14
SMF / Lab Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Umum Universitas Mulawarman “TINJAUAN KEPUSTAKAAN” CARA ANAMNESA DAN EFLORESENSI KULIT disusun oleh Ika Anggraini WS 03.37504.00160.09 Ika Faoziawati 04.45378.00168.09 Ratih Ekamawati 04.45423.00213.09 Rima Novalia 04.45411.00201.09 Fransiska A Sihotang 04.45415.00205.09 Pembimbing dr. Daulat, Sp.KK SMF/ Lab. Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Umum Universitas Mulawarman 2011

144366655-CARA-ANAMNESA-DAN-EFLORESENSI-KULIT-ilmu-penyakit-kulit.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 144366655-CARA-ANAMNESA-DAN-EFLORESENSI-KULIT-ilmu-penyakit-kulit.pdf

1

SMF / Lab Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Umum Universitas Mulawarman

“TINJAUAN  KEPUSTAKAAN”

CARA ANAMNESA DAN EFLORESENSI KULIT

disusun oleh Ika Anggraini WS 03.37504.00160.09

Ika Faoziawati 04.45378.00168.09 Ratih Ekamawati 04.45423.00213.09 Rima Novalia 04.45411.00201.09 Fransiska A Sihotang 04.45415.00205.09

Pembimbing dr. Daulat, Sp.KK

SMF/ Lab. Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran Umum Universitas Mulawarman

2011

Page 2: 144366655-CARA-ANAMNESA-DAN-EFLORESENSI-KULIT-ilmu-penyakit-kulit.pdf

2

A. ANAMNESIS

Anamnesis yang baik merupakan tiang utama diagnosis. Anamnesis

dimulai dengan memperoleh keterangan mengenai identitas penderita. Pertanyaan

lanjutan yang sebaiknya diajukan adalah:

1. Kapan dimulai/onset/awitan (sifat penyakit: bawaan/didapat, akut/kronik,

hilang timbul)

2. Apakah disertai rasa gatal, panas, nyeri, demam (keparahan penyakit)

3. Dimulai dari mana (predileksi)

4. Bagaimana penyebarannya (tanda khas penyakit)

5. Apakah ada perubahan pada lesi (tanda penyakit infeksi sekunder

perjalanan penyakit)

6. Apakah ada faktor pencetus/sumber penularan/riwayat penyakit keluarga (obat-obatan, penyakit alergi, penyakit kulit menular, pekerjaan,

penyakit sistemik lainnya)

7. Sudah diobati/belum (untuk mengetahui perubahan gambaran klinis yang

dapat berbeda dengan lesi awalnya, obat dari dokter maupun yang dibeli

sendiri, sistemik dan topikal)

A. EFLORESENSI

1. Efloresensi primer a. Makula : kelainan kulit berbatas tegas, lesi datar, berbeda dengan kulit

sekitarnya karena warnanya.

x Akibat hiperpigmentasi, pigmen melanin

x Akibat pigmentasi dermal

x Akibat dilatasi kapiler, eritema

x Akibat purpura, ekstravasasi eritrosit

Contoh: melanoderma, leukoderma, purpura, petekie, ekimosis.

Page 3: 144366655-CARA-ANAMNESA-DAN-EFLORESENSI-KULIT-ilmu-penyakit-kulit.pdf

3

Gambar 1. Makula. A (hiperpigmentasi, pigmen melanin), B (biru, bayangan

melanosit), C (eritema, vasodilatasi kapiler), D (purpura, ekstravasasi

eritrosit)

b. Papul : penonjolan di atas permukaan kulit, sirkumskrip, berukuran kecil (Ø

< 1 cm), dan berisikan zat padat. Bentuk papul dapat bermacam-macam,

misalnya setengah bola, contohnya pada eksem atau dermatitis, kerucut pada

keratosis folikularis, datar pada veruka plana juvenillis, datar dan berdasar

poligonal pada liken planus, berduri pada veruka vulgaris, bertangkai pada

fibroma pendulans dan pada veruka filiformis. Warna papul dapat merah

akibat peradangan, pucat, hiperkrom, putih, atau seperti kulit di sekitarnya.

