Upload
vandung
View
219
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Landasan teori
2.1.1 Risiko
2.1.1.1 Pengertian
Beberapa definisi risiko antara lain:
Menurut Williams,C.A. Risk Management and Insurance 1998
Risk is the potential for realization of unwanted negative consequences of an event
(risiko adalah potensi teralisirnya konsekuensi-konsekuensi negative yang tidak
dikehendaki dari suatu kejdian)
Menurut Lowrance, William W. Of Acceptable Risk 1976
Risk is the measure of the probability and security of adverse effects
(risiko adalah besarnya kemungkinan dan kekejaman dampak buruk
Menurut Webster,s Third New International Dictionary 1981
Risk is the possibility of suffering loss, injury, disadvantage, or destruction
(risiko adalah kemungkinan menderita rugi, cedera, tidak bermanfaat, atau
kerusakan)
Menurut Dickson and Hastings,w.J 1989
Risk is missing a good positive possibility that an organisastion seeks is a problem
equal to bearing losses
Dari beberapa definisi di atas risiko juga dapat didefinisikan sebagai ketidaktentuan
atau ketidakpastian atau uncertainty. Dalam kehidupan sehari-hari, risiko dapat
menyebabkan masalah tetapi dapat juga mendatangkan peluang yang
menguntungkan bagi perusahaan maupun per orang.
10
11
Kadang-kadang resiko tertentu dianalisis dan dikelola secara sadar, tetapi ada
kalanya resiko diabaikan sama sekali, mungkin karena yang bersangkutan tidak
menyadari akibat yang akan terjadi.
Unsur ketidaktentuan atau ketidakpastian atau uncetaninty dalam asuransi
dapat mendatangkan kerugian dalam asuransi. Menurut Abbas Salim(1998,p:4)
Ketidaktentuan dapat di bagi atas:
1. ketidaktentuan ekonomi (economic uncertainty), yaitu kejadian yang timbul
sebagai akibat dari perubahan sikap konsumen. Seperti contohnya
perubahan selera konsumen atau terjadinya perubahan pada harga,
teknologi, atau didapatnya penemuan baru, dan lain sebagainya.
2. ketidaktentuan yang disebabkan oleh alam (uncertainty of nature) misalnya
kebakaran, badai, topan, banjir dan lainnya
3. ketidaktentuan yang disababkan oleh perilaku manusia (human uncertainty),
contohnya peperangan, pencurian, perampokan, dan pembunuhan.
Di antara ketiga jenis ketidaktentuan di atas, yang bisa dipertanggungkan ialah
ketidaktentuan alam dan manusia. Sedangkan untuk ketidaktentuan ekonomi
tidak dapat di asuransikan karena bersifat spekulatif (unsur ekonomis) dan sulit
diukur keparahannya (serverity).
Menurut Hinsa Siahaan(2007,pp:4), resiko dapat diklasifikasikan dalam dua
bentuk/tipe secara umum yaitu:
1) Speculative risks, yaitu resiko yang bersifat spekulatif yang bisa
mendatangkan rugi atau laba. Misalnya seorang pedagang bisa untung
atau rugi dalam usahanya.
2) Pure risks, yaitu resiko yang selalu menyebabkan kerugian. Perusahaan
asuransi beroperasi dalam bidang pure risks (kematian,kapal
tenggelam,kebakaran dan sebagainya).
12
2.1.1.2 Macam-Macam Resiko
Selain dua bentuk resiko yang telah dikemukakan di atas, maka menurut Hinsa
Siahaan (2007, p:6-7),resiko dapat diklasifikasikan kembali menjadi:
RISK
PURE SPECULATIVE
STATIC DYNAMIC STATIC
OBJECTIVE OBJECTIVESUBJECTIVE SUBJECTIVE OBJECTIVE
DYNAMIC
Gambar 2.1. Macam-macam resiko
Sumber: Hinsa Siahaan(2007,p:6)
Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Resiko murni vs resiko spekulasi
Pendefenisian dan pengelompokan resiko dapat dilakukan berdasarkan
konsep resiko murni dan resiko spekulasi. Suatu resiko di sebut sebagai
pure risk atau resiko murni jika suatu ketidakpastian terjadi, maka kejadian
pasti menimbulkan kerugian. Tidak ada kemungkinan kejadian akan
menghasilkan keuntungan. Contohnya adalah barang rusak karena
terbakar, barang terhanyut karena banjir, atau seorang kepala rumah
tangga pencari nafkah meninggal dalam usia produktif, karena pesawat
13
yang ditumpanginya jatuh, atau meningal karena flu burung. Kebalikan
dari resiko murni adalah resiko spekulasi, yaitu ketidakpastian apakah akan
terjadi untung atau kerugian. Keputusan perusahaan Venture Capitalis dan
berbagai macam keputusan investasi adalah contoh situasi yang
dihadapkan dengan resiko spekulasi. Keputusan investasi dapat
menghasilkan untung tetapi dapt juga menghasilkan kerugian.
Resiko murni dan resiko spekulasi mungkin saja muncul dalam berbagai
situasi. Perlu disadari bahwa banyak keputusan dengan motif profit,
keputusan dengan resiko spekulasi yang dilakukan perorangan atau
perusahaan mempunyai dampak bahaya resiko murni. Contoh lain adalah
perusahaan memproduksi barang baru dengan tujuan spekulasi, semula
diharapkan untuk menghasilkan untung. Namun, produknya dilarang
beredar, misalnya produk silikon untuk memperbesar payudara, tetapi
setelah dipasarkan produknya dilarang karena membahayakan kesehatan
wanita. Keputusan itu ternyata mengandung resiko murni, dengan potensi
mendapat tuntutan ganti rugi dari masyarakat.
2. Resiko statis vs resiko dinamis
Cara lain mengklasifikasikan resiko adalah sejauh mana ketidakpastian
berubah karena perubahan waktu. Resiko statis, mungkin sifatnya murni
atau spekulatif, asalnya dari masyarakat yang tidak berubah yang berada
dalam keseimbangan stabil. Contoh resiko murni statis adalah
ketidakpastian dari terjadinya sambaran petir, angin topan, dan kematian
secara acak (secara random), sedangkan menjalani bisnis dalam ekonomi
stabil adalah contoh dari resiko spekulatif statis. Sebaliknya resiko murni
dinamis adalah timbul karena adanya perubahan dalam masyarakat. Resiko
dinamis mungkin murni mungkin juga spekulatif, contohnya adalah sumber
14
resiko dinamis adalah urbanisasi, perkembangan teknologi yang kompleks,
dan perubahan undang-undang atau perubahan peraturan pemerintah.
