75
45 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengelolaan Kemiri Rakyat di Kecamatan Tanah Pinem Kemiri merupakan tanaman yang tumbuh dan berkembang di Kecamatan Tanah Pinem sejak dahulu sampai sekarang. Keberadaan tanaman ini sudah berlangsung turun temurun. Tanaman kemiri berperan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan menjadi sumber penghasilan masyarakat. Berikut ini adalah gambaran mengenai keadaan tanaman kemiri rakyat yang yang ada di Kecamatan Tanah Pinem meliputi pola tanam, kondisi tanaman, teknik budidaya, pengelolaan hasil dan pemasarannya. Pola penanaman kemiri yang dimiliki oleh masyarakat adalah sejenis (monokultur) dan agroforestry yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang menanam kemiri saja sebanyak 35 responden (55,56%) sedangkan yang menanam dengan kombinasi tanaman lain sebanyak 28 responden (44,44%). Keberadaan tanaman lain di antara tanaman kemiri berperan dalam menambah penghasilan petani, seperti sirih yang tumbuh secara alami maupun ditanam, tidak perlu ada perawatan dan pemeliharaan khusus tetapi dapat menghasilkan sebanyak 4 kali dalam setahun. Pola pengelolaan kemiri rakyat di Kecamatan Tanah Pinem mirip dengan pola pengelolaan kemiri rakyat di Kabupaten Maros dengan pola monokultur dan agroforestry yaitu kombinasi antara kemiri dengan palawija, pisang dan coklat (Yusran 1999; Ichwandi 2001). Tabel 20 Pola tanaman kemiri rakyat No Pola tanaman Jumlah Responden Persentase 1 Kemiri 35 55,56 2 Kemiri + sirih 8 12,70 3 Kemiri + cokelat 4 6,35 4 Kemiri + cokelat + pinang + sirih + dll 16 25,40 Jumlah 63 100,00 Pada Gambar 3 dapat dilihat pola tanaman kemiri rakyat yang ada di Kecamatan Tanah Pinem.

5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

  • Upload
    buicong

  • View
    223

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

45

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pengelolaan Kemiri Rakyat di Kecamatan Tanah Pinem

Kemiri merupakan tanaman yang tumbuh dan berkembang di Kecamatan

Tanah Pinem sejak dahulu sampai sekarang. Keberadaan tanaman ini sudah

berlangsung turun temurun. Tanaman kemiri berperan dalam memenuhi

kebutuhan masyarakat dan menjadi sumber penghasilan masyarakat. Berikut ini

adalah gambaran mengenai keadaan tanaman kemiri rakyat yang yang ada di

Kecamatan Tanah Pinem meliputi pola tanam, kondisi tanaman, teknik budidaya,

pengelolaan hasil dan pemasarannya.

Pola penanaman kemiri yang dimiliki oleh masyarakat adalah sejenis

(monokultur) dan agroforestry yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih,

cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden

yang menanam kemiri saja sebanyak 35 responden (55,56%) sedangkan yang

menanam dengan kombinasi tanaman lain sebanyak 28 responden (44,44%).

Keberadaan tanaman lain di antara tanaman kemiri berperan dalam menambah

penghasilan petani, seperti sirih yang tumbuh secara alami maupun ditanam, tidak

perlu ada perawatan dan pemeliharaan khusus tetapi dapat menghasilkan

sebanyak 4 kali dalam setahun. Pola pengelolaan kemiri rakyat di Kecamatan

Tanah Pinem mirip dengan pola pengelolaan kemiri rakyat di Kabupaten Maros

dengan pola monokultur dan agroforestry yaitu kombinasi antara kemiri dengan

palawija, pisang dan coklat (Yusran 1999; Ichwandi 2001).

Tabel 20 Pola tanaman kemiri rakyat

No Pola tanaman Jumlah Responden Persentase

1 Kemiri 35 55,56

2 Kemiri + sirih 8 12,70

3 Kemiri + cokelat 4 6,35

4 Kemiri + cokelat + pinang + sirih + dll 16 25,40

Jumlah 63 100,00

Pada Gambar 3 dapat dilihat pola tanaman kemiri rakyat yang ada di

Kecamatan Tanah Pinem.

Page 2: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

46

(a) monokultur

(b) agroforestry

Gambar 3 Pola tanaman kemiri rakyat.

Rata-rata luas lahan yang ditanami tanaman kemiri cukup lebar yaitu 2,67

ha, yang paling kecil adalah 0,45 ha dan yang paling besar adalah 6 ha. Besar

kecilnya luas lahan yang dimiliki oleh petani yang ditanami kemiri

mempengaruhi jumlah pohon yang tumbuh dan besaran produksi yang diperoleh

yang tergantung pada jarak tanam yang ada.

Page 3: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

47

Tanaman kemiri yang dimiliki oleh masyarakat saat ini adalah tanaman

yang diwariskan dari orang tua, ada juga yang ditanam sendiri dan ada yang

dibeli dalam kondisi sudah ada tanaman kemirinya. Masyarakat yang menanam

sendiri adalah masyarakat yang membuka lahan di dalam dan luar kawasan hutan.

Pada saat awal penanaman, masyarakat mendapatkan bibit dari tanaman yang

tumbuh secara alami di ladang dan hutan. Alasan masyarakat mempertahankan

tanaman kemiri sampai saat ini, antara lain perawatan tidak susah atau tidak ada

perawatan khusus, tidak perlu ada pemupukan, bisa mendatangkan hasil setiap

hari, bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, cocok untuk lahan

miring dan bersifat sebagai tabungan untuk masa depan.

Gambar 4 Buah kemiri yang disimpan yang akan dijual pada saat dibutuhkan.

Pada saat awal penanaman, masyarakat sebagian besar sudah menggunakan

jarak tanam. Tetapi, kondisi tanaman yang ada saat ini umumnya sudah tidak

memiliki jarak tanam yang teratur karena sebagian besar sudah ada yang tumbang

dan ada juga yang dibiarkan tumbuh secara alami (permudaan alami). Jumlah

responden yang memiliki jarak tanam teratur sebanyak 29 responden (46,03%)

yaitu antara 5m x 5m sampai 10m x 12m, sedangkan 34 responden (53,97)

menyebutkan bahwa jarak tanam yang ada di lahan miliknya tidak teratur lagi.

Page 4: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

48

(a) jarak tanam teratur (b) jarak tanam tidak teratur

Gambar 5 Kondisi jarak tanaman kemiri rakyat.

Kondisi umur tanaman yang ada saat ini adalah beragam. Secara umum,

tanaman-tanaman yang ada sudah memasuki umur tidak produktif. Umur rata-rata

tanaman kemiri adalah 37,37 tahun. Tanaman yang paling muda berumur 13

tahun sedangkan tanaman paling tua berumur 80 tahun. Dari semua responden,

hanya 5 responden (7,94%) yang pernah melakukan peremajaan. Alasan

peremajaan dilakukan karena memiliki lahan pada lahan-lahan miring yang

curam, pemeliharaannya tidak sulit dan merasakan bahwa kemiri masih

mendatangkan hasil yang lumayan bagi hidupnya.

(a) tanaman produktif (b) tanaman tua (tidak produktif)

Gambar 6 Kondisi tanaman kemiri rakyat.

Page 5: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

49

Paimin (1994); Koji (2002); Deptan (2006a) menyebutkan bahwa batas

produksi kemiri sampai umur 35 tahun. Tanaman kemiri di atas umur 35 tahun

tetap berproduksi, tetapi cenderung menurun sampai umur 50 tahun. Bila tanaman

kemiri produktif sampai umur 35 tahun, maka terdapat 32 responden (50,79%)

memiliki tanaman kemiri yang masih produktif dan 31 responden (49,21%)

memiliki tanaman kemiri yang tidak produktif. Ichwandi (2001) menyebutkan

bahwa kriteria kelas umur muda untuk kemiri adalah dibawah 10 tahun, produktif

pada umur 11-35 tahun dan umur tua di atas 35 tahun. Pada Tabel 21 dapat dilihat

bahwa hampir 50,6% tanaman kemiri rakyat sudah melewati umur produktif,

yang menunjukkan bahwa proses regenerasi kemiri rakyat di Kecamatan Tanah

Pinem tidak berlangsung secara berkelanjutan (Yusran 1999). Walaupun tanaman

kemiri sudah melewati umur produktif, tanaman kemiri akan tetap menghasilkan

buah, tetapi hasilnya akan menurun seiring dengan pertambahan umur karena

tanaman sudah lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit dan lebih

mudah tumbang.

Tabel 21 Produksi tanaman kemiri rakyat tahun 2010

No Umur

(tahun)

Luas

(ha)

Produksi

(kg)

Jumlah pohon

(batang)

Produksi per ha

(kg/ha)

Produksi per pohon

(kg/pohon)

1 13 – 35 83 55.686 10.209 670,92 5,45

2 > 35 84,95 42.284 9.071 497,75 4,66

Total 167,95 97.970 19.280 - -

Rata-rata 583,33 5,08

Pada tabel di atas dapat dilihat produksi buah kemiri rakyat yang sudah

dikupas pada tahun 2010. Jika dilihat dari luas tanaman, maka tanaman kemiri

yang masuk kategori menghasilkan adalah 83 ha dengan rata-rata produksi biji

kupasan 670,92 kg/ha, sedangkan 84,95 ha lainnya termasuk pada kategori

tanaman tua menghasilkan dengan rata-rata produksi biji kupasan 497,75 kg/ha.

Produksi buah per ha secara keseluruhan adalah rata-rata 583,33 kg/ha. PPL

(2010) menyebutkan produktivitas tanaman kemiri di Kecamatan Tanah Pinem

pada tahun 2010 adalah 520 kg/ha. Hasil ini lebih kecil dengan produksi kemiri di

Indonesia tahun 2007 yaitu 797 kg/ha (Deptan 2009). Produksi kemiri yang

dihasilkan di Kecamatan Tanah Pinem hampir sama dengan rata-rata produksi

kemiri di Indonesia sekitar 0,5 ton/ha/tahun biji kupasan (Paimin 1994).

Page 6: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

50

Produksi buah per pohon adalah berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi umur

pohon dan kondisi kesehatan tanaman. Pada Tabel 21, produksi kemiri pada

kategori umur menghasilkan (umur 5 sampai 35 tahun) adalah 5,45 kg biji

kupasan/pohon sedangkan produksi kemiri pada kategori tanaman tua

menghasilkan (di atas 35 tahun) menurun menjadi 4,66 kg biji kupasan/pohon.

Rata-rata produksi buah kemiri untuk keseluruhan sampel adalah 5,08 kg biji

kupasan/pohon. Produksi kemiri per pohon di atas masih sangat kecil jika

dibandingkan dengan Dephut (2006a) dan Paimin (1994) yang menyebutkan

produksi pohon kemiri pada saat panen pertamanya adalah 10 kg biji

kupasan/pohon (umur 5 tahun), 25 kg biji kupasan (umur 6 sampai 10 tahun) dan

akan menghasilkan produksi yang stabil berkisar 35 sampai 50 kg/pohon/tahun

(umur 11 sampai 20 tahun).

Perbedaan produktivitas kemiri ini sangat dipengaruhi oleh jumlah tanaman

per satuan luas, kondisi kesehatan tanaman, kondisi tempat tumbuh dan intensitas

pemeliharaan. Jumlah pohon pada suatu lahan dipengaruhi oleh jarak tanam yang

ada. Hasil wawancara menunjukkan bahwa pada saat awal penanaman terdapat

jarak tanam seperti 8m x 8m, 8m x 10m dan lain-lain. Tetapi seiring berjalannya

waktu, tanaman kemiri adalah tanaman yang mudah busuk sehingga dapat

tumbang pada saat angin kencang maupun pada musim penghujan. Ada juga

penambahan tanaman yang tumbuh secara alami yang dibiarkan berkembang

menjadi tanaman besar. Akibatnya adalah jarak tanam menjadi tidak beraturan.

Rata-rata jumlah pohon per ha untuk keseluruhan responden adalah 115 pohon.

Rendahnya hasil produksi yang diperoleh petani berhubungan dengan

tingkat intensitas kegiatan perawatan yang dilakukan terhadap tanaman dan

adanya pengaruh penyakit yang selama ini sudah sering terjadi tetapi belum

ditemukan cara mengatasinya yaitu terjadinya gugur buah pada saat buah sudah

hampir mencapai kondisi panen. Buah yang gugur tidak bisa dipanen karena

belum menghasilkan biji kupasan (kernel). Untuk kegiatan pemeliharaan

tanaman, sebagian besar responden menyebutkan bahwa tidak ada kegiatan

pemupukan yang dilakukan karena jika dipupuk, buah akan banyak dan pada saat

buah mulai besar, cabang atau ranting pohon banyak yang patah sehingga

menyebabkan kerugian bagi petani.

Page 7: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

51

Gambar 7 Perbedaan antara buah yang jatuh alami dan buah yang jatuh karena

penyakit gugur buah.

Jika dibandingkan dengan produksi kemiri dari tempat lain, maka produksi

kemiri di beberapa tempat di Indonesia adalah berbeda-beda. Yusran (1999)

menyebutkan bahwa produktivitas kemiri rakyat di Kabupaten Maros adalah 72,1

kg/ha. Darmawan dan Kurniadi (2007) menyebutkan bahwa produktivitas kemiri

Propinsi Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Kabupaten Ngada (2001) berkisar

3,67–5 kg/pohon/tahun, di Kecamatan Soa dan Bajawa rata-rata 13,02

kg/pohon/tahun, di Kabupaten Ende rata-rata 7,25 kg/pohon/tahun dan di

Kecamatan Ende Selatan dan Kecamatan Ndona rata-rata 15,09 kg/pohon/tahun.

Wibowo (2007) menyebutkan produksi kemiri di Desa Kuala adalah 62,5 kg per

pohon. Besar kecilnya produktivitas kemiri di berbagai tempat menunjukkan

bahwa produksi kemiri berbeda-beda antara tempat yang satu dengan tempat yang

lain, yang dapat disebabkan oleh faktor tempat tumbuh, umur tegakan, kondisi

tanaman (sehat atau sakit) dan faktor lingkungan (perubahan musim).

Umumnya masyarakat menyatakan bahwa menanam kemiri tidak sulit

karena hanya melakukan penanaman, pembersihan tumbuhan bawah dan tinggal

menunggu hasil, tidak perlu penggunaan pupuk dan dapat ditinggalkan dalam

Buah matang yang

jatuh secara alami

Buah yang jatuh karena penyakit gugur buah

(belum matang dan tidak dapat dipanen)

Page 8: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

52

waktu yang lama, yang berhubungan dengan intensitas masyarakat melakukan

pemeliharaan terhadap tanaman kemiri. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan

tanaman kemiri rakyat sangat sederhana dan tidak intensif (Koji 2002; Wibowo

2007; Awang et al. 2007). Dari keseluruhan responden, hanya 3 responden yang

rutin pergi ke ladang, 21 responden hanya pergi pada saat-saat tertentu, 37

responden melakukan pemeliharaan kemiri pada saat panen dan 2 responden

hampir tidak pernah melakukan pemeliharaan.

Tabel 22 Intensitas kunjungan petani pada tanaman kemiri

No Intensitas pemeliharaan Jumlah

Responden

Persentase

1 Rutin ke ladang 3 4,76

2 Jarang pergi (pada saat tertentu saja) 21 33,33

3 Pada saat panen 37 58,73

4 Tidak pernah melakukan pemeliharaan 2 3,17

Jumlah 63 100,00

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan oleh masyarakat pada tanaman

kemiri adalah pembersihan tumbuhan bawah karena mengganggu pada saat

dilakukan pengumpulan buah. Pembersihan tumbuhan bawah dilakukan dua kali

setahun yaitu pada saat musim berbuah besar yang dilakukan dengan cara

membabat ataupun dengan menggunakan round-up untuk mematikan tumbuhan

bawah. Pembersihan tumbuhan bawah yang dilakukan dengan membabat akan

membutuhkan waktu yang agak lama sedangkan bila menggunakan zat kimia,

akan lebih cepat dan praktis.

Tanaman kemiri pada dasarnya bisa berbuah sepanjang tahun, tetapi

(Deptan 2006a) menyebutkan bahwa panen buah dapat dilakukan 2-3 kali

setahun. Informasi dari masyarakat menyebutkan bahwa musim berbuah sekarang

dengan musim berbuah dulu (tahun 1980-an) sudah jauh berbeda. Pada waktu

dulu, masyarakat dapat memperoleh hasil sepanjang tahun, tetapi sekarang

hampir tidak menentu. Deptan (2006a) menyebutkan untuk merangsang

pembentukan bunga tanaman kemiri, maka dibutuhkan musim kemarau yang

tegas, bila setelah penyerbukan hujan turun, maka bunga akan gugur dan

persentase bunga menjadi buah akan semakin kecil. Perubahan musim berbuah

dan besar kecilnya jumlah buah yang dihasilkan di lokasi penelitian, diduga

Page 9: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

53

terjadi karena perubahan musim penghujan dan musim kering yang tidak menentu

akhir-akhir ini.

Hasil wawancara dengan masyarakat menyatakan bahwa musim berbuah

paling besar terjadi 1 kali setahun dan ada juga yang menyebutkan 2 kali setahun.

Perbedaannya hanya pada besaran produksi yang dihasilkan. Musim berbuah

besar adalah musim berbuah paling banyak dibandingkan dengan musim berbuah

lainnya sedangkan musim kedua adalah musim berbuah besar tetapi hasilnya

tidak seperti pada musim berbuah besar yang pertama. Adapun kisaran bulan

musim berbuah kemiri adalah antara bulan Mei sampai Juli dan bulan Nopember

sampai Januari. Tetapi ada juga yang menyebutkan bulan lainnya selain bulan di

atas. Hal ini terjadi karena memang tidak semua tanaman kemiri memiliki musim

berbuah yang sama secara keseluruhan, ada yang berbuah di luar musim berbuah

biasanya.

(a) berbunga (b) berbuah

Gambar 8 Pohon kemiri sedang berbunga dan berbuah.

Pemanenan buah dilakukan dengan cara menunggu buah jatuh ke tanah.

Tidak ada kegiatan pengambilan buah secara sengaja, karena hal ini berhubungan

dengan tingkat kematangan buah yang akan diperoleh. Buah yang dipanen adalah

buah yang sudah jatuh ke tanah, kemudian dikumpulkan, dikupas dari daging

buah dan diangkut ke rumah. Pengangkutan kemiri sangat sulit dilakukan karena

berat dan jarak tempuh dari ladang ke rumah. Masyarakat mengatakan bahwa jika

membawa kemiri dengan cara menjujung di atas kepala seperti membawa batu.

Sehingga, saat ini dilakukan dengan menggunakan sepeda motor yang disebut

dengan sistem “langsir”. Pengangkutan bagi petani yang memiliki sepeda motor

Page 10: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

54

tidak ada masalah, tetapi bagi petani yang tidak memiliki sepeda motor, hal ini

menjadi biaya pengeluaran.

Sebelum kemiri dikupas, dilakukan penjemuran selama 3-4 hari bila cuaca

cerah atau 5-6 hari bila cuaca tidak cerah. Masyarakat umumnya menjual kemiri

yang dimilikinya dengan mengupas terlebih dahulu (biji kupasan) karena

berhubungan dengan harga jual yang lebih tinggi. Ada juga yang menjual kemiri

tanpa dikupas dengan alasan memenuhi kebutuhan mendesak seperti membeli

beras. Harga jual kemiri kupasan pada saat penelitian berkisar antara Rp22.000

sampai Rp25.200 per kg, sedangkan harga biji kemiri yang tidak dikupas adalah

Rp6.000 sampai Rp8.000 per tumba (1 tumba=2 liter).

(a) Kemiri di jemur (b) kemiri kering

(c) Pengupasan kemiri (d) Kemiri setelah dikupas

Gambar 9 Proses pengupasan kemiri.

Untuk melakukan pemasaran hasil, masyarakat tidak mengalami kesulitan

karena hampir di semua desa ada pembeli lokal (toke) dan ada juga pedagang

pengumpul yang datang dari luar desa. Harga di pasar dengan harga di rumah

Page 11: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

55

adalah sama. Karena itu, masyarakat tidak mengalami kesulitan dalam pemasaran

dan tidak ada biaya yang keluar. Selain buah, kulit biji kemiri juga sudah laku

dijual dengan harga Rp10.000 sampai Rp13.000 per karung (ukuran karung urea).

Kulit biji kemiri mulai laku dijual sejak tahun 2009 yang digunakan untuk

industri-industri yang menggunakan pengering (dryer) dalam bentuk tungku yang

membutuhkan bahan baku kayu bakar. Sejak kesulitan dalam menemukan bahan

bakar kayu, banyak industri-industri yang beralih menggunakan kulit kemiri

karena bara api yang lebih tahan lama.

(a) Kulit kemiri (cangkang) (b) Pengangkutan kulit kemiri

Gambar 10 Pengangkutan kulit kemiri yang dijual ke industri di Medan.

Setelah melakukan rangkaian pengumpulan data primer, data sekunder dan

juga melakukan kunjungan lapangan, wawancara dan diskusi dengan masyarakat,

tokoh masyarakat dan pihak terkait, adapun hasil penelitian yang diperoleh untuk

menjawab tujuan penelitian dapat dilihat pada pembahasan berikutnya.

5.2 Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Mengelola Kemiri

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat mengelola

tanaman kemiri, dilakukan analisis dengan model regressi logistik. Adapun

variabel bebas yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi masyarakat untuk mengelola tanaman kemiri adalah umur petani

Page 12: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

56

(tahun), lama tinggal di desa (tahun), luas lahan yang dikelola (ha), pekerjaan

sampingan (ada atau tidak ada), status kepemilikan lahan (belum

bersertifikat/sudah bersertifikat), jumlah anak sekolah (orang), jumlah anggota

keluarga produktif (orang), jumlah tanggungan dalam keluarga (orang), jumlah

pendapatan per bulan (Rp/bulan), asal usul tanah (beli/warisan/garap sendiri),

kondisi jalan atau aksesibilitas ke ladang (mudah atau sulit), pekerjaan utama

(petani/non petani), pengalaman bertani (tahun), jarak dari rumah ke ladang

(meter), status lahan yang dipakai (sewa/milik), tingkat pendidikan sekolah (tidak

sekolah, SD/SR, SLTP, SMU, Sarjana) dan jumlah anak yang sekolah di luar

daerah (orang).

