan dari perusahaan itu

    sendiri. Selain perusahaan untuk menginvestasikann yang mutlak memerlukan

    dana jangka Panjang disamping dana jangka pendek yang ada.

    Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011), pasar modal mempunyai fungsi

    yaitu antara lain:

    a. Sarana penghimpun dana-dana masyarakat untuk disalurkan kedalam kegiatan-

    kegiatan produktif.

    b. Sumber pembiayaan yang mudah, murah, dan cepat bagi dunia usaha dan

    pembangunan nasional.

    c. Mendorong terciptanya kesempatan berusaha sekaligus menciptakan

    kesempatan kerja.

    d. Memperkokoh beroperasinya mekanisme finansial market dalam menata

    system moneter, karena pasar modal dapat menjadi sarana open market

    operation sewaktu-waktu diperlukan oleh Bank Sentral.

    2.1.3 Investasi

    Menurut Addul Halim dalam Farkhan dan Ika (2012), pengertian investasi

    hakekatnya merupakan penempatan sejumlah dana saat ini dengan harapan untuk

    memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Untuk melakukan investasi

    di pasar modal diperlukan pengetahuan yang cukup, pengalaman serta naluri bisnis

    untuk menganalisa efek-efek mana yang akan dibeli, mana yang akan dijual dana

    mana yang akan tetap dimiliki. Sebagai investor harus rasional dalam menghadapi

    pasar jual beli saham. Selain itu, investor harus mempunyai ketajaman perkiraan

    masa depan perusahaan yang sahamnya akan dibeli atau dijual.

    Investasi memiliki beberapa karakter khusus yang disebabkan ciri investasi

    sebagai hubungan keputusan pada pilihan keuangan atas modal / dana dengan

  • 15

    waktu. Karakter dari investasi menurut Senduk (2004), antara lain modal sebagai

    penentu keputusan dan waktu yang tepat untuk mengambil keputusan. Menurut

    Senduk (2004), produk-produk investasi yang tersedia di pasaran antara lain

    seperti halnya tabungan di bank, deposito di bank, saham, property, barang-barang

    koleksi, emas, mata uang asing dan obligasi.

    Seorang investor dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi

    tentunya tidak bisa dilakukan begitu saja serta hanya menghandalkan pada intuisi

    belaka, meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa investasi dipasar modal tidak bisa

    dilepaskan dari unsur spekulasi, investasi disamping mengharapkan keuntungan

    yang memadai juga harus bersedia dan berani menanggung resiko seperti

    penurunan harga pasar, karena adanya unsur ketidakpastian serta ketidaktahuan

    dari investor tentang hasil yang akan diperoleh maka investor perlu

    memperkirakan berapa keuntungan yang diharapkan dari investasinya dan

    seberapa besar kemungkinan hasil yang akan diperoleh itu menyimpang dari hasil

    yang diharapkan.

    2.1.4 Saham

    2.1.4.1 Pengertian Saham

    Saham didefinisikan sebagai tanda pernyataan atau kepemilikan seseorang

    atau suatu badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham

    adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah

    pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan

    ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut

    menurut Darmadji (2011).

    Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling

    popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika

    memutuskan untuk menghimpun dana dari perusahaan. Pada sisi lain saham

    merupakan salah satu instrument investasi yang paling banyak dipilih oleh para

    investor. Dalam transaksi di bursa efek, saham merupakan instrument yang paling

    dominan diperdagangkan karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan

    yang menarik. Saham juga dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal

    seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas, dengan

  • 16

    penyertaan modal tersebut maka pihak berhak menikmati keuntungan perusahaan

    dan berhak ikut serta dalam rapat umum pemegang saham (Jogiyanto, 2010).

    2.1.4.2 Jenis-jenis Saham

    Menurut Mohamad Samsul (2006) jenis-jenis saham yang diperdagangkan

    di Bursa Efek adalah sebagai berikut :

    1) Saham Biasa (Common Stock)

    Saham biasa adalah saham yang menenpatkan pemiliknya paling akhir

    terhadap claim. Saham biasa merupakan jenis saham yang akan menerima laba

    setelah laba bagian saham preferen dibayarkan. Apabila perusahaan bangkrut,

    maka pemegang saham biasa yang menderita terlebih dahulu. Pemegang saham

    biasa memiliki suara dalam RUPS.

