177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    1/37

    PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN MEDIK 

    Latar Belakang

    Berbagai langkah harus diperhatikan dalam melaksanakan perawatan gawatdarurat

    obstetri dan neonatal. Penatalaksanaan meliputi pengenalan segera kondisi

    gawàtdarurat, stabilisasi penderita, pemberian oksigen, infus dan terapi cairan,

    transfusi darah dan pemberian medikamentosa (antibiotika, sedatif, anestesi, analgesik 

    dan serum anti tetanus) maupun upaya rujukan lanjutan. Semua angkah dan

     penatalaksanaan tersebut, harus dikuasai oleh petugas kesehatan!staf klinik yang

     bertugas di unit gawatdarurat atau ruang tindakan obstetri dan neonatal.

    Stabilisasi dan Rujukan

    Stabilisasi dan merujuk secara cepat serta dalam kondisi yang memadai akan sangat

    membantu pasien untuk ditangani secara memadai atau dirujuk ke fasilitas pelayanan

    kesehatan yang lebih lengkap dalam kondisi seoptimal mungkin. "alam sistem

     pelayanan gawatdarurat dan rujukan kesehatan pada atau antar fasilitas, seharusnya

    sudah tersedia perangkat dan mekanisme yang jelas tentang operasionalisasi setiap

    unsur yang terlibat. #nsur$unsur tersebut dapat berasal dari sistem kesehatan itu

    sendiri ataupun sistem yang terintegrasi melalui suatu program (misalnya, %erakan

    Sayang bu yang melibatkan &enteri #P', "epkes dan "epdagri). asilitas

    kesehatan primer, akan merujuk pasiennya ke rumah sakit rujukan. etapi pada kota$kota besar, mungkin saja terjadi rujukan antar Pukesmas, *umah Sakit ataupun

    diantara pusat$pusat rujukan. +papun mekanisme yang terjadi, semua unsur yang

    terlibat, seharusnya mampu untuk membawa pasien mencapai fasilitas rujukan yang

    dituju agar mendapatkan pertolongan yang mungkin sangat ital dalam

    menyelamatkan jiwanya.

    -lemen$elemen penting dalam stabilisasi pasien adalah

    • &enjamin kelancaran jalan nafas, memperbaiki fungsi sistem respirasi dan

    sirkulasi• &enghentikan sumber perdarahan

    • &engganti cairan tubuh yang hilang

    • &engatasi rasa nyeri atau gelisah

    Terai !airan

    Pada kebanyakan kasus gawatdarurat, pasien$pasien memerlukan infus untuk 

    mengganti cairan yang hilang. /arutan isotonik yang dianjurkan adalah *inger /aktat

    dan 0a1 fisiologis atau garam fisiologis (normal saline). /arutan glukosa tidak dapat

    rnenggantikan garam atau elektrolit yang dibutuhkan selama penggantian cairan yang

    hilang.

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    2/37

    "iameter jarum infus, sangat menentukan kecepatan pemberian cairan infus. #ntuk 

     pemberian awal, dianjurkan untuk rnenggunakan ukuran 23$24 (selain untuk 

     pemberian cairan secara cepat, juga sesuai untuk trarisfusi darah). +pabila ukuran

    tersebut tidak tersedia, dapat masih dapat digunakan jarum dengan ukuran 56.

    Saat jarum infus dimasukkan, segera ambil spesimen darah untuk pemeriksaan kadar 

    hemoglobin, golongan darah atau pemeriksaan laboratorium lainnya. Bila pasien

    mengalami defisit cairan atau syok, sulit sekali dilakukan pemasangan infus dan

     pengambilan spesimen darah sehingga kadang$kadang diperlukan tindakan bedah

    untuk mengambil ena. &engukur konsentrasi 7b dengan pengambilan darah kapiler 

    (di ujung jari) pada pasien dengan kondisi gawat darurat, akan memberikan hasil yang

    kurang memuaskan.

    Pada kasus syok hipoolernik yang diakibatkan oleh perdarahan, berikan 866$2666 ml

    cairan isotonik dalam 28$56 menit pertama. Stabilisasi umumnya terjadi setelah 2$9

    liter cairan infus diberikan. Setelah stabilisasi tercapai maka kecepatan cairan infus

    diatur rnenjadi tetesan pemeliharaan (2 liter dalam 3$4 jam).

    #ntuk pemberian cairan infus, perhatikan

    •  jumlah cairan yang akan diberikan

    • lamanya pemberian per unit cairan

    • ukuran atau diameter tabung dan kecepatan tetesan. Setiap ukuran tabung yang

    ada pada pangkal slang infus (yang mempunyai jarum penghubung ke botol infus)

    memiliki ukuran tetesan yang berbeda untuk setiap mililiter cairan. +da tabungdengan ukuran dua puluh tetes per mililiter sedangkan yang lain 26 tetes per 

    mililiter.

    abel :$2

    ;ecepatan pemberian cairan infus

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    3/37

    Ru"us ke#eatan #airan in$us%

    jumlah tetes per menit

    1ontoh |  1000cc

    4  jam X 60menit | X 10 tetes per mililiter=41,67 atau40 tetes per menit 

    Bila pemulihan pasien telah mencapai kondisi yang memuaskan maka dapat

    dilakukan pemberian cairan per oral. nfus dapat dilepaskan kecuali bila dibutuhkan

    untuk jalur pemberian obat secara intraena. #ntuk kondisi seperti itu, kecepatan

    tetesan cairan diperlambat (2 liter selama 26$25 jam). "alam terapi cairan ini, juga

    dipantau tentang keseimbangan cairan. +pabila terjadi pembengkakan atau edema

     pada kaki, tangan, muka, mungkin hal ini diakibatkan oleh kelebihan cairan.

    ;elebihan tersebut dapat pula dinilai dan terjadinya sesak nafas atau bising nafas yangabnormal (ronkhi basah difusa).

    ;ondisi kesehatan pasien, sangat berpengaruh terhadap jumlah perdarahan yang

    terjadi. 'anita sehat, akan mampu untuk bertahan terhadap kehilangan 2666 ml

    darah. Sebaliknya pada wanita dengan anemia kronis, kehilangan 566 ml darah, akan

    menyebahkan hal yang fatal. Bila dengan cairan pengganti plasma atau plasma beku

    kering kondisi pasien dapat menunjukkan perbaikan maka transfusi darah sebaiknya

    dipertimbangkan kembali. Pada kenyataannya, seorang wanita sehat, masih dapat

     bertahan (tanpa penggantian darah melalui transfusi) apabila kehilangan darah hingga

    56? atau 2666 mililiter, dari total jumlah darah normal (8666 mililiter). ;ehilangan

    hingga 96?, dapat diatasi dengan cairan pengganti plasma. ransfusi darah sangat

    dibutuhkan apabila darah yang keluar, melebihi 96? dan total jumlah darah didalam

    tubuh. Pada perdarahan masif, jumlah darah yang keluar dalam waktu kurang dari 9

     jam, dapat mencapai lebih dari 86? jumlah total cairan darah.

    erapi awal cairan pengganti, seharusnya diberikan dalam waktu yang cepat dan ini

    hanya dimungkinkan dengan pemberian kristaloid isotonik seperti *inger /aktat dan

    garam fisiologis. Pada tahap awal ini, tidak dianjurkan untuk memberikan cairan infus

    larutan isotonik glukosa 8?. Pada tahap awal, jumlah cairan yang diberikan adalah 86

    mililiter per kilogram berat badan (86 ml!kg BB) atau 9 kali dari perkiraan jumlah

    darah yang hilang. 1airan koloidal sintetik diberikan hingga 86 ml!kg BB tetapi

    dengan kecepatan tetesan yang lebih rendah dan larutan kristaloid isotonik. +milum

    hidroksiletil atau de@tran A6 diberikan 56 ml!kg BB selama 5: jam pertama. "apat

     pula diberikan albumin atau fraksi protein plasma tetapi harga kedua bahan ini sangat

    mahal. -ritrosit tanpa plasma tidak direkomendasikan untuk pengganti cairan yang

    hilang sedangkan jika diberikan plasma saja, risiko transmisi penyakit, cukup tinggi.

    1airan darah (eritrosit dan plasma) diberikan untuk mengganti cairan yang hilang,

     pembawa oksigen ke jaringan dan faktor faktor penting untuk hemostasis.Tran$usi Dara&

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    4/37

    +suhan ;ebidanan sering kali memerlukan adanya penambahan atau transfusi darah

    untuk menyelamatkan jiwa pasien. &engingat tingginya frekuensi permintaan

    transfusi darah dari Bagian ;ebidanan maka sudah sepatutnya para petugas kesehatan

    memahami dan waspada tentang indikasi, kesesuaian golongan, cara penggunaan danrisiko transfusi darah. ;esesuaian penggunaan cairan dan produk darah didefinisikan

    sebagai pemberian darah yang aman (kesesuaian golongan, risiko rendah terhadap

    reaksi inkompatibilitas, dan bebas dan potensi transmisi penyakit) dan ditujukan

    terhadap kondisi yang dapat menimbulkan morbiditas atau mortalitas dimana darah

    merupakan pilihan utama untuk mengatasi kondisi tersebut.

