Upload
lukiana-yesi
View
212
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah
dilaksanakan pada tanggal 23 Januari – 6 Februari 2014 tentang pengaruh terapi
religi dzikir terhadap perubahan perilaku emosi klien mantan pengguna narkoba di
Pondok Pesantren Az Zainy – Tumpang.
1.1. Hasil Penelitian
1.1.1. Gambaran Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di masjid Pondok Pesantren Az
Zainy – Tumpang, dengan rincian sebanyak 8 responden.
1.1.2. Data Umum
Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan dan kepribadian.
1. Karakteristik responden berdasarkan usia
Tabel 4.1 tabel distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia di Pondok Pesantren Az Zainy Tumpang pada January 2014.
No.
Usia frekuensi Prosentase (%)
1.
2.
3.
21 – 23 th
24 - 26 th
27 – 29 th
0
3
5
0%
37,5%
62,5%
Total 8 100%
26
27
Berdasarkan tabel diatas, usia responden mantan pengguna
narkoba, responden yang berusia 24 – 26 tahun yaitu sejumlah 3
orang (37,5%) dan responden yang berusia 27 – 29 tahun yaitu
sejumlah 5 orang (62,5%)
2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.2 tabel distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di Pondok Pesantren Az Zainy – Tumpang pada Januari 2014.
No.
Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase (%)
1. Laki-laki 8 100%
2. Perempuan 0 0%
Total 8 100%
Berdasarkan tabel diatas, jenis kelamin responden mantan
pengguna narkoba, seluruh responden berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 8 orang (100%).
3. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan.
Tabel 4.3 tabel distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pendidikan responden di Pondok Pesantren Az Zainy – Tumpang pada Januari 2014.
No.
Tingkat Pendidikan
Frekuensi Prosentase (%)
1.
2.
3.
SD
SMP
SMA
1
4
3
12,5
50
37,5
Total 8 100%
28
Berdasarkan table diatas, tingkat pendidikan responden
mantan pengguna narkoba, yang berpendidikan SD sebanyak 1
responden (12,5%), SMP sebanyak 4 responden (50%), dan SMA
sebanyak 3 responden (37,5%).
4. Karakteristik responden berdasarka kepribadian
Tabel 4.4 tabel distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan kepribadian responden di Pondok Pesantren Az Zainy – Tumpang pada Januari 2014.
No.
Kepribadian Frekuensi Prosentase (%)
1.
2.
Introvert
Ekstrovert
3
5
37,5%
62,5%
Total 8 100%
Berdasarkan tabel diatas, kepribadian mantan pengguna NAPZA,
yang berkepribadian introvert sebanyak 3 responden (37,5%), dan
memiliki kepribadian ekstrovert sebanyak 5 responden (62,5%).
1.1.3. Data khusus
1. Karakteristik responden berdasarkan perubahan perilaku
emosi mantan pengguna narkoba sebelum pemberian terapi
religi dzikir
29
Tabel 4.4 tabel distribusi frekuensi perubahan perilaku emosi mantan pengguna narkoba sebelum pemberian terapi religi dzikir di Pondok Pesantren Az Zainy – Tumpang.
No.
Skor ISI sebelum Frekuensi Prosentase (%)
1. 0-4 4 50%
2. 5-8 2 25%
3. 9-12 2 25%
Total 8 100%
Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai perubahan emosi
pada klien mantan pengguna narkoba sebelum diberikan intervensi
berupa terapi religi dzikir sebanyak 4 responden (50%) memiliki
skor 0-4, selanjutnya responden yang memiliki skor 5-8 sebanyak 2
responden (25%), dan responden yang memiliki skor 9-12
sebanyak 2 responden (25%) selalu melakukan terapi dzikir.
2. Karakteristik responden berdasarkan perubahan perilaku
emosi klien mantan pengguna NAPZA setelah pemberian
terapi religi dzikir
Tabel 4.5 tabel distribusi frekuensi perubahan perilaku emosi klien mantan pengguna NAPZA setelah pemberian terapi religi dzikir di Pondok Pesantren Az Zainy – Tumpang.
