32
Makalah Kelompok Pengendalian Vektor BIONOMIK VEKTOR MALARIA Oleh : KELOMPOK B Abdul Rahim Mangiri K11108280 Petrick Manupassa K11108501 Fitriani Sudirman K11108251 Andi Tilka Muftiah R K11108286 Tiara M. S.P K11108541 Ria Hastuty K11108869 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN 1

52157265 Makalah Bionomik Malaria B

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 52157265 Makalah Bionomik Malaria B

Makalah Kelompok Pengendalian Vektor

BIONOMIK VEKTOR MALARIA

Oleh :

KELOMPOK B

Abdul Rahim Mangiri K11108280

Petrick Manupassa K11108501

Fitriani Sudirman K11108251

Andi Tilka Muftiah R K11108286

Tiara M. S.P K11108541

Ria Hastuty K11108869

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2010

1

Page 2: 52157265 Makalah Bionomik Malaria B

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penyusun haturkan kepada Allah SWT, yang telah

menganugerahkan nikmat kekuatan, kesehatan dan kesempatan sehingga makalah

kami yang berjudul BIONOMIK VEKTOR MALARIA dapat terselesaikan.

Makalah ini membahas mengenai bionomik vector malaria meliputi

habitat, kontak vector dengan host, tempat istirahat, jarak terbang dan siklus

harian dari nyamuk Anopheles yang menyebabkan penyakit malaria.

Selaku penyusun makalah mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa

makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penyusun sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Semoga

makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 2 Oktober 2010

2

Page 3: 52157265 Makalah Bionomik Malaria B

DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………….. 1

Kata Pengantar…………………………………………. 2

Daftar Isi………………………………………………… 3

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang……………………………….. 4

I.2 Rumusan Masalah…………………………… 5

I.3 Tujuan Masalah……………………………… 5

BAB II PEMBAHASAN

II.1 Penyebab Masalah…………………………… 6

II.2 Mekanisme Masalah……………………….... 7

II.3 Solusi Mengatasi Masalah…………………… 18

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan………………………………… 19

III.2 Saran……………………………………….. 20

Daftar Pustaka…………………………………………. 21

3

Page 4: 52157265 Makalah Bionomik Malaria B

BAB IPENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan

masalah kesehatan masyarakat. Angka kesakitan penyakit ini masih cukup

tinggi, terutama di daerah Indonesia bagian timur. Di daerah trasmigrasi

dimana terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah yang

endemis dan tidak endemis malaria, di daerah endemis malaria masih

sering terjadi letusan kejadian luar biasa (KLB) malaria. Oleh karena

kejadian luar biasa ini menyebabkan insiden rate penyakit malaria masih

tinggi di daerah tersebut. (Tiara M.S. Putirulan)

Dari profil kesehatan Indonesia tahun 2000, angka kesakitan

malaria cenderung naik, di pulau Jawa dari 12 kasus per 100.000

penduduk pada tahun 1997, meningkat menjadi 3100 kasus per 100.000

penduduk pada tahun 2000. Diperkirakan bahwa sekitar 46% penduduk

Indonesia atau lebih dari 90 juta orang hidup didaerah endemik (dalam

Pembangunan Kesehatan Indonesia, 2004). (Petrick Manupassa).

Malaria masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia sampai saat

ini. Derajat endemisitas malaria di Indonesia berbeda antara satu daerah

dengan daerah lain (Pribadi dan Sungkar, 1994). Data hasil Survei

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan jumlah

penderita malaria klinis di seluruh Indonesia mencapai 15 juta orang dan

43 ribu diantaranya meninggal. Jumlah penderita malaria cenderung

mengalami kenaikan pertahunnya. (Fitriani Sudirman)

Penyakit malaria ditemukan hampir di seluruh daerah di Indonesia.

