35
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  • Upload
    vuliem

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP 

 

 

 

 

 

Hak cipta dan penggunaan kembali:

Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.

Copyright and reuse:

This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

Page 2: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  77 

BAB IV

ANALISIS

4.1 Gaya dan Genre

Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi

pustaka mengenai desain untuk anak, psikologi perkembangan anak, maupun hasil

survei di lapangan maka gaya gambar yang digunakan oleh Penulis cenderung ke

arah penyederhanaan atau simplicity. Karakter maupun setting background

(environment) merupakan hasil dari penyederhanaan yang nantinya akan dibuat

versi digitalnya dengan menggunakan desain yang berbasis vektor. Namun,

apabila dilihat dari gaya gambar yang popular saat ini, gaya gambar yang Penulis

pakai bisa digolongkan pada gaya gambar Chibi ataupun SD (Super Deformed).

Diadaptasi dari dongeng klasik yang berjudul “Penebang Kayu yang Jujur”

karya Leo Tolstoy tentunya untuk genre dari digital story telling ini lebih ke arah

Adventure - Fantasy namun disesuaikan dengan target market dari digital story

telling yang adalah anak-anak usia 3-6 tahun tentunya isi ceritanya sendiri dibuat

lebih mudah dimengerti oleh anak-anak. Isi dari digital story telling ini akan

dibuat singkat, tetapi tetap memiliki makna dan musik yang mengalun sebagai

salah satu unsur yang mendukung anak agar rileks dan diharapkan dapat tidur

seusai menikmati digital story telling ini.

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 3: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  78 

4.2 Elemen- elemen Utama dalam Proses Perancangan

4.2.1 Alur cerita

Alur cerita dari digital story telling ini tentunya mengikuti dari cerita dongeng

“Penebang Kayu yang Jujur”, alur yang digunakan merupakan alur maju. Secara

garis besar, cerita yang akan ditampilkan bermula dari seorang penebang kayu

yang miskin sedang berjalan di hutan untuk berkerja. Seusai bekerja, ia pun

beristirahat di tepi danau, namun tanpa sengaja ia menjatuhkan kapaknya di danau

tersebut. Penebang kayu tersebut merasa sedih dan ia pun menangis, namun tiba-

tiba seorang peri datang dan menolong penebang kayu tersebut dalam mencari

kapaknya yang hilang tersebut. Dan di sinilah kejujuran dari seorang penebang

kayu ini diuji oleh peri danau tersebut.

Durasi dari keseluruhan cerita ini adalah 300 detik atau 5 menit, mengingat

konsep awal pembuatan dari digital story telling ini adalah sebagai sarana

pengantar tidur untuk anak, maka cerita dongeng tersebut harus dikemas secara

singkat, ringan, dan dibuat mengalun baik dengan visual, maupun dari segi musik

agar anak-anak bisa rileks dan tertidur setelah menikmati digital story telling ini.

Alur tentunya akan dibuat lebih lambat, pergerakannya akan dibuat sederhana,

dan akan lebih banyak dimasukkan irama musik yang mendayu-dayu.

4.2.2 Karakter

Dalam perancangan digital story telling yang berjudul Penebang Kayu yang Jujur

ini, Penulis merancang 2 karakter, yang pertama laki-laki yaitu berperan sebagai

penebang kayu, yang kedua karakter perempuan sebagai peri danau yang nantinya

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 4: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  79 

akan menolong sang penebang kayu tersebut. Kedua karakter tersebut masing-

masing dirancang berdasarkan fisiologi, sosiologi, psikologi, dan juga disesuaikan

dengan desain yang baik untuk anak.