Tabel 23 Hasil estimasi menggunakan regressi logistic

Peubah B Sig Exp (B)

Konstanta -7,815 0,015 0,000

Umur petani (X1) 0,087 0,027* 1,091

Luas lahan (X3) 0,955 0,001* 2,600

Pendapatan per bulan (X9(3)) -2,315 0,040* 0,099

Asal usul tanah (X10(2)) 3,213 0,038* 24,843

Aksesibilitas ke ladang (X11(1)) -1,411 0,054**

0,244 Keterangan : *= signifikan pada taraf nyata 5%, **=signifikan pada taraf nyata 10%

Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi petani mengambil

keputusan untuk mengelola tanaman kemiri dapat dilihat pada Tabel 23. Hasil

analisis menunjukkan bahwa dari 17 faktor yang diduga mempengaruhi seorang

untuk mengelola tanaman kemiri, hanya 4 faktor yang signifikan pada taraf nyata

5%, yaitu umur petani, luas lahan, pendapatan per bulan dan asal usul tanah serta

1 faktor yang signifikan pada taraf nyata 10%, yaitu aksesibilitas ke ladang.

Adapun model regressi logistik yang diperoleh adalah

Ln(p/1-p) =-7,815+ 0,087 umur petani + 0,955 luas lahan - 2,315 pendapatan per

bulan + 3,213 asal usul tanah – 1,411 aksesibilitas ke ladang

Untuk menilai kelayakan model dalam memprediksi, digunakan uji Chi

Square Hosmer dan Lemshow. Adapun hipotesis yang digunakan adalah

Page 13: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

57

H0 = Tidak ada perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi

yang diamati

H1 = Ada perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang

diamati

Hasil pengujian yang diperoleh adalah nilai Chi Square sebesar 3,679 dan

nilai Sig sebesar 0,885. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Sig lebih besar dari α

sebesar 0,1 sehingga kesimpulannya adalah menerima H0, artinya tidak ada

perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati

sehingga model regressi logistik bisa digunakan untuk analisis selanjutnya.

Untuk melihat keakuratan model regressi logistik, dapat dilihat dari

count-R2, Nagelkerke-R

2 dan Cox & Snell–R

2. Untuk mengetahui count-R

2 dapat

dilihat pada clasification table (Bock 1:Metode = Enter), dimana banyaknya

prediksi pengamatan yang benar sebanyak 101 dan jumlah pengamatan

keseluruhan 126 sehingga count-R2

= 101/126 = 0,802. Hal ini menunjukkan

bahwa keakuratan model regressi logistik dapat dikatakan tinggi sebesar 80,2%

dan model tersebut dapat digunakan untuk mengalokasikan responden yang

mengelola dan yang tidak mengelola kemiri. Nilai berdasarkan Nagelkerke-R2

mengindikasikan bahwa peluang mengelola kemiri dapat diterangkan oleh

variabel umur, luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul lahan dan aksesibilitas

ke ladang sebesar 54.4% sedangkan menurut Cox & Snell-R2 sebesar 40.8%.

Berikut ini adalah analisis faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat

mengelola kemiri, yaitu umur petani, luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul

tanah dan aksesibilitas ke ladang.

a. Faktor umur petani

Umur merupakan faktor yang mempengaruhi kekuatan fisik, cara

berpikir dan bertindak seseorang. Seorang petani yang berumur muda akan

mempunyai tubuh atau fisik yang kuat dan cenderung mudah menerima dan

mempraktekkan teknik baru dalam bertani. Pada kondisi ini, seorang petani

muda akan lebih memilih jenis tanaman yang cepat menghasilkan walaupun

membutuhkan waktu dan tenaga yang besar untuk mengelolanya. Ichwandi

(2001) menyebutkan bahwa usia produktif menunjukkan tersedianya sumber

Page 14: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

58

tenaga kerja yang baik, karena umur produktif akan lebih mudah menerima

perubahan, ide-ide dan inovasi.

Sementara itu, seorang petani yang sudah berumur tua, mempunyai

pengalaman lebih banyak, lebih matang, tetapi memiliki kekuatan fisik yang

cenderung menurun dan lebih berani mempraktekkan teknik bertani yang

lama yang sudah pernah dialami sebelumnya. Akibatnya, petani yang

berumur tua cenderung menanam tanaman yang tidak memerlukan intensitas

tinggi ke ladang tetapi tetap dapat memberikan hasil yang dapat diperoleh

setiap saat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Hasil analisis menunjukkan bahwa umur petani mempunyai nilai

koefisien positif dengan nilai odd ratio 1,091. Setiap penambahan 1 tahun

umur responden, peluang seseorang untuk mengelola kemiri adalah 1,091

kalinya dibanding peluang seseorang tidak mengelola kemiri, ceteris paribus.

Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa kelompok umur petani kemiri lebih

banyak di atas 50 tahun yaitu 41 responden (65,08%) dibandingkan

kelompok umur petani non kemiri yaitu 20 responden (31,75%). Hal ini

menunjukkan bahwa petani yang menanam serta mempertahankan mengelola

kemiri adalah yang sudah memasuki usia tua atau sudah mulai tidak

produktif.

Hardono dan Saliem (2006) dalam penelitiannya tentang peluang

masyarakat melakukan diversifikasi usaha, menyebutkan bahwa semakin tua

umur KK kecenderungan melakukan diversifikasi usaha semakin berkurang.

Hal ini disebutnya wajar karena mengingat dalam melakukan diversifikasi

usaha membutuhkan dukungan kondisi jasmani yang sehat, sehingga

diversifikasi usaha pada rumah tangga yang KK-nya masih produktif

cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga dengan KK yang

sudah tidak produktif.

Jika hal ini dihubungkan dengan peluang menanam dan mengelola

kemiri, seseorang yang semakin tua umurnya maka kemampuan fisiknya

akan berkurang (sudah mulai tidak produktif) akan lebih berpeluang

menanam dan mengelola kemiri, karena tidak memerlukan waktu dan tenaga

yang besar dalam pengelolaannya.

Page 15: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

59

b. Faktor luas lahan

Luas lahan yang dimiliki oleh seseorang akan mempengaruhi jenis

usaha yang akan dilakukannya pada lahan tersebut. Semakin luas lahan yang

dimiliki oleh seseorang, maka ada kemungkinan untuk menanam lebih dari

satu jenis tanaman. Pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa responden petani

kemiri memiliki luas lahan yang cukup besar. Terdapat 41 responden

(65,01%) petani kemiri memiliki luas lahan di atas 2 ha, sedangkan 41

responden (65,01%) petani non kemiri memiliki luas lahan rata-rata di bawah

2 ha. Rata-rata luas kepemilikan lahan petani non kemiri adalah 1,54 ha,

lebih kecil dibanding dengan rata-rata luas kepemilikan lahan petani kemiri

yaitu 2,67 ha. Hasil ini menunjukkan bahwa pemilik lahan yang luas akan

cenderung menanam jenis tanaman kemiri disamping jenis tanaman lain

seperti pola agroforestry atau tanaman campuran. Alasan lain, mengapa

pemilik lahan yang lebih luas menanam kemiri adalah karena sebagian besar

responden yang diwawancarai adalah petani yang memiliki lahan pada

daerah yang curam sampai terjal dengan tingkat kelerengan di atas 250,

dimana lahan ini umumnya tidak cocok untuk ditanami tanaman pertanian.

Dari hasil pengolahan data diperoleh bahwa luas lahan berpengaruh

nyata terhadap pengambilan keputusan untuk mengelola kemiri dengan nilai

koefisien positif dan dengan nilai odd ratio 2,600. Setiap peningkatan luas

lahan 1 hektar, peluang seseorang untuk mengelola kemiri adalah 2,600

kalinya dibanding peluang seseorang tidak menanam kemiri, ceteris paribus.

Sumaryanto (2006) dalam penelitiannya tentang faktor yang

mempengaruhi keputusan melakukan diversifikasi, menyebutkan bahwa

faktor luas lahan tidak berpengaruh nyata dalam menjelaskan diversifikasi

usahatani, artinya rata-rata luas kepemilikan lahan tidak menjadi kendala

dalam melakukan diversifikasi usahatani. Hasil ini berbeda dengan hasil

analisis di atas yang menyebutkan bahwa luas lahan signifikan dalam

menjelaskan peluang untuk mengelola kemiri, ini terjadi karena masyarakat

yang menanam dan mengelola kemiri pada lahan miliknya adalah masyarakat

yang memiliki lahan pada kondisi topografi yang curam dan terjal.

Masyarakat mengatakan bahwa tidak memiliki pilihan lain selain menanam

Page 16: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

60

kemiri karena hanya kemiri yang bisa ditanam dan dapat mendatangkan

penghasilan bagi mereka. Apabila menanam tanaman pertanian, biaya usaha

besar, bahaya erosi dan longsor serta resiko tanaman dimakan oleh hama

(monyet dan babi hutan). Jika kondisi lapangan datar, ada kemungkinan

masyarakat bisa beralih menanam tanaman lain yang dapat mendatangkan

penghasilan besar.

c. Faktor pendapatan per bulan

Besar kecilnya pendapatan petani mempengaruhi keputusan apa yang

akan dikerjakan dan jenis usaha yang akan dilakukannya pada sebidang lahan

yang dimilikinya. Bila pendapatan petani cukup besar, kemungkinan petani

tersebut akan memilih menanam tanaman yang mendatangkan hasil yang

banyak walaupun dengan resiko harus mengeluarkan modal yang cukup

besar. Andayani (2002) menyebutkan, pemilik lahan yang berlatar belakang

sosial ekonominya cukup mampu akan memilih jenis usaha yang memiliki

nilai komersial tinggi pada lahan miliknya dan pada pemilik lahan yang

kurang mampu, pemilihan jenis terkendala oleh faktor ekonomi tersebut.

Pada faktor ini, pendapatan petani per bulan dikategorikan menjadi 4

kelompok, yaitu: pendapatan rendah, pendapatan sedang, pendapatan tinggi

dan pendapatan sangat tinggi. Pengelompokkan data dilakukan untuk

memudahkan analisis data yang akan diolah. Bila angka pendapatan

digunakan secara langsung, akan menimbulkan kesenjangan (gap) pada hasil

yang diperoleh karena angka yang digunakan sangat besar.

Dari hasil pengolahan data diperoleh, petani dengan pendapatan per

bulan sangat tinggi berpengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan

untuk menanam kemiri dengan nilai odd ratio 0,099, tetapi memiliki nilai

koefisien yang negatif. Peluang seseorang yang memiliki pendapatan sangat

tinggi untuk mengelola kemiri adalah 0,099 kalinya dibanding dari seseorang

yang pendapatannya rendah, atau peluang seseorang yang berpendapatan

rendah untuk mengelola kemiri adalah 10,10 (1/0,099) kalinya dibanding dari

seseorang yang berpendapatan sangat tinggi, ceteris paribus. Hasil akhir ini

menunjukkan bahwa petani dengan penghasilan yang rendah akan cenderung

lebih memilih menanam kemiri, ini terjadi karena berhubungan dengan

Page 17: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

61

modal usaha yang tidak besar dalam mengelolanya, khususnya dalam

kegiatan penanaman dan pemeliharannya. Hal ini didukung oleh Andayani

(2002) yang menyebutkan bahwa pemilihan jenis usaha pada sebidang lahan

akan terkendala oleh faktor ekonomi. Hardjanto (2003) menyebutkan bahwa

pemilik kayu rakyat (yang mengusahakan hutan rakyat) umumnya adalah

petani miskin dengan modal yang sangat terbatas, karena biaya pengelolaan

kayu rakyat hampir tidak ada dan tenaga kerja yang digunakan untuk

pemeliharaan kayu rakyat dapat dikerjakan oleh anggota keluarga. Suharjito

(2002) menyebutkan salah satu alasan mengapa masyarakat memilih

menanam jenis tertentu pada kebun talun adalah mudah memelihara. Hal ini

merujuk pada orientasi hemat input produksi (tenaga kerja, pupuk dan obat-

obatan) dan pengelolaannya kurang intensif.

Hasil dari analisis yang diperoleh berbeda dengan hasil penelitian

Hardono dan Saliem (2006) dan penelitian Fatmawati (2011). Hardono dan

Saliem (2006) dalam penelitiannya tentang diversifikasi pendapatan rumah

tangga menyebutkan bahwa peluang diversifikasi usaha lebih tinggi pada

rumah tangga yang sumber pendapatannya terbatas, akibatnya diversifikasi

usaha menjadi suatu kebutuhan atau suatu strategi mempertahankan

kesejahteraan (livelihood strategy) hidupnya.

Fatmawati (2011) juga menyebutkan bahwa faktor pendapatan yang

semakin tinggi akan memberi peluang yang lebih besar kepada masyarakat

untuk memiliki (menanam) cendana. Hal ini disebabkan karena pendapatan

dari cendana sangat besar dan berhubungan dengan biaya pemeliharaan yang

intensif dan modal usaha untuk menanam cendana.

Kedua hasil penelitian di atas berbeda dengan hasil yang diperoleh dari

pengolahan data, karena peluang menanam kemiri lebih besar pada seseorang

yang berpenghasilan lebih rendah. Seseorang yang berpenghasilan rendah

akan berjuang mendapatkan penghasilan yang lebih besar dengan menanam

tanaman yang lebih mudah dikelola, lebih cepat mendatangkan penghasilan

dan tidak memerlukan modal yang tinggi. Tetapi, dalam hal ini masyarakat

dengan penghasilan lebih rendah lebih memilih menanam kemiri karena

petani berpenghasilan rendah sudah merasakan manfaat dari tanaman kemiri

Page 18: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

62

sehingga cenderung lebih memilih untuk tetap mempertahankannya daripada

mengganti tanaman lain yang belum tentu mendapatkan keuntungan yang

besar dan lebih berpeluang untuk mencari penghasilan sampingan dari

sumber lain karena tanaman kemiri tidak memerlukan pengelolaan yang

intensif. Sehingga alasan mengapa masyarakat yang berpendapatan rendah

menanam kemiri adalah karena biaya usaha yang tidak besar.

d. Faktor asal usul tanah

Ichwandi (2001) menyebutkan hak kepemilikan lahan di Kabupaten

Maros diperoleh melalui jalur warisan, pembelian dan membuka lahan

sendiri. Hal ini juga berlangsung di Kecamatan Tanah Pinem. Asal usul

kepemilikan lahan biasanya berhubungan dengan jenis tanaman apa yang

sebelumnya dikelola pada lahan tersebut. Seseorang yang membeli lahan,

akan mengambil keputusan untuk tetap mempertahankan tanaman yang ada

diatasnya atau mengganti dengan jenis tanaman baru. Bila warisan, maka

biasanya akan mempertahankan jenis tanaman yang ada. Suharjito (2002)

menyebutkan bahwa salah satu alasan masyarakat Desa Buniwangi-

Sukabumi memilih jenis tanaman yang diusahakan pada kebun talun adalah

warisan dari orang tua. Hal yang sama juga terjadi pada pewarisan repong

damar di Pesisir Krui-Lampung (Wijayanto 2002).

Sedangkan bila tanah tersebut berasal dari hasil garapan, apalagi lahan

tersebut adalah kawasan hutan, maka jenis tanaman yang akan ditanam

adalah jenis tanaman yang mendatangkan manfaat bagi petani yang

bersangkutan dan jenis yang dipilih berdasarkan jenis tanaman yang ada

disekitarnya. Jenis tanaman yang dipilih biasanya adalah jenis tanaman keras

yang menghasilkan, memiliki daya tahan yang cukup tinggi, tidak dimakan

hama seperti monyet ataupun babi hutan. Beberapa responden yang

membuka hutan menyatakan bahwa mereka lebih memilih jenis tanaman

kayu-kayuan karena bisa ditinggal dalam waktu lama.

Hasil analisis menunjukkan bahwa asal usul lahan mempunyai nilai

koefisien positif dengan nilai odd rasio 24,843. Peluang seseorang yang

memiliki lahan hasil garapan sendiri dari lahan hutan untuk mengelola kemiri

adalah 24,843 kalinya dari seseorang yang memiliki lahan dari hasil

Page 19: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

63

membeli, ceteris paribus. Kecenderungan orang yang membuka hutan untuk

digarap sendiri akan memilih menanam dan mengelola kemiri dibanding

dengan orang yang membeli lahan ataupun yang memperolehnya dari

warisan.

Yusran (2005) menyebutkan bahwa status lahan kemiri yang dikelola

masyarakat di Kawasan Pegunungan Bulusaruang terdiri dari tanah milik,

tanah negara dan hutan negara, yang akan berpengaruh pada performansi

hutan kemiri rakyat. Semakin kuat status lahan yang dikelola maka semakin

intensif pengelolaannya dan menjamin kelestariannya. Sementara di

Kecamatan Tanah Pinem, pengelolaan lahan kemiri belum secara intensif,

khususnya pada lahan hutan karena berhubungan dengan status lahan yang

berhubungan dengan tingkat resiko kerugian yang akan dihadapi bila

sewaktu-waktu ada larangan memasuki kawasan hutan.

e. Faktor aksesibilitas ke ladang

Tingkat kesulitan ataupun kemudahan menjangkau suatu ladang, akan

mempengaruhi jenis tanaman apa yang akan ditanam. Semakin dekat ladang

dan semakin mudah menjangkaunya dengan sarana transportasi seperti

sepeda motor, maka jenis tanaman yang akan ditanam adalah jenis tanaman

yang cepat mendatangkan hasil, sedangkan semakin jauh ladangnya dan

semakin sulit menjangkaunya dengan sarana transportasi maka akan lebih

memilih menanam jenis tanaman tahunan. Keputusan menanam jenis

tanaman pertanian atau tanaman tahunan sangat berhubungan dengan jarak

tempuh dan tingkat kesulitan menjangkaunya. Hal ini berhubungan dengan

intensitas seseorang pergi ke ladang dan tingkat kemudahan dalam

pengangkutan sarana dan prasarana produksi serta hasil.

Hasil analisis menunjukkan bahwa aksesibilitas ke ladang mempunyai

nilai koefisien negatif dengan nilai odd ratio 0,244. Peluang seseorang untuk

mengelola kemiri pada lahan yang memiliki aksesibilitas ke ladang lebih

mudah adalah sebesar 0,244 kalinya dibanding dari seseorang yang memiliki

aksesibilitas ke ladang sulit, atau peluang seseorang untuk mengelola kemiri

pada lahan yang memiliki aksesibilitas ke ladang sulit adalah 4,09 (1/0,244)

kali daripada yang memiliki aksesibilitas ke ladang mudah, ceteris paribus.

Page 20: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

64

Dari kelima faktor yang signifikan mempengaruhi petani mengelola kemiri,

faktor yang paling besar memberi pengaruh adalah asal usul tanah khususnya

tanah yang berasal dari lahan garapan karena memiliki nilai koefisien yang besar

(3,213) yang menyebabkan nilai odd ratio juga besar (24,843). Semua masyarakat

yang memiliki lahan hasil garapan dari hutan memilih jenis kemiri sebagai

tanaman yang ditanam karena dapat memberikan pendapatan bagi petani. Hiola

(2011) menyebutkan bahwa status penguasaan lahan akan mempengaruhi

masyarakat untuk menanam jenis tanaman tertentu pada lahan miliknya. Jenis

kemiri merupakan jenis tanaman yang banyak ditanam masyarakat pada kawasan

hutan (tanah negara) karena menanam kemiri pada tanah negara tidak menjadi

ancaman bagi petani. Pemilihan jenis tanaman yang ditanam pada lahan milik

akan dipengaruhi oleh adanya rasa aman untuk menanam dan mendapatkan hasil

dari tanaman tersebut tanpa ada rasa takut atau ancaman jika sewaktu-waktu ada

peraturan dari pemerintah yang berhubungan dengan status lahan yang belum

jelas (khususnya pada kawasan hutan).

Faktor yang berpengaruh kepada petani untuk mengelola kemiri pada

urutan kedua adalah pendapatan petani perbulan khususnya petani yang memiliki

pendapatan perbulan yang rendah (<1,5 juta per bulan). Hal ini terjadi karena

petani dengan pendapatan yang rendah akan memiliki keterbatasan modal dalam

mengembangkan usaha yang akan dilakukannya. Faktor ketiga yang berpengaruh

adalah faktor aksesibilitas ke ladang yang sulit dijangkau, intensitas kunjungan

dan ancaman bahaya serangan hama (monyet dan babi hutan) akan berkurang bila

menanam jenis tanaman keras seperti jenis kayu-kayuan.

Faktor keempat yang berpengaruh adalah luas kepemilikan lahan yang

masih cukup lebar. Umumnya masyarakat yang mengelola kemiri adalah

masyarakat yang memiliki lahan yang berada pada lahan-lahan miring dengan

luas lahan yang cukup lebar. Pilihan menanam kemiri menjadi pilihan yang utama

karena cocok ditanam pada lahan miring, hasilnya dapat dijual secara

berkelanjutan dan menjadi sumber pendapatan bagi petani. Bila beralih menanam

tanaman lain (pertanian), akan memerlukan biaya usaha yang besar dan adanya

resiko yang terjadi seperti erosi dan tanah longsor.

Page 21: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

65

Faktor yang mempengaruhi petani mengelola kemiri dengan nilai yang

lebih kecil adalah faktor umur petani. Walaupun faktor umur petani memiliki

nilai odd ratio yang kecil tetapi faktor ini menjadi alasan beberapa petani yang

sudah mulai kurang produktif untuk memilih menanam serta mempertahankan

tanaman kemiri pada lahan miliknya karena kekuatan petani dalam mengelola

lahan sudah mulai berkurang sehingga pengelolaannyapun nantinya akan menjadi

tidak intensif dan disisi lain ada jaminan pendapatan yang masih dapat diperoleh

dari tanaman tersebut secara berkelanjutan.

