Upload
ardita-josi-wiyono
View
136
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT I - 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pengantar
Pembangunan di Jawa Barat telah dilaksanakan oleh segenap unsur pemerintah,
masyarakat dan dunia usaha sejak dibentuknya pemerintahan Provinsi Jawa Barat pada
tahun 1950. Era dua puluh tahun pertama semenjak terbentuknya Provinsi Jawa Barat
diwarnai dengan masa dinamika sosial, ekonomi dan politik sampai dengan kurun waktu
dua puluh tahun ke dua. Selanjutnya pada kurun waktu dua puluh tahun ketiga, telah
disusun rencana pembangunan daerah secara sistematis melalui tahapan lima tahunan.
Tahapan-tahapan pembangunan yang disusun dalam masa itu telah meletakkan dasar-
dasar bagi suatu proses pembangunan berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan
rakyat, seperti tercermin dalam berbagai indikator ekonomi dan sosial.
Dalam masa dua puluh tahun ketiga tersebut, pada tahun 1997 terjadi krisis ekonomi
nasional. Krisis ekonomi nasional tahun 1997 berkembang menjadi krisis multidimensi
yang berkepanjangan memicu gerakan reformasi. Gerakan reformasi tersebut diharapkan
menjadi gerakan pencerahan dalam menata ulang kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Hal tersebut memberi dorongan kepada terwujudnya sistem politik yang
demokratis dan berorientasi pada keadilan. Gerakan reformasi berpengaruh pula pada
sistem pemerintahan yang bersifat sentralistik mengarah ke sistem desentralistik dengan
lahirnya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dimana pemerintahan
Kab/Kota menjadi pemerintahan yang “otonom”.
Dengan lahirnya UU No. 32 tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah yang memberi
kewenangan kepada Gubernur sebagai kepanjangan tangan Pemerintah pusat untuk
mengkoordinasi, mengawasi, melakukan supervisi dan memfasilitasi , agar daerah mampu
menjalankan otonominya secara optimal, maka Gubernur dapat membatalkan
kebijakan/perencanaan daerah yang bertentangan dengan kepentingan umum atau
peraturan perundangan yang lebih tinggi.
Sejalan dengan ditetapkannya Undang-Undang No 25 tahun 2004 tentang sistem
perencanaan pembangunan nasional, pemerintah daerah diharapkan untuk melaksanakan
perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Untuk itulah
heksaloga.blogspot.com
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT I - 2
Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah atau disingkat RPJPD Provinsi Jawa Barat untuk kurun waktu 20 tahun ke depan
yang diarahkan untuk mencapai tujuan daerah dan nasional, dalam bentuk visi, misi, dan
arah pembangunan jangka panjang daerah.
1.2 Pengertian
Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2007
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025 yang selanjutnya disebut
sebagai RPJP Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode
20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025.
Berdasarkan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional. RPJP Daerah memuat Visi, Misi dan Arah Pembangunan Daerah dengan
mengacu pada RPJP Nasional.
1.3 Maksud dan Tujuan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat 2005 - 2025
ditetapkan dengan maksud untuk memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh
komponen pemerintah, masyarakat dan dunia usaha di dalam mewujudkan cita-cita dan
tujuan pembangunan nasional dan daerah.
Adapun tujuan penyusunan RPJP Daerah Provinsi Jawa Barat adalah :
a. Menetapkan visi, misi, dan arah pembangunan jangka panjang yang disepakati
bersama, sebagai pedoman penyusunan RPJM Daerah, Renstra SKPD, RKPD dan
Renja RKPD dalam kurun waktu 2005 - 2025
b. Mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang sinergis dan terpadu antara
perencanaan Pembangunan Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT I - 3
1.4 Landasan Hukum
a. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat
(Berita Negara tanggal 4 juli 1950) Jo. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang
Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4010);
b. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih
dan Bebas dari bebas korupsi, kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999
Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);
c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Tahun 2003 Nomor 47 Salinan, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4287);
d. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104 Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4421);
e. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125 Tambahan Lembaran Negara Nomor
4437) Jo. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintahan Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4548);
f. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2025 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025.
g. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4578);
h. Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;
i. Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional;
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT I - 4
j. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2000 tentang Tata Cara
Pembentukan dan Teknik Penyusunan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Tahun
2000 Nomor 2 seri D) Jo. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 13 Tahun
2003 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun
2000 tentang Tata Cara Pembentukan dan Teknik Penyusunan Peraturan Daerah
(Lembaran Daerah Tahun 2003 Nomor 20 Seri D);
k. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 050/2020/SJ, tanggal
11 Agustus 2005 tentang Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM
Daerah.
1.5 Sistematika Penulisan
Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat disusun
dengan sistematika sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan yang memuat pengantar, pengertian, maksud dan tujuan, landasan
hukum dan sistematika penulisan.
Bab II Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah yang memuat penjelasan
umum mengenai kondisi eksisting pada titik awal penyusunan RPJP Daerah
dalam setiap sektor pembangunan, analisis terhadap tantangan yang akan
dihadapi selama 20 tahun ke depan serta prediksi kondisi umum masing-masing
sektor pembangunan 20 tahun ke depan.
Bab III Visi dan Misi Pembangunan Daerah 2005-2025, yang memuat visi pembangunan
daerah Jawa Barat dan misi pembangunan yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi tersebut.
Bab IV Arah, Tahapan dan Prioritas Pembangunan Tahun 2005-2025 yang memuat
upaya-upaya mengatasi kendala dan permasalahan serta tantangan yang akan
terjadi untuk pencapaian visi dan misi Jawa Barat.
Bab V Penutup
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT I - 5
1.6 Kerangka Pikir RPJP Jawa Barat 2005 – 2025.
Kecenderungan pembangunan global menunjukkan bahwa seiring dengan perjalanan
waktu jumlah penduduk juga meningkat dan diperkirakan akan mencapai puncaknya pada
tahun 2030. Para ahli demografi menyatakan bahwa periode 2015-2025 merupakan
sebuah golden period bagi Indonesia, yang berarti pada masa itu proporsi penduduk
produktif mencapai nilai tertinggi sepanjang sejarah dan hal tersebut hanya akan dicapai
satu kali dalam perjalanan sebuah bangsa. Sebagai provinsi dengan jumlah penduduk
terbesar di Indonesia fenomena tersebut merupakan fenomena yang penting bagi Jawa
Barat.
Seiring dengan laju pembangunan yang semakin meningkat, berbagai fenomena juga
semakin terasa antara lain peningkatan kerusakan dan polusi lingkungan, peningkatan
kebutuhan pangan, peningkatan output industri untuk pemenuhan kebutuhan penduduk,
serta peningkatan produksi bahan bakar minyak dan sumber energi lain guna mendukung
proses industrialisasi, konsumsi energi transportasi, dan domestik. Namun di sisi lain,
stok sumber daya alam menunjukkan laju pengurangan yang cukup tajam, akibat
eksploitasi untuk memenuhi permintaan untuk pembangunan sebagai akibat rendahnya
laju pemulihannya.
Permintaan akan sumber daya alam untuk pemenuhan pembangunan akan sampai pada
titik jenuh, karena keterbatasan daya dukung lingkungan. Dampaknya berantai dan
berlipat ganda terhadap proses pembangunan berikutnya. Kemungkinan yang terjadi
adalah terganggunya berbagai proses pembangunan apabila tidak ada intervensi atau
upaya mengatasi kondisi yang berlangsung. Pengendalian populasi penduduk,
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, penggunaan teknologi, laju
pembangunan ekonomi, khususnya industrialisasi, merupakan faktor – faktor utama yang
mempengaruhi skenario kondisi pembangunan jangka panjang ke depan.
Dengan mencermati hal tersebut maka berbagai langkah perlu ditempuh untuk menjamin
terlaksananya pembangunan pada masa datang dengan pencapaian tingkat
kesejahteraan yang lebih baik. Kerangka pemikiran dalam penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat didasarkan pada
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT I - 6
kecenderungan tersebut untuk menjamin terselenggaranya pembangunan daerah yang
berkelanjutan.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 1
BAB II KONDISI UMUM DAERAH
Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional,
sebagai upaya terus menerus ke arah perubahan yang lebih baik dan meningkatkan
kualitas manusia dan masyarakat Jawa Barat sesuai dengan potensi yang dimiliki
dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
memperhitungkan berbagai peluang dan tantangan yang berskala regional, nasional
maupun global. Perencanaan pembangunan daerah jangka panjang didasarkan pada
kondisi pada awal perencanaan serta tantangan yang akan dihadapi dalam jangka
waktu perencanaan.
II.1 KONDISI SAAT INI
A. SOSIAL BUDAYA DAN KEHIDUPAN BERAGAMA
1. Jumlah penduduk Jawa Barat pada tahun 2005 mencapai 39.960.869 jiwa atau
sebesar 17,35% dari penduduk Indonesia. Hal itu menjadikan Jawa Barat
sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia.Laju
pertumbuhan penduduk (LPP) Tahun 2004 – 2005 sebesar 2,09 lebih rendah
bila dibandingkan dengan LPP Tahun 2003 – 2004 mencapai angka 2,64.
Tujuh kabupaten/kota di Jawa Barat yang memang memiliki wilayah cukup
luas mempunyai penduduk di atas 2 juta jiwa. Ke tujuh kabupaten/kota
tersebut adalah Kabupaten Bandung (4.263.934 jiwa), Kabupaten Bogor
(4.100.934 jiwa), Kabupaten Garut (2.321.070 jiwa), Kota Bandung (2.315.895
jiwa), Kabupaten Sukabumi (2.224.993 jiwa), Kabupaten Cirebon (2.107.918
jiwa) dan Kabupaten Cianjur (2.098.664 jiwa). Kabupaten Kota yang
penduduknya mendekati 2 juta jiwa adalah Kota Bekasi (1.994.850 jiwa),
Kabupaten Karawang (1.985.574 jiwa), dan Kabupaten Bekasi (1.953.380
jiwa).
Berdasarkan komposisi umur, usia 0-14 tahun mencapai sebesar 11.892.294
jiwa, usia 15-64 tahun sebesar 26.307.867 jiwa dan usia 65 tahun ke atas
sebesar 1.760.708 jiwa. Dari komposisi umur tersebut, angka beban
ketergantungan (perbandingan penduduk yang belum/tidak produktif
dibanding dengan penduduk usia produktif) pada Tahun 2005 mencapai 51,9,
menurun dibanding tahun 2004 yaitu sebesar 52,1.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 2
2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang telah disepakati menjadi indikator
keberhasilan pembangunan di Jawa Barat, pada tahun 2006 mencapai 70,05
poin. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 0,70 poin dari tahun
2005 yang mencapai 69,35 poin.
Pencapaian IPM tersebut dipengaruhi oleh indeks kompositnya yaitu Indeks
Pendidikan (IP) pada tahun 2006 sebesar 80,61, mengalami peningkatan
sebesar 1,02 poin dibandingkan tahun 2005 yang mencapai angka 79,59.
Indeks Pendidikan dihitung berdasarkan Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-
rata Lama Sekolah (RLS). AMH di Jawa Barat telah mencapai angka sebesar
95,12 % pada Tahun 2006 atau terdapat kenaikan sebesar 0,6 %
dibandingkan dengan AMH tahun 2005. Hal tersebut menunjukkan masih
terdapat 4,88 % penduduk Jawa Barat yang belum bisa membaca dan
menulis. Penduduk Jawa Barat yang masih buta aksara sebagian besar yaitu
penduduk usia lanjut dan penduduk yang secara geografis sulit menjangkau
sarana dan prasarana pendidikan.
Sedangkan RLS Tahun 2006 sebesar 7,74 tahun atau mengalami
peningkatan sebesar 0,28 tahun dari tahun 2005. Masih rendahnya RLS Jawa
Barat sangat dipengaruhi oleh angka partisipasi sekolah baik Angka
Partisipasi Kasar (APK) maupun Angka Partisipasi Murni (APM) terutama
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Selanjutnya Indeks Kesehatan (IK) sebagai salah satu komponen dalam
perhitungan IPM, yang menggambarkan derajat kesehatan masyarakat suatu
wilayah pada periode waktu tertentu yang diukur melalui angka harapan hidup
waktu lahir (AHHe0). Indeks kesehatan pada tahun 2006 sebesar 67,08,
mengalami peningkatan sebesar 0,51 tahun dibandingkan tahun 2005 yang
mencapai 66,57 tahun.
Komponen yang ketiga dari IPM adalah Indeks daya beli. Indeks daya
masyarakat Jawa Barat pada tahun 2006 adalah sebesar 59,42 poin dengan
tingkat kemampuan daya beli yang sebesar Rp 557.110,- atau mengalami
peningkatan dibandingkan dengan tahun 2005 yang sebesar 59,18 dengan
tingkat kemampuan daya beli sebesar Rp 556.100,-.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 3
3. Pembangunan bidang keagamaan di Jawa Barat sampai dengan tahun 2005
menunjukkan keadaan yang cukup dinamis. Hal ini ditandai dengan tingginya
intensitas pembangunan rumah peribadatan, pusat pengkajian dan
pengembangan agama, serta pengadaan literatur dan referensi agama.
Sementara itu apabila dilihat dari kualitas kehidupan beragama di Jawa
Barat, tercipta suatu kondisi yang harmonis dan kondusif baik antara sesama
pemeluk agama maupun antar umat beragama.
Intensitas komunikasi antara sesama alim ulama, tokoh agama dan
pemerintah baik intern maupun antar umat beragama, berjalan dengan
dinamis melalui dialog-dialog, baik yang diselenggarakan oleh masyarakat
maupun difasilitasi oleh pemerintah. Saat ini di Provinsi Jawa Barat saat ini
telah terbentuk forum kerukunan umat beragama (FKUB), yang merupakan
wadah bagi para tokoh-tokoh agama untuk mempertahankan,
mengembangkan dan meningkatkan suasana kerukunan umat beragama dan
antar umat beragama.
4. Pembangunan pendidikan sampai dengan tahun 2005 masih dititikberatkan
pada aspek pemenuhan askesibilitas dan pemerataan. Hal tersebut telah
ditunjukkan dengan upaya peningkatan kuantitas dan kualitas sarana
prasarana pendidikan, peningkatan partisipasi anak usia sekolah,
pengembangan pendidikan luar sekolah, pengembangan sekolah alternatif,
serta peningkatan jumlah dan pemerataan distribusi tenaga pendidik.
Sementara itu aspek kualitas dan relevansi serta tata kelola pendidikan belum
secara optimal tertangani. Rendahnya penanganan aspek kualitas dan
relevansi pendidikan ditunjukkan dengan rendahnya kualitas lulusan terutama
lulusan pendidikan menengah dan kejuruan, proses dan muatan pembelajaran
yang belum memenuhi kebutuhan, serta kualifikasi tenaga pendidik yang
bukan berdasarkan kompetensi. Adapun rendahnya kualitas aspek tata kelola
pendidikan ditunjukkan dengan birokrasi manajemen pelayanan pendidikan
yang belum memenuhi standar pelayanan minimal, serta data dan informasi
yang belum terkelola secara profesional dan berbasis teknologi maju.
Kondisi Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 (Sembilan) Tahun Jawa Barat
diindikasikan Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI dan SLTP/MTs. Tahun
2004 Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/Sederajat sebesar 77,19 % dan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 4
Angka Partisipasi Murni (APM) mencapai 61,74 %, Untuk jenjang pendidikan
menengah (SMA/sederajat), APK mencapai 46,42 %, dan APM mencapai
37,18 %, sedangkan angka partisipasi Pendidikan Tinggi mencapai 10,97 %.
Adapun Jumlah siswa SD/MI yang terancam DO sebanyak 1.105.741 dan
siswa SLTP/MTs sebanyak 419.977. Sementara itu, capaian komponen
Indeks Pendidikan (IP) sampai tahun 2004 Angka Rata-rata Lama Sekolah
(RLS) mencapai 7,37 tahun dan Angka Melek Huruf (AMH) mencapai
93,96%. Sedangkan data kondisi sarana prasarana pendidikan dasar
ditunjukkan dengan Sekolah Dasar yang rusak berat mencapai 8.601 lokal
dan rusak ringan sebanyak 7.937 lokal.
5. Pembangunan bidang kesehatan yang berlangsung sepanjang tahun 1984
sampai dengan 2005 menunjukan peningkatan yang dapat dilihat dari
meningkatnya Angka Harapan Hidup (AHH), menurunnya Angka Kematian
Bayi (AKB), menurunnya angka kematian balita, menurunnya Angka Kematian
Ibu (AKI) melahirkan, serta menurunnya angka kurang gizi pada balita.
Walaupun terlihat terjadinya peningkatan pada indikator derajat kesehatan
masyarakat, tetapi capaiannya masih berada di bawah angka nasional. Oleh
karena itu, pada periode 2001-2005 dilakukan pembangunan bidang
kesehatan dengan mengupayakan peningkatan akses masyarakat terhadap
kesehatan dan pengembangan pelayanan kesehatan berbasis masyarakat ,
desa sehat serta desa siaga. Upaya-upaya memberdayakan masyarakat
dalam peningkatan derajat kesehatan terus ditingkatkan melalui pondok
bersalin desa (polindes), wahana kesehatan dasar, santri raksa desa dan
gerakan sayang ibu. Selain itu, pemerintah juga mengembangkan
asuransi/jaminan sosial bagi masyarakat terutama masyarakat miskin seperti
JPS-BK, JPKMM, Askeskin dan asuransi berbasis pemberdayaan masyarakat
seperti Dana Sosial Bersalin (Dasolin), Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin) dan
sebagainya. Berdasarkan evaluasi sampai dengan tahun 2005 AHH mencapai
66,57 tahun, AKB mencapai 40,87 per seribu kelahiran hidup, AKI melahirkan
mencapai 321,15 per seratus ribu kelahiran hidup, Angka kematian balita
mencapai 64,67 per seribu kelahiran hidup, angka gizi kurang pada balita
11,10% dan gizi buruk 1,76%.
6. Pemberdayaan perempuan telah menunjukan peningkatan yang tercermin
dari semakin membaiknya kualitas hidup perempuan yang dibuktikan dengan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 5
Angka Melek Huruf (AMH) perempuan mencapai 92,43% pada tahun 2005,
Angka Harapan Hidup (AHH) perempuan mencapai 67,15 pada tahun 2005
dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) mencapai 6,79 tahun. Keberhasilan
tersebut dilakukan melalui berbagai kebijakan yang memiliki keberpihakan
terhadap peningkatan peran kaum perempuan yang secara kualitatif dan
kuantitatif di seluruh sektor dan aspek pembangunan. Dalam kurun waktu
sampai dengan tahun 2005 telah dilakukan berbagai upaya perlindungan
terutama berkaitan dengan perlindungan atas hak-hak dasar kesetaraan
antara kaum perempuan dan laki-laki, yang pada akhirnya mendorong
kesadaran individual dan kolektif masyarakat untuk mencegah dan
menghentikan terjadinya kekerasan di dalam rumah tangga serta traficking
dan eksploitasi kaum perempuan. Namun demikian, di Jawa Barat upaya
pengarusutamaan gender ini belum sepenuhnya dapat diaktualisasikan. Hal
ini terlihat dari implementasi dan hasil kegiatan yang belum optimal dan
pemahaman gender belum merata baik di pemerintahan, legislatif, swasta,
LSM, perguruan tinggi maupun masyarakat.
7. Pemuda sebagai salah satu unsur sumber daya manusia yang harus
dikembangkan dan sebagai tulang punggung bangsa serta penerus cita-cita
bangsa, harus disiapkan dan dikembangkan kualitas kehidupannya, mulai dari
tingkat pendidikan, kesejahteraan hidup dan tingkat kesehatannya.
Berdasarkan data statistik Susenas tahun 2003, jumlah penduduk usia 15 s.d.
34 tahun di Jawa Barat adalah 13.212.778 jiwa atau 34,7 % dari jumlah
penduduk provinsi. Dengan potensi yang besar tersebut, Jawa Barat harus
mampu mengelola sumber daya manusia tersebut menjadi manusia
berkualitas yang siap membawa Jawa Barat sebagai provinsi termaju.