    ;ondisi yang memerlukan transfusi darah, diantaranya adalah

    • Perdarahan pascapersalinan yang disertai dengan syok 

    • ;ehilangan banyak darah selama prosedur operasi

    • +nemia berat (yang disertai gejala dekompensasio kordis) pada akhir masa

    kehamilan

    Setiap rumah sakit rujukan (terutama sekali di tingkat kabupaten) harus dapat

    memenuhi permintaan atau menyediakan darah pada setiap saat dimana transfusi

    darah diperlukan. ;etersediaan darah (minimal golongan 6 dan plasma beku segar) di

    Bagian ;ebidanan telah menjadi suatu kewajiban karena hal ini dapat menjadi

     penyelamat bagi para ibu atau pasien yang sangat membutuhkan.

    Ke'asadaan dala" "enggunakan #airan dan r(duk dara&

    ;ewaspadaan sangat diperlukan karena apabila cairan dan produk darah digunakan

    sesuai dengan indikasinya dan benar cara pemberiannya maka prosedur ini akan

    menyelamatkan jiwa dan memperbaiki kondisi kesehatan ibu bersalin. Sebaliknya,

    kelalaian dan cara pemberian yang salah, justru dapat membahayakan keselamatan

     jiwa ibu hamil!bersalin (kondisinya lebih baik sebelum dilakukan transfusi darah).

    Seperti tindakan pengobatan lainnya, transfusi darah juga mungkin menimbulkan

    reaksi tubuh (baik segera maupun lambat) sehingga dapat memperberat gangguan

    kesehatan yang sedang dialami. Selain itu, uji saring yang tidak memenuhi syarat,

    dapat membuat pasien tertular penyakit berbahaya akibat mikroorganisme berbahaya

    di dalam darah yang ditransfusikan. Penyediaan dan pengelolaan darah dan

     produknya, juga memerlukan sumberdaya yang sangat besar sehingga penggunaan

    yang tidak efisien merupakan pemborosan dan sangat merugikan.

    • Beberapa contoh keadaan dimana transfusi darah tidak diperlukan

    o +nemia pada trimester kedua kehamilan tidak perlu diatasi dengan

    memberikan transfusi darah karena masih ada beberapa alternatif lain yang

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    5/37

    dapat memperbaiki kondisi tersebut (misalnya, pemberian hematinik dan

    nutrisi yang adekuat apabila anemia disebabkan oleh defisiensi makro dan

    mikro nutrien)

    o ransfusi untuk mempercepat persiapan tindakan operasi elektif atau untuk 

    mempercepat pasien agar dapat segera dipulangkan. "efisit cairan dapat

    diatasi dengan pemberian infus dan anemia dapat dikoreksi dengan pemberian

    hematinik atau asupan yang mempunyai nilai gii tinggi.

    indakan transfusi darah berdasarkan indikasi yang kurang tepat dapat mengakibatkan

    hal$hal berikut ini

    • Pasien terpapar risiko yang seharusnya dapat dicegah

    • Pemborosan stok darah yang mungkin sangat diperlukan oleh pasien lain

    Sebelum menentukan perlunya dilakukan transfusi darah, dipertimbangkan secara

    matang tentang risiko yang mungkin terjadi apabila transfusi diberikan atau tidak 

    diberikan.

    Trans$usi seluru& k("(nen dara& atau &an)a sel dara&

    • ransfiisi darah membawa risiko terhadap reaksi imkompatibilitas atau hemolitik 

    yang sangat serius• Produk darah dapat menularkan penyakit, termasuk penyakit berbahaya seperti

    7C, hepatitis B, hepatitis 1, syphilis, malaria dsb kepada resipien

    • Setiap produk darah dapat terkontaminasi mikoorganisme dan menjadi bahan

    yang berbahaya apabila tidak ditangani secara baik atau diberikan kepada resipien

    Trans$usi las"a

    • Plasma dapat menularkan penyakit seperti halnya seluruh komponen darah

    • Plasma juga dapat menimbulkan berbagai reaksi transfusi

    • 7anya beberapa indikasi tertentu saja yang memerlukan transfusi plasma

    (misalnya, koagulopati). *isiko yang dapat terjadi akibat transfusi plasma

     biasanya lebih banyak dari pada manfaatnya yang mungkin diperoleh

    Penga"anan dara&

    *isiko yang berhubungan dengan transfusi dapat dikurangi melalui upaya berikut

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    6/37

    • Seleksi akurat terhadap donor dan darah

    • #ji tapis dan kajian prealensi penyakit menular di komunitas donor untuk 

    menghindarkan infeksi melalui transfusi darah dan uji keamanan darah donor 

    Program jaga mutu darah dan produk darah•

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    7/37

    • %unakan teknik pembedahan dan anestesi terbaik untuk menghindarkan

    kehilangan darah secara berlebihan

    • /akukan autotransfusi apabila teknik dan kondisinya memungkinkan

    7al$hal penting yang harus diperhatikan• ransfusi merupakan salah satu elemen dan penatalaksanaan lengkap

    gawatdarurat ;eputusan untuk menetapkan transfusi darah sebagai tindakan yang

    diperlukan harus diacu ke pedoman nasional penggunaan darah dan produknya

    serta kebutuhan pasien

    • Selama menatalaksana pasien, lakukan segala upaya untuk mencegah perdarahan

    lanjutan sehingga transfusi darah dapat dihindarkan

    • Pasien dengan perdarahan akut dalam jumlah yang banyak sebaiknya segera

    memperoleh tindakan resusitasi (restorasi kehilangan cairan dengan cairan

     pengganti, oksigen, bantuan pernafasan, dsb), dipertimbangkan perlu$tidaknya

    transfusi darah

    • 'alau kadar hemoglobin mengindikasikan berat$ringannya perdarahan tetapi

     bukan menjadi indikator tunggal untuk transfusi darah. Perhatikan juga perbaikan

    yang akan terjadi bila transfusi darah diberikan agar upaya ini berdampak pada

     penurunan +;.

    • Petugas keshatan harus waspada terhadap risiko transmisi penyakit berbahaya

    melalui transfusi darah

    • ransfusi darah hanya diberikan apabila manfaatnya lebih besar dan risikonya

    • Pemberian dan pemantauan transfusi darah harus dilaksanakan oleh petugas

    terlatih agar komplikasi dikenali secara dini dan pertolongan dapat segeradiberikan

    • +lasan untuk transfusi darah harus dicatatkan dan lakukan kajian apabila timbul

    reaksi yang tidak diinginkan

    Pe"antauan Sela"a Trans$usi Dara&

    /akukan pemantauan untuk setiap unit darah yang diberikan. Pemantauan dilakukan

     pada tahapan berikut ini

    • Sebelum transfusi darah dilakukan

    • Pada saat transfusi diberikan

    • 28 menit setelah transfusi darah berjalan

    • Setiap jam selama transfusi darah

    • Setiap jam dalam : jam pertama setelah transfusi darah

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    8/37

    Pantau secara ketat dalam 28 menit pertama transfusi darah, lanjutkan secara reguler 

    (sesuai jadwal diatas) selama transfusi darah dijalankan agar setiap gejala dan tanda

    reaksi transfusi pada pasien dapat segera dikenali dan diatasi.

    Selama melakukan pemantauan, perhatikan dan periksa kondisi dibawah ini• ;eadaan umum

    • emperatur 

    •  0adi

    • ekanan darah

    • Pernapasan

    • ;eseimbangan cairan (asupan enteral dan intraena serta produksi urin)

    1atatkan pula hal$hal berikut ini

    'aktu mulai transfusi• 'aktu selesai transfusi

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    9/37

    *eaksi transfusi dapat berkisar dan ruam (rash) kulit ringan hingga syok anafilaktik.

    Bila terjadi reaksi, lakukan hal berikut ini

    • Segera hentikan transfusi darah, bilas darah yang tersisa dalam slang infus dan

    tetap pertahankan jalur infus (gunakan garam fisiologis atau *inger /aktat).

    Secara bersamaan lakukan penilaian jenis dan derajat reaksi transfusi dan tentukanupaya atau tindakan pertolongan yang sesuai.

