Upload
others
View
20
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5 Universitas Kristen Petra
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Makanan Tradisional
Makanan tradisional menurut Fardiaz (1998) adalah makanan, termasuk
jajanan serta bahan campuran yang digunakan secara tradisional, dan telah lama
berkembang secara spesifik di daerah dan diolah dari resep-resep yang telah lama
dikenal oleh masyarakat setempat dengan sumber bahan lokal serta memiliki
citarasa yang relatif sesuai dengan selera masyarakat setempat. Definisi makanan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang dapat
dimakan atau masuk ke dalam tubuh. Tradisional adalah sikap dan cara berpikir
serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang
ada secara turun-menurun. Makanan tradisional adalah segala sesuatu yang dapat
dimakan, yang diolah berdasarkan adat kebiasaan suatu daerah secara turun-
menurun dengan sumber bahan lokal serta memiliki citarasa yang sesuai dengan
selera masyarakat setempat.
Witton (2002) menyatakan bahwa makanan tradisional Indonesia
meliputi berbagai jenis masakan khas yang terdapat di seluruh wilayah Indonesia
dari Sabang sampai Merauke. Masakan tradisional Indonesia merupakan
pencerminan beragam budaya dan tradisi yang berasal dari kepulauan Nusantara
yang memiliki sekitar 6.000 pulau dan memegang tempat penting dalam budaya
nasional Indonesia secara umum. Hampir seluruh masakan Indonesia kaya dengan
bumbu yang berasal dari rempah–rempah seperti kemiri, cabai, temu kunci,
lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa, dan gula aren dengan diikuti penggunaan
teknik–teknik memasak menurut bahan dan tradisi adat yang mendapat pengaruh
melalui perdagangan yang berasal dari India, Tiongkok, Timur Tengah, dan
Eropa.
2.2 Orientasi Kewirausahaan
Bakat dan pengetahuan tentang segala aspek usaha yang ditekuni
diperlukan untuk keberhasilan wirausaha. Pelaku wirausaha harus mampu
memproduksi barang dan jasa dengan mutu yang lebih baik, harga yang lebih
6 Universitas Kristen Petra
murah, dan pengaruh yang lebih cepat dari pesaingnya. Orientasi kewirausahaan
(entrepreneurial orientation) memiliki perbedaan dengan kewirausahaan
(entrepreneurship). Orientasi kewirausahaan di definisikan sebagai penggambaran
bagaimana new entry dilaksanakan oleh perusahaan. Kewirausahaan didefinisikan
sebagai new entry yang dapat dilakukan dengan memasuki pasar yang tetap
ataupun pasar yang baru dengan produk/jasa yang telah ada ataupun yang baru
ataupun meluncurkan perusahaan baru (Lumpkin dan Dess, 1996). Orientasi
kewirausahaan disebut sebagai pelopor untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi
perusahaan berkelanjutan dan berdaya saing tinggi. Orientasi kewirausahaan
dipandang memiliki kemampuan untuk meningkatkan kinerja sebuah perusahaan.
Menurut Dess dan Lumpkin (2005), orientasi kewirausahaan mempunyai
beberapa dimensi:
Inovatif, kecenderungan perusahaan untuk menggunakan dan mendukung ide-
ide baru, eksperimen, dan proses kreatif yang mungkin berhasil dalam
memperkenalkan produk atau jasa baru, hal-hal baru atau proses teknologi.
Berani mengambil risiko, kemampuan aktif perusahaan untuk mengejar
peluang meskipun mengandung risiko dan hasilnya tidak pasti.
Otonomi adalah kebebasan individu untuk berpikir dan bertindak kreatif dalam
mengatasi berbagai persoalan atau dalam mengoptimalkan peluang baru yang
menarik di pasar.
Proaktif adalah cara pandang kedepan atau pengambilan keputusan secara
inisiatif dengan mengantisipasi dan mengejar peluang baru serta berpartisipasi
dalam pasar yang muncul.
Daya saing adalah usaha/pengorbanan yang dilakukan perusahaan untuk
bersaing dengan pesaing agar dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik dari
para pesaingnya.
Dimensi-dimensi orientasi kewirausahaan dapat diukur atau diobservasi
menggunakan beberapa indikator yang digunakan dalam penelitian-penelitian
sebelumnya. Tabel 2.1 menunjukkan indikator-indikator orientasi kewirausahaan
tersebut.
7 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.1 Indikator-Indikator Orientasi Kewirausahaan
Dimensi Pernyataan/Indikator Sumber
Otonomi Firm implements necessary
structural changes such as small,
autonomous groups to stimulate new
ideas.
Dess dan Lumpkin (2005)
The best results occur when
individuals and/or teams decide for
themselves what business
opportunities to pursue.
Lumpkin et al. (2009)
Individuals and/or teams pursuing
business opportunities make
decisions on their own without
constantly referring to their
supervisors.
My firm supports the efforts of
individuals and/or teams that work
autonomously.
Employee initiatives and input play
a major role in identifying and
selecting the entrepreneurial
opportunities.
Inovasi Very many new product lines or
services has marketed.
Covin dan Slevin (1989) Changes in product or service lines
have been mostly of being quite
dramatic.
Firm's innovative initiatives hard for
competitors to successfully imitate. Dess dan Lumpkin (2005)
Firm stimulates creativity and
experimentation.
There is a long-term commitment to
invest in new technology, R&D, and
continuous improvement.
Chang et al. (2007)
Firm actively introduces
improvements and innovations.
Hughes dan Morgan (2007) Firm is creative in its methods of
operation.
Firm seeks out new ways to do
things.
Pengam-
bilan
Risiko
Firm invests in high risk projects
(with chances of very high return).
Covin dan Slevin (1989) Firm adopts a bold, wide-ranging
acts necessary to achieve the firm’s
objectives.
