111

Click here to load reader

ANALISA STRES KERJA PADA KONDISI DAN BEBAN KERJA

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISA STRES KERJA PADA KONDISI DAN BEBAN KERJA PERAWAT DALAM KLASIFIKASI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMKIT TK II PUTRI HIJAU KESDAM I/BB MEDAN

TESISOLEH SUPARDI 057010018 / KK SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007

ANALISA STRES KERJA PADA KONDISI DAN BEBAN KERJA PERAWAT DALAM KLASIFIKASI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMKIT TK II PUTRI HIJAU KESDAM I/BB MEDAN

TESISUntuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Pada Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara OLEH

SUPARDI 057010018 / KKSEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007

LEMBAR PENGESAHANJudul Tesis : ANALISA STRES KERJA PADA KONDISI DAN BEBAN KERJA PERAWAT DALAM KLASIFIKASI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMKIT TK II PUTRI HIJAU KESDAM I/BB MEDAN TAHUN 2007 Nama Mahasiswa : SUPARDI Nomor Induk Mahasiswa : 057010018 Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja Menyetujui Komisi Pembimbing : Prof. Dr. Habibah Hanum Nst, Sp.Pd, K, Psi Ketua Ferry Novliadi, S.Psi, MSi Ir. Mbue Kata Bangun, MS Anggota Anggota Ketua Program Studi, Direktur SPs USU

Dr.Drs.R.Kintoko Rochadi, MKM Prof.Dr.Ir. T.Chairun Nisa B., Msc. Tanggal Lulus : 1 Agustus 2007 Telah diseminarkan dan diuji di depan Komisi Pembimbing dan Tim Penguji Program Pascasarjana USU untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan pada tanggal 1 Agustus 2007 PANITIA PENGUJI KARYA AKHIR PROFESIONAL Ketua : Prof. Dr. Habibah Hanum Nst, Sp.Pd, K, Psi Anggota : Ferry Novliadi, S.Psi, MSi Ir. Mbue Kata Bangun, MS Dr.Drs.R.Kintoko Rochadi, MKM dr. Halinda Sari Lubis, MKKK PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Medan, 1 Agustus 2007 Supardi KATA PENGANTAR Bisnillahirrahmannirrahim. Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan izin dan rahmatNya lah penulis dapat menyelesaikan Tesis yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada program Magister Kesehatan Kerja Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada : 1. Komisi pembimbing yaitu : Ibu Prof. Dr. Habibah Hanum Nst, Sp.Pd, K, Psi, Bapak Ferry Novliadi, S.Psi, MSi, dan Bapak Ir. Mbue Kata Bangun, MS yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan Tesis sehingga tesis ini semakin sempurna. 2. Bapak Prof.Dr.Ir. T.Chairun Nisa B., Msc selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Bapak Dr.Drs.R.Kintoko Rochadi, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ibu dr. Halindasari Lubis, MKKK selaku sekretaris jurusan Program Magister Kesehatan Kerja Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara dan Bapak/Ibu staf pengajar yang telah banyak memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis selama penulis menjalani perkuliahan. 3. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak dr. Ahadin, MARS selaku mantan Kakesdam I/BB dan Bapak dr. Tjahaya Indra Utama, SpAn,MARS selaku Kakesdam I/BB yang telah memberikan izin kepada saya untuk melanjutkan studi pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 4. Penulis juga mengucapkan terimah kasih kepada Ibu Kepala dan seluruh staf Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan yang telah memberi izin kepada penulis dalam melakukan penelitian khususnya kepada Mayor Ckm Yurizal, SKM selaku Kepala Bangsal, Ibu Imelda Rosalina Sembiring, Amd selaku Ka Perawatan, dan

Bapak/Ibu kepala ruang rawat inap yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian. 5. Rekan-rekan mahasiswa Magister Kesehatan Kerja Angkatan 2005 Ibu Ari P, Ibu Nana, Ibu Eliyana, Ibu Firy, Ibu Sri K, Ibu Eva, Ibu Liza, Ibu Diba, Ibu Lilis, Bapak Ali A, Bapak Arianto dan teman lainnya yang telah banyak memberikan dukungan dan do'a kepada penulis dalam penelitian ini, berjuang demi keberhasilan dan bersahabat dalam suka maupun duka, terima kasih sahabat. 6. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Almarhun Bapak Prof. dr. Harwinta F.Eyanoer, MSc, MPH, Dr.PH,SpOk yang telah banyak memberi wawasan kepada penulis, penulis do'akan semoga Allah memberikan tempat yang baik kepada Bapak. 7. Secara khusus penulis menyampaikan rasa sayang dan terima kasih yang tidak terhingga kepada orang tua tercinta Ibunda Sijah (Alm) dan Ponijan (Alm) serta Nenek Sumirah (Alm), segala apa yang telah diberikan Ibunda dan Nenek tidak akan dapat terbalas oleh penulis dan hanya do'a dan ucapan syukur kepada Allah SWT yang dapat penulis sampaikan atas anugerah ini, terima kasih semoga senantiasa mendapat ridho disisiNya dan diampuni dosanya. 8. Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada isteri tercinta Srindari Rezeki, anak-anak yang saya sayangi Indah Permata Wulandari, Muhammad Rizky, dan Muhammad Ridho Fadly yang selalu mendampingi, memberi dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan. Penulis menyadari Tesis ini tidak luput dari kekeliruan, akhirnya penulis berharap semoga penulisan Tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca untuk kemajuan Ilmu Pengetahuan khususnya bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Medan, 1 Agustus 2007 Penulis DAFTAR RIWAYAT HIDUP Supardi lahir di Kasindir Pematang Siantar, tanggal 10 Pebruari 1968, merupakan anak ke 3 dari 4 orang bersaudara, dari keluarga Bapak Ponijan (Alm) dan Ibunda Sijah (Alm). RIWAYAT PENDIDIKAN - SD Negeri Inpres Bagot Puloan Tanah Jawa, lulus tahun 1981 - SMP Alwashliyah Serbelawan, lulus tahun 1984 - SMA Negeri Serbelawan, lulus tahun 1987 - D III, lulus tahun 1996 - S1 Kesehatan Masyarakat USU, lulus tahun 2002 - Akta IV UMN Alwashliyah, lulus tahun 2003 - Masuk pendidikan Magistes Kesehatan Kerja USU, tahun 2005 RIWAYAT PEKERJAAN - Tahun 1988-1989, sebagai tenaga administrasi di PT Deserco Medan, proyek MUDP. - Tahun 1989-1990, sebagai tenaga honorer di Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB - Tahun 1990, diangkat menjadi PNS dengan penugasan di bagian rekam medis Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB sampai dengan tahun 1996. - Tahun 1996 sampai dengan sekarang bekerja di Makesdam I/BB.

ABSTRAK ANALISA STRES KERJA PADA KONDISI DAN BEBAN KERJA

PERAWAT DALAM KLASIFIKASI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMKIT TK II PUTRI HIJAU KESDAM I/BB MEDANKlasifikasi pasien merupakan sistem pengelompokan pasien di ruang rawat inap berdasarkan karakteristik dan tingkat kebutuhan pasien dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Klasifikasi pasien dibutuhkan dalam pengaturan kebutuhan tenaga kerja keperawatan di ruang rawatan. Dalam pemberian pelayanan kesehatan pada tiap klasifikasi pasien di ruangan yang banyak berperan adalah tenaga perawat, karena mereka selalu ada dalam ruangan rawatan dan merupakan jumlah terbesar di sebuah rumah sakit. Setiap kegiatan pekerjaan di ruangan dapat menjadi stressor bagi perawat. Tujuan penelitian mengetahui hubungan tipe kepribadian, beban dan kondisi kerja perawat terhadap stres kerja dan untuk mengetahui perbedaan tipe kepribadian, beban, kondisi dan stres kerja di ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB. Rancangan penelitian ini bersifat survei analitik yang memberikan gambaran terhadap stres kerja pada tipe kepribadian, beban dan kondisi kerja. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 83 orang dan sampel adalah jumlah keseluruhan populasi. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi terhadap kondisi kerja dan dengan koesioner tentang tipe kepribadian, beban, kondisi dan stres kerja. Hasil uji Regresi pada taraf keyakinan =0,05 menunjukkan : terdapat hubungan yang bermakna tipe kepribadian terhadap stres kerja dengan koefisien regresi sebesar 0,106, terdapat hubungan yang bermakna beban kerja terhadap stres kerja dengan koefisien regresi 0,041, terdapat hubungan yang bermakna kondisi kerja terhadap stres kerja dengan koefisien regresi 0,114. Koefisien regresi kondisi kerja memperlihatkan kontribusi paling besar terhadap terjadinya stres kerja kemudian tipe kepribadian dan beban kerja. Belum terdapat perbedaan yang bermakna pada tipe kepribadian, kondisi, beban dan stres kerja dalam penerapan klasifikasi pasien. Terdapat perbedaan yang bermakna pada tipe kepribadian, kondisi dan beban kerja terhadap terjadinya stres kerja. Diperlukan pengendalian stres kerja dari pihak rumah sakit dan juga dari perawat itu sendiri. Sebagai upaya pengendalian dan pencegahan terhadap terjadinya penyakit akibat kerja. Kata kunci : Stres kerja, tipe kepribadian, beban kerja, kondisi kerja, pengendalian stres Daftar Kepustakaan 47 (1986-2006) i

ABSTRACTANALYSIS OF WORK STRESS ON THE CONDITION AND WORKING BURDEN OF NURSES IN CLASSIFIED PATIENT WARDS AT PUTRI HIJAU KESDAM I/BB HOSPITAL MEDANPatient Classification is a system grouping patient in the hospitalized room based on the characteristic and requirement rate of patient in having medical treatment in service. Patient classification is required to arrange the need of personnel to handle in treatment. In serving them with treatment on each patien classification in room major to take role perhaps nurses there since they should be available in room and it is noted mostly for a hospital. Each activity to handle in room sometimes potential to become stressor for nurses. The objective of this study is to know the relationship of personality type, burden an condition of working around nurses to their working stress and to know

the difference of personality type, working burden, condition and working stress in hospitalized room of Rumkit Tk II Putri Hijau Hospital of Kesdam I/BB. The design to this study adopted an analytical survey which by describing things about working stress over personality type, burden and working condition. Population to this research summed 83 respondents and the sample is all total of population. Collecting data conducted by observation to the working condition and by questionnaire about the personality type, burden, condition an working stress. The result of regression test over convince rate =0,05 showed : existing a significant relationship personality type over the working stress with a regression coefficient amount 0,106 found a significant relations of working burden to the working stress with a regression coefficient 0,041, found a significant relations to the working condition over working stress with a regression coefficient 0,114. The regression coefficient of working condition show the greatest contribution to result working stress later to personal type and working burden. There is no found a significant difference on the personality type, condition, working burden and stres while arranging the patient classification. It is found a significant difference on personality type, condition and working burden over working stress. It is required institutional control over working stress by the management and also to those nurses, this way is aimed to control and preserve it over resulting any illness on working. Keywords : Working stress, personality type, working burden, working condition, stress controlling. Bibliography : 47 (1986-2006) ii DAFTAR ISI Halaman LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK .................................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................. iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... v DAFTAR ISI ................................................................................................. vi DAFTAR TABEL.......................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR..................................................................................... x BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 6 1.3. Landasan Teoritis ......................................................................... 8 1.4. Tujuan Penelitian ......................................................................... 8 1.4.1. Tujuan Umum ................................................................... 8 1.4.2. Tujuan Khusus .................................................................. 8 1.5. Hipotesa ....................................................................................... 9 1.6. Manfaat Penelitian ....................................................................... 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 11