Faktor-faktor yang tidak berpengaruh dalam menjelaskan peluang

masyarakat menanam kemiri adalah lama tinggal di desa, pekerjaan utama dan

sampingan, status kepemilikan lahan, jumlah anak sekolah di desa dan di luar

daerah, jumlah anggota keluarga produktif, jumlah tanggungan dalam keluarga,

pengalaman bertani, jarak dari rumah ke ladang, status lahan yang dipakai dan

tingkat pendidikan. Berikut ini adalah penjelasan mengapa faktor-faktor tersebut

di atas tidak berpengaruh.

a. Lama tinggal di desa

Faktor lama tinggal di desa akan berpengaruh pada pengalaman

seseorang dalam menganalisa berbagai jenis tanaman yang berkembang

dalam lingkungan masyarakat sekitarnya. Pola perubahan penggunaan lahan

dan besar kecilnya produktivitas yang diperoleh akan mempengaruhi

seseorang untuk memilih menanam jenis tanaman tertentu. Pada masa

kejayaan kemiri, kemiri merupakan sumber penghasilan utama masyarakat

dan tanaman kemiri hampir ditanam semua masyarakat. Tetapi, pada saat

hasil dan produksi menurun, maka ada keinginan beralih pada jenis tanaman

lain yang bisa menjadi andalan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Peralihan

ini terjadi karena berbagai alasan, salah satunya adalah pengalaman

masyarakat lain disekitarnya yang sudah menanam cokelat dan jagung.

Sekitar tahun 2005, masyarakat pelahan-lahan mulai menebang kemiri dan

beralih menanam tanaman cokelat dan jagung.

b. Pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan

Faktor ini berhubungan dengan kesempatan melakukan kegiatan pada

lahan miliknya. Seseorang yang memiliki pekerjaan utama bukan petani akan

Page 22: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

66

berpeluang lebih besar menanam kemiri karena waktu yang dimilikinya akan

lebih banyak dalam pekerjaan utamanya. Responden yang memiliki

pekerjaan utama bukan petani, akan cenderung mempekerjaan orang lain

untuk mengelola lahan miliknya. Sementara seseorang petani yang memiliki

pekerjaan sampingan, kemungkinan memberi peluang menanam kemiri juga

semakin besar, seperti pedagang, sopir dan buruh bangunan. Ternyata, hasil

pengolahan data menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki pekerjaan

utama sebagai petani dan ada atau tidaknya pekerjaan sampingan tidak

berpengaruh nyata dalam menentukan keputusan untuk menanam kemiri.

c. Status kepemilikan lahan

Status lahan bersertifikat dan belum bersertifikat tidak berpengaruh

dalam mendorong masyarakat untuk menanam kemiri. Hal ini menunjukkan

bahwa kepemilikan sertifikat tidak akan mempengaruhi seseorang untuk

menanam atau tidak menanam kemiri. Petani kemiri yang tidak memiliki

sertifikat 85,71% dan petani non kemiri yang tidak bersertifikat 66,67%. Ini

menunjukkan bahwa apapun status lahan, masyarakat bebas menentukan

untuk menanam kemiri dan non kemiri. Faktor status lahan milik atau lahan

sewa juga tidak berpengaruh dalam menjelaskan peluang menanam kemiri.

Adanya masyarakat yang menyewakan lahan yang ditanami kemiri

menunjukkan bahwa jenis tanaman apapun yang ada pada sebidang lahan

tidak mempengaruhi seseorang untuk menyewa lahan sepanjang usaha

tersebut memberikan pendapatan bagi penyewa. Masyarakat yang menyewa

kemiri hanya bersifat memungut hasil, menjaga dan tidak untuk mengganti

tanaman kemiri. Hal ini didukung dengan penelitian Sumaryanto (2006)

bahwa sikap petani pemilik dan penyewa tidak berbeda dalam menentukan

pola tanaman pada lahan miliknya. Hal ini menunjukkan bahwa faktor status

kepemilikan lahan dan penguasaan lahan tidak mempengaruhi masyarakat

untuk menanam kemiri.

d. Jumlah anggota keluarga

Hal ini berhubungan dengan jumlah anak sekolah, jumlah anggota

keluarga produktif dan jumlah anak sekolah di luar daerah. Dalam melakukan

usaha tani, idealnya semakin banyak anggota keluarga maka semakin banyak

Page 23: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

67

tenaga kerja yang berperan dalam kegiatan usaha taninya. Ternyata pada

hasil pengolahan data menunjukkan bahwa besar kecilnya jumlah anggota

keluarga tidak berpengaruh dalam menentukan untuk menanam kemiri pada

lahan milik masyarakat. Jumlah anggota keluarga yang besar belum tentu

keseluruhannya berperan dalam melakukan kegiatan pertanian. Ini terjadi

karena anggota keluarga terdiri dari anak-anak yang masih bersekolah, ada

anggota keluarga yang bersekolah di luar daerah dan ada tanggungan yang

sudah berusia lanjut (tidak produktif). Hal ini berbeda dengan Sumaryanto

(2006) yang menyebutkan bahwa jumlah anggota keluarga akan berperan

dalam melakukan diversifikasi usaha. Perbedaan ini bisa terjadi karena usaha

tanaman pertanian memerlukan jumlah tenaga kerja yang lebih banyak

karena pengelolaannya yang lebih intensif sedangkan dalam mengelola

tanaman kemiri kurang intensif.

e. Pengalaman bertani

Pada hasil pengolahan data diketahui bahwa pengalaman bertani

responden tidak berpengaruh dalam memilih untuk mengelola kemiri.

Ichwandi (2001) menyebutkan bahwa pengalaman dalam usaha tani dapat

menunjukkan tersedianya tenaga kerja yang telah mempunyai keterampilan

awal yang cukup memadai. Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian

karena adanya berbagai latar belakang yang dialami oleh petani kemiri,

seperti harga kemiri yang tidak mendukung, perolehan hasil yang semakin

berkurang, masalah hama dan penyakit, pengangkutan yang sulit serta

pengolahan hasil (pengupasan). Latar belakang inilah yang menjadi salah

satu kendala dalam pengembangan tanaman kemiri pada lahan milik.

Akibatnya, beberapa petani mulai melakukan konversi lahan menjadi lahan

pertanian, baik pada lahan datar maupun pada lahan yang miring.

f. Jarak dari rumah ke ladang

Untuk menentukan jenis tanaman apa yang akan ditanam pada lahan

masyarakat, dipengaruhi oleh jarak dari rumah ke ladang. Jenis tanaman

kayu-kayuan akan lebih cenderung ditanam masyarakat pada lahan miliknya

yang jaraknya sangat jauh dari rumah karena berhubungan dengan intensitas

kunjungan yang lebih sedikit dan dapat ditinggalkan dalam waktu yang lama.

Page 24: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

68

Tetapi pada penelitian ini, faktor jarak dari rumah ke ladang tidak

berpengaruh pada peluang untuk menanam kemiri. Penyebabnya adalah

karena hampir sebagian besar lahan masyarakat berada pada kondisi

topografi yang curam dan terjal dan berada disekitar lingkungan masyarakat.

Tanaman kemiri yang ditanam pada lahan yang jauh adalah lahan-lahan hasil

garapan yang merupakan lahan hutan yang jaraknya cukup jauh dari rumah

masyarakat.

Hasil berbeda dengan penelitian Fatmawati (2011) yang menyebutkan

bahwa jarak akan mempengaruhi peluang masyarakat menanam cendana.

Semakin dekat jarak dari rumah, peluang menanam cendana akan semakin

besar, karena menanam cendana dekat rumah akan lebih aman dari

pencurian, bahaya kebakaran, pengembalaan liar dan penebangan illegal.

Untuk menanam jenis tanaman kayu komersil yang memiliki nilai jual tinggi

memang lebih baik ditanam pada lahan yang dekat dengan rumah penduduk.

g. Tingkat pendidikan sekolah

Pendidikan akan mempengaruhi pengambilan keputusan petani. Hasil

pengolahan data menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak

mempengaruhi masyarakat menanam kemiri. Hal ini didukung oleh

Sumaryanto (2006) yang menyebutkan bahwa faktor pendidikan tidak

mempengaruhi petani melakukan diversifikasi usaha. Hardjanto (2003)

menyebutkan bahwa tingkat pendidikan petani umumnya sangat terbatas

(rendah), yang berdampak pada keterbatasan pengetahuan. Akibatnya untuk

memulai suatu yang baru akan memakan waktu yang lama, seperti

penggunaan teknologi pertanian.

Silamon (2011) menyatakan bahwa tingkat pendidikan memiliki

kecenderungan hubungan berbanding terbalik dengan keputusan

mengusahakan hutan rakyat, dimana semakin tinggi pendidikan maka

semakin kecil peluang untuk mengusahakan hutan rakyat atau petani dengan

pendidikan yang semakin rendah akan semakin besar peluangnya untuk

mengusahakan hutan rakyat. Pada akhirnya, faktor pendidikan yang rendah

menyebabkan petani memilih menanam jenis tanaman yang tidak intensif

karena dilatarbelakangi oleh pengetahuan yang terbatas.

Page 25: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

69

Hasil analisis faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi masyarakat

mengelola kemiri menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan kegiatan hutan rakyat

dengan jenis tanaman kemiri yaitu pada lahan masyarakat yang diperoleh dari

membuka hutan, pendapatan masyarakat khususnya pada masyarakat yang

berpenghasilan rendah, lahan-lahan masyarakat yang sulit dijangkau, luas

kepemilikan lahan khususnya pada masyarakat yang memiliki lahan yang berada

pada lahan miring (curam dan terjal) dan kelompok masyarakat yang kurang

produktif.

5.3 Analisis Keberlanjutan Pengelolaan Kemiri Rakyat

Untuk melakukan analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri diketahui dari

aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Aspek yang digunakan dalam analisis ini

merupakan kombinasi yang sudah dimodifikasi sesuai kebutuhan analisis

keberlanjutan pengelolaan untuk jenis tanaman hasil hutan bukan kayu

berdasarkan pendekatan indikator LEI (2001), Davis et al. (2001) dan Dephut et

al. (1997). Selanjutnya adalah hasil penilaian terhadap masing-masing indikator.

5.3.1 Aspek Ekologi

Hasil penilaian setiap indikator dari aspek ekologi adalah yang bernilai Baik

sebanyak 3 (30%); yang bernilai Cukup sebanyak 7 (70%); dan yang bernilai

Jelek tidak ada. Adapun penjelasan setiap indikator adalah sebagai berikut:

Tabel 24 Hasil penilaian aspek ekologi pada pengelolaan tanaman kemiri No Indikator Penilaian Keterangan

1 Erosi B

2 Produksi lahan C

3 Karakteristik air B

4 Kualitas air C

5 Cara mengambil manfaat B

6 Pengendalian hama dan penyakit C

7 Adanya gangguan (kebakaran, hama & penyakit, banjir,

tanah longsor, dll)

C

8 Struktur tegakan C

9 Penutupan lahan C

10 Konservasi tanah C Keterangan : B= Baik, C= Cukup

Page 26: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

70

1 Erosi tanah

Erosi adalah peristiwa terangkutnya partikel tanah oleh air ke tempat yang

lebih rendah. Peristiwa erosi merupakan hal alami yang tidak dapat dihindarkan

dan erosi alami tidak akan menimbulkan kerusakan. Erosi yang menimbulkan

kerusakan adalah erosi yang mengangkut partikel tanah dalam jumlah yang sangat

besar dan menyebabkan terkikisnya lapisan solum tanah, yang pada akhirnya

menimbulkan lahan kritis. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya erosi

adalah iklim (curah hujan), topografi, pola penggunaan lahan, jenis tanah dan

kegiatan/aktivitas manusia.

Hutan rakyat adalah salah satu pola yang dapat diadopsi untuk mengatasi

erosi, seperti hutan rakyat pola agroforestry. Mahendra (2009) menyebutkan

bahwa dengan sistem agroforestry memungkinkan terciptanya multi strata tajuk.

Pohon yang dominan akan menempati tajuk paling atas dan tanaman pangan akan

menempati strata paling bawah.Akar pohon akan berfungsi sebagai spon pengikat

air, dapat mengurangi laju infiltrasi dan tajuk dapat mengurangi kerusakan akibat

air hujan. Penerapan sistem agroforestry akan meningkatkan konservasi tanah

dan air suatu lahan. Haryadi (2006) menyebutkan, hutan rakyat pola campuran

berperan dalam mencegah terjadinya erosi karena (1) kerapatan lapisan tajuk, (2)

perakaran tanaman yang kuat dan (3) adanya kegiatan pengelolaan lahan.

Peran hutan rakyat sengon dengan sistem agroforestry telah membuat

masyarakat Desa Pecekelan sadar akan keberadaan hutan rakyat yang dapat

memberikan keamanan lingkungan seperti dari aspek konservasi tanah, yaitu

berkurangnya tanah longsor oleh run off (Rahayu dan Awang 2003). Tentu hal ini

berkaitan dengan tingkat erosi yang dihasilkan hutan rakyat adalah kecil.

Lapisan tanah yang ditumbuhi oleh tanaman keras akan berperan dalam

mencegah terjadinya erosi. Suripin (2004) menyatakan hutan yang terpelihara

dengan baik yang dikombinasikan dengan tanaman penutup tanah (rumput, perdu,

semak dan belukar) merupakan pelindung tanah yang ideal dalam mencegah

terjadinya erosi. Pengaruh vegetasi dalam memperkecil laju erosi adalah (1)

vegetasi mampu menangkap (intersepsi) butir air hujan sehingga energi

kinetiknya terserap oleh tanaman dan tidak menghantam langsung pada tanah; (2)

tanaman penutup mengurangi energi aliran, meningkatkan kekasaran sehingga

Page 27: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

71

mengurangi kecepatan aliran permukaan; (3) perakaran tanaman meningkatkan

stabilitas tanah dengan meningkatkan kekuatan tanah, granularitas dan porositas;

(4) aktivitas biologi yang berkaitan dengan pertumbuhan tanaman memberikan

dampak positif pada porositas tanah; dan (5) tanaman mendorong transpirasi air

sehingga lapisan tanah atas menjadi kering dan memadatkan lapisan bawahnya.

Kecamatan Tanah Pinem adalah kecamatan yang berada di daerah yang

cukup berbukit dengan kondisi topografi seperti pada Tabel 10, dengan curah

hujan yang cukup tinggi serta kegiatan masyarakat yang umumnya bertani dengan

pola penggunaan lahan seperti ladang/huma, kebun/tegalan dan perkebunan.

Dengan kondisi di atas, maka segala bentuk aktifitas masyarakat dalam

pengelolaan lahan akan berdampak terhadap terjadinya erosi.

Dari hasil perhitungan prediksi erosi tanah di Kecamatan Tanah Pinem

dengan menggunakan pendekatan dari Universal Soil Loss Equation (USLE)

yaitu memprediksi laju erosi rata-rata lahan pada suatu kemiringan lahan dengan

pola hujan tertentu untuk setiap jenis tanah dan penerapan pengelolaan lahan,

diperoleh data seperti Tabel 25. Tingkat bahaya erosi pada lokasi penelitian

berada pada kategori ringan sampai sedang. Hal ini dapat dipengaruhi dari

keberadaan hutan yang ada di daerah bertopografi bergelombang sampai terjal,

sehingga ada pelindung tanah yang bersifat mencegah terjadinya erosi tanah. Data

ini menunjukkan bahwa kondisi lahan masih cukup baik.

Tabel 25 Prediksi tingkat bahaya erosi potensial di Kecamatan Tanah Pinem

No Tingkat bahaya erosi aktual

(ton/ha/tahun)

Luas

(ha)

Persentase

(%)

1 Bahaya erosi I (< 15 ton/ha/tahun) 10.050,65 22,87

2 Bahaya erosi II (16 – 60 ton/ha/tahun) 32.061,46 72,97

3 Bahaya erosi III (60 – 180 ton/ha/tahun) 57,38 0,13

4 Bahaya erosi IV (180-480 ton/ha/tahun) - -

5 Bahaya erosi V (>480 ton/ha/tahun) - -

6 Tidak ada data 1.770,51 4,03

Jumlah 43.940,00 100 Sumber : BPKH Wilayah 1 Medan (2001)

Keberadaan tanaman kemiri, pada lahan-lahan yang bertopografi

bergelombang sampai terjal di Kecamatan Tanah Pinem akan berperan dalam

menjaga tanah agar terhindar dari erosi dan tanah longsor. Pada lahan-lahan yang

Page 28: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

72

ditanami tanaman kemiri, tampak bahwa lapisan permukaan tanah dalam kondisi

ditumbuhi tumbuhan bawah yang berperan dalam mencegah terjadinya erosi.

Pada lahan-lahan yang ditanami tanaman kemiri tidak ada dijumpai penipisan

lapisan tanah karena tajuk yang lebat dan lebar serta tumbuhan bawah yang

tumbuh rapat berperan melindungi tanah dari pengaruh tumbukan air hujan

sehingga tidak menimbulkan erosi. Lain halnya pada lahan-lahan yang ditumbuhi

oleh tanaman pertanian berdaur pendek seperti tanaman jagung, tampak adanya

erosi alur yang membentuk parit-parit kecil tempat berlalunya air yang

mengangkut partikel tanah. Hal ini terjadi karena tidak adanya perlindungan

terhadap permukaan tanah pada saat hujan turun.

Gambar 11 Tumbuhan bawah pada tegakan kemiri berperan dalam mencegah

terjadinya erosi.

2 Produktivitas lahan

Produktivitas lahan untuk jenis tanaman kemiri yang ada di Kecamatan

Tanah Pinem selama 10 (sepuluh) tahun terakhir disajikan pada Gambar 12.

Tampak pada gambar bahwa produktivitas kemiri naik turun seiring dengan naik

turunnya luas tanaman kemiri. Produksi kemiri dipengaruhi oleh umur tanaman,

yang rata-rata tanaman sudah termasuk pada kategori tidak produktif dan kondisi

kesehatan tanaman.

Page 29: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

73

Sumber : Kecamatan Tanah Pinem (2001-2010)

Gambar 12 Luas dan produktivitas kemiri selama 10 tahun terakhir.

Untuk perbandingan, pada Tabel 26 dapat dilihat produktivitas empat jenis

komoditi utama di Kecamatan Tanah Pinem seperti jagung, padi ladang, cokelat

dan kemiri sejak tahun 2005 sampai tahun 2009. Produktivitas untuk ke-4

komoditas setiap tahunnya adalah meningkat, walaupun pada tahun tertentu ada

yang menurun. Informasi dari kecamatan, rata-rata produktivitas jagung masih

sangat rendah yaitu berkisar 6-7 ton/ha. Bila dilakukan pengelolaan lahan yang

intensif, maka dapat mencapai hasil yang cukup tinggi yaitu 8–10 ton/ha.

Produktivitas kemiri masih cukup besar yaitu antara 0,50 sampai 0,77 ton/ha jika

dibandingkan dengan produktivitas kemiri untuk tingkat Indonesia pada tahun

2007 adalah 0,797 ton/ha. Produktivitas tanaman kemiri dari sampel yang diambil

rata-ratanya adalah 583,33 kg/ha/tahun, mendekati rata-rata produksi kemiri di

Indonesia sebesar 0,5 ton/ha/tahun (Paimin 1994).

Tabel 26 Produktivitas 4 jenis komoditi utama tahun 2005 sampai tahun 2009

No Tahun Produktivitas (ton/ha)

Jagung Padi Ladang Cokelat Kemiri

1 2005 5,63 2,63 38,85 0,50

2 2006 6,33 1,87 0,70 0,65

3 2007 6,16 2,30 0,75 0,50

4 2008 6,23 2,30 0,93 0,75

5 2009 6,63 2,32 1,01 0,77 Sumber : Kecamatan Tanah Pinem Dalam Angka (2006-2010)

Luas (Ha)Produksi (Ton)

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

Page 30: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

74

Salah satu alasan masyarakat memilih untuk menanam jenis tanaman

tertentu pada lahannya adalah sesuai dengan kondisi tanahnya, yang mengarah

pada produktivitas lahan dengan harapan hasilnya banyak (Suharjito 2002).

Kondisi ini juga dialami oleh masyarakat pada lokasi penelitian, menanam kemiri

merupakan tanaman yang menghasilkan bagi masyarakat (khususnya pemilik

lahan pada lahan miring) dan produksinya masih ada walaupun produktivitas

lahan cenderung menurun.

3 Karakteristik air

Kondisi sungai-sungai di lokasi penelitian umumnya mengalir sepanjang

tahun. Sungai-sungai di Kecamatan Tanah Pinem umumnya sulit dimanfaatkan

oleh masyarakat karena keberadaannya yang berada pada daerah jurang yang

dalam dan diantara bebatuan yang curam dan terjal. Untuk kehidupan sehari-hari,

masyarakat memanfaatkan sungai-sungai yang mengalir di dekat perkampungan

yang bersumber dari kawasan hutan. Mata-mata air mengalir dari bebatuan yang

dibagian hulunya terdapat pepohonan, termasuk tanaman kemiri. Hal ini sesuai

dengan BPKH (2009) yang menyebutkan bahwa dengan keberadaan hutan rakyat

berperan dalam menjamin ketersediaan air lokal. Wijayanto (2002) juga

menyebutkan bahwa ada keterpaduan repong damar dengan agro-ekosistem

dalam sistem tata air yang akan menjamin ketersediaan air sepanjang tahun.

Masyarakat Desa Pecekelan menyatakan bahwa hutan rakyat berperan dalam

menjaga keberadaan mata air dan menjamin tidak pernah kering pada musim

kemarau (Rahayu dan Awang 2003).

Gambar 13 Tegakan pohon (kemiri) berperan menjamin ketersediaan air lokal.

Page 31: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

75

4 Kualitas air

Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan oleh semua mahluk

hidup. Salah satu hal yang menjadi perhatian utama dalam penggunaan air adalah

kualitas air. Kualitas air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau

kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya untuk air minum, perikanan,

pengairan/irigasi, industri dan sebagainya. Mengetahui kualitas air berarti

mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan kelestarian dalam

penggunaannya. Kualitas air dapat dilihat dari parameter kemasaman (pH) air,

Biological Oxygen demand (BOD), Chemichal Oxygen Demand (COD), residu

terlarut dan temperatur air.

Kecamatan Tanah Pinem secara keseluruhan berada di daerah DAS Singkil.

Berdasarkan data dari BPDAS Wampu Sei Ular (2009), pH air berkisar antara

nilai 6 sampai di bawah 7,5, BOD berkisar kurang dari 0,7 mg/l, COD berkisar

pada nilai 3,19 sampai 22,31 mg/l dan residu terlarut (sedimen) bernilai antara

20,75 sampai 444,5 mg/l. Dari hasil tersebut di atas dinyatakan bahwa sungai-

sungai yang termasuk dalam DAS Singkil secara keseluruhan masih dalam

kondisi yang baik sesuai kriteria PP No.82 tahun 2011 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Syarat kelas mutu air menurut PP

No.82 tahun 2001 adalah pH berkisar 6-9, BOD berkisar 2-12 mg/l, COD berkisar

10-100 mg/l dan residu terlarut berkisar 1000-2000 mg/l.

