Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
SKRIPSI
PENGARUH PENGALAMAN AUDIT DAN LOCUS OF CONTROL
TERHADAP PERILAKU AUDITOR INTERNAL (Studi Empiris pada Auditor Pemerintah yang Bekerja
di Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan)
NURUL WIDYASTUTI
DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
SKRIPSI
PENGARUH PENGALAMAN AUDIT DAN LOCUS OF CONTROL
TERHADAP PERILAKU AUDITOR INTERNAL (Studi Empiris pada Auditor Pemerintah yang Bekerja
di Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan)
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana Akuntansi
disusun dan diajukan oleh
NURUL WIDYASTUTI A31113503
kepada
DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
iii
iv
v
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
nama : Nurul Widyastuti
NIM : A31113503
departemen/program studi : Akuntansi/Strata 1
dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul
PENGARUH PENGALAMAN AUDIT DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP PERILAKU AUDITOR INTERNAL
(Studi Empiris Pada Auditor Pemerintah yang Bekerja di Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan)
adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).
Makassar, 12 Oktober 2017
Yang membuat pernyataan,
Nurul Widyastuti
vi
PRAKATA
Assalamu Alaikum Wr, Wb
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat taufiq dan hidayah – Nya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi persyaratan
akademik untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi Departemen Akuntansi di
Universitas Hasanuddin Makassar.
Peneliti yakin dan percaya bahwa jika ada kesulitan maka didalamnya
terdapat dua kemudahan, jika ada kemauan maka didalamnya terdapat banyak
jalan menuju kesuksesan. Melalui kerja yang maksimal dengan segenap
kemampuan, pikiran, waktu dan tenaga serta berbagai hambatan, cobaan, dan
godaan, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Peneliti telah mencurahkan segala kemampuan dalam menyelesaikan
skripsi ini, tetapi lepas dari semuanya itu, tentunya tidak luput dari berbagai
kekurangan dan ketidak – sempurnaan, namun inilah hasil maksimal yang dapat
peneliti berikan.
Secara khusus skripsi ini peneliti persembahkan kepada kedua orang tua
peneliti Ayahanda Alm Sarmanto dan Ibunda ir. Andi Murniati Patu, yang telah
menjadi guru yang sangat luar biasa dalam perjalanan hidup peneliti, yang
senantiasa memberikan arahan, motivasi, bimbingan serta kasih sayangnya
kepada peneliti, serta kepada saudara peneliti Bayu Brahmantara, yang sangat
berjasa dan telah memberi dorongan serta motivasi kepada peneliti dalam
penyelesaian tugas ini. Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak. Peneliti menyampaikan terima kasih kepada :
vii
1. Bapak Prof. Dr. H. Gagaring Pagalung, S.E., MS, Ak., CA selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Siti Haerani, SE., M.Si., Selaku Wakil Dekan I Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar.
3. Ibu Prof. Dr. Hj. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA, selaku Ketua Departemen
Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin
Makassar.
4. Bapak Dr. Yohanis Rura, S.E., M.SA., Ak., CA, selaku Sekretaris
Departemen Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Hasanuddin Makassar.
5. Bapak Dr. Syarifuddin, S.E., Ak., M.Soc, Sc, CA selakupembimbing
Idan bapak Drs. Muh Ishak Amsari, Ak., M.Si., CA selaku penasehat
akademik sekaligus pembimbing II yang telah membimbing dan
mengarahkan peneliti dalam penyusunan skripsi.
6. Bapak bapak Prof. Dr. H. Gagaring Pagalung, S.E., Ak., M.Si., CA, dan
Dr. Asri Usman, S.E., M.Si., CA, selaku penguji.
7. Seluruh Dosen dan Staf pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Hasanuddin Makassar.
8. Kepada pimpinan dan staf Inspektorat provinsi Sulawesi Selatan yang
telah memberikan kepada peneliti kesempatan dan memudahkan jalan
untuk melakukan penelitian.
9. Kepada Seluruh Auditor Internal Inspektorat provinsi Sulawesi Selatan
yang bersedia sebagai responden sehingga turut membantu peneliti
dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Kepada Aswar Wahab sebagai seseorang yang teristimewa. Terima
kasih telah bersedia membantu dan memotivasi peneliti hingga saat ini
viii
masih setia mendampingi. Semoga kita sukses bersama dalam impian
dan gigih berusaha sehingga menjadi kenyataan di masa depan.
11. Kepada Chandrika Puteri Seruni dan Riski Amalia Ode yang telah
bersedia menemani dan menuntun peneliti, tanpaada rasa lelah dan
letih memberikan motivasi, dorongan, bahkan paksaan untuk
mengerjakan skripsi. Canda, tawa, dan amarah menghiasi dalam
penyelesaian skripsi peneliti.
12. Kepada Sahabat Cuyems yang lebih dari sekedar teman dan telah
berjuang bersama sedari maba hingga menjadi alumni. Riski Amalia
Ode, S.E (Ods), Fitri Rahmawati, S.E (Piti), Salsabila, S.E (Jal), Riska
Wulansari, S.E (Rispar), Dewi Mustiasanti, S.E (Budew), Ulfa
Ramadhani, S.E (Ulpes), Muchlisanti Muslimin, S.E (Lisa), Aldilla Gea
Azuari, S.E (Gea), Salmia Nurfadillah, S.E (Salmia), dan Nursatri
Ausisari, S.E (Ausi). “We Made It Sista”.
13. Kepada teman – teman angkatan 2013 Akuntansi UH Bonafide Squad
terima kasih untuk semua warna – warni mahasiswa selama dikampus
merah.
14. Kepada teman – teman Cemes.Ria Rezky Rahmat, Adhe Ikhmaynar,
Irmayanti Mandasari, Aulia Syahriani, Maudy Aqmarina, Ummu Kalsum
Basman, Aisyah Abbas, Hirmawadina, dan Annisa rabihal fitri yang telah
memberikan semangat, solidaritas dan pengalaman tambur yang
teringat sepanjang masa. Kita saudara, karena kita bukan sekedar kata
– kata.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti mengharapkan saran dan kritik
yang sifatnya membangun dari berbagai pihak untuk kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini memberikan banyak manfaat bagi semua pihak, utamanya
ix
bagi penyusun dalam pengembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan
datang.
Wassalamualaikum Wr, Wb.