2.1. Stres .............................................................................................. 11 2.1.1. Pengertian Stres.................................................................... 11 2.1.2. Pengertian Stres Kerja.......................................................... 12 2.1.3. Proses Stres ......................................................................... 13 2.1.4. Tingkatan Stres ................................................................... 14 2.1.5. Gejala Stres ......................................................................... 17 2.1.6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja ................. 19 2.1.7. Stres dan Daya Tahan Tubuh .............................................. 25 2.1.8. Akibat Stres.......................................................................... 26 2.2. Kondisi Kerja ............................................................................... 28 2.3. Beban Kerja ................................................................................ 29 2.4. Tenaga Perawat ............................................................................ 31 2.4.1. Hak-Hak Perawat ................................................................ 32 2.4.2. Kewajiban Perawat ............................................................. 33 2.4.3. Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit............................. 35 2.5. Klasifikasi Pasien ......................................................................... 36 2.5.1. Pengertian ............................................................................ 36 2.5.2. Tujuan Klasifikasi Pasien .................................................... 37 iii Halaman BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................ 39 3.1. Tempat dan Waktu ....................................................................... 39 3.1.1. Tempat ................................................................................ 39 3.1.2. Waktu .................................................................................. 39 3.2. Rancangan Jenis Penelitian .......................................................... 39 3.3. Populasi dan Sampel .................................................................... 40 3.3.1. Populasi ............................................................................... 40 3.3.2. Sampel ................................................................................. 40 3.4. Variabel Yang Diamati ................................................................ 40 3.4.1. Variabel Tergantung (Dependent Variable) ........................ 40 3.4.2. Variabel Bebas Independent Variable) ............................... 40 3.4.3. Variabel Pendukung (Moderating Variable) ...................... 41 3.5. Manajemen Data .......................................................................... 41 3.5.1. Sumber Data......................................................................... 41 3.5.2. Cara Pengumpulan Data....................................................... 41 3.5.3. Pengukuran Variabel ........................................................... 42 3.6. Teknik Pengolahan dan Analisa ................................................... 44 3.6.1. Pengolahan Data ................................................................. 44 3.6.2. Analisa Data ........................................................................ 44 3.7. Kerangka Konsep ......................................................................... 45 3.8. Definisi Operasional..................................................................... 46 3.9. Jadwal Pelaksanaan ...................................................................... 46 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................ 47 4.1. Hasil Penelitian ............................................................................ 47 4.1.1. Lokasi Penelitian dan Gambaran Umum ............................ 47 4.1.2. Tugas dan Kewajiban Rumkit ............................................. 49

4.1.3. Prosedur Kerja Ruang Rawat Inap....................................... 49 4.1.4. Karakteristik Subjek Penelitian............................................ 50 1) Karakteristik Berdasarkan Status Kepegawaian ............ 50 2) Karakteristik Berdasarkan Latarbelakang Pendidikan.... 51 3) Karakteristik Berdasarkan Usia ..................................... 51 4) Karakteristik Berdasarkan Masa kerja............................ 52 5) Karakteristik Berdasarkan Tipe Kepribadian.. .............. 52 6) Karakteristik Berdasarkan Beban Kerja ........................ 53 7) Karakteristik Berdasarkan Kondisi Kerja....................... 55 8) Karakteristik Berdasarkan Stres Kerja ........................... 56 4.2. Hasil Analisa................................................................................. 57 4.2.1. Karakteristik Tenaga Perawat di Ruang Rawat Inap ......... 57 4.2.2. Hubungan Tipe Kepribadian, Kondisi Kerja dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Perawat..................................... 59 iv Halaman 4.2.3. Perbedaan Tipe Kepribadian, Beban Kerja, Kondisi Kerja dan Stres Kerja Perawat Pada Klasifikasi Pasien di Ruang Rawat Inap .......................................................................... 61 4.2.4. Perbedaan Tipe Kepribadian, Beban Kerja dan Kondisi Kerja Pada Stres Kerja Perawat .......................................... 63 4.3. Pembahasan................................................................................... 64 4.3.1. Karakteristik Perawat di Ruang Rawat Inap........................ 64 4.3.2. Hubungan Tipe Kepribadian, Beban dan Kondisi Kerja terhadap Stres Kerja Perawat.. 67 4.3.3. Perbedaan Tipe Kepribadian, Beban Kerja, Kondisi Kerja dan Stres Kerja pada Klasifikasi Pasien di Ruang Rawat Inap....................................................................................... 68 4.3.4. Perbedaan Tipe Kepribadian, Beban Kerja dan Kondisi Kerja Pada Stres Kerja ........................................................ 69 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 71 5.1. Kesimpulan...... ............................................................................ 71 5.2. Saran................ ............................................................................ 72 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 74 LAMPIRAN Lampiran : 1 Intrumen A : Identifikasi responden.............................. 77 Lampiran : 2 Intrumen B : Koesioner Tipe Kepribadian.................... 78 Lampiran : 3 Intrumen C : Koesioner Beban Kerja............................. 80 Lampiran : 4 Intrumen D : Koesioner Kondisi Kerja.......................... 81 Lampiran : 5 Intrumen E : Koesioner Stres Kerja .............................. 82

Lampiran : 6 Master Data ................................................................... 84 Lampiran : 7 Summarize..................................................................... 86 Lampiran : 8 Tabel frequencies............................................................ 87 Lampiran : 9 Crosstabs........................................................................ 89 Lampiran : 10 Regression ................................................................... 93 Lampiran : 11 Table ANOVA ............................................................ 96 Surat Kakesdam I/BB tentang selesai melaksanakan penelitian di Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Gejala stres berdasarkan gejala psikologis, fisik dan perilaku...... 17 Tabel 3.1. Pengukuran variabel ..................................................................... 42 Tabel 3.2. Pengkategorian tipe perilaku, kondisi, beban dan stres kerja ...... 43 Tabel 3.2. Jadwal pelaksanaan kegiatan penyusunan tesis ........................... 46 Tabel 4.1. Klasifikasi Ruang Rawat Inap ..................................................... 48 Tabel 4.2. Kuantitas Personel Rumkit........................................................... 48 Tabel 4.3. Kualitas Personil Rumkit.............................................................. 49 Tabel 4.4. Distribusi Perawat Berdasarkan Status Kepegawaian.................. 50 Tabel 4.5. Distribusi Perawat Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan....... 51 Tabel 4.6. Distribusi Perawat Berdasarkan Usia........................................... 51 Tabel 4.7. Distribusi Perawat Berdasarkan Masa Kerja................................ 52 Tabel 4.8. Distribusi Perawat Berdasarkan Tipe Kepribadian....................... 53 Tabel 4.9.Distribusi Perawat Berdasarkan Beban Kerja ............................. 54 Tabel 4.10.Distribusi Perawat Berdasarkan Kondisi Kerja .......................... 55 Tabel 4.11.Distribusi Perawat Berdasarkan Stres Kerja ............................... 56 Tabel 4.12.Karakteristik Tenaga Perawat di Ruang Rawat Inap................... 57 Tabel 4.13.Hasil Analisa Regresi dari Tipe Kepribadian, Beban dan Kondisi Kerja terhadap Stres Kerja............................................ 59 Tabel 4.14.Nilai Masing-masing Variabel pada Analisa Regresi dari Tipe Kepribadian, Beban dan Kondisi Kerja terhadap Stres Kerja..... 60 Tabel 4.15.Perbedaan Tipe Kepribadian, Beban dan Kondisi Kerja dan Stres Kerja Pada Klasifikasi Pasien di Ruang Rawat Inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB TA 2007....................... 61 Tabel 4.16.Perbedaan Tipe Kepribadian, Beban dan Kondisi Kerja Pada Stres Kerja di Ruang Rawat Inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB TA 2007................................................................ 63 vi DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1. Landasan Teoritis .................................................................... 8 Gambar 3.1. Kurva distribusi normal batas skala interval kategori ringan,

sedang dan berat ...................................................................... 43 Gambar 3.2. Kerangka Konsep ..................................................................... 45 Gambar 4.1. Skala interval tipe kepribadian pada distribusi normal............ 53 Gambar 4.2. Skala interval beban kerja pada distribusi normal .................. 54 Gambar 4.3. Skala interval kondisi kerja pada distribusi normal ................ 55 Gambar 4.4. Skala interval stres kerja pada distribusi normal .................... 56 vii 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan, sehingga pengembangan rumah sakit tidak dapat dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan. Saling keterkaitan ini terlihat jelas dari visi pembangunan kesehatan yakni Indonesia Sehat 2010 yang terwujud dalam Undang-Undang Bidang Kesehatan No 23/1992. Sebagai salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting, rumah sakit merupakan salah satu industri jasa yang tidak cukup bekerja disiang hari saja tetapi harus 24 jam, karena setiap saat orang sakit membutuhkan pelayanan. Bentuk pelayanan ini bersifat sosio ekonomi yaitu suatu usaha yang walau bersifat sosial namun diusahakan agar bisa mendapatkan surplus keuntungan dengan cara pengelolaan yang profesional dengan memperhatikan prinsip ekonomi (Djododibroto, 1997). Berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XII/1992 menyebutkan bahwa rumah sakit adalah tempat yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar spesialistik dan subspesialistik, serta memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau masyarakat, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 2 Untuk meningkatkan pelayanan yang optimal dan berkualitas rumah sakit melaksanakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Dalam pelayanan rawat inap pasien di kelompokkan berdasarkan kondisi, status dan golongan yang disebut dengan klasifikasi pasien. Tiap klasifikasi pasien dirawat di ruang rawatan yang merupakan central dari kegiatan pokok dalam proses penyembuhan pasien (Arwani dan Heru Supriyatno, 2004) Dalam pengelolaan ruangan sumber daya yang paling penting adalah perawat, dimana perawat yang selalu ada di ruangan dan merupakan jumlah terbesar dari seluruh petugas yang ada di sebuah rumah sakit. Keberadaan perawat sebagai ujung tombak pelayanan harus benar-benar diperhatikan dan dikelola secara profesional sehingga memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat dan juga untuk kemajuan rumah sakit itu sendiri. Sejak diakuinya keperawatan sebagai profesi dan ditingkatkannya pendidikan tinggi keperawatan dari SPK ke D III dan S1, berlakunya undang-undang No. 23 tahun 1992, dan Permenkes No. 647/2000, proses registrasi dan legalitasi keperawatan, sebagai bentuk pengakuan adanya kewenangan dalam melaksanakan