    • Periksa dan catat tanda$tanda ital setiap 28 menit hingga kondisi stabil tercapai

    • /aporkan ke #" atau Bank "arah tentang rekasi yang terjadi dan kirimkan

    kantong transfusi dan slang ke unit tersebut untuk konfirmasi dan kajian ulang

    darah dan produk darah serta hasil uji padanan silang (cross$matching)

    sebelumnya

    • /akukan pengambilan spesinlen urin setelah terjadi reaksi transfusi dan kirim ke

    laboratorium untuk uji konfirmatif 

    abel :$5 ;omplikasi /ain ransfusi "arah

    ;omplikasi Penyebab Pencegahan!Penanganan

    Sepsis ;ontaminasi mikroorganisme %unakan darah dalam waktu :

     jam setelah diberikan. /akukan

    kultur mikroorganisme dan

     berikan antibiotika yang sesuai

    7ipotermial!menggi

    gil

    ransfusi sejumlah besar darah

    yang temperaturnya masih

    dingin

    7angatkan darah sebelum

    ditransfusikan

    ;elebihan beban

    cairan

    Pemberian darah secara cepat

    dalam jumlah yang banyak 

    disertai dengan cairan infus

    lainnya

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    10/37

    o adrenalin 22666(6,2 m/ dalam 26 m/ cairan garam fisiologis!0S) dan

     berikan secara lambat melalui jalur intraena.

    o ambahkan prornethaine 26mg C. 7idrokortison 2 g C setiap 5jam (bila

     perlu)

    • Bila terjadi spasme bronkus, berikan aminofihin 586 mg dalam 26 m/ 0S atau */

    secara lambat melalui jalur C

    • /akukan tindakan resusitasi lain jika diperlukan dan pantau fungsi ginjal, paru dan

    kardioaskuler.

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    11/37

    Pe"berian Medika"ent(sa

    ;eamanan, kepentingan dan cara pemberian merupakan hal$hal penting yang harus

    diperhatikan untuk memutuskan kapan, apa dan bagaimana menentukan pemberian

    medikamentosa bagi pasien. anyakan riwayat alergi obat$obatan sebelummemberikan obat kepada pasien. Bila ada riwayat alergi tersebut, maka harus

    dicarikan obat pengganti yang lebih aman tetapi juga cukup efektif.

    Antibi(tika

    Pada kasus$kasus infeksi atau trauma intraabdomen, mutlak diperlukan antibiotika.

    Pada keadaan tersebut diatas, beri antibiotika secepat mungkin. Pemberian secara

    intraena akan cepat menghantarkan bahan ini ke jaringan yang mengalami infeksi.

    Berikan antibiotika secara intramuskuler (per oral bila pasien tidak syok) bila tidak 

    tersedia antibiotika intraena. ;arena identifikasi agen penyebab infeksi sangat sulit

    diperoleh dalam waktu yang singkat dan keadaan yang gawat maka dianjurkan untuk 

    memberikan antibiotika (sebaiknya kombinasi) spektrum luas yang aktif terhadap

    mikro organisme gram negatif, gram positif, anerob dan kiamidia.

    abel :$9 +ntibiotika kasus infeksi penyerta kasus gawat darurat

    +ntibiotika "osis ;eterangan

    +mpisilin

    Benilpenisilin

    ;loramfenikol

    %entamisin

    "oksisi kim

    etrasiktin

    2 g C tiap : jam atau 866 mg

    (oral) tiap 3 jam

    26 juta unit C tiap : jam

    2 g C tiap 3jam

    2,8 kg!kg BB!dosis C!& tiap

    4jam

    266 mg tiap 25 jam

    866 mg tiap 3 jam (jangan

    diberikan bersamaan dengan susu

    atau antasida)

    Spektrum luas, murah

    +da efek samping serius

    efektif untuk kokus %ram (E) dan

    %o

    Balk untuk sepsis, penekanan

    sum$sum tulang, pantau gambaran

    darah

    -fektif untuk %ram ($) dan flora

    usus

    +ktif untuk kuman %ram (E),

    %ram ($) termasuk ;iamidia.

    "apat menggantikan atau

    kombinasi dengan +mpisilin.

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    12/37

    &etronidaol

    2 g C atau per rektal tiap 25 jam

    atau 866 mg oral hap 3 jam

    Balk dikombinasikan dengan

    &etronodaol

    Baik untuk %ram ($) dan +nerob.

    "apat dikombinasikan dengan

    +mpisilin dan "oksisiklin.

    +lternatif dan klindamsin. *elatif 

    murah dan mudah didapat.

    Serapan oral mencapai kadar 

    serum yang sama dengan

    ntraena

    1atatan

    • %olongan penisilin, gentamisin dan metronidaol sering dikombinasikan dan

    mempunyai cakupan berbagai mikroorganisme

    • ;loramfenikol mempunyal efektitas yang cukup luas walaupun digunakan secara

    tunggal dan sangat efektif jika dikombinasikan dengan penisilin!ampisilin

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    13/37

    • Sekali diberikan, antibiotika diteruskan hingga bebas demam 5:$:4

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    14/37

    abel :$8 +ntibiotika untuk pasien *awat

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    15/37

    /angkah pertama untuk mengurangi risiko tetanus ialah dengan melakukan perawatan

    luka$luka infeksi sebaik mungkin, dibersihkan dan memberi peluang untuk oksigenasi

    secara maksimal. Buang jaringan$jaringan nekrotik dan alirkan pus atau abses yang

    terjadi. ;emudian beri antibiotika kombinasi, misalnya penisilin dan metronidaol.anyakan riwayat imunisasi pada kehamilan yang lalu atau kehamilan ini dan lakukan

     penilaian kondisi luka atau trauma.

    Perhatikan kondisi berikut ini

    • Bila pasien pernah mendapat imunisasi secara lengkap dalam 8 tahun terakhir dan

    luka yang terjadi masih tergolong bersih, tidak perlu diberikan serum anti tetanus.

    Bila luka terkontaminasi dengan bahan infeksius (risiko tinggi terjadi tetanus)

    maka berikan 6,8 ml dan munogiobulin etanus (%!+S).

    • Bila riwayat imunisasi tidak jelas atau diragukan dan luka cenderung mengarah

     pada kemungkinan terjadi tetanus maka berikan dan %!+S. Perhatikan

    untuk tidak menyuntikkan kedua bahan tersebut dengan jarum!tabung suntik dan

     pada lokasi atau tempat suntikan yang sama.

    Diuretika

    /akukan pemantauan dan penghitungan keseimbangan cairan dengan teliti. ;esalahan

    dalam mengkalkulasikan cairan masuk dan keluar, akan menyebabkan cairan yang

    diberikan kurang dan yang ditentukan atau malahan terjadi kelebihan pemberian

    cairan yang dapat menimbulkan beban pada jantung atau edema paru. ;onfirmasikelebihan cairan, dapat dilihat melalui foto *o paru atau melihat gejala fisik dan

    klinik (edema pada kaki, tangan, muka, palpebra atau sesak nafas, ronkhi basah).

    #ntuk mengurangi beban jantung dan menghilangkan edema akut paru, berikan

    diuretika dan perhatikan perbaikan gejala atau edema yang terjadi.

    Kesei"bangan !airan- Elektr(lit- Asa"+Basa

    Pasien obstetric memerlukan pertimbangan khusus mengingat perubahan dalam

    kehamilan dan postpartum. Perubahan kardioaskuler dan fungsi respirasi

    memerlukan pertimbangan mengingat bahaya komplikasi pada anestesi dan operasi,

    misalnya pada pasien preeklampsia, diabetes dan penyakit jantung.

    Manaje"en !airan

    7iperolemia dan poliuria pascapersalinan sering kali terjadi pada pasien Pre$

    eklampsia! eklampsia sebagai akibat dan masuknya cairan ekstra ke intra askuler)

    sehingga perlu pertimbangan untuk pembatasan (retriksi) cairan sampai 2866 ml!jam

    (penyeimbangan negatif). Bila hal tersebut dilakukan maka perlu penyesuaian

     pembatasan cairan setiap 3 jam, disesuaikan kondisi pasien (tekanan darah, nadi,

     produksi urin dsb). Pasien$pasien yang mengalami syok (renjatan) atau pasien rawat

    intensif, seringkali diberi cairan secara berlebihan atau terbebani akibat salah penghitungan jumlah kebutuhan dasar cairan.

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    16/37

    ;ebutuhan cairan orang dewasa dengan fungsi ginjal normal adalah 2 liter!hari. #ntuk 

     pasien dengan tindakan pembedahan, kebutuhan cairan adalah 96$:6 cc!kgBB!hariH

    dan kebutuhan elektrolit seperti 0a dan ; masing masing adalah m-I!kg!hari.

    Produksi urin perlu dipantau karena dapat menggambarkan secara tidak langsungtentang kondisi perfusi jaringan. Bila produksi J 2A mi!jam, kondisi ini disebut

    sebagai oliguria (normal 96 mi!jam). #ntuk menentukan penyebab oliguria (renal,

     prerenal, postrenal), periksalah berat jenis urin, hernatokrit, elektrolit, ureum,

    kreatinin, olume kardioaskulerH dan bila perlu ukur kondisi ekanan Cena Sentral

    (1CP) #ntuk pengujian secara tidak langsung hipoolemia, diberikan 966$866 cc 0S

    dalam 96 menit (jangan lebih K) dan apabila tidak diikuti dengan pengeluaran unin

    maka diduga ada hipoelomia dan segera pasang 1CP. #ntuk menentukan gangguan

     pre atau postrenal, lakukan #S% ginjal!ureter untuk melihat kemungkinan ada$

    tidaknya obstruksi ureter (hidronefrosis dan di latasi ureter).

