19
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 23 Januari – 6 Februari 2014 tentang pengaruh terapi religi dzikir terhadap perubahan perilaku emosi klien mantan pengguna narkoba di Pondok Pesantren Az Zainy – Tumpang. 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di masjid Pondok Pesantren Az Zainy – Tumpang, dengan rincian sebanyak 8 responden. 4.1.2. Data Umum Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan kepribadian. 1.Karakteristik responden berdasarkan usia Tabel 4.1 tabel distribusi frekuensi karakteristik responden 26

5.BAB IV anyar.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 5.BAB IV anyar.doc

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah

dilaksanakan pada tanggal 23 Januari – 6 Februari 2014 tentang pengaruh terapi

religi dzikir terhadap perubahan perilaku emosi klien mantan pengguna narkoba di

Pondok Pesantren Az Zainy – Tumpang.

1.1. Hasil Penelitian

1.1.1. Gambaran Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di masjid Pondok Pesantren Az

Zainy – Tumpang, dengan rincian sebanyak 8 responden.

1.1.2. Data Umum

Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi usia, jenis

kelamin, tingkat pendidikan dan kepribadian.

1. Karakteristik responden berdasarkan usia

Tabel 4.1 tabel distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia di Pondok Pesantren Az Zainy Tumpang pada January 2014.

No.

Usia frekuensi Prosentase (%)

1.

2.

3.

21 – 23 th

24 - 26 th

27 – 29 th

0

3

5

0%

37,5%

62,5%

Total 8 100%

26

Page 2: 5.BAB IV anyar.doc

27

Berdasarkan tabel diatas, usia responden mantan pengguna

narkoba, responden yang berusia 24 – 26 tahun yaitu sejumlah 3

orang (37,5%) dan responden yang berusia 27 – 29 tahun yaitu

sejumlah 5 orang (62,5%)

2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.2 tabel distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di Pondok Pesantren Az Zainy – Tumpang pada Januari 2014.

No.

Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase (%)

1. Laki-laki 8 100%

2. Perempuan 0 0%

Total 8 100%

Berdasarkan tabel diatas, jenis kelamin responden mantan

pengguna narkoba, seluruh responden berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 8 orang (100%).

3. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan.

Tabel 4.3 tabel distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pendidikan responden di Pondok Pesantren Az Zainy – Tumpang pada Januari 2014.

No.

Tingkat Pendidikan

Frekuensi Prosentase (%)

1.

2.

3.

SD

SMP

SMA

1

4

3

12,5

50

37,5

Total 8 100%

Page 3: 5.BAB IV anyar.doc

28

Berdasarkan table diatas, tingkat pendidikan responden

mantan pengguna narkoba, yang berpendidikan SD sebanyak 1

responden (12,5%), SMP sebanyak 4 responden (50%), dan SMA

sebanyak 3 responden (37,5%).

4. Karakteristik responden berdasarka kepribadian

Tabel 4.4 tabel distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan kepribadian responden di Pondok Pesantren Az Zainy – Tumpang pada Januari 2014.

No.

Kepribadian Frekuensi Prosentase (%)

1.

2.

Introvert

Ekstrovert

3

5

37,5%

62,5%

Total 8 100%

Berdasarkan tabel diatas, kepribadian mantan pengguna NAPZA,

yang berkepribadian introvert sebanyak 3 responden (37,5%), dan

memiliki kepribadian ekstrovert sebanyak 5 responden (62,5%).

1.1.3. Data khusus

1. Karakteristik responden berdasarkan perubahan perilaku

emosi mantan pengguna narkoba sebelum pemberian terapi

religi dzikir

Page 4: 5.BAB IV anyar.doc

29

Tabel 4.4 tabel distribusi frekuensi perubahan perilaku emosi mantan pengguna narkoba sebelum pemberian terapi religi dzikir di Pondok Pesantren Az Zainy – Tumpang.

No.

Skor ISI sebelum Frekuensi Prosentase (%)

1. 0-4 4 50%

2. 5-8 2 25%

3. 9-12 2 25%

Total 8 100%

Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai perubahan emosi

pada klien mantan pengguna narkoba sebelum diberikan intervensi

berupa terapi religi dzikir sebanyak 4 responden (50%) memiliki

skor 0-4, selanjutnya responden yang memiliki skor 5-8 sebanyak 2

responden (25%), dan responden yang memiliki skor 9-12

sebanyak 2 responden (25%) selalu melakukan terapi dzikir.

