21
30/06/2009 BY TATANG M. AMIRIN POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3: PENGAMBILAN SAMPEL DARI POPULASI TAK- TERHINGGA DAN TAK-JELAS Tatang M. Amirin; Edisi 1 Juli 2009; 9 Juli 2009; 13 Juli 2009; 28 Juli 2009; 3 Februari 2011 Populasi tak terhingga; populasi tak jelas/pasti; quota sampling; purposive sampling; convenience/consecutive/opportunistic/incidental/accidental sampling; snowball sampling Mengingat tulisan tentang sampel, samping, dan populasi penelitian ini dipotong-potong menjadi beberapa bagian, maka sebelum masuk ke pembahasan bagian ini, perlu dirujuk ulang secara singkat apa yang penting dipahami terlebih dahulu. Pertama, dalam penelitian ada subjek penelitian, yaitu seseorang atau sesuatu, apa saja, yang tentangnya (sifatnya, keadaannya, “attribute”-nya) penelitian akan dilakukan. Sifat atau keadaan (“attribute”) subjek yang akan diteliti itu disebut sebagai objek penelitian. Jika subjek penelitian banyak, maka keseluruhan subjek penelitian itu disebut populasi subjek penelitian. Setiap subjek penelitian merupakan anggota populasi subjek penelitian.Pembedaan objek dari subjek penelitian tidak di semua buku ada. Di dalam tulisan ini sengaja dimunculkan, agar para pemula bisa memahami istilah subjek penelitian lebih tepat, tidak terkisruhkan dengan pelaku penelitian. Kedua, ada kalanya penelitian, dalam arti pengumpulan data, dilakukan kepada/terhadap subjek itu sendiri, ada kalanya kepada/lewat orang lain. Siapapun yang “ditanyai” (dalam arti luas) mengenai sifat keadaan subjek penelitian itu, disebut responden penelitian. Jadi subjek penelitian bisa sekaligus menjadi responden penelitian, bisa juga tidak. Orang lain yang ditanyai mengenai sifat keadaan subjek merupakan responden murni(maksudnya yang bukan subjek penelitian). “Responden murni” yang jumlahnya banyak disebut populasi responden penelitian. Populasi responden

30.docx

Embed Size (px)

Citation preview

30/06/2009BYTATANG M. AMIRINPOPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3: PENGAMBILAN SAMPEL DARI POPULASI TAK-TERHINGGA DANTAK-JELASTatang M. Amirin; Edisi 1 Juli 2009; 9 Juli 2009; 13 Juli 2009; 28 Juli 2009; 3 Februari 2011

Populasi tak terhingga; populasi tak jelas/pasti; quota sampling; purposive sampling; convenience/consecutive/opportunistic/incidental/accidental sampling; snowball samplingMengingat tulisan tentang sampel, samping, dan populasi penelitian ini dipotong-potong menjadi beberapa bagian, maka sebelum masuk ke pembahasan bagian ini, perlu dirujuk ulang secara singkat apa yang penting dipahami terlebih dahulu.Pertama, dalam penelitian adasubjek penelitian, yaitu seseorang atau sesuatu, apa saja, yang tentangnya (sifatnya, keadaannya, attribute-nya) penelitian akan dilakukan. Sifat atau keadaan (attribute) subjek yang akan diteliti itu disebut sebagaiobjek penelitian. Jika subjek penelitian banyak, maka keseluruhan subjek penelitian itu disebutpopulasi subjek penelitian. Setiap subjek penelitian merupakananggota populasi subjek penelitian.Pembedaan objek dari subjek penelitian tidak di semua buku ada. Di dalam tulisan ini sengaja dimunculkan, agar para pemula bisa memahami istilah subjek penelitian lebih tepat, tidak terkisruhkan dengan pelaku penelitian.