Makassar, 12 Oktober 2017
Peneliti
x
ABSTRAK
Pengaruh Pengalaman Audit dan Locus of Control
Terhadap Perilaku Auditor Internal
(Studi Empiris pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan)
The Effects of Audit Experiences and Locus of Control onThe Behavior of
Internal Auditors
(The Empirical Study on The Inspectorate of South Sulawesi Province)
Nurul Widyastuti
Syarifuddin Ishak Amsari
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengalaman audit dan locus of Control berpengaruh terhadap perilaku auditor internal pada inspektorat provinsi Sulawesi Selatan, baik secara parsial maupun simultan. Penelitian ini menggunakan desain studi korelasional dengan instrument kuesioner sebagai alat untuk mengukur variable pengalaman audit dan locus of control. Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah regresi linier berganda, analisis ini didasarkan pada data dari 43 responden yang telah melengkapi seluruh pernyataan dalam kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman audit dan locus of control secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap perilaku auditor internal pada inspektorat provinsi Sulawesi Selatan. Dari kedua variabel yang memengaruhi perilaku auditor internal pada inspektorat provinsi Sulawesi Selatan variabel pengalaman audit dan locus of control berpengaruh positif. Kata Kunci:pengalaman audit, locus of control, perilaku auditor internal This Study aims to determine whether the audit experiences and locus of control affect on behaviorof internal auditors on the Inspectorate in South Sulawesi province, eitherpartially or simultaneously. This study used acorrelational study design with a questionnaire instrument as a tool for measuring audit experiences and locus of control variables. The method of analysis was used to test the hypothesis is multiple linear regression, where analysis is based on data from 43 respondents who have completed all the statements and questionnaires. The results of this study indicate that audit experiences and locus of control affect simultaneously and partially affect on behavior of internal auditors on the Inspectorate in South Sulawesi province. Among the second variables that affect inspectorate in South Sulawesi province, audit experiences and locus of control have a positive effect. Keywords: audit experiences, locus of control,behavior of internal auditors
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL i HALAMAN PERSETUJUAN ii DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL v DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 6 1.3 Tujuan Penelitian 6 1.4 Kegunaan Penelitian 6
1.4.1 Kegunaan Teoretis 7 1.4.2 Kegunaan Praktis 7
1.5 Sistematika Penulisan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9
2.1 Landasan Teori 9 2.1.1 Teori Atribusi 9
2.2 Konsep Auditing 10 2.2.1 Definisi Aditing 10 2.2.2 Jenis-Jenis Auditor 12
2.3 Pengalaman Audit 14 2.4 Locus Of Control Internal 15 2.5 Perilaku Auditor Internal 18 2.6 penelitian Terdahulu 19 2.7 Kerangka Pemikiran 25 2.8 Hipotesis Penelitian 26
BAB III METODE PENELITIAN 34
3.1 Rancangan Penelitian 34 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 35 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 35
3.3.1Populasi Penelitian 35 3.3.2Sampel Penelitian 35
3.4 Jenis dan Sumber Data 36 3.4.1 Data Primer 36 3.4.2 Data Sekunder 36
3.5 Teknik Pengumpulan Data 37 3.5.1 Penelitian Pustaka (Library Research) 37 3.5.2 Penelitian Lapangan (Field Research) 37
3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 37 3.6.1 Variabel Penelitian 37 3.6.2 Definisi Operasional 38 3.7 Instrumen Penelitian dan Pengukuran Variabel Penelitian 41
xii
3.8 Metode Analisis Data 41 3.8.1 Statistik Deskriptif 42 3.8.2 Uji Kualitas Data 42
3.8.2.1 Uji Validitas 42 3.8.2.2 Uji Reliabilitas 42
3.8.3 Uji Asumsi Klasik 43 3.8.3.1 Uji Normalitas 43 3.8.3.2 Uji Autokorelasi 43 3.8.3.3Uji Multikolinieritas 43 3.8.3.4 Uji Heteroskedastisitas 44
3.8.4 Uji Hipotesis 44 3.8.4.1 Pengujian Koefisien Determinasi 45 3.8.4.2 Pengujia Parsial (Uji t) 45 3.8.4.3 Pengujian Simultan (Uji f) 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 48
4.1 Gambaran Umum 48 4.2 Analisis Statistik Deskriptif 52 4.3 Hasil Uji Kualitas Data 53
4.3.1 Perilaku auditor internal (Y) 53 4.3.2 Pengalaman Audit (X1) 55 4.3.3 Locus of Control (X2) 56
4.4 Uji Asumsi Klasik 57 4.4.1 Uji Normalitas 57 4.4.2 Uji Multikolineritas 58 4.4.3 Uji Heterokedastisitas 59
4.5 Analisis Model dan Uji Hipotesis 60 4.5.1 Uji Koefisien Determinasi 60 4.5.2 Uji Parsial (Uji t) 61 4.5.3 Uji Simultan (Uji F) 62
4.6 Pembahasan 63
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian 65 5.2 Keterbatasan Penelitian 65 5.3 Saran Penelitian 66
DAFTAR PUSTAKA 67 LAMPIRAN 72
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu 25
Tabel 4.1 Distribusi kuesioner 49
Tabel 4.2 Frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin 49
Tabel 4.3 Frekuensi responden berdasarkan umur 50
Tabel 4.4 Frekuensi responden berdasarkan pendidikan terakhir 50
Tabel 4.5 Frekuensi responden berdasarkan lama bekerja 51
Tabel 4.6 Frekuensi responden berdasarkan jumlah tugas audit 52
Tabel 4.7 Hasil statistik deskriptif 52
Tabel 4.8 Hasil uji validitas 54
Tabel 4.9 Hasil uji reliabilitas 54
Tabel 4.10 Hasil uji validitas 55
Tabel 4.11 Hasil uji reliabilitas 56
Tabel 4.12 Hasil uji validitas 56
Tabel 4.13 Hasil uji reliabilitas 57
Tabel 4.14 Hasil uji multikolinearitas 59
Tabel 4.15 Koefisien determinasi 61
Tabel 4.16 Hasil uji-t 61
Tabel 4.19 Hasil uji-F 62
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pikir 29
Gambar 4.1 Grafik uji normalitas 58
Gambar 4.2 Grafik uji heterokedastisitas 60
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Biodata 50
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian 52
Lampiran 3 Kondisi Demografi Responden 81
Lampiran 4 Hasil Kuesioner 83
Lampiran 5 Statistik Deskriptif 85
Lampiran 6 Uji Validitas Dengan Korelasi Pearson 86
Lampiran 7 Uji Reliabilitas 89
Lampiran 8 Asumsi Klasik 90
Lampiran 9 Koefisien Determinasi dan Uji Hipotesis 92
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini pengguna laporan keuangan pemerintah daerah menuntut adanya
transparansi atas penggunaan dana dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah. Pengguna laporan keuangan mengharapkan adanya laporan keuangan
yang dapat dipercaya, lengkap dan benar sehingga dapat dijadikan dasar untuk
pengambilan keputusan. Bentuk jawaban pemerintah atas tuntutan akan
pentingnya pengelolaan keuangan yang akuntabel dan transparan ditandai
dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang kini telahdiganti dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 menyebutkan bahwa
pemerintah daerah diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan sebagai
pertanggungjawaban telah berakhirnya tahun anggaran, yang disusun dan
disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). SAP menjadi
pedoman untuk menyatukan persepsi antara penyusun, pengguna, dan auditor.
Dengan adanya SAP maka laporan keuangan pemerintah pusat atau daerah
akan lebih berkualitas, dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat
diperbandingkan.
Inspektorat daerah adalah salah satu unit yang melakukan
audit/pemeriksaan terhadap pemerintah daerah. Inspektorat daerah mempunyai
1
2
tugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum pemerintah daerah dan
tugas lain yang diberikan kepala daerah, sehingga dalam tugasnya inspektorat
sama dengan auditor internal.
Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa yang
merupakan bagian dari organisasi yang diawasi. Bagian dari audit internal adalah
audit yang dilakukan oleh Inspektorat Jendral Departemen, Satuan Pengawas
Intern (SPI) di lingkungan lembaga negara dan BUMN/BUMD, Inspektorat
Wilayah Propinsi (Itwilprop), Inspektorat Wilayah Kabupaten/Kota
(Itwilkab/Itwilko), dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Menurut Boynton (2001:8) fungsi auditor internal adalah melaksanakan
fungsi pemeriksaan internal yang merupakan suatu fungsi penilaian yang
independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan
organisasi yang dilakukan.Selain itu, auditor internal diharapkan pula dapat lebih
memberikan sumbangan bagi perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam rangka
peningkatan kinerja organisasi. Dengan demikian, auditor internal pemerintah
daerah memegang peranan yang sangat penting dalam proses terciptanya
akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan di daerah. Peran dan
fungsi inspektorat provinsi, kabupaten/kota secara umum diatur dalam pasal 4
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 64 tahun 2007. Pasal tersebut menyatakan
bahwa dalam melaksanakan tugas pengawasan urusan pemerintahan,
inspektorat provinsi, kabupaten/kota mempunyai fungsi sebagai berikut: pertama,
perencanaan program pengawasan; kedua, perumusan kebijakan dan fasilitas
pengawasan; dan ketiga, pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian
tugas pengawasan.