Resiko statis dan dinamis adalah tidak independent semakin tinggi resiko
dinamis dapat menigkatkan resiko statis jenis tertentu. Sebagai contoh,
ketidakpastian kerugian yang terkait dengan perubahan cuaca. Resiko ini
cenderung dianggap resiko statis. Akan tetapi, fakta terakhir membuktikan
bahwa pencemaran lingkungan industrialisasi dapat mempengaruhi pola
musim (cuaca) global dan karena itu meningkatkan sumber resiko statis.
3. Resiko subjektif vs resiko objektif
Cara pengelompokan resiko yang ketiga adalah resiko objektif atau
subjektif. Resiko subjektif adalah berkaitan dengan kondisi mental
seseorang yang mengalami ragu-ragu atau cemas akan terjadinya kejadian
tertentu. Subjektif atas resiko tertentu mungkin juga sifatnya murni atau
spekulatif, dan statis atau dinamis. Pada intinya, resiko subjektif adalah
ketidakpastian secara kejiwaan yang berasal dari sikap mental atau kondisi
pikiran seseorang. Resiko objektif, berbeda dengan resiko subjektif
terutama lebih mudah diamati secara akurat oleh karena itu dapat diukur.
Pada umumnya resiko objektif adalah probabilita penyimpangan aktual dari
yang diharapkan (dari rata-rata) sesuai pengalaman. Terminologi ini paling
sering digunakan pada pembahasan resiko murni statis, meskipun dapat
digunakan untuk jenis lain ketidakpastian.
Konsep resiko subjektif sangat penting karena memberikan cara
menafsirkan perilaku individu yang menghadapi situasi identik yang masih
akan datang. Misalkan seorang mungkin saja sangat ultra konservatif dan
karena itu selalu cenderung mengambil keputusan yang aman, meskipun
pada kasus yang bagi pengambil keputusan lain adalah bebas resiko.
Resiko objektif mungkin secara aktual sama dalam dua kasus, tetapi dapat
15
dipandang dengan cara yang sangat berbdeda oleh penganalisis resiko
karena masing-masing menggunakan cara pandangnya sendiri. Jadi, tidak
cukup hanya memperhatikan derajat resiko objektif, tetapi sikap seseorang
terhadap resiko yang mengambil tindakan juga harus diketahui.
2.1.1.3 Pengukuran Resiko
Dalam pengukuraan resiko, menurut Hinsa Siahaan (2007,P;11-15),rsiko
subjektif tidak dapat di ukur secara akurat. Tetapi sebaliknya, besarnya resiko
objektif lebih dapat diobservasi dan diukur secara tepat. Beberapa konsep
penting berkaitan dengan pengukuran resiko objektif adalah chance of loss dan
degree of risk.
(1) Kemungkinan terjadinya kerugian (chance of loss)
Kemungkinan terjadinya kerugian dalam jangka panjang, atau frekuensi
relative kerugian, didefinisikan sebagai chance of loss. Konsep ini tidak ada
artinya jika digunakan untuk kemungkinan terjadinya satu kejadian. Konsep
ini baru mempunyai makna penting jika diaplikasikan pada kemungkinan
terjadinya dalam kejadian-kejadian yang jumlah besar atau frekuensi
kejadian sangat sering. Jadi, chance of loss dinyatakan dalam rasio
(perbandingan) jumlah kerugian yang terjadi dibandingkan dengan jumlah
kerugian yang mungkin dalam jumlah yang lebih besar dalam satu kelompok.
Sebagai contoh, misalkan korban bangunan hancur pada sebuah kota yang
dilanda tsunami adalah kemungkinan sebanyak 1.000 bangunan ternyata 20
yang rusak karena tsunami, maka chance of loss akibat tsunami adalah 2%.
Angka ini ditentukan dengan cara membagi jumlah kemungkinan
kerugian(20) dengan jumlah bangunan terancam kerugian (1.000)
Di dalam mengkalkulasikan (menaksir) chance of loss, biasanya
digunakan perhitungan yang berbeda untuk penyebab kerugian yang
16
berbeda. Dalam hal ini, istilah peril digunakan menggambarkan keadaan
khusus yang menyebabkan kerugian. Sebagai contoh, salah satu peril yang
menyebabkan kerugian pada automobile adalah tabrakan. Peril lain adalah
yang menyebabkan sebuah bangunan rusak, contohnya kebakaran, angin
topan, tsunami, banjir lumpur panas, letusan gunung berapi. Kadang-kadang
terdapat kondisi yang meningkat (memperbesar) chance of loss dari peril
tertentu atau kecendrungan membuat kerugian semakin parah ketika terjadi
peril.contohnya adalah kondisi yang disebut sebagai hazard yang dapat
dikelompokkan dengan tiga cara:
a) Physical hazard
Physical hazard adalah suatu kondisi yang bersumber dari karakter
material suatu objek. Contohnya peril tabrakan sebagai penyebab
kerugian atas sebuah mobil. Kondisi fisik yang memperbesar
kemungkinan terjadinya tabrakan adalah genangan air hujan yang
membuat jalanan menjadi licin. Jalan licin karena hujan adalah
hazard sementara tabrakan yang terjadi adalah peril. Terjadinya
kerugian atau chance of loss tabrakan mungkin lebih tinggi selama
musim hujan dibandingkan musim lain sepanjang satu tahun karena
lebih banyak tabrakan saat kondisi jalanan licin akibat terguyur
hujan.