    Menurut Jogiyanto (2010) beberapa hak yang dimiliki oleh pemegang saham

    biasa antara lain :

    a) Hak Kontrol

    Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan

    direksi. Hal ini berarti pemegang saham biasa berhak untuk mengontrol

    siapa yang akan memimpin perusahaan. Pemegang saham dapat melakukan

    hak kontrolnya dalam bentuk memveto dalam pemilihan direksi di rapat

    tahunan pemegang saham atau memveto pada tindakan-tindakan yang

    membutuhkan persetujuan pemegang saham.

    b) Hak Menerima Pembagian Keuntungan

    Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak

    mendapat bagian dari keuntungan perusahaan. Laba dibagikan dalam

    bentuk dividen. Pembagian dividen untuk saham biasa dapat dilakukan jika

    perusahaan sudah membayarkan dividen untuk saham preferen.

    c) Hak Prepentif

    Hak prepentif (prepentive right) merupakan hak untuk

    mendapatkan persentasi pemilikan yang sama jika perusahaan

    mengeluarkan tambahan lembar saham. Jika perusahaan mengeluarkan

    tambahan lembar saham, maka jumlah saham yang beredar akan lebih

    banyak dan akibatnya persentase kepemilikan pemegang saham yang lama

  • 17

    akan turun. Hak prepentif memberi prioritas kepada pemegang saham lama

    untuk membeli tambahan saham baru, sehingga persentase pemilikannya

    tidak berubah.

    2) Saham Preferen (Preferend Stock)

    Saham preferen (preferend stock) adalah jenis saham yang memiliki hak laba

    kumulatif. Hak kumulatif adalah hak untuk mendapatkan laba yang tidak

    dibagikan pada suatu tahun yang mengalami kerugian, tetapi dibayar pada tahun

    yang mengalami keuntungan. Hak istimewa ini diberikan kepada pemegang saham

    preferen karena merekalah yang memasok dana ke perusahaan sewaktu mengalami

    kesulitan.

    Menurut Jogiyanto (2010), karakteristik saham preferen adalah sebagai

    berikut:

    a. Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk menerima dividen

    terlebih dahulu dibandingkan pemegang saham biasa.

    b. Saham preferen umumnya memberikan hak untuk menerima dividen

    kumulatif, yaitu memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima

    dividen tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum

    pemegang saham biasa menerima dividennya.

    c. Saham preferen mempunyai hak terlebih dahulu atas aktiva perusahaan

    disbanding hak yang dimiliki oleh saham biasa pada saat terjadi likuidasi.

    2.1.5 Analisis Rasio Keuangan

    Analisis rasio adalah cara analisa dengan menggunakan perhitungan-

    perhitungan perbandingan atas data kuantitatif yang ditunjukkan dalam neraca

    maupun laporan laba rugi (Kuswadi, 2004).

    Adapun rasio keuangan tersebut antara lain:

    1. Rasio Likuiditas

    Rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aset lancar perusahaan

    lainnya dengan kewajiban lancar. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan

    untuk memenuhi utang dalam jangka pendek. Rasio likuiditas antara lain:

    a) Rasio lancar (Current ratio)

    b) Rasio cepat (Quick ratio)

  • 18

    c) Cash Ratio

    2. Rasio Solvabilitas

    Rasio Solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan

    dalam memenuhi segala kewajiban jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi,

    adapun macam-macam rasio solvabilitas :

    a) Total Debt to Total Asset

    b) Total Debt to Equity Ratio

    3. Rasio Profitabilitas

    Rasio profitabilitas menunjukkan pengaruh gabungan dari kebijakan

    likuiditas manajemen aktiva, dan manajemen utang terhadap hasil operasi

    perusahaan. Yang termasuk dalam rasio profitabilitas antara lain:

    a) Gross Profit Margin

    b) Economic Value Added

    c) Net Profit Margin

    d) Earning Per Share

    e) Operating Return on Assets

    f) Return on Total Assets

    g) Return on Equity

    h) Return on Investment

    4. Rasio Pasar

    Rasio nilai pasar (market value ratio) merupakan rasio yang

    menghubungkan harga saham terhadap laba, arus kas, dan nilai buku per

    sahamnya. Rasio ini menunjukkan apa yang dipikirkan investor atas kinerja masa

    lalu dan prospek masa depan perusahaan. Yang termasuk rasio nilai pasar, antara

    lain:

