Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan hasil-hasil penelitian beserta pembahasannya
tentang penerapan metode eksperimen pada materi gerak lurus, yang meliputi data
(1) keterampilan berkomunikasi sains siswa, dan (2) pengelolaan pembelajaran
dengan metode eksperimen dan metode ceramah. Deskripsi hasil-hasil penelitian
disajikan pada bagian awal bab ini kemudian dilanjutkan dengan uji normalitas,
homogenitas dan uji hipotesis.
A. Hasil Penelitian
1. Keterampilan Berkomunikasi Sains
a. Deskripsi pretest, posttest, gain dan N-gain keterampilan
berkomunikasi sains
Keterampilan berkomunikasi sains siswa dinilai dari jawaban tes
berkomunikasi sains siswa sebanyak 13 (tiga belas) soal berbentuk essay
yang telah diuji keabsahannya. Tes dilakukan setelah mengikuti
pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen pada kelas
eksperimen dan metode ceramah pada kelas kontrol.
Perbedaan keterampilan berkomunikasi sains siswa antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol ditampilkan pada tabel 4.1. Rekapitulasi
nilai rata-rata untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol secara lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 2.3.
48
49
Tabel 4.1 Rata-rata Keterampilan Berkomunikasi Sains
Kelas X MAN Model Palangka Raya
Kelompok N Pretest Posttest Gain N gain
Eksperimen 34 30,02 70,31 40,30 0,57
Kontrol 28 20,57 58,26 37,69 0,49
Dari tabel 4.1 di atas terlihat nilai pretest keterampilan
berkomunikasi sains siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran oleh
peneliti pada kelas eksperimen (30,02) berbeda dengan nilai pada kelas
kontrol (20,57), nilai gain pada kelas eksperimen (40,30) lebih tinggi
dari pada kelas kontrol (37,69), nilai N-gain pada kelas eksperimen (0,57)
lebih tinggi dari nilai kelas kontrol (0,49), nilai N-gain untuk kelas
eksperimen dan kontrol termasuk dalam kategori sedang. Nilai posttest
keterampilan berkomunikasi sains siswa yang belajar dengan metode
eksperimen pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada keterampilan
berkomunikasi sains siswa yang belajar dengan metode ceramah pada
kelas kontrol. Siswa yang belajar dengan metode eksperimen memiliki
nilai rata-rata 70,31, sementara siswa yang belajar dengan metode
ceramah memiliki nilai rata-rata 58,26.
b. Keterampilan berkomunikasi sains tiap indikator
Keterampilan berkomunikasi sains dalam penelitian ini
dikelompokkan dalam empat indikator yaitu menggambarkan data
empiris dengan tabel (indikator 1), membaca tabel atau grafik (indikator
2), mengubah data dalam bentuk tabel ke bentuk grafik (indikator 3), dan
menyampaikan hasil eksperimen secara jelas (indikator 4). Nilai rata-rata
N-gain untuk setiap indikator untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol
50
ditunjukkan oleh gambar 4.1. Rekapitulasi nilai rata-rata pretest, posttest.
Gain dan N-gain untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol per indikator
secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 2.3.