    Lang paling sering terjadi pada pasien obstetri ialah nekrosis tubular akibat hipoksia

     pada preeklampsia. #ntuk mendorong diuresis dapat diberikan furosemid intraena

    secara bertingkat (maksimum 366mg!hari) sampai produksi urin adekuat. Bila

    hasilnya tidak memuaskan maka lakukan dialisis.

    Bila pasien disiapkan untuk tindakan operatif maka cairan perioperatif yang diberikan

    adalah 0a1 atau */, sedangkan untuk pascabedah (terutama apabila lebih dari 5:

     jam) sebaiknya diberikan ;a-0 yang mengandung kalori. ;ebutuhan kalori pada

     pasien wanita (rumus 7arris Benedict) bagi kebutuhan dasar adalah

    Basal -nergy -@penditure$kcal!hari

    B-- 33E29.A berat badan (kg) E 2.4 tinggi badan (cm) $:.A@ usia.

    Kesei"bangan Asa" Basa

    Pasien normal akan mempunyai p7 A.9 8$A.:8. Pertimbangkan kondisi sebagai

     berikut,

     pada parameter

    ;elainan+kalosis respiratorik 

    +sidosis respiratorik 

    +lkalosis metabolik 

    &etaboljk asidosis

     p7MA.:6

    JA.:6

    MA.:6

    JA.:6

     p1F5J:6

    M:6

    M5:

    J5:

    71F9

    Bila kesenjangan anion serum (0a$1l$ 71F9) lebih dari 56 (normal ialah 25), maka

    telah terjadi asidosis sekalipun p7 dalam batas normal. ;ompensasi akan terjadi pada

    awal kelainan, misalnya pada asidosis metabolik akan terjadi penurunan p1F5

    apabila terjadi penurunan 71F9 (base deficit)H pada asidosis respiratorik akut 71F9

    meningkat 6.2 per kenaikan p1F5, dan pada yang kronik 71F9 meningkat 6.98 per 

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    17/37

    kenaikan p1F5. Para penolong harus mengetahui patologi dasar yang mengakibatkan

    gangguan keseimbangan asam basa. Sebaiknya dilakukan pengukuran elektrolit urin

    untuk menentukan kondisi ginjal melalui pengukuran kesenjangan anion (#0a E #; 

     N #c2), yang menunjukkan hasil negatif (lebih banyak 1l), maka ginjal sedang

     berkompensasi untuk mengeluarkan amonia (07:) akibat asidosis metabolik.

    Lang perlu diperhatikan pada asidosis metabolik akibat kelainan ginjal adalah

     p7 urin

    kadar ;E

     plasma 71F9

    ;ekurangan cairan

    tinggi

     0!rendah

    rendah

    "iabetes

    rendah

    tinggi

    M28

    ;elainan ginjal kronik akan menimbulkan penumpukan anion (fosfat, urat, sulfat)

    sedangkan pada yang akut terjadi pemngkatan amonia, karena berkurangnya jumlahnefron. Pada kondisi 7-//P akibat deposti fibrin dan kelainan endothel, pemberian

    heparin dan cairan (de@tran) akan membantu perbaikan sirkulasi dan ginjal pada

    kondisi hipoolemik, sebaliknya apabila telah terjadi hiperolemia maka restriksi

    cairan harus dilakukan (2866 ml!hari). Bila tak memberikan perbaikan dalam 5 hari,

    maka perlu dilakukan dialisis.

    Pada kondisi asidosis metabolik yang parah maka koreksi dengan bikarbonas natrikus

    dapat dipertimbangkan (kecuali pada diabetes ketoasidosis). 7anya pada keadaan

    yang memburuk dengan p7 kurang dan A.56 maka perhitungan kebutuhan bikarbonat

    sbb 6.3 @ BB $kg @ kadar 71F9 H dimana separuh dan kebutuhan total tersebut

    diberikan dalam 2 jam pertama. /akukan periksa ulang gas darah untuk menilai ada$

    tidaknya perbaikan.

    Kelainan Elektr(lit

    ;elainan elektrolit jarang dijumpai pada kasus Fbstetrik, tapi perlu dipertimbangkan

     pada kondisi sebagai berikut

    .i(natre"ia $ kelainan akibat kelebihan cairan sehingga kadar 0a kurang dan 296m-I!/. Pasien dapat jatuh dalam korna dan kejang. Perlu pemeriksaan keseimbangan

    cairan, osmolalitas darah, osmolalitas urin dan kadar 0a urin. ;oreksi kekurangan 0a

    dengan infus 0a1 9? sampai kadar menjadi normal.

    .iernatre"ia. ;ondisi ini terjadi bila ditemukan kadar 0a M 2:8 m-I!/, biasanya

    akibat kehilangan cairan (kelainan ginjal, kelebihan diuresis, diare, luka bakar, dsb).

    Periksalah keseimbangan cairan, jurnlah urin, osmolalitas dan kadar 0a urin.

    .i(kale"ia. #mumnya terjadi akibat kehilangan kalium (muntah, diare, laksansia,kelainan ginjal, hiperglikemia, terapi insulin dsb) sehingga kadarnya rendah (akan

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    18/37

    timbul gejala bila J 9 m-I). Pada kondisi ringan dapat terjadi /emah, kram otot dan

    ileus. Pada kondisi berat dapat terjadi paralisis, hiporefleksi, tetani dan pada -1%

    ditemukan mendatar, gelombang # dan aritmia. Perlu pemeriksaan kreatinin untuk 

    menentukan kelainan ginjal. arget terapi hipokalernia mencapai kadar : m-I!/

    dengan cara ;1/!i 26 m-I!jam melalui infus, kemudian dosis rumatan per oral (:6m-I!hari)

    .ierkale"ia. Pada keadaan dimana pasien lemah dan ileus perlu diperiksa kadar ;.

    Pada -1% mungkin ditemukan rneningkat, pemanjangan P*, pelebaran O*S.

    erapi

    hiperkalemia dengan kelainan -1% ialah kalsium glukonas. 0ilai kebutuhan 0atrium

    Bikarbonas bila terjadi asidosis dan furosemid bila diperlukan tambahan diuresis.

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    19/37

    Pela)anan Peri(erati$ 

    Semua hasil pemeriksaan dan rencana terapi harus dituliskan pada rekam medik.

    Pihak keluarga diberitahukan hasil terapi dan prognosis. *encana terapi cairan dan

    kalori pasien pascabedah dan rawat intensif harus dibuat secara rinci. Persiapan

     prabedah meliputi pemeriksaana. fisik keadaan umum, kesadaran, tanda ital (tekanan darah, nadi , pernafasan,

    suhu dan B$BB)H kelainan pada kepala, mata, hidung, telinga dan tenggorok.

    Pemeriksaan paru (auskultasi bising napas, ronkhi), jantung (suara jantung,

    gallop, murmur dsb) dan status nerologik.

     b. /aboratorium 7b$7t, hitung lekosit, trombosit, gula darah, elektrolit, ureum $

    kreatinin, fungsi hati, urin mtin, tes kehamilan (bila perlu).

    1atat semua obat yang dipakai. Pemeriksaan -1% hanya atas indikasi dan pasien M 98

    tahun

    Klasi$ikasi Risik(

    Pasien yang akan mengalami pembiusan dapat dibagi

    Status Pasien dengan kondisi ital cukup sehat

    Status Pasien yang mempunyai penyakit sistemik ringan$sedang (anemia,

    gemuk)

    Status Pasien dengan penyakit sistemik berat yang membatasi kegiatannya

    sehari$hari (diabetes dengan kelainan askuler, pemah sakit jantung

    koroner)

    Status C Pasien dengan penyakit sistemik yang mengancam keselamatan jiwa

     pasien (insufiensi lier, gagal ginjal)Status C Pasien dalam kondisi sakit parah, prognosis buruk (kontusio serebri,

    emboli pam luas)

    Antibi(tik 

    #mumnya pasien obstetri rnempunyai risiko ringan, sehingga pada seksio hanya

    dibutuhkan antibiotik dosis tunggal. 0amun pada dugaan infeksi maka dianjurkan

    untuk mendapat antibiotika yang sesuai dengan uji sensitiitas.

    Penurunan Resistensi /askuler

    Pasien dengan sepsis, demam, lekositosis, hipotensi normoolemik, mungkin

    mengalami resistensi askuler yang rendah. a memerlukan bantuan asopresor,

     berupa "opamin yang dimulai dosis 5 ug!kg!menit yang diberikan dengan titrasi

    sehingga tercapai &+PM 36 mmllg.

