Upload
trankhuong
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 77
2.3. Aspek Pelayanan Umum
2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib
1. Pendidikan
Pemerintahan daerah sebagai supporting system demokrasi daerah,
tentunya mempu nyai andil besar dalam penerapan maupun pelaksanaan cita-
cita dan hak rakyat. Pendidikan sebagai saluran perubahan masyarakat harusnya
dijadikan prioritas. Pemerintah sebgai pilar demokrasi harus menjadikan
pendidikan sebagai orientasi perubahan. Tentunya prioritas ini perlu
dilaksanakan pemerintah dengan sebaiknya guna mendukung pelaksanaan
pendidikan berdasarkan hakikat pendidikan dan amanah UUD.
Adapun peran pemerintah dalam melaksanakan amanah tersebut
dicerminkan melalui beberapa indikator terkait pendidikan mulai tingkat
pendidikan Usia Dini, tingkat Dasar dan Menengah baik itu terkait kualitas
manajemen dan fasilitas infrastruktur penunjangnya.
1.1. Pendidikan Dasar
1.1.1. Angka Partisipasi Sekolah
APS pendidikan dasar adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan
dasar (7-12 tahun dan 13-15 tahun) yang masih menempuh pendidikan dasar
atau sedang sekolah (SD-SLTP) per 1.000 penduduk usia pendidikan dasar.
Angka partisipasi sekolah di Jawa Timur untuk anak usia 7-12 tahun
dalam kurun waktu 2009-2013 menunjukan nilai yang cenderung stabil pada
kisaran angka 980 per 1.000 penduduk usia 7-12 tahun. Ini memberikan
gambaran bahwa di Jawa Timur dalam tiap 1.000 anak usia 7-12 tahun masih
ada sekitar 20 anak diantaranya sedang tidak bersekolah.
Sementara dalam kurun waktu yang sama APS usia 13-15 terus
meningkat. pada tahun 2009 sebesar 880 dan terus meningkat menjadi 916 per
1.000 penduduk di Tahun 2012. dan terus meningkat ditahun 2013 menjadi 989
per 1.000 penduduk.
Sebagaimana pada tabel 2.48 dapat dilihat bahwa Gabungan APS usia
7-12 tahun dan 13-15 tahun atau APS pendidkan dasar menunjukkan nilai yang
terus dimana pada tahun 2009 sebesar 952 per 1.000 anak usia 7-15 tahun
sedangkan pada tahun 2012 sebesar 965 per 1.000 anak usia 7-15 tahun dan
tahun 2013 sebesar 996 per 1.000 penduduk.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 78
Tabel 2.49 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Pendidikan Dasar
Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2013
NO Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 SD/MI (7-12 tahun)
1.1. Usia 7-12 thn sedang sekolah 3.873.129 3.892.007 3.985.410 3.927.336 4.052.521
1.2. Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun
3.929.141 3.941.708 4.055.928 3.983.295 4.055.766
1.3. APS SD/MI per 1.000 986 987 983 986 999
2 SMP/MTs (13-15 tahun)
2.1. Jumlah murid usia 13-15 thn 1.602.811 1.652.235 1.665.094 1.600.718 1.828.311
2.2. Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun
1.821.047 1.860.266 1.849.280 1.747931 1.849.207
2.3. APS SMP/MTs per 1.000 880 888 900 916 989
3 Pendidikan Dasar SD/MI-SMP/MTs (7-15 tahun)
3.1. Jumlah murid usia 7-15 thn 5.475.940 5.544.242 5.650.504 5.528.054 5.880.832
3.2. Jumlah penduduk kelompok usia 7-15 tahun
5.750.188 5.801.974 5.905.208 5.731.226 5.904.973
3.3. APS Pendidikan Dasar per 1.000 952 956 957 965 996
Sumber : Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur dan BPS Provinsi Jawa Timur
Jika dililihat dari Angka partisipasi sekolah pendidikan dasar usia 7-15
tahun tahun 2012 per kabupaten/kota di Jawa Timur, semuanya beraada diatas
900 per 1.000. Beberapa kabupaten angka APS pendidikan dasarnya hampir
mencapai 1.000 kondisi ini memberikan gambaran capaian APS untuk
pendidikan dasar sudah baik
Tabel 2.50
Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012
NO Kabupaten/kota
SD/MI Usia 7-12 Thn SMP/MTs Usia 13-15 Thn Pendidikan Dasar 7-15 Thn
Sedang Sekolah
jumlah Pendudu
k
APS
Sedang Sekolah
Jumlah Pendud
uk
APS
Sedang Sekolah
Jumlah Pendudu
k APS
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1. Kab. Pacitan 47.343 47.988 987 22.943 25.517 899 70.286 73.505 956
2. Kab. Ponorogo 78.379 79.295 988 37.452 38.394 975 115.831 117.688 984
3. Kab. Trenggalek 60.525 62.142 974 26.925 28.470 946 87.450 90.612 965
4. Kab. Tulungagung 100.779 101.659 991 41.922 43.927 954 142.701 145.586 980
5. Kab. Blitar 123.143 125.058 985 45.379 48.615 933 168.522 173.673 970
6. Kab. Kediri 164.468 166.139 990 60.366 65.817 917 224.834 231.956 969
7. Kab. Malang 260.767 263.719 989 96.449 109.810 878 357.215 373.529 956
8. Kab. Lumajang 111.278 113.179 983 32.674 40.851 800 143.952 154.030 935
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 79
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
1.1.2. Rasio Ketersediaan sekolah/Penduduk usia Sekolah
Rasio ketersediaan sekolah SD sederajat dan SLTP sederajat per 10.000
penduduk usia sekolah di Jawa Timur mulai tahun 2009-2013 walau berfluktuatif
namun menunjukkan peningkatan, pada tahun 2009 dari 57 per 1000 penduduk
menjadi 61 per 1000 penduduk pada tahun 2013. ini berarti rasio ketersediaan
sekolah pendidikan dasar juga meningkat. Peningkatan rasio ketersediaan
sekolah pendidikan dasar ini merupakan cerminan perhatian pemerintah dalam
menyediakan sarana belajar bagi anak usia sekolah. Dengan terus
bertambahnya jumlah penduduk tentunya juga harus diiringi penambahan
fasilitas belajar berupa sekolah.
9. Kab. Jember 261.820 265.403 987 90.279 107.810 837 352.099 373.213 943
10. Kab. Banyuwangi 170.026 171.573 991 63.693 68.367 932 233.719 239.940 974
11. Kab. Bondowoso 72.360 75.409 960 26.159 28.476 919 98.519 103.885 948
12. Kab. Situbondo 64.480 66.425 971 19.053 22.347 853 83.533 88.772 941
13. Kab. Probolinggo 114.069 116.442 980 50.449 57.499 877 164.518 173.941 946
14. Kab. Pasuruan 153.126 156.422 979 72.260 80.946 893 225.386 237.368 950
15. Kab. Sidoarjo 215.082 216.774 992 92.651 96.205 963 307.733 312.979 983
16. Kab. Mojokerto 100.672 101.821 989 42.498 45.896 926 143.170 147.717 969
17. Kab. Jombang 130.433 131.830 989 50.011 54.497 918 180.445 186.327 968
18. Kab. Nganjuk 103.892 106.285 977 47.701 50.544 944 151.593 156.829 967
19. Kab. Madiun 62.728 62.764 999 29.145 29.398 991 91.874 92.161 997
20. Kab. Magetan 57.372 57.404 999 29.061 30.342 958 86.433 87.746 985
21. Kab. Ngawi 75.646 76.341 991 35.070 37.075 946 110.716 113.417 976
22. Kab. Bojonegoro 122.971 124.048 991 46.213 50.790 910 169.184 174.839 968
23. Kab. Tuban 108.139 110.070 982 53.686 57.048 941 161.825 167.118 968
24. Kab. Lamongan 124.450 127.147 979 52.569 53.546 982 177.019 180.693 980
25. Kab. Gresik 128.069 128.908 993 60.814 62.523 973 188.883 191.431 987
26. Kab. Bangkalan 123.948 126.673 978 47.115 55.762 845 171.062 182.435 938
27. Kab. Sampang 119.394 122.530 974 52.894 64.669 818 172.289 187.198 920
28. Kab. Pamekasan 98.980 100.169 988 42.080 45.466 926 141.060 145.635 969
29. Kab. Sumenep 100.853 102.963 980 40.037 44.301 904 140.890 147.265 957
30. Kota Kediri 25.873 26.048 993 12.666 12.682 999 38.539 38.729 995
31. Kota Blitar 13.607 13.718 992 6.376 6.583 968 19.983 20.301 984
32. Kota Malang 82.208 82.602 995 32.116 34.702 925 114.323 117.303 975
33. Kota Probolinggo 23.349 23.765 983 9.306 9.920 938 32.655 33.684 969
34. Kota Pasuruan 21.479 21.619 994 8.583 9.114 942 30.062 30.733 978
35. Kota Mojokerto 13.512 13.611 993 4.240 4.432 957 17.752 18.043 984
36. Kota Madiun 16.340 16.349 999 7.930 8.295 956 24.270 24.644 985
37. Kota Surabaya 255.205 258.165 989 103.184 108.138 954 358.389 366.303 978
38. Kota Batu 20.570 20.841 987 8.772 9.156 958 29.342 29.998 978
Provinsi 3.927.33
6 3.983.295 986 1.600.718
1.747.931
916 5.528.054 5.731.226 965
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 80
Tabel 2.51
Rasio Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Sekolah Pendidikan Dasar di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 -2013
NO Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 SD/MI
1.1. Jumlah gedung sekolah 26.830 26.279 25.996 26.554 27.664
1.2. jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun
3.929.141 3.941.708 4.055.928 3.983.295 4.055.766
1.3. Rasio (Per 10.000) 68 67 64 67 68
2 SMP/MTs
2.1. Jumlah gedung sekolah 6.025 6.347 6.465 6.996 8.313
2.2. jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun
1.821.047 1.860.266 1.849.280 1.747.931 1.849.207
2.3. Rasio (Per 10.000) 33 34 35 40 45
3 Pendidikan Dasar (SD/MI - SMP/MTs)
3.1. Jumlah gedung sekolah 32.855 32.626 32.461 33.550 35.977
3.2. jumlah penduduk kelompok usia 7-15 tahun
5.750.188 5.801.974 5.905.208 5.731.226 5.904.973
3.3. Rasio (Per 10.000) 57 56 55 59 61
Sumber : Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur dan BPS Provinsi Jawa Timur
Tabel 2.52
Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Sekolah Menurut Kab/Kota
di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012
No Kabupaten/kota
SD/MI Usia 7-12 Thn SMP/MTs Usia 13-15 Thn Pendidikan Dasar Sd/SMP
usia 7 -15 Thn
Jumlah gedung sekolah
jumlah penduduk usia 7-12
th
Rasio Jumlah gedung sekolah
jumlah penduduk usia 13-15 th
Rasio Jumlah gedung sekolah
jumlah penduduk usia 7-15
th
Rasio
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1. Kab. Pacitan 522 47.988 109 107 25.517 42 629 73.505 86
2. Kab. Ponorogo 680 79.295 86 163 38.394 42 843 117.688 72
3. Kab. Trenggalek 550 62.142 89 98 28.470 34 648 90.612 72
4. Kab. Tulungagung 775 101.659 76 109 43.927 25 884 145.586 61
5. Kab. Blitar 911 125.058 73 148 48.615 30 1.059 173.673 61
6. Kab. Kediri 874 166.139 53 189 65.817 29 1.063 231.956 46
7. Kab. Malang 1.480 263.719 56 446 109.810 41 1.926 373.529 52
8. Kab. Lumajang 752 113.179 66 206 40.851 50 958 154.030 62
9. Kab. Jember 1.397 265.403 53 450 107.810 42 1.847 373.213 49
10. Kab. Banyuwangi 1.042 171.573 61 244 68.367 36 1.286 239.940 54
11. Kab. Bondowoso 607 75.409 80 193 28.476 68 800 103.885 77
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 81
Sumber : Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur dan BPS Provinsi Jawa Timur
1.1.3. Rasio Guru/Murid
Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan dasar
per 1000 jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan
tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk
satu guru agar tercapai mutu pengajaran.
12. Kab. Situbondo 523 66.425 79 127 22.347 57 650 88.772 73
13. Kab. Probolinggo 1.062 116.442 91 327 57.499 57 1.389 173.941 80
14. Kab. Pasuruan 992 156.422 63 278 80.946 34 1.270 237.368 54
15. Kab. Sidoarjo 771 216.774 36 207 96.205 22 978 312.979 31
16. Kab. Mojokerto 694 101.821 68 182 45.896 40 876 147.717 59
17. Kab. Jombang 822 131.830 62 235 54.497 43 1.057 186.327 57
18. Kab. Nganjuk 769 106.285 72 130 50.544 26 899 156.829 57
19. Kab. Madiun 503 62.764 80 77 29.398 26 580 92.161 63
20. Kab. Magetan 569 57.404 99 86 30.342 28 655 87.746 75
21. Kab. Ngawi 676 76.341 89 109 37.075 29 785 113.417 69
22. Kab. Bojonegoro 1.027 124.048 83 206 50.790 41 1.233 174.839 71
23. Kab. Tuban 793 110.070 72 169 57.048 30 962 167.118 58
24. Kab. Lamongan 1.167 127.147 92 310 53.546 58 1.477 180.693 82
25. Kab. Gresik 801 128.908 62 232 62.523 37 1.033 191.431 54
26. Kab. Bangkalan 795 126.673 63 248 55.762 44 1.043 182.435 57
27. Kab. Sampang 1.065 122.530 87 367 64.669 57 1.432 187.198 76
28. Kab. Pamekasan 770 100.169 77 308 45.466 68 1.078 145.635 74
29. Kab. Sumenep 1.215 102.963 118 381 44.301 86 1.596 147.265 108
30. Kota Kediri 153 26.048 59 36 12.682 28 189 38.729 49
31. Kota Blitar 73 13.718 53 26 6.583 39 99 20.301 49
32. Kota Malang 316 82.602 38 115 34.702 33 431 117.303 37
33. Kota Probolinggo 143 23.765 60 38 9.920 38 181 33.684 54
34. Kota Pasuruan 84 21.619 39 34 9.114 37 118 30.733 38
35. Kota Mojokerto 67 13.611 49 19 4.432 43 86 18.043 48
36. Kota Madiun 83 16.349 51 24 8.295 29 107 24.644 43
37. Kota Surabaya 946 258.165 37 343 108.138 32 1.289 366.303 35
38. Kota Batu 85 20.841 41 29 9.156 32 114 29.998 38
Provinsi 26.554 3.983.295 67 6.996 1.747.931 40 33.550 5.731.226 59
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 82
Tabel 2.53
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2013
NO Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (3)
1 SD/MI
1.1. Jumlah Guru 283.929 289.808 298.475 291.963 351.137
1.2. Jumlah Murid (Pddk Usia 7-12 thn di Sedang Sekolah)
3.743.372 3.769.526 3.726.563 3.927.336 3.967.582
1.3. Rasio (per 1.000) 76 77 80 74 89
2 SMP/MTs
2.1. Jumlah Guru 150.397 114.287 149.162 156.365 170.283
2.2. Jumlah Murid (Pddk Usia 13-15 thn di Sedang Sekolah)
1.272.703 1.305.374 1.327.254 1.600.718 1.849.207
2.3. Rasio (per 1.000) 118 88 112 98 92
3 Pendidikan Dasar SD/MI - SMP/MTs
3.1. Jumlah Guru 434.326 404.095 447.637 448.328 521.420
3.2. Jumlah Murid (Pddk Usia 7-15 thn Sedang Sekolah)
5.016.075 5.074.900 5.053.817 5.528.054 5.816.789
33. Rasio (per 1.000) 87 80 89 81 90
Sumber : Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur dan BPS Provinsi Jawa Timur
Rasio guru murid untuk sekolah SD sederajat pada tahun 2012 sebesar
74 per seribu ini memberikan gambaran setiap guru mengajar anak sekitar 14
murid, sedangkan pada sekolah setingkat SLTP setiap guru mengajar anak
sekitar 10. Secara umum pada jenjang pendidikan dasar setiap guru mengajar
sekitar 12 murid
Tabel 2.54
Perbandingan Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012
NO Kabupaten/kota
SD/MI Usia 7-12 Thn SMP/MTs Usia 13-15 Thn Pendidikan Dasar SD-SMP
usia 7 -15 Thn
Jumlah
Guru
Jumlah
Murid
(Pddk
Usia 7-12
sdg
sekolah)
Rasio
per
1.000
Jumlah
Guru
Jumlah
Murid
(Pddk
Usia 13-
15 thn
sdg
sekolah)
Rasio
per
1.000
Jumlah
Guru
Jumlah
Murid
(Pddk
Usia 7-15
thn sdg
sekolah)
Rasi
oper
1.00
0
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1. Kab. Pacitan 5.545 47.343 117 3.069 22.943 134 8.614 70.286 123
2. Kab. Ponorogo 7.140 78.379 91 3.857 37.452 103 10.997 115.831 95
3. Kab. Trenggalek 5.335 60.525 88 2.450 26.925 91 7.785 87.450 89
4. Kab. 9.138 100.779 91 3.922 41.922 94 13.060 142.701 92
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 83
Sumber : Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur dan BPS Provinsi Jawa Timur
Tulungagung
5. Kab. Blitar 9.961 123.143 81 3.794 45.379 84 13.755 168.522 82
6. Kab. Kediri 9.945 164.468 60 4.956 60.366 82 14.901 224.834 66
7. Kab. Malang 15.544 260.767 60 8.846 96.449 92 24.390 357.215 68
8. Kab. Lumajang 8.122 111.278 73 3.920 32.674 120 12.042 143.952 84
9. Kab. Jember 16.369 261.820 63 10.445 90.279 116 26.814 352.099 76
10. Kab.
Banyuwangi 10.179 170.026 60 5.007 63.693 79 15.186 233.719 65
11. Kab. Bondowoso 5.653 72.360 78 2.219 26.159 85 7.872 98.519 80
12. Kab. Situbondo 6.989 64.480 108 2.282 19.053 120 9.271 83.533 111
13. Kab.
Probolinggo 10.915 114.069 96 5.723 50.449 113 16.638 164.518 101
14. Kab. Pasuruan 9.877 153.126 65 5.760 72.260 80 15.637 225.386 69
15. Kab. Sidoarjo 10.832 215.082 50 6.158 92.651 66 16.990 307.733 55
16. Kab. Mojokerto 7.830 100.672 78 4.529 42.498 107 12.359 143.170 86
17. Kab. Jombang 9.018 130.433 69 5.880 50.011 118 14.898 180.445 83
18. Kab. Nganjuk 7.020 103.892 68 1.141 47.701 24 8.161 151.593 54
19. Kab. Madiun 5.024 62.728 80 2.271 29.145 78 7.295 91.874 79
20. Kab. Magetan 5.411 57.372 94 2.630 29.061 90 8.041 86.433 93
21. Kab. Ngawi 6.804 75.646 90 2.918 35.070 83 9.722 110.716 88
22. Kab. Bojonegoro 9.616 122.971 78 4.828 46.213 104 14.444 169.184 85
23. Kab. Tuban 8.266 108.139 76 3.852 53.686 72 12.118 161.825 75
24. Kab. Lamongan 12.916 124.450 104 7.687 52.569 146 20.603 177.019 116
25. Kab. Gresik 9.801 128.069 77 5.944 60.814 98 15.745 188.883 83
26. Kab. Bangkalan 4.652 123.948 38 3.691 47.115 78 8.343 171.062 49
27. Kab. Sampang 10.519 119.394 88 5.364 52.894 101 15.883 172.289 92
28. Kab. Pamekasan 10.372 98.980 105 6.224 42.080 148 16.596 141.060 118
29. Kab. Sumenep 14.395 100.853 143 6.559 40.037 164 20.954 140.890 149
30. Kota Kediri 1.869 25.873 72 1.271 12.666 100 3.140 38.539 81
31. Kota Blitar 981 13.607 72 841 6.376 132 1.822 19.983 91
32. Kota Malang 4.688 82.208 57 3.029 32.116 94 7.717 114.323 68
33. Kota
Probolinggo 1.510 23.349 65 914 9.306 98 2.424 32.655 74
34. Kota Pasuruan 1.293 21.479 60 869 8.583 101 2.162 30.062 72
35. Kota Mojokerto 950 13.512 70 648 4.240 153 1.598 17.752 90
36. Kota Madiun 1.258 16.340 77 854 7.930 108 2.112 24.270 87
37. Kota Surabaya 15.081 255.205 59 11.250 103.184 109 26.331 358.389 73
38. Kota Batu 1.145 20.570 56 763 8.772 87 1.908 29.342 65
Provinsi 291.963 3.927.33
6 74
156.36
5 1.600.718 98 448.328 5.528.054 81
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 84
1.2. Pendidikan Menengah
1.2.1 Angka Partisipasi Sekolah
APS Pendidikan Menengah adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan
menengah (16-19 tahun) yang masih menempuh pendidikan menengah per
1.000 jumlah penduduk usia pendidikan menengah.
Tabel 2.55
Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Pendidikan Menegah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2013
NO Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 SLTA sederajat (16-18 tahun)
1.1. Jumlah murid usia 16-19 thn 1.074.898 1.095.768 1.136.246 1.321.620 1.041.787
1.2. Jumlah penduduk kelompok usia 16-19 tahun
2.168.072 2.162.292 2.238.998 2.451.640 1.742.716
1.3. APS Pendidikan Menengah (16-19 tahun) per 1.000
496 507 507 539 598
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, Susenas
Angka partisipasi sekolah pendidikan menegah di Jawa Timur untuk anak usia
16-19 tahun kurun waktu 2009 - 2013 menunjukan nilai yang terus meningkat.
Pada tahun 2009 APS usia 16-19 tahun sebesar 496 dan terus meningkat hingga
pada tahun 2012 menjadi 539 per 1.000 penduduk usia 16-19 tahun dan
meningkat kembali menjadi 598 pada tahun 2013. Walaupun APS pendidikan
menengah terus meningkat namun capaian pada tahun 2012 masih rendah.
Tabel 2.56
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Pendidikan Menengah Usia 16-19 Tahun per Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2012
NO Kabupaten/kota
SLTA 16-19 Tahun
Sedang Sekolah
Jumlah Penduduk
APS
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Kab. Pacitan 15.322 29.305 523
2. Kab. Ponorogo 33.985 51.709 657
3. Kab. Trenggalek 23.316 43.365 538
4. Kab. Tulungagung 30.854 61.742 500
5. Kab. Blitar 33.173 59.927 554
6. Kab. Kediri 51.051 93.292 547
7. Kab. Malang 68.638 163.105 421
8. Kab. Lumajang 24.872 59.355 419
9. Kab. Jember 66.865 148.777 449
10. Kab. Banyuwangi 47.805 92.885 515
11. Kab. Bondowoso 23.349 42.954 544
12. Kab. Situbondo 20.421 42.339 482
13. Kab. Probolinggo 24.905 67.109 371
14. Kab. Pasuruan 48.688 111.977 435
15. Kab. Sidoarjo 79.553 115.818 687
16. Kab. Mojokerto 44.147 80.619 548
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 85
NO Kabupaten/kota
SLTA 16-19 Tahun
Sedang Sekolah
Jumlah Penduduk
APS
(1) (2) (3) (4) (5)
17. Kab. Jombang 52.301 85.042 615
18. Kab. Nganjuk 35.323 60.392 585
19. Kab. Madiun 27.540 40.277 684
20. Kab. Magetan 21.159 30.559 692
21. Kab. Ngawi 31.205 47.081 663
22. Kab. Bojonegoro 34.697 79.920 434
23. Kab. Tuban 38.552 72.543 531
24. Kab. Lamongan 42.332 71.753 590
25. Kab. Gresik 52.002 80.294 648
26. Kab. Bangkalan 29.337 77.872 377
27. Kab. Sampang 21.384 64.436 332
28. Kab. Pamekasan 36.122 62.944 574
29. Kab. Sumenep 37.761 67.946 556
30. Kota Kediri 12.685 19.565 648
31. Kota Blitar 6.248 9.225 677
32. Kota Malang 43.151 62.374 692
33. Kota Probolinggo 7.272 11.251 646
34. Kota Pasuruan 9.855 13.808 714
35. Kota Mojokerto 5.544 8.025 691
36. Kota Madiun 7.457 10.652 700
37. Kota Surabaya 125.375 199.341 629
38. Kota Batu 7.377 12.065 611
Provinsi 1.321.620 2.451.640 539
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Sedangkan dilihat dari data APS pendidikan menengah (16-19 tahun) per
kabupaten/kota di Jawa Timur tahun 2012 terlihat sangat berfluktuasi dan
kesenjangannya antar kab/kota sangat tinggi. APS pendidikan menengah yang
terendah adalah Kabupaten Sampang sebesar 332 dan yang tertinggi adalah
Kota Pasuruan yaitu sebesar 714 per 1.000 penduduk usia 16-19 tahun
1.2.2 Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah
Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan
menengah per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan menengah. Rasio ini
mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia
pendidikan menengah.
Rasio ketersediaan sekolah SLTA sederajat tahun 2009-2012 menunjukkan
angka yang meningkat, ini berarti untuk rasio ketersediaan sekolah pendidikan
menengah juga meningkat. Pada tahun 2009 setiap 10.000 penduduk usia 16-19
tahun tersedia 15 sekolah sedangkan pada tahun 2012 tersedia 22 sekolah ini
berarti pada tahun 2009 setiap sekolah menampung sekitar 660 murid dan
pada tahun 2012 menampung sekitar 455 murid.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 86
Tabel 2.57 Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Sekolah
Pendidikan Menengah di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 -2013
NO Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Pendidikan Menengah (SLTA)
1.1. Jumlah sekolah 3.299 3.482 3.615 5.345 5.372
1.2. jumlah penduduk kelompok
usia 16-19 tahun 2.168.072 2.162.292 2.238.998 2.451.640 1.742.716
1.3. Rasio (per 10.000) 15 16 16 22 31
Sumber : Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur dan BPS Provinsi Jawa Timur
Tabel 2.58
Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Pendidikan Menengah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012
NO Kabupaten/kota
SLTA 16-19 Tahun
Jumlah
Sekolah
Jumlah
Penduduk
Rasio per
10.000
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Kab. Pacitan 120 29.305 41
2. Kab. Ponorogo 137 51.709 26
3. Kab. Trenggalek 127 43.365 29
4. Kab. Tulungagung 133 61.742 22
5. Kab. Blitar 145 59.927 24
6. Kab. Kediri 137 93.292 15
7. Kab. Malang 179 163.105 11
8. Kab. Lumajang 141 59.355 24
9. Kab. Jember 172 148.777 12
10. Kab. Banyuwangi 158 92.885 17
11. Kab. Bondowoso 132 42.954 31
12. Kab. Situbondo 125 42.339 30
13. Kab. Probolinggo 149 67.109 22
14. Kab. Pasuruan 144 111.977 13
15. Kab. Sidoarjo 168 115.818 15
16. Kab. Mojokerto 144 80.619 18
17. Kab. Jombang 157 85.042 18
18. Kab. Nganjuk 138 60.392 23
19. Kab. Madiun 123 40.277 31
20. Kab. Magetan 123 30.559 40
21. Kab. Ngawi 130 47.081 28
22. Kab. Bojonegoro 158 79.920 20
23. Kab. Tuban 146 72.543 20
24. Kab. Lamongan 176 71.753 25
25. Kab. Gresik 158 80.294 20
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 87
NO Kabupaten/kota
SLTA 16-19 Tahun
Jumlah Sekolah
Jumlah Penduduk
Rasio
per 10.000
(1) (2) (3) (4) (5)
26. Kab. Bangkalan 149 77.872 19
27. Kab. Sampang 138 64.436 21
28. Kab. Pamekasan 156 62.944 25
29. Kab. Sumenep 155 67.946 23
30. Kota Kediri 130 19.565 66
31. Kota Blitar 118 9.225 128
32. Kota Malang 152 62.374 24
33. Kota Probolinggo 121 11.251 108
34. Kota Pasuruan 119 13.808 86
35. Kota Mojokerto 121 8.025 151
36. Kota Madiun 123 10.652 115
37. Kota Surabaya 244 199.341 12
38. Kota Batu 119 12.065 99
Provinsi 5.345 2.451.640 22
Sumber: Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur
1.2.3 Rasio Guru terhadap Murid
Seperti halnya pada pendidikan dasar, Rasio guru terhadap murid
pendidikan menengah dalam empat tahun terakhir (tahun 2009-2012)
menunjukkan kecenderungan yang terus menurun, Sejak tahun 2009 rasio guru
terus menurun hingga tahun 2012, yaitu dari 992 menjadi 855 per 10.000
jumlah murid pendidikan menengah (16-19 tahun), ini berarti bahwa pada
tahun 2009 seorang guru membawahi sekitar 10 murid dan pada tahun 2012
seorang guru membawahi sekitar 12 murid. Penurunan rasio guru murid untuk
pendidikan menengah ini ada indikasi jumlah pertumbuhan murid tidak
diimbangi oleh pertambahan guru. Jika dibiarkan terus kondisi ini akan
menjadikan mutu pendidikan berkurang, karena beban guru semakin besar.
Tabel 2.59
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Menengah Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2013
NO Jenjang
Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Pendidikan Menengah (SLTA ) usia 16-19 Tahun
1.1. Jumlah Guru 106.602 106.199 107.312 112.954 130.810
1.2. Jumlah Murid 1.074.898 1.095.768 1.136.246 1.321.620 1.362.972
1.3. Rasio (per 10.000) 992 969 944 855 960
Sumber : Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur dan BPS Provinsi Jawa Timur
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 88
Sedangkan untuk Rasio guru murid tahun 2012 per kabupaten/kota di Jawa
Timur sangat beragam, yang tertinggi adalah Kota Madiun sebesar 2.245 dan
terendah adalah Kabupaten Kediri yaitu sebesar 553 per 10.000 murid usia 16-
19 tahun.
Tabel 2.60
Perbandingan Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Menengah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012
NO Kabupaten/kota
Pendidikan Menengah
Jumlah Guru
Jumlah Murid (Pddk
Usia 16-19 sdg
sekolah)
Rasio per 10.000
(1) (2) (3) (4) (5) 1. Kab. Pacitan 1.399 15.322 913
2. Kab. Ponorogo 3.182 33.985 936
3. Kab. Trenggalek 1.484 23.316 636
4. Kab. Tulungagung 2.441 30.854 791
5. Kab. Blitar 2.104 33.173 634
6. Kab. Kediri 2.824 51.051 553
7. Kab. Malang 5.597 68.638 815
8. Kab. Lumajang 2.177 24.872 875
9. Kab. Jember 5.839 66.865 873
10. Kab. Banyuwangi 3.692 47.805 772
11. Kab. Bondowoso 1.536 23.349 658
12. Kab. Situbondo 1.799 20.421 881
13. Kab. Probolinggo 2.562 24.905 1.029
14. Kab. Pasuruan 3.952 48.688 812
15. Kab. Sidoarjo 4.654 79.553 585
16. Kab. Mojokerto 3.785 44.147 857
17. Kab. Jombang 5.532 52.301 1.058
18. Kab. Nganjuk 2.557 35.323 724
19. Kab. Madiun 1.749 27.540 635
20. Kab. Magetan 1.972 21.159 932
21. Kab. Ngawi 2.137 31.205 685
22. Kab. Bojonegoro 3.732 34.697 1.076
23. Kab. Tuban 2.613 38.552 678
24. Kab. Lamongan 6.146 42.332 1.452
25. Kab. Gresik 4.574 52.002 880
26. Kab. Bangkalan 2.027 29.337 691
27. Kab. Sampang 2.240 21.384 1.047
28. Kab. Pamekasan 4.102 36.122 1.136
29. Kab. Sumenep 4.411 37.761 1.168
30. Kota Kediri 2.255 12.685 1.778
31. Kota Blitar 1.176 6.248 1.882
32. Kota Malang 4.026 43.151 933
33. Kota Probolinggo 1.192 7.272 1.639
34. Kota Pasuruan 868 9.855 881
35. Kota Mojokerto 940 5.544 1.696
36. Kota Madiun 1.674 7.457 2.245
37. Kota Surabaya 8.645 125.375 690
38. Kota Batu 758 7.377 1.028
Provinsi 112.954 1.321.620 855
Sumber : Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur dan BPS Provinsi Jawa Timur
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 89
1.2.4 Penduduk yang Berusia > 15 Tahun Melek Huruf (Tidak Buta
Aksara)
Tabel 2.61
Perkembangan Angka Melek Huruf Provinsi Jawa Timur
Tahun 2009-2013
NO Uraian 2009 2010 2011 2012 2013
1
Jumlah penduduk
usia diatas 15 tahun
yang bisa membaca dan menulis
24.492.836 24.984.639 25.077.871 25.773.409 28.709.051
2 Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas
27.896.169 28.282.363 28.244.026 28.963.661 31.774.092
3 Angka melek huruf (persen)
87,8 88,34 88,79 89,0 90,35
4 Angka buta Huruf
(persen) 12,20 11,66 11,21 11,0 9,65
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Angka melek huruf penduduk berusia 15 tahun ke atas di Jawa Timur,
selama kurun waktu 2009-2012 terjadi peningkatan dari 87,80 persen di tahun
2009 menjadi 88,34 di tahun 2010 dan menjadi 88,79 persen di tahun 2011.
Pada tahun 2012 angka melek huruf 89,0 persen. dan tahun 2013 meningkat
kembali menjadi 90,35 persen.
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Capaian melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas menurut jenis
kelamin, secara umum laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Kalau
dilihat menurut kelompok umur antara laki-laki dan perempuan semakin tinggi
87,8 88,34 88,79 89,0
95,00
95,20 95,40 95,60 95,80
95,00
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Grafik 4.19Persentase Penduduk Usia 15 tahun Keatas Yang Melek
Huruf 2009 - 2012
Capaian Jatim Sasaran RPJMN Kemdiknas Target PUS
Gambar 2.33
Grafik Presentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas
Yang Melek Huruf 2009 - 2013
90,35
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 90
99,6799,02
98,86 98,58 97,81
93,2290,12
82,1478,52
73,63
54,43
40
50
60
70
80
90
100
15-
19
20-
24
25-
29
30-
34
35-
39
40-
44
45-
49
50-
54
55-
59
60-
64
65+
Grafik ...Persentase Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas yang
Melek Huruf Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Jawa Timur 2012. (Persen)
L P L+P
kelompok umur semakin besar perbedaan capaian melek hurup antara laki-laki
dan perempuan. Capaian melek huruf laki-laki mulai kelompok umur 15-19
tahun hingga 45-49 tahun diatas 90 persen, sedangkan pada perempuan mulai
kelompok umur 15-19 tahun hingga 35-39 tahun diatas 90 persen. Kondisi ini
memberikan gambaran bahwa penduduk perempuan yang buta huruf lebih
banyak dibanding penduduk laki-laki.
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Kalau dilihat antar daerah angka melek huruf tahun 2012 di Jawa Timur
yang tertinggi adalah Kota Malang yaitu sebesar 98,3 persen dan terendah
adalah Kabupaten Sampang 70,7 persen. Sebaran capaian melek huruf usia 15
tahun ke atas di Jawa Timur jika mengacu pada sasaran RPJMN 2012 seperti
yang terlihat pada gambar dibawah ini, kabupaten dengan warna merah adalah
prioritas pemberantasan buta huruf di Jawa Timur, karena di wilayah tersebut
masih dibawah target RPJMN 2012. Wilayah di Jawa Timur yang telah mencapai
sasaran melek huruf dalam RPJMN 2012 sebanyak 8 Kabupaten/Kota, yaitu
wilayah dengan warna hijau.
Gambar 2.34
Grafik Presentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas
Yang Melek Huruf Menurut Umur dan jenis
Kelamin di Jawa Timur 2012
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 91
Gambar 2.35
Sebaran Melek Huruf Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Kabupaten/Kota dan capaian terhadap Target RPJMN Kemdiknas
di Jawa Timur Tahun 2012 (Juni)
Tabel 2.62
Angka Melek Huruf Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012
NO Kabupaten/kota
Jumlah penduduk
usia diatas 15
tahun yang bisa membaca dan
menulis
Jumlah penduduk usia
15 tahun keatas
Angka melek
huruf
1. Kab. Pacitan 373.358 426.801 87,5
2. Kab. Ponorogo 611.314 674.753 90,6
3. Kab. Trenggalek 489.933 529.610 92,5
4. Kab. Tulungagung 720.633 762.829 94,5
5. Kab. Blitar 785.109 858.810 91,4
6. Kab. Kediri 1.048.606 1.143.291 91,7
7. Kab. Malang 1.704.467 1.883.845 90,5
8. Kab. Lumajang 640.890 777.144 82,5
9. Kab. Jember 1.463.753 1.778.614 82,3
10. Kab. Banyuwangi 1.078.207 1.194.979 90,2
11. Kab. Bondowoso 463.374 577.866 80,2
12. Kab. Situbondo 394.822 512.577 77,0
13. Kab. Probolinggo 671.949 840.912 79,9
14. Kab. Pasuruan 1.058.708 1.164.719 90,9
15. Kab. Sidoarjo 1.485.632 1.522.964 97,5
16. Kab. Mojokerto 745.536 794.998 93,8
17. Kab. Jombang 855.477 912.817 93,7
18. Kab. Nganjuk 704.909 780.474 90,3
19. Kab. Madiun 452.852 517.736 87,5
20. Kab. Magetan 443.620 488.041 90,9
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 92
NO Kabupaten/kota
Jumlah penduduk usia diatas 15
tahun yang bisa
membaca dan menulis
Jumlah
penduduk usia 15 tahun
keatas
Angka melek huruf
21. Kab. Ngawi 541.211 637.787 84,9
22. Kab. Bojonegoro 795.752 943.980 84,3
23. Kab. Tuban 726.246 873.128 83,2
24. Kab. Lamongan 810.204 918.933 88,2
25. Kab. Gresik 869.760 905.259 96,1
26. Kab. Bangkalan 531.208 665.031 79,9
27. Kab. Sampang 455.468 644.078 70,7
28. Kab. Pamekasan 510.660 609.762 83,7
29. Kab. Sumenep 641.745 824.473 77,8
30. Kota Kediri 202.103 208.873 96,8
31. Kota Blitar 98.357 101.662 96,7
32. Kota Malang 636.712 647.468 98,3
33. Kota Probolinggo 152.103 165.351 92,0
34. Kota Pasuruan 135.767 140.026 97,0
35. Kota Mojokerto 89.507 92.582 96,7
36. Kota Madiun 129.429 133.681 96,8
37. Kota Surabaya 2.112.947 2.160.062 97,8
38. Kota Batu 141.081 147.745 95,5
Provinsi 25.773.409 28.963.661 89,0
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
1.3. Fasilitas Pendidikan
1.3.1. Sekolah Pendidikan SD/MI Kondisi Bangunan Ruang Kelas Baik
Jumlah ruang kelas untuk sekolah setingkat SD sederajat dalam kurun
waktu 2009 – 2012 berkisar antara 160 ribu hingga 170 ribu kelas. Dari jumlah
ruang kelas keseluruhan rata-rata sekitar 80 persen kondisinya baik (baik dan
rusak ringan) sementara sekitar 20 persen kondisinya rusak berat.
Tabel 2.63
Jumlah Ruang Kelas Menurut Kondisi Bangunan Pada Sekolah SD Sederajat Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013
No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Ruang kelas kondisi baik 91.677 94.881 107.497 99.988 121.678
2 Ruang Kelas Kondisi Rusak Ringan
47.763 39.401 36.590 39.212 32.431
3 Ruang Kelas Kondisi Rusak
Berat
29.535 29.439 26.487 27.417 25.269
4 Jumlah Ruang Kelas 168.975 163.721 170.574 166.617 179.378
5 Persentase Ruang kelas Kondisi
Baik dan Rusak Ringan
82,52 82,02 84,47 83,54 85,91
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 93
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Sedangkan Kondisi ruang kelas sekolah SD sederajat di kabupaten/kota di
Jawa Timur pada tahun 2012 yang kondisinya baik (baik dan rusak ringan) rata-
rata 83,54 persen. Kabupaten Bojonegoro merupakan daerah yang ruang kelas
sekolah setingkat SD sederajat paling rendah persentasenya yaitu sebesar
70,86 persen sedangkan Kota Malang merupakan daerah paling tinggi
persentasenya yaitu sebesar 97,61 persen.