8 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.1 Indikator-Indikator Orientasi Kewirausahaan (Lanjutan)
Dimensi Pernyataan/Indikator Sumber
Pengam-
bilan
Risiko
Firm foster and encourage a proper
level of business, financial, and
personal risk-taking.
Dess dan Lumpkin (2005)
Firm enhances its competitive risk
position by researching and
assessing risk factors in order to
minimize uncertainty.
Firm carefully manages risks and
avoid taking actions without
sufficient forethought, research, and
planning.
Firm commits a large portion of its
resources in order to grow. Chang et al. (2007)
Firm invests in major projects
through heavy borrowing.
People in business are encouraged
to take calculated risks with new
ideas. Hughes dan Morgan (2007)
Firm emphasizes both exploration
and experimentation for
opportunities.
Daya
Saing
Firm typically seeks to a competitive
“undo-the-competitors” posture. Lumpkin dan Dess (2001)
Firm is very aggressive and
intensely competitive.
Firm uses of unconventional
strategies to challenge competitors.
Chang et al. (2007)
Firm adopts a price-cutting strategy
to enhance a competitive position.
Firm copies the business practices
or techniques of successful
competitors to enhance a
competitive position.
Proaktif Firm typically initiating action
which the competition then responds
to.
Covin dan Slevin (1989) Firm is very often the first business
to introduce new products/services,
administrative techniques, operating
technologies, etc.
Firm is close monitoring of
technological trends and identifying
future needs of customers.
Chang et al. (2007)
Firm excel at identifying
opportunities.
Hughes dan Morgan (2007)
9 Universitas Kristen Petra
Kuesioner penelitian pada bagian aspek orientasi kewirausahaan dibagi
ke dalam empat bagian, yaitu dimensi inovasi, proaktif, pengambilan risiko, dan
daya saing. Penelitian ini tidak memasukkan dimensi otonomi karena disesuaikan
dengan kondisi nyata responden, di mana semua pengambilan keputusan langsung
dari pemilik depot sehingga belum ada pendelegasian dalam pengambilan
keputusan. Tabel 2.2 menunjukkan pernyataan (indikator) dari masing-masing
dimensi yang digunakan dalam kuesioner penelitian. Pernyataan-pernyataan pada
dimensi inovasi tidak menggunakan pernyataan-pernyataan Covin dan Slevin
(1989) karena kurang sesuai dengan kondisi depot-depot makanan tradisional
Indonesia. Pernyataan-pernyataan Hughes dan Morgan (2007) digunakan dalam
kuesioner namun dengan penjelasan yang lebih rinci. Pernyataan dari Dess dan
Lumpkin (2005) digunakan dalam kuesioner namun dengan bahasa yang lebih
sederhana dan telah disesuaikan dengan kondisi nyata. Satu pernyataan dari
Chang et al. (2007) dipecah menjadi 3 pernyataan sehingga responden lebih
mudah dalam menilai pernyataan-pernyataan yang ada.
Pernyataan-pernyataan pada dimensi proaktif tidak menggunakan
pernyataan dari Hughes dan Morgan (2007) karena pernyataan tersebut terlalu
luas sehingga dapat mempersulit penilaian responden. Salah satu pernyataan dari
Covin dan Slevin (1989) digunakan untuk kuesioner namun dipecah menjadi 2
pernyataan sehingga responden lebih mudah dalam menilai pernyataan-pernyataan
yang ada. Satu pernyataan dari Chang et al. (2007) dipecah menjadi 2 pernyataan
sehingga responden lebih mudah dalam menilai pernyataan-pernyataan yang ada.
Pernyataan-pernyataan pada dimensi pengambilan risiko tidak
menggunakan pernyataan-pernyataan Dess dan Lumpkin (2005) serta Chang et al.
(2007) karena kurang sesuai dengan kondisi depot-depot makanan tradisional
Indonesia di Surabaya. Salah satu pernyataan dari Covin dan Slevin (1989)
digunakan untuk kuesioner, yaitu mengenai investasi dana yang besar. Salah satu
pernyataan dari Hughes dan Morgan (2007) digunakan untuk kuesioner namun
dipecah menjadi 2 pernyataan sehingga responden lebih mudah dalam menilai
pernyataan-pernyataan yang ada.
Pernyataan-pernyataan dimensi daya saing dalam kuesioner
menggunakan sumber dari Lumpkin dan Dess (2001) serta Chang et al. (2007).
10 Universitas Kristen Petra
Salah satu pernyataan dari Lumpkin dan Dess (2001) digunakan untuk kuesioner
namun dipecah menjadi 2 pernyataan yang lebih rinci sehingga responden lebih
mudah dalam menilai pernyataan-pernyataan yang ada. Kuesioner menggunakan 2
pernyataan dari Chang et al. (2007) yaitu mengenai harga makanan yang lebih
murah dan peniruan best practice.
Tabel 2.2 Indikator Aspek Orientasi Kewirausahaan
Dimensi Pernyataan Sumber
Inovasi 1.
Depot berusaha menciptakan makanan
baru.
Hughes dan
Morgan (2007)
2.
Depot berusaha menyediakan variasi
lauk pada makanan yang disajikan.
3.
Depot berusaha menciptakan makanan
dengan rasa yang unik.
Dess dan
Lumpkin (2005)
4.
Depot berusaha memberikan cara
melayani yang unik kepada konsumen.
Hughes dan
Morgan (2007)
5.
Depot berusaha mengembangkan
makanan dengan memanfaatkan
teknologi.
Chang et al.
(2007)
6.
Depot berusaha mengembangkan
layanannya dengan memanfaatkan
teknologi.
7. Depot berusaha mencari cara baru yang
lebih baik & kreatif (continuous
improvement) untuk meningkatkan
kepuasan konsumen.