3
Di Indonesia banyak kasus-kasus manipulasi akuntansi yang dilakukan
manajemen perusahaan, misalnya saja kasus Bank Lippo dan kasus Kimia
Farma.Munculnya kasus ini sering kali menimbulkan pertanyaan dimana fungsi
auditor internal untuk mengevaluasi operasional organisasi termasuk mendeteksi
fraud. Hal itu dapat terjadi apabila manajemen memanipulasi tugas dan fungsi
auditor internal (Sagara, 2013).
Auditor internal sebagai bagian organisasi tidak jarang akan menghadapi
konflik kepentingan. Hal ini memaksa auditor internal harus mengambil
keputusan yang tidak sesuai dengan kode etik profesi bahkan hati nuraninya.
Untuk mengetahui perilaku auditor internal dalam menghadapi konflik audit, perlu
dipahami beberapa faktor, yaitu:, pengalaman audit dan locus of control. Auditor
diharapkan memiliki kemampuan dalam pengalaman audit yang dilihat dari
pendidikan dan lama bekerja sehingga mampu menyajikan laporan audit yang
berkualitas. Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas
yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar
melakukannya dengan lebih baik. Pengalaman adalah keseluruhan pelajaran
yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dialami dalam
perjalanan hidupnya. Sukriah et al. (2009), menyatakan bahwa seorang
karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan
dalam beberapa hal diantaranya: 1) mendeteksi kesalahan, 2) memahami
kesalahan, dan 3) mencari penyebab munculnya kesalahan.Auditor yang
berpengalaman akan membuat judgement yang relatif lebih baik dalam tugas-
tugas profesionalnya, dari pada auditor yang kurang berpengalaman Gusti dan
Syahril (2008). Auditor yang berpengalaman akan cenderung lebih berhati-hati
dalam mengambil sebuah keputusan tersebut tidak membuahkan hasil yang
4
keliru. Pengalaman langsung masa lalu akan menentukan dan mengarahkan
seseorang dalam tiap perilakunya.
Selain pengalaman, variabel lain yang mempengaruhi perilaku auditor
internal adalah locus of control. Locus of control merupakan hal yang penting
dalam pengambilan keputusan profesional seorang auditor internal. Esa (2014)
menyatakan bahwa tahapan pengembangan kesadaran moral individual
menentukan bagaimana seorang individu berpikir tentang dilema etis, proses
memutuskan apa yang benar dan apa yang salah. Namun keputusan atas benar
dan salah saja tidak cukup memprediksi perilaku pengambilan keputusan etis.
literatur akuntansi menyebutkan, locus of control adalah cara pandang
seseorang terhadap suatu peristiwa apakah dia dapat atau tidak dapat
mengendalikan (control) peristiwa yang terjadi pada dirinya. Berdasarkan pada
teori locus of controlbahwa, auditorakan dipengaruhi oleh karakteristik locus of
controlnya sendirimaka locus of control dapat menentukan dan mengarahkan
perilaku auditor dalam pengambilan keputusan. Individu dengan internal locus of
control akan lebih mungkin berperilaku etis dibanding dengan individu dengan
eksternal locus of control. Ciri pembawaan internal locus of control adalah
mereka yang yakin bahwa suatu kejadian selalu berada dalam kendalinya dan
akan selalu mengambil peran dan tanggung jawab dalam menentukan kesalahan
atau kebenaran. Sebaliknya orang dengan eksternal locus of control percaya
bahwa kejadian dalam hidupnya berada di luar kontrolnya dan percaya bahwa
hidupnya dipengaruhi oleh takdir, keberuntungan dan kesempatan serta lebih
mempercayai kekuatan diluar dirinya. Karenanya auditor dengan eksternal locus
of control lebih besarkemungkinannya untuk memenuhi permintaan klien.
5
Berkaitan dengan pentingnya pengalaman dan locus of control, maka halini
perlu diperhatikan oleh setiap auditor internal, khususnya pada instansi
pemerintah daerah yang menjadi objek penelitian yakni pada kantor Inspektorat
Provinsi Sulawesi Selatan karena pengalaman audit dan locus of control
merupakan aspek personalitas yang akan memengaruhi perilaku individu,
semakin tinggi pengalaman auditor maka akan semakin banyak pengetahuan
yang diimilikinya yang akan dijadikan sebagai acuan kedepannya dalam
menghadapi masalah berkaitan dengan masalah audit dan dengan adanya locus
of control pada auditor internal bisa memengaruhi perilaku individu dalam
pengambilan keputusan, keberhasilan dalam pekerjaan mereka dan juga
berkaitan dengan penggolongan individu.
Penelitian ini merupakan replikasi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ilyas (2014).Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah
terdapat pada variable independen. Peneliti saat ini mengambil variabel locus of
control dengan objeknya adalah Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan. Oleh
karena itu, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena cukup
penting untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku
auditor internal. Selain itu peneliti juga ingin mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel independen mempengaruhi variabel dependen.
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengalaman Audit dan Locus
Of Control terhadap Perilaku Auditor Internal (Studi Empiris pada Kantor
Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan).
6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, dan merujuk pada penelitian
sebelumnya, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah pengalaman auditor berpengaruh terhadap perilaku auditor
internal?
2. Apakah locus of control berpengaruh terhadap perilaku auditor internal?
3. Apakah pengalaman audit dan locus of control mempunyai pengaruh
secara simultan terhadap perilaku auditor internal?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di
atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui apakah pengalaman auditor berpengaruh terhadap perilaku
auditor internal.
2. Mengetahui apakah locus of control berpengaruh terhadap perilaku auditor
internal.
3. Mengetahui apakah pengalaman audit dan locus of control mempunyai
pengaruh secara simultan terhadap perilaku auditor internal.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini akan menunjukkan kegunaan dan pentingnya sebuah
penelitian, terutama bagi pengembangan ilmu atau membuktikan teori-teori yang
melandasi penelitian.
7
1.4.1 Kegunaan Teoretis
Untuk memperkuat hasil penelitian sebelumnya dan menjadi dasar dari
peneliti berikutnya jika ada yang berminat untuk meneliti perilaku auditor
internal.
1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Bagi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin
Bermanfaat untuk pengembangan ilmu dan menghasilkan referensi yang
berguna bagi lembaga pendidikan khususnya jurusan akuntansi.
2. Bagi instansi yang diteliti
Bagi instansi terkait dapat digunakan sebagai masukan kepada Kantor
Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan dalam meningkatkan kinerjanya
sebagai auditor internal.
3. Bagi Peneliti
Menambah wawasan penulis dan memperdalam pengetahuan mengenai
perilaku auditor internal dalam situasi konflik audit dan dapat dijadikan
tambahan referensi bagi peneliti yang melakukan penelitian yang sama.
4. Bagi masyarakat umum
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
masyarakat yang membutuhkan informasi mengenai perilaku auditor
internal.
1.5 Sistematika Penulisan
Berikut ini uraian singkat materi yang akan dibahas pada masing-masing
bab, dengan memberikan gambaran sebagai berikut.