Tabel 2.64
Jumlah Ruang Kelas Menurut Kondisi Bangunan Pada Sekolah SD Sederajat Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2012
NO Kabupaten/kota
Kondisi Ruang Kelas
Baik Rusak
Ringan
Rusak
Berat Jumlah
Pesentase Ruang
Kelas Baik dan Rusak
Ringan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Kab. Pacitan 349 2.152 519 3.020 82,81
2. Kab. Ponorogo 2.368 902 896 4.166 78,49
3. Kab. Trenggalek 2.145 880 653 3.678 82,25
4. Kab. Tulungagung 3.413 892 693 4.998 86,13
5. Kab. Blitar 3.617 1.010 1.114 5.741 80,60
6. Kab. Kediri 3.719 1.581 882 6.182 85,73
7. Kab. Malang 6.085 1.870 1.504 9.459 84,10
8. Kab. Lumajang 3.392 775 788 4.955 84,10
9. Kab. Jember 5.338 2.696 1.688 9.722 82,64
10. Kab. Banyuwangi 4.514 1.545 901 6.960 87,05
11. Kab. Bondowoso 1.473 644 732 2.849 74,31
12. Kab. Situbondo 1.940 512 558 3.010 81,46
13. Kab. Probolinggo 3.208 1.342 1.288 5.838 77,94
14. Kab. Pasuruan 3.931 1.118 873 5.922 85,26
15. Kab. Sidoarjo 4.444 1.109 745 6.298 88,17
16. Kab. Mojokerto 2.808 786 767 4.361 82,41
17. Kab. Jombang 3.036 1.251 996 5.283 81,15
18. Kab. Nganjuk 2.687 1.168 690 4.545 84,82
19. Kab. Madiun 1.787 774 588 3.149 81,33
20. Kab. Magetan 2.304 781 492 3.577 86,25
21. Kab. Ngawi 268 2.220 966 3.454 72,03
22. Kab. Bojonegoro 2.448 1.627 1.676 5.751 70,86
23. Kab. Tuban 2.733 1.246 939 4.918 80,91
24. Kab. Lamongan 4.573 1.324 1.183 7.080 83,29
25. Kab. Gresik 3.439 1.250 685 5.374 87,25
26. Kab. Bangkalan 2.290 585 479 3.354 85,72
27. Kab. Sampang 3.597 1.564 1.303 6.464 79,84
28. Kab. Pamekasan 3.514 1.150 510 5.174 90,14
29. Kab. Sumenep 3.230 2.026 1.483 6.739 77,99
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 94
NO Kabupaten/kota
Kondisi Ruang Kelas
Baik Rusak
Ringan
Rusak
Berat Jumlah
Pesentase
Ruang
Kelas Baik dan Rusak
Ringan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
30. Kota Kediri 724 171 51 946 94,61
31. Kota Blitar 486 72 19 577 96,71
32. Kota Malang 2.311 339 65 2.715 97,61
33. Kota Probolinggo 744 99 23 866 97,34
34. Kota Pasuruan 634 136 53 823 93,56
35. Kota Mojokerto 405 162 89 656 86,43
36. Kota Madiun 638 74 26 738 96,48
37. Kota Surabaya 4.927 1.257 472 6.656 92,91
38. Kota Batu 469 122 28 619 95,48
Provinsi 99.988 39.212 27.417 166.617 83,54
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
1.3.2. Sekolah Pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA Kondisi Bangunan
Ruang Kelas Baik
Kondisi ruang kelas sekolah setingkat SLTP dan SLTA sederajat kondisinya
lebih baik jika dibanding pada sekolah setingkat SD sederajat. Untuk sekolah
setingkat SLTP sederajat dalam empat tahun terakhir (tahun 2009-2012) yang
kondisinya baik (baik dan rusak ringan) rata-rata sekitar 95 persen, sedangkan
sekolah setingkat SLTA sederajat dalam empat tahun terakhir (tahun 2009-
2012) yang kondisinya baik (baik dan rusak ringan) rata-rata sekitar 97 persen.
Kalau dlihat dari wilayah kabupaten/kota di Jawa Timur untuk sekolah
setingkat SLTP sederajat Kabupaten Pamekasan merupakan daerah yang paling
sedikit ruang kelasnya dalam kondisi baik yaitu sebesar 90 persen sedangkan
Kota Mojokerto daerah yang paling banyak ruang kelasnya dalam kondisi baik
yaitu sebesar 99,62 persen.
Sedangkan untuk sekolah setingkat SLTA sederajat Kota Blitar merupakan
daerah yang paling sedikit ruang kelasnya dalam kondisi baik yaitu sebesar
99,80 persen sedangkan Kota Batu daerah yang paling banyak ruang kelasnya
dalam kondisi baik yaitu sebesar 99,92 persen.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 95
Tabel 2.65
Jumlah Ruang Kelas Menurut Kondisi Bangunan Pada Sekolah SLTP Sederajat dan SLTA Sederajat di Jawa Timur Tahun 2009 – 2013
NO
Uraian 2009 2010 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Sekolah Pendidikan SLTP Sederajat
1 Ruang kelas kondisi baik 38.881 40.945 41.350 58.687 64.489
2 Ruang Kelas Kondisi Rusak Ringan 5.231,83 5.858 7.223 9.590
5.754
3 Ruang Kelas Kondisi Rusak Berat 2.614 2.134 2.127 3.535
2.495
4 Jumlah Ruang Kelas 46.727 48.937 50.700 71.812 72.738
5 Persentase Ruang kelas Kondisi Baik dan Rusak Ringan 94,41 95,64 95,80 95,08
96,57
Sekolah Pendidikan SLTA Sederajat
1 Ruang kelas kondisi baik 25.172 27.468 27.538 30.982 31.400
2 Ruang Kelas Kondisi Rusak Ringan 2.099 2.449 2.611 2.957
2.556
3 Ruang Kelas Kondisi Rusak Berat 720 712 722 862
912
4 Jumlah Ruang Kelas 27.991 30.629 30.871 34.801 34.868
5 Persentase Ruang kelas Kondisi Baik dan Rusak Ringan 97,43 97,68 97,66 97,52
97,38
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Tabel 2.66
Jumlah Ruang Kelas Menurut Kondisi Bangunan Pada Sekolah SLTP Sederajat Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2012
NO Kabupaten/kota
Kondisi Ruang Kelas
Baik Rusak Ringan
Rusak Berat
Jumlah
Pesentase Ruang kelas
Baik dan Rusak Ringan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Kab. Pacitan 639 143 46 828 94,44
2. Kab. Ponorogo 1.004 214 73 1.291 94,35
3. Kab. Trenggalek 746 109 42 897 95,32
4. Kab. Tulungagung 1.130 168 46 1.344 96,58
5. Kab. Blitar 1.119 185 96 1.400 93,14
6. Kab. Kediri 1.514 209 72 1.795 95,99
7. Kab. Malang 4.658 1.309 299 6.266 95,23
8. Kab. Lumajang 997 232 115 1.344 91,44
9. Kab. Jember 11.664 1.889 902 14.455 93,76
10. Kab. Banyuwangi 1.723 225 111 2.059 94,61
11. Kab. Bondowoso 605 72 17 694 97,55
12. Kab. Situbondo 6.290 638 161 7.089 97,73
13. Kab. Probolinggo 1.189 253 159 1.601 90,07
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 96
NO Kabupaten/kota
Kondisi Ruang Kelas
Baik Rusak Ringan
Rusak Berat
Jumlah
Pesentase Ruang kelas
Baik dan Rusak Ringan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
14. Kab. Pasuruan 1.522 224 62 1.808 96,57
15. Kab. Sidoarjo 2.398 173 33 2.604 98,73
16. Kab. Mojokerto 1.155 235 65 1.455 95,53
17. Kab. Jombang 1.661 234 77 1.972 96,10
18. Kab. Nganjuk 1.201 172 57 1.430 96,01
19. Kab. Madiun 872 88 21 981 97,86
20. Kab. Magetan 797 192 57 1.046 94,55
21. Kab. Ngawi 795 209 90 1.094 91,77
22. Kab. Bojonegoro 1.315 279 92 1.686 94,54
23. Kab. Tuban 1.094 173 76 1.343 94,34
24. Kab. Lamongan 1.698 281 71 2.050 96,54
25. Kab. Gresik 1.468 259 68 1.795 96,21
26. Kab. Bangkalan 750 193 89 1.032 91,38
27. Kab. Sampang 807 198 70 1.075 93,49
28. Kab. Pamekasan 566 190 84 840 90,00
29. Kab. Sumenep 1.169 359 126 1.654 92,38
30. Kota Kediri 472 7 4 483 99,17
31. Kota Blitar 247 48 4 299 98,66
32. Kota Malang 1.086 84 18 1.188 98,48
33. Kota Probolinggo 316 41 10 367 97,28
34. Kota Pasuruan 257 63 10 330 96,97
35. Kota Mojokerto 229 34 1 264 99,62
36. Kota Madiun 281 39 5 325 98,46
37. Kota Surabaya 2.998 153 199 3.350 94,06
38. Kota Batu 255 16 7 278 97,48
Provinsi 58.687 9.590 3.535 71.812 95,08
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Tabel 2.67
Jumlah Ruang Kelas Menurut Kondisi Bangunan Pada Sekolah SLTA Sederajat Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2012
No. Kabupaten/kota
Kondisi Ruang Kelas
Baik Rusak Ringan
Rusak Berat
Jumlah
Pesentase Ruang kelas
Baik dan Rusak Ringan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Kab. Pacitan 384 59 25 468 94,66
2. Kab. Ponorogo 771 97 22 890 97,53
3. Kab. Trenggalek 463 121 6 590 98,98
4. Kab. Tulungagung 658 24 6 688 99,13
5. Kab. Blitar 553 24 22 599 96,33
6. Kab. Kediri 1.672 92 90 1.854 95,15
7. Kab. Malang 1.420 175 42 1.637 97,43
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 97
No. Kabupaten/kota
Kondisi Ruang Kelas
Baik Rusak Ringan
Rusak Berat
Jumlah
Pesentase Ruang kelas
Baik dan Rusak Ringan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
8. Kab. Lumajang 746 73 20 839 97,62
9. Kab. Jember 1.461 203 36 1.700 97,88
10. Kab. Banyuwangi 1.081 104 29 1.214 97,61
11. Kab. Bondowoso 330 34 13 377 96,55
12. Kab. Situbondo 411 50 10 471 97,88
13. Kab. Probolinggo 551 70 25 646 96,13
14. Kab. Pasuruan 958 74 13 1.045 98,76
15. Kab. Sidoarjo 1.566 55 24 1.645 98,54
16. Kab. Mojokerto 885 76 27 988 97,27
17. Kab. Jombang 1.468 107 14 1.589 99,12
18. Kab. Nganjuk 737 123 19 879 97,84
19. Kab. Madiun 522 26 6 554 98,92
20. Kab. Magetan 581 58 29 668 95,66
21. Kab. Ngawi 554 73 25 652 96,17
22. Kab. Bojonegoro 972 99 53 1.124 95,28
23. Kab. Tuban 584 80 19 683 97,22
24. Kab. Lamongan 1.377 119 31 1.527 97,97
25. Kab. Gresik 1.116 123 24 1.263 98,10
26. Kab. Bangkalan 331 36 19 386 95,08
27. Kab. Sampang 393 62 12 467 97,43
28. Kab. Pamekasan 559 132 27 718 96,24
29. Kab. Sumenep 842 145 42 1.029 95,92
30. Kota Kediri 636 28 40 704 94,32
31. Kota Blitar 333 44 32 409 92,18
32. Kota Malang 1.121 129 4 1.254 99,68
33. Kota Probolinggo 321 13 3 337 99,11
34. Kota Pasuruan 238 22 3 263 98,86
35. Kota Mojokerto 265 7 1 273 99,63
36. Kota Madiun 479 22 18 519 96,53
37. Kota Surabaya 2.450 160 30 2.640 98,86
38. Kota Batu 1.193 18 1 1.212 99,92
Provinsi 30.982 2.957 862 34.801 97,52
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
1.4. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Di Jawa Timur Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangat digalakkan
diberbagai daerah kabupaten maupun kota. Jumlah lembaga PAUD terus
bertambah dari 16.247 pada tahun 2009 bertambah terus setiap tahunnya
menjadi 17.691 pada tahun 2012 dan semakin meningkat menjadi 18.217 pada
tahun 2013. Begitu pula jumlah murid PAUD dari 761.476 pada tahun 2009 terus
meningkat hingga menjadi sebanyak 754.094 pada tahun 2012. Pada tahun
2012 ini jumlah murid PAUD mengalami penurunan jika dibanding tahun 2011,
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 98
salah satu penyebabnya adanya perbedaan cakupan data yaitu murid PAUD
selain di Taman Kanak Kanak tidak dimasukkan lagi.
Tenaga pendidik PAUD pada tahun 2009 sebanyak 53.888 terus bertambah
hingga menjadi 70.121 pada tahun 2012 atau dengan kata lain rata-rata
pertambahan tenaga pendidik per tahunnya sekitar 5.000. Kalau kita lihat rasio
tenaga pendidik dan murid PAUD dalam empat tahun terakhir (tahun 2009-
2012) berkisar antara 6 hingga 9 per 100 murid, ini memberi gambaran bahwa
seorang tenaga pendidik PAUD mendampingi sekitar 11 hingga 16 murid PAUD
Tabel 2.68
Jumlah Lembaga, Murid, Tenaga Pendidikan PAUD di Jawa Timur Tahun 2009-2012
No. Uraian 2009 2010 2011 2012
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Jumlah Lembaga PAUD 16.247 17.186 17.353 17.691
2 Jumlah Tenaga Pendidik
PAUD
53.888 54.833 64.431 70.121
3 Jumlah Murid PAUD (4-6
Tahun)
761.476 767.224 808.947 754.094
4 Jumlah Anak Usia 4-6
Tahun
1.787.722 1.704.502 1.807.077 1.844.425
5 Angka Partisipasi PAUD 42,59 45,01 44,77 40,98
6 Rasio Tenaga Pendidik
dan Murid
7,08 7,15 7,96 9,30
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur dan BPS Jawa Tmur
Jumlah lembaga pendidikan PAUD pada wilayah kabupaten/kota di Jawa
Timur pada tahun 2012 terbanyak adalah Kota Surabaya yaitu sebesar 1.295
dan yang paing sedikit adalah Kota Mojokerto sebanyak 59.
Rasio tenaga pendidik terhadap murid jenjang PAUD pada wilayah
kabupaten/kota di Jawa Timur yang terendah adalah di Kabupaten Trenggalek
yaitu sebesar 5 per 100 murid dan yang terbesar adalah pada Kota Surabaya
yaitu 22 per 100 murid. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa di Kabupaten
Trenggalek seorang tenaga pendidik PAUD menangani sekitar 20 murid
sedangkan di Kota Surabaya seorang tenaga pendidik menangani sekitar 5
murid.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 99
Tabel 2.69
Jumlah Lembaga, Murid PAUD, Tenaga Pendidikan PAUD Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2012
No. Kabupaten/kota
Tahun 2012
Jumah
Lembaga
Murid
PAUD
Tenaga
Pendidik
Rasio Tenaga
pendidik per 100 murid
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Kab. Pacitan 298 7.088 912 13
2. Kab. Ponorogo 407 13.783 1.394 10
3. Kab. Trenggalek 386 11.719 549 5
4. Kab. Tulungagung 581 21.096 1.774 8
5. Kab. Blitar 795 28.664 2.534 9
6. Kab. Kediri 700 35.265 2.568 7
7. Kab. Malang 1.093 62.399 4.056 7
8. Kab. Lumajang 517 19.668 1.611 8
9. Kab. Jember 818 45.436 3.348 7
10. Kab. Banyuwangi 666 34.191 2.869 8
11. Kab. Bondowoso 354 12.609 1.436 11
12. Kab. Situbondo 243 10.490 965 9
13. Kab. Probolinggo 482 20.542 1.768 9
14. Kab. Pasuruan 589 28.979 2.212 8
15. Kab. Sidoarjo 924 49.527 4.037 8
16. Kab. Mojokerto 551 21.562 1.730 8
17. Kab. Jombang 384 19.980 1.661 8
18. Kab. Nganjuk 567 21.293 1.555 7
19. Kab. Madiun 319 10.394 930 9
20. Kab. Magetan 380 10.911 1.024 9
21. Kab. Ngawi 445 10.688 1.300 12
22. Kab. Bojonegoro 754 27.145 2.082 8
23. Kab. Tuban 448 22.600 1.543 7
24. Kab. Lamongan 942 31.069 3.314 11
25. Kab. Gresik 705 30.505 2.456 8
26. Kab. Bangkalan 283 7.848 784 10
27. Kab. Sampang 201 8.156 894 11
28. Kab. Pamekasan 246 9.500 1.283 14
29. Kab. Sumenep 386 14.651 1.901 13
30. Kota Kediri 116 7.991 667 8
31. Kota Blitar 81 4.569 385 8
32. Kota Malang 320 19.422 1.799 9
33. Kota Probolinggo 88 4.938 451 9
34. Kota Pasuruan 91 5.431 423 8
35. Kota Mojokerto 59 4.240 314 7
36. Kota Madiun 93 5.352 545 10
37. Kota Surabaya 1.295 48.726 10.608 22
38. Kota Batu 84 5.667 439 8
Provinsi 17.691 754.094 70.121 9
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 100
0,24 0,26
0,56
0,150,19
0,55
0,18
0,41
0,84
0,13
0,40
0,80
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK
2009 2010 2011 2012
1.5. Angka Putus Sekolah
Salah satu tujuan dari program-program pendidikan salah satunya untuk
mengurangi angka putus sekolah. Angka putus sekolah penduduk usia 7-12
tahun SD/MI selama kurun waktu tahun 2009 - 2012 menunjukkan
kecenderungan yang semakin menurun. Pada tahun 2009 angka putus sekolah
tingkat SD/MI sebesar 0,24 persen dan semakin menurun hingga mencapai
sebesar 0,13 persen pada tahun 2012, dan menurun kembali menjadi 0,12 pada
tahun 2013, dengan kata lain pada tahun 2012 dalam tiap 1000 anak usia 7-12
tahun terdapat 1 sampai 2 anak yang putus sekolah.
Salah satu tujuan dari program-program pendidikan salah satunya untuk
mengurangi angka putus sekolah. Angka putus sekolah penduduk usia 7-12
tahun SD/MI selama kurun waktu tahun 2009 - 2012 menunjukkan
kecenderungan yang semakin menurun. Pada tahun 2009 angka putus sekolah
tingkat SD/MI sebesar 0,24 persen dan semakin menurun hingga mencapai
sebesar 0,13 persen pada tahun 2012, dengan kata lain pada tahun 2012 dalam
tiap 1000 anak usia 7-12 tahun terdapat 1 sampai 2 anak yang putus sekolah.
Gambar 2.36
Grafik Angka Putus Sekolah Pada Jenjang pendidikan SD/MI, SMP/MTs dan
SMA/SMK/MA Jawa Timur Tahun 2009 – 2012.
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Dalam kurun waktu 2009-2012 angka putus sekolah penduduk usia 13-15
tahun menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Pada tahun 2009
sebesar 0,26 persen dan meningkat hingga pada tahun 2012 sebesar 0,40
persen, dan menurun kembali menjadi 0,37 pada tahun 2013.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 101
Sedangkan pada sekolah SMA/SMK/MA angka putus sekolah penduduk usia
16-18 tahun pada tahun 2009-2012 juga menunjukkan kecenderungan yang
semakin meningkat. Pada tahun 2009 sebesar 0,56 persen dan meningkat
hingga sebesar 0,80 persen (2012), dengan kata lain dalam tiap 1000 anak usia
16-18 tahun terdapat sekitar 8 anak yang putus sekolah.
Jika dilihat per Kabupaten/Kota di Jawa Timur, angka putus sekolah untuk
jenjang sekolah setingkat SD tertinggi adalah Kabupaten Sampang yaitu sebesar
0,46 persen sedangkan terendah sebesar 0,03 persen yaitu di Kabupaten
Madiun, Lamongan, Kota Mojokerto dan Kota Madiun.
Angka putus sekolah setingkat SLTP tertinggi adalah Kabupaten Sampang
dengan capaian angka 0,79 persen dan terendah Kabupaten Lamongan sebesar
0,11 persen.
Sedangkan angka putus sekolah setingkat SLTA tertinggi juga Kabupaten
Sampang yaitu sebesar 1,53 persen sementara terendah Kabupaten Lamongan
sebesar 0,50 persen
1.5.1. Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI
Tabel 2.70
Angka Putus Sekolah SD/MI (Usia 7-12 Tahun)
Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2011 – 2013
NO Kabupaten/kota Tahun
2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Kab. Pacitan 0,06 0,03 0,05
2. Kab. Ponorogo 0,09 0,05 0,07
3. Kab. Trenggalek 0,17 0,02 0,15
4. Kab. Tulungagung 0,21 0,04 0,08
5. Kab. Blitar 0,22 0,02 0,13
6. Kab. Kediri 0,15 0,02 0,05
7. Kab. Malang 0,21 0,13 0,10
8. Kab. Lumajang 0,17 0,07 0,11
9. Kab. Jember 0,26 0,08 0,21
10. Kab. Banyuwangi 0,16 0,05 0,07
11. Kab. Bondowoso 0,35 0,03 0,25
12. Kab. Situbondo 0,29 0,05 0,20
13. Kab. Probolinggo 0,40 0,04 0,23
14. Kab. Pasuruan 0,23 0,04 0,16
15. Kab. Sidoarjo 0,05 0,09 0,03
16. Kab. Mojokerto 0,07 0,02 0,05
17. Kab. Jombang 0,08 0,02 0,04
18. Kab. Nganjuk 0,08 0,05 0,06
19. Kab. Madiun 0,05 0,04 0,02
20. Kab. Magetan 0,08 0,07 0,04
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 102
NO Kabupaten/kota Tahun
2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5)
21. Kab. Ngawi 0,07 0,05 0,05
22. Kab. Bojonegoro 0,06 0,05 0,04
23. Kab. Tuban 0,15 0,06 0,09
24. Kab. Lamongan 0,04 0,13 0,02
25. Kab. Gresik 0,09 0,08 0,05
26. Kab. Bangkalan 0,27 0,15 0,22
27. Kab. Sampang 0,61 0,10 0,44
28. Kab. Pamekasan 0,31 0,16 0,20
29. Kab. Sumenep 0,41 0,23 0,31
30. Kota Kediri 0,06 0,11 0,04
31. Kota Blitar 0,07 0,25 0,02
32. Kota Malang 0,12 0,20 0,05
33. Kota Probolinggo 0,11 0,21 0,07
34. Kota Pasuruan 0,21 0,07 0,13
35. Kota Mojokerto 0,04 0,20 0,02
36. Kota Madiun 0,05 0,44 0,02
37. Kota Surabaya 0,06 0,31 0,03
38. Kota Batu 0,13 0,22 0,08
Provinsi 0,18 0,13 0,12
Sumber: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
1.5.2. Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs
Tabel 2.71
Angka Putus Sekolah SMP/MTs (Usia 13-15 Tahun)
Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2011 - 2013
NO Kabupaten/kota Tahun
2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Kab. Pacitan 0,44 0,04 0,42
2. Kab. Ponorogo 0,37 0,22 0,33
3. Kab. Trenggalek 0,50 0,13 0,45
4. Kab. Tulungagung 0,36 0,35 0,33
5. Kab. Blitar 0,52 0,11 0,48
6. Kab. Kediri 0,43 0,14 0,41
7. Kab. Malang 0,55 0,37 0,52
8. Kab. Lumajang 0,68 0,29 0,60
9. Kab. Jember 0,57 0,41 0,54
10. Kab. Banyuwangi 0,43 0,22 0,40
11. Kab. Bondowoso 0,60 0,12 0,58
12. Kab. Situbondo 0,71 0,38 0,68
13. Kab. Probolinggo 0,75 0,22 0,72
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 103
NO Kabupaten/kota Tahun
2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5)
14. Kab. Pasuruan 0,44 0,30 0,42
15. Kab. Sidoarjo 0,15 0,28 0,12
16. Kab. Mojokerto 0,41 0,09 0,36
17. Kab. Jombang 0,26 0,13 0,21
18. Kab. Nganjuk 0,55 0,10 0,53
19. Kab. Madiun 0,16 0,12 0,13
20, Kab, Magetan 0,15 0,35 0,12
21. Kab. Ngawi 0,13 0,42 0,10
22. Kab. Bojonegoro 0,35 0,41 0,30
23. Kab. Tuban 0,31 0,53 0,26
24. Kab. Lamongan 0,12 0,48 0,08
25. Kab. Gresik 0,25 0,33 0,20
26. Kab. Bangkalan 0,56 0,46 0,54
27. Kab. Sampang 0,80 0,52 0,78
28. Kab. Pamekasan 0,61 0,42 0,59
29. Kab. Sumenep 0,59 0,72 0,57
30. Kota Kediri 0,37 0,60 0,35
31. Kota Blitar 0,18 0,58 0,14
32. Kota Malang 0,27 0,68 0,22
33. Kota Probolinggo 0,33 0,54 0,29
34. Kota Pasuruan 0,40 0,40 0,37
35. Kota Mojokerto 0,15 0,59 0,11
36. Kota Madiun 0,22 0,78 0,13
37. Kota Surabaya 0,19 0,57 0,04
38. Kota Batu 0,45 0,54 0,41
Provinsi 0,41 0,40 0,37
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
1.5.3. Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA
Tabel 2.72
Angka Putus Sekolah SMA/SMK/MA (Usia 16-18 Tahun)
Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2011 - 2013
No. Kabupaten/kota Tahun
2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Kab. Pacitan 0,61 0,59 0,15
2. Kab. Ponorogo 0,86 0,82 0,61
3. Kab. Trenggalek 0,86 0,80 0,55
4. Kab. Tulungagung 0,97 0,91 0,58
5. Kab. Blitar 0,98 0,93 0,87
6. Kab. Kediri 0,92 0,87 0,79
7. Kab. Malang 0,95 0,91 0,81
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 104
No. Kabupaten/kota Tahun
2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5)
8. Kab. Lumajang 0,97 0,95 0,78
9. Kab. Jember 1,03 0,99 0,75
10. Kab. Banyuwangi 0,85 0,82 0,38
11. Kab. Bondowoso 1,49 1,44 0,36
12. Kab. Situbondo 1,20 1,18 0,62
13. Kab. Probolinggo 1,24 1,22 0,71
14. Kab. Pasuruan 0,63 0,56 0,78
15. Kab. Sidoarjo 0,56 0,51 0,58
16. Kab. Mojokerto 0,70 0,65 0,48
17. Kab. Jombang 0,87 0,80 0,52
18. Kab. Nganjuk 0,80 0,74 0,47
19. Kab. Madiun 0,66 0,57 0,44
20. Kab. Magetan 0,60 0,53 0,66
21. Kab. Ngawi 0,70 0,61 0,58
22. Kab. Bojonegoro 0,90 0,83 0,62
23. Kab. Tuban 0,63 0,60 0,58
24. Kab. Lamongan 0,58 0,50 0,79
25. Kab. Gresik 0,58 0,51 0,89
26. Kab. Bangkalan 1,12 1,08 0,67
27. Kab. Sampang 1,54 1,53 0,75
28. Kab. Pamekasan 1,28 1,27 0,46
29. Kab. Sumenep 1,46 1,44 1,15
30. Kota Kediri 0,75 0,69 0,91
31. Kota Blitar 0,88 0,82 1,27
32. Kota Malang 0,83 0,79 1,11
33. Kota Probolinggo 0,89 0,81 0,93
34. Kota Pasuruan 0,87 0,84 0,79
35. Kota Mojokerto 0,92 0,90 1,13
36. Kota Madiun 0,76 0,73 1,32
37. Kota Surabaya 0,54 0,50 1,30
38. Kota Batu 0,91 0,85 1,01
Provinsi 0,84 0,80 0,68
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
1.6. Angka Kelulusan
Selama kurun waktu tahun 2009-2012 kelulusan sekolah SD/MI angkanya
berfluktuasi, namun dalam tiga tahun terakhir memperlihatkan kecenderungan
yang semakin meningkat. Berbeda halnya dengan angka kelulusan sekolah
SMP/MTs, dalam empat tahun terakhir sangat berfluktuasi bahkan pada tahun
2010 terjadi penurunan yang cukup tajam, tahun 2009 sebesar 99,65 persen
menjadi 96,16 persen pada tahun 2010. Sedangkan angka kelulusan sekolah
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 105
Tabel 2.73
Angka Kelulusan SD/MI Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2011 - 2013
99,65 99,65
97,05
99,38
96,16
97,6099,45
98,31
97,73
99,9198,88
98,14
94
95
96
97
98
99
100
SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK2009 2010 2011 2012
setingkat SMA/SMK/MA angka kelulusannya dalam empat tahun terakhir terus
meningkat, tahun 2009 sebesar 97,05 persen terus meningkat menjadi 98,14
persen pada tahun 2012.
Gambar 2.37
Grafik Angka Kelulusan Pada Jenjang pendidikan SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA
di Jawa Timur Tahun 2009 – 2012
Sumber: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
1.6.1. Angka Kelulusan (AL) SD/MI
NO Kabupaten/kota Tahun
2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Kab. Pacitan 100,00 100,00 100,00
2. Kab. Ponorogo 99,33 99,89 99,92
3. Kab. Trenggalek 100,00 100,00 100,00
4. Kab. Tulungagung 99,87 99,98 99,98
5. Kab. Blitar 99,47 99,92 99,93
6. Kab. Kediri 99,72 99,94 99,95
7. Kab. Malang 100,00 100,00 100,00
8. Kab. Lumajang 100,00 100,00 100,00
9. Kab. Jember 98,68 99,75 99,76
10. Kab. Banyuwangi 99,57 99,97 99,97
11. Kab. Bondowoso 98,49 99,70 99,71
12. Kab. Situbondo 98,67 99,76 99,77
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 106
Tabel 2.74 Angka Kelulusan SMP/MTs Menurut
Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2011 - 2013
Angka kelulusan sekolah SD/MI menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur
pada tahun 2012 semuanya sudah diatas 99 persen dengan kata lain hampir
semua siswa yang mengikuti ujian akhir pada sekolah setingkat SD/MI
semuanya lulus bahkan angka kelulusan sekolah SD/MI mencapai 100 persen.
Ada 11 Kabupaten, diantaranya adalah Kabupaten Pacitan, Trenggalek, Malang,
Lumajang, Pasuruan, Sidoarjo, Magetan, Ngawi, Bojonegoro, Lamongan, Gresik
dan 4 Kota yaitu Kota Blitar, Mojokerto, Madiun dan Surabaya.
1.6.2. Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs
13. Kab. Probolinggo 98,52 99,71 99,72
14. Kab. Pasuruan 99,84 100,00 100,00
15. Kab. Sidoarjo 100,00 100,00 100,00
16. Kab. Mojokerto 99,74 99,88 99,89
17. Kab. Jombang 99,87 99,99 99,99
18. Kab. Nganjuk 99,55 99,91 99,92
19. Kab. Madiun 99,54 99,96 99,97
20. Kab. Magetan 99,91 100,00 100,00
21. Kab. Ngawi 99,89 100,00 100,00
22. Kab. Bojonegoro 100,00 100,00 100,00
23. Kab. Tuban 99,87 99,92 99,93
24. Kab. Lamongan 100,00 100,00 100,00
25. Kab. Gresik 100,00 100,00 100,00
26. Kab. Bangkalan 98,96 99,84 99,85
27. Kab. Sampang 97,44 99,50 99,52
28. Kab. Pamekasan 98,61 99,73 99,74
29. Kab. Sumenep 97,65 99,65 99,67
30. Kota Kediri 99,80 99,98 100,00
31. Kota Blitar 100,00 100,00 100,00
32. Kota Malang 99,81 99,97 99,98
33. Kota Probolinggo 99,49 99,97 99,97
34. Kota Pasuruan 99,41 99,89 99,94
35. Kota Mojokerto 100,00 100,00 100,00
36. Kota Madiun 99,83 100,00 100,00
37. Kota Surabaya 99,89 100,00 100,00
38. Kota Batu 99,36 99,91 99,93
Provinsi 99,45 99,91 99,92
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timu
NO Kabupaten/kota Tahun
2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5)
1. Kab. Pacitan 96,97 98,68 98,73
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 107
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Secara umum pada tahun 2011-2012 angka kelulusan sekolah SMP/MTs
menurut kabupaten/kota terjadi peningkatan. Pada tahun 2011 angka kelulusan
SMP/Mts terendah ada di Kabupaten Sampang yaitu sebesar 95,30 persen, dan
2. Kab. Ponorogo 97,94 98,04 98,52
3. Kab. Trenggalek 97,42 98,44 98,54
4. Kab. Tulungagung 98,01 98,32 98,49
5. Kab. Blitar 98,03 98,43 98,51
6. Kab. Kediri 97,30 98,83 98,90
7. Kab. Malang 98,81 98,94 98,99
8. Kab. Lumajang 98,48 98,98 99,04
9. Kab. Jember 98,43 98,55 98,57
10. Kab. Banyuwangi 98,89 99,26 99,34
11. Kab. Bondowoso 97,16 97,18 97,38
12. Kab. Situbondo 97,80 98,03 98,06
13. Kab. Probolinggo 97,03 97,88 97,95
14. Kab. Pasuruan 98,98 99,22 99,27
15. Kab. Sidoarjo 99,05 99,72 99,75
16. Kab. Mojokerto 97,93 98,69 98,73
17. Kab. Jombang 98,96 99,20 99,24
18. Kab. Nganjuk 97,79 98,60 98,73
19. Kab. Madiun 98,07 98,61 98,79
20. Kab. Magetan 98,42 99,74 99,76
21. Kab. Ngawi 98,67 99,56 99,59
22. Kab. Bojonegoro 98,95 99,06 99,10
23. Kab. Tuban 98,79 98,82 98,83
24. Kab. Lamongan 98,89 99,83 99,84
25. Kab. Gresik 98,88 99,81 99,85
26. Kab. Bangkalan 97,61 98,38 98,43
27. Kab. Sampang 95,30 96,37 96,41
28. Kab. Pamekasan 98,12 98,46 98,48
29. Kab. Sumenep 97,51 97,84 97,88
30. Kota Kediri 98,78 99,89 99,91
31. Kota Blitar 98,63 99,22 99,27
32. Kota Malang 98,30 99,14 99,24
33. Kota Probolinggo 98,07 98,98 99,05
34. Kota Pasuruan 97,80 99,21 99,25
35. Kota Mojokerto 97,56 99,04 99,08
36. Kota Madiun 98,05 99,27 99,32
37. Kota Surabaya 99,31 99,78 99,80
38. Kota Batu 98,05 98,73 98,98
Provinsi 98,31 98,88 98,99
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 108
Tabel 2.75 Angka Kelulusan SMP/MTs Menurut
Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2011 - 2013
tertinggi Kota Surabaya sebesar 99,31 persen. Sedangkan pada tahun 2012
angka kelulusan terendah juga ada di Kabupaten Sampang dengan capaian
angka 96,37 persen sementara tertinggi adalah Kota Kediri yaitu sebesar 99,89
persen.
Pada tahun 2011 dan 2012 capaian angka kelulusan SMP/MTs terendah di
Jawa Timur ada di Kabupaten Sampang, tentunya hal ini perlu menjadikan
perhatian pemerintah provinsi untuk dicari pemecahannya.
1.6.3. Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA
NO Kabupaten/kota Tahun
2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5)
1. Kab. Pacitan 96,97 97,15 97,80
2. Kab. Ponorogo 97,93 98,11 98,28
3. Kab. Trenggalek 96,95 97,17 97,84
4. Kab. Tulungagung 97,12 97,78 97,92
5. Kab. Blitar 96,92 97,03 97,35
6. Kab. Kediri 97,39 97,73 97,79
7. Kab. Malang 98,15 98,85 98,97
8. Kab. Lumajang 97,18 97,29 97,74
9. Kab. Jember 97,82 98,86 98,88
10. Kab. Banyuwangi 98,48 98,70 98,85
11. Kab. Bondowoso 95,55 95,78 96,69
12. Kab. Situbondo 96,54 96,85 97,05
13. Kab. Probolinggo 97,33 97,68 97,71
14. Kab. Pasuruan 98,12 98,44 98,68
15. Kab. Sidoarjo 99,11 99,17 99,23
16. Kab. Mojokerto 96,58 96,68 96,70
17. Kab. Jombang 98,82 98,94 99,00
18. Kab. Nganjuk 98,06 98,10 98,35
19. Kab. Madiun 96,80 97,19 97,51
20. Kab. Magetan 97,17 97,35 97,38
21. Kab. Ngawi 97,54 97,74 97,83
22. Kab. Bojonegoro 98,39 98,54 98,59
23. Kab. Tuban 97,57 97,98 98,01
24. Kab. Lamongan 98,39 98,82 98,99
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 109
Sumber :
Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Tidak berbeda jauh dengan angka kelulusan SMP/MTs, angka kelulusan
sekolah SMA/SMK/MA tahun 2011 - 2012 menurut kabupaten/kota di Jawa
Timur secara umum juga terjadi peningkatan. Pada tahun 2011 angka kelulusan
SMA/SMK/MA terendah adalah Kota Batu yaitu sebesar 92,14 persen dan yang
tertinggi Kabupaten Sidoarjo sebesar 99,11 persen. Sedangkan pada tahun 2012
angka kelulusan terendah juga Kota Batu yaitu sebesar 92,54 persen sementara
tertinggi adalah Kota Surabaya sebesar 99,30 persen.
Pada tahun 2011 dan 2012 Kota Batu capaian angka kelulusan
SMA/SMK/MA terendah di Jawa Timur, tentunya hal ini menjadikan perhatian
untuk dicari pemecahannya.
1.6.4. Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs
Tingginya angka kelulusan suatu jenjang pendidikan hendaknya diimbangi
dengan penyediaan sarana pendidikan pada jenjang diatasnya. Penyediaan
sarana ini sangat dimungkinkan untuk menampung mereka yang melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi. Dengan tersediannya sarana pendidikan pada jenjang
diatasnya akan meningkatkan angka melanjutkan sekolah pada suatu jenjang
pendidikan. Angka melanjutkan sekolah dari jenjang yang rendah ke jenjang
diatasnya pada akhirnya akan meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat.
25. Kab. Gresik 98,28 98,45 98,51
26. Kab. Bangkalan 96,79 97,27 97,32
27. Kab. Sampang 95,54 96,42 96,49
28. Kab. Pamekasan 97,28 97,68 97,76
29. Kab. Sumenep 97,38 98,06 98,18
30. Kota Kediri 98,30 98,51 98,53
31. Kota Blitar 96,48 96,95 98,07
32. Kota Malang 97,06 98,81 98,90
33. Kota Probolinggo 95,84 96,08 96,44
34. Kota Pasuruan 95,09 95,70 95,95
35. Kota Mojokerto 95,42 95,84 95,99
36. Kota Madiun 97,33 97,44 97,90
37. Kota Surabaya 98,77 99,30 99,32
38. Kota Batu 92,14 92,54 93,33
Provinsi 97,73 98,14 98,27
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 110
Tabel 2.76
Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs Menurut
Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2011 - 2013
98,67
87,69
98,85
87,78
80,00
85,00
90,00
95,00
100,00
SD/MI keMP/MTs SMP/MTs ke SMA/SMK/MA
2011 2012
Dengan tingginya pendidikan masyarakat akan membawa kemajuan pada
wilayah tersebut.
Gambar 2.38
Grafik Angka Melanjutkan Pada Jenjang pendidikan SD/MI ke SMP/MTs
Dan SMP/MTs ke SMA/SMK/MA di Jawa Timur Tahun 2011 – 2012
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Angka melanjutkan sekolah dari SD/MI ke SMP/MTs di Jawa Timur pada
tahun 2012 terjadi peningkatan, walupun peningkatannya kecil, yaitu pada
tahun 2011 angka melanjutkan SD/MI ke SMP/MTs sebesar 98,67 persen
menjadi 98,85 persen. Hal ini memberikan gambaran bahwa setiap 100 anak
lulusan SD/MI terdapat sekitar 2 anak yang tidak melanjutkan sekolah ke
SMP/MTs.
NO Kabupaten/kota Tahun
2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5)
1. Kab. Pacitan 99,04 99,34 99,76
2. Kab. Ponorogo 99,17 99,21 99,57
3. Kab. Trenggalek 98,73 98,87 99,77
4. Kab. Tulungagung 98,48 98,91 99,51
5. Kab. Blitar 98,57 98,73 99,47
6. Kab. Kediri 99,56 99,61 99,92
7. Kab. Malang 98,43 98,96 99,40
8. Kab. Lumajang 98,56 98,76 99,85
9. Kab. Jember 98,12 98,19 99,32
10. Kab. Banyuwangi 98,99 99,03 99,37
11. Kab. Bondowoso 97,96 98,01 99,19
12. Kab. Situbondo 98,02 98,07 98,96
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 111
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Sedangkan angka melanjutkan sekolah SMP/MTs ke SMA/SMK/MA jauh
lebih rendah dibanding pada SD/MI ke SMP/MTs yaitu pada tahun 2011 sebesar
87,69 persen dan setahun kemudian (2012) sebesar 87,78. Kondisi ini
memberikan gambaran bahwa setiap 100 anak lulusan SMP/MTs terdapat
sekitar 12 anak tidak melanjutkan ke jenjang SMA/SMK/MA.
Angka melanjutkan sekolah dari SD/MI ke SMP/MTs secara umum menurut
kabupaten/kota Jawa Timur pada tahun 2011–2012 menunjukkan adanya
peningkatan, rata-rata sebesar 0,17 persen poin. Peningkatan tertinggi adalah
Kabupaten Malang yaitu sebesar 0,53 persen poin.