Contoh lain physical hazard adalah gejala-gejala terjadinya
kekeringan hutan (adalah sebagai hazard yang mempengaruhi peril
kebakaran hutan), getaran bumi(hazard terjadinya gempa bumi),
tumpahan minyak di gudang (hazard terjadinya kebakaran). Hazard
ada yang mungkin dan ada yang tidak mungkin dikendalikan oleh
manusia. Contoh minyak tumpah di gudang dapat dihilangkan atau
dibersihkan, tetapi keadaan cuaca, hujan lebat yang membuat jalan
17
licin, hutan kekeringan berkepanjangan tidak dapat dikendalikan
manusia, kendatipun keberadaannya dapat diobservasi.
b) Morale hazard
Pada dasarnya yang dimaksud dengan morale hazard adalah sikap
mental ceroboh atau sikap tidak hati-hati seseorang. Kadang-kadang
terdapat hasrat alam bawah sadar seseorang akan kerugian, orang
bersangkutan tidak sadar sepenuhnya dengan hasratnya yang
membawa celaka. Kadang-kadang keadaan membuat seseorang
tidak peduli dengan kemungkinan kerugian (resiko), sehingga
membuat orang tersebut menjadi kurang hati-hati. Sebagai contoh
manajer PT.XYZ percaya bahwa pemerintah akan memberikan ganti
rugi penuh jika bangunan perusahaannya rusak kena bencana alam
(gempa bumi). Di dalam merencanakan pembuatan bangunan baru
dekat pusat gempa, perusahaan mengabaikan desain konstruksi
yang lebih mahal dan mengabaikan prosedur yang dapat
mengurangi kerusakan akibat gempa bumi. Pada intinya asumsi
perusahaan bahwa pemerintah memberi ganti rugi penuh atas
bangunannya yang ditimpa gempa bumi, membuat cara pandangnya
tidak peduli dengan kemungkinan kerugian yang mengancamnya,
karena itu mengambil keputusan yang tidak bijaksana alias ceroboh.
c) Moral hazard
Kondisi yang disebut sebagaii moral hazard juga bersumber dari
sikap mental seseorang. Ini berkaitan dengan tindakan disengaja
yang dirancang sehingga menyebabkan kerugian atau memperburuk
kerugian. Biasanya moral hazard ini adalah karena sifat
ketidakjujuran seseorang. Adanya asuransi dapat menimbulkan
moral hazard, sebagai contoh, seorang manajer yang membeli polis
18
asuransi kebakaran untuk pabriknya yang tidak menguntungkan,
peralatannya juga sudah ketinggalan zaman, terangsang atau
tergoda untuk menjual pabriknya kepada perusahaan asuransi
dengan membakar pabriknya. Moral hazard dapat juga digambarkan
sebagai perubahan perilaku yang terjadi karena adanya asuransi
mengganti kerugian, sebagai contoh kecendrungan seseorang tidak
menjaga kesehatannya karena biaya pengobatannya ditanggung
asuransi.
Contoh lain moral hazard adalah kecelakaan dan jatuh sakit yang
disengaja, terutama jika manajer perusahaan menyediakan
penggantian pendapatan yang besar kepada pegawainya selama si
pegawai tidak dapat bekerja. Dalam situasi seperti ini, pegawai yang
tidak suka dengan pekerjannya atau takut di-PHK pada masa yang
akan datang mungkin cenderung berpura-pura kecelakaan atau jatuh
sakit. Sangat mirip dengan kasus ini adalah kecelakaan sebenarnya
atau sakit sesengguhnya adalah legal (sah) tetapi ini mungkin
sengaja diperlambat. Alasan perilaku seperti ini mungkin karena
kekurangan insentif keuangan untuk kembali ke pekerjaan atau
mungkin karena alasan psikologi orang sakit biasanya mendapat
perhatian dari sanak saudara.
(2) Derajat Resiko(Degree of Risk)
Besarnya resiko objektif yang timbul dalam satu situasi, yang biasa juga
disebut sebgai derajat atau kadar resiko (degree of risk), adalah variasi
relative antara kerugian aktual dengan kerugian yang diharapkan. Lebih
jelasnya, kadar resiko adalah kisaran penyimpangan dari kerugian rata-rata
(kerugian yang diharapkan), yang ditaksir menggunakan kemungkinan
kerugian (chance of loss) dengan rumus:
19
Objective risk = probable of actual from expected losses
Expected losses
Resiko objektif=
simpangan kemungkinan actual dengan kerugian yang diharapkan
kerugian yang diharapkan
Selain pengukuran resiko objektif, menurut Soeisno Djojosoedarso(2003,p:48-
49) pengukuran resiko dapat juga dilakukan dengan:
A. Pengukuran frekuensi kerugian potensial adalah untuk mengetahui berapa
kali suatu jenis peril dapat menimpa suatu jenis objek yang bisa terkena peril
selama suatu jangka waktu tertentu, yang umumnya satu tahun.
Berdasarkan dimensi frekuensinya ada empat kategori kerugian, yaitu:
1. kerugian yang hampir tidak mungkin terjadi (almost nill), yaitu resiko yang
menurut pendapat manajer resiko tidak akan mungkin terjadi atau
kemungkinannya terjadinya sangat kecil
2. kerugian yang kemungkinan terjadinya kecil (slight), yaitu resiko-resiko yang
tidak akan terjadi dalam waktu dekat dan di masa yang akan datang
kemungkinannya pun kecil
3. kerugian yang mungkin (moderate), yaitu kerugian-kerugian yang mungkin
bisa terjadi dalam waktu dekat di masa yang akan datang
4. kerugian yang mungkin sekali (definite), yaitu kerugian yang biasanya terjadi
secara teratur, baik dalam waktu dekat maupun di masa mendatang jadi
merupakan kerugian yang hampir pasti terjadi.
20
B. Pengukuran kegawatan kerugian adalah untuk mengetahui berapa
besarnya nilai kerugian, yang selanjutnya dikaitkan dengan pengaruhnya
terhadap kondisi perusahaan, terutama kondisi finansialnya.
Dalam mengukur kegawatan kerugian potensial ada tiga hal yang perlu
diperhatikan, yaitu:
1. kemungkinan kerugian maksimum dari setiap peril, yaitu besarnya kerugian
terburuk dari suatu peril
2. probabilitas kerugian maksimum dari setiap peril, yaitu merupakan
kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi, yang besarnya lebih rendah
dari kemungkinan kerugian maksimum
3. keseluruhan (aggregate) kerugian maksimum setiap tahunnya, yang
merupakan keseluruhan kerugian total tebesar, yang dapat menimpa
perusahaan selama suatu periode tertentu (biasanya satu tahun)
Berdasarkan dimensi kegawatannya ada empat kategori kerugian
potensial, yaitu:
1. kemungkinan kerugian yang wajar (normal loss expectancy), yaitu kerugian-
kerugian yang dapat dikelola sendiri oleh perusahaaan ataupun oleh
umum/perusahaan asuransi
2. probabilita kerugian maksimum (probable maximum loss), yaitu kerugian-
kerugian yang dapat terjadi bila alat pengaman terhadap peril tidak dapat
berfungsi
3. kerugian maksimum yang dapat diduga (maximum foreseeable loss), yaitu
kerugian-kerugian yang tidak dapat diatasi secara individual(tidak bisa
ditangani sendiri), jadi penaganannya harus diserahkan kepada umum
(perusahaan asuransi)
21
4. kemungkinan kerugian maksimum (maximum possible cost), yaitu kerugian-
kerugian yang tidak dapat diamankan, baik secara individual maupun secara
umum.
