26
32 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Peran Pertambangan Nikel Dalam Perkembangan Wilayah Kabupaten Halmahera Timur Lahan pasca panen penambangan nikel tersebar yang berada di Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur merupakan lahan konsesi PT. Antam Tbk. Konsesi ini dikerjakan oleh kontraktor PT. YBB terletak di Desa Buli yang berjarak kurang lebih 10 Km sebelah utara Ibu Kota Kecamatan Maba, dan juga PT. MB di Pulau Gee dan PT. MB di Mornopo, yang terletak sebelah Selatan Ibu Kota Kecamatan Maba. Akses menuju lokasi dapat ditempuh melalui jalur laut dengan menggunakan kapal cepat dari Ternate ke Sofifi seitar 1 jam, dari Dermaga Sofifi menuju lahan konsesi menggunakan kendaraan umum jurusan Sofifi-Buli kemudian dilanjutkan dengan menggunakan ojek. Data dari Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Halmahera Timur adalah sebagai berikut: 1. Luas Kuasa Pertambangan (KP) =51.320 Ha. 2. Luas KP di hutan lindung = 13.343 Ha (26%). 3. Total cadangan : - Limolit (1,44% Ni) = 134,5 juta ton. - Saprolit (2,44% Ni) = 120,5 juta ton. 4. Luas Kuasa Pertambangan Eksploitasi = 39.040 Ha (76% KP total). 5. Pemegang Kuasa Penambangan (KP) = PT. Antam Tbk Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) Daerah Operasi Maluku Utara Kabupaten Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara. 6. Kontraktor: PT. MB (Pulau Gee). PT. YBB (Tanjung Buli). PT. MB (Mornopo) 7. Produksi tahunan saprolit: Pulau Gee dan Tanjung Buli = 1 juta ton. 8. Produksi tahunan limolit di Tanjung Buli = 0,6 juta ton. 9. Permasalahan yang dihadapi : a. Lokasi cadangan nikel berada di kawasan hutan lindung Kecamatan Maba Selatan. b. Wilayah kegiatan pertambangan dekat Ibukota Kabupaten Halmahera Timur (Maba). c. Kurangnya investor yang berniat untuk mengelola tambang. Lokasi Kuasa Penambangan (KP) dapat dilihat pada Lampiran 2 berupa peta kuasa penambangan di Kabupaten Halmahera Timur. Unit bisnis pertambangan nikel daerah operasi Maluku Utara adalah salah satu unit produksi PT. Antam Tbk, yang pekerjaan penambangannya dilaksanakan 90 persen oleh kontraktor. Tambang nikel yang ada di Kabupaten Halmahera Timur sudah melakukan eksplorasi dan mengekspor hasilnya ke Australia, Jepang dan lainnya dapat dilihat pada Lampiran 3, menunjukkan terdapat 23 perusahaan pertambangan nikel di Halmahera Timur. Pertambangan nikel yang beroperasi pada tahun 2009 telah mengekspor hasilnya keluar, tetapi ada juga yang belum. Usaha pertambangan nikel memberikan kontribusi sebesar 23,93 persen, terhadap PDRB Kabupaten Halmahera Timur. Pertambangan nikel mendominasi urutan ke dua setelah sektor

5 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Wanita Tenaga Kerja Non Lokal 44 12 5 7 32 21,78 37,13 ... Nama Perusahaan Tahapan Kegiatan Tahun Besar Eksport (M/Ton) Keterangan

Embed Size (px)

Citation preview

32

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Peran Pertambangan Nikel Dalam Perkembangan Wilayah

Kabupaten Halmahera Timur

Lahan pasca panen penambangan nikel tersebar yang berada di Kecamatan

Wasile Kabupaten Halmahera Timur merupakan lahan konsesi PT. Antam Tbk.

Konsesi ini dikerjakan oleh kontraktor PT. YBB terletak di Desa Buli yang

berjarak kurang lebih 10 Km sebelah utara Ibu Kota Kecamatan Maba, dan juga

PT. MB di Pulau Gee dan PT. MB di Mornopo, yang terletak sebelah Selatan Ibu

Kota Kecamatan Maba.

Akses menuju lokasi dapat ditempuh melalui jalur laut dengan menggunakan

kapal cepat dari Ternate ke Sofifi seitar 1 jam, dari Dermaga Sofifi menuju lahan

konsesi menggunakan kendaraan umum jurusan Sofifi-Buli kemudian dilanjutkan

dengan menggunakan ojek. Data dari Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten

Halmahera Timur adalah sebagai berikut:

1. Luas Kuasa Pertambangan (KP) =51.320 Ha.

2. Luas KP di hutan lindung = 13.343 Ha (26%).

3. Total cadangan : - Limolit (1,44% Ni) = 134,5 juta ton. - Saprolit (2,44% Ni) =

120,5 juta ton.

4. Luas Kuasa Pertambangan Eksploitasi = 39.040 Ha (76% KP total).

5. Pemegang Kuasa Penambangan (KP) = PT. Antam Tbk Unit Bisnis

Pertambangan Nikel (UBPN) Daerah Operasi Maluku Utara Kabupaten

Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara.

6. Kontraktor: PT. MB (Pulau Gee). PT. YBB (Tanjung Buli). PT. MB

(Mornopo)

7. Produksi tahunan saprolit: Pulau Gee dan Tanjung Buli = 1 juta ton.

8. Produksi tahunan limolit di Tanjung Buli = 0,6 juta ton.

9. Permasalahan yang dihadapi :

a. Lokasi cadangan nikel berada di kawasan hutan lindung Kecamatan Maba

Selatan.

b. Wilayah kegiatan pertambangan dekat Ibukota Kabupaten Halmahera Timur

(Maba).

c. Kurangnya investor yang berniat untuk mengelola tambang.

Lokasi Kuasa Penambangan (KP) dapat dilihat pada Lampiran 2 berupa

peta kuasa penambangan di Kabupaten Halmahera Timur. Unit bisnis

pertambangan nikel daerah operasi Maluku Utara adalah salah satu unit produksi

PT. Antam Tbk, yang pekerjaan penambangannya dilaksanakan 90 persen oleh

kontraktor. Tambang nikel yang ada di Kabupaten Halmahera Timur sudah

melakukan eksplorasi dan mengekspor hasilnya ke Australia, Jepang dan lainnya

dapat dilihat pada Lampiran 3, menunjukkan terdapat 23 perusahaan

pertambangan nikel di Halmahera Timur.

Pertambangan nikel yang beroperasi pada tahun 2009 telah mengekspor

hasilnya keluar, tetapi ada juga yang belum. Usaha pertambangan nikel

memberikan kontribusi sebesar 23,93 persen, terhadap PDRB Kabupaten

Halmahera Timur. Pertambangan nikel mendominasi urutan ke dua setelah sektor

33

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

2006

2007

2008

2009

43%

25%

5%

0%

2%

15%

4% 2% 4%

Pertanian

Pertambangan dan Migas

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel dan

RestoranPengangkutan dan

KomunikasiKeuangan, Persewaan dan

Jasa PerusahaanJasa-jasa

pertanian. Laju pertumbuhan PDRB tertinggi, pada sektor pertambangan dan

migas dengan peningkatan 1,54 persen dari tahun 2008 ke 2009.

Perusahan pertambangan nikel Kabupaten Halmahera Timur, terus

mengadakan eksplorasi untuk penyediaan nikel atas permintaan negara-negara

yang membutuhkan, sebagai bahan baku yang diolah menjadi bahan jadi lainnya.

Peningkatan sektor pertambangan dalam memberikan kontribusi untuk

Kabupaten Halmahera Timur dapat dilihat pada Gambar 14 dan persentasinya

pada Gambar 15.

Tambang Nikel dan Keberadaan Penduduk di Kecamatan Wasile

Penduduk asli (lokal) di Kecamatan Wasile adalah petani. Tanaman

pangan yang diusahakan petani terdiri dari padi sawah, padi ladang, jagung, dan

ubi-ubian, sedangkan tanaman perkebunan yang diusahakan adalah kelapa,

cengkeh, dan coklat. Tanaman pangan yang biasanya dikelolah secara

berkesinambungan, sekarang mulai berkurang karena rusaknya lahan pertanian.

Sedangkan untuk tanaman perkebunan tidak bertambah lagi, dan petani hanya

Gambar 14 Kontribusi Sektor Usaha Terhadap PDRB Kabupaten Halmahera

Timur Tahun 2006-2007

Sumber : Kabupaten Halmahera Dalam Angka 2010

Gambar 15 Persentasi Sektor Usaha Terhadap PDRB Kabupaten Halmahera Timur

Tahun 2006 -2007.

34

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600 2007

2008

2009

2010

2011

menikmati hasilnya saja, disebabkan kesibukan pekerjaan tambahan lain, dengan

adanya tambang nikel di Kecamatan Wasile.

Pertambangan di Kabupaten Halmahera Timur telah ada sejak tahun 1997,

namun yang telah dieksploitasi baru nikel. Pertambangan pertama masuk di Pulau

Gee tahun 1997, disusul tanjung Buli tahun 2001. Pertambangan masuk di

Kecamatan Wasile tahun 2006, dan membawa pengaruh serta dampak sosial,

ekonomi dan ekologi terhadap masyarakat. Terkait dengan kelembagaan ekonomi

yang bertujuan untuk mengelola sumberdaya alam di Kabupaten Halmahera

Timur, dari segi kuantitas masih kurang sehingga kegiatan yang diinginkan dari

setiap lembaga belum memberikan hasil yang maksimal. Misalnya, pemberdayaan

dalam sektor pertanian dan perikanan masih bersifat insidentil terkait dengan

program pemerintah dan perusahaan, sehingga program pemberdayaan

masyarakat bersifat inkonsisten, rendahnya SDM, kurangnya teknologi tepat guna

serta lemahnya koordinasi antar lembaga dan instansi pemerintah yang terkait,

merupakan permasalahan kelembagaan yang dihadapi.

Masuknya pertambangan nikel di Kecamatan Wasile, menyebabkan

beralihnya profesi masyarakat dari petani menjadi pekerja perusahaan tambang.

Perubahan yang terjadi di Kecamatan Wasile yang pengaruhnya dapat dilihat pada

Gambar 16.

Sumber : Kecamatan Wasile Dalam Angka 2011

Gambar 16 Jumlah Penduduk 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut

Lapangan Pekerjaan Di Kecamatan Wasile 2007 -2011

Sektor pertambangan menempati tempat kedua sesudah sektor pertanian.

Sedangkan sektor angkutan menduduki posisi terendah, yaitu tempat ke-5 hal ini

disebabkan buruknya kondisi jalan sehingga mahalnya biaya transportasi,

kemudian diikuti dengan sektor lainnya. Perusahaan pertambangan memberikan

kesempatan kerja bagi masyarakat daerah, namun jumlah tenaga kerja yang

direkrut terbatas disebabkan karena faktor pendidikan dan pengalaman kerja yang

rendah, sehingga tenaga kerja yang berasal dari Kecamatan Wasile sedikit yang

bekerja. Jumlah tenaga kerja perusahaan pada tahun 2011 sebanyak 202 orang

yang terdiri dari staf sebanyak 44 orang dan non staf sebanyak 158 orang. Tenaga

kerja yang bekerja di perusahaan pertambangan mayoritas 62,87 persen adalah

pendatang yang berasal dari Pulau Jawa dan Sulawesi Selatan, dan sisanya 37,13

persen yang merupakan penduduk lokal.