13. Kab. Probolinggo 97,88 97,90 99,25
14. Kab. Pasuruan 98,59 98,82 98,92
15. Kab. Sidoarjo 98,65 98,80 98,98
16. Kab. Mojokerto 98,42 98,92 99,22
17. Kab. Jombang 99,08 99,23 99,06
18. Kab. Nganjuk 99,16 99,49 99,03
19. Kab. Madiun 98,94 99,02 98,99
20. Kab. Magetan 98,66 98,77 99,23
21. Kab. Ngawi 98,75 98,91 99,37
22. Kab. Bojonegoro 98,32 98,64 99,63
23. Kab. Tuban 98,82 98,96 99,51
24. Kab. Lamongan 99,08 99,16 98,91
25. Kab. Gresik 99,32 99,36 99,07
26. Kab. Bangkalan 98,05 98,11 98,91
27. Kab. Sampang 97,20 97,21 99,01
28. Kab. Pamekasan 98,06 98,14 99,02
29. Kab. Sumenep 97,24 97,36 97,95
30. Kota Kediri 99,37 99,48 99,06
31. Kota Blitar 99,63 99,89 98,11
32. Kota Malang 99,15 99,50 98,15
33. Kota Probolinggo 99,67 99,82 98,24
34. Kota Pasuruan 99,09 99,35 99,11
35. Kota Mojokerto 99,15 99,43 98,19
36. Kota Madiun 99,62 99,76 97,52
37. Kota Surabaya 99,57 99,74 97,73
38. Kota Batu 99,01 99,28 98,27
Provinsi 98,67 98,85 98,92
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 112
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Tabel 2.77
Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA Menurut
Kabupaten/Kota di Jawa Timur
Tahun 2011 - 2013
1.6.5. Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/ MTs ke SMA/SMK/MA
NO Kabupaten/kota Tahun
2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) 1. Kab. Pacitan 78,87 92,05 92,05
2. Kab. Ponorogo 87,88 90,82 90,82
3. Kab. Trenggalek 79,06 92,84 92,84
4. Kab. Tulungagung 89,05 93,48 93,48
5. Kab. Blitar 86,48 95,37 95,37
6. Kab. Kediri 86,80 96,72 96,72
7. Kab. Malang 86,81 93,89 93,89
8. Kab. Lumajang 89,82 92,00 92,00
9. Kab. Jember 87,86 91,11 91,11
10. Kab. Banyuwangi 89,34 91,97 91,97
11. Kab. Bondowoso 79,70 93,08 93,08
12. Kab. Situbondo 89,60 89,19 89,19
13. Kab. Probolinggo 83,75 91,32 91,32
14. Kab. Pasuruan 82,85 92,35 92,35
15. Kab. Sidoarjo 92,39 86,00 86,00
16. Kab. Mojokerto 88,32 90,27 90,27
17. Kab. Jombang 90,77 86,89 86,89
18. Kab. Nganjuk 81,48 85,58 85,58
19. Kab. Madiun 86,26 88,36 88,36
20. Kab. Magetan 87,73 88,31 88,31
21. Kab. Ngawi 84,44 81,75 81,75
22. Kab. Bojonegoro 91,36 87,13 87,13
23. Kab. Tuban 85,54 82,92 82,92
24. Kab. Lamongan 89,95 86,93 86,93
25. Kab. Gresik 91,52 89,47 89,47
26. Kab. Bangkalan 78,37 82,08 82,08
27. Kab. Sampang 78,00 87,11 87,11
28. Kab. Pamekasan 82,24 84,45 84,45
29. Kab. Sumenep 81,55 83,84 83,84
30. Kota Kediri 92,33 90,29 90,29
31. Kota Blitar 95,21 79,90 79,90
32. Kota Malang 90,18 89,64 89,64
33. Kota Probolinggo 90,56 87,97 87,97
34. Kota Pasuruan 92,26 89,70 89,70
35. Kota Mojokerto 93,65 82,33 82,33
36. Kota Madiun 91,34 78,53 78,53
37. Kota Surabaya 91,77 81,60 81,60
38. Kota Batu 89,18 79,02 79,02
Provinsi 87,69 87,78 87,89
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 113
54,37
79,32
59,29
69,41
89,71
73,64
65,22
91,43
70,29
68,92
92,47
73,66
0,0010,0020,0030,0040,0050,0060,0070,0080,0090,00
100,00
Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah Pendidikan Dasar dan Menegah
2009 2010 2011 2012
Angka melanjutkan sekolah dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA
kabupaten/kota di Jawa Timur tahun 2011 – 2012 secara umum menunjukkan
adanya peningkatan, rata-rata sebesar 0,12 persen poin. Peningkatan tertinggi
adalah Kabupaten Bojonegoro yaitu sebesar 0,67 persen poin.
Pada tahun 2011 angka melanjutkan sekolah dari SMP/MTs ke
SMA/SMK/MA yang tertinggi adalah Kota Blitar yaitu sebesar 95,21 persen dan
yang terendah adalah Kabupaten Sampang yaitu sebesar 78,00 persen.
Sedangkan pada tahun 2012 angka melanjutkan sekolah dari SMP/MTs ke
SMA/SMK/MA yang tertinggi adalah Kota Blitar yaitu sebesar 95,24 persen dan
terendah adalah Kabupaten Sampang yaitu sebesar 78,19 persen.
1.6.6. Guru yang memenuhi kualifiksi S1/D-IV
Kemampuan seorang tenaga pendidik/guru sangat dipengaruhi pendidikan
yang ditamatkan, semakin tinggi pendidikan seorang guru maka dia akan
mempunyai kemampuan lebih dibandingkan dengan yang pendidikannya
rendah. Tingginya pendidikan seorang tenaga pendidik pada akhirnya akan
meningkatkan kualitas pendidikan.
Gambar 2.39
Grafik Persentase Guru Yang Memenuhi Kualifikasi S1-DIV Pada Jenjang
Pendidikan Dasar (SD/MI dan SMP/MTs), Pendidikan Menengah
(SMA/SMK/MA) dan Pendidikan Dasar dan Menengah di Jawa Timur
Tahun 2009 – 2012
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Persentase guru yang memenuhi kualifikasi pendidikan S1-DIV pada
jenjang Pendidikan Dasar dalam empat tahun terakhir menunjukkan adanya
peningkatan, dari 54,37 persen pada tahun 2009 menjadi 68,92 persen pada
tahun 2012. Begitu juga pada jenjang Pendidikan Menengah terjadi
peningkatan, dari 79,32 persen pada tahun 2009 menjadi 92,47 persen pada
tahun 2012. Guru yang memenuhi kualifikasi pendidikan S1-DIV pada jenjang
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 114
Pendidikan Menengah jumlahnya lebih tinggi jika dibanding pada Pendidikan
Dasar. Secara keseluruhan persentase guru yang memenuhi kualifikasi
pendidikan S1-DIV terus mengalami peningkatan, hal ini merupakan tuntutan
jaman serta adanya sistem sertifikasi guru sehingga mau tidak mau seorang
guru harus meningkatkan tingkat pendidikannya.
Tabel 2.78
Persentase Guru Yang Memenuhi Kualifikasi S1- DIV Per Jenjang Pendidikan di Jawa Timur Tahun 2009 – 2012
NO Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Pendidikan Dasar (SD/MI - SMP/MTs)
1.1. Jumlah Guru 434.326 404.095 447.637 448.328 507.018
1.2. Jumlah Guru Memenuhi Kualifikasi S1 -DIV
236.162 280.493 291.938 308.983 381.992
1.3. Persentase 54,37 69,41 65,22 68,92 75,34
2 Pendidikan Menengah (SMA/MA/SMK)
2.1. Jumlah Guru 106.602 106.199 107.312 112.954 122.791
2.2. Jumlah Guru Memenuhi Kualifikasi S1 -DIV
84.556 95.267 98.119 104.445 113.841
2.3. Persentase 79,32 89,71 91,43 92,47 92,71
3 Semua Jenjang Pendidikan (SD/MI, SMO/MTs dan SMA/MA/SMK)
3.1. Jumlah Guru 540.928 510.294 554.949 561.282 629.809
3.2. Jumlah Guru Memenuhi Kualifikasi S1 -DIV
320.718 375.760 390.057 413.428 494.833
33. Persentase 59,29 73,64 70,29 73,66 78,56
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Jika dilihat secara keseluruhan persentase guru yang memenuhi kualifikasi
pendidikan S1-DIV menurut kabupaten/kota di Jawa Timur pada tahun 2012
berkisar antara 47 hingga 88 persen. Persentase tertinggi adalah Kota
Mojokerto 88,89 persen dan terendah Kabupaten Sampang 47,06 persen.
Perbedaan persentase guru yang memenuhi kualifikasi pendidikan S1-DIV antar
kabupaten/kota di Jawa Timur antara yang terendah dan tertinggi sangat besar
(hampir dua kali lipatnya), kondisi ini memberikan gambaran adanya
kesenjangan tingkat pendidikan guru.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 115
Tabel 2.79
Persentase Guru Yang Memenuhi Kualifikasi S1- DIV (SD - SLTA) Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2009 – 2012
NO Kabupaten/kota Tahun
2009 2010 2011 2012
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Kab. Pacitan 52,38 66,44 70,59 69,29
2. Kab. Ponorogo 63,24 66,40 65,97 78,99
3. Kab. Trenggalek 67,45 78,61 78,13 82,86
4. Kab. Tulungagung 66,72 78,06 71,56 77,81
5. Kab. Blitar 58,43 59,01 68,58 73,51
6. Kab. Kediri 51,99 56,22 75,26 78,51
7. Kab. Malang 66,07 82,48 72,15 70,88
8. Kab. Lumajang 52,51 69,53 67,42 71,32
9. Kab. Jember 47,47 77,42 64,60 70,69
10. Kab. Banyuwangi 56,15 92,08 73,58 77,47
11. Kab. Bondowoso 52,87 64,86 59,11 62,09
12. Kab. Situbondo 49,97 72,56 58,94 61,22
13. Kab. Probolinggo 51,64 60,11 60,14 60,24
14. Kab. Pasuruan 56,06 74,51 70,88 72,67
15. Kab. Sidoarjo 66,04 81,53 82,47 84,58
16. Kab. Mojokerto 63,11 72,68 72,28 79,57
17. Kab. Jombang 69,19 78,27 78,60 82,31
18. Kab. Nganjuk 57,88 84,08 76,37 75,80
19. Kab. Madiun 59,06 71,21 78,01 82,92
20. Kab. Magetan 58,72 72,61 79,75 82,45
21. Kab. Ngawi 53,56 62,64 61,98 61,73
22. Kab. Bojonegoro 51,67 62,91 61,06 74,64
23. Kab. Tuban 59,21 74,46 74,34 74,65
24. Kab. Lamongan 63,03 80,26 81,39 84,78
25. Kab. Gresik 61,05 89,93 83,52 86,18
26. Kab. Bangkalan 60,97 69,87 69,26 65,89
27. Kab. Sampang 34,75 40,78 40,76 47,06
28. Kab. Pamekasan 54,60 56,41 54,07 59,84
29. Kab. Sumenep 44,71 50,90 48,65 52,43
30. Kota Kediri 71,60 97,40 84,11 86,82
31. Kota Blitar 72,78 82,71 85,23 87,59
32. Kota Malang 70,29 91,53 85,96 87,14
33. Kota Probolinggo 68,02 76,43 77,23 80,25
34. Kota Pasuruan 68,25 86,92 60,96 82,38
35. Kota Mojokerto 72,31 84,85 90,65 88,89
36. Kota Madiun 74,03 85,87 89,86 78,34
37. Kota Surabaya 77,63 96,32 81,73 81,05
38. Kota Batu 70,19 89,89 57,72 80,68
Provinsi 59,29 73,64 70,29 73,66
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 116
2. Kesehatan
Bidang kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat yang
perlu mendapatkan penanganan ddan menjadi urusan wajib bagi Pemerintah
baik pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sarana dan prasarana
kesehatan baik itu menyangkut prasarana kesehatan dan tenaga medis menjadi
perhatian yang harus disiapkan oleh pemerintah.
2.1. Rasio posyandu persatuan balita
Selama tahun 2010-2012, jumlah posyandu mengalami peningkatan antara
0,07 persen sampai dengan 0,65 persen. Rasio posyandu per satuan balita
selama 3 tahun terakhir mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010, rasio posyandu
terhadap balita sebesar 15,6 dan mengalami penurunan menjadi 14,57 di tahun
2011. Pada tahun 2012, rasio posyandu terhadap balita mengalami peningkatan
0,15 poin dari tahun sebelumnya. Angka 14,72 menunjukkan setiap 1000 balita
dilayani oleh 14,72 posyandu.
Tabel 2.80
Jumlah Posyandu dan Balita di Jawa Timur Tahun 2010-2012
Uraian 2010 2011 2012 2013
Jumlah
Posyandu 45.603 45.637 45.870 46,016
Jumlah Balita 2.923.910 3.132.404 3.116.861 3,072,582
Rasio
Posyandu 15,60 14,57 14,72 14.90
Sumber: Dinas Kesehatan Prov Jatim dan BPS
2.2. Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu Persatuan Penduduk
Pelayanan kesehatan kepada masyarakat terkait erat dengan jumlah
fasilitas kesehatan. Selama 4 tahun terakhir, rasio puskesmas, poliklinik dan
pustu mengalami fluktuasi. Pada tahun 2009, rasio tersebut sebesar 0,108 dan
pada tahun 2011 mengalami peningkatan 0,002 poin. Sementara pada tahun
2012, rasio tersebut mengalami penurunan sebesar 0,002 poin atau menjadi
0,108. Penurunan ini didominasi akibat berkurangnya poliklinik di Kabupaten
Jember, Jombang dan Kota Malang. Angka 0,108 menunjukkan bahwa setiap
0,108 unit (puskesmas, poliklinik dan pustu) melayani setiap 1.000 penduduk.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 117
Tabel 2.81
Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu di Jawa Timur Tahun 2009-2012
Uraian 2009 2010 2011 2012
Puskesmas, Poliklinik
dan Pustu 3.902 4.036 4.150 4.093
Jumlah Penduduk 36.015.370 37.476.757 37.687.622 38.052.950
Rasio 0.108 0,108 0,110 0,108
Sumber: Dinkes Kab/Kota dan BPS
2.3. Rasio Rumah Sakit Persatuan Penduduk
Rumah sakit di Jawa Timur terbagi dalam 4 kategori pengelolaan yaitu
Rumah Sakit Pemerintah (Kabupaten/Kota/Provinsi), TNI/Polri, BUMN dan
Swasta. Jumlah rumah sakit pada tahun 2012 sebesar 346 rumah sakit atau
bertambah sebesar 17 rumah sakit dalam kurun waktu setahun. Peningkatan
tersebut terjadi pada rumah sakit pemerintah sebanyak 2 rumah sakit, 1 rumah
sakit BUMN dan swasta 14 rumah sakit. Peningkatan jumlah rumah sakit
tersebut menggambarkan adanya upaya pemenuhan fasilitas kesehatan sebagai
bagian dari pemenuhan pelayanan kesehatan masyarakat.
Tabel 2.82
Jumlah Rumah Sakit di Jawa Timur Tahun 2011-2012
Uraian 2011 2012
Rumah Sakit Pemerintah 64 66
Rumah Sakit TNI/Polri 28 28
Rumah Sakit BUMN 12 13
Rumah Sakit Swasta 226 240
Jumlah Rumah Sakit 330 347
Jumlah Penduduk 37.687.622 38.052.950
Rasio 0,0876 0,0912
Sumber: Dinas Kesehatan Prov Jatim dan BPS
Rasio rumah sakit terhadap penduduk pada tahun 2012 sebesar 0,0912
atau mengalami peningkatan sebesar 0,0036 poin dari tahun sebelumnya. Angka
rasio tersebut menunjukkan setiap 10.000 penduduk akan dilayani 0,091 unit
rumah sakit.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 118
2.4. Rasio Dokter Persatuan Penduduk
Dimensi kualitas pelayanan kesehatan masyarakat sangat ditentukan oleh
jumlah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan yang ada terdiri dari berbagai
spesialisasi diantaranya dokter.
Pada tahun 2012, jumlah dokter yang ada di Jawa Timur sebanyak 11.412
orang atau mengalami peningkatan 0,96 persen dari tahun sebelumnya.
Keterbandingan jumlah dokter terhadap jumlah penduduk atau rasio dokter
sebesar 0,2999 di tahun 2011 dan turun 0,0001 poin pada tahun 2012 atau
menjadi 0,2998. Angka 0,2999 menunjukkan setiap 0,2999 dokter akan
melayani seribu penduduk atau 2,9 dokter akan melayani sepuluh ribu
penduduk.
Tabel 2.83
Jumlah dan Rasio Dokter di Jawa Timur Tahun 2011-2012
Uraian 2011 2012
Jumlah Dokter 11.303 11.412
Jumlah Penduduk 37.687.622 38.052.950
Rasio 0,2999 0,2998
Sumber: Dinas Kesehatan Kab/Kota dan BPS
2.5. Rasio Tenaga Medis Persatuan Penduduk
Tenaga kesehatan yang dicakup dalam hal ini adalah tenaga dokter dan
paramedis. Jumlah tenaga kesehatan di Jawa Timur pada tahun 2012 sebanyak
46.731 orang atau mengalami penurunan sebanyak 0,83 persen dibanding tahun
sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya penurunan tenaga paramedis yang ada
di rumah sakit swasta di Kabupaten Jember, Banyuwangi, Tuban dan Kota
Surabaya. Penurunan yang terjadi di Kota Surabaya mencapai 80,42 persen dari
total penurunan tenaga paramedis di rumah sakit swasta.
Sementara itu rasio tenaga medis sebesar 1,25 di tahun 2011 dan menjadi
1,23 pada tahun 2012. Angka ini menunjukkan pada tahun 2012 sebanyak 1,23
bidan akan melayani 1000 penduduk. Penurunan angka rasio ini diduga lebih
disebabkan adanya laporan registrasi yang tidak kontinyu dari rumah sakit
swasta ke pemerintah Kota Surabaya.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 119
Tabel 2.84
Jumlah dan Rasio Tenaga Medis di Jawa Timur Tahun 2011-2012
Uraian 2011 2012
Jumlah Tenaga Medis 47.120 46.731
Jumlah Penduduk 37.687.622 38.052.950
Rasio 1,25 1,23
Sumber: Dinas Kesehatan Kab/Kota dan BPS
2.6. Cakupan Pemenemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA
Jumlah penderita baru TBC di Jawa Timur tahun 2012 mencapai 20.327
kasus atau turun sebesar 0,61 persen dari tahun 2011. Dalam kurun waktu 5
tahun ini hanya pada tahun 2012 jumlah penderita TBC baru mengalami
penurunan dan pada tahun-tahun sebelumnya menunjukkan peningkatan.
Peningkatan tertinggi untuk kasus ini terjadi di Tahun 2010, ada 11 kabupaten
yang peningkatan penderita TBC baru di atas 100 kasus yaitu Jember, Malang,
Pamekasan, Jombang, Bojonegoro, Mojokerto, Kediri, Pasuruan, Gresik, Malang
dan Sampang. Sementara di tahun 2012 penurunan yang terjadi di atas 100
kasus adalah Sidoarjo, Lumajang, Jember, Tulungagung dan Pacitan.
Tabel 2.85
Jumlah Penderita TBC Baru Menurut Kriteria di Jawa Timur Tahun 2009-2012
No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013
1 Jumlahpenderita baru TBC BTA (+)
yang ditemukan dan diobati 18.119 19.599 21.475 20.157
23,703
2 Jumlah perkiraan penderita baru TBC BTA (+)
17.433 19.130 20.452 20.327
41,001
3 Cakupan penemuan dan
penanganan penderita penyakit TBC BTA
103,94 102,45 105,00 99,16 91.36
Sumber: Dinas Kesehatan Kab/Kota Se Jawa Timur
2.7. Cakupan Pemenemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit DBD
Penderita DBD di Jawa Timur mencapai 6.141 kasus pada tahun 2012.
Kasus pada tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2011, ada 3 kabupaten
yang memberikan konstribusi kenaikan kasus DBD selama tahun 2012 yaitu
Kabupaten Kediri, Bojonegoro dan Jember. Sementara itu cakupan dan
penanganan penderita DBD pada tahun 2012 mencapai 99,61 persen. Angka ini
menunjukkan setiap 100 kasus DBD ada 99,61 jiwa yang mendapat
penanganan. Angka cakupan di bawah 100 terjadi di semua Kabupaten/Kota se
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 120
Jawa Timur kecuali Kabupaten Tulungagung dan Situbondo yang angka
capaiannya pada kisaran 94 dan 84.
Tabel 2.86
Jumlah dan Penanganan DBD di Jawa Timur Tahun 2009-2012
No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013
1 Jumlah penderita DBD yang
ditangani sesuai SOP 15.730 20.502 4.495 6.117
14,682
2 Jumlah penderita DBD yang
ditemukan 15.660 21.812 4.495 6.141
14,682
3 Cakupan penemuan dan
penanganan penderita penyakit DBD (%)
100,45 93,99 100,00 99,61 100.00
Sumber: Dinas Kesehatan Kab/Kota Se Jawa Timur
2.8. Cakupan Puskesmas
Jumlah puskesmas di Jawa Timur pada tahun 2012 sebanyak 960
puskesmas yang tersebar di 662 kecamatan. Angka cakupan puskesmas sebesar
145,02 persen atau setiap 100 kecamatan yang ada akan dilayani oleh 145
puskesmas. Angka cakupan ini meningkat 0,6 persen poin dibandingkan tahun
2011. Keberadaan puskesmas yang menjangkau semua kecamatan akan
mendekatkan pelayanan kesehatan masyarakatnya. Kondisi ini akan memberikan
dukungan terhadap pencapaian pelayanan kesehatan masyarakat yang
menjangkau semua pelosok di Jawa Timur.
Tabel 2.87
Jumlah dan Cakupan Puskesmas di Jawa Timur Tahun 2011-2012
Uraian 2011 2012 2013
Jumlah Puskesmas 956 960 960
Jumlah Kecamatan 662 662 662
Cakupan Puskesmas
(%) 144,41 145,02 145
Sumber: Dinas Kesehatan Kab/Kota dan BPS Provinsi Jawa Timur
2.9. Cakupan Puskesmas Pembantu
Puskesmas pembantu (pustu) adalah unit pelayanan kesehatan sederhana
dan berfungsi menunjang dan membantu memperluas jangkauan puskesmas
dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 121
ruang lingkup wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan
yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia.
Jumlah pustu yang ada di Jawa Timur sebanyak 2.279 unit di tahun 2011
dan menjadi 2.274 unit di tahun 2012. Keberadaan pustu ini belum tersebar di
semua desa yang ada di Jawa Timur. Hal ini dapat ditunjukkan dari angka
cakupan pembantu puskesmas yang mencapai 26,81 persen di tahun 2011 dan
pada tahun 2012 mencapai 26,74 persen. Pada tahun 2012 angka cakupan
pustu rata-rata di semua Kabupaten/Kota di bawah 50 persen kecuali 8
kabupaten kota yaitu Jember dan semua kota kecuali kota Surabaya dan Batu.
Tabel 2.88
Jumlah dan Cakupan Puskesmas Pembantu di Jawa Timur Tahun 2011-2012
Uraian 2011 2012 2013
Jumlah Puskesmas
Pembantu 2.279 2.274
2,274
Jumlah Desa 8.502 8.503 8,505
Cakupan Pustu (%) 26,81 26,74 26.74
Sumber: Dinas Kesehatan Kab/Kota dan BPS
3. Pekerjaan Umum
3.1. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik
Arah pengembangan prasarana transportasi jalan di Jawa Timur adalah
untuk mewujudkan pembangunan ekonomi wilayah yang berdaya saing, melalui
peningkatan prasarana angkutan barang/massal yang terintegrasi, mewujudkan
perluasan pasar dan menciptakan kompetisi melalui keamanan, kenyamanan
dan kemudahan konektivitas menuju pusat-pusat aktivitas ekonomi agar dapat
berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.
Proporsi panjang jalan dalam Kondisi Baik mempunyai andil besar terhadap
kemudahan mobilitas perdagangan barang, mobilitas penumpang, mobilitas
sosial, kemudahan akses terhadap sarana- transportasi lainnya seperti Bandara,
Pelabuhan dan Kereta Api maupun kemudahan akses terhadap sarana-prasarana
Pendidikan maupun Kesehatan yang pada ahkirnya akan meningkatkan kualitas
kesehatan dan pendidikan masyarakat.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 122
Tabel 2.89
Panjang Jalan Menurut Status dan Kondisi Jalan di Jawa Timur Tahun 2009 – 2013 (km)
Panjang
(Km)
Kondisi
Baik
Panjang
(Km)
Kondisi
Baik
Panjang
(Km)
Kondisi
Baik
Panjang
(Km)
Kondisi
Baik
Panjang
(Km)
Kondisi
Baik
Kab/Kota 31,593.30 17,486.03 33,938.03 23,411.91 34,183.46 27,759.70 34,183.46 27,027.21 34,183.46 27,027.21
Provinsi 2.000.98 1.602.70 2.000.98 1.548.42 1.760.91 1.376.28 1.760.91 1.509.64 1,760.91 1,509.81
Nasional 2.027.01 1,831.12 2.027.01 1,843.77 2.027.01 1,857.98 2.027.01 1,857.98 1,934.23 1,841.63
Jumlah 31,593.30 19,317.15 33,938.03 25,255.68 34,183.46 29,617.68 34,183.46 28,885.19 37,878.60 30,378.65
2013Status
Jalan
2009 2010 2011 2012
Sumber : 1. Dinas PU Bina Marga Kab/Kota
2. Dinas PU Bina Marga Prov. Jatim
3. Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V
Secara garis besar total panjang kondisi jalan dalam keadaan baik
meskipun belum handal, namun telah menunjukkan kinerja yang
membanggakan. Terjadi peningkatan tajam total kondisi jalan dalam keadaan
baik, dari 58,73% di tahun 2009 menjadi 80,00% di tahun 2013, Pertumbuhan
total panjang jalan tertinggi terjadi di tahun 2010 sebesar 6,18% atau 2.344 Km
dari kondisi semula di tahun 2009 dengan panjang 35.621,29 Km..
Kebutuhan akan panjang jalan dalam kondisi baik dan pertambahan
Panjang Jalan sudah sangat sangat mendesak untuk segera dilakukan, baik jalan
Nasional Tol/Non Tol/Flyover, jalan Provinsi maupun jalan Kabupaten/Kota.
Kebutuhan tersebut adalah sebagai konsekwensi dari tingginya aktivitas
perekonomian masyarakat yang tercermin pada tingginya Pertumbuhan Ekonomi
di Jawa Timur. Hal tersebut menggambarkan terjadinya peningkatan aktivitas
perdagangan yang berpengaruh terhadap daya beli masyarakat, sehingga
berdampak pada meningkatnya permintaan kendaraan bermotor yang cukup
tajam.
Terkait pengembangan wilayah Kota, percepatan pembangunan Flyover
sangat dibutuhkan untuk mengatasi kemacetan lalu lintas serta mengurangi
resiko terjadinya kecelakaan perlintasan sebidang. Flyover tersebut adalah :
Flyover Pasar Kembang (Konstruksi), Flyover Wonokromo (DED), Flyover
Jemursari (FS), Flyover Kenjeran (DED), Flyover Margorejo (FS), Flyover Waru
(DED), Flyover Demak Kalibutuh (DED), Flyover Letjend. Suprapto (Studi
JETRO), Flyover Diponegoro/Darmoraya (Studi JETRO). Sementara kebutuhan
Flyover yang sudah sangat mendesak namun belum mendapat penanganan
adalah : Flyover perempatan Raya Gedangan Sidoarjo, Flyover Pasar Induk
Agribisnis, Flyover Medaeng dan Flyover Kertosono.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 123
Pembangunan jalan Tol yang perlu didorong percepatan pembebasan
lahannya adalah Pembangunan Jalan Tol Solo – Ngawi (90,10 Km), Tol Ngawi –
Kertosono (87,02 Km), Tol Kertosono – Mojokerto (40,05 km), Tol Surabaya-
Mojokerto 36,27 km, Jalan Tol Gempol – Pandaan (13,61 Km) dan Tol Pandaan
– Malang (sudah habis masa berlaku SP2LP-nya). Untuk mendukung percepatan
pembangunan Jalan Tol Dan Infrastruktur lainnya yang memerlukan
pembebasan tanah, Pemerintah Provinsi telah membentuk Tim Koordinasi
Percepatan Pembangunan Jalan Tol dan Jalan Arteri Provinsi Jawa Timur melalui
Keputusan Gubernur 188/94/KPTS/013/2013.
Sementara, terkait Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur yang
dilaksanakan melalui koordinasi Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Kabupaten/Kota, sesuai Juknis Permen PU, Pemerintah Provinsi juga telah
membentuk Tim Koordinasi Penyelenggaraan Dana Alokasi Khusus Bidang
Infrastruktur melalui Keputusan Gubernur Jawa Timur, nomor
188/369/KPTS/013/2013.
Program strategis nasional pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)
sepanjang 614 Km, melalui delapan Kabupaten sepanjang pantai Selatan,
dilaksanakan melalui sharing pembiayaan antara APBN, APBD Provinsi dan
delapan APBD Kabupaten. Ganti rugi penggunaan tanah milik Perhutani pada
awalnya memang sangat sulit dilakukan, namun dengan terbitnya surat dispensasi
dari Kementerian Kehutanan, target percepatan pembangunan Jalan Lintas
Selatan Jawa Timur dapat ditingkatkan. Tuntasnya penggantian lahan kompensasi
Kabupaten Pacitan tahun 2013 akan segera diikuti tuntasnya pembangunan fisik
jalan di tahun 2014, sehingga menambah kemudahan aksesibilitas dari Provinsi
Jawa Timur ke Provinsi Jawa Tengah dan sebaliknya. Agar pembangunan fisik JLS
di tujuh kabupaten lainnya dapat segera tuntas, dibutuhkan peningkatan
percepatan penggantian lahan kompensasi milik perhutani.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 124
Tabel 2.90
Perkembangan Penggunan Kawasan Hutan Untuk Pembangunan Jalan
Lintas Selatan (JLS)
Desember 2013
NO KABUPATEN
KAWASAN HUTAN LAHAN KOMPENSASI
LUAS PERSETUJUAN PRINSIP
(Ha)
LUAS HASIL PENGUKUR
AN (Ha)
DISPENSASI (Ha) BERLAKU S/D
TERLETAK DI LUAS (Ha)
1 PACITAN 17,891 17,8906 17,6227
No. 17/Menhut-VII/2013, tgl. 30 Juni 2013
Ds. Jeruk, Kec. Bandar, Kab. Pacitan
17,891 (TUNTAS)
2 TRENGGALEK 111,744 Belum
dilaksanakan pengukuran
-
Ds. Cangkring dan Walidono, Kec. Prajekan, Kab.
Bondowoso
75,887
3 TULUNGAGUNG 116,8647 116,8647 - Ds. Wonoboyo dan
Leprak, Kec. Klabang, Kab. Bondowoso
19,51
4 BLITAR 109,0015 109,0015
34,3720 SK. 24/Menhut-II/2011 berlaku s/d tgl. 15 Juni
2011
- -
5 MALANG 148,14 147,083
89,7951 S.638/Menhut-VII/2013 berlaku s/d tgl. 30 Mei
2015
Ds. Gentong, Kec. Tamankrocok, Kab.
Bondowoso 150,00
6 LUMAJANG 29,6124 29,6124
29,6124 S.522/Menhut-VII/2013 berlaku s/d tgl. 31 Mei
2013
- -
7 JEMBER 73,3392 73,3392
73,3392 S.521/Menhut-VII/2012 berlaku s/d tgl. 22 Juni
2013
- -
8 BANYUWANGI 27,3984 27,3984
27,3984 S.519/Menhut-VII/2012 berlaku s/d tgl. 19 Ags
2013
Ds. Bangsring, Kec. Wongsorejo dan Ds.
Wonorejo, Kec. Wongsorejo, Kab.
Banyuwangi
27,29
(Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi, data diolah)
3.2. Rasio Kondisi Fisik Saluran Irigasi
Rasio kondisi fisik saluran irigasi adalah perbandingan panjang saluran
irigasi dalam kondisi baik terhadap panjang saluran irigasi keseluruhan. Panjang
saluran irigasi meliputi saluran primer, sekunder, dan pembuang. Rasio kondisi
fisik saluran irigasi ini memberikan gambaran ketersediaan saluran irigasi untuk
kebutuhan pertanian. Data ini diperoleh dari dinas terkait seperti Dinas
Pekerjaan Umum yang menangani Pengairan di Kabupaten/ Kota se Jawa Timur
dan dari dinas Pekerjaan Umum pengairan Provinsi Jawa Timur.
Pada tahun 2012, panjang saluran irigasi primer sepanjang 283,38 km,
panjang saluran irigasi sekunder 1.329,02 km dan saluran pembuang 129,30
km, sehingga total panjang saluran irigasi adalah 1.741,7 km. Besarnya rasio
kondisi fisik jaringan irigasi adalah 69,05 persen yang diperoleh dari
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 125
perbandingan total panjang saluran irigasi berkondisibaik dengan total panjang
jaringan irigasi.
3.3. Rasio tempat ibadah per satuan penduduk
Tempat ibadah merupakan tempat untuk melakukan persembahyangan
/peribadatan menurut ajaran masing-masing agama. Ketersediaan tempat
ibadah merupakah salah satu dari pelayanan sarana dan prasarana umum yang
disediakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat.
Tabel 2.91 Tempat Ibadah di Jawa Timur Tahun 2009-2013
Tempat Ibadah 2009 2010 2011 2012*) 2013**)
Jumlah Tempat Ibadah 194.860 199.708 202.644 203.538 204.432
Rasio per 1.000 penduduk 5,23 5,33 5,38 5,35 5,34
Sumber : Depag Kab/Kota Se Jawa Timur
Keterangan : *) Angka diperbaiki **) Angka sementara
Berdasarkan tabel 2.87 tempat beribadah umat beragama pada tahun 2012
sekitar 203.538 buah dan pada tahun 2013 meningkat menjadi sekitar 204.432
buah. Tempat ibadah tersebut meliputi masjid (19,29 persen), musholla (79,14
persen), gereja (1,30 persen), pura (0,18 persen), vihara (0,07 persen), dan
klenteng (0,02 persen). Selama periode tahun 2009-2013 rasio tempat ibadah
masih sekitar 5 tempat ibadah per seribu penduduk.
3.4. Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi
Berdasarkan data Susenas 2012, rumah tangga di Jawa Timur yang
menggunakan fasilitas tempat buang air besar sendiri sebesar 64,31 persen,
mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Dengan demikian secara
keseluruhan persentase rumah tinggal yang bersanitasi (mempunyai fasilitas
tempat buang air besar sendiri, bersama, umum) ada peningkatan
dibandingkan tahun sebelumnya, dari 78,26 persen tahun 2011 menjadi 80,31
persen pada tahun 2012. Peningkatan persentase rumah tangga yang
bersanitasi tentunya akan meningkatan pula tingkat kesehatan masyarakat.
Namun demikian masih ada beberapa daerah di Jatim terutama wilayah tapal
kuda seperti Situbondo, Bondowoso, Probolinggo yang merupakan daerah
persentase penggunaan jamban milik sendiri paling kecil dibandingkan daerah
lainnya di Jatim.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 126
Tabel 2.92
Persentase Rumah Tangga Berdasar Penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur
Tahun 2012
NO Kabupaten/kota Sendiri Bersama Umum Tidak Ada
Jumlah Rumah tangga
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Kab. Pacitan 81,54 10,84 4,82 2,80 100,00 155.467
2. Kab. Ponorogo 75,45 15,99 0,75 7,82 100,00 248.862
3. Kab. Trenggalek 66,11 15,28 1,00 17,62 100,00 196.877
4. Kab. Tulungagung 70,77 21,37 1,28 6,57 100,00 280.893
5. Kab. Blitar 74,64 13,76 0,70 10,90 100,00 333.009
6. Kab. Kediri 68,50 17,28 1,32 12,90 100,00 422.824
7. Kab. Malang 78,66 10,47 1,36 9,51 100,00 677.344
8. Kab. Lumajang 68,08 8,66 0,72 22,54 100,00 288.775
9. Kab. Jember 46,73 7,50 0,83 44,94 100,00 678.637
10. Kab. Banyuwangi 61,00 9,01 1,30 28,69 100,00 483.361
11. Kab. Bondowoso 23,94 11,82 2,40 61,84 100,00 246.206
12. Kab. Situbondo 24,62 13,73 1,31 60,35 100,00 218.863
13. Kab. Probolinggo 28,41 20,63 1,56 49,41 100,00 317.391
14. Kab. Pasuruan 54,73 8,65 3,52 33,10 100,00 429.996
15. Kab. Sidoarjo 69,60 14,91 2,43 13,06 100,00 554.232
16. Kab. Mojokerto 70,47 9,30 0,52 19,70 100,00 282.335
17. Kab. Jombang 65,06 14,08 2,18 18,68 100,00 341.302
18. Kab. Nganjuk 68,43 19,54 1,44 10,59 100,00 297.079
19. Kab. Madiun 71,82 15,63 0,24 12,30 100,00 202.196
20. Kab. Magetan 76,98 10,78 1,11 11,13 100,00 177.586
21. Kab. Ngawi 74,04 13,45 0,79 11,72 100,00 259.849
22. Kab. Bojonegoro 60,13 11,48 0,42 27,97 100,00 343.740
23. Kab. Tuban 59,08 7,52 0,68 32,71 100,00 316.724
24. Kab. Lamongan 76,77 7,54 1,41 14,28 100,00 308.058
25. Kab. Gresik 86,52 9,23 1,10 3,15 100,00 316.820
26. Kab. Bangkalan 75,95 16,02 2,52 5,52 100,00 232.179
27. Kab. Sampang 48,77 21,44 0,37 29,42 100,00 228.093
28. Kab. Pamekasan 53,72 24,41 1,36 20,51 100,00 211.480
29. Kab. Sumenep 38,80 29,95 5,02 26,23 100,00 320.777
30. Kota Kediri 80,33 14,90 3,14 1,63 100,00 73.600
31. Kota Blitar 80,71 15,25 1,32 2,72 100,00 37.665
32. Kota Malang 80,56 16,99 1,69 0,77 100,00 230.310
33. Kota Probolinggo 67,55 18,15 4,71 9,58 100,00 52.793
34. Kota Pasuruan 71,48 4,52 7,45 16,54 100,00 50.358
35. Kota Mojokerto 81,21 12,74 3,99 2,06 100,00 33.586
36. Kota Madiun 79,31 16,43 3,56 0,70 100,00 48.468
37. Kota Surabaya 72,96 22,41 4,63 0,00 100,00 736.445
38. Kota Batu 90,20 4,22 1,14 4,44 100,00 52.779
Provinsi 64,31 14,18 1,81 19,69 100,00 10.686.958
Sumber : BPS Jawa Timur
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 127
Tempat pembuangan akhir tinja masyarakat di Jawa Timur tahun 2012
dapat dilihat pada Tabel 2.89 Dari tabel tersebut terlihat bahwa tempat
pembuangan akhir tinja sebagian besar masyarakat adalah di tangki/SPAL yang
mencapai 60,91 persen, yang tingkat kesehatan sanitasinya lebih baik daripada
tempat akhir pembuangan tinja lainnya. Semakin meningkatnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya membangun rumah sehat dan kondisi lingkungan
perumahan yang sehat ini tercermin dari semakin meningkatnya pengadaan
fasilitas buang air besar meskipun masih ada sebagian masyarakat yang
menggunakan lahan pekarangan atau lahan kosong lainnya sebagai tempat
pembuangan akhir kotoran manusia.
Disisi lain menurut kabupaten/kota di Jawa Timur dari rumah tangga yang
menggunakan jamban, tempat pembuangan akhir tinjanya belum semua
menggunakan tangki septik. Bahkan dibeberapa kabupaten seperti Pacitan dan
wilayah Madura masih banyak yang pembuangan akhir tinjanya di lubang tanah.
Sementara di Kabupaten Situbondo, Bondowoso dan Probolinggo lebih banyak
yang menggunakan kolam/sawah dan sungai.
