Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
28 Universitas Kristen Petra
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Pemetaan Kondisi Perusahaan menuju Industri 4.0
PT. X merupakan salah satu perusahan Penanaman Modal Asing (PMA)
yang berada di Indonesia. Perusahaan ini merupakan cabang dari Perusahaan yang
kantor pusatnya terletak di Altdorf, Jerman. Selama hampir 60 tahun, PT. X telah
berhasil menjadi pemimpin pasar dalam desain dan produksi circuit breaker untuk
pelindung peralatan kelistrikan.
PT. X memiliki bisnis model dalam menjalankan seluruh proses produksi
sebagai kekuatan bisnisnya. Bisnis model merupakan aliran proses dari awal proses
hingga berakhirnya proses. Bisnis model PT.X melibatkan 10 departemen utama
dan 1 sub departemen yang telah berdiri sendiri. Berikut bisnis model PT. X dapat
dilihat pada Gambar 4.1
Gambar 4. 1 Bisnis Model PT. X
Proses produksi di dalam PT. X diawali dari konsumen sebagai input data
order yang masuk hingga dihasilkan output berupa produk yang sesuai dengan order
yang diberikan konsumen. Empat departemen terlibat dalam proses utama produksi
meliputi Management Production Order (MPO), Material Handling (MH),
29 Universitas Kristen Petra
Fabrication, dan Quality, Health, Safety, and Environment (QHSE). Data order
yang masuk berupa Purchase Order (PO), diterima oleh departemen MPO yang
bertugas merencanakan produksi harian. PO yang masuk dalam perencanaan
produksi ditransmit menjadi Sales Order (SO) sehingga menghasilkan dokumen
production plan. Production plan selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk
melaksanakan perintah produksi bagi departemen produksi dan sebagai acuan
pembuatan permintaan material produksi oleh Staf MPO untuk dikerjakan Staf
Warehouse (Material Handling). Material dipersiapkan oleh departemen MH
(Warehouse) sesuai dokumen permintaan material, selanjutnya diperiksa
kebeneran identitas material oleh Staf MPO dan menyerahkan material ke
departemen Produksi (fabrication). Produk diproduksi oleh departemen Produksi.
Setelah selesai melakukan proses produksi produk diserahkan kepada departemen
QHSE untuk dilakukan pengecekkan produk dengan standar kualitas yang
ditetapkan. Produk yang telah sesuai dengan standar akan disimpan di gudang dan
siap dilakukan pengiriman kepada tangan pelanggan oleh departemen Material
Handling (MH).
Tujuh departemen lainnya memiliki wewenang sebagai pendukung
departemen, dimana memiliki peranan yang sama pentingnya dengan departemen
yang termasuk dalam proses utama produksi. Departemen Human Capital
Management (HCM) berperan mengelola ketersediaan sumber daya manusia
(SDM) melalui proses perekrutan dan peningkatan kualitas SDM melalui training.
Departemen Process optimization berperan dalam mengupayakan peningkatan
proses berkelanjutan untuk mencapai proses produksi yang semakin efisien, efektif,
dan optimal. Departemen IT memberikan jasa untuk melayani seluruh saluran IT
dan server di PT.X untuk menjamin konektivitas antar departemen dalam proses
produksi tidak terganggu. Departemen Engineering memiliki tugas untuk
memastikan produk sesuai dengan standar kualitas fungsi yang ditetapkan kantor
pusat, dan bertugas untuk memberikan solusi terhadap ketidaksesuaian hasil
produksi dengan standar. Departemen Facility Management (FM) bertugas untuk
menjaga dan merawat mesin dan teknologi yang digunakan dalam proses produksi
maupun menyediakan parts yang dibutuhkan oleh seluruh departemen pada PT. X.
Departemen Procurement merupakan departemen pendukung yang cukup penting
30 Universitas Kristen Petra
karena berhubungan dengan proses melakukan pemesanan dan pembelian material
dan spare parts mesin. Departemen Procurement menjamin pemesanan material
dapat terlaksana baik dan tepat waktu. Departemen Finance memiliki tanggung
jawab untuk mengelola aliran dana keluar dan masuk untuk keberlangsungan
seluruh aktivitas di PT.X.
PT.X dalam perkembangannya memiliki tujuan untuk terus menerapkan
Continuous Improvement dengan dukungan teknologi yang memadai. Pemetaaan
kondisi perusahaan yang ada sekarang diperlukan untuk mengetahui kesiapan
perusahaan dalam penerapan Industri 4.0 sekaligus digunakan sebagai metode
perancangan Industri 4.0.
4.1.1 Penilaian Evaluasi Aktivitas Departemen
Delapan aplikasi Industri 4.0 yang telah dijelaskan sebelumnya pada bab
2 mampu menunjukkan sebuah proses telah tergolong ke dalam standar industri 4.0.
Delapan aplikasi Industri 4.0 digunakan sebagai kriteria penentu seluruh aktivitas
dari seluruh departemen yang dimiliki oleh PT. X. Delapan aplikasi yang digunakan
sebagai kriteria untuk mengevaluasi proses-proses terkecil dari sebuah aktivitas,
yang nantinya tergolong ke dalam dua kategori, yaitu “Already implemented
Industry 4.0” dan “industry 4.0 few or not yet implemented”. Penilaian proses
berdasarkan delapan aplikasi industri 4.0 tersebut diperoleh dari hasil wawancara
dan pengamatan langsung serta media yang digunakan dalam pelaksanaan proses
aktivitas. Total proses yang tergolong ke dalam kategori “Already implemented
Industry 4.0” akan dibagi dengan jumlah proses yang ada dalam aktivitas
departemen tersebut untuk memperoleh persentase keseluruhan proses dalam
aktivitas tersebut. Contoh penilaian evaluasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel
4.1. Persentase keseluruhan proses yang terkategori dalam “Already implemented
Industry 4.0” kemudian akan dikategorikan kembali untuk penentuan penilaian
evaluasi aktivitas tersebut. Tiga kategori yang digunakan untuk penilaian meliputi:
Largely Implemented Industry 4.0
Kategori ini menyatakan sebagian besar proses-proses yang terdapat dalam suatu
aktivitas telah sesuai standar Industri 4.0. Kategori ini memiliki rentang nilai di
atas atau minimal 80 persen penilaian seluruh proses dalam suatu aktivitas.
31 Universitas Kristen Petra
Partially Implemented Industry 4.0
Kategori ini menyatakan hanya sebagian dari proses-proses yang terdapat dalam
suatu aktivitas telah sesuai standar Industri 4.0 dan sisanya masih belum sesuai
dengan standar Industri 4.0. Kategori ini memiliki rentang nilai antara 40 persen
hingga di bawah 80 persen penilaian seluruh proses dalam suatu aktivitas.
Few Implemented Industry 4.0
Kategori ini menyatakan hanya sebagian kecil atau tidak ada dari proses-proses
yang terdapat dalam suatu aktivitas telah sesuai standar Industri 4.0. Kategori ini
memiliki rentang nilai di bawah 40 persen penilaian seluruh proses dalam suatu
aktivitas.
Contoh penilaian aktivitas dapat dilihat pada Tabel 4.2 yang menunjukkan
contoh penilaian aktivitas pengajuan cuti di departemen HCM. Langkah
selanjutnya adalah melakukan penilaian terhadap keseluruhan aktivitas yang telah
di lakukan penelitian dari suatu departemen. Penilaian evaluasi departemen secara
keseluruhan dilakukan dengan perhitungan jumlah keseluruhan proses yang
tergolong dalam “Already implemented Industry 4.0” dengan jumlah proses dari
keseluruhan aktivitas. Kategori dan rentang nilai yang digunakan sama seperti
penilaian aktivitas yaitu terdapat 3 kategori meliputi Largely Implemented Industry
4.0, Partially Implemented Industry 4.0, Few Implemented Industry 4.0. Contoh
hasil penilaian evaluasi departemen secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar
4.2 yang menunjukkan contoh penilaian evaluasi departemen HCM.
Berikut bisnis proses yang menggambarkan departemen-departemen yang
dimiliki perusahaan yang telah dan belum terkategorikan memenuhi standar
Industri 4.0.
32 Universitas Kristen Petra
Gambar 4. 2 Bisnis Proses Kesiapan Industri 4.0
Gambar 4.2 di atas menunjukkan bisnis proses di setiap departemen yang
terdapat pada PT. X. Terdapat 11 departemen yang dimiliki oleh perusahan PT.X
yaitu, Process optimization (PO), PPIC (MPO), Quality Health Safety
Environtment (QHSE), Human Resource Development (HCM), Produksi
(fabrication), Facility Management (FM), IT, Material Handling (MH),
Procurement, Engineering, dan Finance. Departemen yang terkategori “Largely
Implemented Industry 4.0” terdapat 3 departemen yang diberi warna biru,
departemen yang masih terkategori “Partially Implemented Industry 4.0” terdapat
4 departemen dengan warna kuning, dan departemen yang terkategori “Few
Implemented Industry 4.0” terdapat 5 departemen dengan warna merah.
Penilaian kriteria penggolongan penerapan Industri 4.0 dilakukan secara
bertahap mulai dari langkah-langkah masing-masing aktivitas dalam setiap
departemen, penilaian aktivitas keseluruhan dalam departemen, hingga
penggolongan kriteria kesiapan departemen telah, sebagian, maupun belum
menerapkan industri 4.0. berikut.
33 Universitas Kristen Petra
Tabel 4. 1 Evaluasi Langkah Proses Aktivitas Pengajuan Cuti Dept. HCM
Proses Yang dilakukan
1 2 3 4
All
Employee
Menginformasikan
permohonan
pengambilan ijin
cuti tahunan
kepada admin
pengajuan cuti di
dept. Masing-
masing.
All Admin
AX each
dept.
Mengisi
form
pengajuan
cuti di
Sistem ERP
(AX)
All
Manager
Melakukan
persetujuan
pengambilan cuti
pegawai
HCM
Memeriksa dan
memantau proses
pengambilan cuti
tahunan (rekap
cuti tahunan),
mengkontrol jika
ada pengajuan cuti
yang belum
dilakukan
persetujuan oleh
atasan
Media -
Software
AX Software AX software AX
Kriteria
Evaluasi
Indstri
4.0
Aplikasi
Intelligent
Transport
X
(pengiriman
informasi
dilakukan masih
dengan manual
tatap langsung) - - -
Human
Movement
Optimisation
X
(Informasi harus
disampaikan
secara langsung)
V
(Penggunaan
Software
ERP (AX))
V
(Persetujuan
dilakukan secara
digital di software
ERP (AX))
V
(Pemeriksaan
dilakuan dengan
hanya membuka
Software ERP
(AX))
Real time work
visualisation
-
V
(Dapat
diketahui
secara real-
time oleh
manajer dan
departemen
HCM)
V
(Persetujuan
dilakukan secara
digital di software
ERP (AX))
V
(Data real-time
dapat diketahui
masing-masing
karyawan dan
departemen HCM)
- - - -
Collaborative
work -
V
(Tersimpan
data cuti
dalam server
HCM)
V
(Data tersimpan
dalam server milik
HCM)
V
(Data tersimpan
dalam server milik
HCM)
Big data
analytics -
- - -
Smart
manufacturing -
- - -
Digital factory - - - -
Smart products
Menginformasikan
permohonan
pengambilan ijin
cuti tahunan
kepada admin
pengajuan cuti di
dept. Masing-
masing.
34 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.1 Evaluasi Langkah Proses Aktivitas Pengajuan Cuti Dept. HCM
(Lanjutan)
Methods
Standardisation:
Standard operasi prosedur telah diterapkan di kalangan pegawai untuk proses meninggalkan
pekerjaan training pegawai
Real time Work Data Visualisation: masih belum karena proses dalam aktivitas ijin meninggalkan
perusahaan user harus mengisi form kertas meninggalkan kerja,menulis surat pernyataan sakit,
memperoleh persetujuan (TTD) manajer, menyerahkan surat ijin kepada HCM, memberikan surat
ijin pada security
System Nodes HCM
Object
Technology
Komputer, Internet (Wifi router):
Object technology proses administrasi telah tersedia
Software
Technology Microsoft Axapta (ERP), Internet (Wifi)
Tabel di atas menunjukkan contoh cara evaluasi masing-masing proses
dalam aktivitas perijinan cuti di dept. HCM untuk seluruh karyawan PT.X.
Aktivitas perijinan cuti untuk karyawan terdapat empat langkah proses dan
keseluruhannya di evaluasi dengan delapan kriteria aplikasi Industri 4.0. Delapan
kriteria tersebut meliputi intelligent transport, human movement optimization, real
time work visualisation, collaborative work, big data analytics, smart
manufacturing, digital factory, smart products. Empat langkah proses dalam
aktivitas pengajuan cuti, terdapat 3 proses yang telah sesuai standar industri 4.0
karena telah menggunakan sistem ERP untuk perijinan secara online tanpa
menggunakan kertas dan manual. Ketiga proses yang telah sesuai standar diberi
tanda warna biru yang artinya terkategori dalam “Already implemented Industry
4.0”
Langkah berikutnya dalam mengevaluasi aktivitas tersebut telah
terkategori dalam industri 4.0 atau belum dilakukan evaluasi secara keseluruhan.
Evaluasi dilakukan dengan hasil persentase yang dihasilkan dari perbandingan
jumlah proses yang masih belum menerapkan industri 4.0 dengan yang telah
menerapkannya. Berikut tabel evaluasi aktivitas dapat dilihat pada Tabel 4.2
35 Universitas Kristen Petra
Tabel 4. 2 Evaluasi Aktivitas Perijinan Cuti Dept. HCM
8 kriteria Aplikasi
Industry 4.0
Jumlah
Step
Proses
PENILAIAN
Rentang
Kriteria
Penilaian
Kesimpulan
NOTES
INDIKATOR
WARNA
AKTIVITAS
Already
implemented
Industry 4.0
Industry 4.0
Few or not
yet
implemented Largely
Implemented
Industry 4.0
→ X ≥ 80%
Partially
Implemented
Industry 4.0
→ 40% ≤ X
< 80%
Few
Implemented
→ X < 40%
Departemen
HCM
Proses
Aktivitas
Pengajuan Ijin
Cuti = Partially
Implemented
(40% ≤
X=75% <
80%)
- Intelligent
Transport
- Human Movement
Optimisation
- Real time work
visualisation
- Collaborative
work
- Big data analytics
- Smart
manufacturing
- Digital factory
- Smart products
4 step
proses
3 1
75,00% 25,00%
Tabel 4.2 menunjukkan tabel untuk melakukan penilaian evaluasi untuk
aktivitas dari sebuah departemen. Terdapat 3 kriteria penggolongan yaitu Fully
Implemented dengan nilai ≥ 80%, Partially Implemented dengan nilai dalam
rentang 40% ≤ X < 80%, dan Few Implemented dengan nilai ≤ 40%. Aktivitas
perijinan cuti untuk karyawan PT. X yang ditangani oleh Dept. HCM termasuk
dalam kriteria Partially Implemented karena memiliki nilai 75% (40% ≤ X=75% ≤
80%). Nilai 75% didapatkan dari jumlah proses yang telah memenuhi kriteria
industri 4.0 dibagi dengan total keseluruhan proses dalam suatu aktivitas (3
4=
0,75𝑥100% = 75%).
