13
PT. KARYA BUMI BARATAMA Keadaan Umum BAB II. KEADAAN UMUM 2.1. Luas Wilayah Penyelidikan PT Karya Bumi Baratama telah menandatangani kontrak PKP2B dengan Menteri Pertambangan dan Energi atas nama Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 13 Oktober 1999. Berdasarkan PKP2B tersebut, luas area penyelidikan umum adalah seluas 32.170 Ha. Daerah penyelidikan kemudian diciutkan menjadi seluas 18.440 Ha, berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum Nomor 368K/20.01/DJP/2000, tanggal 1 Agustus 2000, perihal Persetujuan Penciutan Tahap 1 dan Permulaan Tahap Kegiatan Eksplorasi. Secara administratif wilayah penyelidikan terletak di Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi seluas ± 16.730 Ha dan sisanya seluas ± 1.710 Ha terletak di Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan dengan letak geografis yang dibatasi oleh koordinat di bawah ini : Tabel 2.1 Batas Wilayah PKP2B PT. Karya Bumi Bartama TITIK NOMOR GARIS BUJUR ( BT ) GARIS LINTANG ( LS ) º º 1 102 45 00 2 18 00 2 102 51 30 2 18 00 3 102 51 30 2 19 00 4 102 53 00 2 19 00 5 102 53 00 2 22 00 6 102 51 00 2 22 00 II - 1

2.BAB II (Keadaan Umum)-Internal 3 Juni 09

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 2.BAB II (Keadaan Umum)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Keadaan Umum

BAB II. KEADAAN UMUM

2.1. Luas Wilayah Penyelidikan

PT Karya Bumi Baratama telah menandatangani kontrak PKP2B dengan Menteri

Pertambangan dan Energi atas nama Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal

13 Oktober 1999. Berdasarkan PKP2B tersebut, luas area penyelidikan umum

adalah seluas 32.170 Ha. Daerah penyelidikan kemudian diciutkan menjadi seluas

18.440 Ha, berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum

Nomor 368K/20.01/DJP/2000, tanggal 1 Agustus 2000, perihal Persetujuan

Penciutan Tahap 1 dan Permulaan Tahap Kegiatan Eksplorasi.

Secara administratif wilayah penyelidikan terletak di Kabupaten Sarolangun Provinsi

Jambi seluas ± 16.730 Ha dan sisanya seluas ± 1.710 Ha terletak di Kabupaten Musi

Rawas Provinsi Sumatera Selatan dengan letak geografis yang dibatasi oleh

koordinat di bawah ini :

Tabel 2.1 Batas Wilayah PKP2B PT. Karya Bumi Bartama

TITIK

NOMOR

GARIS BUJUR ( BT ) GARIS LINTANG ( LS )

º ‘ “ º ‘ “

1 102 45 00 2 18 00

2 102 51 30 2 18 00

3 102 51 30 2 19 00

4 102 53 00 2 19 00

5 102 53 00 2 22 00

6 102 51 00 2 22 00

7 102 51 00 2 26 00

8 102 45 00 2 26 00

II - 1

Page 2: 2.BAB II (Keadaan Umum)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Keadaan Umum

Gambar 2.1 Lokasi Wilayah Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara PT.Karya Bumi Baratama

II - 2

Lokasi PKP2B

Page 3: 2.BAB II (Keadaan Umum)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Keadaan Umum

2.2. Lokasi dan Pencapaian Daerah

Untuk mencapai wilayah penyelidikan dapat dicapai dari Jakarta melalui :

1. Kota Jambi yang ditempuh dari Jakarta dengan pesawat udara selama lebih

kurang 1 jam. Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan

roda empat menuju Kota Sarolangun yang jaraknya ± 233 Km selama ± 4 jam.