Tabel 2.94
Persentase Rumah tangga berdasar Tempat Pembuangan Akhir Tinja
Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2012
NO Kabupaten/kota Tangki Septik
Kolam/Sawah/Sungai
Lubang Tanah
Lainnya Jumlah
Ruta
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Kab. Pacitan 40,42 1,19 57,28 1,11 155.467
2. Kab. Ponorogo 68,71 8,49 22,68 0,12 248.862
3. Kab. Trenggalek 50,73 16,92 31,59 0,76 196.877
4. Kab. Tulungagung 71,03 8,87 19,45 0,65 280.893
5. Kab. Blitar 54,99 12,46 32,08 0,47 333.009
6. Kab. Kediri 64,24 16,04 19,48 0,24 422.824
7. Kab. Malang 61,20 11,67 26,8 0,34 677.344
Tabel 2.93
Persentase Rumah Tangga menurut Tempat Akhir Pembuangan Tinja, Tahun 2010–2012
Tempat Akhir Pembuangan Tinja
2010 2011 2012
Tangki/SPAL 56,87 57,73 60,91
Kolam/sawah/ sungai/danau/laut
20,53 20,18 18,55
Lubang tanah 19,03 18,70 17,36
Pantai/tanah lapang /kebun/Lainnya
3,57 3,39 3,18
Sumber : BPS Jawa Timur
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 128
NO Kabupaten/kota Tangki Septik
Kolam/Sawah/Sungai
Lubang Tanah
Lainnya Jumlah
Ruta
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
8. Kab. Lumajang 43,68 22,60 32,42 1,30 288.775
9. Kab. Jember 45,04 45,57 8,10 1,30 678.637
10. Kab. Banyuwangi 58,98 32,93 7,88 0,21 483.361
11. Kab. Bondowoso 26,71 61,15 10,57 1,57 246.206
12. Kab. Situbondo 32,12 49,50 6,62 11,76 218.863
13. Kab. Probolinggo 26,69 50,34 21,54 1,43 317.391
14. Kab. Pasuruan 48,65 26,21 18,19 6,94 429.996
15. Kab. Sidoarjo 85,95 13,88 0,17 0.00 554.232
16. Kab. Mojokerto 72,55 18,69 8,37 0,39 282.335
17. Kab. Jombang 75,49 18,62 4,85 1,03 341.302
18. Kab. Nganjuk 66,53 11,34 21,98 0,14 297.079
19. Kab. Madiun 64,49 16,02 19,34 0,15 202.196
20. Kab. Magetan 76,82 10,09 12,31 0,79 177.586
21. Kab. Ngawi 48,09 13,3 37,15 1,46 259.849
22. Kab. Bojonegoro 50,91 21,88 21,03 6,18 343.740
23. Kab. Tuban 53,03 19,97 14,6 12,4 316.724
24. Kab. Lamongan 74,73 7,70 10,13 7,44 308.058
25. Kab. Gresik 88,75 4,20 5,64 1,41 316.820
26. Kab. Bangkalan 35,18 2,06 57,27 5,49 232.179
27. Kab. Sampang 40,86 10,5 30,28 18,36 228.093
28. Kab. Pamekasan 45,52 8,45 34,61 11,41 211.480
29. Kab. Sumenep 25,35 13,9 41,27 19,48 320.777
30. Kota Kediri 90,70 2,83 6,46 0.00 73.600
31. Kota Blitar 94,90 4,48 0,61 0.00 37.665
32. Kota Malang 85,94 11,96 0,88 1,21 230.310
33. Kota Probolinggo 83,19 13,6 3,02 0,20 52.793
34. Kota Pasuruan 75,33 24,19 0,28 0,19 50.358
35. Kota Mojokerto 94,46 5,44 0.00 0,10 33.586
36. Kota Madiun 98,12 0,70 0,82 0,36 48.468
37. Kota Surabaya 97,12 1,64 0.00 1,24 736.445
38. Kota Batu 91,17 8,54 0,29 0.00 52.779
Provinsi 60,91 18,55 17,36 3,18 10.686.958
Sumber : BPS Jawa Timur
Pembangunan infrastruktur air limbah di Jawa Timur, sampai dengan akhir
tahun 2012 menunjukkan cakupan layanan air limbah perkotaan mencapai
77,19% dan di perdesaan mencapai 46,49%.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 129
Tabel 2.95
Persentase Capaian Pelayanan Air Limbah di Perkotaan dan Perdesaaan
Jawa Timur tahun 2009-2013
No Tahun Perkotaan Perdesaan
1 2009 72,50 42,30
2 2010 73,88 43,90
3 2011 76,54 46,38
4 2012 77,19 46,49
5 2013*) 31,21 21,96
Sumber : Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Prov. Jatim Keterangan*) : Angka Sementara s/d Semester I Tahun 2013.
3.5. Panjang jalan dilalui Roda 4
Tabel 2.96
Panjang Jalan Dilalui Roda 4 di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2012 (km)
No. Status Jalan 2009 2010 2011 2012
1. Jalan Kabupaten/Kota 31.593,30 33.938,03 34.183,46 34.183,46
2. Jalan Provinsi 2.000,98 2.000,98 1.760,91 1.760,91
3. Jalan Nasional 2.027,01 2.027,01 2.027,01 2.027,01
Jumlah 35.621,29 37.966,02 37.971,38 37.971,38
Sumber : 1. Dinas PU Bina Marga Kab/Kota
2. Dinas PU Bina Marga Prov. Jatim
3. Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V
Sampai tahun 2010 terjadi penambahan total panjang jalan yang cukup
signifikan, yaitu 2.344,73 Km namun mengalami penurunan pertumbuhan
ditahun-tahun berikutnya, sementara angka pertumbuhan kendaraan bermotor
meningkat tajam.
3.6. Panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik ( > 40 KM/Jam )
Tabel 2.97
Panjang dan Status Jalan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2009 – 2012 (km)
No. Status Jalan
2009 2010 2011 2012
Panjang Kondisi
Baik Panjang
Kondisi Baik
Panjang Kondisi
Baik Panjang
Kondisi Baik
1. Kab/Kota 31.593,30 17.486,03 33.938,03 23.411,91 34.183,46 27.759,7
0 34.183,4
6 27.027,2
1
Sumber : 1. Dinas PU Bina Marga Kab/Kota
2. Dinas PU Bina Marga Prov. Jatim
3. Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 130
Selama 4 (empat) tahun terakhir, perkembangan panjang jalan
kabupaten/kota dalam kondisi baik (> 40 km/jam) menujukkan peningkatan.
Panjang kondisi jalan dalam keadaan baikpun meningkat tajam dari 55,35%
ditahun 2009 menjadi 79,07%, namun sedikit menurun sebesar 2,14 persen dari
tahun sebelumnya.
4. Perumahan
4.1. Rumah Tangga Pengguna Air Bersih
Penduduk yang memiliki akses air bersih di Jawa Timur pada tahun 2009-
2012, mengalami peningkatan walaupun kecil. Pada tahun 2009 sekitar 93,15
persen dan meningkat menjadi sekitar 93,54 persen di tahun 2012. Jadi dalam
hal ini pada tahun 2012 masih ada sekitar 6,46 persen rumah tangga yang
masih memerlukan perhatian dalam pemenuhan akses air bersih. Berdasar data
Susenas 2012, di Jawa Timur terdapat 9 kabupaten/kota yang seluruh
penduduknya sudah mengkonsumsi air bersih yaitu Kota Mojokerto, Kota Kediri,
Kota Batu, Kota Surabaya, Kota Pasuruan, Kota Probolinggo, Kota Malang, Kota
Madiun dan Kabupaten Madiun.
Tabel 2.98
Persentase Rumah Tangga Menggunakan Air Bersih Di Jawa Timur tahun 2009-2012*
No Tahun Persentase Rumah
Tangga Menggunakan Air Bersih
Jumlah Rumah Tangga
1 2009 93,15 11.187.245
2 2010 93,73 10.483.105
3 2011 93,42 10.555.938
4 2012 93,54 10.574.332
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, Susenas. Keterangan *) : Angka Sementara
Sedangkan kabupaten yang penduduknya masih mengkonsumsi air tidak
bersih lebih dari 10 persen sebanyak 8 kabupaten, yaitu Kabupaten Pamekasan,
Ponorogo, Sampang, Situbondo, Sumenep, Pacitan, Probolinggo dan Trenggalek.
Kabupaten yang persentase penduduknya paling rendah dalam mengkonsumsi
air bersih adalah Trenggalek, Probolinggo dan Pacitan (tiga terendah).
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 131
63.98
71.50
75.29
87.50
88.00
88.65
88.83
90.00
90.82
91.12
91.32
91.35
91.44
93.54
93.91
94.47
94.83
94.92
95.17
95.34
96.20
97.14
97.71
97.88
98.13
98.48
98.98
99.04
99.19
99.48
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00
03. Trenggalek
13. Probolinggo
01. Pacitan
29. Sumenep
12. Situbondo
27. Sampang
02. Ponorogo
28. Pamekasan
05. Blitar
09. Jember
10. Banyuwangi
26. Bangkalan
11. Bondowoso
Jawa Timur
21. Ngawi
22. Bojonegoro
72. Kota Blitar
08. Lumajang
23. Tuban
18. Nganjuk
06. Kediri
24. Lamongan
20. Magetan
14. Pasuruan
07. Malang
25. Gresik
04. Tulungagung
17. Jombang
15. Sidoarjo
16. Mojokerto
77. Kota Madiun
19. Madiun
73.Kota Malang
74. Kota …
75. Kota Pasuruan
78. Kota Surabaya
79. Kota Batu
71. Kota Kediri
76. Kota Mojokerto
Gambar 2.40Gambar Persentase Rumah tangga
Yang Menggunakan Air Bersih di Jawa Timur Tahun 2012.
Secara umum rasio pelayanan infrastruktur air minum sampai dengan
tahun 2012 untuk perkotaan mencapai 62,51 % dan perdesaan mencapai
56,88%. Berbagai upaya telah dan sedang dilakukan untuk meningkatkan
pemenuhan kebutuhan masyarakat akan air minum antara lain dengan
pengembangan pengelolaan air minum di masing-masing Kab/Kota (lokal)
maupun lintas wilayah (regional).
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 132
Tabel 2.99
Persentase Capaian Pelayanan Air Bersih di Perkotaan dan Perdesaaan Jawa Timur tahun 2009-2013*)
No Tahun Perkotaan Perdesaan
1 2009 53,80 46,80
2 2010 56,79 49,89
3 2011 61,81 55,43
4 2012 62,51 56,88
5 2013*) 27,36 24,98
Sumber : Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Prov. Jatim Keterangan*) : Angka Sementara s/d Semester I Tahun 2013
Potensi Pengembangan SPAM Regional di Jawa Timur antara lain : (1)
SPAM Regional Pantura memanfaatkan Sungai Bengawan Solo (Kab.
Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik dan Bangkalan), (2) SPAM Regional
Lintas Tengah memanfaatkan Sungai Brantas (Kab./Kota Kediri, Kab. Nganjuk,
dan Jombang), (3) SPAM Regional Malang Raya memanfaatkan mata air
Ngepoh, Wendit, Waduk Karangkates (Kab./Kota Malang dan Kota Batu), (4)
SPAM Regional Umbulan memanfaatkan mata air Umbulan (Kab./Kota Pasuruan,
Kab. Sidoarjo, Kota Surabaya, dan Kab. Gresik), (5) SPAM Regional Lintas
Madura memanfaatkan waduk dan sungai (Kab.Bangkalan, Sampang,
Pamekasan dan Sumenep), (6) SPAM Regional Timur (Kab. Situbondo,
Bondowoso, Jember dan Banyuwangi), dan (7) SPAM Regional Selatan (Kab.
Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung) .
Gambar 2.41
Peta Potensi Pengembangan SPAM Regional Jawa Timur
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 133
Pemanfaatan dan pengelolaan mata air Umbulan (SPAM Regional Umbulan)
akan dilaksanakan melalui mekanisme Kerjasama Pemerintah dan Swasta.
Pemerintah Provinsi telah melakukan beberapa fasilitasi dalam rangka
implementasi pemanfaatan dan pengelolaan Umbulan yang nantinya akan
didistribusikan antara lain untuk pemenuhan kebutuan air minum domestik
maupun industri yang terdapat di Kab./Kota Pasuruan, Kab. Sidoarjo, Kota
Surabaya dan Kab. Gresik.
4.2. Rumah Layak Huni
Rumah merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia, namun
pada kenyataannya di Jawa Timur masih banyak masyarakat yang belum
mampu menikmati kehidupannya dalam rumah yang layak, sehat, aman dan
berada pada lingkungan yang sehat dan layak huni. Sampai dengan tahun 2010
kondisi kebutuhan rumah (back log) di Jawa Timur masih mencapai 530.000
unit, yang terdiri 218.000 unit di perdesaan dan 212.000 unit di perkotaan
sedangkan rasio capaian rumah dibanding KK pada tahun 2012 sebesar 83,37 %
di perkotaan dan 84,45 % di perdesaan.
Tabel 2.100
Persentase Capaian Rasio Rumah dibanding KK di Jawa Timur tahun 2009-2013*)
No Tahun Perkotaan Perdesaan
1 2009 91,17 84,57
2 2010 86,93 86,93
3 2011 84,12 88,48
4 2012 83,37 84,45
5 2013*) 30,83 37,10
Sumber : Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Prov. Jatim Keterangan*) : Angka Sementara s/d Semester I Tahun 2013
4.2.1. Rumah Sederhana Sehat ( RSH )
Pembanguan Rumah Sederhana Sehat (RSH) di Jawa Timur sampai
dengan tahun 2013 telah mencapai 169.176 unit mengalami peningkatan dari
tahun 2012 sebesar 148.015, sedangkan pada tahun 2014 ditargetkan
penambahan RSH sebanyak 25.000 unit.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 134
Tabel 2.101
Target dan Capaian Pelaksanaan Pembangunan RSH Tahun 2009-2013
Tahun Target (unit) Realisasi
(Unit) Realisasi s/d Tahun (Unit)
2009 15.000 12.835 94.583
2010 15.000 14.000 108.583
2011 15.000 19.250 127.833
2012 25.000 20.182 148.015
2013 25.000 21.161 169.176
Sumber : Dinas PU CK & TR Prov. Jatim
4.2.2. Rumah Susun Sewa
Untuk menyediakan hunian yang sehat bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah yang berada di Kawasan Perkotaan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur
telah membangun Rumah Susun Sewa sebanyak 9 (sembilan) Blok dengan
kapasitas daya tampung sebanyak 485 unit hunian.
Tabel 2.102
Realisasi Pelakanaan Pembangunan Rusun Sewa
Tahun 2010 – 2012
No Tahun Rusun Sewa Jumlah
Blok Jumlah Hunian
1. 2010 Gunungsari Surabaya
3 Blok 268 hunian
2. 2011-2012 Jemundo Sidoarjo 4 Blok 152 hunian
SIER Surabaya 2 Blok 65 hunian
TOTAL 9 Blok 485 hunian
Sumber : Dinas PU CK Prov Jatim
Pada tahun 2010 telah terbangun 3 (tiga) Blok rusun sewa Gunung Sari
dengan jumlah hunian 268 Unit, dan pada tahun 2011/2012 telah dibangun 6
(enam) Blok terdiri dari Rusun Jemundo dengan 4 (empat) Blok dengan jumlah
hunian 152 unit, serta Rusun SIER 2 (dua) Blok dengan jumlah hunian 65 unit,
beserta sarana dan prasarana lingkungannya.
4.2.3. Renovasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)
Disamping itu dalam rangka mengupayakan rumah yang sehat dan layak
huni bagi masyarakat perdesaan telah dilakukan pendataan awal rumah tidak
layak huni sebanyak 324.000 unit di 29 Kabupaten se Jawa Timur. Pemerintah
Provinsi Jawa Timur telah melakukan kegiatan Renovasi RTLH bekerja sama
dengan KODAM V Brawijaya yang dilaksanakan secara bertahap mulai tahun
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 135
2009. Sampai dengan tahun 2013 telah dilaksanakan renovasi sebanyak 71.049
unit dan diperkirakan masih terdapat sekitar 252.951 unit RTLH yang tersebar di
29 Kabupaten.
Tabel 2.103
Pelaksanaan Program Renovasi RTLH di Jawa Timur
Tahun 2009-2013
NO K E G I A T A N Jumlah
kab/kota
Target Renovasi
RTLH (unit)
Realisasi Renovasi
RTLH (unit)
1. Tahun 2009 (Tahap I & II) 20 20.000 20.000
2. Tahun 2010 (Tahap III &
IV) 20 15.000 15.045
3. Tahun 2011 (Tahap V & VI) 20 15.000 15.106
4. Tahun 2012 (Tahap VII &
VIII) 14 11.400 11.498
5. Tahun 2013 (Tahap IX) 12 9.400 9.400
TOTAL 70.800 71.049
Sumber : Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Prov. Jatim
4.2.4. Renovasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)
Disamping itu dalam rangka mengupayakan rumah yang sehat dan layak
huni bagi masyarakat perdesaan telah dilakukan pendataan awal rumah tidak
layak huni sebanyak 324.000 unit di 29 Kabupaten se Jawa Timur. Pemerintah
Provinsi Jawa Timur telah melakukan kegiatan Renovasi RTLH bekerja sama
dengan KODAM V Brawijaya yang dilaksanakan secara bertahap mulai tahun
2009. Sampai dengan tahun 2013 telah dilaksanakan renovasi sebanyak 71.049
unit dan diperkirakan masih terdapat sekitar 252.951 unit RTLH yang tersebar di
29 Kabupaten.
Tabel 2.104
Pelaksanaan Program Renovasi RTLH di Jawa Timur Tahun 2009-2013
NO K E G I A T A N
Jumlah
kab/kota
Target
Renovasi
RTLH (unit)
Realisasi
Renovasi RTLH
(unit)
1. Tahun 2009 (Tahap I & II) 20 20.000 20.000
2. Tahun 2010 (Tahap III & IV) 20 15.000 15.045
3. Tahun 2011 (Tahap V & VI) 20 15.000 15.106
4. Tahun 2012 (Tahap VII & VIII) 14 11.400 11.498
5. Tahun 2013 (Tahap IX) 12 9.400 9.400
TOTAL 70.800 71.049
Sumber : Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Prov. Jatim
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 136
5. Penataan Ruang
5.1. Rasio Ruang Terbuka Luas Hijau Per Satuan Wilayah Ber HPL/HGB
Di tengah berkurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kota-kota besar di
Indonesia termasuk Jawa Timur yang diakibatkan oleh perubahan yang terjadi
pada infrastruktur perkotaan lainnya, seperti pusat perbelanjaan, sarana
komersial, kawasan pemukiman termasuk apartemen, maupun infrastruktur
jalan.
Ruang terbuka hijau (RTH) yang ada di Jawa Timur meliputi RTH Taman
dan Hutan Kota, RTH Jalur Hijau jalan, dan RTH Fungsi Tertentu (Sempadan).
Dari Hasil pengumpulan data yang diperoleh dari Kabupaten/Kota diperoleh rasio
Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 10,28 persen dari luas kawasan perkotaan
di Jawa Timur atau 68.579 Ha, yaitu perbandingan luas lahan hijauan
dibandingkan dengan total luas wilayah perkotaan (Sumber Rekapitulasi luasan
RTH Kabupaten/Kota, 2013)
6. Perencanaan Pembangunan
Provinsi Jawa Timur secara nasional tercatat sebagai provinsi dengan
kualitas perencanaan terbaik, hal ini perlu dikembangkan hingga tingkat
kabupaten/kota, sehingga kualitas perencanaan pembangunan di Jawa Timur
merata ke seluruh penjuru provinsi.
Dari data yang telah dihimpun sampai dengan tahun 2013 dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten/Kota di
Jawa Timur yang sudah menetapkan dengan Peraturan Daerah sebanyak 34
atau 89.49 persen dan yang belum sebanyak 4 atau 10.51 persen. Sedangkan
Kabupaten/Kota yang sudah menetapkan dokumen Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan Peraturan Daerah sebanyak 36 atau
94.73 persen dan dengan Peraturan Kepala Daerah sebanyak 2 atau 5.27
persen.
7. Perhubungan
Keselamatan, kenyamanan dan keamanan dari berbagai moda
transportasi sangat dibutuhkan oleh penumpang maupun pelaku transportasi,
baik pada transportasi jalan, Kereta Api, Sungai, Danau dan Penyeberangan,
Laut dan Udara meskipun dalam tingkat yang berbeda.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 137
7.1. Jumlah Armada Angkutan Umum
Pengelolaan Armada Angkutan umum merupakan alternatif pembenahan
transportasi yang jika dikelola dengan baik akan meningkatkan effisiensi dan
effektivitas transportasi perkotaan.
Tabel 2.105
Perkembangan Armada Angkutan Umum Di Jawa Timur
NO JENIS PELAYANAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
1 ANGKUTAN KOTA ANTAR PROVINSI (AKAP)
Perusahaan Perusahaan 63 64 64 68 69
Kendaraan / Armada Unit 1,632 1,860 1,149 1,673 1.713
2 ANGKUTAN KOTA DALAM PROVINSI (AKDP)
Perusahaan Perusahaan 149 151 143 144 136
Kendaraan / Armada Unit 4,021 4,032 3,732 3,700 3.826
3 ANGKUTAN PARIWISATA
Perusahaan Perusahaan 146 167 187 200 240
Kendaraan / Armada Unit 962 1,035 1,874 1,396 1.663
4 ANGKUTAN ANTAR JEMPUT
Perusahaan Perusahaan 32 35 36 37 41
Kendaraan / Armada Unit 122 149 166 174 199
5 ANGKUTAN SEWA
Perusahaan Perusahaan 12 13 14 16 17
Kendaraan / Armada Unit 36 48 50 114 182
6 Taxi
Perusahaan Perusahaan 8 8 8 8 11
Kendaraan / Armada Unit 1,010 1,013 1,013 973 977
7 Mobil Penumpang Umum (MPU) / Mikrolet / Mikrobus
Kendaraan / Armada Unit 10,359 10,351 10,354 6,471 6.471
Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur
Selama periode 2009-2013, terjadi peningkatan Perusahaan pariwisata
yang cukup tinggi yang diikuti dengan pertambahan armada pariwisata yang
tinggi pula.
7.2. Load Factor Angkutan Umum AKDP
Load Faktor / Tingkat Keterisian Penumpang AKDP adalah rasio
perbandingan antara jumlah penumpang yang diangkut dalam kendaraan
terhadap jumlah kapasitas tempat duduk penumpang di dalam kendaraan pada
periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam persen. Dalam indikator load
factor dihitung pada saat jam sibuk dan jam tidak sibuk. Tarif angkutan Bus
sudah berada di koridor tarif batas bawah dan atas yang ditetapkan pemerintah.
Sebagai langkah pembinaan, telah diberlakukan sanksi bertingkat, mulai dari
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 138
memberikan peringatan pertama, peringatan kedua, peringatan ketiga sampai
pembekuan dan pencabutan ijin trayek bus yang bermasalah, agar para
pengusaha atau pemilik PO menjadi jera dan segera mematuhi aturan
perundang-undangan yang berlaku.
Tabel 2.106
Data Load Faktor Angkutan Umum AKDP Di Jawa Timur
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
1 LOAD FACTOR RATA-RATA % 38 38 49.9 54 57
2 LOAD FACTOR TERTINGGI % 97 97 90 94 98
3 LOAD FACTOR TERENDAH % 11 11 10 25 28
Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur
7.3. Prasarana Pengawasan Pengendalian Angkutan Barang dan
Penumpang
Lalu-lintas angkutan barang perlu diawasi tonasenya dan jenis barangnya,
agar Pemerintah dapat mengawasi perkembangan permintaan dan penawaran
dari barang tersebut. Keberadaan Jembatan Timbang sangat dibutuhkan
pengawasan jalan ataupun untuk mengukur besarnya muatan dengan cara
menimbang kendaraan barang/truk sehingga dapat diketahui berat kendaraan
beserta muatannya.
Tabel 2.107
Jumlah Prasarana Pengawasan Pengendalian Angkutan Barang Dan Penumpang LLAJ Di Jawa Timur
No Uraian Satuan 2009 2010 2011 2012 2013
1. Jumlah Jembatan Timbang Unit 20 20 20 20 20
2. Jumlah UPT LLAJ Unit 11 11 11 11 11 Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur
Selama 5 tahun tidak ada pertambahan jumlah jembatan timbang
maupun UPT-nya. Mengingat tingginya jumlah armada angkutan besar, sudah
saatnya UPT Jembatan Timbang di Jawa Timur dilengkapi dengan fasilitas
jembatan timbang modern dan terkoneksi langsung dengan Dinas Perhubungan
Jawa Timur, Dispenda Jawa Timur maupun Jawa Tengah dan Bali serta
Kementerian Perhubungan, agar secara otomatis menimbang kendaraan yang
lewat untuk informasi dan perencanaan kebijakan kedepan yang lebih baik.
7.4. Perkembangan Jumlah Bengkel Karoseri di Jatim
Jumlah industri karoseri berkurang drastis saat krisis ekonomi, keuangan,
dan politik pada kurun 1996-1999. Keberadaan industri pembuatan karoseri
sangat berkompeten, karena dengan melalui standarisasi yang sudah dimiliki
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 139
masing- masing perusahaan karoseri yang sudah mempunyai Serifikat Regristasi
Uji Tipe, mampu menigkatkan jaminan keselamatan secara teknis terhdap
pengguna kendaraan bermotor dijalan yang meliputi pemeriksaan dan penelitian
kesesuaian fisik kendaraan sesuai dengan SK rancang bangun yang dilakukan
terhadap setiap unit kendaraan.
Tabel 2.108
Data Perkembangan Jumlah Bengkel Karoseri di Jawa Timur
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
1 Bengkel Karoseri Bengkel 69 83 90 98 111
Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur
7.5. Penerbitan Sertifikat Registrasi Uji Tipe di Jawa Timur
Pelaksanaan penerbitan Sertifikat Registrasi Uji Tipe (SRUT) adalah
merupakan kewenangan Pemerintah Pusat yang didekonsentrasikan ke
Pemerintah Provinsi. Kendala pelaksanaannya adalah belum adanya SPM /
keseragaman secara nasional serta peralatan uji yang kurang memadai.
Tabel 2.109
Data Penerbitan Sertifikat Registrasi Uji Tipe di Jawa Timur
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
1 JBB < 3.500 Kg Surat 4,539 4,601 5,054 5,852 5268
2 JBB > 3.500 Kg Surat 16,839 20,902 23,881 30,371 34783
3 Kereta Gandeng / Tempel
Surat 887 1,173 1,175 1,958 1213
JUMLAH
SERTIFIKAT
Surat 22,265 26,676 30,110 38,181 41,264
Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur
7.6. Perkembangan Angkutan Penyeberangan Jawa Timur
Prasarana penyeberangan mempunyai peran yang sangat penting dalam
mendukung berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat, baik internal propinsi
maupun antar propinsi. Pada pelabuhan penyeberangan digunakan angkutan
penyeberangan khusus dengan menggunakan Kapal Ro-Ro.
Tabel 2.110
Data Perkembangan Angkutan Penyeberangan Jawa Timur
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
1 LINTAS UJUNG - KAMAL
RIT Rit 89,055 37,005 34,009 29,645 31,603
PENUMPANG orang 7,874,859 3,938,535 3,592,036 2,952,751 2,312,405
RODA 4 Kendaraan 796,966 140,894 212,320 177,725 185,253
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 140
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
RODA 2 Kendaraan 2,724,004 1,630,743 1,578,338 1,458,721 1,439,331
2 LINTAS GILIMANUK - KETAPANG
RIT Rit 117,806 125,964 118,175 154,156 167,552
PENUMPANG orang 7,347,201 9,585,682 1,669,225 1,005,321 11,982,106
RODA 4 Kendaraan 1,676,368 1,699,225 1,549,082 2,086,590 2,214,453
RODA 2 Kendaraan 854,114 1,005,321 932,497 1,271,385 1,435,509
3 LINTAS JANGKAR - KALIANGET
RIT Rit 600 610 642 676 689
PENUMPANG orang 46,267 45,401 55,128 66,534 79,840
RODA 4 Kendaraan 742 722 754 829 870
RODA 2 Kendaraan 12,631 13,037 14,897 18,404 22,084
Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur
7.7. Perkembangan Jumlah Penumpang Kereta Api
Minat masyarakat terhadap penggunaan angkutan massal Kereta Api
sangat besar, terutama nampak menjelang mudik dan arus balik pasca hari raya.
Terselesaikannya jalur rel ganda di Pantura Jawa, juga patut dilihat sebagai
peluang terjadinya perpindahan angkutan barang dari angkutan jalan menjadi
angkutan Kereta Api yang lebih effisien. Besarnya peluang potensi bisnis
perkeretaapian untuk tumbuh besar juga tersedia bagi investor mana pun untuk
membangun perusahaan kereta tersendiri, baik kereta penumpang maupun
kereta barang. Sudah saatnya Jawa Timur menentukan jenis prasarana
angkutan trasportasi massal yang akan digunakan, berbasis Tol atau Kereta Api.
Tabel 2.111
Data Perkembangan Jumlah Penumpang Kereta Api
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
1 DAOP 7 MADIUN
KA Eksekutif orang 169,035 204,458 202,338 195,308 218,421
KA Bisnis orang 227,587 223,406 213,974 151,397 86,364
KA Ekonomi / Lokal orang 2,938,567 3,077,492 3,030,733 2,667,016 2,490,631
JUMLAH orang 3,335,189 3,505,356 3,447,045 3,013,721 2,795,416
2 DAOP 8 SURABAYA
KA Eksekutif orang 306,758 807,673 687,523 769,103 852,508
KA Bisnis orang 245,104 594,118 470,994 482,463 452,149
KA Ekonomi orang 827,380 2,058,422 1,654,491 1,324,517 1,399,262
KA Lokal orang 2,462,215 9,257,265 8,194,395 6,606,633 4,691,904
JUMLAH orang 3,841,457 12,717,478 11,007,403 9,182,716 7,395,824
3 DAOP 9 JEMBER
KA Eksekutif orang 116,573 108,429 118,334 149,957 121,897
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 141
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
KA Bisnis orang 209,587 165,736 161,117 135,042 127,283
KA Ekonomi orang 732,835 792,614 776,320 790,778 602,903
KA Lokal orang 778,029 705,719 689,080 699,786 601,058
JUMLAH orang 1,837,024 1,772,498 1,744,851 1,775,563 1,453,141
TOTAL JAWA TIMUR orang 9,013,670 17,995,332 16,199,299 13,972,000 11,644,381
Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur
7.8. Perkembangan Jumlah Perlintasan Sebidang
Pintu perlintasan KA penting dijaga untuk menjaga keselamatan
pengguna jalan. Semakin sedikit perlintasan sebidang berarti semakin aman bagi
penduduk disekitar jaringan rel. Setiap perlintasan sebidang membutuhkan
persinyalan, instalasi listrik, pusat kontrol, hingga perangkat satelit terbaru, serta
dibutuhkan pula, investasi pendidikan masinis dan kru, serta sosialisasi bagi
pengguna.
Tabel 2.112
Data Perkembangan Jumlah Perlintasan Sebidang
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
1 DAOP 7 MADIUN
Dijaga Titik 63 63 63 63 63
Tidak dijaga Titik 172 172 172 172 172
Liar Titik - - - - -
JUMLAH Titik 235 235 235 235 235
2 DAOP 8 Surabaya
Dijaga Titik 179 179 179 179 179
Tidak dijaga Titik 477 477 477 477 477
Liar Titik 26 26 26 26 26
JUMLAH Titik 682 682 682 682 682
3 DAOP 9 Jember
Dijaga Titik 108 108 108 108 108
Tidak dijaga Titik 399 399 399 399 399
Liar Titik 7 7 7 7 7
JUMLAH Titik 514 514 514 514 514
TOTAL JAWA TIMUR Titik 1,431 1,431 1,431 1,431 1,431
Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur
7.9. Perkembangan Jumlah Alarm Early Warning System (AEWS)
Terpasang
Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Jatim) mengembangkan sistem
peringatan dini (Early Warning System) di perlintasan rel Kereta Api (KA) yang
tidak berpalang pintu. Sistem ini diyakini bisa menjadi solusi untuk mengurangi
tingkat kecelakaan yang terjadi di perlintasan sebidang rel kereta api.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 142
Tabel 2.113
Data Perkembangan Jumlah Alarm Early Warning System (Aews) Terpasang
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
1 DAOP 7 Madiun Titik 13 43 48 53 62
2 DAOP 8 Surabaya Titik 25 25 30 35 41
3 DAOP 9 Jember Titik 11 19 26 32 42
JUMLAH Titik 49 87 104 120 145
Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur
7.10. Arus Perdagangan melalui 4 (empat) Pelabuhan Laut Utama di Jawa
Timur
Perkembangan perekonomian menuntut pergerakan barang yang semakin
banyak volumenya, dan semakin cepat. Pada empat pelabuhan di Jawa Timur
digambarkan terjadi peningkatan volume peti kemas yang bongkar muat yang
tinggi. Sehingga diperlukan lahan pelabuhan yang cukup luas dan efisiensi
aktivitas pelabuhan yang dikelola oleh operator. Tanpa itu semua, dikuatirkan
kapal-kapal besar dari berbagai negara lebih memilih untuk bongkar muat di
negara tetangga yang pada kenyataannya dapat memberikan pelayanan
pelabuhan yang lebih efisien.
Tabel 2.114
Arus Perdagangan melalui 4 (empat) Pelabuhan Laut Utama di Jawa Timur
Antar Pulau
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
1 PELABUHAN TANJUNG PERAK
BONGKAR TON 1,934,796 1,602,470 2,153,341 2,124,535 2,273,252
MUAT TON 4,320,955 4,021,325 4,591,105 4,119,673 4,325,657
JUMLAH TJ. PERAK
TON 6,255,751 5,623,795 6,744,446 6,244,208 6,598,909
2 PELABUHAN GRESIK
BONGKAR TON 1,609,631 1,520,923 1,737,743 1,319,233 1,372,002
MUAT TON 3,078,463 3,232,386 3,361,682 3,596,999 3,776,849
JUMLAH GRESIK
TON 4,688,094 4,753,309 5,099,425 4,916,232 5,148,852
3 PELABUHAN PROBOLINGGO
BONGKAR TON 63,551 86,892 100,604 119,719 126,902
MUAT TON 132,373 125,017 175,296 208,602 219,032
JUMLAH PROBOLINGGO
TON 195,924 211,909 275,900 328,321 345,934
4 PELABUHAN TANJUNG WANGI
BONGKAR TON 241,869 932,711 812,183 749,425 771,908
MUAT TON 1,306,271 1,873,208 1,777,139 1,986,706 2,086,041
JUMLAH TJ.
WANGI TON 1,548,140 2,805,919 2,589,322 2,736,131 2,857,949
TOTAL JAWA TIMUR TON 12,687,909 13,394,932 14,709,093 14,224,892 14,951,644
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 143
Eksport Import
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
1 PELABUHAN TANJUNG PERAK
EKSPORT TON 863,967 811,002 678,793 694,990 729,740
IMPORT TON 3,302,189 3,939,264 5,654,802 7,116,262 8,539,514
JUMLAH TJ. PERAK
TON 4,166,156 4,750,266 6,333,595 7,811,252 9,269,254
2 PELABUHAN GRESIK
EKSPORT TON - - - - -
IMPORT TON - - - - -
JUMLAH GRESIK
TON - - - - -
3 PELABUHAN PROBOLINGGO
EKSPORT TON - - - - -
IMPORT TON - - - - -
JUMLAH PROBOLINGGO
TON - - - - -
4 PELABUHAN TANJUNG WANGI
EKSPORT TON 7,085 18,580 25,279 23,328 24,494
IMPORT TON 828,763 1,090,414 1,112,877 1,258,481 1,384,329
JUMLAH Tg. WANGI
TON 835,848 1,108,994 1,138,156 1,281,809 1,408,824
TOTAL JAWA TIMUR TON 5,002,004 5,859,260 7,471,751 9,093,061 10,678,077
Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur
Keterangan : pelabuhan Gresik dan Probolinggo merupakan pelabuhan interinsuler (antar
pulau). Sarana dan prasarana eksisting belum mampu untuk mengakomodasi kegiatan ekspor impor
7.11. Arus Penumpang melalui 4 (empat) Pelabuhan Laut Utama di Jawa
Timur
Perkembangan arus penumpang di empat Pelabuhan tidak menunjukkan
pertumbuhan tinggi kecuali pada Pelabuhan Gresik. Namun demikian dibutuhkan
adanya Renovasi dan pemberian fasilitas tambahan agar penumpang merasa
nyaman dan aman sekaligus dapat menampung penumpang lebih banyak dari
kapasitas eksisting.
Tabel 2.115
Arus Penumpang melalui 4 (empat) Pelabuhan Laut Utama di Jawa Timur
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
1 PELABUHAN TANJUNG PERAK
NAIK orang 510,795 489,637 506,871 432,901 454,546
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 144
TURUN orang 476,957 428,399 514,445 466,615 513,277
JUMLAH TJ. PERAK
orang 987,752 918,036 1,021,316 899,516 967,823
2
PELABUHAN GRESIK
NAIK orang 49,755 49,949 52,868 51,689 53,240
TURUN orang 39,756 37,732 45,364 41,831 43,923
JUMLAH GRESIK
orang 89,511 87,681 98,232 93,520 97,162
3
PELABUHAN PROBOLINGGO
NAIK orang - - - - -
TURUN orang - - - - -
JUMLAH
PROBOLINGGO orang - - - - -
4
PELABUHAN TANJUNG WANGI
NAIK orang 4,233 5,252 6,648 5,483 5,702
TURUN orang 3,780 3,804 5,729 4,504 4,729
JUMLAH TJ. WANGI
orang 8,013 9,056 12,377 9,987 10,432
TOTAL JAWA TIMUR
orang 1,085,276 1,014,773 1,131,925 1,003,023 1,075,416
Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur
Keterangan : Pelabuhan Probolinggo dikhususkan sebagai pelabuhan multipurpose yang hanya
melayani kegiatan bongkar muat barang sehingga tidak terdapat kegiatan menaikkan dan menurunkan penumpang
7.12. Arus Lalu Lintas Pesawat melalui 3 (Tiga) Bandara di Jawa Timur
Bandara Juanda dan Bandara Abd. Saleh adalah Bandara Enclave, yaitu
pangkalan udara yang digunakan bersama antara Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Pada sisi darat Bandara Juanda, sesuai predikatnya sebagai Bandara
Internasional, maka pada sisi darat dibutuhkan segera percepatan
pengoperasian Gedung terminal penumpang, transportasi angkutan untuk
perpindahan penumpang antar terminal, otomatisasi otorisasi ID, terminal
angkutan untuk kargo domestik dan kargo internasional serta perluasan Lahan
Parkir kendaraan para penumpang dan pengantar/penjemput, termasuk taksi.
Pada sisi udara Bandara Juanda, jarak antara pesawat yang landing
dengan yang take off (headway) sudah 1 menit 20 detik atau sudah pada titik
optimal kapasitas (idealnya headway 2 menit), berpotensi membahayakan
keselamatan penerbangan sisi udara (Hazzard). Keselamatan penerbangan
adalah hal yg tidak dapat ditoleransi dan bukan merupakan tanggung jawab
hanya dari satu pihak saja. Sebagai Bandara Internasional seharusnya sudah
mempunyai lebih dari satu landasan untuk mengantisipasi ramainya lalu-lintas
pesawat. Pada sisi udara dibutuhkan segera pembangunan double/twin runway,
apron, taxi way dan exit taxiway. Untuk meningkatkan keselamatan
penerbangan, operator penyelenggara hendaknya meningkatkan usia pesawat,
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 145
standar penerbangan dan sebagainya. Sedang pengelola bandara diharap segera
mengimbanginya dengan peningkatan prasarana bandara sehingga misalnya
dapat mengganggu ketepatan waktu terbang sehingga didapat Low-Cost Carrier.
Tabel 2.116
Arus Lalu Lintas Pesawat melalui 3 (Tiga) Bandara di Jawa Timur
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
1 BANDARA JUANDA
Internasional Pergerakan 9,855 8,974 10,314 15,059 14,183
Domestik Pergerakan 84,541 91,823 105,624 124,187 125,515
JUMLAH JUANDA
Pergerakan 94,396 100,797 115,938 139,246 139,698
2 BANDARA ABD. SALEH
Domestik Pergerakan 2,614 3,262 4,567 4,784 4,812
3 BANDARA BANYUWANGI
Domestik Pergerakan 0 0 1,223 534 714
TOTAL JAWA TIMUR Pergerakan 97,010 104,059 121,728 144,564 145,224
Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur
Keterangan : Launching penerbangan komersiap perdana di bandara Blimbingsari Banyuwangi
adalah 29 Desember 2010.
7.13. Arus Penumpang melalui 3 (Tiga) Bandara di Jawa Timur
Di Pulau Jawa, hanya Provinsi Jawa Timur belum mempunyai Bandara
Internasional Sipil/Komersiil, sementara Bandara Enclave yang ada sangat sulit
untuk dikembangkan maupun diminati oleh para investor.
Mengingat jumlah penumpang Bandara Juanda sudah jauh melebihi
kapasitas yang seharusnya, maka bandara tersebut seharusnya sudah diperluas
dari 477,3 Ha menjadi 1.000 Ha. Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) dan
Kerjasama Pemanfaatan Barang Milik daerah tentunya sangat mungkin dilakukan
karena traffic-nya sudah tinggi dan yang memiliki potensi peningkatan yang
tinggi dengan gambaran keuntungannya sudah lebih jelas.
Tabel 2.117
Arus Penumpang melalui 3 (Tiga) Bandara di Jawa Timur
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
1 BANDARA JUANDA
INTERNASIONAL Orang 1,105,632 1,217,679 1,325,863 1,505,959 1,822,604
- Naik Orang 568,531 647,685 722,039 771,502 901,187
- Turun Orang 537,101 569,994 603,824 734,457 921,417
DOMESTIK Orang 8,823,707 9,980,846 11,401,383 13,798,626 15,839,989
- Naik Orang 4,565,953 5,103,305 5,869,879 7,271,174 7,934,139
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 146
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
- Turun Orang 4,257,754 4,877,541 5,540,504 6,527,452 7,905,850
JUMLAH JUANDA
Orang 9,929,339 11,198,525 12,727,246 15,304,585 17,662,593
2 BANDARA ABD. SALEH
DOMESTIK Orang 261,010 363,059 463,225 509,495 526,036
- Naik Orang 128,553 178,586 230,785 253,496 260,288
- Turun Orang 132,457 184,473 232,440 255,999 265,748
JUMLAH ABD. SALEH
Orang 261,010 363,059 463,225 509,495 526,036
2 BANDARA BLIMBINGSARI
DOMESTIK Orang - - 7,313 20,439 44,052
- Naik Orang 3,677 9,980 21,685
- Turun Orang 3,636 10,459 22,367
JUMLAH Banyuwangi
Orang - - 7,313 20,439 44,052
TOTAL JAWA
TIMUR orang 10,190,349 11,561,584 13,197,784 15,834,519 18,232,681
Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur Keterangan : Launching penerbangan komersiap perdana di bandara Blimbingsari Banyuwangi adalah
29 Desember 2010.
Tabel 2.118
Arus Perdagangan melalui Bandara di Jawa Timur
PERDAGANGAN LUAR NEGERI
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
1 BANDARA JUANDA
- Impor Kg 8,496,193 10,098,489 9,798,461 10,309,450
16,221,221
- Ekspor Kg 8,593,806 9,632,158 8,964,965 9,511,607
11,462,767
TOTAL JAWA
TIMUR Kg
17,089,999 19,730,647 18,763,426 19,821,057 27,683,988
Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur
PERDAGANGAN DALAM NEGERI
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
1 BANDARA JUANDA
- Bongkar Kg 22,112,574 26,460,270 37,465,395 35,063,411 55,419,165
- Muat Kg 25,687,688 30,230,231 49,186,810 51,344,021 72,136,436
TOTAL JUANDA Kg 47,800,262 56,690,501 86,652,205 86,407,432
127,555,601
2 BANDARA ABD SALEH
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 147
- Bongkar Kg 482,618 662,735 923,161 1,317,453 1,382,239
- Muat Kg 152,058 84,779 204,767 224,481 303,178
TOTAL ABD. SALEH Kg 634,676 747,514 1,127,928 1,541,934 1,685,417
3 BANDARA BANYUWANGI
- Bongkar Kg - - - - -
- Muat Kg - - - - -
TOTAL BANYUWANGI
Kg - - - - -
TOTAL JAWA TIMUR Kg 48,434,938 57,438,015 87,780,133 87,949,366 129,241,018
Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur Keterangan : Bandara Blimbingsari Banyuwangi masih difokuskan pada kegiatan pengangkutan penumpang
sehingga belum terdapat kegiatan bongkar muat barang
8. Lingkungan Hidup
Percepatan pembangunan biasanya berkonsekuensi pada kontaminasi
lingkungan. Karena itu, memperhatikan kelestarian sebagai bagian dari
penyeimbang pembangunan adalah keniscayaan. Dalam konteks pelestarian
lingkungan hidup di Jawa Timur, indikator-indikator yang dipergunakan rata-rata
menunjukkan perkembangan yang relatif baik. Utamanya pada penanganan
sampah. Namun indikator ini hanya sesuai untuk perkotaan saja. Sehingga
masih perlu ditambah antara lain indikator luas kawasan konservasi dibanding
dengan luas administrasi wilayah Jawa Timur mengacu pada Perpres 61 Tahun
2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan
Perpres Nomor 71 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas
Rumah Kaca Nasional. Hal tersebut (lingkungan dan penanganan sampah)
penting diprioritaskan mengingat kualitas lingkungan berdampak terhadap
kualitas kesehatan. Sedangkan kualitas kesehatan masyarakat akan berimplikasi
terhadap indeks pembangunan manusia.
