Upload
tiny-pielenseemudt
View
93
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
a
Citation preview
Isolasi Etil p-metoksi sinamat dari Kencur (Kaempferia galanga .L)
dengan Metode Soxhletasi
I. IDENTITAS
a.Judul Praktikum : Isolasi Etil p-metoksi sinamat dari Kencur dengan Metode
Soxhletasi
b. Tujuan :
- Mengisolasi senyawa etil p-metoksi sinamat dari rimpang kencur (Kaempferia
galanga .L)
- Menghitung kadar dan rendemen kristal etil p-metoksi sinamat yang berhasil
diisolasi dari rimpang kencur (Kaempferia galanga .L)
- Menentukan titik didih kristal etil p-metoksi sinamat dari rimpang kencur hasil
isolasi dan membandingkan dengan literatur
c. Hari, tanggal : Rabu, 22 Desember 2010
d. Jurusan/Fakultas : Pendidikan Kimia/MIPA
e. Nama Kelompok :
1. Ni Putu Asta Dasanjani (0813031006)
2. Ni Putu Deya Leonita S. Hanaya (0813031017)
3. Ni Luh Eka Rapini (0813031029)
II. LANDASAN TEORI
Kencur (Kaempferia galanga L.) adalah salah satu jenis empon-empon/tanaman obat
yang tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Rimpang atau rizoma tanaman ini
mengandung minyak atsiri dan alkaloid yang dimanfaatkan sebagai stimulan. Kencur banyak
digunakan sebagai bahan baku obat tradisional (jamu), fitofarmaka, industri kosmetika,
penyedap makanan dan minuman, rempah, serta bahan campuran saus rokok pada industri
rokok kretek. Secara empirik kencur digunakan sebagai penambah nafsu makan, infeksi
bakteri, obat batuk, disentri, tonikum, ekspektoran, masuk angin, sakit perut. Minyak atsiri
didalam rimpang kencur mengandung etil sinamat dan metil p-metoksi sinamat yang banyak
digunakan didalam industri kosmetika dan dimanfaatkan sebagai obat asma dan anti jamur
(Rostiana et al, 2005).
1
Rimpang kencur mempunyai aroma yang spesifik. Di dalam rimpang kencur terdapat
banyak zat yang dapat dimanfaatkan. Kandungan senyawa kimia dari rimpang kencur antara
lain minyak atsiri berupa sineol sebanyak 0,02%, asam metil kanil, pentadekana, ester etil
sinamat, asam sinamat, borneol, kamfena, paraeumarina, asam anisat, alkaloid, gom mineral
sebanyak 13,7% dan pati 4,14%. Kandungan minyak atsiri dalam rimpang kencur yaitu 2-4%
yang terdiri dari etil sinamat, etil p-metoksi sinamat, p-metoksi stirena, n-pentadekana,
borneol, kamfen, 3,7,7-trimetil bisiklo [4,1,0] hept-3-ena (Bahctiar, 2005). Dari isolasi
rimpang kencur didapatkan EPMS sebanyak 2,4% dari berat kering (Setiawan, 2008), karena
itu dengan mudah bisa diisolasi dari bagian umbinya menggunakan pelarut petroleum eter
atau etanol. Kencur merupakan tanaman tropis yang banyak tumbuh di kebun dan
pekarangan, digunakan sebagai bumbu dapur dan termasuk salah satu tanaman obat
tradisional Indonesia.
Kencur tergolong dalam famili Zingiberaceae (temutemuan). Adapun klasifikasi
tanaman kencur sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub-kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia galanga L.
Senyawa yang paling banyak pada minyak atsiri dalam rimpang kencur adalah etil p-
metoksi sinamat.
CH3O
CH CH C
O
O
C2H5
Etil p-metoksisinamat
Etil p-metoksi sinamat (EPMS) adalah salah satu senyawa hasil isolasi rimpang
kencur (Kaempferia galanga L.) yang merupakan bahan dasar senyawa tabir surya yaitu
2
pelindung kulit dari sengatan sinar matahari. EPMS termasuk dalam golongan senyawa ester
yang mengandung cincin benzena dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus
karbonil yang mengikat etil yang bersifat sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya dapat
menggunakan pelarut-pelarut yang mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat,
metanol, air, dan heksana. Dalam ekstraksi suatu senyawa yang harus diperhatikan adalah
kepolaran antara pelarut dengan senyawa yang diekstrak, keduanya harus memiliki kepolaran
yang sama atau mendekati (Firdausi, 2009).
Kelarutan suatu zat padat dan zat cair pada suatu pelarut akan meningkat seiring
dengan kenaikan suhu bila proses pelarutannya adalah endoterm, sedangkan untuk proses
pelarutan yang bersifat eksoterm pemanasan justru menurunkan harga kelarutan zat.