2.1.2 Management Risk (manajemen resiko)
2.1.2.1 Pengertian
Sama seperti sebelumnya tidak ada definsi tunggal untuk resiko, begitu pula
dengan menejemen resiko. Diantaranya adalah:
1. Menurut Hinsa Siahaan (2007,p:22) manajemen resiko adalah bagian
penting atau titik sentral manajemen strategis suatu organisasi.
Manajemen resiko adalah suatu proses dengan metode-metode
tertentu supaya suatu organisasi mempertimbangkan resiko yang
dihadapi setiap kegiatan organisasi dalam mencapai tujuan organisasi,
atau resiko portofolio kegiatan organisasi.
2. Risk management is defined as a systematic process for identification
and evolution of pure loss exposures faced by an organizational or
individual, and for the selection and implementation of the most
appropriate techniques for tresting such exproures. (Goerge E. Redja).
Jadi manajemen resiko adalah ilmu tentang bagaimana melakukan
identifikasi berbagai macam resiko yang mengancam organisasi atau
individu secara sistematis, dan memilih metode yang terbaik untuk
menangani atau menghadapi ancaman kerugian akibat resiko yang
konsisten (sesuai) dengan goals dan objectives.
Fokus manajemen resiko adalah mengenal pasti resiko dan mengambil
tindakan tepat terhadap resiko. Tujuannya adalah secara terus menerus
22
menciptakan/menambah nilai maksimum kepada semua kegiatan organisasi.
Kegiatan apa pun yang dilakukan harus menciptakan nilai tambah.
Dengan manejemen resiko diungkapkan pemahaman tentang adanya potensi
resiko upside dan downside dengan segala faktor-faktor yang dapat
meningkatkan probabilita keberhasilan, dan mengurangi probabilita kegagalan
dan ketidakpastian pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.
2.1.2.2 Jenis-jenis manejemen resiko
Organisasi menghadapi berbagai macam resiko yang berasal dari faktor
eksternal dan internal organisasi. Resiko tersebut lebih lanjut dapat dikategorikan
atas resiko strategis, resiko keuangan, resiko operasional, hazard, dan lain
sebagainya.
Berikut adalah penjelasan dari jenis-jenis manajemen resiko menurut Hinsa
Siahaan (2007,p:24-28)
a. Resiko keuangan (financial risk)
Potensi terjadinya kerugian keuangan karena pemicunya dari luar organisasi,
berupa faktor exogeneous di luar kemampuan organisasi mengendalikannya
adalah:
1. Interest rate: resiko kerugian karena perubahan suku bunga (misalnya
suku bunga pasar naik 1% atau turun 1%)
2. Foreign exchange : resiko kerugian karena perubahan kurs valuta asing
3. Credit: resiko kerugian ada pihak yang default (cedera janji) tidak dapat
mematuhi kewajibannya mengembalikan kredit tepat waktu,dan
4. Liquidity and cashflow: resiko likuiditas dipicu ketidakmampuan internal
organisasi menyediakan uang tunai. Resiko ini disebabkan faktor
eksternal atau disebut endogenous factor, yang sesungguhnya ada
dalam jangkauan pengendalian manajemen.
b. Resiko strategis (strategic risk)
23
Resiko-resiko dalam jangka panjang pemicunya adalah murni perubahan
yang terjadi di luar organisasi, seperti:
1. Competition : resiko yang berasal dari persaingan (dari competitor)
2. Customer change : potensi resiko kerugian karena perubahan selera
pelanggan atau pergeseran selera pelanggan yang menyebabkan
penurunan penjualan organisasi
3. Industry change : perubahan industri karena inovasi atau munculnya
teknologi baru
4. Customer demand : potensi resiko kerugian karena pergeseran
permintaan pelanggan yang mengakibatkan merosotnya penerimaan
organisasi, dan
5. M & A integration : integrasi beberapa perusahaan melalui merger dan
acquisition. Ini tidak hanya dipengaruhi faktor eksternal tetapi juga oleh
internal organisasi.
Resiko murni yang dipengaruhi internal organisasi adalah:
1. Research & Development : kegiatan riset dan pengembangan yang
diprakasai internal organisasi,
2. Intelectual Capital : resiko kehilangan sumber daya manusia andalan
organisasi yang menyebabkan kerugian, dan
3. Information System : reiko kerugian disebabkan kelemahan sistem
informasi.
24
Resiko yang dipengaruhi dua faktor, internal dan eksternal adalah:
1. Recruitment : kegagalan dari rekrutmen yang menyebabakan counter
productive atau inefficiency mungkin disebabkan internal tetapi mungkin
juga sekaligus eksternal organisasi,dan
2. Supply Chain : resiko kerugian karena gangguan pada saluran
pemasokan bahan baku perusahaan atau saluran pengiriman hasil
produksi.
Resiko murni dipengaruhi eksternal organisasi adalah:
1. Regulation : adanya peraturan baru dapat menimbulkan kerugian.
2. Culture : perubahan budaya dari luar dapat menyebabkan kerugian.
3. Board Composition : perubahan susunan dewan direksi/dewan pengawas
dari luar organisasi dapat menimbulkan kerugian, misalnya
meningkatnya biaya-biaya.
c. Resiko operasional (operational risk)
Murni akibat internal organisasi adalah :
1. Accounting Control : resiko kerugian akibat pengendalian keuangan
lemah karena kesalahan/kelalaian dalam pembukuan keuangan (sistem
akuntasi)
Resiko yang dipengaruhi dua faktor, internal dan eksternal adalah :
1. Recruitment : kegagalan dari rekrutmen yang menyebabakan counter
productive atau inefficiency mungkin disebabkan internal tetapi mungkin
juga sekaligus eksternal organisasi.