8.1. Persentase Penanganan Sampah
Tingkat pelayanan persampahan di Jawa Timur secara umum masih
rendah dimana cakupan penanganan sampah pada tahun 2012 sebesar 50,15%.
Angka tersebut menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2011 yang
sebesar 48,93%. Upaya untuk pembangunan TPA serta penyediaan sarana dan
prasarana pendukungnya telah dilakukan oleh pemerintah, tindakan ini juga
diikuti dengan upaya-upaya untuk mengurangi volume sampah dan mengolah
sampah dengan tepat.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 148
Gambar 2.42
Grafik Persentase Pengelolaan Sampah di Jawa Timur Tahun 2009-2012
Sumber: Dinas Kebersihan/BLH Kab/Kota Se Jawa Timur Keterangan : *) Angka diperbaiki **) Angka sementara
Berdasarkan data dari Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang, sampai
dengan tahun 2012 cakupan layanan persampahan khususnya di perkotaan
mencapai 83,19% sedangkan di perdesaan mencapai 82,76 %.
Tabel 2.119
Persentase Target dan Capaian Pelayanan Persampahan di Perkotaan Jawa Timur tahun 2009-2013*)
No Tahun Perkotaan Perdesaan
1 2009 79,88 77,67
2 2010 79,53 79,53
3 2011 80,30 80,30
4 2012 83,19 82,76
5 2013*) 85,11 34,04
Sumber : Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Prov. Jatim Keterangan*) : Angka Sementara s/d Semester I Tahun 2013.
Sejalan dengan rencana penerapan sistem pengolahan persampahan
regional, RTRWP Jawa Timur 2011-2021 telah mengakomodir rencana
pengembangan TPA Regional di 8 (delapan) wilayah antara lain : (1) Surabaya
(Kab Gresik- Sidoarjo dan Kota Surabaya), (2) Malang (Kab./Kota Malang dan
Kota Batu), (3) Mojokerto (Kab./Kota Mojokerto), (4) Madiun (Kab./Kota
Madiun), (5) Kediri (Kab./Kota Kediri, (6) Blitar (Kab./Kota Blitar), (7) Pasuruan
(Kab./Kota Pasuruan), serta (8) Probolinggo (Kab./Kota Probolinggo).
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 149
8.2. Pencemaran Status Mutu Air
Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi memberikan
kontribusi bagi kenaikan pendapatan per kapita penduduk Jawa Timur.
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan penduduk memberikan dorongan
ekspansi ekonomi, sehingga secara tidak langsung turut mendorong
kebutuhan perumahan dan perluasan kawasan industri. Kondisi ini akan
memberikan tekanan kepada lingkungan.
Jumlah kawasan pemukiman atau industri dan sumber data air yang
dipantau mutu airnya pada tahun 2012 sebanyak 663 kawasan. Angka ini
lebih tinggi 18,82 persen dari tahun 2011. Jumlah kawasan tersebut
memberikan konstribusi terhadap meningkatnya angka pencemaran status
mutu air. Angka pencemaran status mutu air pada tahun 2011 sebesar 41,74
persen dan meningkat 5,18 persen poin di tahun 2012 atau menjadi 46,92
persen, sebagaimana tabel.
Tabel 2.120
Jumlah Kawasan Perumahan atau Industri dan Sumber Data Air yang Dipantau di Jawa Timur Tahun 2012
Sumber: BLH dan Kantor Lingkungan Pemkab/Pemkot Se Jawa Timur
Pemantauan kualitas air merupakan salah satu implementasi Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Lingkungan Hidup, terkait Pelayanan Informasi
Status Mutu Air. Pemerintah Provinsi Jawa Timur melakukan pemantauan
kualitas air di DAS Brantas sebanyak 25 (dua puluh lima) lokasi dengan periode
pemantauan sebanyak 12 (dua belas) bulan dalam waktu setahun yang mewakili
DAS Brantas bagian hulu, tengah dan hilir. Lokasi pemantauan DAS Brantas
meliputi Kali Brantas sebanyak 11 (sebelas) lokasi, Kali Surabaya sebanyak 8
(delapan) lokasi, Kali Porong sebanyak 3 (tiga) lokasi, dan Kali Tengah sebanyak
3 (tiga) lokasi (Sumber : BLH Provinsi Jawa Timur)..
No Uraian 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah kawasan pemukiman atau industri dan sumber data air yang dipantau mutuairnya
267 363 558 663
2 Jumlah kawasan pemukiman atau industri dan sumber mata air
1.027 1.191 1.337 1.413
3 Pencemaran status mutu air (%)
26,00 30,48 41,74 46,92
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 150
8.3. Cakupan Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Amdal
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
AMDAL bukan suatu proses yang berdiri sendiri melainkan bagian dari proses
AMDAL yang lebih besar dan penting, menyeluruh dan utuh dari perusahaan
dan lingkungannya, sehingga AMDAL dapat dipakai untuk mengelola dan
memantau proyek dan lingkungannya dengan menggunakan dokumen yang
benar.
Pada tahun 2011, cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan amdal
sebesar 97,95 persen dan cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan amdal
tahun 2012 turun menjadi sebesar 85,97 persen, yang menunjukkan dari 100
perusahaan wajib amdal ada 85 perusahaan yang sudah diawasi.
8.4. Penegakan Hukum Lingkungan
Penegakan hukum terhadap kasus lingkungan pada tahun 2012
mencapai 82,14 persen atau menurun 5,21 persen poin dari tahun 2011.
Penurunan ini menunjukkan bahwa perusahaan atau industri sudah
memperhatikan kualitas lingkungan dengan berpedoman pada amdal yang
telah dibuat. Adapun jumlah kasus dan jenis penegakan hukum lingkungan
yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dapat disajikan pada
Tabel 2.120 dan Tabel 2.121
Tabel 2.121
Jumlah Kasus dan Penegakan Hukum Lingkungan di Jawa Timur Tahun 2009-2012
No Uraian 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah kasus lingkungan yang diselesaikan
57 44 76 69
2 Jumlah kasus lingkungan yang ada
62 51 87 84
3 Penegakan hukum lingkungan
91,94 86,27 87,36 82,14
Sumber: BLH Jatim dan BLH/Kantor Lingkungan Se Jatim
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 151
Adapun penegakan hukum lingkungan yang telah dilakukan Pemerintah
Provinsi Jawa Timur menurut jenisnya disajikan pada Tabel berikut.
Tabel 2.122
Jenis Penegakan Hukum Lingkungan Tahun 2010 - 2013
No. Jenis 2010 2011 2012 2013
1 Sanksi Administrasi - 6 5 8
2 Pidana 4 7 7 4
Total 4 13 12 12
Sumber: BLH Jatim
9. Pertanahan
9.1. Persentase luas lahan bersertifikat
Persentase luas lahan bersertifikat adalah proporsi jumlah luas lahan
bersertifikat (HGB, HGU, HM, HPL) terhadap luas wilayah daratan. Kepemilikan
sertifikat telah diatur dalam Undang-Undang Agraria 1960 yang menjamin
kepastian hukum hak atas tanah yang dimiliki oleh setiap orang. Ada dua
jaminan kepastian hak atas tanah, yang pertama adalah orang atau pemilik
tanah, sedangkan yang kedua adalah objek atau tanah. Bagi pemilik tanah
mempunyai kewajiban untuk memasang tanda batas dan memelihara tanah
tersebut.
Data dari Kantor Badan Pertanahan Nasional Jawa Timur, pada tahun
2012 luas lahan bersertifikat di Jawa Timur seluas 1.704 Km2, dengan demikian
rasio luas lahan bersertifikat di Jawa Timur adalah 36,14 persen, hal ini berarti
luas lahan yang bersertifikat di Jawa Timur mendekati 37 persen.
10. Kependudukan dan Catatan Sipil
Terkait dengan tertib administrasi kependudukan, Pemerintah Jawa Timur
telah menyiapkan pembangunan database kependudukan melalui SIAK (Sistem
Administrasi Kependudukan) dan penerapan e-KTP berbasis NIK secara nasional.
Di bidang Pendudukan dan Catatan Sipil menunjukkan bahwa pada indikator
penduduk ber-KTP dan kepemilikan akta nikah terus mengalami peningkatan.
10.1. Rasio Penduduk ber-KTP per Satuan Penduduk
Kartu Tanda Penduduk (KTP) adalah identitas resmi Penduduk sebagai
bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang berlaku di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 152
Pada tahun 2010 penduduk yang mempunyai KTP sebanyak 55,51 persen
dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 66,94 persen, sedangkan di tahun
2012 meningkat cukup besar menjadi 97,40 persen dari penduduk kelompok
sasaran KTP. Hal ini ditunjang juga dengan dimulainya sistem pencetakan KTP
yang lebih baik dan inovatif seperti e-KTP atau KTP Elektronik yang merupakan
suatu dokumen kependudukan yang dapat digunakan sebagai alat untuk
mengidentifikasi seorang penduduk.
Peningkatan kepemilikan KTP selama 3 tahun terakhir menunjukkan
semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kepemilikan KTP.
Selain itu, pada saat ini pelayanan KTP maupun Kartu Keluarga (KK) sudah
dipermudah, karena penduduk dapat mengurusnya di kantor kecamatan
setempat.
Gambar 2.43
Grafik Persentase Penduduk Jawa Timur yang memiliki KTP, 2010-2012
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten/Kota
10.2. Rasio Bayi Berakte Kelahiran
Dalam Konvensi Hak Anak salah satu hak anak adalah hak atas identitas
dengan diterbitkannya Kutipan Akta Kelahiran. Akta kelahiran merupakan produk
catatan sipil yang harus dipenuhi oleh setiap warga negara.
Gambar 2.44
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 153
Berdasarkan data Susenas 2012 jumlah bayi di Jawa Timur yang berakte
kelahiran dari catatan sipil sebesar 59,84 persen sedangkan balita yang sudah
berakte kelahiran mencapai 76,38 persen. Kondisi ini menunjukkan adanya
peningkatan jika dibandingkan tahun 2011, yaitu bayi berakte kelahiran sebesar
52,13 persen sedangkan balita berakte kelahiran sebesar 68,29 persen. Jika
dilihat menurut kabupaten/kota di Jawa Timur Banyak akte kelahiran baru
dimiliki seorang anak yang usianya lebih 1 tahun.
Tabel 2.122
Persentase Bayi dan Balita yang Mempunyai Akte Kelahiran Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2011 - 2012
NO Kabupaten/kota Bayi Balita
2011 2012 2011 2012
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Kab. Pacitan 73,76 86,21 91,88 93,02
2. Kab. Ponorogo 69,07 73,39 82,10 89,31
3. Kab. Trenggalek 58,22 65,81 82,75 84,75
4. Kab. Tulungagung 65,97 71,65 79,11 87,71
5. Kab. Blitar 23,50 50,31 57,41 74,03
6. Kab. Kediri 79,43 78,22 90,46 92,83
7. Kab. Malang 26,20 28,84 53,92 59,33
8. Kab. Lumajang 26,95 49,89 61,10 71,45
9. Kab. Jember 16,91 35,58 32,69 40,72
10. Kab. Banyuwangi 51,98 40,91 61,31 69,30
11. Kab. Bondowoso 32,31 48,20 47,78 58,23
12. Kab. Situbondo 59,26 59,23 61,98 59,15
13. Kab. Probolinggo 41,39 37,02 62,46 64,30
14. Kab. Pasuruan 26,78 43,03 48,38 62,07
15. Kab. Sidoarjo 77,46 82,60 86,65 93,36
16. Kab. Mojokerto 58,49 45,69 81,65 75,35
17. Kab. Jombang 57,64 68,91 81,74 85,32
18. Kab. Nganjuk 76,46 80,56 84,28 90,50
19. Kab. Madiun 80,40 48,45 82,74 83,46
20. Kab. Magetan 71,21 94,42 88,53 94,37
21. Kab. Ngawi 80,57 80,31 91,93 91,85
22. Kab. Bojonegoro 42,10 68,85 68,35 80,78
23. Kab. Tuban 50,10 54,57 74,69 77,36
24. Kab. Lamongan 71,17 82,12 90,65 92,10
25. Kab. Gresik 66,29 72,96 77,33 93,19
26. Kab. Bangkalan 21,65 72,94 31,18 53,50
27. Kab. Sampang 22,29 44,45 35,02 49,22
28. Kab. Pamekasan 37,89 23,42 52,01 51,47
29. Kab. Sumenep 33,03 49,60 54,62 71,08
30. Kota Kediri 71,73 88,22 91,04 96,67
31. Kota Blitar 72,14 95,01 87,26 97,42
32. Kota Malang 74,42 78,59 81,87 94,17
33. Kota Probolinggo 86,78 77,59 89,23 93,87
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 154
NO Kabupaten/kota Bayi Balita
2011 2012 2011 2012
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
34. Kota Pasuruan 41,22 58,76 66,34 81,79
35. Kota Mojokerto 75,11 83,24 90,94 92,73
36. Kota Madiun 95,33 100,00 92,25 97,65
37. Kota Surabaya 69,14 81,18 76,07 92,76
38. Kota Batu 47,04 71,66 85,12 87,81
Provinsi 52,13 59,84 68,29 76,38
10.3. Rasio Pasangan Berakte Nikah
Berdasarkan data dari Dinas Catatan Sipil dan Kantor Urusan Agama
Kabupaten/Kota Se Jawa Timur, pada tahun 2011 rasio pasangan yang berakte
nikah terhadap rumah tangga di Jawa Timur sekitar 3,33 persen dan pada tahun
2012 sekitar 2,47 persen (data sampai bulan September 2012). Pasangan
berakte nikah yang dimaksud di sini adalah pasangan baru yang mendapat akte
nikah.
Tabel 2.123
Perkembangan Rasio Pasangan berakte Nikah di Jawa Timur Tahun 2009-2012
Tahun Jumlah Pasangan
yang Berakte Nikah Rasio Pasangan Berakte
Nikah (%)
2009 390.103 3,49
2010 368.979 3,55
2011*) 351.463 3,33
2012**) 264.086 2,50
Sumber : Dinas Catatan Sipil dan Kantor Urusan Agama Kab/Kota Se Jawa Timur
Keterangan : *) Angka diperbaiki
**) Angka sementara, data sampai dengan bulan September 2012
Bila diperhatikan dari jumlah pasangan baru berakte nikah yang semakin
menurun selama 4 tahun terakhir dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
umur awal pernikahan yang semakin meningkat sehingga jumlah pernikahan
menurun serta mahalnya biaya pernikahan.
10.4. Ketersediaan Database Kependudukan Skala Provinsi
Pembangunan database kependudukan skala Provinsi di Jawa Timur telah
dikembangkan oleh Pemerintah Jawa Timur melalui Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan (SIAK).
Sampai dengan tahun 2012, ketersediaan data base kependudukan sudah
terbangun pada 38 kab/kota Se Jawa Timur, namun yang online ke Propinsi
baru 5 kabupaten (Gresik, Lamongan, Bangkalan, Pasuruan dan Mojokerto),
karena bergantung pada ketersediaan anggaran pada masing-masing kab/kota.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 155
10.5. Penerapan KTP Nasional Berbasis NIK
Penerapan KTP elektronik berbasis NIK merupakan upaya pemerintah
yang sangat strategis untuk menuju tertib administrasi kependudukan yang
mengamanatkan adanya identitas tunggal bagi setiap penduduk dalam
terbangunnya database kependudukan lengkap dan akurat untuk mewujudkan
Administrasi Kependudukan.
Penerapan KTP elektronik atau e-KTP merupakan salah satu dari 3
Program Strategis Nasional di bidang Kependudukan dan Pencatatan Sipil,
meliputi Pemutakhiran data penduduk, Penerbitan dan pemberian NIK bagi
seluruh penduduk, serta Penerapan KTP elektronik atau e-KTP, yang sekaligus
juga merupakan penjabaran visi untuk mewujudkan “tertib administrasi
kependudukan di tahun 2015”.
Berdasarkan data Dinas Kependudukan Propinsi Jawa Timur, pelaksanaan
e-KTP di Jawa Timur hingga tahun 2012 mencapai 87 persen. Dari 38
Kabupaten/kota di Jawa Timur baru 5 kabupaten/kota yang sudah
melaksanakan perekaman data hingga 100 persen, yaitu Kota Batu, Mojokerto,
Kediri, kabupaten Tulungagung dan Lumajang. Sedangkan tahun 2013,
pelaksanaan e-KTP mencapai 88.05 persen.
11. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
11.1. Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah
Saat ini perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam
berbagai hal. Dalam bidang politik, perempuan memiliki jatah 30% dalam
kursi parlemen. Meskipun saat ini, jatah tersebut belum terisi secara
maksimal. Dalam UU Pemilu No. 10 Tahun 2008 Pasal 53 telah mensyaratkan
partai politik menominasikan setidaknya 30 persen perempuan dalam daftar
calon legislatif terbuka di Pemilu 2009.
Selama 2 periode terakhir, keterwakilan perempuan dalam parlemen di
Jawa Timur masih kurang dari 30 persen. Akan tetapi, sudah terlihat adanya
peningkatan wakil perempuan sebagai anggota DPRD Tingkat II di Jawa
Timur dalam periode 2009-2014. Jumlah anggota DPRD perempuan pada
periode 2004-2009 hanya sekitar 9,17 persen dan angka ini mengalami
peningkatan menjadi sekitar 15,38 persen pada periode 2009-2014.
Peningkatan ini diduga antara lain adanya penggantian anggota antar waktu
(PAW), keterbukaan masyarakat kewajiban memenuhi kuota 30 persen
perempuan di Pemilu 2009.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 156
Gambar 2.45 Grafik Perempuan di Pemerintahan
Jawa Timur, Tahun 2010-2012
Sumber : BKN Jawa Timur
Keterangan : *) Angka diperbaiki
**) Angka sementara
Pada bidang pemerintahan, peranan perempuan antara lain tercermin dari
keterlibatannya sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Dari tahun ke tahun,
jumlah PNS perempuan semakin meningkat, hal ini bisa dilihat dari persentase
PNS perempuan terhadap jumlah seluruh PNS pada tahun 2010 sekitar 44,93%
dan terus meningkat menjadi 46,26% pada tahun 2012. Selain itu partisipasi
perempuan di pemerintahan dapat ditunjukkan dari besarnya persentase PNS
perempuan di antara pekerja perempuan. Selama tiga tahun terakhir partisipasi
perempuan di pemerintahan menunjukkan angka sekitar 2 persen, ini berarti
masih sedikit perempuan Jawa Timur yang bekerja sebagai PNS.
11.2. Rasio KDRT
Terjadinya kekerasan dalam rumah tangga dapat disebabkan beberapa
hal antara lain faktor ekonomi, psikologis, pendidikan yang rendah, pihak
ketiga atau faktor pemicu lainnya. Pada tahun 2010 rasio KDRT terhadap
jumlah rumahtangga di Jawa Timur sebesar 0,0091 persen. Angka rasio
tersebut menunjukkan bahwa setiap 10.000 rumahtangga terdapat sekitar 9
kejadian KDRT di tahun 2010. Angka rasio KDRT ini menunjukkan penurunan
pada 2 tahun terakhir. Pada tahun 2012 rasio KDRT mencapai 0,0080 persen
atau sekitar 8 kejadian KDRT pada setiap 10.000 rumah tangga. Semakin
banyaknya lembaga pengawasan KDRT menjadi salah satu faktor turunnya
kasus KDRT di Jawa Timur.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 157
Gambar 2.46
Grafik Rasio KDRT di Jawa Timur
Tahun 2009-2012
Sumber : Polres Kab/Kota Se Jatim dan Polda Jatim
Catatan : * ) Angka Diperbaiki
11.3. Persentase Jumlah Tenaga Kerja di Bawah Umur
Dalam UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, anak
didefinisikan sebagai orang yang berusia kurang dari 18 tahun, sementara
konvensi ILO menetapkan, batas minimal usia pekerja di bawah umur adalah
15 tahun.
Berdasarkan data BPS dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
dalam kurun waktu tahun 2009 – 2012, jumlah pekerja di bawah umur pada
tahun 2009 sebesar 500.996 orang dan terus menurun dari tahun ketahun
dan pada 2012 menjadi 366.950 orang dengan rasio sebesar 2,60 pada
tahun 2009 dan pada tahun 2012 sebesar 1,92 yang berarti dari 100 pekerja
berusia 10 tahun ke atas terdapat sekitar 2 orang penduduk usia 10-17 tahun
yang bekerja.
Dari sejumlah pekerja di bawah umur, sebagian besar adalah anak laki-
laki dengan sex ratio sebesar 164,93 yang berarti dari 100 pekerja
perempuan terdapat 165 pekerja laki-laki.
Tabel 2.124
Jumlah Pekerja Di bawah Umur (10-17 Tahun)
Tahun 2009-2012 di Jawa Timur
Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah
Rasio
Pekerja di
bawah umur
(1) (2) (3) (4) (5)
2009 317.618 183.378 500.996 2,60
2010 276.990 194.406 471.396 2,39
2011 244.099 141.053 385.152 2,02
2012 228.444 138.950 366.950 1,92
Sumber: Hasil Sakernas 2009 – 2012, BPS Jawa Timur
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 158
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
45,0044,53
0,75
16,61
4,71
22,75
0,40 1,34
Gambar 36 Persentase Pekerja Anak (10 - 17 tahun) Menurut Sektor di Jawa Timur Tahun 2012
Pertanian Pertambangan Industri Konstruksi
Perdagangan Transportasi Lemb. Keuangan
Jika dilihat dari gambar 2.46 ada 5 sektor yang mempekerjakan
pekerja di bawah umur. Sektor Pertanian merupakan sektor yang terbesar
menyerap pekerja anak. Dari enam kategori status pekerjaan, sebagian
besar mereka bekerja sebagai pekerja keluarga/pekerja tidak dibayar yaitu
sebesar 59,78 persen. Selebihnya sebagai buruh (26,69 persen) dan
pekerja bebas (8,93 persen).
11.4. Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan
Pada tahun 2012 (Hasil Sakernas, 2012), angka TPAK perempuan
sebesar 55,20 yang berarti dari 100 penduduk usia kerja terdapat sekitar
55 orang aktif dalam kegiatan ekonomi (bekerja dan pencari kerja). Dari
tahun ke tahun angka TPAK perempuan mengalami peningkatan, sejalan
dengan perkembangan teknologi dan pendidikan, dimana perempuan
dapat mengoptimalkan perannya sehigga lebih produktif dan bermanfaat
bagi keluarga dan lingkungannya.
Gambar 2.47
Prosentase Pekerja Anak (10-17 Tahun)
Menurut Sektor di jawa Timur Tahun 2012
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 159
Gambar 2.48
Grafik TPAK Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 – 2012 di Jawa Timur
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Program Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera, yang ditunjukkan
dengan rata-rata jumlah anak per keluarga. Pencanangan Program tersebut
diharapkan mampu mengendalikan ledakan jumlah penduduk di Jawa Timur
yang dikuatirkan akan menjadi “bom waktu” dan beban pembangunan.
12.1. Rata-rata jumlah anak per keluarga
Jawa Timur merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar
kedua setelah Jawa Barat. Menurut hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah
penduduk Jawa Timur sebesar 37,476 juta orang dan terus bertambah pada
tahun 2012 diperkirakan mencapai 38,052 juta orang. Rata-rata pertumbuhan
penduduk pertahun sekitar 0,716 persen (2011 – 2012) dan rata-rata jumlah
anak tiap keluarga yang diukur melalui TFR (SDKI2012, BPS RI) sebesar 2,3
atau rata - rata keluarga memiliki lebih dari dua anak. Berdasarkan hasil SP-
2010 di Jawa Timur terdapat sekitar 1.500 bayi lahir setiap harinya, sehingga
dalam 1 tahun hampir mencapai 600.000 kelahiran. Hal Ini harus menjadi
perhatian untuk dikendalikan.
Sedangkan berdasarkan hasil Pendataan Keluarga yang dilakukan oleh
BKKBN pada tahun 2009 – 2012, diketahui bahwa rata-rata jumlah anggota
keluarga pada periode 2010 – 2012 di Jawa Timur sekitar 4 orang. Jika
diasumsikan bahwa tiap keluarga merupakan keluarga inti yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak, maka dapat dikatakan bahwa rata-rata jumlah anak per
keluarga di Jawa Timur sekitar 2 - 3 anak, angka tersebut sejalan dengan
estimasi angka TFR dari data BPS yaitu sebesar 2,3 pada tahun 2012.
84.69 84.7 84.77
54.27 55.01 55.2
69.08 69.49 69.62
0102030405060708090
2010 2011 2012Laki-laki Perempuan Lk+Pr
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 160
0
20
40
60
80
100
Akseptor KB Peserta KB Aktif
Tidak Pernah KB
81,4
3
64
,16
18
,57
82
,74
64
,89
17
,26
83,3
5
64,1
5
16,6
5Gambar .....
Persentase Akseptor KB dan Peserta KB Aktif di Jawa Timur, 2010-2012
2010 2011 2012
Tabel 2.125
Rata-rata Jumlah Anak Per Keluarga di Jawa Timur
Tahun 2010 – 2012
No. Tahun Jumlah
Keluarga
Jumlah
Anggota
Keluarga
Rata-rata
Anggota per
keluarga
1. 2010 11.070.038 48.709.449 4,40
2. 2011 11.201.698 49.207.876 4,39
3. 2012 11.325.197 49.385.288 4,36
Sumber : BKKBN Propinsi Jawa Timur
12.2. Rasio akseptor KB
Salah satu program pemerintah dalam menekan menekan laju
pertumbuhan penduduk melalui program Keluarga Berencana (KB). Keluarga
Berencana dicanangkan untuk mengetahui tingkat Partisipasi Pasangan Usia
Subur (PUS) terhadap penggunaan alat/cara KB. Besarnya angka partisipasi KB
(akseptor KB) menunjukkan adanya keberhasilan program KB dan
pengendalian jumlah penduduk.
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Selama tiga tahun terakhir, jumlah pasangan usia subur (wanita usia 15-
49 tahun yang berstatus kawin) di Jawa Timur mengalami peningkatan, dari
7.686.730 pasangan pada tahun 2010, menjadi 7.884.543 pasangan pada
tahun 2011, dan pada tahun 2012 menjadi 7.908.398 pasangan.
Gambar 2.49
Prosentase Akseptor KB dan peserta KB Aktif
Di Jawa Timur 2010- 2012
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 161
12.3. Cakupan Peserta KB Aktif
Dilihat dari persentase pasangan usia subur yang menjadi akseptor KB
dalam tiga tahun terakhir terus meningkat dari 81,43 persen di tahun 2010
menjadi 83,35 persen pada tahun 2012. Sedangkan dari persentase KB aktif
dalam tiga tahun terakhir berkisar pada angka 64 persen. Disisi lain masih
terdapat pasangan usia subur di Jawa Timur yang tidak pernah ikut KB namun
jumlahnya terus menurun dari 18,57 persen pada tahun 2010 turun menjadi
17,26 persen pada tahun 2011 dan tahun 2012 tinggal 16,65 persen.
Kalau dilihat Pasangan Usia Subur menurut kabupaten/kota di Jawa
Timur berdasarkan penggunaan alat/cara KB, pada tahun 2012 Kabupaten
Bangkalan merupakan kabupaten tertinggi yang PUS nya tidak pernah
menggunakan KB yaitu mencapai 48,01 persen. PUS yang sedang
menggunakan KB/akseptor KB aktif tertinggi dicapai oleh Kabupaten Jombang
yaitu mencapai 75,13 persen sedangkan Kabupaten Bangkalan akseptor KB
aktifnya terendah yaitu sebesar 39,82 persen. Dilihat berdasarkan akseptor KB
secara keseluruhan, Kabupaten Ngawi berada diurutan tertinggi yaitu mencapai
92,22 persen. Sedangkan Kabupaten Bangkalan memiliki akseptor KB terendah
yaitu sebesar 51,99 persen.
Tabel 2.126
Persentase PUS Menurut Penggunaan Cara/Alat KB Di Jawa Timur Tahun
2012
NO Kabupaten/kota
Jumlah PUS dab Persentase PUS ber KB
PUS Persentase
Akseptor KB
Persentase
Peserta KB Aktif
Tidak
ber KB
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Kab. Pacitan 109.823 90,36 66,90 9,64
2. Kab. Ponorogo 163.363 84,33 59,94 15,67
3. Kab. Trenggalek 146.563 87,05 68,17 12,95
4. Kab. Tulungagung 205.953 85,32 58,37 14,68
5. Kab. Blitar 219.604 86,56 62,83 13,44
6. Kab. Kediri 300.594 77,77 63,23 22,23
7. Kab. Malang 516.350 85,77 69,90 14,23
8. Kab. Lumajang 217.641 82,23 68,81 17,77
9. Kab. Jember 500.435 84,17 65,69 15,83
10. Kab. Banyuwangi 321.813 86,50 67,53 13,50
11. Kab. Bondowoso 163.003 91,54 74,26 8,46
12. Kab. Situbondo 146.627 86,46 69,78 13,54
13. Kab. Probolinggo 253.258 88,54 66,80 11,46
14. Kab. Pasuruan 323.394 86,98 70,90 13,02
15. Kab. Sidoarjo 435.457 87,44 72,42 12,56
16. Kab. Mojokerto 225.827 86,34 73,07 13,66
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur (Juni 2012)
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 162
D
Sumber: BPS Provinsi Jatim
13. Sosial
Kompleksnya masalah sosial dapat menghambat kemajuan bangsa.
Berbagai program pembangunan pun akan terganggu ketika masalah sosial
tidak bisa diredam dan diatasi. Dalam UU No.11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial pasal 14 ayat 1 disebutkan bahwa perlindungan sosial
dimaksudkan untuk mencegah dan menangani resiko dari guncangan dan
kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok dan atau masyarakat agar
kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar
minimal. Berdasarkan hal tersebut pemerintah perlu mengupayakan
permasalahan tentang kesejahteraan sosial sebagai permasalahan yang perlu
mendapat perhatian khusus.
17. Kab. Jombang 249.732 86,13 75,13 13,87
18. Kab. Nganjuk 201.800 91,50 71,20 8,50
19. Kab. Madiun 128.809 80,01 55,69 19,99
20. Kab. Magetan 117.266 82,41 65,33 17,59
21. Kab. Ngawi 165.320 92,22 70,46 7,78
22. Kab. Bojonegoro 273.977 85,67 68,90 14,33
23. Kab. Tuban 249.416 88,29 61,16 11,71
24. Kab. Lamongan 252.609 86,34 63,62 13,66
25. Kab. Gresik 262.888 84,15 60,93 15,85
26. Kab. Bangkalan 167.864 51,99 39,82 48,01
27. Kab. Sampang 190.330 77,63 45,20 22,37
28. Kab. Pamekasan 173.893 87,13 64,02 12,87
29. Kab. Sumenep 241.152 57,19 41,75 42,81
30. Kota Kediri 51.440 82,37 64,35 17,63
31. Kota Blitar 25.475 86,02 65,12 13,98
32. Kota Malang 147.054 74,25 50,93 25,75
33. Kota Probolinggo 41.706 89,08 68,24 10,92
34. Kota Pasuruan 37.246 82,02 61,16 17,98
35. Kota Mojokerto 24.314 79,42 59,98 20,58
36. Kota Madiun 32.278 85,00 65,25 15,00
37. Kota Surabaya 551.849 79,63 58,16 20,37
38. Kota Batu 40.014 82,40 61,20 17,60
Provinsi 7.876.137 83,35 64,15 16,65
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 163
13.1. Sarana Sosial Seperti Panti Asuhan, Panti Jompo Dan Panti
Rehabilitasi
Keberadaan panti sosial sebagai sarana pengembangan, pemulihan,
bimbingan dan latihan serta terapi ditujukan untuk menciptakan kemandirian
agar dapat mendorong penerima manfaat dapat menjalankan fungsi sosialnya
secara normal dalam kehidupan bermasyarakat.
Gambar 2.51
Grafik Persentase Panti Sosial Menurut Jenisnya
di Jawa Timur Tahun 2012
Sumber: Dinas Sosial Kab/Kota Se Jawa Timur
Jumlah panti sosial yang ada di Jawa Timur tahun 2012 mencapai 1.845
panti yang tersebar di 38 kab/kota. Sementara itu jumlah panti sosial tahun
2011 sebanyak 1.746 panti.Panti sosial menurut jenisnya dapat dikategorikan
dalam 7 jenis yaitu panti asuhan, panti jompo, panti anak cacat, panti
rehabilitasi dan lainnya. Kelima jenis panti tersebut sebanyak 94,53 persen
diantaranya berkategori panti sosial.
13.2. PMKS yang memperoleh bantuan sosial
PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) adalah seseorang,
keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan
atau gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak
dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya secara memadai dan wajar. Berbagai
faktor penyebab keberadaan PMKS antara lain kemiskinan, bencana alam dan
marginalisasi.
Dalam kurun waktu 2009-2012, pertumbuhan PMKS yang mendapat
bantuan mengalami fluktuasi. Pada tahun 2009 jumlah PMKS yang mendapat
bantuan mengalami peningkatan 115,95 persen dan selama periode 2010-2012
mengalami penurunan berturut-turut yaitu 18,74% (2010); 17,12% (2011);
16,84% (2012.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 164
Tabel 2.127
Jumlah PMKS Mendapat Bantuan di Jawa Timur Tahun 2009-2012
NO Uraian 2009 2010 2011 2012 2013
1 Jumlah PMKS yg
diberikan bantuan 478.233 297.934 278.327 334.292
537,998
2
Jumlah PMKS yg
seharusnya menerima
bantuan
1.378.033 1.590.149 1.625.431 1.985.529
1,215,675
3
Persentase PMKS yg
memperoleh bantuan
sosial
34,70 18,74 17,12 16,84 44.26
Sumber: Dinas Sosial Kab/Kota Se Jawa Timur
13.3. Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
Berbagai permasalahan sosial yang terjadi di suatu wilayah
membutuhkan penanganan segera. Upaya ini dilakukan agar efek sosial yang
lebih besar dapat dihindari. Di antara permasalahan sosial yang ada di
antaranya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Pemerintah
berusaha seoptimal mungkin untuk menanggulangi PMKS. Upaya tersebut
ditempuh dengan memberikan pembinaan, bantuan maupun perlindungan,
sehingga PMKS dapat hidup secara normal.
Tabel 2.128
Jumlah PMKS di Jawa Timur Tahun 2009-2012
No Uraian 2009 2010 2011 2012
1 Jml PMKS yang tertangani 358.441 293.242 284.650 363.705
2 Jml PMKS yang ada 2.228.147 2.417.452 2.568.850 3.996.795
3 Persentase Penanganan PMKS 16,09 12,13 11,08 9,10
Sumber : Dinas Sosial Kab/Kota Se Jawa Timur
Berdasarkan data Dinas Sosial Kabupaten/Kota Se-Jawa Timur, jumlah
PMKS yang tertangani mencapai 363.705 jiwa di tahun 2012. Jumlah ini
mengalami peningkatan sebesar 27,77 persen dari pada tahun 2011.
Sementara itu jumlah PMKS selama 4 tahun terakhir terus mengalami
peningkatan. Pada tahun 2009, penanganan PMKS sebesar 16,09 persen.
Angka ini menunjukkan setiap 100 penyandang PMKS yang ada 16 PMKS yang
sudah tertangani. Penanganan PMKS selama 4 tahun terakhir menunjukkan
persentase penurunan. Hal ini diduga, pertumbuhan PMKS lebih cepat dari
pada kemampuan keuangan pemerintah dalam hal melaksanakan pembinaan.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 165
14. Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga
kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Tenaga kerja
adalah jumlah seluruh penduduk dalam usia kerja (15 tahun ke atas) dalam
suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa, jika ada permintaan
terhadap tenaga mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktifitas
tersebut.
Berdasarkan publikasi ILO (International Labour Organization),
penduduk dapat dikelompokkan menjadi tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.
Selanjutnya, tenaga kerja dibedakan menjadi: angkatan kerja dan bukan
angkatan kerja (penduduk yang sebagian besar kegiatannya adalah
bersekolah, mengurus rumah tangga, atau kegiatan lainnya selain bekerja).
Angkatan kerja merupakan bagian penduduk yang sedang bekerja dan siap
masuk pasar kerja, atau dapat dikatakan sebagai pekerja dan merupakan
potensi penduduk yang akan masuk pasar kerja. Sedangkan, bukan angkatan
kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja ataupun mencari
kerja.
14.1. Angka Partisipasi Angkatan Kerja
Angka Partisipasi Angkatan Kerja (APAK) adalah bagian dari penduduk
usia kerja usia 15 tahun keatas yang mempunyai pekerjaan selama seminggu
yang lalu, baik yang bekerja maupun yang sementara tidak bekerja karena
suatu sebab seperti menunggu panenan atau cuti. Di samping itu, mereka
yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan juga
termasuk dalam kelompok angkatan kerja. Indikator APAK, saat ini sudah tidak
direlease oleh BPS.
14.2. Angka Sengketa Pengusaha-Pekerja per Tahun
Melihat jumlah lapangan kerja yang tersedia, sering kali dijumpai
adanya sengketa antara pengusaha dan pekerja.Tingkat sengketa antara
pengusaha dan pekerja per tahun dihitung dengan rumusan:
14.3. Pencari Kerja Yang Ditempatkan
Berdasarkan data Informasi Pasar Kerja (IPK) yang dikumpulkan oleh
Disnakertransduk Jawa Timur, diketahui bahwa pada tahun 2012 jumlah
pencari kerja aktif yang terdaftar di kab/kota sebanyak 815.221 orang, terdiri
dari 524.381 orang laki-laki dan 290.840 orang perempuan. Dibandingkan
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 166
tahun 2011, jumlah pencari kerja aktif mengalami peningkatan sebanyak
36.753 orang atau sebesar 4,72%. Selanjutnya dari jumlah pencari kerja aktif
tersebut, sebanyak 474.989 orang tenaga kerja yang ditempatkan pada tahun
2012. Dengan demikian persentase jumlah pencari kerja yang ditempatkan
terhadap seluruh pencari kerja yang terdaftar hampir mencapai 60 persen.
Persentase pencari kerja laki-laki yang ditempatkan lebih kecil dibandingkan
pencari kerja perempuan yaitu 52,88 persen laki-laki dan 67,97 persen
perempuan.
Tabel 2.129
Jumlah Pencari Kerja dan Penempatan Tenaga Kerja Di Jawa Timur
Tahun 2011 – 2012
NO URAIAN TH 2011 TH 2012
L P JML L P JML
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Pencari Kerja Yang
Mendaftar 466.990 311.478 778.468 524.381 290.840 815.221
2. Penempatan
Tenaga Kerja 133.374 194.165 327.489 277.318 197.671 474.989
% Jumlah Pencari Kerja
Yang Ditempatkan 28,56 62,36 42,08 52,88 67,97 58,27
Sumber: Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Jatim (Bidang Penempatan TK,
2011-2012)
Penempatan tenaga kerja terbanyak pada tingkat pendidikan SMU
sebanyak 322.167 orang (67,83%), SLTP sebanyak 139.238 orang (29,31%)
dan SMK sebanyak 4.669 orang (0,98%). Berdasar tingkatan umur,
penempatan terbanyak pada umur 20-29 tahun sebanyak 193.683 orang
(40,77%), umur 30-34 tahun sebanyak 174.216 orang (26,57%) dan umur
15-19 tahun sebanyak 90.831 orang (19,23%). Berdasar golongan jabatan,
penempatan terbanyak untuk jabatan tenaga produksi dan operator (7/8/9)
sebanyak 300.789 orang (63,33%), tenaga usaha jasa (05) sebanyak 110.672
orang (23,30%) dan tenaga tata usaha (03) sebanyak 21.543 orang (4,54%).