Fenomena yang kedua ini jarang dijumpai di alam yang umum adalah proses pelarutan yang
bersifat endoterm yaitu memerlukan kalor. Beberapa zat dalam larutan akan rusak atau terurai
dam menguap dengan pemanasan sehingga suhu ekstraksi harus diperhatikan agar senyawa
yang diharapkan tidak rusak. Oleh karena itu ekstraksi etil p-metoksi sinamat dari kencur
tidak boleh menggunakan suhu yang lebih dari titik lelehnya yaitu 48 – 49oC.
(Bachtiar,2005).
Salah satu reaksi yang mudah dilakukan terhadap etil-p-metoksi sinamat adalah
menghidrolisisnya menghasilkan asam p-metoksi sinamat. NaOH yang ditambahkan pada
hidrolisis etil p-metoksi sinamat, akan terurai menjadi Na+ dan OH-. Ion OH- ini akan
menyerang gugus C karbonil yang bermuatan positif yang menyebabkan kelebihan elektron.
Hal ini akan menyebabkan pemutusan ikatan rangkap antara atom O dan atom C sehingga
atom O akan bermuatan negatif. Namun, atom O akan membentuk ikatan rangkap lagi
dengan atom C, sehingga atom C akan menstabilkan diri dengan melepaskan -OC2H5. Hal ini
akan menyebabkan terbentuknya asam p-metoksisinamat.
Asam sinamat dapat disintesis dari pencampuran dari benzaldehid, asam malonat,
piridin dan piperidin yang dipanaskan dalam penangas air. Selama pemanasan ini,
karbondioksida akan dibebaskan. Secara kasarnya, reaksi yang terjadi adalah
benzaldehid + asam malonat + piridin + piperidin —> asam sinamat
Ekstraksi soxhlet merupakan metode pemisahan yang melibatkan pemindahan
substansi dari fasa material ke dalam fasa lainnya dan kedua fasa tidak saling melarutkan.
Ekstraksi soxhlet ini merupakan metode yang paling umum digunakan untuk memisahkan
3
bahan alam yang terdapat dalam tumbuhan dengan menggunakan pelarut yang dapat
melarutkan zat yang ingin dipisahkan (Selamat,2004)
Pada ekstraktor Soxhlet, pelarut dipanaskan dalam labu didih sehingga menghasilkan
uap. Uap tersebut kemudian masuk ke kondensor melalui pipa kecil dan keluar dalam fasa
cair. Kemudian pelarut masuk ke dalam selongsong berisi padatan. Pelarut akan membasahi
sampel dan tertahan di dalam selongsong sampai tinggi pelarut dalam pipa sifon sama dengan
tinggi pelarut di selongsong. Kemudian pelarut seluruhnya akan menggejorok masuk kembali
ke dalam labu didih dan begitu seterusnya. Peristiwa ini disebut dengan efek sifon.
Zat yang ingin di isolasi adalah etil p-metoksi sinamat, maka pelarut (pengekstrak)
yang digunakan adalah dietil eter. Keberhasilan dalam ekstraksi tergantung pada pemilihan
pelarut, pelarut polar akan melarutkan dengan baik senyawa-senyawa polar,dan pelarut non-
polar akan melarutkan dengan baik senyawa-senyawa non-polar. Oleh karena itu, dietil eter
yang non polar akan melarutkan etil p-metoksisinamat dengan baik.
Sampel kencur yang mengandung etil p-metoksi sinamat yang akan dipindahkan
dibungkus dengan kertas saring dan ditempatkan dalam ruang ekstraksi. Dietil eter yang
berperan sebagai pelarut dipanaskan dan dalam labu dasar bulat diisi batu didih. Fungsi batu
didih yang utama adalah untuk meratakan panas sehingga panas menjadi homogen pada
seluruh bagian larutan dan untuk menghindari titik lewat didih, pada beberapa kasus, air tidak
mendidih pada suhu 100oC, sehingga ketika pada saat mendidih, terjadi letupan atau ledakan
(bumping). Jadi fungsi batu didih disini adalah agar larutan tersebut dapat mendidih dan
menguap pada suhu yang seharusnya. Setelah mendidih, maka uap pelarut akan naik ke
pendingin, uap mengembun turun masuk kedalam alat soxhlet dan akan melarutkan etil p-
metoksi sinamat dari kencur. Bila larutan etil p-metoksi sinamat dalam alat soxhlet sudah
memenuhi pipa cabang alat soxhlet, larutan etil p-metoksi sinamat akan mengalir ke bawah
dan masuk ke dalam labu dasar bulat. Dengan demikian seterusnya pelarut menguap,
mendingin/mengembun lalu melarutkan etil p-metoksisinamat hingga semua etil p-
metoksisinamat terlarut semua. Hal ini terlihat dari larutan semakin bening dan ekstraksi
sudah bisa dihentikan.