    Pe"asangan Kanulasi /ena Sentral

    #ntuk pencegahan infeksi, pemasangan kanulasi ena perifer harus diganti tiap 9 hari,

    demikian juga keteter urethra. ndikasi pemasangan kanula ena sentral (1CP)

    adalah

    a. ena perifer tak adekuat b. Pemantauan tekanan ena pusat$1CP

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    20/37

    c. Pemberian obat (flebitik) kemoterapi, ;alium

    d. Pemberian cairan cepat

    e. *esusitasi kardiopulmoner 

    f. erapi jangka panjang (antibiotik, kemoterapi)

    g. 7emodialisis

    h. 7iperalimentasii. Pemberian obat asoaktif.

    ;ontraindikasi kanulasi ena sentral ialah "1.

    Tr("b(e"b(li

    Pasien bedah mayor, waktu bedah lama, dan sangat gemuk adalah risiko tinggi untuk 

    terjadi tromboemboli. #ntuk mencegah hal itu, pasien diminta menggerakkan tangan

    dan tungkai segera setelah mampu$sadar. "emikian pula mobilisasi dini, 4 jam

     pascabedah pasien duduk dan berlatih jalan (seksio, dan anestesi spinal) akan

    mengurangi risiko tersebut. %ejala tromboemboli dapat berupa nyeri di area lesi

    hingga emboli paw (sesak, penurunan kesadaran, "1).

    erapi "eep Cenous hrombosis ialah heparin 8666$26.666 # intraena diikuti infus

    24 l#!kg!jam, dengan target P 5 kali normal. Bila ditemukan emboli masif, maka

    tindakannya ialah torakotomi untuk embolektomi.

    Ket( Asid(sis Diabetik 

    "iabetes dalam kehamilan diperkirakan sebanyak 9$8? daei seluruh kehamilan,

    sebagian kecil akan berakhir dengan ketoasidosis bila tak terkontrol. Sebaiknya semuakehamilan diperiksa!tapis untuk kemungkinan pengendalian yang baik. "ari awal

    kehamilan perlu diberikan terapi agar gula darah puasa J268 dan postprandial 256

    mg!d/. Bila gula darah J 566 mg, masih dapat diberikan metformin dan atau insulin.

    Bila gula darah M 966 mg!d/ maka akan terjadi dislipidemia yang berbahaya untuk 

    terjadi asidosis. Penyakit ketoasidosis rnerupakan kondisi gawat darurat yang

    menyebabkan sekitar 86? kemalian bayi.

    Pat(l(gi

    +kibat rasio insulin!glukagon menurun timbul hiperglikemia dan ketosis.

    &etabolisme keton menghasi ikan B$hydro@ybutyrat dan asetoasetat yang

    mengakibatkan asidosis, meningkatkan respirasi kompensasi. &eningkatnya tekanan

    osmotik akan menimbulkan ketidak seimbangan cairan dengan kehilangan cairan dan

    elektrolit. +sidosis mengakibatkan keluarnya kalium dari sel dan cadangan yang

    rendah, meskipun kadarnya relatif normal. +kibat lanjut dan dehidrasi ialah hipotensi,

    renjatan dan kematian. Pada pemeriksaan elektrolit terdapat kesenjangan anion 0a N 

    (1l E71F9) M 25. ni menunjukkan 71F9 (buffer) menurun.

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    21/37

    Gejala KIinik 

    /emah, mengantuk, sakit kepala, nausea, mulut kering, dehidrasi, penurunan

    kesadaran, takipnea, poliuria. ;adar gula darahM 966 mg!d/ dan ketonuria (EEE).

    "iagnosis Banding"ehidrasi ketosis (gula normal)H koma hipoglikemiaH ketoasidosis alkoholik.

    Manaje"en

    ujuan manajemen ialah rehidrasi, perbaikan elektrolit, asidosis teratasi, normalisasi

    kadar gula, pencegahan kematian. Pasien harus ditangani khusus N multidisiplin N 

    dengan pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernapasan, kateter urin, pemeriksaan

    darah berkala.

    2. nfus cairan *+

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    22/37

    K("likasi Berat *ang Sulit Ditanggulangi

    "alam lampiran ini diuraikan berbagai langkah untuk mengenali dan menangani

     berbagai komplikasi yang mungkin terjadi. #raian tersebut dibuat dalam bentuk yang

    sederhana namun lengkap sehingga akan mudah dimengerti oleh petugas kesehatan.;arena beberapa kondisi dapat timbul bersamaan, maka pemilihan prioritas dalam

     penanganan berbagai komplikasi tersebut, akan sangat menentukan pemulihan pasien

    S)(k 

    Syok adalah suatu kondisi gawatdarurat yang memerlukan penanganan segera dan

    intensif untuk menyelamatkan jiwa pasien. Syok mengakibatkan gangguan aliran

    darah dan perfusi jaringan akibat kegagalan sistem sirkulasi. erdapat berbagai

     penyebab syok dan khusus pada abortus inkomplit, umumnya disebabkan oleh

     perdarahan, infeksi!sepsis atau trauma.

    Pasien$pasien dengan syok, harus ditangani dengan segera dan diobserasi secara

    ketat karena kondisi mereka dapat memburuk secara mendadak. ujuan utama dalam

    mengatasi syok adalah stabilisasi pasien yaitu mengembalikan cairan tubuh yang

    hilang dan memperbaiki sistem sirkulasi, yang terlihat dan naiknya tekanan darah dan

    turunnya frekuensi nadi dan pernapasan.

    anda$tanda Syok

    • nadi cepat dan halus (M 266 = per menit)

    • menurunnya tekanan darah (diastolik J 36 mm7g)•  pernafasan cepat (respirasi M 95 = per menit)

    •  pucat (terutama pada konjungtia palpebra, telapak tangan, bibir)

    •  berkeringat, gelisah, apatis!bingung atau pingsan!tidak sadar 

    Penanganan A'al

    Penanganan awal sangat penting untuk menyelamatkan jiwa pasien.

    Periksa tanda ,ital

    Selimuti tubuh pasien agar hangat karena hipotermia akan memperburuk kondisi

     pasien.

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    23/37

    Bebaskan jalan na$as

    Pastikan jalan nafas bebas, Bila tersedia, berikan oksigen melalui slang atau masker 

    dengan kecepatan 3$4 liter per menit

    Tinggikan tungkaiPosisi demikian akan membantu beban kerja jantung. Bila setelah posisi tersebut

    temyata pasien menjadi sesak, mungkin terjadi kegagalan jantung dan edema paru.

    Pada keadaan seperti itu, turunkan lagi tungkai pada posisi datar!semula dan tinggikan

    tubuh atas untuk mengurangi tekanan hidrostatik di paru$paru.

    1atatan Bila hingga langkah akhir tersebut diatas, ternyata tak tampak secara jelas

     perbaikan kondisi pasien atau minimnya ketersedian pasokan cairan dan medikamentosa

    atau adanya gangguan fungsi peralatan yang dibutuhkan bagi upaya pertolongan

    lanjutan, sebaiknya pasien dipindah ke ruang perawatan intensif atau disiapkan untuk 

    dirujuk ke fasilitas

    Bila tern)ata &arus dirujuk- astikan%

    •  pasien dan keluarganya mendapat penjelasan tentang apa yang terjadi

    • telah dibuatkan surat rujukan

    • ada petugas yang menemani dan keluarga sebagai pendonor darah

    Perbaiki #airan tubu&

    Berikan segera cairan isotonik (*inger /aktat atau garam fisiologis) 2 liter dalam 28$56 menit kemudian lanjutkan hingga mencapai 9 liter (lihat kondisi pasien) dalam 5$9

     jam. Pada umumnya syok hipoolernik memerlukan tiga liter cairan untuk stabilisasi

    atau mengembalikan cairan tubuh yang hilang.

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    24/37

    Terai De$initi$ 

    Setelah stabilisasi pasien tercapai, sambil tetap melanjutkan penanganan tersebut

    diatas dan memantau tanda ital, can penyebab syok. ;arena syok hipoolemik akibat

     perdarahan hebat yang disebabkan oleh kegagalan kontraksi uterus, sisa plasenta,

    robekan dinding uterus atau jalan lahir maka menghentikan sumber perdarahan danorgan$organ tersebut merupakan terapi kausatif yang defenitif.

    S)(k )ang disebabkan (le& erdara&an &ebat

    indakan yang segera untuk mengatasi perdarahan, akan sangat menentukan kondisi

     pasien. ;etenlambatan dalam menghentikan perdarahan dan mengganti cairan tubuh

    (darah) yang hilang, akan menimbulkan akibat yang fatal. Bila ditemukan adanya

    trauma atau penggunaan berbagai bahan yang diduga merupakan sumber infeksi

    (misalnya tanah, daun$daunan, ramuan tradisional) pada perlukaan di organ genitalia

    atau jalan lahir maka hal ini menunjukkan adanya usaha untuk mengakhiri kehamilan

    atau persalinan secara paksa. #ntuk kondisi seperti itu, mutlak diberikan antibiotika

    karena upaya$upaya tersebut, umumnya tidak aman dan menggunakan instrumen atau

    alat yang tidak steril. Pertimbangkan pula pemberian anti tetanus serum (+S).