Bila dilihat dari tingkat kejernihan air, maka air yang mengalir pada sungai-

sungai pada musim kemarau umumnya bersih dan keruh pada musim penghujan.

Untuk kehidupan sehari-hari, masyarakat menggunakan sumber mata air dalam

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

5 Cara-cara mengambil manfaat (kayu dan buah)

Manfaat yang diambil masyarakat dari tanaman kemiri secara umum adalah

buahnya. Cara-cara mengambil manfaat buah yang dilakukan oleh masyarakat

masih sederhana, tidak merusak dan ramah lingkungan. Buah yang diambil

adalah buah yang jatuh secara alami yang ada di bawah tegakan tanaman kemiri.

Pada saat pengambilan manfaat dilakukan pembabatan tanaman bawah untuk

pembersihan lahan. Pembabatan dilakukan sebanyak dua kali setahun yaitu

sebanyak musim berbuah banyak. Selain dilakukan pembabatan, juga dilakukan

Page 32: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

76

dengan cara kimia seperti penggunaan round-up. Bahan kimia ini merupakan

sejenis racun tanaman yang dapat mematikan tanaman bawah seperti rumput dan

alang-alang. Penggunaan round-up sudah sangat banyak digunakan oleh

masyarakat karena lebih mudah, praktis dan tidak memerlukan biaya yang besar.

Pengambilan manfaat kayu belum banyak dilakukan masyarakat. Pada

umumnya masyarakat belum memikirkan untuk menjual kayu kemiri yang sudah

tidak produktif. Dari 63 responden petani kemiri yang di wawancarai,

hanya 7 responden (11,11%) yang pernah menjual kayu kemiri yang dimilikinya.

Tidak semua responden dapat menjual kayu kemiri yang dimilikinya karena tidak

mengetahui informasi tentang penjualan kayu kemiri, kondisi tanaman kemiri

yang tidak bagus (percabangannya banyak), jumlah kayu yang berdiameter besar

dan bulat sangat jarang dan pengaruh jarak lokasi tanaman kemiri dari jalan

angkutan. Semakin jauh jarak dari jalan, harga kayu kemiri akan sangat murah

dan bahkan tidak laku.

Responden yang menjual kayu menyebutkan bahwa kayunya laku dijual

karena dekat dengan jalan, sudah berdiameter besar dan kondisi batang lurus dan

bulat cukup banyak. Penentuan harga kayu kemiri yang dimiliki oleh masyarakat

adalah dengan sistem taksir. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah pohon yang dapat

diangkut sesuai kriteria yang diperlukan pembeli, jarak lokasi ke jalan dan semua

biaya tebang sampai angkut ditanggung oleh pembeli, sehingga posisi tawar

pemilik kayu adalah lemah. Umumnya masyarakat menerima setiap harga yang

ditentukan dengan alasan daripada tidak laku. Dalam hal pemasaran kayu kemiri,

posisi tawar masyarakat sangat lemah dalam penentuan harga (Sumodiningrat

1999; Hardjanto 2000; Awang et al 2007).

Hardjanto (2000) menyebutkan bahwa petani hutan rakyat memiliki posisi

tawar yang lebih rendah dibanding tengkulak, industri kecil dan industri besar.

Hal ini terjadi karena tengkulak, industri kecil dan besar sudah memiliki posisi

tawar yang lebih kuat. Untuk kegiatan penebangan, penyaradan dan

pengangkutan kayu dari lahan masyarakat dilakukan oleh pembeli kayu,

akibatnya berdampak pada kekuatan pembeli untuk menentukan harga. Hal ini

berdampak pada pendapatan petani yang kecil dan tidak dapat merangsang petani

untuk mengembangkan usaha yang sama.

Page 33: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

77

Masyarakat yang memiliki pohon kemiri yang tidak laku dijual, akan

menebangnya dan hanya membiarkan kayunya begitu saja sampai membusuk dan

menjadi pupuk bagi tanaman lain yang ditanaminya. Masyarakat kurang tertarik

menggunakan kayu kemiri menjadi kayu bakar, karena kurang bagus dalam

proses pembakaran, terutama kalau kayunya pernah basah.

6 Pengendalian hama dan penyakit

Permasalahan yang dihadapi masyarakat pada umumnya adalah adanya

hama dan penyakit. Hama yang pernah terjadi adalah serangan ulat yang

memakan daun sehingga meninggalkan kayu kemiri dengan kondisi tidak berdaun

(hanya meninggalkan kayu dan ranting). Hal ini terjadi sekitar tahun 1987 sampai

tahun 1990-an. Hama ulat ini menyerang semua tanaman kemiri masyarakat

hampir di semua desa yang ada di Kecamatan Tanah Pinem. Semua responden

yang diwawancarai menyebutkan bahwa mereka tidak dapat melakukan upaya

pencegahan, mengingat ulat yang ada sangat banyak dan cukup sulit untuk

mengatasinya.

Sementara untuk jenis penyakit yang dihadapi oleh masyarakat secara

umum adalah gugur buah. Hampir semua responden menyatakan menghadapi

permasalahan gugur buah. Buah kemiri akan gugur ketika buah hampir mencapai

kondisi setengah tua (hampir masak pohon). Buah yang gugur ini tidak bisa

dipanen karena belum membentuk buah kemiri yang bagus (belum menjadi

kernel). Permasalahan ini belum bisa diatasi oleh masyarakat dan beberapa hasil

penelitian belum mampu menjelaskan penyebab terjadinya gugur buah ini.

Permasalahan lain yang dihadapi adalah adanya benalu yang tumbuh pada pohon

kemiri yang lama kelamaan makin banyak yang akhirnya mengganggu

pertumbuhan tanaman kemiri.

Berbagai hama dan penyakit di atas adalah masalah-masalah yang

umumnya banyak ditemui pada tanaman kemiri (Sunanto 1994, Paimin 1994 dan

Deptan 2006a). Untuk upaya pencegahan dan pengobatan, akan menemui

kesulitan karena ukuran tanaman yang tinggi dan membutuhkan biaya untuk

membeli obat-obatan. Informasi yang diperoleh dari masyarakat dan penyuluh

menyebutkan bahwa beberapa upaya pencegahan terhadap hama dan penyakit

yang umum terjadi pada tanaman kemiri adalah dengan melakukan pengasapan

Page 34: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

78

dari bawah tegakan dengan membakar kayu ataupun belerang dan menebas

batang bagian bawah pohon tetapi tidak sampai merusak kayu (hanya sebatas

kulit luar saja). Sementara itu, ada juga masyarakat yang mengambil keputusan

membiarkan saja atau menebang tanamannya dan beralih ke tanaman lain.

7 Adanya gangguan (kebakaran, hama dan penyakit, banjir, tanah

longsor, dan lain-lain)

Gangguan terhadap tanaman kemiri dan dampaknya bagi lingkungan sekitar

pernah terjadi tetapi tidak sampai menimbulkan kerusakan dan korban jiwa dan

korban materi. Gangguan seperti kebakaran hutan dan lahan tidak pernah terjadi.

Tetapi gangguan hama dan penyakit pernah terjadi seperti pada poin 6 di atas.

Gangguan seperti banjir bandang pernah terjadi di Pamah sekitar tahun 2006.

Banjir bandang terjadi di daerah alur perlaluan air yang diangkut dari daerah yang

tinggi (dataran tinggi) yang melewati Pamah (daerah yang ada di dataran rendah).

Sementara tanah longsor terjadi pada lahan-lahan yang bertopografi curam,

khususnya di daerah pinggir jalan, pinggir sungai dan pinggir lahan-lahan terjal

yang sudah gundul. Tanah longsor yang terjadi masih cukup ringan dan tidak

menimbulkan bahaya. Tetapi, menurut pengamatan di lapangan, dengan kondisi

topografi yang bergelombang, curah hujan yang tinggi, pola peralihan

penggunaan lahan dari tanaman keras menjadi tanaman semusim, bila tidak

diantisipasi dengan baik, bisa menimbulkan banjir bandang dan tanah longsor

yang lebih besar di tahun-tahun yang akan datang.

Deptan (2006b) menyebutkan bahwa pengembangan kemiri dapat

memperbaiki kondisi hidro-orologis setempat seperti mengurangi erosi dan banjir,

kebakaran, ketersediaan oksigen dan penyerapan CO2. Gangguan banjir bandang

yang terjadi di Pamah dan longsor di beberapa tempat dapat disebabkan karena

struktur tegakan kemiri yang sudah mulai rusak oleh peralihatan dari tanaman

kemiri menjadi tanaman berumur pendek pada lahan-lahan yang bertopografi

curam dan terjal.

8 Struktur tegakan hutan

Struktur tegakan kemiri pada lokasi tanaman kemiri yang diamati

menunjukkan kondisi yang sangat rapat, masih baik dan utuh serta bermanfaat

dalam melindungi lapisan tanah dari erosi dan tanah longsor. Tetapi, dari

Page 35: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

79

pengamatan dan pemantauan di lapangan secara keseluruhan dapat dilihat bahwa

struktur tegakan hutan umumnya sudah mulai terganggu dengan adanya peralihan

lahan-lahan yang ditanami tanaman keras menjadi tanaman semusim, baik di

lahan datar maupun lahan miring yang menyebabkan keterbukaan sebagian

permukaan lahan. Tetapi, beberapa kawasan hutan keberadaannya tetap terjaga.

Seperti di daerah Pasir Tengah, ada kawasan hutan yang tidak boleh diganggu

(tidak boleh dirusak dan ditebang) karena dipercayai sebagai kawasan hutan

keramat. Kawasan ini dikeramatkan karena masyarakat percaya ada roh-roh yang

menjaga hutan tersebut, jika ada yang merusak hutan maka akan diganggu oleh

roh penjaga. Kawasan hutan yang dikeramatkan akan berperan dalam menjaga

kawasan hutan sehingga tidak ada kegiatan perusakan oleh masyarakat. Hal yang

sama juga terjadi pada masyarakat Kasepuhan di Banten. Suharjito dan Saputro

(2008) menyebutkan bahwa Leuweung titipan pada lingkungan masyarakat

Kasepuhan adalah hutan yang tidak boleh dipungut hasilnya atau kawasannya

tidak dapat dimanfaatkan karena dianggap keramat. Leuweung titipan bagi warga

Kasepuhan merupakan titipan dari Karuhun yang harus dijaga kelestarian dan

keasliannya.

9 Jaminan penutupan lahan

Penanaman tanaman kemiri yang dilakukan oleh masyarakat secara umum

menjamin penutupan lahan. Penutupan lahan ini terlihat dari besarnya tajuk

tanaman kemiri yang menutupi lahan sehingga berperan dalam melindungi

permukaan tanah. Penanaman kemiri dengan jarak tanam tertentu akan menjamin

luas lahan yang akan ditutupi oleh tajuk pohon. Penanaman yang dilakukan oleh

masyarakat bertujuan untuk mendapatkan buah, maka jarak tanam kemiri yang

digunakan masyarakat adalah berkisar antara 8m x 8m, 8m x 10m, 10m x 10m,

10m x 12m. Tetapi ada juga beberapa penduduk yang menanam dengan jarak

tanaman yang lebih sempit yaitu dengan jarak tanam 5m x 5m sampai 6m x 6m.

Tujuan penanaman dengan jarak tanaman yang lebar adalah agar tajuk tanaman

kemiri lebar dan besar sehingga buah yang akan dihasilkan lebih banyak.

Penanaman kemiri untuk tujuan menghasilkan buah dapat menjamin penutupan

lahan sehingga berperan menjaga tanah tidak rusak, menjaga kesuburan tanah dan

mencegah erosi. Berapapun jarak tanam yang dibuat, secara umum struktur

Page 36: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

80

tegakan kemiri pada suatu bentang lahan akan menjamin penutupan lahan, yang

kemudian akan berperan dalam mencegah terjadinya erosi dan tanah longsor

(Haryadi 2006; Mahendra 2009).

Gambar 14 Tajuk tanaman kemiri yang lebar berperan menutupi permukaan tanah

10 Adanya upaya konservasi tanah

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa di beberapa lokasi yang

diamati, tidak ada upaya konservasi tanah yang sengaja dilakukan. Tetapi, untuk

beberapa tempat, seperti daerah terjal, pinggir-pinggir sungai, lembah curam dan

alur-alur sungai, masyarakat masih mempertahankan keberadaan tanaman kemiri.

Apalagi untuk beberapa responden menyebutkan bahwa mereka masih mau

menanami tanaman kemiri pada lahan milik mereka khususnya pada lahan miring

karena tidak bisa dikelola menjadi tanaman pertanian. Jika masyarakat beralih

menanam tanaman lain pada lahan miliknya yang miring, maka akan

membutuhkan biaya yang besar. Suripin (2004) menyebutkan untuk kondisi

lapangan yang curam dan terjal dan untuk menjamin produktivitas lahan

sebaiknya menerapkan kaidah konservasi tanah dengan cara pengolahan tanah

menurut kontur, guludan, teras dan lain-lain sesuai dengan kondisi lapangan.

Dengan menerapkan kaidah konservasi pada lahan miring, maka masyarakat

dapat memperoleh penghasilan dan bermanfaat bagi lingkungan.

Hasil penilaian keberlanjutan pengelolaan tanaman kemiri rakyat di

Kecamatan Tanah Pinem dari aspek ekologi masuk pada kategori berkelanjutan

dengan catatan yaitu harus ada pembenahan dan perbaikan dalam pengelolaan

agar pengelolaannya sampai pada tahap berkelanjutan. Hal ini dapat dilihat dari

Page 37: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

81

hal-hal yang berhubungan dengan pengelolaan yang belum sepenuhnya dilakukan

kearah pengelolaan yang keberlajutan seperti belum adanya upaya penanganan

hama dan penyakit yang berdampak pada menurunnya produktivitas, luas

tanaman kemiri yang terus menurun yang berdampak pada jaminan penutupan

lahan khususnya pada lahan miring, belum adanya kegiatan yang aktif dalam

konservasi tanah seperti penanaman pada lahan miring dan lain-lain. Adanya

gangguan hama dan penyakit menunjukkan bahwa pengelolaan tanaman kemiri

belum intensif dan adanya bencana banjir bandang akibat dari perubahan

penggunaan lahan pada lahan miring menunjukkan terjadinya pola penggunaan

lahan yang tidak tepat pada lahan-lahan miring. Jika pengelolaan tanaman kemiri

rakyat berkelanjutan, maka peran tanaman kemiri dari aspek ekologi (lingkungan)

akan tercapai seperti menyimpan keanekaragaman hayati, habitat satwa,

mempertahankan kesuburan tanah, menjaga kestabilan suhu tanah dan organisme

penghuninya, mengurangi karbon dioksida, mengurangi pemanasan global dan

penahan erosi (Haryadi 2006).

5.3.2 Aspek Ekonomi

Hasil penilaian setiap indikator yang diperoleh dari aspek ekonomi adalah

yang bernilai Baik sebanyak 3 (37,5%); yang bernilai Cukup sebanyak 3 (37,5%);

dan yang bernilai Jelek sebanyak 2 (25%). Penjelasan setiap indikator adalah

sebagai berikut:

Tabel 27 Hasil penilaian aspek ekonomi pada pengelolaan tanaman kemiri

No Indikator Penilaian Keterangan

1 Sumber modal J

2 Peningkatan pendapatan C

3 Kelayakan usaha B

4 Penyerapan tenaga kerja B

5 Kesejahteraan penduduk J

6 Kepastian potensi produksi di panen (buah) C

7 Keuntungan usaha C

8 Akses pasar B Keterangan : B= Baik, C= Cukup, J= Jelek

1 Sumber modal

Sumber modal untuk berbudidaya tanaman kemiri berasal dari pemilik

lahan. Sumber modal dalam tanaman keras belum dapat diajukan ke bank dalam

Page 38: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

82

bentuk kredit karena tingkat pengembalian modal yang cukup lama. Bank hanya

mengeluarkan dana pinjaman seperti untuk kegiatan usaha pertanian dan

peternakan. Diniyati et al. (2008) menyebutkan bahwa bank dan koperasi dapat

berpengaruh dalam perkembangan hutan rakyat. Sementara Mosher dalam

Soekartawi (2002) menyebutkan bahwa salah satu unsur kelembagaan yang dapat

digunakan untuk mengetahui sejauhmana pembangunan pedesaan sudah

berkembang adalah adanya perkreditan yang berfungsi untuk meningkatkan

kemampuan rakyat dalam mengadakan faktor produksi.

Jika hal di atas dihubungkan dengan pinjaman yang mudah pada jenis usaha

pertanian, tentu mendukung kegiatan pengembangan usaha tanaman pertanian,

tetapi tidak untuk tanaman keras (kayu-kayuan) yang menghasilkan agak lambat.

Nugroho (2010) lembaga keuangan seperti bank masih enggan untuk mendanai

pengusahaan hutan rakyat berdasarkan sifat manfaat sosial, ekonomi dan

lingkungan yang dapat dihasilkan dari pengusahaan hutan rakyat. Tidak adanya

akses untuk mendapatkan kredit dari bank dalam pengusahaan kemiri,

menyebabkan penanaman kemiri hanya dilakukan berdasarkan pengalaman

dengan modal lahan yang tersedia, tenaga kerja dari keluarga dan pengadaan bibit

diperoleh dari bibit tanaman kemiri yang tumbuh di lahan-lahan sekitar, sehingga

usaha pengembangan tanaman kemiri sebagai tanaman yang dapat bermanfaat

dari aspek ekologi dan ekonomi kurang berkembang.

2 Peningkatan pendapatan

Untuk mendapatkan peningkatan pendapatan, maka suatu jenis kegiatan

haruslah mendatangkan keuntungan bagi pemiliknya. Tanaman kemiri merupakan

salah satu sumber pendapatan keluarga bagi pemiliknya. Petani kemiri tidak

hanya menanam kemiri saja, tetapi juga menanam tanaman lain seperti jagung

dan cokelat. Sumber penghasilan masyarakat selain dari tanaman pertanian adalah

dari gaji, berdagang, supir, tukang dan lain-lain. Jika pendapatan dari kemiri

dibandingkan dengan pendapatan total per tahun, maka pendapatan yang

diperoleh petani dari tanaman kemiri adalah sekitar 35,79% terhadap pendapatan

total (Lampiran 5). Sementara penelitian lainnya menyebutkan bahwa kontribusi

pendapatan petani dari kemiri terhadap pendapatan total per bulan di Kecamatan

Page 39: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

83

Kuta Buluh, Tiga Binanga, Lau Balang dan Mardinding (Kabupaten Karo) adalah

antara 10,34% sampai 39,43% (Hutasoit 2008).

Jika hasil pendapatan dari HHBK kemiri di atas dibandingkan dengan hasil

pendapatan dari kayu hutan rakyat, maka pendapatan ini masih lebih besar dari

hasil kayu karena kontribusi hasil hutan rakyat kayu masih lebih kecil dari HHBK

seperti getah damar dan kemenyan (Hardjanto 2000; Hardjanto 2001; Wijayanto

2001; Nurrochmat 2001; Darusman dan Hardjanto 2006; Sitompul 2011). Hal ini

terjadi karena pendapatan dari HHBK dapat diperoleh petani hampir sepanjang

tahun pada saat usia tanaman masih produktif sedangkan dari hasil dari kayu

hanya dapat dirasakan pada saat masa penjarang ataupun pada masa panen akhir.

Pendapatan dari HHBK akan berfluktuasi sepanjang tahun tergantung dari besar

kecilnya produksi HHBK yang diperoleh sedangkan pendapatan dari hasil kayu

yang sangat besar akan diperoleh pada saat akhir panen.

Data di atas menunjukkan bahwa tanaman kemiri berperan sebagai sumber

penghasilan petani dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti

kebutuhan primer dan sekunder (Sumodiningrat 1999). Peran pendapatan dari

tanaman kemiri terhadap petani yang cukup besar disebabkan karena responden

yang diwawancarai umumnya adalah responden yang memang menggantungkan

hidupnya dari hasil tanaman kemiri. Hal ini juga dipengaruhi karena kondisi

harga kemiri yang meningkat secara tajam. Menurut informasi, harga kemiri

tahun 2005-2008 berkisar antara Rp6.000-Rp7.000/kg, pada tahun 2009 sampai

awal 2010 berkisar antara Rp8.000-Rp9.000/kg, pada tahun 2010 berkisar

Rp20.000-23.000/kg. Pada saat penelitian dilakukan, harga kemiri antara

Rp22.000-25.200/kg. Tentu peningkatan harga kemiri ini akan mempengaruhi

peningkatan pendapatan masyarakat secara umum.

3 Kelayakan usaha

Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha tanaman

kemiri. Analisis dilakukan dengan menggunakan aliran biaya dan pendapatan

yang terdiskonto (discounted cash flow analysis). Jangka waktu analisis dimulai

sejak tahuk pertama sampai tahun ke-50 dengan asumsi bahwa produksi buah

masih dapat diperoleh sampai umur 50 tahun. Asumsi lain yang digunakan

adalah bahwa kondis lahan adalah subur, jarak tanam 8m x 8m dengan perkiraan

Page 40: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

84

produksi buah pertahun berdasarkan Deptan (2006a) dan Paimin (1994). Tingkat

suku bunga yang digunakan adalah 24% yaitu besaran kisaran tingkat suku bunga

yang berlaku di lokasi penelitian.