4
Untuk memurnikan ekstrak maka dilakukan rekristalisasi,
biasanya ekstrak yang berupa padatan atau cairan jarang ada dalam
keadaan murni (tercampur dengan zat pengotor). Prinsip rekristalisasi
adalah perbedaan kelarutan antara senyawa yang dilarutkan dengan
senyawa pencampurnya. Pelarut yang digunakan adalah pelarut yang
hanya dapat melarutkan senyawa yang akan dimurnikan dalam
keadaan panas, memiliki titik didih yang lebih rendah dari senyawa
yang dimurnikan, tidak bereaksi dengan senyawa yang akan
dilarutkan, dan menghasilkan bentuk kristal yang baik dari senyawa
yang akan dimurnikan (Eka Parwati,1997).
Untuk memisahkan eter dengan minyak atsiri setelah ekstraksi
dilakukan destilasi. Destilasi merupakan suatu teknik pemisahan
campuran dalam fase cair yang homogen dengan cara penguapan dan
pengembunan, sehingga diperoleh destilat yang relatif lebih banyak mengandung komponen
yang lebih volatil dibanding larutan semula. Campuran dari masing-masing komponen dapat
terpisahkan karena adanya perbedaan titik didih diantaranya (Wiratma,dkk, 2003). Pada
proses ini cairan berubah menjadi uap. Uap ini adalah zat murni. Kemudian uap ini
didinginkan dalam kondensor. Pada pendinginan ini, uap mengembun menjadi cairan murni
yang disebut destilat. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan
proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan
menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan
Hukum Dalton. Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan tekanan uap
senyawa dalam campuran. Tekanan uap campuran diukur sebagai kecenderungan molekul
dalam permukaan cairan untuk berubah menjadi uap. Jika suhu dinaikkan, tekanan uap cairan
akan naik sampai tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer. Pada keadaan itu
cairan akan mendidih. Suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer
disebut titik didih. Cairan yang mempunyai tekanan uap yang lebih tinggi pada suhu kamar
akan mempunyai titik didih lebih rendah daripada cairan yang tekanan uapnya rendah pada
suhu kamar.
Jika campuran berair didihkan, komposisi uap di atas cairan tidak sama dengan
komposisi pada cairan. Uap akan kaya dengan senyawa yang lebih volatile atau komponen
5
dengan titik didih lebih rendah. Jika uap di atas cairan terkumpul dan dinginkan, uap akan
terembunkan dan komposisinya sama dengan komposisi senyawa yang terdapat pada uap
yaitu dengan senyawa yang mempunyai titik didih lebih rendah. Jika suhu relatif tetap, maka
destilat yang terkumpul akan mengandung senyawa murni dari salah satu komponen dalam
campuran. Secara umum, destilasi dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu destilasi
sederhana, destilasi bertingkat (fraksional), destilasi vakum, destilasi uap, dan lain
sebagainya. Salah satu aplikasi dari destilasi ini adalah pemisahan minyak atsiri dari rimpang
kencur dengan menggunakan teknik destilasi sederhana.
Dalam rangkaian serta proses penerapannya, destilasi memiliki bagian-bagian dari
rangkaiannya yang memiliki fungsi masing-masing dalam proses memurnikan atau
memisahkan zat dari komponen zat cair lainnya. Bagian-bagian alat destilasi secara umum
meliputi labu alas bulat, berfungsi sebagai tempat larutan yang akan didestilasi, kondensor
digunakan sebagai pendingin uap yang dihasilkan dari hasil pemanasan sehingga menjadi cair
kembali, selang keluar berfungsi sebagai tempat aliran air yang keluar, selang masuk sebagai
tempat aliran air yang akan masuk pada permukaan luar kondensor, pipa konektor berfungsi
sebagai penghubung antara kondensor dengan wadah penampung (Erlenmeyer), sementara
Erlenmeyer berfungsi sebagai wadah penampung hasil destilasi (destilat), serta termometer
untuk mengukur suhu penguapan.
Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan campuran untuk
memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didihnya relatif cukup
tinggi, serta perbedaan titik didih komponen-komponennya cukup besar. Teknik ini
digunakan terutama untuk pemurnian salah satu komponen dalam campuran. Pada destilasi
sederhana ini, perbedaan titik didih komponen-komponennya yang ideal adalah 70oC atau
lebih besar dari 20oC-30oC.
Bentuk Kristal Etil p-metoksisinamat di bawah mikroskop
Caranya dengan membuat preparat Kristal dengan meneteskan aquades pada Kristal
di atas objek gelas. Bentuk kristal etil p-metoksi sinamat di bawah mikroskop terlihat seperti
padatan jarum-jarum putih kecil yang tidak beraturan. Titik leleh dari kristal etil p-metoksi
sinamat yakni 48-49ºC.