Kedua, ada kalanya penelitian, dalam arti pengumpulan data, dilakukan kepada/terhadap subjek itu sendiri, ada kalanya kepada/lewat orang lain. Siapapun yang ditanyai (dalam arti luas) mengenai sifat keadaan subjek penelitian itu, disebutresponden penelitian. Jadi subjek penelitian bisa sekaligus menjadi responden penelitian, bisa juga tidak.Orang lain yang ditanyai mengenai sifat keadaan subjek merupakanresponden murni(maksudnya yang bukan subjek penelitian). Responden murni yang jumlahnya banyak disebutpopulasi responden penelitian. Populasi responden penelitian jadinya merupakan keseluruhan responden penelitian. Setiap responden disebut anggota populasi responden penelitian. Istilah populkasi responden penelitian juga tidak banyak dikenal. Tapi itu perlu dimunculkan agar juga para pemula tidak bingung.1. Populasi tak terhingga dan tak jelas (tak pasti)Populasi penelitian, apakah itu populasi subjek penelitian, ataukah populasi responden penelitian, ada yang jumlah anggotanya bisa dan mudah dihitung, ada yang tidak bisa atau tidak mudah dihitung. Oleh karenanya populasi penelitian dibedakan (oleh Penulis) menjadi tiga kategori. Pertamapopulasi terhingga, keduapopulasi tidak terhingga, dan ketigapopulasi tidak jelas atau tidak pasti.Ini pun murni kreasi penulis, agar memudahkan para peneliti.Populasi terhinggaadalah populasi yang anggota-anggotanya sangat mungkin dan bisa dihitung. Terhingga artinya ada hitungan tertentu, bisa dihitung jumlah atau banyaknya. Sebaliknya, tak terhingga artinya tidak bisa dihitung jumlah atau banyaknya. Ini seperti kalau orang mengucapkan, Hutang budi kami kepadanya sungguh tiada terhingga. Jadi, populasi tak terhingga adalah populasi penelitian yang jumlah anggotanya tidak bisa atau tidak mudah dihitung.Pengambilan sampel dari populasi terhingga telah dibicarakan di tulisan lain sebelum ini. Teknik-teknik sampling yang telah dibicarakan, yaitu tekniksimple random sampling,systematic sampling(teknik ordinal),stratified random sampling,cluster random sampling, danarea random sampling, semuanya berkaitan denganpopulasi terhingga.Oleh karena itu yang akan dibicarakan berikut adalahteknik pengambilan sampel (teknik sampling) dari populasi tak terhingga dan tak jelas atau tak pasti.Seperti telah disebutkan pada uraiana terdahulu,populasi tak jelas atau tak pastiadalah populasi yang keberadaan dan jumlah anggotanya tidak diketahui secara pasti, tidak jelas keberadaan dan jumlahnya. WTS, sebagai contoh, dapat diketahui umum keberadaannyakarena ada tempat-tempat tertentu yang biasa mereka ada di situ, akan tetapi tidak pasti banyaknya (tak bisa dihinggakarena sebagian tidak diketahui juga keberadaannya).Di sisi lain, orang yang kawin siri, yang, walaupun diketahui adanya karena ada banyak ceritera dan kabar berita tentangnya, akan tetapi keberadaannya saja pun tidak diketahui secara pasti di mana, apalagi jumlahnya. Itu contoh populasi tak jelas atau tidak pasti. Contoh lain adalah keluarga yang sejahtera (sakinah, mawaddah, dan rohmah). Pasti ada yang demikian, tetapi di mana (keluarga yang mana saja) dan berapa jumlahnya, tak jelas, tak bisa dipastikan.Berikut akan dibahas berbagai hal yang berkaitan dengan populasi tak terhingga dan tak jelas serta sampel dan teknik pengambilan sampelnya.Sebagai catatan, teknik-teknik yang akan dipaparkan ini bisa atau mungkin juga digunakan untuk mengambil sampel dari populasi terhingga, akan tetapi tentu akan menjadi jelek sekali representativitasnya, sehingga hasilnya (untuk generalisasi) menjadi tidak bisa dijamin keakuratannya.2. Teknik-teknik nonprobability samplingSeperti telah disebutkan, populasi (populasi subjek dan atau responden penelitian) tak terhingga adalah populasi yang jumlah anggotanya tidak bisa atau tidak mungkin dihitung, sehingga tidak diketahui secara pasti berapa jumlah anggota populasi tersebut, sedangkan populasi tak jelas atau tidak pasti adalah populasi yang keberadaan dan jumlah anggotanya tidak jelas atau tidak bisa dipastikan jumlahnya.Oleh karena anggota populasinya tidak diketahui secara pasti siapa saja dan berapa banyak, maka tidak mungkin mengambil sampel dari populasi tersebut secaraadil, memberi peluang yang sama kepada setiap anggota untuk terambil menjadi sampel (probability sampling), atau mengambil sampelnya secara acak (randomsampling). Oleh karena tidak memberi peluang yang adil, yang sama, kepada setiap anggota populasi untuk menjadi sampel, maka teknik-teknik pengambilan sampel dari populasi tak terhingga dan tidak jelas ini dikelompokkan ke dalam rumpunnonprobability sampling, yaitu cara pengambilan sampel yang tidak memberi peluang yang sama kepada setiap anggota untuk terambil sebagai sampel, ataunonrandom sampling(cara pengambilan sampel yang tidak acak).Apa saja teknik-teknik sampling (pengambilan sampel) yang nonprobability (nonrandom) itu, dan kapan atau terhadap populasi yang seperti apa cocok digunakan, akan dibahas satu per satu, disertai contoh penggunaan agar mempermudah yang akan menerapkannya dalam praktik.3. Quota samplingTeknikquota samplingadalah teknik pengambilan sampel dengan cara menetapkan jumlah tertentu sebagai target yang harus dipenuhi dalam pengambilan sampel dari populasi (khususnya yang tidak terhingga atau tidak jelas), kemudian dengan patokan jumlah tersebut peneliti mengambil sampel secara sembarang asal memenuhi persyaratan sebagai sampel dari populasi tersebut.Pada uraian terdahulu telah disebutkan bahwa penetapan banyaknya sampel yang akan diambil denganquota samplingberbeda makna dan teknis dari penetapan jumlah sampel pada populasi terhingga. Pada populasi terhingga penetapan jumlah sampelyang akan diambilitu lazimnya bersifat proporsional, setidak-tidaknya memperhatikan besaran atau banyaknya anggota populasi), sehingga sebanding atau mendekati sebanding jumlah anggota dalam populasi (bahkan selalu seiring dengan heteroginitas populasi), karena jumlah anggota populasi jelas hitungannya. Oleh karena jelas hitungan anggota populasinya, maka untuk representativitas, pengambilan sampel biasanya menggunakanpersentase.Pada quota sampling banyaknya sampel yang ditetapkan itu hanya sekedar perkiraan akan relatifmemadai untuk mendapatkan data yang diperlukanyang diperkirakan dapat mencerminkan populasinya, tidak bisa diperhitungkan secara tegas proporsinya dari populasi, karena jumlah anggota populasi tidak diketahui secara pasti tadi.Quota samplingpasti, karenanya,nonrandom sampling.Contoh:Peneliti ingin mengetahui apa yang menjadi latar belakang (motivasi, niat) yang sesungguhnya dari para orang tua ingin menyekolahkan anaknya pada sekolah tertentu. Para orang tua di sini dimaksudkan mereka yang memiliki anak usia sekolah tertentu dan belum masuk ke sekolah tersebut (bukan orang tua murid, melainkan orang tua anak usia sekolah).Keinginan para orang tua itu tentu bisa benar-benar dilaksanakan, bisa pula tidak. Kenapa? Jika sekolah itu sekolah yang termasuk elit, mungkin saja ada orang tua yang dalam hatinya ingin menyekolahkan anaknya ke sekolah tersebut, tetapi tidak bisa karena tak mampu dan alasan lainnya. Jadi, keinginan (motivasi, niat) itu sebenarnya ada, tapi tidak hendak (karena tidak bisa atau tidak mungkin) diaktualisasikan (diwujudkan).Dengan status seperti itu maka jumlah populasi orang tua tersebut menjadi tak terhingga, karena orang tua anak usia sekolah yang berkeinginan itu bisa tak diketahui secara pasti. Ini berbeda dengan jumlah orang tua yang benar-benar mendaftarkan anaknya ke sekolah tersebut, yang bisa dipastikan jumlahnya akan terhingga, bisa dihitung, karena tercatat sebagai pendaftar (lebih-lebih yang benar-benar anaknya diterima).Oleh karena berkeadaan seperti itu, maka peneliti dapat menetapkan besaran kuota sampel yang akan diambil dengan memperhitungkan yang mendaftar dan perkiraan banyaknya yang sebenarnya berkeinginan tadi. Jelasnya: Jika yang medaftar ada 200 orangyang diterima mungkin hanya 90 orangberapa kira-kira yang tidak mendaftar tetapi berkeinginan?Catatan:Jika penelitian ini melibatkan orang tua anak usia sekolah yang benar-benar mendaftarkan anaknya dan yang tidak mendaftarkan anaknya (tetapi berkeinginan tadi), maka ada dua subpopulasi dari populasi orang tua anak usia sekolah yang berminat mendaftarkan anaknya ke sekolah tersebut, yaitu (1) yang benar-benar mendaftar, dan (2) yang potensial (ada keinginan) mendaftar tapi tidak mendaftarkan anaknya.Dari yang mendaftar (karena tercatat, jumlahnya pasti, jadi merupakan subpopulasi terhingga) tentu dapat diambil sampel dengan teknik-teknik probability sampling. Sampel yang akan diambil dengan quota sampling adalah sampel dari para orang tua yang berkeinginan tetapi tidak mendaftar.Apabila penelitian dilakukan jauh hari sebelum masa pendaftaran dilakukan, maka populasinya secara sekeluruhan bersifat tak terhingga (hanya ada satu populasi, tidak terdiri atas dua subpopulasi), karena yang mendaftar belum ada. Oleh karenanya maka sampelnya dapat diambil dengan teknik quota sampling.4. Purposive samplingIstilahpurposivesering diterjemahkan bertujuan, karenapurposeartinya maksud atau tujuan; jadipurposive samplingdiartikan sebagai pengambilan sampel secara bertujuan.Ini benar, tapi tidak betul. Beberapa definisi sering menyebutnya sebagai pengambilan sampel with purpose in mind (dengan tujuan atau maksud tertentu di hati). Tetapi tujuan tersebut tidak jelas (tujuan apa?). Itu makanya disebut benar tapi tidak betul, karena tak jelas.Kalau membuka kamus (buka kamus yang besar semisalOxford Advances Learners Dictionary), akan tertemukan bahwa memang salah satu artipurposeadalah tujuan. Tapi tentu dalam hal ini bukan itu yang dimaksud, karena tidak ada pengambilan sampel yang tidak punya tujuan, apalagi menelitinya. Jika dibaca lebih cermat kamus tersebut, maka akan ditemukan arti lain daripurpose, antara lain kesengajaan (intention), tidak sekedar secara kebetulan (accidental); juga berarti alasan (reason) tertentu; dan juga tuntutan keadaan tertentu (the requirements of a particular situation) atau, jelasnya, menurut persyaratan tertentu.Jadi, dapatlah dikatakan bahwapurposive samplingadalah pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan. Dalam bahasa sederhanapurposivesamplingitu dapat dikatakan sebagaisecara sengajamengambil sampel tertentu (jika orang maka berarti orang-orang tertentu)sesuai persyaratan(sifat-sifat, karakteristik, ciri, kriteria)sampel(jangan lupa yang mencerminkan populasinya).Misalnya yang diperlukan sebagai sampel adalah perempuan pengguna sepeda motor tipe laki-laki (bukan bebek dan sejenisnya)karena yang sedang dicari (jadi, populasinya) adalah perempuan-perempuan pengguna sepeda motor tipe laki-laki. Hati-hati, populasinya bukan semua pengguna sepeda motor, sepeda motor jenis atau tipe apapun. Hati-hati pula, bukan pengguna motor: kasus perempuan pengguna motor laki-laki. Juga hati-hati: bukanpengguna sepeda motor laki-laki: kasus perempuan. Populasinya semua perempuan pengguna sepeda motor laki-laki (artinya, atau definisi operasionlanya: perempuan yangselalu atau sering kali jika bepergian menggunakan sepeda motor jenis itu, apapun yang menjadi latar belakangnya).