Langkah berikutnya adalah melakukan penilaian keseluruhan aktivitas
yang dimiliki oleh suatu departemen terkait yang dievaluasi. Evaluasi ini bertujuan
menentukan kesiapan industri 4.0 di departemen tersebut dan sebagai acuan untuk
menggambarkan bisnis model status penerapan industri 4.0 di PT.X.
Berikut evaluasi departemen HCM untuk keempat aktivitas yang dimiliki.
36 Universitas Kristen Petra
Gambar 4. 3 Evaluasi Departemen HCM
Gambar 4.3 menunjukkan evaluasi departemen HCM yang digambarkan
seperti diagram pohon. Diagram pohon memiliki 3 kolom yaitu departemen, nama
aktivitas, serta langkah proses yang memiliki penjelasan nilai evaluasi pada langkah
proses. Gambar 4.3 menunjukkan terdapat 2 aktivitas yang masih belum
menerapkan atau Few Implemented industri 4.0 dari hasil nilai evaluasi, 1 aktivitas
yang tergolong partially implemented, dan 1 aktivitas yang tergolong Fully
Implemented. Nilai dept. HCM menunjukkan Partially Implemented, kategori ini
diperoleh dari menjumlahkan seluruh step proses dari keempat aktivitas yang
tergolong fully implemented dan membaginya dengan jumlah seluruh step proses
dari keempat aktivitas dari departemen HCM. Contoh perhitungan untuk evaluasi
keseluruhan dalam satu departemen adalah:
14
18+
3
4+
4
16=
21
38= 0,5526 = 55,26%
Range Partially Implemented yang ditetapkan yaitu untuk kisaran nilai evaluasi dari
40% ≤ X ≤ 80%, sehingga departemen HCM termasuk dalam kategori Partially
Implemented.
Penilaian kriteria evaluasi dilakukan terhadap seluruh departemen yang
terdapat di PT.X untuk mengetahui kondisi kesiapan perusahaan menuju Industry
4.0. Hasil dari evaluasi yang dilakukan pada tiap departemen menunjukkan hanya
53 proses produksi dari total 256 proses telah terkategorikan ”fully implemented
industry 4.0”. Hasil dari evaluasi juga menunjukkan hanya 113 proses administrasi
dari 215 proses proses telah terkategorikan ”fully implemented industry 4.0”.
37 Universitas Kristen Petra
Penilaian kriteria masing-masing departemen selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Berdasarkan hasil penilaian aktivitas, yang termasuk dalam aktivitas
proses produksi masih minim implementasi aplikasi industri 4.0, yaitu hanya
berjumlah 53 proses dari 256 proses yang telah terimplementasi industri 4.0.
Aktivitas proses produksi terdiri berbagai departemen yang saling bekerja sama
untuk menjalankan proses pembuatan produk, meliputi departemen MPO, MH,
QHSE, dan fabrication. Penelitian dan perbaikan proses akan dilakukan hanya di
departemen MPO dan MH di dalam aktivitas produksi. Tahap awal yang perlu
dilakukan adalah melakukan pemetaan permasalahan yang terjadi selama proses
produksi.
4.2 Pemetaan Permasalahan Departemen MPO dan MH Selama Proses
Produksi
Aktivitas produksi di PT. X masih tergolong dalam kategori few
implemented dari kriteria Industri 4.0. Proses Aktivitas di lantai produksi
melibatkan seluruh departemen, dengan departemen utamanya meliputi MPO, MH,
Produksi, dan QC. Aktivitas di lantai produksi baik proses produksi maupun proses
administrasi masih dilakukan secara manual dan tidak efektif dilakukan.
Permasalahan sering terjadi di lantai produksi menyangkut administrasi maupun
produksi. Produk yang dihasilkan oleh PT. X terbagi ke dalam beberapa segmen
produksi, yaitu:
Segmen 1160
Segmen 1170
Segmen 1180
Segmen 1658
Segmen 2215 & 2216
Segmen 3000 Series
Segmen 201
Segmen 4120 & 9510 (AeroSpace)
Socket 81+
System Solutions
38 Universitas Kristen Petra
Deckel
Terdapat 11 segmen Produk yang menghasilkan produk berbeda. Setiap
segmen produksi memiliki beberapa tipe produk di dalamnya tergantung pada besar
nilai kekuatan arus yang dikerjakan. Segmen produksi secara keseluruhan memiliki
prosedur yang sama dalam proses produksi, dimulai dari adanya order (Purchase
Order) dari kantor pusat (konsumen) hingga siap diekspor ke pihak konsumen.
Pemetaan proses produksi dilakukan pada salah satu segmen produksi yaitu pada
segmen 2215-2216 dilakukan dengan cara melakukan observasi langsung dan dari
hasil wawancara dengan kepala produksi. Pemetaan proses produksi pada segmen
2215-2216 dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut.
Gambar 4. 4 Alur Proses Produksi Segmen 2215-2216
Gambar 4.4 di atas menunjukkan alur proses produksi mulai dari
Departemen PPC (MPO) melakukan proses request material hingga selesai
produksi untuk disimpan di gudang perusahaan. Proses produksi terdiri dari 2
produk yaitu produk setengah jadi atau baugruppe (BG) dan juga produk jadi
(Finished good). Perlakuan untuk proses produksi barang setengah jadi (BG) sama
dengan proses FG, dimulai dari permintaan material untuk produksi, dan disimpan
di gudang beserta dilakukan proses pengubahan status produksi “closed”. Hasil
pemetaan bertujuan untuk menemukan permasalahan yang terjadi di proses
39 Universitas Kristen Petra
produksi. Permasalahan yang timbul selama proses produksi terbagi menjadi dua
tipe aktivitas, yaitu aktivitas administrasi dan aktivitas berkaitan proses produksi.
Permasalahan yang terjadi dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4. 3 Permasalahan yang Pernah Terjadi Selama Aktivitas Produksi
Aktivitas Proses Tipe Aktivitas Permasalahan
Request material (BG)
(PPC& Warehouse) Administrasi
Memberikan request material
untuk awal produksi atau
kekurangan material ditengah
produksi dengan menuju e
belakang.
Operator Warehouse harus
melakukan posting di sistem
ERP untuk pengambilan
material di akhir dari
keseluruhan pengambilan
material satu nomor produksi.
Jika material di kondisi nyata
tidak cukup dan tidak sesuai
dengan yang disistem maka
operator harus mengganti
nomor batch dan lokasi material
dengan kembali ke kantor.
Pick Material
Administrasi
Tidak ada notifikasi untuk
operator PPC mengambil
material bahwa material sudah
di ambil oleh pihak gudang.
Produksi Mengambil material manual ke
Warehouse.
40 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.3 Permasalahan Yang Pernah Terjadi Selama Aktivitas Produksi
(lanjutan)
Aktivitas Proses Tipe Aktivitas Permasalahan
Pengiriman BG dan FG
ke Warehouse Proses produksi
Manual mengirim BG dan FG
untuk disimpan di gudang
dengan berjalan kaki membawa
BG atau FG.
Mencari rak kosong
untuk menyimpan BG
dan FG
Administrasi dan
Proses produksi
Harus mencari ke langsung ke
gudang rak yang kosong,
memindah barang FG atau BG
untuk diringkaskan tempatnya,
dan penulisan lokasi
penyimpanan, serta posting di
Software ERP lokasi
penyimpanan.
Tabel 4.3 di atas menunjukkan aktivitas proses produksi beserta
permasalahan yang dihadapi. Aktivitas administrasi menjadi permasalahan di
sebagian besar proses produksi. Proses penyerahan dokumen, penulisan dokumen
dan proses kontrol dan monitor produksi masih dilakukan dengan cara manual.
Permasalahan ini tidak sesuai dengan pengaplikasian Industri 4.0 sehingga dari
permasalahan ini diketahui perbedaan atau gap dari era Industri yang lama dengan
era Industri yang ingin diterapkan.
4.2.1 Permasalahan area PPIC dan Warehouse Sebelum Proses Produksi
Aktivitas sebelum proses produksi berlangsung meliputi aktivitas
persiapan material yang dilakukan oleh Dept. PPC dan Dept. Material Handling
(Warehouse). Aktivitas persiapan material memiliki sub aktivitas yang dapat di
tingkatkan untuk menghilangkan gap dan mencapai revolusi industri keempat,
dimana gap dapat terlihat dari permasalahan yang muncul. Terdapat dua aktivitas
dalam proses persiapan material di area departemen PPC dan Warehouse sebelum
41 Universitas Kristen Petra
proses produksi berlangsung yaitu proses request material yang dilakukan PPC dan
proses penyiapan material oleh Warehouse.
4.2.1.1 Request material
Proses request material dilakukan oleh semua segmen untuk memberikan
material yang dibutuhkan oleh bagian produksi untuk melakukan proses produksi.
Departemen PPC (MPO) yang bertugas untuk mempersiapkan material untuk
proses produksi sesuai dengan Bill of Material untuk masing-masing tipe yang
diproduksi.
Proses request material terbagi menjadi 4 jenis tipe permintaan yaitu
meliputi:
Picking
Picking merupakan tipe permintaan material yang dilakukan oleh PPC
sebelum proses produksi berjalan untuk segmen produksi yang belum menerapkan
sistem kanban. Berikut proses permintaan material tipe Picking.
42 Universitas Kristen Petra
Gambar 4. 5 Proses Awal Pembuatan Jurnal Picking List
43 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.5 di atas menunjukkan aliran proses dari aktivitas request
material tipe Picking. Proses dimulai dari PO konsumen hingga material siap
digunakan produksi untuk memproduksi pesanan konsumen. Staf PPC harus
memberikan form jurnal permintaan material secara langsung bertatap muka
dengan operator Warehouse di kantor Warehouse. Staf PPC membuat form list
nomor PRD yang akan diproduksi beserta item number yang mengindikan jenis
material yang perlu dipersiapkan operator Warehouse. Pembuatan jurnal Picking
list dan pengiriman dokumen membutuhkan waktu yang dapat lebih diefektifkan.
Tabel 4. 4 Data Estimasi Waktu Proses Request material tipe Picking
Estimasi
Waktu
Proses
Aktivitas
Melihat
rencana
Produksi
(detik)
Membuat
New
Picking
(detik)
Melakukan
autobatch
number
pemilihan
material
(detik)
Membuat
Request List
Material
(detik)
(detik)
Memberikan
form request
list ke
Warehouse
(detik)
±22 ±22 ±77 ±112 ±51 ±115
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap keseluruhan elemen proses yang
terjadi pada aktivitas pembuatan dokumen picking pada periode minggu ke-11
diperoleh data waktu untuk masing-masing elemen proses. Elemen proses pertama
yaitu melihat rencana produksi memiliki waktu sebesar ±22 detik. Elemen proses
kedua yaitu pembuatan dokumen “new Picking” membutuhkan waktu sebesar ±22
detik. Elemen proses ketiga yaitu melakukan pemilihan material beserta nomor
batch membutuhkan rata-rata waktu sebesar ±77 detik. Elemen proses keempat
yaitu pembuatan form request material membutuhkan waktu sebesar ±112 detik.
Elemen proses kelima print form permintaan membutuhkan waktu sebesar ±51
detik. Elemen proses terakhir adalah memberikan form kepada Warehouse yang
membutuhkan waktu sebesar ±115 detik.
Data waktu tersebut merupakan data urutan proses dan waktu yang
dibutuhkan Staf PPC untuk melakukan proses pembuatan dokumen hingga
pengiriman dokumen ke staf Warehouse. Waktu yang dibutuhkan dalam
pengiriman dokumen dalam satu hari bervariasi. Berikut data frekuensi pembuatan
dan pengiriman dokumen periode bulan Januari 2018 hingga bulan Februari 2019.
44 Universitas Kristen Petra
Tabel 4. 5 Frekuensi Pembuatan dan Pengiriman Dokumen (picking) Material
Segmen Jumlah
Dokumen
Rata-Rata
(per hari)
3000S 286 0,78 ≈ 1
201 251 0,68 ≈ 1
1160 0 0
1170 217 0,59 ≈ 1
2215,2216 230 0,63 ≈ 1
1180 0 0
9510 & 4120 176 0,48 ≈ 1
1658 247 0,67 ≈ 1
Total 1407 6
Tabel di atas menunjukkan tabel data frekuensi pembuatan dan pengiriman
dokumen material yang diperoleh dari rekap 14 bulan. Total dokumen permintaan
material Picking sebanyak 1407 buah atau rata-rata per hari total dokumen Picking
yang harus dibuat sebanyak 6 buah. Rata-rata total waktu yang dibutuhkan staf PPC
dalam membuat dan mengirim dokumen tipe picking adalah 39,91 menit per hari.
Movement
Movement merupakan tipe permintaan material yang memiliki peran
sebagai material tambahan yang diperlukan untuk proses produksi. Tipe
permintaan Movement sendiri dibagi menjadi berbagai macam jenis di dalamnya,
namun ada dua jenis Movement yang selalu dilakukan dan berkaitan untuk
berjalannya proses produksi yaitu ISI dan IPI. ISI adalah Movement untuk material
pendukung seperti cat untuk proses tampo print, barcode label, dsb. IPI merupakan
jenis Movement untuk material pembentuk packaging atau pengemas produk,
contohnya seperti kardus pengemas, busa untuk alas produk di dalam kardus, dan
sebagainya.
Pencetakkan dokumen movement dilakukan sebanyak dua kali untuk satu
kali proses permintaan material. Rangkap pertama dilakukan untuk proses
pengambilan material, sedangkan rangkap kedua digunakan oleh operator untuk
melakukan posting di sistem ERP. Berikut urutan proses pembuatan dokumen
movement.
45 Universitas Kristen Petra
Gambar 4. 6 Proses Awal Pembuatan Jurnal Movement
Gambar 4.6 di atas menunjukkan aliran proses pembuatan dokumen
request material tipe Movement. Proses dimulai dari permintaan material dari
produksi hingga material siap digunakan produksi untuk memproduksi pesanan
konsumen. Berikut data waktu yang diperlukan untuk melakukan proses dalam
aktivitas pembuatan jurnal Movement.
