Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat
sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan -
aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar menurut Fahmi (2010) dalam
Sayu Astuti (2015). Suatu keharusan bagi sebuah perusahaan menjaga dan
meningkatkan kinerja keuangan, agar saham tersebut tetap diminati oleh investor.
Hal ini dapat diketahui dengan menganalisis menggunakan alat-alat analisis
keuangan untuk mengetahui baik buruknya kondisi keuangan dan prestasi
keuangan sebuah perusahaan dalam waktu tertentu menurut Wibowo (2014) dalam
Erik dan Lailatul (2016). Menurut Sunarko dan Astuti (2012) mengatakan bahwa
kinerja keuangan perusahaan merupakan kondisi keuangan suatu perusahaan yang
menunjukkan dengan melihat hasil penjualan atau laba perusahaan serta
mempunyai tujuan utama untuk memperoleh laba yang optimal, dengan laba
tersebut maka perusahaan akan dapat mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan.
Kinerja keuangan perusahaan dapat dicerminkan melalui laporan keuangan
yang diterbitkan perusahaan tersebut. Laporan dari kinerja keuangan dibuat untuk
menggambarkan kondisi keuangan perusahaan masa lalu dan digunakan untuk
memprediksi keuangan dimasa yang akan datang menurut Soelistyoningrum
(2010) dalam Sayu Astuti (2015). Selain itu analisis terhadap informasi laporan
keuangan dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan oleh investor untuk
mengetahui perbandingan antara nilai intrinsik saham perusahaan dengan harga
pasar saham perusahaan yang bersangkutan, dan atas pertimbangan tersebut
investor dapat mengambil keputusan apakah membeli ataukah menjual saham
perusahaan yang bersangkutan.
Fungsi informasi keuangan adalah sebagai sarana informasi, alat
pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan, bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan, dan penggambaran terhadap indikator keberhasilan
10
perusahaan. Informasi keuangan tersebut akan digunakan sebagai tolak ukur dan
pedoman bagi investor dalam melakukan transaksi jual beli saham suatu
perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang
dilihat oleh calon investor untuk menentukan investasi saham. Kinerja keuangan
perusahaan dapat menjadi petunjuk arah naik turunnya harga saham suatu
perusahaan. Baik dan buruknya suatu perusahaan dapat digambarkan melalui
kinerja keuangan suatu perusahaan.
2.1.1.1 Manfaat Kinerja Keuangan
Dalam penilaian kinerja keuangan terdapat beberapa teknis analisis,
termasuk berbagai rasio keuangan, yang dapat dipergunakan untuk melakukan
penilaian kinerja sebuah sebuah perusahaan. Menurut Fahmi (2011) dalam Sayu
Astuti (2015), menyatakan bahwa: “Rasio keuangan atau financial ratio sangat
penting gunanya untuk melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan.
Bagi investor jangka pendek dan menengah pada umumnya lebih banyak tertarik
kepada kondisi keuangan jangka pendek dan kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen yang memadai. Informasi tersebut dapat diketahui melalui cara
yang sederhana yaitu dengan menghitung rasio-rasio keuangan yang sesuai dengan
keinginan.” Menurut Sudana (2011) dalam Sayu Astuti (2015), menyatakan
bahwa: “Rasio keuangan didesain untuk memperlihatkan hubungan antarakun
pada laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba)”.
Rasio-rasio keuangan dihitung berdasarkan pada angka-angka dari:
1. Neraca
2. Laporan Rugi-Laba
3. Neraca dan Laporan Rugi-Laba
Dua laporan keuangan yang utama digunakan dalam melakukan
interpretasi laporan keuangan yaitu laporan neraca dan rugi laba. Neraca adalah
laporan keuangan yang menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada saat
tertentu. Di dalam neraca akan terlihat kekayaan perusahaan yang berupa aktiva
lancar dan aktiva tetap, yang sumber pendanaannya baik yang berasal dari
pinjaman yaitu pinjaman jangka pendek ataupun jangka panjang dan modal
sendiri. Sedangkan laporan rugi laba merupakan laporan keuangan yang
11
menunjukan hasil kegiatan perusahaan pada suatu periode tertentu. Pada laporan
rugi laba akan tampak pendapatan, biaya, dan laba atau rugi yang diperoleh
perusahaan selama jangka waktu tertentu.
Manfaat dari analisis rasio keuangan dapat ditinjau dari dua sudut Irawati
(2006) dalam Sayu Astuti (2015) yaitu:
1. Pihak Intern (Manajemen)
Dalam sudut pandang pihak intern perusahaan atau manajemen, analisis
laporan keuangan berguna sebagai cara untuk:
a. Mengantisipasi keadaan di masa mendatang
b. Sebagai titik tolak bagi tindakan perencanaan yang akan mempengaruhi
jalannya kejadian di masa mendatang.
2. Pihak Ekstern (Investor)
Dalam sudut pandang pihak ekstern manfaat dari analisis rasio keuangan
yaitu untuk meramalkan masa depan perusahaan, atau dengan kata lain dari
sudut pandang pihak ekstern manfaat analisis rasio keuangan yaitu untuk
menentukan prediksi apakah perusahaan tersebut bisa berkembang dalam arti
dapat melakukan operasionalnya kembali atau malah perusahaan tersebut
gulung tikar, sehingga akan mempengaruhi keberadaan pihak ekstern di dalam
perusahaan tersebut.
