218421011201103511.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    1/124

    viii

    ANALISIS PENGARUH KOMPENSASI MANAJEMEN

    EKSEKUTIF TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN DENGAN

    KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat

    Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

    Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

    Oleh:

    YUNMAS WIDAMUNTINIM F0306087

    FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA2010

    i

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    2/124

    ix

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    3/124

    x

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    4/124

    xi

    MOTTO

    “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu” (QS. Al-Baqarah: 45)

    ‘Now a reader, tomorrow a leader’

    „Man Jadda Wa Jadda‟ (Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka dia akan mendapatkannya)

    „If we have a HAMMER in our hand, We‟re going to see every PROBLEM as a NAIL‟

    Friends strengthen us when We‟re down and boos ter our happymoments become more „Orange‟!!

    \m/

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    5/124

    xii

    PERSEMBAHAN

    Karya sederhana ini penulis persembahkan teruntuk:

    Allah SWT untuk semua berkah dan kemudahan yang selalu dilimpahkan,

    Bapak dan Ibu yang selalu menyertakanku dalam do‟a dan su judnya,

    sesungguhnya mereka selalu ada pada setiap langkahku berkarya,

    Mbak Dila, Mas Eky, Mas Ai serta Keluarga besar Mbah Oesman dan Mbah

    Soewartidjo, terimakasih atas do‟a dan motivasinya, aku bahagia dan

    beruntung menjadi bagian dari kehidupan kalian,

    sahabat-sahabatku yang sudah seperti keluarga saat jauh di perantauan, Allah

    membalas kebaikan kalian,

    teman-teman seperjuangan di FE UNS Akuntansi 2006,

    pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dalam perjalananku menempuh

    dan menyelesaikan studi ini, dan

    Almamaterku tercinta.

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    6/124

    xiii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

    memberikan limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “ Analisis Pengaruh Kompensasi

    Manajemen Eksekutif Terhadap Kinerja Perusahaan dengan Kebijakan Dividen

    Sebagai Variabel Intervening ”.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

    memerlukan banyak sumbangan dan saran yang bersifat konstruktif. Disadari pula

    bahwa skripsi ini dapat selesai karena tidak lepas dari dukungan dan dorongan

    dari berbagai pihak yang telah memberi motivasi dan bantuan moril sehingga

    skripsi ini dapat terwujud. Oleh karena itu, dengan penuh rasa terima kasih

    penulis sampaikan dengan rasa yang tak terhingga kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak., selaku Dekan

    Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta,

    2. Bapak Drs. Jaka Winarna M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan

    Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta,

    3.

    Bapak Dr. Bandi, M.Si., Ak. selaku dosen pembimbing yang telah

    dengan sabar memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan

    sehingga skripsi ini dapat disusun dengan baik dan lancar,

    4. Bapak Dra. Setianingtyas H, MM., Ak. selaku pembimbing

    akademik yang telah memberikan banyak masukan dan arahan

    selama menempuh studi,

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    7/124

    xiv

    5. seluruh teman-teman Akuntansi angkatan 2006, atas kebersamaan

    yang terjalin selama ini, dan

    6. semua pihak yang telah membantu atas terselesaikannya skripsi ini

    yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

    Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan,

    oleh karena itu segala bentuk kritik dan masukan sangat diharapkan. Terakhir

    semoga penelitian ini dapat bermanfaat.

    Surakarta, Agustus 2010

    Penulis

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    8/124

    xv

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ……………………………………………………

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................

    HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................

    HALAMAN MOTTO ..............................................................................

    HALAMAN PERSEMBAHAN ..............................................................

    KATA PENGANTAR ..............................................................................

    i

    ii

    iii

    iv

    v

    vi

    DAFTAR ISI ............................................................................................. viii

    DAFTAR TABEL .....................................................................................

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................

    xii

    xiii

    xv

    ABSTRAK .................................................................................................

    ABSTRACT ................................................................................................

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .................................................................

    B.

    Perumusan Masalah ........................................................................

    C. Tujuan Penelitian ............................................................................

    D. Manfaat Penelitian ..........................................................................

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

    A. Telaah Kinerja Perusahaan .............................................................

    xvi

    xvii

    1

    10

    12

    12

    15

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    9/124

    xvi

    B. Pengukuran Kinerja Dengan Tobin’s Q .........................................

    C. Teori Keagenan ( Agency Theory ) ………………………………...

    D. Pemahaman Kebijakan Kompensasi

    1. Tinjauan Sistem Kompensasi Umum ………………………...

    2. Tinjauan Kompensasi Eksek utif ……………………………...

    3. Pay For Performance ………………………………………...

    E. Kebijakan Dividen …………………………………………….….

    1. Dividend Irrelevance Theory …………………………………

    2. Dividend Relevance Theory ( Bird in the Hand ) ……………..

    3. Tax Preference Theory …………………………………….....

    F. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis

    1. Pengaruh Kompensasi Manajemen Eksekutif Terhadap Kinerja

    Perusahaan ………………………………………...... ............

    2. Pengaruh Kompensasi Manajemen eksekutif Terhadap KinerjaPerusahaan Melalui Kebijakan Dividen Sebagai Variabe

    Intervening ……………............................................. .............

    G. Kerangka Teoritis Penelitian ……………………………………..

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Populasi dan Sampel ......................................................................

    B. Data dan Sumber Data ...................................................................

    C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ............

    D. Model Penelitian ............................................................................

    19

    20

    23

    26

    28

    29

    30

    31

    32

    32

    35

    37

    40

    40

    42

    45

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    10/124

    xvii

    E. Teknik Pengujian Data

    1. Uji Asumsi Klasik

    a. Uji Normalitas ...................................................................

    b. Uji Multikolonieritas ..........................................................

    c. Uji Autokorelasi .................................................................

    46

    47

    48

    d. Uji Heteroskedastisitas .......................................................

    2. Pengujian Hipotesis .....................................................................

    BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Data

    1. Seleksi Sampel …………………………………………….....

    2. Statistik deskriptif ……………………………………………

    B. Uji Asumsi Klasik

    1. Uji Normalitas Data ……………………………………….....

    2. Uji Multikoloni eritas …………………………………………

    3. Uji Autokorelasi ……………………………………………...

    4. Uji Heteroskedastisitas ……………………………………….

    C.

    Hasil Penelitian dan Pembahasan ………………………………..

    1. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) …………………..

    2. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ………

    BAB V PENUTUP

    A. . Kesimpulan ....................................................................................

    48

    49

    52

    54

    56

    59

    61

    62

    63

    64

    66

    72

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    11/124

    xviii

    B. . Keterbatasan ...................................................................................

    C. . Saran Bagi Peneliti Selanjutnya .....................................................

    DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

    73

    73

    74

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    12/124

    xix

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1 Sampel Penelitian …………….………………………………

    Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Perusahaan Sampel ...................................

    Tabel 4.3 Uji Normalitas Persamaan 1 (Sebelum Outlier ) ......................

    Tabel 4.4 Uji Normalitas Persamaan 1 (Setelah Outlier ) .........................

    Tabel 4.5 Uji Normalitas Persamaan 2 .....................................................

    Tabel 4.6 Uji Multikolonieritas ................................................................

    Tabel 4.7 Uji Autokorelasi (Uji Durbin Watson ) .....................................

    Tabel 4.8 Uji Heteroskedastisitas Persamaan 1 …………………………

    Tabel 4.9 Uji Heteroskedastisitas Persamaan 2 …………………………

    Tabel 4.10 Uji Statistik F Persamaan 1 …………………………………

    Tabel 4.11 Uji Statistik F Persamaan 2 …………………………………

    Tabel 4.12 Uji Statistik t Persamaan 1 …………………………………

    Tabel 4.13 Uji Statistik t Persamaan 2 ………………………………….

    53

    54

    57

    58

    58

    60

    61

    62

    63

    65

    66

    67

    68

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    13/124

    xx

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian …………….……………………

    Gambar 2 Diagram Jalur ( Path Diagram ) ................................................

    38

    69

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    14/124

    xxi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Daftar Sampel

    Total Kompensasi Manajemen Eksekutif tahun 2006 ...........

    Dividend Payout Ratio (DPR) tahun 2006 ............................

    Tobin’s Q tahun 2007 ............................................................

    Total Kompensasi Manajemen Eksekutif tahun 2007 ...........

    Dividend Payout Ratio (DPR) tahun 2007 ............................

    Tobin’s Q tahun 2008 ............................................................

    Lampiran 2 Statistik Deskriptif

    Lampiran 3 Outlier Sampel Observasi

    Lampiran 4 Hasil Pengujian Normalitas

    Persamaan 1 ...........................................................................

    Persamaan 2 ...........................................................................

    Lampiran 5 Hasil Pengujian Multikolonieritas

    Lampiran 6 Hasil Pengujian Autokorelasi (Uji Durbin Watson )

    Lampiran 7 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas

    Persamaan 1 ..........................................................................

    Persamaan 2 ..........................................................................

    Lampiran 8 Hasil Pengujian Path Analysis

    Uji Statistik F Persamaan 1 ...................................................

    Uji Statistik F Persamaan 2 ...................................................

    Uji Statistik t Persamaan 1 ....................................................

    1

    3

    5

    7

    9

    11

    1

    2

    1

    2

    1

    2

    3

    Uji Statistik t Persamaan 2 .................................................... 4

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    15/124

    xxii

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    16/124

    ABSTRAK

    ANALISIS PENGARUH KOMPENSASI MANAJEMEN EKSEKUTIFTERHADAP KINERJA PERUSAHAAN DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN

    SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

    Yunmas Widamunti

    F0306087

    Penelitian ini bertujuan untuk untuk menganalisis pengaruh kompensasimanajemen eksekutif (tahun t) terhadap kinerja perusahaan pada (tahun t +1) dalamhubungannya secara langsung dan secara tidak langsung yaitu dengan dimediasioleh kebijakan dividen ( dividend payout ratio ) (tahun t) sebagai variabelintervening . Penelitian ini menggunakan metode uji hipotesis. Sampel yangdigunakan dalam pengujian hipotesis berjumlah 91 perusahaan non keuanganyang membagikan dividen pada tahun 2006 atau 2007 yang terdaftar di BursaEfek Indonesia pada tahun 2006 hingga 2008.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompensasi manajemen eksekutifmempengaruhi kinerja perusahaan ( Tobin’s Q ) atau dapat dikatakan terdapat

    pengaruh langsung. Hasil path analysis membuktikan bahwa kebijakan dividen(dividend payout ratio ) tidak mampu menjadi variabel intervening atas pengaruhkompensasi manajemen eksekutif terhadap kinerja perusahaan ( Tobin’s Q ), ataudapat dikatakan tidak terdapat pengaruh tidak langsung yang dimediasi olehdividend payout ratio.