Gambar 4.1 Gambar Karakter Digital Story Telling Penebang Kayu yang Jujur

a. Karakter Penebang Kayu

Gambar 4.2 Gambar Karakter Penebang Kayu

Berdasarkan fisiologi, karakter Penebang Kayu ini berjenis kelamin laki-

laki, masih tergolong dalam usia muda yaitu antara 27-35 tahun. Secara

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 5: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  80 

fisik, badan dibuat agak lebih tegap mengingat pekerjaannya sebagai

penebang kayu. Warna kulitnya putih namun dibuat sedikit lebih gelap

karena ia berkerja di bawah terik matahari secara terus menerus, warna

rambutnya cokelat tua, sedangkan untuk warna matanya hitam pekat. Dari

segi penampilan, diadaptasi dari cara berpakaian para lelaki Timur Tengah

pada zaman kuno, karena ini merupakan sebuah dongeng klasik karya luar

negeri, dan juga mengingat pekerjaannya sebagi penebang kayu yang selalu

bekerja di luar, maka diberikan lah pelindung kepala, semacam topi atau

sorban untuk mengurangi panasnya terik. Juga sepatu boot yang selalu ia

kenakan, karena medan hutan merupakan medan yang cukup keras dan

berbatu, sehingga dibutuhkanlah pelindung kaki.

Berdasarkan sosiologi, karakter Penebang kayu ini merupakan sosok

pekerja keras dan juga jujur. Ia melakukan usaha terbaiknya membanting

tulang demi menghidupi keluarganya. Secara ekonomi, tergolong menengah

ke bawah, karena pekerjaan hanya sebagai penebang kayu, dan kapak yang

digunakannya pun merupakan kapak tua yang sudah butut.

Berdasarkan sisi psikologis, karakter ini cenderung bersifat melankolis,

ia sangat peduli dan memikirkan tentang nasib keluarganya, tentang

makanan, dan juga tentang kebutuhan hidup. Di dalam cerita ini, karakter

ini cukup tergolong emosional, dapat dilihat pada saat kapaknya terjatuh,

dia mulai menangis karena bingung harus melakukan apa.

Dilihat dari sisi desain untuk anak, karakter penebang kayu ini

menggunakan proporsi SD (Super Deformed) di mana perbandingan

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 6: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  81 

proporsi antara kepala dengan badan 1 : 0.5. Bentuk anatomi baik mata,

tangan, kaki, maupun rambut dibuat dengan proses penyederhanaan dari

bentuk asli. Warna yang digunakan pun menggunakan warna-warna yang

cerah serta menggunakan warna-warna yang solid.

Dari bentuk awal karakter, Penulis mulai mengembangkan karakter ini

ke dalam berbagai macam ekspresi, yaitu sebagai berikut :

- Ekspresi Gembira

Gambar 4.3 Ekspresi Gembira Penebang Kayu

Ekspresi gembira dari penebang kayu ini akan ditunjukan pada saat

adegan peri danau menemukan kapak tua miliknya.

- Ekspresi Panik

Gambar 4.4 Ekspresi Panik Penebang Kayu

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 7: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  82 

Ekspresi panik dari Penebang Kayu ini ditampilkan pada saat dia tahu

bahwa kapaknya terjatuh ke dalam danau.

- Ekspresi Sedih/Menangis

Gambar 4.5 Ekspresi Sedih Penebang Kayu

Sesaat setelah kapaknya terjatuh, Penebang Kayu pun berlutut dan

menangis.

- Ekspresi Bingung

Gambar 4.6 Ekspresi Bingung Penebang Kayu

Peri danau tiba-tiba muncul di hadapan Penebang Kayu, Penebang

Kayu pun sempat bingung ketika melihat keajaiban tersebut.

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 8: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  83 

b. Peri Danau

Gambar 4.7 Gambar Karakter Peri Danau

Berdasarkan fisiologi, karakter Peri Danau ini berjenis kelamin perempuan,

masih tergolong dalam usia muda yaitu antara 20-24 tahun. Secara fisik,

badan dibuat agak lebih kecil atau lebih pendek dibandingkan dengan

karakter Penebang Kayu. Kulitnya putih porselen, menggambarkan bahwa

dia seorang peri yang memiliki fisik yang indah, warna rambutnya cokelat,

sedangkan untuk warna matanya cokelat tua. Dari segi penampilan,

layaknya seorang peri atau malaikat pada umumnya, Peri Danau ini

memakai mahkota di kepalanya untuk menandakan kekuasaannya. Tak lupa

juga ditambahkan lingkaran di atas kepalanya yang menandakan dia

makhluk ajaib. Selain itu, terdapat dua sayap yang lebar yang ia gunakan

untuk terbang. Dari segi baju, merupakan sebuah baju dress polos berwarna

biru muda ditambah pemanis berupa hiasan pita di tengah-tengahnya untuk

menojolkan kepolosan serta kebaikan hati dari Peri Danau tersebut.