8
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan
hipotesis penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang metodologi yang digunakan dalam penelitian terdiri dari
rancangan penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi, dan sampel,
variabel penelitian dan definisi operasional, jenis dan sumber data, metode
pengumpulan data, instrumen penelitian, dan analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Bab ini menjelaskan gambaran umum organisasi, hasil uji signifikansi koefisien,
hasil uji hipotesis yaitu uji t dan uji f, hasil uji kualitas data yaitu uji validitas dan
uji reliabilitas serta pembahasan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian,
keterbatasan penelitian dan saran.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Atribusi
Robbins and Coulter dalam buku yang berjudul Manajemen (2002:61)
mengatakan “teori atribusi (attributionstheory) atau yang disebut juga teori
penyebab perilaku tertentu, ini dikembangkan untuk menjelaskan perbedaan
cara pribadi menilai orang lain, tergantung pada makna yang diberikan pribadi
tersebut ke perilaku tertentu”. Hal ini kemudian ditegaskan kembali oleh Robbins
dalam bukunya mengenai perilaku organisasi (2002:47) bahwa “teori atribusi
diajukan untuk mengembangkan penjelasan bahwaperbedaan penilaian kita
tehadap individu tergantung pada arti atribusi yang kita berikan terhadap perilaku
tertentu”. Pada dasarnya teori ini menunjukkan bahwa ketika kita mengobservasi
perilaku seseorang, kita berusaha menentukan apakah perilaku ini disebabkan
oleh faktor internal atau eksternal. Penentuan tersebut tergantung pada tiga
faktor yaitu, kekhasan tertentu, kesepakatan bersama, dan konsistensi.
Haider (1925) dalam Robbins and Judge (2007:172) mengemukakan
bahwa “teori atribusi adalah teori yang menjelaskan perilaku seseorang yang
disebabkan oleh faktor internal atau faktor eksternal”. Faktor internal adalah
pemicu yang berada di bawah kendali pribadi individu, sementara faktor
eksternal dilihat sebagai hasil dari sebab-sebab luar, yaitu individu dipandang
terpaksa berperilaku demikian karena situasi. Menurut Haider (1925) dalam
Robbins and Judge (2007:172), setiap individu pada dasarnya adalah seorang
ilmuwan semu (pseudo scientist) yang berusaha untuk mengerti tingkah laku
orang lain dengan mengumpulkan dan memadukan potongan-potongan
9
10
informasi sampai mereka tiba pada sebuah penjelasan masuk akal tentang
sebab-sebab orang lain bertingkah laku tertentu.
Dispositional attributions atau penyebab internal mengacu pada aspek
perilaku individual, sesuatu yang ada dalam diri seseorang seperti sifat pribadi,
persepsi diri, kemampuan, dan motivasi. Situational attributions atau penyebab
eksternal mengacu pada lingkungan yang mempengaruhi perilaku, seperti
kondisi sosial, nilai sosial, dan pandangan masyarakat.
Robbins and Judge (2007:177) menjelaskan bahwa salah satu yang
menarik dari teori atribusi ini adalah adanya kekeliruan (galat, sasatan) atau
prasangka (bias, sikap berat sebelah) yang menyimpang atau mendistorsi atribut
perilaku. Terdapat dua bias dalam atribusi yaitu :
1. Kekeliruan atribusi mendasar, kecenderungan meremehkan faktor-faktor
eksternal dan membesar-besarkan pengaruh faktor internal ketika
melakukan penilaian perilaku seseorang.
2. Prasangka layanan diri (self-serving bias), kecenderungan bagi individu
untuk menghubungkan kesuksesan mereka dengan faktor internal
sementara menyalahkan faktor eksternal atas kegagalan mereka.
Falikhatun (2003:264) menyebutkan bahwa perilaku auditor dalam
pekerjaannya dipengaruhi oleh kondisi-kondisi tertentu, yaitu kondisi yang
berasal dari dalam individu yang disebut faktor individual dan kondisi yang
berasal dari luar individu yang disebut dengan faktor situasional. Faktor individual
meliputi jenis kelamin, kesehatan, pengalaman, dan karakteristik psikologis yang
terdiri dari motivasi, kepribadian, dan locus of control, sedangkan faktor
situasional meliputi kepemimpinan, hubungan sosial, dan budaya organisasi.
Sehingga, dalam penelitian ini, teori atribusi dapat dihubungkan dengan perilaku
11
auditor internal, dimana perilaku auditor internal dipengaruhi faktor pengalaman
dan locus of control.
2.2 Konsep Auditing
2.2.1 Definisi Auditing
Rahayu dan Suhayati (2010:1) mengatakan bahwa
”Audit merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan asersi-asersi
tentang tindakan-tindakan tersebut dan kriteria yang ditetapkan, serta
mengkomunikasikan hasilnya kepada pengguna informasi tersebut.”
Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) bahwa:
“Audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan
tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan
tingkat kesesuaian antara pernyataan pernyataan tersebut dengan kriteria
yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai
yang berkepentingan.”
Menurut Mulyadi, (2002:9) unsur-unsur yang terkandung pada pengertian
Auditing di atas, yaitu:
1. Suatu proses sistematis, artinya audit merupakan suatu langkah atau
prosedur yang logis, berkerangka dan terorganisasi. Auditing dilakukan
12
dengan suatu urutan langkah yang direncanakan, terorganisasi dan
bertujuan.
2. Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, artinya proses
sistematik ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan
yang dibuat oleh individu atau badan usaha serta untuk mengevaluasi
tanpa memihak atau berprasangka terhadap buktibukti tersebut.
3. Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi, artinya pernyataan
mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi merupakan hasil proses
akuntansi.
4. Menetapkan tingkat kesesuaian, artinya pengumpulan bukti mengenai
pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut
dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian pernyataan tersebut dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Tingkat kesesuaian antara pernyataan
dengan kriteria tersebut kemungkinan dapat dikuantifikasikan,
kemungkinan pula bersifat kualitatif.
5. Kriteria yang telah ditetapkan, artinya kriteria atau standar yang dipakai
sebagai dasar untuk menilai pernyataan (berupa hasil akuntansi) dapat
berupa:
a. Peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislatif.
b. Anggaran atau ukuran prestasi yang ditetapkan oleh manajemen.
c. Prinsip akuntansi berterima umum (PABU) di Indonesia.
6. Penyampaian hasil (atestasi), dimana penyampaian hasil dilakukan secara
tertulis dalam bentuk laporan audit (audit report).
7. Pemakai yang berkepentingan, pemakai yang berkepentingan terhadap
laporan audit adalah para pemakai informasi keuangan, misalnya
13
pemegang saham, manajemen, kreditur, calon investor, organisasi buruh
dan kantor pelayanan pajak.
2.2.2 Standar Audit
Isi pelaksanaan suatu audit berdasarkan standar audit 200 (2013:30) yaitu:
1. Selain tujuan dan ketentuan (ketentuan dinyatakan dalam SA dengan
menggunakan kata “harus”), suatu SA berisi panduan terkait dalam bentuk
materi penerapan dan penjelasan lain. Suatu SA juga dapat berisi materi
pendahuluan yang menyediakan konteks yang relevan dengan suatu
pemahaman yang tepat atas SA, dan definisinya. Oleh karena itu,
keseluruhan teks suatu SA relevan dengan pemahaman tujuan yang
dinyatakan dalam suatu SA dan penerapan yang tepat atas ketentuan
suatu SA.”(A58)
2. Jika diperlukan, materi penerapan dan penjelasan lain menyediakan
penjelasan lebih lanjut tentang ketentuan suatu SA dan panduan untuk
melaksanakannya. Secara khusus, materi penerapan dan penjelasan lain
dapat:
a. Menjelaskan secara lebih akurat apa yang diharuskan oleh suatu
ketentuan dan apa yang hendak dicakup.
b. Mencakup contoh-contoh prosedur yang mungkin tepat sesuai
dengan kondisinya.