6
(Siskha, 2009)
III. PROSEDUR KERJA DAN HASIL PENGAMATAN
No. Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
1. Sebanyak 100 gram kencur kering
yang sudah diblender kasar,
dibungkus dengan kertas saring,
kemudian dimasukkan ke dalam
ruang ekstraktor Soxhlet.
Sebanyak 750 g kencur segar diiris tipis dan
dikeringkan pada suhu kamar. Setelah kering
potongan kencur kering dihaluskan dengan
blender, namun hanya dihaluskan secara kasar
saja. Kencur kering yang telah dihaluskan
ditimbang, massa kencur kering yakni 76,6405
gram, dan dimasukkan ke dalam kertas saring
yang kedua ujungnya telah diikat. Setelah itu
dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor.
(kencur kering ditimbang) (dimasukkan ke
ruang
ekstraktor)
2. Ke dalam labu dasar bulat
dimasukkan ± 200 mL petroleum
eter dan beberapa butir batu didih ,
Ke dalam labu dasar bulat dimasukkan ± 230
mL petroleum eter dan beberapa keping
pecahan kaca sebagai batu didih. Alat soxhlet
7
kemudian alat soxhlet dipasang dan
dilengkapi dengan pendingin refluks.
dirangkai dengan baik, adapun komponen alat
soxhlet yakni labu dasar bulat 250 mL, ruang
ekstraktor, pendingin refluks, pemanas
(mantel), dan pengalir air untuk mendinginkan
uap yang akan keluar sebagai destilat.
3. Labu dasar bulat yang berisi
petroleum eter dipanaskan secara
perlahan-lahan, hingga petroleum
eter mendidih, uapnya masuk ke
ruang pendingin refluks dan menetes
menimpa sampel kencur dalam ruang
ekstraktor.
Labu dasar bulat dipanaskan hingga uapnya
masuk ke ruang pendingin dan menetesi
sampel, awalnya pada dasar ruang ekstraktor
terdapat larutan yang berwarna kuning pekat
dan agak kental seperti minyak.
4. Ekstraksi dilakukan secara kontinyu
(terus menerus) selama ± jam,
setelah itu ekstraksi dihentikan dan
hasilnya didinginkan.
Ekstraksi dilakukan sebanyak ± 5 kali, sampai
warna larutan pada ekstraktor menjadi tidak
bewarna. Pada labu dasar bulat terkumpul
campuran yang berwarna kuning muda, yakni
campuran eter dan minyak atsiri kencur.
8
5. Prosedur dilanjutkan dengan
menyiapkan peralatan destilasi
sederhana untuk memisahkan eter
dengan minyak kencur.
Alat destilasi sederhana dipasang dengan baik
untuk memisahkan eter dengan minyak atsiri
kencur.
6. Campuran eter dan minyak kencur
dipisahkan dengan cara destilasi
sederhana.
Campuran dalam labu dasar bulat dipanaskan
dan eter menetes pada suhu 34ºC sebagai
destilat berupa larutan tidak berwarna,
sedangkan minyak atsiri hasil isolasi dari
kencur tetap di labu dasar bulat dengan warna
larutan kuning oranye.
(destilat tidak bewarna) (minyak atsiri
kencur)
9
7. Residu kemudian didinginkan dalam
penangas es sampai terbentuk kristal.
Kristal yang terbentuk dipisahkan
dari pelarutnya dan selanjutnya
direkristalisasi dengan etanol,
sehingga diperoleh kristal etil p-
metoksisinama murni (titik leleh 48-
49 ºC)
Residu yang berwarna kuning oranye
diletakkan di atas penangas es, sehingga lama
kelamaan terbentuk kristal di dasar gelas kimia.
Kristal kemudian dipisahkan dari pelarutnya
dan direkristalisasi dengan etanol, dan
didapatkan kristal berwarna putih dengan massa
0,3032 gram.
IV. PEMBAHASAN
Proses Ekstraksi
Etil p-metoksi sinamat (EPMS) adalah salah satu senyawa hasil isolasi rimpang
kencur (Kaempferia galanga L.) yang merupakan bahan dasar senyawa tabir surya yaitu
pelindung kulit dari sengatan sinar matahari. EPMS termasuk dalam golongan senyawa ester
yang mengandung cincin benzena dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus
karbonil yang mengikat etil yang bersifat sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya dapat
menggunakan pelarut-pelarut yang mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat,
metanol, air, dan heksana. Ekstraksi serbuk kencur kering dalam etanol teknis sebagai pelarut
menghasilkan 2,4% EPMS dari kencur kering. Kristal murni dari etil para metoksi sinamat
adalah kristal berwarna putih dan memiliki titik didih antara 48-490C.