(1) Indikator 1: Menggambarkan Data Empiris dengan Tabel
Kemampuan menggambarkan data empiris dengan tabel
adalah kemampuan siswa untuk mengubah data hasil eksperimen
yang dilakukannya dalam bentuk tabel agar dapat dikomunikasikan
kepada orang lain. Berdasarkan gambar 4.1, diperoleh nilai rata-rata
N-gain untuk kelas eksperimen yaitu 0,57 (kategori sedang) dan untuk
kelas kontrol yaitu 0,55 (kategori sedang). Dilihat dari nilai rata-rata
N-gain tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada
kemampuan menggambarkan data empiris dalam bentuk tabel antara
kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
indikator 1 indikator 2 indikator 3 indikator 4
Nila
i
eksperimen
kontrol
Gambar 4.1 Diagram batang perbandingan nilai rata-rata N-gain
keterampilan berkomunikasi sains per indikator pada kelas
eksperimen dan kontrol
51
(2) Indikator 2: Membaca Tabel atau Grafik
Kemampuan membaca tabel atau grafik adalah kemampuan
siswa dalam menganalisis tabel atau grafik. Berdasarkan gambar 4.1,
diperoleh nilai rata-rata N-gain untuk kelas eksperimen yaitu 0,51
(kategori sedang) dan untuk kelas kontrol yaitu 0,46 (kategori
sedang). Dilihat dari nilai rata-rata N-gain tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada kemampuan membaca
tabel atau grafik antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
(3) Indikator 3: Mengubah Data dalam Bentuk Tabel ke Bentuk
Grafik
Mengubah data dalam bentuk tabel ke bentuk grafik
merupakan salah satu keterampilan mengkomunikasikan hasil
eksperimen kepada orang lain. Berdasarkan gambar 4.1, diperoleh
nilai rata-rata N-gain untuk kelas eksperimen yaitu 0,62 (kategori
sedang) dan untuk kelas kontrol yaitu 0,36 (kategori sedang). Dilihat
dari nilai rata-rata N-gain tersebut dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan pada kemampuan mengubah data dalam bentuk tabel ke
bentuk grafik antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
(4) Indikator 4: Menyampaikan Hasil Eksperimen dengan Jelas
Menyampaikan hasil eksperimen dengan jelas adalah
keterampilan menyimpulkan suatu hasil eksperimen dan
mengkomunikasikan kesimpulan tersebut dalam bentuk tulisan.
Berdasarkan gambar 4.1, diperoleh nilai rata-rata N-gain untuk kelas
52
eksperimen yaitu 0,48 (kategori sedang) dan untuk kelas kontrol
yaitu 0,36 (kategori sedang). Dilihat dari nilai rata-rata N-gain
tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pada kemampuan
menyampaikan hasil eksperimen dengan jelas antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol.
Berdasarkan uraian tentang peningkatan keterampilan
berkomunikasi sains, dapat dijelaskan bahwa perbedaan peningkatan
keterampilan berkomunikasi sains indikator ketiga, mengubah data dalam
bentuk tabel ke bentuk grafik, lebih tinggi daripada peningkatan
keterampilan berkomunikasi sains yang lainnya, dengan selisih N-gain
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar sebesar 0,26.
c. Uji normalitas, homogenitas dan uji hipotesis keterampilan
berkomunikasi sains
(1) Uji Normalitas
Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui distribusi
atau sebaran skor data dari keterampilan berkomunikasi sains siswa.
Uji normalitas menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test
dengan kriteria pengujian pada signifikansi > 0,05 maka data
berdistribusi normal. Hasil uji normalitas pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.2. Rekapitulasi uji normalitas
untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol secara lengkap dapat dilihat
pada Lampiran 2.2.
53
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data pada Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
No
Nilai Keterampilan
Berkomunikasi
Sains
Sig*
Keterangan Eksperimen Kontrol
1. Pretest 0,716 0,999 Normal
2. Posttest 0,830 0,748 Normal
3. Gain 0,778 0,947 Normal
4. N-gain 0,650 0,784 Normal
*level signifikan 0,05
Tabel 4.2 menunjukkan hasil uji normalitas pada level
signifikan 0,05 bahwa skor pretest, posttest, gain dan N-gain pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah berdistribusi normal.
(2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas pada suatu data bertujuan untuk mengetahui
apakah sampel yang dipakai pada penelitian diperoleh dari populasi
yang bervarian homogen atau tidak. Uji homogenitas data
menggunakan uji Levene SPSS for Windows Versi 17.0 dengan
kriteria pengujian pada signifikansi > 0,05 maka data dikatakan
homogen. Hasil uji homogenitas data pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.3. Rekapitulasi uji
homogenitas untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol secara lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 2.2.
Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Data pada Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
No. Nilai Keterampialan
Berkomunikasi Sains
Sig* Keterangan
1. Pretest 0,035 Tidak Homogen
2. Posttest 0,015 Tidak Homogen
3. Gain 0,554 Homogen
4. N-gain 0,680 Homogen
*level signifikan 0,05
54
Tabel 4.3 menunjukkan hasil uji homogenitas pada level
signifikansi 0,05 bahwa skor pretest dan posttest kelas eksperimen
dan kelas kontrol adalah tidak homogen, sedangkan gain dan N-gain
kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen.