Proaktif 1.
Depot berusaha menjadi pelopor dalam
menciptakan makanan yang berbeda.
Covin dan
Slevin (1989)
2.
Depot berusaha menjadi pelopor dalam
menciptakan cara pelayanan yang
berbeda.
Covin dan
Slevin (1989)
3.
Depot berusaha mengikuti arah
perkembangan selera konsumen di
masa mendatang.
Chang et al.
(2007)
4.
Depot berusaha mengikuti
perkembangan teknologi (terkait
makanan/layanan) di bidang kuliner.
Pengambilan
Risiko
1.
Depot berani melakukan investasi dana
yang besar untuk meningkatkan
pendapatan depot.
Covin dan
Slevin (1989)
2.
Depot berani mengambil risiko untuk
melakukan percobaan makanan baru.
Hughes dan
Morgan (2007)
11 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.2 Indikator Aspek Orientasi Kewirausahaan (Lanjutan)
Dimensi Pernyataan Sumber
Pengambilan
Risiko
3.
Depot berani mengambil risiko untuk
melakukan percobaan cara pemberian
pelayanan yang baru.
Hughes dan
Morgan (2007)
Daya Saing 1.
Depot menjual makanan dengan harga
yang lebih rendah dibandingkan depot
lain.
Chang et al.
(2007)
2.
Depot gencar melakukan tindakan-
tindakan agresif (promosi,
memperbanyak variasi produk, dll)
untuk mendapatkan konsumen yang
lebih banyak.
Lumpkin dan
Dess (2001)
3.
Depot mengikuti hal-hal yang telah
berhasil (best practice) dilakukan oleh
depot lain.
Chang et al.
(2007)
4.
Depot mempersingkat waktu
peluncuran antara makanan/layanan
baru dengan makanan/layanan baru
berikutnya.
Lumpkin dan
Dess (2001)
2.3 Kapabilitas Pemasaran
Kapabilitas pemasaran didefinisikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan sumber daya perusahaan, seperti sumber daya finansial dan
konsumen yang dimiliki saat ini secara efisien untuk meningkatkan penjualan
yang diharapkan (Ahmed et al., 2014). Kapabilitas pemasaran membantu
perusahaan membangkitkan pengaruh positif secara finansial melalui peningkatan
permintaan dan atau kemauan konsumen untuk membayar sesuai dengan harga
produk yang ditawarkan. Kapabilitas pemasaran mengintegrasikan pengetahuan
perusahaan akan pasar dan ketrampilan karyawan dalam menjalankan fungsi
pemasaran serta menghadapi permasalahan pemasaran. Delapan dimensi
kapabilitas pemasaran menurut Vorhies dan Morgan (2005):
Product development, berkaitan dengan proses-proses dimana perusahaan
mengembangkan dan mengatur produk dan layanan yang ditawarkan.
Pricing, berkaitan dengan kemampuan untuk mengekstrak pendapatan yang
optimal dari konsumen.
12 Universitas Kristen Petra
Channel management, berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk
menentukan dan mengelola jaringan distribusi yang efektif dan efisien dalam
menyampaikan nilai kepada konsumen.
Marketing communications, berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk
mengatur persepsi nilai dari konsumen.
Selling, berkaitan dengan proses-proses dimana perusahaan mendapatkan
pesanan dari konsumen.
Market information management, berkaitan dengan proses-proses dimana
perusahaan belajar tentang pasar-pasar mereka dan penggunaan pengetahuan
pasar.
Marketing planning, berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk
merencanakan strategi-strategi pemasaran yang dapat mengoptimalkan
kecocokan antara sumber-sumber dan pasar perusahaan.
Marketing implementation, berkaitan dengan proses yang mengubah rencana
pemasaran menjadi tugas tindakan dan memastikan proses tersebut mencapai
tujuan yang dinyatakan dalam rencana.
Dimensi-dimensi kapabilitas pemasaran dapat diukur menggunakan
beberapa indikator. Indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian Vorhies
dan Morgan (2005) dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Indikator-Indikator Kapabilitas Pemasaran
Dimensi Pernyataan/Indikator
Pricing Using pricing skills and systems to respond quickly to market
changes.
Knowledge of competitors’ pricing tactics.
Doing an effective job of pricing products/services.
Monitoring competitors’ prices and price changes.
Product
development
Ability to develop new products/services.
Developing new products/services to exploit R&D
investment.
Test marketing of new products/services.
Successfully launching new products/services.
Insuring that product/service development efforts are
responsive to customer needs.
13 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.3 Indikator-Indikator Kapabilitas Pemasaran (Lanjutan)
Dimensi Pernyataan/Indikator
Channel
management
Strength of relationships with distributors.
Attracting and retaining the best distributors.
Closeness in working with distributors and retailers.
Adding value to our distributors’ businesses.
Providing high levels of service support to distributors.
Marketing
communication
Developing and executing advertising programs.
Advertising management and creative skills.
Public relations skills.
Brand image management skills and processes.
Managing corporate image and reputation.
Selling Giving salespeople the training they need to be effective.
Sales management planning and control systems.
Selling skills of salespeople.
Sales management skills.
Providing effective sales support to the sales force.
Market
information
management
Gathering information about customers and competitors.
Using market research skills to develop effective marketing
programs.
Tracking customer wants and needs.
Making full use of marketing research information.
Analyzing our market information.
Marketing
planning
Marketing planning skills.
Ability to effectively segment and target market.
Marketing management skills and processes.
Developing creative marketing strategies.
Thoroughness of marketing planning processes.
Marketing
implementation
Allocating marketing resources effectively.
Organizing to deliver marketing programs effectively.
Translating marketing strategies into action.
Executing marketing strategies quickly.
Monitoring marketing performance.