2. Supply Chain : resiko kerugian karena gangguan pada saluran
pemasokan bahan baku perusahaan atau saluran pengiriman hasil
produksi.
25
Resiko murni dipengaruhi eksternal organisasi adalah:
1. Regulation : adanya peraturan baru dapat menimbulkan kerugian.
2. Culture : perubahan budaya dari luar dapat menyebabkan kerugian, dan
3. Board Composition : perubahan susunan dewan direksi/dewan pengawas
dari luar organisasi dapat menimbulkan kerugian, misalnya
meningkatnya biaya-biaya.
d. Resiko yang dipicu kondisi fisik dan nonfisik (hazard fisik)
Resiko ini ada yang dipengaruhi atau bersumber sekaligus dari internal dan
eksternal oraganisasi, yaitu :
1. Public access : jalan mendapatkan informasi dari dan ke masyarakat
luas.
2. Employee : produktivitas karyawan mungkin menurun drastis karena
pengaruh internal dan eksternal oraganisasi yang menimbulkan kerugian.
3. Properties : harta organisasi mungkin mengalami kemunduran daya tarik
secara teknis maupun secara ekonomis yang menyababkan kerugian
bagi organisasi.
4. Product & service : perubahan kondisi barang atau jasa yang diproduksi
mungkin bersumber dari internal dan eksternal yang dapat menimbulkan
kerugian.
Resiko murni berasal dari perubahan kondisi beraal dari eksternal:
1. Contract : adanya perubahan-perubahan isi/pasal-pasal dalam kontrak
secara sepihak dapat menimbulkan kerugian bagi organisasi.
2. Natural event : kejadian alam seperti gempa bumi, angin topan, dan
banjir dapat menimbulkan kerugian di luar pengendalian organisasi.
3. Supplier : perubahan perilaku pemasok bahan baku diluar jangkauan
pengendalian organisasi dapat menimbulkan resiko kerugian.
26
4. Environment : perubahan lingkungan hidup, seperti : dampak rumah
kaca, masalah ozon, perubahan musim, adalah kondisi lingkungan
eksternal yang dapat merugikan organisasi.
2.1.2.3 Proses manajemen resiko
Proses-proses manajemen resiko menurut Hinsa Siahaan(2007,p:59) adalah
tahapan-tahapan melalui mana sebuah perusahaan memastikan bahwa resiko
yang dihadapinya (yang mengancamnya) adalah sesuai resiko yang diinginkan,
dibutuhkan, atau direncanakan supaya terjadi.
Menurut Soeisno Djojosoedarso(2003,p:15) tahapan manajemen resiko dapat
dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu:
1. Mengidentifikasikan/menentukan terlebih dahulu objektif/tujuan yang ingin
dicapai melalui pengelolaan resiko.
2. Mengidentifikasikan kemungkinan-kemungkinan terjadinya kerugian/peril atau
mengidentifikasikan resiko yang dihadapi. Langkah ini adalah yang paling sulit,
tetapi juga paling penting, sebab kebehasilan pengelolaan resiko sangat
bergantung pada hasil identifikasi ini.
3. Mengevaluasi dan mengukur besarnya kerugian potensial, di mana yang
dievaluasi dan diukur adalah:
- Besarnya kesempatan atau kemungkinan peril yang akan terjadi selama suatu
peride tertentu (frekuensinya).
-Besarnya akibat dari kerugian tersebut terhadap kondisi keuangan perusahaan
(kegawatannya).
-Kemampuan meramalkan besarnya kerugian yang jelas akan timbul.
4. Mencari data atau kombinasi cara-cara yang paling baik, paling tepat dan
paling ekonomis untuk menyelesaikan masalah-masalh yang timbul akibat
terjadinya suatu peril. Upaya-upaya tesebut antara lain meliputi:
27
-Menghindari kemungkinan terjadinya peril
-Mengurangi kesempatan terjadinya peril
-Memindahkan kerugian potensial kepada pihak lain (mengasuransikan)
-Menerima dan memikul kerugian yang timbul (meretensi)
5. Mengkoordinir dan mengimplementasikan/melaksanakan keputusan-keputusan
yang telah diambil untuk menanggulangi resiko.
6. Mengadministrasi, memonitor, dan mengevaluasi semua langkah-langkah atau
strategi yang telah diambil dalam menanggulangi resiko. Hal ini sangat penting
terutama untuk dasar kebijaksanaan pengelolaan resiko di masa mendatang.
Di samping itu juga adanya kenyataan bahwa apabila kondisi suatu objek
berubah penanggulangannya juga berubah.
2.1.3 Asuransi
2.1.3.1 Pengertian
Sama seperti resiko dan manajemen resiko, tidak ada satu definisi tunggal
untuk asuransi. Asuransi dapat dilihat dari berbagai macam ilmu, ilmu hukum,
ilmu ekonomi, ilmu sejarah, ilmu resiko, ilmu aktuarial, dan ilmu sosial. Tetapi
definisi asuransai pada skripsi ini akan difokuskan pada unsur-unsur lazim yang
dijumpai pada polis asuransi, yaitu:
" Insurance is the pooling of fortuitous losses by transfer of such risks to insurer,
who agree to indemnity insureds for such losses, to provide other pecuniary
benefits in their occurance, or render services connected with the risk" (Bulletin
of the Commision on Insurance Terminology of the American Risk and Insurance
Association,October 1995)
Selain definisi diatas ada pun definisi lainnya, yaitu
28
Menurut Abbas Salim(1998,p:1) dalam bukunya Asuransi dan Manajemen
Resiko, Asuransi adalah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian
kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai pengganti (subtitusi) kerugian-kerugian
besar yang belum pasti.
Meskipun definisi ini tidak dapat diterima semua sekolah-sekolah asuransi,
minimal dapat digunakan untuk menganalisis unsur-unsur yang biasa terdapat
dalam rencana asuransi sesungguhnya,yaitu:
1. Karakter utama asuransi
Menurut definisi, asuransi adalah rencana dengan beberapa karakter khusus
yang terdiri dari :
- Pengumpulan kerugian (dalam satu kolom) : pooling of losses
- Pembayaran kerugian angka mujur (kebetulan) : payment of fortuitous losses
- Pemindahan (transfer) resiko : risk transfer
- Ganti rugi, perlindungan terhadap kerugian : indemnification
2. Bentuk-bentuk asuransi
Menurut Hinsa Siahaan(2007,p:300-304),asuransi dapat dibedakan atas
asuransi yang diselenggarakan oleh:
1) Asuransi swasta
1.1 Asuransi jiwa dan kesehatan (life and health insurance)
1.2 Asuransi harta benda dan hutang (property and liability insurance)
1.2.1 Fire insurance and allied lines. Jenis asuransi ini meng-cover
kerugian atau kerusakan real estate dan harta benda pribadi karena
kebakaran, disambar petir.