46 Universitas Kristen Petra
Tabel 4. 6 Data Estimasi Waktu Proses Request material tipe Movement
Estimasi
Waktu
Proses
Aktivitas
Produksi
memberi
kan
perminta
an lisan
kepada
PPIC (detik)
Membuat
Jurnal
Movement
di
Software
AX (detik)
Mengisi
nama item,
mengisi
batch
number, dan
jumlah
material yang diambil
(detik)
Print Jurnal
(detik)
Stampel + tanda tangan
(detik)
Memberikan
form ke
gudang
(detik)
±8 ±18 ±37 ±43 ±18 ±119
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap keseluruhan elemen proses yang
terjadi pada aktivitas pembuatan dokumen Movement pada periode minggu ke-11
diperoleh data waktu untuk masing-masing elemen proses. Elemen proses pertama
yaitu memberikan permintaan secara lisan kepada PPIC, memiliki waktu sebesar
±8 detik. Elemen proses kedua membuat jurnal Movement di Software ERP
membutuhkan waktu sebesar ±18 detik. Elemen proses ketiga pengisian item dan
pemilihan nomor batch di software AX membutuhkan waktu sebesar ±37 detik.
Elemen proses keempat print form jurnal Movement material membutuhkan waktu
sebesar ±43 detik. Elemen proses kelima adalah stampel dan tanda tangan request
material Movement yang membutuhkanwaktu sebesar ±18 detik. Elemen proses
terakhir adalah memberikan form kepada Warehouse yang membutuhkan waktu
sebesar ±119 sekon.
Data waktu tersebut merupakan data urutan proses dan waktu yang
dibutuhkan Staf PPC untuk melakukan proses pembuatan dokumen hingga
pengiriman dokumen ke staf Warehouse. Waktu yang dibutuhkan dalam
pengiriman dokumen dalam satu hari bervariasi. Berikut data frekuensi pembuatan
dan pengiriman dokumen periode bulan Januari 2018 hingga bulan Februari 2019.
Tabel 4. 7 Frekuensi Pembuatan dan Pengiriman Dokumen (movement) Material
Segmen Jumlah
Dokumen
Rata-Rata
(per hari)
3000S 147 0,41 ≈ 1
201 136 0,37 ≈ 1
1160 285 0,78 ≈ 1
1170 54 0,14 ≈ 1
47 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.7 Frekuensi Pembuatan dan Pengiriman Dokumen (movement) Material
(lanjutan)
Segmen Jumlah
Dokumen
Rata-Rata
(per hari)
2215,2216 221 0,61 ≈ 1
1180 177 0,48 ≈ 1
9510 & 4120 251 0,68 ≈ 1
1658 163 0,44 ≈ 1
Total 1434 8
Tabel di atas menunjukkan tabel data frekuensi pembuatan dan pengiriman
dokumen material yang diperoleh dari rekap 14 bulan. Total dokumen
permintaan material Transfer sebanyak 1434 buah atau rata-rata per hari total
dokumen Movement yang harus dibuat sebanyak 8 buah. Rata-rata total waktu
yang dibutuhkan staf PPC dalam membuat dan mengirim dokumen adalah 32,19
menit per hari.
Transfer
Tipe request material Transfer adalah untuk permintaan material dalam
jumlah yang besar dan juga menjadi request material utama untuk produksi khusus
untuk segmen yang telah menjalankan sistem kanban. Segmen yang telah
menerapkan sistem kanban meliputi segmen 1180,1160,1170 (semi-kanban), 1658
(semi-kanban), 201 (semi-kanban). Material yang di Transfer kepada segmen non
kanban hanya untuk material yang harus diambil satu nomor batch besar sehingga
harus disimpan di lokasi masing-masing segmen.
Gambar 4.7 menunjukkan aliran proses dari aktivitas request material tipe
Transfer. Proses dimulai dari sales order yang diterima oleh bagian Order
Handling (MPO), kemudian PPC lapangan memeriksa ketersediaan material di
kanban di area produksi, hingga berakhir pada penyiapan material untuk siap
digunakan produksi untuk memproduksi pesanan konsumen. Staf PPC melakukan
beberapa langkah proses untuk melakukan pembuatan jurnal Transfer material
mulai melakukan pembuatan jurnal Transfer baru di sistem ERP, print out jurnal
permintaan hingga menyerahkan jurnal ke kantor Warehouse. Berikut wujud jurnal
Transfer yang diberikan langsung oleh Staf PPC kepada operator Warehouse.
Pembuatan jurnal Transfer membutuhkan waktu yang dapat lebih diefektifkan.
48 Universitas Kristen Petra
Berikut data waktu yang diperlukan untuk melakukan proses dalam aktivitas
pembuatan jurnal Transfer.
Gambar 4. 7 Proses Awal Pembuatan Jurnal Transfer
49 Universitas Kristen Petra
Tabel 4. 8 Data Estimasi Waktu Proses Request material tipe Transfer
Estimasi
Waktu Proses
Aktivitas
Melihat Kanban
(memeriksa
quantity
ketersedian
material untuk
produksi)
(detik)
Membuat Jurnal
Transfer di Software
AX
(memilih new jurnal dan tipe Transfer
(RECTRF)
(detik)
Mengisi
nama item,
pemindahan
lokasi
gudang ke
area ppc dan
mengisi batch number
material, dan
jumlah
material
(detik)
Print Jurnal
(detik)
Stampel + tanda tangan
(detik)
Memberikan
form ke
gudang
(detik)
±54 ±19 ±48 ±49 ±16 ±124
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap keseluruhan elemen proses yang
terjadi pada aktivitas pembuatan dokumen Transfer pada periode minggu ke-11
diperoleh data waktu untuk masing-masing elemen proses. Elemen proses pertama
yaitu Staf PPC memeriksa Kanban yang memiliki waktu sebesar ±54 detik.
Aktivitas membuat jurnal Transfer di Software ERP membutuhkan rata-rata waktu
sebesar ±19 detik. Elemen proses kedua pengisian item dan pemilihan nomor batch
di software AX membutuhkan waktu sebesar ±48 detik. Elemen proses ketiga print
form jurnal Transfer material membutuhkan waktu sebesar ±49 detik. Elemen
proses keempat selanjutnya adalah stampel dan tanda tangan request material
Transfer yang membutuhkan waktu sebesar ±16 detik. Elemen proses terakhir
adalah memberikan form kepada Warehouse yang membutuhkan rata-rata waktu
sebesar ±124 detik.
Data waktu tersebut merupakan data urutan proses dan waktu yang
dibutuhkan Staf PPC untuk melakukan proses pembuatan dokumen hingga
pengiriman dokumen ke staf Warehouse. Waktu yang dibutuhkan dalam
pengiriman dokumen dalam satu hari bervariasi. Berikut data frekuensi pembuatan
dan pengiriman dokumen periode bulan Januari 2018 hingga bulan Februari 2019.
Tabel 4. 9 Frekuensi Pembuatan dan Pengiriman Dokumen (transfer) Material
Segmen Jumlah
Dokumen
Rata-Rata
(per hari)
3000S 113 0,31 ≈ 1
201 155 0,42 ≈ 1
50 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.9 Frekuensi Pembuatan dan Pengiriman Dokumen (transfer) Material
Segmen Jumlah
Dokumen
Rata-Rata
(per hari)
1160 358 0,98 ≈ 1
1170 503 1,38 ≈ 2
2215,2216 155 0,42 ≈ 1
1180 502 1,37 ≈ 2
9510 & 4120 1670 4,58 ≈ 5
1658 397 1,09 ≈ 2
Total 3853 15
Tabel di atas menunjukkan tabel data frekuensi pembuatan dan pengiriman
dokumen material yang diperoleh dari rekap 14 bulan. Total dokumen permintaan
material Transfer sebanyak 3853 buah atau rata-rata per hari total dokumen
Transfer yang harus dibuat sebanyak 15 buah. Rata-rata total waktu yang
dibutuhkan staf PPC dalam membuat dan mengirim dokumen adalah 77,51 menit
per hari.
Addpick
Addpick merupakan proses permintaan material yang dilakukan ketika material
yang telah di persiapkan di awal produksi mengalami jumlah yang kurang sesuai
dengan target unit yang diproduksi. Proses Addpick terbagi ke dalam 4 jenis,
yaitu meliputi:
Addpick : Jenis Addpick merupakan Addpick material karena jumlah material
kurang yang dari awal selama persiapan material memang kurang.
Addpick A: Jenis Addpick yang merupakan Addpick material karena reject
material, karena dalam proses pengecekan oleh qc dan PPC atau selama
produksi operator produksi menemukan cacat material.
Addpick B: Jenis Addpick yang merupakan Addpick material karena reject
proses, dimana terjadi ketika proses produksi berlangsung karena kesalahan
proses pengerjaan oleh operator atau mesin.
Addpick G: Jenis Addpick yang merupakan Addpick material karena sengaja
di rusak oleh departemen. QC untuk di lakukan uji. Material yang biasanya
di lakukan uji untuk sengaja di rusak adalah material dengan proses rivet
untuk mengetahui kekuatan rivet.
51 Universitas Kristen Petra
Gambar 4. 8 Proses Awal Pembuatan Jurnal Addpick
52 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.8 di atas menunjukkan aliran proses dari aktivitas request
material tipe Addpick. Proses dimulai dari operator produksi membuat kitir Addpick
material hingga penyiapan material untuk siap digunakan produksi. Staf PPC harus
memberikan jurnal Addpick secara langsung bertatap muka dengan operator
Warehouse di kantor Warehouse. Staf PPC melakukan beberapa langkah proses
untuk melakukan aktivitas Addpick mulai melakukan pick material dari sistem
ERP, print out jurnal permintaan hingga menyerahkan jurnal ke kantor Warehouse.
Pembuatan jurnal Addpick membutuhkan waktu yang dapat lebih diefektifkan.
Berikut data waktu yang diperlukan untuk melakukan proses dalam aktivitas
pembuatan jurnal Addpick.
Tabel 4. 10 Data Estimasi Waktu Proses Request material tipe addpick
Estimasi Waktu
Proses
Aktivitas
Operator
produksi
menulis kitir
Addpick
dan
memberi
kan ke
PPC
(detik)
Mencari
no.PRD dan new
pick
list(di
AX)
(detik)
Memasukkan Item number
& quantity
(di AX)
(detik)
Print Jurnal
Add Pick
(detik)
Tanda
Tangan
(detik)
Memberikan
dokumen ke
gudang
(detik)
±15 ±14 ±38 ±55 ±8 ±106
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap keseluruhan elemen proses yang
terjadi pada aktivitas pembuatan dokumen addpick pada periode minggu ke-11
diperoleh data waktu untuk masing-masing elemen proses. Elemen proses pertama
dilakukan oleh operator produksi menulis kitir Addpick dan memberikan kitir
kepada PPC, aktivitas ini membutuhkan rata-rata waktu sebesar ±15 detik. Elemen
proses kedua pembuatan jurnal Addpick dimulai dengan pencarian nomor produksi
di sistem ERP, aktivitas ini membutuhkan rata-rata waktu sebesar ±14 detik.
Elemen proses ketiga pengisian nomor item dan pemilihan nomor batch di software
AX membutuhkan waktu sebesar ±38 detik. Elemen proses keempat print form
jurnal Addpick material membutuhkan waktu sebesar ±55 detik. Elemen Proses
kelima selanjutnya adalah menanda tangani request material Addpick yang
membutuhkan rata-rata waktu sebesar ±8 detik. Elemen proses terakhir adalah
53 Universitas Kristen Petra
memberikan form kepada Warehouse yang membutuhkan rata-rata waktu sebesar
±106 detik.
Data waktu tersebut merupakan data urutan proses dan waktu yang
dibutuhkan Staf PPC untuk melakukan proses pembuatan dokumen hingga
pengiriman dokumen ke staf Warehouse. Waktu yang dibutuhkan dalam
pengiriman dokumen dalam satu hari bervariasi. Berikut data frekuensi pembuatan
dan pengiriman dokumen periode bulan Januari 2018 hingga bulan Februari 2019.
Tabel 4. 11 Frekuensi Pembuatan dan Pengiriman Dokumen (addpick) Material
Segmen Jumlah
Dokumen
Rata-Rata
(per hari)
3000S 2998 8,23 ≈ 9
201 1171 3,21 ≈ 4
1160 0 0
1170 0 0
2215,2216 2179 5,98 ≈ 6
1180 0 0
9510 & 4120 4611 12,67 ≈ 13
1658 1782 4,89 ≈ 5
Total 12741 37
Tabel di atas menunjukkan tabel data frekuensi pembuatan dan pengiriman
dokumen material yang diperoleh dari rekap 14 bulan. Total dokumen permintaan
material Addpick sebanyak 12741 buah atau rata-rata per hari total dokumen
Addpick yang harus dibuat sebanyak 37 buah. Total waktu yang dibutuhkan staf
PPC dalam membuat dan mengirim dokumen adalah 123,85 menit per hari.
Berdasarkan hasil pengambilan data untuk keempat tipe dokumen aktivitas
request material, memiliki rata-rata total waktu sebesar 293,64 detik. Keempat tipe
dokumen memiliki beberapa tahapan proses pembuatan yang sama. Tahapan proses
yang sama antara keempat tipe tersebut adalah proses mencetak dan memberikan
jurnal berupa kertas sebagai bukti permintaan material yang diberikan kepada pihak
Warehouse. Tahapan proses mencetak dan memberikan “print out document”
memakan cukup banyak waktu.Proses mencetak dan memberikan “print out
document” memiliki total rata-rata waktu sebesar 176,12 sekon atau 62,11 persen
dari total waktu yang dibutuhkan oleh operator PPC untuk melakukan aktivitas
tersebut.
54 Universitas Kristen Petra
Proses memberikan “print out” permintaan material ini dilakukan untuk
memberikan tanda bukti dan sinyal ada permintaan material baru yang harus
dipersiapkan oleh Warehouse untuk keperluan produksi. Proses ini dapat
digolongkan ke dalam “Non-Value Added but Neccessary” karena proses ini tidak
memberikan nilai tambah namun masih diperlukan karena sistem yang masih
tradisional. Peralihan sistem dengan menggunakan teknologi dari tahapan proses
dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi kinerja dari PPC.
4.2.2 Permasalahan Ketidakakuratan Data Permintaan Material
Tambahan selama Proses Produksi
Permasalahan lain yang muncul selama proses produksi berlangsung
disebabkan oleh ketidakakuratan data yang terjadi. Segala aktivitas administrasi
terkait data selama produksi dilakukan dengan cara manual melalui setiap operator
produksi yang bertugas di stasiun kerja masing-masing. Data selama proses
produksi ini sangat penting untuk diperoleh mengingat berkaitan pula dengan setiap
proses produksi yang akan dan sedang dikerjakan.
Ketidakakuratan pencatatan data selama proses produksi ditunjukkan oleh
data kuantiti penggunaan material yang tidak sesuai dengan rencana produksi.
Penambahan permintaan material selama proses produksi yang tergolong Addpick
kurang material (Addpick) dilakukan operator. Berikut data permintaan material
tambahan untuk beberapa nomor produksi pembuatan Finished good (FG) pada
segmen 2215-2216.
