3
Tatalaksana (Medikamentosa) 1. Isoniasid ( H ) Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 % populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkn 5 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB. Obat ini memiliki efek samping hepatotoksik. 2 . Rifampisin (R) Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi – dormant ( persister )yang tidak dapat dibunuh oleh isoniasid dosis 10 mg/kg BB diberikan samauntuk mengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu. Efek sampinganoreksia, mual, nyeri perut, hepatotoksik, anemia hemolitik, urin berwarna merah. 1. Pirazinamid (Z) Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman yang berada dalam seldengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25mg/kg BB ,sedangkanuntuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kgBB. Efek samping nyeri sendi, hepatotoksik, anoreksia, nausea, gastritis. 2. Streptomisin (S) Bersifat bakterisid . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BBsedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu

268144526-Makalah-Pbl-Blok-18

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ss

Citation preview

Tatalaksana (Medikamentosa)1.Isoniasid(H)Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 % populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektifterhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkn 5 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB. Obat ini memiliki efek samping hepatotoksik.

2 . Rifampisin (R)Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi dormant ( persister )yang tidak dapat dibunuh oleh isoniasid dosis 10 mg/kg BB diberikan samauntuk mengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu. Efek sampinganoreksia, mual, nyeri perut, hepatotoksik, anemia hemolitik, urin berwarna merah.

1. Pirazinamid (Z)Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman yang berada dalam seldengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25mg/kg BB ,sedangkanuntuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kgBB. Efek samping nyeri sendi, hepatotoksik, anoreksia, nausea, gastritis.

2. Streptomisin (S)Bersifat bakterisid . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BBsedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yangsama penderita berumur sampai 60 tahun dasisnya 0,75gr/hari sedangkan unukberumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50gr/hari.

3. Etambutol (E)Bersifat sebagai bakteriostatik . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kgBB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis30 mg/kg/BB. Efek samping hepatotoksik, penurunan visus.7

Kesimpulan :

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernafasan ke dalam paru. Kemudian kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lain melalui sistem peredaran darah.Penyakit Tuberculosis Paru (TB-Paru) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Menurut WHO tahun 2007 menunjukkan bahwa Tuberculosis Paru merupakan penyebab kematian pada semua golongan usia dari golongan penyakit infeksi.Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua,muda, laki-laki, perempuan,miskin, atau kaya) dan dimana saja.Setiap tahunnya, Indonesia bertambahdengan seperempat juta kasus baru TBC dansekitar 140.000 kematian terjadisetiap tahunnya disebabkan oleh TBC.Bahkan, Indonesia adalah negara ketigaterbesar dengan masalah TBC di dunia.Diagnosis tuberculosis dapat ditegakkan oleh seorang dokter adalah dengan melakukan anamnesis secara detail dan jelas, serta dengan melakukan pemeriksaan fisik dan dapat dibantu dengan pemeriksaan penunjang.

Daftar Pustaka :1. Gill FS, Harrington JM. Buku saku kesehatan kerja. 3th ed. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC ; 2005. P. 200-1.2. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta : Penerbit Erlangga (erlangga medical series) ; 2007.P.7.3. Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper. Harrison : prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. 13th ed. Jakarta : Penerbit buku kedokteran (EGC) ; 1995. P. 271-5.4. Davey P. At a glance medicine. Jakarta : Erlangga medical series ; 2006. P. 204.5. Djojodibroto RD. Respirologi. Jakarta : Penerbit buku kedokteran (EGC) ; 2007. P. 151.6. Tambayong J. Patofisiologi. Jakarta : Penerbit buku kedokteran (EGC) ; 2000. 127.7. Hayes PC, Mackay TW. Diagnosis dan terapi. Jakarta : Penerbit buku kedokteran (EGC) ; 1997. P. 330-5.