Salah satu daerah di Indonesia bagian barat yang belum terbebas dari

penyakit malaria adalah Propinsi Lampung. Berdasarkan Annual Malaria

Insidens per 1000 penduduk, situasi penyakit malaria baik di kota maupun

kabupaten di Propinsi Lampung cukup tinggi. Jumlah penderita malaria

klinis yang paling banyak ditemukan adalah di Tanggamus yaitu sebesar

4

Page 5: 52157265 Makalah Bionomik Malaria B

(14,95 ‰) kemudian Lampung Utara (12,51 ‰), Bandar Lampung dan

Way Kanan (11,58 ‰), Lampung Selatan (9,89 ‰), Lampung Barat (9,31

‰), Tulang Bawang (3,37 ‰), Lampung Timur (0,77 ‰), Lampung

Tengah (0,71 ‰) dan yang terendah adalah Kota Metro dengan kasus (0

‰) (Dinas Kesehatan Propinsi Lampung, 2007). Seminar. (Andi Tilka

Muftiah R).

Tahun 2006, wabah malaria dinyatakan sebagai Kejadian Luar

Biasa (KLB) di 7 provinsi, dengan jumlah penderita mencapai 1.107

orang, 23 diantaranya meninggal. Sedangkan tahun 2007 KLB terjadi di 8

provinsi, dengan jumlah penderita mencapai 1.256 orang dan

mengakibatkan 74 penderitanya meninggal dunia (Zubersafawi, 2009).

Kesakitan malaria sampai saat ini disebabkan karena adanya kontak

nyamuk dengan manusia sebagai vektor malaria. Kalau di suatu daerah

dijumpai kasus malaria dan ada nyamuk yang menjadi atau diduga sebagai

vektornya serta ada tempat perindukannya maka sudah dapat dipastikan

bahwa penularan terjadi di daerah tersebut (Barodji, 2000). (Fitriani

Sudirman)

I.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka sebagai

rumusan masalah adalah bagaimana bionomik nyamuk Anopheles sebagai

vektor malaria sehingga mempengaruhi tingkat kejadian penyakit malaria.

I.3 TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penulisan makalah

ini yakni untuk mengetahui bionomik nyamuk Anopheles sebagai vektor

penyakit malaria, yang mencakup habitat, kontak vektor dengan host, tempat

istirahat, jarak terbang dan siklus hariannya.

5

Page 6: 52157265 Makalah Bionomik Malaria B

BAB IIPEMBAHASAN

II.I PENYEBAB MASALAH

Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang penularannya melalui

gigitan nyamuk Anopheles betina. Berdasarkan survai unit kerja SPP (serangga

penular penyakit) telah ditemukan di Indonesia ada 46 spesies nyamuk anopheles

yang tersebar diseluruh Indonesia. Dari spesies-spesies nyamuk tersebut ternyata

ada 20 spesies yang dapat menularkan penyakit malaria. Dengan kata lain di

Indonesia ada 20 spesies nyamuk anopheles yang berperan sebagai vektor

penyakit malaria. (Petrick Manupassa). Menurut Depkes RI, 1991, Malaria

adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang

ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi. Penyakit ini dapat

menyerang semua orang baik bayi, anak-anak maupun orang dewasa . Agent

penyebab malaria ialah makhluk hidup Genus Plasmodia, Famili Plasmodiidae

dari Ordo Coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal empat spesies parasit

malaria pada manusia, yaitu :

1. Plasmodium falciparum: penyebab penyakit tropika yang sering

menyebabkan malaria berat/malaria otak yang fatal, gejala serangannya

timbul berselang setiap dua hari (48 jam) sekali.

2. Plasmodium vivax: penyebab penyakit malaria tertiana yang gejala

serangannya timbul berselang setiap tiga hari.

3. Plasmodium malariae: penyebab penyakit malaria quartana yang gejala

serangannya timbul berselang setiap empat hari.

