21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimulai pada 1970-an, penelitian malaria beralih ke molekul artemisinin sebagai obat antimalaria baru. Molekul yang diperoleh dari tanaman Artemisia annua ternyata telah berabad-abad dipakai dalam pengobatan tradisional Cina untuk demam dan malaria dengan nama qinghaosu (arteannuin). Tanaman A annua (dalam bahasa Cina dinamakan qinghao) yang disebut dalam buku Resep untuk 52 Jenis Penyakit ditemukan pada zaman dinasti Han Mawangdui tahun 168 sebelum Masehi. Tanaman ini juga direkomendasikan untuk obat wasir. Tanaman qinghao disebut lebih lanjut dalam buku Zhou Hou Bei Ji Fang (pedoman pengobatan pada keadaan darurat) yang ditulis tahun 340. Ge Hong (penulis buku tersebut) menyarankan untuk mereduksi demam seseorang perlu merendam segenggam qinghao dalam satu sheng (sekitar satu liter) air, memisahkan cairan, dan meminumnya semua. Li Shizhen (ahli herbal terkenal) tahun 1596 dalam bukunya Ben Cao Gang Mu (ringkasan bahan obat) secara gamblang mengungkap preparat qinghao melawan panas-dingin akibat malaria. Dalam Wenbing Tiaobian (1798) disebutkan bahwa ramuan jamu dari A annua dan Carapax trionycis dipakai sebagai ramuan untuk menanggulangi malaria. Kriteria utama riset qinghaosu untuk aktivitas terapi malaria di Cina tahun 1979 adalah mengembalikan suhu tubuh

MAKALAH Parasit Malaria

Embed Size (px)

DESCRIPTION

membahas mengenai malari

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dimulai pada 1970-an, penelitian malaria beralih ke molekul artemisinin sebagai obat antimalaria baru. Molekul yang diperoleh dari tanaman Artemisia annua ternyata telah berabad-abad dipakai dalam pengobatan tradisional Cina untuk demam dan malaria dengan nama qinghaosu (arteannuin).

Tanaman A annua (dalam bahasa Cina dinamakan qinghao) yang disebut dalam buku Resep untuk 52 Jenis Penyakit ditemukan pada zaman dinasti Han Mawangdui tahun 168 sebelum Masehi. Tanaman ini juga direkomendasikan untuk obat wasir.

Tanaman qinghao disebut lebih lanjut dalam buku Zhou Hou Bei Ji Fang (pedoman pengobatan pada keadaan darurat) yang ditulis tahun 340. Ge Hong (penulis buku tersebut) menyarankan untuk mereduksi demam seseorang perlu merendam segenggam qinghao dalam satu sheng (sekitar satu liter) air, memisahkan cairan, dan meminumnya semua.

Li Shizhen (ahli herbal terkenal) tahun 1596 dalam bukunya Ben Cao Gang Mu (ringkasan bahan obat) secara gamblang mengungkap preparat qinghao melawan panas-dingin akibat malaria. Dalam Wenbing Tiaobian (1798) disebutkan bahwa ramuan jamu dari A annua dan Carapax trionycis dipakai sebagai ramuan untuk menanggulangi malaria.

Kriteria utama riset qinghaosu untuk aktivitas terapi malaria di Cina tahun 1979 adalah mengembalikan suhu tubuh pasien dalam waktu 72 jam dan menghapus bentuk- bentuk parasit aseksual dari film darah dalam waktu 120 jam sejak awal pengobatan.

Hasilnya sungguh menakjubkan. Dari 143 kasus malaria falciparum tahan klorokuinin, 141 di antaranya berhasil disembuhkan dengan artemisinin.Hasil skrining terhadap berbagai obat antimalaria di pasaran dan juga terhadap bakal obat antimalaria-dilakukan di Departemen Parasitologi, Universitas Heidelberg, Jerman-menunjukkan, kesemua bahan yang diuji ternyata tidak ada yang mengungguli kemampuan artemisinin (qinghaosu) dalam memutus rantai siklus hidup parasit dalam sel darah merah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Parasit Malaria?

2. Bagaimana daur hidup dari Parasit Malaria?

3. Bagaimana Parasit Malaria dalam hospes vetebrata?

4. Bagaimana Parasit Malaria dalam hospes invetebrata?

5. Bagaimana patologi / gejala klinis dan diagnosis dari penyakit malaria?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari Parasit malaria.