35

Mayoritas penduduk non lokal yang bekerja di pertambangan nikel

menunjukkan bahwa keberadaan pertambangn tersebut lebih dapat dinikmati

secara ekonomi oleh penduduk non lokal dari pada penduduk lokal, dan

pernyataan ini didukung dengan Tabel 13.

Tabel 13 Jumlah Tenaga Kerja Usaha Pertambangan Nikel.

No Uraian Jumlah (Orang) Tenaga Kerja Staf dan

Non Staf (%)

Tenaga Kerja Lokal

dan Non Lokal (%)

A

1.

2.

Non Staf

Tenaga Kerja Lokal

a. Pria

b. Wanita

Tenaga Kerja Non Lokal

158

63

48

15

95

78,22 62,87

B.

1.

2.

Staf

Tenaga Kerja Lokal

a. Pria

b. Wanita

Tenaga Kerja Non Lokal

44

12

5

7

32

21,78 37,13

Total (A+B) 202 100 100

Sumber : Kecamatan Wasile Dalam Angka 2011

Produksi dan Sistem Penjualan

Perusahaan tambang nikel yang barada di Kecamatan Wasile yang mulai

beroperasi ada pada tahapan eksplorasi, operasi produksi dan bahkan ada yang

sudah selesai berproduksi. Nikel yang berkadar tinggi dipasarkan atau di ekspor

ke Jepang dan yang berkadar rendah di ekspor ke Australia (data ekspor dapat

dilihat pada Tabel 14).

Tabel 14 Ekspor Nikel Dari Tambang Di Kecamatan Wasile.

Nama Perusahaan Tahapan Kegiatan Tahun Besar Eksport

(M/Ton) Keterangan

PT. JK Eksplorasi 2010 - Belum Ekspor

PT. DU Operasi Produksi 2007

2008

4.201.833,08

2.571.909 Pasca Tambang

PT. AT Operasi Produksi 2011 87.182,00 Ekspor

PT. IB Operasi Produksi 2009 - Belum Ekspor

Sumber : Dinas Pertambangan Dan Energi Kabupaten Halmahera Timur 2012

Tabel 14 menunjukkan hasil tambang nikel yang dijual masih dalam

bentuk bahan mentah, dan pengangkutan atau pengapalan berupa tanah yang

mengandung nikel. Tanah tersebut dijual ke negara tujuan tanpa diolah terlebih

dahulu, sehingga dapat diasumsikan tanah yang diangkut bukan saja mengandung

nikel, tetapi unsur-unsur lainpun juga ikut terbawa dengan tanah tersebut.

Pengerukan dan pengangkutan sebelum dijual dapat dilihat pada Lampiran 4.

Tanah hasil pengerukan diangkut ke kapal kemudian di ekspor (jual) Jepang,

Austaralia, Korea Selatan, Jerman, Belgia, Inggris, Italia, dan Finlandia.

36

Dampak Sosial - Ekonomi - Ekologi Pertambangan Nikel Di

Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur.

Analisis dan Dampak Sosial Pertambangan Nikel.

Penduduk yang mendiami Kecamatan Wasile merupakan penduduk dari

berbagai lapisan suku, baik suku asli maupun suku yang berasal dari luar daerah

atau wilayah Kecamatan Wasile atau Halmahera. Suku yang datang dari daerah

luar, umumnya bekerja sebagai PNS, dan pedagang.

Kecamatan Wasile dikenal sebagai penghasil tanaman pertanian. Desa

Subaim merupakan sentral penghasil beras demikian juga dengan Desa Batu Raja,

tetapi adanya pertambangan nikel, membuat produksi pertanian dari dua desa

tersebut mengalami penurunan, sehingga Kecamatan Wasile dan desa yang berada

disekitar kecamatan terancam ekspansi usaha pertambangan nikel. Sebagai

gambaran dari dampak pertambanga nikel terhadap sosial di Desa Batu Raja dan

Subaim dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Dampak Sosial dari Aktivitas Pertambangan Nikel di Desa Batu Raja

dan Subaim

Pernyataan

Skor (%) Total (%)

S KS TS

BTR SBM BTR SBM BTR SBM BTR SBM

Ketersediaan sarana dan prasaran pendidikan

disediakan oleh tambang 20,00 30,00 80,00 70,00 00,00 00,00 100 100

Pendidikan dapat terpenuhi oleh pemerintah daerah 85,00 68,75 15,00 31,25 00,00 00,00 100 100

Keadaan tempat tinggal masyarakat kualitasnya

memadai setelah adanya tambang 15,00 7,50 85,00 32,50 00,00 60,00 100 100

Pelayanan kesehatan berjalan dengan baik setelah

adanya tambang 62,50 50,00 37,50 50,00 00,00 00,00 100 100

Hubungan kerja pihak Desa dan Kecamatan berjalan

membaik setelah adanya tambang 72,50 86,25 25,00 12,50 2,50 1,25 100 100

Kegiatan sosial antar masyarakat di Desa dan

Kecamatan stabil 00,00 00,00 100 50,00 00,00 50,00 100 100

Masyarakat dapat merasakan manfaat penggunaan

fasilitas umum dengan baik setelah adanya tambang 30,00 58,75 70,00 41,25 00,00 00,00 100 100

Pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia makin

mudah setelah adanya tambang 00,00 30,00 00,00 00,00 100 70,00 100 100

Pasar lokal/tradisional berkembang setelah adanya

tambang 100 100 00,00 00.00 100 00,00 100 100

Terjadinya demonstrasi (konflik) di Desa meningkat

sejak adannya tambang 50,00 50,50 22,50 22,50 27,22 27,22 100 100

Hubungan masyarakat lokal dengan pendatang

berjalan harmonis 57,50 42,50 18,75 37,50 23,75 20,50 100 100

Kegiatan masyarakat antar satu sama lain (gotong

royong) menurun 60,00 60,00 40,00 40,00 00,00 00,00 100 100

Sumber : Data Primer Diolah 2012 Keterangan : S = Setuju BTR = Desa Batu Raja

KS = Kurang Setuju SBM = Desa Subaim TS = Tidak Setuju

Tabel 15 memperlihatkan dampak yang terjadi di Desa Batu Raja dan

Subaim akibat pertambangan nikel yang berada dekat dengan tempat tinggal dan

areal pertanian yang sedang diusahakan. Bentuk dampak tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Masyarakat merasa bahwa ketersediaan akan sarana dan prasarana pendidikan

yang akan diberikan oleh pihak pertambangan untuk meningkatkan kualitas

37

pendidikan baik formal maupun non formal, ternyata tidak memenuhi

ketersediaannnya. 80 persen masyarakat menyatakan kurang setuju, dengan

pelayanan yang diberikan dari pihak perusahaan pertambangan.

2. Keadaan tempat tinggal penduduk tidaklah berubah, baik sebelum atau sesudah

adanya pertambangan tidak membawa suatu perubahan, sehingga 85 persen

masyarakat menyatakan kurang setuju terhadap aktivitas pertambangan nikel

disana karena rumah yang ditempati tetap tidak layak untuk dihuni, rata-rata

merupakan rumah-rumah papan.

3. Hubungan kerja masyarakat di desa dan kecamatan tidak berjalan dengan baik,

disebabkan karena adanya kesenjangan status sosial antara masyarakat yang

berada di desa dan kecamatan. Sehingga hubungan kerja menjadi menurun dan

terjadi persaingan. Keadaan ini dinyatakan dengan 72,50 persen masyarakat

yang merasakan langsung persaingan yang ada.

4. Sumberdaya alam yang dikelola masyarakat atau dimaanfaatkan masyarakat,

tidak lagi dipergunakan secara bebas tetapi harus seijin perusahaan, sehingga

keadaan ini menjadi ketidak puasan bagi masyarakat sebesar 100 persen.

Masyarakat mengganggap bahwa sumberdaya alam yang mereka pergunakan

adalah merupakan barang yang bebas (free goods), tanpa harus ada pembuatan

atau permintaan ijin dari pihak lain.

5. Kegiatan sosial yang sering dilakukan oleh masyarakat desa terhadap program

sosial kecamatan tidak lagi berjalan. Sebanyak 100 persen masyarakat tidak

lagi menjalankan kegiatan sosial di kecamatan, disebabkan pelayanan dan

keluhan yang disampaikan belum dapat terlayani oleh pemerintah kecamatan.

6. Kegiatan sosial yang dilakukan oleh masyarakat di desa berupa gotong royong,

mulai berkurang, sebesar 60 persen masyarakat menyatakan kegiatan ini sudah

mulai terabaikan. Penyebab dari tidak berjalannya kegiatan gotong royong,

karena aktivitas masyarakat lebih banyak tersita terhadap pekerjaan mereka

yang baru dan persaingan dengan pendatang.

7. Konflik masyarakat dengan pihak desa, maupun kecamatan mulai terjadi.

Sejumlah 50 persen masyarakat menyatakan telah terjadi keributan-keributan,

yang disebabkan karena tidak puasan dan kenyamanan dialami masyarakat atas

keadaan lingkungan dimana mereka tinggal dan areal pertanian yang tidak

dapat diolah, akibat adanya pertambangan.

Namun dibalik dampak negatif yang ada, masih ada manfaat yang dapat

dinikmati oleh penduduk Desa Batu Raja dan Subaim yaitu :

1. Pendidikan yang dulunya kurang diperhatikan, disebabkan minimnya sarana

prasarana, tetapi dengan diperbaiki dan disediakan sarana prasarana yang lebih

baik oleh pemerintah daerah. Sebesar 85 persen masyarakat kini dapat

memanfaatkan prasarana dan sarana pendidikan.

2. Transaksi jual beli dalam hal ini pasar lokal yang dilakukan oleh masyarakat

Desa Batu raja dan Subaim, kembali berfungsi dengan baik. Sebanyak 100

persen merasakan perubahan ini, disebabkan masuknya pendatang dari luar

dalam memenuhi kebutuhan yang diperlukan.

3. Hubungan masyarakat desa antar pendatang dan masyarakat lokal berjalan

dengan baik. Sebanyak 57,50 persen menikmati hubungan ini, tetapi kadang

tidak berjalan dengan baik disebabkan karena perbedaan komunikasi yang ada

di masyarakat.

38

4. Pelayanan kesehatan yang diberikan cukup baik yaitu sebesar 85 persen

masyarakat dapat merasakan pelayanan tersebut dari sebelumnya.

Kehadiran pertambangan tetap berjalan, tetapi pemerintah harus menekan

pihak perusahaan untuk meningkatkan pelayanan, dan meningkatkan nilai aspek

sosial, ekonomi dan ekologi untuk menjadi baik, seperti yang diharapkan oleh

masyarakat dari dua desa.