6

Page 7: 52157265 Makalah Bionomik Malaria B

4. Plasmodium ovale: jenis ini jarang ditemui di Indonesia, banyak dijumpai

di Afrika dan Pasifik Barat. (Fitriani Sudirman)

II.2 MEKANISME MASALAH

Pengetahuan tentang bionomik vektor sangat diperlukan dalam

perencanaan pengendaliannya. Bionomik adalah bagian dari ilmu biologi yang

menerangkan pengaruh anatara organisme hidup dengan lingkungannya

Pengetahuan bionomik nyamuk meliputi stadium pradewasa (telur, jentik, pupa)

dan stadium dewasa. Hal ini menyangkut tempat dan waktu nyamuk meletakkan

telur, perilaku perkawinan, perilaku menggigit (bitting behaviour), jarak terbang

(fight range) dan perilaku istirahat (resting habit) dari nyamuk dewasa dan faktor-

faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, iklim, curah hujan, yang

mempengaruhi kehidupan nyamuk . (Fitriani Sudirman)

Bionomik nyamuk mencakup pengertian tentang perilaku,

perkembangbiakan, umur, populasi, penyebaran, fluktuasi musiman, serta faktor-

faktor lingkungan yang mempengaruhi berupa lingkungan fisik (musim.

kelembaban. angin. matahari, arus air). lingkungan kimiawi (kadar gram, PH) dan

lingkungan biologik seperti tumbuhan bakau, gangang vegetasi disekitar tempat

perindukan dan musim alami. Sebelum mempelajari aspek perilaku nyamuk atau

makhluk hidup lainnya harus disadari bahwa segala sesuatu yang berkaitan

dengan biologik selalu ada variasinya. Variasi tingkah laku akan terjadi didalam

spesies tunggal baik didaerah yang sama maupun berbeda. Perilaku binatang akan

mengalami perubahan jika ada rangsangan dari luar. Rangsangan dari luar

7

Page 8: 52157265 Makalah Bionomik Malaria B

misalnya perubahan cuaca atau perubahan lingkungan baik yang alami manpun

karena ulah manusia. (Tiara M.S.P)

Mengenai bionomik vektor malaria yang akan dibahas dalam makalah ini,

meliputi hal – hal berikut :

1. HABITAT

Nyamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai

dengan keadaan yang dibutuhkan oleh nyamuk untuk berkembang biak.

Kondisi lingkungan yang mendukung perkembangan nyamuk tidak sama

tiap jenis/spesies nyamuk. Nyamuk Anopheles aconitus cocok pada daerah

perbukitan dengan sawah non teknis berteras, saluran air yang banyak

ditumbuhi rumput yang menghambat aliran air. Nyamuk Anopheles

balabacensis cocok pada daerah perbukitan yang banyak terdapat hutan

dan perkebunan. Jenis nyamuk Anopheles maculatus dan Anopheles

balabacensis sangat cocok berkembang biak pada tempat genangan air

seperti bekas jejak kaki, bekas jejak roda kendaraan dan bekas lubang

galian. (Fitriani Sudirman)

Nyamuk Anopheles betina mempunyai kemampuan memilih

tempat perindukan atau tempat untuk berkembang biak yang sesuai

dengan kesenangan dan kebutuhannya. Oleh karena perilaku berkembang

biak ini sangat bervariasi, maka diperlukan suatu survai yang intensif

untuk inventarisasi tempat perindukan, yang sangat diperlukan dalam

program pemberantasan. (Petrick Manupassa)

8

Page 9: 52157265 Makalah Bionomik Malaria B

In the Southeast Asian countries of Vietnam, Cambodia, Laos and

Thailand the primary malaria vectors are An. dirus, An. minimus, An.

maculatus, and An. sawadwongporni with the relative importance of each

varying, depending on the ecology of the area where transmission is

occurring. Other species are occasionally incriminated: An. aconitus, An.

jeyporiensis, An. philippinensis, An.nivipes, An. barbirostris, and members

of the An. hyrcanus group. One feature common to all these species is that

they are zoophilic and are found more often feeding on cattle and buffalo

than on humans; the only exceptionbeing An. dirus, which has consistently

been shown to be an anthropophilic species and for this reason is the most

dangerous vector of all the species mentioned above. (Abdul Rahim

Mangiri)