Manfaat yang dapat diperoleh dari setiap rasio sangat ditentukan oleh
tujuan spesifik analisis. Lebih lanjutnya, rasio-rasio tersebut bukan kriteria yang
mutlak. Rasio-rasio yang bermanfaat dapat menunjukkan perubahan dalam
kondisi keuangan atau kinerja operasi, dan membantu menggambarkan
kecenderungan serta pola perubahan tersebut, yang gilirannya dapat menunjukkan
kepada analisis resiko dan peluang bagi perusahaan yang sedang ditelaah.
Dari pendapat di atas dapat dimengerti bahwa rasio keuangan dan kinerja
perusahaan mempunyai hubungan yang erat. Rasio keuangan ada banyak
jumlahnya dan setiap rasio itu mempunyai kegunaannya masing-masing. Jadi
untuk menilai kondisi dan kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan rasio
yang merupakan perbandingan angka-angka yang terdapat pada pos-pos laporan
keuangan.
12
2.1.1.2 Ukuran Kinerja Keuangan
Terdapat banyak individu dan kelompok yang berbeda yang
berkepentingan atas keberhasilan dan kegagalan suatu perusahaan tertentu.
Beberapa kelompok yang paling utama yaitu:
a. Pemilik (Investor)
b. Manajer
c. Pemberi pinjaman dan kreditor
d. Karyawan
e. Organisasi pekerja
f. Agen pemerintahan
g. Masyarakat umum
Pendapat masing-masing kelompok ini tentang hasil dan kinerja
perusahaan sangatlah berbeda. Mereka sering kali menggunakan data selain data
ekonomi dan keuangan, untuk memasukkan nilai-nilai yang lebih luas dan tak
berwujud dalam penilain mereka. Pihak yang paling dekat dengan perusahaan dari
sudut pandang sehari-hari, dan juga yang bertanggug jawab atas efisiensi operasi,
profitabilitas jangka panjang dan jangka pendek, serta penggunaan yang efektif
atas modal dan sumber daya lainnya. Selanjutnya adalah berbagai pemilik
perusahaan, khususnya yang berkepentingan denga profitabilitas jangka Panjang
dan jangka pendek dari investasi modal yang mereka tanamkan. Mereka biasanya
mengharapkan laba dan deviden yang meningkat, yang akan membawa
pertumbuhan pada nilai ekonomi dari investasi yang mereka tanamkan.
Berikutnya adalah kelompok pemberi pinjaman dan kreditor yang
memberikan dana pada perusahaan untuk berbagai jangka waktu yang berbeda.
Mereka terutama berkepentingan dengan kemampuan membayar bunga jatuh
tempo, kemampuan perusahaan untuk membayar kembali pokok pinjaman, dan
ketersedian nilai aktiva residual tertentu yang memberikan margin perlindungan
terhadap resiko. Kelompok lainnya seperti pemerintah, tenaga kerja dan
masyarakat mempunyai tujuan spesifik tertentu bagi mereka yaitu kehandalan
pembayaran pajak, kemampuan untuk membayar upah, stabilitas ketenaga kerjaan,
13
ataupun kemampuan keuangan untuk memenuhi berbagai kewajiban sosial dan
lingkungan.
Semua informasi tersebut dapat diketahui dari laporan keuangan yang
diterbitkan perusahaan. Respon pasar terhadap perusahaan dengan demikian sangat
tergantung pada sinyal yang dikeluarkan oleh perusahaan. Dari hal tersebut jelas
bahwa adanya pengukuran kinerja merupakan hal yang krusial dalam hubungan
antara perusahaan dengan stakeholders perusahaan. Diharapkan dengan adanya
penilaian kinerja dengan ROI, ROE dan EPS dapat menjadi sinyal bagi para
investor untuk membuat keputusan investasi pada perusahaan yang memiliki
kinerja baik.
2.1.2 Pasar Modal
Menurut Indonesia Stock Exchange Bursa Efek Indonesia (2014), pasar
modal adalah mekanisme transaksi jual beli efek antara penjual dan pembeli.
Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain
dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Jadi pasar modal memfasilitasi
kepada masyarakat untuk berbagi sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan
kegiatan yang terkait.
Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2011), terdapat dua jenis pasar yang
terdapat di pasar modal, yaitu:
1. Para Perdana (Primary Market)
Pasar Perdana adalah jenis pasar pada pasar modal dimana saham dan
sekuritas lainnya dijual pertama kali pada masyarakat (penawaran umum)
sebelum saham dan sekuritas tersebut dicatatkan di bursa. Kegiatan ini disebut
dengan penawaran umum perdana (initial public offering). Harga saham
dipasar perdana ditentukan oleh emiten dan penjamin emisi (underwriter)
berdasarkan faktor-faktor fundamental dan faktor lain yang perlu diidentifikasi.
Underwriter selain menentukan harga saham bersama emiten, juga melakukan
proses penjualannya.
2. Pasar Sekunder (Secondary Market)
Pasar sekunder adalah pasar modal dimana saham dan sekuritas lainnya
diperjual belikan kepada umum setelah masa penjualannya dipasar perdana.
14
Harga saham di pasar ini di tentukan oleh permintaan dan penawaran yang
dipengaruhi berbagai faktor internal seperti Earning Per Share (EPS) atau
kebijakan deviden dan faktor eksternal seperti kebijakan moneter dan inflasi.