Meskipun panduan tersebut tidak dengan sendirinya merupakan suatu
ketentuan, panduan tersebut relevan dengan penerapan yang tepat atas
ketentuan suatu SA. Materi penerapan dan penjelasan lain juga dapat
menyediakan latar belakang hal-hal yang diatur dalam suatu SA.(A59)
14
3. Lampiran-lampiran merupakan bagian dari materi penerapan dan
penjelasan lain. Tujuan dan penggunaan yang dimaksud dari suatu
lampiran dijelaskan dalam bagian isi dari SA terkait atau dalam judul dan
pendahuluan dari lampiran tersebut.(A60)
4. Jika diperlukan, materi pendahuluan dapat mencakup penjelasan atas
hal-hal di bawah ini:
a. Tujuan dan ruang lingkup SA, termasuk bagaimana suatu SA
berkaitan dengan SA lainnya.
b. Hal pokok SA.
c. Tanggung jawab terkait dari auditor dan pihak lain dalam
hubungannya dengan hal pokok SA.
d. Konteks penetapan SA.(A61)
5. Suatu SA dapat mencakup, dalam suatu seksi terpisah di bawah judul
“Definisi”, suatu penjelasan tentang arti dari terminologi tertentu untuk
tujuan SA. Definisi tersebut disediakan untuk membantu penerapan dan
interpretasi yang konsisten atas SA, dan tidak dimaksudkan untuk
mengesampingkan definisi yang ditetapkan untuk tujuan lain, baik dalam
peraturan perundang-undangan, regulasi, atau lainnya. Kecuali
dinyatakan lain, terminologi tersebut memiliki arti yang sama di seluruh
SA. Daftar Terminologi yang berkaitan dengan Standar Profesional
Akuntan Publik (“SPAP”) dan Kode Etik yang ditetapkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia (“IAPI”) berisi suatu daftar lengkap terminologi
yang digunakan dalam SA. Daftar terminologi tersebut juga berisi
penjelasan tentang terminologi lain dalam SA untuk membantu
interpretasi SA secara umum dan konsisten. (A62)
15
6. Jika relevan, pertimbangan tambahan tertentu untuk audit atas entitas
yang lebih kecil dan entitas sektor publik tercantum dalam materi
penerapan dan penjelasan lain suatu SA. Pertimbangan tambahan
tersebut membantu penerapan ketentuan SA dalam audit atas entitas
tersebut. Namun, pertimbangan tambahan tersebut tidak membatasi atau
mengurangi tanggung jawab auditor untuk menerapkan dan mematuhi
ketentuan SA.(A63)
2.2.3 Jenis-jenis Auditor
Mulyadi (2002:11) jenis-jenis auditor, yaitu orang atau kelompok orang
yang melaksanakan audit dapat dikelompokan menjadi tiga golongan yaitu:
1. Auditor Independen.
Auditor independen adalah auditor professional yang menyediakan jasanya
kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan
keuangan yang dibuat oleh kliennya”.Audit tersebut ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti: kreditor,
investor, calon kreditor, calon investor, dan instansi pemerintahan
(terutama instansi pajak).Pihak yang memanfaatkan jasa auditor
independen terutama adalah pihak selain kliennya.Oleh karena itu,
independensi auditor dalam melaksanakan keahlian merupakan hal yang
pokok, meskipun auditor tersebut dibayarkan oleh klien karena jasa yang
diberikan tersebut.
2. Auditor Pemerintah
Auditor Pemerintah adalah audit profesional yang bekerja di instansi
pemerintah yang bekerja di instansi pemerintaha yang tugas pokoknya
melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh
16
unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban
keuangan yang ditujukan pada pemerintah.Meskipun terdapat banyak
auditor yang bekerja di instansi pemerintah, namun umumnya yang disebut
auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK), serta instansi pajak.
3. Auditor Intern
Auditor intern adalah auditor yang bekerja di perusahaan (perusahaan
negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah
menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh
manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya
penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan
efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan
informasi yang dihasilakn oleh berbagai bagian organisasi.Umumnya
pemakai jasa auditor adalah Dewan Komisaris atau Direktur Utama
Perusahaan.Untuk menjalankan tugasnya dengan baik, audit intern harus
berada di luar fungsi lini suatu organisasi, tetapi tidak lepas dari hubungan
bawahan atasan seperti hubungan lainnya.Auditor intern wajib memberikan
informasi yang berharga bagi manajemen untuk pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan operasi perusahaan.
17
2.3 Pengalaman Audit
Ilyas (2014:15) menyatakan bahwa pengalaman merupakan suatu proses
pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari
pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses
yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.
Suatu pembelajaran juga mencakup perubahaan yang relatif tepat dari perilaku
yang diakibatkan pengalaman, pemahaman dan praktek.(Asih, 2006:13)
menyatakan bahwa peningkatan pengetahuan yang muncul dari penambahan
pelatihan formal sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus
dalam angka memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional.
Ramdanialsyah (2010:3) mendefinisikan pengalaman sebagi suatu proses
pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari
pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses
yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.
Suatu pembelajaran juga mencakup perubahan yang relatif tepat dari perilaku
yang diakibatkan pengalaman, pemahaman, dan praktek. Menurut Suraida
(2003:5) pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit
laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, maupun banyaknya penugasan
yang pernah ditangani. Tingkat pengalaman audit diperoleh dari proses
pembelajaran yang didapat oleh auditor selama menjalankan penugasannya.
Menurut Herliansyah dan Meifida (2006:3) memperlihatkan bahwa
seseorang dengan lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang memiliki lebih
banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu
pemahaman yang baik mengenai peristiwa-peristiwa. Maka dengan adanya
18
pengalaman kerja yang semakin lama diharapkan auditor dapat semakin baik
dalam pendeteksian kecurangan yang terjadi dalam perusahaan klien.
Pengalaman dalam hal ini, dikutip oleh Widyasari (2010:44)
memperlihatkan bahwa seseorang yang banyak pengalaman dalam suatu bidang
substantif memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat
mengembankan suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwa-peristiwa
tersebut. Pengalaman langsung dari pengalaman masa lalu akan menentukan
dan mengarahkan seseorang dalam setiap perilakunya.
Purnamasari (2005:3) memberikan kesimpulan bahwa seorang karyawan
yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam
beberapa hal diantaranya; mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan dan
mencari penyebab munculnya kesalahan. Keunggulan tersebut bermanfaat bagi
pengembangan keahlian. Berbagai macam pengalaman yang dimiliki individu
akan mempengaruhi pelaksanakan suatu tugas. Pengalaman kerja seseorang
menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang dan
memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan
yang lebih baik.
2.4 Locus Of Control
Menurut Setiawan dan Ghozali (2010:66) locus of control atau pusat letak
kendali menunjuk pada sejauh mana individu meyakini bahwa dia dapat
mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi dirinya. Dalam Pinasti
(2011:87) dikemukakan pengertian locus of control ialah mengacu pada
kecenderungan menempatkan persepsi atas suatu kejadian atau hasil yang di
dapat dalam hidup individu apakah sebagai hasil dari dirinya sendiri atau karena
19
bantuan dari sumber-sumber di luar dirinya dimana ia sendiri memiliki peran yang
sangat sedikit, seperti keberuntungan, takdir, atau bantuan orang lain.