Tabel 1. Genus nyamuk yang tertangkap di Kelurahan Sukamaju, Teluk Betung Barat, Bandar Lampung

Dari tabel 1 terlihat bahwa prosentase nyamuk Anopheles yang

tertangkap di dalam rumah sebesar 11,64%, sedangkan yang tertangkap di

luar rumah sebesar 7,79%. Prosentase Anopheles yang tertangkap lebih

sedikit dibandingkan dengan Culex, baik di dalam maupun di luar rumah,

sebesar 85,34% dan 91,56%. Hal ini mungkin disebabkan masih banyak

parit yang merupakan tempat yang potensial bagi Culex untuk berkembang

9

Page 10: 52157265 Makalah Bionomik Malaria B

biak. Menurut Depkes RI (2001), Culex dapat berkembang biak pada

sembarang genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah,

sedangkan Aedes hanya dapat berkembang biak pada air yang cukup

bersih dan tidak langsung berhubungan dengan tanah.

Tabel 2. Jenis nyamuk Anopheles yang tertangkap di Kelurahan Sukamaju, Teluk Betung Barat, Bandar Lampung.

Dari tabel 2 didapatkan 6 spesies Anopheles dengan presentase

paling banyak yaitu Anopheles sundaicus (58,87%), kemudian An.

longilostris (19,61%), An. subpictus (7,84%), An. maculatus dan An.

ramsayi (5,88%) dan yang paling sedikit An. leucosphyrus yaitu (3,92%).

Hasil identifikasi, Anopheles yang didapatkan di daerah Pantai Puri

Gading tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Ningsih (2005) hasil

yang sama juga diperlihatkan pada penelitian Naelittarwiyyah (1999) di

Dusun Selesung, Pulau Legundi, Lampung Selatan. Penelitian Fatma

(2002) di Desa Hanura, dimana An. sundaicus juga merupakan vektor

yang paling dominan, diikuti oleh An. annularis dan An.punctulatus

(gambar terlampir). Hal ini diduga karena Puri Gading merupakan daerah

yang dekat dengan pantai sehingga An. sundaicus keberadaannya lebih

10

Page 11: 52157265 Makalah Bionomik Malaria B

dominan dibandingkan dengan spesies lain. Dominannya An. sundaicus

juga tidak lain adalah karena masih banyak ditemukannya tambak dan

hutan bakau yang dapat menjadi tempat perindukan yang paling disukai

oleh An. sundaicus. (Andi Tilka Muftiah R)

2. KONTAK VEKTOR DENGAN HOST

Frekuensi menggigit, telah diketahui bahwa nyamuk betina

biasanya hanya kawin satu kali selama hidupnya. Untuk mempertahankan

dan memperbanyak keturunannya, nyamuk betina hanya memerlukan

darah untuk proses pertumbuhan telurnya. Tiap sekian hari sekali nyamuk

akan mencari darah. Interval tersebut tergantung pada species, dan

dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban, dan disebut siklus

gonotrofik. Untuk iklim Indonesia memerlukan waktu antara 48-96 jam.

(Ria Hastuty)

Penangkapan nyarnuk didalam dan diluar rumah maka dari hasil

penangkapan tersebut dapat diketahui ada dua golongan nyamuk, yaitu:

eksofagik yang lebih senang mencari darah diluar rumah dan endofagik

yang lebih senang mencari darah didalam rumah. (Tiara M.S.P)

Hasil pengamatan aktivitas menggigit nyamuk mulai pukul 18.00

s.d. 06.00 di dalam rumah mencapai puncaknya pada pukul 23.00

sedangkan di luar rumah pada pukul 24.00. Hasil selengkapnya disajikan

dalam grafik berikut.

11

Page 12: 52157265 Makalah Bionomik Malaria B

Grafik 1. Aktivitas menggigit nyamuk Anopheles di dalam dan di luar rumah

Grafik memperlihatkan aktivitas menggigit nyamuk Anopheles di

dalam rumah terjadi peningkatan pada pukul 23.00 WIB kemudian turun

dan meningkat lagi pada pukul 02.00 dan 03.00 dini hari, sedangkan

aktivitas menggigit di luar rumah terjadi peningkatan pada pukul 24.00

WIB dan kemudian turun dan meningkat lagi pada pukul 05.00 dini hari.