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 9: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  84 

Berdasarkan sosiologi, karakter Peri Danau ini merupakan sosok yang

baik hati dan suka menolong. Hal ini ditunjukkan dari bantuannya kepada

Penebang Kayu yang menangis karena kehilangan kapak kesayangannya.

Berdasarkan sisi psikologis, karakter ini cenderung bersifat sanguinis,

dilihat dari cara Peri Danau ini memberikan ujian kepada Penebang Kayu

mengenai kapak mana yang sebenarnya memang merupakan milik

Penebang Kayu.

Dilihat dari sisi desain untuk anak, karakter penebang kayu ini

menggunakan proporsi SD (Super Deformed) di mana perbandingan

proporsi antara kepala dengan badan 1 : 0.5. Bentuk anatomi baik mata,

tangan, kaki, maupun rambut dibuat dengan proses penyederhanaan dari

bentuk asli. Warna yang digunakan pun menggunakan warna-warna yang

cerah serta menggunakan warna-warna yang solid.

Dari bentuk awal karakter, Penulis mulai mengembangkan karakter ini

ke dalam berbagai macam ekspresi, yaitu sebagai berikut :

- Ekspresi Gembira

Gambar 4.8 Ekspresi Gembira Peri Danau

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 10: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  85 

Ekspresi gembira dari Peri Danau ini ditunjukan pada saat ia berhasil

menemukan kapak tua milik Penebang Kayu.

- Ekspresi Bingung

Gambar 4.9 Ekspresi Bingung Peri Danau

Peri Danau muncul membawa kapak dengan bingung, karena dia tidak

tahu kapak mana yang sebenarnya milik Penebang Kayu.

- Ekspresi Kecewa

Gambar 4.5 Ekspresi Kecewa Penebang Kayu

Ekspresi ini muncul pada saat Peri Danau salah membawakan kapak-

kapak untuk Penebang Kayu.

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 11: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  86 

- Ekspresi Tenang

Gambar 4.6 Ekspresi Tenang Penebang Kayu

Peri danau pertama kali muncul ke permuakaan dengan menggunakan

ekspresi tenang dan anggun.

4.2.3 Setting dan Environment

Setting dan environment yang digunakan pada digital story telling ini yaitu secara

keseluruhan ada sedikitnya 3 setting yang berbeda. Yang pertama ada danau,

hutan kayu, dan hutan tropis. Masih menggunakan gaya yang sama yaitu vektor

dengan pemilihan tone warna yang cerah dan menyesuaikan dengan gaya

karakter, masing-masing setting dan environment akan dijelaskan lebih lanjut,

yaitu sebagai berikut :

a. Danau

Pada setting danau ini, aka nada banyak adegan yang berlangsung di sini,

diantaranya ada adegan di mana Penebang Kayu beristirahat, kemudian

kapaknya terjatuh, dan yang tak kalah penting yaitu kemunculan sang Peri

Danau untuk membantu Penebang Kayu dalam mencari kapak tuanya.

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 12: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  87 

Unsur-unsur yang terdapat dalam setting ini tentunya, pohon, rumput, air,

dan unsur-unsur pendukung seperti batu-batu dan bunga.

Hasil sketsa yang telah Penulis buat yaitu :

Gambar 4.7 Sketsa Danau

Dari hasil sketsa di atas, Penulis telah megubah hasil tersebut ke

dalam bentuk digital dengan menggunakan Adobe Illustrator.