(3) Uji Hipotesis
Uji hipotesis kesamaan rerata hasil belajar siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji Mann-Whitney U
SPSS for Windows Versi 17.0. Uji ini menggunakan asumsi bahwa
data tidak harus berdistribusi normal dan tidak harus memiliki varian
sama. Uji ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan
antara keterampilan berkomunikasi sains kelas eksperimen dengan
kelas kontrol. Hasil uji hipotesis data pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol dapat dilihat pada tabel 4.4. Rekapitulasi uji hipotesis untuk
kelas eksperimen dan kelas kontrol secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 2.2.
Tabel 4.4 Hasil Uji Hipotesis Rerata Keterampilan
Berkomunikasi Sains pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No. Nilai Keterampilan
Berkomunikasi Sains
Sig* Keterangan
1. Pretest 0,001 Berbeda secara signifikan
2. Posttest 0,008 Berbeda secara signifikan
3. Gain 0,416 Tidak berbeda secara signifikan
4. N-gain 0,063 Tidak berbeda secara signifikan
*level signifikansi 0,05
Tabel 4.4 menunjukkan hasil uji Mann Whitney U skor tes
awal (pretest) kelas eksperimen dan kelas kontrol bahwa pada level
signifikan 0,05, maka Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05. Hal ini berarti
55
terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest kelas
eksperimen dengan kelas kontrol sebelum pembelajaran.
Hasil uji pada posttest menunjukkan bahwa pada level
signifikan 0,05, diperoleh Asymp. Sig.(2-tailed) < 0,05. Hal ini
berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata skor posttest
kelas eksperimen dan rerata skor posttest kelas kontrol setelah
pembelajaran. Hasil uji pada gain pada selisih posttest dan pretest
menunjukkan bahwa pada level signifikan 0,05, diperoleh Asymp.
Sig. (2-tailed) > 0,05. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang
signifikan pada selisih posttest dan pretest antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
Hasil uji Mann-Whitney U skor N-gain kelas eksperimen dan
kelas kontrol menunjukkan bahwa pada level signifikan 0,05,
diperoleh Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05. Hal ini berarti tidak ada
perbedaan yang signifikan antara peningkatan keterampilan
berkomunikasi sains antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Peneliti menampilkan adanya penilaian pengelolaan pembelajaran
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mendukung data
penelitian.
Hasil uji paired sample T test pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol dapat dilihat pada tabel 4.5. Rekapitulasi uji paired sample T
test untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol secara lengkap dapat
dilihat pada Lampiran 2.2.
56
Tabel 4.5 Hasil Uji Paired Sample T Test pada Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
No. Nilai Keterampilan
Berkomunikasi Sains
Sig* Keterangan
1. Kelas Eksperimen 0,000 Berbeda secara signifikan
2. Kelas Kontrol 0,000 Berbeda secara signifikan
Hasil uji Paired Sample T Test pada kelas eksperimen
diperoleh nilai sig 0,000, hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan
antara pretest dan posttest pada kelas eksperimen. Uji yang sama juga
dilakukan pada kelas kontrol diperoleh nilai sig 0,000, hal ini juga
menunjukkan bahwa ada perbedaan antara pretest dan posttest pada
kelas kontrol.
2. Pengelolaan Pembelajaran Fisika
a. Pengelolaan Pembelajaran Fisika Pada Kelas Eksperimen
Pengelolaan pembelajaran fisika pada kelas eksperimen oleh
peneliti dinilai dengan menggunakan instrumen yaitu lembar pengamatan
pengelolaan pembelajaran fisika dengan menggunakan metode
eksperimen (lampiran 1.3). Pengamatan dilakukan oleh 2 (dua) orang
pengamat. Persentasi nilai rata-rata pengelolaan pembelajaran untuk
setiap kegiatan pada setiap RPP dapat dilihat pada tabel 4.6. Rekapitulasi
keterlaksanaan dan persentasi nilai rata-rata pengelolaan pembelajaran
tiap pertemuan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2.4.