O
OC 2H5
H3CO
Etil p-metoksi sinamat (EPMS)
EPMS merupakan senyawa aktif yang ditambahkan pada lotion ataupun bedak setelah
mengalami sedikit modifikasi yaitu perpanjangan rantai dimana etil dari ester diganti dengan
oktil, etilheksil ataupun heptil melalui transesterifikasi maupun esterifikasi bertahap.
10
Modifikasi yang dilakukan diharapkan mengurangi kepolaran EPMS sehingga kelarutannya
dalam air berkurang yang merupakan salah satu syarat senyawa sebagai tabir surya, selain itu
juga mengurangi tingkat bahaya pada kulit.
Pada percobaan ini digunakan kencur yang sudah kering, dengan tujuan agar
kandungan airnya dapat dikurangi sehingga ekstrak yang diharapkan didapatkan secara
maksimal. Saat pengeringan kencur tidak langsung dikenakan sinar matahari. Jika sampai
terkena sinar matahari, senyawa dalam sampel akan berfotosintesis hingga terjadi penguraian
atau dekomposisi. Hal ini akan menimbulkan senyawa baru yang disebut senyawa artefak,
hingga dikatakan sampel tidak alami lagi. Jadi pengeringan hanya dilakukan pada suhu
kamar. Senyawa Etil p-metoksi sinamat adalah senyawa yang berfasa padat dan berukuran
sangat kecil, sehingga untuk memisahkannya dari tanaman kencur, harus menggunakan
teknik pemisahan ekstraksi padat-cair. Proses ekstraksi padat - cair, transfer massa solut dari
padatan ke cairan berlangsung melalui dua tahapan proses, yaitu difusi dari dalam padatan ke
permukaan padatan dan transfer massa dari permukaan padatan ke cairan. Dan salah satu
metode pemisahan ekstraksi padat cair air yang digunakan dalam percobaan ini adalah
ekstraksi Soxhlet. Metoda soxhetasi merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan
perkolasi. Metode distilasi uap tidak dapat digunakan dengan baik untuk pemisahan minyak
atsiri kencur karena persentase senyawa yang akan digunakan atau yang akan diisolasi cukup
kecil. Metode perkolasi dan maserasi juga kurang tepat untuk pemisahan minyak atsiri dari
kencur karena tidak didapatkan pelarut yang tepat, maka cara yang terbaik yang didapatkan
untuk pemisahan ini adalah soxhletasi. Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel
tanaman yaitu, pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka
larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi
keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel.
Dalam percobaan ini digunakan berat kencur yang sudah kering sebesar 76,6405
gram. Pada ekstraksi soxhlet perpindahan massa berlangsung pada bidang kontak antara fasa
padat dan fasa cair, maka sampel yakni kencur harus diblender terlebih dahulu. Hal ini
bertujuan untuk memperluas permukaan sampel sehingga lintasan-lintasan kapiler yang harus
dilewati dengan cara difusi menjadi lebih pendek sehingga mengurangi tahanannya. Sampel
tidak dibuat terlalu halus hal ini bertujuan untuk agar pada proses ekstraksi yang dibawa oleh
pelarut adalah senyawa yang diinginkan saja, namun ketika sampel dibuat sangat halus maka
11
tidak menutup kemungkinan senyawa yang lain ikut terbawa. Setelah kencur diblender
kemudian dimasukkan ke dalam kertas saring yang sudah dibentuk dan disesuaikan
ukurannya dengan dengan ruang ekstraktor soxhlet.
Selanjutnya, ke dalam labu dasar bulat dimasukkan 230 mL petroleum eter. Dalam
ekstraksi suatu senyawa yang harus diperhatikan adalah kepolaran pelarut dan senyawa yang
akan diekstrak, keduanya harus memiki kepolaran yang sama atau mendekati sama. Dalam
hal ini EPMS merupakan senyawa yang relatif nonpolar walaupun memiliki gugus gugus
karbonil yang mengikat etil yang bersifat sedikit polar. Dalam percobaan ini sudah dipilih
pelarut yang tepat, yakni petroleum eter yang bersifat nonpolar. Pada ekstraksi padat cair ini
yang terjadi adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya.
Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian
dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ke dalam labu
dasar bulat juga ditambahkan batu didih, yang digunakan adalah pecahan kaca. Penggunaan
batu didih bertujuan untuk mencegah terjadinya tumbukan suatu cairan selama destilasi
berlangsung. Batu didih ini mengeluarkan sedikit udara sehingga menyebabkan pendidihan
yang teratur. Kemudian alat Soxhlet dipasang dan dilengkapi dengan pendingin refluks.