    Kata kunci: Kompensasi manajemen eksekutif, dividend payout ratio (DPR),kinerja keuangan, Tobin’s Q.

    Ketersediaan data: idx.co.id ; ICMD; JSX Statistics 2006; IDX Statistics 2007.

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    17/124

    ii

    ABSTRACT

    ANAL YSI S OF EXECUTIVE M ANAGEM ENT COMPENSATI ON EF FE CTON FI RM PERFORMANCE WITH DI VIDEND POLICY AS THE

    I NTERVENING VARI ABLE

    Yunmas WidamuntiF0306087

    This study aims to analyze the effect of executive managementcompensation (year t) on firm performance (year t +1 ) directly and indirectly withdividend payout ratio (year t) as intervening variable. This study examines a

    sample of 91 nonfinancial companies that paid dividend on 2006 or 2007 andlisted in Bursa Efek Indonesia in 2006 until 2008.

    The results of this study shows that executive management compensationhas significant effect directly on firm performance (Tobin’s Q). The result of pathanalysis shows that executive management compensation does not have influenceon firm performance (Tobin’s Q) with dividend policy (dividend payout ratio) asthe intervening variable.

    Keywords: Executive management compensation, dividend payout ratio (DPR), financial performance , Tobin’s Q.

    Data Availability : idx.co.id; ICMD; JSX Statistics 2006; IDX Statistics 2007

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    18/124

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Sebagai badan usaha, masing-masing perusahaan memiliki kinerja

    ( performance ) yang harus dicapai melalui aktivitas bisnisnya. Kinerja diartikan di

    dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997: 503) sebagai kata benda ( noun )

    yang berarti sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan/atau

    kemampuan kerja, sedangkan kinerja berdasarkan Kamus Bisnis dan Manajemen

    adalah hasil nyata yang dicapai dan dapat digunakan untuk menunjukkan hasil

    positif yang dicapai (Tunggal, 1995: 85).

    Penilaian kinerja menurut Mulyadi (2001: 432) adalah penentuan secara

    periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan

    karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan

    sebelumnya. Standar tersebut dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana

    formal yang dituangkan dalam rencana strategik, program dan anggaran

    organisasi. Penilaian kinerja juga digunakan untuk menekan perilaku yang tidak

    semestinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku yang semestinya

    diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan,

    baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Karena organisasi pada dasarnya

    dijalankan oleh manusia maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan

    penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan

    dalam organisasi.

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    19/124

    Perusahaan yang memiliki kinerja baik merupakan perusahaan yang

    menguntungkan bagi semua stakeholder . Hal ini sesuai dengan tujuan utama

    perusahaan yaitu meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.

    Peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham dapat dinyatakan

    dalam bentuk memaksimalkan harga saham perusahaan. Dalam upaya

    meningkatkan nilai perusahaan, manajer sebagai agent , akan berusaha untuk

    menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Kinerja perusahaan yang tumbuh

    secara berkelanjutan membuktikan bahwa perusahaan dapat bertahan dalam

    kondisi persaingan dan survive (Watson & Head, 2004: 9).

    Sosok penting di balik terciptanya kinerja perusahaan adalah para

    eksekutif yang biasanya adalah orang-orang yang berada pada posisi dua tingkat

    teratas dalam perusahaan, seperti direktur utama, wakil direktur utama, direktur,

    manajer eksekutif termasuk didalamnya komisaris utama dan komisaris. Direksi

    bertugas memimpin, mengelola dan membuat keputusan-keputusan strategis

    perusahaan terkait aktivitas bisnis perusahaan, dewan komisaris bertugas

    mengawasi kebijakan yang diputuskan oleh direksi dan pelaksanaan kebijakan

    tersebut serta memberikan nasehat kepada para direksi. Weston et al . (2004: 559)

    menyatakan bahwa dewan komisaris memiliki peran penting di dalam praktik

    good corporate governance (GCG). Peran ini semakin penting setelah terjadinya

    beberapa white collar crime yaitu fraud yang merugikan bahkan mengakibatkan

    kebangkrutan perusahaan yang melibatkan pimpinan perusahaan pada jenjang

    tertinggi ( Enron corp, Worldcom corp, Sunbeam corp, Dynegy corp serta Tyco

    corp ). Di Indonesia, peningkatan kebutuhan akan GCG semakin terasa setelah

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    20/124

    terjadinya krisis multi dimensi sejak 1997. Diduga bahwa salah satu penyebab

    terjadinya krisis di Indonesia adalah lemahnya pengawasan yang dilakukan

    terhadap direksi perusahaan yang seharusnya menjadi tanggung jawab dewan

    komisaris (Herwidayatmo, 2000).

    Perusahaan-perusahaan besar biasanya mempunyai paling sedikit tiga

    jenjang manajemen (Swastha & Sukotjo, 1998: 178). Ketiga jenjang manajemen

    itu adalah manajemen puncak atau manajemen eksekutif, manajemen madya atau

    manajemen administratif, dan manajemen operasional atau manajemen supervisor.

    Manajemen eksekutif biasanya adalah seorang yang berada pada posisi dua

    tingkat teratas dalam perusahaan, seperti direktur utama, wakil direktur utama,

    direktur, manajer eksekutif termasuk didalamnya komisaris utama dan komisaris.

    Manajemen ekskutif ini bertugas menyusun rencana umum perusahaan,

    mengambil keputusan-keputusan penting, mendefinisikan keberadaan bisnis

    perusahaan, mempertemukan kesempatan-kesempatan produk dan pasar yang

    paling baik, selain itu juga harus mampu mengkonseptualisasikan strategi dan

    selanjutnya memprakarsai serta memelihara proses strategi perusahaan.

    Direksi sebagai pihak yang bertangung jawab penuh mengelola

    perusahaan demi tercapainya kelangsungan hidup perusahaan dipandang sangat

    perlu mendapatkan apresiasi yang efektif yaitu dalam bentuk kompensasi.

    Kompensasi diberikan kepada direksi sebagai imbalan terhadap waktu, tenaga,

    dan fikiran yang dicurahkan. Sistem kompensasi manajemen dibentuk sebagai alat

    untuk mencapai keselarasan tujuan antara manajemen dengan pemilik,

    memotivasi pihak manajemen agar giat bekerja, produktif meningkatkan kinerja

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    21/124

    dan menciptakan nilai perusahaan. Kompensasi juga digunakan sebagai alat untuk

    mempertahankan tenaga kerja yang cakap mengelola perusahaan (Anthony &

    Govindarajan, 2007: 28). Kompensasi yang diberikan oleh perusahaan dapat

    berupa kas dan non kas. Gaji, tunjangan, bonus dan tantiem adalah contoh

    kompensasi dalam bentuk kas, saham bonus dan opsi saham adalah contoh bentuk

    kompensasi non kas. Besarnya kompensasi yang diberikan oleh perusahaan

    kepada pihak eksekutif pada tiap-tiap perusahaan adalah berbeda-beda tergantung

    dari kebijakan kompensasi yang disepakati didalam kontrak kompensasi.

    Penelitian mengenai kebijakan kompensasi eksekutif telah dilakukan oleh

    beberapa peneliti sebelumnya baik menggunakan kompensasi dalam bentuk kas

    saja, kompensasi dalam bentuk kepemilikan saham opsi yang biasanya dilakukan

    di Negara maju karena faktor ketersediaan data, maupun menggunakan total

    kompensasi yaitu jumlah keseluruhan kompensasi yang diterima oleh dewan

    direksi dan komisaris. Cole & Mehran (1991) membuktikan bahwa kebijakan

    kompensasi eksekutif dapat memotivasi para manajemen eksekutif dalam

    menciptakan kinerja perusahaan yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA)

    dan Return On Equity (ROE). Hayes & Schaefer (1997) melakukan pengujian atas

    kas yang dibayarkan oleh perusahaan kepada manajemen eksekutif terhadap

    kinerja saham pada tahun t dan kinerja finansial yang akan datang (tahun t +1)

    dengan hasil pengujian yaitu terdapat pengaruh kompensasi kas direksi terhadap

    kinerja perusahaan yang diproksikan dengan Return On Equity (ROE), sales dan

    return market.

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    22/124

    Gaver & Gaver (1993) menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat

    pertumbuhan perusahaan yang tinggi membayar total kompensasi yang lebih besar

    kepada para direksinya, perusahaan besar lebih banyak memberikan insentif

    kompensasi berjangka panjang seperti penghargaan atas prestasi, saham bonus

    dan opsi saham. Sedangkan pada perusahaan yang pertumbuhan perusahaannya

    rendah, memberikan kompensasi dalam bentuk kas (gaji tetap). Penelitian ini

    kemudian dilanjutkan lagi oleh Gaver & Gaver (1998) dengan mempersempit

    lingkup pengujian yaitu menguji pengaruh total kompensasi kas direksi dengan

    pertumbuhan laba perusahaan, hasil penelitian membuktikan bahwa kompensasi

    kas direksi memiliki pengaruh positif terhadap total pertumbuhan laba perusahaan

    begitu juga hasil yang sama ditunjukkan jika hanya menggunakan laba yang

    diperoleh perusahaan melalui transaksi ekstraordinari ( nonrecurring transaction ).

