7
3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Proses ini yang memungkinkan suatu organisnme menerima dan menganalisis informasi. Persepsi berkaitan dengan stimulus atau rangsangan awal. Persepsi bermula dengan adanya suatu stimulus yang diterima seseorang, stimulus tersebut dapat berupa keadaan/situasi maupun berupa informasi. Selanjutnya stimulus tersebut merangsang seorang individu untuk melakukan interpretasi, proses interpretasi ini dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kecerdasan serta kepribadian seseorang (Sugihartono dkk, 2007). Persepsi adalah proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka. Persepsi adalah suatu proses yang dilalui oleh suatu stimulus yang diterima panca indera yang kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga individu menyadari yang diinderanya itu (Daviddof, 2011) . Persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus (Atkinson dan Hilgard, 2011). Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi (Anonim, 2011). Proses terjadinya persepsi tergantung dari pengalaman masa lalu dan pendidikan yang diperoleh individu (Walgito, 2011). Dalam konteks penelitian ini, persepsi petani lebih merupakan proses berpikir petani dalam menanggapi permasalah di lahan yang berkaitan dengan kualitas air irigasi yang mempengaruhi produktivitas padi, sehingga petani dapat berperan aktif dalam menangani kualitas air irigasi yang menurun atau dapat membuat tindakan-tindakan agar kualitas air irigasi yang diharapkan dapat diwujudkan demi peningkatan produktivitas padi di wilayah lahan mereka. Proses berpikir petani ini juga turut dipengaruhi oleh pengetahuan kognitif yang dimiliki

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9094/2/T1_522011701_BAB II.pdf · Parameter baku mutu dapat dibagi menjadi tiga (disesuaikan

Embed Size (px)

Citation preview

3

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persepsi

Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau

proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia.

Proses ini yang memungkinkan suatu organisnme menerima dan menganalisis

informasi. Persepsi berkaitan dengan stimulus atau rangsangan awal. Persepsi

bermula dengan adanya suatu stimulus yang diterima seseorang, stimulus tersebut

dapat berupa keadaan/situasi maupun berupa informasi. Selanjutnya stimulus

tersebut merangsang seorang individu untuk melakukan interpretasi, proses

interpretasi ini dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut,

motivasi, kecerdasan serta kepribadian seseorang (Sugihartono dkk, 2007).

Persepsi adalah proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan

kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan

mereka. Persepsi adalah suatu proses yang dilalui oleh suatu stimulus yang

diterima panca indera yang kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan

sehingga individu menyadari yang diinderanya itu (Daviddof, 2011). Persepsi

adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus

dalam lingkungan. Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon

terhadap stimulus (Atkinson dan Hilgard, 2011). Stimulus yang diterima

seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan,

ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian

dihasilkan persepsi (Anonim, 2011). Proses terjadinya persepsi tergantung dari

pengalaman masa lalu dan pendidikan yang diperoleh individu (Walgito, 2011).

Dalam konteks penelitian ini, persepsi petani lebih merupakan proses

berpikir petani dalam menanggapi permasalah di lahan yang berkaitan dengan

kualitas air irigasi yang mempengaruhi produktivitas padi, sehingga petani dapat

berperan aktif dalam menangani kualitas air irigasi yang menurun atau dapat

membuat tindakan-tindakan agar kualitas air irigasi yang diharapkan dapat

diwujudkan demi peningkatan produktivitas padi di wilayah lahan mereka. Proses

berpikir petani ini juga turut dipengaruhi oleh pengetahuan kognitif yang dimiliki

4

petani yang berasal dari proses belajar melalui kegiatan penyuluhan dan kegiatan

lainnya, seperti: membaca dan mendengar dari media, diskusi kelompok tani.