Hasil dampak pertambangan dianalisa dengan menggunakan uji Chi-

Square dimana dampak pertambangan terhadap sosial masyarakat yang terjadi di

Desa Batu Raja dan Subaim sebelum dan sesudah pertambangan nikel dapat

dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Hasil Uji Chi-Square Dampak Sosial dari Aktivitas Pertambangan Nikel

Sebelum Sosial Desa Batu Raja Sosial Desa Subaim

Chi-Square 26.000a 11.500a

df 10 4

Asymp 004 021

Sesudah Sosial Desa Batu Raja Sosial Desa Subaim

Chi-Square 9.600b 23.350b

df 7 6

Asymp 212 001

Sumber : Data Diolah 2012

Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda menurut uji Chi-Square.

Berdasarkan uji Chi-Square pada tabel 16, hasil diperoleh dimana terjadi

perbedaan sebelum dan sesudah adanya pertambangan dengan selisih 16,40 untuk

Desa Batu raja dan 11,85 untuk Desa Subaim. Desa Batu Raja mengalami

penurunan sosial disaat adanya pertambangan. Perubahan sosial diakibatkan pola

hidup masyarakat, dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Masyarakat Desa Batu

Raja, adalah masyarakat pendatang hasil pemekaran dari desa induk yang

kehidupannya tergantung dari hasil pertanian sebagai sumber kehidupan. Desa

Batu Raja merupakan desa yang berada dekat dengan lokasi pertambangan nikel,

sehingga perubahan kehidupan sosial yang terjadi sangatlah besar saat adanya

pertambangan nikel.

Perubahan sosial yang terjadi pada Desa Subaim, sebelum dan sesudah

pertambangan, tidaklah terlalu jauh. Masyarakat Desa Subaim merupakan

penduduk asli (lokal), dan Desa Subaim merupakan desa induk yang jauh dari

lokasi pertambangan.

Analisis dan Dampak Ekonomi Pertambangan Nikel

Kecamatan Wasile, memiliki lahan perkebunan yang cukup luas.

Umumnya masyarakat menggantungkan hidup dari hasil bercocok tanam sebesar

86 persen. Selain tanaman pangan, seperti padi, jagung, ubi kayu, kacang tanah,

dan kacang kedelai, penduduk menanam pula sayur-sayuran, seperti cabe, terong,

kacang panjang, dan bayam. Pisang, jeruk, pepaya, mangga, nangka, dan jambu

adalah jenis buah-buahan yang mereka budidayakan, tetapi hasilnya masih

terbatas. Hasil pertanian yang menembus pasar di luar dari Halmahera Timur

adalah beras yang berasal dari Desa Subaim Kecamatan Wasile dan berupa sayur-

39

sayuran yang berasal dari Desa Batu Raja. Namun perubahan ini terjadi setelah

masuk penambangan di wilayah ini.

Perubahan ekonomi turut berpengaruh besar terhadap kehidupan

masyarakat yang berada dekat dengan areal pertambangan. Dampak

pertambangan nikel terhadap ekonomi masyarakat yang terjadi di Kecamatan

Wasile terhadap Desa Batu Raja dan Subaim, dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 17 Dampak Ekonomi Dari Aktivitas Penambangan Nikel di Desa Batu Raja

dan Subaim

Pernyataan

Skor (%) Total (%)

S KS TS

BTR SBM BTR SBM BTR SBM BTR SBM

Usaha pertambangan nikel mampu membuka

kesempatan kerja di kecamatan ini

100 100 00,00 00,00 00,00 00,00 100 100

Berkesempatan kerja diperusahaan tambang nikel besar 00,00 00,00 60,00 57,50 40,00 42,50 100 100

Tenaga kerja lokal mendapat prioritas untuk kerja

diperusahaan tambang nikel

00,00 10,00 00,00 40,00 100 50,00 100 100

Membuka peluang usaha kerja baru, (warung makan,

bengkel, warung sembako, ojek)

100 100 00.00 00.00 00,00 00,00 100 100

Menambah pendapatan dari penjualan jasa 12,50 56,25 87,50 43,75 00,00 00,00 100 100

Pendapatan petani meningkat sejak adanya perusahaan

tambang nikel

00,00 36,25 27,50 13,75 72,50 50,00 100 100

Sarana transportasi meningkat 58,75 58,75 41,25 41,25 00,00 00,00 100 100

Usaha penginapan meningkat 58,75 58,75 41,25 41,25 00,00 00,00 100 100

Keadaan infrastruktur memburuk 83,75 45,00 16,25 55,00 00,00 00,00 100 100

Penghasilan masyarakat menurun 67,50 67,50 42,50 32,50 00,00 00,00 100 100

Sumber : Data Primer Diola 2012 Keterangan : S = Setuju TS = Tidak Setuju SBM = Desa

Subaim BTR = Desa Batu Raja KS = Kurang Setuju

Tabel 17 memperlihatkan bahwa, masyarakat Desa Batu Raja dan Subaim

mengalami beberapa dampak yaitu :

1. Mempunyai peluang kesempatan bekerja yang besar di perusahaan

pertambangan nikel sebagai penduduk lokal, ternyata jauh dari apa yang

diperkirakan oleh masyarakat, sehingga 100 persen masyarakat menyatakan

tidak setuju atas pernyataan yang menyatakan kehadiran tambang membuka

kesempatan besar untuk masyarakat lokal untuk dapat bekerja di perusahaan

pertambangan nikel.

2. Penjualan jasa yang diharapkan dapat membawa hasil dalam meningkatkan

pendapatan sekaligus menaikkan taraf hidup lebih yang baik dengan adanya

perusahaan tambang, juga tidak membawa hasil, sehingga dari keadaan ini

sebanyak 87 persen dari masyarakat menyatakan tidak setuju.

3. Pendapatan petani menurun disebabkan produksi pertanian yang dihasilkan

tidak memenuhi target atau menurun. Penyebab dari menurunya produksi

pertanian, karena lahan yang diola tidak dapat ditanami. Sebanyak petani 72.50

persen masyarakat tidak setuju dengan adanya perusahaan tambang nikel,

disebabkan areal pertanian yang akan diola tergenag lumpur pada musim

hujan, akibat banjir.

4. Penghasilan masyarakat menurun, dan dinyatakan dengan 67.50 persen

masyarakat setuju. Penghasilan sebelum perusahaan tambang sebesar Rp

15.315.000/tahun Desa Batu Raja, dan Desa Subaim sebesar Rp

16.230.000/tahun dan setelah sesudah sebesar Rp 10.605.000/tahun untuk Desa

Batu Raja, dan untuk Desa Subaim 14.400.000/tahun.

40

5. Infrastruktur berupa jalan dan jembatan sebagai fasilitas yang disediakan

pemerintah untuk dapat dipergunakan masyarakat, sebagai penunjang

penghubung transportasi menjadi memburuk. Masyarakat sebanyak 83.75

persen menyatakan setuju, kerusakan dan memburuknya mobilisasi alat-alat

berat saat penabangan nikel berlangsung.

Namun dibalik dampak buruk yang diterima masyarakat masih ada hal

positif atau hal baik di dua Desa Batu Raja dan Subaim adalah :

1. Masuk atau dibukanya usaha pertambangan nikel mampu membuka peluang

kesempatan kerja di kecamatan. Sehingga 100 persen masyarakat menyatakan

setuju, karena dengan demikian dapat mengurangi tinggkat penggangguran di

kecamatan.

2. Kehadiran perusahaan pertambangan nikel membuka peluang usaha-usaha baru

yang terbentuk di desa berupa usaha warung makan, toko sembako, dan

bengkel. Usaha yang baru ada mendapat tanggapan positif sebanyak 100

persen dari masyarakat. Tanggapan positif dengan adanya usaha baru ini,

menambah nilai lebih terhadap kemajuan dari masyarakat yang ada di desa.

3. Sarana transportasi, dalam hal ini angkutan menjadi baik dengan adanya

kehadiran perusahaan tambang nikel. Meningkatnya sarana transportasi

dinyatakan dengan sebesar 58.75 persen menyatakan setuju. Dimana angkutan

yang dipelukan untuk keperluan penyambung hubungan antar desa dapat

terpenuhi dan lancar.

4. Usaha penginapan atau tempat tinggal sementara meningkat sebesar 58 persen,

dimana usaha ini dibuat untuk pendatang yang belum mempunyai rumah tetap

dan pekerja perusahaan yang sementara waktu menetap di kecamatan atau desa

karena tugas pekerjaan.

Dampak yang terjadi baik secara positif dan negatif, mengajak kepada

perusahaan pertambangan nikel agar harus lebih membuka diri untuk memberikan

kesempatan kerja untuk penduduk, seperti pekerjaan pendukung (satpam, buruh

dan pemeliharaan alat-alat berat, pelayan pembersih ruangan, dan tukang masak).

Dengan demikian keyakinan masyarakat tentang bertambahnya penghasilan atau

pendapatan yang diperoleh, sehingga dapat menekan instabilitas sosial yang

menyebabkan protes demonstrasi, bahkan konflik untuk tidak terjadi lagi antara

masyarakat dengan perusahaan pertambangan nikel, dan pemerintah selaku

pemegang kebijakan.

Analisis dampak ekonomi sebelum dan sesudah pertambangan nikel

menggunakan uji Chi-Square di Desa Batu raja dan Subaim dapat dilihat pada

tabel 18.

Tabel 18 Hasil Uji Chi-Square Dampak ekonomi dari Aktivitas Pertambangan

Nikel

Sebelum Ekonomi Desa Batu Raja Ekonomi Desa Subaim

Chi-Square 166.100a 32.250b

Df 8 4

Asymp 000 000

Sesudah

Chi-Square 20.500b 8.600b

Df 4 3

Asymp 000 035

Sumber : Data Diolah 2012

Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda menurut uji Chi-Square.

41

Kehidupan ekonomi masyarakat yang cukup besar, baik yang dekat dan

jauh dari pertambangan nikel, sebesar 166.100 sebelum tambang nikel untuk

Desa Batu Raja dan 32.250 pada Desa Subaim. Sedangkan untuk sesudah adanya

tambang nikel Desa Batu Raja 20.500 dan Desa Subaim 8.600. Hal ini

menandakan masyarakat mengalami kesulitan ekonomi saat adanya pertambangan

nikel dan dampak ini berpengaruh pada kehidupan masyarakat di kedua desa

dalam aktivitas perubahan hidup.

Satu tahun perusahaan pertambangan nikel yang berada di Kabupaten

Halmahera Timur, tepatnya di Kecamatan Wasile, menghasilkan produksi sebesar

7.479.093,16/ton - 8.819.747,08/ton. Hasil yang diperoleh tambang nikel dijual

atau di eksport mentah ke negara-negara tujuan seperti Jepang, dan Australia, dari

hasil penjualan produksi nikel, tidak keseluruhan dinikmati oleh masyarakat yang

berada di Kabupaten tersebut, apalagi dengan desa di sekitar pertambangan nikel.

Penjualan hasil tambang dinikmati para pejabat pemerintahan yang berada

di Kabupaten, propinsi bahkan pusat. Penerimaan hasil bukan hanya dari produksi

pertambangan, tetapi sebelum tambang berproduksi hasil masuknya tambang ke

daerah atau wilayah yang mempunyai potensi pertambangan, pemerintah tersebut

sudah mendapatkan hasil.