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 13: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  88 

Hasil bentuk digital dari sketsa yang telah Penulis buat yaitu :

Gambar 4.8 Hasil Digital Danau Versi 1

Kemudian, setelah selesai dengan proses digitalnya, Penulis mulai

melakukan compositing / menempatkan karakter pada setting dan

environment yang telah tersedia.

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 14: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  89 

Hasil compositing yang telah Penulis buat yaitu :

Gambar 4.9 Hasil Compositing Penebang Kayu dengan Setting Danau Versi 1

Pada setting danau ini dibuat 2 versi di mana kamera diambil dari

belakang Penebang Kayu dan versi lainnya menampilkan bagian depan

dari Penebang Kayu. Gambar setting di atas merupakan setting danau yang

menampilkan bagian belakang dari Penebang kayu., sedangkan gambar di

bawah ini merupakan hasil digital dari versi kedua setting danau di mana

akan menampilkan bagian depan dari Penebang Kayu.

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 15: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  90 

Gambar 4.10 Hasil Digital Danau Versi 2

Kemudian, setelah selesai dengan proses digitalnya, Penulis mulai

melakukan compositing / menempatkan karakter pada setting dan

environment yang telah tersedia.

Gambar 4.11 Hasil Compositing Penebang Kayu dengan Setting Danau Versi 2

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 16: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  91 

b. Hutan kayu

Pada setting hutan kayu ini, terdapat adegan di mana Penebang kayu

melakukan pekerjaannya, yaitu menebang- nebang pohon menjadi

bongkahan-bongkahan kayu. Setting di sini akan ditampilkan dengan

nuansa yang tidak sehijau hutan tropis ataupun danau, cenderung agak

gersang dengan banyak pohon-pohon yang telah ditebang serta

bongkahan-bongkahan kayu hasi tebangan dari Penebang Kayu itu sendiri.

Unsur-unsur environment yang terdapat di sini yaitu rumput, pohon, pohon

yang telah ditebang, serta bongkahan-bongkahan kayu, ornamen yang

mendukung di sini yaitu batu-batu.

Hasil sketsa yang telah Penulis buat yaitu :

Gambar 4.12 Sketsa Hutan Kayu

Dari hasil sketsa di atas, Penulis telah megubah hasil tersebut ke

dalam bentuk digital dengan menggunakan Adobe Illustrator.

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 17: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  92 

Gambar 4.13 Hasil Digital Hutan Kayu

Kemudian, setelah selesai dengan proses digitalnya, Penulis mulai

melakukan compositing / menempatkan karakter pada setting dan

environment yang telah tersedia.

Hasil compositing yang telah Penulis buat yaitu :

Gambar 4.14 Hasil Compositing Hutan Kayu dan Penebang Kayu

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 18: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  93 

c. Hutan tropis

Pada setting hutan tropis ini, akan ditampilkan adegan awal yaitu di mana

Penebang kayu berjalan menyusuri sepanjang hutan ini menuju ke hutan

kayu untuk bekerja. Setting ini juga lah yang merupakan setting penutup

pada saat Penebang Kayu akan berjalan pulang. Unsur-unsur yang

terkandung dalam hutan tropis ini tentunya pohong, beberapa jenis

rumput, dan jenis tanaman sebagai ornamen pendukung.

Hasil sketsa yang Penulis buat :

Gambar 4.15 Sketsa Hutan Tropis

Dari hasil sketsa di atas, Penulis telah megubah hasil tersebut ke

dalam bentuk digital dengan menggunakan Adobe Illustrator.

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 19: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  94 

Hasil bentuk digital dari sketsa yang telah Penulis buat yaitu :

Gambar 4.16 Hasil Digital Hutan Tropis Versi 1

Kemudian, setelah selesai dengan proses digitalnya, Penulis mulai

melakukan compositing / menempatkan karakter pada setting dan

environment yang telah tersedia.