Dari Sarolangun, perjalanan dilanjutkan ke daerah Pelawan Singkut yang dapat

dicapai melalui :

Akses Desa Meruap yang berjarak sekitar 4,5 Km dari Kota Sarolangun

melalui jalan milik TAC Pertamina Meruap - PT. Bina Wahana Petrindo

Meruap, menuju batas Barat Laut daerah rencana penambangan. Kondisi

jalan yang dilalui umumnya jalan tanah yang diperkeras dengan sirtu.

Sebagian menggunakan akses jalan PT. Agrindo Panca Tunggal Perkasa,

jalan ini pada musim hujan hanya dapat ditempuh dengan kendaraan roda

empat bergardan ganda.

Akses Desa Tanjung Rambai yang berjarak 4,3 Km dari Kota Sarolangun

melalui Jalan Provinsi antara Sarolangun – Lubuk Linggau, dari Desa

Tanjung Rambai menuju batas Barat daerah penyelidikan, jalan yang dilalui

adalah jalan kebun karet milik masyarakat setempat dan hanya dapat dilalui

oleh kendaraan roda dua.

Akses Desa Lubuk Sepuh - Desa Muara Danau, melalui jalan provinsi antara

Kota Sarolangun – Kota Lubuk Linggau sejauh ± 12 Km setelah itu melalui

jalan desa dan bekas jalan logging dengan kondisi jalan tidak terawat. Jalan

ini dapat dilalui dengan kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat yang

hanya bisa sampai di lokasi Trans Sosial.

Akses Desa Pauh atau simpang Vitco sejauh ± 60 Km dari Kota Sarolangun,

hingga batas Timur Laut daerah penelitian. Dari Kota Sarolangun – Simpang

Vitco akses berupa jalan beraspal, dilanjutkan dari Simpang Vitco ke batas

Timur Laut melalui jalan tanah, yang dapat dilalui dengan kendaraan roda

empat.

2. Kota Palembang yang ditempuh dari Jakarta menggunakan pesawat terbang

selama ± 1 jam perjalanan kemudian dari Palembang melalui Kota Lubuk

Linggau yang berjarak ± 319 dengan menggunakan kendaraan roda empat atau

kereta api. Selanjutnya dari Kota Lubuk Linggau ke dapat diakses melalui :

II - 3

Page 4: 2.BAB II (Keadaan Umum)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Keadaan Umum

Surulangun (Musi Rawas), yang berjarak ± 91 km dari Lubuk Linggau melalui

Jalan Lintas Tengah. Dari Surulangun perjalanan dilanjutkan ke Desa Sungai

Kijang yang berjarak ± 5 Km. Dari Sungai Kijang ke lokasi rencana kegiatan ±

20 km ke arah utara melalui jalan bekas logging.

Kelurahan Gunung Kembang yang terletak di Kabupaten Sarolangun,

berjarak sekitar 125 km dari Kota Lubuk Linggau. Dari Kelurahan Gunung

Kembang dilanjutkan melalui kompleks Pertamina-Bina Wahana Petrindo

(Pertamina-BWP Meruap). Kondisi jalan yang dilalui umumnya jalan tanah

bekas logging, sehingga apabila di musim hujan untuk mencapai lokasi

rencana kegiatan memerlukan kendaraan roda empat bergardan ganda.

Untuk mencapai lokasi areal pertambangan dapat ditempuh dengan

kendaraan roda dua (motor) dan kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki.

Desa Muara Danau dan Singkut yang berjarak ± 115 km dari Lubuk Linggau,

kemudian dari desa tersebut kearah timur sejauh kira-kira 12 km melalui jalan

tanah, bekas jalan logging setempat yang sudah rusak dan tidak dapat dilalui

kendaraan roda empat kecuali bergardan ganda atau kendaraan roda dua

serta berjalan kaki.