14.4. Tingkat Pengangguran Terbuka
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15
tahun ke atas) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya.
Sedangkan pengangguran terbuka adalah mereka yang tidak mau bekerja
karena mengharapkan pekerjaan yang lebih baik (penganggur sukarela)
maupun secara terpaksa mereka yang mau bekerja tetapi tidak memperoleh
pekerjaan.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 167
Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada
Agustus 2012 yang diakukan oleh BPS Provinsi Jawa Timur, jumlah Angkatan
Kerja di Jawa Timur pada tahun 2012 mencapai sebanyak 19,901 juta orang
atau bertambah sebesar 139,672 ribu orang dibandingkan dengan jumlah
angkatan kerja tahun 2011 sebesar 19,761 juta orang.
Dari angkatan kerja, yang terserap dalam lapangan kerja sekitar 95,88
persen atau 19,81 juta. Sementara pencari kerja yang tidak/belum terserap di
pasar kerja (TPT) sebesar 4,12 persen atau 819,563 ribu orang pada tahun
2012, relatif lebih baik dibandingkan kondisi tahun 2011 yang mencapai 4,16
persen atau 821,546 ribu orang. Sedangkan kondisi tahun 2013, tingkat
pengangguran terbuka (TPT) mencapai 4,33 atau 871.000 orang persen
dengan jumlah angkatan kerja mencapai 20,137 juta orang.
Capaian TPT tahun 2012 tersebut lebih rendah dari target yang
ditetapkan dalam RPJMD tahun 2009-2014 sebesar 5,60 – 5,80 persen, yang
artinya “melampaui target”. Penurunan TPT ini mengindikasikan bahwa
pelaksanaan beberapa sinergi kebijakan dan program Pemerintah Provinsi
Jawa Timur tahun 2012 cukup mampu menyerap tenaga pengangguran.
Dalam upaya mengatasi ketenagakerjaan tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa
Timur menetapkan landasan kebijakan pembangunan ketenagakerjaan
melalui 4 kebijakan program yaitu Pengembangan Hubungan Industrial dan
Syarat Kerja, Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja,
Pengawasan Ketenagakerjaan dan Perlindungan Tenaga Kerja serta Perluasan
dan Penempatan Kerja.
Tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurut kabupaten/kota berkisar
antara 1,16 – 7,85 persen. TPT terendah terdapat pada Kabupaten Pacitan
(1,16 persen) dan tertinggi terdapat pada Kota Kediri (7,85 persen). Angka
TPT pada sebagian besar wilayah Kota kecuali Kota Blitar dan Kota Batu
berada di atas rata-rata Jawa Timur (4,12 persen).
Gambar 2.52
TPT Per Kabupaten/Kota Di Jawa Timur Tahun 2012
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 168
Tabel 2.130
Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Kabupaten/Kota
Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2012
Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012
[1] [2] [3] [4] [5]
Kabupaten
01 Pacitan 1.32 0.87 2.70 1.16
02 Ponorogo 3.45 3.83 4.37 3.26
03 Trenggalek 3.91 2.15 3.18 3.14
04 Tulungagung 4.54 3.50 3.58 3.18
05 Blitar 3.00 2.24 3.61 2.86
06 Kediri 5.10 3.75 4.54 4.16
07 Malang 6.35 4.49 4.63 3.79
08 Lumajang 2.24 3.17 2.70 4.70
09 Jember 4.42 2.71 3.95 3.91
10 Banyuwangi 4.05 3.92 3.71 3.40
11 Bondowoso 2.88 1.59 2.84 3.75
12 Situbondo 2.28 3.13 4.74 3.31
13 Probolinggo 2.60 2.02 3.20 1.98
14 Pasuruan 5.03 3.49 4.83 6.43
15 Sidoarjo 10.19 8.35 4.75 5.21
16 Mojokerto 5.54 4.84 4.31 3.42
17 Jombang 6.19 5.27 4.24 6.69
18 Nganjuk 3.98 3.64 4.73 4.22
19 Madiun 6.04 5.55 3.37 4.16
20 Magetan 3.82 2.41 3.16 3.86
21 Ngawi 4.49 4.80 4.06 3.05
22 Bojonegoro 4.52 3.29 4.18 3.51
23 Tuban 4.22 2.86 4.15 4.25
24 Lamongan 4.92 3.62 4.40 4.98
25 Gresik 7.01 7.70 4.36 6.72
26 Bangkalan 5.01 5.79 3.91 5.32
27 Sampang 1.70 1.77 3.91 1.78
28 Pamekasan 2.18 3.53 2.89 2.30
29 Sumenep 2.27 1.89 3.71 1.19
Kota
71 Kediri 8.32 7.39 4.93 7.85
72 Blitar 8.47 6.66 4.20 3.55
73 Malang 10.44 8.68 5.19 7.68
74 Probolinggo 8.53 6.85 4.66 5.12
75 Pasuruan 7.57 7.23 4.92 4.34
76 Mojokerto 9.30 7.52 5.86 7.32
77 Madiun 11.27 9.52 5.15 6.71
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 169
Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012
[1] [2] [3] [4] [5]
78 Surabaya 8.63 6.84 5.15 5.07
79 Batu 6.88 5.55 4.57 3.41
Jawa Timur 1) 5.08 4.25 4.16 4.12
Jawa Timur 2)
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, Sakernas dan Susenas tahun 2009-2012
Keterangan : 1) Menggunakan Konsep Baru/Diperluas 2) Menggunakan Konsep lama (hanya yang mencari kerja saja)
14.5. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Angka yang sering digunakan untuk menyatakan jumlah angkatan
kerja adalah TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja), yang merupakan
rasio antara jumlah angkatan kerja dan jumlah tenaga kerja. TPAK dapat
juga disebut sebagai indikator ekonomi dalam ketenagakerjaan. Oleh
karena itu makin tinggi angka TPAK suatu wilayah, mencerminkan semakin
baik tingkat ekonomi masyarakatnya.
Berdasarkan data BPS Agustus 2012 (hasil Sakernas 2012), jumlah
Penduduk Usia Kerja (penduduk 15 tahun ke atas)sebanyak 28,586 juta
orang. Dari jumlah Penduduk Usia Kerja tersebut, angkatan kerjanya
sebesar 19,901 juta. TPAK sebesar 69,62 % artinya dari 100 orang
penduduk usia kerja, 69 orang diantaranya adalah angkatan kerja. Angka
TPAK di Jawa Timur sejak tahun 2010 hingga tahun 2012 menunjukkan
kecenderungan meningkat, baik laki-laki maupun perempuan.
Berdasarkan daerah tempat tinggal, TPAK di pedesaan lebih besar
dibandingkan TPAK di daerah perkotaan. Hal ini diduga karena ada daerah
pedesaan, anggota rumahtangga berperan sebagai pekerja keluarga baik
dibayar maupun tidak dibayar, khususnya pada sektor informal.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 170
Tabel 2.131
TPAK Menurut Daerah Tempat Tinggal Di Jawa Timur Tahun 2010 – 2012
TPAK (Tingkat
Partisipasi Angkatan
Kerja)
2010 2011 2012
(1) (2) (3) (4)
Pedesaan 70,98 70,84 73,26
Perkotaan 66,34 67,99 65,61
Sumber : Sakernas 2010 – 2012, BPS Jawa Timur
Besaran TPAK nampaknya tidak selalu dipengaruhi oleh tingginya
tingkat pendidikan masyarakatnya, sebagaimana Gambar 1.4.2 plot antara
angka MYS dan TPAK per Kabupaten/Kota. Secara rata-rata tingkat
pendidikan masyarakat Jawa Timur baru mencapai pendidikan menengah
pertama dengan rata-rata lama sekolah (MYS) sebesar 7,39 tahun.
Sebagian besar penduduk pada wilayah Madura dan sebagian wilayah tapal
Kuda, rata-rata pendidikannya berada di bawah 7,39, namun demikian
TPAK pada wilayah tersebut relatif besar atau di atas rata-rata Jawa Timur
(69,62). Sedangkan pada wilayah Kota terjadi sebaliknya, yaitu rata-rata
pendidikannya relatif tinggi, sementara angka TPAK berada di bawah rata-
rata Jawa Timur
Gambar 2.53
Grafik TPAK dan MYS Per Kabupaten/Kota Di Jawa Timur Tahun 2012
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 171
Secara nasional data yang berhasil dihimpun oleh BPS 2013
memperoleh data dimana pada tahun 2012 Indonesia memiliki TPAK
sebesar 66,96% di bulan Februari dan 67,88% di bulan Agustus. Provinsi
Jawa Timur berada pada taraf medium. Jawa timur memiliki pertambahan
TPAK 2,5% pertahun (Data Statistik Indonesia 2012).
Keadaan ini bisa dipengaruhi oleh pertambahan lapangan pekerjaan
yang disediakan oleh swasta. Namun angka ini sebetulnya masih bisa
ditekan dengan cara mengurangi laju pertumbuhan penduduk di Provinsi
Jawa Timur dengan didukung produktivitas pegawai untuk menambah
lapangan pekerjaan yang disediakan oleh swasta.
Gambar 2.54
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Sumber: Disnakertransduk Provinsi Jawa Timur, 2012
Pada tahun 2012 menurut data Disnakertransduk, Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) mengalami peningkatan 1,62 persen poin dibanding
TPAK Februari 2010 menjadi 71,39 persen. Meskipun angka TPAK Jawa
Timur fluktuatif, namun tren TPAK di Jatim cukup baik, hanya saja pada
tahun 2010 angka TPAK Jatim turun pada level 69,08%.
Permasalahan kesempatan untuk bekerja yang masih dinilai sangat
kurang disebabkan oleh tidak seimbangnya antara jumlah penduduk
dengan jumlah angkatan kerja. bahwa diantara faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya tingkat partisipasi angkatan kerja dan penyediaan
tenaga kerja antara lain umur, status perkawinan, tingkat pendidikan,
69,25
69,08
69,49
69,62
68,8
68,9
69
69,1
69,2
69,3
69,4
69,5
69,6
69,7
2009 2010 2011 2012
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (dalam persen)
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 172
tingkat upah, dan kegiatan ekonomi. Faktor tingkat pendidikan dan jenis
kelamin terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja tidaklah begitu besar.
Karena faktor utama yang mempengaruhi tingkat partisipasi angkatan kerja
penduduk laki-laki hanyalah struktur umur penduduk usia kerja.
Tabel 2.132
Persentase Tingkat partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2012
Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012
[1] [2] [3] [4] [5]
Kabupaten
01 Pacitan 82.97 83.00 70.81 79.73
02 Ponorogo 73.97 73.74 70.05 73.41
03 Trenggalek 75.93 74.30 69.37 77.32
04 Tulungagung 73.95 72.73 69.26 72.21
05 Blitar 69.76 70.13 69.68 73.61
06 Kediri 67.39 68.04 69.50 69.86
07 Malang 67.81 68.26 69.37 70.26
08 Lumajang 65.83 63.78 69.30 67.51
09 Jember 68.41 66.36 69.00 64.13
10 Banyuwangi 70.27 70.24 69.24 73.37
11 Bondowoso 71.33 71.48 69.89 70.53
12 Situbondo 72.73 71.78 70.15 69.37
13 Probolinggo 74.08 73.28 70.02 75.31
14 Pasuruan 70.78 70.12 70.26 70.4
15 Sidoarjo 66.06 68.81 70.01 66.7
16 Mojokerto 70.41 70.51 70.34 70.13
17 Jombang 69.11 68.31 68.92 66.54
18 Nganjuk 69.27 65.66 70.48 67.52
19 Madiun 67.05 68.03 69.87 69.99
20 Magetan 76.09 78.75 68.68 72.02
21 Ngawi 71.94 70.73 70.22 65.5
22 Bojonegoro 67.14 67.88 70.82 69.41
23 Tuban 69.55 69.96 70.36 66.55
24 Lamongan 68.17 66.40 69.95 68.29
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 173
Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012
[1] [2] [3] [4] [5]
25 Gresik 65.02 67.07 70.00 63.49
26 Bangkalan 68.11 67.51 67.23 70.25
27 Sampang 74.23 72.30 68.39 76.69
28 Pamekasan 76.68 74.72 69.94 77.48
29 Sumenep 73.36 73.90 70.91 76.84
Kota
71 Kediri 64.22 66.54 67.62 66.93
72 Blitar 66.15 66.16 67.27 64.56
73 Malang 62.51 63.81 66.03 64.26
74 Probolinggo 65.26 63.00 68.08 67.65
75 Pasuruan 66.78 63.29 68.72 67.97
76 Mojokerto 66.78 68.26 69.64 71.04
77 Madiun 59.36 66.63 68.42 62.53
78 Surabaya 62.92 63.02 68.52 66.12
79 Batu 68.49 68.24 69.33 70.09
Jawa Timur 1) 69.25 69.08 69.49 69.62 Sumber : BPS Propinsi Jawa Timur, Sakernas dan Susenas Tahun 2006-2012
15. Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah
Terkait perekonomian rakyat yang ditandai oleh indikasi pertumbuhan
koperasi, Jawa Timur berhasil memberdayakan koperasi relatif optimal. Pada
Bidang Koperasi Usaha Kecil dan Menengah ditunjukkan dengan jumlah
koperasi yang berdaya (aktif) semakin banyak, yaitu sebesar 76,67% di tahun
2008 menjadi 87,27 di tahun 2012, dan 88,06% di tahun 2013 hal akan
menjadi stimulus bagi peningkatan ketahanan ekonomi masyarakat.
Hal ini penting dipertahankan mengingat koperasi dan sektor ekonomi
mikro lainnya terbukti menjadi “soko guru” perekonomian Jatim dan menjadi
salah satu pilar krusial bagi pertumbuhan PDRB Jatim yang fantastis. Selain itu
koperasi dan usaha mikro sudah membuktikan diri imun dari virus krisis
ekonomi global
15.1. Persentase Koperasi Aktif
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 174
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas
kekeluargaan.
Koperasi Aktif adalah koperasi yang dalam dua tahun terakhir
mengadakan RAT (Rapat Anggota Tahunan) atau koperasi yang dalam tahun
terakhir melakukan kegiatan usaha.
Menghitung persentase koperasi aktif digunakan rumus sebagai berikut:
Tabel 2.133
Persentase Koperasi Aktif Tahun 2009-2013 Provinsi Jawa Timur
No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Jumlah koperasi aktif 15.678 24.990 25.145 25.450 27.071
2 Jumlah koperasi 19.396 28.712 29.141 29.159 30.741
3 Total Persentase koperasi aktif 80,83 87,04 87,94 87,28 88,06
Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM
Gambar 2.55
Perkembangan Persentase Koperasi Aktif di Jawa Timur Tahun 2009-2013
Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM
Sejak tahun 2010, jumlah koperasi di Jawa Timur mengalami peningkatan yang
tajam dari 19.396 koperasi menjadi 28.712 koperasi. Hal ini terjadi karena
pembentukan koperasi wanita yang merupakan implementasi dari pelaksanaan
Program Pembiayaan Wanita Usaha Mandiri (P2WUM). Tetapi dari jumlah koperasi
yang ada belum semuanya aktif melakukan kegiatan. Pada tahun 2011, jumlah
koperasi aktif di Jawa Timur sebanyak 25.145 unit dari 29.141 unit koperasi yang
ada atau sebesar 87,94 persen dari total koperasi. Sementara pada tahun 2012
jumlah koperasi aktif sebanyak 25.450 koperasi dari total 29.159 koperasi atau
sebesar 87,28 persen, dan tahun 2013 jumlah koperasi aktif meningkat kembali
menjadi 27.071 koperasi dari total 30.741 koperasi atau sebesar 88,06 persen.
Semakin besar jumlah persentase ini maka akan semakin besar pelayanan
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 175
Gambar 2.56 Perkembangan Jumlah BPR/LKM
di Jawa Timur Tahun 2006-2011
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur * Angka Sementara (pada tahun 2012 dan 2013 BPS tidak melakukan penghitungan)
penunjang yang dimiliki daerah dalam menggerakkan perekonomian melalui
koperasi
15.2. Jumlah UKM non BPR/LKM UKM
Dalam perkembangannya, UMKM juga masih dihadapkan pada
masalah mendasar yang secara garis besar mencakup : pertama, masih
sulitnya akses UMKM pada pasar atas produk-produk yang dihasilkannya,
kedua, masih lemahnya pengembangan dan penguatan usaha, ketiga,
keterbatasan akses terhadap sumber-sumber pembiayaan dari lembaga-
lembaga keuangan formal khususnya dari perbankan.
Keterbatasan akses sumber-sumber pembiayaan yang dihadapi oleh
UMKM terutama dari lembaga-lembaga keuangan formal seperti
perbankan, menyebabkan mereka bergantung pada sumber-sumber
informal. Bentuk dari sumber-sumber informal ini beraneka ragam mulai
dari rentenir hingga berkembang dalam bentuk unit-unit simpan pinjam,
koperasi dan bentuk-bentuk yang lain. Keberadaan lembaga-lembaga
keuangan informal ini kemudian disebut sebagai Lembaga Keuangan Mikro
(LKM). Peranan LKM dalam pembangunan ekonomi khususnya
pengembangan dan pemberdayaan UMKM sangat penting sehingga
menjadi salah satu fokus pembangunan.
Jumlah UMKM BPR/LKM tahun 2006 mencapai 10.657 usaha dan bertambah menjadi
10.891 usaha pada tahun 2007 atau naik 2,20 persen. Pada tahun 2008 naik 7,24
persen menjadi 11.697 usaha, tahun 2009 naik 4,80 persen menjadi 12.259 usaha,
tahun 2010 naik 4,76 persen menjadi 12,843 usaha dan pada tahun 2011
diperkirakan naik 1,2 persen menjadi 12.997. Dengan semakin meningkatnya jumlah
UMKM BPR/LKM dan pentingnya peranan UMKM BPR/LKM dalam pembangunan
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 176
Tabel 2.134 Perkembangan Jumlah UKM Non BPR/LKM di Jawa Timur
Tahun 2007-2011
No. Uraian Tahun
2007 2008 2009 2010 2011*
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Jumlah UKM 2.588.989 2.636.209 2.722.189 2.795.724 2.852.198
2 Jumlah UKM Non BPR/LKM 2.578.099 2.624.512 2.709.930 2.782.881 2.839.201
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur(pada tahun 2012 dan 2013 BPS tidak melakukan penghitungan)
Keterangan : * )Angka Sementara
ekonomi khususnya pengembangan dan pemberdayaan UMKM, maka UMKM
BPR/LKM juga perlu menjadi salah satu fokus pembangunan.
15.3. Jumlah BPR/LKM
Peranan UMKM terutama sejak krisis moneter tahun 1998 dapat
dipandang sebagai katup penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi
nasional maupun regional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan
ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja. Kinerja UMKM dalam beberapa
tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Menurut Badan Pusat Statistik
(BPS) kontribusi UMKM terhadap PDRB Jawa Timur pada tahun 2011
mencapai 54,32 persen. Perkembangan sektor UMKM yang demikian
menyiratkan bahwa terdapat potensi yang besar atas kekuatan domestik,
jika hal ini dapat dikelola dan dikembangkan dengan baik tentu akan dapat
mewujudkan usaha menengah yang tangguh. Oleh karena itu
pengembangan UMKM menjadi salah satu fokus pembangunan nasional
dan khususnya di Jawa Timur.
Hasil pendaftaran perusahaan Sensus Ekonomi Tahun 2006, jumlah
UMKM Non BPR/LKM pada tahun 2006 sebanyak 2.504.634 usaha atau
99,58 persen dari total UMKM. Jumlah usaha yang bergerak di sektor
Perdagangan besar dan eceran merupakan yang terbayak yaitu 914.080
usaha atau 36,50 persen dari total UMKM Non BPR/LKM, sedangkan paling
sedikit usaha sektor Listrik, gas dan air sebanyak 1.148 usaha atau 0,05
persen dari total UMKM Non BPR/LKM.
Pada tahun 2007, jumlah UMKM Non BPR/LKM meningkat sebesar
2,93 persen dari 2.504.634 usaha menjadi 2.578.099 usaha.
Perkembangan tahun 2008 lebih rendah dari tahun 2007 yaitu sebesar 1,80
persen. Pada tahun 2009 jumlah UMKM Non BPR/LKM meningkat sebesar
3,25 persen dari 2.624.512 usaha pada tahun 2008 menjadi 2.709.930
usaha pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 jumlah BPR UMKM Non
BPR/LKM meningkat sebesar 2,69 persen menjadi 2.782.881 usaha. Pada
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 177
tahun 2011 jumlah UMKM Non BPR/LKM diperkirakan mencapai 2.839.201
atau meningkat sebesar 1,91%.
15.4. Usaha Mikro dan Kecil
Sesuai hasil Sensus UMKM Provinsi Jawa Timur yang dilakukan BPS
Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 total jumlah UMKM di Jawa Timur
sebanyak 6.825.931 UMKM, yang tersebar di berbagai sektor baik sektor
pertanian maupun non pertanian dan mampu menyerap tenaga kerja
sebanyak 11.117.439 tenaga kerja. Dari total jumlah UMKM tersebut 6,5
juta diantaranya merupakan usaha skala mikro yang didominasi usaha
informal yang memiliki aset, akses serta produktivitas yang terbatas,
261.827 merupakan skala kecil dan sisanya 30.410 merupakan usaha skala
menengah.
Apabila diklasifikasikan berdasarkan sektornya menunjukkan bahwa
Sektor Pertanian menempati posisi teratas dari total jumlah UMKM yaitu
sebesar 4.112.443 UMKM, diikuti Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
sebesar 1.720.042 UMKM. Kontributor ketiga ditempati oleh sektor jasa-
jasa yaitu sebanyak 411.342 UMKM diikuti oleh berturut-turut sektor
Industri Pengolahan (356.047 UMKM), Transportasi (174.541 UMKM),
Pertambangan dan Penggalian (26.680 UMKM), Konstruksi (16.789
UMKM), Keuangan (8.035 UMKM) serta Listrik, Gas dan Air (12 UMKM).
Sementara itu berdasarkan total jumlah tenaga kerja UMKM yang terserap
Sektor Pertanian menyerap tenaga kerja terbanyak yaitu 6.286.111 tenaga
kerja, diikuti Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (2.791.426 tenaga
kerja), sektor Industri Pengolahan (944.599 tenaga kerja), sektor jasa-jasa
(739.448 tenaga kerja), Transportasi (231.825 tenaga kerja),
Pertambangan dan Penggalian (45.658 tenaga kerja), Konstruksi (42.691
tenaga kerja), Keuangan (35.653 tenaga kerja ) serta Listrik, Gas dan Air
(28 tenaga kerja ).
16. Penanaman modal
Pada bidang Penanaman Modal, fakta menunjukkan bahwa Jawa
Timur merupakan wilayah investasi yang menarik bagi investor, hal ini
ditunjukkan dengan adanya peningkatan jumlah investor dan nilai
investasi. Hal ini merupakan salah satu indikasi juga bahwa Jawa Timur
merupakan wilayah yang kondusif secara sosial-politik. Selain itu investasi
adalah salah satu instrumen untuk terbukanya lapangan pekerjaan dan
katalisator pertumbuhan perekonomian.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 178
Tabel 2.135 Nilai ICOR Jawa Timur
Tahun 2009-2012
Tahun ICOR
2009 3,59
2010 3,28
2011 3,01
2012 2,92 Sumber :BPS Provinsi Jawa Timur
16.1. Perkembangan ICOR
Selama kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, hasil penghitungan
ICOR tahun 2009 mencapai angka 3,59. Sementara dari tahun 2010
sampai tahun 2011 masing-masing angka ICOR sebesar 3,28 dan 3,01.
Sedangkan pada tahun 2012 ICOR Jawa Timur mencapai 2,92. Secara
umum ICOR negara-negara sedang berkembang berkisar antara 2,0
sampai 5,0. Angka tersebut mengindikasikan bahwa rata-rata investasi
yang ditanamkan di Jawa Timur cukup efisien.
Pada tahun 2012 angka ICOR Jawa Timur sebesar 2,92, artinya
untuk mendapatkan tambahan output sebesar 1 unit diperlukan investasi
sekitar 2,92 unit. Dibandingkan dengan ICOR tahun sebelumnya yang
mencapai 3,01, maka dapat dikatakan bahwa setiap penambahan 1 unit
output memerlukan investasi sebesar kurang lebih 3,01 unit. Pernyataan di
atas dapat diartikan untuk meningkatkan PDRB ADHK sebesar 1 milyar
rupiah pada tahun 2011 diperlukan investasi sebesar 3,01 milyar rupiah.
Sedangkan untuk meningkatkan PDRB ADHK sebesar 1 milyar rupiah pada
tahun 2012 diperlukan investasi sebesar 2,92 milyar rupiah. Hal ini
merupakan indikasi efisiensi permodalan Jawa Timur cukup tinggi.
16.2. Kinerja Penanaman Modal
Kinerja penanaman modal di Jawa Timur menunjukkan hasil yang
bagus. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai realisasi investasi baik
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing
(PMA) sebagaimana tersaji di Tabel 2.xxx. Realisasi PMDN pada tahun 2009
sebesar 4,29 trilyun rupiah meningkat sebesar 54,32 persen dibandingkan
realisasi pada tahun 2008. Peningkatan nilai realisasi tersebut berlanjut
sampai dengan tahun 2013 yang mencapai 34,85 trilyun rupiah.
Kondisi serupa juga terjadi pada realisasi PMA meskipun pada tahun
2009 terjadi perlambatan dibandingkan tahun 2008. Pada tahun 2010
realisasi PMA tumbuh cepat dari 3,8 trilyun rupiah menjadi 16,73 trilyun
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 179
atau meningkat sebesar 340,26%. Pertumbuhan PMA terus berlanjut
sampai dengan tahun 2013 hingga mencapai 33,63 trilyun rupiah.
Tabel 2.136
Perkembangan Nilai dan Pertumbuhan Realisasi Investasi
Tahun 2009 – 2013
Tahun PMDN PMA
Nilai (trilyun rupiah)
Pertumbuhan (%)
Nilai (trilyun rupiah)
Pertumbuhan (%)
2009 4,29 54,32 3,8 -7,77
2010 9,59 123,54 16,73 340,26
2011 20,33 111,99 20,07 19,96
2012 28,73 41,32 25,13 25,21
2013 34,85 21,30 33,63 33,82
Sumber: Badan Penanaman Modal
Persetujuan izin prinsip menunjukkan perkembangan yang fluktuatif,
perkembangan persetujuan izin prinsip disajikan pada Tabel 2.xxx. Selama
kurun waktu 2009-2010 izin prinsip PMDN menunjukkan pertumbuhan
yang relatif cepat dari 25,41 trilyun rupiah menjadi 41,01 trilyun rupiah,
namun pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 26,23 trilyun
rupiah kemudian naik lagi menjadi 46,31 trilyun rupiah dan kembali
menurun menjadi 38,95 trilyun rupiah pada tahun 2013.
Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan perkembangan izin prinsip
PMA, mengalami peningkatan yang signifikan pada kurun waktu 2010-2011
dari 18,45 trilyun rupiah menjadi 44,68 trilyun rupiah atau meningkat
142,17%. Peningkatan tersebut tidak berlanjut pada tahun 2012, bahkan
terjadi penurunan yang cukup tajam menjadi 30,4 trilyun rupiah. Pada
tahun 2013 persetujuan izin prinsip PMA meningkat tinggi menjadi 210,8
trilyun rupiah.
Tabel 2.137
Perkembangan Nilai dan Pertumbuhan Izin Prinsip Investasi
Tahun 2009 – 2013
Tahun PMDN PMA
Nilai (trilyun rupiah)
Pertumbuhan (%)
Nilai (trilyun rupiah)
Pertumbuhan (%)
2009 25,41 27,62 14,05 -39,39
2010 41,01 61,39 18,45 31,32
2011 26,23 -36,04 44,68 142,17
2012 46,31 76,55 30,4 -31,96
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 180
2013 38,95 -15,89 210,8 593,42
Sumber: Badan Penanaman Modal
Berdasarkan data realisasi investasi dan persetujuan ijin prinsip
menunjukkan adanya lag investasi yang cukup besar. Pada tahun 2009 ijin
prinsip PMDN yang disetujui sebesar 25,41 trilyun rupiah namun yang
melakukan realisasi hanya 4,29 trilyun rupiah. Kondisi yang sama terjadi
pada PMA, total ijin prinsip yang dikabulkan sebesar 14,05 trilyun rupiah
sedangkan realisasinya hanya 3,8 trilyun rupiah.
17. Kebudayaan
Di bidang kebudayaan, capaian pada perhatian pemerintah terhadap
nilai-nilai budaya semakin baik, yaitu dengan adanya event-event yang
terus meningkat dari tahun ke tahun. Begitu juga dengan bidang
kepemudaan dan olahraga, yang ditunjukkan dengan jumlah organisasi
keolahragaan dan jumlah kegiatan kepemudaan menunjukkan
perkembangan yang cukup baik.
17.1. Penyelenggaraan Festival Seni Dan Budaya
Selama 4 tahun terakhir (2009-2012) event festival seni dan budaya
menunjukkan berkembangkan yang menggembirakan.Pada tahun 2009,
event festival seni dan budaya sebanyak 132 event.Pada tahun 2012, event
tersebut hampir mendekati 4 kali lebih banyak dari pada penyelenggaraan
event seni dan budaya di tahun 2009. Semakin seringnya pelaksanaan
event tersebut akan memberikan ruang berkembangnya seni dan budaya
masyarakat, sehingga tidak akan mengalami kepunahan. Di samping itu
juga dapat mengeliminir tergerusnya budaya sendiri di tengah gencarnya
budaya asing yang masuk di dalam masyarakat
Tabel 2.138
Jumlah Festival Seni dan Budaya di Jawa Timur
Tahun 2009-2012
Uraian 2009 2010 2011 2012
Jumlah Penyelenggaraan
Festival seni dan budaya 194 220 866 756
Sumber: Kantor/Dinas Budpar Kab/Kota Se-Jawa Timur
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 181
17.2. Sarana Penyelenggaraan Seni Dan Budaya
Kemajuan seni dan budaya di suatu daerah bergantung kepada
pemerintah dan masyarakat setempat. Penghargaan terhadap keberadaan
kesenian dan budaya oleh pemerintah khususnya dapat di lakukan dengan
penyelenggaraan event-event kesenian dan budaya.Perhatian pemerintah
tersebut tidak cukup hanya itu saja, tapi ketersediaan sarana
penyelenggaraan seni dan budaya perlu juga disiapkan atau bila perlu
memberikan bantuan kepada para kelompok seni.
Jumlah sarana penyelenggaraan seni dan budaya dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan mulai tahun 2009 – 2012. Pada tahun 2009
jumlah sarana sebanyak 159 dan pada tahun 2010 meningkat 3 sarana
atau menjadi 162 sarana. Pada tahun 2012, jumlah sarana mencapai 204
sarana atau turun 5 sarana selama setahun.Penurunan sarana ini terjadi di
Kabupaten Tulungagung dan Kota Blitar. Perkembangan sarana ini
terutama di wilayah Madiun, Kediri serta Kabupaten Lumajang. Ditilik dari
sejarah, daerah yang berkembang sarana penyelenggaraan festival seni
dan budaya merupakan daerah pusat kerajaan yang notabene juga sebagai
pusat perkembangan kebudayaan pada era dan jamannya.
Tabel 2.139
Jumlah Sarana Seni dan Budaya di Jawa Timur
Tahun 2009-2012
No Urian 2009 2010 2011 2012
1 Sarana penyelenggaraan seni
dan budaya 159 162 209 204
Sumber: Kantor/Dinas Budpar Kab/KotaSe-Jawa Timur
17.3. Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya Yang Dilestarikan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011, cagar budaya
adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya,
bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya dan
kawasan cagar budaya di darat dan air yang perlu dilestarikan
keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan dan melalui proses penetapan. Keberadaan
benda , situs dan kawasan cagar budaya perlu mendapat perhatian baik
oleh pemerintah maupun masyarakat. Oleh karena itu keperdulian
terhadap cagar budaya senantiasa dikembangkan agar rasa memiliki dan
memelihara keberadaannya dapat memberikan konstribusi bagi kelestarian
cagar budaya itu sendiri. Pada tahun 2009 situs dan cagar budaya yang
dilestarikan mencapai 77,75 persen dari kondisi eksisting yang ada.
Selanjutnya terus mengalami peningkatan selama kurun waktu 3 tahun
(2010-2012). Pada tahun 2010, pelestarian ini mengalami peningkatan
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 182
2,18 persen poin dari tahun sebelumnya atau menjadi 79,94 persen.
Sementara itu pada tahun 2011 dan 2012, persentase pelestarian cagar
budaya tersebut sebesar 80,18 persen dan 80,51 persen. Angka 80,51
persen menunjukkan setiap 100 cagar budaya yang ada disuatu wilayah
sebanyak 80 cagar budaya sudah dilestarikan.
Tabel 2.140
Jumlah Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya di Jawa Timur
Tahun 2009-2012
No Uraian 2009 2010 2011 2012
1
Jml Benda Situs dan Kawasan
Cagar Budaya yang
dilestarikan
2.600 2.960 3.018 3.077
2 Jumlah Benda Situs dan
kawasan yang dimiliki Daerah 3.344 3.703 3.764 3.822
3
Persentase Benda Situs dan
Kawasan Cagar Budaya yang
dilestarikan
77,75 79,94 80,18 80,51
Sumber: Dinas/Kantor Budpar Kab/Kota Se Jawa Timur
18. Kepemudaan Dan Olah Raga
18.1. Jumlah Organisasi Pemuda
Peran serta pemuda dalam pembangunan dapat teraktualisasi
dengan berbagai ragam baik pada bidang olah raga, akademik maupun
perkumpulan. Perkumpulan pemuda yang terbentuk dalam masyarakat
biasanya membangun suatu komunitas dalam bentuk organisasi pemuda.
Berdasarkan data pada instansi yang membidangi kepemudaan
(Bakesbangpol Provinsi Jawa Timur) tercatat organisasi kepemudaan pada
tahun 2011 sebanyak 66 organisasi yang telah memiliki kantor perwakilan
di Surabaya. Sedangkan data dari Bakesbangpol lingkup Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota terdapat sebanyak 785 organisasi kepemudaan di
tahun 2011 dan menjadi 817 organisasi kepemudaan di tahun 2012,
mengalami kenaikan sebanyak 32 organisasi kepemudaan.
18.2. Jumlah Organisasi Olahraga
Di Indonesia, tercatat sekitar 50 organisasi induk cabang olahraga
yang diakui oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). Berdasarkan
data dari KONI Jawa Timur, pada tahun 2010 sampai tahun 2012 terdapat
sekitar 43 cabang organisasi olahraga di Jawa Timur, meskipun ada
beberapa cabang organisasi olah raga yang mengalami pengembangan
sampai menjadi 54 sub cabang olah raga. Keberadaan cabang organisasi
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 183
tersebut di setiap kabupaten/kota tidak sama, karena sangat tergantung
pada eksistensi olahraga tersebut pada tiap daerah.
Berdasarkan data yang dihimpun dari instansi terkait di Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota, jumlah organisasi olahraga pada tahun 2011
organisasi olah raga sekitar 2.297 yang tersebar pada 19 Kabupaten/Kota
di Jawa Timur, sedangkan data pada tahun 2012 sebanyak 1.131 yang
tersebar di 9 Kabupaten/Kota di Jawa Timur.
18.3. Jumlah Kegiatan Kepemudaan
Guna meningkatkan partisipasi dan peran pemuda dalam
pembangunan harus didukung oleh ketersediaan anggaran dan sarana-
prasarana kepemudaan, penghargaan kepemudaan serta optimalisasi
manajemen organisasi kepemudaan dalam rangka penyadaran,
pemberdayaan, pengembangan, kepemimpinan, pengembangan
kewirausahaan dan pengembangan kepeloporan pemuda, yang
keseluruhannya merupakan kegiatan kepemudaan yang dilakukan pemuda
dalam mengisi pembangunan.
Berdasarkan data dari Dinas Pemuda dan Olah Raga
Kabupaten/Kota jumlah kegiatan kepemudaan pada tahun 2010 sebanyak
144 kegiatan dan tahun 2011 menjadi 149, sedangkan pada tahun 2012
sebanyak 167 kegiatan. Meskipun kenaikan kegiatan kepemudaan dari
tahun 2010 sampai tahun 2012 tidak begitu besar, namun hal ini
menunjukkan bahwa melalui kegiatan kepemudaan yang positif, pemuda
sudah menunjukkan dukungan dalam proses pembangunan melalui
kegiatan yang dilakukannya.
18.4. Lapangan Olahraga
Fasilitas olahraga secara keseluruhan mencakup fasilitas fisik dan
fasilitas non fisik. Fasilitas olahraga secara fisik mencakup prasarana dan
sarana fisik antara lain berupa stadion, gelanggang dan lapangan olahraga.
Sedangkan fasilitas olahraga non fisik mencakup prasarana dan sarana non
fisik seperti sasana/perkumpulan olahraga, tenaga pelatih dan guru
olahraga.
Perkembangan jumlah fasilitas fisik untuk olahraga berupa lapangan
olahraga pada suatu lingkungan masyarakat pada umumnya sangat
dipengaruhi oleh perkembangan sosial-ekonomi masyarakat yang
bersangkutan. Berdasarkan data dari Dinas Pemuda dan Olah Raga
Kabupaten/Kota jumlah lapangan olah raga pada tahun 2010 sebanyak
2268, pada tahun 2011 sebanyak 3812 meningkat sebanyak 1544
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 184
sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 4660, kenaikannya menurun jika
dibandingkan tahun 2010-2011.
19. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan
Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, Dan Persandian
Bidang otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi
keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan persandian
menunjukkan peningkatan. Jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000
penduduk meningkat dari 1,15 tahun 2008 menjadi 1,22 di tahun 2012,
sedangkan jumlah linmas per 10.000 penduduk juga mengalami
peningkatan dari 68,84 di tahun 2008 menjadi 67,36 di tahun 2012.
19.1. Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk
Polisi Pamong Praja, sejak didirikannya pada tahun 1950 sampai
saat ini telah mengemban tugas pelayanan penyelenggaraan keamanan
dan ketertiban masyarakat.
Gambar 2.57
Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja di Jawa Timur Tahun 2009-2012
Sumber : Bakesbangpol Kab/Kota Se Jatim
Catatan : *) Angka Sementara (data dari 34 Kab/Kota)
Berdasarkan data dari Bakesbangpol di 34 Kabupaten/Kota Se Jawa
Timur, rasio polisi pamong praja pada tahun 2012 per 10.000 penduduk
sebesar 1,24 atau dengan kata lain dalam 100.000 penduduk terdapat
sekitar 12 orang Satpol PP yang bertugas menjaga keamanan dan
ketertiban umum. Angka rasio ini terlihat sangat kecil bila dibandingkan
dengan tugas yang diemban sangatlah berat.
19.2. Jumlah Linmas per Jumlah 10.000 Penduduk
Perlindungan Masyarakat (Linmas) seringkali hanya dikaitkan
dengan fungsi linmas dalam masyarakat yang lebih dikenal dengan
Pertahanan Sipil atau Hansip.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 185
Gambar 2.58
Rasio Jumlah Linmas di Jawa TimurTahun 2009-2012
Sumber : Bakesbangpol Kab/Kota Se Jatim
Catatan : *) Angka Sementara (data dari 32 Kab/Kota)
Berkaitan dengan fungsi dalam membantu memelihara keamanan,
ketentraman dan ketertiban masyarakat maka satlinmas menjadi
pendukung utama pihak kepolisian atau malah menjadi garda terdepan
dalam tata kehidupan masyarakat secara umum baik di desa maupun di
perkotaan.
Data dari Bakesbangpol di 32 Kab/Kota Se Jawa Timur menunjukkan
rasio jumlah Linmas per 10.000 penduduk pada tahun 2012 sebesar 77,34.
Angka tersebut berarti sekitar 77 orang Linmas bertugas membantu
memelihara keamanan, ketentraman dan ketertiban umum untuk 10.000
penduduk dalam suatu wilayah.
19.3. Rasio Pos Siskamling Per Jumlah Desa/Kelurahan
Menjaga keamanan lingkungan merupakan tanggung jawab
bersama setiap warga negara. Partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan
lingkungan diwujudkan dalam bentuk Sistem Keamanan Lingkungan
(Siskamling). Pengertian siskamling secara umum adalah suatu kegiatan
atau upaya untuk mencegah gangguan kamtibmas, yang dikembangkan
oleh Polri dengan membangkitkan kesadaran masyarakat untuk
berpartisipasi dan peduli serta meningkatkan kepekaan dan daya tangkal
masyarakat terhadap masalah keamanan dan ketertiban di lingkungannya
masing-masing.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 186
Gambar 2.59
Rasio Pos Siskamling di Jawa Timur Tahun 2009-2012
Sumber : Bakesbangpol Kab/Kota Se Jatim
Catatan : * ) Angka Sementara (data dari 19 Kab/Kota)
Berdasarkan data dari Bakesbangpol di 19 Kabupaten/ Kota Se Jawa
Timur, selama 5 tahun terakhir rasio jumlah Pos Siskamling terus
menunjukkan peningkatan. Seiiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk, semakin banyak pula pemukiman penduduk yang memerlukan
pos siskamling untuk menjaga keamanan dan ketertiban di wilayahnya.