Terpuruknya perekonomian desa yang didalamnya terdapat operasi

pertambangan, tidak selamanya merupakan kesalahan dari pihak pertambangan,

tetapi pemerintah wilayah juga turut didalam kesalahan, karena tidak tanggap dan

kontrol terhadap keadaan masyarakatnya. Sehingga masyarakat harus menerima

kerugian dari adanya kehadiran perusahaan pertambangan nikel. Pertambangan

nikel membawa dampak terhadap pendapatan sektor pertanian atau pendapatan

petani dalam setahun, dimana petani mengalami kenaikkan maupun penurunan

pendapatan, disesuaikan dengan besar produksi yang dihasilkan, dan luas areal

lahan yang ditanami.

Tabel 19 Data Rata-Rata Hasil Produksi Tanaman Padi Petani Sebelum dan

Sesudah Penambangan Nikel di Desa Batu Raja dan Subaim

Lokasi

Penelitian

(Desa)

Luas

Lahan

(ha)

Rata-rata Hasil Produksi/Thn (Rp) Total Hasil (%)

Sblm Tambang

Nikel Ssdh Tambang Nikel Sebelum Sesudah

Batu Raja

1 Rp 15.910.345 Rp 11.833.172 23 29

2 Rp 14.100.000 Rp 7.350.000 21 18

3 Rp 12.000.000 Rp 12.000.000 17 29

4 Rp 12.000.000 Rp 3.600.000 18 9

5 Rp 14.400.000 Rp 6.000.000 21 15

Jumlah Produksi

(Tahun) Rp 68.410.345 Rp 40.783.172

Subaim

1 Rp 20.400.000 Rp 23.400.000 30 33

2 Rp 11.733.333 Rp 17.500.000 17 25

3 Rp 24.300.000 Rp 24.900.000 35 35

4 Rp 12.000.000 Rp 4.800.000 18 7

Jumlah Produksi

(Tahun) Rp 68.433.333 Rp 70.600.000

Total Produksi Kedua Desa

(Tahun) Rp 136.843.678 Rp 111.383.172

Sumber : Data Primer Diola 2012

Tabel 19 menunjukkan produksi pertanian Desa Batu Raja mengalami

penurunan sesudah adanya pertambangan nikel, sedangkan Desa Subaim

mengalami penurunan tetapi juga mengalami peningkatan. Menurunnya produksi

42

pertanian disebabkan, karena kerusakan lahan pertanian padi sawah pada waktu

musim hujan, demana petakan sawah tertumpuk oleh batu-batuan yang dibawa air

saat banjir. Penghasilan produksi pertanian pada Desa Subaim mengalami

penurunan disebabkan karena lahan yang ditanami tidak diola dengan baik, karena

pemilik lahan lebih memilih untuk bekerja di tambang atau mencoba pekerjaan

lain. Hasil produksi yang hilang dengan adanya pertambangan nikel di Desa Batu

Raja dan Subaim dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Rata-Rata Hasil Produksi Yang Hilang Adanya Pertambangan Nikel

di Desa Batu Raja dan Subaim.

Lokasi Penelitian

(Desa)

Luas Lahan

(ha)

Rata-rata Produksi Yang Hilang/Tahun

(Rp)

Batu Raja

1 Rp 4.055.172

2 6.750.000

3 -

4 8.400.000

5 8.400.000

Jumlah produksi yang hilang Rp 27.605.172

Subaim

1 -

2 -

3 -

4 Rp 7.200.000

Jumlah produksi yang hilang Rp 7.200.000

Total produksi yang hilang Rp 34.805.172

Sumber : Data Primer Diolah 2012

Keterangan : (-) menandakan bahwa tidak terjadi perubahan

Pendapatan Desa Batu Raja rata-rata sebesar Rp 15.315.000/tahun

sebelum tambang nikel, dan mengalami penurunan per tahunnya sebesar Rp

10.605.500/tahun. Desa Batu Raja merupakan desa yang berdekatan dengan

pertambangan Nikel. Pendapatan Desa Subaim mengalami kenaikan yang sangat

baik, sebelum tambang nikel sebesar Rp 14.400.000/tahun dan meningkat menjadi

16.230.000/tahun sesudah adanya tambang. Rata-rata pendapatan sudah termasuk

keseluruhan pendapatan masyarakat yang bekerja menurut lapangan

pekerjaannya. Pengahasilan rata-rata Desa Batu Raja sebesar 59 persen turun

menjadi 41 persen dan sebaliknya Desa Subaim berbanding terbalik sebelum ada

tambang nikel 47 perssen dan sesudah tambang meningkat 53 persen.

Masyarakat pertanian mempunyai empat karakteristik utama petani yaitu:

(1) petani adalah pelaku ekonomi yang berpusat pada usaha milik keluarga, (2)

selaku petani mereka menggantungkan hidup mereka kepada lahan, bagi petani,

lahan pertanian adalah segalanya yakni sebagai sumber yang diandalkan untuk

menghasilkan bahan pangan keluarga, harta benda yang bernilai tinggi, dan

ukuran terpenting bagi status sosial, (3) petani memiliki budaya yang spesifik

yang menekankan pemeliharaan tradisi dan konformitas serta solidaritas sosial

mereka kental, (4) cenderung sebagai pihak selalu kalah (tertindas) namun tidak

mudah ditaklukkan oleh kekuatan ekonomi, budaya dan politik eksternal yang

mendominasi mereka. Menurut Shanin (1971) seperti yang dikutip oleh Subali

(2005).

43

Analisis dan Dampak Ekologi Pertambangan Nikel

Kawasan konservasi akhirnya menjadi kawasan pencadangan sumberdaya

alam bagi kelanjutan kegiatan eksploitasi - ekstraksidi masa depan. Masa

sekarang, kawasan konservasi menjadi pelayan bagi usaha-usaha ekstraksi

tambang nikel, dengan cara menyediakan udara segar dan air bersih bagi kegiatan

pertambangan.

Pertambangan juga memproduksi limbah yang dapat mematikan aliran

sungai, hal ini terjadi di sepanjang dua poros lokasi penelitian dimana ditemukan

bekas sungai besar tidak ada air tetapi pada musim hujan, air melewati tempat

tersebut hingga ke areal pertanian. Usaha industri pertambangan juga berpotensi

merusak sumberdaya nilai sosial budaya lokal dan ekonomi masyarakat yang

bermukim di wilayah lingkar tambang (Mangkusbroto, 1995). Dampak

pertambangan nikel terhadap ekologi masyarakat yang ada di Desa Batu Raja dan

Subaim dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Dampak Ekologi dari Aktivitas Pertambangan Nikel di Desa Batu Raja

dan Subaim

Pernyataan

Skor (%) Total (%)

S KS TS

BTR SBM BTR SBM BTR SBM BTR SBM

Keadaan lahan pertanian memburuk 85,00 50,00 10,00 7,50 5,00 42,50 100 100

Ada konversi lahan pertanian 00,00 00,00 6,25 6,25 93,75 93,75 100 100

Keadaan hutan meluas 50,00 50,00 1,25 1,25 48,75 48,75 100 100

Sumber air bersih berkurang 50,00 50,00 50,00 50,00 00,00 00,00 100 100

Kesehatan masyarakat memburuk 50,00 50,00 00,00 00,00 50,00 50,00 100 100

Keadaan udara memburuk 85,00 85,00 15,00 15,00 00,00 00,00 100 100

Kebisingan meningkat 40,00 40,00 32,00 32,50 27,50 27,50 100 100

Tanah mengalami sedementasi 50,00 50,00 17,00 17,50 32,50 32,50 100 100

Banjir dan tanah longsor meningkat 70,00 50,00 20,00 12,50 10,00 37,50 100 100

Sumber : Data Primer Diolah 2012 Keterangan : S = Setuju BTR = Desa batu raja

Tabel 21 menunjukkan suatu keadaan ekologi yang kurang baik dialami

Desa Batu Raja dan Subaim sehingga menimbulkan keresahaan masyarakat

teradap kehadiran pertambangan nikel. Keresahan yang dialami yaitu :

1. Lahan pertanian dari masyarakat memburuk, disebakan masuknya batu-batuan

dan kerikil yang berasal dari tempat penambangan, pada saat musim hujan, saat

terbawa banjir, sehingga lahan tersebut sulit diola untuk ditanami tanaman.

Untuk itu sebesar 85 persen masyarakat menyatakan setuju, dikarenakan lahan

pertanian menjadi buruk.

2. Pemakaian hutan untuk tambang meluas, dimana pihak pertambangan terus

melakukan eksplorasi terhadap tambang, sehingga hutan di tebang untuk

mempermudah jalannya pekerjaan dan sebanyak 50 persen masyarakat

merasakan perubahan yang terjadi di desa yang mereka tempati.

3. Sumber air bersih mulai dirasakan masyarakat berkurang. Keadaan ini

dinyatakan masyarakat sebesar 50 persen, karena sumber air yang biasanya

mereka dapatkan mulai terasa berkurang. Hal ini disebabkan sumber air bersih

yang peroleh masyarakat berada dekat dengan lokasi penambangan.

KS = Kurang Setuju SBM = Desa Subaim TS = Tidak Setuju

44

4. Kesehatan masyarakat mulai memburuk, hal ini dinyatakan dengan sebesar 50

persen masyarakat, dimana keadaan dirasakan setelah adanya tambang nikel,

disaat musim panas dan pada musim hujan.

5. Udara disekitar lokasi pemukiman memburuk dinyatakan dengan 85 persen

masyarakat. Penyebab dari memburuknya udara yang diraskan oleh masyarakat

pada waktu musim panas, debu yang berasal dari pengerukan tanah tambang

terbawa masuk ke rumah-rumah pemukiman penduduk, sehingga

menyebabkan terjadi sesak nafas.

6. Kebisingan mulai terasa oleh masyarakat. Disebabkan karena mobilisasi alat-

alat berat saat perusahaan pertambangan berproduksi dan dinyatakan dengan

sebesar 40 persen masyarakat yang merasakan atau mengalami hal ini.

7. Porositas tanah mulai memburuk, sehinga pertumbuhan tanaman sulit untuk

tumbuh dengan baik. Sehingga petani sulit untuk mengfungsikan lahan bekas

pertambangan. Ditambah minimnya pengetahuan juga pengalaman dalam

mengatasi lahan pasca tambang, dengan demikian 50 persen manyatakan

keadaan tanah dari lahan tersebut buruk untuk diola sebagai areal pertanian

kembali.

8. Banjir dan tanah longsor meningkat. Hal ini dinyatakan sebesar 70 persen

masyarakat yang merasakan akibat dari kegiatan pertambangan, sehingga

menyebabkan bencana alam yang terjadi disaat musim hujan.

Keadaan buruk yang terjadi dan dialami oleh kedua desa, namun di balik

semuanya itu masih ada hal positif yang dialami oleh masyarakat dimana 90

persen masyarakat masih memiliki kepemilikkan tanah sebagai lahan pertanian,

karena tidak terjadi konversi lahan.

Awal tahun 2007, berkembang jenis penyakit baru yang diderita

masyarakat sekitar pertambangan nikel, dan keadaan yang sama ini pun dialami

masyarakat yang berada jauh dari pertambangan. Pertambangan nikel

menyebabkan keadaan ekologi menjadi buruk dan kualitas udarapun menurun.

Apabila pada saat musim panas, debu hasil pengerukkan tanah di areal

pertambangan masuk hingga ke pemukiman penduduk. Sedangkan pada musim

hujan terjadi banjir, dan tanah longsor sehingga areal pertanian yang berada

sekitar pertambangan tertimbun tanah yang terbawa banjir serta longsoran.