Dalam kasus tertentu, Penulis lebih suka menyebutpurposive samplingdalam istilah bahasa Jawa sebagai teknik pengambilan sampel secara njujug, menuju langsung ke tempat (area, wilayah, lokasi) tertentu yang banyak anggota populasi dimaksud berada.Jadi,KE.JAR terus di mana pun sampel berada!Contoh:Jika ingin meneliti anak-anak jalanan, datangilah (untuk mengambil sampel) perempatan-perempatan jalan raya. Kenapa? Karena di situ anak-anak jalanan sering melakukan aktivitas ngamen dan meminta-minta. Jadi, jelas tidak perlu dengan teknik area sampling (area geografis dan atau administratif). Maksudnya, memilih-pilih (menyampel) area, lalu dari area-area tersampel itu dicari anak-anak jalanannya.Muspro, mubazir,gitukira-kira. Sebab, bisa jadi dari area tertentu malah tak tertemukan anak jalanan itu.Jika ingin meneliti ayam-ayam kampus (maaf lho, karena ini sudah populer alias diketahui populi atau orang banyak) contoh lainnya, datangilah tempat-tempat yang biasa dipakai praktek lapangan mereka, bukan di kampus [Dimarahi Rektor, nanti, hehe. Tentu juga, jangan tanya saya di mana merekangetem, tentu saja, hehe! Mana tahu?! Eh, belum tahu, belum berkepentingan, sih. Hus, untuk penelitian, maksudnya, bukan kepentingan lain!Heheh . . . Tanya informan-nya saja, lah! Informannya siapa,gaktahu juga aku!]. Nah, jadi, lalu, ambillah sampel mereka di atau dari tempat mangkalnya itu.Dengan cara seperti itu, maka:(1) Tuntutan mendapatkan sampel yang sesuai atau pas (yang termasuk anggota anak jalanan atau ayam kampus) pasti tecapai.(2) Secara sengaja (baca: terencana;purposive) mencari anggota populasi njujuglangsung ke tempat tertentu punya alasan logis, karena jelas lebih efektif dan efisien, daripada mencari-cari ke mana-mana yang belum tentu menemukan apa yang dicari.Ambil contoh Anda akan meneliti kasustawuran pelajar. Sudah diketahui umum bahwa yang suka tawuran itu hanya dari beberapa sekolah tertentu saja (antar sekolah tertentu). Jadi, secara sengaja (purposive) Anda lakukan perburuan (hunting) sampel murid yang suka tawuran ke sekolah-sekolah tertentu itu saja, tak perlu semua sekolah dimasuki, atau disampel. Di sekolah itu saja pun mungkin Anda harus cukup lama berakrab-akrab dulu dengan murid-murid sebelum mendapatkan sampel para petawur itu. Jangan begitu datang langsung to the point (togmol, kata orang Sunda) mencari dan mewawancarai petawur. Bisa terjebak, salah tangkap, dan mendapatkan informasi yang bias. [Hehehe . . ., maaf, jangan suka main tangkap dulu urusan belakang kayak oknum polisi-polisi yang tidak profesionalditangkap, dianggap teroris, lalu dilepas, tak terbukti! Bikin trauma dan stres orang saja!].Ada pula yang memberi maknapurposive samplingitu sebagai pengambilan sampel secara sembarang asal memenuhi persyaratan. Jadi ini akan sama denganopportunistic (incidental, acidental) sampling. Misal dalampolling(jajag pendapat) seseorang peneliti (observer) mencegat orang-orang yang lewat untuk ditanyai. Barangsiapa sesuai ketentuan (kriteria sampel) maka langsung diambil sebagai sampel, yang tidak memenuhi kriteria dibiarkan lewat. Sekali lagi, cara seperti itu lebih lazim disebut denganopportunistic (accidental, incidental) sampling(mengambil sampel siapa saja yangkebetulanpas untuk menjadi sampel).Dalam penelitian kualitatif sampel lazim diambil secarapurposive. Ini juga maknanya sama, yakni njujug, hanya saja yang dijadikan jujugan (tujuan) bukan tempat, melainkan orang (subjek/reponden penelitian). Jelasnya, yang dituju adalah orang-orang tertentu yang (dengan alasan atau latar belakang logis) memenuhi persyaratan (tuntutan persyaratan) sebagai responden (yang dapat memberikan jawaban atas pertanyaan penelitian). Ini hampir mirip dengan informan (narasumber) penelitian. Jangan lupa, bedanya, informan tidak memberikan informasi pribadi, melainkan informasi kelembagaan. Sampel penelitian kualitatif yang purposive tadi, tetap memiliki ciri individual, pribadi. Artinya, keindividuannya itu yang diteliti. Ia tidak mewakili kelembagaan (apapun lembaga, organisasi dsb).Purposive samplingsuka juga disebutjudgmental sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan penilaian (judgment) peneliti mengenai siapa-siapa saja yangpantas(memenuhi persyaratan) untuk dijadikan sampel. Oleh karenanya agar tidak sangat subjektif, peneliti harus punya latar belakang pengetahuan tertentu mengenai sampel dimaksud (tentu juga populasinya) agar benar-benar bisa mendapatkan sampel yang sesuai dengan persyaratan atau tujuan penelitian (memperoleh data yang akurat).Berapa banyak sampel purposif diambil?Rumusnya sederhana: sebanyak yang dianggap cukup memadai untuk memperoleh data penelitian yang mencerminkan (representatif) keadaan populasi. Maksudnya, data dari sampel purposif tersebut dianggap sudah bisa menggambarkan (menjawab) apa yang menjadi tujuan dan permasalahan penelitian. Tentu tidak bagus kalu cuma satu dua orang. Sebanyak mungkin jauh lebih baik. Angka pasti? Tidak ada. Perhatikan perkiraan anggota populasi yang ada di area (contoh: tempat mangkal anak jalanan dan ayam kampus tadi) ada berapa banyak, lalu ambillah sebanyak mungkin).Hati-hati dengan kasus ayam kampus. Bisa jadi ini termasuk jenis populasi tidak jelas atau tidak pasti (tidak jelas keberadaannya dan tidak pasti jumlahnya). Dalam kasus ini gunakan teknik sampling untuk populasi tak jelas/tak pasti (uraian berikut).5. Convenience, consecutive dan incidental (accidental, opportunistic) samplingIstilahconvenience samplingsering disamamaknakan denganincidental samplingdanaccidental sampling.Convenienceartinya mudah atau kemudahan atau kenyamanan (dalam arti tidak memberikan kesulitan atau kesusahan).Incidentalartinya tidak secara sengaja, secara kebetulan, atau sampingan (bukan yang pokok atau utama).Accidentalartinya (salah satu yang cocok dengan pengambilan sampel) adalah tidak secara sengaja, atau secara kebetulan.Opportunisticartinya juga secara kebetulan. Jadi,incidental,accidental, danopportunisticmempunyai makna yang sama.Consecutivejuga mempunyai makna yang sama.Convenience samplingmaksudnya mengambil sampel yang sesuai dengan ketentuan atau persyaratan sampel dari populasi tertentu yang paling mudah dijangkau atau didapatkan. Misalnya yang terdekat dengan tempat peneliti berdomisili.Consecutive samplingjuga artinya sama, hanya lebih tinggi derajatnya sedikit daripadaconvenience, yaitu semua yang bisa terjangkau diambil sebagai sampel. Dengan convenience hanya sekedar dapat yang mudah didapat.Incidental (accidental, opportunistic sampling)maksudnya mengambil sampel secara sembarang (kapanpun dan dimanapun menemukan) asal memenuhi syarat sebagai sampel dari populasi tertentu.Jadi, sebenarnya antaraconvenience/consecutive samplingdanincidental (accidental, opportunistic) samplingada perbedaan, yaitu padaconvenience samplingpengambilan sampel secara sengaja (sengaja yang mudah), sementara padaincidental (accidental, opportunistic)faktor kesengajaan tidak menjadi pokok, faktor kebetulan justru yang paling menonjol (mencari-cari sampai secara kebetulan mendapatkan sampel yang dikehendaki). Akan tetapi semuanya mempunyai kesamaan, yaitu sama-sama menempuh cara yang relatif paling mudah, yang tidak menyulitkan. Hanya saja padaincedental (accidental, opportunistic) samplingkemudahan itu dilihat dari sudut asal menemukan yang memenuhi ketentuan atau persyaratan, sementara padaconvennience samplingfaktor kemudahan itu dilihat dari keterjangkauan (tempat dan hubungan).Jadi,ketemu pegang! Maksudnya, jika menemukan yang sesuai kriteria, pegang (ambil) sebagai sampel.