2. Untuk mengetahui daur hidup Parasit malaria.

3. Untuk mengetahui parasit malaria dalam hospes vetebrata.

4. Untuk mengetahui parasit malaria dalam hospes invetebrata.

5. Untuk mengetahui patologi / gejala klinis dan diagnosis dari penyakit malaria?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

1. Sejarah

Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman yunani. Klinik penyakit malaria adalah khas, mudah dikenal, karena demam yang naik turun dan teratur disertai mrnggigil, maka pada waktu itu sudah dikenal febris tersiana dan febris kuartana. Disamping itu terdapat kelainan pada limpa,yaitu splenomegali ; limpa menjadi membesar dan menjadi keras, sehingga dahulu penyakit malaria disebut demam kura.

Meskipun penyakit ini telah diketahui sejak lama, penyebabnya belum diketahui. Dahulu diduga penyakit ini disebabkan oleh hukuman dari dewa-dewa karena waktu itu ada wabah disekitar kota Roma. Ternyata penyakit ini hanya terdapat didaerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk disekitarnya, maka penyakitnya disebut malaria (mal area = udara buruk = bad air).

Baru pada abad ke-19, Laveran melihat bentuk pisang dalam darah seorang penderita malaria. Kemudian diketahui bahwa malaria ditularkan oleh nyamuk (Ross,1897) yang banyak terdapat di rawa-rawa.

Parasit malaria (P falciparum dan P vivax) adalah sel-sel protozoa kecil yang masuk ke dalam inang manusia melalui gigitan nyamuk.

Berkembang parasit malaria di kelenjar getah bening menjadi sinyal bagi tubuh bahwa sedang terjadi penyerangan terhadap sistem kekebalan. Tubuh kemudian segera mengaktifkan respons perlindungan kekebalan. Kemungkinaan lain, tubuh menumpulkan respons sistem kekebalan sehingga terjadi infeksi.

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali. Dapat berlangsung akut maupun kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat.

Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan. Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan.

2. Hospes

Parasit malaria termasuk genus Plasmodium. Pada manusia terdapat 4 spesies : Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodiun malariae, dan Plasmodium ovale

2.2 Daur Hidup Parasit Malaria

Parasit malaria pada manusia yang menyebabkan Malaria adalah Plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium ovale dan plasmodium malariae.Parasit malaria yang terbanyak di Indonesia adalah Plasmodium falciparum dan plasmodium vivax atau campuran keduanya, sedangkan palsmodium ovale dan malariae pernah ditemukan di Sulawesi, Irian Jaya dan negara Timor Leste. Proses penyebarannya adalah dimulai nyamuk malaria yang mengandung parasit malaria, menggigit manusia sampai pecahnya sizon darah atau timbulnya gejala demam.

Proses penyebaran ini akan berbeda dari setiap jenis parasit malaria yaitu antara 9 /40 hari ( WHO 1997 ). Siklus parasit malaria adalah setelah nyamuk Anopheles yang mengandung parasit malaria menggigit manusia, maka keluar sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk kedalam darah dan jaringan hati. Parasit malaria pada siklus hidupnya, membentuk stadium sizon jaringan dalam sel hati ( ekso-eritrositer ). Setelah sel hati pecah akan keluar merozoit / kriptozoit yang masuk ke eritrosit membentuk stadium sizon dalam eritrosit ( stadium eritrositer ), mulai bentuk tropozoit muda sampai sison tua / matang sehingga eritrosit pecah dan keluar merosoit. Merosoit sebagian besar masuk kembali ke eritrosit dan sebagian kecil membentuk gametosit jantan dan betina yang siap untuk diisap oleh nyamuk malaria betina dan melanjutkan siklus hidup di tubuh nyamuk (stadium sporogoni). Pada lambung nyamuk terjadi perkawinan antara sel gamet jantan (mikro gamet) dan sel gamet betina (makro gamet) yang disebut zigot. Zigot akan berubah menjadi ookinet, kemudian masuk ke dinding lambung nyamuk berubah menjadi ookista. Setelah ookista matang kemudian pecah, maka keluar sporozoit dan masuk ke kelenjar liur nyamuk yang siap untuk ditularkan ke dalam tubuh manusia.