2.3. Kronologis Perizinan

Berikut ini kronologis perizinan PT Karya Bumi Baratama :

Surat Izin Penyelidikan Pendahuluan (SIPP) Dalam Rangka Penanaman Modal

Dalam Negeri (PMDN) di Bidang Pertambangan Umum Nomor :

68/20.01/DJP/K/98 tertanggal 31 Maret 1998 mengenai pemberian izin kepada

PT Karya Bumi Baratama untuk melakukan penyelidikan pendahuluan;

Surat Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Nomor : 993/20.01/DJP/1999

tertanggal 21 Mei 1999 tentang Perpanjangan Surat Izin Penyelidikan

Pendahuluan (SIPP) No. 68/20.01/DJP/K/98;

Penandatanganan PKP2B antara Pemerintah Republik Indonesia dengan PT

Karya Bumi Baratama pada tanggal 13 Oktober 1999;

Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum Nomor:

368.K/20.01/DJP/2000 tertanggal 1 Agustus 2000 tentang Penciutan I Wilayah

Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara dan Permulaan Tahap

Kegiatan Eksplorasi PT Karya Bumi Baratama;

II - 4

Page 5: 2.BAB II (Keadaan Umum)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Keadaan Umum

Surat Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral Nomor

0769/20/DJG/2001 tertanggal 5 April 2001 perihal Penundaan Kegiatan

Eksplorasi;

Surat Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral Nomor:

3273/20.01/DJG/2001 tertanggal 19 Desember 2001 perihal Permohonan Ijin

Kegiatan Eksplorasi;

Surat Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral Nomor:

1034/40.01/DJG/2005 tertanggal 6 Mei 2005 perihal Persetujuan Permohonan

Penundaan Kegiatan (Suspensi)

Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor:

19.K/40.00/DJB/2006 tertanggal 7 Maret 2006 tentang Perpanjangan I Tahap

Kegiatan Eksplorasi Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara PT

Karya Bumi Baratama;

Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor:

249.K/40.00/DJB/2006 tertanggal 2 Oktober 2006 tentang Perpanjangan II Tahap

Kegiatan Eksplorasi Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara PT

Karya Bumi Baratama;

Pada tanggal 21 Maret 2007, Amandemen terhadap perjanjian PKP2B telah

ditandatangani oleh Menteri Pertambangan dan Energi atas nama Pemerintah

Republik Indonesia, perihal perubahan status dari Perusahaan Penanaman

Modal Dalam Negeri (PMDN) menjadi Perusahaan Penanaman Modal Asing

(PMA);

Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor: 298.K/30/DJB/2007

tertanggal 14 Juni 2007 tentang Permulaan Tahap Kegiatan Kajian Kelayakan

Wilayah Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara PT Karya Bumi

Baratama;

Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor:

334.K/30.00/DJB/2008 tertanggal 16 Mei 2008 tentang Perpanjangan Tahap

Kegiatan Kajian Kelayakan Wilayah Perjanjian Karya Pengusahaan

Pertambangan Batubara PT Karya Bumi Baratama.

2.4. Keadaan Bentang Alam

Wilayah penyelidikan dibagi menjadi 2 satuan geomorfologi yakni Satuan Perbukitan

Lemah sampai dengan Sedang dan Satuan Dataran Aluvial. Satuan Perbukitan

Lemah sampai dengan Sedang menempati sekitar 95% wilayah penyelidikan (Foto

II - 5

Page 6: 2.BAB II (Keadaan Umum)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Keadaan Umum

2.1). Foto diambil dari bagian utara ke arah bagian selatan. Kemiringan lereng

berkisar antara 5o – 20o dengan ketinggian 50 meter hingga 100 meter dari

permukaan laut. Satuan ini tersusun oleh batulempung, batupasir, batulanau, dan

batubara. Kedudukan lapisan batuan bervariasi dengan kemiringan antara 5o – 15o.

Sungai-sungai yang berada pada satuan ini umumnya mempunyai profil “V” dengan

lembah sedikit curam. Proses eksogen berupa erosi dan pelapukan cukup intensif

terjadi di satuan ini.