Contoh:Seorang peneliti ingin mengetahui partisipasi orang tua murid dalam meningkatkan prestasi belajar anak-anaknya. Peneliti mengambil sebagai sampel tetangganya, temannya, kerabatnya, sejawatnya, dan kenalannya yang semuanya termasuk kategori anggota populasi penelitian (dalam hal ini orang tua murid). Ini termasukconvenience sampling, pengambilan sampel dengan cara yang paling mudah, paling tidak sulit, paling nyaman.Peneliti lain ingin mengetahui bagaimana komentar mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (FIP UNY) mengenai tampilan dan isi Tatangmangunys Blog. Tentu yang jadi populasi adalah mahasiswa yang pernah membuka blog tersebut, tidak semua mahasiswa FIP UNY. Mencarinya tentu tidak mudah. Populasinya tak terhingga. Harus ditanya satu per satu. Jika ada yang kebetulan pernah membukanya, jadilah pertanyaan dilanjutkan, dan para mahasiswa tersebut terambillah jadinya sebagai sampel (opportunistic, incidental, accidental samples).

Berapa banyak sampelyang akan diambil? Sama dengan contoh purposive sampling di atas, yaitu sampai merasa dari sampel yang terjaring tersebut cukup mendapatkan gambaran (kejelasan) jawaban permasalahan penelitian. Angka pasti? Juga tidak ada.6. Snowball samplingOrang-orang, terutama anak-anak, di daerah bersalju, suka bermain-main dengan bola salju (snowball). Bukan lempar-lemparan, melainkan menggelindingkan bola salju itu dari bukit ke lembah, ke bawah. Bola yang digelindingkan hanya sekepalan tangan. Pada ketika menggelinding itu, ada salju yang ikut menempel ke bola sekepal tadi. Makin ke bawah jadinya makin banyak salju yang menempel, dan makin membesarlah bola salju tersebut.

Pengambilan sampel dengan tekniksnowball samplinggambarannya seperti menggelindingkan bola salju sekepalan tangan anak tadi. Di ketika populasi penelitian tidak jelas keberadaannya, dan tidak pasti jumlahnya, temuan satu sampel saja sudah sangat amat berarti. Dari sampel pertama itu dicarilah (diminta informasinya) mengenai teman-teman sampel lainnya.Nah, sebentar, perlu didefinisikan dulu apa itusnowball sampling, karena definisi itu diperlukan untuk dikutip mahasiswa (siapapun yang akan meneliti, tentunya).Snowball samplingadalah teknik pengambilan sampel daripopulasi yang tidak jelas keberadaaan anggotanya dan tidak pasti jumlahnyadengan cara menemukan satu sampel, untuk kemudian dari sampel tersebut dicari (digali) keterangan mengenai keberadaan sampel (sampel-sampel) lain, terus demikian secara berantai.