Kuesioner pada bagian aspek kapabilitas pemasaran dibagi ke dalam
tujuh bagian, yaitu pricing, product development, marketing communication,
selling, market information management, marketing planning, dan marketing
implementation. Penelitian ini tidak memasukkan dimensi channel management
karena disesuaikan dengan kondisi nyata, di mana responden (depot) tidak
berhubungan erat dengan distributor dan jaringannya. Tabel 2.4 menunjukkan
pernyataan (indikator) dari masing-masing dimensi yang digunakan dalam
kuesioner penelitian. Empat pernyataan dimensi pricing dirangkum ke dalam 3
14 Universitas Kristen Petra
pernyataan dan dijelaskan lebih rinci. Semua pernyataan dimensi product
development digunakan untuk kuesioner dengan dipecah menjadi 8 pernyataan
yang lebih rinci sehingga tidak membingungkan responden. Pernyataan-
pernyataan dimensi marketing communication diringkas menjadi 4 pernyataan
yang lebih rinci dan mudah dipahami. Pernyataan-pernyataan dimensi selling
untuk kuesioner dibuat menjadi lebih rinci dan sesuai dengan kondisi calon
responden serta bahasanya lebih sederhana. Lima pernyataan dimensi market
information management diringkas menjadi 3 pernyataan yang lebih lengkap dan
sederhana untuk responden. Pernyataan-pernyataan dimensi marketing planning
dipecah menjadi 6 pernyataan yang lebih rinci dan mudah dipahami. Lima
pernyataan dimensi marketing implementation dirangkum menjadi 4 pernyataan
yang lebih rinci serta telah disesuaikan dengan kondisi nyata.
Tabel 2.4 Indikator Aspek Kapabilitas Pemasaran
Dimensi Pernyataan
Pricing 1.
Harga makanan yang ditawarkan terjangkau oleh
konsumen.
2.
Depot melakukan pengamatan harga makanan depot
pesaing.
3.
Depot memberikan promosi harga yang menarik bagi
konsumen.
Product
Development
1. Depot mampu membuat makanan baru.
2. Depot mampu membuat layanan baru.
3.
Depot mampu meningkatkan layanan yang lebih baik
(keramahan pada konsumen, kecepatan pelayanan, dll).
4. Depot memiliki makanan yang menarik (penampilan,
baru saja dimasak/fresh, dll).
5. Makanan yang dijual sesuai dengan selera konsumen.
6.
Depot berhasil memperkenalkan makanan baru yang
bisa diterima konsumen.
7.
Depot berhasil memperkenalkan variasi lauk baru yang
bisa diterima konsumen.
8. Depot mencobakan makanan/variasi lauk baru ke pasar
sebelum dijual ke konsumen.
Marketing
Communication
1.
Konsumen memiliki pandangan yang baik terhadap
depot.
2.
Depot menggunakan media promosi (media cetak dan
media sosial) secara terus menerus dalam menawarkan
produk makanan.
15 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.4 Indikator Aspek Kapabilitas Pemasaran (Lanjutan)
Dimensi Pernyataan
Marketing
Communication
3.
Depot melakukan promosi untuk membangun citra
depot di mata konsumen.
4. Depot menggunakan identitas yang jelas (papan nama,
alamat, logo, dll) sehingga mudah diingat oleh
konsumen.
Selling 1. Karyawan mempunyai pengetahuan yang baik tentang
makanan yang ditawarkan ke konsumen.
2.
Depot mengadakan waktu khusus untuk melatih
karyawan agar mampu menawarkan dan menjual
makanan pada konsumen.
3. Depot mencantumkan menu makanan dan harga
makanan dengan jelas pada daftar menu.
4.
Depot mempunyai daftar menu yang sesuai dengan
makanan yang dijual.
5.
Karyawan tanggap terhadap kebutuhan konsumen pada
saat makan di depot.
6. Depot berusaha memberikan tampilan makanan yang
menarik selera makan konsumen.
Market
Information
Management
1. Depot mengumpulkan informasi usaha (produk
makanan, harga, promosi, dll) yang dimiliki pesaing.
2. Depot mengumpulkan informasi tentang kebutuhan dan
keinginan konsumen.
3. Depot menggunakan informasi yang didapatkan dari
pesaing atau konsumen untuk mengembangkan usaha
depot.
Marketing
Planning
1.
Depot memikirkan cara-cara untuk melakukan promosi
(buku menu menarik, kartu nama, kerja sama dengan
pemasok bahan baku yang digunakan, dll).
2.
Depot berencana untuk meningkatkan kepuasan
konsumen dengan memperbaiki cara melayani
konsumen.
3. Depot berencana untuk meningkatkan kepuasan
konsumen dengan memperbaiki kualitas makanan.
4.
Depot menentukan kisaran/tingkat harga makanan
sesuai dengan konsumen yang akan dijangkau.
5.
Depot berencana untuk menyisihkan sebagian dari
pendapatan untuk melakukan promosi.
6. Depot berencana untuk meningkatkan jumlah makanan
yang akan dijual.
Marketing
Implementation
1.
Depot melaksanakan cara-cara promosi yang telah
direncanakan (buku menu, kartu nama, kerja sama
dengan pemasok bahan baku yang digunakan, dll).
2.
Depot segera melaksanakan cara-cara promosi yang
telah direncanakan.
16 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.4 Indikator Aspek Kapabilitas Pemasaran (Lanjutan)
Dimensi Pernyataan
Marketing
Implementation
3.
Depot melakukan evaluasi cara-cara promosi yang telah
dilakukan.
4. Depot menyediakan sumber daya khusus (manusia, alat,
cara, dana, dll) untuk melaksanakan promosi.