    Kato & Long (2005) menggunakan pertumbuhan penjualan sebagai

    ukuran kinerja perusahaan di dalam penelitiannya, hasil pengujian membuktikan

    bahwa terdapat pengaruh kompensasi kas yang diterima oleh pihak eksekutif

    terhadap kinerja perusahaan ( Sales Growth ). Matolcsy (2007) membuktikan

    bahwa kebijakan kompensasi kas direksi memiliki pengaruh positif terhadap

    kinerja perusahaan yang diukur dengan delta laba setelah pajak (EAT), trading

    profit over operating asset (TP/OA), earning before interest and tax over total

    asset (EBIT/TA) serta Return On Equity (ROE), namun hubungan ini tidak dapat

    dapat dibuktikan ketika perusahaan sedang berada dalam kondisi perekonomian

    yang menurun/buruk, hasil penelitian ini didukung pula oleh Balachandran

    (2009), yang memberikan hasil pengujian bahwa kompensasi direksi memiliki

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    23/124

    hubungan yang positif dengan pertumbuhan laba perusahaan khususnya

    pertumbuhan yang dipicu oleh kegiatan manajamen yang berfokus pada

    peningkatan profitabilitas, karena didalam penelitiannya sumber pertumbuhan

    laba perusahaan dipisahkan menjadi dua yaitu pertumbuhan laba yang dipicu oleh

    kegiatan manajemen yang fokus pada peningkatkan profitabilitas ( profitability

    driven growth ) dan kelompok pertumbuhan laba yang dipicu oleh kegiatan

    investasi ( investment driven growth ).

    Perusahaan yang memutuskan untuk go public, yaitu perusahaan yang

    listed dalam Bursa Efek dengan tujuan memperoleh sumber dana yang lebih besar

    dengan memperluas peluang pihak umum untuk dapat memiliki bagian-bagian

    saham atas perusahaan tersebut melalui pasar modal. Pasar modal merupakan

    tempat bertemunya investor dan emiten. Pasar modal dapat membantu

    mengembangkan usaha, memperluas kegiatan ekonomi dan pendorong laju

    pembangunan. Perusahaan go public akan memiliki pemisahan fungsi pengelolaan

    dan fungsi kepemilikan, yang kemudian akan seringkali muncul masalah

    keagenan ( agency conflict ) antara pihak internal perusahaan yaitu pihak

    manajemen dengan pihak eksternal yaitu para pemegang saham atau pemilik.

    Dalam kerangka agency theory, hubungan antara pihak internal

    perusahaan dengan pemegang saham digambarkan sebagai hubungan antara agent

    dan principal yaitu pihak manajemen sebagai agent dan pemegang saham sebagai

    principal . Agent diberi mandat oleh principal untuk menjalankan bisnis demi

    kepentingan principal. Keputusan bisnis yang diambil manajemen seharusnya

    selain meningkatkan kinerja perusahaan juga untuk meningkatkan kekayaan

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    24/124

    pemegang saham guna memaksimalkan sumber daya (utilitas) perusahaan. Namun

    di sisi lain, pihak manajemen yang mengelola perusahaan cenderung memiliki

    tujuan lain yang menguntungkan dirinya sendiri yang tidak selaras dengan

    pertumbuhan nilai yang diperoleh para pemegang saham. Dari perbedaan tujuan

    tersebut, timbul konflik kepentingan antara pihak manajemen dengan pemegang

    saham. Konflik tersebut dikenal dengan konflik keagenan ( agency conflict ).

    Perspektif teori agensi digunakan untuk memahami isu Corporate

    Governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan,

    diharapkan dapat berfungsi sebagai alat untuk memberi keyakinan kepada investor

    bahwa mereka akan menerima return atas dana yang mereka investasikan.

    Corporate Governance berkaitan dengan bagaimana investor yakin bahwa

    manajer akan memberikan keuntungan bagi investor, yakin bahwa manajer tidak

    akan mencuri, menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek

    yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan

    oleh investor dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengendalikan para

    manajer (Schleifer & Vishny, 1997). Jensen & Meckling (1976) serta Watts &

    Zimmerman (1990) menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan

    angka-angka akuntansi diharapkan dapat meminimalkan konflik diantara pihak-

    pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan adalah bentuk pertanggung

    jawaban pihak manajemen ( agent ) kepada pihak-pihak yang berkepentingan

    ( principal ) atas kinerja perusahaan pada periode yang bersangkutan sehingga

    principal dapat menilai, mengukur dan mengawasi sampai sejauh mana agent

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    25/124

    bekerja untuk meningkatkan kesejahteraan serta sebagai dasar pemberian

    kompensasi pihak manajemen ( agent ).

    Kebijakan kompensasi yang ditetapkan perusahaan kepada pihak

    eksekutif merupakan salah satu mekanisme corporate governance yang bertujuan

    menyatukan kepentingan manajer dan pemilik melalui gaji, bonus dan insentif

    jangka panjang yang pada akhirnya akan berdampak pada penciptaan kinerja

    perusahaan. Banyaknya faktor penghalang yang menyulitkan muncul sebagai

    hambatan bagaimana keputusan manajerial dapat secara langsung bertanggung

    jawab terhadap hasil yang dicapai. Kompensasi manajemen eksekutif menjadi

    sangat menarik untuk dikaji sehingga peneliti termotivasi untuk melakukan

    pengujian terkait apakah kompensasi manajemen eksekutif memiliki pengaruh

    terhadap kinerja perusahaan pada periode yang akan datang.

    Eksistensi pasar modal juga akan meningkatkan efisiensi pemakaian dana

    melalui aliran dana dari sektor yang berlebihan ke sektor yang kekurangan dana

    serta memeratakan kesejahteraan melalui pembagian dividen. Atas saham yang

    dimilikinya, pemegang saham mengharapkan dapat memperoleh dividen dan

    capital gain . Dividen merupakan bagian laba bersih setelah pajak yang dibagikan

    kepada para pemegang saham. Sedangkan capital gain merupakan selisih positif

    harga jual dan harga beli saham atau jumlah lebih harga jual diatas harga beli

    saham.

    Besarnya dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham diakui

    sebagai kewajiban dalam laporan keuangan pada periode ketika dividen tersebut

    disetujui oleh para pemegang saham yang sebelumnya diputuskan berdasarkan

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    26/124

    keputusan rapat dewan direksi dengan persetujuan rapat dewan komisaris. Dalam

    rapat dewan direksi dan rapat dewan komisaris dilakukan pemungutan suara

    dengan tujuan menentukan dan mengumumkan dividen tunai ( cash dividend ) , dan

    jika hasilnya disetujui, maka dividen segera diumumkan. Penentuan sejumlah

    dividen yang harus dibayarkan merupakan keputusan manajemen yang tidak

    mudah. Pihak direksi dengan diawasi oleh dewan komisaris akan

    mempertimbangkan dan menentukan dividend payout ratio (DPR) yaitu besarnya

    dividen kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham, besarnya retained

    earning yang dibutuhkan untuk membiayai operasional, reinvestasi dan ekspansi

    bisnis pada periode akan datang baik jangka pendek maupun jangka panjang.

    Penelitian ini termotivasi untuk menguji apakah direksi dan komisaris

    (manajemen eksekutif) dengan tingkatan kompensasi tertentu yang mereka terima

    termotivasi untuk menciptakan serta meningkatkan kinerja perusahaan melalui

    keputusan manajerial dan strategis yang diambil, salah satunya yaitu melalui

    kebijakan dividen yang terkait langsung dengan distribusi kesejahteraan kepada

    para pemegang saham dan juga sangat rentan terhadap jumlah modal sendiri yang

    tersedia digunakan perusahaan untuk membiayai operasional dan ekspansi

    perusahaan pada periode yang akan datang. Sehingga motivasi selanjutnya dalam

    penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kompensasi manajemen eksekutif

    terhadap kinerja perusahaan secara tidak langsung yaitu dengan dimediasi oleh

    variabel kebijakan dividen.

    Bhattacharyya (2007) membentuk suatu model penelitian yang

    menghubungkan variabel kompensasi direksi dengan kebijakan dividen yang

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    27/124

    diproksikan dengan dividend payout ratio (DPR), hasil penelitian menunjukkan

    adanya dua kelompok direksi yaitu high quality director dan low quality director.

    Perusahaan yang memberikan kompensasi relatif tinggi terbukti dapat memotivasi

    direksi ( high quality ) untuk menahan dan menginvestasikan laba sehingga

    menunjukkan NPV positif, sedangkan direksi ( low quality ) yang memperoleh

    sejumlah kompensasi relatif rendah cenderung memilih untuk mendistribusikan

    laba kepada pemegang saham dalam bentuk dividen kas. Pada tahun berikutnya

    Bhattacharyya et al. (2008) melanjutkan penelitiannya dengan menggunakan

    model penelitian lain yaitu Tobit’s Analysis , memberikan hasil pengujian yang

    sama dengan model Bhattacharyya (2007) yaitu direksi yang memiliki kinerja

    baik adalah direksi yang memperoleh kompensasi lebih tinggi dan mereka

    mengeluarkan kas perusahaan untuk membayar dividen dengan jumlah yang lebih

    rendah dilihat dari rasio dividend payout- nya. Arnott & Asness (2001) melakukan

    pengujian atas pengaruh kebijakan dividen perusahaan terhadap kinerja

    perusahaan pada tahun-tahun yang akan datang, hasil penelitian menunjukkan

    bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara dividend payout ratio

    (DPR) dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan pertumbuhan earning

    perusahaan ( earning growth ).

    Berdasar pada latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk

    melakukan sebuah penelitian yang berjudul “ Analisis Pengaruh Kompensasi

    Manajemen Eksekutif Terhadap Kinerja Perusahaan dengan Kebijakan

    Dividen Sebagai Variabel Intervening ”.

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    28/124

    B. Perumusan Masalah

    Bartema & Gomes (1998) membuktikan bahwa pengaruh kompensasi

    eksekutif terhadap kinerja perusahaan lemah dan tidak signifikan secara statistik

    serta Mathis & Jackson (2002: 191) yang mengemukakan bahwa tujuan sistem

    kompensasi manajemen eksekutif terkait dengan kinerja perusahaan banyak

    mendapat kritik, tujuan ini diyakini tidak selalu terpenuhi, sehingga masalah yang

    muncul dan sering dipertanyakan adalah program kompensasi manajemen

    eksekutif yang pada umumnya dibayarkan dalam jumlah yang cukup besar oleh

    perusahaan apakah dapat efektif memotivasi manajemen eksekutif untuk

    menciptakan dan meningkatkan kinerja perusahaan atau kurang efektif karena

    dimanfaatkan untuk memperkaya kepentingan pribadi namun tidak sejalan dengan

    peningkatan kinerja dan keuntungan para pemegang saham.