Ambil contoh akan meneliti para pengguna narkoba. Jika sudah tertemukan satu orang pengguna, dari orang tersebut digali infomrasi siapa saja teman atau teman-temannya yangsama-sama suka mengkonsumsi narkoba. Dari temannya tadi dicari lagi informasi siapa teman atau teman-teman lainnya. Begitu seterusnya, sampaisampel dirasa cukupuntuk memperoleh data yang diperlukan, atau sampai mentog sudah tidak terkorek lagi keterangan sampel lainnya siapa dan di mana, atau sampai data yang diperoleh dipandang sudah cukup memadai untuk menjawab permasalahan penelitian.[Tulis di Kepustakaan:Amirin, Tatang M. (2011). Populasi dan sampel penelitian 3 : Pengambilan sampel dari populasi tak-terhingga dan tak-jelas.tatangmanguny.wordpress.com]

Dalam tahap metodologi penelitian selanjutnya adalah tahap populasi dan penarikan sampel. Tahap populasi dan penarikan sampel ini dilakukan setelah melakukan hipotesis. Telah dijelaskan bahwa hipotesis harus diuji dahulu dalam kenyataan empiris dengan mengumpulkan data yang relavan dengan variabel-variabel yang disebut dalam hipotesis. Untuk mendapatkan hipotesis itu baik atau tidak atau juga benar atau tidak maka kita harus mengetahui dimana data tersebut diperoleh dan bagaimana cara untuk mendapatkannya.Polusi dan sampel penelitian merupakan sumber data, artinya bahwa sifat-sifat dan karakteristik dari sebuah kelompok subjek, gejala atau objek. Bila hasil penelitian akan digeneralisasikan ( kesimpulan data sampel untuk populasi ) maka sampel yang digunakan sebgaai sumber data harus representative dapat dilakukan dengan cara mengambil dari populasi secara ramdom sampai jumlah tertentu.Ada beberapa ahli yang berpendapat tentang pengertian dari populasi, diantaranya :1. Sugiono berpendapat bahwa : populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang akan menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. ( Prof. Dr. H. buchari Alma, 2009 : 54 )2. Nazir mengatakan bahwa : populasi adalah berkenaan dengan data bukan orang atau bendanya.3. Nawawi mengemukakan pendapat bahwa : populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif pada karakteristik tertentu mengenai sekumpilan objek yang lengkap.4. Ridwan mengatakan bahwa : populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian.Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa: populasi merupakan objek atau subjek yang bearada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian ada dua jenis populasi, yaitu:1. Populasi terbatas adalah mempunyai sumber data yang jelas batasnya secara kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya. Contoh: jumlah guru SMA di Kota Sukabumi 4000 orang.

2. Populasi tak terbatas adalah sumber datanya tidak dapat ditentukan batasan-batasannya, sehingga relative tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah. Contoh: suatu percobaan seorang bandar akan melemparkan sepasang dadu sampai tak terhingga kali lemparan, maka setiap kali mencatat sepasang bilangan yang muncul akan mendapatkan sepasang nilai yang tak terhingga pula.

Populasi tidak terbatas luasnya, bahkan ada yang tidak dapat dihitung jumlahnya dan besarannya sehingga tidak mungkin diteliti. Oleh karena itu, perlu dipilih sebagian saja asal memiliki sifat-sifat yang sama dengan populasinya. Proses menarik sebagian subjek, gejala atau objek yang ada pada populasi disebut sampel.Menurut Arikunto (2009:11) bahwa: Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sedangkan Sugiyono mengartikan bahwa: Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dari kedua ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa: Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Karena tidak semua data dan informasi akan diproses, dan tidak semua orag atau benda akan diteliti melainkan cukup dengan menggunakan sampel yang akan mewakilinya. Dalam hal ini sampel harus representatif.

Kata lain dari sampel adalah contoh. Sedangkan pengambilan sampel dari suatu populasi disebut penarikan sampel atau sampling. Populasi yang ditarik sampelnya pada waktu merencanakan suatu penelitian disebut target population, sedangkan populasi yang akan diteliti pada waktu melakukan penelitian disebut sampling population. Masalah yang akan dihadapi dalam penarikan sampel ini adalah pada penarikan sampel dan ukuran besar sampel. Hal ini sangat tergantung pada sifat populasi, terutama pada ketersebaran anggota dalam wilayah penelitian atau dalam kategori-kategori tertentu atau juga tergantung pada variasi populasi.Sampel dapat ditentukan berdasarkan pertimbangan masalah, tujuan, hipotesis, metode dan instrument penelitian di samping pertimbangan waktu, tenaga dan pembiayaan. Agar diperoleh sampel yang refresentatif, harus diupayakan agar setiap subjek dalam populasi memiliki peluang yang sama menjadi unsur sampel. Semakin tinggi atau besar variasi dari populasi, maka makin besar sampel yang dibutuhkan. Penarikan sampel ini, terdapat dua macam teknik yang sering atau umumnya dilakukan, yaitu: probability sampling dan nonprobability sampling. Mengenai besarnya sampel tidak ada ketentuan yang baku atau rumus yang pasti, karena sahnya sampel terletak pada sifat dan karakteristiknya mendekati populasi atau tidak, bukan pada besar atau banyaknya. Minimal sampel sebanyak 30 subjek. Hal ini didasarkan atas perhitungan atau syarat pengujian yang lazim digunakan dalam statistic. Telah dikatakan sebelumnay bahwa dalam penarikan sampel, pada umumnya menggunakan dua cara, yaitu probability sampling dan nonprobability sampling. Dua teknik penarikan sampel ini akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Probability SamplingProbability sampling adalah teknik sampling untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Yang tergolong dalam teknik probability sampling ini ada 4 golongan, diantaranya:

A. Simple Random Sampling (Sampel Acak)Simple random sampling adalah cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota populasi dianggap sejenis, atau disebut homogen. Contohnya: Jumlah siswa yang mendapatkan beasiswa di Kota Sukabumi. Simple random sampling ini bisa dilakukan melalui undian, table bilangan random atau dengan acak sistematis.

B. Proportionate Stratified Random SamplingProportionate stratified random sampling adalah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional, dilakukan sampling ini apabila anggota populasinya heterogen (tidak sejenis). Proportionate stratified random sampling ini dilakukan dengan cara membuat lapisan-lapisan (strata), kemudian dari setiap lapisan diambil sejumlah subjek secara acak. Jumlah subjek dari setiap lapisan (strata) adalah sampel penelitian.

C. Disproportionate Stratified Random SamplingDisproportionate stratified random sampling adalah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata tetap, sebagian ada yang kurang proporsional pembagiannya, dilakukan sampli ini apabila anggota populasi heterogen (tidak sejenis).