1.2.2 Marine insurance. Asuransi ini disebut juga asuransi transportasi
(transportation insurance) karena melindungi barang-barang dalam
pengiriman dari resiko murni yang berkaitan dangan pengangkutan.
29
1.2.3 Casuality insurance. Asuransi ini meng-cover seluruh unit-unit
yang terancam resiko, diluar asuransi kebakaran, laut, dan asuransi
jiwa.
2) Menurut George E. Redja(1995,p:28) dalam bukunya Principles of Risk
Management and Isurance,Fifth Edition,asuransi pemerintah dapat
dibedakan menjadi
1.2 Asuransi social (social insurance)
2.2 Asuransi pemerintah lainnya(other government insurance)
2.1.3.2 Peranan asuransi bagi masyarakat luas
Adanya asuransi memberikan manfaat yang sangat besar kepada masyarakat
banyak. Manfaat sosial dan manfaat ekonomi asuransi yang di kemukaakan oleh
Hinsa Siahaan(2007,p:305-309):
1. Indemnification for loss ( ganti rugi)
Adanya penggantian kerugian memungkinkan seseorang atau satu
keluarga dipulihkan keuangannya kembali pada posisi semula, meskipun
telah terjadi kerugian, kerugian yang menimpanya tidak mempengaruhi
posisi keuangannya karena mendapat santunan dari asuransi. Karena
dapat dipulhkan kembali keuangannya,sebagian atau seluruhnya, mereka
tidak perlu lagi meminta pertolongan/bantuan kepada pemerintah, atau
meminta kepada pertolongan saudara-saudaranya. Tegasnya, fungsi
penggantian kerugian dari asuransi memberikan kebaikan kepada tiap-tiap
keluarga dan stabilitas usaha dan karena itu menjadi salah satu manfaat
asuransi di bidang sosial dan ekonomi yang terpenting.
30
2. Less worry and fear (mengurangi kecemasan dan ketakutan)
Manfaat asuransi yang kedua adalah bahwa dengan adanya asuransi dapat
mengurangi rasa kecemasan dan ketakutan. Ini berlaku sebelum dan
sesudah terjadi kerugian.
3. Source investment funds (sumber dana untuk investasi)
Industri asuransi adalah salah satu sumber dana penting untuk modal
investasi dan pemupukan modal. Premi asuransi dikumpulkan dimuka
mengantisipasi terjadinya kerugian di masa yang akan datang, akumulasi
dana dari premi yang dikumpulkan tersebut tidak perlu segara dibayarkan
sebagai pengantian kerugian yang belum tentu terjadi, dan dapat
dipinjamkan kepada dunia usaha yang membutuhkan modal.
4. Loss prevention (mencegah kerugian)
Perusahaan asuransi secara aktif terlibat dalam bebrbagai macam program
pencegahan kerugian dan juga menggunakan berbagai tenaga ahli
pencegahan kerugian seperti safety enginees dan specalists pencegahan
kebakaran, ahli keamanan dan kesehatan di tempat kerja, dan ahli
menghadapi utang yang menimpa sesorang. Kegiatan-kegiatan
pencegahan kerugian tersebut akan mengurangi langsung dan tidak
langsung, konsekuensi atau kerugian. Dalam hal ini masayarakat
diuntungkan karena kedua macam kerugian dapat berkurang.
5. Enchancement of credit (kemampuan untuk mendapatkan kredit)
Adanaya asuransi membuat resiko kredit seorang peminjam lebih baik,
karena asuransi menjamin nilai kolateral data memberi jaminan yang lebih
baik tentang pinjaman dapat dilunasi tepat waktu.
31
2.1.4 Kemampuan membayar perusahaan
Menurut Frans yang juga Ketua umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia
(AAUI) mengatakan pihaknya memiliki usulan sedikit berbeda dengan kemauan
pemetaan industri asuransi, menjelaskan ada tiga tahapan dan tenggat waktu
yang diusulkan AAUI a.l. tahap 2006 hingga akhir 2007 seluruh perusahaan
asuransi harus telah memenuhi persyaratan minimum (minimum requirement)
yaitu memiliki kemampuan finansial membayar jasa professional serta
pengembangan SDM serta memenuhi tingkat efisiensi rasio biaya terhadap premi
dan kapital.
Menurut Direktur Teknik dan Luar Negeri PT. Asuransi Jasa Indonesia (Asuransi
JASINDO), Ir. Mustafa Ashari, untuk membuktikan apakah asuransi bagus atau
tidak, adalah pada proses dan komunikasi penyelesaian klaimnya. Ini karena
asuransi merupakan produk yang intangible atau tidak dapat disentuh karena
berupa janji-janji yang terwujud dalam polis. Dengan kata lain, esensi sebuah
perusahaan asuransi justru dapat dilihat pada waktu klaim. Akan tetapi, karena
tidak sering mendapat perhatian, kebanyakan para pengguna jasa terjebak
hanya melihat harga premi awalnya saja. Padahal fokus yang esensial adalah bila
klaim terjadi. Sebagai catatan, total klaim industri asuransi selama tahun 2003
sebesar Rp. 4,4 triliun, sementara nilai klaim bruto (gross claims) Asuransi
Jasindo per 31 Desember 2004 mencapai Rp. 391 Miliar atau mengalami
kenaikan dibandingkan akhir 2003 yang mencapai sebesar Rp. 350 Miliar.
Menurut Mustafa Ashari, perusahaan asuransi yang memberi rasa aman adalah
perusahaan yang mampu menyelesaikan dan membayar klaim, bukan
perusahaan yang menawarkan harga rendah. Perusahaan asuransi demikian
tentu saja yang memiliki cadangan investasi cukup atau funding yang memadai.
Funding bisa dilihat dari jumlah investasi yang dimiliki, atau dengan mengacu
32
pada Risk Based Capital (RBC) yang dikeluarkan pemerintah yaitu 120% pada
akhir tahun 2004.