2.4 Kinerja Perusahaan
Kinerja didefinisikan sebagai sesuatu yang dicapai atau prestasi yang
diperlihatkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, n.d.). Amstrong dan Baron (1998)
dalam Wibowo (2008) berpendapat bahwa kinerja adalah hasil pekerjaan yang
mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan
konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi organisasi/perusahaan. Day
dan Wenslay (1988) dalam Idrus (2008) menyebutkan bahwa kinerja bisnis dapat
dilihat melalui kepuasan pelanggan, loyalitas pelanggan, pertumbuhan penjualan
serta profitabilitas. Kinerja perusahaan adalah hasil pekerjaan yang dicapai
perusahaan, yang diukur melalui perspektif financial dan non-financial.
Manajemen dan organisasi memandang perusahaan dari empat perspektif yang
menghubungkan pengendalian operasional jangka pendek ke dalam visi dan
strategi bisnis jangka panjang dalam Balanced Scorecard (Kaplan dan Norton,
1992). Empat perspektif tersebut adalah perspektif financial, customer, internal
business process, dan learning and growth. Gambar 2.1 menunjukkan framework
dari Balanced Scorecard.
17 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.1 Hubungan Antara Empat Perspektif dalam Balanced Scorecard
(Sumber: Kaplan dan Norton, 1996)
2.4.1 Perspektif Financial
Menurut Kaplan dan Norton (1996), hal pertama yang harus dilakukan
pada saat perusahaan melakukan pengukuran kinerja secara financial adalah
mendeteksi keberadaan usaha/bisnis yang dimiliki. Tolok ukur utama dalam
pengukuran kinerja perusahaan di setiap tahap siklus perkembangan bisnis
berbeda-beda. Tahap-tahap siklus perkembangan bisnis adalah sebagai berikut:
Growth atau pertumbuhan.
Growth adalah tahap awal dari siklus perkembangan bisnis perusahaan. Produk
dan jasa perusahaan yang berada di tahap ini memiliki potensi pertumbuhan
yang tinggi. Perusahaan harus melibatkan sumber daya yang cukup banyak
untuk mengembangkan produk dan jasa tersebut. Pembangunan dan perluasan
fasilitas produksi, kemampuan operasi, menanamkan investasi serta
mengembangkan sistem, infrastruktur, jaringan distribusi, dan hubungan yang
erat dengan pelanggan juga penting untuk dilakukan.
Sustain atau bertahan.
Sustain merupakan tahap kedua dari siklus perkembangan bisnis perusahaan.
Perusahaan melakukan investasi dan investasi kembali yang diharapkan dapat
18 Universitas Kristen Petra
menghasilkan pengembalian modal yang cukup tinggi. Perusahaan juga
berusaha mempertahankan pangsa pasar yang dimiliki dan memperbaikinya.
Tolok ukur financial pada tahap ini adalah tingkat pengembalian investasi atau
Return on Investment (ROI) dan Economic Value Added (EVA). ROI
merupakan rasio perbandingan laba operasional bersih suatu perusahaan
dengan total aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut (Hampton, 1989).
EVA merupakan metode manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi
dalam suatu perusahaan dengan kondisi dimana perusahaan mampu memenuhi
semua biaya operasional dan modal, khususnya modal-modal yang
mengeluarkan biaya dan akhirnya mampu memberikan nilai tambah (Iramani
dan Febrian, 2005).
Harvest atau menuai.
Tahap ini merupakan tahap dimana perusahaan mencapai kedewasaan dalam
siklus perkembangannya. Perusahaan menuai hasil investasi yang dilakukan
dan tidak lagi melakukan investasi yang besar. Perusahaan memaksimalkan
pengembalian kas atas investasi-investasi yang ditanamkan di masa lalu.
Perusahaan juga melakukan penghematan bahkan pengurangan modal kerja
serta pemeliharaan peralatan dan fasilitas.
Perspektif financial dapat diukur atau diobservasi menggunakan
beberapa indikator yang digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Tabel
2.5 menunjukkan indikator-indikator perspektif financial tersebut.
Tabel 2.5 Indikator-Indikator Perspektif Financial
Pernyataan/Indikator Sumber
Sales per square foot.
Moore & Fairhurst (2003) Effectiveness of cost control.
Sales per employee.
Total sales growth.
Profit margin. Hooley et al. (2005)
Overall profit.
Return on Investment (ROI).
Ahmed et al. (2014) Return on Assets (ROA).
Return on Sales (ROS).
19 Universitas Kristen Petra
Kuesioner penelitian pada bagian perspektif/dimensi financial terdiri dari
beberapa pernyataan (indikator). Tabel 2.6 menunjukkan pernyataan (indikator)
dari dimensi financial yang digunakan dalam kuesioner penelitian. Pernyataan-
pernyataan dari Ahmed et al. (2014) tidak digunakan untuk kuesioner karena
depot makanan tradisional Indonesia masih bersifat sederhana sehingga sebagian
besar dari mereka tidak menghitung keuangan secara rinci. Kuesioner
menggunakan 2 pernyataan sederhana dari Moore dan Fairhurst (2003), yaitu
mengenai peningkatan pendapatan dan penghematan biaya. Salah satu pernyataan
dari Hooley et al. (2005), yaitu peningkatan keuntungan digunakan untuk
kuesioner penelitian.
Tabel 2.6 Indikator Dimensi Financial
Dimensi Pernyataan Sumber
Financial 1.
Terjadi peningkatan pendapatan dalam
satu tahun terakhir.
Moore &
Fairhurst (2003)
2.
Terjadi penghematan biaya akibat adanya
perbaikan operasional depot (alat, proses,
dll) dalam satu tahun terakhir.
3. Terjadi peningkatan keuntungan dalam
satu tahun terakhir.
Hooley et al.