praktek keperawatan profesional. Langkah awal yang perlu ditempuh adalah penataan pendidikan keperawatan dan memberikan kesempatan kepada perawat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sehingga diharapkan pada akhirnya semua tenaga perawat yang ada di rumah sakit sudah memenuhi kriteria untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan (Nursalman, 2002). 3 Pelaksanaan klasifikasi pasien ruang rawat inap merupakan salah satu upaya peningkatan kualitas pelayanan keperawatan yang diberlakukannya melalui SK Menkes No. 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang Standar pelayanan di rumah sakit dan standar asuhan keperawatan yang diperlukan melalui SK Dirjen Yanmed No 00.03.2.6.7637 tahun 1993 yaitu pedoman studi dokumentasi asuhan keperawatan, angket pelayanan yang diberikan oleh perawat dan pedoman observasi pelaksanaan tindakan keperawatan (Depkes RI, 1997). Kualitas pelayanan keperawatan tidak terlepas dari peran klasifikasi pasien di ruang rawat inap, karena dengan klasifikasi tersebut pasien merasa lebih dihargai sesuai haknya dan dapat diketahui bagaimana kondisi dan beban kerja perawat di masing-masing ruang rawatan. Dengan diketahui kondisi dan beban kerja di ruang rawat inap diharapkan dapat ditentukan kebutuhan kuantitas dan kualitas tenaga perawat yang diperlukan dalam ruang rawat inap sehingga tidak terjadi beban kerja yang tidak sesuai yang akhirnya menyebabkan stres kerja. Penerapan sistem klasifikasi pasien Rumkit Tk II Putri Hijau Medan mengacu pada Skep Kasad dan Juknis tata cara penerimaan pasien di Rumkit jajaran Kesad (1989) dimana pasien dikelompokkan pada empat kategori yang terdiri dari pasien militer dan keluarganya (Pamen, Pama, Bintara/tamtama), pasien PNS Hankam dan keluarganya (Golongan IV, III, II/I), pasien Askes/purnawirawan sesuai pangkat/golongan serta pasien umum (bebas/sesuai kemampuan). Selain klasifikasi diatas pasien dibedakan berdasarkan kategori pasien dalam mendapatkan pelayanan keperawatan berdasarkan jenis penyakit dan derajat 4 ketergantungan pasien dalam kebutuhan pelayanan kesehatan yang terdiri dari tiga kategori yaitu perawatan minimal, perawatan intermediate dan perawatan maksimal atau total, (Donglas, 1984). Klasifikasi pasien akan berpengaruh terhadap kondisi dan beban kerja di tiap ruang rawat inap. Untuk itu perawat harus berperan sebagai tenaga serba bisa, memiliki inisiatif, berperilaku kreatif serta memiliki wawasan yang luas dengan motivasi kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, kerja tuntas dan kerja berkualitas sesuai dengan profesinya sebagai perawat (Arwani dan Heru, 2004). Klasifikasi pasien ruang rawat inap di rumah sakit kalau dipandang sebagai tuntutan terhadap pelayanan kesehatan, jika tidak dikelola dengan baik oleh pimpinan rumah sakit terutama tentang penempatan tenaga perawat baik secara kuantitas dan kualitas maka dapat berakibat terjadinya gangguan pada kondisi dan beban kerja (Ed Boenisch & Michele Haney, 2004). Kondisi kerja berupa situasi kerja yang mencakup fasilitas, peraturan yang diterapkan, hubungan sosial kerjasama antar petugas yang dapat mengakibatkan ketidak nyamanan bagi pekerja. Demikian juga dengan beban kerja baik secara kuantitas dimana tugas-tugas yang harus dikerjakan terlalu banyak/sedikit maupun

secara kualitas dimana tugas yang harus dikerjakan membutuhkan keahliahan. Bila banyaknya tugas tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia maka akan menjadi sumber stres (Davis & Newstron, 2001). Setiap orang di manapun ia berada dalam suatu pekerjaan perawat di rumah sakit, dapat berperan sebagai sumber stres bagi perawat yang lain, hal ini sangat 5 dipengaruhi oleh kepribadian orang tersebut dimana ada yang rentan atau Kepribadian tipe A dan ada yang kebal atau Kepribadian tipe B, (Rosenmen & C, 1980). Mengelola stres pekerjaan perawat di tempat kerja, lebih bersifat pemahaman akan penyebab stres perawat lain dan mengambil tindakan untuk menguranginya dalam rangka pencapaian tujuan keperawatan. Kondisi dan beban kerja adalah penting menjadi perhatian untuk mengidentifikasi penyebab stres yang potensial dan pemecahannya, karena stres akan selalu menimpa perawat maupun rumah sakit. Stres sebagai suatu ketidak seimbangan antara keinginan dan kemampuan memenuhinya sehingga menimbulkan konsekuensi penting bagi perawat. Hidayat T (1998) menjelaskan bahwa ada beberapa alasan mengapa stres dalam lingkup pekerjaan perlu diangkat ke permukaan : 1. Masalah stres mempunyai posisi yang sangat penting dalam setiap kegiatan kerja. 2. Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersumber pada individu, stres juga dipengaruhi oleh faktor dalam organisasi. Oleh karena itu perlu disadari dan dipahami keberadaanya. 3. Pemahaman akan sumber-sumber stres yang disertai pemahaman terhadap upaya penanggulangannya adalah penting sekali bagi para pimpinan dan tenaga keperawatan yang terlibat dalam organisasi untuk kelangsungan organisasi yang sehat dan efektif. 4. Setiap manusia tidak terkecuali perawat akan mengalami stres dalam berbagai tingkatan. 5. Pada saat ini tenaga perawat masih dituntut untuk mampu menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan, di satu pihak peralatan kerja semakin modern dan 6 efisien, dan di lain pihak beban kerja di satuan-satuan organisasi juga semakin bertambah. Keadaan ini menuntut energi, waktu dan pikiran yang lebih banyak bagi perawat sehingga pengalaman-pengalaman stres yang dialami akan menjadi lebih terasa berat. Bagi setiap perawat mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menahan stres, hal tersebut bergantung jenis, lama, dan frekuensi stres yang dialami oleh perawat. Menurut Dantzer dan Kelley, (1989) makin kuat stresor, makin lama dan sering terjadi, sangat berpotensi menurunkan daya tahan tubuh dan mudah menimbulkan penyakit, (Widyastuti, 1999). Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukan penelitian untuk mengkaji lebih jauh stres kerja pada kondisi dan beban kerja perawat dalam klasifikasi pasien di ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB. 1.2. Rumusan Masalah Pemberian pelayanan kesehatan di ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau menerapkan sistem klasifikasi yang terdiri dari empat kategori yaitu pasien militer dan keluarganya (Pamen, Pama, Bintara/Tamtama), pasien PNS Hankam dan

keluarganya (Golongan IV, III, II/I), pasien Askes dan pasien Umum, selain penerapan klasifikasi tersebut pasien juga dikategorikan berdasarkan kebutuhan mendapatkan pelayanan kesehatan yaitu pelayanan minimal, intermediate, dan maksimal. 7 Yang paling berperan dalam pelayanan di ruang rawat inap adalah tenaga kerja perawat, karena mereka yang selalu berhadapan dengan kondisi dan beban kerja yang ada selama 24 jam dan tentu saja dapat menimbulkan stres kerja. Hal tersebut yang menjadi masalah peneliti ingin mengetahui tentang tipe perilaku, kondisi dan beban kerja perawat di ruang rawat inap apakah ada hubungannya dengan stres kerja di ruang rawat inap. Stres kerja yang terjadi secara terus menerus akan berpotensi menurunkan daya tahan tubuh dan mudah menimbulkan penyakit, tentu akan berpengaruh terhadap kesehatan tenaga keperawatan dan pada akhirnya terhadap kualitas pelayanan di Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB. Untuk itu peneliti membuat rumusan masalah, antara lain : 1. Apakah ada hubungan tipe perilaku, kondisi kerja, beban kerja terhadap terjadinya stres kerja pada perawat di ruang rawat inap ? 2. Apakah ada perbedaan tipe perilaku, beban kerja, kondisi kerja dan stres kerja pada klasifikasi pasien di ruang rawat inap? 3. Apakah ada perbedaan tipe perilaku, kondisi dan beban kerja terhadap stres kerja? 8 1.3. Landasan Teoritis. Gambar 1.1. Landasan Teoritis 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penelitian ini untuk menganalisa stres kerja perawat pada kondisi dan beban kerja dalam klasifikasi pasien di ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB diharapkan dapat menjadi masukan bagi pimpinan dalam upaya menanggulangi stres kerja bagi tenaga perawat. 1.4.2. Tujuan khusus 1.4.2.1. Untuk mengetahui kuatnya hubungan tipe perilaku terhadap stres kerja perawat dalam klasifikasi pasien di ruang rawat inap. 1.4.2.2. Untuk mengetahui kuatnya hubungan beban kerja terhadap stres kerja perawat pada klasifikasi pasien di ruang rawat inap. - KONDISI KERJA - BEBAN KERJA KLASIFIKASI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP UPAYA PENGENDALIAN STRES KERJA TIPE KEPRIBADIAN PERAWAT

9 1.4.2.3. Untuk mengetahui kuatnya hubungan kondisi kerja perawat terhadap stres kerja pada klasifikasi pasien di ruang rawat inap. 1.4.2.4. Untuk mengetahui perbedaan beban kerja, kondisi kerja dan stres kerja perawat pada klasifikasi pasien di ruang rawat inap. 1.4.2.5. Untuk mengetahui perbedaan tipe kepribadian, beban kerja dan kondisi kerja pada terjadinya stres kerja perawat. 1.5. Hipotesis 1.5.1. Terdapat hubungan yang signifikan antara tipe perilaku terhadap stres kerja pada klasifikasi pasien di ruang rawat inap. 1.5.2. Terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja terhadap stres kerja pada klasifikasi pasien di ruang rawat inap. 1.5.3. Terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi kerja terhadap stres kerja pada klasifikasi pasien di ruang rawat inap. 1.5.4. Terdapat perbedaan beban kerja, kondisi kerja dan stres kerja perawat pada klasifikasi pasien di ruang rawat inap. 1.5.5. Terdapat perbedaan tipe kepribadian, beban kerja dan kondisi kerja pada terjadinya stres kerja perawat. 1.6. Manfaat Penelitian 1.6.1. Dapat memberikan informasi tentang kondisi dan beban kerja tenaga perawat pada masing-masing klasifikasi ruang rawat inap. 10 1.6.2. Dapat memberikan informasi tentang tipe kepribadian perawat pada tiap klasifikasi pasien ruang rawat inap, sehingga dapat memberi masukan pada pihak rumah sakit dalam penempatan tenaga perawat. 1.6.3. Dapat memberikan informasi tentang stres kerja perawat dalam kondisi dan beban kerja dalam klasifikasi pasien ruang rawat inap, sehingga pihak rumah sakit dapat melakukan upaya penagulangan stres kerja dengan baik terhadap tenaga keperawatan. 1.6.4. Sebagai upaya bagi pihak rumah sakit dalam meningkatkan derajat kesehatan tenaga keperawatan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. 1.6.5. Bahan masukan bagi komando dalam hal ini Kesdam I/BB dan Ditkesad tentang kondisi kerja tenaga perawat di Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB. 1.6.6. Sebagai bahan masukan/informasi bagi kelengkapan penelitian lainnya. 11 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stres 2.1.1. Pengertian Stres. Menurut Charles D. Spielberger menyebutkan bahwa stres adalah tuntutantuntutan eksternal yang mengenai seseorang. Stres bisa biasa diartikan sebagai tekanan, ketengangan atau gangguan yang tidak menyenagkan berasal dari luar diri seseorang (Charles A,1992). Menurut Hans Selye, stres adalah respon manusia yang bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntutankbhan yang ada dalam dirinya (Depkes RI, 1989). Menurut Vincent Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht (2000)