Hasil compositing yang telah Penulis buat yaitu :

Gambar 4.17 Hasil Compositing Penebang Kayu dan Hutan Tropis

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 20: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  95 

Setting hutan tropis ini ditampilkan dalam 2 scene yang berbeda,

sebagai awal dan akhir. Pada saat awal, suasana pagi yang cerah,

sedangkan untuk yang versi kedua ditampilkan suasana sore yang

cenderung memiliki warna langit yang lebih gelap. Berikut merupakan

hasil digital dari setting hutan tropis versi kedua.

Gambar 4.18 Hasil Digital Hutan Tropis Versi 2

Kemudian, setelah selesai dengan proses digitalnya, Penulis mulai

melakukan compositing / menempatkan karakter pada setting dan

environment yang telah tersedia.

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 21: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  96 

Hasil compositing yang telah Penulis buat yaitu :

Gambar 4.19 Hasil Compositing Penebang Kayu dan Hutan Tropis Versi 2

4.2.4 Kata dan Balon Kata

Fungsi kata dalam digital story telling Penebang Kayu yang Jujur ini adalah

sebagai alat narasi dan juga digunakan untuk penulisan judul dan button. Fungsi

kata sebagai narasi di sini yaitu untuk membantu keadaan pada gambar, serta

sebagai instruksi dan petunjuk dalam mengikuti alur cerita. Balon kata terdiri dari

bidang kotak berwarna cokelat yang memiliki tekstur seperti kayu. Balon kata ini

akan muncul pada cover depan dan setiap scene sebagai latar belakang dari text

narasi. Jenis huruf yang digunakan yaitu sans serif, dengan memiliki karakter khas

komik. Untuk font judul dan button menggunakan font Anime Ace 2.0 BB,

sedangkan untuk narasinya menggunakan font Apple Casual. Untuk font Anime

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 22: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  97 

Ace 2.0 BB dapat diunduh secara gratis pada www.dafont.com, sedangkan untuk

Apple Casual merupakan font standard yang terdapat pada sistem OS Macintosh.

Gambar 4.20 Kata dan Balon Kata

4.2.5 Button

Pada digital story telling ini terdapat beberapa fungsi button, yaitu button Start

untuk memulai digital story telling ini, button Exit untuk keluar, button Next

untuk melanjutkan ke adegan/scene selanjutnya, button Replay untuk memutar

kembali scene tersebut, serta button Sound on dan Sound off untuk memunculkan

suara narasi dan menghilangkannya. Button-button tersebut masing-masing

memiliki roll over dan juga sound effect sebagai pendukung dan pelengkapnya.

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 23: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  98 

Gambar 4.21 Button dan Rollover

4.2.6 Sound

Sound di dalam digital story telling ini merupakan salah faktor yang penting untuk

membantu mempertegas maksud dari cerita dan juga sebagai salah satu alat untuk

merelaksasikan anak sebelum tidur. Sound dibagi menjadi 3 yaitu background

song, suara narasi, dan sound effect. Untuk background song sendiri digunakan

lagu-lagu instrumental klasik dari Mozart, lagu ini akan berganti-ganti di setiap

scene, namun tetap dengan tema klasik yang menenangkan. Untuk suara narasi, di

sini Penulis memberikan alternatif pada para pengguna untuk menampilkannya

atau menghilangkannya dengan dibantu oleh button Sound On dan Sound Off.

Untuk sound effect sendiri, disesuaikan dengan kegiatan yang sedang berlangsung

pada suatu adegan agar lebih menambah kesan real dan mempertegas alur cerita,

misalnya pada saat adegan Penebang Kayu sedang berjalan, terdengarlah suara

langkah kaki sebagai pendukungnya.