    Tanda+tanda Perdara&an .ebat Per,agina"%

    •  perdarahan berwarna merah segar, banyak, tanpa atau dengan bekuan darah

    • membasahi pakaian, pembalut atau kain!handuk 

    •  pucat (terutama pada konjungtia palpebra, telapak tangan atau bibir)

    •  pusing, gangguan kesadaran

    Penanganan A'al

     Periksa tanda vital 

    #kur tekanan darah, nadi, pernafasan dan temperatur. inggikan tungkai.

     Bebaskan jalan nafas

    Pastikan jalan nafas dalam keadaan behas. Bila tersedia, benikan oksigen dengan

    kecepatan 3$4 liter!menit

     Perbaiki volume cairan tubuhBerikan segera cairan isotonik (*inger /aktat atau garam fisiologis) 2 liter dalam 28$

    56 menit kemudian lanjutkan hingga mencapai 9 liter (lihat kondisi pasien) dalam 5$9

     jam. /akukan upaya stabilisasi atau mengembalikan cairan tubuh yang hilang.

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    25/37

    Transfusi darah

    Bila konsentrasi 7b J3 g? atau hematokrjt J 56 keadaan mi menunjukkan kondisi

    yang kritis (kehilangan sangat banyak butir$butir darah merah) sehingga mutlak diberi

    transfusi darah agar perfusi (pasokan oksigen) ke jaringan, pulih kembali.

     Antibiotika dan serum anti tetanus

    Bila terdapat tanda$tanda infeksi (demam, menggigil, darah bercampur sekret berbau,

    hasil periksa apusan atau biakan darah) segera berikan antibiotika spektrum luas. Bila

    terdapat tanda$tanda trauma alat genitalialabortus buatan, tanyakan saat terakhir 

    mendapat tetanus toksoid. Bila hasil anamnesa tidak dapat memastikan perlindungan

    terhadap tetanus, berikan serum anti tetanus.

     Pemeriksaan laboratorium

    Periksa hemoglobin, hematokrit, jumlah eritrosit dan lekosit, trombosit, golongan

    darah, uji padanan silang (crossmatch) dan bila tersedia, periksa gas dan nitrogen$urea

    darah. #kur jumlah dan produksi urine, produksi dibawah 86 ml!jam menunjukkan

    hipoolemia.

    Terai De$initi$ 

    +pabila setelah penanganan awal, kondisi pasien stabil, cari penyebab perdarahan.

    /angkah$langkah tersebut juga meliputi

    •  bila tedapat tanda$tanda trauma penetrans intra$abdomen, adanya cairan bebas

    di dalam rongga abdomen atau terjadi ruptura uteri (perut kembung, bising

    usus melemah, nyeri ulang$lepas, muallmuntah, nyeri perut atau bahu, demarn,teraba bagian$bagian bayi di bawah dinding perut), untuk itu diperlukan

    tindakan bedah akut

    •  bila pada pemeriksaan inspekulo, diternukan robekan pada agina atau

    seriks, harus dilakukan penjahitan pada bagian$bagian yang robek tersebut

    • lakukan penanganan untuk menghentikan perdarahan dengan mengenali

    secara cepat dan tepat sumber perdarahan yang ada dan lakukan prosedur 

    klinik yang sesuai dengan hasil temuan atau diagnosis kerja

    Penanganan LanjutanSetelah sumber perdarahan ditemukan, hentikan perdarahan, upayakan kondisi pasien

    tetap stabil. /akukan pemantauan lanjut tanda ital dan kemajuan pengobatan.

    Perhatikan produksi urine, keseimbangan cairan dan sesuaikan pengobatan dengan

     perubahan kondisi pasien.

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    26/37

    In$eksi0Sesis

    nfeksi merupakan komplikasi yang sering terjadi pada kasus$kasus dengan

     perdarahan pada kehamilan muda atau persalinan traumatik. Sisa konsepsi atau debris

    merupakan media yang baik bagi pertumbuhan rnikroorganisme. nfeksi tersebut

    umumnya terjadi akibat prosedur pencegahan infeksi tidak dilakukan secara benar.nfeksi lokal periik akan cepat berkembang menjadi infeksi sistemik (sepsis) bila

    tidak ditangani dengan segera dan memadai. Stabilisasi dan pengobatan sumber 

    infeksi, sangat diperlukan untuk menyelamatkan jiwa pasien.

    Berikut ini tanda$tanda atau gejala infeksi lokal atau sistemik

    Tanda-tanda

    • demam (temperaturM 9 4D1), menggigil atau berkeringat

    • sekret perginam yang berbau!keluar cairan mukopurulen melalui ostium

    seriks

    • tegang!kaku dinding perut bawah (dengan atau tanpa nyeri ulang$lepas)

    • nyeri goyang seriks (pada pemeriksaan bimanual)

    Gejala

    • riwayat pengakhiran kehamilan secara paksa atau persalinan traumatik 

    • nyeri perut bawah

    •  perdarahan peraginam yang lama (M 4 hari)

    • kelemahan umum (gejala seperti flu)

    Pada kasus infeksi, nilai keinungkinan sepsis/syok septik  dengan melihat

    • usia kehamilan

    •  penyebab perdarahan

    • adanya trauma atau manipulasi yang berlebihan

    • demam tinggi (M:6D1) atau dibawah normal (J93,8D1)

    • adanya trauma intraabdomen ataQ syok 

    In$eksi l(kal

    nfeksi lokal umumnya dapat diatasi dengan pemberian antibiotika (C atau &) yangefektif terhadap kuman gram positif, gram negatif, anerobik dan kiamidia. Bila terjadi

    infeksi sistemik atau bila berisiko tinggi untuk terjadi syok septik, berikan pengobatan

    yang tepat dan sesegera mungkin.

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    27/37

    Penanganan A'al

     Periksa tanda vital 

    #kur tekanan darah, nadi, pernafasan dan temperatur. inggikan tungkai.

     Bebaskan jalan nafasPastikan jalan nafas dalam keadaan bebas. Bila tersedia, berikan oksigen dengan

    kecepatan 3$4 liter!menit

     Perbaiki volume cairan tubuh

    Berikan segera cairan isotonik (*inger /aktat atau garam fisiologis) liter dalam 2 8$

    56 menit kemudian lanjutkan hingga mencapai 9 liter (lihat kondisi pasien) dalam 5$9

     jam. Pada umumnya syok hipoolemik memerlukan tiga liter cairan untuk stabilisasi

    alau mengembalikan cairan tubuh yang hilang.

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    28/37

    Penanganan Lanjutan

    Setelah penyebab infeksi ditangani dan antibiotika diberikan, lanjutkan pengamatan

    tanda ital dan keseluruhan kondisi pasien. Perhatikan keseimbangan cairan dan

     produksi urine. Sesuaikan pengobatan yang diberikan dengan perubahan kondisi

     pasien (oksigen, obat asoaktif, antibiotika, cairan dan sebagainya).

    S)(k Setik 

     Ri"ayat 

    •  perdarahan yang lama ( lebih dan A han)

    • upaya pengakhiran kehamilan atau persalinan secara paksa

    • riwayat trauma atau rnanipulasi berlebihan pada organ genitalia atau jalan

    lahir 

    • demam atau gejala seperti influena

    • nyeri perut bawah, spasme

     Periksa tanda vital 

    •  pucat (konjungtia palpebra, telapak tangan, bibir)

    • sianosis (ekstremitas, muka, dada)

    • tekanan darah turun (JG6!36 mm7g, J36 mm7g atau tidak terdeteksi)

    • nadi cepat dan halus (M 256 @!mnt) atau filiformis

    •  pernafasan cepat (M :6 @!mnt), dalam atau dangkal, tidak teratur)

    • demam tinggi atau dingin sekali

    • gelisah, setengah atau tidak sadar 

    •  produksi urine (kurang dan 96 ml!jam)

    Tanda-tanda fisik 

    • sekret atau lokhia berbau

    • nyeri perut bawah

    • mukopus dan seriks atau kaum uteri

    • nyeri goyang porsio atau nyeri tekan abdomen

    • nyeri adneksa atau adanya fluktuasi cairan

    rauma abdominal•  perut kembung

    •  bising usus melemah

    • nyeri epigastrik atau bahu

    •  perut tegang atau tanda peritonitis

    • nyeri lepas ulang

    ;arena riwayat trauma, manipulasi atau upaya pemaksaan sangat membantu dalam

    menegakkan diagnosis infeksi dan sepsis, gunakanlah pendekatan empati dalam

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    29/37

    menggali atau menanyakan ada$tidaknya berbagai upaya tersebut diatas. Syok septik 

    umumnya diakibatkan oleh endotoksin atau bahan toksik mikroorganisme.