No.
Skor ISI sesudah Frekuensi Prosentase (%)
1. 0-4 1 12,5%
2. 5-8 0 0%
3. 9-12 7 87,5%
30
Total 8 100%
Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai perubahan perilaku
emosi klien mantan pengguna narkoba setelah diberikan intervensi
berupa terapi religi dzikir dengan skor 0-4 sebanyak 1 responden
(12,5%), selanjutnya responden yang memiliki skor 5-8 sebanyak 0
responden (0%), dan responden dengan skor 9-12 sebanyak 7
responden (87,5%).
3. Analisis Pengaruh Terapi Dzikir Terhadap Perilaku Pola
Emosi Klien Mantan Pengguna NAPZA
Tabel 4.6. tabel penolong signifikasi t test pada responden mantan
pengguna narkoba dengan perilaku emosi di Pondok Pesantren Az Zainy
– Tumpang.
No. pre-test Post-test Perbandingan(d) d2
1. 12 2 10 100
2. 1 12 11 121
3. 10 12 2 4
4. 5 10 5 25
5. 2 12 10 100
6. 1 12 11 121
7. 1 12 11 121
8. 6 9 3 9
= 64 2 =
31
601
Perhitungan Manual:
= = 8
= 601 – = 89
t = = = = = 6,34
Dengan menggunakan α = 0.05 dan derajat bebas = 7 (db = N-
1), bandingkan hasil thit dengan nilai ttabel, sehingga hasil thit (1) ≥ ttabel (
= 2.365), maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya terdapat
pengaruh yang nyata terhadap perubahan perilaku emosi klien mantan
pengguna narkoba antara sebelum dan sesudah dilakukan terapi religi
dzikir.
1.2. Pembahasan
32
Berdasarkan usia dari seluruh responden, yakni berusia 20 – 29 tahun.
Menurut Butar (2013) prevalensi jumlah penyalahgunaan usia 20 – 29 tahun
telah mencapai 41,6%. Menurut Partodiharjo (2008) penyebab seseorang
mulai menggunakan NAPZA diantaranya adalah unstabilitas emosi, pengaruh
pergaulan serta lemahnya rasa ketuhanan yang pada akhirnya akan
berdampak buruk bagi penggunanya. Selain itu seseorang yang telah berhenti
mengkonsumsi NAPZA akan terkena efek putus zat yang dapat menyebabkan
gangguan emosi (Yosep, 2009). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian, yaitu
seorang pengguna yang telah berhenti mengkonsumsi NAPZA walaupun
usianya masih tergolong muda yakni 20-29 tahun akan mengalami gangguan
pada emosinya.
Berdasarkan tabel 4.2 responden yang berjenis kelamin laki-laki
sejumlah 8 orang (100%). Dari hasil penelitian yang dilakukan Butar (2013)
laki-laki yang berusia 20-29 tahun lebih banyak yang menggunakan obat
terlarang (7,2%) daripada perempuan (1,8%). Disamping itu pada penelitian
ini juga diketahui bahwa mayoritas pengguna adalah laki – laki.
Keberhasilan emosi yang terjadi pada responden menunjukkan bahwa
terapi dzikir yang dilakukan peneliti cukup efektif untuk meningkatkan
perubahan perilaku emosi pada klien mantan pengguna NAPZA. Setelah
dilakukan intervensi dzikir didapatkan hasil, responden yang melakukan
terapi dzikir dengan skor 0-4 sebanyak 1 responden hal ini dikarenakan factor
pendidikan responden yang rendah sehingga kematangan dalam berpikir juga
kurang dan kepribadian yang tertutup menyebabkan responden lebih
menyukai berdiam diri dibandingkan dengan melakukan aktivitas seperti
33
dzikir. Selain itu, hal ini juga dimungkinkan oleh keadaan fisik dan
psikologis responden akibat penggunaan NAPZA sehingga pada saat
dilakukan intervensi responden kurang memahami tentang terapi dzikir.