Pasar modal diyakini sebagai wahana penghimpun dana jangka panjang
merupakan alternatif sumber dana bagi semua perusahaan. Saling ketergantungan
ini mengisi antara peranan pasar modal dan perbankan dalam menarik dana dari
masyarakat dan mengalokasikannya, terkait dengan kebutuhan dari perusahaan itu
sendiri. Selain perusahaan untuk menginvestasikann yang mutlak memerlukan
dana jangka Panjang disamping dana jangka pendek yang ada.
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011), pasar modal mempunyai fungsi
yaitu antara lain:
a. Sarana penghimpun dana-dana masyarakat untuk disalurkan kedalam kegiatan-
kegiatan produktif.
b. Sumber pembiayaan yang mudah, murah, dan cepat bagi dunia usaha dan
pembangunan nasional.
c. Mendorong terciptanya kesempatan berusaha sekaligus menciptakan
kesempatan kerja.
d. Memperkokoh beroperasinya mekanisme finansial market dalam menata
system moneter, karena pasar modal dapat menjadi sarana open market
operation sewaktu-waktu diperlukan oleh Bank Sentral.
2.1.3 Investasi
Menurut Addul Halim dalam Farkhan dan Ika (2012), pengertian investasi
hakekatnya merupakan penempatan sejumlah dana saat ini dengan harapan untuk
memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Untuk melakukan investasi
di pasar modal diperlukan pengetahuan yang cukup, pengalaman serta naluri bisnis
untuk menganalisa efek-efek mana yang akan dibeli, mana yang akan dijual dana
mana yang akan tetap dimiliki. Sebagai investor harus rasional dalam menghadapi
pasar jual beli saham. Selain itu, investor harus mempunyai ketajaman perkiraan
masa depan perusahaan yang sahamnya akan dibeli atau dijual.
Investasi memiliki beberapa karakter khusus yang disebabkan ciri investasi
sebagai hubungan keputusan pada pilihan keuangan atas modal / dana dengan
15
waktu. Karakter dari investasi menurut Senduk (2004), antara lain modal sebagai
penentu keputusan dan waktu yang tepat untuk mengambil keputusan. Menurut
Senduk (2004), produk-produk investasi yang tersedia di pasaran antara lain
seperti halnya tabungan di bank, deposito di bank, saham, property, barang-barang
koleksi, emas, mata uang asing dan obligasi.
Seorang investor dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi
tentunya tidak bisa dilakukan begitu saja serta hanya menghandalkan pada intuisi
belaka, meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa investasi dipasar modal tidak bisa
dilepaskan dari unsur spekulasi, investasi disamping mengharapkan keuntungan
yang memadai juga harus bersedia dan berani menanggung resiko seperti
penurunan harga pasar, karena adanya unsur ketidakpastian serta ketidaktahuan
dari investor tentang hasil yang akan diperoleh maka investor perlu
memperkirakan berapa keuntungan yang diharapkan dari investasinya dan
seberapa besar kemungkinan hasil yang akan diperoleh itu menyimpang dari hasil
yang diharapkan.
2.1.4 Saham
2.1.4.1 Pengertian Saham
Saham didefinisikan sebagai tanda pernyataan atau kepemilikan seseorang
atau suatu badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham
adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah
pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut
menurut Darmadji (2011).
Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling
popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika
memutuskan untuk menghimpun dana dari perusahaan. Pada sisi lain saham
merupakan salah satu instrument investasi yang paling banyak dipilih oleh para
investor. Dalam transaksi di bursa efek, saham merupakan instrument yang paling
dominan diperdagangkan karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan
yang menarik. Saham juga dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas, dengan
16
penyertaan modal tersebut maka pihak berhak menikmati keuntungan perusahaan
dan berhak ikut serta dalam rapat umum pemegang saham (Jogiyanto, 2010).
2.1.4.2 Jenis-jenis Saham
Menurut Mohamad Samsul (2006) jenis-jenis saham yang diperdagangkan
di Bursa Efek adalah sebagai berikut :
1) Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa adalah saham yang menenpatkan pemiliknya paling akhir
terhadap claim. Saham biasa merupakan jenis saham yang akan menerima laba
setelah laba bagian saham preferen dibayarkan. Apabila perusahaan bangkrut,
maka pemegang saham biasa yang menderita terlebih dahulu. Pemegang saham
biasa memiliki suara dalam RUPS.
Menurut Jogiyanto (2010) beberapa hak yang dimiliki oleh pemegang saham
biasa antara lain :
a) Hak Kontrol
Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan
direksi. Hal ini berarti pemegang saham biasa berhak untuk mengontrol
siapa yang akan memimpin perusahaan. Pemegang saham dapat melakukan
hak kontrolnya dalam bentuk memveto dalam pemilihan direksi di rapat
tahunan pemegang saham atau memveto pada tindakan-tindakan yang
membutuhkan persetujuan pemegang saham.
b) Hak Menerima Pembagian Keuntungan
Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak
mendapat bagian dari keuntungan perusahaan. Laba dibagikan dalam
bentuk dividen. Pembagian dividen untuk saham biasa dapat dilakukan jika
perusahaan sudah membayarkan dividen untuk saham preferen.
c) Hak Prepentif
Hak prepentif (prepentive right) merupakan hak untuk
mendapatkan persentasi pemilikan yang sama jika perusahaan
mengeluarkan tambahan lembar saham. Jika perusahaan mengeluarkan
tambahan lembar saham, maka jumlah saham yang beredar akan lebih
banyak dan akibatnya persentase kepemilikan pemegang saham yang lama
17
akan turun. Hak prepentif memberi prioritas kepada pemegang saham lama
untuk membeli tambahan saham baru, sehingga persentase pemilikannya
tidak berubah.