Tabel 4. 12 Data Permintaan Material Produksi FG Segmen 2215-2216
Tanggal
Permintaan Jurnal ADDPICK
Jenis
ADDPICK No. Item No.Produksi Quantity
02/01/2018 028608-
ADDPICK ADDPICK X22323101
115205-
PRD -15
02/01/2018 028611-
ADDPICK ADDPICK X22323101
115506-
PRD -12
05/01/2018 028630-
ADDPICK ADDPICK X22323101
115588-
PRD -19
10/01/2018 028662-
ADDPICK ADDPICK X22323101
116095-
PRD -50
55 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.12 Data Permintaan Material Produksi FG Segmen 2215-2216 (lanjutan)
Tanggal
Permintaan Jurnal ADDPICK Jenis ADDPICK No. Item No.Produksi Quantity
14/02/2018 029012-
ADDPICK ADDPICK X22323101
118664-
PRD -70
01/03/2018 029172-
ADDPICK ADDPICK X22323101
119575-
PRD -50
03/04/2018 029616-
ADDPICK ADDPICK X22323101
121414-
PRD -50
09/04/2018 029667-
ADDPICK ADDPICK X22323101
121831-
PRD -20
02/05/2018 029926-
ADDPICK ADDPICK X22323101
122897-
PRD -70
11/07/2018 030477-
ADDPICK ADDPICK X22323101
125924-
PRD -100
12/07/2018 030489-
ADDPICK ADDPICK X22323101
126107-
PRD -100
16/07/2018 030517-
ADDPICK ADDPICK X22323101
125527-
PRD -10
06/09/2018 031068-
ADDPICK ADDPICK X22323101
130055-
PRD -40
02/10/2018 031219-
ADDPICK ADDPICK X22323101
131015-
PRD -6
05/10/2018 031243-
ADDPICK ADDPICK X22323101
131752-
PRD -10
06/12/2018 004773-
ADDPICK ADDPICK X22323101
134391-
PRD -20
03/01/2019 004904-
ADDPICK ADDPICK X22323101
134843-
PRD -18
12/03/2019 005390-
ADDPICK ADDPICK X22323101
138550-
PRD -30
19/03/2019 005430-
ADDPICK ADDPICK X22323101
139157-
PRD -50
20/03/2019 005437-
ADDPICK ADDPICK X22323101
139011-
PRD -100
TOTAL 840
RATA-RATA (per bulan) 60
Tabel 4.12 menunjukkan data permintaan material produksi FG Segmen
2215-2216. Data didapatkan dari dua sumber yaitu data dari sistem ERP (Software
56 Universitas Kristen Petra
AX) dan dari hasil rekap Addpick yang dicatat oleh PPC lapangan segmen 2215-
2216. Data di atas menunjukkan satu nomor item yang sama yang menunjukkan
ADDPICK dengan jenis kurang material, dan data diperoleh dari tahun 2018-2019.
Total permintaan material tambahan sebesar 840 buah material dan rata-rata per
bulan sebesar 60 buah material dengan nomor item yang sama yaitu X22323101.
Berdasarkan dari rencana produksi, departemen MH bagian Warehouse
harus mempersiapkan jumlah material sesuai dengan rencana produksi.
Pengambilan material akan diupdate di sistem ERP, secara sistem material telah
berkurang sejumlah yang dipesan, namun jika terjadi permintaan material tambah
mengindikasikan adanya tidak sesuaian jumlah yang disiapkan dan diberikan.
Ketidakakuratan terjadi oleh 2 faktor kemungkinan, yaitu kesalahan jumlah
material saat penyiapan material oleh pihak Warehouse, atau human error
persiapan material dan data pencatatan. Selama proses penyiapan material oleh
Warehouse, material akan di hitung jumlah nya dengan menggunakan alat ukur
timbang yang telah terkalibrasi. Berikut alat ukur timbang yang digunakan oleh
pihak Warehouse untuk mempersiapkan material.
Gambar 4. 9 Alat ukur timbang Material Warehouse
Gambar 4.9 di atas menunjukkan alat ukur timbang material yang
digunakan oleh pihak Warehouse dalam menyiapkan material. Alat ukur timbang
ini membantu operator Warehouse dalam perhitungan jumlah material yang
disiapkan karena mampu mengkonversikan berat menjadi jumlah (pcs) material.
Berdasarkan dugaan faktor penyebab ketidakakuratan data maka diambillah
sampling perhitungan jumlah material. Pengambilan data keakuratan alat ukur
57 Universitas Kristen Petra
timbang dilakukan dengan menghitung manual material lalu dibandingkan dengan
hasil konversi alat ukur timbang untuk mengetahui keakuratan perhitungan
penyiapan material. Berikut hasil sampling pengambilan data keakuratan
penimbangan dengan menggunakan alat ukur timbang Warehouse.
Tabel 4. 13 Data Pengukuran Keakuratan Alat ukur timbang Warehouse
Percobaan
ke-
Item
Number Nama Item
Berat per
satuan
(Gram)
Pcs yang
dihitung (Aktual)
(Pcs)
Pcs yang
terhitung
(alat ukur
timbang)
(Pcs)
1
X22323101 Betaetiger
Himmelblau 0,7 gr
40 40
2 100 100
3 160 160
4 200 200
5 300 300
6 500 500
7
Y30300443 DruckFeder 0,0244
gr/pcs
50 50
8 80
1,84
gr/0,024 =
75 pcs
9 100
2,41
gr/0,024 =
98 pcs
10 200
4,79
gr/0,0244 = 196,31 ≈
197 pcs
11
Y31194201 Loetring
3,44/100
pcs 100 100
12 0,0344/pcs
200
6,86
gr/0,0344 =
199
13 300 10,26 = 298
58 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.13 Data Pengukuran Keakuratan Alat ukur timbang Warehouse
Percobaan
ke-
Item
Number Nama Item
Berat per
satuan
(Gram)
Pcs yang
dihitung (Aktual)
(Pcs)
Pcs yang
terhitung
(alat ukur
timbang)
(Pcs)
14
500 17,02 = 494
15 600 20,56 gr =
587
Tabel 4.13 menunjukkan data percobaan hasil menimbang tiga jenis
material pembentuk Finished good yaitu material bernama Betaetiger Himmelblau,
DruckFeder, dan Loetring. Percobaan ke-1 hingga ke-5 dilakukan untuk material
Betaetiger Himmelblau dengan berat 0,7 gram. Percobaan penimbangan material
dilakukan secara acak jumlah yang dihitung. Hasil penimbangan untuk material
Betaetiger Himmelblau dengan berat per buah 0,7 gram menunjukkan keakuratan alat
ukur timbang dalam melakukan konversi jumlah material yang disiapkan. Berikut
material Betaetiger Himmelblau dapat dilihat pada Gambar 4.10.
Gambar 4. 10 Material Betaetiger Himmelblau
Percobaan ke-6 hingga ke-10 dilakukan untuk material DruckFeder dengan
berat 0,0244 gram. Percobaan penimbangan material dilakukan secara acak jumlah
yang dihitung. Hasil penimbangan untuk material DruckFeder dengan berat per buah
0,0244 gram menunjukkan penyimpangan alat ukur timbang rata-rata ± 4 pcs dalam
melakukan konversi jumlah material yang disiapkan. Hal ini dikarenakan material
59 Universitas Kristen Petra
sangat ringan dan berukuran kecil. Berikut material DruckFeder dapat dilihat pada
Gambar 4.11.
Gambar 4. 11 Material DruckFeder
Percobaan ke-11 hingga ke-15 dilakukan untuk material Loetring dengan
berat 0,0344 gram. Percobaan penimbangan material dilakukan secara acak jumlah
yang dihitung. Hasil penimbangan untuk material Loetring dengan berat per buah
0,0344 gram menunjukkan penyimpangan alat ukur timbang rata-rata ± 5 pcs dalam
melakukan konversi jumlah material yang disiapkan. Hal ini dikarenakan material
sangat ringan dan berukuran kecil. Berikut material Loetring dapat dilihat pada
Gambar 4.12.
Gambar 4. 12 Material Loetring
Material yang telah dipersiapkan oleh Warehouse, PPC lapangan akan
mengambilnya di rak material di Warehouse, dan akan di cek kesesuaian identitas
material. Material yang telah di cek akan di serahkan kepada produksi, dan
produksi tidak melakukan proses penimbangan untuk memeriksa kesesuaian
jumlah material yang dipersiapkan Warehouse. Selama proses produksi
60 Universitas Kristen Petra
berlangsung terjadi Addpick request material tambahan karena material kurang.
Berdasarkan data pada Tabel 4.12 jumlah material yang di Addpick tipe kurang
material rata-rata per bulan mencapai 60 buah. Hal ini menandakan bahwa
terjadinya ketidakakuratan data penyiapan material. Faktor pertama tidak terbukti
karena alat ukur timbang yang digunakan sudah menunjukkan kuantiti yang benar.
Faktor kedua adalah karena Human error saat persiapan material di gudang
Inventory. Kemungkinan salah kuantiti persiapan material terjadi karena pencatatan
data sisa material yang terdapat pada fisik kotak kardus tidak sesuai dengan sistem.
Operator Warehouse kemungkinan tidak melakukan penimbangan pada sisa
material pada batch material yang memiliki jumlah lebih kecil dari permintaan, dan
sisa jumlah kebutuhannya baru dihitung dari nomor batch material berikutnya.
Human error kemungkinan lainnya adalah dapat disebabkan karena pengaruh
eksternal, yaitu karena lingkungan misalnya seperti udara atau tekanan kecil pada
alas alat ukur timbang. Kemungkinan lainnya adalah kesalahan dalam proses
penyiapan material dalam menjalan prosedur penimbangan.
Human error tidak saja hanya terjadi pada proses persiapan material,
human error juga dapat terjadi pada saat proses penulisan kitir Addpick yang
dilakukan oleh operator produksi untuk diberikan kepada Staf PPC. Human error
yang dilakukan adalah kesalahan dalam mengkategorikan permintaan material
tambahan, yang seharusnya meminta material karena reject saat proses, namu
dikategorikan ke dalam reject kurang material. Dampak yang ditimbulkan adalah
kesalahan data yang dicatat sehingga menyebabkan kesalahan dalam melakukan
analisa penyebab Addpick selanjutnya.
Permasalahan ini juga tidak dapat terdeteksi karena material yang telah
dipersiapkan oleh Warehouse tidak dilakukan pemeriksaan ulang oleh departemen
produksi. Permasalahan yang timbul mengenai ketidakakuratan data saat penyiapan
material terkait dengan kesiapan dalam perancangan dan implementasi Industri 4.0,
bahwa diperlukan pembenahan di sektor penyimpanan dan pengelolaan data.
4.2.3 Penyerahan Finished good menuju Gudang Penyimpanan
Permasalahan lainnya yang muncul selama proses produksi yang
berlangsung adalah proses pengiriman finished good (FG) menuju Warehouse
61 Universitas Kristen Petra
untuk penyimpanan FG. Proses pengiriman finished good dilakukan oleh staf PPC
setelah proses produksi telah selesai dilakukan. Proses pengiriman FG masih
dilakukan manual dan pengiriman dilakukan ketika rak FG penuh atau staf PPC
memiliki waktu luang.
Pengiriman FG umumnya dilakukan dengan menggunakan troli mekanik
konvensional, namun untuk segmen 1160 memiliki alat transportasi yang berbeda,
yaitu menggunakan rak FG sebagai alat transportasi. Rak penyimpanan FG di
segmen 1160 memiliki ukuran rak sebesar 148 cm x 60,5 cm x 168 cm. Berikut
gambar dan dimensi rak penyimpanan FG sementara di area produksi sekaligus
untuk alat transportasi pada segmen 1160.
Gambar 4. 13 Dimensi Rak Penyimpanan dan Pengiriman Finished good Segmen
1160
Gambar 4.13 di atas menunjukkan dimensi rak penyimpanan FG yang
telah selesai proses Packing sebagai proses terakhir produksi pada segmen 1160.
Rak penyimpanan ini sekaligus digunakan menjadi troli untuk pengiriman FG ke
Warehouse. PPC lapangan menggunakan rak penyimpanan FG ini sebagai alat
untuk pengiriman FG karena jumlah FG yang dihasilkan dalam sehari berjumlah
27000 buah yang terkemas menjadi 9 kardus berukuran 46,3 cm x 31,5 cm x 26,3
62 Universitas Kristen Petra
cm, dengan berat dus sebesar 18 Kilogram tiap dusnya. PPC lapangan harus
mengantar FG dengan berat sekitar 162 Kilogram sekali dalam sehari.
Troli yang digunakan untuk seluruh segmen produksi menggunakan troli
mekanik konvensional yang memiliki ukuran sebesar 87,3 cm x 46,5 cm x 75,2 cm.
Berikut gambar dan dimensi troli yang digunakan untuk mengirim FG menuju area
gudang.
Gambar 4. 14 Dimensi Troli Pengiriman Finished good
Gambar 4.14 di atas menunjukkan dimensi troli yang digunakan untuk
pengiriman FG yang telah selesai proses produksi. Troli ini juga digunakan sebagai
alat transportasi untuk pengiriman FG ke Warehouse. Proses pengiriman FG dari
area produksi menuju Warehouse dilakukan rata-rata 2 hingga 3 kali dalam sehari
untuk seluruh segmen produksi. Masing-masing segmen produksi memiliki rak
penyimpanan finished good sementara di lokasi area produksinya. Berikut
gambaran layout rak finished good di masing-masing segmen produksi kondisi
awal.
63 Universitas Kristen Petra
Gambar 4. 15 Layout Lantai Produksi Kondisi Awal
Gambar 4.15 di atas menunjukkan layout lantai produksi yang
menampilkan letak rak Finished good di masing-masing segmen produksi. Lokasi
berwarna hijau muda menunjukkan keberadaan rak Finished good yang digunakan
oleh produksi untuk meletakkan Finished good selesai produksi untuk di periksa
PPC. PPC melakukan aktivitas Report As Finished di lokasi rak Finished good
untuk memeriksa kesesuaian jumlah dan nomor produksi dengan plan produksi
sesuai order yang masuk. Staf PPC harus mengangkut memindahkan barang
Finished good dari rak ke troli yang digunakan sebagai alat transportasi.
Pengiriman barang Finished good dari masing-masing lokasi segmen produksi akan
berakhir di area Warehouse tepatnya di depan kantor Warehouse. Kondisi layout
produksi yang sekarang diperlukan perubahan atau re-layout untuk memindahkan
rak FG yang berada di tengah-tengah area produksi dapat dipindahkan di tepi jalur
besar lantai produksi.
Tingkat mobilitas Staf PPC menjadi salah satu penyebab pengiriman FG
selalu menunggu. Berbagai aktivitas pekerjaan dilakukan oleh PPC antara lain,
seperti:
Mempersiapkan material sebelum produksi berjalan
Mempersiapkan permintaan material tambahan
Mempersiapkan rencana dan material untuk aktivitas trial produksi
64 Universitas Kristen Petra
Mengolah rencana produksi dari order yang masuk sebagai acuan pihak produksi
Pengecekkan stok material
Pemesanan stok material
Perencanaan produksi berdasarkan estimasi kedatangan material yang di impor.