(Andi Tilka Muftiah R)

Nyamuk penular malaria mempunyai keaktifan menggigit pada

malam hari. Menurut Lestari (2007) nyamuk Anopheles paling aktif

mencari darah pukul 21.00-03.00. Menurut Darmadi (2002) kebiasaan

penduduk barada di luar rumah pada malam hari antara pukul 21.00 s/d

22.00 berhubungan erat dengan kejadian malaria, karena frekuensi

menghisap darah jam tersebut tinggi. (Fitriani Sudirman)

Perilaku menghisap darah vektor malaria (An. maculatus dan An.

balabacensis) di kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta

disajikan pada gambar berikut :

12

Page 13: 52157265 Makalah Bionomik Malaria B

Pada gambar tersebut tampak kedua spesies tersebut menghisap

darah sepanjang malam baik di dalam maupun di luar rumah dengan

puncak kepadatan terjadi dua kali, yaitu sekitar pukul 21.00 - 22.00 dan

pukul 03.00 - 04.00 untuk Anopheles maculatus, sedang untuk Anopheles

balabacensis puncak kepadatan sekitar puku119.00 -21.00 dan

puku124.00 - 02.00. Anopheles balabacensis paling dominan menghisap

darah di dalam rumah di semua wilayah, sedang Anapholes maculatus

dominan menghisap darah di luar rumah di desa Hargorejo. Distribusi

vektor malaria pada malam hari sebagian besar (89,44% - 97,90%)

ditemukan di kandang sapi dan sekitarnya. (Ria Hastuty)

From 2003 to 2007, 10,078 anophelines were collected off human

and animal baits. Using morphology and molecular analysis 21 species

were identified from this material (Table 3). Six species: An. sinensis, An.

aconitus, An. harrisoni, An. maculatus, An. sawadwongporni and An.

philippinensis were the most common and accounted for 80.5% of all the

specimens collected. While all species, except for some of the less

common ones (< 10 specimens collected), were collected from humans the

13

Page 14: 52157265 Makalah Bionomik Malaria B

majority (80.94%) of specimens were collected off non-human (cattle and

buffalo) baits. (Abdul Rahim Mangiri)

3. TEMPAT ISTIRAHAT

Istirahat bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya: istirahat yang

sebenarnya selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan

istirahat sementara yaitu pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah.

Meskipun pada umumnya nyamuk memilih tempat yang teduh, lembab

dan aman untuk beristirahat tetapi apabila diteliti lebih lanjut tiap species

ternyata mempunyai perilaku yang berbeda-beda. (Tiara M.S.P)

Nyamuk Anopheles aconitus biasanya suka hinggap didaerah-

daerah yang lembab. Seperti dipinggir-pinggir parit, tebing sungai, dekat

air yang selalu basah dan lembab. Sedang spesies Anopheles maculatus

pada siang hari ditemukan istirahat di luar rumah pada tempat-tempat yang

teduh antara lain di kandang sapi dan kerbau, di semak-semak, di lubang-

lubang di tanah pada tebing dan lubang-lubang tempat pembuangan

sampah. Selama penangkapan pada siang hari tidak pernah menemukan

Anopheles maculatus istirahat di dalam rumah (Boesri dkk, 2003). Di

daerah Ketosari, bahwa pada siang hari Anopheles maculatus dan

Anopheles balabacensis ditemukan istirahat di semak-semak dan di

kandang kambing yang terbuat dari bambu (Fitriani Sudirman)

Perilaku istirahat nyamuk Anopheles Sundaicus sangat berbeda

antara lokasi yang satu dengan lokasi yang lainnya. Di pantai Selatan

Pulau Jawa dan pantai Timur Sumatera Utara, pada pagi hari, sedangkan

14

Page 15: 52157265 Makalah Bionomik Malaria B

di daerah Cilacap dan lapangan dijumpai pada pagi hingga siang hari, jenis

vektor An. Sundaicus istirahat dengan hinggap didinding rumah penduduk.