Selain potensi pemuda secara kuantitas, Jawa Barat juga memiliki potensi lain
yaitu organisasi kepemudaan sebagai wahana dalam mengembangkan bakat
dan kemampuan generasi muda. Para pemuda yang tergabung dalam
organisasi kepemudaan merupakan salah satu elemen masyarakat yang
sangat potensial untuk menjadi generasi muda yang lebih berkualitas dan
mandiri. Kader-kader yang handal sangat dibutuhkan kontribusinya dalam
pembangunan Jawa Barat, khususnya pencapaian visi Provinsi Jawa Barat
Tahun 2025.
Di bidang olahraga, Provinsi Jawa Barat memiliki sejarah yang cukup
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 6
membanggakan. Dalam kancah nasional prestasi olahraga Jawa Barat cukup
diperhitungkan oleh provinsi lainnya baik dalam Pekan Olahraga Nasional
(PON) maupun dalam kejuaraan daerah berbagai cabang olahraga. Tidak
sedikit atlet-atlet asal Jawa Barat yang memiliki prestasi luar biasa dalam
ajang internasional.
Selanjutnya pembangunan sarana prasarana olahraga di kabupaten dan kota
sangat variatif, namun dapat dipastikan bahwa sarana prasarana olahraga
minimal terdapat di setiap daerah di kabupaten/kota. Beberapa daerah,
bahkan tengah mengupayakan pengadaan sarana olahraga sesuai dengan
hegemoni masyarakat dan sebagai sarana pembangkitan kreativitas
masyarakat dalam bidang ekonomi. Namun sampai saat ini Jawa Barat belum
memiliki sarana olahraga terpadu dengan standar internasional.
8. Pembangunan seni dan budaya di Jawa Barat didasari oleh berbagai
kebijakan yang terkait dengan penguatan identitas budaya antara lain melalui
pengembangan penggunaan bahasa daerah Sunda, Cirebon, Dermayu dan
Melayu Betawi sebagai bahasa ibu masyarakat Jawa Barat dalam proses
komunikasi dan interaksi kehidupan sebagaimana amanat Perda No. 5 Tahun
2003 tentang pemeliharaan bahasa, sastra dan aksara daerah.
Di sisi lain, pengembangan seni budaya di Jawa Barat diselenggarakan
secara terintegrasi dengan pembangunan kepariwisataan, yang sekaligus ber-
peran sebagai salah satu sektor yang memberikan kontribusi terhadap
perkembangan perekonomian Jawa Barat. Integralitas pembangunan seni
budaya dan pariwisata merupakan sesuatu yang lazim berlaku di Indonesia
dan perkembangannya ke masa depan, berhubungan erat dengan kualitas
kondisi alam dan lingkungan, politik dan keamanan, serta sarana dan
prasarana. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan presiden SBY untuk
mengembangkan produk ekonomi yang berbasis pada seni dan budaya, pada
pembukaan pameran pekan produk budaya Indonesia di Jakarta Jakarta
Pentingnya pembangunan kebudayaan di Jawa Barat ditujukan dalam rangka
melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah serta
mempertahankan jatidiri dan nillai-nilai budaya daerah di tengah-tengah
semakin derasnya arus informasi dan pengaruh negatif budaya asing.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 7
9. Dalam rencana strategis pembangunan Jawa Barat, kebijakan pembangunan
kesejahteraan sosial merupakan misi kelima dari 5 (lima) misi Provinsi Jawa
Barat. Berbagai program kesejahteraan sosial di Jawa Barat bertujuan untuk
menjamin standar hidup yang memadai bagi semua anggota masyarakat.
Data tahun 2004 menunjukkan bahwa terdapat penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS) sebesar 2.064.852 sementara itu pada tahun
2006 jumlahnya bertambah menjadi 2.818.233 jiwa. Yang termasuk masalah
kesejahteraan sosial diantaranya adalah pengemis, gelandangan, anak
jalanan, tuna susila, kekerasan pada anak, kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT), traffiking pada anak dan perempuan dan sebagainya. Sepanjang
tahun 2005 telah terjadi kekerasan pada anak baik laki-laki maupun
perempuan sebesar 693 kasus sedangkan pada orang dewasa sebesar 677
kasus. Jumlah kasus KDRT tahun 2005 sebesar 69,70% dengan pelaku
terbanyak adalah laki-laki. 6,06% dari perempuan menjadi korban kekerasan
yang dilakukan oleh majikan. Traffiking pada anak dan perempuan sebesar
48,42%.
Sepanjang periode 1984-2005 pembangunan bidang kesejahteraan sosial
menunjukkan perubahan dan perbaikan orientasi, dari pembangunan fisik
material menjadi pembangunan yang lebih mampu mencapai harmoni dengan
pembangunan mental spiritual. Perubahan pendekatan berlangsung ketika
berlangsung proses penyelamatan dan pemulihan melalui kebijakan khusus
DAKABALAREA dan kemudian dipertegas formatnya melalui akselerasi
pencapaian visi Jawa Barat 2010, dengan titik berat program peningkatan
kualitas hidup penduduk yang lebih operasional, terukur, dan terintegrasi
dengan pembangunan ekonomi.
B. EKONOMI
Sampai dengan tahun 2005, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Jawa Barat meningkat
sebesar 5,45% dengan nilai Rp. 245,8 triliun (atas dasar harga konstan tahun 2000).
Peningkatan PDRB ini disumbang dari tiga sektor utama yaitu sektor Industri
Pengolahan, sektor Perdagangan Hotel dan Restauran dan sektor Pertanian.
Iklim investasi di Jawa Barat juga menunjukkan perkembangan yang terus membaik.
Jawa Barat masih menjadi tujuan utama penanaman modal asing maupun penanaman
modal dalam negeri. Perkembangan Investasi di Jawa Barat pada tahun 2005 (atas
dasar harga konstan tahun 2000) adalah sebesar Rp. 40,9 triliun dengan tingkat
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 8
pertumbuhan 8,2%.
Namun pertumbuhan ekonomi yang terus membaik tidak memberikan korelasi positif
terhadap pengentasan kemiskinan. Masalah kemiskinan belum dapat terselesaikan
mengingat perbedaaan sumber daya alam, sumber daya manusia, geografis dan
faktor budaya antarwilayah mengakibatkan perbedaan kondisi serta permasalahan
kemiskinan yang dihadapi. Pada tahun 2005, terdapat sekitar 2.905.202 rumah
tangga yang dikategorikan sebagai rumah tangga miskin atau sebesar 26,95% dari
jumlah rumah tangga yang ada di Jawa Barat dengan proporsi terbanyak berada di
wilayah selatan sebesar 32,25%.
Permasalahan lain yang mengemuka adalah masih banyaknya jumlah pengangguran
di Jawa Barat. Berdasarkan hasil SUSEDA tahun 2005 adalah jumlah angkatan kerja
di Jawa Barat sebanyak .17,040 juta jiwa sedangkan jumlah pencari kerja mencapai
11,91% dari angkatan kerja dengan jumlah jiwa sebanyak 2,029 juta jiwa.
1. Pembangunan pertanian dalam arti luas masih dihadapkan pada persoalan
hubungan antar sub sistem pertanian yang belum sepenuhnya menunjukkan
keharmonisan baik pada skala lokal, regional dan nasional. Kinerja masing-
masing subsistem pertanian masih rendah, terutama pada subsistem budidaya
(on-farm) dimana petani dihadapkan pada luasan lahan yang semakin sempit,
teknologi masih tradisional, mutu produk rendah, harga tidak mendukung, dan
struktur pasar yang cenderung merugikan petani. Cara pandang sektoral yang
belum terintegrasi pada sistem pertanian; serta ketidaksiapan dalam
menghadapi persaingan global. Namun demikian sektor pertanian masih
merupakan sektor yang penting apabila ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang
bekerja di dalamnya. Hal tersebut tergambar dari proporsi penduduk di Provinsi
Jawa Barat yang bekerja pada sektor pertanian yang mencapai 29.45 persen.
Selain itu pertanian di Provinsi Jawa Barat secara umum sudah ada dan
tumbuh di masyarakat, khususnya masyarakat petani di perdesaan dan
memiliki potensi yang besar dan variatif didukung oleh kondisi agroekosistem
yang cocok untuk pengembangan komoditas pertanian dalam arti luas
(tanaman, ternak, ikan dan hutan). Beberapa kabupaten mencoba
memunculkan komoditi/varietas unggulan, bahkan telah ada kabupaten yang
menciptakan ikon dengan komoditas tertentu. Selain itu sistem kelembagaan di
masyarakat, khususnya masyarakat petani di pedesaan, juga potensial untuk
mendukung pengembangan pertanian. Ketersediaan pangan bagi masyarakat
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 9
Jawa Barat sampai dengan saat ini mencukupi terutama ketersediaan pangan
sumber karbohidrat asal beras. Jawa Barat memberikan kontribusi terbesar
terhadap produksi padi nasional.
2. Pengembangan industri selama ini diarahkan pada penguatan struktur industri,
dimana sektor industri merupakan komponen utama pembangunan daerah
yang mampu memberikan kontribusi ekonomi yang cukup besar, tingkat
penyerapan tenaga kerja yang banyak, dan terjadinya transformasi kultural
daerah menuju ke arah modernisasi kehidupan masyarakat Jawa Barat. Hal itu
terlihat dari kinerja sektor industri pada tahun 2005 yang pertumbuhannya
mencapai 7,13% dengan kontribusi sebesar 44,68%. Kendala utama dalam
pembangunan industri adalah dukungan terutama infrastruktur masih belum
memadai terutama jalan, pelabuhan dan terminal (dry port). Kendala lainnya
dalam pengembangan industri adalah masih tingginya tingkat ketergantungan
pada bahan baku import yang menyebabkan daya saing industri menurun,
rendahnya kemampuan dalam pengembangan teknologi, rendahnya
kemampuan dan keterampilan sumber daya industri serta pencemaran limbah
industri yang masih tinggi.
3. Untuk Sektor Perdagangan, Provinsi Jawa Barat mempunyai keunggulan-
keunggulan dalam komoditi ekspor antara lain tekstil/produk tekstil, sepatu/alas
kaki, meubeul/kerajinan rotan, teh, Kayu Gelondongan Kayu Olahan (KGKO),
elektronik, coklat/produk coklat, udang beku/makanan laut, karet/produk karet,
marmer/produk marmer, peralatan masak, makanan olahan, perlengkapan olah
raga, kertas/produk kertas dan lain-lain. Pengembangan perdagangan di Jawa
Barat difokuskan pada pengembangan sistem distribusi barang dan
peningkatan akses pasar baik pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri.
Pengembangan sistem distribusi diarahkan untuk memperlancar arus barang,
memperkecil disparitas antar daerah, mengurangi fluktuasi harga dan menjamin
ketersediaan barang kebutuhan yang cukup dan terjangkau oleh masyarakat.
Adapun peningkatan akses pasar baik dalam negeri maupun luar negeri
dilakukan melalui promosi produk Jawa Barat.
4. Provinsi Jawa Barat memiliki potensi pariwisata yang sangat beragam baik dari
sisi produk wisata maupun pasar wisatawan, dengan alam dan budaya yang
dimiliki sebagai modal dasar pengembangan daya tarik wisata. Dimana
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 10
peringkat sektor pariwisata secara nasional di lihat dari jumlah kunjungan
wisatawan berada pada posisi 3 setelah DKI Jakarta dan Bali. Hal ini antara lain
disebabkan letak geografis Provinsi Jawa Barat yang sangat strategis dan
berbatasan dengan ibukota negara DKI Jakarta yang juga merupakan gerbang
masuk wisatawan. Adapun perkembangan jumlah kunjungan Wisatawan
Nusantara dan Wisatawan Asing ke Jawa Barat sebanyak 578.193 orang,
dengan persentase 64% wisatawan nusantara dan 36% wisatawan asing.
5. Program-program terobosan untuk mengatasi masalah kemiskinan telah
dilaksanakan seperti DAKABALAREA, Raksa Desa, Desa Sehat, Desa Cerdas,
Program Pendanaan Kompetisi IPM, Gerakan Masyarakat Peduli Pendidikan
dan Kesehatan. Hal tersebut merupakan upaya-upaya akseleratif untuk daerah-
daerah yang tergolong rendah pencapain IPMnya. Program program tersebut
perlu terus digalakkan dengan memperhatikan karakteristik dan kondisi yang
terjadi masa mendatang.
6. Intermediasi perbankan dan lembaga keuangan non bank merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat. Perbankan
(bank umum, bank syariah dan bank perkreditan rakyat) memiliki kemampuan
untuk mengumpulkan dana masyarakat dan menyalurkannya kembali ke
masyarakat untuk menjadi kebiatan ekonomi baik yang bersifat produksi
maupun konsumsi. Pada tahun 2006 penghimpunan dana pihak ketiga (DPK)
yang dilakukan perbankan di Jawa Barat mencapai lebih dari Rp. 120 trilyun.
Peningkatan penghimpunan dana pihak ketiga tertinggi dicapai oleh Bank
Syariah, sementara Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat cenderung
menurun. Sebesar 96,5% DPK dihimpun oleh bank pemerintah dan swasta dan
sisanya sebesar 3,5% dihimpun oleh bank asing dan campuran. Sebesar 68%
DPK berasal dari nasabah perorangan dan sisanya adalah BUMN dan
Pemerintah. Dari sisi kredit, penyerapan pada tahun 2006 adalah lebih dari Rp.
110 trilyun dengan 53% dibiayai oleh perbankan Jawa Barat dan sisanya
dibiayai oleh perbankan di luar Jawa Barat. Dari sisi pemanfaatannya, 45,92%
merupakan kredit modal kerja, 18,38% merupakan kredit investasi dan 35,7%
merupakan kredit konsumsi. Sektor pembangunan yang paling banyak
menyerap kredit adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dan diikuti oleh
sektor industri pengolahan.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 11
7. Perkembangan pendapatan daerah di Jawa Barat sejak tahun 2001-2006
mengalami peningkatan walaupun menunjukkan kecenderungan peningkatan
pendapatan daerah melambat, terutama yang bersumber dari sektor pajak.
Pada tahun 2002 pendapatan daerah mengalami peningkatan 13.68%
demikian pula pada tahun 2003 dan 2004 masing-masing sebesar 18,39% dan
23,90%. Namun sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2006 memperlihatkan
peningkatannya yang melambat yaitu pada tahun 2005 sebesar 19,29%
sementara pada tahun 2006 peningkatannya hanya mencapai 4,52%.
Penurunan pertumbuhan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
menurunnya daya beli masyarakat untuk membeli kendaraan bermotor dan
dampak dari naiknya harga BBM. Tantangan untuk meningkatkan PAD
diantaranya dari segi kewenangan, potensi jenis pungutan, dasar hukum yang
belum lengkap dan belum adanya petunjuk pelaksanaan dan petunjuk
teknisnya, efisiensi dalam administrasi, kelengkapan sarana dan prasarana,
terbatasnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia.
C. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Publikasi dan kajian ilmiah yang dihasilkan oleh lembaga penelitian baik milik
pemerintah, perguruan tinggi maupun swasta yang banyak berlokasi di Jawa
Barat belum dapat diimplementasikan dengan maksimal. Hal ini disebabkan oleh
sumberdaya iptek masih terbatas, mekanisme intermediasi yang menjembatani
interaksi antara kapasitas penyedia iptek dengan kebutuhan pengguna belum
efektif, sinergi kebijakan yang lemah menyebabkan kegiatan IPTEK belum
sanggup memberikan hasil yang signifikan, dan budaya pemanfaatan iptek di
masyarakat belum berkembang serta belum terkaitnya hasil kajian dengan
kebutuhan riil masyarakat.
D. SARANA DAN PRASARANA
Kondisi Sarana dan Prasarana Wilayah dapat dilihat dari aspek transportasi,
sumberdaya air, telekomunikasi, sarana & prasarana dasar pemukiman, listrik dan
energi.
Secara umum sampai akhir tahun 2006, cakupan pelayanan sarana dan
prasarana transportasi baik transportasi laut, darat, dan udara masih cukup
rendah, yang dicirikan dengan beberapa parameter, seperti :
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 12
Nilai indeks aksesibilitas dan mobilitas rata-rata jaringan jalan di Provinsi Jawa
Barat masih rendah bila dibandingkan dengan Standar Pelayanan Minimal
untuk jaringan jalan provinsi
Kemantapan jalan provinsi baru mencapai 86 % yang terdiri dari kondisi baik 18
% dan kondisi sedang 68 % , sedangkan untuk kondisi rusak ringan dan berat
sebanyak 14 % pada umumnya tersebar dijalur jalan vertikal yang
menghubungkan wilayah tengah dan selatan Jawa Barat. Sedangkan untuk
kapasitas jalan yang ditingkatkan terletak pada ruas- ruas jalan perkotaan.
Beberapa ruas jalan di perkotaan kapasitasnya sudah tidak memadai lagi,
dicirikan dengan nilai VCR rata-rata mendekati nilai 0,8
Jaringan jalan rel masih kurang, sehingga pergerakan barang maupun orang
pada umumnya di didominasi oleh jaringan jalan.
Kondisi terminal dan pelabuhan penyeberangan sebagai tempat pertukaran
moda belum memenuhi standar pelayanan minimal, baik ditinjau dari aspek
operasional maupun dukungan sarana penunjangnya. Sedangkan keberadaan
terminal dari sistem hirarkinya masih belum tertata dengan baik.
Bandar udara Husein Sastranegara yang merupakan Bandara terbesar di
Jawa Barat kondisinya kurang memadai untuk menampung demand, yang
melayani penerbangan komersial dari dan ke Jawa Barat baik penumpang
maupun cargo, sedangkan kebaradaan bandara lainnya tidak optimal
mendukung pergerakan yang terjadi.
Pelabuhan Cirebon sebagai pelabuhan niaga yang berfungsi untuk melayani
keluar/ masuk barang perannya kurang optimal, dikarenakan sarana &
prasarana pendukungnya kurang memadai. Sedangkan keberadaan pelabuhan
lainnya, layanannya masih terbatas untuk pelayaran lokal dan regional.
Sedangkan yang menyangkut keberadaan infrastruktur sumberdaya air dan
irigasi, kondisinya masih belum memadai, yang dicirikan dengan adanya
beberapa masalah seperti :
Fluktuasi air yang masih tinggi antara musim hujan dengan musim kemarau.
Kondisi sumber-sumber air permukaan seperti sungai dan situ banyak yang
terdegradasi, demikian juga dengan waduk atau embun-embung buatan fungsi
layanannya sudah terjadi penurunan.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 13
Jaringan irigasi teknis kondisinya sudah mengalami degradasi yang luar biasa,
sampai saat ini kondisi jaringan baik hanya ada sekitar 46 % dan sisanya dalam
keadaan rusak ringan dan berat, baik yang disebabkan oleh pemeliharaan yang
kurang maupun oleh faktor alam seperti longsor.
Layanan jaringan yang kurang optimal, sehingga indeks penanaman baru
mencapai 200 % per tahun.
Adapun cakupan layanan untuk infrastruktur telekomunikasi belum bisa
menjangkau setiap pelosok wilayah, dicirikan dengan adanya beberapa wilayah
yang masih “balnk spot”. Khusus untuk layanan jasa telepon kabel, beberapa
daerah perkotaan angka teledensitasnya sudah tinggi( > 10), sedangkan untuk
beberapa daerah perkotaan dan kabupaten kondisi teledensitasnya masih rendah
yaitu dibawah 5 ( < 5).
Sistem kelistrikan Jawa Barat merupakan bagian dari sistem kelistrikan nasional
Jawa-Madura-Bali (Jamali), yang sampai saat ini mengkonsumsi beban listrik
Jamali sebesar 28 %. Beban puncak listrik jawa barat sebesar 3.785 MW,
sedangkan daya mampu pembangkitnya sebesar 4.337,05 MW, yang berarti
masih mempunyai surplus kapasitas pembangkitan.