Khusus P. Vivax dan P. Ovale pada siklus parasitnya di jaringan hati (sizon jaringan), sebagian parasit yang berada dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit tetapi tertanam di jaringan hati disebut Hipnosoit (lihat bagan siklus), bentuk hipnosoit inilah yang menyebabkan malaria relapse. Pada penderita yang mengandung hipnosoit, apabila suatu saat dalam keadaan daya tahan tubuh menurun misalnya akibat terlalu lelah/sibuk/stres atau perobahan iklim (musim hujan), maka hipnosoit akan terangsang untuk melanjutkan siklus parasit dari dalam sel hati ke eritrosit. Setelah eritrosit yang berparasit pecah akan timbul gejala penyakitnya kembali. Misalnya 1 atau 2 tahun yang sebelumnya pernah menderita P. Vivax/Ovale dan sembuh setelah diobati, suatu saat dia pindah ke daerah bebas malaria dan tidak ada nyamuk malaria, dia mengalami kelelahan/stres, maka gejala malaria muncul kembali dan bila diperiksa SD-nya akan positif P. Vivax/Ovale.

Pada P. Falciparum dapat menyerang ke organ tubuh dan menimbulkan kerusakan seperti pada otak, ginjal, paru, hati dan jantung, yang mengakibatkan terjadinya malaria berat/komplikasi, sedangkan P. Vivax, P. Ovale dan P. Malariae tidak merusak organ tersebut. P. falciparum dalam jaringan yang mengandung parasit tua di dalam otak, peristiwa ini yang disebut sekuestrasi.

2.3 Parasit Malaria Dalam Hospes Vetebrata

Parasit malaria dalam hospes vetebrata terbagi dalam 3 fase, yaitu :

1) Fase jaringan

Bila nyamuk Anopheles betina yang mengandung parasit malaria dalam kelenjar air liurnya, menusuk hospes,sporozoit yang berada dalam air liurnya akan masuk melalui probosis yang ditusukkan ke dalam kulit. Sporozoit segera masuk dalam peredaran darah dan setelah sampai 1 jam, akan masuk ke dalam sel hati. Akan banyak yang dihancurkan oleh fagosit, akan tetapi sebagian tetap masuk ke dalam sel hati dan berkembang biak. Proses ini disebut skizogoni praeritrosit.

Inti parasit membelah diri berulang-ulang dan skizon jaringan (skizon hati) berbentuk bulat atau lonjong, menjadi besar sampai berukuran 45 mikron. Pembelahan inti disertai pembelahan sitoplasma yang mengelilingi setiap inti sehingga terbentuk beribu-ribu merozoit beinti satu dengan ukuran 0,1 mikron hingga 0,8 mikron. Inti sel hati terdorong ke tepi tetapi tidak reaksi di sekitar jaringan hati.

Fase ini berlangsung beberapa waktu hingga, tergantung dari jenis spesies parasit malria yang menyerang, (lihat tabel) :

Spesis

Fase praeritrosit

Besar skizon

Jumlah merozit

P. Vivax

6 8 hari

45 mikron

10.000

P. Falciparum

5 - 7 hari

60 mikron

40.000

P. Malarie

12 16 hari

45 mikron

2000

P. Ovale

9 hari

70 mikron

15.000

Pada akhir fase praeritrosit, skizon pecah, merozoit keluar dan masuk ke dalam peredaran darah. Sebagian besar menerang eritrosit yang berada di sinusoid hati tetapi beberapa di fagositosis. Pada P. vivax dan P.ovale, sebagian sporozoit yang menjadi hipnozoit, setelah beberapa waktu ( beberapa bulan hingga 5 tahun) menjadi aktif kembali dan mulai dengan skizogoni eksoeritrosit sekunder. Proses ini dianggap sebagi timbulnya relaps jangka panjang (long term relaps) atau rekurens ( recurrence).