Tabel 28 Analisis kelayakan usaha tanaman kemiri untuk luas 1 ha

No Kondisi Kriteria

investasi

Kriteria

layak

Hasil

perhitungan

Kesimpulan

1 Lahan milik NPV (Rp)

IRR (%)

BCR

NPV>0

IRR>DR

BCR>1

130.123.463

79,66

7,61

Layak

2 Lahan sewa NPV (Rp)

IRR (%)

BCR

NPV>0

IRR>DR

BCR>1

124.981.450

78,99

6,04

Layak

3 Lahan dibeli NPV (Rp)

IRR (%)

BCR

NPV>0

IRR>DR

BCR>1

13.852.311

25,75

1,10

Layak

Perhitungan biaya, pendapatan, NPV, BCR dan IRR dapat dilihat pada

Lampiran 6. Analisis NPV, BCR dan IRR dilakukan pada tiga kondisi yaitu lahan

milik, lahan sewa dan lahan yang dibeli. Suatu kegiatan atau usaha disebut layak

jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan,

yang disebut dengan manfaat bersih. Suatu kegiatan dinyatakan layak bila NPV

lebih besar dari 0 (NPV>0) yang artinya usaha menguntungkan atau memberikan

manfaat. Pada Tabel 28 dapat dilihat bahwa hasil perhitungan NPV pada lahan

milik, lahan sewa dan lahan dibeli adalah lebih besar dari 0, sehingga usaha

kemiri dapat memberikan keuntungan kepada yang mengusahakannya.

Nilai BCR digunakan untuk mengetahui pengaruh adanya tambahan biaya

terhadap tambahan manfaat yang diterima. Suatu kegiatan dinyatakan layak bila

BCR lebih besar dari 1 (BCR>1) yang artinya bahwa usaha layak untuk

dijalankan. Nilai BCR pada lahan milik adalah 7,61, artinya bahwa investasi satu

rupiah akan memberikan tambahan pendapatan sebesar 7,61 rupiah, demikian

halnya pada lahan sewa dan lahan yang dibeli. Dari hasil nilai BCR di atas, dapat

diketahui bahwa usaha menanam kemiri layak dilakukan.

Nilai IRR digunakan untuk mengetahui tingkat pengembalian usaha

terhadap investasi yang ditanamkan. IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang

menghasilkan NPV sama dengan 0. Suatu usaha disebut layak apabila IRR-nya

Page 41: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

85

lebih besar dari opportunity cost of capital-nya (DR). Pada Tabel 28 dapat dilihat

bahwa nilai IRR pada lahan milik, lahan sewa dan lahan yang dibeli, masing-

masing berada di atas tingkat suku bunga awal perhitungan (DR) sebesar 24%.

Hasil analisis kelayakan usaha tanaman kemiri dari nilai NPV, BCR dan

IRR menunjukkan bahwa kegiatan penanaman kemiri layak untuk dikembangkan,

baik pada lahan milik, lahan sewa maupun lahan yang dibeli. Tetapi untuk lahan

yang dibeli, tingkat keuntungan yang akan diperoleh hanya sedikit. Hal ini

dilatarbelakangi oleh harga tanah yang sangat tinggi yaitu sekitar 144.000.000/ha.

Untuk investasi kemiri sebaiknya dilakukan pada lahan sewa dan lahan milik.

Hasil penelitian tanaman kemiri yang ada di Kabupaten Maros oleh Yusran

(1999) menunjukkan bahwa nilai NPV sebesar Rp6.392.526, BCR > 3,59 dan

IRR sebesar 53,51% pada tingkat suku bunga 19%, dan disebutkan bahwa

pengusahaan tanaman kemiri juga layak untuk diusahakan. Untuk kegiatan

tanaman rakyat lain yang tergolong HHBK juga menunjukkan layak untuk

dikembangkan seperti kemenyan karena nilai NPV sebesar Rp17.226.420, BCR

sebesar 2,37 dan IRR sebesar 22,6% pada lahan sewa dan nilai NPV sebesar

Rp24.902.670, BCR > 2,85 dan IRR sebesar 28,8% pada lahan yang tidak disewa

pada tingkat suku bunga 13% (Sitompul 2011).

4 Penyerapan tenaga kerja

Aktivitas pengelolaan kemiri cukup menyerap tenaga kerja baik dari

lingkungan keluarga petani dan dari luar anggota keluarga petani. Terdapat 33

responden (52,38%) yang menyebutkan bahwa aktivitas pengelolaan kemiri

menyerap tenaga kerja dari lingkungan keluarga petani itu sendiri sedangkan 30

responden (47,62%) menyebutkan selain menyerap tenaga kerja dari lingkungan

keluarga petani juga menyerap tenaga kerja dari luar anggota keluarga.

Aktivitas penanaman kemiri sangat menyerap tenaga kerja bagi anggota

keluarga pemilik lahan seperti pembersihan tumbuhan bawah, pengumpulan buah

dan pengupasan. Tentu hal ini tidak jadi masalah bagi keluarga yang memiliki

anggota keluarga usia produktif. Lain halnya dengan petani yang sudah kurang

produktif. Jumlah responden yang memiliki tanaman kemiri yang sudah berumur

di atas usia produktif (di atas 60 tahun) sebanyak 15 orang (23,81%). Responden

ini tidak dapat melakukan kegiatan pertanian yang aktif karena berhubungan

Page 42: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

86

dengan kekuatan fisik. Sehingga pengelolaan lahan yang dimilikinya akan

diserahkan kepada keluarga atau disewakan.

Sementara itu, tanaman kemiri juga dimiliki oleh masyarakat yang

melakukan pekerjaan lain seperti berdagang, tukang dan PNS, dimana mereka ini

tidak akan memiliki waktu yang cukup untuk mengelolanya. Bagi keluarga

pemilik lahan yang memiliki pekerjaan pokok di luar bertani, maka untuk

kegiatan tertentu seperti mengumpulkan buah dan membabat atau membersihkan

tumbuhan bawah akan mempekerjakan orang lain baik dari anggota keluarga

terdekat, tetangga maupun penduduk sekampung. Hal ini menunjukkan bahwa

penanaman kemiri menyerap tenaga kerja dari lingkungan anggota keluarga dan

di luar anggota keluarga.

Untuk mempekerjakan orang lain, tidak dilakukan dengan sistem gajian

tetapi dibayar dengan cara “sistem dibelahkan”. Seseorang yang memiliki

tanaman kemiri, tetapi tidak punya waktu untuk mengumpulkan kemirinya, maka

dia akan mempekerjakan orang lain dan orang tersebut akan dibayar dengan

menyerahkan setengah hasil kemiri yang dikumpulkannya. Sedangkan kegiatan

membabat atau mematikan tanaman bawah dengan round-up dilakukan dengan

pembayaran upah kerja per hari.

Darusman dan Hardjanto (2006) menyebutkan bahwa hutan rakyat yang

dikelola secara intensif maupun sambilan mampu menyerap tenaga kerja di desa.

Hal ini juga berlaku untuk kegiatan hutan rakyat pada jenis HHBK. Kegiatan lain

yang menyerap tenaga kerja dalam usaha tanaman kemiri selain dalam hal

pengelolaan adalah kegiatan pengupasan kemiri yang dilakukan oleh masyarakat

baik yang memiliki tanaman kemiri maupun yang tidak memiliki tanaman kemiri.

Beberapa masyarakat menjual kemiri dengan kulitnya langsung. Tetapi ada juga

yang lebih dahulu mengupasnya. Kemiri yang dijual dengan dikupas akan lebih

mahal. Untuk masyarakat yang tidak memiliki lahan dan tidak memiliki

pekerjaan, akan mencari nafkah dengan cara membeli kemiri berkulit lalu

mengupasnya. Wibowo (2007) menyebutkan bahwa kegiatan penanaman kemiri

mampu menumbuhkan usaha jasa pengusapan kemiri. Hal ini menunjukkan

bahwa kegiatan penanaman kemiri bersifat sebagai efek pengganda (multiflier

Page 43: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

87

effect) dimana mampu meningkatkan pendapatan bagi petaninya, meningkatkan

lapangan kerja dan bermanfaat dalam menjaga lingkungan.

5 Kesejahteraan penduduk

Kesejahteraan dalam lingkup masyarakat sangat tergantung pada tingkat

kesejahteraan keluarga-keluarga yang ada pada suatu tempat. Tingkat

kesejahteraan menurut BKKBN tahun 1999 adalah suatu tingkatan yang

menyatakan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material

yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang

serasi, selaras dan seimbang antara keluarga, masyarakat dan lingkungan.

Pengukuran kesejahteraan keluarga dibagi menjadi 5 kelompok seperti pada

kriteria BPS sedangkan analisis kesejahteraan penduduk dalam penelitian ini,

dikelompokkan menjadi 3 bagian seperti pada Tabel 29.

Pada tabel dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk di lokasi penelitian

pada tahun 2008 dan 2009 berada pada kriteria pra sejahtera sampai sejahtera II.

Pada tahun 2009, terjadi peningkatan jumlah penduduk tidak sejahtera dan terjadi

penurunan jumlah penduduk pada kriteria cukup sejahtera jika dibandingkan

dengan tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan tingkat

kesejahteraan penduduk walaupun sangat kecil.

Peran tanaman kemiri dalam meningkatkan kesejahteraan petani adalah

melalui pendapatan yang diperoleh dari hasil kemiri yang berperan dalam

memenuhi kebutuhan hidup petani terutama kebutuhan sehari-hari. Apabila

pendapatan tersebut dapat memenuhi kebutuhan lain selain kebutuhan sehari-hari,

maka kesejahteraan hidup petani akan lebih baik.

Tabel 29 Kodisi sebaran kesejahteraan penduduk di Desa Kutabuluh, Pamah dan

Pasir Tengah tahun 2009-2010

Tahun 2008 Tahun 2009

Kriteria Jumlah Kriteria untuk

analisis Jumlah Kriteria Jumlah

Kriteria untuk

analisis Jumlah

Pra sejahtera 663 Tidak sejahtera 663 Pra sejahtera 692 Tidak sejahtera 692

Sejahtera I 415 Cukup sejahtera 722

Sejahtera I 408 Cukup

sejahtera 712

Sejahtera II 307 Sejahtera II 304 Sejahtera III 47

Sejahtera 60

Sejahtera III 48

Sejahtera 61 Sejahtera III

Plus

13 Sejahtera III

Plus

13

Sumber : Kecamatan Tanah Pinem Dalam Angka (2009-2010)

Page 44: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

88

6 Potensi produksi

Dalam suatu perusahaan, faktor-faktor produksi sangat menentukan besar

kecilnya produksi yang akan diperoleh. Untuk mengetahui potensi produksi

tanaman kemiri, maka ada 4 faktor yang dianggap paling berperan dalam

menentukan besar kecilnya hasil yang diperoleh setiap periode waktu, yaitu luas

lahan, umur tanaman, jumlah tanaman yang menghasilkan serta tenaga kerja.

Faktor lain yang umumnya paling berperan adalah pupuk, tetapi petani tidak

melakukan pemupukan karena dengan pemupukan bisa menyebabkan kerugian

sebab banyak ranting yang patah pada saat buah sudah besar.

Tenaga kerja pada kegiatan usaha kemiri umumnya berasal dari kalangan

keluarga sendiri. Tetapi bagi petani yang sudah memasuki usia tidak produktif

dan bagi keluarga yang memiliki mata pencaharian yang lainnya, seperti PNS,

tukang, supir, dagang, dan lain-lain, cenderung mempekerjakan tenaga kerja dari

anggota keluarga terdekat atau masyarakat sekitarnya (Yusran 1999, 2005;

Simatupang 2001; Sihotang 2007). Pekerjaan yang dilakukan antara lain

membersihkan tumbuhan bawah, pengumpulan buah dan pengolahan hasil.

Ketersediaan lahan merupakan hal penting dalam melakukan usaha tanaman

kemiri. Keberadaan lahan tanaman kemiri yang ada di lokasi penelitian cukup

luas yaitu rata-rata 2,67 ha, luas paling kecil 0,45 ha dan luas paling besar 6 ha.

Luas kepemilikan lahan ini berbeda dengan rata-rata luas kepemilikan lahan yang

ada di Jawa yang hanya berkisar 0,25 ha (Hardjanto 2003). Tanaman kemiri

rakyat yang ada saat ini banyak terdapat pada lahan yang bertopografi curam

sampai terjal dengan kemiringan 250

ke atas, pada tepi sungai, jurang dan lembah.

Umur tanaman akan mempengaruhi besar kecilnya produksi per pohon.

Umur tanaman kemiri akan berproduksi pada tahun ke-5 sampai tahun ke-35.

Umur tanaman bisa lebih dari 50 tahun, tetapi tidak akan sampai di atas 100

tahun, hal ini terkait dengan kekuatan batang tanaman yang rendah. Tanaman

kemiri dikenal sebagai tanaman yang mudah busuk, mudah roboh dan mudah

terserang hama dan penyakit. Walaupun tanaman kemiri sudah melewati umur 35

tahun, kemiri akan tetap menghasilkan, tetapi hasilnya akan terus menurun seiring

dengan pertambahan umurnya (Paimin 1994, Deptan 2006a).

Page 45: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

89

Produksi kemiri per satuan luas sangat berpengaruh pada jumlah pohon

yang menghasilkan dimana hal ini terkait dengan jarak tanamnya. Untuk tujuan

menghasilkan buah, jarak tanaman yang paling baik adalah jarak tanam yang

lebar seperti 8m x 8m (Paimin 1994) sampai 10m x 10m (Sunanto 1994; Deptan

2006a), dengan tujuan agar kemiri yang tumbuh menghasilkan tajuk yang lebar

sehingga menghasilkan buah yang banyak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kemiri yang akan diperoleh

petani dipengaruhi oleh faktor jumlah tenaga kerja, luas lahan, umur tanaman, dan

jumlah pohon menghasilkan. Hasil pengolahan data dengan menggunakan fungsi

produksi cobb-douglas (Soekartawi 2002) adalah seperti pada Tabel 30.

Tabel 30 Hasil estimasi fungsi produksi tanaman kemiri

Predictor Coef P

Konstanta 1,252 0,000

Tenaga Kerja (X1) 0,791 0,000*

Luas lahan (X2) 0,078 0,423

Umur tanaman (X3) -0,126 0,160

Jumlah pohon (X4) 0,150 0,057** Keterangan : * Signifikan pada taraf nyata 5%, ** Signifikan pada taraf nyata 10%

Untuk analisis data yang menggunakan model regressi linier berganda,

maka ada empat asumsi yang harus terpenuhi, yaitu asumsi multikolinearitas,

heterokedastisitas, autokorelasi dan komponen sisaan menyebar normal

(normalitas).

Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sesama

variabel bebas (independen) saling berhubungan atau berkorelasi. Jika model

regressi baik, maka tidak terjadi korelasi di antara variabel bebasnya. Ada atau

tidaknya multikolinearitas dapat diketahui dari nilai Variance Inflation Factor

(VIF). Jika nilai VIF tidak melebihi 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1

(nilai tolerance diperoleh dari 1/VIF atau 1/10), maka dapat dikatakan bahwa data

terbebas dari multikolinearitas. Pada Lampiran 8 dapat dilihat bahwa tidak ada

variabel yang memiliki nilai VIF yang melebihi 10 dan nilai tolerance (1/VIF)

masih di atas 0,1, sehingga dapat dikatakan bahwa model regresssi linier

berganda yang dihasilkan tidak ada multikolinearitas.

Page 46: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

90

Asumsi heterokedastisitas adalah asumsi dimana varians dari residual tidak

sama untuk satu pengamatan ke pengamatan yang lain atau hasil pengamatan

tidak memiliki pola tertentu. Pola yang tidak sama ini ditunjukkan dengan nilai

yang tidak sama antar satu varians dari residual atau disebut dengan gejala

heterokedastisitas, sedangkan gejala varians dari residual yang sama dari satu

pengamatan dengan pengamaan lainnya disebut dengan homokedastisitas. Untuk

mengetahui ada tidaknya gejala heterokedastisitas dapat dilihat dari gambar

residual versus fitted value. Pada gambar grafik di Lampiran 8 terlihat bahwa

residual versus fitted value memiliki sebaran data cenderung acak dan tidak

membentuk pola tertentu sehingga dapat dikatakan bahwa asumsi

heterokedastisitas telah dipenuhi.

Uji autokorelasi digunakan untuk pengujian asumsi dimana variabel

dependen (Y) tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri, artinya bahwa nilai dari

variabel dependen tidak berhubungan dengan nilai variabel itu sendiri, baik nilai

periode sebelumnya atau nilai periode sesudahnya. Untuk mengetahui gejala

autokorelasi diketahui dari gambar observation order dengan residual, dimana

hasilnya akan menunjukkan acak tidak beraturan. Pada gambar di Lampiran 8

dapat dilihat bahwa hasil pengamatan adalah acak tidak beraturan sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak ada gejala autokorelasi.

Asumsi normalitas dapat diketahui melalui plot Normal Probability Plot.

Apabila setiap pencaran data residual berada di sekitar garis lurus melintang,

maka dikatakan bahwa residual mengikuti fungsi distribusi normal. Pada gambar

di Lampiran 8 dapat dilihat bahwa sebaran residual berada dalam garis lurus

melintang dan sebaran residual cenderung membentuk garis lurus. Hasil ini

menunjukkan bahwa asumsi komponen sisaan menyebar normal atau mengikuti

distribusi normal.

Untuk melihat pengaruh variabel yang dianggap mempengaruhi produksi

secara bersamaan, maka dilakukan uji F. Hasil uji F pada model adalah F = 99,48

> F(4,57,0,1) = 3,649 dan nilai α = 0,10 > P = 0,000, maka model yang diperoleh

dapat secara bersama digunakan untuk menerangkan produksi kemiri atau faktor

luas lahan, tenaga kerja, umur tanaman dan jumlah pohon menghasilkan

berpengaruh secara signifikan terhadap produksi kemiri. Hasil analisis regresi

Page 47: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

91

memperlihatkan nilai R-Sg (adj) 86,6%, artinya bahwa 86,6% produksi kemiri

dapat dijelaskan oleh faktor luas lahan, faktor tenaga kerja, faktor umur tanaman

dan faktor jumlah pohon menghasilkan, sedangkan sisanya sebesar 13,4%

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model.

Adapun persamaan regressi yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

Log Y = log 1,252 + log 0,791 X1 + log 0,078 X2 – log 0,126 X3 + log 0,150 X4

Persamaan di atas perlu dikembalikan kepersamaan semula dengan cara

meng-anti-log-kan persamaan yang sudah diperoleh, dan hasilnya adalah

Y = 0,097 X1 0,791

X2 0,078

X3-0,126

X40,150

Pada persamaan dapat dilihat bahwa koefisien b1, b2 dan b4 adalah positif,

maka peningkatkan tenaga kerja, luas lahan dan jumlah pohon menghasilkan

cenderung meningkatkan produksi kemiri. Sedangkan nilai koefisien b3 adalah

negatif, maka peningkatkan umur tanaman akan mengurangi produksi kemiri.

Bila ditinjau dari nilai P, maka tenaga kerja dan jumlah pohon signifikan pada

taraf nyata 10%, sedangkan luas lahan dan umur tanaman masing-masing tidak

signifikan.

Pada faktor tenaga kerja, nilai koefisien pada persamaan yang dihasilkan

bernilai positif, artinya jika terjadi penambahan jumlah tenaga kerja akan diikuti

peningkatan produksi kemiri. Jika dilihat dari uji statistik secara parsial diperoleh

bahwa faktor tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi kemiri dengan

nilai koefisien 0,791. Hal ini menunjukkan bahwa produksi kemiri cukup respon

terhadap penggunaan tenaga kerja, apabila dilakukan penambahan tenaga kerja

sebanyak 10% akan diikuti dengan kenaikan produksi kemiri sebesar 7,91%,

ceteris paribus. Untuk pengelolaan kemiri, tenaga kerja diperlukan dalam

kegiatan pembersihan lahan, pengumpulan buah, penjemuran dan pengupasan

kemiri. Sehingga tenaga kerja sangat berperan dalam menghasilkan dan

meningkatkan produksi kemiri masyarakat.

Pada faktor luas lahan, nilai koefisien pada persamaan yang dihasilkan

bernilai positif, artinya jika terjadi penambahan luas lahan akan diikuti

peningkatan produksi kemiri. Jika dilihat dari uji statistik secara parsial diperoleh

bahwa faktor luas lahan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kemiri dengan

Page 48: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

92

nilai koefisien 0,078. Hal ini menunjukkan bahwa produksi kemiri tidak respon

terhadap luas lahan atau tidak signifikan dalam mempengaruhi produksi kemiri.

Besar kecilnya luas lahan, pada dasarnya akan memberikan pengaruh pada

produksi kemiri yang akan diperoleh. Tetapi pada hasil analisis ini, luas lahan

tidak berpengaruh dalam meningkatkan produksi kemiri. Hal ini dapat

dihubungkan dengan jumlah tanaman pada suatu lahan. Jarak tanam kemiri rakyat

adalah berbeda-beda, maka jumlah tanaman pada setiap lahan yang dimiliki oleh

petani juga berbeda-beda. Pada pemilik tertentu, mungkin lahan yang dimilikinya

luas dan jumlah tanamannya sangat banyak, tetapi pada pemilik lahan lainnya,

lahannya mungkin luas tetapi jumlah tanamannya sangat sedikit. Sehingga, faktor

luas lahan kurang berpengaruh dalam meningkatkan produksi kemiri, tetapi luas

lahan mungkin akan berpengaruh jika setiap contoh yang diperoleh menggunakan

pola jarak tanam yang sama sehingga pada luasan yang sama jumlah tanaman

yang ada juga sama.

Pada faktor umur tanaman, nilai koefisien pada persamaan yang dihasilkan

bernilai negatif, artinya jika terjadi penambahan umur tanaman maka akan diikuti

dengan penurunan produksi kemiri. Jika dilihat dari uji statistik secara parsial

diperoleh bahwa faktor umur tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap produksi

kemiri dengan nilai koefisien 0,126. Hal ini menunjukkan bahwa produksi kemiri

tidak respon terhadap umur tanaman atau tidak signifikan dalam mempengaruhi

produksi kemiri. Walaupun umur tanaman tidak signifikan dalam mempengaruhi

produksi kemiri, tetapi nilai keofisien yang negatif menunjukkan bahwa telah

terjadi penurunan produksi kemiri seiring dengan penambahan umur tanaman.

Penurunan produksi kemiri pada model sangat dipengaruhi oleh pertambahan

umur tanaman, semakin tinggi umur tanaman apalagi jika sudah melewati umur

produktif, maka hasil yang diperoleh juga akan menurun. Umur rata-rata tanaman

kemiri pada sampel adalah 37,37 tahun. Paimin (1994) menyebutkan bahwa

produksi tanaman kemiri akan meningkat dari tahun ke-6 sampai umur 35 tahun.