2. Karakteristik responden berdasarkan perubahan perilaku

emosi klien mantan pengguna NAPZA setelah pemberian

terapi religi dzikir

Tabel 4.5 tabel distribusi frekuensi perubahan perilaku emosi klien mantan pengguna NAPZA setelah pemberian terapi religi dzikir di Pondok Pesantren Az Zainy – Tumpang.

No.

Skor ISI sesudah Frekuensi Prosentase (%)

1. 0-4 1 12,5%

2. 5-8 0 0%

3. 9-12 7 87,5%

Page 5: 5.BAB IV anyar.doc

30

Total 8 100%

Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai perubahan perilaku

emosi klien mantan pengguna narkoba setelah diberikan intervensi

berupa terapi religi dzikir dengan skor 0-4 sebanyak 1 responden

(12,5%), selanjutnya responden yang memiliki skor 5-8 sebanyak 0

responden (0%), dan responden dengan skor 9-12 sebanyak 7

responden (87,5%).

3. Analisis Pengaruh Terapi Dzikir Terhadap Perilaku Pola

Emosi Klien Mantan Pengguna NAPZA

Tabel 4.6. tabel penolong signifikasi t test pada responden mantan

pengguna narkoba dengan perilaku emosi di Pondok Pesantren Az Zainy

– Tumpang.

No. pre-test Post-test Perbandingan(d) d2

1. 12 2 10 100

2. 1 12 11 121

3. 10 12 2 4

4. 5 10 5 25

5. 2 12 10 100

6. 1 12 11 121

7. 1 12 11 121

8. 6 9 3 9

= 64 2 =

Page 6: 5.BAB IV anyar.doc

31

601

Perhitungan Manual:

= = 8

= 601 – = 89

t = = = = = 6,34

Dengan menggunakan α = 0.05 dan derajat bebas = 7 (db = N-

1), bandingkan hasil thit dengan nilai ttabel, sehingga hasil thit (1) ≥ ttabel (

= 2.365), maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya terdapat

pengaruh yang nyata terhadap perubahan perilaku emosi klien mantan

pengguna narkoba antara sebelum dan sesudah dilakukan terapi religi

dzikir.

1.2. Pembahasan

Page 7: 5.BAB IV anyar.doc

32

Berdasarkan usia dari seluruh responden, yakni berusia 20 – 29 tahun.

Menurut Butar (2013) prevalensi jumlah penyalahgunaan usia 20 – 29 tahun

telah mencapai 41,6%. Menurut Partodiharjo (2008) penyebab seseorang

mulai menggunakan NAPZA diantaranya adalah unstabilitas emosi, pengaruh

pergaulan serta lemahnya rasa ketuhanan yang pada akhirnya akan

berdampak buruk bagi penggunanya. Selain itu seseorang yang telah berhenti

mengkonsumsi NAPZA akan terkena efek putus zat yang dapat menyebabkan

gangguan emosi (Yosep, 2009). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian, yaitu

seorang pengguna yang telah berhenti mengkonsumsi NAPZA walaupun

usianya masih tergolong muda yakni 20-29 tahun akan mengalami gangguan

pada emosinya.

Berdasarkan tabel 4.2 responden yang berjenis kelamin laki-laki

sejumlah 8 orang (100%). Dari hasil penelitian yang dilakukan Butar (2013)

laki-laki yang berusia 20-29 tahun lebih banyak yang menggunakan obat

terlarang (7,2%) daripada perempuan (1,8%). Disamping itu pada penelitian

ini juga diketahui bahwa mayoritas pengguna adalah laki – laki.