57
Tabel. 4.6 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Pengelolaan Pembelajaran
dengan Metode Eksperimen
NO Aspek yang diobservasi
Nilai Pengelolaan
Pembelajaran (%) Nilai
Rata-Rata
(%) RPP 1 RPP 2 RPP 3
1
Guru membimbing siswa
sehingga siswa dapat
memberikan hipotesis
75,0 75,0 87,5 79,2
2
Guru mengorganisasikan
siswa ke dalam
kelompok-kelompok
100,0 100,0 100,0 100,0
3
Guru membagikan LKS
dan menjelaskan prosedur
dalam LKS
100,0 100,0 100,0 100,0
4 Guru membimbing siswa
melakukan eksperimen 75,0 75,0 87,5 79,2
5 Guru membimbing siswa
dalam mengolah data dan 65,0 70,0 72,0 69,0
6
Guru membimbing siswa
mempresentasikan hasil
eksperimen
70,0 75,0 80,0 75,0
RATA-RATA (%) 80,8 82,5 87,8 83,7
Berdasarkan tabel 4.6, penilaian pengelolaan pembelajaran
fisika menggunakan metode eksperimen secara keseluruhan didapat
persentasi rata-rata penilaian sebesar 83,7% dan termasuk kategori sangat
baik. Rata-rata penilaian aspek pengelolaan pembelajaran pada setiap
pertemuan disajikan pada gambar 4.2:
0102030405060708090
100
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
Pe
rse
nta
si
Persentasi Rata-rata Penilaian
Gambar 4.2 Diagram Persentasi Rata-rata Penilaian
Pengelolaan Pembelajaran dengan Metode
Eksperimen
58
b. Pengelolaan Pembelajaran Fisika pada Kelas Kontrol
Pengelolaan pembelajaran fisika pada kelas kontrol oleh peneliti
dinilai dengan menggunakan instrumen yaitu lembar pengamatan
pengelolaan pembelajaran fisika dengan menggunakan metode ceramah
(lampiran 1.4). Pengamatan dilakukan oleh 2 (dua) orang pengamat.
Persentasi nilai rata-rata pengelolaan pembelajaran untuk setiap kegiatan
pada setiap RPP dapat dilihat pada tabel 4.7. Rekapitulasi keterlaksanaan
dan persentasi nilai rata-rata pengelolaan pembelajaran tiap pertemuan
secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2.5.
Tabel. 4.7 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Pengelolaan Pembelajaran
dengan Metode Ceramah
NO Aspek yang diobservasi
Nilai Pengelolaan
Pembelajaran (%) Nilai
Rata-Rata
(%) RPP 1 RPP 2 RPP 3
1 Guru memotivasi siswa
dalam pembelajaran 100,0 75,0 75,0 83,3
2 Guru menjelaskan materi
pembelajaran 75,0 100,0 100,0 91,7
3
Guru memberi
kesempatan kepada siswa
untuk bertanya
75,0 100,0 100,0 91,7
4 Guru memberikan latihan
soal kepada siswa 75,0 100,0 100,0 91,7
5
Guru membimbing siswa
dalam menyimpulkan
materi pembelajaran
75,0 75,0 75,0 75,0
RATA-RATA (%) 80,0 90,0 90,0 86,7
Berdasarkan tabel 4.7, penilaian pengelolaan pembelajaran fisika
menggunakan metode ceramah secara keseluruhan didapat persentasi
rata-rata penilaian sebesar 86,7% dan termasuk kategori sangat baik.
59
Rata-rata penilaian aspek pengelolaan pembelajaran pada setiap
pertemuan disajikan pada gambar 4.3:
B. Pembahasan
Pembelajaran yang diterapkan pada kelas eksperimen adalah
menggunakan metode eksperimen. Pembelajaran dengan metode ekpserimen
adalah pembelajaran yang menuntut keaktifan siswa. Pembelajaran ini diawali
dengan guru menyampaikan informasi kepada siswa tentang materi pelajaran.
Kemudian guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok belajar untuk
melakukan eksperimen sesuai LKS yang diberikan oleh guru dengan kelompok
masing-masing. Setelah itu setiap kelompok melakukan presentasi tentang hasil
eksperimen yang telah dilakukan. Di akhir pembelajaran, guru bersama-sama
siswa menyimpulkan materi pelajaran dan kemudian guru memberikan
penghargaan kepada kelompok yang terbaik serta guru memberikan Pekerjaaan
Rumah (PR).