(2005)
2.4.2 Perspektif Customer
Perspektif pelanggan atau customer mengidentifikasi kondisi pelanggan
dan segmen pasar yang telah dipilih perusahaan. Segmen pasar mencerminkan
keberadaan pelanggan sebagai sumber pendapatan perusahaan. Pengukuran
perspektif pelanggan dilakukan dengan empat dimensi utama, yaitu:
Pangsa pasar, pengukuran terhadap besarnya proporsi bisnis dalam pasar
tertentu dalam bentuk uang, jumlah pelanggan, jumlah penjualan maupun
volume unit penjualan.
Customer retention, pengukuran dilakukan dengan mengetahui besarnya
jumlah pelanggan yang saat ini dimiliki perusahaan atau kemampuan
perusahaan untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada.
Customer acquisition, pengukuran dilakukan dengan persentase jumlah
pelanggan baru atau jumlah penjualan kepada pelanggan baru.
20 Universitas Kristen Petra
Customer satisfaction, pengukuran terhadap tingkat kepuasan pelanggan.
Perspektif customer dapat diukur atau diobservasi menggunakan
beberapa indikator yang disebutkan dalam penelitian dan buku. Tabel 2.7
menunjukkan indikator-indikator perspektif customer tersebut.
Tabel 2.7 Indikator-Indikator Perspektif Customer
Pernyataan/Indikator Sumber
Level of customer satisfaction.
Hooley et al. (2005) Customer loyalty improvements.
Level of loyalty compared to competitors.
Akuisisi pelanggan baru. Rangkuti (2014)
Kuesioner penelitian pada bagian perspektif/dimensi customer terdiri dari
beberapa pernyataan (indikator). Tabel 2.8 menunjukkan pernyataan (indikator)
dari dimensi customer yang digunakan dalam kuesioner penelitian. Semua
pernyataan Hooley et al. (2005) digunakan untuk kuesioner, namun
dikembangkan tanpa adanya pembandingan dengan kompetitor. Hal ini
disebabkan karena responden akan kesulitan untuk melakukan perbandingan
tersebut. Pernyataan Rangkuti (2014) dibuat lebih rinci dan jelas untuk kuesioner.
Tabel 2.8 Indikator Dimensi Customer
Dimensi Pernyataan Sumber
Customer 1. Konsumen merasa puas terhadap depot. Hooley et al.
(2005) 2.
Adanya penurunan jumlah keluhan
konsumen dalam satu tahun terakhir.
3.
Pelanggan mempunyai kesetiaan
(loyalitas) terhadap depot.
4. Adanya peningkatan jumlah konsumen
depot dibandingkan tahun lalu.
Rangkuti (2014)
2.4.3 Perspektif Internal Business Processes
Perspektif internal business processes atau proses bisnis internal
mengukur semua aktivitas yang dilakukan oleh pihak-pihak di dalam perusahaan
yang dapat memuaskan pelanggan dan pemegang saham. Perusahaan berfokus
pada tiga proses utama, yaitu:
21 Universitas Kristen Petra
Proses inovasi, proses ini memiliki 2 tahap yaitu pemahaman kebutuhan
pelanggan dan penciptaan produk atau jasa yang sesuai dengan hasil
pemahaman kebutuhan pelanggan.
Proses operasi, proses dalam pembuatan produk atau jasa yang akan
ditawarkan ke pelanggan. Pengukuran kinerja dalam proses ini meliputi
pengukuran waktu, mutu, dan biaya.
Proses pasca penjualan, proses pelayanan kepada pelanggan setelah penjualan
produk atau jasa yang berupa perbaikan dan penggantian produk yang rusak,
penanganan garansi, serta proses penagihan dan pembayaran pelanggan.
Pengukuran kinerja dalam proses ini meliputi pengukuran waktu, mutu, dan
biaya.
Perspektif internal business processes dapat diukur atau diobservasi
menggunakan beberapa indikator yang terdapat di dalam penelitian dan buku.
Tabel 2.9 menunjukkan indikator-indikator perspektif internal business processes
tersebut.
Tabel 2.9 Indikator-Indikator Perspektif Internal Business Processes
Pernyataan/Indikator Sumber
Sales volume. Hooley et al. (2005)
Market share.
Tujuan dan ukuran proses penciptaan produk dan
jasa yang sama sekali baru untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan yang terus bertumbuh.
Rangkuti (2014)
Kuesioner penelitian pada bagian perspektif/dimensi internal business processes
terdiri dari beberapa pernyataan (indikator). Tabel 2.10 menunjukkan pernyataan
(indikator) dari dimensi internal business processes yang digunakan dalam
kuesioner penelitian. Kuesioner hanya menggunakan 1 indikator dari Hooley et al.
(2005), yaitu mengenai jumlah penjualan. Pernyataan Rangkuti (2014) dipecah
menjadi 5 pernyataan yang lebih rinci dan jelas.
22 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.10 Indikator Dimensi Internal Business Processes
Dimensi Pernyataan Sumber
Internal
Business
Processes
1.
Depot memberikan pelayanan yang cepat
kepada konsumen.
Rangkuti (2014)
2.
Adanya peningkatan jumlah penjualan
makanan dalam satu tahun terakhir.
Hooley et al.
(2005)
3.
Adanya peningkatan kualitas layanan yang
diberikan ke konsumen dalam satu tahun
terakhir.
Rangkuti (2014)
4.
Adanya peningkatan kualitas makanan yang
diberikan ke konsumen dalam satu tahun
terakhir.
5.
Adanya pengembangan yang dilakukan
depot (berkaitan dengan makanan dan/atau
pelayanan) yang memberi dampak pada
kepuasan konsumen.
6. Adanya pengembangan yang dilakukan
depot (berkaitan dengan produk makanan
dan/atau pelayanan) yang memberi dampak
pada pendapatan dalam satu tahun terakhir.