bahwa yang dimaksud Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan untutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkunagn tersebut. Menurut Soeharto Heerdjan, (1987), Stres adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang (Sonaryo, 2002). Stres adalah masalah atau tuntutan penyesuaian diri dan karena itu, sesuatu yang mengganggu keseimbangan kita (Maramis, 1999). Secara umum yang dimaksud stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketengangan emosi, dan lain-lain (Sunaryo, 2002). 12 2.1.2. Pengertian Stres Kerja. Stres kerja dikategorikan apabila seseorang mengalami stres melibatkan juga pihak organisasi tempat orang yang bersangkutan bekerja (Rice, 1992), Setiap aspek dari lingkungan kerja dapat dirasakan sebagai stres oleh tenaga kerja, tergantung dari persepsi tenaga kerja terhadap lingkungannya, apabila ia merasakan adanya stres ataukah tidak. Gibeson mengemukakan bahwa stres kerja dikonseptualisasi dari beberapa titik pandang, yaitu stres sebagai stimulus, stres sebagai respon dan stres sebagai stimulus-respon. Stres sebagai stimulus merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada lingkungan. Definisi stimulus memandang stres sebagai suatu kekuatan yang menekan individu untuk memberikan tanggapan terhadap stresor, (Widyastuti, 1999) Luthans (2000), mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena tuntutan lingkungan dan tanggapan setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda. Masalah stres kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gajala yang penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisiensi di dalam pekerjaan. Akibat adanya stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses berfikir dan kondisi fisik individu. Selain itu sebagai hasil dari adanya stres kerja perawat mengalami beberapa gejala stres yang dapat mengancam 13 dan mengganggu pelaksanaan pekerjaan mereka, seperti mudah marah dan agresi, tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mampu terlibat, dan kesulitan dalam masalah tidur, (Widyastuti, 1999). Robin, (2001), memberikan definisi stres sebagai suatu kondisi dinamis dimana individu dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan dan hasil yang diperoleh sangatlah penting tetapi tidak dapat dipastikan (Sunaryo, 2002). 2.1.3. Proses Stres Dalam peristiwa stres, ada tiga hal yang saling terkait satu dengan yang lainnya (Nasution, 2000). a. Hal, peristiwa, kedaan, orang yang menjadi sumber stres (stressor) jika dipandang secara umum, hal-hal yang menjadi sumber stres dipahami sebagai rangsangan (stimulus).

b. Orang yang mengalami stres (the stessed), kita dapat memusatkan perhatian pada tanggapan (respons) orang tersebut terhadap hal-hal yang dinilai mendatangkan stres. Tanggapan orang tersebut terhadap sumber stres dapat mempengaruhi pada psikologis dan fisiologis. Tanggapan ini disebut strain, yaitu tekanan atau tangangan yang dapat membuat pola pikir, emosi dan prilakunya kacau, dapat membuat gugup dan gelisah. Secara fisiologis kegugupan dan kegelisahan itu dapat berpengaruh pada denyut jantung yang cepat, perut mual, mulut kering, banyak keringat dan lain-lain. c. Hubungan antara orang yang stres dengan keadaan yang penuh stres merupakan proses. Proses ini berpengaruh timbal balik dengan usaha penyesuaian dengan lingkungan stres proses fisik dan perilaku. 14 Kemampuan individu menahan stres berbeda-beda, hal tersebut bergantung pada : a. Sifat dan hakikat stres, yaitu intensitas, lamanya, lokal, dan umum (general). b. Sifat individu yang terkait dengan proses adaptasi. 2.1.4. Tingkatan Stres Hans Selye (1936), dalam Nurmiati Amir (Jiwa, Indonesian Psychiatric Quarterly : XXXII : 4) memperkenalkan suatu konsep tentang stres yang dikenal dengan General Adaptation Syndrom. Ia menyatakan bahwa ada tiga fase yang dapat diidentifikasi bila seseorang terpapar stres, yaitu : 1. Reaksi tanda waspada, dalam keadaan bahaya timbul ketegangan atau ketakutan tubuh memobilisasi sumber-sumber yang ada untuk meningkatan aktivitas mekanisme pertahanan. Terjadi peningkatan aktivitas sistem simpatis yang mengakibatkan peninggian sekresi katekolamin. Tubuh dipersiapkan secara psikofisiologis untuk bereaksi dengan stres tersebut. Muncul reaksi emergensi yang dikenal dengan "melarikan diri atau menyerang". 2. Fase resistensi, terjadi resistensi terhadap stres. Tubuh berusaha beradaptasi dengan stres. Mekanisme defensi bekerja secara maksimum untuk beradaptasi dengan stres. Pada fase ini juga biasanya individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi untuk mengatasi stresor ini. Tubuh berusaha menyeimbangkan proses fisiologis yang telah dipengaruhi selama reaksi waspada untuk sedapat mungkin kembali ke keadaan normal dan pada waktu yang sama pula tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stres. Apabila proses fisiologis telah teratasi maka gejala-gejala stres akan menurun, tubuh akan secepat mungkin berusaha 15 normal kembali karena ketahanan tubuh ada batasnya dalam beradaptasi. Jika stresor berjalan terus dan tidak dapat diatasi/terkontrol maka ketahanan tubuh untuk beradaptasi akan habis dan timbul berbagai keluhan pada individu. 3. Fase kelelahan/kepayahan, terjadi bila fungsi fisik dan psikologis seseorang telah terganggu sebagai akibat selama fase resistensi. Bila reaksi ini berlanjut tanpa adanya pemulihan akan memacu terjadinya penyakit atau kemunduran dan orang tidak dapat mengatasi tuntutan lingkungan yang dirasakan. Fase ini terjadi akibat reaksi tanda waspada datang terlalu kuat atau sering dan berlangsung dalam waktu lama, kebutuhan energi untuk beradaptasi menjadi habis sehingga

timbul kelelahan. Akibat yang ditimbulkan pada fase ini adalah ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, binggung, dan panik. Menurut Robert J.Van Amberg (1979), sebagaimana dikemukakan oleh Dadang Hawari (2001) bahwa tahapan stres sebagai berikut : a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam. b. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), jantung berdebar dan otot kaku. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai. 16 c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak teratur (kadang-kadang diare), otot kaku, emosional, insomia, mudah terjaga dan sulit tidur kembali (middle insomnia), bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali (late insomia), koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan. d. Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respon tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan. e. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental (physical and psyhological exhaustion), ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, binggung, dan panik. f. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda, seperti jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin dan banyak keluar keringat, loyo, seperti pinsan atau collaps. 17 2.1.5. Gejala Stres Gejala stres menurut Beehr (1987) dibagi menjadi tiga gejala yakni : gejala psikologis, gejala fisik dan perilaku. Tabel 2.1. Gejala stres berdasarkan gejala psikologis, fisik dan perilaku. Gejala Psikologis Gejala Fisik Gejala Perilaku Kecemasan, ketegangan Meningkatnya nadi dan tekanan darah Menunda, menghindari pekerjaan Binggung, marah, sensitif Meningkatnya sekresi adrenalin Produktivitas menurun Memendam perasaan Gangguan lambung Minuman keras Komunikasi tidak efektif Mudah terluka Perilaku sabotase Mengurung diri Mudah lelah fisik Absensi meningkat Depresi Kematian Banyak/kurang makan

Merasa terasing Gangguan kardiovaskuler Nafsu makan hilang Kebosanan Gangguan pernafasan Tindakan resiko tinggi Ketidakpuasan kerja Sering berkeringat Kriminalitas Lelah mental Gangguan kulit Interpersonal tidak baik Menurunnya intelektual Kepala pusing Cenderung bunuh diri Hilang daya konsentrasi Kanker Hilang kreatifitas Ketegangan otot Hilang semangat hidup Sulit tidur Menurut Anoraga (2001) gejala stres ringan sampai berat meliputi : a. Gejala badan : Sakit kepala, sakit perut, mudah terkejut, banyak keringat, gangguan pola tidur, lesu, kaku leher belakang sampai punggung, nafsu makan menurun dan lain-lain. b. Gejala emosional : Mudah lupa, sulit konsentrasi, cemas, was-was, mudah marah, mudah menangis, gelisah, dan putus asa. c. Gejala sosial : 18 Banyak merokok, minum alkohol, sering memeriksa pintu dan jendela, mudah bertengkar, menarik diri dan bunuh diri. Cary Cooper dan Alison Straw (1995), mengemukakan gejala stres dapat berupa tanda-tanda berikut ini : 1. Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab, merasa panas, otot-otot tegang, pencernaan terganggu, sembilit, letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah. 2. Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak tertarik, kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit berfikir jernih, sulit membuat keputusan, hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam penampilan dan hilangnya minat terhadap orang lain. 3. Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang berlebihan, cemas menjadi lekas panik, kurang percaya diri menjadi rawan, pemarah. Menurut Braham yang dikutip Charles (1997), gejala stres dapat berupa tanda-tanda : 1. Fisik, yaitu sulit tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar, adanya gangguan pencernaan, radang usus, kulit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu dan leher terasa tegang, keringat berlebih, berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, kehilangan energi. 2. Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif, gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan depresi, dudup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan serta mudah menyerang, dan kelesuan mental. 19 3. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja. 4. Interpersonal, yaitu acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup diri secara

berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain. Dari beberapa uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa stres merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang dimana ia terpaksa memberikan tanggapan melebihi kemampuan penyesuaian dirinya terhadap suatu tuntutan eksternal (lingkungan). Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Sebagai hasilnya, pada diri para pekerja berkembang berbagai macam gejala stres yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka. 2.1.6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja 1) Tipe kepribadian. Menurut Andrew Goliszek (2005), dalam buku manajemen stres terdapat tiga tipe kepribadian yaitu kepribadian tipe A, tipe B dan tipe AB. Kepribadian tipe AB merupakan kebanyakan orang yang memiliki sebagian tipe A dan sebagian tipe B. Sebagian karena mengetahui cara berelaksasi serta tidak terlalu agresif dan kompetitif. 20 Kepribadian tipe A rentan (vulnerable) yang disebut A Type Personality dengan pola perilaku Type A Behavior Pattern. Individu dengan tipe ini memiliki resiko tinggi mengalami stres, dengan ciri-ciri kepribadian sebagai berikut : a. Cita-citanya tinggi (ambisius). b. Suka menyerang (agresif) c. Suka bersaing (kompetitif) yang kurang sehat. d. Banyak jabatan rangkap. e. Emosional, yang ditandai dengan mudah marah, mudah tersinggung, mudah mengalami ketegangan, dan kurang sabar. f. Terlalu percaya diri (over confident) g. Self control kuat. h. Terlalu waspada. i. Tindakan dan cara bicaranya cepat dan tidak dapat diam (hiperaktif). j. Cakap dalam berorganesasi (organisatoris). k. Cakap dalam memimpin (leader). l. Tipe kepemimpinan otoriter. m. Bekerja tidak mengenal waktu (workaholic). n. Bila menghadapi tantangan senang bekerja sendiri. o. Disiplin waktu yang ketat. p. Kurang rileks dan serba terburu-buru. q. Kurang atau tidak ramah. r. Tidak mudah bergaul. 21 s. Mudah empati, tetapi mudah bersikap bermusuhan. t. Sulit dipengaruhi. u. Sifatnya kaku (tidak fleksibel). v. Pikiran tercurah ke pekerjaan walaupun sedang libur. w. Berusaha keras agar segala sesuatunya terkendali. Kepribadian tipe B yang kebal (immune) yang di sebut B Type Personality