Sedangkan responden yang mempunyai skor 9-12, sebanyak 7
responden dipengaruhi oleh kepribadian responden yang taat dalam
melakukan terapi dzikir, selain itu hal ini juga dipengaruhi oleh lingkungan
pondok yang sangat kondusif dan mendukung untuk dilakukan terapi dzikir
sehingga responden dapat melakukan terapi dzikir dengan maksimal yang
dapat mempengaruhi stabilitas emosinya.
1.2.1. Emosi Sebelum Intervensi
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data perubahan emosi
sebelum diberikan intervensi terapi religi dzikir yakni sebanyak 4
responden (50%) memiliki skor 0-4. Setelah dilakukan penelitian
factor-faktor yang dapat mempengaruhi responden tidak melalukan
terapi dzikir yaitu: factor internal dan eksternal. Faktor internal
meliputi: kepribadian responden setelah menggunakan NAPZA
menjadi lebih tertutup.
Menurut (Hawari, 2002) menyatakan bahwa klien dengan
ketergantungan NAPZA memiliki minat yang rendah atau bahkan
sama sekali tidak ada minat terhadap agama, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa seseorang dengan tingkat religiusitas rendah lebih
mudah terjerumus kasus penyalahgunaan NAPZA daripada klien
dengan tingkat religiusitas tinggi. Faktor yang mempengaruhi
34
seseorang dalam melakukan terapi dzikir adalah factor internal dan
eksternal.
Sebelum dilakukan intervensi dzikir didapatkan hasil, responden
yang melakukan terapi dzikir dengan skor 0-4 sebanyak 4 responden
hal ini dikarenakan factor pendidikan responden yang rendah sehingga
kematangan dalam berpikir juga kurang. Selain itu, hal ini juga
dimungkinkan oleh lemahnya rasa ketuhanan, rehabilitasi kurang
berhasil, dan dukungan keluarga yang kurang sehingga dapat
menyebabkan responden tidak melakukan terapi dzikir. Selain itu,
akibat penggunaan NAPZA juga menyebabkan responden memiliki
minat yang rendah terhadap kegiatan keagamaan
Sedangkan responden yang melakukan terapi dzikir dengan skor
5-8 sebanyak 2 responden hal ini dikarenakan factor kecemasan dan
rasa berdosa akibat penggunaan NAPZA. responden yang memiliki
skor 9-12 sebanyak 2 orang hal ini dikarenakan factor lingkungan
pondok pesantren yang kondusif dan adanya dukungan keluarga
sehingga responden melakukan terapi dzikir dengan maksimal
4.2.2 Perilaku Emosi Sesudah Intervensi
Dzikir menunjukkan adanya hubungan antara manusia dengan
Tuhannya. Dalam penelitian ini responden yang melakukan dzikir
secara rutin, membuat jiwa bersih dan bening serta perasaannya
tenang. Dzikir juga berfungsi untuk memperdalam keimanan dalam
kalbu dan menimbulkan perasan tenang dan tentram dalam jiwa
sehingga emosi menjadi stabil. Akan tetapi belum dapat dikatakan
35
100% berhasil karena mungkin selain terapi yang peneliti berikan,
responden juga mendapatkan terapi lain dari pengurus pondok
pesantren. Namun terapi religi dzikir dapat menjadi salah satu
alternative yang bisa diberikan kepada klien mantan pengguna
NAPZA yang mengalami perubahan perilaku emosi.
Keberhasilan emosi yang terjadi pada responden menunjukkan
bahwa terapi dzikir yang dilakukan peneliti cukup efektif untuk
meningkatkan perubahan perilaku emosi pada klien mantan pengguna
NAPZA. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku
responden yaitu:
1. Jenis Ras/ Keturunan
Setiap ras yang ada di Indonesia bahkan di dunia memperlihatkan
tingkah laku yang khas. Tingkah laku yang khas ini berbda setiap
ras, karena mempunyai ciri-ciri yang berbeda.