    a) Price Earnings Ratio

    b) Cash Flow Ratio

    c) Price to Book Value

  • 19

    5. Rasio Aktivitas

    Rasio aktivitas (activity ratio), juga disebut sebagai rasio efisiensi atau

    perputaran, mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan berbagai

    aktivanya. Adapun rasio ini terdiri dari :

    a) Rasio perputaran piutang

    b) Rasio perputaran persediaan

    c) Rasio perputaran aktiva tetap

    d) Rasio perputaran aktiva

    Analisis rasio selain berguna bagi kepentingan perusahaan juga berguna

    bagi pihak luar. Analisis rasio berguna bagi tiga kelompok utama yaitu bagi

    manajemen perusahaan, bagi analisis kredit, dan investor. Berdasarkan fungsi yang

    telah dijelaskan, pada penelitian ini menekankan faktor pengaruh dari analisis rasio

    yang dipilih menjadi variabel independen terhadap return saham. Sehingga

    memberikan gambaran kepada para investor untuk menentukan dengan tepat

    perusahaan yang akan ditanamkan modal.

    2.1.6 Return Saham

    Saham dari suatu perusahaan dapat dinilai dari tingkat pengembalian

    (return) yang diterima oleh pemegang saham dari perusahaan yang bersangkutan.

    Return bagi pemegang saham dapat berupa penerimaan deviden tunai ataupun

    perubahan harga saham pada suatu periode. Menurut Hanafi (2003) dalam Arief

    dan Andrianto (2011), return didefinisikan sebagai perubahan nilai antara periode

    t+1 dengan periode t ditambah pendapatan-pendapatan lain yang terjadi selama

    periode t tersebut. Menurut Gitman (2012) dalam Nico dan Nicken (2013) return

    adalah jumlah keuntungan dan kerugian investasi selama jangka waktu tertentu

    yang umumnya diukur sebagai perubahan nilai tambah dengan uang yang

    didistribusikan selama periode tertentu dan dinyatakan dalam presentasi dari nilai

    investasi awal.

    Menurut Arista dan Astohar (2012), return saham merupakan kelebihan

    harga jual saham di atas harga belinya. Apabila seorang investor menginginkan

    return yang tinggi maka harus menanggung resiko lebih tinggi, begitupun

    sebaliknya bila menginginkan return rendah maka resiko yang di tanggung juga

  • 20

    rendah. Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi yang

    dilakukan investor. Return yang maksimal adalah hal yang diinginkan setiap

    investor dalam investasinya. Menurut Jogiyanto (2003) dalam Nico dan Nicken

    (2013), Return saham dibedakan menjadi dua yaitu realized return (return

    realisasi) dan expected return (return ekspektasi). Realized return (return realisasi)

    merupakan return yang sudah terjadi atau sudah terealisasi. Sedangkan expected

    return (return ekspektasi) adalah return yang diharapkan investor untuk

    didapatkan dimasa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Return ekspektasi

    sifatnya belum terjadi.

    Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam

    periode yang tertentu. Return total sering disebut dengan return saja. Return total

    terdiri dari capital gain (loss) dan yield. Dalam penelitian ini return saham

    dihitung menggunakan capital gain (loss). Capital gain (loss) merupakan selisih

    untung (rugi) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu.

    Pengukuran return saham (capital gain/loss) menurut teori pasar diformulasikan

    sebagai berikut :

    Return saham (captal gain/loss) =

    (1)

    Harjono Sunardi (2010) dalam Vera dan Untung (2012)

    Keterangan : Pit : harga penutupan saham i pada hari ke t

    Pit-1 : harga penutupan i pada hari ke t

    2.1.7 Return On Investment (ROI)

    Dalam melakukan penilaian kinerja perusahaan, laba akuntansi selalu

    menjadi fokus utama yang diperhatikan. Alat ukur finansial yang sering

    digunakan untuk mengukur tingkat laba adalah Return on Investment (ROI).