    Kesimpulan berbeda ditunjukkan oleh Cole & Mehran (1997), Hayes &

    Schaefer (1997), Kato & Long (2005) serta Matolcsy (2007) berkaitan dengan

    pengaruh kompensasi manajemen eksekutif terhadap kinerja perusahaan yang

    diproksikan dengan berbagai pengukuran kinerja muncul sebagai salah satu

    masalah di dalam penelitian ini terkait dengan pengaruh kompensasi manajemen

    eksekutif terhadap kinerja perusahaan.

    Pertimbangan memasukkan dividend payout ratio (DPR) sebagai

    variabel intervening adalah berdasarkan penelitian Bhattacharyya (2007) serta

    Bhattacharyya et al . (2008) yang mengungkapkan bahwa terdapat perngaruh

    kompensasi manajemen eksekutif terhadap dividend payout ratio , mereka

    menyatakan bahwa direksi dengan penerimaan kompensasi yang besar akan

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    29/124

    bekerja lebih produktif sehingga membutuhkan jumlah pendanaan yang lebih

    banyak dan memilih lebih sedikit utang sehingga menetapkan dividen yang

    rendah serta penelitian Rozeff (1982), Jensen (1986) serta Arnott & Asness (2001)

    menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh (+/ – ) kebijakan dividen terhadap

    kinerja perusahaan yang diproksikan dengan berbagai pengukuran.

    Dari masalah penelitian yang dirumuskan berdasarkan latar belakang

    tersebut, maka dapat dikemukakan pertanyaan penelitian sebagai berikut.

    1. Apakah terdapat pengaruh kompensasi manajemen eksekutif (COMPEN) pada

    tahun t terhadap kinerja perusahaan (TOBINSQ) tahun (t +1)?

    2. Apakah terdapat pengaruh tidak langsung kompensasi manajemen eksekutif

    (COMPEN) pada tahun t terhadap kinerja perusahaan (TOBINSQ) tahun (t +1)

    melalui kebijakan dividen (DPR) pada tahun t sebagai variabel intervening ?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah, maka

    penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut.

    1. Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh kompensasi manajemen eksekutif

    pada tahun t (COMPEN) terhadap kinerja perusahaan (TOBINSQ) tahun (t +1).

    2. Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh tidak langsung kompensasi

    manajemen eksekutif (COMPEN) pada tahun t terhadap kinerja perusahaan

    (TOBINSQ) tahun (t +1) melalui kebijakan dividen (DPR) pada tahun t sebagai

    variabel intervening .

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    30/124

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

    1. Bagi Pihak Manajemen

    Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pihak internal perusahaan sebagai

    bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan kompensasi manajemen

    eksekutif dan kebijakan dividen yang dibayarkan kepada para pemegang

    saham dengan orientasi peningkatan kinerja pada periode operasi selanjutnya.

    Program kompensasi manajemen eksekutif yang dirancang dengan baik adalah

    yang dapat memotivasi para direksi dan komisaris untuk dapat bekerja

    produktif memacu pertumbuhan kinerja perusahaan.

    2. Bagi Investor

    Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk

    melakukan investasi pada perusahaan emiten terkait informasi mengenai

    kompensasi manajemen eksekutif, kebijakan dividen dan kinerja perusahaan

    yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

    3. Bagi Emiten

    Hasil penelitian dapat digunakan oleh manajemen sebagai dasar pengambilan

    keputusan ekonomi di dalam pasar modal dalam rangka mengoptimalkan nilai

    perusahaan melalui pertimbangan faktor kebijakan kompensasi manajemen

    eksekutif dan keputusan atas dividen kas yang dibayarkan.

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    31/124

    4. Bagi Penelitian Berikutnya

    Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi dan dasar awal penelitian-

    penelitian berikutnya terutama penelitian terkait pengaruh kebijakan

    kompensasi manajemen eksekutif, kebijakan dividen dan kinerja perusahaan.

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    32/124

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

    Dua hal yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu pengaruh

    kompensasi manajemen eksekutif terhadap kinerja perusahaan dan kemampuan

    kebijakan dividen sebagai variabel intervening dalam hubungan kausalitas antara

    kompensasi manajemen eksekutif terhadap kinerja perusahaan. Beberapa

    penelitian sebelumnya telah mencoba membuktikan pengaruh kompensasi

    manajemen eksekutif terhadap kinerja perusahaan seperti Cole & Mehran (1997),

    Hayes & Schaefer (1997), Kato & Long (2005) serta Matolcsy (2007).

    A. Telaah Kinerja Perusahaan

    Sebagai badan usaha, masing-masing perusahaan memiliki kinerja

    ( performance ) yang harus dicapai melalui aktivitas bisnisnya. Kinerja diartikan di

    dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997: 503) sebagai kata benda ( noun )

    yang berarti sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan/atau

    kemampuan kerja, sedangkan kinerja berdasarkan Kamus Bisnis dan Manajemen

    adalah hasil nyata yang dicapai dan dapat digunakan untuk menunjukkan hasil

    positif yang dicapai (Tunggal, 1995: 85).

    Perusahaan yang memiliki kinerja baik merupakan perusahaan yang

    menguntungkan bagi semua stakeholder . Hal ini sesuai dengan tujuan utama

    perusahaan yaitu meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.

    Peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham dapat dinyatakan

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    33/124

    dalam bentuk memaksimalkan harga saham perusahaan. Dalam upaya

    meningkatkan nilai perusahaan, manajer sebagai agent , akan berusaha untuk

    menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Kinerja perusahaan yang tumbuh

    secara berkelanjutan membuktikan bahwa perusahaan dapat bertahan dalam

    kondisi persaingan dan survive (Watson & Head, 2004: 9).

    Penilaian kinerja menurut Mulyadi (2001: 432) adalah penentuan secara

    periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan

    karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan

    sebelumnya. Standar tersebut dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana

    formal yang dituangkan dalam rencana strategik, program dan anggaran

    organisasi. Penilaian kinerja juga digunakan untuk menekan perilaku yang tidak

    semestinya dan untuk merangsang serta menegakan perilaku yang semestinya

    diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan,

    baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Karena organisasi pada dasarnya

    dijalankan oleh manusia maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan

    penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan

    dalam organisasi.

    Setiap unit usaha akan selalu mengukur dan menilai kinerja usahanya

    agar diketahui tingkat hasil nyata yang dapat dicapai dalam unit tersebut dalam

    kurun waktu tertentu, sehingga dibutuhkan kemampuan analis untuk mengetahui

    kinerja perusahaan. Analisis keuangan dapat dilakukan oleh pihak eksternal

    perusahaan seperti kreditur dan para investor, maupun pihak internal perusahaan.

    Laporan keuangan merupakan sumber informasi tentang perusahaan sebagai dasar

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    34/124

    estimasi penilaian kinerja dan nilai perusahaan (Wild et al ., 2005: 17). Maka dari

    itu, kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi

    laporan keuangan. Kinerja perusahaan dapat dilihat dari aspek keuangan maupun

    non keuangan. Kinerja perusahaan sangat penting bagi siapapun yang

    berkepentingan dengan perusahaan, karena dapat menggambarkan kemampuan

    dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya, seperti manajemen

    perusahaan, pemegang saham ( shareholder ) , kreditur, regulator, maupun oleh

    stakeholder yang lain, karena menyangkut distribusi kesejahteraan di antara

    mereka (Pennman, 2001).

    Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 menyatakan

    bahwa laporan keuangan harus menyajikan secara terstruktur posisi keuangan dan

    kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi

    mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi

    sebagian besar kalangan pengguna laporan seperti para investor, kreditur dan pemakai

    lain, baik yang berjalan maupun potensial dalam membuat keputusan-keputusan

    investasi, kredit, dan semacamnya yang rasional dalam pembuatan keputusan

    ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen

    atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka . Secara lebih rinci,

    tujuan laporan keuangan adalah seperti berikut (Belkaoui, 2006: 212).

    1. Menyediakan informasi sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi.

    2. Melayani para pemakai yang mempunyai keterbatasan otoritas, kemampuan

    dan sumber daya untuk memperoleh informasi tentang aktivitas perusahaan.

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    35/124

    3. Menyediakan informasi yang berguna bagi investor dan kreditur untuk

    memprediksi, membandingkan dan mengevaluasi jumlah, waktu, dan

    ketidakpastian yang terkait dengan aliran kas potensial.

    4. Menyediakan informasi pada pemakai untuk memprediksi, membandingkan,

    dan mengevaluasi kemampuan perusahaan memperoleh laba ( earnings ).

    5. Menyediakan informasi yang berguna untuk menilai kemampuan manajemen

    untuk menggunakan sumber daya organisasi secara efektif guna mencapai

    tujuan perusahaan.

    6. Menyediakan informasi faktual dan penafsiran tentang transaksi dan kejadian

    lain yang berguna untuk memprediksi earning power perusahaan.

    Bagi manajemen, penilaian kinerja memegang peranan penting terutama

    untuk memastikan tingkat keberhasilan usaha entitas serta memberikan dasar

    perencanaan strategis dan operasional di masa mendatang. Bagi para pemilik

    perusahaan, menilai kinerja manajemen untuk menjamin bahwa harta yang

    diinvestasikan dalam perusahaan itu digunakan secara baik dan sesuai dengan

    tujuannya. Bagi investor dan calon investor, informasi tentang kinerja suatu unit

    usaha merupakan dasar untuk membuat keputusan membeli, mempertahankan

    atau menjual saham perusahaan tersebut. Bagi kreditur dan calon kreditur,

    penilaian kinerja dapat memberikan dasar untuk keputusan yang menyangkut

    jaminan kepastian pembayaran pokok pinjaman dan bunganya oleh debitur sesuai

    dengan perjanjian yang disepakati. Pemerintah berkepentingan terhadap informasi

    tentang kinerja perusahaan sebagai dasar penetapan beban pajak, pembuatan

    berbagai kebijakan regulasi, pemberian fasilitas, dan menjaga stabilitas

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    36/124

    perekonomian nasional. Regulator seperti Bapepam berkepentingan terhadap

    informasi laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang telah go public dalam

    rangka pengawasan dan perlindungan kepentingan publik.

