Upload
normaasrika
View
118
Download
37
Embed Size (px)
Citation preview
Sampah Rumah Sakit
KLKK 2009
Surahma Asti Mulasari
Sampah Rumah Sakit atau Puskesmas
Semua sampah Rumah Sakit atau Puskesmas yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan Rumah Sakit/Puskesmas yang dapat digolongkan menjadi dua yaitu
sampah medis dan sampah non medis (Direktorat Jenderal PPM & PL, 2004)
Katagori Sampah RS
• Umum (80%)
• Barbahaya (15 %) infeksius, patologis, jaringan
• Sangat Berbahaya benda tajam, infeksi tinggi, kultur mikrobia, jaringan tubuh infeksius, bahan kimia kadaluwarsa, genotoksis, radioaktif
Pembagian Sampah RS/Puskesmas
1. Sampah Medissampah/limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimia, limbah radioaktif, limbah penekan kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
2. Sampah Non Medissampah yang dihasilkan dari kegiatan di Rumah Sakit/Puskesmas di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
Kategori sampah kesehatan
–Sampah infeksuis adalah sampah yang mengandung zat pathogen, misal kultur laboratorium, sampah dari pasien yang diisolasi, jaringan tubuh, alat-alat yang telah digunakan untuk menangani pasien yang terinfeksi.
–Sampah patologis, misalnya bagian tubuh, darah atau cairan tubuh yang lain, fetus.
–Sampah tajam, misalnya jarum, infuse set, skapel, pisau, dan pecahan kaca.
–Sampah farmasi adalah sampah yang mengandung obat-obatan.
–Sampah beracun adalah sampah yang mengandung substansi beracun, misalnya sampah yang mengandung obat-obatan sitostatik (sering digunakan dalam terapi kanker), bahan kimia yang beracun.
–Sampah kimia, misal reagen laboratorium, desinfektan yang sudah kadaluarsa atau tidak digunakan dalam waktu yang lama.
–Sampah yang memiliki kandungan logam yang cukup besar, misalnya baterai, thermometer yang telah pecah, dan alat pengukur tekanan darah.
–Kontainer penekan.–Sampah radioaktif, misalnya cairan yang
sudah tidak digunakan dalam radioterapi atau penelitian laboratorium, kertas penyerap yang digunakan untuk meneliti urine atau feses dari pasien yang diterapi atau diperiksa dengan radionukleida.
Pengolahan Sampah Medis
Langkah-Langkah Dasar Pengelolaan Sampah RS
• Perkiraan produksi sampah (kualitas/kuantitas)
• Kemungkinan pengolahan dan pembuangan
• Pemilahan (Yankes dan Umum)
• Penetapan Peraturan
• Pemilihan penggung jawab
• Penetapan pengolahan dan pembuangan
Pengolahan Sampah Medis Padat
– Pemilahan sampah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah/sampah.
– Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali.
– Limbah tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk, dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.
Lanjutan …….
– Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali.
– Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses sterilisasi sesuai Tabel 1. Untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus dilakukan tes Bacillus stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes Bacillus subtilis.
– Limbah jarum hipodermik tidak diajurkan untuk dimanfaatkan kembali. Apabila Rumah Sakit/Puskesmas tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable), limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi
Lanjutan …….Tabel 1. Metode Sterilisasi Untuk Limbah yang Dimanfaatkan Kembali
Metode Sterilisasi Suhu(oC)
Waktu Kotak(menit)
1.Sterilisasi dengan panas# Sterilisasi kering dalam oven
“Poupniel”# Sterilisasi basah dalam Otoklaf2. Sterilisasi dengan bahan kimia# Ethylene oxide (gas)# Glutaraldehyde (cair)
160 oC170 oC121 oC
50 oC-60 oC-
120 menit60 menit30 menit
180-480 menit30 menit
(Sumber : Direktorat Jenderal, 2004c)
Lanjutan ……..
– Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan wadah dan label seperti pada Tabel 2.
– Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh Rumah Sakit kecuali untuk pemulihan perak yang dihasilkan dari proses film sinar X.
– Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan diberi label bertuliskan “Limbah Sitotoksis”.
Lanjutan ……..
– Pengumpulan sampah/limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah menggunakan troli khusus yang tertutup.
– Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis, yaitu pada musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.
– Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas pada tempat yang kuat.
Tabel 2Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya
No. Kategori Warna kontainer/Kantong plastik
Lambang Keterangan
1. Radioaktif Merah Kantong boks timbal dengan simbol radioaktif
2. Sangat Infeksius
Kuning Kantong plastik kuat, anti bocor atau kontainer yang dapat disterilisasi dengan otoklaf
3. Limbah Infeksius, patologi dan anatomi
Kuning Plastik kuat dan anti bocor atau kontainer
4. Sitotoksis Ungu Kontainer plastik kuat dan anti bocor
5. Limbah kimia dan farmasi
Coklat Kantong plastik atau kontainer
(Sumber : Direktorat Jenderal, 2004c)
Lanjutan …….
– Limbah medis padat tidak diperolehkan dibuang langsung ke tempat pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.
– Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat sesuai dengan kemampuan Rumah Sakit/Puskesmas dan jenis limbah medis padat yang ada, dengan pemanasan menggunakann otoklaf atau dengan pembakaran menggunakan insinerator.
Pengolahan Sampah Non Medis Padat
– Pewadahan limbah padat non medis harus dipisahkan dari limbah medis padat dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam.
– Setiap tempat pewadahan limbah padat harus dilapisi kantong plastik warna hitam sebagai pembungkus limbah padat dengan lambang “Domestik” warna putih.
– Bila kepadatan lalat di sekitar tempat limbah padat melebihi 2 ekor per fly grill, perlu dilakukan pengendalian lalat.
LAnjutan ….
– Bila di tempat pengumpulan sementara tingkat kepadatan lalat lebih dari 20 ekor per fly grill, atau tikus terlihat pada siang hari, harus dilakukan pengendalian.
– Dalam keadaan normal harus dilakukan pengendalian serangga dan binatang pengganggu yang lain, minimal satu bulan sekali.
– Pengolahan dan pemusnahan limbah padat non medis harus dilakukan sesuai persyaratan kesehatan.
Pemilahan dan Pengepakan
• Pemisahan antara sampah berbahaya dan tidak berbahaya dipisah
• Prosedur yang aman genotoksit
• Pembungkusan Benda Tajam dikumpulkan dalam drum untuk mengurangi bahaya
• Pengepakan ganda menjamin keamanan pengelolaan sampah
Minimalisasi Sampah Bahan Kimia dan Obat-obatan
• Peningkatan frekwensi pemindahan
• Pengunaan berurutan
• Hindarkan pembuangan
• Pemeriksaan tanggal kadaluwarsa
Pengolahan dan Pembuangan Sampah Berbahaya
Pemanasan (thermal)• Incenerator• Desinfeksi therman basah• AutoklaveSecara Kimia• Sterilisasi benda tajam• Desinfeksi tinja penderita koleraSecara containment (pengurungan)• Landfill• Penguburan• Incapsulation (pembungkusan)
Penanganan Sampah Berbahaya Menurut Jenis
Infeksius dan benda tajam1. Pemanfaatan kembali2. Incenerator3. Incenerator landfillSampah Obat1. Incenerator 2. Dibuang bersama air kotor (selain antibiotik)3. Pembungkusan4. Pengembalian kesuplayer
Sampah kimia1. Incenerator2. Pengembalian kesuplayer3. Kirim ke negara lain4. Hindari pencampuran5. Hindari pembuangan bersama air kotor6. Hindari penguburan7. Hindari pembungkusan
Sampah cytotoksit
1. Kembali kesuplayer
2. Incenerator
3. Degradasi secara kimia
4. Hindari pembuangan ke badan air
5. Hindari pencampuran dengan sampah obat
Sampah Radioaktif
1. Pengujian dan pembersihan
2. Pemanfaatan kembali
3. Pengembalian ke suplayer
4. Penyimpanan
5. Pengolahan
6. Pembuangan
Wadah bertekanan1. Kembalikan ke suplayer2. Dkubur tekanan dibuang3. Hindari pembakaranBaterai dan termomether bekas1. Didaur ulang logam berat2. Pembungkusan landfill3. Hindari penguburan langsung
Spesifikasi Khusus Penganan Sampah RS
Limbah yang sangat infeksius biakan dan persediaan agen infeksius
dari laboratorium
harus disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah seperti dalam
autoclave sedini mungkin. Untuk limbah infeksius yang lain cukup dengan cara
desinfeksi.