    Return On Investment (ROI) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

    kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (tingkat pengembalian),

    yang akan digunakan untuk menutupi investasi yang dikeluarkan menurut Sutrisno

    (2000) dalam Harjono Sunardi (2010). Return On Investment (ROI) merupakan

    perbandingan antara keuntungan sebelum biaya bunga dan pajak dengan seluruh

    aktiva atau kekayaan perusahaan (Vera Anis K & Untung Sriwidodo (2012).

  • 21

    Analisis ROI dalam analisis rasio keuangan memiliki arti yang penting

    sebagai salah satu teknik analisis rasio keuangan yang bersifat menyeluruh

    (komprehensif). Namun, penggunaan alat ukur terhadap laba akuntansi seperti

    ROI (Return on Investment) memiliki kelemahan yaitu tidak memperhatikan risiko

    yang dihadapi perusahaan dengan mengabaikan adanya biaya modal dan hanya

    memperhatikan hasilnya (laba perusahaan) sehingga sulit untuk mengetahui

    apakah perusahaan tersebut telah berhasil menciptakan nilai perusahaan atau tidak.

    Kembalian investasi (Return On Investment/ROI) merupakan perbandingan

    laba dengan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba. ROI (Returnn On

    Investment) menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang biasa diperoleh dari

    seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Karena itu dipergunakan angka laba

    setelah pajak dan rata – rata kekayaan perusahaan. Rasio ini dapat diukur dalam

    bentuk persentase.

    ROI =

    × 100 % (2)

    Endang Kurniati (2009) dalam Vera dan Untung (2012)

    2.1.8 Return On Equity (ROE)

    Return On Equity (ROE) adalah rasio yang memperlihatkan sejauh mana

    perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur dari investasi yang

    telah dilakukan pemilik modal sendiri menurut Fandi (2006) dalam Vera &

    Untung (2012). Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih

    perusahaan dengan modal (modal inti) perusahaan, rasio ini menunjukkan tingkat

    persentase yang dapat dihasilkan. ROE amat penting bagi para pemegang saham

    dan calon investor karena ROE yang tinggi berarti para pemegang saham akan

    memperoleh dividen yang tinggi pula dan kenaikan ROE akan menyebabkan

    kenaikan saham menurut Riyadi (2006) dalam Henry Togar (2015).

    Menurut Sutrisno (2005) dalam Muhammad Putra (2014), menjelaskan

    bahwa Return On Equity adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

    keuntungan modal sendiri yang dimiliki. Atau dengan kata lain Rentabilitas

    Modal Sendiri adalah Kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang

    bekerja didalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Laba yang diperhitungkan

  • 22

    untuk menghitung Rentabilitas Modal Sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi

    dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau income tax (earning after tax/

    EAT).

    Menurut Brigham dan Houston (2010) dalam Muhammad Putra (2014),

    Return On Equity adalah rasio yang mengukur tingkat pengembalian atas investasi

    pemegang saham biasa. Hasil dari ekuitas (return on equity) merupakan

    perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan ekuitas. Metode ini

    memberikan gambaran tentang pengukuran efektivitas perusahaan dalam

    memanfaatkan ekuitas untuk menciptakan keuntungan. Return On Equity (ROE)

    merupakan suatu pengukuran dari penghasilan yang tersedia dari pemilik

    (Pemegang saham) perusahaan atas modal yang diinvestasikannya dalam

    perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan (emiten) dalam

    menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal sendiri, sehingga ROE ini

    sering disebut rentabilitas modal sendiri.

    Menurut Sutrisno (2007) dalam Muhammad Putra (2014), untuk

    menghitung Return On Equity (ROE) rumusnya adalah :

    ROE =

    × 100% (3)

    Earning After Taxes (EAT) yang dimasudkan dalam perhitungan ini yaitu

    merupakan laba bersih setelah dikurangi pajak dan dikurangi dividen untuk para

    pemegang saham dalam satu periode. Selain itu yang dimaksud dengan modal

    sendiri (shareholder’s equity) merupakan total aktiva dikurangi dengan total

    kewajiban perusahaan.Dari Analisa rumus yang ada semakin tinggi ROE yang

    dihasilkan perusahaan, akan semakin tinggi harga sahamnya. ROE diukur dalam

    satuan persen. Tingkat ROE memiliki hubungan yang positif dengan harga saham,

    sehingga semakin besar ROE semakin besar pula harga pasar karena besarnya

    ROE memberikan indikasi bahwa pengembalian yang akan diterima investor akan

    cenderung tinggi sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut

    dan hal ini menyebabkan harga pasar saham cenderung naik.