    B. Pengukuran Kinerja dengan Tobin’s Q

    Kinerja perusahaan dapat dinilai melalui berbagai macam indikator

    untuk mengukur keberhasilan perusahaan, pada umumnya berfokus pada

    informasi kinerja yang berasal dari laporan keuangan, dalam penelitian ini kinerja

    diproksikan dengan Tobin’s Q. Tobin’s Q pertama kali ditemukan oleh seorang

    berkebangsaan Amerika Serikat bernama James Tobin pada tahun 1969. Sejak

    pertama kali diperkenalkan hingga sekarang Tobin’s Q membawa peranan penting

    pada banyak interaksi yang berkaitan dengan keputusan finansial sebagai salah

    satu alat ukur kinerja. Pada dasarnya Tobin’s Q adalah sebagai rasio harga pasar

    terhadap nilai buku atas aktiva perusahaan.

    Penelitian ini menggunakan Tobin’s Q seperti yang digunakan oleh

    Chung & Prutt (1994) sebagai pengukuran kinerja perusahaan yang dihitung

    dengan cara market value equity ditambah dengan total utang lalu dibagi dengan

    total aktiva perusahaan. Pengukuran Tobin’s Q dengan cara ini telah terbukti

    dapat diaplikasikan di Indonesia seperti yang telah dilakukan oleh Sriwardani

    (2006). Dinyatakan bahwa jika nilai Tobin’s Q mendekati atau lebih besar dari 1

    hal ini menggambarkan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik, semakin

    besar nilai Tobin’s Q maka semakin baik kinerja perusahaan, sebaliknya jika

    perusahaan memiliki nilai Tobin’s Q lebih kecil dari 1 maka dapat dikatakan

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    37/124

    bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang tidak baik, semakin kecil nilai

    Tobin’s Q maka semakin buruk kinerja perusahaan. Chung & Prutt (1994)

    menyarankan para investor untuk memilih perusahaan yang memiliki nilai Tobin’s

    Q yang lebih besar atau mendekati 1.

    C. Teori Keagenan ( Agency Theory )

    Konsep Agency Theory menurut Anthony & Govindarajan (1995: 569)

    menunjukkan hubungan keagenan, yaitu kontrak antara principal dan agent . Agent

    bekerja untuk melakukan tindakan sesuai keinginan principal. Pada perusahaan

    yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham bertindak sebagai principal ,

    dan para manajer perusahaan sebagai agent mereka. Dalam agency theory

    diasumsikan agent dan principal masing-masing memiliki kepentingan pribadi

    yang berbeda. Principal termotivasi mengadakan kontrak untuk menyejahterakan

    dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Agent termotivasi untuk

    memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, antara lain

    dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Selain

    itu principal memiliki informasi yang terbatas tentang kinerja agent. Agent

    mempunyai informasi yang lebih banyak mengenai kapasitas diri, lingkungan

    kerja dan perusahaan secara keseluruhan.

    Ketidakseimbangan jumlah informasi antara agent dan principal inilah

    yang disebut dengan asimetri informasi. Adanya konflik kepentingan dan asimetri

    informasi membuat agent berusaha memanfaatkan keadaan dengan

    menyembunyikan beberapa informasi dari principal .

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    38/124

    Tujuan utama teori keagenan ( agency theory ) adalah untuk menjelaskan

    bagaimana pihak-pihak yang melakukan hubungan kontrak dapat mendesain

    kontrak yang tujuannya untuk meminimalisir cost sebagai dampak adanya

    informasi yang tidak simetris dan kondisi ketidakpastian. Teori keagenan juga

    berusaha untuk menjawab masalah keagenan yang terjadi yang disebabkan karena

    pihak-pihak yang saling bekerjasama memiliki tujuan yang berbeda.

    Teori keagenan ( agency theory ) ditekankan untuk mengatasi dua

    permasalahan yang dapat terjadi dalam hubungan keagenan (Meythi, 2005).

    Pertama, adalah masalah keagenan yang timbul pada saat keinginan-keinginan

    atau tujuan-tujuan principal dan agent saling berlawanan dan merupakan hal yang

    sulit bagi principal untuk melakukan verifikasi apakah agent telah melakukan

    sesuatu secara tepat. Kedua, adalah masalah pembagian dalam menanggung risiko

    yang timbul dimana principal dan agent memiliki sikap yang berbeda terhadap

    risiko. Inti dari hubungan keagenan adalah bahwa di dalam hubungan keagenan

    tersebut terdapat adanya pemisahan antara kepemilikan (pihak principal ) yaitu

    para pemegang saham dengan pengendalian (pihak agent ) yaitu manajer yang

    mengelola perusahaan atau yang sering disebut dengan „the separation of the

    decision making and risk beating functions of the firm ’ . Perusahaan yang

    memisahkan fungsi pengelolaan dan fungsi kepemilikan akan mengakibatkan

    munculnya perbedaan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham.

    Teori keagenan ( agency theory ) dilandasi oleh beberapa asumsi

    (Eisenhardt, 1989). Asumsi-asumsi tersebut dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu.

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    39/124

    1. Asumsi sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat

    mementingkan dirinya sendiri ( self interest ), memiliki keterbatasan

    rasionalitas ( bounded rationality ) dan tidak menyukai risiko ( risk aversion ),

    2. asumsi keorganisasian menekankan bahwa adanya konflik antar anggota

    organisasi dan adanya asimetri informasi antara principal dan agen,

    3. dan asumsi informasi menekankan bahwa informasi sebagai barang komoditi

    yang bisa diperjualbelikan.

    Adanya asimetri informasi memungkinkan adanya konflik yang terjadi

    antara principal dan agent untuk saling mencoba memanfatkan pihak lain untuk

    kepentingan sendiri. Oleh karena itu perlu adanya suatu mekanisme pengawasan

    untuk meminimumkan konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang

    saham. Munculnya mekanisme pengawasan atau kegiatan pemantauan ini akan

    menyebabkan timbulnya suatu biaya yang disebut agency cost . Biaya keagenan

    (agency cost ) adalah biaya yang dikeluarkan pemilik untuk mengatur dan

    mengawasi kerja para manajer sehingga mereka bekerja untuk kepentingan

    perusahaan. Darmawati (2005) menyebutkan terdapat tiga jenis biaya keagenan

    yaitu.

    1. Monitoring cost adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh principal untuk memonitor perilaku agen, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan

    mengontrol perilaku agen. Contohnya adalah biaya audit dan biaya untuk

    menetapkan rencana kompensasi manajer, pembatasan anggaran, dan aturan-

    aturan operasi.

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    40/124

    2. Bonding cost adalah biaya yang ditanggung oleh agen untuk menetapkan dan

    mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agen akan bertindak untuk

    kepentingan principal . Contohnya adalah biaya yang dikeluarkan oleh manajer

    untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemegang saham.

    3. Residual loss timbul dari kenyataan bahwa tindakan agen kadangkala berbeda

    dari tindakan yang memaksimumkan kepentingan principal .

    D. Pemahaman Kebijakan Kompensasi

    1. Tinjauan Sistem Kompensasi Umum

    Sistem kompensasi dalam organisasi harus dihubungkan dengan tujuan

    dan strategi organisasi akan tetapi kompensasi juga menuntut keseimbangan

    antara keuntungan dan biaya pengusaha dengan harapan para karyawan. Biaya

    kompensasi ini haruslah pada tingkat yang memastikan adanya efektivitas

    perusahaan maupun pemberian imbalan yang layak bagi seluruh karyawan untuk

    kemampuan, keterampilan, pengetahuan dan pencapaian kinerja mereka. Biaya

    kompensasi merupakan biaya yang signifikan dalam kebanyakan organisasi.

    Program kompensasi dalam organisasi harus memiliki empat tujuan berikut ini

    (Mathis & Jackson, 2002).

    a. Terpenuhinya sisi legal, dengan segala peraturan dan hukum yang sesuai,

    b. efektivitas biaya untuk organisasi,

    c. keseimbangan individual, internal, eksternal untuk seluruh karyawan,

    d. dan peningkatan keberhasilan kinerja organisasi.

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    41/124

    Kompensasi adalah faktor penting yang mempengaruhi bagaimana dan

    mengapa orang-orang bekerja pada suatu organisasi dan bukan pada organisasi

    yang lainnya. Perusahaan harus cukup kompetitif dengan beberapa jenis

    kompensasi untuk memperkerjakan, mempertahankan dan memberi imbalan

    terhadap kinerja setiap individu di dalam organisasi.

    Terdapat dua jenis kompensasi yaitu kompensasi yang berbentuk

    intrinsic (internal) dan ekstrinsic (eksternal). Imbalan intrinsic antara lain

    termasuk pujian yang didapatkan untuk penyelesaian suatu proyek atau berhasil

    memenuhi beberapa tujuan kinerja. Efek psikologis dan sosial yang lain dari

    kompensasi juga merupakan gambaran dari jenis imbalan intrinsik. Imbalan

    ekstrinsik bersifat terukur, memiliki bentuk imbalan moneter maupun non-

    moneter. Komponen terukur dari program kompensasi terdapat pada kedua jenis

    umum kompensasi. Imbalan moneter diberikan oleh perusahaan sebagai bentuk

    jenis kompensasi yang bersifat langsung. Gaji pokok dan gaji variabel merupakan

    bentuk paling umum dari kompensasi langsung ini. Kompensasi tidak langsung

    biasanya terdiri dari tunjangan-tunjangan.

    b. Gaji Pokok

    Gaji pokok merupakan kompensasi dasar yang diterima oleh karyawan,

    biasanya sebagai gaji atau upah. Banyak organisasi menggunakan dua kategori

    gaji pokok yaitu harian atau tetap yang diidentifikasikan berdasarkan cara

    pemberian gaji tersebut dan sifat pekerjaannya. Gaji tetap dibayar secara

    konsisten dari waktu ke waktu dengan tidak memperhatikan nilai kerja terukur

    seperti jam kerja, jumlah penjualan dan lain sebagainya.