Kerusakan ekologi yang sudah terasa oleh masyarakat dengan adanya

pertambangan nikel, membuat masyarakat tidak lagi nyaman dengan kualitas

lingkungan hidup yang ada di sekeliling mereka. Kenyamanan dan keamanan

hidup seperti dahulu mulai sulit didapati, karena sewaktu-waktu dapat

mengancam kehidupan mereka baik harta benda, bahkan jiwa. Pemerintah daerah

selaku pemegang kekuasaan dan pemberi kebijakan, harus menekan atau

mendorong perusahaan merealokasikan dana CSR (Corporate Social

Responsibility), untuk memperbaiki keadaan ekologi kedua desa.

Hasil analisa dengan menggunakan uji Chi-Square dampak pertambangan

terhadap ekologi yang terjadi di Desa Batu Raja dan Subaim sebelum dan sesudah

pertambangan nikel dapat dilihat pada tabel 22.

45

Tabel 22 Hasil Uji Chi-Square Dampak ekologi dari Aktivitas Pertambangan

Nikel

Sebelum Ekologi Desa Batu Raja Ekologi Desa Subaim

Chi-Square 32.600a 32.250a

df 7 4

Asymp 002 000

Sesudah

Chi-Square 22.400b 19.00a

df 3 4

Asymp 000 001

Sumber : Data Diolah 2012

Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda menurut uji Chi-Square

Hasil uji Chi-Square menunjukkan perbedaan ekologi yang terjadi

sebelum dan sesudah adanya pertambangan nikel di Desa Batu Raja dan Subaim

sebesar 32.600 pada Desa Batu Raja sebelum dan 22.400 sesudah adanya tambang

nikel. Sedangkan yang terjadi pada Desa Subaim sebelum 32.250 dan 19.00. Hasil

ini menjawab telah terjadi kerusakan ekologi di kedua desa, baik yang berada

dekat maupun yang jauh dari lokasi pertambangan nikel. Pertambangan nikel,

membuat masyarakat lokal tidak lagi memperoleh kenyamanan lingkungan dan

keaman yang sewaktu-waktu dapat mengancam kehidupan mereka. Kerusakan

ekologi berpengaruh juga terhadap kehidupan manusia kedepan, karena bila

kerusakan ekologi yang dialami disuatu wilayah disebabkan aktivitas manusia

atau masyarakat, maka dengan secara langsung atau tidak langsung, akan

berpengaruh kepada keadaan sosial dan ekonomi wilayah tersebut.

Kekayaan sumberdaya alam yang senantiasa dibanggakan adalah salah

satu keunggulan komparatif bangsa, namun kebanggaan tersebut mulai

dipertanyakan keasliannya, seiring dengan eksploitasi sumberdaya alam yang

dilakukan secara besar-besaran tanpa memperhatikan aspek ekologi dan

keberlanjutannya.

Tabel 23. Data Kerugian Ekologi Dengan Adanya Pertambangan

No Dampak Pertambangan Skor (%)

1. Pencemaran air (air menjadi kotor) 50%

2. Polusi udara 85%

3. Jalanan rusak 40%

4. Kebisingan 40%

5. Banjir 50%

Sumber : Data Olahan 2012

Tabel 23 menunjukkan polusi udara menempati tempat pertama sebesar 85

persen. Penyebab terjadinya polusi udara adalah tanah yang diangkut dari tempat

pertambangan yang melewati pemukiman penduduk, dan tanah yang berada

dipenampungan. Tanah tersebut menghasilkan debu yang berterbangan ditiup

angin pada waktu musim panas. Debu yang berterbangan tersebut terhirup oleh

penduduk sehingga dapat menyebabkan sesak nafas. Kemudian lain berupa

pencemaran air, dan banjir, kedua dampak ini disebabkan tanah sisa dari kerukkan

tambang terbawa di musim hujan (banjir). Pertambangan membawa dampak

terhadap ekologi berupa kerusakan areal pertanian, hutan, dan kehidupan hewan.

Kerusakan akibat terjadinya penambangan baik areal pertanian dan keadaan hutan

dapat dilihat pada Lampiran 4.

46

Sesuai KEPMEN Pertambangan dan Energi No.1211 K/008/M.PE/1995

tentang pencegahan dan penaggulangan perusakan dan pencemaran lingkungan

pada kegiatan usaha pertambangan umum BAB V pasal 29 tentang jaminan

reklamasi lahan pasca tambang, pengusaha pertambangan diwajibkan untuk

menempatkan dana jaminan pelaksanaan reklamasi, selain itu Keputusan

Direktorat Jendral Pertambangan Umum No 336. K/271?DDJP/1996 tentang

jaminan reklamasi mewajibkan memberikan laporan biaya pelaksanaan

pemantauan lingkungan tambang. Biaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan

terdiri dari biaya reklamasi yang meliputi biaya penyiapan lahan, pembibitan,

penanaman, pemeliharaan dan pemantauan lingkungan termasuk biaya bangunan

pengendalian erosi dapat dilihat pada tabel 24, ini diharapkan akan dapat

meminimalkan dampak degradasi lahan yang diakibatkan oleh kegiatan

pertambangan terhadap lingkungan disekitarnya.

Tabel 24 Biaya Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Tambang

Di Kabupaten Halmahera Timur.

Sumber : Pengelolaan lingkungan Pertambangan Daerah Operasi Maluku Utara Tahun 2008

Hasil yang telah diuraikan berdasarkan tabel 15 (dampak pertambangan

nikel terhadap sosial masyarakat), tabel 17 (dampak pertambangan nikel terhadap

ekonomi masyarakat) dan tabel 21, (dampak pertambangan nikel terhadap ekologi

masyarakat), menunjukkan bahwa kualitas sosial - ekonomi - ekologi sebagian

besar menjadi memburuk sejak hadirnya pertambangan nikel, dimana

perekonomian masyarakatpun menurun, penghasilan dari sebahagian besar

masyarakat menurun drastis sejak adanya pertambangan. Hasil dari kehadiran

pertambangan bukannya mengangkat derajat kehidupan sosial, ekonomi dan

ekologi masyarakat tetapi sebaliknya.

Kehadiran dan berakhirnya suatu penambangan, membawa korban dan

kerugian yang tidak sedikit. Korban dan kerugian ini dirasakan langsung oleh

masyarakat awam yang tidak faham atau tidak mengerti akan pertambangan.

Sebaliknya pemerintah daerah, propinsi, pusat dan perusahaan pertambangan

sebagai penerima hasil dari penambangan, tidak mempedulikan keadaan yang

telah terjadi pada masyarakat.

Hasil produksi pertambangan sepenuhnya dinikmati oleh pemerintah

daerah propinsi dan pusat sebagai pembuat keputusan dan kebijakan tertinggi

dalam wilayah kekuasaan. Pendapatan daerah yang disumbangkan dari

pertambangan sebesar Rp 7.903.092,71 (Data Dinas Pertambangan Kabupaten

Halmahera Timur), tidak jelas arah realisasi ke masyarakat. Karena belum ada

data yang jelas untuk penggunaan dana tersebut.

No Uraian Rencana biaya

(Rp)

Realisasi biaya

(Rp)

Jumlah

(Rp)

1 Penyiapan lahan 650.000.000 - -

2 Pembinaan 40.000.000 31.885.500 1.885.500 3 Reklamasi 94.000.000 57.493.500 57.493.500

4 Pemeliharaan tanaman 52.000.000 3.658.000 3.658.000

5 Bangunan pengendali erosi dan limbah a. Chekdam

b. Perawatan parit/drainase

c. Bangunan pengelolaan B3

501.000.000 61.073.750

27.897.500

14.225.750

61.073.750

-

14.225.750 6 Pengiriman contoh air 6.500.000 1.960.000 1.960.000

Total 1.341.500.000 398.164.000 398.164.000

47

Formulasi Kebijakan Pemerintah Daerah Untuk Menciptakan

Pertambangan Nikel Yang Ramah Lingkungan

Di Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur

Analisis SWOT

Formulasi strategi pendirian tambang, atau eksplorasi tambang sebagai

pendukung dalam masuknya pendapatan daerah, diidentifikasi dengan kekuatan

dan kelemahan yang dimiliki berdasarkan karakteristik internal kawasan dan

elemen peluang dan ancaman berdasarkan karakteristik eksternal kawasan. Pada

penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis SWOT.

Hasil pengamatan lapangan dan analisis data, diketahui berbagai potensi

permasalahan dalam pendirian atau pembukaan perusahaan pertambangan nikel.

Dengan menganalisis potensi permasalahan tersebut, maka dapat diindentifikasi

variabel-variabel SWOT yang dapat dimanfaatkan untuk menentukan strategi

pengolahan perusahaan pertambangan nikel dimasa yang akan datang.

Identifikasi Faktor-Faktor SWOT

Tabel 25 Keterangan Faktor Internal Dampak Pertambangan Nikel

1. Meningkatkan penerimaan bagi daerah Kabupaten Halmahera Timur A

2. Penduduk lokal dapat bekerja sebagai tenaga kerja di pertambangan nikel B

3. Mempunyai ijin pertambangan dari pemerintah C

4. Mendapat lahan penambangan yang strategi D

5. Potensi sumberdaya alam dan mineral yang tersedia untuk tambang nikel F

6. Lahan pertanian masyarakat lokal berkurang, terpakai untuk penambangan nikel G

7. Akibat penambangan terjadi polusi udara (debu) H

8. Penambangan nikel menyebabkan erosi dan sedementasi pada tanah I

9. Terjadi pengurangan sejumlah spesies tumbuhan maupun hewan J

10. Bekas penambangan nikel, susah untuk dapat dihijaukan kembali K

11. Mengubah perilaku sosial masyarakat lokal L

Hasil faktor internal terdapat juga faktor eksternal. Faktor internal dari

dampak pertambangan nikel pada tabel 25 menunjukkan keadaan atau penilaian

yang ada didalam terhadap pemerintah sebagai pembuat kebijakan, dan

perusahaan sebagai pelaksana dan menjalankan aksi di lapangan. Faktor eksternal

pada tabel 26 merupakan pengimbangan penentuan suatu strategi yang berasal

dari luar, sebagai pendukung dibuatnya keputusan atau kebijakkan pemerintah

terhadap perusahaan dalam menjalankan kegiatannya dalam pemanfaatan

sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia yang berperan didalamnya.

Tabel 26 Keterangan Faktor Eksternal Dampak Pertambangan Nikel

1. Meningkatkan devisa negara , masuknya perusahaan tambang nikel A

2. Mengurangi angka pengangguran dengan adanya perusahaan tambang nikel B

3. berkembangnya usaha jasa baru, setelah adanya perusahaan tambang nikel C

4. Meningkatkan pendapatan usaha dibidang jasa, setelah ada perusahaan tambang D

5. Hubungan sosial dengan masyarakat pendatang dan lokal menjadi terbuka bebas F

6. Kerusakan lingkungan yang G

7. Lahan pertanian menjadi terbatas karena penebangan hutan H

8. Mata pencaharian masyarakat lokal berubah I

9. Kehidupan sosial masyarakat berubah J

10. Masyarakat kekurangan air bersih, (dalam jangka panjang) K

11. tanah tidak dapat diolah untuk penanaman dalam jangka panjang L

48

Adapun unsur-unsur dibangun responden dari analisis SWOT antara lain :

A. Kekuatan

Beberapa elemen kekuatan yang mempengaruhi formulasi kebijakan

Pemerintah Daerah untuk menciptakan pertambangan yang ramah lingkungan

adalah :

1. Meningkatkan penerimaan pendapatan bagi daerah Kabupaten Halmahera

Timur.