Pendingin refluks atau disebut juga pendingin bola. Permukaan pendingin yang berbentuk
bola menyebabkan aliran uap lebih turbulen sehingga efek pendinginan semakin baik.
Labu dasar bulat yang telah berisi petroleum eter kemudian dipanaskan dengan suhu
yang tidak terlalu tinggi, karena pemanasan dengan suhu tinggi dapat merusak senyawa yang
diharapkan karena seperti disebutkan diawal bahwa titik leleh dari EPMS adalah 48-500C.
Pelarut dalam hal ini petroleum eter memiliki titik didih sebesar 340C, sehingga dengan
sedikit pemanasan saja senyawa ini sudah menguap. Pelarut yang menguap kemudian menuju
pendingin dan terkondensasi menjadi molekul-molekul pelarut yakni petroleum eter.
Molekul-molekul pelarut ini akan menetes ke ruang ekstraktor sehingga membasahi sampel
dan akhirnya sampel akan terendam. Pelarut ini akan mengekstrak sampel dan selanjutnya
masuk kembali ke dalam labu dasar bulat setelah melewati pipa sifon. Proses ini dinamakan
satu kali ekstraksi, dalam percobaan ini dilakukan sebanyak 4 kali. Ekstraksi dihentikan
ketika pelarut yang berada pada ruang ekstraktor telah bening/tidak membawa sampel. Warna
ekstrak yang didapat dari proses ini adalah kuning bening. Selanjutnya untuk menguapkan
pelarutnya, yakni petroleum eter maka dilanjutkan dengan proses destilasi sederhana.
Proses Destilasi
12
Destilasi sederhana digunakan untuk memisahkan minyak kencur dengan eter.
Dimana eter akan diuapkan dari minyak atsiri, sehingga eter menguap dan terkondensasi
menjadi destilat (berupa eter murni) dan minyak atsiri kencur tertinggal pada labu dasar bulat,
dan diuji kemurniannya pada prosedur selanjutnya. Alat destilasi dirangkai dengan benar,
dipastikan penyangga-penyangganya kuat, campuran minyak atsiri kencur dan eter
dimasukkan ke dalam labu dasar bulat, serta termometer dipasang tepat pada persimpangan
kondensor supaya dapat mengukur suhu uap dari zat yang menguap. Kemudian, air dialirkan
melalui selang ke kondensor dan air mengalir masuk melalui bagian bawah kondensor dan
keluar melalui bagian atas kondensor. Hal ini dilakukan agar perjalanan air melewati
kondensor tidak terlalu cepat sehingga proses pendinginan berjalan sempurna dan uap yang
melewati kondensor dapat mengembun menjadi cairan sebagai destilat, selain itu juga
bertujuan agar tidak ada gelembung udara (ruang kosong di tengah penampung air pada
kondensor) yang berada pada kondensor, sehingga proses pendinginan pada kondensor
berlangsung optimal. Selanjutnya, pemanas/mantle heat dihidupkan dan peristiwa-peristiwa
yang terjadi diamati.
Setelah dipanaskan, skala temperatur pada termometer meningkat dan lama kelamaan
uap tersebut menjadi jenuh sehingga uap tersebut masuk kedalam kondensor. Peristiwa ini
ditandai dengan temperatur pada termometer konstan yaitu pada suhu 34oC. Destilat yang
keluar berupa larutan yang tidak berwarna yakni eter (dengan bau yang khas). Sedangkan
residu yang tersisa yakni minyak atsiri kencur tetap berada dalam labu dasar bulat dan
berwarna semakin pekat. Pemanasan dilakukan terus dan dihentikan sampai residu tinggal
sepertiga dari sebelumnya, hal ini dikarenakan supaya minyak kencur tidak mengering dalam
labu sehingga merusak alat. Maka, didapatkan destilat yang tidak berwarna yaitu eter dengan
titik didih 34ºC yang telah terpisah dari minyak atsiri kencur, sedangkan residu dalam labu
dasar bulat merupakan minyak kencur yang berwarna kuning oranye.
Minyak atsiri yang masih hangat kemudian diletakkan di atas penangas es. Lama
kelamaan terbentuk kristal tajam berwarna putih di dasar gelas kimia. Kemudian minyak
dipisahkan dari kristal dan kristal direkristalisasi serta dimurnikan dengan menggunakan
etanol. Etanol ditambahkan ke dalam campuran, dan dipanaskan sampai jenuh. Untuk
mengetahui jenuh atau tidaknya larutan, maka digunakan batang pengaduk untuk
mengujinya. Batang pengaduk dicelupkan ke dalam larutan, dan di angkat ke udara, jika
sudah terbentuk endapan atau kristal, maka larutan sudah jenuh. Setelah larutan jenuh, gelas
13
diletakkan di atas penangas agar kristal terbentuk. Setelah didiamkan beberapa saat, terlihat
kristal etil p-metoksi sinamat yang berwarna putih. Kristal kemudian dikumpulkan dan
dikeringkan, setelah itu ditimbang. Massa kristal yang didapat yakni 0,3032 gram.