Keberhasilan emosi yang terjadi pada responden menunjukkan bahwa

terapi dzikir yang dilakukan peneliti cukup efektif untuk meningkatkan

perubahan perilaku emosi pada klien mantan pengguna NAPZA. Setelah

dilakukan intervensi dzikir didapatkan hasil, responden yang melakukan

terapi dzikir dengan skor 0-4 sebanyak 1 responden hal ini dikarenakan factor

pendidikan responden yang rendah sehingga kematangan dalam berpikir juga

kurang dan kepribadian yang tertutup menyebabkan responden lebih

menyukai berdiam diri dibandingkan dengan melakukan aktivitas seperti

Page 8: 5.BAB IV anyar.doc

33

dzikir. Selain itu, hal ini juga dimungkinkan oleh keadaan fisik dan

psikologis responden akibat penggunaan NAPZA sehingga pada saat

dilakukan intervensi responden kurang memahami tentang terapi dzikir.

Sedangkan responden yang mempunyai skor 9-12, sebanyak 7

responden dipengaruhi oleh kepribadian responden yang taat dalam

melakukan terapi dzikir, selain itu hal ini juga dipengaruhi oleh lingkungan

pondok yang sangat kondusif dan mendukung untuk dilakukan terapi dzikir

sehingga responden dapat melakukan terapi dzikir dengan maksimal yang

dapat mempengaruhi stabilitas emosinya.

1.2.1. Emosi Sebelum Intervensi

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data perubahan emosi

sebelum diberikan intervensi terapi religi dzikir yakni sebanyak 4

responden (50%) memiliki skor 0-4. Setelah dilakukan penelitian

factor-faktor yang dapat mempengaruhi responden tidak melalukan

terapi dzikir yaitu: factor internal dan eksternal. Faktor internal

meliputi: kepribadian responden setelah menggunakan NAPZA

menjadi lebih tertutup.

Menurut (Hawari, 2002) menyatakan bahwa klien dengan

ketergantungan NAPZA memiliki minat yang rendah atau bahkan

sama sekali tidak ada minat terhadap agama, dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa seseorang dengan tingkat religiusitas rendah lebih

mudah terjerumus kasus penyalahgunaan NAPZA daripada klien

dengan tingkat religiusitas tinggi. Faktor yang mempengaruhi

Page 9: 5.BAB IV anyar.doc

34

seseorang dalam melakukan terapi dzikir adalah factor internal dan

eksternal.

Sebelum dilakukan intervensi dzikir didapatkan hasil, responden

yang melakukan terapi dzikir dengan skor 0-4 sebanyak 4 responden

hal ini dikarenakan factor pendidikan responden yang rendah sehingga

kematangan dalam berpikir juga kurang. Selain itu, hal ini juga

dimungkinkan oleh lemahnya rasa ketuhanan, rehabilitasi kurang

berhasil, dan dukungan keluarga yang kurang sehingga dapat

menyebabkan responden tidak melakukan terapi dzikir. Selain itu,

akibat penggunaan NAPZA juga menyebabkan responden memiliki

minat yang rendah terhadap kegiatan keagamaan

Sedangkan responden yang melakukan terapi dzikir dengan skor

5-8 sebanyak 2 responden hal ini dikarenakan factor kecemasan dan

rasa berdosa akibat penggunaan NAPZA. responden yang memiliki

skor 9-12 sebanyak 2 orang hal ini dikarenakan factor lingkungan

pondok pesantren yang kondusif dan adanya dukungan keluarga

sehingga responden melakukan terapi dzikir dengan maksimal

4.2.2 Perilaku Emosi Sesudah Intervensi

Dzikir menunjukkan adanya hubungan antara manusia dengan

Tuhannya. Dalam penelitian ini responden yang melakukan dzikir

secara rutin, membuat jiwa bersih dan bening serta perasaannya

tenang. Dzikir juga berfungsi untuk memperdalam keimanan dalam

kalbu dan menimbulkan perasan tenang dan tentram dalam jiwa

sehingga emosi menjadi stabil. Akan tetapi belum dapat dikatakan

Page 10: 5.BAB IV anyar.doc

35

100% berhasil karena mungkin selain terapi yang peneliti berikan,

responden juga mendapatkan terapi lain dari pengurus pondok

pesantren. Namun terapi religi dzikir dapat menjadi salah satu

alternative yang bisa diberikan kepada klien mantan pengguna

NAPZA yang mengalami perubahan perilaku emosi.