0102030405060708090
100
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
Pe
rse
nta
si
Persentasi Rata-rata Penilaian
Gambar 4.3 Diagram Persentasi Rata-rata Penilaian
Pengelolaan Pembelajaran dengan Metode
Ceramah
60
Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas kontrol adalah menggunakan
metode ceramah. Pada pembelajaran ini, penjelasan materi pelajaran langsung
disampaikan oleh guru. Guru menjelaskan materi kemudian memberikan
beberapa contoh soal. Terlihat siswa lebih tertib memperhatikan penjelasan
guru. Ketika diberikan kesempatan untuk bertanya, beberapa orang siswa juga
bertanya kepada guru. Guru juga meminta siswa mengerjakan soal latihan di
papan tulis. Di akhir pembelajaran, guru bersama-sama siswa menyimpulkan
materi pelajaran dan kemudian guru memberikan Pekerjaaan Rumah (PR).
1. Keterampilan Berkomunikasi Sains
Peningkatan keterampilan berkomunikasi sains siswa pada kelas
eksperimen tidak berbeda secara signifikan dengan siswa pada kelas kontrol.
Pembelajaran dengan metode eksperimen yang diterapkan di kelas
eksperimen tidak memberikan peningkatan keterampilan berkomunikasi sains
siswa yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran dengan metode
ceramah di kelas kontrol. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai rata-rata N-gain
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Peningkatan keterampilan berkomunikasi sains antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol menunjukkan kualitas peningkatan
keterampilan berkomunikasi sains siswa setelah pembelajaran gerak lurus di
kedua kelas tergolong sedang. Nilai rata-rata N-gain kelas eksperimen adalah
0,57 dan kelas kontrol adalah 0,48, sehingga 0,30< <g> ≤ 0,70 termasuk
kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode
eksperimen maupun metode ceramah cukup memberikan pengaruh terhadap
61
peningkatan keterampilan berkomunikasi sains siswa pada materi gerak lurus.
Hal tersebut juga dibuktikan oleh uji Paired Sample T Test yang dilakukan
pada masing-masing grup atau kelas yang menunjukkan nilai sig sebesar
0,000 yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
keterampilan berkomunikasi sains siswa sebelum pembelajaran (pretest)
dengan sesudah pembelajaran (posttest).
Perbedaan yang signifikan antara pretest pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol berpengaruh terhadap perbedaan hasil posttest-nya. Hasil
posttest yang berbeda signifikan antara dua kelas sampel tersebut, bukan
berarti menunjukkan perbedaan yang signifikan pada peningkatan
keterampilan berkomunikasi sains siswa. Penelitian ini sebaiknya dilakukan
pada kedua kelas sampel dengan kemampuan siswa yang homogen atau tidak
ada perbedaan yang signifikan pada hasil pretest kedua kelas. Seperti salah
satu persyaratan penelitian eksperimen yaitu sebelum dilaksanakan
eksperimen, kondisi kedua kelompok diusahakan sama sehingga paparan
tentang hasil akhir dapat betul-betul merupakan hasil ada dan tidaknya
perlakuan.104
Hasil posttest menjadi bias karena kelemahan tersebut. Kelemahan
lainnya adalah beberapa soal yang diberikan pada kegiatan posttest sudah
pernah dibahas pada kegiatan evaluasi di akhir pembelajaran, baik itu di kelas
eksperimen maupun di kelas kontrol. Adanya perlakuan lain diluar
pembelajaran di kelas juga mempengaruhi hasil keterampilan berkomunikasi
104
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, h. 273
62
sains siswa, misalnya pelajaran tambahan yang diberikan oleh guru lain
diluar jam belajar mengajar di sekolah. Kondisi-kondisi yang ada di sekitar
atau yang diperkirakan mempengaruhi subjek yang digunakan untuk
eksperimen ”seyogyanya disingkirkan”, sehingga apabila perlakuan selesai
dan ternyata ada perbedaan antara hasil pada kelompok eksperimen dengan
kelompok pembanding maka perbedaan hasil ini merupakan akibat dari
adanya perlakuan.105
Keterampilan berkomunikasi sains indikator pertama,
menggambarkan data empiris dengan tabel, tidak menunjukkan perbedaan N-
gain yang tinggi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Keterbatasan
waktu dalam membimbing siswa dalam mengolah atau menganalisis data
menyebabkan keterampilan berkomunikasi siswa antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol tidak menunjukkan perbedaan dalam aspek
menggambarkan data empiris dalam bentuk tabel.Pada indikator kedua,
membaca tabel atau grafik, juga tidak menunjukkan perbedaan N-gain yang
tinggi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini bisa saja
dikarenakan siswa kurang terbiasa dengan pembelajaran menggunakan
metode eksperimen, dimana siswa yang lebih aktif dalam pengloahan grafik
dan tabel.