  • 23

    Dalam penelitian ini Return On Equity (ROE) berperan untuk investor atau

    kreditur yang akan tertarik dengan ukuran rasio profitabilitas yang bisa

    dialokasikan kepada para pemegang saham. Seperti diketahui pemegang saham

    mempunyai klaim residual (sisa) atas keuntungan yang diperoleh. Keuntungan

    yang diperoleh oleh perusahaan pertama akan dipakai untuk membayar bunga,

    hutang, kemudian saham preferen, baru kemudian (jika ada sisa) diberikan kepada

    pemegang saham.

    2.1.9 Earning Per Share (EPS)

    Laba bersih per saham / Earning Per Share (EPS) adalah Pendapatan

    bersih perusahaan selama setahun dibagi dengan jumlah rata-rata lembar saham

    yang beredar, dengan pendapatan bersih tersebut dikurangi dengan saham preferen

    yang diperhitungkan untuk tahun tersebut menurut Abdullah (2004) dalam Arief

    dan Andrianto (2011).

    Menurut Harahap (2007) dalam Muhammad Putra (2014), Earning Per

    Share (EPS) adalah salah satu rasio yang berada pada rasio profitabilitas. Dimana

    rasio Earning Per Share digunakan untuk menunjukkan berapa besar kemampuan

    per lembar saham untuk menghasilkan laba.

    Menurut Eduardus Tandelilin (2010) dalam Muhammad Putra (2014),

    Earning Per Share dirumuskan sebagai berikut :

    EPS =

    (4)

    Menurut Darmadji dalam Susanti dkk (2011) mengatakan bahwa EPS

    merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang

    diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham. EPS digunakan untuk

    menganalisa profitabilitas suatu saham oleh para analisis surat berharga dan hanya

    diukur dengan menggunakan saham biasa. Sedangkan menurut Adystya dkk

    (2013), menyatakan bahwa EPS adalah ukuran laba bersih perusahaan untuk tiap

    lembar saham yang dibeli investor, maka diketahui tingkat kemampuan atau

    kemajuan yang telah dicapai oleh perusahaan dalam pencapaian jumlah laba.

    Tingkat EPS dapat memberikan informasi data akutansi yang digunakan untuk

    mengetahui kinerja perusahaan yang menjual sahamnya pada masyarakat umum.

  • 24

    Earning Per Share (EPS) adalah suatu kemampuan perusahaan untuk

    mendistribusikan pendapatan yang diperoleh kepada pemegang sahamnya. Besar

    keberhasilan usaha yang dilakukan dapat dilihat dari semakin tinggi kemampuan

    perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham. Hal

    tersebut sesuai dengan teori signalling yang pada umumnya manajemen

    perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik

    akan EPS, karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk

    setiap lembar saham biasa.

    Salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat dengan

    besarnya EPS, hal ini juga akan membuat investor tertarik dengan saham

    perusahaan tersebut. Tingginya nilai EPS maka semakin besar laba yang

    disediakan untuk para pemegang. Hal ini akan berakibat dengan meningkatnya

    laba maka harga saham cenderung naik, sedangkan ketika laba menurun, maka

    harga saham ikut juga menurun.

    2.2 Penelitian Terdahulu

    Untuk melakukan penelitian selanjutnya tidak lepas dari penelitian yang

    telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan tujuan untuk memperkuat hasil

    penelitian dan membandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan

    sebelumnya untuk tercapainya hasil yang sempurna. Beberapa penelitian terdahulu

    menunjukkan hasil yang tidak konsisten, beberapa penelitian terdapat hasil yang

    berbeda namun ada juga hasil yang mendukung antara peneliti satu dengan yang

    lainnya.

    Berikut merupakan penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian

    yang dilakukan oleh penulis.

    2.2.1. Rujukan Penelitian Vera Anis Kristiana dan Untung Sriwidodo

    (2012)

    Penjelasan secara ringkas dari penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

    penelitian yang akan dilakukan tergambar pada tabel 2.1 dibawah ini. Penelitian

    ini berfokus pada variabel ROI, ROE, EVA, EPS, MVA dan Return Saham.