Keberhasilan emosi yang terjadi pada responden menunjukkan

bahwa terapi dzikir yang dilakukan peneliti cukup efektif untuk

meningkatkan perubahan perilaku emosi pada klien mantan pengguna

NAPZA. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku

responden yaitu:

1. Jenis Ras/ Keturunan

Setiap ras yang ada di Indonesia bahkan di dunia memperlihatkan

tingkah laku yang khas. Tingkah laku yang khas ini berbda setiap

ras, karena mempunyai ciri-ciri yang berbeda.

2. Kepribadian

Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun

dalam dirinya yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan

diri terhadap rangsangan baik yang dating dari dirinya maupun dari

lingkunganya

3. Tingkat pendidikan

Perilaku seseorang yang berpendidikan tinggi berbeda dengan orang

yang berpendidikan rendah

4. Faktor Lingkungan.

Page 11: 5.BAB IV anyar.doc

36

Lingkungan yang kondusif sangat berpengaruh terhadap perilaku

seseorang. Pola pergaulan seseorang di lingkungan juga dapat

mempengaruhi perilakunya.

5. Kondisi fisik dan psikologis

Kondisi fisik dan psikologis dapat mempengaruhi cara berpikir

seseorang dan berdampak pada persepsi yang akan mempengaruhi

tindakan dan perilakunya.

Setelah dilakukan intervensi dzikir didapatkan hasil, responden

yang melakukan terapi dzikir dengan skor 0-4 sebanyak 1 responden

hal ini dikarenakan factor pendidikan responden yang rendah

sehingga kematangan dalam berpikir juga kurang dan kepribadian

yang tertutup menyebabkan responden lebih menyukai berdiam diri

dibandingkan dengan melakukan aktivitas seperti dzikir. Selain itu,

hal ini juga dimungkinkan oleh keadaan fisik dan psikologis

responden akibat penggunaan NAPZA sehingga pada saat dilakukan

intervensi responden kurang memahami tentang terapi dzikir.

Sedangkan responden yang mempunyai skor 9-12, sebanyak 7

responden dipengaruhi oleh kepribadian responden yang taat dalam

melakukan terapi dzikir, selain itu hal ini juga dipengaruhi oleh

lingkungan pondok yang sangat kondusif dan mendukung untuk

dilakukan terapi dzikir sehingga responden dapat melakukan terapi

dzikir dengan maksimal yang dapat mempengaruhi stabilitas

emosinya.

Page 12: 5.BAB IV anyar.doc

37

4.2.3 Analisis Pengaruh Terapi Dzikir Terhadap Perilaku Pola Emosi

Klien Mantan Pengguna NAPZA

Dari data yang diperoleh dengan menggunakan α = 0.05 dan derajat

bebas = 7 (db = N-1), hasil dari thit (6,34) ≥ ttabel ( = 2.365),

maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada pengaruh yang nyata

perilaku emosi klien mantan pengguna NAPZA yang belum diberikan

intervensi dengan yang sudah diberikan intervensi terapi religi dzikir.

Nilai dari tingkat perubahan perilaku pola emosi klien sesudah

diberikan intervensi terapi religi dzikir menunjukkan peningkatan

dibandingkan sebelum diberikan terapi. Hal ini menunjukkan bahwa

terapi religi dzikir memiliki pengaruh untuk merubah perilaku emosi

klien mantan pengguna NAPZA di Pondok Pesantren Az Zainy –

Tumpang.

Terapi religi dzikir disamping merupakan suatu sarana untuk

mendekatkan diri dengan Tuhan, juga merupakan alternatif yang baik

memperdalam keimanan dalam kalbu dan menimbulkan perasan tenang

dan tentram dalam jiwa. (Salim, Ahmad Husain Ali ,2009). Dzikir

sebaiknya dilakukan 5 kali dalam sehari sebelum dan sesudah shalat.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan. Adapun beberapa

keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

Page 13: 5.BAB IV anyar.doc

38

1. Terapi lain yang diberikan pengurus pondok selain terapi religi dzikir

juga dapat mempengaruhi perubahan perilaku emosi.

2. Keadaan lingkungan sekitar yang sewaktu – waktu bisa merubah perilaku

pola emosi, baik yang disengaja maupun tidak disengaja.

3. Responden dalam penelitian ini masih berjumlah sedikit.

4. Terbatasnya waktu responden dikarenakan adanya kegiatan lain yang

telah dijadwalkan di tempat tersebut.