Sementara jika umur tanaman lewat 35 tahun, maka produksi kemiri pelahan-

lahan akan menurun dan pada saat tertentu akhirnya tidak produktif lagi.

Jika mengikuti kondisi di atas, luas lahan yang produktif adalah 83 ha

dengan produksi rata-rata 670,92 kg/ha. Sedangkan luas lahan di atas 35 tahun

Page 49: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

93

adalah 84,95 ha dengan rata-rata produksi sudah dalam kondisi menurun yaitu

497,75 kg/ha. Perbedaan produksi rata-rata pada usia di bawah 35 tahun dengan

rata-rata produksi di atas 35 tahun adalah 173,16 kg/ha. Hal ini menunjukkan

bahwa produksi kemiri yang dihasilkan akan menurun karena dipengaruhi oleh

umur tanaman yang sudah melewati batas produktif. Faktor lain yang

mempengaruhi adalah kondisi kesehatan tanaman, kondisi kesuburan lahan dan

tingkat keintensifan dalam mengelola lahan dan memelihara tanaman. Untuk

meningkatkan produksi kemiri, maka sebaiknya dilakukan peremajaan tanaman

pada tanaman yang sudah berumur tua khususnya tanaman yang sudah melewati

umur produktif di atas 35 tahun.

Pada faktor jumlah pohon, nilai koefisien pada persamaan yang dihasilkan

bernilai positif, artinya jika terjadi penambahan jumlah pohon, maka akan diikuti

peningkatan produksi kemiri. Jika dilihat dari uji statistik secara parsial diperoleh

bahwa faktor jumlah pohon berpengaruh nyata terhadap produksi kemiri dengan

nilai koefisien 0,15. Hal ini menunjukkan bahwa produksi kemiri cukup respon

terhadap jumlah pohon. Apabila terjadi penambahan pohon sebanyak 10%, akan

diikuti dengan kenaikan produksi kemiri sebesar 1,5%, ceteris paribus.

Sebenarnya, kondisi ini bisa diterima atau bisa juga tidak, karena produksi kemiri

akan dipengaruhi oleh jarak tanam. Jika tujuan penanaman kemiri adalah untuk

menghasilkan buah maka jarak tanam sebaiknya 10m x 10m (Deptan 2006a;

Sunanto 1994), 8m x 8m atau 8m x 10m (Paimin 1994). Sedangkan bila tujuan

penanaman adalah untuk menghasilkan kayu maka jarak tanamnya adalah 4m x

4m (Paimin 1994; Sunanto 1994).

Jumlah pohon yang ada pada satuan luas lahan sangat tergantung pada jarak

tanam yang digunakan oleh petani. Rata-rata jumlah pohon per satuan luas pada

lokasi penelitian adalah 115 pohon/ha. Jika luas lahan 1 ha, maka jarak tanam

yang mendekati jumlah pohon di atas adalah 8m x 10m atau 10m x 10m. Jika

kondisi di lapangan dibandingkan dengan jarak tanam yang dianjurkan untuk

tujuan menghasilkan buah (Paimin 1994; Sunanto 1994; Deptan 2006a), maka

kondisi jumlah pohon kemiri di lapangan sudah sesuai dengan tujuan untuk

menghasilkan buah yaitu sekitar 100 pohon/ha untuk jarak tanam 10m x 10m dan

125 pohon untuk jarak tanam 8m x 10m. Sementara itu, rata-rata jumlah pohon

Page 50: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

94

menghasilkan sampai umur 35 tahun adalah 123 pohon/ha dan rata-rata jumlah

pohon menghasilkan pada usia di atas 35 tahun (produksi mulai menurun) adalah

107 pohon/ha. Penurunan ini terjadi karena banyak pohon yang mati.

Tabel 30 menunjukkan bahwa jumlah koefisien regressi fungsi produksi

tanaman kemiri sebesar 0,893. Hal ini menunjukkan bahwa produksi kemiri

berlangsung pada tahapan ”decreasing retun to scale”, yaitu penambahan jumlah

seluruh faktor produksi secara bersamaan akan memberikan penambahan proporsi

hasil produksi yang lebih kecil. Artinya, bahwa setiap penambahan faktor

produksi secara bersamaan sebanyak 100% maka akan terjadi penambahan hasil

atau produksi kemiri sebesar 89,3%.

Simatupang (2001) pernah melakukan penelitian tentang faktor yang

mempengaruhi produksi kemiri pada tahun 2000 dengan sampel yang berbeda.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor luas lahan dan tenaga kerja

berpengaruh nyata terhadap produksi kemiri sedangkan faktor umur tanaman dan

jumlah pohon tidak berpengaruh nyata. Sementara penjumlahan koefisien

regressi yang di peroleh berada pada tahap ”increasing retun to scale” sebesar

1,002, maka penambahan jumlah seluruh faktor produksi secara bersamaan akan

memberikan penambahan proporsi hasil produksi yang lebih besar. Artinya,

bahwa setiap penambahan faktor produksi secara bersama-sama 100% (variabel

luas lahan, umur tanaman, tenaga kerja dan jumlah tanaman) akan meningkatkan

produksi sebesar 100,2%.

Sihotang (2007) juga pernah melakukan penelitian tentang faktor yang

mempengaruhi produksi getah kemenyan. Hasilnya menunjukkan bahwa faktor

umur tanaman, jumlah pohon dan tenaga kerja signifikan dalam mempengaruhi

produksi getah kemenyan sedangkan faktor luas lahan tidak signifikan.

Dari hasil ketiga penelitian ini menunjukkan bahwa setiap faktor

memberikan nilai dan pengaruh yang berbeda-beda. Faktor tenaga kerja adalah

faktor yang memberikan pengaruh signifikan dalam meningkatkan produksi

kemiri dan kemenyan, hal ini terkait dengan proses pengelolaan lahan dan proses

lanjutan sampai hasil dapat dijual. Sementara faktor umur tanaman menghasilkan

koefisien regressi yang bernilai negatif, hal ini menunjukkan bahwa umur

tanaman yang diteliti sudah memasuki umur tidak produktif sehingga

Page 51: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

95

penambahan umur tanaman akan cenderung memberikan hasil yang makin

sedikit.

7 Keuntungan usaha

Untuk mengembangkan suatu kegiatan budidaya tanaman keras, maka perlu

diketahui tingkat keuntungan yang diperoleh per periode waktu tertentu untuk

satuan luas tertentu. Setelah melakukan perhitungan maka diketahui bahwa rata-

rata pendapatan yang diperoleh petani dari tanaman kemiri adalah

Rp8.544.924/ha/tahun. Sementara rata-rata pengeluarannya per tahun sekitar

Rp1.197.757/ha/tahun. Adapun keuntungan yang diperoleh adalah

Rp7.347.167/ha/tahun. Biaya yang kecil disebabkan karena tidak ada petani yang

melakukan pemupukan terhadap tanaman kemiri. Biaya yang keluar hanya untuk

membeli racun rumput (round-up), biaya membabat, biaya sewa, biaya tenaga

kerja panen, menjemur dan mengupas kemiri. Hasil wawancara dengan

masyarakat menyatakan, bahwa sebenarnya menanam kemiri tidak selalu untung.

Hasil perhitungan pada Lampiran 5 menunjukkan keuntungan yang cukup besar

karena posisi harga jual yang cukup tinggi. Sedangkan kalau harga sangat kecil

yaitu sekitar Rp8.000 sampai Rp9.000, maka tingkat keuntungan yang diperoleh

pasti lebih kecil dan bahkan mungkin akan menyebabkan kerugian bagi petani

bila kegiatan pengusahaan yang dilakukan petani termasuk ongkos biaya

pengeluaran dengan harga 1 HOK adalah Rp50.000,-

Kenaikan harga jual kemiri yang terjadi dua tahun terakhir telah

menumbuhkan kembali niat petani untuk mengusahakan kemiri miliknya yang

sudah lama ditinggalkan. Ada beberapa petani yang memiliki niatnya untuk

menjual kemiri tetapi pada akhirnya mengurungkan niatnya karena harga yang

tinggi dan luas lahan kemiri miliknya sangat luas.

8 Akses pasar

Salah satu syarat yang diperlukan agar suatu produk yang dihasilkan disebut

berhasil apabila didukung oleh pemasarannya. Petani kemiri di Kecamatan Tanah

Pinem tidak ada menemui kesulitan dalam pemasaran kemiri, karena selain

masyarakat dapat menjual kemiri di pasar lokal, mereka juga dapat menjual

kemiri di rumah. Harga di rumah dengan harga di pasar adalah sama. Karena

tidak perlu mengeluarkan biaya dalam menjual kemiri, maka masyarakat

Page 52: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

96

umumnya menunggu pembeli datang ke rumah-rumah. Rata-rata setiap desa ada

pengumpul sehingga dalam hal pemasaran buah kemiri tidak ada masalah.

Kemiri dijual dalam bentuk berkulit dan sudah dikupas. Kemiri berkulit

dijual oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mendesak seperti beras.

Kemiri berkulit dibeli masyarakat yang usahanya adalah mengupas kemiri.

Penjualan dalam bentuk kemiri kupas lebih banyak dilakukan masyarakat karena

lebih tinggi harga jualnya. Pendapatan masyarakat selain dari biji kupas (kernel)

juga dari kulit cangkang. Saluran pemasaran kemiri masyarakat adalah produsen,

pedagang pengumpul desa/kecamatan, pedagang pengumpul besar (propinsi),

pedagang antar pulau dan konsumen. Sampai tahun 2005, kemiri rakyat dari

Kecamatan Tanah Pinem dapat memasuki pasar ekspor tetapi setelah tahun 2005

tidak ada lagi ekspor. Kemiri rakyat yang ada saat ini adalah untuk memenuhi

kebutuhan lokal dan daerah.

Gambar 15 Pemasaran buah kemiri kupas di pasar lokal.

Hasil penilaian keberlanjutan pengelolaan tanaman kemiri rakyat di

Kecamatan Tanah Pinem dari aspek ekonomi masuk pada kategori berkelanjutan

dengan catatan. Pada dasarnya penanaman kemiri pada lahan milik masyarakat

dapat memberikan keuntungan pada petani, khususnya petani pemilik lahan pada

lahan-lahan miring. Tanaman kemiri juga bisa berperan menjadi sumber

pendapatan petani karena dapat memberikan tambahan pendapatan yang berperan

dalam memenuhi kebutuhan sandang dan pangan masyarakat. Untuk investasi

kemiri, hasil penilaian NPV, BCR dan IRR pada lahan milik dan lahan sewa

menunjukkan bahwa usaha tanaman kemiri layak dilakukan. Aspek pemasaran

Page 53: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

97

hasil bukanlah masalah untuk mengelola kemiri karena pemasaran hasil sangat

mudah dan menguntungkan bagi petani. Agar tanaman kemiri memberikan

keuntungan yang berkelanjutan kepada masyarakat, maka produksi yang

diperoleh harus terjamin dan disertai dengan harga yang lebih baik. Produksi

buah umumnya sudah menurun karena umur tanaman kemiri sudah memasuki

kategori tidak produktif dan kondisi kesehatan tanaman sehingga keterjaminan

hasil tidak menentu. Pengaruh harga saat penelitian telah mendorong masyarakat

kembali melirik untuk mengelola lahan kemiri yang masih dimilikinya. Tetapi

usaha ini terhambat oleh faktor modal yang sulit diperoleh dari lembaga

keuangan. Sementara masyarakat umumnya hanya memiliki modal yang terbatas

sehingga dalam pengelolaannyapun tidak memperhatikan teknik silvikultur yang

baik yang berdampak pada produktivitas hasil yang sedikit.

5.3.3 Aspek Sosial

Hasil penilaian setiap indikator yang diperoleh dari aspek sosial adalah

yang bernilai Baik sebanyak 4 (40%); yang bernilai Cukup sebanyak 5 (50%);

dan yang bernilai Jelek sebanyak 1 (10%). Adapun penjelasan setiap indikator

adalah sebagai berikut:

Tabel 31 Hasil penilaian aspek sosial pada pengelolaan tanaman kemiri No Indikator Penilaian Keterangan

1 Partisipasi masyarakat C

2 Peraturan pemanfaatan sumberdaya alam C

3 Akses terhadap pelayanan pendukung C

4 Pengangguran B

5 Kemiskinan B

6 Migrasi J

7 Akomodasi perubahan C

8 Status lahan B

9 Kejelasan batas lahan B

10 Hubungan sosial C Keterangan : B= Baik, C= Cukup, J= Jelek

1 Partisipasi masyarakat

Partisipasi masyarakat yang dimaksud di sini adalah kemauan masyarakat

menanam kemiri pada lahan miliknya dan masih mempertahankannya sampai saat

ini, serta ada peran aktif masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaannya.

Page 54: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

98

Ichwandi (2001) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang menentukan

keberhasilan pembangunan kehutanan adalah partisipasi atau keikutsertaan

masyarakat. Dari hasil survei diketahui bahwa partisipasi masyarakat untuk

menanam kemiri sudah menurun, hal ini ditunjukkan dengan keberadaan luas

tanaman kemiri setiap tahunnya cenderung menurun (Gambar 3). Penyebabnya

adalah masyarakat lebih tertarik menanam tanaman berumur pendek karena dapat

memberikan penghasilan yang lebih besar dan lebih cepat, adanya perubahan

musim berbuah (tidak sepanjang tahun lagi), adanya penyakit gugur buah, hawar

daun dan serangan ulat, produksi buah yang cenderung menurun dan harga kemiri

yang murah. Wibowo (2007) juga menyampaikan hal yang sama bahwa

penurunan luas tanaman kemiri yang ada di Kecamatan Tiga Binanga disebabkan

karena petani kemiri tidak merasakan keuntungan dari usaha kemiri sehingga

mengkonversinya menjadi usaha pertanian lain yang lebih menguntungkan.

Tanaman kemiri yang masih ada, tumbuh dan berkembang saat ini adalah

tanaman kemiri yang ada pada lahan-lahan miring, pinggir-pinggir sungai dan

lembah-lembah yang cukup sulit untuk dikelola bila diganti menjadi tanaman

lainnya. Masyarakat yang masih mau menanam kemiri adalah masyarakat yang

memiliki lahan yang sulit dikelola pada lahan curam dan terjal, karena lebih

sesuai ditanam pada kondisi lapangan tersebut dan telah menjadi sumber

penghasilan selama bertahun-tahun. Wawancara dengan masyarakat dan penyuluh

menyebutkan bahwa petani masih mau menanam kemiri karena merasakan bahwa

tanaman kemiri masih memberikan hasil yang lumayan, dapat menjadi tabungan

masa depan dan karena hanya kemiri yang sesuai tumbuh pada lahannya.

Kemauan menanam dan mempertahankan tanaman kemiri untuk beberapa

masyarakat juga dilatarbelakangi oleh faktor harga yang membaik.

2 Peraturan masyarakat

Peraturan masyarakat adalah peraturan-peraturan yang ada dalam

lingkungan masyarakat (baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis) yang

mengatur pemanfaatan atau pengelolaan sumberdaya alam, dimana peraturan ini

juga berlaku dalam kelompok masyarakat untuk pengelolaan tanaman kemiri.

Peraturan-peraturan dalam pengelolaan sumberdaya alam dalam lingkungan

masyarakat adalah dalam hal pelarangan penebangan pohon di kawasan sumber

Page 55: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

99

mata air dan larangan penebangan pohon pada kawasan hutan yang dikeramatkan.

Hal ini tentu berperan dalam menjaga keberadaan hutan agar tidak dirusak.

Peraturan larangan yang sama juga terdapat pada masyarakat Kasepuhan di

Banten (Suharjito dan Saputro 2008).

Peraturan lainnya adalah adanya sanksi yang dikenakan kepada seseorang

jika terbukti bersalah dengan melakukan kesalahan seperti mencuri hasil-hasil

pertanian. Jika terbukti melakukan pencurian hasil-hasil pertanian (termasuk

kemiri), maka akan dikenakan sanksi tegas sesuai dengan kesepakatan yang sudah

disepakati sebelumnya. Seperti di Pamah, dikenakan sanksi membayar denda

seharga 1 mayam emas. Hal ini juga berlaku di Desa Pasir Tengah, tetapi sudah

mulai lemah, karena bila ada terjadi pencurian, sanksi yang diterima sudah

berubah dan biasanya sudah ada komunikasi dalam menuju perdamaian. Pada

perkembangan saat ini, bila ada permasalahan dalam lingkungan masyarakat,

maka akan dibawa dalam lembaga adat dan lembaga desa untuk mencari solusi

yang terbaik dalam mengatasinya.

Rahayu dan Awang (2003) menyebutkan bahwa keuntungan finansial yang

masyarakat Desa Pecekelan rasakan dari hutan rakyat telah mendorong

terbentuknya suatu peraturan desa yang mengatur tentang pencurian kayu dan

pakan ternak atau hasil lainnya dari hutan rakyat. Sanksi yang diberikan biasanya

berupa denda yang besarnya diatur berdasarkan keputusan bersama antara yang

punya hutan dengan pencuri dan perangkat desa yang berwenang.

Keberadaan suatu sumber daya alam yang memberikan manfaat kepada

masyarakat akan mendorong timbulnya peraturan-peraturan yang akan menjaga

hak-hak dari masyarakat dari suatu tindakan-tindakan yang merugikan pemilik

sumber daya seperti hasil tanaman kemiri di Desa Pasir Tengah dan Desa Pamah

dan hasil hutan rakyat di Desa Pecekelan.

3 Akses terhadap pelayanan pendukung

Pengelolaan kemiri masyarakat akan berkembang bila didukung oleh akses

yang mendukung seperti penyuluhan, kredit dan teknologi. Untuk bidang

penyuluhan cukup berkembang karena adanya penyuluhan bidang pertanian dan

berjalan secara rutin tetapi untuk bidang tanaman kehutanan tidak ada. Akses

pada bidang kredit juga berkembang tetapi lebih cenderung untuk tanaman

Page 56: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

100

pertanian dan peternakan (Mosher dalam Soekartawi 2002). Sementara akses

tekhnologi juga cenderung untuk bidang pertanian. Akses yang mendukung

pengembangan penanaman tanaman kemiri hampir tidak ada karena kemiri belum

menjadi tanaman yang diinginkan saat ini oleh beberapa masyarakat, bukan

merupakan jenis tanaman yang dapat mengembalikan modal dalam waktu singkat

dan teknologi pemanfaatan hasil yang belum ada, seperti pengupasan kemiri

masih dilakukan manual.

4 Pengangguran

Purnomo (2006) menyebutkan bahwa bidang kehutanan dapat menciptakan

lapangan kerja melalui aktivitas pembalakan di hutan, industri, pengolahan kayu,

program reforestasi hutan, hutan kemasyarakatan dan lain-lain. Pengelolaan hutan

skala kecil mampu menyerap tenaga kerja dan dengan nilai tambah yang lebih

besar dari pengusahaan jenis tanaman lain di sela-sela jenis tanaman utamanya.

Lapangan kerja yang banyak terserap dan uang hasil usaha yang beredar akan

menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi berbasis masyarakat.

Nugroho (2010) menyebutkan pengelolaan hutan rakyat dilakukan oleh

tenaga kerja rumah tangga yang berperan sebagai buruh dan sekaligus manajer.

Skala usaha hutan rakyat umumnya kecil dan bersifar padat karya (labour

intensive) sehingga mampu menyerap tenaga kerja pedesaan dalam jumlah besar.

Pencipataan lapangan kerja bidang hutan rakyat terjadi, seperti kegiatan

penebangan, pengangkutan dan industri-industri kayu rakyat. Hal ini juga terjadi

pada pengusahaan kemiri yang dilakukan di Kecamatan Tanah Pinem, yaitu

dengan munculnya usaha-usaha pengupasan kemiri di rumah-rumah penduduk

dan bagi keluarga yang tidak memiliki lahan. Padat karya terjadi pada petani

dengan pola tanaman yang beraneka ragam seperti agroforestry.

Anggota keluarga yang diwawancarai yang berada pada usia produktif

secara umum sudah bekerja dengan ikut melakukan kegiatan usaha tani yang

dilakukan oleh keluarganya ataupun yang ikut upahan dengan petani lainnya.

Pekerjaan lain yang dilakukan adalah dengan bekerja melakukan pengupasan

kemiri dan mengikat sirih. Walaupun secara jelas banyak orang yang tidak

memiliki pekerjaan tetap, tetapi masyarakat secara umum sudah bisa mencari

sumber penghasilan bagi dirinya sendiri dan anggota keluarga dengan ikut

Page 57: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

101

bekerja diladangnya sendiri, bekerja di ladang orang lain dan melakukan

pekerjaan lain seperti mengikat sirih, panjat sirih, panen coklat, membabat, dan

lain-lain. Kondisi jumlah penduduk yang tidak bekerja di lokasi penelitian selama

5 tahun (2005-2009) dapat dilihat pada Tabel 32. Jumlah penduduk yang tidak

bekerja setiap tahunnya cenderung menurun. Djajapertjunda (2003) menyebutkan

bahwa hutan rakyat secara langsung akan berdampak pada terbukanya lapangan

pekerjaan. Lapangan pekerjaan ini bisa dalam anggota keluarga petani dan bisa

dari luar anggota keluarga petani. Darusman dan Hardjanto (2006) juga

menyebutkan bahwa hutan rakyat mampu menyerap tenaga kerja di desa.

Penyerapan tenaga kerja dalam bidang usaha kemiri adalah pembabatan

tumbuhan bawah, pengumpulan dan pengangkutan buah serta pengolahan hasil.

Tabel 32 Kondisi penduduk tidak bekerja tahun 2005-2009

No Tahun Desa Total

Kutabuluh Pamah Pasir Tengah

1 2005 331 366 223 920

2 2006 331 366 223 920

3 2007 241 184 230 655

4 2008 145 144 107 396

5 2009 140 146 112 398 Sumber : Kecamatan Tanah Pinem Dalam Angka (2006-2010)

5 Kemiskinan

BPS (2008) menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar

(basic needs approach) dalam mengetahui tingkat kemiskinan penduduk.

Pendekatan ini dipandang dari ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk

memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi

pengeluaran. Jadi, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata

pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan

untuk Propinsi Sumatera Utara menurut BPS (2008) di tingkat desa tahun 2007

adalah Rp154.827 dan tahun 2008 adalah Rp171.922 dalam Rp/Kapita/bulan.