Muawanah dan Indriantoro (2001:135) jenis locus of control terdiri dari
internal locus of control dan eksternal locus of control. Seseorang yang percaya
bahwa mereka memiliki pengendalian atas takdir mereka disebut memiliki
internal locus of control, sedangkan individu yang percaya bahwa hasil mereka
ditentukan oleh agen atau faktor ekstrinsik di luar mereka sendiri
(keberuntungan, kesempatan, nasib atau kepercayaan) memiliki eksternal locus
of control. Individu dengan internal locus of control akan lebih mungkin
berperilaku etis dalam situasi konflik audit dibanding dengan individu dengan
eksternal locus of control.
Harini, et al.(2010:3) mengatakan “locus of control berbicara tentang cara
pandang auditor mengenai keberhasilan dalam pekerjaan mereka dan juga
berkaitan dengan penggolongan individu menjadi dua kategori yaitu internal
control dan eksternal control”. Individu yang memiliki internal locus of control
akan cenderung percaya dan memiliki keyakinan bahwa mereka memegang
kendali atas peristiwa yang terjadi pada dirinya, sedangkan individu yang
memiliki eksternal locus of control yang kuat adalah sebaliknya. Seseorang
dengan eksternal locus of control yang kuat merupakan individu yang akan
percaya bahwa ia tidak memiliki kendali atas apa yang terjadi pada dirinya dan
suatu peristiwa yang terjadi dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan dari luar seperti
nasib, kemujuran, dan peluang. Nugrahaningsih (2005:619) membagi locus of
control menjadi dua:
20
1. Internal locus of control adalah cara pandang bahwa segala hasil yang
didapat, baik atau buruk adalah karena tindakan, kapasitas, dan faktor-
faktor dari dalam diri mereka sendiri,
2. Eksternal locus of control adalah cara pandang dimana segala
hasil yang didapat, baik atau buruk berada diluar kontrol mereka tetapi
faktor luar seperti keberuntungan, kesempatan, takdir, dimana individu
tersebut meletakkan tanggungjawab diluar kendalinya.
Bukti dari keseluruhan menyatakan bahwa individu internal umumnya
mempunyai kinerja yang lebih baik, mereka akan lebih aktif dalam mencari
informasi sebelum mengambil keputusan, dan lebih termotivasi untuk berprestasi
dan melakukan upaya yang lebih besar untuk mengendalikan lingkungan
mereka.
Locus of control mengarah pada suatu ukuran yang menunjukkan
bagaimana seseorang memandang kemungkinan adanya hubungan antara
perbuatan yang dilakukan dengan akibat atau hasil yang diperoleh.Perilaku
merupakan hasil tindakan dalam memilih berbagai alternatif yang bertujuan untuk
memaksimalkan kenikmatan (pleasure) dan menghindari penderitaan (pain)
dalam Abdurahim dan Indriantoro (2000:1).
Siegel dan Marconi (1989) dalam Gutomo (2003) menyatakan bahwa
variabel personalitasmerupakan variabel yang berhubungan dengan perilaku
auditor. Faktor karakteristik personalitas antara lain yaitu locus of control. Setiap
individu akan memiliki dua komponen dari locus of control yaitu internaldan
eksternal locus of control. Namun, salah satunya akan lebih dominan dan
berpengaruh terhadap perilaku individu termasuk pengambilan keputusan.
Berbagai penelitian telah memberikan bukti empiris berkaitan dengan pengaruh
21
locus of control terutama terhadap perilaku auditor internal yang memiliki internal
locus of control akan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan
auditor internal yang memiliki eksternal locus of control.
2.5 Perilaku Auditor Internal
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia
dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan
genetikal. Menurut Robbin and Judge (2008:256) perilaku yang disebabkan
secara internal adalah perilaku yang diyakini dipengaruhi oleh kendali pribadi
individu itu sendiri, sedangkan perilaku yang disebabkan secara eksternal
dianggap sebagai akibat dari sebab-sebab luar yaitu individu tersebut dianggap
telah berperilaku demikian karena dipengaruhi oleh situasi.
Robbins dan Judge (2008:92) mengemukakan bahwa:
“Perilaku merupakan salah satu komponen sikap. Sikapadalah pernyataan
yang evaluatif, baik yang menyenangkan maupun yang tidak
menyenangkan, terhadap objek, individu, atau peristiwa.Tiga komponen
dalam sikap adalah kesadaran, perasaan dan perilaku.”
Menurut Dougall dalam Leiwakabessy (2010:6) faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku seseorang meliputi: (1) faktor personal, yaitu faktor yang
berasal dalam diri individu meliputi, (2) faktor situasional, yaitu faktor yang
berasal dari luar diri manusia sehingga dapat mengakibatkan seseorang
cenderung berperilaku sesuai dengan karakteristik kelompok atau organisasi
dimana dia ikut didalamnya, faktor ini meliputi (3) faktor stimulasi yang
mendorong dan memperteguh perilaku seseorang, apabila seorang auditor
22
melakukan tindakan-tindakan yang tidak etis maka tindakan tersebut akan
merusak kepercayan masyarakat terhadap profesi auditor itu.
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian Kusbandiyah (2008) tentang pengaruh locus of control,
komitmen profesi dan ketidakpastian lingkungan terhadap perilaku auditor dalam
situasi konflik audit dengan kesadaran etis sebagai variabel moderating. Sampel
pada kantor akuntan publik di wilayah Surakarta, Semarang dan Yogyakarta
menyatakan bahwa interaksi locus of control dan komitmen profesi dengan
kesadaran etis berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku auditor dalam
situasi konflik audit, sedangkan ketidakpastian lingkungan dengan kesadaran etis
tidak berpengaruh terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik audit.
Penelitian Andriansyah (2010) tentang pengaruh locus of control terhadap
perilaku auditor dalam situasi konflik audit dengan kesadaran etis sebagai
variabel moderating. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa secara parsial
locus of control berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku auditor dalam
situasi konflik audit, dan interaksi antara locus of control dengan kesadaran etis
berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik
audit.
Penelitian Prasetyo (2010) tentang pengaruh locus of control, pengalaman
auditor, komitmen profesional dan etika profesional terhadap perilaku auditor
dalam situasi konflik audit. Sampel pada KAP Jakarta Selatan. Hasil dari
penelitian ini variabel locus of control, komitmen profesional dan etika profesional
mempunyai pengaruh signifikan terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik
audit. Hasil penelitian ini juga ditemukan variabel pengalaman auditor tidak
23
mempunyai pengaruh signifikan terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik
audit.
Penelitian Nakula (2014) mengenai pengaruh locus of control, komitmen
profesional, dan pengalaman audit terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik
audit pada kantor akuntan publik di Bandung. Berdasarkan pengujian secara
parsial variabel locus of control dan komitmen profesional berpengaruh signifikan
terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik audit. Sedangkan variabel
pengalaman audit tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku auditor dalam
situasi konflik audit.