P. falciparum dan p.malariae tidak memiliki fase eksoeritrosit sekunder,relapsnya disebabkan oleh proliferasi stadium eritrositik dan dikenal dengan istilah rekrudesensi (short term relapse). Rekrudesensi yang panjang kadang dijumpai pada P. malariae yang disebabkan oleh stadium eritrositik yang menetap dalam sirkulasi mikrokapiler jaringan. Kenyataan berikut ini menunjang bahwa rekurens (long term relapse), tidak ada pada P. malariae :

a)Infeksi P.malariae dapat disembuhkan dengan obat skizontosida darah saja.

b) Tidak pernah ditemukan skizon eksoeritrositik dalam hati manusia atau simpanse setalah suatu siklus praeritrositik.

c)Parasit dapat menetap dalam jangka waktu yang panjang dalam darah dapat dibuktikan pada beberapa kasus malaria transfusi.

2) Fase aseksual dalam darah

Waktu diantara permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit malaria dalam darah tepi disebut masa pre-paten. Masa ini dapat dibedakan dengan masa tunas/inkubasi yang berhubungan dengan timbulnya gejala klinis penyakit malaria. Merozoit yang dilepaskan jaringan mulai menyerang se darah. Invasi merozoit tergantung pada interaksi reseptor pada membran eritrosit, glikoforin dan merozoit sendiri. Sisi anterior merozoit akan melekat pada membran eritrosit yang kemudian membran eritrosit akan menebal dan bergabung dengan membran plasma eritrosit, lalu melakukan invaginasi, membentuk vakuol dengan parasit berada di dalamnya.

Pada saat merozoit masuk, selaput permukaan dijepit sehingga lepas. Seluruh proses ini memakan waktu sekitar 30 detik. Stadium termuda dalam darah berbentuk bulat kecil dan beberapa diantaranya mengandung vakuol sehingga sitoplasma terdorong ke tepi dan inti berada di kutubnya. Oleh karena sitoplasma mempunyai bentuk lingkaran , maka parasit muda dikatakan berbentuk cincin. Selama pertumbuhan, bentuknya berubah menjadi tidak teratur. Stadium muda ini disebut trofozoit. Parasit mencernakan hemoglobin dalam eritrosit dan sisa metabolismenya berupa pigmen malaria (hemozoin dan hematin). Pigmen yang mengandung zat bersi ini dapat dilihat dalam parasit sebagai butir-butir berwarna kuning tengguli hingga tengguli hitam yang makin jelas pada stadium lanjut. Setelah masa pertumbuhan, parasit berkembang biak secara aseksual melalui proses pembelahan yang disebut skizogoni. Inti parasit membelah menjadi beberapa inti yang lebih kecil kemudian melanjutkan dengan pembelahan sitoplasma untuk membentuk skizon.Skizon matang mengandung bentuk-bentuk bulat kecil, terdiri dari inti dan sitoplasma yang disebut merozoit.

Setelah skizogoni selesai, eritrosit pecah dan merozoit dilepaskan dalam aliran darah (sporulasi). Kemudian merozoit akan memasuki eritrosit baru dan generasi lain dibentuk dengan cara yang sama. Pada daur eritrosit, skizogoni berlangsung berlulang-ulang selama infeksi dan menimbulkan prasitemia yang meningkat dengan cepat sampau proses dihambat oleh proses imun hospes.

Perkembangan parasit dalam eritrosit menyebabkan perubahan pada eritrosit, yaitu menjadi lebih besar,pucat dan bertitik-titik pada P. vivax. perubahan ini khas untuk spesies parasit. Periodisitas skizogoni fase eritrosit berbeda-beda tergantung dari jenis spesiesnya. Daur skizogoni fase eritrosit berlangsung 48 jam (2 hari) pada P. vivax dan P. ovale, kurang dari 48 jam pada P. falciparum dan 72 jam pada P. malariae. Pada stadium permulaan infeksi dapat ditemukan beberapa kelompok (broods) parasit yang tumbuh pada saat yang berbeda-beda sehingga gejala demam tidakmenunjukkan periodisitas yang jelas. Kemudian periodisitasnya menjadi lebih sinkron dan gejala demam memberi gambaran tersian atau kuartan.

3) Fase seksual dalam darah

Setelah sampai 2-3 generasi (3-15 hari) merosoit dibentuk, sebagaian merozoit tumbuh menjadi bentuk seksual . Proses ini disebut gametogoni (gametositogenesis). Bentuk seksual tumbuh tetapi intinya tidak membelah. Gametosit mempunyai bentuk yang berbeda pada berbagai spesies, pada P. falciparum bentuknya seperti sabit/pisang bila sudah matang, pada spesies lainnya bentuknya bulat.