D. Area Sampling (Kluster Sampling)Area sampling atau kluster sampling adalah teknik sampling yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari setiap wilayah geografis yang ada. Cluster Samples disebut juga sampel kelompok dan bukan individu.

2. Non-Probability SamplingNonprobability sampling ialah teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan (peluan) pada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota sampel. Yang termasuk dalam nonprobability sampling terbagi dalam 6 golongan, antara lain:A. Sampling SistematisSampling sistematis ialah pengambilan sampel didasarkan atas urutan dari populasi yang telah diberi nomor urut atau anggota sampel diambil dari populasi pada jarak interval waktu, ruang dengan urutan yang seragam. Contohnya: Para pelanggan listrik nama-namanya sudah terdaftar dalam Bagian Pembayaran Listrik berdasarkan lokasinya. Untuk pengambilan sampel tentang para pelanggan listrik, secara sistematis dapat diambil melalui rayon pembayaran listrik.

B. Sampling KuotaSampling kuota ialah teknik penentuan sampel dari populasi yang mempunyai cirri-ciri tertentu sampai jumlah (jatah) yang dikehendaki atau sampel yan didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti. Caranya dengan menetapkan jumlah besar sampel yang diperlukan, kemudian menetapkan jumlah (jatah yang diinginkan), maka jatah itulah yang akan dijadikan dasar untuk mengambil unit sampel yang diperlukan.

C. Sampling AksidentalSampling Aksidental ialah teknik penentuan sampel berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristik (ciri-cirinya), maka orang tersebut dapat digunakan sebagai sampel (responden).

D. Purposive SamplingPurposive sampling dikenal juga dengan sampling pertimbangan. Purposive sampling ialah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbanngan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu. oleh karena itu, sampling ini cocok untuk studi kasus yang mana aspek dari kasus tunggal yang representatif diamati dan dianalisis.

E. Sampling JenuhSampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel dan dikenal juga dengan istilah sensus. Sampling jenuh ini akan dilakukan apabila populasinya kurang dari 30 orang.

F. Snowball SamplingSnowball sampling yaitu teknik sampling yang semula berjumlah kecil kemudian anggota sampel (responden) mengajak para temannya untuk dijadikan sampel dan seterusnya sehingga jumlah sampel semakin membenngkak jumlahnya. Seperti bola salju yang sedang menggelinding semakin jauh semakin membesar. Penelitian yang cocok menggunakan sampling ini biasanya menggunakan metode penelitian kualitatif.

Ada beberapa keuntungan dalam menggunakan sampel diantaranya:1. Memudahkan peneliti untuk jumlah sampel lebih sedikit dibandingkan dengan menggunakan populasi dan apabila populasinya terlalu besar ditakutkan akan terlewati.2. Penelitian lebih efisien (dalam arti penghematan uang, waktu dan biaya)3. Lebih teliti dan cermat dalam mengumpulkan data, artinya jika subjeknya banyak dikhawatirkan adanya bahaya bias dari orang yang mengumpulkan data, karena sering dialami oleh staf bagian pengumpul data yang mengalami kelelahan sehingga pencatatan data tidak akurat.4. Penelitian lebih efektif, jika penelitian bersifat destruktif (merusak) yang menggunakan spesemen akan hemat dan bisa dijangkau tanpa merusak semua bahan yang ada serta bisa digunakan untuk menjaring populasi yang jumlanya banyak. Sedangkan besar kecilnya sampel yang diambil akan dipengaruhi oleh beberapa faktor.Macam-Macam Teknik Sampling Menurut Dra. Nurul Zuriah, M.Si. dalam Buku Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan

Menurut Suharsimji Arikunto (1995 : 120),samplingdidefinisikan sebagai sejumlah subjek penelitian sebagai wakil dari populasi sehingga dihasilkan sample yang mewakili populasi dimaksud. Semakin banyak ciridan karakteristik yang ada pada populasi, maka akan semakin sedikit subjek yang tercakup dalam populasi, dan sebaliknya.Jenis teknik sampling yang dimaksud adalah cxara untuk menentukan sample yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sample yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memeperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi yang di[peroleh sample representatif. Terdapat dua teknik sampling yang berbeda, walaupun pada dasarnya bertolak dari ansumsi yang sama, yaitu ingin memeperoleh secara maksimal sempel yang representative yang tidak didasari oleh keinginan si penelii.Jenis teknik sampling tersebut, yaitu 1) random sampling, dan 2) non random sampling.Teknik random sampling adalah pengambilan sampling secara random atau tanpa pandang bulu. Teknik ini memiliki kemungkinan tertinggi dalam menetapkansample yang representative. Dalam teenik inisemua induvidu dalam populasi, baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih mebnjadi anggota sample. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara: 1) undian, 2) ordinal, 3) randomisasi dari table bilangan random (Sutrisna Hadi, 1980 : 76) dalam S. Margono (1995 : 125).Teknik non random sampling adalah teknik pengambilan sample secara non random atau tidak semua induvidu dalam populasi, diberi peluang yang sama untuk ditugaskan mebnjadi anggota sample. Teknik ini memiliki kemungkinan lebih rendah dalam menghasilkan sample yang representatif.Lebih lanjut menurut S. Margono (1995: 126-130) ada beberapa jenis sample yang diperoleh dari teknik random sampling, yaitu sebagai berikut:a. Probability Sampling1)Simple random samplingadalah teknik untuk mendapatkan sample yang langsung dilakukan pada unitsampling. Dengan demikian, setiap unit sampling sewbagai unsure populasi yang terpencil memeperoleh peluang yang sama untuk menjadi sanpel atau mewakili populasi. Teknik ini dapat dipergunakan jika jumlah unit sampling di dalam populasi tuidak terlalu besar.Misalnya, populasi terdiri da4ri 500 orang mahasiswa program S-1 (unit sampling). Untuk memeperoleh sample sebanyak 150 orang dari populasi tersebut, digunakan teknik ini, baik dengan cara undian, ordinal, maupun table bilangan random.Dasar pengambilan sample cara ini ialah sebagai berikut :1. Setiap anggota unit populasi berpeluang sama untuk dipilih menjadi sam-pel penelitian.2. Populasi yang dihadapi merupakan suatu populasi yang terbatas (finit population) N tertentu = N bisa dihitung, hal ini perlu sekaloi jika menghadapib populasi yang tak terbatas (infite) dan parameter tidak diketahui untuk dipilih.3. Sample tersebut harus mempunyai n yang cukup besar, walaupun relative kecil dibandingkan N. hal ini disebabkan jika parameter X, maka besar sample akan bias dekat dengan hasil perkatanya populasi U.4. Jika teknik sampling laion yang lebih efisien tidak ada dan tidak mungkin untuk dilakukan.Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dengan teknik ini, seperti:1.Undian. Misalnnya peneliti mau memilih 3 (tiga) orang mahasiswa teladan dari 40 orang mahasiswa teladan yang diajukan di tingkat universitas, maka sebaiknya ditulis saja nama-nama mahasiswa tersebut dalam kertas gulungan kecil dan kemudian dimasukkan kotak. Kemudian, ambil dua gulungan, buka dan tarulah, selanjutnya ambillah kedua nama orang tersebut dijadikan wakil mahasiswa teladan.Cara undian ini bias bermacam-macam seperti menggunakan roda rolet, dadu, dan sebagainya.2.Table bilangan random (acak), yaitu menggunakan angka-angka yang telah disediakan dalam table, sehingga dapat menarik n bilangan secara acak dari kumpulan bilangan 1 sampai N (N tergantung pada besar populasi).Untuk penentuan sample dengan cara ini cukup sederhana, tetapi dalamprakteknya akan menyita waktu. Apalagi jika jumlahnya besar, sampelnya besar, serta jika daftar siswanya berurutan2)Stratified random samplingSrtatiffed random samplingbiasanya digunakan pada populasi yang mempunyai susunan bertingkat atau berlapis-lapis. Miosalnya, sekolah terdapat beberapa kelas; dalam masyarakat terdapat tingkatan penghasilan. Jika tingkatan dalam populasi diperhatikan, mula-mula harus dipastikan strata yang ada, diperhatikan juga dalam strata ituapakah ada substrata atau tidak. Selanjutnya tiap-tiap substaratum harus mewakili sample penelitian.Jika peneliti akan dilakukan menggunakan dan memerapkan sample random sampling maka dalam pemikiran peneliti, objek yang ditelitui merupakan satu kesatuan menyeluruh yang homogen. Akan tetapi, di dalam suatu kondisi populasi sering dijumpain hal yang tidak demikian atau mungkin peneliti menginginkan suatu ketepatan terhadap masalah yang akan diamati, sehingga menginginkan suatu ketepatan terhadap masalh yang akan diamati, sehingga populasi dipilah-pilah menjadi subpopulasi secara homogen dari sifat yang heterogen.Atas pembagian populasi atas supopulasi maka penelitian yang akan dirancang akan memberikan keuntungan, antara lain:1. homogenitas yang lebih nyata di dalam masing-masing kelas,2. memberikan keterorganisasian yang nyata antar subpopulasi,3. meningkatkan presesi dari sample terhadap populasi dan dalam poeleksanaannya mudah, dan4. sangat berguna untuk mengkaji (komparasi) perbedaan karakteristik antar subjek.Subpopulasi dalam populasitidak boleh overlapping dan masing-masing dinamakan stratum. Dengan demikian, rancangan-rancangn stratified random sampling merupakan rencangan yang menempatkan secara tidak overlapping yang disebut strata, dan dari strata tersebut dipilih secara acak.Pembagian ini dilakukan berdasarkan karakteristik populasi dan peneliti beranggapan bahwa perbedaan tersebut akan memengaruhi variabel.Selanjutnya tahap-tahap penyusunan random sampling meliputi :1.mementukan jenis populasi penelitian;2.membagi kelompok menjadi beberapa stratifikasi, dan setiap stratum beranggotakan subjek yang sama atau hamper sama karakteristiknya;3.membuat daftar subjek dari tiap stratum (subpopulasi);4.memilih subjek sample dari sub populasi dengn teknik acak murni atau sistematik.Kelemahan dari cara ini jika tidak ada investigasi mengenai daftar subjek maka tidak dapat membuat stratum.3)Cluster Random SamplingCluster random samplingdigunakan jika populasi tidak terdiri dari induvidu-induvidu, mmelainkan terdiri dari kelompok kelompokinduvidu atau cluster.Misalnya, penelitian dilakukan terhadap populasi pelajar SMU di sebuah kota. Untuk itu, random tidak dilakukan langsung pada semmua pelajar, tetapi pada suatu sekolah atau kelas sebagai kelompok atau cluster.Menurut Yatim Rianto (1996 : 60) teknik cluster random sampling ini digunakan jika populasi dijumpain populasi yang heterogen, di masna subpopulasi merupakan suatu kelompok (cluster) yang mempunyai sifat heterogen.Sedangkan dalam stratifikasi sample tiap subpopulasinya homogen.Selain itu, teknik ini digunakan apabila daftar dari seluruh unitr populasi tidak diperoleh sehingga cukup daftr cluster saja. Dalam mengoperasionalisasikan teknik ini, peneliti mengelompokkan terlebih dahulu berdasarkan kelas-kelas atau berdasarkan asrama tempat tinggal mereka (jika yang diteliti tinggal di asrama) atau berdasarkan daerah (RT/RW/Kelurahan/Kecamatan) tempat mereka tinggal.Sebagaimana dalam teknik pengambilan sample dengan stratifikasi; yakni masing-masing stratanya ditarik sample, maka dengan teknik cluster sampling ini penerikan sampel pada setiap kelompoknya (custer).Kelemahan teknik ini dapat dilihat dari tingkat error sampling, lebih banyak di bandingkan derngan pengambilan sampel berdasarkan strata karena sangat sulit memperoleh cluster yang benar-benatr sama heterogenitasnya dengan cluster yang lain dalam populasi.