Adapun cakupan daerah yang sudah mendapatkan tenaga listrik mencapai
99,59%, dimana hanya 24 desa saja yang belum memiliki infrastruktur listrik,
namun jika dilihat dari angka rasio elektrifikasi baru mencapai 58 %.
Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pemukiman seperti, perumahan,
cakupan layanan air bersih masih sangat rendah dicirikan dengan masih
banyaknya rumah tangga yang belum bisa memiliki rumah layak huni. Sedangkan
keberadaan prasarana persampahan masih belum optimal baik yang layanannya
bersipat lokal maupun regional.
E. POLITIK
Proses demokratisasi diawali dengan adanya krisis ekonomi tahun 1997 yang
mendorong reformasi dalam segala bidang termasuk sistem politik. Perubahan
politik secara besar-besaran terjadi dan tercermin pula dalam kehidupan politik di
Provinsi Jawa Barat. Untuk dan atas nama demokratisasi, proses perubahan
politik berlangsung sedemikian cepat ke arah kebebasan. Perubahan tersebut
membawa dampak positif yang mendorong paradigma penyelenggaraan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 14
pembangunan partisipatoris, sesuai dengan prinsip-prinsip good governance.
Kendati demikian, proses perubahan politik yang berorientasi kepada penataan
ulang sistem penyelenggaraan negara tersebut telah berkembang nyaris tanpa
kendali, karena diterjemahkan sebagai proses pembebasan. Kondisi yang me-
wujud kemudian adalah berkembangnya euforia yang mencerminkan
kegamangan menghadapi perubahan. Euforia yang tanpa kendali menjadikan
pembangunan politik masih mencari bentuk yang tepat.
Dalam masa pencarian bentuk dan keseimbangan yang baru, Pemerintah dan
masyarakat Jawa Barat telah berhasil menciptakan situasi yang kondusif, yang
dapat dilihat dalam pelaksanaan pemilihan umum 1999, pemilu 2004 baik dalam
pemilihan presiden maupun pemilihan anggota DPR dan DPD, serta DPRD.
Demikian pula pemilihan kepala daerah secara langsung, dapat berlangsung
dengan tertib, meskipun terdapat upaya gugatan dari kelompok yang kalah, tetapi
dapat diselesaikan dengan baik tanpa mengganggu proses selanjutnya.
Sepanjang kurun waktu 2005 – 2025 secara normal akan terjadi penyelenggaraan
pemilihan umum pada tahun 2009, 2014, 2019, dan 2024
Perkembangan demokrasi juga ditandai dengan adanya perubahan hubungan
pusat dengan daerah dan perbedaan posisi legislatif dan eksekutif dalam
kepemerintahan. Perubahan tersebut didasarkan pada Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang Undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah yang mendorong daerah untuk mengelola daerahnya secara mandiri dan
mengatur serta mengurus urusan pemerintahannya juga mengatur hubungan
kewenangan antar tingkat pemerintahan. Sampai dengan saat ini, pelaksanaan
desentralisasi dan otonomi daerah belum terlaksana secara optimal serta
menghadapi beberapa kendala yang disebabkan oleh adanya inkonsistensi
peraturan perundang-undangan dari berbagai tingkat pemerintahan serta belum
adanya peraturan untuk pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah secara
komprehensif.
F. KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM
Kondisi ketentraman dan ketertiban umum ditentukan oleh perkembangan
kriminalitas, termasuk terkendali dan berkurangnya kecenderungan friksi dan
konflik sosial berdasarkan perkembangan kepentingan masyarakat yang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 15
beragam. Penciptaan kondisi ketentraman dan ketertiban masyarakat, juga
berkaitan dengan konsistensi dalam penegakan hukum, dan supremasi hukum
yang dihormati
Ketentraman dan Ketertiban umum merupakan faktor utama yang memiliki peran
sangat penting dalam menciptakan kondisi yang kondusif dalam menye-
lenggarakan pembangunan di Jawa Barat. Upaya untuk mewujudkan ketentraman
dan ketertiban umum untuk mewujudkan masyarakat yang aman, tenteram, tertib
dan damai, telah dibangun peningkatan peran masyarakat, pemerintah daerah
dan lembaga kemasyarakatan. Akan tetapi, partisipasi masyarakat dalam
mendukung ketentraman dan ketertiban umum berkurang yang ditunjukkan
dengan berkurangnya masyarakat dalam menjaga ketentraman dan ketertiban
dilingkungannya. Hal ini juga dapat diakibatkan dengan lemahnya penegakan
peraturan daerah.
G. HUKUM
Pembangunan hukum di daerah selama ini lebih difokuskan pada penyusunan
produk hukum daerah dalam upaya penguatan otonomi daerah dan
penyelenggaraan pemerintah daerah. Untuk mendukung hal tersebut dilakukan
peningkatan kualitas aparatur terutama legal drafter dan pengacara daerah.
Disamping itu dilakukan sosialisasi produk hukum dan perlindungan hak asasi
manusia. Produk hukum daerah belum mampu memberikan perlindungan kepada
masyarakat dan menjamin terlaksananya pemenuhan hak asasi manusia. Hal
tersebut disebabkan sistem hukum nasional yang kurang mendukung, tingkat
kesadaran hukum masih rendah, dan penegakkan hukum yang masih lemah.
Pembangunan hukum dalam kerangka good governance diukur berdasarkan
orientasi pemerintah (government orientation) yang menunjukkan keberpihakan
pemerintah terhadap kebutuhan warga masyarakat, terutama dalam kinerja
pelayanan publik dengan tolok ukur penegakan hukum/efisiensi yudisial. Fungsi
penegakan hukum diperlukan untuk menunjukkan komitmen pemerintah dalam
menerapkan kebijakan-kebijakan yang telah dibuatnya. Selain itu, konsistensi
dalam penegakan hukum dapat membantu memulihkan kepercayaan masyarakat
pada pemegang otoritas. Dengan demikian pembangunan hukum berorientasi
pada upaya memenuhi kebutuhan masyarakat melalui berbagai aturan dan
penegakan aturan tersebut guna melindungi hak asasi manusia dan memenuhi
kebutuhan masyarakat, termasuk pencapaian kondisi tertib sosial
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 16
kemasyarakatan yang berimplikasi terhadap pertumbuhan ekonomi, juga
berkaitan dengan penegakkan hukum secara berkeadilan.
H. APARATUR
Aparatur pemerintah memegang peran sangat penting dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Kedudukan aparatur pemerintah daerah tidak hanya untuk
menggerakkan manajemen dan organisasi pemerintahan, melainkan juga dalam
keseluruhan konteks demokratisasi. Terkait dengan hal tersebut, maka pe-
rencanaan sumberdaya termasuk di dalamnya pengembangan organisasi, sistem
renumerasi, sistem perencanaan dan pengembangan karir menjadi penting dan
prioritas, khususnya dalam mewujudkan kondisi pemerintahan yang berorientasi
kepada pelayanan. Bertolak dari pengalaman empirik penyelenggaraan
pemerintahan sepanjang 1984-2005 kelemahan yang dihadapi adalah struktur
lembaga pemerintah daerah masih cukup besar, aparatur yang belum
didayagunakan secara optimal, dan pelayanan publik masih belum memuaskan.
Dalam pemberdayaan aparatur permasalahan yang dihadapi adalah belum ber-
langsungnya proses perencanaan karir sesuai dengan kebutuhan organisasi dan
manajemen pemerintahan. Pola mutasi berbasis promosi dan pertukaran antar
fungsi untuk memperkaya pengalaman aparatur masih terkendala oleh proses
regenerasi yang lamban.
I. TATA RUANG DAN PENGEMBANGAN WILAYAH
Dalam struktur tata ruang Jawa Barat sampai saat ini masih terjadi ketimpangan
dalam perkembangannya. PKN Bodebek dan Metropolitan Bandung yang secara
geografis lebih dekat aksesibilitasnya dengan DKI Jakarta memiliki perkembangan
yang sangat pesat, sementara hal ini tidak diikuti oleh PKN Cirebon yang dalam
perkembangannya masih jauh tertinggal. Demikian juga perkembangan Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW) Cikampek-Cikopo yang berfungsi sebagai PKW di
bagian utara memiliki pertumbuhan yang jauh lebih besar bila dibandingkan
dengan PKW-PKW di bagian selatan, yaitu PKW Pangandaran, PKW
Tasikmalaya, PKW Palabuhanratu, PKW Kadipaten, dan PKW Sukabumi-Cianjur.
Hal ini juga diikuti oleh perkembangan kawasan andalan di Jawa Barat yang
masih timpang, dimana Kawasan Andalan Bodebek-Puncak-Purwasuka-
Metropolitan Bandung lebih maju dibandingkan perkembangan Kawasan Andalan
Sukabumi-Ciayumajakuning-Priangan Timur. Dalam konteks wilayah utara-
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 17
tengah-selatan Jawa Barat, dimana terjadi pemusatan pertumbuhan perkotaan
yang sangat pesat di wilayah utara dan tengah, sementara wilayah perdesaan di
selatan Jawa Barat yang seharusnya dikembangkan menjadi wilayah pendukung
dari aspek lingkungan dan pertanian agro kurang mendapat sentuhan pemerataan
pembangunan. Sementara itu di wilayah perbatasan masih terjadi
ketidaksetaraan dalam penyediaan sarana dan prasarana dasar permukiman
maupun prasarana jalan.
Pola tata ruang Jawa Barat dalam RTRWP yang mengamanatkan proporsi
kawasan lindung 45% dan kawasan budidaya 55% juga menghadapi kendala
dalam pengendalian pemanfaatan ruang. Kawasan-kawasan konservasi seperti
Kawasan Bopunjur dan Kawasan Bandung Utara masih mengalami masalah
dalam mengatur dan mengendalikan pertumbuhan lahan terbangun, sehingga
ancaman terhadap daya dukung lingkungan menjadi semakin besar. Hal ini juga
diikuti terjadinya degradasi lingkungan di wilayah selatan dimana terjadi
perusakan hutan besar-besaran yang akan mengancam daya dukung lingkungan.
Selain itu, terjadinya pergeseran tutupan lahan hutan dan sawah menjadi
permukiman dan industri menjadi hal akan terjadi terus-menerus bila tidak
dikendalikan secara benar. Dalam kurun waktu 1994-2005, luas hutan mengalami
penurunan yang cukup besar yaitu hutan primer berkurang sebesar 30,8%, hutan
sekunder berkurang 26,1%, sawah berkurang 27,1%, permukiman bertambah
110,3%, dan kawasan/zona industri bertambah sebesar 37,9%.
J. SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
Sumber daya alam dan lingkungan hidup memiliki peran penting dalam
keberlanjutan pembangunan Jawa Barat. Namun demikian, peran penting ini
belum dioptimalkan hingga saat ini. Fenomena yang terjadi justru menunjukkan
bahwa kondisi sumber daya alam dan lingkungan hidup Jawa Barat berada pada
tingkat cukup mengkhawatirkan. Berbagai dampak negatif dari fenomena
penurunan daya dukung lingkungan akibat pencemaran dan kerusakan
lingkungan belum dapat tertangani secara efektif, diantaranya adalah semakin
berkembangnya penyakit-penyakit berbasis lingkungan. Dampak ikutan penting
lain adalah munculnya konflik sosial antara pencemar dan yang tercemar, serta
konflik pemanfaat sumber daya alam dan lingkungan di hulu dan hilir.
Faktor-faktor dominan yang menyebabkan penurunan daya dukung lingkungan
dalam kurun waktu sepuluh tahun ini antara lain, masih tingginya tingkat alih
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 18
fungsi lahan berfungsi lindung menjadi budidaya, kerusakan dan berkurangnya
luasan mangrove dan terumbu karang, pencemaran udara perkotaan,
pengrusakan dan kebakaran hutan, pencemaran dan sedimentasi sungai serta
waduk, penambangan yang merusak lingkungan, dan pengambilan sumber daya
air yang kurang terkendali, disamping meningkatnya frekuensi kejadian bencana
alam. Hal tersebut diperparah dengan perilaku dan budaya yang belum ramah
lingkungan, baik dari sisi perilaku membangun maupun perilaku individu
masyarakatnya. Upaya pengelolaan lingkungan saat ini masih belum mampu
menahan laju kerusakan dan pencemaran yang terjadi.
II.2 TANTANGAN
A. SOSIAL BUDAYA DAN KEHIDUPAN BERAGAMA
1. Jawa Barat sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia
akan menghadapi tantangan untuk mengendalikan pertumbuhan, persebaran,
kualitas penduduk serta penyediaan kebutuhan bagi kehidupan penduduk di
masa mendatang.
Dalam 20 tahun mendatang jumlah penduduk Jawa Barat akan mengalami
peningkatan yang diprediksi menjadi 53,916 juta jiwa pada tahun 2025. Pola
persebaran penduduk masih akan terkonsentrasi di wilayah perkotaan
terutama di Bogor, Depok, Bekasi, Bandung dan Cirebon, dengan kepadatan
penduduk rata-rata diperkirakan menjadi 1.841 jiwa/km2 pada tahun 2025.
Komposisi penduduk menurut kelompok umur sampai dengan tahun 2025
diperkirakan akan terjadi pergeseran menjadi bertambahnya komposisi
struktur umur produktif.
2. Target pencapaian IPM pada tahun 2006 ditetapkan sebesar 75,60, poin,
sedangkan realisasinya mencapai 70,05 poin. Hal ini berarti terdapat selisih
5,55 poin. Untuk indeks pendidikan, ditetapkan target sebesar 82,8 pada
tahun 2006, realisasinya mencapai 80,61 berarti terdapat selisih sebesar 2,19.
Sedangkan Indeks kesehatan dari target yang ditetapkan sebesar 69,8,
realisasinya melampaui dari target yaitu sebesar 70,13.
Komponen yang lainnya yaitu daya beli, merupakan komponen yang paling
memberikan kontribusi besar atas ketidaktercapaian target yang telah
ditetapkan. Pada tahun 2006 target indeks daya beli ditetapkan sebesar 74,2,
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 19
sedangkan realisasinya hanya mencapai 59,42. Hal ini berarti terdapat
kesenjangan sebesar 14,78 poin.
Dari semua kenyataan di atas memberikan gambaran agar ke depan semua
aspek-aspek pembangunan diarahkan dalam rangka peningkatan
kemampuan daya beli masyarakat.
3. Terkait dengan pembangunan fisik yang diwujudkan bersama dengan
masyarakat, pembangunan sektor agama mesti didorong untuk menciptakan
kondisi terbaik bagi berlangsungnya proses pendidikan dan pengamalan nilai-
nilai agama di lingkungan keluarga. Semakin derasnya arus informasi dan
pengaruh budaya asing yang masuk melalui berbagai media, perlu mendapat
perhatian serius dari berbagai pihak. Bersamaan dengan pembangunan
sarana dan prasarana keagamaan, dalam proses pembangunan jangka
panjang Jawa Barat 2005-2025, pengkajian dan aplikasi ajaran agama mem-
peroleh prioritas. Dalam kerangka pembangunan agama, seluruh organisasi
kemasyarakatan, lembaga pendidikan, dan pemangku kepentingan lainnya
bertanggungjawab untuk mengembangkan seluruh potensi umat beragama
untuk menciptakan kondisi kehidupan beragama secara fungsional dan
proporsional. Terkait dengan hal itu, pengelolaan sumber dana keumatan
berdasarkan ajaran agama perlu dikelola sesuai dengan prinsip-prinsip tata
kelola yang baik. Pembangunan sektor keagamaan juga memberi prioritas
bagi pemberdayaan potensi ekonomi umat, sesuai dengan prinsip-prinsip
dasar keagamaan yang dianut.
4. Pembangunan bidang pendidikan perlu didorong untuk mencapai dimensi
kualitatif sumberdaya manusia yang selain memiliki keterampilan berdasarkan
pencapaian proses akademis, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta moralitas dan juga memiliki komitmen terhadap perkembangan
kemajuan masyarakat. Hal tersebut mengandung makna, bahwa
pembangunan pendidikan semestinya dilandasi oleh tujuan, kebijakan dan
sasaran yang membawa dampak positif secara langsung terhadap kinerja
pembangunan daerah. Termasuk di dalamnya, pengembangan inovasi
penyelenggaraan pembangunan sebagai bagian tak terpisahkan dari proses
transformasi nilai kehidupan dalam tata kehidupan berperadaban global.
Pada tingkat pendidikan dasar dan menengah, kualitas lulusan harus menjadi
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 20
perhatian utama karena semakin tingginya persaingan untuk melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan semakin kompetitifnya ketersediaan
lapangan pekerjaan. Demikian pula halnya dengan pemberdayaan lembaga
pendidikan tinggi dalam penyelenggaraan pembangunan daerah, menjadi
kebutuhan yang perlu diprioritaskan. Dalam hal pengembangan sains dan
teknologi, peningkatan kemampuan masyarakat perdesaan dalam
pemanfaatan teknologi tepat guna (TTG) juga perlu mendapatkan
penanganan yang optimal.
Berkaitan dengan semakin pesatnya perkembangan metodologi dan teknologi
dalam bidang pendidikan, perlu dilakukan antisipasi melalui pengembangan
inovasi dan sistem tata kelola pendidikan, pemberdayaan profesi guru dengan
meningkatkan kompetensinya, penyempurnaan pembangunan sarana dan
prasarana yang lebih tanggap teknologi, serta pengembangan kurikulum
berbasis kompetensi yang dilandasi oleh nilai-nilai kecerdasan dan kearifan
budaya lokal.
5. Masalah kesehatan masyarakat di Jawa Barat masih dihadapkan pada
beberapa hal yang perlu menjadi perhatian semua pihak mengingat tantangan
dan kondisi ke depan dengan segala perubahan-perubahan yang ada.
Provinsi Jawa Barat selain masih harus menghadapi penyakit infeksi berbasis
lingkungan juga harus menghadapi penyakit-penyakit tidak menular
(degeneratif) seperti penyakit jantung, stroke serta penyakit kejiwaan.
Tingginya kesenjangan status kesehatan dan rendahnya akses terhadap
pelayanan kesehatan antar wilayah, penggunaan teknologi di bidang
kesehatan merupakan kondisi yang menjadi tantangan bagi para stakeholder
untuk mengatasinya. Yang perlu juga menjadi perhatian adalah bagaimana
pemerintah memfasilitasi masyarakat sebagai mitra pemerintah dalam
pelaksanaan berbagai program pembangunan masyarakat.
Memperhatikan kondisi tersebut, dalam kurun waktu 2005-2025,
pembangunan kesehatan lebih didorong pada tercapainya kondisi yang
memungkinkan terciptanya perilaku sehat dan lingkungan yang sehat baik fisik
maupun sosial yang mendukung produktivitas masyarakat. Untuk mencapai
keadaan tersebut, pembangunan kesehatan diarahkan pada peningkatan
upaya pelayanan kesehatan yang berkualitas, pembiayaan kesehatan, SDM
kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat,
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 21
penggunaan teknologi maju yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat
dan manajemen kesehatan yang berkualitas. Upaya tersebut dilakukan
dengan memperhatikan epidemiologi penyakit, perubahan lingkungan dengan
semangat kemitraan, tuntutan jaman, sosial budaya setempat dan juga
peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat pada upaya promotif dan
preventif. Selain itu, perlu juga didorong kepada berlangsungnya paradigma
hidup sehat yang terintegrasi pada pencapaian kualitas hidup penduduk yang
sehat dan berumur panjang.
6. Walaupun berbagai upaya telah dilakukan khususnya upaya perlindungan
terhadap kaum perempuan, namun peran dan kualitas hidup perempuan di
berbagai bidang pembangunan masih rendah. Selain itu, tantangan yang
masih harus dihadapi adalah masih adanya stigma di masyarakat terhadap
perempuan terutama di perdesaan dimana perempuan merupakan makhuk
lemah, porsi perempuan adalah rumah, perempuan merupakan objek kaum
laki-laki dan diskriminasi perlakuan di dunia usaha maupun politik. Oleh
karena itu, kesetaraan gender menjadi masalah penting dalam penyusunan
perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan sehingga kondisi yang
diarahkan pada tahun 2025 adalah peningkatan pemahaman mengenai
kesetaraan gender, advokasi/hukum, peningkatan kualitas hidup dan peran
perempuan, penurunan tindak kekerasan, penurunan eksploitasi dan
diskriminasi terhadap perempuan di berbagai sektor serta penguatan
kelembagaan, kelompok masyarakat (khususnya perempuan) dan jaringan
kemitraan pengarusutamaan gender.