Sementara nyamuk Anopheles balabacensis Pada siang hari hanya sedikit

yang dapat ditangkap, didalam rumah penduduk, karena tempat istirahat

nyamuk ini adalah di alam terbuka. paling sering hinggap pada pohon-

pohon seperti pahon kopi, nenas dan tanaman perdu disekitar rumah.

(Tiara M.S.P)

4. JARAK TERBANG

Pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke tempat mencari

mangsa dan selanjutnya ke tempat untuk beristirahat ditentukan oleh

kemampuan terbang nyamuk. Pada waktu terbang nyamuk memerlukan

oksigen lebih banyak, dengan demikian penguapan air dari tubuh nyamuk

menjadi lebih besar. Untuk mempertahankan cadangan air di dalam tubuh

dari penguapan maka jarak terbang nyamuk menjadi terbatas. Aktifitas dan

jarak terbang nyamuk dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu: faktor eksternal dan

faktor internal. Eksternal meliputi kondisi luar tubuh nyamuk seperti

kecepatan angin, temperatur, kelembaban dan cahaya. Adapun faktor

internal meliputi suhu tubuh nyamuk, keadaan energi dan perkembangan

otot nyamuk.

Jarak terbangnya nyamuk Anopheles aconitus dapat mencapai 1,5

km, tetapi mereka jarang terdapat jauh dari sarangnya. Sementara jarak

terbang Anopheles maculatus kurang lebih 1 km tetapi mereka jarang

terdapat jauh dari sarangnya dan lebih suka mengigit binatang dari pada

15

Page 16: 52157265 Makalah Bionomik Malaria B

manusia (Iskandar dkk, 1985) (Fitriani Sudirman). Sedangkan jarak

terbang An. Sundaicus betina cukup jauh. Pada musim densitas tinggi,

masih dijumpai nyamuk betina dalam jumlah cukup banyak disuatu tempat

yang berjarak kurang lebih 3 kilometer (Km) dari tempat perindukan

nyamuk tersebut .(Tiara M.S.P)

5. SIKLUS HIDUP

Semua serangga termasuk nyamuk, dalam siklus hidupnya

mempunyai tingkatan-tingkatan yang kadang-kadang antara tingkatan

yang satu dengan tingkatan yang berikutnya terlihat sangat berbeda.

Berdasarkan tempat hidupnya dikenal dua tingkatan kehidupan yaitu :

1) Tingkatan di dalam air.

Untuk kelangsungan kehidupan nyamuk diperlukan air, siklus hidup

nyamuk akan terputus. Tingkatan kehidupan yang berada di dalam air

ialah: telur. jentik, kepompong. Setelah satu atau dua hari telur berada

didalam air, maka telur akan menetas dan keluar jentik. Jentik yang

baru keluar dari telur masih sangat halus seperti jarum. Dalam

pertumbuhannya jentik anopheles mengalami pelepasan kulit sebanyak

empat kali. Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan jentik antara 8-

10 hari tergantung pada suhu, keadaan makanan serta species nyamuk.

Dari jentik akan tumbuh menjadi kepompong (pupa) yang merupakan

tingkatan atau stadium istirahat dan tidak makan. Pada tingkatan

kepompong ini memakan waktu satu sampai dua hari. Setelah cukup

16

Page 17: 52157265 Makalah Bionomik Malaria B

waktunya, dari kepompong akan keluar nyamuk dewasa yang telah

dapat dibedakan jenis kelaminnya.

2) Tingkatan di luar tempat berair (darat/udara).

Setelah nyamuk bersentuhan dengan udara, tidak lama kemudian

nyamuk tersebut telah mampu terbang, yang berarti meninggalkan

lingkungan berair untuk meneruskan hidupnya didarat atau udara.