    S)(k Setik atau S)(k End(t(ksin

    Penanganan A'al

    •  bebaskan jalan nafas

    •  beri oksigen dengan kecepatan 3$4 liter!menit

    •  beri cairan 0a1 isotonik atau *inger /aktat melalui infus 2666 ml dalam 56

    menit pertama, kemudjan 866 ml dalam 56 menit kedua. Pemberian lanjutan

    dapat diberikan dengan kecepatan :6 tetes!menit (tergantung derajat syok dan

    hasil restorasi awal). #mumnya diperlukan cairan 2 866$9666 ml untuk 

    stabilisasi.

    •  jangan berikan sesuatu melalui mulut (per oral)

    • 7b dibawah 4 g? atau hematokrit dibawah 56?, memerlukan transfusi darah

    •  bila, setelah restorasi cairan dalam jumlah yang memadai, masih belum terjadi

     perbaikan tanda ital, tambahkan obat asoaktif(dopamin) dengan dosis awal

    5,8 mikrogram (u gram) per kg!BB (dalam larutan garam isotonik). 0aikkan

     perlahan$lahan dosis tersebut hingga mendapatkan efek yang optimal (dosis

    maksimal 28$56 ugram!menit). Pertahankan pada dosis yang rnenunjukkan

    adanya perbaikan tanda ital. 7entikan dopamin apabila tanda ital mencapai

    nilai normal dan produksi urine dalam batas normal.

    •+ntibiotika;ombinasi 9 golongan (riple drugs)

    R+mpisilin 2 gram!4 jam, %entamisin 46 mg!4 jam dan ;lindamisin 366 mg

    setiap 4 jam.

    +tau

    RSefalosporin 2 gram, %entamisin 46 mg dan &etronidaol 2 gram setiap 4

     jam

    • +lternatif 

    R.Prokain penisilin :,4 juta unit dan ;loramfenikol 866 mg setiap 3 jam

    +tauR.PP :,4 juta unit, %entamisin 46 mg, &etronidaol 866 mg setiap 3 jam

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    30/37

    Trau"a Intraabd("en

    rauma intraabdomen merupakan komplikasi yang sangat serius dan fatal. Perforasi

    atau ruptura uteri merupakan penyebab utama dan komplikasi tersebut. /anjutan

    trauma dapat juga mengenai parametrium, oarium, tuba falopii, omentum, usus,kandung kemih dan rektum. 7al mi menunjukkan adanya upaya pengakhiran

    kehamilan dengan kekerasan dan risiko infeksi, termasuk tetanus dan peritonitis,

    sangat tinggi.

    rauma ini kadang$kadang sulit untuk segera dikenali dan menyebabkan komplikasi

    serius seperti perdarahan, infeksi atau bahkan kematian. Perdarahan hebat dapat

    masuk ke dalam kaum abdomen dan tidak timbul perdarahan peraginam. ;eadaan$

    keadaan seperti mi, perlu diwaspai pada pasien$pasien abortus inkomplit. Pantau ketat

    tanda ital karena syok dapat terjadi setiap saat. ;ehamilan ektopik yang terganggu

    atau ruptura kista oarii, dapat juga menyebabkan perdarahan intraabdomen yang

    gejalanya mirip dengan trauma intraabdomen. +danya hamil ektopik, dapat dinilai

    dan riwayat

    • hamil ektopik sebelumnya

    • infeksi panggul

    •  penggunaan alat kontrasepsi tertentu sepeti +;"* atau kontrasepsi hormon

    tunggal$progestin (angka kej adian 56$96?)

    Bila memang suatu kehamilan ektopik, segera lakukan laparotomi untuk 

    menghentikan perdarahan dan lakukan transfusi untuk mengganti darah yang hilang.

    Tanda+tanda dan gejala trau"a intraabd("en

    Tanda-tanda

    •  perut kembung

    •  bising usus melemah

    • dinding perut kaku dan tegang

    • nyeri lepas$ulang (rebound tenderness)

    Gejala• mual atau muntah

    • nyeri bahu

    • demam (temperaturM 9 4D1)

    • nyeri abdomen, spasme atau kram perut bawah

    Bila tanda$tanda dan gejala tersebut diatas disertal dengan syok, pikirkan adanya

    kemungkinan perdarahan intraabdomen yang hebat.

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    31/37

    Penanganan A'al

    ;arena trauma intraabdomen merupakan komplikasi yang sangat fatal, pengenalan

    dan penanganan segera dan tepat, akan menyelamatkan pasien dan kematian. ;arena

    sebagian besar kasus ini harus diselesaikan dengan tindakan operatif maka setelah

    melakukan upaya stabilisasi, rujuk pasien ke rumah sakit rujukan.

     Periksa tanda vital 

    #kur tekanan darah, nadi, pernafasan dan temperatur. inggikan tungkai.

     Bebaskan jalan nafas

    Pastikan jalan nafas dalam keadaan bebas. Bi/a terse$dia, berikan oksigen dengan

    kecepatan 3$4 liter!menit

     Perbaiki volume cairan tubuh

    Berikan segera cairan isotonik (*inger /aktat atau garam fisiologis) 2 liter dalam 28$

    56 menit kemudian lanjutkan hingga mencapai 9 liter (lihat kondisi pasien) dalam 5$9

     jam. Pada umumnya syok hipoolemik memerlukan tiga liter cairan untuk stabilisasi

    atau mengembalikan cairan tubuh yang hilang.

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    32/37

    Laar(t("i  memungkinkan dokter untuk mengetahui sumber trauma atau

     perdarahan dan melakukan perbaikan langsung dengan segera. ;omplikasi tersebut

    dapat berupa peritonitis, perforasi uterus, trauma usus, trauma organ intraabdomen,

    ruptura organ tempat terjadinya kehamilan ektopik. Pada beberapa kasus, mungkin

    akan dilakukan pengangkatan organ yang mengalami trauma (uterus, usus dansebagainya).

    Bila trauma intraabdomen sudah teratasi atau bila ada dugaan trauma intraabdomen

    tetapi kondisi pasien tetap stabil, tidak ditemukan gambaran gas atau udara dan hasil

     pemeriksaan radiologi, dinding abdomen lemas dan tidak ada tanda$tanda kehamilan

    ektopik maka lakukari eakuasi sisa konsepsi, eradikasi debris, drainase abses,

    embriotomi atau mengeluarkan bayi dan roigga abdomen.

    Penanganan Lanjutan

    Setelah trauma abdomen diatasi, antibiotika diberikan dan pengosongan sisa konsepsi,

    lanjutkan pengamatan tanda ital dan keseluruhan kondisi pasien, nilai keseimbangan

    cairan dan produksi urine dan berikan terapi suportif seperti oksigen, obat asoaktif,

    antibiotika, terapi cairan dan sebagainya (sesuaikan dengan perubahan kondisi

     pasien).

    Resusitasi

    indakan resusitasi merupakan upaya untuk memulihkan kesadaran pada penderita

    yang secara klinis, mendadak atau barn mengalami kehilangan tanda$tanda kehidupan

    atau restorasi fase awal kegagalan fungsi ital, baik siatem pengaturan fungsi italtunggal niaupun majernuk. #paya mi meliputi perangsangan sistem>sistem ital agar 

    dapat berfiingsi kembali atau penggunaan sistem artifisial untuk mempertahankan

    kehidupan.

    Resusitasi Kardi(+Pul"(ner

    *esusitasi ;ardio$Pulmoner (1ardio$Pulmonaiy *esuscitation$1*) merupakan

    tindakan substitusi atau artifisial terhadap sistem pernafasan dan pompa jantung pada

     penderita$penderita yang mengalami henti jantung atau penghentian sistem ital

    secara mendadak (suden death) sebagai akibat dan depresi aso$agal, syok berat,

    sengatan listrik, kegagalan respirasi ataupun oleh berbagai sebab lainiiya. "ua

    komponen penting dalam upaya resusitasi kardio$pilmoner adalah melalcukan

    entilasi artifisial atau pernafasan buatan dan pijatjantung secara ekstemal

    Menangani Klien )ang "engala"i Gangguan Kesadaran

    %angguan kesadaran dapat terjadi pada 5 kondisi, yaitu

    2. %angguan kesadaran dengan fungsi ital yang masih baik 

    5. %angguan kesadaran yang berkaitan dengan penurunan kemampuan fungsi

    ital

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    33/37

    ;ondisi pertama, dapat disebabkan oleh pengaruh supresif dan obat$obatan atau

    substansi aktif yang mempunyai efek terhadap sistem kesadaran (misalnya sedatifa

    dan hipnotika, narkose atau narkotika). ;ondisi kedua, umumnya disebabkan oleh

    komplikasi berbagai penyakit, pengaruh langsung suatu penyulit atau

    kegawatdaruratan medik. ;edua kondisi ini harus segera dikenali oleh petugaskesehatan pada saat melakukan penilaian awal terhadap keadaan umurn klien atau

    surey primer kesadaran penderita karena masing$masing kondisi rnempunyai

     berbagai risiko terhadap keselamatan penderita dan memerlukan penanganan yang

    tepat, dalam waktu yang sangat singkat.