Update Pengerjaan produksi (Update info Estimasi Ekspor)
Memeriksa jumlah fisik dan kesesuaian hasil produksi dengan rencana order
Memberikan Finished good (FG) kepada Warehouse untuk dilakukan RAF dan
penyimpanan
Perhitungan nilai hasil skrap untuk material yang rusak akibat proses, reject
material, reject ketika tes QC, ataupun akibat kurang jumlah material yang
diberikan.
Pengukuran tingkat mobilitas PPC yang tinggi dilakukan dengan cara
pengumpulan data produktif PPC dalam aktivitas keseharian. Pengambilan data
dilakukan selama 3 hari dengan 100 data tiap hari. Berikut data produktif PPC
terlampir pada Tabel 4.14 untuk pengamatan produktif hari pertama pengamatan.
Tabel 4. 14 Data Hasil Pengamatan Hari Ke-1 Produktif PPC
Pengamatan
Ke- Tanggal Jam Produktif
Non-
Produktif
Keterangan
Aktivitas
1
12-Apr-
19
07.55 V Memeriksa
rencana Produksi
2 08.05 V Start Production
Number
3 08.11 V Start Production
Number
4 08.18 V
Konfirmasi SO
yang masuk dengan Supervisor
MPO
5 08.24 V Picking Material
di Sistem
6
08.29 V Picking Material
di Sistem
7 08.34 V Mengangkat
Telpon
65 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.14 Data Hasil Pengamatan Hari Ke-1 Produktif PPC (lanjutan)
Pengamatan
Ke- Tanggal Jam Produktif
Non-
Produktif
Keterangan
Aktivitas
8
12-Apr-
19
08.38 V Picking Material
di Sistem
9 08.42 V
Memeriksa Chat
Skype dengan
supervisor MPO terkait SO yang
perlu didahulukan
diproduksi hari ini
10 08.47 V Picking Material
di Sistem
11 08.51 V Addpick Material
12 08.55 V Print Request
material Picking +
TTD
13 09.00 V
Mengirim FG &
memberikan request material
ke WH
14 09.07 V Berbicara dengan PPC segmen lain
15 09.12 V Addpick Material
16 09.17 V Print kertas
addpick + TTD
17 09.19 V
Meeting Singkat
dengan Supervisor MPO
18 09.23 V Pemeriksaan
pengerjaan SO
19 09.27 V RAF di Sistem
Software AX
20 09.31 V Picking Material
di Sistem
21 09.37 V
Memeriksa data
material di sistem
AX
22 09.43 V Input quantity
Material
23 09.47 V Input quantity
Material
24 09.50 V Memeriksa List
Trial
25 09.54 V Memeriksa List
Trial
66 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.14 Data Hasil Pengamatan Hari Ke-1 Produktif PPC (lanjutan)
Pengamatan
Ke- Tanggal Jam Produktif
Non-
Produktif
Keterangan
Aktivitas
26
12-Apr-
19
09.58 V Memeriksa List
Trial
27 10.01 V
Memeriksa
Material di
Software AX
28 10.04 V Memeriksa list
trial di Excel
29 10.07 V Memeriksa list
trial di Excel
30 10.11 V Memeriksa list
trial di Excel
31 10.15 V Memeriksa SO di
Software AX
32 10.19 V
Diskusi dengan
QC untuk FG yang
memiliki masalah di kualitas
33 10.23 V
Diskusi dengan
QC untuk FG yang
memiliki masalah di kualitas
34 10.27 V
Diskusi dengan
QC untuk FG yang memiliki masalah
di kualitas
35 10.30 V Memeriksa
production Order
36 10.33 V Memeriksa
production Order
37 10.36 V
Memeriksa
Handphone (Chatting)
38 10.40 V
Diskusi dengan
PPC segmen lain
dan melakukan pencarian order di
AX
39 10.43 V
Diskusi dengan PPC
segmen lain dan
melakukan pencarian
order di AX
40 10.48 V
Memberikan request
list material ke WH dan mengambil
addpick yang telah
selesai disiapkan
WH
67 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.14 Data Hasil Pengamatan Hari Ke-1 Produktif PPC (lanjutan)
Pengamatan
Ke- Tanggal Jam Produktif
Non-
Produktif
Keterangan
Aktivitas
41
12-Apr-
19
10.51 V
Memberikan addpick material
kepada
op.produksi yang
meminta
42 10.54 V Pergi ke Toilet*
43 10.58 V Pergi ke Toilet*
44 11.03 V Membuka E-mail
45 11.07 V Membuka E-mail
46 11.11 V Membuka
Software AX
47 11.15 V Membuka
Software AX
48 11.19 V Memeriksa Chat
skype (grup MPO)
49 11.23 V Memeriksa list
produk untuk trial
50 11.27 V Memeriksa list
produk untuk trial
51 11.30 V Persiapan Istirahat
52 13.00 V Meeting On Time
Keeper
53 13.05 V Meeting On Time
Keeper
54 13.09 V Meeting On Time
Keeper
55 13.13 V Meeting On Time
Keeper
56 13.16 V Meeting On Time
Keeper
57 13.19 V Meeting On Time
Keeper
58 13.23 V Meeting On Time
Keeper
59 13.26 V Meeting On Time
Keeper
60 13.29 V Meeting On Time
Keeper
61 13.32 V -
62 13.35 V
Memeriksa
material untuk Picking list
63 13.38 V
Memeriksa
material untuk
Picking list
68 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.14 Data Hasil Pengamatan Hari Ke-1 Produktif PPC (lanjutan)
Pengamatan
Ke- Tanggal Jam Produktif
Non-
Produktif
Keterangan
Aktivitas
64
12-Apr-
19
13.41 V Memeriksa
material untuk
Picking list
65 13.47 V
Memeriksa
material untuk Picking list
66 13.50 V
Memeriksa
material untuk
Picking list
67 13.53 V
Memeriksa
material untuk
Picking list
68 13.56 V
Memberikan atau meletakkan
material di
produksi
69 13.59 V Memeriksa Skype
Supervisor MPO
70 14.02 V Pengecekkan scrap
material dan
pencatatan
71 14.05 V Print hasil rekap
Scrap
72 14.08 V
Memeriksa
Critical On Hand
Inventory Excel
73 14.11 V
Memeriksa
Critical On Hand
Inventory Axapta
74 14.15 V Membuat Jurnal
Transfer material
75 14.18 V Print Jurnal
76 14.21 V Memberikan
Jurnal ke WH
77 14.24 V
Operator packing meminta
ketersediaan
barcode Label
tambahan
78 14.27 V Print Label
Barcode
79 14.30 V Print Label
Barcode
80 14.33 V Print Label
Barcode
69 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.14 Data Hasil Pengamatan Hari Ke-1 Produktif PPC (lanjutan)
Pengamatan
Ke- Tanggal Jam Produktif
Non-
Produktif
Keterangan
Aktivitas
81
12-Apr-
19
14.36 V Memberikan
barcode Label ke
Op.Packing
82 14.39 V Meeting
83 14.42 V Meeting
84 14.45 V Meeting
85 14.48 V Meeting
86 14.51 V Meeting
87 14.54 V Meeting
88 14.57 V Meeting
89 15.01 V Meeting
90 15.06 V Meeting
91 15.11 V Meeting
92 15.15 V Meeting
93 15.20 V Meeting
94 15.23 V Pemesanan
Material
95 15.27 V Pemesanan
Material
96 15.31 V Memeriksa E-mail
97 15.35 V
Pengecekkan identitas FG yang
telah selesai
produksi
98 15.40 V
Pengecekkan
identitas FG yang
telah selesai
produksi
99 15.45 V Mengirim FG ke
Warehouse
100 15.50 V -
TOTAL 8 Jam
Kerja 94 6
Tabel 4.14 di atas menunjukkan hasil pengamatan produktif PPC pada hari
pertama pengamatan. Total jam kerja Staf PPC adalah 8 jam, dari hasil pengamatan
dapat dilihat jumlah aktivitas yang tergolong dalam non produktif pada hari tersebut
berjumlah 6 aktivitas. Data pengamatan Sampling kerja pada hari pertama
digunakan untuk penghitungan apakah jumlah data yang digunakan telah cukup dan
dapat digunakan sebagai acuan jumlah data untuk pengamatan dihari berikutnya.
70 Universitas Kristen Petra
Berikut hasil perhitungan uji kecukupan data untuk data Sampling Kerja hari
pertama dengan menggunakan rumus 1.1.
𝑛′ =1,962x 0,06 x (1 − 0,06)
0,052= 86,67 ≈ 87 data
Dari hasil perhitungan data menunjukkan bahwa nilai n’ atau jumlah data
yang dibutuhkan dari hasil perhitungan lebih kecil dibandingkan data yang telah
dikumpulkan (n>n’ = 100>73). Kesimpulan dari hasil perhitungan uji kecukupan
data adalah 100 data pengambilan data cukup mewakili populasi data dan dapat
digunakan untuk acuan jumlah data yang dikumpulkan untuk pengamatan
berikutnya. Hasil pengamatan sampling kerja produktif Staf PPC hari kedua dan
hari ketiga pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil pengamatan
produktivitas PPC pada hari kedua dan ketiga menunjukkan pada hari kedua jumlah
aktivitasyang tergolong dalam non produktif adalah sebesar 6 aktivitas, sedangkan
pada hari ketiga sebesar 9 aktivitas.
Tahap selanjutnya setelah mengetahui persentase produktif Staf PPC
dilakukan perhitungan ratio delay dan performance level. Ratio delay dan
performance level digunakan untuk mengetahui persentase produktif pekerja.
Berikut perhitungan ratio delay dan performance level Staf PPC dalam
menjalankan aktivitas keseharian dari data tiga hari yang telah di kumpulkan.
𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 =% 𝑛𝑜𝑛 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑖𝑣𝑒
% 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑖𝑣𝑒
𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 =7%
93%
𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 = 0,07526
𝑃𝑒𝑟𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑛𝑐𝑒 𝐿𝑒𝑣𝑒𝑙 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓 + 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑁𝑜𝑛 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓𝑥100%
𝑃𝑒𝑟𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑛𝑐𝑒 𝐿𝑒𝑣𝑒𝑙 =279
279 + 21𝑥100%
𝑃𝑒𝑟𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑛𝑐𝑒 𝐿𝑒𝑣𝑒𝑙 = 93%
Perhitungan Ratio delay adalah perhitungan ratio pekerja menganggur
dalam satu waktu dalam mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya. Hasil
perhitungan Ratio delay memiliki kisaran angka antara 0 ≤ Ratio delay ≤ 1. Nilai
Ratio delay semakin kecil atau mendekati angka 0 memiliki pengertian semakin
baik dan semakin produktif pekerjaaan seseorang. Berdasarkan hasil perhitungan
71 Universitas Kristen Petra
Ratio delay, didapatkan nilai Ratio delay Staf PPC sebesar 0,07526, angka ini
termasuk rendah yang artinya pekerja hanya memiliki kemungkinan mengganggur
sangat kecil.
Perhitungan Performance level juga dilakukan untuk mengetahui produktif
seseorang. Nilai Performance level dalam persentase, semakin tinggi persentase
Performance level artinya semakin baik tingkat performansi produktif pegawai.
Berdasarkan hasil perhitungan Performance level, didapatkan nilai Performance
level Staf PPC sebesar 93 persen, atau yang berarti 7 jam 26 menit staf PPC bekerja
terus menerus. Nilai performance level yang dianjurkan untuk seorang pekerja agar
tetap produktif secara maksimal adalah 75 persen dan persentase menganggur (idle)
adalah sebesar 25 persen (Sritomo & Wignjosoebroto, 2003). Kesimpulan dari
perhitungan performance level di atas adalah, bahwa persentase performance level
lebih dari 75 persen terlalu berat bagi pekerja (93%>75%).
Berdasarkan nilai Ratio delay dan Performance level yang didapatkan dari
hasil perhitungan, menandakan kegiatan kerja Staf PPC sangat tinggi. Persentase
produktif yang tinggi dibuktikan dari adanya permasalahan pengiriman yang tidak
tepat waktu dan penyimpanan Finished good di area Warehouse karena tidak ada
jadwal pasti yang dilakukan Staf PPC untuk mengirim Finished good. Dampak
yang dapat ditimbulkan dari tidak adanya jadwal yang pasti tersebut, meliputi:
Terlambatnya jadwal pengiriman yang seharusnya Finished good yang telah
selesai diproduksi dapat dikemas ke dalam palbox untuk siap kirim ekspedisi,
yang disebabkan karena harus menunggu Staf PPC mengirim ke Warehouse.
Menumpuknya Finished good di rak penyimpanan FG sementara di area
produksi, yang menyebabkan tidak ada sisa ruang kosong pada rak untuk
Finished good berikutnya yang selesai diproduksi.
Pengiriman dengan jumlah Finished good dalam troli yang maksimal,
mengakibatkan staf PPC harus menggunakan tenaga yang lebih untuk
mendorong manual troli menuju area penyimpanan Finished good di
Warehouse, sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.
Membutuhkan waktu dan biaya transportasi ganda jika dalam sekali pengiriman
Finished good dalam jumlah besar hingga kapasitas troli tidak cukup, sehingga
72 Universitas Kristen Petra
melakukan pengiriman Finished good kembali untuk sisa Finished good yang
belum terangkut.
Mengakibatkan penumpukan kerja di proses penyimpanan Finished good oleh
operator Warehouse.
Penelitian work sampling mengenai tingkat produktivitas Staf PPC ini
dilakukan untuk mengetahui dan menunjukkan produktif dan tidak produkitifnya
Staf PPC dalam jam kerjanya. Data tingkat produktivitas Staf PPC ini selanjutnya
digunakan untuk mengetahui dibutuhkannya sumber daya tambahan atau tidak
dalam aktivitas pengiriman finished good. Proses pengiriman FG ke Warehouse
membutuhkan waktu dan tenaga secara manual oleh PPC, sehingga diperlukan
sumber daya tambahan yang bertugas untuk melakukan pengiriman FG.
Perkembangan era digital yang mencerminkan industri 4.0 memberikan kemudahan
dan keuntungan bagi perusahaan dan pekerja untuk mengerjakan aktivitas-aktivitas
fisik yang membutuhkan tenaga dan waktu. Peningkatan efisiensi dan efektivitas
yang menggunakan sistem industri 4.0 pada proses pengiriman Finished good
diperlukan untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya.