Dari hasil pengolahan data, besaran pengeluaran responden per bulan dibagi

dengan jumlah anggota keluarga menunjukkan bahwa pengeluaran per kapita per

bulan terendah adalah Rp233.333. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada

responden yang berada dalam kategori keluarga miskin karena rata-rata

Page 58: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

102

pengeluarannya perbulan masih di atas garis kemiskinan yang sudah ditetapkan

propinsi yaitu Rp171.922,- Sedangkan jika keseluruhan pengeluaran responden

dibagi dengan jumlah keseluruhan anggota keluarga, maka diperoleh rata-rata

tingkat pengeluaran per kapita semua responden adalah Rp616.677 artinya bahwa

keseluruhan reponden bukan termasuk keluarga miskin karena pengeluaran per

kapitanya masih di atas standar BPS pada tahun 2008.

6 Migrasi penduduk

Perkembangan dan kemajuan suatu tempat dapat dilihat dari jumlah

penduduk yang datang dan yang pergi. Hal ini menunjukkan bahwa suatu tempat

mempengaruhi orang untuk datang dan pergi bila di tempat tersebut ada suatu

kegiatan yang membuat orang untuk datang. Hal ini bisa terjadi karena pada suatu

tempat ada perusahaan baru, lokasi tujuan wisata, kawasan industri, pertanian

modern, kawasan pendidikan dan lain-lain. Misalnya pada suatu kawasan

industri, jumlah penduduk disekitarnya akan cenderung berkembang karena

masyarakat yang datang bekerja, penjual makanan, usaha penginapan, membuka

toko, usaha transportasi dan lain-lain.

Perkembangan suatu tanamanpun akan mempengaruhi orang untuk datang

dan pergi, hal ini berhubungan dengan proses produksi dan pemasaran. Kondisi

perubahan penduduk di lokasi penelitian sejak tahun 2005 sampai tahun 2009

dapat dilihat pada Tabel 33. Pada tabel dapat dilihat bahwa grafik perubahan

jumlah penduduk yang datang dan yang pergi cenderung meningkat. Tetapi, dari

informasi yang diperoleh, hal ini terjadi bukan karena pengaruh dari tanaman

kemiri, tetapi karena mobilitas penduduk yang pindah, menikah ataupun keluarga

yang datang ataupun pergi karena alasan lain. Adanya migrasi penduduk yang

cukup besar sehubungan dengan perkembangan hutan rakyat sebagai dampak dari

penyerapan tenaga kerja dari bidang perkembangan usaha hutan rakyat tidak

dapat ditunjukkan secara signifikan. Dari 63 responden yang diwawancarai,

hanya 1 responden sebagai pendatang untuk mengelola tanaman kemiri keluarga.

Page 59: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

103

Tabel 33 Kondisi penduduk yang datang dan yang pergi tahun 2005-2009

No Tahun Kutabuluh Pamah Pasir Tengah

Datang Pergi Datang Pergi Datang Pergi

1 2005 2 3 3 3 4 2

2 2006 Tidak ada data

3 2007 8 4 7 4 4 3

4 2008 Sama dengan tahun 2007

5 2009 16 17 18 16 16 14 Sumber : Kecamatan Tanah Pinem Dalam Angka (2006-2010)

7 Kapasitas mengakomodasi perubahan

Kapasitas mengakomodasi perubahan dapat dilihat dari tingkat pendidikan

masyarakat, pembangunan infrastruktur dan fasilitas-fasilitas lainnya yang

mendukung perkembangan masyarakat.Untuk tingkat pendidikan, dapat diketahui

dari minat masyarakat yang menyekolahkan anaknya di sekolah lokal (SD, SMP,

SMA) maupun di luar daerah (untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti

SMA atau universitas). Untuk infrastruktur juga mengalami perkembangan

seperti bangunan sekolah, jalan, layanan kesehatan, layanan pertanian dan lain-

lain. Masyarakat secara umum sudah sangat mengakomodasi perubahan yang

diterima dari dunia luar (luar desa) dari media lain seperti televisi, radio, internet,

hp dan lain-lain. Perubahan yang diterima oleh masyarakat adalah perubahan

yang membawa masyarakat ke dalam kehidupan yang lebih baik dan lebih

mudah. Misalnya penggunaan obat-obatan dalam mengatasi penyakit tanaman,

penggunaan zat-zat kimia yang bermanfaat dalam meningkatkan produktivitas

lahan, sarana pengelolaan lahan dengan traktor, sarana teknologi hasil pertanian

seperti pemipil jagung, dll. Sementara untuk kehidupan sehari-hari, juga sudah

menggunakan teknologi dalam bentuk sarana dan prasarana kebutuhan keluarga.

8 Status lahan

Status lahan yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat petani kemiri

adalah lahan yang diperoleh dengan proses membeli, diwariskan orang tua

(Suharjito 2002) maupun yang digarap sendiri atau dibuka sendiri (Yusran 1999;

2005). Gambaran asal usul kepemilikan lahan responden yang menanam kemiri

adalah 30 responden (47,62%) memiliki tanah yang berasal dari warisan orang

tua, 19 responden (30,16%) memiliki tanah yang dibeli dan 14 responden

(22,22%) memiliki tanah dari hasil garapan sendiri.

Page 60: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

104

Status kepemilikan lahan dapat diketahui dari surat-surat kepemilikan

lahan. Pada Tabel 16 dapat dilihat status surat-surat kepemilikan lahan yang

dimiliki oleh responden. Jumlah petani kemiri yang memiliki surat sertifikat lahan

hanya 9 responden (14,29%) sedangkan yang belum memiliki surat sertifikat

tanah sebanyak 54 responden (85,71%).

Tanaman kemiri rakyat yang ada pada lahan-lahan milik masyarakat, jika

dilihat menurut kriteria hutan hak (UU No. 41 tahun 1999), hanya 14,29% yang

memenuhi kriteria tersebut. Tetapi, tidak serta merta 85,71% lainnya tidak dapat

disebut hutan rakyat. Keterangan yang diperoleh dari responden adalah bahwa

semua lahan yang ada pada masyarakat adalah lahan yang sudah menjadi milik

masyarakat itu sendiri yang diperoleh melalui jalur warisan, dibeli dan dibuka

sendiri. Lahan-lahan yang sudah diwariskan dari orang tua kepada anak-anaknya,

tidak akan diganggu gugat oleh siapapun karena sudah ada jelas pemiliknya.

Pembuktian kepemilikan lahan bagi masyarakat yang tidak memiliki

sertifikat dapat dibuktikan dengan kepemilikan fisik tanaman di lahan-lahan

miliknya yang sudah diakui dan diterima oleh masyarakat secara sosial dan tidak

ada klaim dari pihak lain.

Status lahan sudah dimiliki oleh responden dan sudah dikelola dalam waktu

yang lama dan ada yang diperoleh dari orang tua, maka tanaman kemiri rakyat

dapat disebut hutan rakyat. Djajapertjunda (2003) menyebutkan bahwa hutan

rakyat di luar Pulau Jawa berasal dari tanah persekutuan adat yang status haknya

telah berubah bentuk menjadi lahan hak garapan, kemudian menjadi tanah dengan

status hak milik adat dan selanjutnya diubah menjadi hak milik dengan sertifikat.

Jika dalam hak ini ada hutan maka hutan tersebut menjadi hutan rakyat. Proses

pembuatan surat sertifikatlah yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat agar

kepemilikan lahan menjadi terjamin sehingga masyarakat bebas untuk

menentukan akses dan pengendalian atas tanah dan sumberdaya yang ada di

atasnya.

Adapun permasalahan konflik kepemilikan lahan terjadi apabila ada lahan

yang dulu diberikan seseorang kepada orang lain, kemudian ada keluarga

(keturunan pemilik lahan) meng-klaim kembali kepemilikan lahan yang sudah

Page 61: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

105

diberikan tersebut. Permasalahan seperti ini sangat jarang terjadi dan umumnya

dapat diselesaikan dengan baik.

9 Kejelasan batas lahan

Kejelasan status lahan yang dimiliki oleh masyarakat akan disertai dengan

kejelasan batas lahan. Lahan milik masyarakat umumnya sudah memiliki batas-

batas lahan yang sudah diakui oleh masyarakat, dimana hal ini dapat mencegah

terjadinya konflik dalam penggunaan lahan. Batas lahan-lahan yang dimiliki oleh

seseorang dengan batas lahan yang dimiliki oleh orang lain secara jelas dapat

dilihat dilapangan. Batas-batas lahan milik dapat dilihat dengan adanya pembatas

yaitu jalan, sungai, tanaman pinang, tanaman kapuk, tanaman kemiri, jenis

tanaman yang berbeda dan lain-lain.

Hasil wawancara dengan tokoh-tokoh masyarakat menyatakan bahwa tidak

ada permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat mengenai batas kepemilikan

lahan. Konflik mengenai batas lahan pernah terjadi, tetapi hal ini terjadi pada ahli

waris yang tidak mengetahui batas awal lahan yang diwariskan oleh orang tua

atau tanah warisan yang sudah ditinggalkan lama oleh ahli warisnya yang

kemudian beralih ke pihak lain dan lama kelamaan menjadi permasalahan

khususnya pada pemilik lahan disekitarnya. Penyelesaian konflik batas lahan

dapat diatasi dengan jalur pertemuan dengan pihak-pihak yang bertikai.

Gambar 16 Batas kepermilikan lahan dapat diketahui dari jenis tanaman pagar

yang ada (seperti pinang).

Page 62: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

106

10 Terbangunnya hubungan sosial antara masyarakat

Hubungan sosial masyarakat terbangun dengan adanya kebutuhan bersama

dalam lingkungan masyarakat yang memiliki adat istiadat dan latar belakang yang

sama. Hubungan sosial terbentuk dalam lingkungan komunitas yang sama,

sehingga dalam berbagai kondisi, peranan sosial masyarakat sangat berperan

dalam kehidupan sehari-hari, misalnya seperti dalam acara adat kematian dan adat

pernikahan. Hubungan sosial yang terbentuk untuk pengelolaan sumberdaya alam

adalah dalam hal tolong menolong pada saat panen, penanaman dan penggunaan

sarana produksi atau alat-alat pertanian. Hubungan sosial yang sama juga tercipta

pada masyarakat di Desa Buniwangi-Sukabumi (Suharjito 2002). Mehendra

(2009) menyebutkan bahwa salah satu pengaruh hutan rakyat dari aspek sosial

dapat dilihat dari hubungan sosial yang terjalin dan budaya bercocok tanam

menjadi budaya semua orang dalam domain semua kelas umur.

Hasil penilaian keberlanjutan pengelolaan tanaman kemiri rakyat di

Kecamatan Tanah Pinem dari aspek sosial masuk pada kategori berkelanjutan

dengan catatan. Hal ini dapat dilihat bahwa partisipasi masyarakat menanam

kemiri sudah mulai menurun karena dampak dari berbagai permasalahan yang

muncul seperti produksi yang menurun, kondisi kesehatan tanaman dan lain-lain.

Sementara dari aspek kepemilikan lahan, batas lahan, peraturan dalam lingkungan

masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam, hubungan sosial, akses

terhadap pelayanan pendukung dapat membantu dalam mencapai pengelolaan

sumberdaya alam yang berkelanjutan, tetapi perlu pembenahan-pembenahan yang

lebih baik dari instansi terkait untuk mendorong minat masyarakat kembali

menanam kemiri pada lahan-lahan miring. Kelestarian pengelolaan suatu

sumberdaya alam yang tumbuh dalam lingkup lokal masyarakat dapat dilihat dari

sudut sejauhmana sumberdaya tersebut memberikan manfaat pada kesejahteraan

masyarakat, distribusi manfaat sumberdaya alam bagi masyarakat, kapasitas

masyarakat untuk mengakomodasi perubahan dan akseptabilitas sosial atau

pengelolaan sumberdaya alam diterima secara ekologi, ekonomi dan nilai sosial

yang berlaku dalam lingkungan masyarakat (Davis et al. 2001).

Page 63: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

107

5.3.4 Analisis keberlanjutan

Secara keseluruhan hasil penilaian terhadap indikator dari semua aspek

yang diperoleh sebagai berikut:

1. Indikator yang bernilai Baik sebanyak 10 (35,71%) atau masih di bawah 50%

dari keseluruhan indikator yang dinilai, tetapi berada di atas 25% dari

keseluruhan indikator yang dinilai.

2. Indikator yang bernilai Cukup sebanyak 15 (53,57%) atau berada diatas 50%

dari keseluruhan indikator yang dinilai.

3. Indikator yang bernilai Jelek sebanyak 3 (10,72%) atau berada dibawah 25%

dari keseluruhan indikator yang dinilai.

Dari hasil penilaian ini, maka keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dari

aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek sosial adalah “berkelanjutan dengan

catatan” karena hanya memenuhi persyaratan: Baik > 25% x n; Cukup > 50% x n;

Jelek < 25% x n.

Tanaman kemiri adalah salah satu tanaman hasil hutan bukan kayu

penghasil buah. Tanaman ini memiliki banyak manfaat, buahnya untuk bahan

baku industri dan penyedap makanan, kulit buah yang keras sebagai bahan baku

obat nyamuk bakar dan saat ini dijadikan sebagai bahan bakar industri yang

menggunakan pengering (dryer), kayunya sebagai bahan baku kayu lapis dan

tanamannya sendiri sebagai tanaman yang cocok untuk merehabilitasi lahan-lahan

kritis. Jika dilihat, maka sebenarnya tanaman kemiri memiliki multi manfaat baik

pada aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Tetapi, manfaat ini belum sepenuhnya

dilirik dan dijadikan pemerintah sebagai program dalam mengatasi luas lahan

kritis yang meningkat dan sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat.

Tanaman kemiri hampir tumbuh dan berkembang di semua tempat di

Indonesia. Keberadaan tanaman kemiri pada suatu tempat sangat berlatar

belakang dengan sejarah keberadaannya pada tempat tersebut. Tanaman kemiri

rakyat yang ada di Kecamatan Tanah Pinem sudah ada sejak dahulu.

Tanaman kemiri adalah tanaman yang tumbuh secara alami di lahan-lahan

milik dan kawasan hutan. Kepemilikan lahan tanaman kemiri adalah berasal dari

tanah adat yang kemudian diwariskan kepada keturunannya. Terdapat 30

responden (47,62%) yang memiliki tanaman kemiri dari warisan, hal ini

Page 64: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

108

menunjukkan bahwa tanaman kemiri telah menjadi tanaman yang berlangsung

secara turun temurun yang berlanjut sampai sekarang. Kemudian, untuk beberapa

pihak terjadi transaksi jual beli baik pada penduduk asli maupun pada penduduk

pendatang. Kepemilikan lahan tanaman kemiri tidak hanya dari warisan atau

dibeli, tetapi ada juga yang membuka hutan dan menjadikannya sebagai milik.

Pada saat kemiri belum laku diperjualbelikan, buahnya hanya dimanfaatkan

oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti bumbu

dapur, obat sakit perut, obat bisul dan bahan bakar untuk lampu penerang.

Kemudian pelahan-lahan kemiri dibawa ke pasar dan mulai laku dan

diperjualbelikan. Sekitar tahun 1955 disebutkan bahwa kemiri sudah laku

diperdagangkan. Sejak itu, kemiri menjadi tanaman yang menghasilkan bagi

masyarakat dan umumnya tanaman kemiri pada periode tersebut menghasilkan

buah hampir sepanjang tahun.

Pada tahun 1980-an disebutkan bahwa setiap minggunya ada sekitar 100 ton

buah kemiri kupas yang siap angkut keluar dari Kecamatan Tanah Pinem. Bahkan

karena banyaknya, kadang-kadang tidak dapat diangkut karena keterbatasan

sarana pengangkutan. Kondisi ini berbeda dengan kondisi yang ada sekarang.

Dari hasil pengolahan data yang diperoleh, produksi kemiri kupas yang dihasilkan

pada tahun 2010 hanya 583,33 kg/ha. Berarti ada penyimpangan yang sangat jauh

antara produksi tahun 1980-an dengan tahun 2010. Hal ini dapat dijelaskan oleh

penurunan luas tanaman kemiri, kondisi kesehatan tanaman dan umur tanaman

yang memasuki kategori tidak produktif cukup banyak.

Pada saat tanaman kemiri masih berperan dalam kehidupan masyarakat,

masyarakat sangat menggantungkan kehidupannya dari kemiri. Masyarakat dari

usia muda sampai tua mendapatkan uang dari kemiri. Banyak anak-anak yang

sudah kenal uang dan bisa mencarinya dengan bekerja sebagai upahan baik untuk

mengumpulkan kemiri di ladang maupun mengupasnya.

Keadaan ini mulai berubah dengan adanya serangan hama dan penyakit,

seperti ulat pemakan daun, penggerak batang dan gugur buah. Perubahan musim

penghujan dan musim kemarau yang tidak jelas, mempengaruhi musim berbunga

dari tanaman kemiri yang berdampak pada musim berbuah. Pada akhir-akhir ini,

Page 65: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

109

masyarakat menyebutkan bahwa musim berbuah sudah berubah dan buah tidak

lagi dapat diperoleh sepanjang tahun.

Perubahan dan permasalahan yang terjadi, telah mempengaruhi masyarakat

beralih untuk menanam tanaman lain. Pada daerah yang lebih landai, masyarakat

mulai beralih menanam tanaman seperti jagung, cokelat, pisang, pepaya dan

sawit. Selain karena perubahan produksi yang menurun, salah satu faktor yang

juga kurang mendukung adalah fluktuasi harga. Fluktuasi harga kemiri antara

tahun 1997 sampai awal tahun 2011 adalah seperti Gambar 17.

Sumber : Kecamatan Tanah Pinem (1997 – 2004) dan hasil wawancara untuk data tahun 2005-2011

Gambar 17 Fluktuasi harga kemiri di lokasi penelitian.

Pola perubahan penggunaan lahan yang mulai beralih ke tanaman muda

disebabkan karena pengaruh harga pasar yang lebih besar dan stabil, pendapatan

yang diperoleh lebih besar dan cepat (jagung bisa panen 2 kali setahun dan

cokelat bisa memberikan penghasilan bulanan). Peralihan ini juga dipengaruhi

oleh umur tanaman kemiri yang sudah melewati umur produktif. Masyarakat

yang melakukan replanting pada tanaman kemirinya adalah masyarakat yang

memiliki lahan pada lahan-lahan miring yang tidak bisa ditanami dengan tanaman

pertanian seperti padi dan jagung.

Tanaman kemiri rakyat yang masih utuh keberadaannya adalah lahan-lahan

milik yang ada pada daerah lahan miring, pinggir sungai, lembah/jurang dan

daerah terjal dan juga pada lahan masyarakat yang masih merasakan manfaat dari

Page 66: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

110

tanaman tersebut. Juga lahan-lahan yang datar tetapi dimiliki oleh masyarakat

yang kurang produktif dan atau memiliki pekerjaan utama bukan sebagai petani.

Di Desa Kutabuluh, tanaman kemiri masih terjaga diantara tanaman lain,

sementara di Pamah dan Pasir Tengah, tanaman kemiri rakyat yang masih tinggal

terdapat pada lahan-lahan miring, jaraknya cukup jauh dari perumahan penduduk

dan di sekitar kawasan hutan.

Hasil analisis keberlanjutan pengelolaan tanaman kemiri berdasarkan

indikator yang diperoleh adalah “berkelanjutan dengan catatan”. Jika pengelolaan

yang dilakukan masih sama dan tidak ada upaya memperbaiki kondisi tanaman

maka pengelolaan tanaman kemiri dari aspek ekologi, ekonomi dan sosial bisa

menjadi tidak berkelanjutan. Untuk mencapai pengelolaan yang berkelanjutan,

maka perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan dengan dasar pertimbangan sbb:

1 Kondisi topografi

Luas wilayah Kecamatan Tanah Pinem yang termasuk pada kategori

curam dan terjal adalah 39.546 ha atau hampir 90% dari total luas lahan.

Maka jenis tanaman yang cocok dan sesuai untuk dikembangkan adalah jenis

tanaman yang memiliki sistem perakaran kuat, tanaman tahunan dan jenis

endemik setempat. Penanaman tanaman pertanian seperti jagung, kurang

sesuai ditanam pada lahan miring karena pengelolaan lahan dengan sistem

land clearing (tebang habis) dapat menyebabkan terjadinya erosi sangat

tinggi. Apalagi dengan proses tanam dan panen yang cukup cepat (2 kali

setahun) sehingga dapat menimbulkan penurunan unsur hara tanah. Dengan

kondisi ini, sebaiknya lahan-lahan milik masyarakat yang ada pada daerah

miring ditanami kembali jenis tanaman kayu-kayuan seperti kemiri, karena

kemiri merupakan ciri khas tanaman setempat atau jenis tanaman lain yang

cepat tumbuh (fast growing) maupun jenis MPTS lainnya sehingga bisa

bermanfaat bagi masyarakat dari aspek ekonomi dan aspek ekologi.

2 Lahan kritis

Luas lahan kritis di Kecamatan Tanah Pinem menurut BPDAS Wampu

Sei Ular tahun 2010 adalah 30.718,44 ha atau sekitar 70% dari total luas

lahan. Adapun rincian luas lahan kritis di Kecamatan Tanah Pinem

berdasarkan arahan fungsi lahan adalah seperti Tabel 34. Hal ini

Page 67: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

111

menunjukkan bahwa perlu dilakukan upaya rehabilitasi hutan dan lahan

dalam rangka meningkatkan peran lahan sebagai media produksi dan sebagai

media pengatur tata air. Kegiatan yang bisa dilaksanakan dalam bidang

kehutanan adalah reboisasi pada kawasan hutan dan penghijauan di luar

kawasan hutan.