7. Berdasarkan gambaran kondisi kepemudaan di Jawa Barat, pemuda Jawa
Barat memilki potensi dan peluang yang cukup besar, sekaligus kelemahan
dan tantangan yang tidak ringan. Potensi dalam hal ini adalah jumlah yang
cukup besar, pola pikir dan semangat yang tinggi. Kelemahannya adalah
kondisi perkembangan psikologis pemuda yang belum stabil, masih pada
tahap pencarian identitas diri dan lemahnya sandaran nilai serta norma.
Tantangan yang muncul di kalangan pemuda adalah masa depan yang penuh
kompetisi baik keterampilan, idealisme maupun nilai budaya. Sementara
peluang yang dimiliki oleh pemuda Jawa Barat adalah ruang gerak atau
ekspresi idealisme yang terbuka, baik dalam konteks sistem nilai, sistem
pendidikan, sistem ekonomi maupun sistem politik.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 22
Dalam aspek keolahragaan, Jawa Barat memiliki potensi olahraga yang baik
namun demikian masih ada cabang-cabang olahraga yang tidak
menyumbangkan medali dalam event-event yang berskala regional dan
nasional. Ini berarti bahwa pembinaan olahraga prestasi di Jawa Barat belum
dilakukan secara optimal. Untuk itu perlu diperhatikan peran organisasi-
organisasi masing-masing cabang olahraga. Kondisi lain yang menjadi
tantangan adalah potensi olahraga di Jawa Barat bersifat menyebar.
Beberapa potensi olahraga terdapat di daerah-daerah kabupaten/kota. Untuk
itu perlu pembinaan yang komprehensif agar seluruh potensi olahraga di Jawa
Barat dapat dikembangkan secara baik. Untuk itu, prioritas utamanya adalah
melanjutkan proses pembangunan bidang olah raga yang telah berlangsung
selama ini, serta penguatan peran dan tanggungjawab masyarakat dalam
mengembangkan sarana, prasarana, dan kegiatan olah raga.
8. Kondisi kebudayaan dua dasawarsa ke depan akan menghadapi berbagai
perubahan sebagai imbas perubahan global dunia yang sekaligus menjadi
tantangan bagi terwujudnya kondisi yang diinginkan sampai dengan tahun
2025. Nilai-nilai tradisional, peninggalan sejarah, kepurbakalaan dan
permuseuman, pada masa yang akan datang perkembangannya akan
semakin bertentangan dengan arus perubahan teknologi informasi dan era
komputerisasi, sehingga diperlukan upaya perlindungan dan pelestarian
terhadap keempat aspek kebudayaaan tersebut, agar terhindar dari
kepunahan dan dapat memberikan manfaat bagi pembangunan budaya
daerah.
Untuk itu perlu upaya konkrit yang berkesinambungan terhadap pelestarian
dan pengembangan bahasa dan budaya daerah. Berbagai upaya yang perlu
dilakukan sebagai bentuk pencegahan terhadap menurunnya nilai-nilai luhur
budaya di masyarakat, perlu dilakukan sejak dini. Diterapkannya muatan
pendidikan nilai-nilai budaya daerah terhadap anak usia dini dan usia
pendidikan dasar, akan menjadi salah satu strategi yang optimal. Selan itu
diperlukan upaya revitalisasi terhadap lembaga/organisasi kesenian dan
kebudayaan yang didukung sepenuhnya oleh pemerintah daerah bekerjasama
dengan pihak swasta, juga upaya pelestarian cagar dan desa budaya, dan
pengembangan nilai-nilai yang ada di dalamnya.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 23
9. Untuk meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat terutama dalam
penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) perlu
dilakukan berbagai upaya oleh pemerintah Provinsi Jawa Barat diantaranya
pengembangan peran lembaga swadaya masyarakat, karang taruna, dan
panti rehabilitasi sosial agar dikelola secara lebih profesional dan
komprehensif, memberikan motivasi dan inovasi kepada pemerintah
Kabupaten dan Kota guna merespon berkembangnya permasalahan sosial
seperti perjudian, prostitusi dan penyalahgunaan narkoba. Tantangan ke
depan, beban permasalahan kesejahteraan sosial akan semakin beragam
dan meningkat akibat terjadinya berbagai krisis sosial seperti menipisnya nilai
budaya dan agama, meningkatnya ekses dan gejala sosial dampak dari
disparitas kondisi sosial ekonomi, serta terjadinya bencana sosial dan
bencana alam.
Berdasarkan kondisi tersebut, dalam kurun waktu 2005-2025 taraf
kesejahteraan sosial masyarakat diarahkan pada upaya pemberdayaan,
pelayanan, pencegahan, rehabilitasi, pengembangan dan perlindungan sosial
bagi masyarakat rentan termasuk penyandang masalah kesejahteraan sosial
(PMKS).
Disamping itu, penanggulangan PMKS menjadi PSKS (potensi kesejahteraan
sosial) perlu diupayakan terus menerus melalui penggalian dan
pendayagunaan potensi yang dimiliki, meningkatkan sarana dan prasarana,
peningkatan mutu sekolah serta pelatihan/optimalisasi bagi
organisasi/lembaga sosial serta partisipasi masyarakat dalam upaya
pemberdayaan masyarakat sehingga tercipta kondisi sosial kemasyarakatan
yang sesuai dengan norma-norma agama dan budaya.
B. EKONOMI
Pembangunan ekonomi Jawa Barat 20 tahun mendatang dihadapkan pada tantangan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara berkelanjutan dan
berkualitas untuk mewujudkan secara nyata peningkatan kesejahteraan sekaligus
mengurangi kemiskinan dan kesenjangan ekonomi serta pengangguran. Laju
Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Jawa Barat tahun 2008–2027 diperkirakan akan
mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 5,9% per tahun. Struktur ekonomi Jawa
Barat ke depan akan didominasi oleh empat sektor utama yaitu sektor industri
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 24
pengolahan, perdagangan hotel dan restoran, jasa lainnya serta pertanian. seiring
dengan era perdagangan bebas yang akan terus mewarnai perkembangan ekonomi
dunia di masa mendatang, peningkatan daya saing ekonomi daerah menjadi faktor
penentu bagi keberlanjutan pembangunan ekonomi daerah. Penguatan Koperasi,
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah akan menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi
daerah, yang didukung oleh reorientasi ekonomi kepada basis penelitian dan teknologi
serta pasar.
Tantangan peningkatan investasi di daerah ke depan tidak lepas dari stabilitas
keamanan dan ketertiban yang diiringi oleh kepastian hukum, ketersediaan
infrastruktur wilayah, ketersediaan dan kepastian lahan, perburuhan dan masalah
lainnya termasuk proses perijinan pembangunan. Pemecahan masalah tersebut
sangat menentukan keberhasilan untuk menarik investasi agar dapat menanamkan
modal di Jawa Barat. Upaya promosi investasi juga menjadi faktor lainnya yang
menentukan untuk menarik investasi baru.
1. Permasalahan utama dalam pengembangan pertanian di Provinsi Jawa Barat
adalah skala usaha tani yang semakin mengecil sehingga kurang kompetitif,
rendahnya akses terhadap teknologi baru, permodalan, informasi, dan pasar.
Disisi lain adanya konversi lahan usaha tani ke non-pertanian menyebabkan
terjadi konsentrasi kapital di non-pertanian yang semakin menekan posisi rebut
tawar sektor pertanian. Pengembangan sarana dan prasarana yang ada relatif
belum dapat memperbaiki kinerja pertanian, peningkatan kesempatan kerja
maupun pengurangan kemiskinan. Di level pemerintahan atau perumus
kebijakan, permasalahan utama yang dihadapi adalah cara pandang yang
masih parsial, sehinggga timbul masalah koordinasi dan sinkronisasi antar
subsistem dalam sistem pertanian. Berdasarkan permasalahan diatas,
pengembangan pertanian diarahkan menjadi penggerak perekonomian daerah
dan menjadi bagian integral dari arah dan pembangunan. Tingkat Kebutuhan
Konsumsi pangan di masa yang akan datang untuk beberapa komoditi relatif
akan meningkat secara perlahan. Peningkatan ini berhubungan erat dengan
tingkat pertumbuhan penduduk serta proyeksi tingkat konsumsi per kapita per
tahun.
2. Upaya untuk mendukung pencapaian pertumbuhan sektor industri jangka
panjang, diarahkan pada penguatan struktur industri dan peningkatan daya
saing industri yang berkelanjutan. Pembangunan industri yang berkelanjutan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 25
didasarkan pada industri yang berbasis pada sumber daya alam lokal dan
penguasaan teknologi dengan didukung oleh sumber daya manusia yang
kompeten. Dengan demikian diharapkan sektor industri dapat menjadi
penggerak utama perekonomian daerah yang memiliki struktur keterkaitan dan
kedalaman yang kuat serta memiliki daya saing yang berkelanjutan dan
tangguh di pasar domestik dan internasional.
3. Adapun tantangan ke depan untuk pengembangan perdagangan di Jawa Barat
adalah di fokuskan peningkatan akses pasar ekspor diiringi dengan
peningkatan kualitas dan desain produk, serta memperluas kawasan dan tujuan
ekspor. Selain itu, untuk penguatan perdagangan dalam negeri di tujukan
peningkatan sarana distribusi barang, penguatan pasar domestik,
menggalakkan pemberdayaan produk dalam negeri dan peningkatan
perlindungan konsumen.
4. Tantangan pengembangan pariwisata 20 tahun mendatang adalah
mewujudkan Jawa Barat sebagai daerah kunjungan wisata utama, dimana
Potensi wisata Jawa Barat cukup banyak dengan objek dan atraksi wisata yang
variatif dan menarik. Proyeksi jumlah kunjungan wisatawan ke Jawa Barat
sebesar 16,4% per tahunnya. Guna mendukung pertumbuhan wisatawan ke
Jawa Barat, maka pengembangan pariwisata difokuskan pada pengembangan
daya tarik wisata yang berakar pada alam dan budaya Jawa Barat sehingga
dapat mencerminkan jati diri masyarakat Jawa Barat, yang didukung oleh
kompetensi sumber daya manusia, pengelola daya tarik wisata dan fasilitas
penunjang wisata.
5. Masalah kemiskinan akan sangat berkaitan dengan ketidakmampuan individu
untuk memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak. Kebutuhan akan
sandang, pangan, papan serta pendidikan dan kesehatan merupakan
tantangan yang harus mendapatkan perhatian dalam rangka penanggulangan
kemiskinan. Oleh sebab itu upaya penanggulangan kemiskinan merupakan
prioritas utama dalam pembangunan jangka panjang sehingga diharapkan
pada tahun 2005 jumlah penduduk miskin terus berkurang.
Prediksi jumlah angkatan kerja pada akhir tahun 2027 diperkirakan mencapai
21,5 juta jiwa dengan jumlah penduduk bekerja sebanyak 19 juta jiwa dan
pencari kerja sebanyak 2,5 juta jiwa. Meningkatnya jumlah angkatan kerja yang
merupakan kelompok usia produktif perlu disikapi dengan berbagai upaya
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 26
untuk membuka kesempatan kerja yang lebih besar, meningkatkan
produktivitas dan keterampilan tenaga kerja, mengurangi permasalahan
perburuhan dalam rangka mengendalikan jumlah pengangguran yang
diprediksi akan semakin besar di masa mendatang.
C. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Era globalisasi ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang sangat pesat dan perubahan paradigma dari resource-based
competitiveness menjadi knowledge-based competitiveness. Karena itu
kemampuan suatu daerah untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
menjadi salah satu faktor dalam berkompetisi di pasar global dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakatnya.
Dalam rangka peningkatan kemampuan iptek, tantangan yang dihadapi dalam 20
tahun mendatang adalah meningkatkan kemampuan iptek yang ditunjang oleh
SDM yang berkualitas, peningkatan sarana dan prasarana, serta pembiayaan
menuju masyarakat berbasis pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi.
Selain itu, pembangunan iptek 20 tahun mendatang, mengacu pada nilai-nilai
luhur yaitu dapat dipertanggunjawabkan, prima, inovatif dan berpandangan jauh
ke depan.
D. SARANA DAN PRASARANA
Pada masa yang akan datang, tantangan yang dihadapi dalam pengembangan
transportasi di Jawa Barat adalah sebagai berikut:
• Perlunya pengembangan angkutan umum massal terutama untuk kota-kota
yang berpenduduk padat.
• Pengembangan jaringan jalan primer yang efektif dan efisien, baik berupa
jaringan jalan Tol maupun non Tol , yang menghubungkan pusat-pusat
kegiatan utama dalam skala regional dan lokal.
• Perlunya pengaturan hirarki peran serta fungsi Jaringan transportasi yang lebih
baik, agar menghasilkan pergerakan yang efisiensi dan efektif.
• Mengembangkan cakupan pelayanan bandara-bandara yang telah ada dan
mengembangkan bandara baru yang lebih tinggi kapasitas layanannya, untuk
menunjang perkembangan kegiatan perekonomian dan kegiatan-kegiatan
lainnya.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 27
• Meningkatkan sarana dan prasarana pelabuhan yang ada dan
Mengembangkan pelabuhan baru dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas
keluar/ masuknya barang.
• Menata keberadaan pelabuhan penyeberangan dan terminal sesuai dengan
fungsi dan hirarkinya.
• Merivitalisasi dan mengembangkan jaringan jalan rel untuk melayani
pergerakan dalam kota dan antar kota.
• Meminimalisir terjadinya bencana banjir dan kekekeringan, dengan
menormalisasi infrastruktur penampung air baku.
• Mengembangkan infrastruktur penampung air baku, baik yang bersipat buatan
maupun yang alami.
• Merehabilitasi jaringan irigasi teknis dan semi teknis serta mengembangkan
jaringan irigasi tadah hujan menjadi jaringan irigasi teknis.
• Mengembangkan potensi- potensi energi baru yang terbarukan, seperti mikro
hidro, panas bumi, tenaga uap, tenaga surya dan angin.
• Mengembangkan jaringan listrik pedesaan dengan memanfaatkan energi listrik
alternatif.
• Mengembangkan jaringan telekomunikasi baik yang menggunakan jaringan
kabel maupun nirkabel, terutama pada daerah yang teledensitasnya masih
rendah
• Mengembangkan sarana dan prasarana dasar pemukiman, berupa
pengembangan rumah susun, meningkatkan jaringan air bersih dan sanitasi
lingkungan.
• Mengembangkan pengelolaan sampah yang berskala regional. .
E. POLITIK
Selama kurun waktu 2005 – 2025 diperlukan penyelenggaraan proses komunikasi
massa, komunikasi sosial, dan komunikasi politik yang berorientasi pada
penyelenggaraan proses demokratisasi yang harmonis. Pembangunan bidang
komunikasi dan informasi tidak dapat dilepaskan dari pengembangan kualitas
pemahaman terhadap fungsi kelembagaan dan media komunikasi. Secara
fungsional, kelembagaan dan media komunikasi merupakan bagian integral dari
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 28
keseluruhan masyarakat, dan karena itu tunduk terhadap dimensi nilai budaya
yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.
Melihat tantangan perubahan yang dihadapi pembangunan Jawa Barat, di-
perlukan kualifikasi pemimpin daerah yang memiliki pengalaman dalam
penyelenggaraan manajemen pemerintahan, memiliki kecerdasan intelektual dan
spiritual untuk menggerakkan tata kelola pemerintahan yang baik dan
pemerintahan yang inovatif dan bebas korupsi – kolusi – dan nepotisme, dan
visioner untuk menggerakkan perubahan dan pembaruan dalam keseluruhan
konteks pembangunan, serta egaliter untuk menggerakkan tata pikir, sikap, dan
tindakan yang mampu menggerakkan proses demokratisasi yang beradab dan
bermuara pada terciptantanya kondisi masyarakat yang harmonis. Proses
pergantian kepemimpinan daerah juga mempertimbangkan aspek keadilan dan
kesetaraan gender untuk mencapai keseimbangan antara ketegasan dan
kecepatan, serta kecermatan dan ketepatan dalam pengambilan keputusan.
Proses dan mekanisme politik berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi di masa
mendatang adalah terciptanya tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara yang aman, damai, dan stabil. Karena itu, partisipasi warga dalam
kehidupan politik merupakan suatu keniscayaan melalui sistem masyarakat
madani yang egaliter dan terbuka terhadap perubahan.
F. KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM
Potensi ancaman keamanan akan dihadapi dari terjadinya friksi dan konflik sosial
terkait dengan menurunnya daya dukung lahan, air, dan lingkungan dalam proses
pembangunan. Selain itu juga dari lambannya pencapaian keseimbangan jumlah
penduduk dan lapangan pekerjaan. Ancaman lain yang cenderung meningkat
adalah kejahatan transnasional, mengingat Jawa Barat merupakan jalur mobilitas
orang dan barang yang strategis.
Gangguan ketentraman dan ketertiban umum masih akan berlangsung dengan
pertumbuhan kriminalitas yang disebabkan masih besarnya pengangguran, akibat
belum seimbangnya jumlah angkatan kerja dengan lapangan kerja yang tersedia.
Upaya penyelenggaraan tata kehidupan bermasyarakat yang aman dan tertib
melalui pengembangan motivasi hidup disiplin, kait berkait dengan pencapaian
kondisi di berbagai sektor pembangunan, khususnya ekonomi dan politik, serta
kemampuan melakukan proses transformasi terhadap berbagai nilai global yang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 29
berkembang sangat cepat.
G. HUKUM
Menyikapi perkembangan pembangunan dengan berbagai perubahan yang
terjadi dalam pembangunan sosial dan ekonomi, pembangunan hukum daerah
berpotensi mengembangkan berbagai alternatif untuk menguatkan sistem hukum
yang berhubungan dengan hak atas kekayaan intelektual, cyber law, hukum
agama yang melandasi penyelenggaraan zakat dan perkawinan, dan penguatan
terhadap kepentingan pragmatis hukum tata usaha. Pemberdayaan dan
peningkatan pengetahuan masyarakat berbasis kesadaran hukum menjadi
penentu berlangsungnya proses tata hukum daerah yang dapat dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat secara keseluruhan. Terutama dalam mendapatkan
kepastian hukum untuk menjalankan seluruh aspek kehidupan bermasyarakat
sehari-hari.
H. APARATUR
Tantangan besar yang dihadapi adalah menanggulangi berbagai permasalahan
yang ditimbulkan oleh terjadinya disharmoni antar tingkat pemerintahan berkaitan
dengan pengelolaan kewenangan pemerintahan. Selain itu penyelenggaraan
manajemen yang efektif dan efisien juga menjadi tantangan yang besar. Birokrasi
juga masih belum sederhana dan belum mengalami perubahan, untuk
menghadapi demokratisasi, globalisasi dan revolusi teknologi informasi. Dengan
adanya desentralisasi, aparatur dituntut untuk mengembangkan sumber dayanya
agar dapat lebih kreatif dalam mengembangkan daerahnya menuju kemandirian
dan siap berkompetisi dengan daerah lain untuk menarik investasi. Dalam
demokratisasi masyarakat lebih sadar akan hak dan tanggungjawabnya, termasuk
terhadap negara, sehingga masyarakat dapat menuangkan aspirasinya dalam
pembangunan daerah. Kesiapan aparatur dalam mengantisipasi demokratisasi
perlu ditingkatkan agar mampu meningkatkan pelayanan yang lebih sederhana,
murah dan cepat
I. TATA RUANG DAN PENGEMBANGAN WILAYAH
Tantangan jangka panjang yang harus diantisipasi adalah menjaga konsistensi
antara perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tata rung. Penataan ruang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 30
ke depan perlu mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lahan serta
kerentanan terhadap bencana alam. Selain itu diperlukan regulasi yang jelas agar
tidak terjadi konflik pemanfaatan ruang antarsektor. Tantangan lain yang perlu
diantisipasi adalah mengurangi kesenjangan pembangunan antarwilayah
khususnya antara wilayah di perkotaan dan perdesaan khususnya yang berada di
Selatan Jawa Barat dan menyeimbangkan PKN, PKW dan PLK sehingga dapat
berkembang secara merata dan optimal.