4.3 Usulan Perbaikan Permasalahan Persiapan Material
Permasalahan selama proses persiapan material, baik persiapan material
sebelum maupun ketika proses produksi sedang berjalan. Permasalahan persiapan
material dikarenakan Staf PPC harus memberikan jurnal atau form permintaan
material secara manual kepada Staf Warehouse atau meletakkan pada rak
permintaan material. Proses permintaan material yang masih manual ini
dikarenakan Sistem ERP dan sistem kerja antara PPC dan Warehouse masih belum
memadai. Potensial pengembangan dan peningkatan adalah pada sistem
pengiriman jurnal permintaan material dari PPC kepada Warehouse. Berikut alur
proses permintaan material dan pengiriman jurnal permintaan kepada Warehouse
oleh PPC setelah usulan perbaikan.
73 Universitas Kristen Petra
Gambar 4. 16 Aliran Proses Permintaan Material Usulan
Gambar 4.16 menunjukkan aliran proses permintaan material setelah
usulan perbaikan. Dapat dilihat proses pengiriman dan penyerahan jurnal
permintaan yang sebelum usulan perbaikan dilakukan setelah proses pick di sistem
ERP, telah digantikan proses pengiriman E-mail jurnal permintaan material. Proses
yang dilakukan menghemat sebanyak tiga aktivitas proses, yaitu proses print jurnal,
menandatangani jurnal, dan pengiriman jurnal permintaan material ke Warehouse.
74 Universitas Kristen Petra
Proses pembuatan dan pengiriman e-mail sebagai ganti ketiga proses tersebut
memiliki waktu proses yang lebih kecil dibandingkan dengan total waktu ketiga
proses tersebut. Total waktu yang dibutuhkan untuk membuat dan mengirim e-mail
sebesar ± 68,41 detik.
4.3.1 Hambatan dan Keuntungan Usulan Solusi Perbaikan Pengiriman
Dokumen
Peralihan sistem kerja dari sistem kerja lama yang masih konvensional
menjadi menggunakan teknologi untuk pengiriman dokumen memiliki beberapa
kekhawatiran atau hambatan yang akan terjadi jika beralih ke sistem yang baru.
Kekhawatirian yang dialami melibatkan Staf PPC dan juga operator Warehouse
yang bertugas menyiapkan material. Kekhawatiran yang dialami oleh staf PPC
adalah proses pengiriman jurnal permintaan dapat terhambat jika komputer terjadi
malfungsi saat di jam operasional sehingga menimbulkan delay. Kedua,
kekhawatiran lainnya adalah E-mail yang digunakan harus tidak boleh spesifik user
karena khawatir hanya operator tertentu yang dapat membuka E-mail.
Kekhawatiran yang dialami oleh operator Warehouse adalah selama ini akses E-
mail hanya dapat dilakukan oleh kepala Warehouse. Ketiga, kekhawatiran yang
dialami adalah banyaknya E-mail yang masuk membingungkan operator dalam
mendahulukan pekerjaan, dan rawan terjadi kelewatan dalam pemeriksaan E-mail.
Disamping kekhawatiran akan kendala yang akan dihadapi oleh user
ketika melakukan peralihan sistem, peralihan sistem ini memberikan keuntungan
bagi user. Proses pengiriman permintaan material melalui jaringan internet (E-
mail) mampu menghemat biaya transportasi dan waktu Staf PPC setiap kali
melakukan aktivitas permintaan material. Perhitungan penghematan waktu
diperlukan data frekuensi PPC mengirimkan jurnal permintaan ke Warehouse.
Berikut tabel frekuensi pengiriman jurnal permintaan dalam 1 tahun di tunjukkan
pada Tabel 4.15.
75 Universitas Kristen Petra
Tabel 4. 15 Data Frekuensi PPC menuju Warehouse dalam 1 Tahun
Segmen
Jenis Request material
Movement ISI
(pendukung)
Movement IPI
(Packing)
Transfer Add
Pick
Picking (request list
material)
Total
3000S 26 147 113 2998 286 3570
201 39 136 155 1171 251 1752
1160 180 285 358 - - 823
1170 1 54 503 - 217 775
2215,2216 11 221 155 2179 230 2796
1180 27 177 502 - - 706
9510 & 4120
17 251 1670 4611 176 6725
1658 20 163 397 1782 247 2609
Tabel di atas menunjukkan frekuensi Staf PPC mengirimkan kertas jurnal
permintaan menuju Warehouse mulai dari Januari 2018 hingga Februari 2019. Data
frekuensi Staf PPC melakukan permintaan material diperoleh dari permintaan
material di sistem ERP berdasarkan klasifikasi nomor refrensi jurnal. Data
frekuensi Staf PPC megirimkan jurnal permintaan material juga didukung oleh data
jarak dan waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan jurnal permintaan material.
Berikut data jarak dan waktu yang dibutuhkan untuk satu kali perjalanan dari lokasi
area kerja Staf PPC lapangan menuju kantor Warehouse.
Tabel 4. 16 Data Jarak dan Waktu Tempuh Setiap Segmen
Segmen Jarak yang ditempuh (m) Waktu(detik)
2216 50,615 115,77
3000 50,615 115,77
201 31,8 72,73
9510,4120 8,215 18,78
1160 47,7 109,1
1170 39,75 90,91
1658 40,015 91,52
1180 43,725 100,01
Tabel di atas menunjukkan data jarak dan waktu untuk menempuh satu
kali perjalanan dari lokasi area kerja Staf PPC menuju ke kantor Warehouse. Jarak
tempuh paling jauh adalah segmen produksi 2216, sedangkan segmen produksi
76 Universitas Kristen Petra
yang tidak membutuhkan jarak yang cukup jauh adalah segmen 9510 dan 4120.
Segmen 9510 dan 4120 memiliki gudang khusus di area produksi yang berbeda
dibandingkan segmen produksi yang lainnya, sehingga jarak antara gudang
material dan area produksi tidak jauh. Data jarak dan waktu tempuh beserta data
frekuensi ini digunakan untuk perhitungan penghematan biaya transportasi untuk
perbandingan kondisi awal dan kondisi usulan.
Total frekuensi dari seluruh jenis permintaan material untuk segmen 3X00
berdasarkan Tabel 4.15 adalah 3570 kali. Penghematan waktu untuk proses
pengiriman dokumen permintaan material didapatkan untuk Segmen 3X00 sebesar
229,61 jam. Contoh perhitungan penghematan waktu dapat dilihat pada perhitungan
berikut:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑒𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑥 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑥 2
3600
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑒𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 = 3570 𝑥 115,77 𝑥 2
3600=
826597,8
3600
= 229,61 𝑗𝑎𝑚
Perhitungan di atas merupakan contoh perhitungan total penghematan
waktu dari proses pengiriman dokumen permintaan material. Perhitungan total
penghematan waktu diperoleh dari total banyaknya frekuensi dan waktu tempuh
untuk pengiriman dokumen dikali dua karena untuk satu kali perjalanan pergi dan
pulang kembali ke area kerja Staf PPC. Waktu tempuh pengiriman dokumen berada
dalam satuan sekon sehingga hasil akhir dibagi dengan 3600 untuk hasil dalam
satuan jam.
Penghematan waktu yang didapatkan untuk Segmen 201 adalah sebesar
70,79 jam. Penghematan waktu yang didapatkan untuk Segmen 1160 adalah
sebesar 49,88 jam. Penghematan waktu yang didapatkan untuk Segmen 1170
adalah sebesar 39,14 jam. Penghematan waktu yang didapatkan untuk Segmen
2215-2216 adalah sebesar 179,82 jam. Penghematan waktu yang didapatkan untuk
Segmen 1180 adalah sebesar 39,22 jam. Penghematan waktu yang didapatkan
untuk Segmen Aerospace adalah sebesar 70,16 jam, terlihat jumlah permintaan
material banyak, namun jarak permintaan material pendek karena gudang segmen
Aerospace terletak di area produksi. Penghematan waktu yang didapatkan untuk
77 Universitas Kristen Petra
Segmen 1658 adalah sebesar 132,65 jam. Total penghematan waktu yang
didapatkan setelah melakukan pengiriman jurnal permintaan melalui E-mail adalah
sebesar 811,27 jam dari data selama 14 bulan.
Penghematan waktu tidak hanya dilihat dari sisi pengiriman dokumen saja,
namun proses pencetakkan dokumen juga termasuk dalam penghematan waktu dari
hasil usulan perbaikan pengiriman dokumen menggunakan E-mail. Pada sub-bab
4.2.1 disebutkan rata-rata total waktu proses sebelum usulan perbaikan adalah
293,64 detik. Peralihan menggunakan E-mail mampu mengurangi rata-rata total
waktu proses menjadi 183,11 detik. Penghematan waktu rata-rata sebesar 110,53
detik atau sebesar 39,61% berkurang dari waktu awal sebelum usulan perbaikan
atau jika berdasarkan data masa lalu, diperoleh sebesar 606,56 jam/tahun.
Penghematan biaya transportasi dihitung berdasarkan total penghematan
waktu dengan gaji pegawai per jam. Berdasarkan nilai Upah Minimum Kerja
(UMK) kota Sidoarjo ditambah 10% bonus, biaya yang dikeluarkan perusahaan
untuk pegawai sebesar Rp 4.212.518,00 dalam satu bulan, yang artinya jika
dikonversikan ke dalam per jamnya adalah sebesar Rp 20.252,49. Penghematan
biaya transportasi dari hasil penerapan pengiriman jurnal permintaan dengan
menggunakan E-mail adalah sebesar Rp 12.284.433,00/tahun.
Keuntungan lain yang didapatkan adalah penghematan penggunaan kertas
yang tidak lagi digunakan ketika pengiriman jurnal permintaan sudah menganut
prinsip Industri 4.0 yaitu dengan menggunakan E-mail. Penghematan kertas
dihitung dari frekuensi PPC menuju Warehouse, yang mana setiap kali PPC
memberikan jurnal permintaan menuju Warehouse diasumsikan hanya membawa 1
jurnal permintaan. Tabel 4.17 menunjukkan penggunaan kertas untuk kepentingan
permintaan material tiap segmen produksi.
78 Universitas Kristen Petra
Tabel 4. 17 Data Penggunaan Kertas untuk Print Jurnal Permintaan
Segmen Produksi Konsumsi kertas dalam
Rim (500 lembar)
3000S 7,712
201 4,164
1160 3,292
1170 2,666
2215,2216 6,366
1180 2,824
9510 & 4120 17,326
1658 6,378
Total 50,728
Total Biaya (1 Rim = Rp 42.500,00 Rp 2.155.940,00
Tabel di atas menunjukkan data penggunaan kertas dalam satuan Rim (500
lembar) untuk setiap segmen produksi. Total penggunaan kertas didapatkan 50,728
Rim. Harga 1 Rim kertas diperoleh sebesar Rp 42.500,00, yang jika dikalikan
dengan total penggunaan kertas dalam Rim diperoleh total biaya sebesar Rp
2.155.940,00. Jadi, total keuntungan yang diperoleh dari biaya transportasi dan
biaya penggunaan kertas adalah sebesar Rp 14.440.373,00 per tahun dan waktu
sebesar 606,56 jam per tahun dapat dilakukan penghematan.
4.3.2 Framework Industri 4.0 Usulan Perbaikan Jurnal Permintaan
Usulan solusi perbaikan peralihan sistem kerja yang mengacu pada
implementasi Industri 4.0 membutuhkan kerangka kerja untuk mempersiapkan
segala sesuatu dalam peralihan sistem. Framework digunakan sebagai alat yang
menuntun pengguna untuk mencapai pengapliaksian Industri 4.0 dalam proses
pengiriman dokumen permintaan material menggunakan E-mail. Berikut
framework usulan solusi perbaikan proses pengiriman dokumen permintaan
material.
79 Universitas Kristen Petra
Gambar 4. 17 Framework Industri 4.0 Usulan Perbaikan Pengiriman Dokumen
Permintaan Material
Gambar di atas merupakan framework Industri 4.0 untuk usulan solusi
perbaikan peralihan sistem untuk proses pengiriman dokumen permintaan material.
Terdapat 5 lapisan penyusun dari perancangan Industri 4.0 dari proses aktivitas
pengiriman dokumen permintaan material yang terdiri dari aplikasi industri 4.0.
metode, simpul sistem, objek teknologi, dan teknologi (software). Pada lapisan
pertama aplikasi Industri 4.0 dari proses pengiriman dokumen adalah smart
manufacturing, karena memiliki pengertian bahwa penggunaan teknologi
komputerisasi untuk mengerjakan dan mengendalikan proses-proses aktivitas.
Aplikasi Industri 4.0 ini didukung oleh metode pengerjaan aktivitas untuk
proses pengiriman dokumen permintaan material, terdapat tiga metode yaitu
efficient resource management, automation, dan Work Data Visualisations. Metode
efficient resource management dipilih karena perlu mengefisiensikan jumlah
pekerja atau mengefisienkan jumlah kerja dari seorang pekerja. Pekerjaan
pengiriman dokumen yang dahulunya dilakukan secara manual dapat dilakukan
peningkatan dan perbaikan sistem untuk mengefisienkan pekerjaan manual.
Metode automation dipilih karena untuk mencapai aplikasi smart manufacturing
dibutuhkan teknologi yang secara otomatis dapat membantu meringankan
pekerjaan manusia. Proses pengiriman dokumen memerlukan teknologi untuk
mempermudah proses pengiriman sehingga tanpa dilakukan secara manual. Work
data visualisation penting untuk mendasari pencapaian smart manufacturing untuk
80 Universitas Kristen Petra
mengetahui segala data proses secara transparan, sehingga dalam proses ini
membantu Staf PPC untuk mengetahui kapan untuk dapat mengambil material.
Lapisan ketiga adalah simpul sistem atau dapat dikatakan sebagai
pengguna dari sistem ini, dan pengguna dari sistem ini adalah operator Warehouse
dan Staf PPC yang berada di lantai produksi. Sistem ini melibatkan interaksi antara
Staf PPC dan operator Warehouse untuk bertukar informasi dan membagikan file
dokumen untuk aktivitas permintaan material. Staf PPC bertugas untuk
mengirimkan list permintaan material untuk kepentingan produksi, sedangkan
Warehouse bertanggung jawab untuk mempersiapkan material sesuai permintaan.
Lapisan keempat merupakan objek teknologi atau alat atau mesin yang
dibutuhkan untuk mendukung dalam pencapaian aplikasi smart manufacturing atau
pengiriman dokumen melalui teknologi. Proses pengiriman dokumen memerlukan
beberapa objek teknologi untuk menyediakan prasarana dalam proses pengiriman
dokumen. Objek teknologi yang dimaksud adalah komputer untuk membuat list
permintaan yang hemat tenaga, dan sumber daya kertas, serta jaringan ethernet
sebagai sarana pengiriman dokumen secara wireless dan otomatis.