2) Saham Preferen (Preferend Stock)
Saham preferen (preferend stock) adalah jenis saham yang memiliki hak laba
kumulatif. Hak kumulatif adalah hak untuk mendapatkan laba yang tidak
dibagikan pada suatu tahun yang mengalami kerugian, tetapi dibayar pada tahun
yang mengalami keuntungan. Hak istimewa ini diberikan kepada pemegang saham
preferen karena merekalah yang memasok dana ke perusahaan sewaktu mengalami
kesulitan.
Menurut Jogiyanto (2010), karakteristik saham preferen adalah sebagai
berikut:
a. Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk menerima dividen
terlebih dahulu dibandingkan pemegang saham biasa.
b. Saham preferen umumnya memberikan hak untuk menerima dividen
kumulatif, yaitu memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima
dividen tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum
pemegang saham biasa menerima dividennya.
c. Saham preferen mempunyai hak terlebih dahulu atas aktiva perusahaan
disbanding hak yang dimiliki oleh saham biasa pada saat terjadi likuidasi.
2.1.5 Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio adalah cara analisa dengan menggunakan perhitungan-
perhitungan perbandingan atas data kuantitatif yang ditunjukkan dalam neraca
maupun laporan laba rugi (Kuswadi, 2004).
Adapun rasio keuangan tersebut antara lain:
1. Rasio Likuiditas
Rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aset lancar perusahaan
lainnya dengan kewajiban lancar. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan
untuk memenuhi utang dalam jangka pendek. Rasio likuiditas antara lain:
a) Rasio lancar (Current ratio)
b) Rasio cepat (Quick ratio)
18
c) Cash Ratio
2. Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi segala kewajiban jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi,
adapun macam-macam rasio solvabilitas :
a) Total Debt to Total Asset
b) Total Debt to Equity Ratio
3. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas menunjukkan pengaruh gabungan dari kebijakan
likuiditas manajemen aktiva, dan manajemen utang terhadap hasil operasi
perusahaan. Yang termasuk dalam rasio profitabilitas antara lain:
a) Gross Profit Margin
b) Economic Value Added
c) Net Profit Margin
d) Earning Per Share
e) Operating Return on Assets
f) Return on Total Assets
g) Return on Equity
h) Return on Investment
4. Rasio Pasar
Rasio nilai pasar (market value ratio) merupakan rasio yang
menghubungkan harga saham terhadap laba, arus kas, dan nilai buku per
sahamnya. Rasio ini menunjukkan apa yang dipikirkan investor atas kinerja masa
lalu dan prospek masa depan perusahaan. Yang termasuk rasio nilai pasar, antara
lain:
a) Price Earnings Ratio
b) Cash Flow Ratio
c) Price to Book Value
19
5. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas (activity ratio), juga disebut sebagai rasio efisiensi atau
perputaran, mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan berbagai
aktivanya. Adapun rasio ini terdiri dari :
a) Rasio perputaran piutang
b) Rasio perputaran persediaan
c) Rasio perputaran aktiva tetap
d) Rasio perputaran aktiva
Analisis rasio selain berguna bagi kepentingan perusahaan juga berguna
bagi pihak luar. Analisis rasio berguna bagi tiga kelompok utama yaitu bagi
manajemen perusahaan, bagi analisis kredit, dan investor. Berdasarkan fungsi yang
telah dijelaskan, pada penelitian ini menekankan faktor pengaruh dari analisis rasio
yang dipilih menjadi variabel independen terhadap return saham. Sehingga
memberikan gambaran kepada para investor untuk menentukan dengan tepat
perusahaan yang akan ditanamkan modal.
2.1.6 Return Saham
Saham dari suatu perusahaan dapat dinilai dari tingkat pengembalian
(return) yang diterima oleh pemegang saham dari perusahaan yang bersangkutan.
Return bagi pemegang saham dapat berupa penerimaan deviden tunai ataupun
perubahan harga saham pada suatu periode. Menurut Hanafi (2003) dalam Arief
dan Andrianto (2011), return didefinisikan sebagai perubahan nilai antara periode
t+1 dengan periode t ditambah pendapatan-pendapatan lain yang terjadi selama
periode t tersebut. Menurut Gitman (2012) dalam Nico dan Nicken (2013) return
adalah jumlah keuntungan dan kerugian investasi selama jangka waktu tertentu
yang umumnya diukur sebagai perubahan nilai tambah dengan uang yang
didistribusikan selama periode tertentu dan dinyatakan dalam presentasi dari nilai
investasi awal.