Adapun perhitungan kadar etil p-metoksi sinamat yakni
Secara teoritis, kadar EMPS dari rimpang kencur yakni 2,4% dari berat rimpang kencur
kering
Adapun perhitungan rendemen senyawa etil p-metoksi sinamat
Secara teoritis, hasil sintesis etil p-metoksi sinamat dari rimpang kencur dengan cara
soxhletasi yakni sebanyak 2,4% dari berat rimpang kencur kering, sehingga untuk mencari
rendemen, massa sampel kencur kering perlu dikali dengan 2,4%.
Kecilnya rendemen yang didapat kemungkinan disebabkan karena proses soxhletasi
yang kurang merata yakni sampel yang ada di atas kurang terendam oleh eter sehingga
senyawa yang diinginkan belum diisolasi secara optimal sedangkan sampel bagian bawah
diisolasi secara optimal karena terendam lebih lama, proses kristalisasi yang kurang
14
maksimal, serta pemanasan yang terus menerus dari proses soxhletasi dan destilasi sehingga
kemungkinan bakal kristal etil p-metoksisinamat telah rusak sebelum direkristalisasi.
Setelah menimbang kristal etil p-metoksi sinamat, kristal tersebut diuji titik lelehnya.
Namun, pada percobaan ini tidak dapat dilakukan pengujian titik leleh karena jumlah sampel
yang sedikit. Secara teoritis, titik leleh kristal etil p-metoksi sinamat yakni 48-49ºC.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kristal etil p-
metoksi sinamat dapat diisolasi dari ri
mpang kencur (Kaempferia galanga .L) melalui metode ekstraksi soxhlet, dimana
kristal berwarna putih. Pada praktikum ini didapat kadar kristal p-metoksi sinamat dari
rimpang kencur (Kaempferia galanga .L) kering yakni 0,4 % dengan rendemen 16,48%
dengan titik didih teoritis yakni 48-49ºC .
VI. JAWABAN PERTANYAAN
1. Adapun cara mengidentifikasi EPMS secara kimia adalah dengan melakukan uji gugus
fungsi, adapun gugus fungsi yang diuji adalah:
Uji gugus aromatis
Cara ini dilakukan dengan memanaskan kristal diatas pembakar spiritus. Jika
selama pemanasan menimbulkan asap maka uji ini positif terhadap gugus aromatis
(benzena).
Uji ester
Dalam percobaan ini kristal dilarutkan dalam larutan hiroksilamin hidroklorida
dalam metanol. Kemudian ditambahkan KOH sampai bersifat basa. Sifat basa ini
diuji dengan menggunakan lakmus merah. Dimana lakmus merah langsung
berubah menjadi berwarna biru ketika dicelupkan dalam larutan. Hal ini
menandakan larutan telah bersifat basa. Kemudian dipanaskan, setelah itu
didinginkan kemudian ditambahkan dengan larutan FeCl3 sehingga larutan
menjadi berwarna orange. Yang terakhir adalah ditambahkan larutan HCl. Ketika
ditambahkan dengan HCl larutan berubah warna menjadi merah muda. Hal ini
menunjukkan uji positif terhadap ester.
15
Uji ketidakjenuhan, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a) Tes Baeyer
Terlebih dahulu kristal dilarutkan dalam air, kemudian ditambahkan
dengan larutan Baeyer yang dapat diamati adalah warna larutan menjadi
semakin memudar. Hal ini menunjukkan bahwa dalam sampel memang
terbukti mengandung ikatan tidak jenuh berupa ikatan rangkap dua.
b) Tes Bromin
Ketika larutan sampel diteteskan larutan Br2 5%, warna larutan menjadi
memudar. Hal ini menunjukkan uji positif sampel terhadap larutan
bromin. Atau dengan kata lain sampel memang mengandung ikatan tak
jenuh.
Jika semua uji ini sudah positif maka untuk lebih meyakinkan dilakukan uji titik leleh.
2. Hasil hidrolisis dari EPMS dengan menggunakan larutan basa adalah asam p-
metoksisinamat. Dimana larutan basa yang ditambahkan pada hidrolisis etil p-metoksi
sinamat, akan terurai menjadi ion-ionnya, misalnya larutan basa yang digunakan adalah
NaOH. Natrium hidroksida ini akan mengion menjadi Na+ dan OH-. Ion OH- ini akan
menyerang gugus C karbonil yang bermuatan positif yang menyebabkan kelebihan
elektron. Hal ini akan menyebabkan pemutusan ikatan rangkap antara atom O dan atom C
sehingga atom O akan bermuatan negatif. Namun, atom O akan membentuk ikatan
rangkap lagi dengan atom C, sehingga atom C akan menstabilkan diri dengan melepaskan
-OC2H5. Hal ini akan menyebabkan terbentuknya asam p-metoksisinamat. Berikut
mekanisme reaksi yang terjadi.