4.3 Penerapan Multimedia dan Interaktivitas

Digital Story Telling Penebang Kayu yang Jujur ini merupakan linear media

design yang di dalamnya terdapat animasi, button, dan juga sound (baik

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 24: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  99 

background song, sound effect, maupun narasi). Dalam menggabungkan elemen-

elemen tersebut maka digunakanlah media pemrograman Adobe Flash. Dalam

perancangannya, digital story telling ini dibuat secara sketsa manual-tradition

yang kemudian dipindah secara digita dengan menggunakan scanner, kemudian

dengan menggunakan program Adobe Illustrator dibuat ke dalam bentuk

vectornya, baru masuk ke dalam proses animasi dengan menggunakan Adobe

Flash. Ukuran yang digunakan yaitu 800 x 600 pixel. Untuk button sendiri

digunakan untuk mengawali adegan, melanjutkan, maupun mengakhiri program,

serta menampilkan ataupun menghilangkan suara narasi. Background song akan

dimainkan di setiap adegan yang ada, sedangkan untuk sound effect akan muncul

sebagai pendukung dari adegan yang sedang berlangsung. Untuk sound effect

dapat diunduh di www.sounddogs.com. Kata dan balon kata ditampilkan di setiap

adegan secara berurutan untuk mendukung aur cerita.

Suara di dalam digital story telling ini memegang peranan yang sangat

penting. Untuk background song sendiri digunakan lagu-lagu instrumental klasik

dari Mozart, lagu-lagu ini ditampilkan guna memberikan kenyamanan dan

ketenangan kepada anak sebelum tidur. Untuk suara narasi, di sini diperdengarkan

bersamaan dengan munculnya efek visual secara grafis dalam bentuk kata dan

balon kata. Namun, Penulis memberikan alternatif pada para pengguna untuk

menampilkannya atau menghilangkannya dengan dibantu oleh button Sound On

dan Sound Off. Untuk sound effect sendiri, akan disesuaikan dengan adegan yang

sedang berlangsung agar menimbulkan perasaan real kepada anak. Munculnya

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 25: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  100 

efek suara sound ini diperdengarkan bersamaan dengan munculnya efek visual

secara grafis.

Dari segi narativitas, pada cover akan ditampilakan button Start dan Exit.

Button Start memiliki link ke scene 1, sedangkan button exit untuk mengakhiri

dari digital story telling ini. Sedagkan pada scene 1 awal akan ditampilkan button

Sound On dan Sound Off. Button Sound On di sini memiliki link untuk

menampilkan suara narasi, sedangkan button Sound Off untuk kembali

menghilangkan suara narasi tersebut. Pada bagian akhir Scene 1 akan muncul lagi

2 button yaitu button Replay dan button Next. Button Replay di sini berisi link

untuk mengulang kembali adegan pada scene 1 dari awal, sedangkan button Next

mengandung link untuk melanjutkan ke scene 2, begitu pula pada scene-scene

berikutnya akan muncul 4 button di atas (Sound On, Sound Off, Next, Replay)

sampai kepada scene terakhir setelah pembacaan moral selesai akan fade to black

dan stop (tidak kembali mengulang ke cover). Penulis sengaja untuk mengakhiri

digital story telling ini dengan fade to black dan stop agar anak tidak meminta

untuk kembali memutar digital story telling tersebut dan diharapkan segera tidur

usai menikmati digital story telling tersebut.

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 26: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  101 

Gambar 4.22 Cover Penebang Kayu yang Jujur

Interaksi dari digital story telling ini dirancang dengan menggunakan 5

elemen dasar yaitu konsistensi, intuitif, imersi, kebebasan dan juga physic (hukum

alam) . Dalam hal konsistensi, Penulis membuat kesamaan baik fungsi tombol

maupun peletakannya yang muncul dalam setiap scene baik tombol Sound On dan

Sound Off maupun tombol Next dan Replay seperti yang tampak pada gambar

4.23 di bawah ini.

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 27: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  102 

Gambar 4.23 Konsistensi Button

Imersi diterapkan pada saat terjadi perubahan sudut pandang antar tokoh.

Hal ini seakan-akan membawa anak-anak untuk lebih merasakan cerita dari

Penebang Kayu yang Jujur, juga menonjolkan ekspresi masing-masing tokohnya.

Gambar 4.23 merupakan contoh dari perubahan sudut pandang yang terdapat pada

digital story telling Penebang Kayu yang Jujur.