Lapisan terakhir merupakan teknologi yang dibutuhkan. Teknologi yang
dimaksud disini tidak seperti objek teknologi yang merupakan alat fisik yang
membantu manusia (hardware), melainkan software yang memberi sarana untuk
objek teknologi dapat digunakan. Teknologi software yang diperlukan untuk proses
pengiriman dokumen adalah akun E-mail dan Microsoft Office, yang sama-sama
dibutuhkan oleh kedua pengguna baik operator Warehouse maupun Staf PPC. Akun
E-mail yang digunakan adalah dengan merek Google Mail, hal ini dikarenakan
banyak keunggulan yang dapat semakin mempermudah pekerjaan staf PPC dan
Warehouse. Fitur keunggulan E-mail tersebut adalah penerima E-mail dapat secara
langsung memilah dan mengkategorikan E-mail yang masuk ke dalam folder
tertentu yang telah ditetapkan. Fitur ini sangat membantu menjawab kekhawatiran
operator Warehouse yang menyebutkan peralihan sistem dapat menyebabkan
kebingungan karena E-mail yang masuk tidak terpilah dan tidak bisa
mengutamakan pekerjaan yang harus segera diselesaikan atau material yang harus
segera dipersiapkan. Pengguna dapat melakukan setting di E-mail dengan langkah
seperti berikut.
81 Universitas Kristen Petra
1. Masuk ke akun Google Mail
2. Pilih “Buat label baru” pada sisi kiri jendela Google Mail.
Catatan: Gunakanlah garis bawah sebagai pengganti spasi saat menamai label.
Label ini akan tercantum di sebelah kiri jendela Google Mail.
3. Langkah berikutnya, membuat filter dengan mengklik Pengaturan, lalu pada
Filter tempatkan kursor di kotak input berlabel “Kepada:”, lalu ketik
[email protected] di mana gmail_username adalah alamat E-
mail Google Mail Anda. Misalnya:[email protected]. Kemudian
klik next.
4. Langkah selanjutnya adalah melakukan centang “Terapkan Label” dan pilih
nama label yang telah dibuat.
5. Melakukan centang “Abaikan kotak masuk” untuk secara otomatis mengirim
pesan ke label (terpilah langsung menuju folder label tersebut).
6. Langkah terakhir Klik “Buat filter” dan selesai!
Langkah-langkah di atas menunjukkan cara untuk membuat folder dan
pengaturannya agar pengirim yang mengirimkan sesuai standar default E-mail yang
telah ditetapkan sehingga bisa terpilah langsung menuju folder. Fitur ini efektif
membantu pekerjaan operator Warehouse sehingga tidak bingung akibat
kekhawatiran E-mail yang masuk dalam jumlah besar.
4.4 Usulan Perbaikan Permasalahan Pengiriman Finished good
Permasalahan pengiriman Finished good menuju Warehouse terjadi
karena pengiriman Finished good harus dilakukan secara manual dengan
mendorong troli yang memiliki beban yang cukup berat. Hal ini disebabkan karena
pengiriman Finished good tidak “One Piece Flow” tapi menunggu pada jam
tertentu yang tidak tentu setiap harinya untuk mengirimkan beberapa dus Finished
good secara sekaligus. Tingkat produktif Staf PPC yang tinggi yang menyebabkan
aktivitas pengiriman Finished good tidak dapat sering dilakukan, selain itu juga
akan menghabiskan waktu dan tenaga (biaya transportasi) untuk pengirman finished
good berulang-ulang. Usulan perbaikan untuk menangani permasalahan
pengiriman finished good ini adalah dengan menggunakan robot Transportasi
“Automated Guided Vehicle” (AGV). Usulan perbaikan ini dinilai telah memenuhi
82 Universitas Kristen Petra
pula target perusahaan yang ingin mengembangkan perusahaan mengarah pada
penerapan era Industri 4.0.
Usulan Perbaikan ini membutuhkan perancangan ukuran AGV yang akan
digunakan dalam pengiriman finished good di area produksi. Perancangan ukuran
AGV dapat dilihat dari ukuran kardus packing yang digunakan oleh masing-masing
segmen produksi. Berikut data kardus packing yang digunakan oleh masing-masing
segmen.
Tabel 4.18 menunjukkan jenis-jenis kardus packing yang digunakan oleh
segmen 2215-2216 dalam proses produksi. Kardus tipe GS merupakan kardus untuk
kuantiti FG dalam jumlah kurang dari 50 buah.Tipe VS untuk kuantiti FG dalam
jumlah di atas 50 buah, khusus untuk tipe kardus VVP 082 memiliki kuantiti dari
14-40 buah. Jenis kardus packing yang regular digunakan oleh Segmen 2216 adalah
tipe VVP 082, tipe VVP 082 memiliki ukuran 45,5cm x 31,5cm x 17,8cm dengan
berat maksimal 2 Kg. Jenis kardus packing yang regular digunakan oleh Segmen
2215 adalah tipe VVP tipe VVP 043 dan VVP 074. Tipe VVP 043 memiliki ukuran
46,5cm x 31,5cm x 17,8cm dengan berat maksimum 5,3 Kg, tipe VVP 074 memiliki
ukuran 46,3cm x 31,5cm x 17,8cm dengan berat maksimal 8,8 Kg. Jenis Kardus
packing segmen produksi lainnya dapat dilihat pada Lampiran 3.
83 Universitas Kristen Petra
Tabel 4. 18 Data Kardus Packing Segmen 2215-2216
Segmen Jenis Packaging yang digunakan
Nama Item TIPE
kardus
Ukuran Packaging
(cm)
Quantity FG dalam kardus
Beban kardus terisi FG (Kg)
Ukuran Rak
Intensitas PPC Mengirim FG
Jarak Rak
FG per segmen dan
WH (m)
Packing 2216
VVP 266
(Tipe Phoenix)
Faltschachtel
Phoenix 9501429 GS
11,5 x 5,3 x
3 1 pcs
0,04889 Kg
(1pcs)
248 x 60,5 x 193
(1 kali/shift) (±jam 10.00)
27,295
VVP291
(Tipe
Phoenix)
Faltschachtel 85x135x70 mm
GS 13,6 x 8,8 x
7,4
1-20 (Maks) pcs
1 Kg (20 Pcs)
VVP 092
(ETA)
Faltschachtel
111x147x39 mm GS
15 x 11,5 x
4,2 1-8 pcs
0,4 Kg (8
Pcs)
VVP 002
(ETA) VVP GS 2 GS
22,4 x 14,9
x 4,3
9-20 (maks)
pcs
0,6 Kg (20
Pcs)
Packing 2216
VVP 001 Faltschachtel
Phoenix 9501429 GS 11,5 x 5,3 x 3 1 pcs
0,04889 Kg
(1pcs)
248 x 60,5 x 193
(1 kali/shift) (±jam 10.00)
27,295
VVP 082 * Faltschachtel
85x135x70 mm GS 13,6 x 8,8 x 7,4
1-20 (Maks)
pcs
1 Kg (20
Pcs)
VVP 084 Faltschachtel
111x147x39 mm GS 15 x 11,5 x 4,2 1-8 pcs
0,4 Kg (8
Pcs)
VERP 043 VVP GS 2 GS 22,4 x 14,9 x
4,3
9-20 (maks)
pcs
0,6 Kg (20
Pcs)
VVP 074 VS VS 46,5 x 31,5
x 26,3
127-180 Pcs
(VVP 266)
8,8 Kg (180
Pcs)
84 Universitas Kristen Petra
Perancangan ukuran AGV juga memerlukan data batasan ukuran dan
luasan dari jalan yang akan dilalui oleh AGV. AGV yang akan digunakan akan
melalui rak finished good untuk mengambil finished good yang telah selesai dari
proses produksi, dan menuju Warehouse untuk disimpan. Layout lantai produksi
memerlukan perbaikan agar diperoleh lokasi rak FG yang tepat di tepi jalan. Hal ini
dilakukan agar memudahkan penggunaan AGV untuk pengiriman menuju
Warehouse melalui jalur besar lantai produksi. Berikut layout posisi ideal rak FG
di area segmen magnetik (segmen 2215-2216, segmen 201, segmen 3X00).
Gambar 4. 18 Layout Posisi Rak FG Segmen 2215-2216, 201, 3X00 Kondisi
Usulan
85 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.18 Layout Posisi Rak FG Segmen 2215-2216, 201, 3X00
Kondisi Usulan (lanjutan)
Gambar 4.18 menunjukkan hasil re-layout yang menunjukkan
perpindahan lokasi dari rak penyimpanan FG di area produksi untuk segmen 2215-
2216, 201, dan 3X00. Dapat dilihat dari kondisi awal pada Gambar 4.19 semula
untuk rak penyimpanan FG untuk segmen 2215-2216 dan segmen 3X00 berada di
tengah area produksi dan jauh dari area pelaksanaan packing, menjadi di tepi jalur
besar dan berada diarea pengerjaan packing. Re-layout ini selain digunakan untuk
perancangan letak rak FG yang dipersiapkan di tepi jalur yang dapat dilalui AGV
yang nantinya diterapkan, re-layout juga digunakan untuk mengukur dan
memperluas jalur yang akan dilalui AGV. Data layout dan data kardus packing
digunakan sebagai usulan ukuran AGV yang akan digunakan oleh PT. X agar dapat
digunakan secara maksimal.
Berdasarkan data kardus packing yang digunakan reguler dan data layout
ukuran AGV memiliki ukuran optimal yaitu sebesar 46,5cm x 31,5cm. Ukuran
lebar jalan terkecil yang akan dilalui sebesar 130 cm sehingga dengan ukuran AGV
yang sedemikian masih dapat dilalui. Perancangan AGV mempertimbangkan pula
teknologi pergerakan yang dimiliki oleh AGV. Lebar jalur di lantai produksi yang
tidak begitu luas mengharuskan perusahaan memilih AGV yang memiliki
kemampuan untuk bergerak dengan tidak membutuhkan ruang terlalu luas.
Perusahaan telah memilih untuk bekerjasama dengan perusahaan lain penyedia jasa
produksi AGV, berikut produk AGV yang telah direncanakan untuk digunakan.
86 Universitas Kristen Petra
Gambar 4. 19 Automated Guided Vehicle Infiniti Grup
Sumber: (CasunGroup, 2019)
Perencanaan penggunaan AGV disediakan oleh perusahaan Casun Grup.
AGV rancangan perusahaan Casun grup memiliki spesifikasi yang cukup
memenuhi kebutuhan perusahaan PT. X. Spesifikasi AGV ini meliputi:
(CasunGroup, 2019)
Tabel 4. 19 Spesifikasi AGV Usulan
Spesifikasi AGV
Payload: 500 Kg/ 1000Kg Guidance mode: Magnetic guidance
Dimension: ( L178cm*W51cm*H31cm) Working Mode: 24 Hours (24V,75 Ah)
Charging mode: manual or automatic
Moving Ways: 360º rotation and
crabwise moving
Speed : up to 35 M/min
Security induction Range: Emergency
Braking Distance of less than 20mm
Pemilihan AGV ini dinilai cukup memadai karena dari sisi teknologi
pergerakan AGV sudah mendukung untuk digunakan di luas area produksi yang
tidak begitu luas karena mendukung pergerakkan berputar 360º. Kemampuan
angkut AGV juga cukup besar yaitu mampu mengangkut maksimal 1000 Kg.
87 Universitas Kristen Petra
Kekurangan dari AGV ini terletak pada dimensi lebar yang tidak mampu
menjangkau penggunaan kardus packing terbesar dengan lebar 75,5 cm.
Kekurangan ini tidak menjadi permasalahan karena penggunaan kardus packing
berukuran terbesar hanya digunakan untuk segmen aerospace, dan tidak reguler
digunakan, serta jarak gudang aerospace berada pada satu area produksi. Nilai
Investasi untuk AGV ini mencapai ± Rp 600.000.000,00. Nilai Investasi yang
cukup besar, namun memiliki keuntungan yang dapat diterima perusahaan mulai
dari penghematan biaya transportasi, menghemat ruang rak FG karena pengaliran
barang setelah produksi lancar, hingga keselamatan pekerja terjamin.
4.4.1 Keuntungan Usulan Solusi Perbaikan Penggunaan AGV
Penggunaan AGV dapat memberikan keuntungan dari segi biaya
transportasi dan pengantaran barang yang “One Piece Flow” secara kontinu tanpa
harus menunggu hingga rak finished good harus penuh menumpuk. Pengiriman FG
terjadwal secara pasti setiap harinya.Perhitungan keuntungan penggunaan AGV
dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah frekuensi Staf PPC ke Warehouse
untuk mengantar finished good. Data pengiriman finished good beserta jumlah
produksi masing-masing Finished good untuk KW 11 hingga 13 segmen 2216 dapat
dilihat pada Lampiran 4. Berikut rangkuman data frekuensi pengiriman finished
good selama bulan Maret KW 11-13.
Tabel 4. 20 Frekuensi Pengiriman Finished good KW 11 hingga 13 Segmen 2216
Jumlah
Finished
good
Tanggal
RAF Frekuensi
Jarak
(meter)
Waktu
Tempuh
(detik)
15 11/03/2019 2
27,295 95,49
15 12/03/2019 3
19 13/03/2019 4
8 14/03/2019 2
15 18/03/2019 2
2 19/03/2019 1
1 20/03/2019 1
3 21/03/2019 1
7 22/03/2019 1
1 23/03/2019 1
88 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.20 Frekuensi Pengiriman Finished good KW 11 hingga 13 Segmen 2216
(lanjutan)
Jumlah
Finished
good
Tanggal
RAF Frekuensi
Jarak
(meter)
Waktu
Tempuh
(detik)
16 25/03/2019 3
Rata-rata 3
Rata-rata frekuensi pengiriman finished good berdasarkan Tabel 4.20
adalah sebesar 3 kali dalam sehari berdasarkan jumlah Finished good yang
diproduksi. Jarak dari Rak FG dengan area penyimpanan FG di Warehouse sejauh
27,295 meter. Waktu yang ditempuh Staf PPC melakukan pengiriman FG ke
Warehouse sebesar 95,49 detik sekali melakukan perjalanan.Usulan solusi
perbaikan dengan menggunakan Automated Guided Vehicle (AGV) memberikan
keuntungan, salah satunya penghematan waktu. Contoh perhitungan penghematan
waktu dapat dilihat pada perhitungan berikut:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑒𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢
= 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑥 2
3600
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑒𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 = (3𝑥312 hari kerja) 𝑥 95,49 𝑥 2
3600=
178757
3600
= 49,65 𝑗𝑎𝑚
Perhitungan di atas merupakan contoh perhitungan total penghematan
waktu dari proses pengiriman finished good produksi segmen 2216. Penghematan
waktu dalam 1 tahun proses pengiriman FG di segmen produksi 49,65 jam dan Staf
PPC mengalami penghematan jarak perpindahan sebesar 25,548 kilo meter dalam
setahun. Perhitungan total penghematan waktu diperoleh dari total banyaknya
frekuensi dalam 1 tahun dan waktu tempuh untuk pengiriman dokumen dikali dua
karena untuk satu kali perjalanan pergi dan pulang kembali ke area kerja Staf PPC.