dengan pola perilaku type B Behavior Pattern. Individu dengan tipe ini kebal terhadap stres, yang ciri-ciri kepribadiannya sebagai berikut : a. Cita-cita atau ambisinya wajar. b. Berkompetisi secara sehat. c. Tidak agresif. d. Tidak memaksakan diri. e. Emosi terkendali, yang ditandai dengan tidak mudah marah, tidak mudah tersinggung, penyabar, dan tenang. f. Kewaspadaan wajar. g. Self control wajar. h. Self confident wajar. i. Cara bicara tenang. j. Cara bertindak tenang dan dilakukan pada saat yang tepat. k. Ada keseimbangan waktu bekerja dan istirahat. l. Sikap dalam memimpin maupun berorganisasi akomodatif dan manusiawi. m. Mudah bekerja sama (kooperatif). n. Tidak memaksakan diri dalam menghadapi tantangan. 22 o. Bersikap ramah. p. Mudah bergaul. q. Dapat menimbulkan empati untuk mencapai kebersamaan (mutual benefit). r. Bersikap fleksibel, akomodatif, dan tidak merasa dirinya paling benar. s. Dapat melepaskan masalah pekerjaan ataupun kehidupan di saat libur. t. Mampu menahan dan mengendalikan diri. Kepribadian tipe AB seperti kebanyakan orang mempunyai sebagian karakteristik tipe A dan sebagian lagi tipe B. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman sehingga meningkatkan dirinya dalam upaya berelaksasi. Kepribadian tipe AB mempunyai perilaku yang baik karena hal itu memungkinkan seseorang untuk mencapai sasaran, termotivasi dan produktif. Selain itu seseorang dapat melakukan apapun yang dilakukan orang dengan tipe A tanpa harus merasa bermusuhan, agresif, tidak sabar atau merasa terancam. (Andrew Goliszek, 2005). Kepribadian tipe AB dapat mencapai setiap yang diinginkan sekaligus mempertahankan ketenangan diri dan bersikap rileks adalah sesuatu hal yang dapat kita pelajari. 2) Kondisi kerja 1. Menurut Cooper (1983) sumber stres antara lain : a. Lingkungan kerja : Kondisi kerja yang buruk berpotensi menyebabkan pekerja mudah sakit, mengalami stres, dan menurunkan produktivitas 23 kerja. Lingkungan yang kurang nyaman, misalnya panas, berisik, sirkulasi udara kurang, membuat peker muda menderita stres. b. Overload : Overload dapat dibedakan menjadi kuantitatif dan kualitatif. Dikatakan overload secara kuantitatif, bila target kerja melebihi kemampuan pekerja yang bersangkutan, akibatnya mudah lelah dan berada dalam keteganggan tinggi. Overload kualitatif, bila pekerja

memiliki tingkat kesulitan atau kerumitan yang tinggi. c. Deprivational stres : Istilah deprivational stres diperkenalkan oleh George Every dan Daniel Girdano (1980), yaitu pekerjaan yang tidak lagi menantang atau menarik begi pekerja. Akibatnya timbul berbagai keluhan seperti kebosanan, ketidakpuasan dan sebagainya. d. Pekerjaan berisiko tinggi: Adalah pekerjaan yang beresiko tinggi dan berbahaya bagi keselamatan. 2. Charles, A dan Shanley F. (1997), dalam buku psikologi untuk perawat, menemukan lima sumber stres dalam keperawatan, antara lain : a. Beban kerja berlebihan, misalnya merawat terlalu banyak pasien, mengalami kesulitan dalam mempertahankan standar yang tinggi, merasa tidak mampu memberi dukungan yang dibutuhkan teman sekerja, dan menghadapi keterbatasan tenaga. b. Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, misalnya mengalami konflik dengan teman sejawat, mengetahui orang lain tidak menghargai sumbangsih yang dilakukan, dan gagal membentuk tim kerja dengan staf. 24 c. Kesulitan dalam merawat pasien kritis, misalnya kesulitan menjalankan peralatan yang belum dikenal, mengelola prosedur atau tindakan baru, dan bekerja dengan dokter yang menuntut jawaban dan tindakan cepat. d. Berurusan dengan pengobatan/perawatan pasien, misalnya bekerja dengan dokter yang tidam memahami kebutuhan sosial dan emosional pasien, terlibat dalam ketidak sepakatan pada program tidakan, merasa tidak pasti sejauh mana harus memberi informasi pada pasien atau keluarga, dan merawat pasien sulit atau tidak bekerjasama. e. Merawat pasien yang gagal untuk membaik, misalnya pasien lansia, pasien yang nyeri kronis, dan pasien yang meninggal selama merawat. 3. Davis dan Newstrom dalam (Margiati, 1999), stres kerja disebabkan adanya tugas yang terlalu banyak. Banyaknya tugas tidak selalu menjadi penyebab stres, akan menjadi sumber stres bila banyaknya tugas tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia bagi pekerja. Setiap pekerja mempunyai kemampuan normal menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya. Kemampuan berkaitan dengan keahlian, pengalaman, dan waktu yang dimiliki. Dalam kondisi tertentu, terutama bagi perawat seringkali berhadapan dengan pekerjaan dengan waktu yang terbatas, akibatnya, perawat dikerja waktu untuk menyelesaikan tugas. 5. Lesley Towner (2002), menyatakan setiap orang dimanapun mereka berada dalam suatu organisasi, adalah suatu sumber stres bagi orang lain. Karena kita tidak bisa mengontrol sepenuhnya apa yang dilakukan orang lain, apa 25 yang mereka katakan, bagaimana mereka berperilaku, bagaimana mereka bereaksi. Kita semua bersifat individual, masing-masing bersifat uniq. Dan semua orang memiliki rentang kendali yang terbatas pada hidup kita. 6. Caron Grainger (1994), menyatakan bahwa menghadapi kematian dan pasien yang sekarat, bersikap baik pada orang yang mungkin tidak anda suakai, berbicara dengan kerabat yang menderita merupakan sumber stres kerja.

2.1.7. Stres dan Daya Tahan Tubuh. Menurut penelitian Baker dan kawan-kawan (1987), stres yang dialami oleh seseorang mengubah sistem kekebalan tubuh dengan cara fithting diesease cells. Plaut dan Friedman (1981), membuktikan bahwa stres sangat berpotensi mempertinggi peluang seseorang untuk menderita penyakit, terkena alergi serta menurunkan sistem autoimmune-nya. Ditemukan bukti bahwa pada saat suasana hati seseorang negatif terjadi penurunan respon antibodi, sedangkan pada saat suasana hati positif respon antibodi meningkat pula. Dantzer dan Kelley (1989), berpendapat tentang stres dalam hubungannya dengan daya tahan tubuh. Pengaruh stres terhadap daya tahan tubuh ditentukan oleh jenis, lama dan frekuensi stres yang dialami oleh seseorang. Makin kuat stresor makin lama dan sering terjadi, sangat berpotensi menurunkan daya tahan tubuh dan mudah menimbulkan penyakit. 26 2.1.8. Akibat Stres Menurut Beehr dalam Freser (1992), stres akan mempunyai dampak terhadap a. Dampak terhadap individu : Dampak stres terhadap individu adalah munculnya masalah yang berhubungan dengan kesehatan, psikologi dan interaksi interpersonal. Pada gangguan fisik seseorang yang mengalami stres akan mudah teserang penyakit. Pada gangguan mental stres berkepanjangan akan mengakibatkan ketegangan, hal ini cenderung akan merusak tubuh dan gangguan kesehatan. Pada gangguan interpersonal stres akan lebih sensitif terhadap hilangnya rasa percaya diri, menarik diri dan lain-lain. Reaksi terhadap stres dapat berupa reaksi bersifat psikis maupun fisik. Biasanya perawat yang stres akan menunjukkan perubahan perilaku. Perubahan perilaku terjdi pada diri manusia sebagai usaha mengatasi stres. Usaha mengatasi stres dapat berupa perilaku melawan stres (flight) atau berdiam diri (freeze). Dalam kehidupan sehari-hari ketiga reaksi ini biasanya dilakukan secara bergantian, tergantung situasi dan bentuk stres. Perubahan-perubahan ini di tempat kerja merupakan gejala-gejala individu yang mengalami stres antara lain (margiati, 1999) : 1) Bekerja melewati batas kemampuan. 2) Keterlambatan masuk kerja yang sering. 3) Ketidakhadiran tenaga kerja. 4) Kesulitan membuat keputusan. 5) Kesalahan yang sembrono. 6) Kelalaian menyelesaikan pekerjaan. 27 7) Lupa akan janji yang telah dibuat dan kegagalan diri sendiri. 8) Kesulitan berhubungan dengan orang lain. 9) Kerisauan tentang kesalahan yang dibuat. 10) Menunjukkan gejalan fisik seperti pada alat pencernaan, tekanan darah tinggi, radang kulit, radang pernafasan. Munculnya stres, baik yang disebabkan oleh sesuatu yang menyenangkan atau sesuatu yang tidak menyenangkan akan memberikan akibat tertentu pada seseorang. Cox (dalam Handoyo, 2001) membagi empat jenis konsekuensi yang dapat ditimbulkan stres, yaitu :