  • 25

    Tabel 2.1 Rujukan penelitian untuk variabel ROI, ROE, EPS

    Judul Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi

    Return Saham Investor Pada Perusahaan

    Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

    Sumber Penelitian Vera Anis Kristiana dan Untung Sriwidodo

    (2012), Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan,

    vol. 12, No. 01, April 2012:1-11

    Variabel Penelitian Variabel Independen :

    X1 : Return On Investment (ROI)

    X2 : Return On Equity (ROE)

    X3 : EconomicValue Added (EVA)

    X4 : Earning Per Share (EPS)

    X5 : Market Value Added (MVA)

    Variabel Dependen :

    Y : Return Saham

    Analisis Data Analisis Regresi Linier Berganda

    Alat Uji : SPSS

    Hasil Penelitian Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam

    penelitian ini maka dapat disimpulkan:

    1. Variabel Return On Investment tidak

    berpengaruh signifikan terhadap return

    saham

    2. Variabel Return On Equity tidak

    berpengaruh signifikan terhadap return

    saham

    3. Variabel Earning Per Share berpengaruh

    signifikan terhadap return saham

    Hubungan dengan

    Penelitian

    Variabel Return On Investment, Return On

    Equity, dan Earning Per Share digunakan

    sebagai rujukan untuk variable ROI, ROE, dan

  • 26

    EPS dalam penelitian ini.

    Sumber : Dirangkum Dari Jurnal Return Saham

    2.2.2. Rujukan Penelitian Erik S (2016)

    Penjelasan secara ringkas dari penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

    penelitian yang akan dilakukan tergambar pada tabel 2.2 dibawah ini. Penelitian

    ini berfokus pada variabel CR, DER, ROA, EPS, Ukuran Perusahaan dan Return

    Saham.

    Tabel 2.2 Rujukan penelitian untuk variabel EPS

    Judul Pengaruh Kinerja Keuangan dan Ukuran

    Perusahaan Terhadap Return Saham

    Sumber Penelitian Erik S (2016), Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi,

    vol. 5, No. 05, Mei 2016

    Variabel Penelitian Variabel Independen :

    X1 : Current Ratio (CR)

    X2 : Debt To Equity Ratio (DER)

    X3 : Return On Assets (ROA)

    X4 : Earning Per Share (EPS)

    X5 : Ukuran Perusahaan

    Variabel Dependen :

    Y : Return Saham

    Analisis Data Analisis Regresi Linier Berganda

    Alat Uji : SPSS 20

    Hasil Penelitian Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam

    penelitian ini maka dapat disimpulkan:

    1. Variabel Current Ratio tidak ada pengaruh

    yang signifikan terhadap return saham

    2. Variabel Debt To Equity Ratio ada pengaruh

    yang signifikan terhadap return saham

    3. Variabel Return On Assets tidak ada

    pengaruh yang signifikan terhadap return

  • 27

    saham

    4. Variabel Earning Per Share ada pengaruh

    yang signifikan terhadap return saham

    5. Variabel Ukuran Perusahaan tidak ada

    pengaruh yang signifikan terhadap return

    saham

    Hubungan dengan

    Penelitian

    Variabel Earning Per Share (EPS) digunakan

    sebagai rujukan untuk variabel EPS dalam

    penelitian ini

    Sumber : Dirangkum Dari Jurnal Return Saham

    2.2.3. Rujukan Penelitian Giovanni Budialim (2013)

    Penjelasan secara ringkas dari penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

    penelitian yang akan dilakukan tergambar pada tabel 2.3 dibawah ini. Penelitian

    ini berfokus pada variabel CR, DER, ROA, ROE, EPS, BVPS dan Return Saham.