Waktu tempuh pengiriman dokumen berada dalam satuan sekon sehingga hasil
akhir dibagi dengan 3600 untuk hasil dalam satuan jam.
Penghematan biaya transportasi dihitung berdasarkan total penghematan
waktu dengan gaji pegawai per jam. Berdasarkan nilai Upah Minimum Kerja
89 Universitas Kristen Petra
(UMK) kota Sidoarjo ditambah 10% bonus, biaya yang dikeluarkan perusahaan
untuk pegawai sebesar Rp 4.212.518,00 dalam satu bulan, yang artinya jika
dikonversikan ke dalam per jamnya adalah sebesar Rp 20.252,49. Penghematan
biaya transportasi dari hasil penerapan pengiriman finished good dengan
menggunakan AGV adalah sebesar Rp 1.005.633,00 dalam satu tahun untuk
segmen produksi 2216 saja.
Keuntungan kedua yang diperoleh adalah mengurangi kemungkinan
kecelakaan kerja yang dapat dialami pekerja saat melakukan pekerjaan manual
sekaligus mengurangi kemungkinan pengeluaran tunjangan bagi karyawan yang
mengalami kecelakaan. Keuntungan lainnya adalah mengurangi pengiriman yang
tidak tepat waktu dan penyimpanan finished good di area Warehouse karena tidak
ada jadwal pasti yang dilakukan Staf PPC untuk mengirim finished good. Dampak
yang dapat ditimbulkan dari tidak adanya jadwal yang pasti tersebut, meliputi:
Terlambatnya jadwal pengiriman yang seharusnya finished good yang telah
selesai diproduksi dapat dikemas ke dalam palbox untuk siap kirim ekspedisi,
yang disebabkan karena harus menunggu Staf PPC mengirim ke Warehouse.
Menumpuknya finished good di rak penyimpanan FG sementara di area
produksi, yang menyebabkan tidak ada sisa ruang kosong pada rak untuk
finished good berikutnya yang selesai diproduksi.
Pengiriman dengan jumlah finished good dalam troli yang maksimal,
mengakibatkan staf PPC harus menggunakan tenaga yang lebih untuk
mendorong manual troli menuju area penyimpanan finished good di Warehouse,
sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.
Membutuhkan waktu dan biaya transportasi ganda jika dalam sekali pengiriman
finished good dalam jumlah besar hingga kapasitas troli tidak cukup, sehingga
melakukan pengiriman finished good kembali untuk sisa finished good yang
belum terangkut.
Mengakibatkan penumpukan kerja di proses penyimpanan finished good oleh
operator Warehouse.
Keuntungan lainnya adalah penggunaan AGV mampu mengefisienkan
aktivitas RAF sebelum masuk gudang dari empat proses menjadi dua proses.
Aktivitas yang terjadi dalam aktivitas RAF meliputi:
90 Universitas Kristen Petra
Memastikan dokumen yang menyertai produk lengkap
Memeriksa identitas produk yang terlampir pada badan kardus FG telah sesuai
dengan perencanaan produksi.
Melakukan pemindahan FG dari Rak FG ke Troli yang digunakan untuk
mengirim menuju Warehouse.
Pengiriman FG menggunakan troli dengan pendorongan manual.
Empat proses di atas menunjukkan langkah-langkah yang dilakukan oleh
staf PPC untuk aktivitas RAF setelah Finished good selesai diproduksi. Proses
memastikan kelengkapan dokumen dan pemeriksaan identitas dapat dilakukan
lebih cepat karena pengiriman Finished good dilakukan tidak bersamaan pada
jumlah yang besar. Penggunaan AGV dapat menghilangkan proses pemindahan FG
dari Rak untuk dipindahkan ke AGV sebagai alat transportasi. Proses ini dapat
dihilangkan jika penggunaan rak “kara kuri” dapat diintegrasikan dengan
penggunaan AGV. Berikut ilustrasi penggunaan rak “kara kuri” dengan penerapan
AGV.
Gambar 4. 20 Penggunaan Integrasi rak Kara Kuri dengan AGV
Prinsip kerja dari integrasi rak Kara Kuri dan AGV adalah AGV akan
mengangkut rak Kara Kuri secara mobile, yang ketika menyentuh rak Kara Kuri
milik penyimpanan FG, maka kardus FG akan berpindah dengan otomatis. Proses
pengiriman FG yang dilakukan oleh staf PPC dengan menggunakan troli akan
hilang juga jika penggunaan AGV dijalankan. Total waktu yang berkurang dari dua
91 Universitas Kristen Petra
proses tersebut berturut-turut adalah 6,68 detik dan 95,49 detik, total penghematan
waktu sebesar 51,38 jam/ tahun/ segmen.
4.4.2 Framework Industri 4.0 Usulan Perbaikan Pengiriman Finished good
Usulan solusi perbaikan peralihan sistem kerja yang mengacu pada
implementasi Industri 4.0 membutuhkan kerangka kerja untuk mempersiapkan
segala sesuatu dalam peralihan sistem. Framework digunakan sebagai alat yang
menuntun pengguna untuk mencapai pengapliaksian Industri 4.0 dalam proses
pengiriman dokumen permintaan material menggunakan E-mail. Berikut
framework usulan solusi perbaikan proses pengiriman dokumen permintaan
material.
Gambar 4. 21 Framework Industri 4.0 Usulan Perbaikan Pengiriman FG
Gambar di atas merupakan framework Industri 4.0 untuk usulan solusi
perbaikan peralihan sistem untuk proses pengiriman Finished good menuju
Warehouse. Terdapat 5 lapisan penyusun dari perancangan Industri 4.0 dari proses
aktivitas pengiriman dokumen permintaan material yang terdiri dari aplikasi
industri 4.0.metode, simpul sistem, objek teknologi, dan teknologi (software). Pada
lapisan pertama aplikasi Industri 4.0 dari proses pengiriman dokumen adalah
Intelligent Transport, karena memiliki pengertian bahwa penggunaan teknologi
robot AGV untuk mengerjakan dan mengendalikan aktivitas pengiriman FG.
Aplikasi Industri 4.0 ini didukung oleh metode pengerjaan aktivitas untuk
proses pengiriman FG menuju Warehouse, terdapat tiga metode yaitu efficient
resource management, automation, dan Work Data Visualisations. Metode efficient
92 Universitas Kristen Petra
resource management dipilih karena perlu mengefisiensikan jumlah pekerja atau
mengefisienkan jumlah kerja dari seorang pekerja. Pekerjaan pengiriman FG yang
dahulunya dilakukan secara manual dapat dilakukan peningkatan dan perbaikan
sistem untuk mengefisienkan pekerjaan manual. Metode automation dipilih karena
untuk mencapai aplikasi Intelligent Transport dibutuhkan teknologi yang secara
otomatis dapat membantu meringankan pekerjaan manusia. Proses pengiriman FG
memerlukan teknologi otomatis untuk mempermudah proses pengiriman sehingga
tanpa dilakukan secara manual. Work data visualisation penting untuk mendasari
pencapaian smart manufacturing untuk mengetahui segala data proses secara
transparan, sehingga dalam proses ini membantu Staf PPC untuk mengetahui kapan
untuk dapat mengambil material.
Lapisan ketiga adalah simpul sistem atau dapat dikatakan sebagai
pengguna dari sistem ini, dan pengguna dari sistem ini adalah operator Warehouse
dan Staf PPC yang berada di lantai produksi di rak FG. Sistem ini melibatkan
interaksi antara Staf PPC dan operator Warehouse untuk penyimpanan FG di
Gudang. Staf PPC bertugas untuk mengirimkan FG yang telah selesai di produksi
ke gudang penyimpanan, sedangkan operator Warehouse bertanggung jawab untuk
menerima dan melakukan penyimpanan di gudang.
Lapisan keempat merupakan objek teknologi atau alat atau mesin yang
dibutuhkan untuk mendukung dalam pencapaian aplikasi Intelligent Transportatau
pengiriman FG secara otomatis. Proses pengiriman FG memerlukan beberapa objek
teknologi untuk menyediakan prasarana dalam proses pengiriman FG. Objek
teknologi yang dimaksud adalah komputer, ethernet, dan Automated Guided
Vehicle (AGV). Komputer digunakan untuk mengendalikan dan memantau
penggunaan AGV. Ethernet digunakan sebagai jaringan yang diguakan untuk
berkomunikasi dan mengendalikan pergerakan AGV. AGV sendiri digunakan
sebagai robot otomatis yang digunakan untuk melakukan aktivitas pengiriman FG.
Lapisan terakhir merupakan teknologi yang dibutuhkan. Teknologi yang
dibutuhkan untuk objek teknologi Komputer meliputi, open source software(OSS),
RFID Transmitter Program, dan Software ERP. Open source software digunakan
untuk memantau dan mengendalikan pergerakan AGV yang dikonversikan dari
pergerakan kondisi nyata AGV. Wifi (internet) digunakan sebagai jaringan untuk
93 Universitas Kristen Petra
menyediakan prasarana Ethernet untuk melakukan komunikasi dan mengendalikan
AGV. Teknologi yang digunakan AGV adalah Wifi, Sensor Magnetik dan Infrared
untuk pengendali pergerakan AGV, RFID Transmitter untuk pembacaan perintah
gerakan AGV, dan OSS untuk berkomunikasi dengan komputer induk.
Lapisan keempat dan kelima yang digunakan untuk kedua user sama.
Perbedaan penggunaan obyek teknologi terdapat pada user Staf PPC di Rak FG
yaitu digunakannya teknologi rak FG “Rak Karakuri”. Rak FG ini membutuhkan
hardware berupa “Caster Wheels” yaitu roller untuk memudahkan pemindahan FG
dari rak penyimpanan sementara di produksi ke AGV.
4.5 Analisa Dampak Usulan Perbaikan Terhadap Nilai Status
Implementasi Industri 4.0 di Departemen
Hasil dari usulan perbaikan dalam meningkatkan aktivitas berdasarkan
syarat industri 4.0 memberikan dampak terhadap status implementasi departemen
terkait. Usulan perbaikan untuk pengiriman dokumen permintaan material dan
usulan perbaikan untuk pengiriman finished good meningkatkan nilai status
implementasi industri 4.0 pada departemen MPO. Berikut Tabel 4.21 menunjukkan
penilaian evaluasi sebelum dan sesudah dilakukan usulan perbaikan untuk
departemen MPO aktivitas proses produksi.
94 Universitas Kristen Petra
Tabel 4. 21 Perbandingan Evaluasi Hasil Usulan Perbaikan
Proses ke- Sebelum Usulan Perbaikan Setelah Usulan Perbaikan
9 10 16 9 10 16
Nama Proses
Membuat proposal
permintaan material
di warehouse
Memberikan proposal
permintaan material
ke Warehouse
Menyerahkan hasil FG
ke Inventory untuk
dilakukan RAF
Membuat proposal
permintaan material di
warehouse
Memberikan proposal
permintaan material ke
Warehouse
Menyerahkan hasil FG ke Inventory untuk
dilakukan RAF
Media Form permintaan
material
Form permintaan
material troli manual E-mail E-mail AGV
8 Kriteria
Aplikasi
Industri 4.0
Intelligent Transport -
X
(pengiriman dokumen
masih dilakukan
manual ke gudang)
X
(Pengiriman FG masih
dilakukan manual dengan
menggunakan troli
konvesional)
-
V
(pengiriman dokumen
sudah dilakukan dengan
menggunakan e-mail)
V
(Pengiriman FG sudah dilakukan oleh robot
AGV)
Human Movement
Optimisation
X
(pembuatan
dokumen masih
harus dilakukan
print dan tanda
tangan manual)
X
(harus melakukan
perjalanan menuju
departemen MH-
Warehouse di Gudang
untuk pengiriman
dokumen)
X
(membutuhkan
pergerakan manusia
untuk mendorong troli
konvensional secara
manual)
V
(pembuatan dokumen
menggunakan Software
AX dan Pengiriman
menggunakan E-mail)
V
(menggunakan e-mail
dalam mengirim
dokumen, tidak
memerlukan pergerakan
perpindahan)
V
(Tidak memerlukan pergerakan untuk
mengantar FG, karena sudah dibantu oleh
AGV)
Real time work
visualisation
X
(Tidak real time
karena ketika ada
permintaan material
dokumen harus
diberikan secara
langsung agar
departemen MH-
Warehouse
mengetahui)
X
(Tidak real time
karena ketika ada
permintaan material
dokumen harus
diberikan secara
langsung agar
departemen MH-
Warehouse
mengetahui)
-
V
(Real time dalam
mengetahui dokumen
permintaan material
yang masuk di e-mail)
V
(Real time dalam
mengetahui dokumen
permintaan material
yang masuk di e-mail)
-
Collaborative work
V
(Pembuatan
dokumen sudah
dibantu oleh
software ERP)
X
(Software ERP tidak
mampu untuk
mengirimkan
dokumen ke
Warehouse)
-
V
(Pembuatan dokumen
sudah dibantu oleh
software ERP)
V
(Pengiriman dokumen
menggunakan e-mail)
-
Big data analytics - - - - - -
Smart manufacturing - - X - - V
(terkontrol dengan Iot)
Digital factory - - - - - -
Smart products - - - - - -
95 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.21 di atas menunjukkan evaluasi sebelum dilakukannya usulan
perbaikan dan setelah hasil usulan perbaikan. Berdasarkan lampiran 1 departemen
MPO untuk aktivitas proses produksi terdapat 21 proses didalamnya. Perbaikan
proses terdapat pada urutan proses ke 9,10, dan 16. Ketiga proses menunjukkan
terjadi peningkatan evaluasi dari yang sebelumnya terkategori dalam “Few
Implemented Industry 4.0” menjadi ”fully implemented industry 4.0”. Peningkatan
tersebut terjadi pada aplikasi intelligent transport, human movement optimisation,
dan real time work visualisation. Peningkatan terjadi dari yang semula hanya 12
proses menjadi 15 proses dari 21 proses yang terkategori dalam “fully implemented
industry 4.0”. Berikut hasil penilaian departemen MPO secara keseluruhan dapat
dilihat pada Tabel 4.22.
Tabel 4. 22 Penilaian Aktivitas Proses Produksi Usulan Perbaikan
Tabel 4.22 di atas menunjukkan evaluasi penilaian untuk aktivitas proses
produksi setelah usulan perbaikan. Nilai evaluasi untuk aktivitas Proses Produksi
meningkat 14,28% dari semula 57,14% menjadi 71,42%. Nilai evaluasi departemen
MPO secara keseluruhan juga meningkat sebesar 11,08% dari semula 59,29%
menjadi 70,37%. Ketiga proses MPO yang termasuk dalam proses produksi, telah
meningkatkan jumlah proses produksi yang terkategori “fully implemented industry
4.0” dari 53 proses menjadi total 56 proses dari 256 proses produksi.