Bagaimana menilai perusahaan asuransi memiliki attitude yang baik dan
mempunyai kemampuan memproses serta membayar klaim yang baik ? Menurut
Mustafa Ashari, ketika bicara attitude lihatlah pemegang sahamnya. Ini penting
karena kita bekerja atas nama pihak reasuradur, sehingga mereka juga senang
karena terbukti bahwa asuransi telah berbuat yang terbaik dalam penyelesaian
klaim.
Dalam ukuran kecepatan pembayaran klaim tidak ada standar berapa lama
waktu yang dibutuhkan, karena setiap kasus berbeda-beda. Contohnya, klaim
yang menyangkut orang, pembayarannya akan cepat dan mudah apalagi kalau si
pengguna asuransi mengalami musibah. Contohnya, saat terjadi musibah yang
menimpa pesawat terbang beberapa waktu lalu. Sesuai standar operasi dan
prosedur (SOP), asuransi segera berada di lokasi dan ready untuk menyelesaikan
pembayaran klaim. Menurut Mustafa Ashari kesetiaan para relasi kepada asuransi
antara lain, dikarenakan budaya perusahaan yang memang menuntut agar
proses klaim selesai dengan cepat dan saling memuaskan. Contoh salah satu
kiatnya adalah bahwa setiap kali ada klaim, harus segera jemput bola. Juga
secara pro aktif, harus melengkapi data-data pendukung klaim.
Meskipun meiliki kemapuan membayar klaim yang besar, namun asuransi tidak
menganggap tabu untuk melimpahkan kasus klaim tertanggung yang bermasalah
hingga jalur hukum. "Misalnya, dalam polis ada klausul yang menyebutkan
bahwa kalau terlambat membayar premi maka klaim bisa ditolak. Apabila
tertanggung tetap bersikeras menuntut klaim meskipun yang bersangkutan telah
melanggar klausul, maka kami terpaksa selesaikan melalui pengadilan. Mustafa
menanggapi bahwa kasus seperti di atas harus di tindak secara tegas dengan
tujuannya ingin mendidik tertanggung bahwa asuransi itu adalah perjanjian
33
hukum yang mengikat kedua belah pihak sesuai dengan kewajiban dan tanggung
jawabnya.
Dari sisi Klaim Ritel, Menurut Direktur Operasi Ritel Asuransi JASINDO, Herman
Moenir menjelaskan, asuransi seharusnya selalu memberikan kemudahan dan
kecepatan dalam proses klaim kepada tertanggung, khususnya klaim ritel yang
dibayar sesuai polisnya. Herman Moenir berpendapat, di produk ritel itu sangat
ditentukan dengan kemudahan pelayanan. Misal, begitu kendaraan tertanggung
mengalami kecelakaan, mereka langsung dapat memilih bengkel yang telah
ditunjuk asuransi tersebut.
2.1.5 Kaitan antara besarnya resiko dan kemampuan membayar
perusahaan terhadap pendapatan perusahaan
Menurut (Vibiznews – Risk) – Standard & Poor selama ini dikenal sebagai
badan yang memberikan rating bagi perusahaan-perusahaan global.
Rencananya, S&P akan mulai untuk mendiskusikan program enterprise risk
management (ERM) dengan perusahaan-perusahaan yang mereka rating.
Menurut Steven J. Dreyer, managing director dari corporate rating S&P
mengungkapkan bahwa mereka tidak akan memberi skor ERM sepanjang 2008,
namun jika mereka memulainya, tidak akan dilakukan sebelum kuartal kedua
2009. Dreyer juga mengungkapkan bahwa mereka akan mengambil tindakan,
jika seandainya menemukan ada sesuatu yang salah dalam program manajemen
resiko perusahaan.
Sebenarnya, S&P sejak 2005 sudah mulai melakukan evaluasi terhadap
perusahaan asuransi sejak 2005. Namun, Menurut David Ingram, director ERM
S&P mengungkapkan bahwa perusahan asuransi juga tidak terlalu bagus dalam
praktik manajemen resiko. Laporannya menunjukkan bahwa 80 persen jatuh
34
dalam kategori ‘cukup’ saja. Sehingga, diperkirakan perusahaan nonfinansial
tidak akan melakukannya lebih baik dari itu.
Survey Towers Perrin yang dilaksanakan awal tahun ini menunjukkan bahwa
sekitar 60 persen perusahaan saat ini mempunyai program ERM top down, dan
seandainya S&P memberi penilaian maka 28 persen akan diberi skor “weak”.
Pembahasan mengenai ERM ini akan berfokus pada dua area, yakni risk
management culture dan strategic risk management .
Pada area risk management culture, topiknya meliputi sebagai berikut:
◦ framework atau struktur manajemen resiko yang digunakan
◦ peran staf yang bertanggung jawab dalam manajemen resiko
◦ komunikasi manajemen resiko baik internal maupun eksternal
◦ kebijakan dan metric manajemen resiko
◦ pengaruh manajemen resiko terhadap anggaran dan manajemen kompensasi.
Sementara itu, pada area strategic risk management, pembahasannya
meliputi:
◦ pandangan manajemen mengenai resiko terbesar yang dihadapi perusahaan,
kemungkinannya, serta potensi efeknya terhadap kredit.
◦ melakukan update dalam identifikasi resiko-resiko utama
◦ pengaruh sensitivitas resiko terhadap manajemen utang dan keputusan
pendanaan
◦ peran manajemen resiko dalam pengambilan keputusan strategis.
Investor tentu saja bisa melakukan analisa dengan laporan keuangan emiten
yang wajib dikeluarkan tiap kuartal. Namun, ini juga bukan jaminan untuk masa
depan, karena informasi yang disediakan adalah data historis. Namun setidaknya,
investor dapat memiliki gambaran karena terdapat aturan akuntansi supaya
perusahaan melakukan writedown ataupun mengakui kerugian atas asset yang
35
nilainya berkurang secara temporer. Sehingga ini bisa menjadi salah satu indikasi
ataupun pertanda mengenai adanya masalah.
Menurut Gregory Waymire, seorang professor Akuntansi dari Goizueta
mengungkapkan bahwa dalam beberapa kasus, perangkat analisa dan trend
dapat memberikan indikasi awal mengenai kesehatan financial perusahaan.