Pada tahun 2012 rasio jumlah pos siskamling per jumlah desa adalah
sebesar 5,34. Hal ini berarti di setiap desa di Jawa Timur terdapat sekitar 5
Pos Siskamling.
19.4. Penyelenggaraan Ketentraman dan Ketertiban Umum
Program Peningkatan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
bertujuan untuk mewujudkan Jatim kondusif, melalui pemantauan kegiatan
orang asing, NGO dan lembaga asing yang ada di Jawa Timur,
mengoptimalkan jaringan informasi konflik, dengan meningkatkan peran
Kominda dan Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM).
Provinsi Jawa Timur bertekat mewujudkan Jawa Timur dalam
suasana kondusif yang mendukung proses penguatan persatuan dan
kesatuan bangsa serta mendorong proses peningkatan pemahaman
mengenai hak-hak azasi manusia dan demokrasi dengan upaya membina
rasa persatuan dan kesatuan bangsa melalui perwujudan sistem dan iklim
kehidupan masyarakat yang demokratis dan berwawasan kebangsaan,
serta melalui pembinaan hubungan antar golongan, antar agama,
kelompok dan lembaga kemasyarakatan yang ada. Meskipun tidak
dipungkiri bahwa masih ada beberapa hal yang perlu dituntaskan agar
tidak sampai mengganggu implementasi kebebasan berekspresi, seperti
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 187
adanya kelompok yang melakukan kekerasan untuk mencapai suatu
keinginannya. Namun demikian masih ada beberapa kendala, antara lain
sebagai berikut :
a. Konflik berbasis sara : Konflik horizontal internal dan antar pemeluk
agama, seperti antara penganut faham Sunni dengan syah dan
ahmadiyah serta konflik pendirian gereja.
b. Kejadian anarkhis yang sering dilakukan oleh massa unjuk rasa, adalah
anarkhisme non pisik, seperti penghinaan terhadap lambang/simbul
pemerintah atau negara. Sedangkan tindakan anarkhisme secara pisik
seperti perusakan terhadap fasilitas umum dan perkantoran tidak
banyak terjadi.
Kasus pembakaran bangunan rumah dan fasilitas tempat pendidikan milik
kelompok syiah di Dusun Nang Kernang, Desa Karang Gayam, Kec. Omben,
Sampang, Madura.
19.5. Kemiskinan
Pembangunan adalah proses mewujudkan masyarakat yang
sejahtera, adil dan merata. Tingkat kesejahteraan secara ekonomi
ditunjukkan dengan meningkatnya kemakmuran masyarakat yang akan
berkorelasi dengan tingkat konsumsi sebagai akibat meningkatnya
pendapatan masyarakat. Berbagai upaya telah ditempuh pemerintah untuk
meningkatkan taraf kesejahteraan penduduknya baik dari segikinerja
perekonomiannya maupun penciptaan pemerataan kue pembangunan.
Upaya tersebut diantaranya mengurangi penduduk miskin dengan
meningkatkan tingkat kesejahteraannya.
Gambar 2.60
Perkembangan Persentase Penduduk Miskin di Jawa Timur
Tahun 2009 – 2012
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 188
Jumlah
Penduduk
Miskin
p0 p1 p2 GKGK
Rp/Kap/BlnP0 %
Penduduk
Miskin (000)
GK
Rp/Kap/BlnP0 %
Penduduk
Miskin (000)
3501 Pacitan 98,747 18.13 2.59 0.59 193,180 177,300 19.50 105,372 162,568 19.01 102,932
3502 Ponorogo 105,867 12.29 1.52 0.29 210,411 193,047 13.22 113,002 177,006 14.63 127,514
3503 Trenggalek 101,183 14.90 2.64 0.70 214,312 195,444 15.98 107,764 179,204 18.27 119,593
3504 Tulungagung 98,747 9.90 1.31 0.26 234,806 214,362 10.64 105,272 196,550 10.60 101,953
3505 Blitar 126,947 11.29 1.63 0.35 210,254 192,514 12.14 135,415 176,518 13.19 13,676
3506 Kediri 218,105 14.44 2.10 0.49 218,865 200,237 15.52 232,585 182,474 17.05 239,885
3507 Malang 287,434 11.67 1.66 0.35 215,605 197,129 12.54 306,347 180,749 13.57 318,948
3508 Lumajang 131,912 13.01 1.57 0.31 202,773 185,321 13.98 140,713 168,586 15.83 157,756
3509 Jember 292,119 12.44 1.72 0.38 226,546 202,010 13.27 311,376 183,768 15.43 348,068
3510 Banyuwangi 164,047 10.47 1.30 0.27 240,315 220,031 11.25 174,916 200,161 12.16 18,098
3511 Bondowoso 123,574 16.66 2.30 0.56 251,426 229,746 17.89 131,742 208,999 20.18 13,865
3512 Situbondo 98,560 15.11 2.17 0.49 211,262 192,862 16.23 105,081 175,446 15.99 96,818
3513 Probolinggo 259,234 23.48 4.00 0.98 280,101 255,757 25.22 276,255 225,151 27.69 280,103
3514 Pasuruan 186,720 12.26 1.82 0.42 238,640 218,432 13.18 198,968 200,282 15.58 219,371
3515 Sidoarjo 136,316 6.97 0.81 0.16 277,776 248,856 7.45 144,912 228,178 6.91 120,862
3516 Mojokerto 117,484 11.38 1.35 0.29 240,502 220,066 12.23 125,128 201,780 13.24 130,132
3517 Jombang 155,990 12.88 1.95 0.48 251,704 229,976 13.84 166,247 210,867 14.46 182,493
3518 Nganjuk 142,124 13.88 1.83 0.41 253,819 232,275 14.91 151,508 211,670 17.22 167,295
3519 Madiun 95,843 14.37 2.30 0.57 224,713 205,905 15.45 102,164 187,639 16.97 105,654
3520 Magetan 75,044 12.01 1.44 0.26 221,951 203,323 12.95 80,236 185,286 13.97 84,738
3521 Ngawi 137,838 16.74 2.34 0.52 208,220 191,152 18.26 149,124 174,195 19.01 154,127
3522 Bojonegoro 212,859 17.47 2.96 0.75 230,397 211,213 18.78 227,004 192,476 21.27 262,037
3523 Tuban 211,547 18.78 2.26 0.40 225,731 206,635 20.19 225,497 188,304 23.01 240,979
3524 Lamongan 206,675 17.41 2.07 0.45 242,441 221,413 18.70 220,544 201,771 20.47 235,926
3525 Gresik 181,661 15.33 2.65 0.61 285,519 258,503 16.42 193,341 235,399 19.14 225,774
3526 Bangkalan 239,466 26.22 4.00 0.94 251,599 228,235 28.12 255,102 207,836 30.45 287,648
3527 Sampang 267,479 30.21 5.24 1.37 229,414 209,898 32.47 288,710 191,138 31.94 285,017
3528 Pamekasan 167,889 20.94 3.77 0.99 225,878 205,494 22.48 178,741 187,128 24.32 200,983
3529 Sumenep 242,508 23.10 2.95 0.56 225,096 205,556 24.61 256,419 187,184 26.89 264,978
3571 Kota Kediri 23,328 8.63 1.57 0.45 288,876 267,936 9.31 24,886 244,167 10.41 27,518
3572 Kota Blitar 9,462 7.12 1.31 0.38 257,685 232,945 7.63 10,069 213,589 7.56 9,779
3573 Kota Malang 45,439 5.50 0.73 0.17 302,103 274,863 5.90 48,356 252,024 5.58 44,366
3574 Kota Probolinggo 38,787 17.74 3.64 1.07 425,583 386,711 19.03 41,297 340,435 21.06 47,079
3575 Kota Pasuruan 15,740 8.39 0.99 0.19 269,543 244,435 9.00 16,712 224,124 9.34 15,756
3576 Kota Mojokerto 8,338 6.89 1.12 0.30 266,978 244,778 7.42 8,898 224,439 7.19 7,892
3577 Kota Madiun 9,744 5.66 0.71 0.13 260,179 241,503 6.11 10,431 220,079 5.93 10,316
3578 Kota Surabaya 183,347 6.58 1.07 0.26 310,074 282,586 7.07 149,484 255,875 6.72 171,214
3579 Kota Batu 9,088 4.74 0.52 0.10 280,330 252,890 5.11 9,683 231,877 4.81 8,842
35 JAWA TIMUR 5,227,190 13.85 2.02 0.46 227,602 199,327 15.26 5,529,301 188,317 16.22 5,860,736
Kabupaten/ Kota
Sep-11 Kemiskinan Tahun 2009Kemiskinan Tahun 2010
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Pada September 2011 s.d. September 2012, persentase penduduk
miskin Jawa Timur turun sebesar 0,77 poin persen atau menjadi 13,08
persen pada Tahun 2012. Selama satu semester (Maret 2012 s.d.
September 2012), persentase penduduk miskin mengalami penurunan
sebesar 0,32 poin persen. Penurunan selama setahun tersebut
menunjukkan penduduk miskin pada tahun 2011 sebanyak 5.070,98 ribu
jiwa menjadi sebanyak 4.960,54 ribu jiwa pada tahun 2012 atau turun
sebesar 110,44 ribu jiwa. Kondisi ini berlanjut pada tahun 2013 (Maret),
dimana penduduk miskin menurun menjadi 12,55 persen atau sebanyak
4.771,26 ribu jiwa. Penurunan penduduk miskin ini sebagai dampak dari
upaya pemerintah dan masyarakat untuk mengurangi efek pembangunan
yaitu terjadi kesenjangan kesejahteraan.
Tabel 2.141
Karakteristik Kemisikinan Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi
Jawa Timur
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 189
Sumber : BPS (Susenas, September 2011)
Catatan : yang diblok adalah daerah “Tapal Kuda”
19.6. Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat
Pelayanan prima merupakan tugas utama yang hakiki dari sosok
aparatur pemerintah selaku abdi negara dan abdi masyarakat. Tugas ini
sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yang
meliputi 4 (empat) aspek pelayanan pokok aparatur terhadap masyarakat,
yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilaksanakan oleh aparatur
pemerintah dalam berbagai sektor pelayanan terutama yang menyangkut
pemenuhan kebutuhan hak-hak sipil dan kebutuhan dasar masih dirasakan
belum sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. Hal ini bisa
diketahui antara lain dari banyaknya pengaduan, keluhan yang
disampaikan oleh masyarakat melalui media masa maupun langsung
kepada unit pelayanan, baik menyangkut sistem dan prosedur pelayanan
yang masih berbelit-belit, tidak transparan, kurang informatif, kurang
akomodatif dan kurang konsisten sehingga tida menjamin kepastian
(hukum, waktu dan biaya) serta masih adanya praktek pungutan tidak
resmi. Sejalan dengan meningkatnya kesadaran berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat serta adanya tuntutan reformasi penyelenggaraan
pemerintah dan pembangunan, pemenuhan untuk mendapatkan pelayanan
yang baik merupakan hak masyarakat dan sebaliknya bagi aparatur
berkewajiban memberikan pelayanan dan pengayoman kepada
masyarakat.
Tabel 2.142
Penanganan Penyelesaian Pengaduan Masyarakat Di Jawa Timur
Tahun 2009-2012 (%)
Penanganan Penyelesaian
PengaduanMasyarakat(%)
2009 2010 2011 2012
40,64 57,36 50,59 80,42
Selama kurun waktu 2009-2012 banyaknya kasus pengaduan
masyarakat yang berhasil diselesaikan mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Semakin tinggi nilai persentase penanganan penyelesaian
pengaduan masyarakat berarti masyarakat semakin terlayani haknya oleh
aparatur negara sebagai penyelenggara pelayanan publik, dalam hal ini
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 190
adalah Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) di lingkungan
pemerintahan Provinsi Jawa Timur
19.7. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik dimaksudkan untuk
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik sesuai kebutuhan dan harapan
masyarakat, dan jumlah unit pelayanan publik di Jawa Timur semakin
meningkat berkat partisipasi masyarakat, serta terwujudnya unit
pelayanan yang berprestasi, sebagaimana dalam tabel berikut :
Tabel 2.143
Capaian Kinerja Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Tahun 2009-2013
Indikator Kinerja Capaian kinerja Program
Satuan 2009 2010 2011 201
2
2013*)
1. % Unit pelayanan
Provinsi yang memiliki
SPP
%
54
63
71
85
88
2. % unit pelayanan
Pemerintah Kab./Kota yang
memiliki SPP
%
67
78
86
100
-
3. % SKPD yang melakukan
survey IKM
% 5 7 8 10 11
4. % Kab./Kota yang
melakukan survey IKM
% 9 10 12 16 20
5. % Kab./Kota yang telah
melaksanakan SPM
% 69 72 77 86 49
6. Jumlah unit pelayanan
percontohan Provinsi dan
Kab./Kota
Unit 11 13 16 20 22
CAPAIAN RATA-RATA 66,19
%
67,5
%
67% 66
%
Sumber : Biro Organisasi Setda Prov. Jatim
Ket : *) s/d Semester I Tahun 2013
Capaian Kinerja Peninngkatan Kualitas Pelayanan Publik pada tahun
2009 sebesar 66,19%, pada tahun 2010 sebesar 67,5%, pada tahun 2011
sebesar 67% dan pada tahun 2012 sebesar 66%. capaian kinerja
peningkatan kualitas pelayanan publik didukung dengan kegiatan
optimalisasi pelayanan publik. kegiatan optimalisasi pelayanan publik pada
tahun 2013 dilakukan dengan rapat evaluasi dan pelaksanaan SPM bidang
perhubungan dan bidang penanaman modal daerah provinsi jawa timur.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 191
19.8. Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan
Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan dimaksudkan untuk
terbentuknya kelembagaan yang efektif dan efisien, dan terwujudnya
penyempurnaan tatalaksana dan hubungan kerja antara Pemerintah Pusat,
Provinsi dan Kab./Kota, hal ini dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 2.144
Capaian Kinerja Program Penataan Kelembagaan dan
Ketatalaksanaan Tahun 2009 - 2013
No Indikator
Kinerja
Capaian kinerja Program
Satuan 2009 2010 2011 2012 2013*)
1. % SKPD yang telah menyusun
SOP
% 30 40 45 53 60
2. % Kab/Kota yang telah
menyusun SOP
% 25 29 30 34 38
Capaian Rata-Rata 79,17% 86% 82,5% 86%
Sumber : Biro Organisasi Setda Prov. Jatim
Ket : *) s/d Semester I Tahun 2013
Capaian pelaksanaan penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan
pada tahun 2009 sebesar 79,17%, pada tahun 2010 sebesar 86 %, pada
tahun 2011 sebesar 82,5% dan pada tahun 2012 sebesar 86%.
Meningkatnya SKPD Provinsi Jawa Timur yang telah menyusun SOP setiap
tahunnya diharapkan dapat menyempurnakan kelembagaan dan
ketatalaksanaan baik di tingkat provinsi maupun Kabupaten/Kota.
19.9. Penerapan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik
Penerapan Tata Kelola Pemerintahan yang baik. Untuk mengukur
keberhasilan dari pelaksanaan program tersebut dapat dilihat dari
perkembangan capaian kinerja baik sebagai berikut :
Tabel 2.145
Capaian Kinerja Program Penerapan Tatakelola Pemerintahan Yang Baik Tahun 2009 – 2013
No Indikator Kinerja Capaian kinerja Program
Satuan 2009 2010 2011 2012
1.
Jumlah Kelompok Budaya Kerja di Pemerintah Provinsi
KBK 105 116 135 162
2. Jumlah Kelompok Budaya Kerja
di Pemerintah Kab/Kota
KBK 180 210 240 290
3. % SKPD yang mengikuti Gelar % 14 15 18 20
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 192
Budaya Kerja
4. % Kab/Kota yang mengikuti Gelar Budaya Kerja
% 46 55 62 76
Rata-Rata Capaian 79% 78% 78% 79%
Sumber : Biro Organisasi Setda Prov. Jatim
Ket : *) s/d Semester I Tahun 2013
Capaian Kinerja Penerapan Tatakelola pemerintahan yang baik pada
tahun 2009 sebesar 79%, pada tahun 2010 mencapai 78% dan pada tahun
2011 mencapai 78% meningkat pada tahun 2012 meningkat 79%.
Realisasi capaian target yang diharapkan masing-masing indikator
meningkat setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.146
Realisasi Program Penerapan Tatakelola Pemerintahan yang baik
Tahun 2010 - 2013
No Indikator Satuan Realisasi Program
2010 2011 2012
1. Jumlah Kelompok Budaya
Kerja di Pemerintah
Provinsi
KBK 116 135 162
2. Jumlah Kelompok Budaya
Kerja di Pemerintah
Kab/Kota
KBK 210 240 290
3. % SKPD yang mengikuti
Gelar Budaya Kerja
% 15 18 20
4. % Kab/Kota yang
mengikuti Gelar Budaya
Kerja
% 55 62 76
Sumber : Biro Organisasi Setda Prov. Jatim
Ket : *) s/d Semester I Tahun 2013
Jumlah kelompok budaya kerja di pemerintah provinsi pada tahun
2010 mencapai 116 KBK meningkat 135 KBK dan meningkat 162 KBK.
Indikator Kelompok Budaya Kerja di Pemerintah Kab/Kota pada tahun
2010 mencapai 210 KBK, pada tahun 2011 meningkat 240 KBK, dan pada
tahun 2012 menjadi 290 KBK. Indikator % SKPD yang mengikuti Gelar
Budaya Kerja pada tahun 2010 hingga 2012 meningkat setiap tahunnya
yakni 15 SKPD pada tahun 2010, 18 SKPD pada tahun 2011, 20 SKPD pada
tahun 2012. Hal yang sama juga meningkat pada indikator % Kab/Kota
yang mengikuti Gelar Budaya Kerja yakni 55% Kab/Kota pada tahun 2010,
62% Kab/Kota pada tahun 2011 dan 76% Kab/Kota pada tahun 2012.
Namun demikian ada permasalahan yaitu tidak seluruh Kab/Kota
mengikutkan KBK (Kelompok Budaya Kerja) nya pada acara Gelar Budaya
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 193
Kerja, karena anggaran yang terbatas, dengan demikian perlu adanya
petunjuk pelaksanaan agar di tahun-tahun mendatang Kab/Kota
menganggarkan, agar masing-masing Kab/Kota dapat mengevaluasi
prestasi KBK-nya.
19.10. Pembinaan dan Pengembangan Aparatur
Dalam rangka mendukung reformasi birokrasi diperlukan
peningkatan kualitas SDM Aparatur yang professional dalam arti memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang baik, disiplin atau taat pada ketentuan
yang berlaku, serta berdedikasi tinggi yaitu bertangggungjawab atas tugas
dan tanggungjawabnya, sehingga setiap Pegawai Negeri Sipil di Provinsi
Jawa Timur mampu melaksanakan tugas yang diberikan.
Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur
untuk meningkatkan kualitas SDM Aparatur agar pengetahuan,
keterampilan, keahlian, disiplin dan perilaku kerja produktif Pegawai Negeri
Sipil di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur lebih baik, hal ini dapat
dilihat dalam table Adapun jumlah sebagai berikut:
Tabel 2.147
Capaian Kinerja Program Pembinaan dan Pengembangan Pegawai
Tahun 2009 – 2012
Uraian
Capaian Kinerja
Program
Satuan 2009 2010 2011 2012
Jumlah peserta
bintek/sosialisasi yang
mampu menyusun formasi
pegawai yang tepat.
Org 98 98 98 98
Jumlah peserta IHT yang
lulus
Org 60 60 77 0
Jumlah peserta Waspim yang
lulus
Org 25 40 40 0
Jumlah peserta yang lulus
ujian dinas/penyesuian
Org 340 345 347 188
Jumlah PNS yang mendapat
fasilitasi tugas belajar S1,
S2, S3
Org 17 18 21 16
Jumlah PNS yang yang
disulkan dan lulus diklat pim
II, III, IV
Org 86 86 90 0
Jumlah penetapan
pelanggaran hukuman
disiplin pegawai
SK 8 8 12 11
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 194
Jumlah penetapan
pelanggaran pidana di
Provinsi
SK 30 23 7 6
JUmlah penetapan
pelanggaran pidana di
Kab/Kota
SK 10 6 14 9
Jumlah penetapan
pemberian ijin perceraian
SK 20 14 5 22
Jumlah surat penolakan
perceraian
srt 2 4 3 3
Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Timur
Indikator kinerja jumlah peserta bintek/sosialiasi/diklat yang mampu
menyusun formasi pegawai pada tahun 2009 s/d 2012, target yang
ditetapkan tercapai 100%, artinya diharapkan setiap SKPD di lingkungan
Pemerintah Provinsi Jawa Timur mampu menyusun formasi pegawai
dengan benar sesuai dengan ketentuan.
Adapun Hasil-hasil program Pembinaan dan Pengembangan
Aparatur sebagamana tabel berikut:
Tabel 2.148
Hasil Program Kegiatan Pembinaan dan Pengembangan Aparatur
Tahun 2009 - 2013
Uraian Tahun
2009 2010 2011 2012 2013 Ket
Diklatpim II 0 26 10 0 4
Diklatpim III 29 30 40 0 80
Diklatpim IV 0 30 40 0 160
Tugas Belajar 21 20 15 15 20
Inhouse Training 68 116 77 11 0
Izin belajar 3 160 550 301
Wawasan Kepemimpinan 78 40 40 0 0
Ujian Penyesuaian Ijazah 75 107 351 182 175
Seleksi Pangkat III/d ke IV/a 0 0 0 96 64
Ujian Dinas 325 231 193 188 125
Fasilitasi Penerimaan Calon Praja IPDN 100 100 83 109 0
Seleksi CPNS
1. Pendaftar On-line 14.459 25.000 0 22.425 0
2. Pendaftar yang mengirim berkas
lamaran 6.757 17.015 0 14.380 0
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 195
Uraian Tahun
2009 2010 2011 2012 2013 Ket
3. Pendaftar yang memenuhi syarat 5.809 14.702 0 10.304 0
4. Lulus 213 383 0 114 0
5. Formasi yang ditetapkan 266 395 0 148 0
Ket : *) = Rekruitmen Tahun 2010, dengan berlakunya moratorium maka 2011 tidak ada rekruitmen CPNS.
Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Timur
Tabel 2.149
Jumlah Kebutuhan PNS Di Lingkungan Pemerintah
Provinsi Jawa Timur
No. Uraian 2009 2010 2011 2012 2013
1. Kebutuhan PNS 30.767 30.767 30.767 33.141 33.141
2. Jumlah PNS 23.371 23.230 22.425 21.092 20.795
3. Kekurangan PNS 7.396 7.537 8.341 12.049 12.346
Sumber data : Simpeg BKD Provinsi Jawa Timur
Tabel 2.150
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 196
JUMLAH KEBUTUHAN TENAGA KESEHATAN PNSBERDASARKAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN PNS PADA JABATAN TERTENTU
Nama Satuan Organisasi/SKPDKebutuhan PNS Bezetting
Selisih Kebth dg
Bezeting
Selisih Kebth
Tenaga. KesT. Kes Non T Kes Jumlah T. Kes Non T Kes Jumlah
a. Rumah Sakit Umum Daerah RSUD
RSUD Dr. SOETOMO 2.168 1.495 3.663 1.551 1.544 3.095 (568) (139)
RSUD Dr. SYAIFUL ANWAR 1.403 750 2.153 868 678 1.546 (607) (822)
RSUD Dr. SOEDONO 692 289 981 454 212 666 (315) (191)
RSUD HAJI 659 415 1.074 356 306 662 (412) (289)
b. Rumah Sakit Khusus Daerah RSKD
RS JIWA MENUR 141 240 381 118 216 334 (47) (2)
BP4 SURABAYA 90 38 128 78 30 108 (20) (15)
RS KUSTA KEDIRI 75 28 103 35 30 65 (38) (58)
RS PARU BATU 105 47 152 78 53 131 (21) (15)
RS PARU JEMBER 122 58 180 58 29 87 (93) (35)
BKMM Surabaya 43 34 77 25 37 62 (15) (29)
RS KUSTA SUMBER GLAGAH 121 31 152 67 27 94 (58) 13
RS PARU DUNGUS 75 52 127 37 17 54 (73) (17)
BP4 MADIUN 25 17 42 20 8 28 (14) (34)
BP4 PAMEKASAN 51 23 74 23 16 39 (35) (31)
JUMLAH 5.770 3.517 9.287 3.768 3.203 6.971 (2.316) (1.664)
Kekurangan Tenaga Kesehatan = 5.770 - 3.768 = 2.002 PNS
Kekurangan tenaga non kesehatan = 3.517 – 3.203 = 314 PNS
Tabel 2.151
Kegiatan Penanganan Pemrosesan Pelanggaran Kepegawaian Tahun 2009 – 2013
No Uraian Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
1. Penjatuhan
Hukuman PNS
Pelanggaran
Disiplin PNS :
1. Ringan 0 0 0 0 2
2. Sedang 7 0 4 4 3
3. Berat 4 8 7 7 11
Pelanggaran
Pidana
PNSD Provinsi
Jawa Timur :
1. Kriminal 0 3 2 3 2
2. Penyalahgunaan
jabatan/wewenang 0 0 0 0 0
3. Korupsi 0 0 15 2 1
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 197
No Uraian Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
4. Narkoba 0 1 1 1 1
PNSD
Kabupaten/Kota :
1. Kriminal 0 2 0 4 1
2. Penyalahgunaan
jabatan/wewenang 0 0 0 0 0
3. Korupsi 0 1 14 4 2
4. Narkoba 0 1 0 1 0
2. Usul Pertimbangan
:
1. BAPEK 0 0 0 1 0
2. Inspektorat 0 26 33 27 17
3. Perceraian
1. Pemberian izin
perceraian 20 14 5 22 8
2. Penolakan izin
perceraian 2 4 3 3 1
4. Konseling PNS 0 0 17 7 0
Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Timur
19.11. Penyempurnaan dan Penguatan Kelembagaan Demokrasi
Bertujuan mewujudkan pemerintahan yang bersih, professional,
responsif, dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pemerintahan
dan pembangunan. Secara keseluruhan Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas
Kembagaan Pemerintah Daerah dapat disampaikan sebagai berikut :
– Fasilitasi Desk Pilkada dalam penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah.
– Fasilitasi Pelantikan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih.
Ukuran keberhasilan dari pelaksanaan program tersebu dapat dilihat dari
perkembangan capaian kinerja program sebagai berikut:
Tabel 2.152
Capaian Kinerja Kegiatan Pelaksanaan Pilkada dan Pelatikan
Tahun 2009-2013
Uraian Capaian Kinerja Program
Satuan 2009 2010 2011 2012 2013 *)
Pelaksanaan Pilkada Kab/Kota 3 18 - 5 9
Pelantikan Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah Kab/Kota 3 18 - 1 7
Sumber : Biro Adm. Pemerintahan Umum Setda Prov. Jatim
Ket : *) s/d Semester I Tahun 2013
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 198
Pemilihan Kepala Daerah selama tahunyang belum 2009 s/d
semester I 2013 telah difasilitasi pelaksanaannya sebanyak 35 Kabupaten/
Kota, sedangkan kepala daerah yang sudah difasilitasi pelantikannyas
sebanya 29 Kabupaten/Kota. Untuk Kepala Daerah yang belum dilantik
sebanyak 7 Kabupaten/kota antara lain Kabupaten Bondoeoso, Jombang,
Lumajang, Madiun, Magetan serta Kota Malang dan Mojokerto.
19.12. Peningkatan Kapasitas Kembagaan Pemerintah Daerah
Kapasitas Kelembagaan Pemerintah Daerah bertujuan untuk
mengkoordinasikan, mensinkronkan, serta mengevaluasi penyelenggaraan
pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan. Secara keseluruhan hasil
Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas Kembagaan Pemerintah Daerah dapat
disampaikan sebagai berikut :
– Fasilitasi Pengembangan Administrasi Pemerintahan Desa
– Pembinaan dan Monitoring Penyelenggaraan Pemdes/ Kelurahan se Jatim
– Pembekalan/Bintek Kepala Desa/BPD
– Fasilitasi Penanganan Tanah Kas Desa Untuk Pembangunan Jalan Tol Trans
– Pelaksanaan Hari Jadi Provinsi Jawa Timur dan Peringatan Hari Otonomi
Daerah
– Penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) baik
Provinsi maupun Kabupaten/Kota
– Evaluasi Pelaksaan Otonomi Daerah dan Fasilitasi Penyelesaiaan P3D,
Penyerahan Urusan Pemerintah kepada daerah
– Fasilitasi Penggantian Antar Waktu Pimpinan/Anggota DPRD Propinsi dan
DPRD Kabupaten/Kota
– Fasilitasi penyusunan Data Administrasi Wilayah, Kode Daerah dan
Toponimi bagi Kabupaten/Kota
– Fasilitasi pelaksanaan e-KTP se Jawa Timur
– Pembinaan Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Ukuran keberhasilan dari pelaksanaan program tersebut dapat
dilihat dari perkembangan capaian kinerja program sebagai berikut:
Tabel 2.153
Capaian Kinerja Bantuan Keuangan Desa (BKD)
Tahun 2009-2013
URAIAN CAPAIAN KINERJA PROGRAM
SATUAN 2009 2010 2011 2012 2013 *)
Alokasi BKD Desa - 1.550 1.350 1.250 1.250
Realisasi BKD Desa - 1.550 1.308 1.248 250
% Kinerja Desa - 100 96,88 99,84 20
Sumber : Biro Adm. Pemerintahan Umum Setda Prov. Jatim
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 199
Ket : *) s/d Semester I Tahun 2013
Kegiatan Bantuan Keuangan Desa mulai dilaksanakan pada tahun
2010 yang bertujuan untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan
prasarana dan sarana desa. Untuk tahun 2010 BKD diberikan kepada 1.550
desa, sedangkan tahun 2011 dari rencana alokasi 1.350 desa terealisasi
1.308 desa. Hal ini disebabkan untuk alokasi kabupaten Gresik sebanyak 42
desa minta ditangguhkan pelaksanaannya. Untuk tahun 2012 terealisasi
1.248 desa dari 1.250 desa yang direncanakan, hal ini disebakan adanya
masalah administrasi dari 2 kepala desa di Kabupaten Pamekasan.
Tabel 2.154
Capaian Kinerja Pergantian Antar Waktu DPRD Provinsi dan
Kabupaten/Kota Tahun 2009-2013
URAIAN CAPAIAN KINERJA PROGRAM
SATUAN 2009 2010 2011 2012 2013 *)
PAW DPRD Provinsi SK/Orang 2 3 1 2 4
PAW DPRD Kab/Kota SK/Orang 76 23 27 21 46
Sumber : Biro Adm. Pemerintahan Umum Setda Prov. Jatim
Ket : *) s/d Semester I Tahun 2013
Untuk tahun 2009 terdapat 38 Surat Keputusan peresmian
pemberhentian anggota DPRD Kabupaten/Kota dan 38 Surat Keputusan
pengangkatan pimpinan dan anggota DPRD Kabupaten/Kota periode 2009-
2014 serta 1 serta 1 Keputusan Menteri Dalam Negeri tentang
Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur
Periode 2009-2014 dan 1 Keputusan Menteri Dalam Negeri tentang
Pemberhentian dan Pengangkatan Pimpinan DPRD Provinsi Jawa Timur
Periode 2009-2014.
Sedangkan untuk tahun 2013 sampai dengan semester I,
Pemerintah Provinsi menerbitkan 46 Keputusan Gubernur Jawa Timur
tentang Peresmian Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota DPRD
Kabupaten/Kota se Jawa Timur, disebabkan banyaknya anggota DPRD
Kabupaten/Kota yang diberhentikan oleh partai politiknya, mengundurkan
diri dan meninggal dunia.
19.13. Penegakan PERDA
Tabel 2.155
Laporan Penegakan Perda/Keputusan Kepala Daerah
( Satpol PP Provinsi Jawa Timur ) Tahun 2012
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 200
NO KAB / KOTA TAHUN 2012
JUMLAH KETERANGAN Semester I Semester II
1 2 3 4 5 6
1 KOTA SURABAYA 33,144 19,886 53,030 Berdasarkan Permendagri
27 Tahun 2010 tentang
Pedoman Pelaporan
Satuan Polisi Pamong
Praja dan Surat Edaran
Gubernur Jawa Timur
tanggal 16 Pebruari 2011
Nomor 300/98/070/2011
perihal Laporan Kegiatan
Polisi Pamong Praja
2 KOTA MADIUN 9 537 546
3 KOTA BLITAR 11 11
4 KOTA KEDIRI 0
5 KOTA MOJOKERTO 0
6 KOTA MALANG 180 188 368
7 KOTA BATU 171 233 404
8 KOTA PASURUAN 148 127 275
9 KOTA PROBOLINGGO 17 49 66
10 KAB. MADIUN 0
11 KAB. BLITAR 122 127 249
12 KAB. MAGETAN 669 669
13 KAB. NGAWI 0
14 KAB. PONOROGO 32 32
15 KAB. PACITAN 0
16 KAB. TRENGGALEK 1,099 1,450 2,549
17 KAB. TULUNGAGUNG 144 273 417
18 KAB. NGANJUK 0
19 KAB. KEDIRI 13 21 34
20 KAB. MOJOKERTO 41 31 72
21 KAB. BOJONEGORO 9 9
22 KAB. TUBAN 204 204 408
23 KAB. LAMONGAN 345 345
24 KAB. JOMBANG 735 543 1,278
25 KAB. MALANG 122 37 159
JUMLAH 1 36,526 24,395 60,921
Sumber data dari Bidang Program Satpol PP Prov. Jatim
19.14. Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman,
keindahan) di kabupaten
Tabel 2.156
LAPORAN KEGIATAN KETENTERAMAN DAN KETERTIBAN UMUM SATPOL
PP PROV. JATIM TAHUN 2012
NO JENIS PENERTIBAN JUMLAH PENERTIBAN
NO. PERDA / PERATURAN BULAN
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 201
20. Pemberdayaan masyarakat dan desa
pada bidang pemberdayaan masyarakat desa, jumlah lembaga
pemberdayaan masyarakat terus mengalami peningkatan, yaitu sebesar
2.379 di tahun 2008 menjadi 3.957 di tahun 2012. Dan terakhir pada
bidang perpustakaan, jumlah pengunjung juga menunjukkan
perkembangan yang sangat baik, yaitu sebesar 1.525.750 di tahun 2009
menjadi 1.914.811 di tahun 2011, di tahun 2012 belum terdapat data yang
definitif.
PERUNDANGAN YANG
DILANGGAR JA
N
PE
B
MA
R
AP
R
ME
I
JU
NI
JU
L
AG
ST
SE
P
OK
T
NO
P
DE
S
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Penggunaan Rumah
Dinas bagi pegawai yang
sudah tidak aktif lagi/
pensiun ( tidak mau
pindah )
Peraturan Daerah Provinsi
Jawa Timur Nomor 5 Tahun
2009 tentang Pengelolaan
barang milik Pemerintah
Provinsi Jawa Timur
0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0
2 Kegiatan penambangan
pasir secara liar yang
mengakibatkan
kerusakan lingkungan
dan sarana prasarana
pengairan termasuk
penambangan tanpa izin.
Peraturan Daerah Propinsi
Jawa Timur Nomor 1 Tahun
2005 Tentang Pengendalian
Usaha Pertambangan Bahan
Galian Golongan C Pada
Wilayah Sungai di Propinsi
Jawa Timur
0 0 0 0 1 0 1 0 1 2
3 Terhadap pemakaian
tanah tanpa izin dan atau
pemakaian tanah yang
tidak sesuai dengan
peruntukan yang
tercantum dalam surat
izin dapat dikenakan
sanksi administrasi
berupa pencabutan izin
dan pembongkaran atau
penghentian pemakaian
tanah.
Peraturan Daerah Propinsi
Jawa Timur Nomor 7 Tahun
2005 Tentang Pengendalian
Pemakaian Tanah di
Lingkungan Pemerintah
Propinsi Jawa Timur
0 0 0 1 0 1 0 1 0 1
4 Pemanfaatan barang
milik daerah berupa
tanah / atau bangunan
yang tidak dipergunakan
untuk penyelenggaraan
tugas pokok dan fungsi
SKPD, dilaksanakan oleh
pengelola setelah
mendapat persetujuan
Gubernur
Peraturan Daerah Provinsi
Jawa Timur Nomor 5 Tahun
2009 tentang Pengelolaan
barang milik Pemerintah
Provinsi Jawa Timur
0 0 0 0 1 0 0 0 0
5 Operasi PNS yang keluar
pada jam kerja
Peraturan Pemerintah Nomor
53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil
0 0 0 1 0 0 0 0 0
JUMLAH 0 0 0 2 3 1 2 1 1 0 0 3
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 202
20.1. Jumlah LSM
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah organisasi non
pemerintah yang independen dan mandiri. Organisasi ini juga bukan
merupakan bagian atau berafiliasi dengan lembaga negara atau
pemerintahan maupun partai politik. Berdasarkan catatan dari instansi
terkait Kabupaten/Kota di Jawa Timur, pada tahun 2011 tercatat 1.668 LSM
dan meningkat menjadi 1.840 LSM pada tahun 2012. Ini berarti jumlah
LSM dari tahun 2011 sampai tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar
10,31 persen lebih sedikit peningkatannya jika dibandingkan pada tahun
2010-2011 yaitu 13,48 persen dan lebih besar jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya (2009-2010) yang hanya 0,89 persen. Besarnya
kenaikan LSM dari tahun ke tahun ini diduga LSM yang bersangkutan
sudah melaporkan kepada instansi terkait (Bakesbangpol) tentang
keberadaanya dan didukung dengan bukti akta notaris pendirian
21. Statistik
21.1. Buku ”Kabupaten/Kota Dalam Angka”
Dari data yang dihimpun, di seluruh Kabupaten/Kota se Jawa Timur
telah tersedia Kabupaten/Kota Dalam Angka yang disusun oleh BPS
Kabupaten/Kota. Sedangkan pada level provinsi, Jawa Timur Dalam Angka
telah disediakan setiap tahun oleh BPS Provinsi Jawa Timur, yang dirilis
setiap tanggal 16 Agustus. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS,
semua kab/kota se Jawa Timur dan Provinsi Jawa Timur telah memiliki
buku Kabupaten/Kota dalam angka dan setiap tahun selalu diterbitkan.
21.2. Buku ”PDRB kabupaten”
Dari data yang dihimpun, di seluruh Kabupaten/Kota se Jawa Timur
telah tersedia PDRB Kabupaten/Kota yang disusun oleh BPS
Kabupaten/Kota.Sedangkan pada level provinsi, PDRB telah disediakan
setiap tahun oleh BPS Provinsi Jawa Timur. Ketersediaan Buku PDRB
Kabupaten/Kota selalu diterbitkaan oleh BPS masing-masing Kab/Kota
termasuk PDRB Provinsi yang diterbitkan oleh BPS provinsi.
22. Kearsipan
Tujuan kearsipan sebagaimana tercantum pada pasal 3 Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1971 tentang Ketentuan-ketentuan pokok
Kearsipan adalah menjamin keselamatan bahan pertanggungjawaban
nasional tentang perencanaan, pelaksanaan dan penyelenggaraan
kehidupan kebangsaan serta menyediakan bahan pertanggungjawaban
tersebut bagi kegiatan pemerintah. Selaras dengan tujuan kearsipan
sebagaimana tersebut, maka kearsipan dapat disebut sebagai wahana
pelestarian kekayaan budaya bangsa yang dapat menjadi sumber informasi
yang obyektif menyangkut ideologi, politik, sosial, ekonomi, budaya,
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 203
Tabel 2.157 Persentase Rumah tangga yang Menggunakan
Alat Komunikasi Telepon dan Yang Menggunakan HP di Jawa Timur, Tahun 2009 -2012
Alat
Komunikasi 2009 2010 2011 2012
(1) (3) (4) (5) (6)
Telepon 10,76 8,54 7,49 5,40
HP 65,20 74,36 75,69 80,11
Sumber : BPS Prov. Jawa Timur
agama, ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat bermanfaat bagi
masyarakat pengguna.
Mengingat pentingnya kearsipan sebagai wahana pelestari dan
sumber informasi maka urusan kearsipan membutuhkan sumberdaya
manusia (SDM) yang kompeten dan membutuhkan keahlian khusus. Hal ini
menjadi salah satu permasalahan terkait pengelolaan kearsipan di Jawa
Timur, dimana SDM yang terdapat di Badan Perpustakaan dan Kearsipan
Provinsi Jawa Timur masih belum memadai baik secara kualitas maupun
kuantitas, sehingga membutuhkan penanganan lebih lanjut.
23. Komunikasi dan Informatika
23.1 Jumlah Jaringan Komunikasi
Peningkatan daya saing daerah dapat dilihat dari perkembangan
teknologi komunikasi dan informasi yang ada pada suatu daerah. Salah satu
indikator dalam melihat perkembangan teknologi komunikasi adalah dengan
melihat seberapa banyak penduduk suatu daerah telah memiliki perangkat
komunikasi berupa handphone (HP) dan telepon rumah biasa.
Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi juga berkembang
sangat pesat, termasuk teknologi komunikasi. Pada awalnya telepon
merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan suara
(percakapan). Kemajuan teknologi komunikasi telah mampu meningkatkan
fungsi telepon, dari hanya sekedar menyampaikan pesan suara, juga dapat
menyampaikan pesan tulisan maupun gambar. Kemajuan alat komunikasi
telepon yang tidak menggunakan kabel (wireless) yang sering kita sebut
sebagai handphone (telepon selular), sangat pesat pertumbuhannya. Selain
bentuk dan ukurannya yang semakin kecil dan efektif, handphone juga ada
yang disertai dengan fungsi tambahan sebagai penyimpanan data, kamera
digital, dsb. Pada era teknologi saat ini, pertumbuhan pengguna telepon selular
lebih pesat dibandingkan pengguna telepon kabel.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 204
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Dalam empat tahun terakhir ini di Jawa Timur terihat jelas rumah
tangga yang mengunakan telepon terus menunjukkan penurunan dari 10,76
persen pada tahun 2009 menjadi 5,40 persen pada tahun 2012.
Sebaliknya rumah tangga yang menggunakan telepon genggam/HP
terus meningkat. Pada tahun 2009 hingga 2010 peningkatan rumah tangga
yang menggunakan HP rata-rata pertahun sekitar 10 persen.
Berdasar data Susenas 2012 jumlah pengguna HP di Jawa Timur
sekitar 41 persen. Jika dilihat keterbandingan antar wilayah jumlah
persentase penduduk pengguna HP tiga terbanyak adalah Kota Surabaya
(64,22 persen), Kota Malang (62,04 persen) dan Kota Madiun (61,35 persen).
Sedangkan wilayah yang yang penduduknya terendah (tiga terendah) berada
pada pulau Madura yaitu Kabupaten Sampang (28,35 persen), Kabupaten
Sumenep (30,97 persen) dan Kabupaten Pamekasan (31,21 persen)
23.2 Televisi dan Radio lokal
Tabel 2.158 Data Lembaga Penyiaran Sekretariat (KPID) Provinsi Jawa Timur
Tahun 2009 – 2013
Televisi
No. Keterangan Satuan 2009 2010 2011 2012 2013 *)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
LPS - TV Lokal Analog
LPS - TV Sistem Stasiun
Berjaringan (SSJ)
LPS - TV Lokal Digital
LPPL - TV
LPK - TV
LPB - TV
Lembaga Penyiaran
Lembaga Penyiaran
Lembaga Penyiaran
Lembaga Penyiaran
Lembaga Penyiaran
Lembaga Penyiaran
48
31
0
2
1
6
48
32
2
2
1
10
48
32
2
2
1
17
48
32
2
2
1
17
57
22
2
3
3
29
88 95 102 102 116
Sumber : Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Prov. Jatim Ket : *) s/d Semester I Tahun 2013
Tabel 2.159 Data Lembaga Penyiaran
Sekretariat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 - 2013
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 205
Radio
No. Keterangan Satuan 2009 2010 2011 2012 2013
*)
1.
2.
3.
4.
LPS - Existing
LPS
LPPL
LPK
Lembaga Penyiaran
Lembaga Penyiaran
Lembaga Penyiaran
Lembaga Penyiaran
81
170
34
73
81
171
34
88
81
171
36
116
85
193
38
227
85
213
37
254
Jumlah 358 374 404 543 589
Sumber : Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Prov. Jatim Ket : *) s/d Semester I Tahun 2013
Berkenaan dengan otonomi daerah dan desentralisasi, yang
kemudian di tindak lanjuti dengan munculnya UU nomor 32/2002 tentang
penyiaran berdampak pada berkembangnya dunia pertelevisian di Indonesia
semakin banyak pula stasiun televisi yang bermunculan. Dari asalnya hanya
stasiun televisi milik pemerintah yaitu TVRI, lalu berkembang dan
bermunculan berbagai stasiun televisi swasta nasional. Seiring berjalannya
waktu perkembangan dunia pertelevisian di indonesia pun berkembang
ditandai dengan bermunculannya barbagai televisi lokal yang siaranya tidak
berskala nasional, tetapi hanya berskala lokal. Meningkatnya perkembangan
teknologi TV dan Radio saat ini berpengaruh juga di Indonesia khususnya di
Jawa Timur dari tingkat perdesaan sampai perkotaan telah dapat mengetahui
kejadian-kejadian di belahan dunia lain. Meningkatnya perkembangan
tersebut dapat dilihat dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 terjadi
peningkatan rata-rata pertahun sebesar 7 %
23.3 Website milik pemerintah daerah
Tabel 2.160
Penguasaan serta Pengembangan Aplikasi dan
Teknologi Informasi Komunikasi Tahun 2009 – 2013
No. Komponen Satuan 2009 2010 2011 2012 2013
1.
Pengembangan
Pengelolaan Website
Pemprov
website 30 40 45 56 59
domain 25 30 36 42 48
2. Pemberdayaan
Masyarakat Bidang TIK kali/peserta 320 340 360 360
Sumber : Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 206
Capaian kinerja program penguasaan serta pengembangan aplikasi
dan teknologi informasi komunikasi dapat dilihat dari perkembangan
pemanfaatan website dilingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagai
sarana penyebarluasan informasi dan komunikasi semakin meningkat, terbukti
sampai dengan akhir tahun 2013 dari 69 SKPD sudah 59 SKPD yang
mempunyai website.
Penggunaan nama domain go.id juga sudah dilakukan sebagian
besar SKPD, dari 59 website SKPD ada 51 website telah memenuhi ketentuan
Peraturan Menteri Kominfo No : 28/PER/M.KOMINFO/9/2006 tentang
penggunaan nama domain go.id.
Jumlah pengunjung website www.jatimprov.go.id rata-rata 36.901
pengunjung per hari sedangkan jumlah pengunjung website kominfo-
jatimprov.go.id rata-rata 23.578 pengunjung per hari
23.4 Pameran/expo bidang Komunikasi dan Informatika
Tabel 2.161
Pameran/Expo Bidang Komunikasi dan Informatika
Tahun 2009 – 2012
Komponen Satuan 2009 2010 2011 2012 2013
Pameran/expo Kali 10 10 10 10 10
Sumber : Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim
Selama ini pertahun kegiatan 10 kali meliputi Pameran memperingati
Hari Jadi Provinsi Jawa Timur yang diikuti berbagai komponen terutama oleh
pemerintah daerah yang ada di Jawa Timur, Pameran Pelayanan Publik, Pekan
KIM, Pameran Jatim Expo, Pameran Jatim Fair.
Pada Pameran/Expo Jawa Timur diharapkan adanya manfaat dan
tujuan pameran adalah terciptanya citra pemerintah yang proaktif
mempromosikan dan membina para UKM di wilayahnya untuk dipromosikan
ketingkat nasional. Selain itu pemerintah berkepentingan memperoleh
kesempatan untuk menyampaikan informasi kepada dunia usaha, masyarakat
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 207
luas maupun berbagai pihak mengenai kesiapan dalam menghadapi ACFTA.
Pameran itu juga dapat digunakan sebagai sarana bagi perusahaan produsen
dan pengusaha kecil menengah UKM untuk mempromosikan hasil produk dan
jasa secara efektif dan efisien. Memperlihatkan berbagai kemajuan industri
yang ada dan bisa bersaing dengan industri yang akan masuk ke Indonesia.
Selain itu, kegiatan ini sebagai ajang penyebarluasan informasi mengenai
potensi perekonomian daerah yang diharapkan dapat menarik minat para
investor untuk meningkatkan usaha perekonomian di masing – masing daerah
yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, patut dikelola secara arif
dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, agar produksi unggulan daerah,
serta peningkatan pendapatan kesejahteraan masyarakat.
Gelar Pameran Pelayanan Publik Provinsi Jawa Timur diharapkan
akan dapat meningkatkan kualitas pelayanan pada unit-unit pelayanan publik
yang masih banyak yang dikeluhkan dan menjadi sorotan masyarakat. Dengan
telah ditetapkannya undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik dan Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelayanan
Publik, merupakan momentum keseriusan dalam peningkatan kualitas
pelayanan publik di segala bidang. Disamping itu, PBB juga telah menetapkan
tanggal 23 Juni sebagai Hari Pelayanan Publik Internasional / Hari Pelayanan
Publik Se-Dunia.
Dua momentum penting tersebut telah semakin menguatkan tekad
Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk semakin baik memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Terlebih lagi karena Jawa Timur telah diakui secara
nasional sebagai barometer pelayanan publik di Indonesia yang ditandai
dengan berbagai prestasi serta kemajuan yang signifikan di bidang pelayanan
publik. Pada tahun 2006 Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga telah
dianugerahi penghargaan oleh Presiden sebagai Pelopor Inovasi di Bidang
Pelayanan Publik dan Tahun 2013 dianugerahi penghargaan Citra Bhakti Abdi
Negara sebagai pembina pelayanan publik terbaik di Daerah.
Untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa saat ini
penyelenggara pelayanan publik di Jawa Timur telah berubah dengan
memberikan pelayanan yang lebih baik, maka hasil-hasil pelayanan dan
kemajuan yang telah di capai selama ini perlu di informasikan kepada publik
melalui Gelar Pameran Pelayanan Publik Jawa Timur.
Terselenggaranya Gelar Pameran Pelayanan Publik Jawa Timur
dalam rangka memperingati Hari Pelayanan Publik se-Dunia / Hari Pelayanan
Publik Internasional, yang diikuti oleh unit-unit pelayanan Instansi Pemerintah,
Instansi Pemerintah Provinsi, Instansi Pemerintah Kabupaten / Kota dan BUMN
/ BUMD di Jawa Timur
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 208
Pengunjung berasal dari seluruh lapisan masyarakat di provinsi Jawa
Timur, mulai dari Instansi Pemerintah, BUMN/BUMD, pelaku bisnis, pemerhati
pelayanan publik, media pemberitaan lokal dan nasional, civitas akademika,
serta masyarakat umum.
Pada Pameran Dekranasda dalam meningkatkan kualitas dan
kuantitas produk Dekranasda Jatim, akan memasukkan unsur teknologi
didalamnya, akan tetapi tidak merubah ciri khas Indonesia. Harus dicari
teknologi yang efektif dan tepa guna yang bisa digunakan. Sebagai contoh
membatik bisa lebih praktis apabila ditemukan alat dari listrik yang bisa
mempercepat dan meningkatkan produktifitas. Dekranasda Prov. Jatim akan
membina dan membantu Dekranasda yang ada di 38 Kabupaten Kota agar
menggunakan teknologi dalam meningkatkan produktifitas. Yang paling utama,
dalam penerapan teknologi adalah tidak mengurangi seni dan esensi budaya
lokal. Apabila hal tersebut dilakukan secara bersamaan dan tidak mengurangi
nilai budaya lokal, maka akan menghasilkan karya yang baru , efisien dan
kualitas yang lebih bagus
24. Perpustakaan
Minat baca masyarakat adalah suatu cermin sikap dari masyarakat
terhadap kemauan untuk mengetahui segala sesuatu informasi melalui media
baca. Ditinjau dari segi pengamatan global tentang minat baca masyarakat,
secara kasar sebenarnya masyarakat Jawa Timur minat bacanya cukup tinggi,
Hal ini bisa dilihat dari antusias masyarakat terhadap pemanfaatan
perpustakaan, taman bacaan, sudut baca, rumah baca dan sejenisnya selalu
ramai dikunjungi masyarakat, akan tetapi kalau kita amati lebih seksama
ternyata masyarakat tersebut memanfaatkan jasa perpustakaan hanyalah
untuk mengisi waktu luang dan bacaanya isinya tentang info-info yang ringan
saja, belum menyentuh kepada bacaan-bacaan yang membuat masyarakat
menjadi kreatif dan inovatif, hanya kalangan masyarakat tertentu seperti
akademisi, peneliti, pelajar dan mahasiswa yang mengkomsumsi bacaan-
bacaan ilmiah. Oleh karena itu perlu adanya upaya dalam Pengembangan
Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan yang bertujuan untuk
mengembangkan, mempublikasikan dan mensosialisasikan minat dan budaya
baca, dengan menyediakan bahan pustaka, pembinaan SDM Perpustakaan.
Tabel 2.162 Jumlah dan Jenis Perpustakaan di Jawa TimurTahun 2012
No. Perpustakaan Jumlah
1 Perpustakaan Desa 1.889
2 Perpustakaan Sekolah Dasar (SD) 12.450
3 Perpustakaan Sekolah Menengah Pertama (SLTP) 3.333
4 Perpustakaan Sekolah Menengah Atas (SLTA) 2.163
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 209
5 Perpustakaan Perguruan Tinggi (PT) 305
6 Perpustakaan Umum 39
7 Perpustakaan Keliling 92
Sumber : Badan Perpustakaan dan kearsipan Prov Jatim
25. Ketahanan Pangan
Tingginya laju pertumbuhan penduduk Jawa Timur (0,76%),
menyebabkan kompleksnya permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan
pangan. Sementara kapasitas produksi pangan pertumbuhannya lambat
bahkan stagnan yang disebabkan adanya kompetisi dalam pemanfaatan
sumber daya lahan dan air disamping itu stagnannya pertumbuhan
produktifitas lahan dan tenaga kerja pertanian. Pengembangan pangan lokal
dan tradisional merupakan salah satu intervensi pemerintah dalam memenuhi
kebutuhan pangan alternatif masyarakat Jawa Timur, mengingat konsumsi
pangan penduduk Jawa Timur masih didominasi oleh kelompok pangan serealia
terutama beras. Ketersediaan Pangan tahun 2013 untuk beras sebesar
7.039.527 ton, Daging sebesar 345.376 ton, ikan 1.317.288 ton dan gula
1.227.898 ton .
Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi penyangga pangan
nasional. Surplus komoditi pangan sebagian besar digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pangan masyarakat di provinsi lainnya di Indonesia, disamping
untuk stok/cadangan pangan nasional. Sebagai provinsi lumbung pangan, Jawa
Timur masih perlu melakukan pemantapan ketersediaan pangan dalam rangka
mewujudkan ketahanan pangan ditingkat wilayah dan rumah tangga.
Penurunan konsumsi beras merupakan salah satu prioritas dalam
pembangunan ketahanan pangan. Dengan adanya Program Percepatan
Penganekaragaman Pangan, kita dapat menurunkan konsumsi beras
masyarakat Jawa Timur dan beralih ke umbi-umbian. Mengingat potensi umbi-
umbian di Jawa Timur cukup banyak dan tersebar di berbagai kabupaten/kota.
Penganekaragaman konsumsi pangan melalui pengukuran Skor PPH untuk
tahun 2013 sebesar 82,2 dan untuk tingkat konsumsi beras penduduk Jawa
Timur tahun 2013 sebesar 88,7 Kg/Kap/thn
Distribusi pangan merupakan salah satu pilar terwujudnya ketahanan
pangan. Harga pangan merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
mengevaluasi kondisi pasokan, distribusi, dan keterjangkauan/akses pangan
oleh masyarakat. Harga pangan yang stabil disepanjang waktu, terjangkau dan
merata diseluruh wilayah, mengindikasikan kondisi pasokan pangan cukup
aman dengan distribusi lancar.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 210
26. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
26.1. Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP
Tabel 2.163
KEGIATAN PEMBINAAN TERHADAP LSM, ORMAS DAN OKP
DATA TAHUN 2012
NO. SKPD
MENUNJUKKAN JUMLAH
KEGIATAN PEMBINAAN
TERHADAP LSM, ORMAS DAN
OKP
JUMLAH
1 Kabupaten Pacitan 3 3
2 Kabupaten Ponorogo 1 1
3 Kabupaten Trenggalek 2 2
4 Kabupaten Tulungangung 8 8
5 Kabupaten Blitar 3 3
6 Kabupaten Kediri 1 1
7 Kabupaten Malang 3 3
8 Kabupaten Lumajang 3 3
9 Kabupaten Jember 6 6
10 Kabupaten Banyuwangi 1 1
11 Kabupaten Bondowoso 6 6
12 Kabupaten Situbondo 1 1
13 Kabupaten Probolinggo 4 4
14 Kabupaten Pasuruan 0 0
15 Kabupaten Sidoarjo 2 2
16 Kabupaten Mojokerto 4 4
17 Kabupaten Jombang 1 1
18 Kabupaten Nganjuk 2 2
19 Kabupaten Madiun 1 1
20 Kabupaten Magetan 3 3
21 Kabupaten Ngawi 8 8
22 Kabupaten Bojonegoro 10 10
23 Kabupaten Tuban 12 12
24 Kabupaten Lamongan 20 20
25 Kabupaten Gresik 6 6
26 Kabupaten Bangkalan 5 5
27 Kabupaten Sampang 3 3
28 Kabupaten Pamekasan 2 2
29 Kabupaten Sumenep 3 3
30 Kota Kediri (M) * 2 2
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 211
31 Kota Blitar (M) 2 2
32 Kota Malang (M) 2 2
33 Kota Probolinggo (M) 4 4
34 Kota Pasuruan (M) 3 3
35 Kota Mojokerto (M) 4 4
36 Kota Madiun (M) 33 33
37 Kota Surabaya (M) * 0 0
38 Kota Batu (M) 0 0
Jumlah Kab/Kota 174 174 Sumber data dari Bakesbangpol Provinsi Jawa Timur
26.2. Kegiatan pembinaan politik daerah
Tabel 2.164
KEGIATAN PEMBINAAN POLITIK DAERAH
DATA TAHUN 2012
NO. SKPD
MENUNJUKKAN JUMLAH
KEGIATAN PEMBINAAN POLITIK
DAERAH
JUMLAH
1 Kabupaten Pacitan 3 3
2 Kabupaten Ponorogo 1 1
3 Kabupaten Trenggalek 2 2
4 Kabupaten Tulungangung 7 7
5 Kabupaten Blitar 3 3
6 Kabupaten Kediri 14 14
7 Kabupaten Malang 3 3
8 Kabupaten Lumajang 2 2
9 Kabupaten Jember 3 3
10 Kabupaten Banyuwangi 5 5
11 Kabupaten Bondowoso 9 9
12 Kabupaten Situbondo 3 3
13 Kabupaten Probolinggo 4 4
14 Kabupaten Pasuruan 0 0
15 Kabupaten Sidoarjo 5 5
16 Kabupaten Mojokerto 20 20
17 Kabupaten Jombang 4 4
18 Kabupaten Nganjuk 2 2
19 Kabupaten Madiun 1 1
20 Kabupaten Magetan 3 3
21 Kabupaten Ngawi 8 8
22 Kabupaten Bojonegoro 30 30
23 Kabupaten Tuban 4 4
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 212
24 Kabupaten Lamongan 20 20
25 Kabupaten Gresik 7 7
26 Kabupaten Bangkalan 23 23
27 Kabupaten Sampang 2 2
28 Kabupaten Pamekasan 2 2
29 Kabupaten Sumenep 4 4
30 Kota Kediri (M) * 2 2
31 Kota Blitar (M) 1 1
32 Kota Malang (M) 3 3
33 Kota Probolinggo (M) 4 4
34 Kota Pasuruan (M) 2 2
35 Kota Mojokerto (M) 2 2
36 Kota Madiun (M) 22 22
37 Kota Surabaya (M) * 0 0
38 Kota Batu (M) 0 0
Jumlah Kab/Kota 230 230
Sumber data dari Bakesbangpol Provinsi Jawa Timur
2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan
1. Pertanian
Pertanian adalah sektor yang paling strategis, terutama sub sektor
tanaman pangan, karena disamping paling banyak menyerap tenaga kerja
juga merupakan sumber makanan pokok penduduk Indonesia. Dalam
pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), sektor pertanian
memberikan sumbangan yang besar. Pemerintah cukup banyak membuat
kebijakan di sektor ini, dalam rangka mendukung kemajuan pembangunan
sektor ini dalam hal peningkatan produksi, karena keberhasilan
pembangunan sektor pertanian khususnya sub sektor tanaman pangan
akan memberikan dampak yang sangat besar untuk seluruh masyarakat.
1.1. Produktivitas Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya per
Hektar
Di Jawa Timur, beras adalah bahan makanan pokok bagi sebagian
besar penduduk. Oleh karenanya, beras menjadi komoditas strategis dan
politis dalam pembangunan nasional secara umum, khususnya dalam
pembangunan sektor pertanian di Jawa Timur. Keberadaannya menjadi
suatu keharusan sehingga pemerintah senantiasa menitikberatkan
perhatiannya pada jenis komoditas ini.
Tabel 2.165
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 213
Luas panen, Produktivitas, dan Produksi Padi
Di Jawa Timur Menurut Subround , Tahun 2009 - 2013
Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 (ASEM)
(1) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Luas Panen (ha)
- Januari – April 1.015.125 954.592 1.020.369 1.016.682 1.023.479
- Mei – Agustus 649.564 677.127 651.657 692.942 690.934
- September - Desember 240.141 332.264 254.770 266.095 334.282
- Januari - Desember 1.904.830 1.963.983 1.926.796 1.975.719 2.048.695
2. Produktivitas (ku/ha)
- Januari – April 60,00 60,93 55,89 62,04 59,79
- Mei – Agustus 58,34 56,28 48,82 59,52 56,24
- September - Desember 57,45 60,71 66,44 66,4 64,01
- Januari - Desember 59,11 59,29 54,89 61,74 59,28
3. Produksi (ton)
- Januari - April 6.090.264 5.815.944 5.702.413 6.307.444 6.119.284
- Mei - Agustus 3.789.296 3.810.657 3.181.432 4.124.461 3.885.886
- September - Desember 1.379.526 2.017.172 1.692.698 1.766.802 2.139.803
- Januari - Desember 11.259.086 11.643.773 10.576.543 12.198.707 12.144,973
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Angka Sementara (ASEM) produksi padi Provinsi Jawa Timur tahun
2013 sebesar 12,14 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) turun sebesar 1,62
juta ton (0,44 persen) dibanding produksi Padi tahun 2012 yang sebesar
10,20juta ton GKG.
Pada periode 2009-2013 produksi padi mampu melebihi 10 juta ton
GKG per tahunnya, bahkan peningkatan produksi padi pada tahun 2009
sangat fantastis bila dibandingkan dengan kenaikan produksi tahun-tahun
sebelumnya. Kenaikan produksi pada tahun tersebut berkat kebijakan
pemerintah pusat yang mencanangkan program P2BN (Peningkatan
Produksi Beras Nasional). Propinsi Jawa Timur dalam program P2BN
tersebut ditargetkan untuk mencapai produksi beras mencapai 1 juta ton,
atau separuh dari target peningkatan produksi yang ditargetkan secara
nasional sebesar 2 juta ton. Secara umum tahun 2009-2013 produksi padi
cenderung meningkat hanya di tahun 2011 yang mengalami penurunan
1.2. Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 214
Sektor pertanian terdiri atas sub sektor tanaman bahan makanan,
tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Dari hasil
penghitungan tahun 2013 total nilai PDRB sektor pertanian sebesar Rp.
169,43 triliun atau dengan kontribusi sebesar 14,91 persen terhadap total
nilai PDRB Jawa Timur. Apabila dilihat pada masing-masing subsektor,
penyumbang terbesar adalah subsektor tanaman bahan makanan sebesar
7,75 persen, disusul subsektor peternakan 2,93 persen dan subsektor
perkebunan 1,94 persen.
Tabel 2.166
Struktur Perekonomian Jawa Timur Tahun 2009 – 2013 (%)
Sektor/Subsektor 2009 2010 2011 2012*) 2013**)
1. Pertanian 16,34 15,75 15,39 15,42 14.91
1.1. Tanaman Bahan Makanan 8,73 8,37 8,08 8,05 7.75
1.2. Tanaman Perkebunan 2,18 2,07 2,04 2,03 1.94
1.3. Peternakan 3,07 2,99 3,00 3,01 2.93
1.4. Kehutanan 0,29 0,33 0,35 0,41 0.40
1.5. Perikanan 2,07 1,99 1,92 1,92 1.88
2. Pertambangan Dan Penggalian 2,22 2,19 2,24 2,08 2.00
3. Industri Pengolahan 28,14 27,49 27,13 27,11 26.60
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,55 1,51 1,44 1,35 1.29
5. Konstruksi 4,01 4,49 4,67 4,55 4.74
6. Perdag., Hotel Dan Restoran 28,42 29,47 30,00 30,40 31.34
7. Pengangkutan Dan Komunikasi 5,5 5,52 5,66 5,7 5,94
8. Keuangan, Persewaan Dan Jasa
Perusahaan 4,83 4,9 4,93 5,05
5,10
9. Jasa - Jasa 9 8,68 8,54 8,34 8,09
PDRB Jawa Timur 100,00 100,00 100,00 100,00
100,00
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Keterangan: *) Angka Diperbaiki
* *) Angka Sementara
Apabila diikuti perkembangannya selama lima tahun terakhir,
tampak bahwa kontribusi sektor pertanian terhadap total PDRB atau
perekonomian Jawa Timur semakin menurun. Hal ini lebih disebabkan
karena sektor pertanian khususnya subsektor tanaman bahan makanan
dan subsektor tanaman perkebunan sangat tergantung pada minat
masyarakat untuk tetap bertani dan ketersedian lahan pertanian yang
semakin menurun akibat alih fungsi lahan untuk pembangunan fisik sektor
lainnya.
1.3. Kontribusi Sektor Pertanian (Palawija) Terhadap PDRB Sektor
Pertanian
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 215
Tanaman bahan makanan (tabama) meliputi komoditi : padi,
palawija (jagung, kacang hijau, kacang tanah, kedele, ubi kayu, ubi jalar),
buah-buahan dan sayuran. Dari hasil penghitungan tahun 2013 total nilai
subsektor tabama di Jawa Timur atas dasar harga berlaku sebesar
Rp. 88,11 triliun atau dengan kontribusi sebesar 7,75 persen terhadap total
nilai PDRB. Sub sektor Tabama pada tahun 2013 tumbuh 1,05 persen
melamban apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tumbuh
2,88 persen.
Dari total nilai tabama tersebut, kontribusi tanaman palawija sebesar 38,41
persen. Apabila dilihat perkembangannya selama empat tahun terakhir
kontribusi tanaman palawija terhadap tabama cukup fluktuatif. Secara
berurutan kontribusinya tahun 2009 sebesar 38,02 persen, tahun 2010
sebesar 34,96 persen, tahun 2011 sebesar 36,68 persen, dan tahun 2012
sebesar 38,41 persen
1.4. Kontribusi Subsektor Perkebunan Terhadap PDRB Sektor
Pertanian
Tanaman perkebunan terbagi menjadi tanaman perkebunan rakyat
dan tanaman perkebunan besar. Tanaman perkebunan rakyat mencakup
hasil tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat seperti jambu
mete, kelapa, kopi, kapok, kapas, tebu, tembakau, cengkeh, tanaman
obat-obatan, dan tanaman perkebunan lainnya. Sedangkan perkebunan
yang diusahakan oleh perusahaan perkebunan besar seperti karet, teh,
kopi, coklat, minyak sawit, inti sawit, tebu, rami, serat manila dan tanaman
lainnya.
Hasil penghitungan PDRB tahun 2013 atas dasar harga berlaku total
nilai sub sektor perkebunan di Jawa Timur sebesar Rp. 22,06 triliun atau
dengan kontribusi sebesar 1,94 persen terhadap total nilai PDRB. Apabila
dilihat perkembangannya selama lima tahun terakhir kontribusi subsektor
perkebunan cenderung terus mengalami penurunan. Secara berurutan
kontribusinya tahun 2009 sebesar 2,18 persen, tahun 2010 sebesar 2,07
persen, tahun 2011 sebesar 2,04 persen, tahun 2012 sebesar 2,03 persen
dan tahun 2013 sebesar 1,94 persen.
2. Kehutanan
2.1. Kontribusi Subsektor Kehutanan Terhadap PDRB
Subsektor kehutanan mencakup kegiatan yang dilakukan di areal
hutan oleh perorangan dan badan usaha, yang mencakup usaha
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 216
penanaman, pemeliharaan dan penebangan kayu, serta pengambilan hasil
hutan lainnya. Dari hasil penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku
tahun 2013 telah diketahui bahwa nilai PDRB subsektor kehutanan sebesar
Rp. 4,59 triliun atau sebesar 0,40 persen terhadap total PDRB Jawa Timur.
Apabila diikuti perkembangannya selama lima tahun terakhir,
kontribusi subsektor ini cenderung meningkat. Secara berurutan
kontribusinya tahun 2009 sebesar 0,29 persen, tahun 2010 sebesar 0,33
persen, tahun 2011 sebesar 0,35 persen, tahun 2012 sebesar 0,41 persen
dan tahun 2013 sebesar 0,40 persen. Meningkatnya kontribusi subsektor
kehutanan tiga tahun terakhir tersebut lebih disebabkan karena
meningkatnya produksi/panen kayu.
3. Energi Dan Sumberdaya Mineral
3.1. Kontribusi Sektor Pertambangan Terhadap PDRB
Sektor pertambangan dan penggalian terdiri dari subsektor
pertambangan migas, pertambangan non migas dan subsektor penggalian.
Hasil penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2012 diketahui
bahwa nilai PDRB sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp. 20,80
triliun atau sebesar 2,08 persen terhadap total PDRB Jawa Timur.
Apabila diikuti perkembangannya selama empat tahun terakhir,
kontribusi sektor ini tidak mengalami perubahan yang berarti bahkan
cenderung stagnan. Secara berurutan kontribusinya tahun 2009 sebesar
2,22 persen, tahun 2010 sebesar 2,19 persen, tahun 2011 sebesar 2,24
persen, dan tahun 2012 sebesar 2,03 persen
4. Pariwisata
4.1. Kunjungan Wisata
Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu dari daerah tujuan wisata
di Indonesia, khususnya untuk wisatawan manca negara (wisman). Dalam
setiap tahunnya jumlah wisman yang datang ke Jawa Timur terus
meningkat. Pada tahun 2012 kenaikan wisman yang berkunjung ke Jawa
Timur mencapai 6,44 persen, yaitu dari 185.815 wisman di tahun 2011
menjadi 197.776 wisman di tahun 2012
Dengan terus meningkatnya jumlah kunjungan wisman ke Jawa
Timur tersebut, sudah barang tentu akan membawa dampak yang positif
terhadap perekonomian Jawa Timur. Untuk itu, bagi pengambil kebijakan
dan para pelaku penyedia jasa parawisata baik yang dilakukan oleh
pemerintah maupun swasta harus tetap bisa menjalankan fungsinya
masing-masing, agar setiap wisman yang datang ke Jawa Timur tetap
merasa nyaman.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 217
5. Kelautan Dan Perikanan
5.1. Produksi Perikanan
Produksi perikanan terdiri dari produksi di perikanan tangkap dan
perikanan budidaya. Perikanan Tangkap terdiri dari perikanan tangkap di
laut dan perikanan tangkap di perairan umum, sedangkan Perikanan
Budidaya terdiri dari budidaya laut, tambak, kolam, sawah tambak, mina
padi, karamba, dan japung. Produksi perikanan pada tahun 2009 sebesar
914.088,4 ton, meningkat pada tahun 2010 sebesar 21,80 persen menjadi
1.113.393,5 ton, kemudian dua tahun terakhir meningkat sebesar 9,48
persen dan 7,52 persen atau sebesar 1.218.897,8 ton pada tahun 2011,
sebesar 1.310.604,2 ton pada tahun 2012 dan pada tahun 2013 sebesar
1.356.649 ton .
Konstribusi perikanan tangkap terhadap total produksi perikanan
dalam tiap tahunnya semakin menurun, hanya 29 persen konstribusinya
pada tahun 2013 atau produksinya sebesar 386.217,7 ton atau hanya naik
1,14 persen terhadap produksi perikanan tangkap tahun 2012 .
Gambar 2.61 Grafik JumlahKunjunganWismankeJawaTimur
Tahun 2009 – 2012
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 218
5.2. Produksi Perikanan Kelompok Nelayan
Produksi Perikanan Kelompok Nelayan dianalogikan dengan produksi
Perikanan Tangkap di laut, dimana kelompok ini konstribusinya terhadap
produksi perikanan total juga semakin menurun. Dalam empat tahun
terakhir, konstribusi produksi kelompok ini tahun 2009 sebesar 43,27
persen, 30,44 persen tahun 2010, tahun 2011 29,75 persen, 27,86 persen
tahun 2012 dan 28,47 persen tahun 2013.
Tabel 2.167
Persentase Produksi Perikanan Laut terhadap Produksi Total
2009-2013
Tahun Volume (Ton)
% Perikanan Laut Produksi Total
(1) (2) (3) (4)
2009 395.511,0 914.088,4 43,27
2010 338.915,2 1.113.393,5 30,44
2011 362.621,6 1.218.897,8 29,75
2012 381.802,7 1.310.976,6 29,12
2013 386.217,7 1.356.649,2 28,47
Sumber: Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur
6. Perdagangan
6.1. Kontribusi Sektor Perdagangan Terhadap PDRB
Secara geografis Jawa Timur merupakan wilayah yang dikenal
sebagai center of grafity yang menarik wilayah lain untuk transit dan
bertansaksi di wilayah ini. Besarnya aktivitas transit dan bertransaksi inilah
yang memberikan nilai tambah pada sektor perdagangan, hotel dan
restoran (PHR) menjadi sektor yang memiliki kontribusi terbesar dalam
pembentukan PDRB Jawa Timur. Nilai tambah bruto Sektor perdagangan,
hotel dan restoran (atas dasar harga berlaku) tahun 2013 sebesar Rp
356,10 triliun, atau setara dengan 31,34 persen dari total nilai PDRB Jawa
Timur, merupakan kontributor terbesar dibanding 8 sektor/lapangan usaha
lainnya. Pertumbuhan sektor PHR tahun 2012 sebesar 10,06 persen, lebih
cepat dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,81 persen.
Untuk tahun 2013 karena terjadinya gejolak ekonomi global yang terjadi
dari wilayah Eropa dan Amerika mempengaruhi kinerja pertumbuhan sektor
PHR Jawa Timur hingga melamban mencapai 8,61 persen.
Fenomena pengaruh pasar global terhadap kinerja perdagangan di
Jawa Timur mengindikasikan belum optimalnya jaringan pasar dalam dan
luar negeri serta kurangnya promosi dan kerjasama diantara pelaku usaha
perdagangan. Fenomena ini ternyata juga berpengaruh terhadap fluktuasi
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 219
Indeks Harga Konsumen (IHK) yang pada akhirnya juga akan
mempengaruhi daya beli masyarakat.
6.2. Cakupan Bina Kelompok Pedagang/Usaha Informal
Berdasarkan tabel cakupan bina kelompok pedagang/usaha informal
selama tahun 2009 sampai dengan 2012, jumlah kelompok
pedagang/usaha informal yang mendapat bantuan Binaan Pemda
menunjukkan trend yang cukup fluktuatif, yaitu berkisar antara 43.087
kelompok pedagang/usaha informal hingga 44.956 kelompok
pedagang/usaha informal. Dari sisi jumlah kelompok pedagang/usaha
informal menunjukkan trend kenaikan dimana pada tahun 2009 jumlah
kelompok pedagang/usaha informal sebanyak 118.740, 122.599 kelompok
pedagang di tahun 2010, sebanyak 130.338 pedagang di tahun 2011 dan
139.398 kelompok pedagang/usaha informal pada tahun 2012.
Sementara itu dari sisi rasio antara jumlah kelompok
pedagang/usaha informal yang mendapat bantuan Binaan Pemda dengan
jumlah kelompok pedagang/usaha informal juga menunjukkan rasio yang
cukup fluktuatif yaitu berkisar antara 31,69% hingga 37,86% selama
kurun waktu 2009 - 2012.
Tabel 2.168
Cakupan Bina Kelompok Pedagang/Usaha Informal
Tahun 2009 – 2012
S
s
u
m
b
e
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur (Indikator Ekonomi dan Sosial Jawa Timur tahun
2012)
7. Perindustrian
7.1. Kontribusi Sektor Industri Terhadap PDRB
Sektor industri pengolahan merupakan sektor strategis, karena
disamping diharapkan mampu menyerap tenaga kerja sangat besar juga
memiliki keterkaitan ke depan (forward linkaged) dan keterkaitan
kebelakang (backward linkage) yang relatif banyak. Hasil penghitungan
No Uraian 2009 2010 2011 2012
1. Jumlah Kelompok Pedagang/Usaha
Informal yang mendapat bantuan
Binaan Pemda
44,956 43,087 44,533 44,173
2. Jumlah Kelompok Pedagang/Usaha
Informal 118,740 122,599 130,338 139,398
3. Rasio ½ 37.86 35.14 34.17 31.69
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 220
tahun 2013 total nilai PDRB sektor industri pengolahan atas dasar harga
berlaku sebesar Rp 302,31 triliun, atau setara dengan 26,60 persen dari
total nilai PDRB Jawa Timur. Pertumbuhan sektor ini di tahun 2013 sebesar
5,59 persen, melamban dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh
sebesar 6,34 persen.
Apabila dilihat perkembangan strukturnya dalam lima tahun terakhir
kontribusi sektor industri di Jawa Timur cenderung menurun, masing-
masing sebesar 28,14 persen pada tahun 2009, tahun 2010 sebesar 27,49
persen, tahun 2011 sebesar 27,12 persen, tahun 2012 sebesar 27,11
persen dan tahun 2013 sebesar 26,60 persen. Sektor ini didominasi oleh
kontribusi subsektor industri makanan, minuman dan tembakau 57,31
persen (terhadap sektor NTB sektor Industri) atau sebesar 15,25 persen
terhadap total nilai PDRB Jawa Timur, dengan pertumbuhan sebesar 6,07
persen.
7.2. Pertumbuhan Industri
Sektor industri mempunyai peran yang sangat penting baik sebagai
penggerak utama pertumbuhan ekonomi maupun dalam pemerataan hasil-
hasil pembangunan. Tujuan pembangunan industri diarahkan pada upaya
untuk memperkokoh struktur ekonomi Jawa Timur dengan keterkaitan
yang kuat dan saling mendukung antar sektor, mampu meningkatkan daya
tahan perekonomian Jawa Timur, memperluas lapangan kerja dan
kesempatan berusaha, serta sekaligus mendorong berkembangnya
kegiatan berbagai sektor pembangunan lainnya.
Jumlah industri di Jawa Timur dalam lima tahun terakhir mengalami
pertumbuhan rata-rata sebesar 2,63 persen. Dalam kurun waktu 2009-
2013 tersebut, tercatat jumlah industri pada tahun 2009 sebanyak 716.441
perusahaan, tahun 2010 menjadi 742.671 perusahaan, tahun 2011 menjadi
783.955 perusahaan, tahun 2012 berkembang menjadi 796.515
perusahaan serta pada tahun 2013 kembali meningkat menjadi 799.168
perusahaan. Selengkapnya terkait jumlah industri dan pertumbuhannya
tertera seperti dalam tabel 2.169 dan gambar 2.60 berikut :
Tabel 2.169
Jumlah Industri di Jawa Timur Tahun 2009-2013
Uraian 2009 2010 2011 2012 2013
Perusahaan/Industri 716.441 742.671 783.178 796.537 799.168
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 221
Pertumbuhan (%) 2,00 3,66 5,45 1,71 0,33
Sumber: Dinas Perindag Provinsi Jatim
Gambar 2.62 Grafik Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja, Nilai Investasi dan Nilai
Produksi Industri
Berdasar tabel dan grafik tersebut terlihat bahwa meskipun dari
tahun ke tahun jumlah industrinya terus mengalami pertambahan, namun
jumlah pertumbuhannya dalam dua tahun terakhir terus mengalami
perlambatan. Melambatnya pertumbuhan industri ini lebih disebabkan dari
faktor krisis terutama sebagai akibat dari gejolak perekonomian global
yang berpengaruh langsung terhadap penurunan investasi dan pada
akhirnya juga memperlambat perkembangan industri baru. Gejolak
ekonomi juga ditandai dengan melemahnya nilai tukar rupiah yang
berpengaruh pada kinerja industri pengolahan berbahan baku impor.
Melambatnya pertumbuhan industri dalam kaitannya dengan gejolak
perekonomian global mengindikasikan bahwa Industri di Jawa Timur
masih tinggi tingkat ketergantungannya dengan input produksi dari bahan
baku impor. Disisi lain terindikasi pula masih rendahnya daya saing,
kualitas dan design produk, hambatan peningkatan efisiensi produksi serta
efisiensi biaya transaksi yang juga relatif masih rendah.
8. Ketransmigrasian
8.1. Transmigran Swakarsa
Program transmigrasi pada dasarnya merupakan suatu kebijakan
pemerintah yang antara lain bertujuan untuk memecahkan masalah
kependudukan dan meningkatkan pembangunan daerah. Transmigrasi
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 222
tidak hanya memindahkan penduduk saja tetapi juga berusaha
meningkatkan pembangunan daerah tujuan dan kesejahteraan
individu/transmigran yang bersangkutan.
Jumlah transmigrasi dari Jawa Timur pada tahun 2012 sebanyak 672
KK atau 2.113 jiwa. Dari sejumlah itu, 860 jiwa (40,70 persen) diantaranya
termasuk transmigran swakarsa. Transmigrasi Swakarsa adalah persentase
jumlah transmigran swakarsa terhadap jumlah transmigrasi. Berdasarkan
perkembangannya, dari tahun 2010 – 2012, persentase jumlah
transmigrasi swakarsa menunjukkan peningkatan yaitu dari 12,33 persen
tahun 2010 menjadi 27,91 pada tahun 2011 dan 40,70 persen pada tahun
2012
Gambar 2.63
Grafik Perkembangan Jumlah Transmigrasi (jiwa) Menurut Jenisnya
Di Jawa Timur Tahun 2010 – 2012
Sumber : Disnakerduktrans Provinsi Jawa Timur
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Tenaga Kerja,
Kependudukan dan Trasmigrasi Provinsi Jawa Timur, diketahui bahwa
Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah merupakan dua propinsi yang
menempatkan transmigran terbanyak dibandingkan provinsi lainnya.