Kemudian dari aspek pola tata ruang tantangannya adalah bagaimana
menyediakan kebutuhan lahan untuk kawasan permukiman terutama di kawasan
perkotaan sementara lahan yang ada sangat terbatas karena adanya kawasan
lindung yang tidak boleh berubah fungsi dan adanya lahan sawah yang juga harus
dipertahankan keberadaannya. Selain itu pengelolaan kawasan perkotaan akan
menjadi tantangan tersendiri dalam mengatur aktivitas perkotaan dan memenuhi
segala sarana dan prasarana yang dibutuhkan dengan tetap memperhatikan
prinsip pembangunan perkotaan yang berkelanjutan.
J. SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
Tantangan besar yang dihadapi Provinsi Jawa Barat sampai tahun 2025 adalah
memulihkan dan menguatkan kembali daya dukung lingkungan dalam pe-
laksanaan pembangunan. Bersamaan dengan itu keterlibatan seluruh potensi
masyarakat untuk melakukan berbagai penguatan bagi terwujudnya perilaku dan
budaya ramah lingkungan serta sadar resiko bencana perlu terus
ditumbuhkembangkan. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan dengan
prinsip berkelanjutan menjadi tumpuan bagi upaya peningkatan kualitas
lingkungan hidup ke depan. Pendayagunaan sumber daya alam harus dilakukan
seefektif dan seefisien mungkin, ditopang iptek yang memadai sehingga
memberikan nilai tambah yang berarti. Jawa Barat dengan keanekaragaman
potensi sumber daya alamnya tidak justru hanya menjadi pengekspor sumber
daya alam bernilai rendah dan mengimportnya kembali dalam bentuk produk
bernilai tinggi.
Pembiayaan penataan lingkungan merupakan aspek penting yang selama ini sulit
dilaksanakan karena terkait kerjasama dan komitmen antar pihak atau antar
daerah. Penerapan prinsip yang mencemari dan merusak harus membayar
(Polluters Pay Principle ), pola role sharing hulu hilir atau pusat-daerah, bagi hasil
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT II - 31
pajak untuk lingkungan, dana lingkungan, serta pola pembiayaan pemulihan
lingkungan harus mulai dilakukan. Pengawasan secara kontinyu dan penegakan
hukum secara konsisten adalah tantangan ke depan yang harus diwujudkan,
untuk mendukung upaya pemulihan daya dukung lingkungan lebih maksimal.
Pemahaman resiko bencana harus mulai diintegrasikan pada proses
pembangunan ke depan, guna meminimalisasi resiko dan kerugian yang mungkin
timbul atas hasil – hasil pembangunan yang dicapai.
II.3 MODAL DASAR
Modal dasar pembangunan merupakan salah satu kekuatan dan peluang yang
dapat dimanfaatkan sebagai dasar pembangunan daerah, antara lain :
1. Posisi geografis Jawa Barat yang berbatasan dengan ibukota negara menjadikan
Jawa Barat sebagai penyangga DKI Jakarta dan menjadi lintasan utama arus
regional penumpang dan barang Sumatera – Jawa – Bali merupakan dasar dalam
penetapan kebijakan pembangunan daerah di berbagai aspek;;
2. Sumberdaya air yang melimpah dan keanekaragaman hayati menjadi potensi
pembangunan yang dimanfaatkan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat;
3. Jumlah penduduk terbesar di Indonesia menjadi sumberdaya yang potensial dan
produktif bagi pembangunan daerah;
4. Keragaman budaya Jawa Barat merupakan modal sosial yang akan mempercepat
proses pembangunan;
5. Keamanan dan ketertiban yang relatif stabil akan menjadi daya tarik dalam
peningkatan investasi di Jawa Barat.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT III - 1
BAB III VISI DAN MISI
3.1. Visi Pembangunan Daerah
Berdasarkan kondisi sampai dengan saat ini dan tantangan yang akan dihadapi dalam
20 tahun mendatang serta dengan mempertimbangkan modal dasar yang dimiliki, maka
Visi Pembangunan Provinsi Jawa Barat tahun 2005-2025 adalah :
“JAWA BARAT SEBAGAI PROVINSI TERMAJU DI INDONESIA”
Provinsi termaju di Indonesia dimaksudkan sebagai provinsi yang memiliki berbagai
keunggulan dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. Keunggulan tersebut
ditunjukan dalam aspek sumberdaya manusia, ekonomi, pemerintahan, sosial, budaya
dan lingkungan hidup.
Provinsi termaju dalam aspek sumberdaya manusia ditunjukan dengan masyarakat
yang sehat, cerdas, produktif, berakhlak mulia, menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi serta mampu memainkan peran dan fungsi sebagai subjek dan objek dalam
pembangunan yang berkelanjutan. Masyarakat Jawa Barat juga merupakan masyarakat
yang memiliki jatidiri yang kuat dan mandiri serta mampu bersaing dalam kehidupan
sehingga menjadi potensi yang memiliki kapabilitas untuk memenuhi pasar kerja lokal,
nasional, dan internasional.
Provinsi termaju dalam aspek ekonomi ditunjukan dengan penciptaan struktur ekonomi
yang tangguh, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemerataan hasil-hasil pembangunan
ekonomi di seluruh wilayah Jawa Barat, serta mampu bersaing dalam percaturan global.
Kemajuan dalam pembangunan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan daerah
untuk memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki, keberadaan sumberdaya manusia
pengelola yang berkualitas, kemitraan yang saling menguntungkan dalam lingkup
regional, nasional dan internasional serta memiliki fokus pengembangan yang jelas.
Perekonomian yang maju didukung oleh penyediaan infrastruktur yang memadai dan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT III - 2
berkualitas serta pemanfaatan ruang dan pengelolaan sumberdaya alam secara
rasional, efisien dan berkelanjutan.
Provinsi termaju dalam aspek pemerintahan ditunjukan dengan profesionalisme aparatur
pemerintah, pelayanan publik yang prima, penegakan hukum secara konsekuen dan
peningkatan akuntabilitas serta transparansi dalam pemerintahan.
Provinsi termaju dalam aspek sosial dan budaya ditunjukan dengan kestabilan politik,
ketentraman dan ketertiban, pengamalan ajaran agama secara konsisten, kerukunan
hidup antar umat beragama, pelestarian dan pengamalan nilai-nilai luhur budaya
daerah.
Provinsi termaju dalam aspek lingkungan hidup ditunjukan dengan tingginya daya
dukung lingkungan, rendahnya tingkat kerusakan dan pencemaran lingkungan,
lestarinya pemanfaatan sumberdaya alam yang terbarukan maupun tak terbarukan,
tingginya upaya-upaya peningkatan kualitas lingkungan serta tingginya peran serta
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
Visi pembangunan daerah Provinsi Jawa Barat jangka panjang dilakukan dengan
menerapkan prinsip-prinsip stabilitas yang mantap, pertumbuhan yang tinggi,
pemerataan yang berkeadilan serta pembangunan yang berkelanjutan.
Prinsip Stabilitas yang mantap ditunjukan dengan terciptanya ketentraman dan
ketertiban masyarakat di seluruh wilayah Jawa Barat, konsistennya penegakan hukum
serta rendahnya gejolak di masyarakat yang berpotensi menghambat laju pembangunan
daerah.
Prinsip pertumbuhan yang tinggi ditunjukan dengan tingginya produk domestik regional
bruto, tingginya laju pertumbuhan ekonomi, tingginya produktivitas masyarakat Jawa
Barat, tingginya investasi dalam pembangunan daerah baik investasi dalam negeri,
investasi asing maupun investasi masyarakat, tingginya nilai ekspor Jawa Barat serta
terkendalinya inflasi.
Prinsip pemerataan yang berkeadilan ditunjukan dengan pemerataan pembangunan
dalam setiap sektor pembangunan, seluruh wilayah Jawa Barat serta seluruh kelompok
dan lapisan masyarakat. Pemerataan pembangunan juga dimaksudkan dengan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT III - 3
meningkatkan pembangunan di wilayah tertinggal dan wilayah perbatasan untuk
mengurangi disparitas pembangunan antarwilayah.
Prinsip pembangunan berkelanjutan ditunjukan dengan terciptanya orientasi
pembangunan daerah yang mempertimbangkan kebutuhan hidup generasi yang akan
datang, pendayagunaan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan secara bijaksana
serta terwujudnya pola konsumsi masyarakat yang hemat dan proporsional
3.2. Misi Pembangunan Upaya perwujudan visi pembangunan jangka panjang Provinsi Jawa Barat tersebut akan
dicapai melalui 5 (lima) misi pembangunan jangka panjang Jawa Barat 2005-2025
sebagai berikut:
Misi Pertama : Mewujudkan masyarakat yang berkualitas; adalah
membangun sumber daya manusia yang berdaya saing,
berahlak mulia, menerapkan nilai-nilai luhur budaya, memiliki jati
diri dan menguasai IPTEK melalui peningkatan akses terhadap
pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja.
Misi Kedua : Mewujudkan perekonomian yang berdaya-saing; adalah
mengembangkan dan memperkuat perekonomian regional yang
berdaya saing global dan berorientasi pada keunggulan
komparatif, kompetitif dan kooperatif. Perkembangan ekonomi
regional didukung oleh penyediaan infrastruktur yang memadai,
tenaga kerja yang berkualitas dan regulasi yang mendukung
penciptaan iklim investasi yang kondusif.
Misi Ketiga : Mewujudkan lingkungan hidup yang asri dan lestari; adalah
mewujudkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
hidup yang berkelanjutan, menjaga fungsi dan daya dukung
lingkungan, serta keseimbangan pemanfaatan ruang yang serasi
antara kawasan lindung dan budidaya.
Misi Keempat : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik ; adalah
membangun akuntabilitas kepemerintahan yang bertanggung
jawab, peningkatan efisiensi birokrasi, kemitraan yang serasi
antar legislatif dengan eksekutif, penciptaan stabilitas politik dan
konsistensi dalam penegakan hukum.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT III - 4
Misi Kelima : Mewujudkan pemerataan pembangunan yang berkeadilan ;
adalah mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh,
meningkatkan keberpihakan kepada daerah tertinggal,
menanggulangi kemiskinan dan pengangguran, menyediakan
akses yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan
sosial serta sarana dan prasarana dasar, serta menghilangkan
diskriminasi dalam berbagai aspek.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT IV - 1
BAB IV ARAH, TAHAPAN, DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JANGKA
PANJANG DAERAH TAHUN 2005–2025
Upaya perwujudan visi pembangunan Jawa Barat yang dilakukan melalui
pelaksanaan misi pembangunan yang dilaksanakan melalui tahapan pembangunan
jangka menengah. Untuk memberikan arah yang jelas bagi pembangunan jangka
panjang daerah, ditentukan sasaran pembangunan pada setiap misi sebagai berikut :
A. Terwujudnya masyarakat yang berkualitas, ditandai oleh hal-hal berikut :
1) Terwujudnya sumberdaya manusia yang berdaya saing yang ditunjukkan
dengan penguasaan IPTEK dan peningkatan akses terhadap pendidikan,
kesehatan serta lapangan kerja;
2) Terbentuknya jati diri masyarakat Jawa Barat yang memadukan perilaku
cerdas dan budi pekerti luhur, yang dicirikan dengan kemauan dan
kemampuan untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama dan budaya dalam
kehidupan sehari-hari;
B. Terwujudnya perekonomian yang berdaya saing, ditandai oleh hal-hal sebagai
berikut :
1) Meningkatnya keterkaitan antara sektor primer, sektor sekunder dan sektor
tersier dalam suatu sistem yang produktif, bernilai tambah dan berdaya saing
serta keterkaitan pembangunan ekonomi antarwilayah.
2) Tersedianya jaringan infrastruktur perhubungan yang handal dan teritegrasi,
terpenuhinya pasokan energi yang andal dan efisien, tersedianya
infrastruktur komunikasi yang efisien dan modern serta tersedianya
infrastruktur sumberdaya air yang berkualitas.
3) Meningkatnya PDRB, laju pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja,
investasi di daerah, nilai ekspor produk serta mengurangi ketergantungan
terhadap bahan baku impor.
4) Tercukupinya kebutuhan pangan masyarakat Jawa Barat.
5) Tersedianya penunjang perkembangan ekonomi dalam bentuk regulasi yang
efektif, pembiayaan yang berkelanjutan, sumberdaya manusia yang
berkualitas, teknologi tinggi dan tepat guna, jaringan distribusi efektif dan
efisien serta sistem informasi yang handal.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT IV - 2
C. Terwujudnya lingkungan hidup yang asri dan lestari, ditandai oleh hal-hal
berikut :
1) Tercapainya keseimbangan antara jumlah penduduk terhadap daya dukung
dan daya tampung lingkungannya.
2) Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berperilaku ramah lingkungan.
3) Membaiknya pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
4) Terwujudnya pendayagunaan sumber daya alam dan jasa lingkungan yang
berkelanjutan.
5) Terwujudnya pemanfaatan ruang yang serasi dengan ekosistemnya serta
mampu mewadahi perkembangan wilayah dan aktifitas perekonomiannya
D. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik, ditandai oleh hal-hal berikut :
1) Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam penetapan kebijakan yang
didukung kondisi politik yang demokratis berbasiskan etika;
2) Meningkatnya penegakkan hukum dan perlindungan hak asasi manusia yang
menjamin terwujudnya ketentraman dan ketertiban umum;
3) Meningkatnya profesionalisme aparatur, efisiensi birokrasi dan akuntabilitas
pemerintah daerah yang bermuara kepada peningkatan pelayanan publik.
E. Terwujudnya pemerataan pembangunan yang berkeadilan, ditandai oleh hal
hal berikut : 1. Terwujudnya peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat
untuk mengurangi tingkat kemiskinan di seluruh wilayah Jawa Barat.
2. Berkurangnya kesenjangan antarwilayah dan antar kelompok masyarakat
(kesenjangan sosial).
3. Terpenuhinya kebutuhan perumahan beserta sarana dan prasarana dasarnya
dengan didukung oleh pembiayaan perumahan yang terjangkau bagi seluruh
lapisan masyarakat dan terbebas dari permukiman kumuh.
4. Tersedianya kesempatan berusaha bagi seluruh lapisan masyarakat untuk
menanggulangi pengangguran.
5. Tersedianya akses akan pelayanan sosial dasar di seluruh wilayah Jawa
Barat.
Untuk mencapai sasaran-sasaran pokok tersebut, arah pembangunan jangka
panjang selama kurun waktu 20 tahun mendatang adalah sebagai berikut :
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT IV - 3
4.1. ARAH PEMBANGUNAN
4.1.1. MEWUJUDKAN MASYARAKAT YANG BERKUALITAS Terwujudnya masyarakat Jawa Barat yang berperilaku cerdas dan berbudi pekerti
luhur dengan penguasaan IPTEK dan peningkatan akses terhadap pendidikan,
kesehatan serta lapangan kerja, merupakan modal dasar tercapainya sasaran
pembangunan di bidang lainnya. Pembangunan tanpa disertai dengan SDM yang
mampu berpikir dan bertindak cepat dan tepat menghadapi berbagai permasalahan
dan tantangan, yang mendasarkan setiap tindakan terhadap norma-norma dan nilai-
nilai luhur agama dan budaya yang ada, tidak akan berlangsung sebagaimana
mestinya dan tidak mampu memenuhi aspek keberlanjutan.
1. Pembangunan pendidikan diselenggarakan secara integral untuk mencapai
kualitas sumberdaya manusia yang cerdas, kreatif, produktif, inovatif, mandiri dan
dengan kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi, unggul dalam persaingan,
serta mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Pembangunan di bidang
pendidikan diarahkan pada penyediaan pelayanan pendidikan yang merata dan
berkeadilan pada berbagai jenis kelamin, jenjang usia, jenis dan jalur pendidikan,
serta wilayah; penyediaan informasi pendidikan yang akurat dan tepat waktu
serta pemantapan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pendidikan untuk
semua yang mendukung pendidikan berkelanjutan. Pembangunan pendidikan
juga ditujukan untuk mengembangkan peran dan fungsi institusi pendidikan Jawa
Barat secara berkualitas (berskala regional, nasional, dan internasional) sebagai
pusat pelatihan dan pengembangan kapasitas SDM bangsa secara nasional.
Peningkatan kualitas dan revelansi pendidikan dan pelatihan yang mampu
merespon globalisasi dan kebutuhan pembangunan nasional melalui
pengembangan kurikulum pendidikan yang dapat melayani keberagaman peserta
didik, jenis dan jalur pendidikan serta kebutuhan pasar kerja dan pembangunan
wilayah; peningkatan kualitas dan profesionalisme pendidik dan tenaga
kependidikan lainnya; penyediaan sarana pendidikan yang bermutu; peningkatan
penelitian dan penyebarluasan hasil penelitian serta pelaksanaan pengabdian
pada masyarakat merupakan bagian lain dari pembangunan pendidikan;
2. Pembangunan kesehatan dilaksanakan secara simultan dengan titik berat pada
kesehatan ibu dan anak, sanitasi, peningkatan kualitas gizi masyarakat, serta
pengembangan peran instalasi kesehatan masyarakat sebagai pusat
pemberdayaan untuk membentuk lingkungan (fisik dan sosial) dan perilaku
sehat, serta peningkatan peran dan fungsi kaum perempuan sebagai penggerak
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT IV - 4
pembangunan di seluruh tingkat dan lapisan masyarakat. Arah pembangunan
kesehatan dilaksanakan dengan meningkatkan pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan dan berkualitas bagi penduduk miskin; meningkatkan
pemerataan pembangunan kesehatan dalam rangka meniadakan ketimpangan
antar daerah dan antar kelompok penduduk; peningkatan peran serta swasta dan
masyarakat dalam pembangunan kesehatan khususnya dalam pengembangan
pelayanan medik; meningkatkan produksi, distribusi dan pemanfaatan obat yang
bermutu, efektif dan aman bagi penduduk dengan harga yang terjangkau;
3. Pembangunan agama diarahkan untuk mewujudkan kerukunan hidup antar dan
inter umat beragama serta keshalehan sosial melalui pemantapan pemahaman
dan pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memantapkan
kerukunan hidup antar umat beragama di Jawa Barat dilakukan melalui
pemantapan fungsi, peran dan kedudukan agama sebagai landasan moral,
spiritual dan etika dalam pelaksanaan pembangunan; meningkatkan dan
memantapkan kerukunan hidup antar umat beragama, sehingga tercipta suasana
kehidupan yang toleransi, tenggang rasa dan harmoni antara satu dengan
lainnya, dalam semangat kemajemukan melalui dialog antar umat beragama
dengan memfungsikan lembaga forum kerukunan umat beragama (FKUB);
merevitalisasi sikap hidup berdampingan secara damai, toleransi dan tenggang
rasa dalam mewujudkan harmonisasi dan keshalehan sosial. Untuk
memantapkan pemahaman dan pengamalan agama di Jawa Barat diarahkan
melalui pelaksanaan pendidikan agama secara deskriptif yang dogmatis maupun
tidak dogmatis; meningkatkan kemudahan umat beragama dalam menjalankan
ibadahnya termasuk penyempurnaan kualitas pelaksanaan zakat dengan
memberikan kesaempatan yang luas kepada masyarakat untuk berpartisipasi
dalam menyelenggarakannya; meningkatkan fungsi dan peran lembaga-lembaga
sosial keagamaan dalam mengatasi berbagai permasalahan sosial yang terjadi;
memantapkan gerakan keshalehan sosial di Jawa Barat sebagai landasan moral
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
Ketahanan budaya yang diartikan sebagai kekuatan, kemampuan daya tahan dan
keuletan suatu masyarakat pendukung kebudayaan untuk menghadapi tantangan,
hambatan dan ancaman budaya luar serta yang datang dari masyarakat pendukung
kebudayaan itu sendiri, dapat terwujud apabila masyarakat Jawa Barat memiliki
identitas diri yang berdasarkan nilai-nilai tradisional dan kearifan masyarakat Jawa
Barat. Strategi yang dilakukan untuk memantapkan ketahanan budaya adalah
merevitalisasi, melestarikan, dan mengembangkan nilai-nilai tradisional dan kearifan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT IV - 5
lokal masyarakat Jawa Barat guna mempertahankan dan memperkuat identitas dan
jati diri masyarakat Jawa Barat.