Benda tajam
harus diolah dengan insinerator bila memungkinkan dan dapat diolah
bersama dengan limbah infeksius yang lainnya.
Kapsulisasi juga cocok untuk benda tajam.
Limbah farmasi dalam jumlah kecil
dapat diolah dengan insinerator pirolitik (pyrolytic incinerator), rotary kiln, dikubur secara aman, sanitary landfill, dibuang ke sarana air limbah atau inersisasi.
Tetapi dalam jumlah besar harus menggunakan fasilitas pengolahan yang
khusus seperti rotary kiln, kapsulisasi dalam drum logam, dan inersisasi.
Limbah pada farmasi dalam jumlah besar
harus dikembalikan kepada distributor, sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan
tidak memungkinkan dikembalikan, supaya dimusnahkan melalui insinerator pada suhu di atas 1.000 derajad Celcius
Limbah sitotoksis
• Pembuangan yang dianjurkan adalah dikembalikan ke perusahaan penghasil atau distributornya, insinerasi pada suhu tinggi, dan degradasi kimia.
• Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena kadaluarsa harus dikembalikan ke distributornya apabila tidak ada insinerator dan diberi keterangan bahwa obat tersebut sudah kadaluarsa atau tidak lagi dipakai.
• Insinerasi pada suhu tinggi sekitar 1.200 oC dibutuhkan untuk menghancurkan semua bahan sitotoksis. Insinerasi pada suhu rendah dapat menghasilkan uap sitotoksis yang berbahaya ke udara.
Pembuangan limbah kimia berbahaya
• dalam jumlah kecil, seperti residu yang terdapat dalam kemasan sebaiknya dibuang dengan insinerasi pirolitik, kapsulisasi, atau ditimbun (landfill).
• Cara lain adalah dengan mengembalikan bahan kimia berbahaya tersebut ke distributornya yang akan menanganinya dengan aman, atau dikirim ke negara lain yang mempunyai peralatan yang cocok untuk mengolahnya.
Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium
• tidak boleh dibakar atau insinerasi karena beresiko mencemari udara dengan uap beracun dan tidak boleh dibuang ke landfill karena dapat mencemari air tanah.
• Cara yang disarankan adalah dikirim ke negara yang mempunyai fasilitas pengolah limbah dengan kandungan logam berat tinggi.
• Bila tidak memungkinkan, limbah dibuang ke tempat penyimpanan yang aman sebagai pembuangan akhir untuk limbah industri yang berbahaya.
• Cara lain yang paling sederhana adalah dengan kapsulisasi kemudian dilanjutkan dengan landfill, jika hanya dalam jumlah kecil dapat dibuang dengan limbah biasa.
kontainer bertekanan
• dengan daur ulang atau penggunaan kembali.• Apabila masih dalam kondisi utuh dapat
dikembalikan ke distributor untuk pengisian ulang gas. Agen halogenida dalam bentuk cair dan dikemas dalam botol harus diperlakukan sebagai limbah bahan kimia berbahaya untuk pembuangannya.
• Cara pembuangan yang tidak diperbolehkan adalah pembakaran atau insinerasi karena dapat meledak.