Perusahaan pertambangan yang berada di daerah atau wilayah, akan

mendatangkan masukkan atau pendapatan untuk perkembangan daerah.

2. Penduduk lokal dapat bekerja sebagai tenaga kerja di pertambangan nikel.

Perusahaan pertambangan nikel mengurangi pengangguran di daerah dan

potensi lapangan kerja bagi masyarakat yang berada di daerah.

3. Mempunyai ijin penambangan dari pemerintah.

Perusahaan yang beroperasi di wilayah atau daerah penambangan harus

mendapat ijin dari pemerintah wilayah untuk dapat beroperasi sesuai perijinan

yang berlaku oleh pemerintah setempat.

4. Mendapat lahan penambangan yang strategis.

5. Perusahan pertambangan nikel akan mendapat lokasi penambangan atau tempat

beroperasi untuk penambangan pada tempat yang sesuai dengan ijin yang

diberikan dimana adanya bahan tambang.

Potensi sumberdaya alam dan mineral yang tersedia untuk tambang nikel,

dimanfaatkan untuk pertambangan nikel. Perusahan mengolah sesuai

permintaan pasar tambang.

B. Kelemahan

Beberapa elemen kelemahan yang mempengaruhi formulasi kebijakan

Pemerintah Daerah untuk menciptakan pertambangan yang ramah lingkungan

adalah :

1. Lahan pertanian masyarakat lokal berkurang, terpakai untuk penambangan

nikel. Akibat dari pertambangan nikel dapat terjadi kekurangan lahan

pertanian. Kekurangan lahan diakibatkan perluasan areal operasi.

2. Akibat penambangan terjadi polusi udara (debu). Beroperasi suatu perusahaan

pertambangan nikel, dapat membawah polusi udara. Polusi berupa debu yang

bertebaran yang berasal dari hasil penggalian bahan tambang dan pada saat

pengangkutan bahan galian berupa tanah yang mengandung nikel. Kedaan ini

terjadi pada saat tambang berproduksi di musim panas.

3. Penambangan nikel menyebabkan erosi dan sedimentasi pada tanah.

Pengerukkan yang dilakukan pada saat penambangan, mengakibatkan unsur

hara tanah dan lapisan-lapisan tanah lainnya juga turut terangkat, sehingga

terjadi kerusakan pada tanah, dan kedaan ini memakan waktu yang cukup lama

dalam pemulihan bahkan dapat memakan waktu sampai puluhan tahun.

4. Terjadi pengurangan sejumlah spesies tumbuhan maupun hewan.

Penambangan yang di lakukan pada lokasi hutan, akan membawa dampak

terhadap kehidupan satwa dan tumbuhan yang berada pada lokasi penambangan,

dimana tumbuhan yang berada dilokasi penambangan harus ditebang demikian

juga satwa atau hewan yang tinggal akan berpindah lokasi.

49

5. Bekas penambangan nikel, susah untuk dapat dihijaukan kembali.

Lokasi atau tempat selesai penambangan tidak dapat ditanami oleh jenis

tanaman yang sama seperti sebelumnya, dan kebanyakan lokasi setelah

penambangan nikel tidak dapat ditanami karena tanah tersebut tidak terdapat

unsur hara yang cukup untuk tanaman berkembang bahkan hidup.

6. Mengubah perilaku sosial masyarakat lokal.

Masuknya suatu usaha baru, akan memicu masuknya pendatang baru yang

membawa pola hidup yang berbeda. Sehingga pola hidup yang dibawa, dapat

berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat lokal. Perubahan sosial

yang terjadi dapat membawa dampak buruk dan baik terhadap masyarakat

lokal, tergantung bagaimana atau sampai dimana pengaruh yang dibawa ke

kehidupan masyarakat.

C. Peluang

Beberapa elemen peluang yang mempengaruhi formulasi kebijakan

Pemerintah Daerah untuk menciptakan pertambangan yang ramah lingkungan

adalah :

1. Meningkatkan pendapatan daerah, masuknya perusahaan tambang nikel.

Masuknya perusahaan ke wilayah atau daerah, merupakan peluang untuk

mendatangkan pemasukkan bagi daerah tersebut, dimana hasil dari perusahaan

diberikan kepada daerah berupa pajak dan sumbangan tertentu untuk

pembangunan daerah.

2. Mengurangi angka pengangguran dengan adanya perusahaan tambang nikel.

Perusahaan tambang, dapat membuka peluang untuk ketenaga kerja. Sehingga

mengurangi angka pengangguran yang terdapat di daerah tersebut.

3. Berkembangnya usaha jasa baru, setelah adanya perusahaan tambang nikel.

Munculnya usaha baru atau pekerjaan baru karena kebutuhan baik yang datang

dari luar, maupun kebutuhan penduduk lokal.

4. Meningkatkan pendapatan usaha dibidang jasa, setelah ada perusahaan

tambang nikel.

Perubahan status sosial, dan kebutuhan ekonomi menuntut untuk munculnya

usaha-uasaha dalam bidang jasa, untuk menawarkan bantuan atau mengurangi

beban dalam bentuk penjualan jasa.

5. Hubungan sosial dengan masyarakat pendatang dan lokal menjadi terbuka

bebas.

Perubahan sosial dapat terjadi karena teknologi komunikasi dan kebutuhan

antar sesama. Sehingga membuat adanya hubungan antara pendatang dan

masyarakat lokal. Hubungan ini untuk kelancaran pekerjaan atau usaha bisnis

yang dijalani.

D. Ancaman

Beberapa elemen Ancaman yang mempengaruhi formulasi kebijakan

Pemerintah Daerah untuk menciptakan pertambangan yang ramah lingkungan

adalah :

1. Kerusakan lingkungan.

Kehadiran perusahaan pertambangan tidak terlepas dari ancaman terhadap

keberadaan lingkungan yang ada di lokasi penambangan. Ancaman terhadap

50

kerusakaan lingkungan dapat mendatangkan bencana besar, apabila tidak

diantisipasi dengan baik.

2. Lahan pertanian menjadi terbatas karena pengahlian lahan (penebangan hutan).

Penebangan hutan, untuk pembangunan lokasi penambangan membawa

pengaruh terhadap perluasan daerah pertanian, disebakan areal tersebut telah di

kapling untuk penambangan.

3. Mata pencaharian masyarakat lokal berubah.

Perubahan mata pencaharian dari masyarakat lokal, dikarenakan tuntutan

ekonomi. Perubahan kehidupan sosial yang dibawa masuk oleh pendatang dan

berkurangnya lahan sumber mata pencaharian masyarakat.

4. Kehidupan sosial, budaya masyarakat berubah.

Adanya pencampuran kehidupan antara pendatang dan masyarakat lokal,

dimana pendatang yang tinggal dan menetap di tengah-tengah kehidupan

masyarakat lokal. Dengan sendirinya membawa pengaruh terhadap pola hidup

dan budaya yang dibawa pendatang. Keadaan ini dapat menjadi baik dan juga

merupakan ancaman dalam pola kehidupan masyarakat lokal.

5. Masyarakat kekurangan air bersih, (dalam jangka panjang).

Penebangan hutan dan pencemaran yang terjadi akibat beradanya suatu

pertambangan nikel yang dekat lokasi pemukiman penduduk. Menyebabkan

terjadinya pencemaran.

6. Tanah tidak dapat diola untuk penanaman dalam jangka panjang.

Pengelolaan tanah, atau mengembalikan sedimentasi tanah agar dapat di

tanamai memakan waktu yang cukup lama dan panjang. Karena tanah yang

dikeruk untuk tambang nikel, unsur hara dan lapisan tanah lainnya yang

bermanfaat untuk tanaman, ikut terangkut dalam proses penambangan.

Matriks SWOT

Setelah melakukan pengamatan terhadap lingkungan internal dan

mengidentifikasi faktor-faktor strategi dalam mengevaluasi pemanfaatan untuk

pengembangan perusahaan pertambangan nikel di Kecamatan Wasile, Kabupaten

Halmahera Timur, untuk langkah selanjutnya adalah membuat matriks SWOT

yang terdiri atas matrik IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External

Factor Evaluation). Kedua matriks tersebut perlu dibuat untuk selanjutnya

disusun strategi SWOT

A. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)

Matriks IFE merupakan alat perumusan strategi yang meringkas dan

mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam berbagai fungsional dari

suatu wilayah. Matriks IFE juga dikenal dengan istilah IFAS (Internal Factor

Analysis Summary). Matriks IFE dari penelitian ini disajikan pada Tabel 27.

Tabel 27 Matriks IFE Dampak Pertambangan Nikel Terhadap Masyarakat

Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur.

No Faktor Strategi Internal

Kekuatan Bobot Rating Skor Terbobot

1 Meningkatkan penerimaan bagi daerah Kabupaten Halmahera Timur. 0,13 3,29 0,43

2 Penduduk lokal dapat bekerja sebagai tenaga kerja di pertambangan nikel 0,13 3,19 0,41

3 Mempunyai ijin penambangan dari pemerintah 0,09 3,19 0,29

4 Mendapat lahan penambangan yang strategis 0,11 3,19 0,35

51

5 Potensi sumberdaya alam dan mineral yang tersedia untuk tambang nikel 0,06 319 0,19

Kelemahan

1 Lahan pertanian masyarakat lokal berkurang, terpakai untuk

penambangan nikel

0,11 2,62 0,29

2 Akibat penambangan terjadi polusi udara (debu) 0,09 2,43 0,22

3 Penambangan nikel menyebabkan erosi dan sedementasi pada tanah 0,06 2,43 0,15

4 Terjadi pengurangan sejumlah spesies tumbuhan maupun hewan 0,04 2,71 0,11

5 Bekas penambangan nikel, susah untuk dapat dihijaukan kembali 0,02 3,05 0,06

6 Mengubah perilaku sosial masyarakat lokal 0,16 4,19 0,67

Total 100 3,17

Berdasarkan matriks tersebut diperoleh total skor 3.17. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa pemanfaatan masuknya perusahaan pertambangan di

kawasan Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur sangat diharapkan

dengan elemen kekuatan tertinggi 0.43 (penerimaan pendapatan bagi daerah

Halmahera Timur), tetapi kelemahan yang cukup besar juga dihadapi, dengan

elemen tertinggi sebesar 0.67 (mengubah prilaku sosial masyarakat lokal), apabila

tidak diatasi secara baik dan benar, maka akan menimbulkan konflik antara

masyarakat lokal dengan perusahan juga pemerintah sebagai penentu kebijakan

masuknya pertambangan nikel.