4.1.2. MEWUJUDKAN PEREKONOMIAN REGIONAL YANG BERDAYA SAING
Keberhasilan pencapaian visi pembangunan jangka panjang sangat ditentukan oleh
kemampuan daerah untuk memanfaatkan potensi wilayah melalui pengembangan
kegiatan utama (core business). Pembangunan ekonomi daerah Jawa Barat tahun
2005-2025 diarahkan kepada pertanian dalam arti luas, industri pengolahan dan jasa
dalam arti luas.
Pertanian di Jawa Barat sudah ada dan tumbuh dimasyarakat serta masih memiliki
potensi yang besar dan variatif untuk didukung agro ekosistem yang cocok untuk
pengembangan komoditas pertanian sehingga komoditas pertanian memiliki citra
yang positif dan berdaya saing baik pada tingkat lokal, regional dan internasional.
Pengembangan pertanian di Provinsi Jawa Barat diarahkan pada (1) pengembangan
industri input yang memadai dari segi jumlah, kualitas dan waktu sesuai dengan
tuntutan pengembangan agribisnis hilir (2) pengembangan teknologi budidaya dan
organisasi produksi yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman, ternak dan
ikan dengan menggunakan lahan minimal dan ramah lingkungan untuk
menghasilkan produk yang berkualitas dan aman bagi konsumen. (3) peningkatan
nilai tambah melalui pengolahan hasil produk primer, (4) pengembangan sistem
pemasaran yang berorientasi pada perubahan permintaan konsumen, (5)
pengembangan penunjang sistem agribisnis yang berfungsi mengatur dan memandu
sistem agribisnis, dan (6) pengembangan jejaring bisnis terintegrasi yang
menggambarkan harmoni antar pelaku bisnis pada tingkat institusi pemerintah
terkait, produsen dan pelaku jasa agribisnis dalam lingkup wilayah dan lingkup
fungsional.
Dalam rangka meningkatkan daya saing, pengembangan industri Jawa Barat di
arahkan pada Pertama, peningkatan nilai tambah dan produktivitas melalui
diversifikasi produk (pengembangan ke hilir), pendalaman struktur (hulu-hilir),
penguatan hubungan antar industri, dan pendukungan infrastruktur industri yang
antara lain tersedianya sarana dan prasarana fisik (transportasi, komunikasi, energi,
serta sarana dan prasarana teknologi), prasarana pengukuran, standardisasi,
pengujian, dan pengendalian kualitas; serta sarana dan prasarana pendidikan dan
pelatihan tenaga kerja industri. Kedua, pembangunan industri yang berkelanjutan,
dimana produksi industri harus memperhatikan aspek lingkungan sehingga dapat
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT IV - 6
menghasilkan industri produksi bersih (green product/ecological product) terutama
industri-industri yang berpotensi menghasilkan limbah, mengembangkan zero waste
industries serta mengembangkan industri berbahan baku yang terbarukan (recycle
product)., dan Ketiga, Pengembangan industri Kecil Menengah (IKM) sehingga
industri kecil menengah mampu berdaya saing baik di pasar lokal maupun
internasional. Struktur industri dalam hal skala usaha akan diperkuat dengan
menjadikan industri kecil dan menengah sebagai basis industri nasional dan daerah
sehingga mampu tumbuh dan terintegrasi dalam mata rantai pertambahan nilai
dengan industri hilir dan industri berskala besar.
Selanjutnya, untuk pengembangan perdagangan dalam negeri , di arahkan pada
Peningkatan sistem informasi pasar dan penguasaan akses pasar lokal dan regional,
meningkatkan sistem distribusi yang efektif dan efisien dengan harapan akan
terjaminnya ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat, Peningkatan perlindungan
konsumen dan meningkatkan kesadaran penggunaan produksi dalam negeri.
Adapun untuk pengembangan perdagangan luar negeri di arahkan pada penguatan
akses dan jaringan perdagangan ekspor, sehingga diharapkan dapat memperkuat
posisi produk Jawa Barat di mata internasional. Upaya tersebut diharapkan dapat
memberikan dampak positif terhadap pembangunan perekonomian Jawa Barat
sehingga diharapkan dapat memberikan nilai tambah yang sebesar-besarnya
terhadap kesejahteraan masyarakat.
Kelembagaan dunia usaha dalam pembangunan ekonomi dikembangkan dengan
menerapkan prinsip-prinsip efisien, efektif dan non-diskriminatif; menjaga,
mengembangkan dan melaksanakan iklim persaingan usaha secara sehat;
meningkatkan perlindungan konsumen; mendorong pengembangan standardisasi
produk dan jasa untuk meningkatkan daya saing; merumuskan strategi dan
kebijakan pengembangan teknologi; meningkatkan daya saing usaha kecil dan
menengah (UKM) sehingga menjadi bagian integral dari keseluruhan kegiatan
ekonomi; dan memperkuat basis ekonomi lokal dan daerah.
Pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) diarahkan agar menjadi pelaku
ekonomi yang makin berbasis iptek dan berdaya saing khususnya dalam
menyediakan barang dan jasa kebutuhan masyarakat sehingga mampu memberikan
kontribusi yang signifikan dalam perubahan struktural dan memperkuat
perekonomian domestik. Untuk itu, pengembangan UKM dilakukan secara
terintegrasi melalui peningkatan kompetensi dan perkuatan kewirausahaan serta
peningkatan produktivitas yang didukung dengan upaya peningkatan adaptasi
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT IV - 7
terhadap kebutuhan pasar, pemanfaatan hasil inovasi dan penerapan teknologi
dalam iklim usaha yang sehat.
Pengembangan investasi daerah diarahkan untuk mendukung terwujudnya
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara berkelanjutan dan berkualitas
dengan mewujudkan iklim investasi yang menarik; mendorong penanaman modal
asing bagi peningkatan daya saing perekonomian; serta meningkatkan kapasitas
infrastruktur fisik dan pendukung yang memadai. Investasi yang dikembangkan
dalam rangka penyelenggaraan demokrasi ekonomi akan dipergunakan sebesar-
besarnya untuk pencapaian kemakmuran bagi rakyat.
Sektor jasa keuangan dikembangkan agar senantiasa memiliki kemampuan di dalam
menjaga stabilitas ekonomi dan membiayai tujuan pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas serta mampu memiliki daya tahan terhadap kemungkinan gejolak krisi;
peningkatan kontribusi lembaga jasa keuangan bank dan non-bank dalam
pendanaan pembangunan terutama peningkatan akses pendanaan bagi keluarga
miskin baik di perdesaan maupun di perkotaan; serta peningkatan kualitas
pertumbuhan perbankan.
Kebijakan pasar kerja diarahkan untuk mendorong terciptanya sebanyak-banyaknya
lapangan kerja formal serta meningkatkan kesejahteraan pekerja informal. Hal
tersebut diwujudkan melalui penciptaan pasar kerja yang fleksibel, hubungan
industrial yang harmonis dengan perlindungan yang layak, keselamatan kerja yang
memadai, serta terwujudnya proses penyelesaian industrial yang memuaskan semua
pihak. Dengan demikian para pekerja diharapkan mempunyai produktivitas yang
tinggi sehingga dapat bersaing serta menghasilkan nilai tambah yang tinggi dengan
pengelolaan pelatihan dan pemberian dukungan bagi program pelatihan yang
strategis untuk peningkatan efektivitas dan efisiensi produksi sebagai bagian integral
dari investasi sumber daya manusia.
Kepariwisataan dikembangkan agar mampu mendorong kegiatan ekonomi dan
meningkatkan citra Jawa Barat sebagai daerah tujuan wisata, meningkatkan
kesejahteraan masyarakat lokal, serta memberikan perluasan kesempatan kerja.
Pengembangan sektor pariwisata memegang peranan penting dalam
pengembangan wilayah melalui pengembangan kawasan-kawasan unggulan yang
terdapat di Provinsi Jawa Barat.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT IV - 8
4.1.3. MEWUJUDKAN LINGKUNGAN HIDUP YANG ASRI DAN LESTARI. Lingkungan hidup yang asri dan lestari akan meningkatkan kualitas hidup manusia
dan menjamin tersedianya sumber daya yang berkelanjutan bagi pembangunan.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan Jawa Barat yang termaju, daya dukung
lingkungan memegang peran penting untuk mendukung proses pembangunan.
Penerapan prinsip – prinsip pembangunan berkelanjutan di seluruh sektor dan
wilayah menjadi prasyarat utama dalam pelaksanaan berbagai kegiatan
pembangunan.
1. Pengendalian pertumbuhan penduduk dan persebarannya diarahkan untuk
menjaga daya tampung suatu wilayah dalam suatu kesatuan ruang. Untuk itu,
pengendalian terhadap laju pertambahan penduduk alami maupun arus migrasi
(urbanisasi ) menjadi perhatian utama. Pertumbuhan penduduk dan persebaran
penduduk yang terkendali ditujukan agar mampu memberi dampak positif
terhadap daya dukung maupun daya tampung suatu wilayah, terutama dari sisi
permintaan dan kebutuhan terhadap sumber daya alam, bahan pangan,
infrastruktur wilayah, lahan dan permukiman, bahkan dari sisi jumlah limbah
atau bahan buangan yang dihasilkan.
2. Kesadaran masyarakat untuk berperilaku ramah lingkungan merupakan aspek
penting untuk memperoleh kualitas lingkungan yang layak. Upaya
meningkatkan kesadaran masyarakat lebih diarahkan melalui peningkatan
pendidikan lingkungan, sosialisasi, komunikasi dan informasi lingkungan, serta
memperkenalkan berbagai kearifan lokal kepada seluruh lapisan masyarakat.
Peningkatan akses dan peran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
memerlukan suatu perhatian. Ketauladanan sebagai bagian dari budaya
masyarakat Jawa Barat mendapat perhatian khusus agar berbagai upaya untuk
mewujudkan masyarakat berperilaku ramah lingkungan dapat tercapai. Contoh
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang baik, penyediaan sarana
dan prasarana lingkungan yang layak, merupakan media efektif untuk
menumbuhkan perilaku ramah lingkungan.
3. Penataan ruang yang dilaksanakan diarahkan untuk mewujudkan penataan
ruang yang serasi serta mampu mewadahi perkembangan wilayah dan aktifitas
perekonomiannya, dengan tetap menjaga keseimbangan daya dukung dan
daya tampung lingkungan.
4. Keseimbangan daya dukung dan daya tampung lingkungan diarahkan untuk
mengendalikan perkembangan kota-kota besar dan metropolitan sehingga
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT IV - 9
menjadi suatu kota yang berkelanjutan melalui penerapan manajemen
perkotaan yang meliputi optimasi dan pengendalian pemanfaatan ruang serta
pengamanan zona lindung, penciptaan aktivitas ekonomi beserta dukungan
sistem transportasi masal yang efisien dan ramah lingkungan.
5. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup diarahkan untuk
meningkatkan kapasitas dan kualitas pengelolaan, menguatkan sistem
informasi sumber daya alam dan lingkungan, serta menguatkan kelembagaan
pengelola sumber daya alam dan lingkungan hidup, terutama pengelola
sumber daya air dan kawasan lindung. Berbagai upaya tersebut perlu
didukung oleh sistem penegakan hukum dan pemerintahan yang baik, dengan
arahan kepada tersedianya perangkat hukum dan perundangan yang
memberikan kepastian kewenangan dan penegakan hukum secara adil dan
konsisten.
6. Secara geografis wilayah Jawa Barat terletak pada area yang rentan bencana
alam, bahkan di beberapa wilayah mempunyai resiko tinggi terhadap bencana.
Oleh karena itu upaya penanganan bencana lebih diarahkan kepada
pengurangan resiko bencana. Pengurangan resiko bencana diarahkan kepada
upaya pencegahan lebih dini, mitigasi, dan meningkatkan kesiapsiagaan, untuk
meminimalkan tingkat kerusakan, kerugian ekonomi, bahkan korban jiwa.
Penataan ruang yang berbasis kebencanaan, sistem informasi kebencanaan,
sistem peringatan dini, perencanaan penanganan bencana, sosialisasi dan
pelatihan bagi masyarakat agar lebih mempunyai kesiapan menghadapi
bencana, merupakan hal –hal yang mendapat perhatian khusus.
7. Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan diarahkan pada upaya
peningkatan peran masyarakat dalam melakukan pencegahan serta kontrol
terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan, demikian pula upaya
meningkatkan penyediaan sistem pengelolaan lingkungan terpadu, baik
berupa instalasi pengolahan limbah bersama, sanitasi komunal atau tempat
pemrosesan akhir sampah terpadu. Perhatian khusus juga perlu diberikan
kepada pengembangan instrumen atau upaya non struktur dalam
pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan, seperti kegiatan
ekolabel, sertifikasi pengelola lingkungan, penegakan hukum lingkungan,
maupun pola insentif dan disinsentif.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT IV - 10
8. Pemulihan kualitas lingkungan diarahkan kepada upaya rehabilitasi lahan kritis
baik melalui pola vegetasi maupun sipil teknis, reklamasi lahan pasca maupun
bekas penambangan, penataan daerah resiko tinggi bencana (gerakan tanah,
tsunami, dan banjir ), penataan kawasan kumuh perkotaan, pemulihan
ekosistem kawasan lindung, perlindungan atau pemulihan daerah resapan air.
Pola kemitraan perlu dibangun dengan masyarakat untuk lebih memacu
pelaksanaan upaya pemulihan kualitas lingkungan.
9. Pelestarian fungsi kawasan lindung diarahkan pada pemulihan kondisi dan
peningkatan fungsi kawasan lindung untuk menjaga keseimbangan ekosistem
kawasan, kestabilan iklim baik mikro maupun makro, manfaat ekologis dan
menjaga sumber daya ekonomi kawasan. Kawasan lindung Jawa Barat
memegang peran penting bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan.
Dalam kaitan pengurangan resiko bencana alam, kawasan lindung akan
bermanfaat besar guna mencegah atau mengurangi besaran serta dampak
akibat bencana alam, seperti banjir, longsor, dan tsunami. Kawasan lindung
juga mempunyai potensi yang dapat dimanfaatkan secara ekonomi dari sisi
jasa lingkungan, keanekaragaman hayati, atau sumber daya air, untuk itu
setiap pemanfaatannya harus tetap dalam kaidah konservasi yang telah
ditentukan.
10. Pendayagunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup diarahkan pada
upaya menjaga keseimbangan antara ketersediaan dan pemanfaatannya, serta
peningkatan nilai tambahnya dalam kerangka pembangunan berkelanjutan.
Perhatian khusus perlu diberikan terhadap upaya pengembangan energi
alternatif untuk mendukung ketahanan energi, pemanfaatan jasa–jasa
lingkungan dalam pengembangan kepariwisataan dan pendidikan, pengelolaan
sumber daya air terpadu, pengembangan nilai tambah keanekaragan hayati
dan produk pertambangan, peningkatan pencadangan energi atau sumber
daya alam tak terbarukan, pengembangan pemanfaatan sumber daya alam
terbarukan dan pembatasan penggunaan sumber daya alam tidak terbarukan.
Upaya mendayagunakan sumber daya alam dan lingkungan hidup dilakukan
secara rasional, optimal, efisien dan bertanggung jawab.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT IV - 11
4.1.4. MEWUJUDKAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK Untuk mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik tersebut, perlu
ditingkatkan perubahan perilaku politik seluruh kekuatan politik masyarakat dalam
menciptakan kondisi demokrasi berbasis etika dan nilai-nilai budaya daerah,
sehingga mampu mewujudkan keadaan yang aman, tertib, dan tenteram dalam
melaksanakan pembangunan. Hal tersebut didukung oleh supremasi hukum dan
penegakan hukum yang konsisten, diperkuat oleh perubahan perilaku aparatur
pemerintah yang dilandasi oleh peningkatan etos kerja, profesionalisme, peraturan,
sistem dan prosedur, dan sistem karier yang lebih terarah dan mampu meningkatkan
kesejahteraan. Bersamaan dengan itu, kapasitas dan kapabilitas aparatur
pemerintah disertai dengan kemahiran beradaptasi dan menggunakan perangkat
teknologi manajemen berbasis teknologi informasi, terutama dalam proses
pengambilan keputusan yang berdampak terhadap kualitas pelayanan kepada
masyarakat.
Peningkatan kesejahteraan aparat dan perilaku keteladanan, akan mendorong
berlangsungnya pemantapan pola panutan bagi semua pimpinan pemerintahan di
seluruh tingkatan sampai pemerintahan desa. Termasuk pemantapan pola panutan
para politisi dan elite daerah, sehingga mampu mendorong kesadaran kolektif
masyarakat untuk mengembangkan perilaku terpuji.
Meningkatnya kapasitas yang dilandasi etos, dicerminkan oleh profesionalisme
tersebut, perlu ditunjang oleh struktur organisasi tata kerja yang lebih efisien dan
efektif. Dengan demikian, maka penyelenggaraan pemerintahan berada dalam
koridor yang dicita-citakan.
A. Politik
Pembangunan politik diarahkan untuk mewujudkan kosolidasi demokrasi
berbasiskan etika dan penghormatan terhadap hak asasi manusia (HAM).
Konsolidasi politik harus didukung oleh kemapanan suprastruktur dan infrastruktur
politik, meningkatnya peran partai politik sebagai sarana komunikasi politik,
sosialisasi politik, rekruitmen politik dan sarana pengatur konflik, sehingga dapat
meredam potensi konflik di daerah baik yang bersifat vertikal maupun horizontal,
juga semakin kuatnya peran civil society dalam mendukung kapasitas dan
kapabilitas sistem politik.
Strategi :
1. Pengembangan kelembagaan demokratsi lokal
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT IV - 12
2. Penataan hubungan eksekutif dan legislatif menuju kemitraan yang menjamin
tata kelola pemerintahan yang baik ;
3. Penguatan peran civil society dalam demokratisasi;
4. perluasan akses partisipasi public.
B. Ketentraman dan ketertiban Umum Pembangunan ketentraman dan ketertiban umum diarahkan untuk mewujudkan
tertib sosial berlandasan hukum. Ketentraman dan ketertiban umum sebagai faktor
utama dan berperan dalam menciptakan situasi kondusif bagi keberlanjutan
pembangunan di jawa barat. Dalam mewujudkan kehidupan masyarakat yang aman,
tentram, dan tertib perlu didukung konsistensi penegakan hukum dengan aparat
hukum yang bersih dan lembaga peradilan yang kuat dan independen.
Strategi :
1. Peningkatan perlindungan masyarakat dari berbagai gangguan ;
2. Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam mewujudkan ketentraman dan
ketertiban umum.
C. Hukum Pembangunan hukum ditujukan untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan
terutama pelayanan publik melalui proses penyusunan produk hukum yang aspiratif
dan partisipatif, tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi dan dapat
memenuhi tuntutan perkembangan jaman, sehingga dapat meningkatkan kualitas
legislasi daerah. Produk hukum yang ditetapkan harus diikuti dengan penegakkan
hukum yang kosisten didukung aparat penegak hukum yang bersih dan kesadaran
hukum masyarakat yang tinggi.