Satuan Dataran Alluvial terdapat di sepanjang Sungai Singkut dan Sungai Payo

Kelaparan di bagian Barat Laut wilayah penyelidikan yang mencakup 5% dari luas

wilayah penyelidikan (Foto 2.2). Kemiringan lereng relatif landai (1o – 5o) yang berada

pada elevasi 25 meter sampai 35 meter dari permukaan laut. Satuan ini tersusun

atas material lepas seperti kerikil, kerakal , pasir dan lain-lain.

Foto 2.1 Satuan Perbukitan Lemah - Sedang

Foto 2.2 Satuan Dataran Alluvial nampak di pinggiran sungai

2.5. Keadaan lklim

II - 6

Page 7: 2.BAB II (Keadaan Umum)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Keadaan Umum

Wilayah penyelidikan beriklim tropis dengan suhu udara berkisar 26ºC sampai 34ºC.

Musim hujan berlangsung dari Bulan Oktober hingga Bulan April dan musim

kemarau dari Bulan Mei – Bulan September. (Tabel 2-3 dan Tabel 2-4).

Tabel 2.2 Curah Hujan di Wilayah Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des2003 151.3 211.4 125.7 202.8 58.3 13.9 45.6 61.8 62.6 80.3 146.8 236.2

Hari Hujan 6 6 2.8 6.4 2.8 1.4 2.2 2.6 2.8 3.6 4.4 5.82004 172.3 213.6 171.4 87.8 64.9 47.7 80.8 11.1 33.2 48.2 72.6 249.5

Hari Hujan 5 4 4 4.6 2.8 2 3.8 0.8 1.6 2.8 3.4 4.82005 138.4 69.8 173.4 194.6 110.8 69.1 147.8 202.7 238.4 213.5 352 301.8

Hari Hujan 4.6 3.4 5.4 5.6 5 5.2 4.6 9.4 8 10.6 10.2 14.22006 266.8 302.4 100.1 205.1 111 166.1 208.4 48.9 81.7 18.8 192.2 131.1

Hari Hujan 9.4 12 7 9 5 9.4 8.6 2.6 5.2 3 11.2 82007 320.1 51.4 156.9 209.2 120.7 64.8 78 84 115.4 201.8 137.7 310

Hari Hujan 14.7 5.3 11.8 10.3 5.5 3.3 4.2 6 5.8 7.5 6.8 13.8CH rata-rata (mm/bulan)

209.78 169.72 145.5 179.9 93.14 72.32 112.12 81.7 106.3 112.52 180.26 245.7

BulanTahun

Sumber : Pemda Kab. Sarolangun, Jambi

Tabel 2.3

Curah Hujan di Wilayah Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

1998 203 156 370 283 177 137 184 114 214 250 328 391

1999 418 189 206 248 81 163 109 75 54 271 377 332

2000 234 149 198 453 108 210 82 108 100 329 286 342

2001 427 217 336 416 144 170 77 148 11 479 521 471

2002 261 97 715 379 248 32 188 - 42 126 213 218

2003 179 274 127 316 91 9 94 56 157 271 402 445

2004 267 192 413 199 243 64 264 37 32 155 227 260

2005 248 224 413 225 253 182 172 67 151 149 242 222

2006 361 301 189 190 89 129 122 94 69 55 306 162

2007 297,2 302,3 257,7 369,5 202,3 97,3 161,2 103,3 108,4 199,7 129,7 268,8

Rataan 289,52 210,1 322,5 307,9 163,6 119 145,3 80,23 93,84 228,47 303,2 311,2

TahunBulan

Sumber : Badan Meterorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Klas II Kenten, 2006 & Musi rawas dalam Angka Tahun 2008

Berdasarkan pada tabel curah hujan rata-rata di tahun 2007, wilayah penyelidikan

mempunyai curah hujan minimum pada Bulan Juni, rata-rata 72.32 – 119 mm/bulan.

maka Bulan Juni adalah puncak musim kemarau. Sedangkan curah hujan

II - 7

Page 8: 2.BAB II (Keadaan Umum)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Keadaan Umum

maksimum terjadi pada Bulan Desember yakni rata-rata 245.7 – 311,2 mm/bulan,.

Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa Bulan Desember merupakan puncak

musim hujan di wilayah penyelidikan.

2.6. Flora dan Fauna

Jenis flora atau tumbuhan yang banyak terdapat pada wilayah penyelidikan

didominasi oleh tumbuhan tanaman industri seperti sengon, tanaman karet dan sawit

yang dikelola oleh masyarakat setempat dan tumbuhan alami lain seperti medang,

terap, berangan dan kijang.

Fauna yang terdapat di wilayah penyelidikan diantaranya dari kelompok

burung, mamalia, reptilia, ampibi, pisches, dan arthropoda termasuk serangga yang

berperan penting dalam proses biodegradasi sampah organik. Jenis mamalia yang

dilaporkan masih dijumpai adalah babi hutan, monyet ekor panjang, lutung, simpai,

beruang, rusa sambar, menjangan dan harimau. Sedangkan jenis burung yang

terlihat masih belum dapat diidentifikasi jenisnya.

2.7. Tata Guna Lahan

Tata guna lahan wilayah penyelidikan yang berada di Kabupaten Sarolangun berupa

pemukiman, kebun karet dan lahan eksplorasi minyak dan gas bumi PT BWP

Meruap, pada bagian Barat Laut, Hutan Tanaman Industri (HTI) seluas ± 7.560 Ha

yang dikelola oleh PT Samhutani menempati bagian Selatan wilayah penyelidikan

yang terdiri atas hutan sekunder, pohon sengon, dimana sebagian lahan telah

dijadikan kebun karet oleh penduduk. Perkebunan kelapa sawit yang berada di

bagian Barat wilayah penyelidikan menempati area seluas ± 2.431 Ha yang dikelola

oleh PT Agrindo Panca Tunggal.

Sedangkan tata guna lahan untuk wilayah penyelidikan yang berada di Kabupaten

Musi Rawas seluruhnya masuk ke dalam kawasan Hutan Produksi berdasarkan Peta

Perkembangan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu s/d Tahun 2006 Provinsi

Sumatera Selatan.

2.8. Keadaan Penduduk.

Masyarakat yang tinggal di wilayah penyelidikan adalah Suku Kubu sebagai

penduduk asli, Batak, Jawa, Minang dan sebagainya sebagai masyarakat

pendatang. Mata pencaharian penduduk di desa-desa umumnya bekerja pada

II - 8

Page 9: 2.BAB II (Keadaan Umum)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Keadaan Umum

perkebunan karet, di kantor pemerintahan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), Polri,

TNI, dan berdagang serta sebagian bekerja sebagai pekerja tambang.

Populasi penduduk di Kabupaten Sarolangun jumlah penduduknya sebanyak

205.090 orang dengan luas areal 6.174 Km2 yang mempunyai tingkat kepadatan

penduduk sangat rendah yaitu sekitar 34 orang per Km2 (Badan Pusat Statistik

Jambi; Jambi Dalam Angka 2000). Sedangkan untuk Kabupaten Musi Rawas jumlah

populasi penduduknya sebanyak 484.281 orang dengan luas areal 12.365,8 km²

yang juga mempunyai kepadatan penduduk yang rendah yaitu sekitar 39 orang per

km² ( Sumber: Kecamatan Nibung Dalam Angka Tahun 2007 dan 2008)

2.9. Kondisi Sungai Setempat

Sungai-sungai yang berada pada satuan ini umumnya mempunyai profil “V” dengan

lembah sedikit curam. Sungai yang melintasi daerah ini merupakan anak dari sungai

besar yaitu Sungai Tembesi dan Sungai Kelumpang. Sungai utama yang ada di

daerah penyelidikan, adalah Sungai Singkut, Sungai Tumpang Kanan dan Sungai

Tumpang Kiri. Sungai-sungai yang mengalir di daerah penyelidikan membentuk pola

aliran dendritik dengan stadia erosinya termasuk stadium muda. Erosi yang terjadi

nampak ke arah vertikal lebih dominan.

II - 9