1) Pengaruh psikolois, yang berupa kegelisahan, agresi, kelesuan, kebosanan, depresi, kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran, harga diri yang rendah. 2) Pengaruh perilaku, yang berupa peningkatan komsumsi alkohol, perubahan nafsu makan, penyalagunaan obat-obatan, menurunnya semangat untuk berolahraga yang berakibat timbulnya beberapa penyakit. Pada saat stres juga terjadi peningkatan intensitas kecelakaan, baik di rumah, ditempat kerja atau di jalan. 3) Pengaruh kognitif, yaitu ketidakmampuan mengambil keputusan, kurangnya konsentrasi, dan peka terhadap ancaman. 4) Pengaruh fisiologis, yaitu menyebabkan gangguan pada kesehatan fisik yang berupa penyakit yang sudah diterima sebelumnya, atau memicu timbulnya penyakit tertentu. 28 b. Dampak terhadap organisasi : Pekerja yang mengalami stres akan berpengaruh pada kualitas kerja dan kesehatan pekerja terganggu berupa kekacauan manajeman dan operasional kerja. Meningkatnya absensi dan banyak pekerjaan yang tidak terlaksana. Redall Schuller (dalam Rini, 2002), mengidentifikasi beberapa perilaku negatif tenaga kerja yang berpengaruh terhadap organisasi. Menurut peneliti ini, stres yang dihadapi oleh tenaga kerja berkorelasi dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja serta tendesi mengalami kecelakaan. Secara singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stres kerja dapat berupa : 1) Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja. 2) Mengganggu kenormalan aktivitas kerja. 3) Menurunkan tingkat produktivitas. 4) Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Kerugian financial yang dialami perusahaan karena tidak imbangnya antara produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya. 2.2. Kondisi Kerja Kondisi kerja meliputi variabel lingkungan fisik seperti distribusi jam kerja, suhu, penerangan, suara dan ciri-ciri arsitektur tempat kerja. Sudah dapat dijelaskan dengan baik bahwa variabel-variabel tadi mempengaruhi sikap dan perilaku kerja. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangan dalam penerapan penelitian yang sesuai 29 dengan situasi organisasi tertentu termasuk bagaimana biasanya pekerjaan dilakukan, karakteristik tenaga kerja yang terlibat, dan aturan standar eksternal yang sesuai. (Occupational Safety and Health Administration, 1970) dalam Psikologi Industri, (1998). Kondisi kerja yang buruk berpotensi menyebabkan pekerja mudah sakit, mengalami stres psikologis dan menurunkan produktivitas kerja. Keamanan dan kesehatan pekerja hanyalah sebagian dari fungsi kondisi kerja, tetapi kondisi ini tetap merupakan pusat perhatian bagi mereka yang memperhatikan isu ini. Aspek-aspek kondisi kerja yang diatur oleh OSHA adalah bahan dan peralatan kerja, metode kerja, dan praktek keperawtan yang umum. Kondisi lingkungan kerja, dapat menyebabkan ketidaknyamanan seseorang dalam menjalankan pekerjaanya misalnya suhu udara dan kebisingan, karena

beberapa orang sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan (Muchins dalam Margiati, 1999). Lazarus dan Folkman (1984), menyatakan timbulnya suatu rangsangan dari lingkungan ekstrenal dan internal yang dirasakan oleh individu melalui sikap tertentu. Hal yang menentukan apakah suatu hubungan dengan seseorang atau lingkungan tertentu menimbulkan stres bergantung pada penilaian kognitif individu tentang situasi. 2.3. Beban Kerja Beban kerja adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaiakan dalam batas waktu tertentu. Beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit merupakan pembangkit stres. Beban kerja secara kuantitatif timbul 30 akibat tugas-tugas terlalu banyak atau sedikit, sedangkan secara kualitatif jika pekerja merasa tidak mampu untuk melakukan tugas, atau tugas tidak menggunakan keterampilan atau potensi dari tenaga kerja. Beban kerja secara kuantitatif dan kualitatif dapat menimbulkan kebutuhan untuk bekerja selama jumlah jam kerja yang sangat banyak, hal ini merupakan sumber tambahan stres. Everly & Girdano (dalam munandar, 2001), menambahkan kategori lain dari beban kerja, yaitu kombinasi dari beban kerja berlebih kuantitatif dan kualitatif. Beban berlebih secara fisikal ataupun mental, yaitu harus melakukan terlalu banyak hal, merupakan kemungkinan sumber stres pekerjaan. Unsur yang menimbulkan beban berlebih kuantitatif ialah kondisi kerja, yaitu setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan secepat mungkin secara tepat dan cermat. Pada saat tertentu hal ini merupakan motivasi dan menghasilkan prestasi, namun bila desakan waktu menyebabkan banyak kesalahan atau menyebabkan kondisi kesehatan seseorang berkurang, maka ini merupakan cerminan adanya beban berlebih kuantitatif. Beban kerja terlalu sedikit kuantitatif juga dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Pada pekerjaan yang sederhana, dimana banyak terjadi pengulangan akan timbul rasa bosan, rasa monoton. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari, sebagai hasil dari terlampau sedikitnya tugas yang harus dilakukan, dapat menghasilkan berkurangnya perhatian. Hal ini secara potensial membahayakan jika tenaga kerja gagal untuk bertindak tepat dalam keadaan darurat. Beban berlebihan kualitatif merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh manusia makin beralih titik beratnya pada pekerjaan otak. Pekerjaan makin menjadi majemuk. 31 Kemajemukan yang harus dilakukan seorang tenaga kerja dapat dengan mudah berkembang menjadi beban berlebihan kualitatif jika kemajemukannya memerlukan kemampuan teknikal dan intelektual yang lebih tinggi daripada yang dimiliki. Pada titik tertentu kemajemukan pekerjaan tidak lagi produktif, tetapi menjadi destrutif. Pada titik tersebut kita telah melewati kemampuan kita untuk memecahkan masalah dan menalar dengan cara yang konstruktif. Timbullah kelelahan mental dan reaksireaksi emosional dan fisik. Penelitian menunjukkan bahwa kelelahan mental, sakit kepala, dan gangguan-gangguan pada perut merupakan hasil dari kondisi kronis dari beban berlebih kualitatif. Beban terlalu sedikit kualitatif merupakan keadaan dimana tenaga kerja tidak diberi peluang untuk menggunakan keterampilan yang diperolehnya, atau untuk

mengembangkan kecakapan potensialnya. Beban terlalu sidikit disebabkan kurang adanya rangsangan akan mengarah ke semangat dan motivasi yang rendah untuk kerja. Tenaga kerja akan merasa bahwa ia "tidak maju-maju" dan merasa tidak berdaya untuk memperlihatkan bakat dan keterampilannya (Sutherlan & Cooper dalam Munandar, 2001). 2.4. Tenaga Perawat. Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan (Undang-Undang Kesehatan No, 23, 1992). Seorang perawat dikatakan profesional jika memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan 32 keperawatan profesional serta memiliki sikap profesional sesuai kode etik profesi. Husein (1994), menegaskan bahwa yang dimaksud dengan keterampilan profesional keperawatan bukan sekedar terampil dalam melakukan prosedur keperawatan, tetapi mencakup keterampilan interpersonal, keterampilan intelektual dan keterampilan teknikal. Profil perawat profesional adalah gambaran dan penampilan menyeluruh perawat dalam melakukan aktifitas keperawatan sesuai kode etik keperawatan. Aktivitas keperawatan meliputi peran dan fungsi pemberian asuhan/pelayanan keperawatan, mencakup peran sebagai pelaksanan, pengelolaan institusi keperawatan, pendidik klien (individu, keluarga dan masyarakat) serta kegiatan penelitian dibidang keperawatan. 2.4.1. Hak-hak Perawat. Perawat mempunyai hak yang sama dengan yang umumnya diberikan masyarakat pada semua orang. Tetapi di samping itu, umumnya disepakati bahwa para perawat juga mempunyai hak profesional, hak-hak profesional perawat menurut Claire Fagin (1975), sebagai berikut : 1. Hak memperoleh martabat dalam rangka mengekspresikan dan meningkatkan dirinya melalui penggunaan kemampuan khsusnya dan sesuai dengan latar belakang pendidikannya. 2. Hak memperoleh pengakuan sehubungan dengan kontribusinya melalui ketetapan yang diberikan lingkungan untuk praktik yang dijalankan serta imbalan ekonomi sehubungan dengan profesinya. 33 3. Hak mendapatkan lingkungan kerja dengan stres fisik dan emosional serta resiko kerja yang seminimal mungkin. 4. Hak untuk melakukan prakteik-praktik profesi dalam batas-batas hukum yang berlaku. 5. Hak menetapkan standar yang bermutu dalam perawatan yang dilakukan. 6. Hak berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan yang berpengaruh terhadap perawatan. 7. Hak untuk berpartisipasi dalam organisasi sosial dan politik yang mewakili perawat dalam meningkatkan asuhan kesehatan. 2.4.2. Kewajiban Perawat. Iswani (2000) dalam Etika Keperwatan menyatakan kewajiban perawat sebagai berikut :

1. Perawat wajib mematuhi semua peraturan institusi yang bersangkutan. 2. Perawat wajib memberikan pelayanan atau asuhan keperawaan sesuai dengan standar profesi dan batas-batas kegunaanya. 3. Perawat wajib menghormati hak-hak pasien/klien. 4. Perawat wajib merujuk pasien/klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, bila yang bersangkutan tidak dapat mengatasnya sendiri. 5. Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien/klien untuk berhubungan dengan keluarganya, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan atau standar profesi yang ada. 34 6. Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien/klien untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan agama atau kepercayaan masing-masing sepanjang tidak mengganggu pasien yang lain. 7. Perawat wajib berkolaborasi dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan terkait lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada pasien/klien. 8. Perawat wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien/klien dan atau keluarganya sesuai dengan batas kemampunnya. 9. Perawat wajib meningkatkan mutu pelayanan keperawatannya sesuai dengan standar profesi keperawatan demi kepuasan pasien/klien. 10. Perawat wajib membua dokumentasi asuhan keperawatan secara akurat dan berkesinambungan. 11. Perawat wajib mengikuti perkembangan IPTEK keperawatan atau kesehatan secara terus-menerus. 12. Perawat wajib melakukan pelayanan darurat sebagai tugas kemanusiaan sesuai dengan batas-batas kewenangannya. 13. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien/klien, kecuali jika diminta keterangan oleh pihak yang berwenang. 14. Perawat wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang telah dibuat sebelumnya terhadap institusi tempat kerja. 35 2.4.3. Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit Pelayanan keperawatan di Rumah Sakit merupakan kepedulian yang mendalam dari seorang perawat terhadap pasien di Rumah Sakit. Pelayanan keperawatan bertugas membantu individu, keluarga dan kelompok seoptimal mungkin dalam ruang lingkup kehidupan dan pekerjaannya. Perawat harus mampu melakukan upaya promosi dan pemeliharaan kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit. Gillies (1989), menyatakan bahwa manajeman keperawatan merupakan proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan, untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman bagi pasien. Griffith (1987), kegiatan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit dapat dibagi menjadi keperawatan klinik dan manajeman keperawatan, kegiatan keperawatan klinik antara lain adalah pemberian motivasi dan dukungan emosi pasien, pemberian obat, komunikasi, menjalin hubungan dan menjaga lingkungan tempat perawatan.