Pada semua spesies plasmodium dengan pulasan khusus, gametosit betina (makrogametosit) mempunyai sitoplasma berwarna biru dengan inti kecil padat dan pada gametosit jantan (mikrogametosit) sitoplasma berwarna biru pucat atau merah muda dengan inti besar dan difus. Kedua macam gametosit mengandung banyak butir-butir pigmen.

2.4 Parasit Malaria Dalam Hospes Invetebrata

1) Eksflagelasi

Bila nyamuk Anopheles betina mengisap darah hospes manusia yang mengandung parasit malaria, parasit aseksual dicernakan bersama dengan eritrosit, tetapi gametosit dapat tumbuh terus. Inti pada mikrogametosit membelah menjadi 4 8 yang masing-masing menjadi bentuk panjang seperti benang (flagel) dengan ukuran 20 25 mikron, menonjol keluar dari sel induk, bergerak-gerak sebentar dan kemudian melepaskan diri. Proses ini (eksflagelasi) hanya berlangsung beberapa menit pada suhu yang sesuai dan dapat dilihat dengan mikroskop pada sediaan darah basah yang masih segar tanpa diwarnai. Flagel atau gamet jantan disebut mikrogamet; makrogametosit mengalami proses pematangan (maturasi) dan menjadi gamet betina atau makrogamet. Dalam lambung nyamuk mikrogamet tertarik oleh makrogamet yang yang membentuk tonjolan kecil tepat masuk mikrogamet sehingga pembuahan dapat berlangsung. Hasil pembuahan disebut zigot.

2) Sporogoni

Pada permulaan, zigot merupakan bentuk bulat yang tidak bergerak, tetapi dalam waktu 18 24 jam menjadi bentuk panjang dan dapat bergerak stadium seperti cacing ini beerukuran panjanng 8 24 mikron dan disebut ookinet. Ookinet kemudian menembus dinding lambung dan menjadi bentuk bulat, disebut ookista. Jumlah ookista pada lambung Anopheles berkisar antara beberapa buah sampai beberapa ratus buah. Ookista makin lama makin besar sehingga merupakan bulatan-bulatan semitransparan, berukuran 40 80 mikron dan mengandung butir-butir pigmen. Letak dan besar butir pigmen dan warnanya dalah khas untuk tiap spesies Plasmodium. Bila ookista makin membesar sehingga berdiameter 500 mikron dan intinya membelah-belah, pigmen tidak tampak lagi.

Inti yang sudah membelah-belah dikelilingi oleh protoplasma yang merupakan bentuk-bentuk memenjang pada bagian tepi sehingga tampak sejumlah besar bentuk-bentuk yang kedua ujungnya runcing dan inti ditengahnya (sporozoit) dan panjangnya 10 15mikron. Kemudian ookista pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dab bergerak dalam rongga badan nyamuk untuk mencapai kelenjar liur. Nyamuk betina sekarang menjadi infektif. Bila nyamuk ini mengisap darah setelah menusuk kulit manusia, sporozit dimasukan kedalam luka tusuk dan mencapai aliran darah hospes perantara. Sporogoni yang dimulai dari pematangan gametosit sampai menjadi sporozoit infektif, berlangsung selama 8 - 35 hari, bergantung pada suhu luar dab spesies parasit.

2.5 Patologi / gejala Klinis Dan Diagnosis Dari Penyakit Malaria

a) Patologi dan gejala klinis

Perjalanan penyakit malaria terdiri dari serangan demam yang disertai oleh gejala lain diselingi oleh periode bebas penyakit.

Demam

Pada infeksi malaria, demam secara periodic behubungan dengan waktu pecahnya sejumlah skizon matang dan keluarnya merozoit yang masuk dalam aliran darah (sporulasi). Timbulnya demam juga kepada jumlah parasit. Berat infeksi pada seseorang ditentukan dengan hitung parasit pada sediaan darah.

Serangan demam malaria biasanya biasanya dimulai dengan gejala prodromal, yaitu lesu, tidak nafsu makan, kadang disertai dengan mual dan muntah. Serangan demam yang khas terdiri dari beberapa stadium :

1. Stadium menggigil dimulai dengan perasaan dingi sekali, sehingga menggigil. Nadinya cepat, tetap lemah, bibir dan jari-jari tangannya menjadi biru, kulitnya kering dan pucat. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.