B. Matriks EFE (External Factor Evaluation)

Matriks EFE merupakan alat untuk mengukur seberapa baik menejemen

(rating) menanggapi faktor tertentu dalam hal tingkat pentingnya bobot faktor

tersebut bagi mutu wilayah, sehingga dengan demikian matriks ini membantu

mengorganisir faktor-faktor strategi eksternal kedalam kategori peluang dan

ancaman. Matriks EFE dikenal juga dengan nama istilah EFAS (External Faktor

Analysis Summary). Matriks EFE dari penelitian ini disajikan pada Tabel 28.

Tabel 28 Matriks EFE Dampak Pertambangan Nikel Terhadap Masyarakat

Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur.

No

Faktor Strategi Eksternal

Peluang Bobot Rating Skor

Terbobot

1 Meningkatkan devisa negara, masuknya perusahaan tambang nikel

di Kabupaten Halmahera Timur

0.08 4.19 0.34

2 Mengurangi angka pengangguran dengan adanya perusahaan

tambang nikel

0.05 2.29 0.11

3 Berkembangnya usaha jasa baru, setelah adanya perusahaan

tambang nikel

0.08 3.33 0.27

4 Meningkatkan pendapatan usaha dibidang jasa, setelah ada

perusahaan tambang nikel

0.08 3.90 0.31

5 Hubungan sosial dengan masyarakat pendatang dan lokal menjadi

terbuka bebas

0.03 3.90 0.12

Ancaman

1 Kerusakan lingkungan yang berpengaruh terhdap masyarakat yang

berada di luar Kabupaten Halmahera Timur

0.13 1.24 0.16

2 Lahan pertanian menjadi terbatas karena pengalihan lahan

(penebangan hutan),yang dapat mengakibatkan bencana alam

0.13 1.24 0.16

3 Mata pencaharian masyarakat lokal berubah 0.13 1.24 0.16

4 Kehidupan sosial, budaya masyarakat berubah (hilangnya budaya

lokal)

0.12 4.48 0.54

5 Masyarakat kekurangan air bersih, (dalam jangka panjang) 0.12 1.90 0.23

6 Tanah tidak dapat diolah untuk penanaman dalam jangka panjang. 0.05 1.90 0.10

Total 1.00 2.50

Sumber : Data Primer diolah 2012

Sumber : Data Primer diolah 2012

52

Berdasarkan matriks EFE tersebut diperoleh total skor sebesar 2.50. Nilai

ini menunjukkan bahwa strategi yang dijalankan pemerintah dan perusahaan

dalam pembukaan pertambangan nikel belum cukup efektif untuk meminimalisir

atau menghindari pengaruh ancaman yang menghadang, dimana dengan elemen

ancaman tertinggi 0.54 (kehidupan sosial, budaya masyarakat berubah),

berubahnya kehidupan status sosial, budaya masyarakat menunjukkan masyarakat

mulai berpikir maju dan berubah pola kehidupan untuk menjadi lebih baik dari

sebelumnya. Elemen peluang tertinggi 0.34 (meningkat pendapatan daerah,

masuknya tambang nikel), adanya peningkatan daerah menjawab kebutuhan

masyarakat menyediakan sarana prasarana dan fasilitas yang memadai dan lebih

baik dari sebelumnya untuk kesejahteraan masyarakat.

Matriks Strategi SWOT

Strategi berdiri atau masuknya suatu perusahaan pertambangan nikel, data

atau informasi yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik strategi

silang keempat dari faktor SWOT. Alternatif strategi dalam memanfaatkan ruang

untuk mengembangkan perusahaan pertambangan nikel di kecamatan Wasile

Kabupaten Halmahera Timur, dirangkumkan dalam matriks SWOT, matriks

alternatif strtegi hasil penelitian disajikan dalam Tabel 29.

Tabel 29 Strategi Pertambangan Nikel Yang Ramah Lingkungan Di Kecamatan

Wasile Kabupaten Halmahera Timur

KEKUATAN (S)

1. Meningkatkan Penerimaan

devisa bagi Daerah Kabupaten

Halmahera Timur.

2. Penduduk lokal dapat bekerja

sebagai tenaga kerja di

pertambangan nikel.

3. Mempunyai ijin penambangan

dari pemerintah.

4. Mendapatkan lahan

penambangan nikel yang

strategis.

5. Potensi sumberdaya alam dan

mineral yang tersedia untuk

tambang nikel

KELEMAHAN (W)

1. Lahan Pertanian masyarakat

lokal berkurang, terpakai untuk

pertambangn nikel.

2. Akibat penambangn terjadi

polusi udara (debu)

3. Penambangan nikel

menyebabkan erosi dan

sidementasi pada tanah.

4. Terjadi pengurangan sejumlah

spesies tumbuhan maupun

hewan.

5. Bekas penambangan nikel,

susah untuk dapat dihijaukan

kembali.

6. Mengubah perilaku sosial

masyarakat lokal.

PELUANG (O)

1. Meningkatkan pendapatan Daerah,

masuknya perusahaan tambang nikel.

2. Menguranggi angka pengangguran

dengan adanya perusahaan tambang

nikel.

3. Berkembangnya usaha jasa baru, setelah

adanya perusahaan tambang nekel.

4. Meningkatkan pendapatan usaha

dibidang jasa, setelah ada perusahaan

tambang nikel.

5. Hubungan sosial dengan mayarakat

pendatang, dan lokal menjadi terbuka

bebas.

STRATEGI S - O

1. Memanfaatkan jasa lokal yang

tersedia di lingkungan

pertambangan.

2. Memberikan kontribusi, dan

perbaikan prasarana disekitar

lokasi pertambangan.

3. Membantu/ikut serta dalam

kegiatan kegiatan

pertambangan

STRATEGI W - O

1. Membantu masyarakat

pertanian/nelayan dalam bentuk

prasarana yang memadai.

2. Menyediakan bibit untuk

penghijauan kembali di lokasi

bekas penambangan

3. Membentuk jasa pelatihan

ketrampilan untuk masyarakat

untuk mengembangkan usaha

dengan memanfaatkan

sumberdaya lokal berupa

budaya dan potensi yang ada di

daerah lokasi pertambangan.

Internal

Eksternal

53

ANCAMAN (T)

1. Kerusakan lingkungan.

2. Lahan pertanian menjadi terbatas karena

pengalihan lahan (penebangan hutan)

3. Mata pencaharian masyarakat lokal

berubah.

4. Kehidupan sosial, budaya masyarakat

berubah.

5. Masyarakat kekurangan air bersih,

(dalam jangka panjang).

6. Tanah tidak dapat diolah untuk

penanaman dalam jangka panjang.

STRATEGI S - T

1. Memberikan pelayanan yang

baik terhadap masyarakat pada

lokasi tambang berada.

2. Membina kerjasama/hubungan

dengan masyarakat dalam

menjaga lingkungan.

3. Membantu masyarakat dalam

meningkatkan pencarian lokal.

STRATEGI W - T

1. Memberikan kesempatan kerja

kepada masyarakat lokal.

2. Melibatkan sepenuhnya kepada

masyarakat dalam melestarikan

sumberdaya alam.

3. Berinteraksi dalam membangun

hubungan sosial, antara

perusahan tambang dan

masyarakat di lokasi tambang.

Sumber : Data Hasi Analisis Foniike Samad 2012

Matriks SWOT pembukaan perusahaan pertambangan tersebut

diatas, dapat diformulasikan dalam 4 tipe strategi yang dapat ditempuh yaitu

strategi S2 – O1, yaitu memanfaatkan jasa lokal, perbaikan sarana prasarana dan

ikut serta dalam pengelolaan pertambangan nikel.

a) Strategi W2 – O2, yaitu Membantu masyarakat pertanian dalam meningkatkan

hasil pertanian, dimana sebagian besar masyarakat lokal adalah petani.

Membuka jasa pelatihan dalam membantu masyarakat dalam meningkatkan

ketrampilan yang dimilki oleh masyarakat, agar dapat menambah penghasilan,

dan mengurangi pengangguran (disebabkan tidak adanya

keahlian/ketrampilan).

b) S3 – T2 Membina hubungan baik antar masyarakat yang berada disekitar

perusahaan pertambangan nikel, mengikutsertakan masyarakat dalam

pengelolaan pelesatraian lingkungan di sekitar lokasi pertambangan dan

memanfaatkan/ meningkatkan jasa yang lokal yang disediakan masyarakat

yang berada dilokasi perusahaan pertambangan.

c) W1 – T1 yaitu memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat lokal dalam

perusahaan pertambangan nikel, dan ikut serta dalam kehidupan sosial atau

berinteraksi dalam kehidupan masyarakat lokal dalam kehidupan sosial budaya

yang dimiliki oleh masyarakat.

Matriks Internal - Eksternal (IE)

Matriks internal eksternal ini dikembangkan dan digunakan meliputi

parameter internal pemerintah dan perusahaan yang akan berkembang di suatu

wilayah, serta eksternal yang dihadapi oleh pemerintah dan perusahaan tersebut.

Parameter yang digunakan meliputi parameter kekuatan internal

pemerintah dan peruhaan pertambangan nikel dan pengaruh eksternal yang

dihadapi oleh pemerintah dan perusahaan tersebut. Matriks IE ini bermanfaat

untuk memposisikan suatu perusahaan ke dalam matriks yang terdiri dari 9

(sembilan) sel. Matriks IE terdiri dari dua dimensi yaitu (a) dimensi X,

menunjukkan total skor dari matriks IFE, dan (b) dimensi Y, menunjukkan total

skor dari matriks EFE. Menurut David (2002), pada sumbu X dan matriks IFE

menggambarkan 3 (tiga) standar skor, yaitu :

a) Skor 1.0 - 1.99 menyatakan bahwa posisi internal suatu organisasi tersebut

adalah lemah.

54

b) Skor 2.0 - 2.99 menyatakan bahwa posisi organisasi tersebut adalah rata-rata

dan

c) Skor 3.0 - 4.0 menunjukkan posisi organisasi tersebut adalah kuat.

Dengan metode yang sama, pada sumbu Y yang dipakai untuk matrik

EFE, untuk 3 (tiga) standar skor yaitu :

a) Skor 1.0 - 1.99 menunjukkan posisi eksternal organisasi adalah rendah

b) Skor 2.0 - 2.99 menunjukkan posisi eksternal organisasi adalah sedang dan

c) Skor 3.0 - 4.0 menunjukkan posisi eksternal organisasi adalah tinggi.

selanjutnya adalah matriks IE memiliki 3 (tiga) implikasi strategi yang

berbeda satu dengan yang lainnya yaitu :

1) Sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai Tumbuh dan Membangun (Grow

and Build). Strategi-strategi yang cocok dibangun adalah strategi intensif

(Market Penetration, Market Development, dan Product Development) atau

Strategi Terintegrasi (Backward Integration, Forward Integration dan

Horizontal Integration).

2) Sel III, V, dan VII paling baik dikendalikan dengan strategi-strategi Pertahanan

dan Pemeliharaan (Hold and Maintain). Strategi-strategi yang umum dipakai,

yaitu strategi Penetrasi Pasar (Market Penetration) dan Pengembangan Produk

(Product Development).

3) Sel VI, VIII, atai IX dapat menggunakan strategi Panen atau Devesture

(Harvest or Devesture).

Teori dan pengertian diatas, maka disusunlah sebuah matriks IE dari

dampak pertambangan nikel terhadap masyarakat di Kecamatan Wasile, yang

disajikan dalam gambar 17.