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 28: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  103 

Gambar 4.24 Perubahan Sudut Pandang

Sisi intuitif di sini diperlihatkan dalam bentuk tombol dan juga jalan cerita

yang dibimbing oleh teks narasi dalam balon kata pada setiap scene, di sini para

pengguna dapat memilih untuk mengaktifkan suara narasi atau tidak yang

sekaligus memberikan kebebasan bagi pengguna untuk sekedar mengarahkan atau

berlaku sebagai narator. Physic ditunjukkan dalam penggambaran adegan di tiap

gerakan animasi, misalkan seperti animasi berjalan, menangis, dll yang

disesuaikan dnegan pengalaman nyata pembaca.

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 29: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  104 

4.4 Penerapan Alur Interaktif

Alur interaktif yang digunakan dalam digital story telling Penebang Kayu yang

Jujur adalah alur maju (progresi). Alur maju merupakan sebuah alur yang

memiliki klimaks di akhir cerita, memiliki cerita yang berurutan sesuai dengan

urutan awal kejadian dari awal sampai akhir cerita, biasa disebut juga alur

kognitif. Tahapannya yaitu sebagai berikut : Awal – Permasalahan – Klimaks –

Antiklimas – Akhir.

Pada bagian awal, diceritakan mengenai seorang Penebang Kayu miskin

yang sedang berjalan menyusuri hutan untuk menuju ke hutan kayu tempatnya

bekerja. Cerita awal ini diceritakan pada scene 1 dan 2. Seusai bekerja, sang

Penebang Kayu memutuskan untuk beristirahat sejenak di tepi danau, namun

ketika ia terbangun tanpa sengaja kapaknya terjatuh dalam danau. Bagian ini

merupakan bagian permasalahan yang terdapat pada scene 3. Penebang Kayu pun

amat bersedih, ia pun berlutut di tepi danau memohon agar kapaknya bisa

kembali. Tiba-tiba muncullah seorang Peri dari dalam danau tersebut dan

menawarkan bantuan kepada Penebang Kayu. Adegan ini terdapat pada scene 4

dan 5. Setelah Penebang kayu menceritakan masalah kapaknya kepada sang Peri,

Peri pun masuk ke dalam danau untuk mencari kapak milik Penebang Kayu.

Adegan ini terdapat pada scene 6. Adegan selanjutnya yaitu pertama-tama Peri

keluar dengan membawa kapak emas, ia pun menanyakan apakah kapak emas itu

milik Penebang Kayu, Penebang Kayu pun menolak, kemudian yang kedua Peri

muncul kembali dengan membawa Kapak Perak dan menanyakannya lagi kepada

Penebang Kayu apakah Kapak Perak itu miliknya, karena merasa kedua kapak itu

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 30: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  105 

terlalu bagus dan memang bukan miliknya maka Penebang Kayu pun menolak.

Klimaksnya terjadi pada saat sang Peri berhasil menemukan kapak tua milik

Penebang Kayu tersebut, Penebang Kayu itu pun tentunya sangat bersuka ria

mengetahui kapaknya ditemukan. Cerita ini terdapat pada scene 7 dan 8. Anti

klimaks terjadi pada saat sang Peri terharu melihat kejujuran dari Penebang Kayu

tersebut hingga akhirnya ia pun menghadiahkan Penebang Kayu ketiga kapak itu

sekaligus. Cerita ini tergambar pada scene 9. Sedangkan bagian penutup dari

cerita terdapat pada scene 10, di mana di sana digambarkan sosok Penebang Kayu

dengan membawa ketiga kapaknya sedang perjalanan menuju ke rumahnya.

Selanjutnya, diisi denggan pesan moral dan juga ucapan selamat tidur kepada

anak-anak dan layar pun fade to black menandakan berakhirnya digital story

telling tersebut.