2.2 Air

Air merupakan sumber daya alam vital dan strategis. Vital karena

keberadaannya sangat dibutuhkan dan menjadi basic need (pra-syarat tumbuh

dan hidup) bagi kehidupan mahkluk hidup. Sedangkan strategis bermakna

mempengaruhi hajat hidup orang banyak, menjadi barang publik, dan

seharusnya dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran warga negara.

Dalam kehidupan sehari-hari air banyak digunakan untuk berbagai

keperluan. Air yang berada di alam selalu terdapat zat-zat yang terlarut maupun

tidak terlarut di dalamnya. Selain mengandung zat-zat tertentu, dalam air pun

sering terlarut gas-gas yang ada di udara (seperti oksigen, karbon dioksida dan

lain-lain). Air juga mampu melarutkan garam-garam alkali, garam transisi dan

beberapa senyawa karbon yang ada di tanah sehingga air merupakan pelarut yang

baik (pelarut universal) (Arianto, 2008).

Air merupakan salah satu faktor pembatas utama dalam pertumbuhan

tanaman. Kekurangan air bagi tanaman untuk melangsungkan proses

evapotranspirasi akan menghambat pertumbuhannya. Air juga merupakan sumber

daya alam terbaharui yang ketersediaannya tidak selalu sejalan dengan

kebutuhannya. Kebutuhan air cenderung terus meningkat terutama pada sektor

non pertanian, sedangkan efisiensi penggunaan air terutama untuk pertanaman

padi sawah relatif rendah.

2.3 Pencemaran

Pencemaran merupakan sebuah siklus yang saling mempengaruhi antara

manusia dengan lingkungannya. Pada hakikatnya antara aktivitas manusia dan

timbulnya pencemaran terdapat hubungan melingkar berbentuk siklus. Agar dapat

hidup dengan baik manusia beradaptasi dengan lingkungannya dan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya manusia mengembangkan teknologi. Akibat dari

pengembangan teknologi adalah timbulnya bahan pencemar yang menyebabkan

terjadinya pencemaran lingkungan. Untuk mencegah terjadinya pencemaran

terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka

5

diperlukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan

baku mutu lingkungan. Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang

diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar yang terdapat di lingkungan tanpa

menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup.

Air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat

kimia atau mineral terutama yang berbahaya bagi kesehatan. Adapun beberapa

indikator bahwa air sungai telah tercemar adalah sebagai berikut:

a. Adanya perubahan suhu air. Air yang panas apabila langsung dibuang ke

lingkungan akan mengganggu kehidupan hewan air dan mikroorganisme

lainnya.

b. Adanya perubahan pH (derajat keasaman) dan konsentrasi ion Hidrogen. Air

normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar

antara 6,5 – 7,5.

c. Adanya perubahan warna, bau dan rasa air. Air dalam keadaan normal dan

bersih pada umumnya tidak akan berwarna, sehingga tampak bening dan

jernih, tetapi hal itu tidak berlaku mutlak, seringkali zat-zat beracun justru

terdapat pada bahan buangan industri yang tidak mengakibatkan perubahan

warna pada air. Timbulnya bau pada air lingkungan secara mutlak dapat

dipakai sebagai salah satu tanda terjadinya pencemaran. Apabila air memiliki

rasa berarti telah terjadi penambahan material pada air dan perubahan

konsentrasi ion Hidrogen dan pH air.

d. Timbulnya endapan, koloidal dan bahan terlarut. Bahan buangan yang

berbentuk padat, sebelum sampai ke dasar sungai akan melayang di dalam air

bersama koloidal, sehingga menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam

lapisan air.

e. Adanya mikroorganisme yang sangat berperan dalam proses degradasi bahan

buangan dari limbah industri ataupun domestik. Apabila bahan buangan yang

harus didegradasi cukup banyak, maka mikroorganisme akan ikut

berkembangbiak. Pada perkembangbiakan mikroorganisme ini tidak tertutup

kemungkinan bahwa mikroba patogen ikut berkembangbiak pula.