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    42/124

    c. Gaji Variabel

    Jenis lain dari gaji langsung adalah gaji variabel yang berkaitan langsung

    dengan pencapaian kinerja. Jenis yang paling umum dari gaji jenis ini untuk

    karyawan adalah program pembayaran bonus dan insentif. Untuk eksekutif,

    adalah umum untuk mendapatkan imbalan yang sifatnya lebih jangka panjang

    seperti kepemilikan saham.

    d. Tunjangan

    Banyak organisasi yang memberikan sejumlah imbalan ekstrinsik tidak

    langsung dalam bentuk tunjangan. Karyawan menerima nilai terukur dari

    imbalan tanpa benar-benar menerimanya secara tunai. Tunjangan karyawan

    adalah imbalan tidak langsung berupa asuransi kesehatan, uang cuti ataupun

    uang pensiun yang diberikan kepada karyawan atau sekelompok karyawan

    sebagai bagian dari keanggotaannnya di organisasi.

    Terdapat dua filosofi kompensasi mendasar yang dapat dilihat sebagai

    titik berlawanan dari suatu garis lurus (Mathis & Jackson, 2002).

    a. Orientasi Kelayakan

    Filosofi kelayakan dapat dilihat di banyak organisasi yang secara tradisional

    telah memberikan kenaikan otomatis kepada karyawannya setiap tahun. Lebih

    jauh lagi, kebanyakan karyawan menerima persentase kenaikan yang sama

    atau hampir sama setiap tahunnya. Pengusaha dan manajer yang menjalankan

    filosofi kelayakan ini percaya bahwa karyawan yang bekerja untuk satu tahun

    lagi layak untuk mendapatkan kenaikan gaji pokok dan seluruh program

    insentif serta bonus juga harus tetap berjalan dan dinaikkan, dengan

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    43/124

    mengabaikan perubahan kondisi ekonomi dan industri yang ada. Biasanya

    kenaikan gaji merujuk pada kenaikan biaya hidup, apakah mereka itu terkait

    secara spesifik dengan indicator ekonomi atau tidak.

    b. Orientasi Kinerja

    Jika filosofi kinerja ini diikuti, tidak seorang pun yang dijamin akan

    mendapatkan kompensasi dengan hanya menambahkan satu tahun lagi dalam

    melayani perusahaan. Gaji dan insentif didasarkan pada perbedaan kinerja di

    antara seluruh karyawan. Karyawan yang berkinerja baik akan mendapatkan

    kenaikan kompensasi yang lebih besar. Bonus dibayarkan berdasarkan kinerja

    individu, kelompok dan/atau kinerja organisasi.

    2. Tinjauan Kompensasi Eksekutif

    Paket kompensasi eksekutif menjadi topik yang ramai dibicarakan di

    pertengahan dasawarsa 1990-an. Banyak perusahaan khususnya yang besar,

    mengadministrasikan kompensasi eksekutif secara agak berbeda dibandingkan

    dengan kompensasi untuk karyawan di tingkat yang lebih rendah. Seorang

    eksekutif biasanya adalah seorang yang berada pada posisi dua tingkat teratas

    dalam perusahaan, seperti direktur utama, wakil direktur utama, direktur, manajer

    eksekutif termasuk didalamnya komisaris utama dan komisaris.

    Paket kompensasi eksekutif pada dasarnya berisi hampir sama dengan

    paket kompensasi karyawan pada umumnya yaitu terdiri dari komponen gaji

    pokok, gaji variabel (bonus tahunan, insentif jangka panjang dan penghasilan

    tambahan) serta tunjangan, yang paling membedakan adalah adanya jenis

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    44/124

    kompensasi khusus yang tidak diterima oleh karyawan yaitu kompensasi dalam

    bentuk opsi saham. Perusahaan di negara maju seperti Amerika Serikat tidak asing

    lagi menggunakan program kompensasi opsi saham kepada para direksinya, di

    Indonesia sendiri perkembangan paket kompensasi eksekutif yang didalamnya

    berisi opsi saham belum banyak diadopsi begitu juga dengan pengungkapan detail

    kompensasi eksekutif yang belum memadai sehingga menyulitkan untuk dapat

    diperoleh informasi mengenai detail dasar paket kompensasi eksekutif khususnya

    untuk jenis kompensasi opsi saham.

    Program kompensasi eksekutif yang dirancang dengan baik dapat

    memacu pertumbuhan kinerja perusahaan melalui dua cara, yang pertama

    kompensasi dapat membantu perusahaan menarik orang-orang yang memiliki

    bakat yang tepat dalam tugas dan tanggung jawab tertentu guna mendorong

    pertumbuhan perusahaan, kemudian yang kedua yaitu dengan penempatan posisi

    kepemimpinan yang tepat, rancangan rencana insentif dapat memperkuat strategi

    pertumbuhan melalui pengukuran kinerja dan tujuan-tujuan tertentu yang

    mempengaruhi pertumbuhan perusahaan dan/atau unit usaha, selain itu sistem

    kompensasi yang efektif dapat menekan laju perputaran manajemen ( management

    turnover ) yang disebabkan oleh kinerja manajemen yang buruk karena tidak puas

    dengan kompensasi yang diterima (Burchman & Jones, 2006).

    Terdapat dua tujuan dengan diterapkannya sistem kompensasi eksekutif

    seperti berikut ini (Mathis & Jackson, 2002: 187).

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    45/124

    a. Memastikan bahwa paket total kompensasi untuk para eksekutif adalah

    kompetitif dibandingkan dengan paket kompensasi di perusahaan lain yang

    mungkin mempekerjakan mereka,

    b. dan mengaitkan keseluruhan kinerja perusahaan selama periode waktu tertentu

    dengan kompensasi yang dibayarkan kepada para eksekutif.

    Sistem kompensasi eksekutif global umumnya terbagi atas dua hal yaitu

    gaji tahunan ditambah dengan stock option (opsi saham) atau bonus yang bersifat

    jangka panjang. Besar nominalnya relatif. Gaji direksi memang tak terstruktur

    sebagaimana gaji karyawan lainnya, besarnya gaji eksekutif perusahaan

    tergantung pada besar-kecilnya perusahaan ataupun standar yang berlaku secara

    umum.

    3. Pay F or Per for mance

    Sistem kompensasi dalam organisasi harus dihubungkan dengan tujuan

    dan strategi organisasi namun kompensasi juga menuntut keseimbangan antara

    keuntungan dan biaya pengusaha dengan harapan para karyawan. Biaya

    kompensasi haruslah berada pada tingkat yang memastikan adanya efektivitas

    perusahaan maupun pemberian imbalan yang layak bagi seluruh karyawan untuk

    kemampuan, keterampilan, pengetahuan dan pencapaian kinerja mereka.

    Inti dari sebagian besar program kompensasi eksekutif adalah pemikiran

    bahwa para eksekutif harus diberikan imbalan jika keuntungan dan nilai

    perusahaan bertambah selama beberapa tahun (Mathis & Jackson, 2002: 187).

    Agar kompensasi manajemen eksekutif menjadi suatu sistem yang dapat

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    46/124

    memotivasi para eksekutif untuk bekerja giat meningkatkan kinerja perusahaan

    yang pada akhirnya adalah agar sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu

    memaksimalkan keuntungan para pemegang saham, maka pada umumnya

    program kompensasi disusun terstruktur berdasarkan pada kinerja yang berhasil

    dicapai pada tahun yang bersangkutan dan pertumbuhan perusahaan pada

    beberapa tahun operasional (Weston et al, 2004).

    E. Kebijakan Dividen

    Dividen adalah pembagian laba yang diperoleh perusahaan kepada para

    pemegang saham yang sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki (Alwi,

    2003: 91). Biasanya dividen dibagikan dengan interval waktu yang tetap, tetapi

    kadang-kadang diadakan pembagian dividen tambahan pada waktu yang bukan

    biasanya. Besarnya dividen biasanya berkisar antara nol sampai sebesar laba

    bersih tahun berjalan atau tahun lalu. Baik waktu maupun besarnya dividen yang

    dibagikan ditentukan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

    Boorstin (1963) mengemukakan Rational Dividend Theory yang

    menyatakan bahwa dividen dibayarkan pada pemegang sahamnya apabila terdapat

    dana dari laba yang tidak digunakan dalam investasi modal, atau dengan kata lain

    kebijakan dividen merupakan proses akhir dari proses investasi modal. Kebijakan

    dividen dalam teori ini dipengaruhi oleh hal-hal seperti kesempatan investasi,

    struktur modal perusahaan, dan kemampuan untuk menghasilkan sumber dana

    secara internal. Pada dasarnya tujuan dari rational dividend theory adalah

    bagaimana mendistribusikan laba bersih perusahaan kepada para pemegang saham

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    47/124

    dengan cara yang bijaksana, di sisi lain pihak manajemen juga harus dapat

    meyakinkan para pemegang saham bahwa laba yang tidak didistribusikan dalam

    bentuk dividen adalah dana yang diperlukan untuk mencukupi cadangan,

    kontinjensi dan belanja modal sebagai dasar pembentukan laba di masa depan.

    Menurut Alwi (2003: 89) jenis-jenis dividen yang dibayarkan kepada

    pemegang saham dibedakan dalam beberapa bentuk, yaitu dividen tunai ( cash

    dividend ) , d ividen non-kas ( property dividend ), dividen dengan utang wesel ( scrib

    dividend ) , dividen likuidasi ( liquidation dividend ) dan dividen saham ( stock

    dividend ). Menurut Watson & Head (2004: 178) serta Brigham & Houston (2006:

    108) terdapat beberapa teori yang dapat dipergunakan sebagai landasan untuk

    membuat kebijakan dividen yang tetap bagi perusahaan, antara lain.

    1. Di vidend I rr elevance Th eory

    Teori ini disampaikan oleh Modigliani-Miller, mereka menyatakan

    bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh terhadap biaya modal

    (kebijakan dividen tidak relevan). Nilai suatu perusahaan hanya bergantung pada

    pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada keputusan untuk

    membagi pendapatan tersebut dalam bentuk dividen atau menahannya dalam

    bentuk laba ditahan, selain itu mereka juga berpendapat bahwa profitabilitas masa

    depan yang sangat dipengaruhi oleh keputusan investasi adalah faktor yang dapat

    digunakan untuk memprediksi harga pasar bukan dipengaruhi oleh keputusan

    dividen.