Startegi :
1. Mewujudkan produk hukum daerah yang memihak kepentingan masyarakat ;
2. Mewujudkan harmonisasi produk hukum ;
3. Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat ;
4. Membangun kepercayaan terhadap aparat hukum dan lembaga peradilan.
D. Aparatur Penyelenggaraan manajemen pemerintahan diarahkan untuk meningkatkan
pelayanan publik melalui pelaksanaan otonomi daerah yang semakin menjamin
terwujudnya kemandirian daerah baik tataran provinsi, Kabupaten/Kota dan Desa.
Kemandirian daerah tersebut harus ditopang oleh aparatur yang professional,
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT IV - 13
bertanggung jawab, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta menjunjung
tinggi etika, dan bebas KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), dengan wadah struktur
kelembagaan daerah yang right sizing guna mewujudkan birokrasi yang efisien.
Strategi :
1. Penataan birokrasi pemerintahan dari sisi struktur dan budaya organisasi ;
2. Peningkatan kinerja pelayanan publik melalui pembenahan sistem dan
prosedur serta standarisasi kualitas pelayanan ;
3. Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan publik ;
4. Penataan wilayah dalam rangka pemerataan pembangunan dan efektivitas
rentang kendali ;
5. Pengembangan kapasitas desa dalam rangka penguatan daya saing.
4.1.5 MEWUJUDKAN PEMERATAAN PEMBANGUNAN YANG BERKEADILAN 1. Upaya pemerataan pembangunan dilakukan melalui pengembangan wilayah
yang terencana dan terintegrasi dengan seluruh pembangunan sektor dan
tertuang dalam suatu rencana tata ruang. Selanjutnya rencana tata ruang
tersebut digunakan sebagai acuan kebijakan spasial bagi pembangunan di setiap
sektor agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi dan berkelanjutan.
2. Perhatian kepada wilayah tertinggal akan ditingkatkan agar ketertinggalan
wilayah tersebut tidak terlalu besar bahkan dapat sejajar dengan wilayah lain
yang telah lebih dulu berkembang. Untuk itu akan dilakukan percepatan
pembangunan wilayah tertinggal melalui pendekatan peningkatan manusianya
maupun sarana dan prasarananya.
3. Upaya untuk menanggulangi kemiskinan akan terus dilakukan melalui
pemberdayaan usaha mikro dan pengembangan koperasi dan penciptaan akses
terhadap lembaga keuangan lainnya sebagai wahana yang efektif untuk
mendukung kegiatan ekonomi bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
4. Pembangunan di wilayah perbatasan akan terus ditingkatkan sehingga wilayah
perbatasan sebagai wajah Jawa Barat dapat menjadi pintu gerbang yang
mencirikan kemajuan Provinsi Jawa Barat.
5. Keseimbangan pembangunan perkotaan dan perdesaan dapat terwujud melalui
adanya keterkaitan kegiatan ekonomi antara perkotaan dan perdesaan.
Pembangunan perkotaan diarahkan agar dapat menjadi pusat koleksi dan
distribusi hasil produksi di wilayah perdesaan. Sedangkan pembangunan
perdesaan diarahkan pada pengembangan produk agroindustri dan sektor
lainnya sesuai dengan ketersediaan tenaga kerja, peningkatan sumberdaya
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT IV - 14
manusia di perdesaan khususnya dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber
daya.
6. Kerjasama antardaerah akan dikembangkan sehingga tercipta kondisi saling
menguntungkan. Kerjasama antardaerah diarahkan dalam rangka efisiensi
pelayanan publik maupun pembangunan lainnya melalui kerjasama pembiayaan,
ataupun pemeliharaan dan pengelolaan sarana dan prasarana sehingga dapat
berbagi manfaat diantara daerah yang bekerjasama.
7. Pembangunan kesejahteraan sosial diarahkan melalui sistem perlindungan dan
jaminan sosial bagi bagi masyarakat yang kurang beruntung dan bagi
masyarakat penyandang masalah sosial.
8. Pemenuhan perumahan beserta sarana dan prasarana pendukungnya akan
terus dilakukan melalui penyelenggaraan perumahan yang berkelanjutan, layak
dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat sesuai kemampuan daya
belinya.
9. Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yaitu air minum dan sanitasi diarahkan
pada peningkatan kualitas pengelolaan aset dan penyediaan air minum dan
sanitasi, pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi
masyarakat, penyelenggaran pelayanan air minum dan sanitasi yang akuntabel
dan profesional serta penyediaan sumber –sumber pembiayaan murah dalam
pelayanan air minum dan sanitasi.
10. Peningkatan akses terhadap pelayanan sosial dasar yaitu pendidikan dan
kesehatan akan terus dilakukan melalui penyediaan fasilitas pendidikan dan
kesehatan yang memadai dan merata di seluruh wilayah Jawa Barat,
pembenahan sistem pendidikan dan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi
seluruh masyarakat serta peningkatan kualitas pendidikan dasar dan
peningkatan pelayanan kesehatan yang akuntabel dan bertanggung jawab.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT IV - 15
4.2. TAHAPAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN 4.2.1. RPJMD KE-1 (2005 – 2008)
MISI KE-1 : MEWUJUDKAN MASYARAKAT YANG BERKUALITAS Jawa Barat sebagai Provinsi Termaju pada aspek sumberdaya manusia pada
tahap RPJM ke-1 ditandai dengan meningkatnya kualitas dan akses
pelayanan pendidikan, meningkatnya angka partisipasi pendidikan dasar
melalui Tuntas Wajardikdas 9 Tahun, dan terlaksananya Rintisan Wajiab
Belajar 12 tahun. Meningkatnya pelayanan kesehatan akan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dengan menurunnya Angka Kematian Bayi
dan meningkatnya gizi balita dan anak. Peningkatan kualitas masyarakat juga
ditandai dengan peningkatan peluang ekonomi melalui penyerapan tenaga
kerja serta menurunnya angka kemiskinan. Berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, kesenian dan budaya yang dilandasi dengan
semakin kokohnya nilai agama, meningkatnya peran perempuan di segala
bidang, dan berkembangnya peran pemuda dalam bidang wirausaha,
kemampuan politik,dan bela negara merupakan ciri masyarakat yang
berkualitas. Pembangunan interaksi sosial dilakukan melalui perencanaan
kontingensi, pembuatan dan pengembangan sistem informasi dan data
kesejahteraan sosial yang terpusat; peningkatan peran dan partisipasi
lembaga atau organisasi sosial masyarakat; pemberdayaan serta
pendampingan pelaksanaan program secara intensif; dan pelestarian
kepahlawanan, keperintisan, kejuangan dan kesetiakawanan sosial.
MISI KE-2 : MEWUJUDKAN PEREKONOMIAN YANG BERDAYA SAING
Aspek Pertanian Tahap Penguatan Sistem Agribisnis Penyusunan strategi penguatan sistem agribisnis Jawa Barat didasarkan
kepada kondisi permasalahan faktual pada sistem agribinis serta adanya
peluang dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan
lingkungan. Strategi penguatan sistem agribisnis Jawa Barat diharapkan
dapat menghantarkan agribisnis pada kondisi ideal sebagai salah satu core
business Jawa Barat dan mampu mewujudkan masyarakat sejahtera Jawa
Barat tahapan penguatan sistem agribisnis Jawa Barat disusun meliputi enam
aspek penguatan antara lain 1) penguatan sumber daya manusia, 2)
penguatan usaha, 3) penguatan kondisi lingkungan, 4) penguatan sarana dan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT IV - 16
prasarana, 5) penguatan penelitian dan pengembangan agribisnis dan 6)
Penguatan koordinasi kelembagaan.
Aspek Industri, Perdagangan dan Pariwisata Guna mendorong pembangunan industri di Jawa Barat melalui tahapan
revitalisasi, konsolidasi dan restrukturisasi yang di tandai dengan penguatan
struktur industri, peningkatan kesempatan kerja di sektor industri,
pendayagunaan potensi lokal, penumbuhan industri yang potensial dan
menumbuh kembangkan industri kecil menengah sebagai pendukung industri
besar. Disamping itu, untuk peningkatan sistem perdagangan Jawa Barat
melalui peningkatan akses pemasaran dan sarana distribusi.
Adapun dalam rangka peningkatan citra Jawa Barat sebagai daerah
kunjungan wisata, melalui peningkatan dan penataan objek dan daya tarik
wisata di Kawasan Wisata Unggulan (KWU) Jawa Barat dan peningkatan
sarana prasarana pendukung pariwisata.
Aspek Jasa Aspek Pertambangan dan Energi Aspek Dunia Usaha dan Investasi MISI KE-3 : MEWUJUDKAN LINGKUNGAN HIDUP YANG ASRI DAN LESTARI
Upaya meningkatkan daya dukung lingkungan Jawa Barat, dilakukan
melalui pengendalian laju pertumbuhan penduduk, penataan ruang yang
mampu mengarahkan pergerakan manusia dan barang, serta mengantisipasi
pertumbuhan wilayah, khususnya kota – kota, sinkronisasi rencana tata ruang
wilayah provinsi dan kabupaten kota, serta melalui pengelolaan sumber daya
alam dan pelestarian fungsi lingkungan ke arah yang lebih baik, melalui
berkembangnya upaya penerapan pendidikan lingkungan di sekolah,
berkembangnya sistem informasi sumber daya alam dan lingkungan hidup,
tersedianya berbagai pedoman, tolok ukur, baku mutu, sistem pemantauan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT IV - 17
dan evaluasi pengelolaan lingkungan, serta peraturan lingkungan yang
memadai, berjalannya upaya penegakan hukum lingkungan, serta
meningkatnya upaya mitigasi bencana.
MISI KE- 4 : MEWUJUDKAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK Meningkatnya rasa tentram dan suasana tertib dengan tertanganinya
berbagai kerawanan sosial, menurunnya angka kriminalitas dan tercapainya
prasyarat pembangunan sehingga dapat mengakselerasi pencapaian
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan ke masyarakat.
Meningkatnya keadilan dan penegakan hukum; terciptanya landasan hukum
untuk memperkuat kelembagaan demokrasi; terciptanya landasan bagi upaya
penegakan supremasi hukum dan penegakan hak-hak asasi manusia yang
bersumber pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945; dan tertatanya sistem hukum daerah. Bersamaan
dengan itu, pelayanan kepada masyarakat makin membaik dengan
meningkatnya penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah yang
tercermin dengan terjaminnya konsistensi seluruh peraturan pusat dan
daerah dan tidak bertentangan dengan peraturan dan perundang-undangan
yang lebih tinggi; serta tertatanya kelembagaan dan ketatalaksanaan
perangkat daerah dalam mendukung percepatan terwujudnya tata
kepemerintahan yang baik.
MISI- 5 : MEWUJUDKAN PEMERATAAN PEMBANGUNAN YANG BERKEADILAN
4.2.2. RPJMD KE-2 (2008 – 2013)
MISI KE-1 : MEWUJUDKAN MASYARAKAT YANG BERKUALITAS Pada tahap RPJMD ke-2 ini, dilakukan pencanangan Wajib Belajar Dua Belas
Tahun bagi kabupaten/kota se Jawa Barat yang didukung peningkatan
sarana dan prasarana pendidikan menengah dan bantuan beasiswa bagi
siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu. Perluasan pelayanan
pendidikan pada setiap jenjang usia dan pendidikan serta jalur dan jenis
pendidikan, serta mengembangkan kurikulum berbasis kompetensi di bidang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT IV - 18
agro industri, kelautan dan pariwisata dengan memprioritaskan nilai-nilai
kearifan lokal merupakan sasaran utama dalam aspek pendidikan.
Tindak lanjut dari RPJMD sebelumnya pada aspek kesehatan meliputi
pengembangan fasilitas dan penyusunan regulasi yang berkaitan dengan
kesehatan; perluasan jangkauan unit pelayanan kesehatan pada daerah
tertinggal dan daerah terpencil; meningkatkan kewaspadaan dini terhadap
munculnya berbagai penyakit; peningkatan kesadaran dalam hidup sehat dan
bersih.
Dalam kurun waktu 5 tahun kedua, pembangunan kegamaan di Jawa Barat
memprioritaskan kepada pengembangan fungsi dan peran Forum Kerukunan
Umat Beragama (FKUB) sebagai wadah kerukunan hidup inter dan antar
umat beragama. Selain itu dalam kurun waktu tersebut pembangunan
keagamaan diprioritaskan kepada upaya-upaya untuk mengimplementasikan
dan aktualisasi pemahaman dan pengamalan agama dalam kehidupan
bermasyarakat.
Pembangunan kebudayaan di Jawa Barat diprioritaskan pada pelestarian
nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal masyarakat Jawa Barat. Langkah dan
upaya yang dilakukan untuk mewujudkan prioritas pembangunan
kebudayaan tersebut, antara lain dengan melestarikan nilai-nilai tradisional
dan kearifan lokal masyarakat Jawa Barat guna mengantisipasi
perkembangan globalisasi.
Pembangunan dalam meningkatkan interaksi sosial pada kurun waktu ini
dilakukan melalui pemecahan masalah dan rehabilitasi sosial; pencegahan
meluasnya masalah sosial yang sudah ada serta munculnya masalah sosial
baru; peningkatan dan pengembangan pilar-pilar partisipasi masyarakat;
pembentukan forum warga dalam pencegahan munculnya masalah sosial;
pengembangan sumber daya manusia sebagai pelaku pembangunan dalam
bidang kesejahteraan sosial; pengembangan infrastruktur kesos (fasiltas
pelayanan, komunikasi).
MISI KE-2 : MEWUJUDKAN PEREKONOMIAN YANG BERDAYA SAING
Pertanian Tahap Reposisi dan Revitalisasi (tahun 2008-2013) Pengembangan pertanian di Provinsi Jawa Barat tidak dimulai dari nol, tetapi
dimulai dengan penataan agribisnis yang ada dan penyelesaian
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT IV - 19
permasalahan yang dihadapi di setiap sub sistem agribisnis. Dari segi sistem
agribisnis yang perlu dilakukan pada tahap ini: (1) Penataan agribisnis yang
ada, (2) Perbaikan subsistem agribisbnis yang bermasalah, (3) Revitalisasi
agribisnis untuk pembangunan ekonomi, (4) Mengubah proporsi peran
agribisnis dalam struktur PDRB Provinsi Jawa Barat, dan (5) Realokasi
sumberdaya, pendanaan, dan wilayah pertumbuhan agribisnis. Revitalisasi
agribisnis dalam kerangka pembangunan ekonomi Provinsi Jawa Barat terkait
dengan koreksi, pemantapan, dan pengembangan, kebijakan yang telah
dibuat. Koreksi dilakukan untuk menempatkan agribisnis sebagai suatu
sistem yang lebih luas, bukan hanya identik dengan sektor pertanian primer.
Dengan menempatkan agribisnis sebagai suatu sistem, konsekuensinya akan
mengubah proporsi peran agribisnis dalam perekonomian Provinsi Jawa
Barat. Implikasi lebih lanjut dari reposisi ini adalah realokasi sumberdaya
ekonomi yang lebih berat ke pengembangan agribisnis. Tahap ini diharapkan
akan tuntas pada jangka waktu lima tahun pertama dalam perencanaan ini.
Aspek Industri, Perdagangan dan Pariwisata Pada tahapan ini, pengembangan industri di arahkan pada tahapan
Revitalisasi dan Restrukturisasi industri , melalui penataan struktur industri
dan peningkatan penguasaan teknologi tinggi. Sedangkan untuk penguatan
perdagangan melalui penguasaan pangsa pasar dalam negeri dan pasar
ekspor, serta penguatan jaringan distribusi barang. Adapun untuk
pengembangan pariwisata di arahkan pada penataan objek dan daya tarik
wisata serta pengelolaan pariwisata di Kawasan Wisata Unggulan (KWU)
Jawa Barat.
Aspek Jasa Aspek Pertambangan dan Energi Aspek Dunia Usaha dan Investasi
MISI KE-3 : MEWUJUDKAN LINGKUNGAN HIDUP YANG ASRI DAN
LESTARI
Semakin membaiknya daya dukung lingkungan Jawa Barat dicerminkan oleh
berhasilnya upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk, terwujudnya
pemanfaatan ruang yang serasi, dan berjalannya pengendalian pemanfaatan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT IV - 20
ruang secara konsisten. Indikasi lain adalah semakin membaiknya pola
pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan,
meningkatnya peran masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan, semakin membaiknya sistem informasi sumber daya alam
lingkungan hidup, tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan lingkungan
yang mampu berfungsi sebagai media pendidikan lingkungan, membaiknya
upaya pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan, meningkatnya
upaya pemulihan kualitas lingkungan, tertatanya kelembagaan pengelolaan
sumber daya alam dan lingkungan hidup, semakin meningkatnya upaya
pengurangan resiko bencana alam, meningkatnya penegakan hukum
lingkungan, terbangunnya pola pemanfaatan sumber daya alam dan
lingkungan yang berkelanjutan.
MISI KE- 4 : MEWUJUDKAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK
Meningkatnya kemampuan dasar lembaga ketentraman dan ketertiban umum
yang ditandai dengan peningkatan kemampuan postur dan struktur trantibum
daerah serta peningkatan kemampuan lembaga ketentraman dan ketertiban
umum daerah khususnya dalam mengatasi potensi konflik dan penanganan
bencana alam.
Kondisi itu sejalan dengan meningkatnya kesadaran dan penegakan hukum,
tercapainya konsolidasi penegakan supremasi hukum dan penegakan hak
asasi manusia, serta kelanjutan penataan sistem hukum daerah. Sejalan
dengan itu, kehidupan bangsa yang lebih demokratis semakin terwujud
ditandai dengan membaiknya pelaksanaan desentralisasi dan otonomi
daerah serta kuatnya peran masyarakat sipil dan partai politik dalam
kehidupan bangsa.
MISI KE-5 : MEWUJUDKAN PEMERATAAN PEMBANGUNAN YANG BERKEADILAN
4.2.3. RPJMD KE-3 (2013 – 2018) MISI KE-1 : MEWUJUDKAN MASYARAKAT YANG BERKUALITAS Sasaran utama pada periode ini yaitu akselerasi penuntasan Program Wajib
Belajar Dua Belas Tahun yang telah dicanangkan bagi kabupaten/kota se Jawa
Barat pada periode sebelumnya. Upaya - upaya yang dilakukan dalam rangka
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT IV - 21
mendukung akselerasi tersebut yaitu tuntasnya penanganan sarana dan
prasarana pendidikan menengah melalui pembangunan unit sekolah baru (USB),
rehabilitasi dan penambahan ruang kelas baru (RKB) serta ditingkatkannya
bantuan beasiswa bagi siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) masih merupakan sasaran prioritas pada
periode ini, dengan target tertampungnya semua anak usia 0 – 6 tahun pada
lembaga-lembaga PAUD baik yang bersifat formal maupun non-formal. Adapun
pengembangan pendidikan menengah dan tinggi diupayakan melalui
pengembangan sekolah kejuruan berbasis industri manufaktur berskala regional
maupun nasional, dan Pengembangan lembaga pendidikan tinggi berbasis
penelitian, pengembangan IPTEK dan keunggulan lokal/daerah. Pada periode ini
juga dilakukan upaya pendidikan keterampilan dan penguasaan multi media bagi
masyarakat, khususnya masyarakat perdesaan melalui bantuan sarana dan
prasarana serta tenaga terdidik sebagai fasilitator pendidikan keterampilan di
perdesaan.
Untuk memperkuat sistem kesehatan di tahapan RPJMD ke-3 dilakukan
peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pelayanan kesehatan;
peningkatan kemudahan akses terhadap pelayanan kesehatan melalui
penempatan dokter dan bidan desa atau tenaga kesehatan terampil lain di
daerah terpencil, tertinggal dan terisolasi; peningkatan mutu lingkungan
perumahan dan permukiman meliputi sanitasi dasar dan sanitasi tempat umum,
industri dan tempat lainnya; dan peningkatan promosi dan penyebarluasan
informasi kesehatan melalui berbagai media.