2.4.4 Perspektif Learning and Growth
Perspektif learning and growth merupakan perspektif terakhir di dalam
Balanced Scorecard. Kaplan dan Norton (1996) mengatakan bahwa
memperhatikan karyawan, memantau kesejahteraan karyawan, dan meningkatkan
pengetahuan karyawan sangat penting bagi perusahaan. Tolok ukur yang
digunakan dalam perspektif ini adalah sebagai berikut:
Kapabilitas karyawan, pengukuran ini terdiri dari kepuasan karyawan, loyalitas
karyawan, dan produktivitas karyawan.
Kapabilitas sistem informasi, penyediaan informasi yang memadai sehingga
mendukung tercapainya tujuan perusahaan.
Motivasi, pemberdayaan, dan keselarasan, penyelarasan tujuan pribadi
karyawan dengan tujuan perusahaan.
Perspektif learning and growth dapat diukur atau diobservasi
menggunakan beberapa indikator yang terdapat di dalam buku Rangkuti (2014).
Tabel 2.11 menunjukkan indikator-indikator perspektif learning and growth
tersebut.
23 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.11 Indikator-Indikator Perspektif Learning and Growth
Pernyataan/Indikator Sumber
Komitmen karyawan.
Rangkuti (2014) Motivasi karyawan.
Peningkatan kemampuan karyawan.
Kuesioner penelitian pada bagian perspektif/dimensi learning and growth terdiri
dari beberapa pernyataan (indikator). Tabel 2.12 menunjukkan pernyataan
(indikator) dari dimensi learning and growth yang digunakan dalam kuesioner
penelitian. Semua pernyataan Rangkuti (2014) digunakan untuk kuesioner, namun
pernyataan mengenai komitmen dan motivasi karyawan dibuat menjadi 1
pernyataan di dalam kuesioner.
Tabel 2.12 Indikator Dimensi Learning and Growth
Dimensi Pernyataan Sumber
Learning
and Growth
1.
Karyawan mempunyai keinginan dan
semangat yang besar untuk bekerja
lebih baik.
Rangkuti (2014)
2. Adanya peningkatan kemampuan
karyawan pada bidangnya dalam satu
tahun terakhir.
2.5 Structural Equation Modeling (SEM)
Structural Equation Modeling (SEM) merupakan gabungan dari dua
metode statistik yang terpisah, yaitu analisis faktor yang dikembangkan di ilmu
psikologi dan psikometri serta model persamaan simultan yang dikembangkan di
ekonometrika. SEM merupakan gabungan dari analisis faktor dan analisis jalur
(path analysis) menjadi satu metode statistik yang komprehensif (Ghozali, 2014).
Program komputer yang saat ini dapat digunakan untuk mengolah data pada
penelitian metode SEM diantaranya AMOS, LISREL, PLS, GeSCA, dan
TETRAD.
Variabel-variabel yang digunakan dalam SEM adalah variabel laten,
variabel manifes/indikator, dan variabel error. Variabel laten adalah variabel yang
mengharuskan adanya sejumlah variabel manifes atau indikator sehingga variabel
laten dapat diukur (Santoso, 2014). Variabel manifes atau indikator adalah
24 Universitas Kristen Petra
variabel yang digunakan untuk menjelaskan/mengukur variabel laten. SEM
memiliki dua jenis variabel laten yang dibedakan berdasarkan keikutsertaan
mereka sebagai variabel terikat pada persamaan-persamaan dalam model, yaitu
variabel endogen dan variabel eksogen (Wijanto, 2008). Variabel eksogen yaitu
variabel bebas pada persamaan yang ada di dalam model. Variabel endogen yaitu
variabel terikat yang ditentukan oleh variabel-variabel lain di dalam model.
Variabel error dibagi menjadi dua bagian, yaitu variabel error pada
measurement model dan structural model. Measurement model adalah model
SEM yang menggambarkan hubungan antara variabel laten dengan indikator-
indikatornya. Variabel error pada measurement model (measurement error)
adalah variabel yang menunjukkan kesalahan pengukuran dari variabel
manifes/indikator. Structural model adalah model SEM yang menggambarkan
hubungan antar variabel-variabel laten atau antar variabel eksogen dengan
variabel laten. Variabel error pada structural model (residual error) adalah
variabel yang menunjukkan kesalahan pengukuran dari variabel eksogen saat
melakukan prediksi pada variabel endogen atau dependen.
SEM memberikan beberapa manfaat (Ghozali, 2008; Wijaya, 2009;
Jogiyanto, 2011; Latan dan Gudono, 2012 dalam Haryono dan Wardoyo, 2013)
diantaranya:
Membangun model penelitian dengan banyak variabel.
Dapat meneliti variabel laten secara langsung.
Menguji kesalahan pengukuran (measurement error) untuk variabel manifes.
Mengkonfirmasi teori sesuai dengan data penelitian.
Dapat menjawab berbagai masalah riset dalam suatu set analisis secara lebih
sistematis dan komprehensif.
Lebih ilustratif, kokoh, dan handal dibandingkan model regresi ketika
memodelkan interaksi, non-linier, pengukuran error, korelasi error terms, dan
korelasi antar variabel laten independen berganda.
Digunakan sebagai alternatif analisis jalur dan analisis data runtut waktu (time
series) yang berbasis kovariat.
Melakukan analisis faktor, jalur, dan regresi.
25 Universitas Kristen Petra
Mampu menjelaskan keterkaitan variabel secara kompleks dan efek langsung
maupun tidak langsung dari satu atau beberapa variabel terhadap variabel
lainnya.
Memiliki fleksibilitas lebih tinggi untuk menghubungkan teori dengan data.