    Modigliani-Miller berpendapat bahwa tidak semua investor

    menginvestasikan kembali dividen mereka di perusahaan yang sama dengan

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    48/124

    memiliki risiko yang sama, oleh sebab itu tingkat risiko pendapatan mereka

    dimasa yang akan datang bukanlah ditentukan oleh kebijakan dividen, akan tetapi

    ditentukan oleh tingkat risiko investasi baru. Mereka menyatakan bahwa dividen

    merupakan pembayaran dana residual yang apabila perusahaan tidak

    membayarkan dividen pada tahun yang bersangkutan maka harga pasar akan

    meningkat sebagai refleksi peningkatan pembayaran dividen pada tahun

    berikutnya didorong oleh faktor keberhasilan return atas investasi yang diperoleh

    oleh perusahaan.

    2. Di vidend Relevance Theory (Bir d in the H and )

    Dalam teori yang dikemukakan oleh Gordon & Lintner ini menyanggah

    asumsi teori ketidakrelevanan dividen oleh Modigliani-Miller. Gordon dan

    Linther berpendapat bahwa nilai perusahaan akan meningkat seiring jumlah

    dengan dividen yang dibagikan, karena investor merasa lebih yakin terhadap

    penerimaan pembayaran dividen daripada kenaikan capital gain (nilai modal)

    yang akan dihasilkan dari laba ditahan.

    Gordon & Lintner berpendapat bahwa investor lebih memilih untuk

    menerima dividen pada saat ini dibandingkan dengan menerima capital gain di

    masa yang akan datang yang nilainya belum pasti, hal ini juga merefleksikan teori

    certainty dan time value of money . Modigliani – Miller menamakan pendapat

    Gordon dan Lintner sebagai the bird-in-the-hand fallacy. Gordon dan Lintner

    beranggapan investor memiliki pandangan bahwa satu burung di tangan lebih

    berharga dari pada seribu burung di udara.

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    49/124

    Teori ini mengemukakan bahwa pengumuman pembayaran dividen

    merupakan suatu sinyal baik dari perusahaan yang mengindikasikan bahwa

    perusahaan memiliki prospek yang menguntungkan sehingga akan direspon

    positif oleh pasar dengan peningkatan harga saham.

    3. Tax Preference Theory

    Jika capital gain dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah dari pada

    pajak atas dividen, maka saham yang memiliki pertumbuhan tinggi akan lebih

    menarik. Tetapi sebaliknya, jika capital gain dikenakan pajak yang sama dengan

    pendapatan atas dividen, maka keuntungan dari capital gain menjadi berkurang.

    Namun demikian pajak atas capital gain masih lebih baik dibandingkan dengan

    pajak atas dividen, karena pajak atas capital gain baru akan dibayarkan setelah

    saham dijual, sementara pajak atas dividen harus dibayar setiap tahun setelah

    pembayaran dividen.

    Selain itu periode investasi juga mempengaruhi pendapatan para investor.

    Jika investor hanya membeli saham untuk jangka waktu satu tahun, maka tidak

    ada bedanya antara pajak atas capital gain dan pajak atas dividen. Jadi investor

    akan meminta tingkat keuntungan setelah pajak yang lebih tinggi terhadap saham

    yang memiliki dividend yield yang tinggi dari pada saham dengan dividend yield

    yang rendah. Oleh karena itu, teori ini menyarankan bahwa perusahaan sebaiknya

    menentukan dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan

    dividen.

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    50/124

    F. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis

    1. Pengaruh Kompensasi Manajemen eksekutif Terhadap Kinerja

    Perusahaan

    Penelitian mengenai kebijakan kompensasi manajemen eksekutif telah

    dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya baik menggunakan kompensasi

    manajemen eksekutif dalam bentuk kas saja ataupun kompensasi manajemen

    eksekutif dalam bentuk saham opsi kepemilikan yang biasanya dilakukan di

    negara maju, maupun menggunakan data total kompensasi yang diterima oleh

    dewan direksi dan komisaris. Cole & Mehran (1991) membuktikan bahwa

    kebijakan kompensasi eksekutif dapat memotivasi para manajemen eksekutif

    dalam pencapaian kinerja perusahaan yang diproksikan dengan Return on Asset

    (ROA) dan Return on Equity (ROE).

    Bartema & Gomes (1998) membuktikan bahwa pengaruh kompensasi

    eksekutif terhadap kinerja perusahaan lemah dan tidak signifikan secara statistik

    serta Mathis & Jackson (2002: 191) yang mengemukakan bahwa tujuan sistem

    kompensasi manajemen eksekutif terkait dengan kinerja perusahaan banyak

    mendapat kritik, tujuan ini diyakini tidak selalu terpenuhi, sehingga masalah yang

    muncul dan sering dipertanyakan adalah program kompensasi manajemen

    eksekutif yang pada umumnya dibayarkan dalam jumlah yang cukup besar oleh

    perusahaan apakah dapat efektif memotivasi manajemen eksekutif untuk

    menciptakan dan meningkatkan kinerja perusahaan atau kurang efektif karena

    dimanfaatkan untuk memperkaya kepentingan pribadi namun tidak sejalan dengan

    peningkatan kinerja dan keuntungan para pemegang saham.

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    51/124

    Hayes & Schaefer (1997) melakukan pengujian atas kompensasi kas

    yang dibayarkan oleh perusahaan kepada dewan manajemen eksekutif terhadap

    capaian kinerja saham pada tahun t dan kinerja finansial yang akan datang (tahun

    t+1) dengan hasil pengujian yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara

    kompensasi kas manajemen eksekutif terhadap kinerja perusahaan yang

    diproksikan dengan Return on Equity (ROE), sales dan return market.

    Kato & Long (2005) telah melakukan penelitian mengenai kompensasi

    eksekutif dan kinerja perusahaan, hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat

    hubungan yang signifikan antara kompensasi yang diterima pihak eksekutif

    dengan kinerja perusahaan pada periode yang akan datang yaitu pada tahun (t+1)

    yang diproksikan dengan pertumbuhan pendapatan penjualan (sales growth) .

    Matolcsy (2007) juga melakukan penelitian serupa namun dengan

    menggunakan spesifikasi jenis kompensasi kas manajemen eksekutif, hasil

    penelitian ini membuktikan bahwa kebijakan kompensasi kas manajemen

    eksekutif memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja perusahaan

    pada periode selanjutnya yang diukur dengan delta laba setelah pajak ( earning

    after tax ), trading profit over operating asset (TP/OA), earning before interest

    and tax over total asset (EBIT/TA) serta Return on Equity (ROE). Namun

    hubungan positif ini tidak dapat diterapkan ketika perusahaan sedang berada

    dalam kondisi perekonomian yang menurun/buruk.

    Hasil penelitian ini didukung pula oleh Balachandran (2009), yang

    memberikan hasil pengujian bahwa kompensasi direksi memiliki hubungan yang

    positif dengan pertumbuhan laba perusahaan khususnya pertumbuhan yang dipicu

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    52/124

    oleh kegiatan manajamen yang berfokus pada peningkatan profitabilitas, karena

    didalam penelitiannya sumber pertumbuhan laba perusahaan dipisahkan menjadi

    dua yaitu pertumbuhan laba yang dipicu oleh fokus kegiatan manajemen dalam

    meningkatkan profitabilitas (profitability driven growth) dan kelompok

    pertumbuhan laba yang dipicu oleh kegiatan investasi ( investment driven growth).

    Atas dasar hasil-hasil penelitian terebut di atas, maka hipotesis penelitian

    ini dapat dinyatakan seperti berikut.

    H 1: Terdapat pengaruh kompensasi manajemen eksekutif (COMPEN) pada

    tahun t terhadap kinerja perusahaan (TOBINSQ) tahun (t +1).

    2. Pengaruh Kompensasi Manajemen eksekutif Terhadap Kinerja

    Perusahaan Melalui Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervening

    Beberapa penelitian mengenai hubungan kausalitas kebijakan

    kompensasi manajemen eksekutif telah dilakukan oleh beberapa peneliti

    sebelumnya baik yang menjadikan kompensasi manajemen eksekutif sebagai

    variabel independen maupun variabel dependen. Dalam penelitian ini kompensasi

    manajemen eksekutif ditempatkan sebagai variabel independen.

    Chang (1993) telah melakukan penelitian hubungan mengenai

    kompensasi manajemen eksekutif terhadap dividend payout, hasil penelitian ini

    menunjukkan bahwa hubungan antara kompensasi dan kebijakan dividen

    digunakan sebagai suatu alat untuk menghindari kegiatan reinvestasi yang

    berlebihan atau nilai NPV yang negatif. Atas kegiatan investasi yang buruk seperti

    itu akan mengakibatkan pendapatan yang buruk pula pada periode selanjutnya dan

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    53/124

    jumlahnya relatif lebih kecil dibandingkan dengan besarnya dividen yang telah

    dibagikan pada tahun sebelumnya, sehingga pada tahun selanjutnya perusahaan

    tidak mampu membayarkan dividen. Para pemegang saham harus

    mempertimbangkan keyakinan mereka mengenai perkiraan manajemen atas

    keuntungan reinvestasi relatif dan juga tidak lupa mempertimbangkan probabilitas

    pembayaran dividen oleh perusahaan.

    Manajemen eksekutif dengan penerimaan kompensasi yang besar akan

    bekerja lebih produktif sehingga membutuhkan jumlah pendanaan yang lebih

    banyak dan memilih lebih sedikit utang sehingga menetapkan dividen yang

    rendah (Bhattacharyya, 2007). Pada tahun berikutnya Bhattacharyya et al. (2008)

    melanjutkan penelitiannya dengan menggunakan model penelitian lain yaitu

    Tobit’s Analysis, memberikan hasil pengujian yang sama yaitu adanya hubungan

    yang signifikan antara kompensasi manajemen eksekutif dengan besarnya dividen

    yang dibagikan dengan menggambarkan bahwa perusahaan yang memiliki kinerja

    baik adalah manajemen eksekutif yang diberikan kompensasi yang lebih tinggi

    oleh perusahaannya, dan mereka mengeluarkan kas perusahaan untuk membayar

    dividen dengan jumlah yang lebih rendah dilihat rasio dividend payout- nya.

    DeAngelo et al . (2004) menyatakan bahwa perusahaan membayar

    dividen untuk mengurangi agency problem, Tirole (2005) menunjukkan bahwa

    manajer menghadapi trade-off dalam menentukan tingkat pembayaran dividen.