    Prosedur umum dalam menangani klien yang tidak sadar, dimulai dengan melakukan

    ealuasi singkat tentang stat us kesadaran, kemampuan berkomunikasi, orientasi

    lingkungan, reaksi balik terhadap rangsangan dan riwayat (auto atau allo$anamnesis)

    gangguan kesadaran. ;emudian, lanjutkan dengan pemeriksaan pernafasan, denyut

    nadi, tekanan darah, temperatur dan tanda$tanda ital lainnya. Para petugas kesehatan

    harus memahami batasan terminasi kehidupan atau kematian karena apabila telah

    terjadi kematian, maka upaya resusitasi akan menjadi sia$sia jika terus dilakukan.

    Sebaliknya, kesalahan dalam determinasi kematian, dapat mengakibatkan klien

    kehilangan kesempatan untuk hidup karena upaya resusitasi tidak dilakukan.

    1ase+1ase Resusitasi Kardi(+Pul"(ner

    ase dalam resusitasi adalah

    2. "ukungan +wal terhadap

    ungsi Cital (Basic /ifeSupport)

    5. "ukungan /anjut

    terhadap ungsi Cital

    (+danced /ife$support)

    9. &empertahankan ungsi

    Cital (Prolonged /ife$

    support)

    +irway (Bebaskan jalan nafas)

    Breathing (Pulihkan pernafasan ! entilasi buatan)

    1irculation (Perbaiki sirkulasi)

    "rugs and luid (&edikamentosa dan cairan)

    -lectrocardiography (Pemeriksaan

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    34/37

    Bebaskan jalan na$as

    "alam kondisi asfiksia, jaminan terhadap bebasnya jalan nafas, akan sangat

    menentukan pertukaran udara melalui inspirasi dan ekspirasi. "engan kata lain,

     pasokan oksigen (yang diperlukan dalam metabolisme sel) menjadi lancar dan

     penimbunan karbon dioksida dapat dihilangkan. erhambatnya aliran udara melalui jalan nafas, dapat disebabkan oleh adanya material penyumbat (mukus, darah, sekiet)

    atau jatuhnya lidah ke orofaring sebagai akibat lanjut dan menurunnya tonus otot$otot

    lidah. Pengeluaran material penyumbat tidak dapat dilakukan secara spontan karena

    refleks ekspulsif normal (batuk) menjadi terganggu. +pabila tidak dilakukan upaya

     pembersihan maka akan terjadi blokade aliran udara melalui jalan nafas.

    Bila lidah terjatuh ke orofaring, maka lakukan serangkaian perasat mi

    2. Posisikan kepala dalam keadaan hiperekstensi

    5. Sambil mempertahankan posisi tensebut diatas, angkat dagu penderita

    9. Bukakan mulut yang sedang terkatup

    Bila perasat tersebut berhasil, maka suara mengorok (akibat jatuhnya lidah dan

    adanya lendir) akan hilang dan terasa adanya aliran udara melalui jalan nafas atau

    mulut. +pabila memang terdapat material penyurnhat, maka bersihkan jalan nafas dan

    miningkan posisi kepala ke arah lateral sehingga eksudat lanjutan atau sisa sekret,

    dapat mengalir keluar dengan gaya graitasi. #ntuk mempertahankan terbukanya

     jalan nafas, gunakan pipa endotrakeal atau %oedel.

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    35/37

    rekuensi nafas buatan

    • 5 pernafasan diantara 23 kali kompresi jantung (penolong tunggal)

    • 2 pernafasan dianatar 8 kali kompresi jantung (dua tenaga penolong)

    #payakan pernafasan menjadi 26$2: kali per menit dan frekuensi kompresi 36$266kali per menit karena frekuensi mi merupakan frekuensi fisiologis sistem kardio$

     pulmoner.

    Me"erbaiki sirkulasi

    %angguan sirkulasi akan menyebabkan gangguan hantaran oksigen ke pusat$pusat

     pengaturan berbagai sistem organ ital di susunan syaraf pusat. Bila keadaan mi terus

     berlanjut maka kesadaran akan semakin turun dan depresi. sentral sistem ital akan

    semakin berat. ;egagalan hantaran pasokan oksigen ke susunan syaraf pusat akan

    dikenali melalui auskultasi (penurunan atau terhentinya denyut jantung) dan palpasi

    (melemahnya atau hilangnya pulsasi nadi).

    #ntuk membuat pasokari buatan melalui sistern sirkulasi, lakukan kompresi jantung

     pada area sepertiga bawah sternum (secara tegak lurus, ertikal terhadap dinding

    dada, menggunakan telapak tangan penolong yang saling ditindihkan) dengan

    frekuensi 36$ 266 kali per menit.

    Pantau hasil kompresi jantung dengan

    • %erakan naik$turun dinding dada pada pemberian nafas buatan (tidak 

    terdengar kebocoran udara yang masuk)• eraba denyut pembuluh karotis bersamaan dengan kompresi jantung

    • +danya gelombang O*S (bila -;% terpasang)

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    36/37

    • 7asil antara, yaitu pasien belum sadar tetapi belum dinyatakan meninggal.

    Bila belum sadar dan ada reaksi spontan (kardiopulmoner) maka lanjutkan

    dengan upaya fase ketiga (%7). +pabila belum sadar dan belum ada reaksi

    spontan, maka lanjutkan dengan upaya fase kedua ("-)

    Medika"ent(sa dan #airan

    Pastikan alur untuk pemberian medikamentosa dan cairan melalui pembuluh darah

    (intraena) telah terpasang. &edikamentosa yang diberikan terdiri dan

    • +drenalin 6,8$2,6 mg (untuk dewasa) atau 26 pg!kgBB (untuk neonatus)

    secara intraena. Setelah pemberian, lakukan bilasan pada alur intraena untuk 

    mencegah akurnulasi obat pada periena.

    • +drenalin dapat pula diberikan intratrakeal (konsentrasi 2? diencerkan hingga

    26 kali) dan kemudian disemprotkan secara intratrakeal.

    • #langi pemberian adrenalin setaip 9$8 menu hingga terjadi denyut jantung

    spontan atau sebaliknya, apabila tidak terpantau adanya denyutjantung setelab

    96 menu, yang dihitung sejak inisiasi pemberian adrenalin

    &elihat kondisi dan reaksi pasien, direkomendasikan untuk membenkan adrenalin

    dengan dosis sebagai berikut

    • dosis umum 2 mg intraena setiap 9$8 menit

    • dosis menengah 5$3 mg rntraena setiap 9$8 menit

    • dosis eskalatif 2 mg$9 mg$ 8 mg intraena setiap 9 menit

    • dosis tinggi 6,2mg!kgBB intraena setiap 9$3 menit

    • Berikan natrium bikarbonat 2 m-I!kgBB (intraena), yang diulang setiap 26

    menit (tiap 5 menit apabila terjadi henti jantung) dengan dosis 6,8 m-I!kgBB

    untuk koreksi asidosis metabolik. Bila dapat dilakukan analisis gas darah,

    lakukan koreksi asidosis dengan formula 2!3 = defisit basa = berat badan.

    -lektro kardiografi

    %ambaran -;% (-1%) yang memerlukan interensi

    • +sistole

    • takikardia entrikel• fibrilasi entrikel

    • disosiasi elektrornekanik 

  • 8/19/2019 177757774 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik

    37/37

    Asist(le

    • ulangi langkah medikamentosa (")

    • tambahkan kalsium glukonas 26? 2666 mg dan kalsium kiorida (1a15) 26?

    866 mg untuk pasien dengan berat badan rata$rata 36$A6 k 

    ulangi tiap 2 menit•  pertimbangkan asopresor 

    Sul$as Atr(in%

    • dosis 2 mg intraena untuk asistole

    • dosis 6,8 mg untuk sinus bradikardia

    • ulangi setiap 8 menit (dosis maksimal adalah 5 mg)

    Takikardia0$ibrilasi ,entrikel

    • gunakan defibrilator 

    • elektrode pertarna di puting susu kin dan elektrode kedua di kanan sternum

    atas

    • arus listrik scarab ("1)

    • muatan 566$936 < (dewasa), 266$566 < (anak), 86$266 < (bayi)

    • ulangi bila perlu dan lanjutkan dengan kompresi janti.ing

    • lignoc.aine 2$5 mg!kgBB intraena (bolus), lanjutkan 2$: mg!rnenit melalui

    infus (drip)

    Peng&entian Tindakan Resusitasi Kardi(+Pul"(ner

    indakan resusitasi dihentikan apabila

    • erjadi pernafasan dan denyutjantung secara spontan

    • Setalah mencapai tempat rujukan (bila ditujuk)

    • Setelah 96$36 menit tindakan resusitasi dilakukan dan respons tubuh penderita

    tidak menunjukkan adanya perbaikan (refleks pupil negatif)

    • Penolong sudah letih dan berbagai iipaya tidak rnernbuahkan hasil

    • Pasien dinyatakan meninggal

    *ujukan

    7all