2.5.1 Generalized Structured Component Analysis (GeSCA)
Generalized Structured Component Analysis (GeSCA) dapat dipandang
sebagai component based SEM dimana variabel laten didefinisikan sebagai
komponen tertimbang dari variabel manifes/indikator (Kusumadewi & Ghozali,
2013). GeSCA meliputi model pengukuran (measurement model) dan model
struktural (structural model). Model pengukuran menggambarkan hubungan
antara indikator dan variabel laten, sedangkan model struktural menghubungkan
antar variabel laten. GeSCA merupakan metode analisis yang powerfull karena
tidak didasari oleh banyak asumsi, dimana data tidak harus berdistribusi normal
multivariate dan sampel tidak harus besar. GeSCA digunakan untuk
mengkonfirmasi teori dan menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variabel
laten.
Evaluasi GeSCA dilakukan dengan 3 tahap, yaitu evaluasi model
pengukuran, model struktural, dan overall goodness fit model. Tahap pertama
adalah evaluasi model pengukuran GeSCA yang dilakukan dengan melihat:
Convergent validity, dinilai berdasarkan nilai factor loading masing-masing
indikator pembentuk variabel laten serta melihat nilai signifikansi. Nilai
signifikansi dapat dilihat melalui CR (Critical Ratio), dimana nilai estimasi CR
harus ≥ 2. Suatu variabel laten dinilai memiliki convergent validity yang baik
jika nilai factor loading ≥ 0,5 dan signifikan.
Composite reliability, dilihat dari nilai Cronbach Alpha. Reliabilitas suatu
variabel laten dianggap baik apabila nilai Cronbach Alpha ≥ 0,7.
AVE (Average Variance Extracted), dapat dilihat dari nilai AVE. AVE adalah
rata-rata jumlah varians indikator yang dapat dijelaskan oleh variabel laten,
dimana nilai AVE harus ≥ 0,5.
Tahap kedua yaitu evaluasi model struktural GeSCA dilakukan dengan
melihat koefisien jalur dari variabel eksogen ke variabel endogen serta melihat
26 Universitas Kristen Petra
nilai signifikansi. Nilai signifikansi dapat dilihat melalui CR (Critical Ratio),
dimana nilai estimasi CR harus ≥ 2. Tahap ketiga adalah melihat overall goodness
fit model dengan melakukan beberapa pengujian sebagai berikut:
FIT, nilai FIT menunjukkan varian total dari semua variabel yang dapat
dijelaskan oleh model tertentu, dimana nilai FIT berkisar antara 0 hingga 1 dan
nilai FIT yang besar menggambarkan besarnya variance data yang dapat
dijelaskan oleh model.
AFIT (Adjusted FIT), merupakan pengembangan nilai FIT yang dipengaruhi
oleh kompleksitas model.
GFI (unweighted least-square) dan SRMR (standardized root mean square
residual), nilai GFI dan SRMR menjelaskan perbedaan antara kovarian sampel
dengan kovarian yang diproduksi oleh pendugaan parameter GeSCA. Indikasi
good fit ditunjukkan oleh nilai GFI mendekati 1 dan SRMR mendekati 0.
Software untuk mengestimasi model GeSCA dikembangkan oleh Hwang yang
diberi nama GeSCA.
2.6 Analisa Faktor
Analisa faktor merupakan bagian dari analisa multivariat yang bertujuan
untuk mereduksi data atau meringkas dari variabel yang banyak diubah menjadi
sedikit variabel atau variabel baru (Supranto, 2010). Variabel baru tersebut
memuat sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel asli. Analisa
faktor dapat dilakukan melalui dua perspektif berikut (Hair et al., 2010):
Exploratory factor analysis
Exploratory factor analysis digunakan untuk memeriksa data dan menyediakan
informasi tentang jumlah faktor yang diperlukan untuk merepresentasikan data
dengan baik. Faktor-faktor pada exploratory factor analysis berasal dari hasil
pengolahan statistika, bukan berasal dari teori.
Confirmatory factor analysis
Confirmatory factor analysis merupakan alat yang digunakan dalam menerima
atau menolak suatu teori. Confirmatory factor analysis memberikan informasi
tentang seberapa baik teori yang digunakan dalam mencocokkan faktor dengan
kenyataan (data aktual).
27 Universitas Kristen Petra
Perhitungan analisa faktor dilakukan melalui beberapa tahap sebagai
berikut (Santoso, 2006):
Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) dan Bartlett's Test, digunakan untuk uji awal
apakah data yang ada dapat diurai menjadi sejumlah faktor dan merupakan uji
korelasi antar variabel independen. Korelasi antar variabel independen harus
cukup kuat, yaitu > 0,5 dengan signifikansi < 0,05.
Anti-Image Correlation, digunakan untuk uji awal apakah data yang ada dapat
diurai menjadi sejumlah faktor dan merupakan korelasi parsial. Korelasi parsial
yaitu korelasi antar dua variabel dimana variabel lainnya yang dianggap
berpengaruh dikendalikan atau dibuat tetap (sebagai variabel kontrol). Uji ini
dilihat dari hasil MSA (Measure of Sampling Adequacy) yang nilainya berkisar
antara 0 hingga 1. Nilai MSA < 0,5 berarti variabel tidak bisa diprediksi dan
tidak dapat dianalisa lebih lanjut sehingga harus dikeluarkan dari variabel
lainnya.
Total variance explained, untuk melihat persentase varians total yang dapat
dijelaskan oleh varians faktor terbentuk.
Communalities atau peranan faktor, merupakan persentase peranan atau
sumbangan masing-masing variabel penyusun faktor secara individual terhadap
faktor.
Component Matrix, angka-angka pada component matrix merupakan factor
loading yang menunjukkan besar korelasi antara suatu variabel dengan faktor
yang terbentuk.
Factor score, merupakan skor komposit yang diestimasi untuk setiap data
observasi pada faktor turunan/baru.