6

f. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan. Zat radioaktif dari berbagai

kegiatan dapat menyebabkan berbagai macam kerusakan biologis apabila tidak

ditangani dengan benar, baik efek langsung maupun efek tertunda.

Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat,

energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga

kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi

lagi sesuai peruntukannya (UU No: 7 tentang Sumber Daya Air Tahun 2004, BAB

I Pasal 1). Dalam PP No.20, 1990 daya tampung beban pencemaran adalah

kemampuan air pada sumber air menerima pencemaran limbah tanpa

menyebabkan turunnya kualitas air sehingga melewati vacum mutu air yang

ditetapkan sesuai dengan peruntukannya.

2.4 Baku Mutu Air Sungai

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, bahwa air merupakan salah satu

sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan dan

perikehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum, sehingga

merupakan modal dasar dan faktor utama pembangunan. Begitu pentingnya

peranan air, sehingga untuk melestarikan fungsi air perlu dilakukan pengelolaan

kualitas air dan pengendalian pencemaran air secara bijaksana dengan

memperhatikan kepentingan generasi sekarang dan mendatang serta

keseimbangan ekologisnya.

Kualitas menunjukkan mutu air tersebut. Mutu air dinilai dalam pengertian

ciri-ciri fisik, kimiawi dan biologisnya serta tujuan penggunaannya. Bila air

dinilai berdasarkan kandungan pencemar fisik, kimiawi dan biologisnya maka

mutu tersebut akan tergantung pada sejarah air tersebut sebelumnya.Mutu air

adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-

parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan perundang-undangan yang

berlaku. Baku mutu air adalah batas atau kadar mahluk hidup, zat, energi, atau

komponen lain yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang di

tanggung adanya dalam air pada sumber air tertentu sesuai dengan peruntukannya.

7

Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, bahwa air merupakan salah satu

sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan dan

perikehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum, sehingga

merupakan modal dasar dan faktor utama pembangunan. Begitu pentingnya

peranan air, sehingga untuk melestarikan fungsi air perlu dilakukan pengelolaan

kualitas air dan pengendalian pencemaran air secara bijaksana dengan

memperhatikan kepentingan generasi sekarang dan mendatang serta

keseimbangan ekologisnya (KLH, 2012).

2.5 Parameter Baku Mutu Air Sungai

Parameter baku mutu dapat dibagi menjadi tiga (disesuaikan dengan

penelitian), yaitu parameter organik, karakteristik fisik dan kontaminan spesifik.

Parameter organik merupakan ukuran jumlah zat organik yang terdapat dalam

limbah, terdiri dari chemical oxygen demand (COD), biochemical oxygen demand

(BOD). Karakteristik fisik dalam air limbah dapat dilihat dari parameter pH,

temperatur; sedangkan kontaminan spesifik dalam air limbah dapat berupa

senyawa organik ataupun senyawa anorganik (Hidayat, 2008).

Standar Baku Mutu Air Sungai sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor

82/2001 tentang Standar Baku Mutu Air Sungai dapat dinyatakan pada tabel di

bawah ini:

Tabel 2.1. Standar Baku Mutu Air Sungai PP 82/2001

No Paramater Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4

1 Suhu (Celcius) De3 De3 De3 De5

2 pH 6 – 9 6 – 9 6 – 9 6 – 9

3 TSS (mg/L) 50 50 400 400

4 COD (mg/L) 10 25 50 100

5 BOD (mg/L) 2 3 6 12

6 NH3 (mg/L) 0,5 - - -

Sumber: Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Salatiga, 2013

Keterangan: De3 = Different Equivalent 3

*Perbedaan suhu air & udara yang normal maksimal 3º Celsius lebih dari itu berarti melebihi baku

mutu

8

Penjelasan 4 (empat) kelas sesuai klasifikasi dan kriteria mutu berdasarkan

PP No. 82 Tahun 2001 pasal 8 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, dapat

dilihat sebagai berikut:

Kelas 1: air yang dapat digunakan untuk bahan baku air minum atau peruntukan

lainnya mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Kelas 2: air yang dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, budidaya

ikan air tawar, peternakan, mengairi pertanaman, dan atau peruntukan

lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan

tersebut.