b.Non Probabilitity Sampling1)Accidental SamplingDalam teknik ini pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui. Misalnya, penelitian tentang pendapat umum mengenai pemilu dengan menggunakan setiap warga Negara yang dewasa sebagai unit sampling. Penelitian mengumpulkan data langsung dari setiap 9orang dewasa yang dijumpainnya, sampai jumlah yang diharapkannya terpenuhi.2)Quota SamplingDalam teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan, tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan memberikan jatah atau quota tertentu pada setiap kelompok. Pengumpulan data dilakukan langsung pada setiap unit sampling. Setelah jatah terpenuhi, pengumpulan data dihentikan. Misalnya, penelitian dilakukan terhadap ibu rumah tangga sebagai unit sampling untuk mengetahui pendapatnya dalam menghadapi harga pasaran sesuai dengan pendapat suaminya. Untuk itu, keluarga dikelompokkan menjadi beberapa subpopulasi, antara lain : keluarga pegawai negeri, keluarga pengusaha, keluarga buruh, keluarga petani, keluarga nelayan, dan lain-lain. Setelah populasi itu diberikan jatah tertentu walaupun jumlah masing-masing sebagai populasi tidak diketahui. Setiap ibu rumah tangga dari subpopulasi itu dihubungi sebagai sumber data sampai jumlahnya terpenuhi.Kelemahan teknik ini ialah para peneliti cenderung akan selalu mencari kemudahan, menghindari hambatan yang mungkin terjkadi sehingga akan memilih sampel orang-orang yang mudah dihubungi, menghindari subjek yang sulit ditemui. Untuk mengantisipasi kelemahan ini dapat dengan menerapkan cara randomisasi dalam penerikan sampel yang sudah ditetapkan jumlahnya misalnya dengan cara undian atau yang lain.Cara tau bentuk lain dari quota samnpling dalah dimensional sampling.Teknik ini menggunakan dimensi ganda, yakni dengan merinci semua variable (dimensi) yang menarik perhatian seorang peneliti.Hal yang penting ialah bahwa setiap kombinasi dari dimensi-dimensi tersebut paling sedikit terwakili oleh satu kasus sehingga sacara eksplisit: 1) dapat menggambarkanUniverseyang ingin digeneralisasikan, 2) dapat lebih memperjelas apa yang tampaknya merupakan dimensi penting sehingga dapat menyusun suatu tipologi yang mencakup berbagai kombinasi nilai-nilai dari dimensi tersebut, 3) menggunakan tipologi tersebut sebagai kerangka penarikan sampel untuk mena4rik sejumlah kecil sampel yang biasanya menarik satu kasus dari setiap sel sesuai dengan tipolioginya (Bambang Suwarno, 1987 dalam yatim Riyanto, 1996).Teknik ini biasanya digunakan dan didesain untuk penelitian yang menginginkan sedikit sampel di mana setiap kasus dipelajari secara mendalam. Bahayanya, jika sampel terlalu sedikit, tidak akan mewakili populasi.3)Purposive SamplingPemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan populasi yang diketahui sebelumnya. Dengan kata lain, unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian. Misalnya, suatu penelitian tentang tata tertib lalu lintas di sebuahkota. Sampel yang dipergunakan hanya diambil di antara pemilik kendaraan bermotor yang tercatat di kepolisian atau kepada pemilik SIM. Pengumpulan data yang dilakukan pada unit sampling tertentu, tidak termasuik pengendaraan yang mungkin bukan pemilik kendaraan bermotor atau mungkin tidak memiliki SIM.Lebih lanjut untuk menentukan sampel perlu memperhatikan sifat dan penyebaran populasi. Berkenaan dengan hal itu, dikenalkan beberapa kemingkinan dalam menetpkan sampel dari suatu populaswi, yaitu sebagai berikut.1.Sampel proposionalSampel proposional menunjuk kepada perbandingan penarikan sampel dari beberapa subpopulasi yang tidak sama jumlahnya. Dengan kata lain, unit sampel pada setiap subsampel sebanding jumlahnya dengan nilai sampling dalam setiap subpopulasi. Misalnya, penelitian dengan menggunakan murid SMA Negeri sebagai unit sampling yang tetrdiri dari 3000 murid SMA Negeri dan 1500 STM Negeri.Dengan demikian, perbandingan subpopulasi adalah 2: 1. dari populasi itu akan diambil sebanyak 150 murid. Sesuai dengan proporsi setiap subpopulasi, maka harus diambil sebanyak 100 murid SMA Negeri dan 50 muri9d STM Negeri sebagai sampel.2.Sampel areaSampel ini memiliki kesamaan dengan asampel proporsional. Perbedaannya terletak pada populasi yang ditetapkan berdasarkan daerah penyebaran populasi yang hendak diteliti. Petrbandingan besarnta suibpopulasi menurut daerah penelitian dijadikan dasar dalam menentukan ukuran setiap subsampel. Misalnya, penelitian menggunakan guru SMP Negeri sebagai uniu sampling yang tersebar dilimakabupaten. Setiap kebupaten memiliki populasi guru sebanyak 500, 400, 300, 200, dan 100. melihat populasi seperti itu, maka perbandingannya dalah 5 : 4 : 3 : 2 : 1. jumlah sampel yang akan diambil sebesar 50, 40, 30, 20, dan 10 orang guru.3. Sampel gandaPenarikan ganda tau sampel kembar dilakukan dengan maksud menanggulangi kemungkinan sampel minimum yang diharapkan tidak masuk seluruhnya. Untuk itu, jumlah atau ukuran sampel ditetapkan dua kali lebih baik dari yang ditetapkan. Penentuan sampel sebanyak dua kali lipat itu akan dilakukan terutama apabila alat pengumpulan data yang dipergunakan adalah kuistioner atau angket yang dikkirim melalui pos. dengan mengirim dua set kuisioner pada dua unit sampling yang memiliki persamaan, maka dapat diharapkan salah satu di antaranya akan dikembalikan sehuingga jumlah atau ukuran sampel yang telah ditetapkan terpenuhi.4. Sampel majemuk Sampel majemuk ini m,erupakan perluasan dari sam[pel ganda. Pengambilan sampel yang dilakukan lebih dari dua kali lipat, tetap memiliki kesamaan dengan unit sampling yang pertama. Dengan sampel majemuk ini kemungkinan masuknya data sebanyak jumlah sampel yang telah ditetapkan tidak diraguikan lagi. Penarikan sampel majemuk hanya dapat dilakukan apabila jumlah populasi cukup besar (Mama Rachman, 1993 ; 67 dalam S. Margono, 1997 : 130).2.2 PURPOSIVE SAMPLINGPurposive sampling adalah teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja. Purposivesampling juga bisa berarti sampling yang menentukan target kelompok tertentu. Ketikapopulasi yang diinginkan untuk penelitian ini adalah langka atau sangat sulit untukditemukan dan diajak untuk menyelesaikan studi, purposive sampling mungkin adalah satu-satunya pilihan.Sebagai contoh, kita tertarik untuk mempelajari kecepatan pemrosesan kognitif orang paruhbaya yang menderita cedera kepala otak tertutup dalam kecelakaan mobil. Hal tersebutakan menjadi populasi yang sulit untuk ditemukan.Contoh lain misalnya, pada penelitiantentang disiplin pegawai, maka sampel yang dipilih adalah orang yang ahli dalam bidangkepegawaian saja.Metode ini sangat sering digunakan di surat kabar dan majalah yangingin membahas tujuanatau topik tertentu. Lalu tim redaksi memilih beberapa orang untuk dijadikan sebagainarasumber, jadi walaupun teknik ini termasuk teknik analisa random namun penetapansampel tetap terarah.Teknik purposive sampling tersebut sangat sesuai dengan penelitian yang kami lakukan,yakni berkaitan dengan penerapan konsep City Marketing di KKJS wilayah kecamatanLabang. Tentu saja sampling hanya dilakukan pada pihak-pihak yang memiliki keterkaitandengan Suramadu itu sendiri. Pihak yang tidak berkepentingan tidak dijadikan sebagaisampel. Hal ini jelas akan menghemat banyak waktu, tenaga dan biaya sehingga semua itubisa digunakan seefektif danseefisien mungkin.Dari hasil kajian dan studi literatur dari beberapa buku Tugas Akhir yang kami lakukan,maka dapat diputuskan bahwa narasumber atau orang yang dapat dimintai tanggapanberkenaan dengan pengembangan konsep City Marketing antara lain:-Pemerintahan: Bappekobagian fisik-Akademis:dosendanmahasiswaTataKota-Masyarakat:masyarakatkecamatanlabang-Literatur:mediadanbukuTA