SKOR TOTAL IFE

Kuat Rata-rata Lema

4.0 3.0 2.0 1.0

3.17

SK

OR

TO

TA

L E

FE

4.0

Tinggi

I

Grow and Buil

II

Grow and Build

III

Hold and Maintain

3.0

Rata-rata

IV

Grow and Build

V

Hold and Maintain

VI

Harvets and Divestiture

2.0

Rendah

VII

Hold and Maintain

VIII

Harvets and Divestiture

IX

Harvets and Divestiture

1.0

Gambar 17 Matriks IE Dampak Perambangan Nikel Terhadap Masyarakat di

Kecamatan Wasile.

2.50

55

Analisis matriks IE pada gambar 17 dapat dilihat bahwa skor matriks IFE

sebesar 3.17 (menunjukkan posisi internal perusahaan adalah kuat) dan skor

matriks EFE sebesar 2.50 (menunjukkan posisi eksternal perusahaan adalah

sedang, sehingga secara keseluruhan dapat ditunjukkan bahwa dengan berdirinya

perusahaan pertambangan nikel tidak akan terjadi hal-hal yang merugikan pihak

masyarakat yang berada disekitar perusahaan pertambangan nikel tersebut, dan

perusahan pertambangan nikel layak dibangun/dibuka pada wilayah yang telah

ditentukan oleh pemerintah yang memberikan ijin berdirinya perusahaan

pertambangan nikel.

Hasil matriks IE merumuskan beberapa hal penting sebagai strategi yang

dapat dipakai pemerintah dalam menentukan suatu kebijakan. Pertambangan nikel

yang berada dikawasan Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur

memberikan sumbangan ekonomi terhadap daerah yang signifikan yaitu :

a) Pendapatan Daerah,

b) Perluasan Kesempatan Kerja,

c) Pengurangan pengangguran di daerah.

Namun secara sosial dan ekologi dampaknya tidak menguntungkan

terhadap masyarakat. Sehingga rumusan kebijakan yang diusulkan adalah :

a) Tidak ada penerbitan ijin baru

b) Dengan posisi Hold and Maintain dari analisis SWOT, artinya perusahaan

pertambangan nikel yang sudah ada dapat tetap diteruskan operasinya, namun

dampak terhadap sosial dan ekologi harus diperhatikan.

Kebijakan yang dapat diambil untuk mencapai suatu strategi yang baik

yang diajukan dalam riset ini adalah memperbesar skema-skema CSR (Corporate

Social Responsibility) untuk memperbaiki dampak buruk operasi perusahaan

tambang nikel dibidang sosial dan ekologi. Analisis ini juga menunjukkan bahwa

dengan berdirinya perusahaan pertambangan nikel dapat membawa dampak

positif terhadap kehidupan masyarakat yang berada disekitar perusahaan

pertambangan tersebut. Strategi yang dapat dipakai untuk mengembangkan

perusahaan pertambangan nikel dengan melibatkan masyarakat dalam perusahaan

pertambangan tersebut, akan dapat mengurangi keburukan yang terjadi, dan

pemahan yang negatif terhadap pertambangan nikel akan berkurang. Dengan

adanya strategi ini juga dapat membantu masyarakat untuk menjadi lebih baik

lagi, dari sebelum adanya pertambangan nikel, dengan demikan dapat menjawab

tuntutan masyarakat terhadap pemerintah, dan masyarakat dapat hidup baik dan

berkembang sesuai dengan kehidupan yang normal tanpa meninggalkan nilai-nilai

moral budaya lokal yang dimiliki masyarakat tersebut. Analisis strategi ini juga

dapat membawa masyarakat dalam kehidupan ekonomi yang baik dan ekologi

sebagai faktor penentuan dalam menjalani suatu kehidupan dapat terjaga dan

terawasi oleh semua pihak dengan baik.

Peran Stakeholder dalam Penanganan Kerusakan Lingkungan,

Pertambangan Nikel

Pelaksanan strategi pengelolaan yang diperoleh dapat diaplikasikan sesuai

tujuan pendukung stakeholder harus ikut berperan dalam penerapan strategi.

56

Berikut dalam Tabel 30 dapat dilihat cara kerja stakeholder dalam pengambilan

keputusan

Tabel 30 Peran Stakeholder Dalam Strategi Masuk, dan Eksplorasi Tambang

Nikel

Stakeholder Peran Stakeholder Dalam strategi masuknya pertambangan.

1. Permerintah Daerah Kabupaten Halmahera

Timur (Bupati Halmahera Timur) Pemberi ijin masuknya tambang

Pemberi kebijakan dalam penataan pemerintahan

2. Dinas Pertambangan dan Mineral

Kabupaten Halmahera Timur Pembuatan ijin masuknya tambang

Sebagai kontroling dalam pertambangan yang ada dalam garis

wilayah yang diberikan ijin

Pembuat laporan dalam penghasilan produksi tambang kabupaten

3. Dinas Pertanian Kabupaten Halmahera Timur Pengawasan areal pertanian

Penyalur bantuan tanaman pangan untuk petani

Penyulur pupuk dan obat-obatan untuk tanaman pertanian dan

hortikultura

4. Badan Pusat Statistik Kabupaten Hamahera

Timur Data PDRB daerah

5. P.T. Aneka Tambang Kabupaten Halmahera

Timur Perusahan swasta yang berperan dalam pembuat kebijan anak

perusahaan yang berda pada ANTAM.

6. P.T. Ara ( Tambang di Batu Raja) Tambang yang beroperasi di wilayah Desa Batu Raja

7. Pemerintah Kecamatan (Camat) Sebagai pelaksana kebijakan pemerintah Daerah

8. Pemerintah Desa ( Kepala Desa) Desa Batu

Raja Sebagai pelaksana kebijakan pemerintah Daerah dan kecamatan

9. Pemerintah Desa (Kepala Desa) Desa Subaim Sebagai pelaksana kebijakan pemerintah Daerah dan Kecamatan

10. Tenaga Kerja Dalam Tambang Tenaga kerja yang berperan dalam berjalannya tambang.

Sumber: Data Hasil Analisis 2012

Stakeholder yang telah diidentifikasi berasal dari instansi pemerintah

Kabupaten Halmahera Timur dan instansi non pemerintah, dalam hal ini

perusahaan pertambangan yang mempunyai kepentingan di dalamnya, dan

memberikan pengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap

kehidupan masyarakat.

1. Pemerintah Kabupaten Halmahera Timur, merupakan pemangku kebijakan dan

pembuat keputusan dalam penataan wilayah yang diberikan tanggungjawab

selaku penguasa wilayah tersebut.

2. Dinas Pertambangan dan Mineral Kabupaten Halmahera Timur, dalam

pengelolaan pertambangan nikel mempunyai tugas pokok merumuskan

kebijakan teknis serta melaksanakan kegiatan teknis operasional di bidang

pertambangan dan energi meliputi geologi dan sumberdaya mineral,

pertambangan umum dan energi serta melaksanakan ketatausahaan dinas.

Dinas pertambangan dan mineral memiliki aspek kepentingan dalam hal

pertambangan dan konversi. Manfaat yang diperoleh adalah dari sektor ekonomi

dan sosial dengan menyediakan sumberdaya berupa manusia, dana fasilitas dan

informasi. Meskipun dinas pertambangan dan mineral melakukan pertambangan,

mereka tetap memperhatikan aspek konservasi dalam setiap kegiatannya.

3. Dinas Pertanian Kabupaten Halmahera Timur, memiliki aspek kepentingan

dalam sektor pertanian dalam meningkatkan hasil produksi pertanian, walau

adanya pertambangan. Meningkatkatkan kualitas maupun kuantitas dari

pertanian, dan sebagai pelaksana kegiatan tekniks yang mempunyai tugas

pokok merumuskan kebijakan dalam mengatur kehidupan masyarakat

pertanian, dalam kehidupan sosial dan ekonomi petani, serta ketatausahaan

dinas.

57

4. Badan Pusat Statistik Kabupaten Halmahera Timur, dalam melaksanakan tugas

dalam keterkaitannya dengan pertambangan nikel yang berada di Kabupaten

Halmahera Timur, sebagai tugas pokok melaksanakan, memberikan data dalam

penentuan kebijakan pemerintah untuk membatasi dan memberikan wilayah

untuk pertambangan, data keberadaan masyarakat dan pendidikan serta mata

pencaharian. Badan Pusat Statistik merupakan badan yang memperjalas secara

angka keberadaan status sosial dan ekonomi masyarakat keseluruhan dari baik

buruknya suatu perusahaan pertambangan yang berada di daerah operasi

pertambangan.

5. PT. Aneka Tambang Kabupaten Halmahera Timur, merupakan perusahaan non

permerintah yang merupakan perusahan pertambangan yang tugas pokoknya

mengontrol dan membuat kebijakan keputusan perusahaan yang berhubungan

dengan pertambangan dan energi. PT. Aneka Tambang, dalam hal ini sebagai

perusahan yang membantu pemerintah dalam mengontrol dan pengaturan

dalam sistem perusahaan pertambangan yang masuk di daerah untuk

melakukan penambangan.

6. PT. ARA sebagai perusahan pertambangan nikel yang berada di lokas

pemukiman penduduk, dalam hal ini sebagai perushaan pertambangan yang

memilki ijin penambangan, dengan menjalankan tugas pokok sebagai

perusahaan, sebagai perusahaan pertambangan yang berhubungan dengan

sosial, ekonomi dan ekologi yang berada di wilayah pertambangan, harus

melakasanakan tanggungjawabnya untuk dapat menjalankan perekonomian

masyarakat yang berada disekitar pertambangan dengan baik, dan menjaga

kelestarian ekologi yang berada di lokasi penambangan. PT ARA dalam hal ini

sebagai pusahaan pertambangan selain menjalankan tugas pokok sebagai suatu

perusahaan, perusahaan ARA juga harus siap membayar ketidak nyamanan

yang apabila terjadi di masyarakat lokasi penambangan.

7. Pemerintah kecamatan, dalam hal ini Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera

Timur dalam hubungannya dengan pertambangan nikel yang berada pada

wilayah kepemimpinan, selain menjalankan tugas pokok sebagai pemangku

pemberi kebijakan di tingkat kecamatan. Pemerintah kecamatan dalam

perannya terhadap berdiri dan operasinya suatu tambang nikel, aspek

kepentingan yang harus diberikan diperoleh dari pertambangan adalah aspek

ekonomi, pendidikan sebagai manfaat dengan adanya pertambangan dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat dan meningkatkan fasilitas pendidikan

untuk memenuhi standar pendidikan yang baik.

8. Pemerintah desa, dalam hal ini berada di Kecamatan Wasile Kabupaten

Halmahera Timur, yang mempunyai tugas pokok pemberi kebijakan dalam

garis wilayah kekuasaan yang diberikan tanggungjawab oleh pemerintah

daerah. Pemerintah desa dalam perannya terhadap pertambangan nikel, tidak

jauh bedanya dengan pemerintah kecamatan.

9. Tenaga kerja tambang, dalam hal ini selaku pekerja yang berasal dari

Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur. Peran tenaga kerja dalam

perusahaan pertambangan nikel,sebagai pelaksana tugas pokok sebagai

pekerja.