Sedangkan manajemen keperawatan adalah penanganan administratif, monitoring mutu pelayanan, ketenagaan dan lain-lain. Dengan demikian pelayanan keperawatan ternyata tidak hanya dibatasi oleh pagar Rumah Sakit saja, keunikan disiplin ilmu keperawatan yang selalu memandang sistem custumer tidak hanya sebagai individu tetapi juga merupakan bagian dari keluarga dan masyarakatnya. 36 2.5. Klasifikasi Pasien 2.5.1. Pengertian. Klasifikasi pasien adalah metode pengelompokan pasien menurut jumlah dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka untuk mendapatkan perawatan dalam ruang rawat inap. Dalam banyak sistem klasifikasi pasien dikelompokan sesuai dengan ketergantungan mereka pada pemberian perawatan atau sesuai dengan waktu memberi perawatan dan kemampuan yang diperlukan untuk memberikan perawatan (Arwani & Heru dalam Manajemen Keperawatan Bangsal, 2004). Klasifikasi pasien sangat diperlukan sehubungan dengan kebutuhan perawatan selama 24 jam sehingga dapat menentukan kebutuhan tenaga. Gillies (1994), mengungkapkan bahwa dalam kegiatan manajemen keperawatan ada dua kegiatan pokok yaitu bagaimana pelaksaan asuhan keperawatan dan bagaimana mengelola manajemen ruangan secara keseluruhan. Klasifikasi pasien adalah pengelompokkan pasien berdasarkan statusnya pangkat dan golongan pasien dalam rangka memudahkan proses administrasi dan pemberian pelayanan di ruang rawat inap. Dalam sistem klasifikasi di Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB pasien dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu pasien militer & keluarganya (Pamen, Pama, Ba/Ta), PNS Hankam (Gol. IV, III, II/I), pasien Askes, dan pasien Umum (Skep Kasad dan Juklak tatacara penerimaan pasien di Rumkit jajaran Kesad, 1989). 37 2.5.2. Tujuan Klasifikasi Pasien Tujuan klasifikasi pasien adalah menghargai setiap pasien sesuai dengan status dan kondisinya dalam memperoleh pelayanan kesehatan di ruang rawat inap sehingga terciptanya pelayan kesehatan yang prima dan dukungan kesehatan yang handal dalam setiap klasifikasi dengan demikian tugas pokok Rumkit dapat tercapai yaitu memberikan dukungan kesehatan bagi prajurit dan keluarganya serta bagi PNS TNI Hankam dan keluarganya, juga ikut serta dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan memberikan pelayanan yang bermutu, menyeluruh dan terjangkau bagi masyarakat umum (Skep Kasad dan Juklak, Tata cara penerimaan pasien, 1989). Klasifikasi pasien selain untuk menghargai setiap pasien sesuai dengan klasifikasinya juga untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit serta mengukur kebutuhan tenaga perawat secara kuantitas dan kualitas di setiap unit yang mencakup tiga kategori, Donglas (1984), terdiri dari : 1. Perawatan minimal yang memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam. Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah klien masih dapat melakukan sendiri kebersihan diri, mandi dan ganti pakaian termasuk minum. Observasi tanda vital dilakukan setiap shift, pengobatan minimal, status psikologis stabil dan persiapan prosedur memerlukan pengobatan.

2. Perawatan itermediate yang memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam. Kreteria klien pada klasifikasi ini adalah klien masih perlu bantuan dalam memenuhi kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi serta perlunya observasi dan tanda vital 4 jam. 38 Klien memerlukan pengobatan lebih dari sekali, klien dengan pemasangan infus serta persiapan pengobatan memerlukan prosedur 3. Perawatan maksimal atau total yang memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam. Kreteria klien pada klasifikasi ini adalah klien harus dibantu tentang segala sesuatunya, posisi yang diatur, observasi tanda vital setiap 2 jam, makan memerlukan slang nasogastrik (NG), menggunakan terapi intravena, pemakaian alat pengisap (suction) dan kadang klien dalam kondisi gelisa/disorentasi. Dalam petunjuk pelaksanaan penerimaan pasien di Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB (1989) dinyatakaan bahwa tujuan pelaksanaan klasifikasi pasien adalah untuk memberikan penghargaan tiap klasifikasi pasien dalam menerima pelayanan sehingga tercipta kemudahan dalam tata administrasi 39 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu 3.1.1. Tempat Penelitian dilakukan di Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB, Jalan Putri Hijau, Nomor 17 Medan. Sebagai rumah sakit TNI AD yang memberikan pelayanan kesehatan kepada anggota TNI dan keluarganya, PNS Hankam dan keluarganya, peserta Askes serta masyarakat umum. 3.1.2. Waktu Penelitian di mulai dengan melakukan penelusuran pustaka, dilanjutkan dengan survey awal dan mempersiapkan proposal penelitian, membuat materi instrumen lapangan berupa angket dan kuesioner yang ditujukan untuk menilai beban dan kondisi kerja serta menilai stres kerja perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Pengumpulan, pengolahan data serta menganalisa data dan pembuatan laporan penelitian. Perencanaan dan penyelesaian penelitian berlangsung selama 6 (enam) bulan dimulai bulan Januari 2007 sampai dengan bulan Juni 2007. 3.2. Rancangan Jenis Penelitian Jenis penelitian termasuk rancangan penelitian survei analitik untuk mengetahui fenomena stres kerja dari penerapan sistim klasifikasi pasien pada ruang rawat inap dan mengetahui seberapa besar kontribusi faktor resiko sistim klasifikasi pasien ruang rawat inap terhadap faktor efek kondisi dan beban kerja, serta mengetahui seberapa besar kontribusi kondisi dan beban kerja terhadap stres kerja. 40 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, berstatus sebagai TNI atau pengawai negeri sipil. Populasi berjumlah 83 (delapan puluh tiga) orang perawat, tidak termasuk perawat yang bekerja di ruang V (rawat jiwa), ruang ICU, ICCU dan Kamar Operasi karena sifat perawatan yang berbeda.

3.3.2. Sampel Sampel yang digunakan adalah keseluruhan populsi tenaga perawat yang bekerja di ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB. 3.4. Variabel Yang Diamati 3.4.1. Variabel Tidak Bebas (Dependent Variabel) Variabel tergantung adalah variabel yang menjadi fokus penelitian dan merupakan akibat dari variabel lain. Termasuk variabel ini adalah stres kerja yang dialami responden. 3.4.2. Variabel Bebas (Independent Variabel) Variabel bebas adalah variabel yang sengaja dipelajari pengaruhnya terhadap variabel tergantung yaitu Kondisi dan Beban kerja perawat dalam penerapan Klasifikasi pasien di rumah sakit. 3.4.3. Variabel Moderator (Moderating variable) Variabel moderator adalah variabel yang memperkuat atau memperlemah dan mempengaruhi antara hubungan variabel bebas Klasifikasi pasien rawat inap dengan variabel tidak bebas Stres kerja yaitu Tipe Kepribadian Perawat. 41 3.5. Manajemen Data 3.5.1. Sumber Data Pengumpulan data diambil dari data primer dan data skunder : a. Data primer Data primer berupa data tentang tipe kepribadian, kondisi dan beban kerja yang merupakan dampak dari sistem klasifikasi pasien ruang rawat inap. Data tersebut diperoleh dari hasil wawancara face-to-face dengan kepala ruangan serta hasil proses assesment perawat yang menjadi sampel atas kuesioner penelitian. b. Data sekunder Diperoleh dari studi dokumentasi dengan mempelajari data-data tentang karakteristik dan riwayat pekerjaan responden pada masing-masing sampel penelitian. 3.5.2. Cara Pengumpulan Data Pengambilan data penelitian dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : 1. Pengamatan/Observasi. Observasi dengan melakukan pengamatan pada kondisi dan beban kerja yang ada di ruang rawat inap. 2. Wawancara. Wawancara dengan kepala ruangan dan para perawat, untuk memperoleh informasi mendalam tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kondisi dan beban kerja serta stres kerja perawat. 3. Kuesioner. Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk dijawab/diconteng pada kuesioner yang diberikan kepada responden tentang 42 identitas (lampiran 1), Tipe Kepribadian (lampiran 2), Beban kerja (lampiran 3), dan Kondisi kerja (lampiran 4), serta Stres kerja (lampiran 5). 3.5.3. Pengukuran Variabel Pengukuran variabel dilakukan dengan menggunakan Skala Likert, dimana responden hanya memberikan tanda ( ) pada kolom angka pada masing-masing butir

pertanyaan yang dianggap sesuai dengan responden. Tabel 3.1. Pengukuran Variabel. Bobot Nilai Satu Indikator No Variabel Jumlah pertanyaan Tidak pernah Jarang Kadangkadang Biasa nya Selalu Bobot nilai satu variabel 1 Kondisi kerja 16 1 2 3 4 5 16-80 2 Beban kerja 13 1 2 3 4 5 13-65 3 Tipe Kepribadian 30 1 2 3 4 5 30-150 4 Stres kerja 50 1 2 3 4 5 50-250 Selanjutnya skor-skor yang diperoleh dari setiap pertanyaan pada responden dikonversikan kedalam tiga skala interval (ringan, sedang dan berat), dengan menggunakan sebaran data pada kurva distribusi normal (Sudjana,2002), yaitu : + Gambar 3.1. Kurve distribusi normal untuk interval kategori ringan, sedang dan berat dimana : = standar deviasi dengan rumus :1 ()22

= n n x x

Sedang Rendah Tinggi 43 = rata-rata, dengan rumus :n x =

Dari sebaran distribusi normal tersebut dilakukan pengkategorian untuk masing-masing variabel penelitian sebagai berikut : Tabel 3.2. Pengkategorian tipe kepribadian, kondisi, beban dan stres kerja Variabel Kategori Rentang Skor 1 = Tipe B < -

Tipe Kepribadian 2 = Tipe AB antara + 3 = Tipe A > + 1 = Tidak menyenangkan < Kondisi Kerja 2 = Kurang menyenangkan antara + 3 = Menyenangkan > + 1 = Ringan < Beban Kerja 2 = Sedang antara + 3 = Berat > + 1 = Reaksi tanda waspada/Ringan < Stres Kerja 2 = Fase Resistensi/Sedang antara + 3 = Fase Kelelahan/Berat > + 3.6. Teknik Pengolahan dan Analisa 3.6.1. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan komputer memakai metode statistik dan data dianalisa menggunakan analisa regresi untuk mengetahui kuatnya hubungan antara variabel tipe kepribadian, kondisi dan beban kerja pada penerapan klasifikasi pasien ruang rawat inap serta melakukan uji anova terhadap variabel dengan menggunakan software SPSS. 3.6.2. Analisa Data Data primer dan skunder yang telah dikumpulkan dianalisa dengan proses pengolahan data yang mencakup antara lain kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 44 1. Editing Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan/meneliti satu persatu setiap jawaban yang telah diisi oleh responden, guna mengoreksi kekeliruhan. 2. Tabulating Kegiatan diawali dengan memberikan skor terhadap jawaban responden, kemudian menyajikan data tersebut ke dalam tabel. 3. Analisis data Analisa data dilakukan dengan menggunakan analysis regresi untuk mengetahui kuatnya hubungan tipe kepribadian, beban dan kondisi kerja terhadap stres kerja dan anaysis Anova untuk mengetahui perbedaan tipe kepribadian, beban, kondisi dan stres kerja pada penerapan klasifikasi pasien. 3.7. Kerangka Konsep. Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian KLASIFIKASI PASIEN Kondisi Kerja Beban Kerja STRES KERJA UAPAYA PENGENDALIAN Ru.I Ba/Ta (Pr) Ru.II Ba/Ta (Lk) Ru.III Anak-anak