    Tabel 2.3 Rujukan penelitian untuk variabel ROE dan EPS

    Judul Pengaruh Kinerja Keuangan dan Resiko

    Terhadap Return Saham Perusahaan Sektor

    Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia

    Periode 2007-2011

    Sumber Penelitian Giovanni Budialim (2013), Jurnal Manajemen

    Keuangan, vol. 12, No. 01. 2013 hal 1-20

    Variabel Penelitian Variabel Independen :

    X1 : CR

    X2 : DER

    X3 : ROA

    X4 : ROE

    X5 : EPS

    X6 : BVPS

    Variabel Dependen :

    Y : Return Saham

  • 28

    Analisis Data Analisis Regresi Linier Berganda

    Alat Uji : SPSS 18

    Hasil Penelitian Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam

    penelitian ini maka dapat disimpulkan:

    1. Variabel CR berpengaruh positif terhadap

    return saham

    2. Variabel DER berpengaruh positif terhadap

    return saham

    3. Variabel ROA berpengaruh positif terhadap

    return saham

    4. Variabel ROE berpengaruh positif terhadap

    return saham

    5. Variabel EPS berpengaruh positif terhadap

    return saham

    6. Variabel BVPS berpengaruh positif terhadap

    return saham

    Hubungan dengan

    Penelitian

    Variabel ROE dan EPS digunakan sebagai

    rujukan untuk variabel ROE dan EPS dalam

    penelitian ini

    Sumber : Dirangkum Dari Jurnal Return Saham

    2.2.4. Rujukan Penelitian Harjono S (2010)

    Penjelasan secara ringkas dari penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

    penelitian yang akan dilakukan tergambar pada tabel 2.4 dibawah ini. Penelitian

    ini berfokus pada variabel ROI, EVA dan Return Saham.

    Tabel 2.4 Rujukan penelitian untuk variabel ROI

    Judul Pengaruh Penilaian Kinerja dengan ROI dan

    EVA terhadap Return Saham pada Perusahaan

    yang Tergabung dalam Indeks LQ 45 di Bursa

    Efek Indonesia

    Sumber Penelitian Harjono S (2010), Jurnal Akuntansi, Vol.2, No.1,

  • 29

    Mei 2010: 70-92

    Variabel Penelitian Variabel Independen :

    X1 : Return On Investment (ROI)

    X2 : Economic Value Added (EVA)

    Variabel Dependen :

    Y : Return Saham

    Analisis Data Analisis Regresi Linier Berganda

    Alat Uji : SPSS

    Hasil Penelitian Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam

    penelitian ini maka dapat disimpulkan :

    1. Variabel Return On Investment (ROI) tidak

    ada pengaruh yang signifikan terhadap return

    saham

    2. Variabel Economic Value Added tidak ada

    pengaruh yang signifikan terhadap return

    saham

    Hubungan dengan

    Penelitian

    Variabel Return On Investment digunakan

    sebagai rujukan untuk variable ROI dalam

    penelitian ini.

    Sumber : Dirangkum Dari Jurnal Return Saham

    2.2.5. Rujukan Penelitian Jaja Suteja dan Patrisius Seran (2015)

    Penjelasan secara ringkas dari penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

    penelitian yang akan dilakukan tergambar pada tabel 2.5 dibawah ini. Penelitian

    ini berfokus pada variabel ROE, DER, NPM, Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga dan

    Return Saham.

    Tabel 2.5 Rujukan penelitian untuk variabel ROE

    Judul Determinan Return Saham Industri Otomotif

    dan Komponen yang Terdaftar di BEI

    Sumber Penelitian Jaja Suteja dan Patrisius Seran (2015), Jurnal

    Trikonomika, Vol. 14, No. 1, Juni 2015, Hal.

  • 30

    76–86

    Variabel Penelitian Variabel Independen :

    X1 : Return On Equity (ROE)

    X2 : Debt To Equity Ratio (DER)

    X3 : Net Profit Margin (NPM)

    X4 : Inflasi

    X5 : Nilai Tukar

    X6 : Suku Bunga

    Variabel Dependen :

    Y : Return Saham

    Analisis Data Analisis Model Regresi Panel Data

    Alat Uji : Uji Chow

    Hasil Penelitian Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam

    penelitian ini maka dapat disimpulkan:

    1. Variabel Return On Equity berpengaruh

    positif terhadap return saham

    2. Variabel Debt To Equity Ratio tidak ada

    pengaruh yang signifikan terhadap return

    saham

    3. Variabel Net Profit Margin tidak ada

    pengaruh yang signifikan terhadap return

    saham

    4. Variabel Inflasi tidak ada pengaruh yang

    signifikan terhadap return saham

    5. Variabel Nilai Tukar berpengaruh negatif

    terhadap return saham

    6. Variabel Suku Bunga berpengaruh negatif

    terhadap return saham

    Hubungan dengan

    Penelitian

    ROE digunakan sebagai rujukan untuk variabel

    ROE dalam penelitian ini

    Sumber : Dirangkum Dari Jurnal Return Saham

  • 31

    2.3 Hipotesis Penelitian

    Hipotesis adalah hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau

    lebih yang dapat diuji secara empiris. Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu

    proporsi atau anggapan yang mungkin benar dan sering sebagai dasar pembuatan

    keputusan atau pemecah persoalan atau untuk dasar penelitian lebih lanjut.