Indikator ketiga, keterampilan mengubah data dalam bentuk tabel ke
bentuk grafik, merupakan keterampilan yang menunjukkan perbedaan N-gain
yang paling tinggi daripada keterampilan berkomunikasi sains yang lainnya.
105
Ibid.,
63
Hal tersebut berarti pembelajaran dengan metode eksperimen dapat lebih
meningkatkan keterampilan mengubah data dalam bentuk tabel ke bentuk
grafik daripada pembelajaran dengan metode ceramah. Pada pembelajaran di
kelas eksperimen, siswa lebih terlatih dalam keterampilan ini karena dalam
LKS yang diberikan peneliti terdapat soal tentang mengubah data dalam
bentuk tabel ke bentuk grafik.
Begitu pula pada indikator keempat, menyampaikan hasil eksperimen
dengan jelas, menunjukkan perbedaan N-gain antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Hal ini menunjukkan dengan metode eksperimen membuat
siswa lebih memahami konsep materi gerak lurus dan menyimpulkan serta
menyampaikan hasil eksperimennya. Sesuai dengan salah satu kelebihan
metode eksperimen yaitu siswa belajar dengan mengalami atau mengamati
sendiri suatu proses atau kejadian,106
jadi siswa akan lebih mudah untuk
menyampaikan hasil eksperimennya dengan jelas apabila siswa melakukan
eksperimen itu sendiri.
Secara umum, pembelajaran dengan metode eksperimen yang
diterapkan pada kelas eksperimen menunjukkan peningkatan keterampilan
berkomunikasi sains lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran dengan
metode ceramah yang diterapkan pada kelas kontrol, walaupun perbedaan N-
gain diantara keduanya tidak terlalu tinggi. Dari keempat indikator
keterampilan berkomunikasi sains, keterampilan mengubah data dalam
106
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, h. 220-221.
64
bentuk tabel ke bentuk grafik adalah keterampilan yang mengalami
perbedaan peningkatan paling tinggi.
2. Pengelolaan Pembelajaran
a. Pengelolaan Pembelajaran Fisika Pada Kelas Eksperimen
Pengelolaan pembelajaran fisika dengan metode eksperimen pada
aspek membimbing siswa untuk memberikan hipotesis, pertemuan pertama
memperoleh persentasi nilai rata-rata 75%. Hal ini menunjukan bahwa
peneliti sudah baik dalam memulai pembelajaran fisika. Pertemuan kedua
memperoleh persentasi nilai rata-rata 75%. Pertemuan ketiga memperoleh
persentasi nilai rata-rata 87,5%. Pada pertemuan kedua tidak terjadi
peningkatan atau penurunan dan pertemuan ketiga mengalami peningkatan
karena peneliti sudah belajar dari pertemuan pertama sehingga berusaha
meningkatkannya pada pertemuan berikutnya. Jumlah rata-rata penilaian dari
pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga adalah 79,2% termasuk kategori
sangat baik.