Limbah padat radioaktif
• dibuang sesuai dengan persyaratan teknis dan peraturan perundang-undangan yang berlaku (PP Nomor 27 Tahun 2002) dan kemudian diserahkan kepada BATAN untuk penanganan lebih lanjut atau dikembalikan kepada negara distributor
• Insenerator terdiri dari 2 ruangan yaitu ruangan untuk mengolah sampah dan ruangan untuk koloid atau abunya.
• Cerobong asap dilengkapi dengan srubber agar asap tidak terlihat.
• Suhu insenerator harus berkisar antara 1000-1200ºC sesuai dengan ketentuan WHO sehingga mikroorganisme pathogen mati dan suhu yang tinggi menyebabkan pembakaran tidak menghasilkan asap.
Kegiatan Pendukung Pengolahan Sampah Medis
Pelatihan dan Keamanan Petugas
• Bahaya sampah RS• Pengunaan APD• Pengoperasian alat pengolahan sampah
dan pembungan• Pemindahan dan pengangkutan sampah
berbahaya• Pengepakan pembungkus, penanganan,
dan penyimpanan limbah berbahaya• Pembuangan akhir
Dampak Sampah Terhadap Kesehatan
• Diare, kolera, tipus, dan demam berdarah dapat menyebar dengan cepat karena sampah memasuki air minum.
• Cacing pita yang dapat menyebar melalui rantai makanan, cacing dikonsumsi sebelumnya oleh ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
• Minamata di Jepang disebabkan karena masyarakat mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi sampah beracun.
• Penyakit kulit / jamur kulit.• Kumpulan sampah dapat menjadi tempat pembiakan lalat dan lalat
ini mendorong penularan infeksi. Sampah tersebut dapat menimbulkan penyakit terkait dengan tikus, seperti pes, leptospirosis, salmonelosis, tikus endemik, demam gigitan tikus, dan beberapa infeksi arboviral.
• Pada kejadian pasca banjir di Jakarta tahun 2002, jumlah kasus leptospirosis tercatat meningkat akibat timbunan sampah dibeberapa tempat di Jakarta.
Sampah Puskesmas/RS yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan beberapa masalah, diantaranya :
1. Gangguan estetika,
2. Menimbulkan bau,
3. Sumber penyakit,
4. Pencemaran udara, tanah atau air tanah,
5. Pencemaran air permukaan,
6. Media penyebaran mikroba pathogen,
7. Tempat berkumpulnya lalat,
8. Tempat mencari makanan tikus
9. Sumber penularan penyakit infeksi kepada penderita, karyawan dan pengunjung.
Permasalahan Pengolahan Sampah medis
• Teknologi pengelolaan limbah medis yang sekarang jamak dioperasikan, hanya berkisar antara masalah tangki septik dan insenerator.
Sampah medis
• Tangki septik banyak dipersoalkan lantaran rembesan air dari tangki yang dikhawatirkan dapat mencemari tanah. Dan kadang ada beberapa rumah sakit yang membuang hasil akhir dari tangki septik tersebut langsung ke sungai-sungai. Sehingga dapat dipastikan sungai tersebut mulai mengandung polusi zat medis.
• Incenerator merupakan sumber utama zat dioksin yang sangat beracun. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa zat dioksin inilah yang menjadi pemicu tumbuhnya kanker pada tubuh.
PEmbakaran Dengan UV
• Hal menarik dalam masalah ini adalah ditemukannya teknik pembakaran baru dengan menggunakan sinar matahari. Selain menutup kemungkinan timbulnya asap penyebab dioksin, juga menghemat ongkos operasi yang perlu dikeluarkan.
Pengolahan sampah medis di Indonesia
• Yang paling utama masih menggunakan tangki septik.
• Sudah mulai digunakan incenerator untuk bahan-bahan infeksius.
• Bahan non-infeksius diserahkan pada dinas kebersihan kota.
Pencemaran tidak mengenal batas negri
• Pencemaran disuatu negara akan berakibat di negara lain.
Contoh: sampa radio aktif dari musibah reaktor nuklir Chemobyl Uni Soviet menyebar ke seluruh Eropa.
Terima Kasih