    Menurut Sugiyono (2011) mengemukakan bahwa hipotesis sebagia suatu jawaban

    yang bersifat sementara terhadap rumusan masalah penelitian, sampai terbukti

    melalui data yang terkumpul.

    Untuk memberikan angka pada penelitian yang dilakukan dan untuk

    memberikan jawaban sementara atas maslah yang dikemukakan diatas, maka

    penelitian mengajukan hipotesis sebagai berikut :

    H1 = Diduga Return On Investment (ROI) berpengaruh positif terhadap Return

    Saham

    H2 = Diduga Return On Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap Return

    Saham

    H3 = Diduga Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap Return

    Saham

    2.4 Kerangka Pemikiran

    Kerangka pemikiran merupakan suatu gambaran tentang proses berfikir

    sesuai dengan tujuan penelitian sebagaimana telah diuraikan sebelumnya. Pada

    umumnya sebelum melakukan investasi, investor terlebih dahulu melakukan

    Analisa fundamental perusahaan yang dapat mempengaruhi peningkatan return,

    baik berupa capital gain maupun deviden.

    Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu diatas, sebuah model

    konseptual dapat dikembangkan menjadi suatu kerangka pemikiran dari pengaruh

    Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share

    (EPS) terhadap Return Saham, seperti yang disajikan dalam gambar 2.1.

  • 32

    Gambar 2.1

    Kerangka Pemikiran

    H1

    H2

    H3

    Sumber : Berbagai jurnal dan dikembangkan untuk penelitian ini

    Keterangan Gambar :

    : Variabel : Pengukur

    H : Hipotesis : Pengaruh

    : Indikator

    ROE

    ( X2 )

    EPS

    ( X3 )

    Return

    Saham

    (Y)

    ( Y )

    ROI

    ( X1 )

    X2.1

    X2.2

    X1.2

    X1.1

    X3.1

    X3.2

    Y1

    Y2

  • 33

    Variabel dan Indikator yang dikembangkan dalam penelitian ini meliputi :

    1. ROI (X1) (Endang Kurnianti (2009) dalam Vera A dan Untung (2012))

    a. Laba bersih setelah pajak (X1.1)

    b. Jumlah aktiva (X1.2)

    2. ROE (X2) (Fakhruddin (2008) dalam Vera A dan Untung (2012))

    a. Laba bersih setelah pajak (X2.1)

    b. Ekuitas (X2.2)

    3. EPS (X3) (Eduardus Tandelilin (2010) dalam Muhammad Putra (2014))

    a. Laba bersih setelah pajak (X3.1)

    b. Jumlah saham beredar (X3.2)

    4. Return Saham (Y) (Harjono Sunardi (2010) dalam Vera dan Untung (2012))

    a. Harga saham pada periode t (Y1)

    b. Harga saham pada periode t-1 (Y2)

  • 34

    2.5 Diagram Alur Penelitian

    Gambar 2.2 Diagram Alur Penelitian

    S

    Keterangan :

    : Langkah penyusunan skripsi

    : Apabila terjadi kekurangan data pada tahap pengolahan

    data maka dapat dilakukan pengumpulan data kembali

    Latar Belakang Masalah

    Return On

    Equity

    (X2)

    Identifikasi Permasalahan

    Penentuan Daerah Studi

    Studi

    Pengumpulan Data

    Return On

    Investment

    (X1)

    Earning Per

    Share

    (X3)

    Return Saham

    (Y)

    Pengolahan Data

    Analisis Data

    Implikasi Manajerial

    Kesimpulan dan Saran

    Studi pustaka

    Data tidak cukup

    a

    ta tidak cukup

    t

    a tidak cukup