Menurut Arista dan Astohar (2012), return saham merupakan kelebihan
harga jual saham di atas harga belinya. Apabila seorang investor menginginkan
return yang tinggi maka harus menanggung resiko lebih tinggi, begitupun
sebaliknya bila menginginkan return rendah maka resiko yang di tanggung juga
20
rendah. Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi yang
dilakukan investor. Return yang maksimal adalah hal yang diinginkan setiap
investor dalam investasinya. Menurut Jogiyanto (2003) dalam Nico dan Nicken
(2013), Return saham dibedakan menjadi dua yaitu realized return (return
realisasi) dan expected return (return ekspektasi). Realized return (return realisasi)
merupakan return yang sudah terjadi atau sudah terealisasi. Sedangkan expected
return (return ekspektasi) adalah return yang diharapkan investor untuk
didapatkan dimasa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Return ekspektasi
sifatnya belum terjadi.
Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam
periode yang tertentu. Return total sering disebut dengan return saja. Return total
terdiri dari capital gain (loss) dan yield. Dalam penelitian ini return saham
dihitung menggunakan capital gain (loss). Capital gain (loss) merupakan selisih
untung (rugi) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu.
Pengukuran return saham (capital gain/loss) menurut teori pasar diformulasikan
sebagai berikut :
Return saham (captal gain/loss) =
(1)
Harjono Sunardi (2010) dalam Vera dan Untung (2012)
Keterangan : Pit : harga penutupan saham i pada hari ke t
Pit-1 : harga penutupan i pada hari ke t
2.1.7 Return On Investment (ROI)
Dalam melakukan penilaian kinerja perusahaan, laba akuntansi selalu
menjadi fokus utama yang diperhatikan. Alat ukur finansial yang sering
digunakan untuk mengukur tingkat laba adalah Return on Investment (ROI).
Return On Investment (ROI) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (tingkat pengembalian),
yang akan digunakan untuk menutupi investasi yang dikeluarkan menurut Sutrisno
(2000) dalam Harjono Sunardi (2010). Return On Investment (ROI) merupakan
perbandingan antara keuntungan sebelum biaya bunga dan pajak dengan seluruh
aktiva atau kekayaan perusahaan (Vera Anis K & Untung Sriwidodo (2012).
21
Analisis ROI dalam analisis rasio keuangan memiliki arti yang penting
sebagai salah satu teknik analisis rasio keuangan yang bersifat menyeluruh
(komprehensif). Namun, penggunaan alat ukur terhadap laba akuntansi seperti
ROI (Return on Investment) memiliki kelemahan yaitu tidak memperhatikan risiko
yang dihadapi perusahaan dengan mengabaikan adanya biaya modal dan hanya
memperhatikan hasilnya (laba perusahaan) sehingga sulit untuk mengetahui
apakah perusahaan tersebut telah berhasil menciptakan nilai perusahaan atau tidak.
Kembalian investasi (Return On Investment/ROI) merupakan perbandingan
laba dengan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba. ROI (Returnn On
Investment) menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang biasa diperoleh dari
seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Karena itu dipergunakan angka laba
setelah pajak dan rata – rata kekayaan perusahaan. Rasio ini dapat diukur dalam
bentuk persentase.
ROI =
× 100 % (2)
Endang Kurniati (2009) dalam Vera dan Untung (2012)
2.1.8 Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) adalah rasio yang memperlihatkan sejauh mana
perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur dari investasi yang
telah dilakukan pemilik modal sendiri menurut Fandi (2006) dalam Vera &
Untung (2012). Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih
perusahaan dengan modal (modal inti) perusahaan, rasio ini menunjukkan tingkat
persentase yang dapat dihasilkan. ROE amat penting bagi para pemegang saham
dan calon investor karena ROE yang tinggi berarti para pemegang saham akan
memperoleh dividen yang tinggi pula dan kenaikan ROE akan menyebabkan
kenaikan saham menurut Riyadi (2006) dalam Henry Togar (2015).
Menurut Sutrisno (2005) dalam Muhammad Putra (2014), menjelaskan
bahwa Return On Equity adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan modal sendiri yang dimiliki. Atau dengan kata lain Rentabilitas
Modal Sendiri adalah Kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang
bekerja didalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Laba yang diperhitungkan
22
untuk menghitung Rentabilitas Modal Sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi
dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau income tax (earning after tax/
EAT).
Menurut Brigham dan Houston (2010) dalam Muhammad Putra (2014),
Return On Equity adalah rasio yang mengukur tingkat pengembalian atas investasi
pemegang saham biasa. Hasil dari ekuitas (return on equity) merupakan
perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan ekuitas. Metode ini
memberikan gambaran tentang pengukuran efektivitas perusahaan dalam
memanfaatkan ekuitas untuk menciptakan keuntungan. Return On Equity (ROE)
merupakan suatu pengukuran dari penghasilan yang tersedia dari pemilik
(Pemegang saham) perusahaan atas modal yang diinvestasikannya dalam
perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan (emiten) dalam
menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal sendiri, sehingga ROE ini
sering disebut rentabilitas modal sendiri.
Menurut Sutrisno (2007) dalam Muhammad Putra (2014), untuk
menghitung Return On Equity (ROE) rumusnya adalah :
ROE =
× 100% (3)
Earning After Taxes (EAT) yang dimasudkan dalam perhitungan ini yaitu
merupakan laba bersih setelah dikurangi pajak dan dikurangi dividen untuk para
pemegang saham dalam satu periode. Selain itu yang dimaksud dengan modal
sendiri (shareholder’s equity) merupakan total aktiva dikurangi dengan total
kewajiban perusahaan.Dari Analisa rumus yang ada semakin tinggi ROE yang
dihasilkan perusahaan, akan semakin tinggi harga sahamnya. ROE diukur dalam
satuan persen. Tingkat ROE memiliki hubungan yang positif dengan harga saham,
sehingga semakin besar ROE semakin besar pula harga pasar karena besarnya
ROE memberikan indikasi bahwa pengembalian yang akan diterima investor akan
cenderung tinggi sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut
dan hal ini menyebabkan harga pasar saham cenderung naik.