CH3O
CH CH C
O
O
C2H5NH3
H2O
C2H5
O
OH
CCHCH
CH3O
OH+
3. Syarat-syarat pelarut yang baik dipakai untuk mengekstraksi senyawa organik bahan alam
adalah memiliki sifat sebagai berikut.
a) Selektivitas
16
NaOH
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-
komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek,terutama pada ekstraksi
bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan
bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak
tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya diekstraksi lagi dengan
menggunakan pelarut kedua.
b) Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar
(kebutuhan pelarut lebih sedikit).
c) Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut
dalam bahan ekstraksi.
d) Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan
yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua
fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan
dengan gaya berat). Bila beda kerapatannya kecil, seringkali pemisahan harus
dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor
sentrifugal).
e) Reaktivitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada
komponen-kornponen bahan ekstarksi. Sebaliknya, dalam hal-hal tertentu
diperlukan adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk
mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali Ekstraksi juga disertai dengan
reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus berada
dalam bentuk larutan.
f) Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan,
destilasi atau rektifikasi, maka titik didit kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat,
dan keduanya tidak membentuk ascotrop.Ditinjau dari segi ekonomi, akan
menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi
(seperti juga halnya dengan panas penguapan yang rendah).
17
4. Isolasi EPMS dari kencur bisa saja dilakukan dengan cara maserasi dengan menggunakan
pelarut petroleum eter namun waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup
lama dan pelarut yang digunakan juga lebih banyak. Sedangkan dengan metode sokhletasi
pelarut yang digunakan terus didaur ulang dan waktu yang diperlukan untuk mengekstrak
sampel juga lebih sebentar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode ekstraksi
sokhlet lebih efisien.
18
VII. DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Chairil,dkk.1994.Pengantar parktikum Kimia Organik.Yogyakarta:UGM
Anonim. 2008. Kencur (Kaempferia galanga L.). Diakses pada tanggal 23 Desember 2010
dari situs http://id.wikipedia.org/wiki/Kencur
Anonim. 2008. Unggulan Kencur. Diakses pada tanggal 23 Desember 2010 dari situs
http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/upload.files/File/publikasi/Teknologi
%20unggulan/Kencur.pdf
Anonim. 2009. Tanaman Obat). Diakses pada tanggal 23 Desember 2010 dari
situshttp://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=137
Anonim. 2009. Isolasi Etil p-metoksi sinamat. Diakses pada tanggal 23 Desember 2010 dari
situs http://asyharstf08.wordpress.com/2009/12/11/isolasi-etil-p-metoksi-sinamat-
dari-kencur-kaemferia-galanga-l-dan-sintesis-asam-p-metoksisinamat-sintesis-
turunannya-dan-penetapan-struktur/
Firdausi, Nur Indah. 2009. Isolasi Senyawa Etil Para Metoksi Sinamat (EPMS) dari Rimpang
Kencur Sebagai Bahan Tabir Surya Pada Industri Kosmetik. Malang: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Kimia Universitas Negeri Malang.
Frieda Nurlita dan I Wayan Suja.2004.Buku Ajar Praktikum Kimia Organik. Singaraja : IKIP
Negeri Singaraja.
Otih Rostiana, Rosita SMD, Mono Rahardjo dan Taryono, 2005, Budidaya Tanaman Kencur,
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatika, Yogyakarta
Parwati,Eka.1997.Isolasi dan Penentuan Kadar Tanin pada buah Kemloko.Skripsi (tidak
diterbitkan).Jurusan Pendidikan Kimia.IKIPN Singaraja
Selamat, I Nyoman dan I Gusti Lanang Wiratma.2004. Penuntun Praktikum Kimia Analitik.
Singaraja: IKIP Negeri Singaraja
19
Setiawan, I Made Eka. 2008. Isolasi Etil p-Metoksisinamat dari Rimpang Kencur
(Kaempferia Galanga, L.) dan Transformasinya menjadi N-(4-Nitrofenil)-p-
Metoksisinamamida . Diakses pada tanggal 14 Desember 2010 dari situs
Siskha. 2009. Analisis Etil Parametoksi Sinamat dari Rimpang Kencur. Diakses pada tanggal 14 Desember 2010 dari situs http://siskhana.blogspot.com/2009/12/analisis-etil-parametoksi-sinamat-dari.html
Wiratma, I Gusti Lanang dkk. 2003. Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Singaraja : IKIP
Negeri Singaraja.
20