Aspek kedua yaitu mengorganisasikan siswa dalam kelompok-
kelompok, pada pertemuan pertama peneliti memperoleh persentasi nilai
100%. Pertemuan kedua dan ketiga peneliti memperoleh persentasi nilai yang
sama yaitu 100%. Pada tiap pertemuan peneliti mendapatkan persentasi nilai
rata-rata 100% dalam aspek ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa peneliti
dapat mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok dengan sangat
baik. Peneliti mengelompokkan siswa berdasarkan hasil pretest keterampilan
berkomunikasi sains yang telah dilakukan sebelum pembelajaran. Siswa yang
65
memiliki keterampilan berkomunikasi sains rendah, sedang dan tinggi
dikumpulkan dalam satu kelompok. Jumlah rata-rata penilaian aspek
mengorganisasikan siswa dalam kelompok adalah 100% termasuk kategori
sangat baik.
Aspek ketiga yaitu membagikan LKS dan menjelaskan prosedur
dalam LKS, pada pertemuan pertama memperoleh persentasi nilai 100%.
Pertemuan kedua dan ketiga memperoleh persentasi nilai yang sama yaitu
100%. Hal ini menunjukkan bahwa peneliti sudah melaksanakan kegiatan
pada aspek ini dengan sangat baik. Peneliti membagikan LKS kepada setiap
kelompok yang telah dibentuk, lalu menjelaskan prosedur LKS di depan
kelas dengan membimbing beberapa siswa untuk melakukan demonstrasi
penggunaan alat eksperimen.
Aspek keempat yaitu membimbing siswa melakukan eksperimen,
pada pertemuan pertama memperoleh persentasi nilai 75%. Pertemuan kedua
memperoleh persentasi nilai 75%. Dan pertemuan ketiga mengalami
peningkatan dengan persentasi nilai 87,5%. Pada pertemuan ketiga
memperoleh peningkatan karena peneliti belajar dari pertemuan pertama dan
kedua untuk melaksanakan kegiatan pada aspek ini dengan lebih baik .
Jumlah persentasi rata-rata penilaian aspek memberikan latihan soal kepada
siswa adalah 79,2% termasuk kategori sangat baik.
Aspek kelima yaitu membimbing siswa dalam mengolah data, pada
pertemuan pertama memperoleh persentasi nilai 65%. Pertemuan kedua
memperoleh persentasi nilai 70% dan pertemuan ketiga memperoleh
66
persentasi nilai 72%. Walaupun tiap pertemuan mengalami peningkatan
persentasi nilai dari pertemuan sebelumnya, namun jumlah persentasi rata-
rata penilaian aspek membimbing siswa dalam mengolah data adalah 69%
termasuk kategori baik. Aspek ini menunjukkan persentasi nilai paling
rendah diantara aspek lainnya. Hal ini karena peneliti agak kesulitan
membimbing siswa dalam berdiskusi untuk mengolah data dengan
kelompoknya masing-masing.
Aspek keenam yaitu membimbing siswa mempresentasikan hasil
eksperimen, pada pertemuan pertama memperoleh persentasi nilai 70%.
Pertemuan kedua memperoleh persentasi nilai 75% dan pertemuan ketiga
memperoleh persentasi nilai 80%. Jumlah persentasi rata-rata penilaian aspek
membimbing siswa mempresentasikan hasil eksperimen adalah 75%
termasuk kategori baik. Peneliti juga kurang maksimal dalam melaksanakan
kegiatan pada aspek ini dikarenakan keterbatasan waktu.
Kegiatan eksperimen adalah salah satu solusi yang dapat menciptakan
pembelajaran aktif. Namun hal tersebut baru terwujud jika kegiatan
eksperimen dapat dilakukan oleh siswa dengan baik. Untuk mewujudkan
kegiatan eksperimen yang benar-benar dapat membuat siswa menjadi aktif
diperlukan usaha yang ekstra dari para guru dan kerjasama dari siswa sendiri.