23
Dalam penelitian ini Return On Equity (ROE) berperan untuk investor atau
kreditur yang akan tertarik dengan ukuran rasio profitabilitas yang bisa
dialokasikan kepada para pemegang saham. Seperti diketahui pemegang saham
mempunyai klaim residual (sisa) atas keuntungan yang diperoleh. Keuntungan
yang diperoleh oleh perusahaan pertama akan dipakai untuk membayar bunga,
hutang, kemudian saham preferen, baru kemudian (jika ada sisa) diberikan kepada
pemegang saham.
2.1.9 Earning Per Share (EPS)
Laba bersih per saham / Earning Per Share (EPS) adalah Pendapatan
bersih perusahaan selama setahun dibagi dengan jumlah rata-rata lembar saham
yang beredar, dengan pendapatan bersih tersebut dikurangi dengan saham preferen
yang diperhitungkan untuk tahun tersebut menurut Abdullah (2004) dalam Arief
dan Andrianto (2011).
Menurut Harahap (2007) dalam Muhammad Putra (2014), Earning Per
Share (EPS) adalah salah satu rasio yang berada pada rasio profitabilitas. Dimana
rasio Earning Per Share digunakan untuk menunjukkan berapa besar kemampuan
per lembar saham untuk menghasilkan laba.
Menurut Eduardus Tandelilin (2010) dalam Muhammad Putra (2014),
Earning Per Share dirumuskan sebagai berikut :
EPS =
(4)
Menurut Darmadji dalam Susanti dkk (2011) mengatakan bahwa EPS
merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang
diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham. EPS digunakan untuk
menganalisa profitabilitas suatu saham oleh para analisis surat berharga dan hanya
diukur dengan menggunakan saham biasa. Sedangkan menurut Adystya dkk
(2013), menyatakan bahwa EPS adalah ukuran laba bersih perusahaan untuk tiap
lembar saham yang dibeli investor, maka diketahui tingkat kemampuan atau
kemajuan yang telah dicapai oleh perusahaan dalam pencapaian jumlah laba.
Tingkat EPS dapat memberikan informasi data akutansi yang digunakan untuk
mengetahui kinerja perusahaan yang menjual sahamnya pada masyarakat umum.
24
Earning Per Share (EPS) adalah suatu kemampuan perusahaan untuk
mendistribusikan pendapatan yang diperoleh kepada pemegang sahamnya. Besar
keberhasilan usaha yang dilakukan dapat dilihat dari semakin tinggi kemampuan
perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham. Hal
tersebut sesuai dengan teori signalling yang pada umumnya manajemen
perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik
akan EPS, karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk
setiap lembar saham biasa.
Salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat dengan
besarnya EPS, hal ini juga akan membuat investor tertarik dengan saham
perusahaan tersebut. Tingginya nilai EPS maka semakin besar laba yang
disediakan untuk para pemegang. Hal ini akan berakibat dengan meningkatnya
laba maka harga saham cenderung naik, sedangkan ketika laba menurun, maka
harga saham ikut juga menurun.
2.2 Penelitian Terdahulu
Untuk melakukan penelitian selanjutnya tidak lepas dari penelitian yang
telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan tujuan untuk memperkuat hasil
penelitian dan membandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya untuk tercapainya hasil yang sempurna. Beberapa penelitian terdahulu
menunjukkan hasil yang tidak konsisten, beberapa penelitian terdapat hasil yang
berbeda namun ada juga hasil yang mendukung antara peneliti satu dengan yang
lainnya.
Berikut merupakan penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian
yang dilakukan oleh penulis.
2.2.1. Rujukan Penelitian Vera Anis Kristiana dan Untung Sriwidodo
(2012)
Penjelasan secara ringkas dari penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
penelitian yang akan dilakukan tergambar pada tabel 2.1 dibawah ini. Penelitian
ini berfokus pada variabel ROI, ROE, EVA, EPS, MVA dan Return Saham.
25
Tabel 2.1 Rujukan penelitian untuk variabel ROI, ROE, EPS
Judul Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Return Saham Investor Pada Perusahaan
Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia
Sumber Penelitian Vera Anis Kristiana dan Untung Sriwidodo
(2012), Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan,
vol. 12, No. 01, April 2012:1-11
Variabel Penelitian Variabel Independen :
X1 : Return On Investment (ROI)
X2 : Return On Equity (ROE)
X3 : EconomicValue Added (EVA)
X4 : Earning Per Share (EPS)
X5 : Market Value Added (MVA)
Variabel Dependen :
Y : Return Saham
Analisis Data Analisis Regresi Linier Berganda
Alat Uji : SPSS
Hasil Penelitian Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam
penelitian ini maka dapat disimpulkan:
1. Variabel Return On Investment tidak
berpengaruh signifikan terhadap return
saham
2. Variabel Return On Equity tidak
berpengaruh signifikan terhadap return
saham
3. Variabel Earning Per Share berpengaruh
signifikan terhadap return saham
Hubungan dengan
Penelitian
Variabel Return On Investment, Return On
Equity, dan Earning Per Share digunakan
sebagai rujukan untuk variable ROI, ROE, dan
26
EPS dalam penelitian ini.