Dalam meneruskan keturunannya. Nyamuk betina kebanyakan banya

kawin satu kali selama hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi setelah

24 -48 jam dari saat keluarnya dari kepompong. (Petrick Manupassa)

Parasit malaria memerlukan dua macam siklus kehidupan untuk

kelangsungan hidupnya, yaitu siklus hidup dalam tubuh manusia terjadi

pertumbuhan bentuk aseksual dan siklus hidup dalam tubuh nyamuk

Anopheles terjadi fase reproduksi seksual (Prabowo, 2004)

17

Page 18: 52157265 Makalah Bionomik Malaria B

II.3 SOLUSI MENGATASI MASALAH

Pengendalian vektor secara umum terbagi dua tingkatan / stadium, yakni:

1. Tingkat Aquatik ;

Pengelolaan Lingkungan

Larvacid

Pengendalian Biologis

3M

2. Stadium Dewasa ;

Residu insektisida

Aerosol : drift sprays, indoor space sprays

Perlindungan diri :

Screens

Bed net

Repellent

18

Page 19: 52157265 Makalah Bionomik Malaria B

BAB IIIPENUTUP

III.1 KESIMPULAN

Bionomik adalah bagian dari ilmu biologi yang menerangkan pengaruh

antara organisme hidup dengan lingkungannya Pengetahuan bionomik

nyamuk meliputi ;

1. Habitat

Nyamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai

dengan keadaan yang dibutuhkan oleh nyamuk untuk berkembang

biak. Kondisi lingkungan yang mendukung perkembangan nyamuk

tidak sama tiap jenis/spesies nyamuk

2. Kontak vektor dengan host

Nyamuk Anopheles betina biasanya hanya kawin satu kali selama

hidupnya. Untuk mempertahankan dan memperbanyak

keturunannya, nyamuk betina hanya memerlukan darah untuk proses

pertumbuhan telurnya. Tiap sekian hari sekali nyamuk akan mencari

darah.

3. Tempat istirahat

Istirahat bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya: istirahat yang

sebenarnya selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan

istirahat sementara yaitu pada waktu nyamuk sedang aktif mencari

darah.

19

Page 20: 52157265 Makalah Bionomik Malaria B

4. Jarak Terbang

Pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke tempat mencari

mangsa dan selanjutnya ke tempat untuk beristirahat ditentukan oleh

kemampuan terbang nyamuk.

5. Siklus Hidup

Pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke tempat mencari

mangsa dan selanjutnya ke tempat untuk beristirahat ditentukan oleh

kemampuan terbang nyamuk.

III.2 SARAN

Dari hasil pembahasan maka saran yang dapat disampaikan yakni perlunya

pengetahuan mengenai bionomik nyamuk Anopheles sebagai penyebab penyakit

malaria untuk perencanaan pengendaliannya baik untuk masyarakat secara umum

maupun untuk instansi kesehatan secara khusus.

20

Page 21: 52157265 Makalah Bionomik Malaria B

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahim Mangiri. K11108280. Vectors And Malaria Transmission In

Deforested, Rural Communities In North-Central Vietnam.

Petrick Manupassa. K11108501. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan

Insiden Penyakit Malaria di Kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Teluk

Dalam Kabupaten Nias Selatan Tahun 2005.

Fitriani Sudirman. K11108251. Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dan

Lingkungan Sekitar Rumah Dengan Kejadian Malaria Di Desa Ketosari

Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.

Andi Tilka Muftiah R. K1108286. Identifikasi Dan Aktivitas Menggigit Nyamuk

Vektor Malaria Di Daerah Pantai Puri Gading Kelurahan Sukamaju

Kecamatan Teluk Betung Barat Bandar Lampung.

Tiara A. M. S. Putirululan. K11108541. Gambaran Penyaklt Dan Vektor

Malaria Di Indonesia.

Ria Hastuty. K11108869. Bionomik Vektor Dan Situasi Malaria Di Kecamatan

Kokap, Kabup Aten Kulonprogo, Yogy Akarta

21