Oleh karena itu, sebelum metode eksperimen dilakukan, guru harus dapat
merencanakan dan mempersiapkan kegiatan ini dengan baik. Tanpa adanya
suatu perencanaan dan persiapan dan kegiatan yang baik, maka semua
fasilitas yang ada tidak akan berfungsi untuk mendukung tercapainya
67
kegiatan eksperimen yang efektif. Perencanaan dan persiapan yang dilakukan
oleh guru harus pula mencakup alokasi waktu yang digunakan untuk kegiatan
eksperimen dan penyediaan peralatan dan bahan eksperimen bagi setiap
kelompok siswa.107
Dalam penelitian ini, alokasi waktu yang kurang merupakan salah satu
kendala yang dihadapi pada saat melakukan pembelajaran dengan metode
eksperimen. Sehingga peneliti tidak dapat dengan maksimal membimbing
siswa dalam mengolah data, dimana kegiatan tersebut sangat melatih
keterampilan berkomunikasi sains siswa.
b. Pengelolaan Pembelajaran Fisika Pada Kelas Kontrol
Pengelolaan pembelajaran fisika dengan metode ceramah pada aspek
memotivasi siswa dalam pembelajaran, pertemuan pertama memperoleh
persentasi nilai rata-rata 100%. Hal ini menunjukan bahwa peneliti sudah
baik dalam memulai pembelajaran fisika. Pertemuan kedua memperoleh
persentasi nilai rata-rata 75%. Pertemuan ketiga memperoleh persentasi nilai
rata-rata 75%. Pada pertemuan kedua dan ketiga mengalami penurunan
dikarenakan siswa terlihat kurang tertarik dengan motivasi yang disampaikan
oleh guru. Jumlah rata-rata penilaian dari pertemuan pertama sampai
pertemuan ketiga adalah 83,3% termasuk kategori sangat baik.
Aspek kedua yaitu menjelaskan materi pembelajaran, pada pertemuan
pertama peneliti memperoleh persentasi nilai 75%. Pertemuan kedua peneliti
107
Intan Syahroni, “Penggunaan Model Pembelajaran Konstruktivisme Melalui Metode
Eksperimen untuk Mengurangi Miskonsepsi Siswa pada Pokok Bahasan Kinematika Gerak
Lurus”, Skripsi, Bandung: UPI, 2011, h. 35-36.
68
memperoleh persentasi nilai 100%. Dan pertemuan ketiga peneliti
memperoleh persentasi nilai 100%. Pada pertemuan kedua dan ketiga
memperoleh peningkatan karena peneliti sudah belajar dari pertemuan
pertama sehingga berusaha meningkatkannya pada pertemuan kedua dan
ketiga. Jumlah rata-rata penilaian aspek menjelaskan materi pembelajaran
adalah 91,7% termasuk kategori sangat baik.
Aspek ketiga yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya, pada pertemuan pertama memperoleh persentasi nilai 75%.
Pertemuan kedua dan ketiga memperoleh persentasi nilai yang sama yaitu
100%. Pada pertemuan kedua dan ketiga memperoleh peningkatan karena
peneliti sudah belajar dari pertemuan pertama sehingga berusaha
meningkatkannya pada pertemuan kedua dan ketiga. Jumlah rata-rata
penilaian aspek memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya adalah
91,7% termasuk kategori sangat baik.
Aspek keempat yaitu memberikan latihan soal kepada siswa, pada
pertemuan pertama memperoleh persentasi nilai 75%. Pertemuan kedua dan
ketiga memperoleh nilai yang sama yaitu 100%. Pada pertemuan kedua dan
ketiga memperoleh peningkatan karena siswa terlihat lebih antusias untuk
menyelesaikan soal-soal latihan yang diberikan. Jumlah persentasi rata-rata
penilaian aspek memberikan latihan soal kepada siswa adalah 91,7%
termasuk kategori sangat baik.
Aspek kelima yaitu membimbing siswa dalam menyimpulkan materi
pembelajaran, pada pertemuan pertama memperoleh nilai 75%. Pertemuan
69
kedua dan ketiga memperoleh nilai yang sama dengan pertemuan pertama
yaitu 75%. Jumlah persentasi rata-rata penilaian aspek membimbing siswa
dalam menyimpulkan materi pembelajaran adalah 75% termasuk kategori
baik.
Pada pembelajaran dengan metode ceramah di kelas kontrol, guru
lebih mudah menjelaskan materi beserta soal-soal yang melatih keterampilan
berkomunikasi sains siswa pada pokok bahasan gerak lurus. Hal ini sesuai
dengan salah satu kelebihan metode ceramah yaitu guru mudah menerangkan
dengan baik.108
108
Roestiyah, Didaktik Metodik, h.69