Sumber : Dirangkum Dari Jurnal Return Saham
2.2.2. Rujukan Penelitian Erik S (2016)
Penjelasan secara ringkas dari penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
penelitian yang akan dilakukan tergambar pada tabel 2.2 dibawah ini. Penelitian
ini berfokus pada variabel CR, DER, ROA, EPS, Ukuran Perusahaan dan Return
Saham.
Tabel 2.2 Rujukan penelitian untuk variabel EPS
Judul Pengaruh Kinerja Keuangan dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Return Saham
Sumber Penelitian Erik S (2016), Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi,
vol. 5, No. 05, Mei 2016
Variabel Penelitian Variabel Independen :
X1 : Current Ratio (CR)
X2 : Debt To Equity Ratio (DER)
X3 : Return On Assets (ROA)
X4 : Earning Per Share (EPS)
X5 : Ukuran Perusahaan
Variabel Dependen :
Y : Return Saham
Analisis Data Analisis Regresi Linier Berganda
Alat Uji : SPSS 20
Hasil Penelitian Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam
penelitian ini maka dapat disimpulkan:
1. Variabel Current Ratio tidak ada pengaruh
yang signifikan terhadap return saham
2. Variabel Debt To Equity Ratio ada pengaruh
yang signifikan terhadap return saham
3. Variabel Return On Assets tidak ada
pengaruh yang signifikan terhadap return
27
saham
4. Variabel Earning Per Share ada pengaruh
yang signifikan terhadap return saham
5. Variabel Ukuran Perusahaan tidak ada
pengaruh yang signifikan terhadap return
saham
Hubungan dengan
Penelitian
Variabel Earning Per Share (EPS) digunakan
sebagai rujukan untuk variabel EPS dalam
penelitian ini
Sumber : Dirangkum Dari Jurnal Return Saham
2.2.3. Rujukan Penelitian Giovanni Budialim (2013)
Penjelasan secara ringkas dari penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
penelitian yang akan dilakukan tergambar pada tabel 2.3 dibawah ini. Penelitian
ini berfokus pada variabel CR, DER, ROA, ROE, EPS, BVPS dan Return Saham.
Tabel 2.3 Rujukan penelitian untuk variabel ROE dan EPS
Judul Pengaruh Kinerja Keuangan dan Resiko
Terhadap Return Saham Perusahaan Sektor
Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia
Periode 2007-2011
Sumber Penelitian Giovanni Budialim (2013), Jurnal Manajemen
Keuangan, vol. 12, No. 01. 2013 hal 1-20
Variabel Penelitian Variabel Independen :
X1 : CR
X2 : DER
X3 : ROA
X4 : ROE
X5 : EPS
X6 : BVPS
Variabel Dependen :
Y : Return Saham
28
Analisis Data Analisis Regresi Linier Berganda
Alat Uji : SPSS 18
Hasil Penelitian Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam
penelitian ini maka dapat disimpulkan:
1. Variabel CR berpengaruh positif terhadap
return saham
2. Variabel DER berpengaruh positif terhadap
return saham
3. Variabel ROA berpengaruh positif terhadap
return saham
4. Variabel ROE berpengaruh positif terhadap
return saham
5. Variabel EPS berpengaruh positif terhadap
return saham
6. Variabel BVPS berpengaruh positif terhadap
return saham
Hubungan dengan
Penelitian
Variabel ROE dan EPS digunakan sebagai
rujukan untuk variabel ROE dan EPS dalam
penelitian ini
Sumber : Dirangkum Dari Jurnal Return Saham
2.2.4. Rujukan Penelitian Harjono S (2010)
Penjelasan secara ringkas dari penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
penelitian yang akan dilakukan tergambar pada tabel 2.4 dibawah ini. Penelitian
ini berfokus pada variabel ROI, EVA dan Return Saham.
Tabel 2.4 Rujukan penelitian untuk variabel ROI
Judul Pengaruh Penilaian Kinerja dengan ROI dan
EVA terhadap Return Saham pada Perusahaan
yang Tergabung dalam Indeks LQ 45 di Bursa
Efek Indonesia
Sumber Penelitian Harjono S (2010), Jurnal Akuntansi, Vol.2, No.1,
29
Mei 2010: 70-92
Variabel Penelitian Variabel Independen :
X1 : Return On Investment (ROI)
X2 : Economic Value Added (EVA)
Variabel Dependen :
Y : Return Saham
Analisis Data Analisis Regresi Linier Berganda
Alat Uji : SPSS
Hasil Penelitian Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam
penelitian ini maka dapat disimpulkan :
1. Variabel Return On Investment (ROI) tidak
ada pengaruh yang signifikan terhadap return
saham
2. Variabel Economic Value Added tidak ada
pengaruh yang signifikan terhadap return
saham
Hubungan dengan
Penelitian
Variabel Return On Investment digunakan
sebagai rujukan untuk variable ROI dalam
penelitian ini.