2. Stadium puncak demam dimulai pada saat perasaan dingin sekali. Muka menjadi merah, kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, sakit kepala makin hebat, biasanya mual dan muntahnadi penuh dan berdenyut keras. Stadium ini berlangsung selama 2 6 jam.

3. Stadium berkeringat dimulai dengan penderita berkeringat banyak sehingga tempat tidurnya basah. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak dan waktu bangun, merasa lemah tetapi sehat. Stadium ini berlangsung 2 4 jam.

Splenomegali

Pembesaran limfa merupakan gejala khas terutama pada malaria menahun. Perubahab pada limpa biasanya disebabkan oleh kongesti, tetapi kemudian limpa berubah berwarna hitam karena pigmen yang ditimbun dalam eritrosit yang mengandung parasit dalam kapiler dan sinusoid. Eritrosit yang tampaknya normal dan yang mengandung parasit dan butir-butir hemozoin tampak dalam histiosit di pulpa dan sel epitel sinusoid

Anemia

Pada malria terjadi anemia. Derajat anemia tergantung pada spesies parasit yang menyebabkannya. Anemia terutama tampak jelas pada falsiparum dengan penghancuran eritrosit yang cepat dan hebat dan pada malaria menahun. Jenis anemia pada malaria adalah hemolitik, normokrom, dan normositik.

b) Diagnosis

Diagnosis pada infeksi malaria dilakukan dengan menemukan parasit dalam darah yang diperiksa dengan mikroskop. Peranan diagnosis laboratorium terutama untuk menunjang penanganan klinis.

1. Diagnosis dengan mikroskop cahaya

Sediaan darah dengan pulasan Giemsa merupakan dasar untuk pemeriksaan dengan mikroskop. Pemeriksaan sediaan darah tebal dilakukan dengan memeriksa 100 lapangan mikroskopis dengan pembesaran 500-600 yang setara dengan 0,20 l darah. Jumlah parasit dapat dihitung per lapangan mikroskopis.

2. Teknik mikroskopis lain

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan sensitivitas teknik mikroskopis yang kompensional :

Teknik QBC

Teknik Kawamoto

3. Metode lain tanpa menggunakan mikroskop

Beberapa metode untuk mendeteksi parasit malaria tanpa menggunakan mikroskop telah dikembangkan dengan maksud untuk mendeteksi parasit lebih baik daripada dengan mikroskop cahaya. Metode ini protein atau asam nukleat yang berasal dari parasit.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

Parasit malaria (P falciparum dan P vivax) adalah sel-sel protozoa kecil yang masuk ke dalam inang manusia melalui gigitan nyamuk.

Pada manusia terdapat 4 spesies : Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodiun malariae, dan Plasmodium ovale

3.2 Saran

Saran saya bagi pembaca makalah ini khusus mahasiswa agar dapat memperdalam materi ini, agar kita dapat melihat berbagai parasit yang dapat menyebabkan penyakit khusunya Penyakit malaria

DAFTAR PUSTAKA

Brown, H. W. 1969. Dasar Parasitologi Klinis. Gramedia, Jakarta.Entjang, I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan dan Sekolah Menengah Tenaga Kesehatan yang Sederajat. Citra Aditya Bakti,Bandung.Gandahusada,S.W .Pribadi dan D.I. Heryy.2000. Parasitologi Kedokteran.Fakultas kedokteran UI, Jakarta.Kadarsan,S. Binatang Parasit. Lembaga Biologi Nasional-LIPI, Bogor.Kurt. 1999. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 2. Penerbit BukuKedokteran EGC, jakartaNeva, F.A. and H.W.Brown. 1994. Basic Clinical Parasitology. Appleton andLange, New York.Noble, R.N. 1961. An Illustrated Laboratory Manual of parasitology. Burgess publishing, Minnesota.Tierney, L. M., S. J. McPhee, M. A. Papadakis. 2002. Current Medical Diagnosis

and Treatment. Mc Graw Hill Company, New York.

MAKALAH

PARASITOLOGI

Oleh :

Nama : Figri

Nim : 09032

AKADEMI KEPERAWATAN JUSTITIA

PALU

T.A 2012/2013