Penelitian Sundana (2014) tentang pengaruh locus of control, komitmen
profesi, pengalaman kerja, tingkat pendidikan, self efficacy, dan machiavellian
terhadap perilaku akuntan publik dalam situasi konflik audit dengan kesadaran
etis sebagai variabel pemoderisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
locus of control, komitmen profesi, pengalaman kerja, self efficacy, dan
machiavellian mempunyai pengaruh positif terhadap terhadap perilaku akuntan
publik dalam situasi konflik audit. Dari sisi kesadaran etis sebagai variabel
pemoderisasi menunjukkan bahwa variabel locus of control, komitmen profesi,
pengalaman kerja, dan self efficacy berpengaruh positif terhadap perilaku auditor
dalam situasi konflik audit pada tingkat kesadaran etis tertentu. Sedangkan
variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap perilaku auditor dalam
situasi konflik audit dan kesadaran etis sebagai pemoderisasi. Sikap
machiavellian yang tinggi tidak berpengaruh terhadap perilaku auditor dalam
situasi konflik audit pada tingkat kesadaran etis tertentu.
Penelitian Ilyas (2014) tentang pengaruh pengalaman auditor dan etika
profesional terhadap perilaku auditor internal dalam situasi konflik audit (Studi
24
Empiris PT. PLN Satuan Pengawasan Intern Regional X dan PT. Kalla Group).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman auditor dan etika
profesional berpengaruh positif terhadap perilaku auditor internal dalam situasi
konflik audit.
Penelitian Soepriadi (2015) tentang pengaruh locus of control, self efficacy,
dan komitmen profesional terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik audit
(survey pada kantor akuntan publik di Kota Bandung, Jawa Barat). Hasil
penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh dan signifikan antara locus of
control, self efficacy, dan komitmen profesional terhadap perilaku auditor dalam
situasi konflik audit.
Penelitian Saad (2017) tentang pengalaman audit dan pengaruh locus of
control terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik audit. Sampel pada
Inspektorat Kota Palopo, Luwu Timur,Dan Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan.
Hasil dari penelitian ini variabel pengalaman auditor dan locus of
controlberpengaruh signifikan terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik
audit.
25
Ikhtisar penelitian-penelitian terdahulu dapat dilihat dalam tabel sebagai
berikuti ini:
Tabel 2.1 Peneliti Terdahulu
Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Variabel
Penelitian
Hasil Penelitian
Kusbandiyah
(2008)
Pengaruh Locus of
Control, Komitmen
Profesi Dan
Ketidakpastian
Lingkungan
Terhadap Perilaku
Auditor Dalam
Situasi Konflik
AuditDengan
Kesadaran Etis
Sebagai Variabel
Moderating
Independen: Locus
ofControl,
Komitmen Profesi,
Ketidakpastian
Lingkungan
Dependen:
Perilaku Auditor
Dalam Situasi
Konflik Audit
Dengan Kesadaran
Etis Sebagai
Variabel
Moderating
Locus of control dan
komitmen profesi
dengan kesadaran etis
berpengaruh secara
signifikan terhadap
perilaku auditor dalam
situasi konflik audit,
sedangkan
ketidakpastian
lingkungan dengan
kesadaran etis tidak
berpengaruh terhadap
perilaku auditor dalam
situasi konflik audit.
Andriansyah
(2010)
Pengaruh locus of
control terhadap
perilaku auditor
dalam situasi
konflik audit
dengan kesadaran
etis sebagai
variabel
moderating
Independen:
Locus of control
Dependen:
Perilaku auditor
dalam situasi
konflik audit
dengan kesadaran
etis sebagai
variabel
moderating
Locus of control
berpengaruh secara
signifikan terhadap
perilaku auditor dalam
situasi konflik audit,
dan interaksi antara
locus ofcontrol dengan
kesadaran etis
berpengaruh secara
signifikan terhadap
perilaku auditor dalam
situasi konflik audit.
Prasetyo(2010)
Pengaruh Locus of
Control,
Pengalaman
Auditor, Komitmen
Independen:
Locus of Control,
Pengalaman
Auditor,
Locus of control,
komitmen profesional
dan etika profesional
mempunyai pengaruh
26
Profesional dan
Etika Profesional
Terhadap Perilaku
Auditor Dalam
Situasi Konflik
Audit
Komitmen
Profesional, Etika
Profesional
Dependen:
Perilaku Auditor
Dalam Situasi
Konflik Audit
signifikan terhadap
perilaku auditor
dalam situasi konflik
audit, sedangkan
pengalaman auditor
tidak mempunyai
pengaruh signifikan
terhadap perilaku
auditor dalam situasi
konflik audit.
Nakula (2014) Pengaruh locus of
control, komitmen
porfesional, dan
pengalaman audit
terhadap perilaku
auditor dalam
situasi konflik audit
pada kantor
akuntan publik di
Bandung.
Independen:
Locus of control,
komitmen
porfesional,
pengalaman audit
Dependen:
perilaku auditor
dalam situasi
konflik audit pada
kantor
akuntan publik
di Bandung
Locus of control dan
komitmen profesional
berpengaruh signifikan
terhadap perilaku
auditor dalam situasi
konflik audit,
sedangkanpengalaman
audit tidak berpengaruh
signifikan terhadap
perilaku auditor dalam
situasi konflikaudit.
Sundana (2014)
Pengaruh Locus of
Control, Komitmen
Profesi,
Pengalaman
Kerja, Tingkat
Pendidikan,
SelfEfficacy, dan
Machiavellian
Terhadap Perilaku
Akuntan Publik
Dalam Situasi
Independen:
Locus ofControl,
Komitmen Profesi,
Pengalaman Kerja,
Tingkat
Pendidikan,
SelfEfficacy,
Machiavellian
Dependen:
Perilaku Akuntan
Locus of control,
komitmen profesi,
pengalaman kerja,
self efficacy, dan
machiavellian
mempunyai pengaruh
positif terhadap
terhadap perilaku
akuntan publik dalam
situasi konflik audit,
dari sisi kesadaran
27
Konflik Audit
Dengan Kesadaran
Etis Sebagai
Variabel
Pemoderisasi
Publik Dalam
Situasi
Konflik Audit
etis sebagai variabel
pemoderisasi
menunjukkan bahwa
variabel locus of
control, komitmen
Dengan Kesadaran Etis
Sebagai Variabel
Pemoderisasi profesi,
pengalaman kerja, dan
selfefficacy
berpengaruh positif
terhadap perilaku
auditor dalam situasi
konflik audit pada
tingkat kesadaran etis
tertentu. Sedangkan
variabel tingkat
pendidikan tidak
berpengaruh terhadap
perilaku auditor dalam
situasi konflik audit dan
kesadaran etis sebagai
pemoderisasi. Sikap
Machiavellian yang
tinggi tidak
berpengaruh
terhadap perilaku
auditor dalam situasi
konflik audit pada
tingkat kesadaran etis
tertentu.
Ilyas (2014) Pengaruh
pengalaman
auditor dan etika
Independen:
Pengalaman
auditor, etika
Pengalaman auditor
dan etika professional
berpengaruh positif
28
profesional
terhadap
perilaku auditor
internal dalam
situasi konflik audit.
profesional
Dependen:
Perilaku auditor
internal dalam
situasi konflik audit
terhadap perilaku
auditor internal dalam
situasi konflik audit.
Soepardi, et al.
(2015)
Pengaruh locus of
control, self
efficacy, dan
komitmen
professional
terhadap perilaku
auditor.
Independen:
Locus of control,
self efficacy,
komitmen
Penelitian
menunjukan bahwa
terdapat pengaruh
dan signifikan
antara dalam
situasi konflik
audit professional
Dependen:
Perilaku auditor
dalam situasi
konflik audit
Locus of Control, Self
Efficacy, dan Komitmen
Profesional terhadap
perilaku auditor dalam
situasi konflik audit.