    Pengaruh langsung pembayaran kompensasi manajerial dapat ditentukan oleh

    desain skema kompensasi atau dengan selalu mempertimbangkan kesejahteraan

    para pemegang saham saat ini dan yang akan datang.

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    54/124

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    55/124

    manajemen eksekutif juga mempunyai hubungan tidak langsung ke Dividend

    Payout Ratio ( DPR ) (p2) baru kemudian ke kinerja perusahaan (p 3). Total

    pengaruh hubungan dari kompensasi manajemen eksekutif ke kinerja perusahaan

    sama dengan pengaruh langsung kompensasi manajemen eksekutif ditambah

    dengan pengaruh tidak langsung yaitu koefisien path dari kompensasi manajemen

    eksekutif ke Dividend Payout Ratio ( DPR ) yaitu p 2 dikalikan dengan koefisien

    path dari Dividend Payout Ratio ( DPR ) ke kinerja perusahaan yaitu p 3.

    Berdasarkan paparan yang telah diuraikan sebelumnya maka kerangka

    teoritis dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut ini.

    p 2 p 3

    p 1

    Variabel independen Variabel Dependen

    Gambar 1: Kerangka Pikir Penelitian

    e2

    KompensasiManajemenEksekutif

    (COMPEN)

    KinerjaPerusahaan(TOBINSQ)

    KebijakanDividen(DPR)

    e1

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    56/124

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh kompensasi

    manajemen eksekutif terhadap kinerja perusahaan dalam hubungannya secara

    langsung dan secara tidak langsung dengan kebijakan dividen sebagai variabel

    intervening . Jenis penelitian ini adalah pengujian hipotesis yang menjelaskan

    apakah dan sampai seberapa jauh satu variabel mempengaruhi variabel lainnya.

    A. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi merupakan kelompok orang, kejadian atau peristiwa yang

    menjadi perhatian para peneliti untuk diteliti. Populasi yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang telah go public dan terdaftar di

    Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2006 hingga tahun 2008.

    2. Sampel Penelitian

    Sampel adalah bagian atau anggota dari populasi. Sampel merupakan

    beberapa anggota yang diambil dari populasi. Sampel yang diteliti adalah

    perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penentuan

    sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive

    sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representative sesuai

    dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel

    di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    57/124

    a. Perusahaan non lembaga keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2006

    sampai 2008. Pemilihan sampel penelitian perusahaan non keuangan

    dengan tujuan untuk mengantisipasi kemungkinan pengaruh regulasi

    tertentu yang dapat mempengaruhi variabel penelitian dan mengeliminasi

    terjadinya industrial effect .

    b. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit selama

    periode pengamatan tahun 2006-2008. Laporan keuangan yang digunakan

    sebagai sampel adalah laporan keuangan per 31 Desember, dengan alasan

    laporan tersebut telah diaudit sehingga informasi yang dilaporkan lebih

    dapat dipercaya.

    c. Perusahaan melakukan pembayaran dividen tunai pada tahun 2006 atau

    2007.

    d. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahunan yang mencantumkan

    informasi dan data yang dibutuhkan dalam penelitian seperti data

    kompensasi direksi dan komisaris.

    B. Data dan Sumber Data

    Data yang digunakan penelitian merupakan data sekunder yang telah

    disediakan oleh pihak lain. Data dalam penelitian ini diperoleh dari sumber data

    berikut ini.

    1. Data perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang diperoleh dari

    Indonesian Capital Market Directory.

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    58/124

    2. Data perusahaan yang melakukan pembayaran dividen tunai yang didapat dari

    JSX Statistics 2006, IDX Statistics 2007 dan www.idx.co.id .

    3. Laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan sampel yang

    dipublikasikan di www.idx.co.id .

    C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel penelitian

    Penelitian ini dirancang sebagai penelitian pengujian hipotesis dengan

    desain causal, yaitu menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel

    yang lain. Penelitian ini diadopsi dari penelitian Hayes & Schaefer (1997), Kato &

    Long (2005), Rozeff (1982), Arnott & Asness (2001), Chang (1993),

    Bhattacharyya et al. (2008) dan penelitian-penelitian sebelumnya yang lain.

    Atas dasar permasalahan penelitian dan pengembangan hipotesis, maka

    variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat didefinisikan dan

    diukur sebagai berikut ini.

    1. Variabel Independen

    Penelitian ini menggunakan satu variabel independen yaitu variabel

    kompensasi manajemen eksekutif. Paket kompensasi eksekutif pada dasarnya

    berisi hampir sama dengan paket kompensasi karyawan pada umumnya yaitu

    terdiri dari komponen gaji pokok, gaji variabel (bonus tahunan, insentif jangka

    panjang dan penghasilan tambahan) serta tunjangan, yang paling membedakan

    adalah adanya jenis kompensasi khusus yang tidak diterima oleh karyawan yaitu

    kompensasi dalam bentuk opsi saham (Mathis & Jackson, 2002: 187).

    http://www.idx.co.id/http://www.idx.co.id/http://www.idx.co.id/http://www.idx.co.id/http://www.idx.co.id/http://www.idx.co.id/http://www.idx.co.id/http://www.idx.co.id/

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    59/124

    Manajemen eksekutif biasanya adalah orang-orang yang berada pada

    posisi dua tingkat teratas dalam perusahaan, seperti direktur utama, wakil direktur

    utama, direktur, manajer eksekutif termasuk didalamnya komisaris utama dan

    komisaris.

    Penelitian ini menggunakan komponen total kompensasi yang diterima

    para eksekutif perusahaan berupa gaji pokok yaitu gaji yang diterima oleh jajaran

    eksekutif dan gaji variabel berupa bonus tahunan, insentif jangka panjang dan

    penghasilan tambahan yang diungkapkan jumlah nominalnya di dalam laporan

    keuangan tahunan perusahaan. Penelitian ini tidak menggunakan jenis kompensasi

    opsi saham dikarenakan kurangnya data yang diperoleh dari laporan keuangan

    tahunan yang disajikan oleh para emiten.

    2. Variabel Dependen

    Variabel dependen di dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan

    yang merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program

    atau kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.

    Kinerja perusahaan dapat dinilai melalui berbagai macam indikator untuk

    mengukur keberhasilan perusahaan, pada umumnya berfokus pada informasi

    kinerja yang berasal dari laporan keuangan, dalam penelitian ini kinerja

    diproksikan dengan Tobin’s Q. Jika nilai Tobin’s Q mendekati atau lebih besar

    dari 1 menggambarkan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik, semakin

    COMPEN = Total Kompensasi Direksi dan Komisaris (Eksekutif)

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    60/124

    bear nilai Tobin’s Q maka semakin baik kinerja perusahaan, sebaliknya jika

    perusahaan memiliki nilai Tobin’s Q lebih kecil dari 1 maka dapat dikatakan

    bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang tidak baik, semakin kecil nilai

    Tobin’s Q maka semakin buruk kinerja perusahaan. Nilai Tobin ’s Q dalam

    penelitian ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

    Keterangan:

    Total Debt = Total utang perusahaan per 31 Desember,

    Outstanding Share = jumlah saham yang beredar per 31 desember,

    Closing Price = harga saham penutupan saham per 31 Desember, dan

    Book Value of Asset = nilai Buku Aktiva per 31 Desember.

    3. Variabel Intervening

    Penelitian ini menggunakan sebuah variabel intervening yaitu kebijakan

    dividen merupakan kebijakan manajemen dalam membagi dividen kepada

    pemegang sahamnya. Kebijakan dividen ini pada nantinya akan dipengaruhi oleh

    struktur kepemilikan saham. Proporsi yang berbeda dari masing-masing

    kepemilikan saham akan mengakibatkan perbedaan kebijakan dividen yang

    diambil pada setiap perusahaan. Kebijakan dividen yang digunakan dalam

    penelitian ini diproksikan dengan Dividend Payout Ratio (DPR) yaitu persentase

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    61/124

    laba yang dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk kas (Brigham

    & Gapenski, 2006: 450).

    D. Model Penelitian

    Penelitian ini menggunakan model persamaan regresi seperti berikut.

    DPR t = k + p 2 LN_COMPEN t + e 1 (1)

    LN_Q (t+1) = k + p 1 LN_COMPEN t + p3DPR t + e 2 (2)

    Keterangan:

    LN_COMPEN t = Logaritma natural total kompensasi manajemen eksekutif

    pada tahun t,

    LN_Q (t+1) = logaritma natural Tobin’s Q pada tahun (t +1),

    DPR t = Dividend Payout Ratio pada tahun t ,

    p = koefisien regresi, angka arah yang menunjukkan angka

    peningkatan ataupun penurunan variabel dependen pada

    variabel independen. Bila a (+) maka naik, dan bila a (-)

    maka terjadi penurunan,

    k = konstanta ( intercept ), dan

    e = variabel pengganggu.

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    62/124

    E. Teknik Pengujian data

    Untuk semua variabel dilakukan pengujian data dengan bantuan

    perangkat SPSS 17.0, yaitu.

    1. Uji Asumsi Klasik

    Uji asumsi klasik dimaksudkan untuk mendeteksi adanya penyimpangan

    asumsi klasik pada persamaan regresi berganda. Pemenuhan asumsi klasik ini

    dimaksudkan agar variabel bebas sebagai estimator atas variabel terikat tidak bias,

    sehingga akan dilakukan tiga uji penyimpangan asumsi klasik, yaitu seperti

    berikut ini.

    a. Uji Normalitas

    Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu

    atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah yang

    memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas dapat

    dilakukan dengan dua cara yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Salah

    satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat

    grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi

    yang mendekati normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram

    hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode

    yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang

    membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal

    akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data residual akan

    dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal maka

    garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis

  • 8/20/2019 218421011201103511.pdf

    63/124

    diagonalnya. Selain menggunakan analisis grafik penelitian ini juga akan

    menggunakan analisis statistik Kolmogorov-Smirnov . Suatu distribusi data

    dikatakan normal apabila nilai signifikansi hitung > 0.05 (Ghozali, 2006: 147).

    b. Uji Multikolinearitas.

    Bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi

    antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak

    terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling

    berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel orthogonal

    adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel

    independen sama dengan nol. Konsekuensi adanya multikolinearitas ini adalah

    tidak validnya