Waymire berpendapat, penurunan pendapatan selama beberapa periode bisa
menjadi fokus perhatian. Terutama, jika penurunan ini diakibatkan oleh turnover
piutang yang menurun. Ini mengindikasikan bahwa pelanggan perusahaan
bermasalah dalam melunasi tagihannya.
Turunnya interest coverage, atau rasio yang membandingkan pendapatan
sebelum bunga dan pajak terhadap total pembayaran bunga, juga mensinyalkan
sebuah kelemahan. Perusahaan yang memiliki pendapatan lebih tinggi signfikan
terhadap bunga yang ditanggungnya terntunya memiliki posisi yang lebih baik
secara financial. Sebaliknya, perusahaan yang tidak dapat menutup biaya
bunganya berpeluang besar untuk jatuh bangkrut.
Literatur akademis banyak yang berfokus pada deteksi awal mengenai
kekuatan dan kelemahan sebuah perusahaan. Salah satu ukuran yang popular
adalah yang dikembangkan Edward Altman dari Universitas New York, yakni Z-
Score. Z-Score menggunakan rasio-rasio dalam laporan keuangan, misalnya
ROA, sales turnover dan rasio working capital, untuk memprediksikan
kebangkrutan. Perusahaan dengan skor lebih dari 3 dianggap memiliki resiko
rendah untuk bangkrut. Sementara jika skor semakin rendah maka merupakan
indikasi adanya masalah financial dalam perusahaan.
Model lainnya dikembangkan oleh Tyler Shumway dari Universitas Michigan,
yang menggunakan laporan keuangan dan data pasar, termasuk return dan
volatilitas saham, untuk mengukur kemungkinan perusahaan untuk bangkrut.
36
Model ketiga yang disebut Merton/KMV model dikembangkan oleh Robert
Merton dari Universitas Harvard, membandingkan asset dan utang perusahaan
dan mengukur seberapa jauh asset perusahaan harus anjlok sebelum menemui
kebangkrutan.
Daniel Benish dari Universitas Indiana juga mengembangkan model yang
digunakan untuk memprediksi fraud akuntansi. Model ini menggunakan beragam
variabel dalam laporan keuangan, termasuk tingkat depresiasi, gross margin dan
leverage. Beneish model ini mampu memprediksikan beberapa fraud besar,
termasuk Worldcom Inc.
Menurut Peter Demerjian, seorang asisten profesor akuntansi, bahwa
peningkatan signifikan dalam A/R (piutang) terhadap persentase penjualan juga
merupakan indikasi awal dari masalah financial. Indikasi lainnya antara lain
perusahaan mulai memangkas proyek investasi jangka panjang, menawarkan
diskon besar-besaran (ritel) hingga melonggarkan kebijakan kredit (karena butuh
likuiditas jangka pendek).
Intinya, meskipun pasar diliputi ketidakpastian yang teramat besar, namun
tentunya masyarakat bisa melihat indikasi-indikasi tertentu jika terdapat masalah
dalam perusahaan. Sehingga masyarakat bisa mengambil keputusan untuk tetap
bertahan ataupun keluar dari pasar.
37
2.2 Kerangka pemikiran
Kemampuan membayar perusahaan
Besarnya Resiko
Pendapatan perusahaan
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Sumber: Peneliti
Kemampuan membayar perusahaan yang di maksud adalah kemampuan
perusahaan dalam membayar klaim dari pemegang polis. Kemampuan membayar
kliam di tunjukkan dengan nilai nominal yang ada pada laporan keuangan
perusahaan yang nantinya akan dikaitkan dengan nilai pendapatan perusahaan.
Sedangkan besarnya resiko adalah semua resiko yang ada di dalam
perusahaan yang sudah diperingkatkan sesuai dengan prioritas dari perusahaan
tersebut. Semua resiko yang diperingkatkan memiliki nilai nominal yang
didapatkan dari laporan keuanagn PT.ACE INA Insurance yang nantinya akan
dikaitkan dengan nilai pendapatan perusahaan.
Pendapatan perusahaan adalah nilai nominal yang tertera pada laporan
keuangan peruasahaan, di mana natinya akan dihubungkan dengan kemampuan
membayar perusahaan dan besanrnya resiko. Untuk diketahui apakah
kemampuan membayar perusahaan dan besarnya resiko mempengaruhi
pendapatan perusahaan.
38
2.3 Hipotesis
Adapun Hipotesis yang peneliti gunakan adalah hipotesis asosiatif yang
menjelaskan pengaruh dan hubungan antar variabel. Hipotesis yang telah saya
rancang adalah sebagai berikut:
Hipotesis Korelasi
Hipoteisis 1
Ho: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara besarnya resiko dengan
pendapatan perusahaan pada PT. ACE INA Insurance.
Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antara besarnya resiko dengan
pendapatan perusahaan pada PT. ACE INA Insurance.
Hipotesis 2
Ho: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan membayar perusahaan
dengan pendapatan perusahaan pada PT. ACE INA Insurance.
Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan membayar perusahaan
dengan pendapatan perusahaan pada PT. ACE INA Insurance.
Hipotesis 3
Ho: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara besarnya resiko dan
kemampuan membayar perusahaan dengan pendapatan perusahaan pada
PT. ACE INA Insurance.
Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antara besarnya resiko dan
kemampuan membayar perusahaan dengan pendapatan perusahaan pada
PT. ACE INA Insurance.
39
Hipotesis Regresi
Hipotesis 1
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara besarnya resiko dengan pendapatan
perusahaan PT.ACE INA Insurance.
Ha : Terdapat pengaruh antara besarnya resiko dengan pendapatan
perusahaan PT.ACE INA Insurance.
Hipotesis 2
Ho: Tidak terdapat pengaruh antara kemampuan membayar perusahaan dengan
pendapatan perusahaan PT.ACE INA Insurance.
Ha: Terdapat pengaruh antara kemampuan membayar perusahaan dengan pendapatan
perusahaan PT.ACE INA Insurance.
Hipotesis 3
Ho: Tidak terdapat pengaruh antara besarnya resiko dan kemampuan membayar
perusahaan dengan pendapatan perusahaan PT.ACE INA Insurance.
Ha: Terdapat pengaruh antara besarnya resiko dan kemampuan membayar perusahaan
dengan pendapatan perusahaan PT.ACE INA Insurance.