Ru.IV Obsgyn R.VI Pama R.VII Bedah R.VIII Bedah R.X Pamen R.XI Pemen R.XII (Askes) Tipe Kepribadian PERAWAT 45 Dari gambar kerangka konsep diatas, dapat dijelaskan bahwa peneliti ingin mengetahui terjadinya Stres Kerja dari variabel kondisi, beban dan tipe kepribadian perawat dengan adanya penerapan klasifikasi pasien di ruang rawat inap. Dari ketiga variabel tersebut diharapkan diketahui faktor mana yang paling dominan menimbulkan stres sehingga memberi masukan terhadap upaya penanggulangan stres. 3.8. Definisi Operasional. 1. Klasifikasi pasien adalah sistem yang diterapkan Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB dalam mengelompokan pasien untuk memperoleh pelayanan kesehatan. 2. Kondisi kerja meliputi variabel lingkungan kerja, situasi kerja, kondisi yang ada baik fisik berupa kebisingan, penataan peralatan dan ruangan, maupun psikis berupa peraturan, keluhan dan tuntutan, serta hubungan sosial. 3. Beban kerja adalah keadaan dimana perawat dihadapkan pada tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan perawat baik secara kuantitatif yaitu banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan maupun secara kualitatif yaitu tingkat kesulitan atau kerumitan kerja. 4. Tipe Kepribadian merupakan pola perilaku perawat dalam menghadapi dan menerima kondisi dan beban kerja yang ada. Dimana tipe kepribadian ada 3 jenis yaitu tipe A, tipe AB, dan tipe B. 5. Stres Kerja adalah pengaruh yang ditimbulkan dari efek penerapan klasifikasi pasien berupa keluhan dan perasaan yang dialami tenaga keperawatan dari beban dan kondisi kerja dalam penerapan klasifikasi pasien. 46 3.9. Jadwal Pelaksanaan Jadwal pelaksanaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3.3. Jadwal pelaksanaan kegiatan penyusunan tesis No Kegiatan Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun 1. Penelusuran pustaka 2. Studi Pendahuluan 3. Konsultasi Judul dengan Ketua Program 4. Konsultasi Pembimbing 5. Pengurusan Administrasi Penelitian 6. Persiapan Bahan Kolokium 7. Kolokium 8. Persiapan alat dan bahan 9. Pengumpulan data

10. Pengolahan dan analisa data 11. Penyusunan laporan Tesis 12. Seminar hasil 47 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Lokasi Penelitian dan Gambaran Umum Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan Kesdam I/BB. Rumah Sakit (Rumkit) Tk II Putri Hijau Medan Kesdam I/BB, merupakan rumah sakit dibawah naungan Kesehatan TNI Angkatan Dasat (Kesad) yang berada di wilayah Kodam I/BB. Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB dengan segenap fasilitas dan kemampuannya menyelenggarakan fungsi kuratif dan rehabilitasi medik, preventif terbatas, dukungan kesehatan terbatas, secara terus menerus diwilayah Kodam I/BB meliputi pelayanan Bedah, Penyakit Dalam, Jantung, Kulit dan kelamin, Obsgyn, Kesehatan Anak, Penyakit Mata, THT, Syaraf dan Jiwa, Gigi serta Ragiologi. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Rumkit menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada Militer TNI AD dan keluarganya, PNS Hankam dan keluarganya Peserta Askes dan masyarakat umum. Untuk memudahkan sistem administrasi Rumkit merapkan sistem klasifikasi pasien kedalam ruang rawat inap yang terdiri dari 10 ruang tidak termasuk ruang V (Kesehatan jiwa) dan ICU. Terdapat 83 tenaga perawat, dengan rincian sebagaimana tersebut dalam tabel 4.1. 48 Tabel 4.1. Klasifikasi ruangan rawat inap N o Ruang Klasifikasi ruangan Jumlah perawat 1 I Ba/Ta (Gol II/I) & Keluarga, kasus P.Dalam, wanita 9 2 II Ba/Ta (Gol II/I) & Keluarga, kasus P. Dalam, pria 8 3 III Perawatan anak 7 4 IV Obsgyn 9 5 VI Pa & Keluarganya, kasus Penyakit dalam 6 6 VII Ba/Ta & Keluarganya, kasus Bedah + Dokmil 10 7 VIII Ba/Ta & Keluarganya, kasus Bedah + Dokmil 9 8 X Pamen/Pejabat & Keluarganya 8 9 XI Pamen & keluarganya 9 10 XII Askes/Purnawirawan & keluarganya 8 Jumlah 83 Waktu kerja perawat rawat inap terdiri dari 3 (tiga) shift kerja yaitu pagi pukul 7.30-15.00, shift kerja sore 15.00-21.00 dan shift kerja malam 21.00-7.30. Jumlah tenaga kerja di Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB, terdiri dari : a. Kuantitas berdasarkan Daftar Susunan Personel (DSP) Tabel 4.2. Kuantitas personel Rumkit

No. Status DSP Nyata % 1 Militer 70 104 149 Pamen 40 19 47 Pama 10 6 60 Bintara 13 70 538 Tamtama 7 29 414 2 PNS 391 266 68 Gol IV 9 - 0 Gol III 46 65 157 Gol II 336 189 56 Gol I - 12 120 Jumlah 461 470 102 49 b. Kualitas Personel Tabel 4.3. Kualitas personel Rumkit No Kualifikasi Militer Aktif Purn PNS Dep kes Kon sultan Jumlah 1 Dokter umum 4 - 9 7 - 20 2 Dokter gigi 2 3 2 1 - 5 3 Dokter spesialis 9 12 1 5 5 33 4 Ahli Gizi - - - - 1 1 5 Apoteker 2 - - - 1 2 6 Paramedis 74 - 209 17 - 300 7 Non paramedis 13 - 36 3 - 52 Jumlah 104 12 257 33 6 412 4.1.2. Tugas dan kewajiban Rumkit Rumkit Tk II Putri Hijau Medan dipimpin oleh Karumkit yaitu seorang Pamen Angkatan Darat (AD) berpangkat Kolonel Ckm, merupakan unsur pelaksana Kakesdam dalam menyelenggarakan fungsi perumahsakitan ditingkat Kodam dengan tugas kewajiban sebagai berikut: 1) Menyelenggarakan dan membina serta mengendalikan fungsi perumahsakitan, organisasi, sistem, metode dan prosedur kerja dilingkungan Rumkit. 2) Meningkatkan kesejahteraan, daya guna, hasil guna kemampuan kerja dan pengembangan dalam rangka kesiapan satuan serta keserasian kerja di Rumkit. 4.1.3. Prosedur Kerja Perawat Ruang Rawat Inap. Dalam upaya mendukung tugas Rumkit, perawat ruang rawat inap tidak terlepas dengan kegiatan umum yang berlaku di lingkungan TNI Angkatan Darat yaitu memulai dan mengakhiri pekerjaan dengan apel bersama, melaksanakan senam pagi, serta melakukan kebersihan lingkungan bersama. Secara khusus prosedur kerja perawat ruang rawat inap yang meliputi : 50 1) Melayani seluruh pasien organik militer maupun sipil beserta keluarganya,

pasien pensiunan/Askes dan pasien umum termasuk Askeskin. 2) Membaca buku rawatan dan melihat status, rencana tindakan yang ada pada papan rencana kegiatan sebelum dokter melaksanakan visite di ruangan. 3) Mendapingi dokter visite terhadap pasien untuk pemeriksaan selanjutnya atau pemeriksaan penunjang seperti ; laboratorium, rontgen, EKG dan sebagainya. 4) Perawat melakukan pengecekan segala persiapan operasi yang berhubungan dengan jenis dan indikasi tindakan operasi dan post operasi, perawat kembali menjemput pasien dari kamar operasi dan membaca instruksi yang diberika oleh dokter yang melakukan tindakan operasi. 5) Memberikan obat-obatan terhadap pasien atas anjuran dokter. 6) Melakukan tindakan personal higiene, pengendalian infeksi nosokomial, penerapan asuhan keperawatan sampai pasien dapat disembuhkan atau tidak tertolong. 7) Menyelesaikan administrasi bagi pasien yang akan pulang. 4.1.4. Karakteristik Subjek Penelitian Subyek dalam penelitian adalah tenaga perawat yang bekerja di ruang rawat inap sebanyak 83 orang perawat. Jumlah tersebut tidak termasuk kepala ruangan dan tenaga kerja sukarela yang bekerja di ruang rawat inap. Dengan karakteristik sebagai berikut : 1) Karakteristik berdasarkan Status Kepegawaian Tabel 4.4. Distribusi Perawat Berdasarkan Status Kepegawaian. Status Kepegawaian Pria Wanita Jumlah % Militer 6 3 9 10,8 PNS 10 64 74 89,2 Jumlah 16 67 83 100,0 51 Dari tabel 4.4. di atas dapat diketahui tenaga perawat paling banyak adalah berstatus PNS yaitu sebanyak 74 orang (89,2%) terdiri dari 64 perawat wanita dan 10 perawat pria, sedang militer hanya 9 orang (10,8%) terdiri dari 6 pria dan 3 wanita. 2) Karakteristik berdasarkan Latarbelakang Pendidikan. Karakteristik berdasarkan latarbelakang pendidikan dengan distribusi sebagai mana tersebut pada tabel 4.5. Tabel 4.5. Distribusi Perawat berdasarkan Latarbelakang Pendidikan Pendidikan Jumlah (orang) Jumlah (%) SPK 32 38,6 D III (Akper/Akbid) 48 57,8 S1 Keperawatan 3 3,6 Jumlah 83 100,0 Dari tabel 4.5. di atas dapat diketahui tenaga perawat paling banyak adalah berpendidikan D III Kesehatan (Akper & Akbid) yaitu sebanyak 48 orang (57,8%) dan berpendidikan SPK 32 orang (38,6%) serta jumlah perawat berpendidikan S1 Keperawatan sebanyak 3 orang (3,6%). 3) Karakteristik berdasarkan Usia. Karakteristik berdasarkan usia, menurut Fieldman (1996), orang dewasa

dibagi menjadi 3 fase yaitu Early Adulthood (fase dewasa awal) usia 2045 tahun (Murbin & Ani Cahyadi, 2006). Tabel 4.6. Distribusi Perawat berdasarkan Usia Usia perawat Jumlah (orang) Jumlah (%) 20-40 tahun 49 59,0 40-45 tahun 22 26,5 >45 tahun 12 14,5 Jumlah 83 100,0 52 Dari tabel 4.6. di atas dapat diketahui tenaga perawat paling banyak pada usia 20-40 tahun sebanyak 49 orang (59,0%) dan usia 40-45 tahun sebanyak 22 orang (26,5%) serta jumlah yang terkecil adalah perawat berusia 45-60 tahun sebanyak 12 orang (14,5%). 4) Karakteristik berdasarkan Masa Kerja. Karakteristik berdasarkan masa kerja di ruang rawat inap tempat perawat bekerja saat ini dibagi menjadi tiga dengan distribusi sebagai mana tersebut pada tabel 4.7. Masa kerja yang terlalu lama dapat menimbulkan kebosanan (As'ad, 2000). Tabel 4.7. Distribusi Perawat Berdasarkan Masa Kerja Masa kerja Jumlah (orang) J