Dalam kurun waktu 2013-2018, pembangunan kegamaan di Jawa Barat
memprioritaskan untuk memantapkan fungsi dan peran Forum Kerukunan Umat
Beragama (FKUB) sebagai wadah kerukunan hidup baik inter umat beragama
maupun antar umat beragama revitalisasi fungsi dan peran FKUB. Selain itu
prioritas untuk mengimplementasikan dan aktualisasi pemahaman dan
pengamalan agama dalam kehidupan bernegara dimaksudkan agar
Pembangunan kebudayaan pada tahap RPJMD ke-3 ini diprioritaskan pada
upaya-upaya untuk mengembangkan nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal
masyarakat Jawa Barat. Langkah dan upaya yang dilakukan untuk mewujudkan
prioritas pembangunan kebudayaan tersebut, antara lain dengan
mengembangkan nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal masyarakat Jawa Barat
yang dapat dijadikan faktor penyeimbang terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT IV - 22
Pembangunan interaksi sosial diarahkan pada peningkatan penyuluhan,
pembinaan dan pendidikan sosial dalam keluarga; pengaktifan kelompok
masyarakat pada tingkat lokasl dengan pendampingan intensif oleh petugas
kemasyarakatan; pembentukan dan pengembangan mekanisme supervisi serta
standarisasi mutu pelayanan; dan pengembangan sistem kelembagaan
pemerintah maupun non pemerintah.
MISI KE-2 : MEWUJUDKAN PEREKONOMIAN YANG BERDAYA SAING
Pertanian Tahap Pemantapan Mutu Tahap pemantapan mutu merupakan tahap pengembangan teknologi agribisnis
hulu sampai dengan agribisnis hilir, setelah diperolehnya komitmen terhadap
pembangunan agribisnis di Provinsi Jawa Barat. Pemantapan mutu merupakan
komitmen Provinsi Jawa Barat untuk merespons setiap tuntutan konsumen,
terutama terhadap mutu, kenyamanan, keamanan, kesehatan, kelestarian dan
isu-isu lingkungan lainnya. Tuntutan tersebut memerlukan rekayasa teknologi di
semua sub sistem agribisnis. Pada tahap ini diperlukan: (1) Supply Chain
Management yang efektif dan efisien, (2) Budaya mutu dan merk, (3) Sertifikasi
dan standisasi produk, (4) Respons terhadap upaya mencapai kepuasan
konsumen, dan (5) Kelembagaan penunjang yang efisien.
Aspek Industri, Perdagangan dan Pariwisata Pada tahapan ini, pengembangan industri di arahkan pada tahapan
restrukturisasi industri , melalui penguatan struktur industri hulu dan hilir
(backward and forward linkage), peningkatan kualitas produk serta peningkatan
penguasaan teknologi tinggi. Sedangkan untuk penguatan perdagangan melalui
penguasaan pangsa pasar dalam negeri dan pasar ekspor, penguatan jaringan
distribusi barang dan pemberdayaan produk dalam negeri. Adapun untuk
pengembangan pariwisata di arahkan pada penataan objek dan daya tarik
wisata, pengelolaan pariwisata berbasis pemberdayaan masyarakat (community
Based Development) serta peningkatan promosi wisata.
Aspek Jasa Aspek Pertambangan dan Energi
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT IV - 23
Aspek Dunia Usaha dan Investasi
MISI KE-3 : MEWUJUDKAN LINGKUNGAN HIDUP YANG ASRI DAN
LESTARI
Daya dukung lingkungan Jawa Barat yang mantap dicerminkan oleh proses
penataan ruang Jawa Barat yang mampu mewadahi jumlah penduduk,
persebaran dan aktivitasnya, serta pertumbuhan kota – kota, secara seimbang
sesuai daya tampungnya. Indikasi lainnya adalah semakin efisien dan efektifnya
sistem pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, yang ditandai dengan
makin berkembangnya penerapan pendidikan lingkungan untuk semua kalangan
baik secara formal maupun non formal, peran aktif masyarakat semakin
meningkat dalam pengelolaan lingkungan, mantapnya sistem informasi sumber
daya dan lingkungan hidup, sarana dan prasarana lingkungan yang semakin
lengkap dan memadai, semakin efektifnya upaya pemulihan serta pengendalian
pencemaran dan kerusakan lingkungan, menguatnya kinerja kelembagaan
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup, mantapnya upaya
pengurangan resiko bencana, tetap konsistensinya upaya penegakan hukum
dalam pengendalian kualitas lingkungan, semakin membaiknya upaya
pendayagunaan sumber daya alam dan lingkungan yang berkelanjutan
MISI KE - 4 : MEWUJUDKAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK Sejalan dengan kondisi ketertiban dan keamanan yang makin mantap di seluruh
wilayah Jawa Barat, profesionalisme aparatur penegak hukum daerah serta
institusinya semakin didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.
Sejalan dengan makin mantapnya pelembagaan nilai-nilai demokrasi dengan
menitikberatkan pada prinsip toleransi, nondiskriminasi dan kemitraan dan
semakin mantapnya pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Kondisi itu
mendorong tercapainya penguatan kepemimpinan dan kontribusi Jawa Barat
dalam berbagai kerja sama dengan berbagai stakeholders. Bersamaan dengan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT IV - 24
itu kesadaran dan penegakan hukum dalam berbagai aspek kehidupan
berkembang makin mantap serta profesionalisme aparatur negara di Provinsi,
kabupaten/Kota dan desa makin mampu mendukung pembangunan daerah.
MISI KE - 5 : MEWUJUDKAN PEMERATAAN PEMBANGUNAN YANG BERKEADILAN
4.2.4. RPJMD KE-4 (2018 – 2023)
MISI KE-1 : MEWUJUDKAN MASYARAKAT YANG BERKUALITAS Tahap RPJMD ke-4 merupakan periode tuntasnya Program Wajib Belajar Dua
Belas Tahun di Provinsi Jawa Barat, untuk itu dilakukan peningkatan akses
pelayanan pendidikan menengah di daerah-daerah terpencil dan terus
ditingkatkannya bantuan beasiswa bagi siswa yang berasal dari keluarga tidak
mampu. Selain itu mulai dirintis Program Wajib Belajar 15 Tahun dan upaya
peningkatan angka partisipasi pendidikan tinggi, melalui peningkatan bantuan
beasiswa bagi lulusan SMA/SMK yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi.
Adapun pengembangan pendidikan menengah kejuruan dan pendidikan tinggi
diupayakan melalui pengembangan sekolah kejuruan berbasis industri jasa
berskala nasional dan internasional, dan pengembangan lembaga pendidikan
tinggi berskala internasional, yang memiliki keunggulan komparatif dalam era
persaingan global. Upaya tersebut dapat didukung melalui pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi yang dipadukan dengan muatan-muatan
kurikulum internasional.
Pada periode ini juga upaya pendidikan keterampilan dan penguasaan multi
media bagi masyarakat, khususnya masyarakat perdesaan yang telah
dikembangkan pada periode sebelumnya, mulai diarahkan untuk membantu
meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat melalui kegiatan kewirausahaaan
melalui penerapan keterampilan dan penguasaan multi media yang telah
diperoleh.
Pada periode RPJM ke-4 diutamakan pada peran serta dan partisipasi
masyarakat dan penguatan institusi dalam peningkatan kesehatan, yaitu
peningkatan fungsi institusi kesehatan, peningkatan peran serta masyarakat
dalam menentukan pelayanan kesehatan yang terjangkau, peningkatan
pemberdayaan masyarakat dalam kesehatan lingkungan, dan pendidikan
kesehatan yang memadai bagi seluruh penduduk.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT IV - 25
Untuk pembangunan keagamaan di Jawa Barat diprioritaskan pada peningkatan
fungsi dan peran Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) sebagai wadah
kerukunan hidup baik inter umat beragama maupun antar umat beragama. Selain
itu dalam kurun waktu tersebut pembangunan keagamaan diprioritaskan kepada
upaya-upaya untuk mengimplementasikan dan aktualisasi pemahaman dan
pengamalan agama dalam kehidupan berpolitik agar penyelenggaraan
kehidupan berpolitik dilandasi oleh nilai-nilai dan etika agama.
Sementara itu, pembangunan kebudayaan di Jawa Barat diprioritaskan pada
penguatan nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal masyarakat Jawa Barat
dengan aktualisasi nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal masyarakat Jawa Barat
dalam berbagai aspek kehidupan sebagai unsur utama identitas dan jati diri
masyarakat Jawa Barat.
Pembangunan interaksi sosial pada kurun waktu RPJMD ke-4 diprioritaskan
pada penanganan masalah sosial dengan berbasiskan pada kekuatan
masyarakat; pengembangan sistem jaringan (networking) dalam pelaksanaan
pembangunan bidang sosial; pengembangan sistem supervisi atas pelaksanaan
pembangunan kesos maupun pengembangan partisipasi sosial masyarakat; dan
pengembangan peraturan-peraturan/perundangan bidang kesejahteraan sosial.
MISI KE-2 : MEWUJUDKAN PEREKONOMIAN YANG BERDAYA SAING Aspek Pertanian Tahap Pengembangan Jaringan Pada tahap ini, pengembangan pertanian Provinsi Jawa Barat harus sudah
menguasai jaringan bisnis yang luas. Hal ini ditunjukkan dengan adanya integrasi
vertikal dan integrasi horizontal dalam sistem agribisnis. Untuk itu diperlukan: (1)
Holding Company dan integrasi vertikal tingkat lokal, regional, dan internasional,
(2) Kolaborasi bisnis di tingkat Jawa Barat dan provinsi lain, dan (3) Relasi bisnis
di pasar internasional. Pada tahap ini agribisnis Provinsi Jawa Barat sudah
berkembang menembus batas-batas wilayah provinsi dan negara.
Konsekuensinya adalah pada tahap ini persaingan global akan semakin kuat.
Selama tahapan sebelumnya dapat dilalui dengan baik, pada tahap
pengembangan jaringan ini akan dapat dilalui dengan baik. Aspek Industri, Perdagangan dan Pariwisata
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT IV - 26
Pada tahapan ini, pengembangan industri di arahkan pada tahapan
Pengembangan industri (Development Industries), melalui penguatan jaringan
kerja industri, peningkatan kualitas produk, pemanfaatan standarisasi produk
serta peningkatan penguasaan teknologi tinggi. Sedangkan untuk penguatan
perdagangan melalui penguasaan pangsa pasar dalam negeri dan pasar ekspor,
penguatan jaringan distribusi barang dan pemberdayaan produk dalam negeri.
Adapun untuk pengembangan pariwisata di arahkan pada peningkatan
pengelolaan pariwisata, peningkatan standarisasi pariwisata serta peningkatan
promosi wisata.
Aspek Jasa Aspek Pertambangan dan Energi Aspek Dunia Usaha dan Investasi
MISI KE-3 : MEWUJUDKAN LINGKUNGAN HIDUP YANG ASRI DAN LESTARI Dalam rangka semakin memantapkan daya dukung lingkungan Jawa Barat, terus
dijaga dan dipertahankan secara konsisten berbagai upaya untuk melestarikan
kualitas dan fungsi lingkungan, perbaikan menerus pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan hidup, serta selalu mendorong perilaku dan budaya ramah
lingkungan di masyarakat. Berbagai upaya tersebut dicerminkan melalui
meningkatnya perilaku dan budaya ramah lingkungan di masyarakat, semakin
mantapnya sistem informasi sumber daya alam dan lingkungan hidup,
terbentuknya sistem pengelolaan lingkungan dengan sarana, prasaranaa serta
infrastruktur lingkungan yang memadai, semakin terpeliharanya kualitas
lingkungan, makin membaiknya kinerja pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan, terciptanya sistem mitigasi dan penanganan bencana yang handal.
MISI KE-4 : MEWUJUDKAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK Kelembagaan politik dan hukum telah tercipta ditandai dengan terwujudnya
konsolidasi demokrasi yang kokoh dalam berbagai aspek kehidupan politik serta
supremasi hukum dan penegakan hak-hak asasi manusia; terwujudnya rasa
aman, tentram dan damai bagi seluruh rakyat; terwujudnya tata kepemerintahan
yang baik, bersih dan berwibawa yang berdasarkan hukum, serta birokrasi yang
profesional dan netral; terwujudnya masyarakat, masyarakat politik, dan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT IV - 27
masyarakat ekonomi yang mandiri, serta terwujudnya kemandirian daerah dalam
konstelasi nasional.
MISI KE-5 : MEWUJUDKAN PEMERATAAN PEMBANGUNAN YANG BERKEADILAN
4.2.5. RPJMD KE-5 (2023 – 2025) MISI KE-1 : MEWUJUDKAN MASYARAKAT YANG BERKUALITAS Rintisan Program Wajib Belajar Lima Belas Tahun pada periode sebelumnya,
pada periode ini dicanangkan untuk dilakukan di seluruh kabupaten/kota di Jawa
Barat. Upaya yang dilakukan adalah peningkatan akses pelayanan pendidikan
tinggi melalui peningkatan bantuan beasiswa bagi siswa yang berasal dari
keluarga tidak mampu dan siswa berprestasi dari setiap kabupaten/kota, serta
pengembangan lembaga pendidikan tinggi di kabupaten/kota yang berbasis
keunggulan daerah dan berelevansi terhadap kebutuhan kerja. Di sisi lain
pengembangan sekolah menengah kejuruan dan lembaga pendidikan tinggi
bertaraf internasional yang memiliki keunggulan komparatif dalam era persaingan
global, didukung oleh pengembangan kurikulum internasional berbasis
kompetensi terus dilakukan dalam upaya pengembangan pendidikan menengah
dan tinggi.
Perkuatan sistem kesehatan, pada tahap ini, diarahkan pada kemandirian
masyarakat pada pelayanan kesehatan, dan pengembangan sistem pembiayaan
kesehatan secara pra upaya. Sedangkan pada sasaran-sasaran akses layanan,
kewaspadaan dini terhadap penyakit dan kesadaran hidup sehat dan bersih
strateginya diarahkan pada meningkatkan ketersediaan pelayanan kesehatan
yang terjangkau dan bermutu, pemberian rewards dan punishment untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan. Dalam kurun waktu RPJMD ke-5, pembangunan kegamaan di Jawa Barat
diprioritaskan pada upaya pemantapan Kerukunan Hidup Umat Beragama
dengan mengoptimalkan fungsi dan peran Forum Kerukunan Umat Beragama
sebagai wadah kerukunan hidup baik inter umat beragama maupun antar umat
beragama. Selain itu dalam kurun waktu tersebut pembangunan keagamaan
diprioritaskan pada upaya-upaya untuk mewujudkan semakin mantapnya sikap
hidup toleransi dan tenggang rasa yang harmonis sebagai modal dasar
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT IV - 28
pembangunan serta upaya untuk memantapkan implementasi dan aktualisasi
pemahaman dan pengamalan agama dalam berbagai aspek kehidupan.
Adapun pembangunan kebudayaan di Jawa Barat diprioritaskan pada upaya
pemantapan Ketahanan Budaya Jawa Barat dalam kehidupan global. Langkah
yang dilakukan untuk mewujudkan prioritas pembangunan kebudayaan tersebut
adalah dengan menjadikan budaya Jawa Barat, termasuk nilai-nilai luhur yang
dikandungnya, sebagai bagian dari interaksi sosial masyarakat Jawa Barat dalam
pergaulan masyarakat berskala regional, nasional maupun internasional.
Untuk pembangunan interaksi sosial, pada periode ini dilakukan pembentukan
dan pengembangan sertifikasi, akreditasi berbagai bentuk pelayanan
kesejahteraan sosial; pengembangan sistem kerjasama dengan pelaku ekonomi
serta investor swasta, BUMN, BUMD; dan pengembangan sistem jaringan
(networking) dalam pelaksanaan pembangunan bidang sosial
MISI KE-2 : MEWUJUDKAN PEREKONOMIAN YANG BERDAYA SAING Aspek Pertanian Tahap Ekspansi (tahun 2023-2025) Pada tahap ini pertanian Provinsi Jawa Barat harus sudah memasuki tahap
pemenangan persaingan, baik nasional maupun global. Untuk itu diperlukan: (1)
Penguatan keunggulan kompetitif, (2) Terpenuhinya konsumsi Provinsi Jawa
Barat dan domestik, (3) Tingginya daya terima pasar internasional, dan (4) Nilai
tambah ekspor yang tinggi. Kegiatan agribisnis pada tahap ini dicirikan dengan
komitmen yang tinggi terhadap tujuan memenangkan keunggulan kompetitif di
pasar global, dengan ciri bisnis yang berorientasi pada efisiensi, kualitas,
keamanan dan keberlanjutan. Wujud Provinsi Jawa Barat sebagai provinsi
termaju di Indonesia akan terlihat pada tahap ini.
Aspek Industri, Perdagangan dan Pariwisata Pada tahapan ini, pengembangan industri di arahkan pada tahapan
pembangunan industri yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan,
Pengembangan kemampuan inovasi khususnya dibidang teknologi industri dan
manajemen serta peningkatan kualitas produk yang sesuai dengan standar
internasional. Adapun untuk pengembangan perdagangan, pada tahapan ini
adalah penguatan dan peningkatan nilai ekspor daerah dan pemantapan jalur
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT IV - 29
distribusi barang. Sedangkan kepariwisataan, pada tahapan ini di arahkan pada
pen pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Aspek Jasa Aspek Pertambangan dan Energi Aspek Dunia Usaha dan Investasi
MISI KE-3 : MEWUJUDKAN LINGKUNGAN HIDUP YANG ASRI DAN
LESTARI Kemantapan daya dukung lingkungan Jawa Barat harus tetap terjaga secara
konsisten bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Upaya untuk
melestarikan kualitas dan fungsi lingkungan agar lebih asri dan lestarin tetap
dilanjutkan melalui, perbaikan menerus pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup, serta selalu mendorong perilaku dan budaya ramah lingkungan
di masyarakat. Daya dukung lingkungan Jawa Barat yang mantap merupakan
modal utama bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan tahap berikutnya.
MISI KE-4 : MEWUJUDKAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK Semakin mantapnya kelembagaan politik dan hukum ditandai dengan partisipasi
masyarakat yang inovatif, semakin unggul dalam daya saing. Mantapnya
penggunaan e-government dalam kehidupan berpemerintahan sehingga seluruh
pelayanan publik berbasiskan teknologi informasi termasuk terwujudnya
kompeteni aparatur yang menguasai teknologi sehingga tercapai akselerasi
pelayanan publik.
MISI KE-5 : MEWUJUDKAN PEMERATAAN PEMBANGUNAN YANG BERKEADILAN
BAB V
P E N U T U P
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun
2005-2025 sesuai dengan fungsinya adalah sebagai dokumen perencanaan jangka
panjang 20 tahun ke depan yang memuat visi, misi dan arah pembangunan pada setiap
sektor atau bidang pembangunan daerah yang akan dijadikan pedoman bagi seluruh
pemangku kepentingan pembangunan dalam penyelenggaraan Pemerintah Provinsi
Jawa Barat.
RPJPD Provinsi Jawa Barat tahun 2005-2025 diharapkan dapat dijadikan :
1. Acuan dalam menyusun visi, misi dan program pembangunan untuk penyusunan
RPJM Daerah, Renstra SKPD, Renja SKPD dan RKPD
2. Pedoman dalam penyusunan RPJPD Kabupaten dan kota, RPJM, Renstra SKPD,
Renja SKPD dan RKPD di seluruh Provinsi Jawa Barat
3. Menciptakan perencanaan pembangunan yang menjamin terwujudnya sinergitas,
keterpaduan dan sinkronisasi dengan arah pembangunan di kabupaten dan kota
serta terintegrasi dengan arah pembangunan nasional.
4. Acuan dalam memberikan arahan bagi penentu kebijakan program dan kegiatan
pembangunan
Keberhasilan pelaksanaan RPJPD Provinsi Jawa Barat, tergantung pada
komitmen bersama antara penyelenggara pemerintahan daerah dengan stakeholders
dan seluruh lapisan masyarakat Jawa Barat. Untuk itu RPJPD Provinsi Jawa Barat 2005-
2025 agar menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan pembangunan dalam
penyelenggaraan pemerintahan di Jawa Barat selama kurun waktu 20 tahun mendatang.
GUBERNUR JAWA BARAT,
DANNY SETIAWAN