Tabel 34 Luas lahan kritis di Kecamatan Tanah Pinem

No Kriteria

lahan kritis

Arah fungsi penggunaan lahan Jumlah

APL HL HSA (HK) HP/HPT

1 Sangat kritis 2661,73 - - 82,93 2.744,66

2 Kritis 5.164,68 8.106,89 - 4.369,76 17.641,33

3 Agak kritis 2.937,10 3.110,75 - 4.284,60 10.332,45

Jumlah 10.763,51 11.217,64 - 8.737,29 30.718,44 Sumber : BPDAS Wampu Sei Ular (2010)

3 Regenerasi tanaman

Tanaman masyarakat umumnya belum menunjukkan regenerasi yang

berkelanjutan dalam menghasilkan buah. Untuk memulihkan kembali fungsi

tanaman kemiri sebagai produksi hasil tanaman rakyat, maka perlu dilakukan

regenerasi tanaman. Regenerasi tanaman pada satuan luas, dapat dilakukan

secara bertahap dengan tujuan agar tetap dapat menghasilkan bagi

masyarakat. Metode regenerasi dapat dilakukan dengan mendekati kriteria

lestari pada hutan tanaman. Sebagai contoh: luas lahan 1 ha, jarak tanam 10m

x 10m, maka jumlah pohon adalah 100 batang. Daur tanaman ditentukan

selama 7 tahun. Maka, luas lahan dibagi menjadi 5 petak dengan luas masing-

masing petak adalah 2.000 m2. Kondisi tanaman pada saat sudah berumur 35

tahun, sudah layak dilakukan regenerasi penanaman. Jika dilakukan

penebangan pohon secara keseluruhan, maka pendapatan dari buah akan

terhenti pada saat itu juga. Tetapi jika penebangan hanya dilakukan pada satu

petak saja, maka luas areal yang menghasilkan buah akan berkurang dan

tinggal 8.000 m2. Setelah penebangan pada petak pertama, maka kembali

dilakukan penanaman, pemupukan dan pemeliharaan. Pada tahun ke-5,

tanaman sudah kembali dapat menghasilkan buah. Tujuh tahun kemudian

(daur ke-2), dilakukan penebangan pada petak ke-2 dan kemudian dilakukan

penanaman kembali pada lahan tersebut. Hal ini dilakukan sampai daur ke-5.

Page 68: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

112

Setelah daur ke-5, petak ke-1 sudah berumur 35 tahun, maka bisa dilakukan

kembali peremajaan dengan kembali melakukan kegiatan seperti langkah di

atas. Jika tujuan penanaman adalah komersil untuk mendapatkan penghasilan

dari buah kemiri, maka proses pengelolaan dengan sistem peremajaan secara

bertahap bisa dilakukan agar keberlanjutan mendapatkan buah terjamin. Pada

saat yang sama, setiap hasil penebangan tanaman kemiri dapat dijual pada

pasar yang tersedia dan didukung oleh aksesibilitas pengangkutan. Penjualan

kayu kemiri cukup berpotensi dilakukan karena di Sumatera Utara terdapat

industri yang menggunakan kayu kemiri sebagai bahan baku kayu lapis.

4 Rehabilitasi dengan teknik konservasi

Kondisi lahan di Kecamatan Tanah Pinem adalah 90% masuk pada

kategori curam dan terjal. Hal ini menunjukkan bahwa lahan-lahan di

kecamatan Tanah Pinem sangat rawan terhadap bahaya erosi dan tanah

longsor. Untuk lahan-lahan yang saat ini sudah tidak produktif, berada pada

lahan miring curam dan terjal, maka perlu dilakukan rehabilitasi lahan

dengan penanaman tanaman keras dan dengan teknik konservasi tanah.

Teknik konservasi tanah dan air yang dapat dilakukan secara mekanis antara

lain pengolahan tanah menurut kontur, guludan, teras dan lain-lain (Suripin

2004). Penanaman kemiri pada lahan miring harus dilakukan menurut garis

kontur (melintang terhadap lereng) dengan sistem teras, tujuannya agar akar

tanaman berperan dalam menghambat aliran permukaan, memungkinkan

adanya penyerapan air dan menghindarkan hilangnya humus tanah akibat

erosi.

5 Menerapkan pola tanam yang efektif

Untuk mengefektifkan fungsi lahan sebagai media tumbuh pohon dan

meningkatkan produksi lahan, maka pola tanaman yang digunakan sebaiknya

menggunakan metode segitiga karena jumlah pohon yang ditanam akan lebih

banyak jika ditanam dengan metode bujursangkar. Jika jarak tanam 8m x 8m,

maka jumlah pohon yang ditanam adalah 156 pohon/ha apabila mengikuti

kaidah bujursangkar, sedangkan bila mengikuti kaidah segitiga, jumlah

pohon yang ditanam adalah 175 pohon/ha (Paimin 1994). Pola tanam ini juga

sesuai dilakukan pada lahan yang bertopografi curam dan terjal.

Page 69: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

113

6 Penyuluhan Kehutanan Lapangan

Keberadaan kelompok tani sudah mengindikasikan bahwa akses

penyuluhan pada lingkungan masyarakat sudah berjalan dan berperan dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakarat melalui pengenalan sarana dan

prasarana pertanian yang sudah berkembang. Pemberdayaan kelompok tani

dapat diperluas dalam bidang kehutanan. Hal ini disebabkan karena penyuluh

lapangan bidang kehutanan hampir tidak ada. Tujuan dari kegiatan ini adalah

dalam melakukan pemulihan fungsi dan peran lahan masyarakat dalam

mendatangkan manfaat dengan tujuan memulihkan fungsi lahan sebagai

media produksi dan media pengatur tata air. Penyuluh ini nantinya akan

berperan dalam melatih masyarakat dalam melakukan penanaman kemiri

(dan jenis tanaman kehutanan lainnya) sesuai dengan teknik budidayanya

untuk tujuan mendapatkan produksi yang bermanfaat sebagai sumber

penghasilan masyarakat yang memiliki lahan pada lahan-lahan miring.

7 Pasar dan hubungannya dengan pengembangan

Produksi berhubungan dengan pemasaran. Pemasaran buah kemiri

sebenarnya tidak sulit, karena permintaan akan kemiri setiap tahun cenderung

meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Paimin (1994)

menyebutkan permintaan kebutuhan kemiri setiap tahunnya akan naik

sebesar 10-20%. Pada tahun 1975 sampai tahun 1995, Indonesia merupakan

salah satu negara yang mengekspor kemiri. Tahun 1996 sampai 2003 tidak

ada ekspor dan kembali mengeskpor tahun 2004 dan 2005. Ekspor terakhir

kemiri Indonesia adalah tahun 2005. Sampai tahun 2010 tidak ada lagi ekspor

kemiri. Sementara itu, pada tahun 2004 dan 2005, Indonesia melakukan

impor kemiri sebanyak masing-masing 13 ton (62.000 US$) dan 15 ton

(27.000 US$). Seharusnya, Indonesia tidak perlu mengimpor kemiri karena

kemiri adalah tanaman yang hampir tumbuh di semua tempat di Indonesia.

Hal ini menunjukkan bahwa belum ada perhatian serius dalam

pengembangan tanaman kemiri dalam memenuhi kebutuhan domestik. Jika

pengelolaan kemiri dilakukan oleh pemerintah dengan mengembangkan pola

penanaman kemiri yang ada pada lahan-lahan milik rakyat, maka peran

kemiri sebagai sumber devisa negara, sumber pendapatan daerah, sumber

Page 70: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

114

pendapatan masyarakat dan sebagai tanaman yang bermanfaat bagi

lingkungan akan sangat dapat dirasakan. Untuk itu, pemerintah perlu

melakukan program khusus pemberdayaan masyarakat dalam memulihkan

peran tanaman kemiri dalam bentuk hutan rakyat, hutan kemasyarakatan dan

hutan tanaman rakyat (lahan yang ada dalam kawasan hutan) serta hutan

tanaman industri untuk mendukung penyediaan bahan baku kayu lapis.

Tanaman kemiri dapat dijadikan sebagai tanaman industri (untuk

menghasilkan kayu) dengan jarak tanaman yang lebih sempit (4m x 4m)

sehingga batang yang dihasilkan bulat dan lurus.

8 Sinergi antar sektor

Perlu adanya sinergi antara instansi seperti dinas kehutanan dan

perkebunan, dinas pertanian, dinas perdagangan dan dinas pemberdayaan

masyarakat serta dinas terkait lainnya dalam mendukung potensi tanaman

kemiri sebagai tanaman yang multi manfaat, yaitu sebagai sumber

penghasilan masyarakat, sumber pendapatan daerah, manfaat lingkungan dan

lain-lain. Peran antar sektor diharapkan saling mendukung sehingga tujuan

setiap sektor tidak overlapping yang bertujuan untuk mencapai tujuan

pembangunan nasional dan daerah.

Hal-hal tersebut di atas dapat menjadi bahan pertimbangan dan dapat

dilakukan dengan tujuan agar pengelolaan tanaman kemiri pada masa yang akan

datang menjadi berkelanjutan, dapat berperan dalam mendatangkan penghasilan

petani, meningkatkan pendapatan daerah dan berperan dalam menjaga fungsi

hutan dan lahan. Sebaliknya, jika tanaman kemiri tidak dijadikan sebagai tanaman

yang layak untuk diusahakan, terjadi penebangan serta peralihan menjadi tanaman

lain, maka keberlanjutan pengelolaan kemiri pada masa yang akan datang akan

turun menjadi “tidak berkelanjutan”.

Untuk mencapai keberlanjutan pengelolaan kemiri, maka perlu dibuat

prioritas kegiatan yang dapat diperbaiki dari beberapa indikator, khususnya

indikator yang bernilai Cukup dan Jelek. Pada Tabel 35 dapat dilihat prioritas

indikator yang dapat diperbaiki dan kegiatan yang harus dilakukan untuk

mencapai keberlanjutan pengelolaan tanaman kemiri. Selanjutnya, dari prioritas

kegiatan yang yang sudah dibuat, dikembangkan menjadi program-program yang

Page 71: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

115

perlu dilakukan yang kemudian menentukan kegiatan-kegiatan yang lebih

spesifik dari setiap program yang perlu dilakukan untuk mencapai suatu tujuan

yang diharapkan dalam mencapai keberlanjutan yang diharapkan. Adapun

rekomendasi program dan kegiatan yang perlu dilakukan agar pengelolaan

tanaman kemiri rakyat dapat mencapai keberlanjutan adalah seperti Tabel 36, 37

dan 38. Pada rekomendasi ini juga ditentukan pihak-pihak yang perlu berperan

dalam kegiatan tertentu sehingga setiap pihak mengetahui perannya masing-

masing.

Page 72: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

116

Tabel 35 Prioritas perbaikan dan kegiatan yang perlu dilakukan

No Aspek Indikator Nilai Kegiatan Rencana Program Prioritas

1 Ekologi Erosi B - - -

Produktivitas lahan C Pengelolaan lahan yang

intensif, regenerasi tanaman

Regenerasi

penanaman

2

Karakteristik air B - - -

Kualitas air C Pengelolaan air (dinas terkait)

- -

Cara-cara mengambil

manfaat

B - - -

Pengendalian hama dan

penyakit

C Penelitian tentang hama

dan penyakit tanaman kemiri

Penelitian 5

Adanya gangguan

(kebakaran, hama penyakit, banjir,tanah

longsor, dll)

C Pencegahan dan

pengendalian

Penyuluhan dan

sosialisasi dalam upaya mengatasi

gangguan

4

Struktur tegakan hutan C Penanaman lahan-lahan

yang sudah rusak, lahan-

lahan kosong, lahan kritis,

dan lain-lain

Rehabilitasi hutan

dan lahan melalui

HR, HTR, HKm,

Reboisasi dan Agroforestry

1

Aktivitas penanaman

menjamin penutupan

lahan

C

Adanya upaya

konservasi tanah

C Pembuatan bangunan KTA

& konservasi secara mekanis

Pembuatan

bangunan KTA

3

2 Ekonomi Sumber modal untuk

kegiatan penanaman

J Bantuan kredit dari

pemerintah, swasta, LSM

dan mitra

Penyaluran bantuan

kredit, kemitraan

1

Peningkatan

pendapatan

C Pengelolaan intensif,

agroforestry

RHL (Agroforestry) 2

Kelayakan usaha B - - - Penyerapan tenaga

kerja

B - - -

Kesejahteraan masyarakat

J Kegiatan dari BKKBN - -

Kepastian potensi

produksi buah dan kayu

C Regenerasi tanaman dan

pencegahan hama dan penyakit

Regenerasi

penanaman

3

Keuntungan usaha C - - -

Akses pasar B - - -

3 Sosial Partisipasi masyarakat

dalam pengelolaan

sumberdaya alam

C Sosialisasi penanaman

kayu-kayuan (khususnya

jenis-jenis yang dapat mendatangkan manfaat

bagi masyarakat dan aspek

ekologi). Misalnya: Jenis tanaman yang cepat

tumbuh (fast growing) dan

MPTS.

Penyuluhan 1

Peraturan di

masyarakat dalam

pemanfaatan sumberdaya alam

C - - -

Akses terhadap pelayan

pendukung (kredit, penyuluhan dan

masukan tekhnologi)

C Mempermudah masyarakat

dalam menjangkau akses pelayanan yang

mendukung

Penyuluhan 2

Pengangguran B - - - Kemiskinan B - - -

Migrasi penduduk J - - -

Kapasitas masyarakat untuk mengakomodasi

perubahan

C Pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan

penyuluhan dan meningkatkan infrastruktur

pembangunan daerah

Penyuluhan dan pembangunan

daerah

3

Status lahan B - - - Kejelasan batas lahan B - - -

Terbangunnya

hubungan sosial antara masyarakat

C - - -

Page 73: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

117

Tabel 36 Rekomendasi program dan kegiatan untuk perbaikan pengelolaan

tanaman kemiri rakyat dari aspek ekologi

No Program Kegiatan Tujuan yang ingin dicapai Pelaksana

1

Rehabilitasi

hutan dan

lahan

Hutan rakyat,

agroforestry

Hutan

kemasyarakatan

(HKm) dan hutan

tanaman rakyat

(HTR)

Reboisasi (lahan

kritis pada

kawasan hutan)

Penghijauan lahan-lahan

milik masyarakat khususnya

lahan-lahan yang ada di

daerah bertopografi curam

dan terjal (>250) dengan

tujuan meningkatkan fungsi

ekologi bagi lingkungan dan

fungsi ekonomi bagi

masyarakat

Pemberdayaan masyarakat

lokal yang diberi kesempatan

memanfaatkan sumberdaya

hutan pada kawasan hutan

lindung dan/atau kawasan

hutan produksi

Penanaman kembali lahan-

lahan hutan yang sudah rusak

untuk memulihkan fungsi

hutan sebagai media tata air

dan media produksi

1. Masyarakat

2. Pemda

3. Dishutbun

kabupaten

4. Dishutprop

5. Kemenhut

1. Dishutbun

kabupaten

2. Pemda

3. Dishutprop

4. Masyarakat

5. Kemenhut

1. Dishutbun

kabupaten

2. Dishutprop

3. Kemenhut

4. Pemda

2

Regenerasi

penanaman

Penerapan

metode

penanaman

dengan teknik

silvikultur yang

berkelanjutan

Manfaat yang akan diperoleh

masyarakat akan

berkelanjutan dan hasil yang

diperoleh berkesinambungan

dengan metode daur tanam

1. Penyuluh

2. Dishutbun

3. Peneliti

4. Universitas

3

Konservasi

Tanah dan

Air

Pembuatan

bangunan

konservasi tanah

dan air

Mencegah terjadinya banjir,

tanah longsor, erosi dan

kekeringan dengan kegiatan

pembuatan teras, guludan,

gully plug, dam pengendali,

sumur resapan, embung dan

lain-lain

1. Pekerjaan umum

2. Pemda

3. Dishutbun

kabupaten

4. Masyarakat

4

Penyuluhan

Penyuluhan dan

sosialisasi dalam

upaya mengatasi

gangguan yang

terjadi (hama dan

penyakit, banjir

dan longsor)

Meningkatkan kemampuan

masyarakat mengatasi

permasalahan hama dan

penyakit serta upaya

penanggulangannya

Meningkatkan pemahaman

masyarakat tentang

pentingnya pohon dalam

mencegah terjadinya banjir

dan tanah longsor

1. Penyuluh

(Kehutanan dan

pertanian)

2. Pemda

(Kabupaten,

kecamatan dan

desa)

3. LSM

5

Penelitian

Penelitian untuk

mengatasi hama

dan penyakit

Untuk mendapatkan cara atau

metode yang dapat digunakan

untuk mengatasi masalah

penyakit yang menyerang

tanaman kemiri seperti gugur

buah

1. Peneliti

2. Universitas

3. LSM

4. Penyuluh

Page 74: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

118

Tabel 37 Rekomendasi program dan kegiatan untuk perbaikan pengelolaan

tanaman kemiri rakyat dari aspek ekonomi

No Program Kegiatan Tujuan yang ingin dicapai Pelaksana

1

2

Penyaluran

kredit

Kemitraan

Pemberian modal usaha

bagi masyarakat lemah

dengan kredit ringan

Pembangunan

kerjasama kemitraan

dengan industri

pengguna bahan baku

kemiri

Memberdayakan masyarakat

pemilik lahan dengan bantuan

modal kredit bunga ringan

Mitra dapat menyalurkan bantuan

dana bagi masyarakat dan mitra

dapat menampung produksi kemiri

rakyat dengan harga yang terjamin

1. Pemda

2. BPR

3. Bank

4. Mitra usaha

5. Penyuluh

6. Masyarakat

1. Disperindag

2. Masyarakat

3. Industri/

perusahaan

4. Pemda

3 RHL

(Agroforestr

y)

Pola tanaman campuran

antara tanaman kayu-

kayuan dan tanaman

pertanian

Meningkatkan pendapatan petani

dari tanaman pertanian dan

tanaman kayu-kayuan secara

berkelanjutan yang berperan dalam

menjamin kesinambungan

penghasilan masyarakat

1. Masyarakat

2. Penyuluh

3. LSM

4. Dishutbun

kabupaten

5. Dinas

pertanian

kabupaten

4 Regenerasi

penanaman

Pengaturan daur

tanaman

Agar potensi produksi kemiri yang

diperoleh petani dapat

berkelanjutan

1. Masyarakat

2. Penyuluh

3. Dishutbun

kabupaten

Tabel 38 Rekomendasi program dan kegiatan untuk perbaikan pengelolaan

tanaman kemiri rakyat dari aspek sosial

No Program Kegiatan Tujuan yang ingin dicapai Pelaksana

1 Penyuluhan

dan

sosialisasi

Sosialisasi penanaman

kayu-kayuan (khususnya

jenis-jenis yang dapat

mendatangkan manfaat

bagi masyarakat dan

aspek ekologi). Misalnya:

Jenis tanaman yang cepat

tumbuh (fast growing)

dan MPTS.

Meningkatnya pemahaman dan

pengetahuan masyarakat tentang

tanaman-tanaman kehutanan

yang dapat berproduksi cepat,

layak untuk ditanam dan dapat

meningkatkan pendapatan

masyarakat sehingga

menimbulkan minat bagi

masyarakat untuk mau menanam

di lahan-lahan miliknya

1. Penyuluh

2. Masyarakat

3. Dishutbun

kabupaten

4. LSM

Mempermudah

masyarakat dalam

menjangkau akses

pelayanan kredit,

penyuluhan dan teknologi

Mudahnya petani menjangkau

layanan pendukung dalam

meningkatkan kemampuannya

dalam mengembangkan usahanya

melalui akses kredit, penyuluhan

dan teknologi

1. Penyuluh

2. Masyarakat

3. Dishutbun

kabupaten

4. Dinas

pertanian

2 Percepatan

pembangun

an

infrastruktur

Pembangunan sarana dan

prasarana umum untuk

meningkatkan kapasitas

masyarakat dalam

mengakomodasi

perubahan (sekolah,

jalan, puskesmas, dan

lain-lain)

Meningkatnya kapasitas

masyarakat dalam mengakomdasi

perubahan seperti perbaikan

mutu pendidikan, mempermudah

akses masyarakat dalam

menjangkau perkotaan dalam

melakukan transaksi hasil-hasil

pertanian, dan lain-lain

1. Pemda

2. Pihak

kecamatan dan

desa

Page 75: 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden yang

119

Jika kegiatan-kegiatan tersebut di atas dapat dilakukan secara bertahap dan

berkesinambungan, maka diharapkan dapat sampai pada tujuan pengelolaan

tanaman kemiri rakyat yang berkelanjutan. Pengelolaan sumberdaya alam yang

berkelanjutan, jika sumberdaya alam tersebut saat ini dapat dimanfaatkan oleh

generasi sekarang dan pemanfaatan itu tidak mengganggu kesempatan generasi

yang akan datang untuk memperolehnya (Davis et al. 2001; Fauzi 2006). Untuk

menjamin manfaat tanaman kemiri dapat diperoleh generasi yang akan datang,

maka keberlanjutan pengelolaan kemiri harus diperhatikan.

Masyarakat Kecamatan Tanah Pinem masih sangat tergantung pada usaha

pertanian. Dengan kondisi topografi curam dan terjal, sebaiknya jenis tanaman

yang ditanam adalah tanaman-tanaman yang mampu mendatangkan penghasilan

bagi penduduk secara berkelanjutan. Tanaman kemiri adalah salah satu jenis

tanaman yang multi manfaat karena dapat memberikan hasil buah untuk dipanen

setiap tahun (umur 5-35 tahun), berfungsi sebagai tanaman perlindungan tanah

dan air dan menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat. Tanaman kemiri dapat

menjadi sumber, menyediakan lapangan kerja dan berperan dalam fungsi

ekologis, menunjukkan bahwa tanaman kemiri memiliki sifat multiflier effect.

Pembahasan tentang pengelolaan kemiri dari aspek ekologi, ekonomi dan

sosial menunjukkan bahwa pengembangan tanaman kemiri dalam kegiatan hutan

rakyat dapat berperan dalam mencapai tujuan pengembangan hutan rakyat. Dari

aspek ekologi, pohon kemiri berperan dalam melindungi tanah dari erosi dan

menjamin penutupan permukaan tanah karena tajuknya yang lebar. Dari aspek

ekonomi, tanaman kemiri berperan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat

karena buah, kulit cangkang dan kayunya dapat dijual. Sedangkan dari aspek

sosial menunjukkan bahwa tanaman kemiri dapat mengurangi pengangguran

karena menyerap tenaga kerja dari dalam keluarga dan luar keluarga. Jika usaha

yang sama dikembangkan dalam bentuk hutan rakyat yang dikelola secara

intensif, maka pengembangan hutan rakyat dengan jenis tanaman kemiri dapat

sampai pada tujuannya yaitu meningkatkan pendapatan petani, peningkatan

kualitas lingkungan dan peningkatan pendapatan pemerintah daerah secara

berkesinambungan.