Kelas 3: air yang dapat digunakan untuk budidaya ikan air tawar, peternakan,

pertanian, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air

yang sama dengan kegunaan tersebut.

Kelas 4: air yang dapat digunakan untuk mengairi pertanaman/pertanian, dan atau

peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan

kegunaan tersebut.

(KLH, 2011)

2.6 Produktivitas Padi Sawah

Produktivitas mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang

dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input).

Dengan kata lain bahwa produktivitas memliliki dua dimensi. Dimensi pertama

adalah efektivitas yang mengarah kepada pencapaian target berkaitan dengan

kuaitas, kuantitas dan waktu. Yang kedua yaitu efisiensi yang berkaitan dengan

upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana

pekerjaan tersebut dilaksanakan (Dewan Produktivitas Nasional dalam Husien,

2002). Maka dari itu produktivitas dalam penelitian ini menunjuk pada persoalan

yang terkait dengan kegiatan manajemen dan teknis operasional untuk mencapai

hasil yang diharapkan oleh petani padi sawah. Produktivitas merupakan istilah

dalam kegiatan produksi sebagai perbandingan antara luaran (output) dengan

masukan (input). Produktivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan

bagaimana baiknya sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil

yang optimal. Produktivitas dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan

suatu usaha (Herjanto, 2007).

9

Di bawah ini adalah Tabel Luas Panen Produktivitas dan Produksi Tanaman

Padi Tahun 2013:

Tabel 2.2. Luas Panen Produktivitas dan Produksi Tanaman Padi Tahun 2013

Sumber: BPS, 2014

2.7 Kualitas Air Irigasi dan Produktivitas Padi Sawah

Sistem irigasi bagi tanaman padi sawah berfungsi sebagai penyedia air yang

cukup dan stabil untuk menjamin produksi padi sawah. Luas tanah atau sawah di

daerah irigasi dibagi–bagi sedemikian rupa sehingga memudahkan pembagian

airnya. Adapun cara pembagiannya tergantung pada tujuan irigasi itu dan

kebutuhan air untuk pertanian. Air sungai disalurkan ke sawah melalui sistem

jaringan yang terdiri atas saluran–saluran air dengan bangunan pengendali.

Tanaman padi merupakan tanaman yang banyak membutuhkan air,

khususnya pada saat tumbuh mereka harus selalu tergenangi air. Agar

produktivitas padi dapat efektif dalam satu satuan luas lahan, maka dibutuhkan

suplai air yang cukup melalui irigasi. Irigasi merupakan prasarana untuk

meningkatkan produktivitas lahan dan meningkatkan intensitas panen per tahun.

Tersedianya air berkualitas bagi irigasi yang cukup terkontrol merupakan input

untuk meningkatkan produktivitas padi sawah (Yusri, 2011).

Penyediaan air irigasi ditetapkan dalam PP No. 20 Tahun 2006 tentang

irigasi, khususnya Pasal 36 yaitu: “Air irigasi ditujukan untuk mendukung

produktivitas lahan dalam rangka meningkatkan produksi pertanian yang

maksimal, diberikan dalam batas tertentu untuk pemenuhan kebutuhan lainnya”.

Untuk memperoleh hasil yang optimal, pemberian air harus sesuai dengan jumlah

dan waktu yang diperlukan tanaman (Adi, 2011)

Wilayah Jenis

Tanaman Luas Panen

(Ha) Produktivitas

(Ton/Ha) Produksi

(Ton)

Indonesia Padi 13.835.252 5,152 71.279.709 Jawa Tengah Padi 1.845.447 5,606 10.344.816 Salatiga Padi 1.302 5,728 7.457,86