Saad (2017) Pengaruh
Pengalaman
Audit dan Locus Of
Controlterhadap
perilaku auditor
dalam situasi
konflik audit.
Independen:
Pengalaman
Auditor, Locus Of
Control
Dependen:
Perilaku auditor
dalamsituasi konflik
audit
Pengalaman Auditor
dan Locus of
Controlberpengaruh
signifikan terhadap
perilaku auditor dalam
situasi konflik audit.
29
2.7 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan beberapa teori dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
terdahulu yaitu adanya keterikatan antara pengalaman auditor dan locus of
control terhadap perilaku auditor internal maka dapat diungkapkan suatu
kerangka berpikir yang berfungsi sebagai penuntun, dan sekaligus sebagai dasar
dalam penelitian yang secara diagram sebagai berikut.
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
2.8 Hipotesis Penelitian
a. Pengaruh pengalaman audit terhadap perilaku auditor internal.
Teori atribusi yang dikemukakan oleh Luthan dan Strees (1998)
menyatakan bahwa bagaimana seseorang mengintrepetasikan alasan atau
sebab perilakunya. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh beberapa penyebab
baik dari dalam (faktor internal) maupun dari luar (faktor eksternal) diri
seseorang. Dalam penelitian ini, teori atribusi digunakan untuk menjelaskan
Pengalaman
Audit ( )
Locus of
Control( )
Keterangan :
= Secara Parsial
= Secara Simultan
Perilaku Audior
Internal
30
pengaruh pengalaman auditor dan locus of control internal terhadap perilaku
auditor internal.
Menurut Saad (2017:23) pengalaman merupakan suatu
prosespembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku
baik dari pendidikan formal maupun nonformal atau bisa diartikan sebagai suatu
proses yang membawa seseorangkepada suatu pola tingkah laku yang lebih
tinggi.Suatu pembelajaran juga mencakup perubahan yang relatif tepat dari
perilaku yang diakibatkanpengalaman, pemahaman, dan praktek. Menurut
Suraida (2003:5) pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam
melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, maupun
banyaknya penugasan yang pernah ditangani. Tingkat pengalaman audit
diperoleh dari proses pembelajaran yang didapat oleh auditor selama
menjalankan penugasannya.
Ilyas (2014) mengatakan bahwa pengalaman audit berpengaruh positif
terhadap perilaku auditor internal dalam situasi konflik audit. Sama halnya
dengan penelitian yang dilakukan Sundana (2014) bahwa terdapat pengaruh
positif pengalaman audit terhadap perilaku auditor internal dalam situasi konflik
audit.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut.
H1: Pengalaman audit berpengaruh positif terhadap perilaku auditor
internal
31
b. Pengaruh locus of control terhadap perilaku auditor internal.
Locus of control didefinisikan Zoraifi (2005:26) sebagai sejauh mana
seseorang merasakan kontijensi antara tindakan dan hasil yang mereka peroleh,
seseorang yang percaya bahwa mereka memiliki pengendalian atas takdir
mereka disebut “internal‟ sedangkan “eksternal‟ dilain pihak, percaya bahwa
hasil mereka ditentukan oleh agen atau faktor ekstrinsik diluar mereka sendiri,
sebagai contoh adalah takdir, keberuntungan, kesempatan, kekuatan yang lain,
atau seseuatu yang tidak dapat diprediksi.Seorang auditor yang mendapat
tekanan dari manajemen klien akan memberikan dua kemungkinan perilaku
ekstrim yaitu memenuhi keinginan manajemen klien (eksternal) atau menolaknya
serta berpegang teguh pada etika dan standar Auditing (internal).
Konsep teori locus of control terutama didasarkan pada teori pembelajaran
social (social learning theory) (Reiss dan Mitra, 1998) dalam Intiyas et al. (2007),
teori tersebut menyatakan bahwa pilihan dibuat oleh individu dari berbagai
macam perilaku potensial yang tersedia untuk mereka. Rotter, (1996) dalam
Intiyas et al. (2007) menyatakan perilaku auditor dalam situasi konflik akan
dipengaruhi oleh karakter locus of control-nya. Menurut rotter (1996) dalam wati
(2009) locus of control merupakan keyakinan dalam diri individu yang merupakan
pusat kendali dan pusat pengarahan dari semua perilaku dalam semua
dimensinya yang secara kontinum bergerak dalam dirinya kearah luar dirinya.
Perilaku auditor sangat dipengaruhi oleh karakteristik locus of control-nya.
Menurut Wati (2009) locus of control merupakan suatu kontinum, karena itu
kontrol terletak pada suatu titik terpanjang kontinum itu. Oleh karena
itu,seseorang hanya dapat dikatakan cendrung internal atau eksternal.
Seseorang yang cenderung internal tetap memiliki eksternal, hanya saja
32
kecenderungan internalnya lebih besar dari pada kecenderungan eksternal
begitu pula sebaliknya.
Aktivitas individu sebagai respon terhadap faktor-faktor internal dan
eksternal tesebut dikontrol oleh faktor locus of control. Locus of control baik
internal maupun eksternal bukanlah merupakan tipologi, melainkan merupakan
pengaruh atas sumbangan berbagai faktor lingkungan artinya locus of control
bukan berasal sejak lahir melainkan poses pembentukannya yang berhubungan
dengan faktor-faktor lingkungan. Sehingga tidak ada orang yang hanya memiliki
kontrol internal saja ataupun kontrol eksternal saja (Satria dan Agustia 2009).
Menurut Yukeet al. (2005:930) dalam konteks audit, manipulasi atau
ketidak jujuran pada akhirnya akan menimbulkan penyimpangan perilaku dalam
audit. Hasil dari perilaku ini adalah penurunan kualitas audit yang dapat dilihat
sebagai hal yang perlu dikorbankan oleh individu untuk berrtahan dalam
lingkungan kerja audit. Hal ini mnghasilkan dugaan bahwa semakin tinggi kendali
eksternal individu, semakin mungkin mereka menerima penyimpangan perilaku
dalam audit.
Hasil dari penelitian Prasetyo (2010) menyatakan bahwa locus of control
berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku auditor internal dalam
situasi konflik audit. Sama halnya dengan penelitian dari Soepardi (2015) bahwa
terdapat pengaruh positif locus of control terhadap perilaku audit internal dalam
situasi konflik audit.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut.
H2: locus of control berpengaruh positif terhadap perilaku auditor internal
33
c. Pengaruh pengalaman audit dan locus of control terhadap perilaku auditor
internal.
Perilaku auditor internal ditentukan oleh pengalaman audit dan locus of
control. Pengalaman auditor adalah pengetahuan yang dimiliki auditor sebagai
bahan acuan untuk belajar dari kegiatan-kegiatan masa lalu yang berkaitan
dengan seluk-beluk audit atau pemeriksaan. Sama halnya dengan locus of
control yaitu sesuatu yang ada pada diri manusia yang dapat dikendalikan oleh
manusia untuksegala keputusan dan pemikiran dan berada pada kendali diri
mereka sendiri.
Penelitian yang di lakukan oleh Prasetyo (2010) menunjukkan bahwa locus
of control dan pengalaman audit berpengaruh secara simultan dan signifikan
terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik audit. Penelitian Nakula (2014)
juga menunjukkan bahwa secara simultan variabel pengalaman audit dan locus
of control berpengaruh signifikan terhadap perilaku auditor internal dalam situasi
konflik audit. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut.
H3: Pengalaman audit dan locus of control berpengaruh positif dan
signifikan terhadap perilaku auditor internal