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 31: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  106 

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 32: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  107 

Gambar 4.25 Gambaran Alur Interaktif Penebang Kayu yang Jujur

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 33: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  108 

4.5 Keunggulan Digital Story Telling

Digital story telling atau dongeng versi digital ini memiliki beberapa kelebihan

dibandingkan dongeng-dongeng cetak antara lain :

1. Digital story telling lebih menghemat ruangan atau space.

Karena bersifat digital, tentunya digital story telling ini tidak memakan ruang

yang besar seperti halnya buku dongeng cetak akan membutuhkan ruangan yang

lebih ketika jumlahnya bertambah. Digital story telling ini disimpan dalam bentuk

digital, di mana penggunaannya ditujukan pada pengguna tablet PC. Banyaknya

data yang dapat disimpan tentunya tergantung pada kapasistas memori dari tablet

PC tersebut.

2. Sebagai salah satu aktivitas pengantar tidur anak

Digital story telling ini dibuat dengan konsep sebagai pengantar tidur bagi anak,

hal ini dapat dilihat baik secara visual grafisnya maupun dari lagu-lagu instrumen

yang dipilih. Transisinya pun sengaja dibuat dengan teknik fade in - fade out

dengan perlahan agar lebih mendukung tempo alunan dari cerita itu sendiri. Pada

bagian akhir, layar akan berakhir dengan teknik fade to black. Hal ini sengaja

dilakukan agar fokus anak tidak teralihkan dengan visual-visual lainnya dan bisa

segera tidur.

3. Berbentuk linear media design

Digital story telling ini tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan buku

dongeng cetak biasa karena di dalamnya dapat mengandung suara, gerakan

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 34: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  109 

animasi, dan juga pembacaan narasi sehingga anak akan lebih berminat dan

mampu memahami isi cerita yang ingin disampaikan dengan baik. Sengaja dibuat

dalam bentuk linear media design, agar peran anak di sini hanya menonton saja,

tanpa memainkannya, sehingga anak bisa lebih rileks dan cepat tidur.

4. Proses pembuatan lebih cepat dan efisien

Proses pembuatan digital story telling cenderung lebih cepat dibandingkan dengan

dongeng cetak, dapat dilihat dari proses awal sketsa awal hingga tahap

pendistribusian yang tentunya tidak melalui proses percetakan dan proses

pedistribusiannya pun cenderung lebih mudah dan tidak membutuhkan banyak

biaya.

5. Proses pendistribusiannya lebih luas dan cepat

Melihat dari bentuknya yang digital dan melihat dair perkembangan teknologi

yang cukup pesat, pada proses pendistrisibusiannya pun dapat memanfaatkan

media internet yang tentunya memiliki jangkauan yang luas. Cukup dengan

memberikan screen shoot atau teaser pada sejumlah blog atau dengan cara upload

ke media jejaring sosial dapat dijadikan sebagai media pendistrisibusian yang

efektif dan hemat biaya.

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013

Page 35: 4.1 Gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/BAB IV.pdf · BAB IV ANALISIS 4.1 Gaya dan Genre Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi ... 4.2.1

  110 

4.6 Eksekusi Hasil Karya

Beberapa kemungkinan eksekusi yang telah dipikirkan oleh Penulis terhadap

karya antara lain :

1. Merilis teaser via YouTube dan menyebarkan link melalui jejaring

sosial seperti Facebook, Twitter, Kaskus, blog, forum dan media

online lainnya. Digital story telling dijual dalam bentuk digital di

store online seperti Google Play, iStore, Android Market, dll.

2. Membuat sebuah blog ataupun sebuah situs resmi untuk pengenalan

lebih lanjut mengenai digital story telling yang telah dibuat, serta

bagaiman cara membelinya.

Resiko pembajakan merupakan resiko terbesar yang kelak dihadapi para

pekerja industri kreatif, termasuk dalam perancangan digital story telling ini.

Namun hal itu tidak terus menghambat kreatifitas para pekerja seni untuk terus

berkaya. Salah satu cara untuk mengatasinya misalkan dengan memberikan suatu

bonus menarik bagi mereka yang mendownloadnya secara resmi seperti misalnya

booklet, artbook, merchandise, poster, wallpaper untuk tablet PC mereka ataupun

themes yang unik.

Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013