2. Kepribadian
Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun
dalam dirinya yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan
diri terhadap rangsangan baik yang dating dari dirinya maupun dari
lingkunganya
3. Tingkat pendidikan
Perilaku seseorang yang berpendidikan tinggi berbeda dengan orang
yang berpendidikan rendah
4. Faktor Lingkungan.
36
Lingkungan yang kondusif sangat berpengaruh terhadap perilaku
seseorang. Pola pergaulan seseorang di lingkungan juga dapat
mempengaruhi perilakunya.
5. Kondisi fisik dan psikologis
Kondisi fisik dan psikologis dapat mempengaruhi cara berpikir
seseorang dan berdampak pada persepsi yang akan mempengaruhi
tindakan dan perilakunya.
Setelah dilakukan intervensi dzikir didapatkan hasil, responden
yang melakukan terapi dzikir dengan skor 0-4 sebanyak 1 responden
hal ini dikarenakan factor pendidikan responden yang rendah
sehingga kematangan dalam berpikir juga kurang dan kepribadian
yang tertutup menyebabkan responden lebih menyukai berdiam diri
dibandingkan dengan melakukan aktivitas seperti dzikir. Selain itu,
hal ini juga dimungkinkan oleh keadaan fisik dan psikologis
responden akibat penggunaan NAPZA sehingga pada saat dilakukan
intervensi responden kurang memahami tentang terapi dzikir.
Sedangkan responden yang mempunyai skor 9-12, sebanyak 7
responden dipengaruhi oleh kepribadian responden yang taat dalam
melakukan terapi dzikir, selain itu hal ini juga dipengaruhi oleh
lingkungan pondok yang sangat kondusif dan mendukung untuk
dilakukan terapi dzikir sehingga responden dapat melakukan terapi
dzikir dengan maksimal yang dapat mempengaruhi stabilitas
emosinya.
37
4.2.3 Analisis Pengaruh Terapi Dzikir Terhadap Perilaku Pola Emosi
Klien Mantan Pengguna NAPZA
Dari data yang diperoleh dengan menggunakan α = 0.05 dan derajat
bebas = 7 (db = N-1), hasil dari thit (6,34) ≥ ttabel ( = 2.365),
maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada pengaruh yang nyata
perilaku emosi klien mantan pengguna NAPZA yang belum diberikan
intervensi dengan yang sudah diberikan intervensi terapi religi dzikir.
Nilai dari tingkat perubahan perilaku pola emosi klien sesudah
diberikan intervensi terapi religi dzikir menunjukkan peningkatan
dibandingkan sebelum diberikan terapi. Hal ini menunjukkan bahwa
terapi religi dzikir memiliki pengaruh untuk merubah perilaku emosi
klien mantan pengguna NAPZA di Pondok Pesantren Az Zainy –
Tumpang.
Terapi religi dzikir disamping merupakan suatu sarana untuk
mendekatkan diri dengan Tuhan, juga merupakan alternatif yang baik
memperdalam keimanan dalam kalbu dan menimbulkan perasan tenang
dan tentram dalam jiwa. (Salim, Ahmad Husain Ali ,2009). Dzikir
sebaiknya dilakukan 5 kali dalam sehari sebelum dan sesudah shalat.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan. Adapun beberapa
keterbatasan dalam penelitian ini adalah:
38
1. Terapi lain yang diberikan pengurus pondok selain terapi religi dzikir
juga dapat mempengaruhi perubahan perilaku emosi.
2. Keadaan lingkungan sekitar yang sewaktu – waktu bisa merubah perilaku
pola emosi, baik yang disengaja maupun tidak disengaja.
3. Responden dalam penelitian ini masih berjumlah sedikit.
4. Terbatasnya waktu responden dikarenakan adanya kegiatan lain yang
telah dijadwalkan di tempat tersebut.