Sumber : Dirangkum Dari Jurnal Return Saham
2.2.5. Rujukan Penelitian Jaja Suteja dan Patrisius Seran (2015)
Penjelasan secara ringkas dari penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
penelitian yang akan dilakukan tergambar pada tabel 2.5 dibawah ini. Penelitian
ini berfokus pada variabel ROE, DER, NPM, Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga dan
Return Saham.
Tabel 2.5 Rujukan penelitian untuk variabel ROE
Judul Determinan Return Saham Industri Otomotif
dan Komponen yang Terdaftar di BEI
Sumber Penelitian Jaja Suteja dan Patrisius Seran (2015), Jurnal
Trikonomika, Vol. 14, No. 1, Juni 2015, Hal.
30
76–86
Variabel Penelitian Variabel Independen :
X1 : Return On Equity (ROE)
X2 : Debt To Equity Ratio (DER)
X3 : Net Profit Margin (NPM)
X4 : Inflasi
X5 : Nilai Tukar
X6 : Suku Bunga
Variabel Dependen :
Y : Return Saham
Analisis Data Analisis Model Regresi Panel Data
Alat Uji : Uji Chow
Hasil Penelitian Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam
penelitian ini maka dapat disimpulkan:
1. Variabel Return On Equity berpengaruh
positif terhadap return saham
2. Variabel Debt To Equity Ratio tidak ada
pengaruh yang signifikan terhadap return
saham
3. Variabel Net Profit Margin tidak ada
pengaruh yang signifikan terhadap return
saham
4. Variabel Inflasi tidak ada pengaruh yang
signifikan terhadap return saham
5. Variabel Nilai Tukar berpengaruh negatif
terhadap return saham
6. Variabel Suku Bunga berpengaruh negatif
terhadap return saham
Hubungan dengan
Penelitian
ROE digunakan sebagai rujukan untuk variabel
ROE dalam penelitian ini
Sumber : Dirangkum Dari Jurnal Return Saham
31
2.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau
lebih yang dapat diuji secara empiris. Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu
proporsi atau anggapan yang mungkin benar dan sering sebagai dasar pembuatan
keputusan atau pemecah persoalan atau untuk dasar penelitian lebih lanjut.
Menurut Sugiyono (2011) mengemukakan bahwa hipotesis sebagia suatu jawaban
yang bersifat sementara terhadap rumusan masalah penelitian, sampai terbukti
melalui data yang terkumpul.
Untuk memberikan angka pada penelitian yang dilakukan dan untuk
memberikan jawaban sementara atas maslah yang dikemukakan diatas, maka
penelitian mengajukan hipotesis sebagai berikut :
H1 = Diduga Return On Investment (ROI) berpengaruh positif terhadap Return
Saham
H2 = Diduga Return On Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap Return
Saham
H3 = Diduga Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap Return
Saham
2.4 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan suatu gambaran tentang proses berfikir
sesuai dengan tujuan penelitian sebagaimana telah diuraikan sebelumnya. Pada
umumnya sebelum melakukan investasi, investor terlebih dahulu melakukan
Analisa fundamental perusahaan yang dapat mempengaruhi peningkatan return,
baik berupa capital gain maupun deviden.
Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu diatas, sebuah model
konseptual dapat dikembangkan menjadi suatu kerangka pemikiran dari pengaruh
Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share
(EPS) terhadap Return Saham, seperti yang disajikan dalam gambar 2.1.
32
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
H1
H2
H3
Sumber : Berbagai jurnal dan dikembangkan untuk penelitian ini
Keterangan Gambar :
: Variabel : Pengukur
H : Hipotesis : Pengaruh
: Indikator
ROE
( X2 )
EPS
( X3 )
Return
Saham
(Y)
( Y )
ROI
( X1 )
X2.1
X2.2
X1.2
X1.1
X3.1
X3.2
Y1
Y2
33
Variabel dan Indikator yang dikembangkan dalam penelitian ini meliputi :
1. ROI (X1) (Endang Kurnianti (2009) dalam Vera A dan Untung (2012))
a. Laba bersih setelah pajak (X1.1)
b. Jumlah aktiva (X1.2)
2. ROE (X2) (Fakhruddin (2008) dalam Vera A dan Untung (2012))
a. Laba bersih setelah pajak (X2.1)
b. Ekuitas (X2.2)
3. EPS (X3) (Eduardus Tandelilin (2010) dalam Muhammad Putra (2014))
a. Laba bersih setelah pajak (X3.1)
b. Jumlah saham beredar (X3.2)
4. Return Saham (Y) (Harjono Sunardi (2010) dalam Vera dan Untung (2012))
a. Harga saham pada periode t (Y1)
b. Harga saham pada periode t-1 (Y2)
34
2.5 Diagram Alur Penelitian
Gambar 2.2 Diagram Alur Penelitian
S
Keterangan :
: Langkah penyusunan skripsi
: Apabila terjadi kekurangan data pada tahap pengolahan
data maka dapat dilakukan pengumpulan data kembali
Latar Belakang Masalah
Return On
Equity
(X2)
Identifikasi Permasalahan
Penentuan Daerah Studi
Studi
Pengumpulan Data
Return On
Investment
(X1)
Earning Per
Share
(X3)
Return Saham
(Y)
Pengolahan Data
Analisis Data
Implikasi Manajerial
Kesimpulan dan Saran
Studi pustaka
Data tidak cukup
a
ta tidak cukup
t
a tidak cukup