Beberapa infiltrat mempunyai warna sendiri yang biasanya baru terlihat

setelah eritema yang timbul bersamaan ditekan dan hilang (lupus, sifilis).

Letak papul dapat epidermal atau kutan.

Gambar 2. Papula. A ( deposit metabolik), B (sebukan sel radang),

C (hiperplasi sel epidermis)

Page 4: 144366655-CARA-ANAMNESA-DAN-EFLORESENSI-KULIT-ilmu-penyakit-kulit.pdf

4

c. Plakat : peninggian kulit akibat perluasan atau menyatunya beberapa papul

atau nodul. Contoh: psoriasis, granuloma annulare.

Gambar 3. Plakat

d. Nodul : peninggian kulit berbatas jelas, lebih dalam dan lebih besar dari

papula, terdapat di dermis atau subkutis. Contoh: eritema nodusum, furunkel.

Gambar 4. Nodul. A (Infiltrat sampai di subkutan), B ( Infiltrat di dermis)

Page 5: 144366655-CARA-ANAMNESA-DAN-EFLORESENSI-KULIT-ilmu-penyakit-kulit.pdf

5

e. Vesikel : peninggian kulit yang terbatas, beratap, mempunyai dasar,

berdiameter < 0,5 cm, berisi cairan jernih di dalamnya (serum) dan biasanya

terletak pada subcorneal. Jika berisi darah disebut vesikel hemoragik. Contoh:

verisela, herpes simpleks.

Gambar 5. Vesikel. A (Subkorneal), B (Intra Epidermal)

f. Pustul : Vesikel yang berisi nanah, bila nanah mengendap di bagian bawah

vesikel disebut vesikel hipopion. Contoh: pioderma, acne vulgaris

Gambar 6. Pustul

Page 6: 144366655-CARA-ANAMNESA-DAN-EFLORESENSI-KULIT-ilmu-penyakit-kulit.pdf

6

g. Bula : Vesikula yang berukuran lebih besar, nampak adanya cairan di

dalamnya. Dikenal juga istilah bula hemoragik, bula purulen, dan bula

hipopion. Dapat terletak intraepidermal-dermoepidermal-intradermal.

Contoh: impetigo vesikobulosa, eksantema bulosa, pemfigus.

Gambar 7. Bula

h. Urtika : peninggian kulit yang terbatas, disebabkan edema di dermis yang

timbul mendadak dan hilang perlahan-lahan. Contoh: urtikaria, angioedema.

Gambar 8. Urtika

Page 7: 144366655-CARA-ANAMNESA-DAN-EFLORESENSI-KULIT-ilmu-penyakit-kulit.pdf

7

i. Kista : ruangan berdinding dan berisi cairan, sel maupun sisa sel. Kista

terbentuk bukan akibat peradangan, walaupun kemudian dapat meradang.

Dinding kista merupakan selaput yang terdiri atas jaringan ikat dan biasanya

dilapisi sel epitel atau endotel. Kista terbentuk dari kelenjar yang melebar dan

tertutup, saluran kelenjar, pembuluh darah, saluran getah bening, atau lapisan

epidermis. Isi kista terdiri atas hasil dindingnya, yaitu serum, getah bening,

keringat, sebum, sel-sel epitel, lapisan tanduk dan rambut.

Gambar 9. Kista

j. Tumor : istilah umum untuk benjolan yang berdasarkan pertumbuhan sel

maupun jaringan.

Page 8: 144366655-CARA-ANAMNESA-DAN-EFLORESENSI-KULIT-ilmu-penyakit-kulit.pdf

8

2. Efloresensi Sekunder Terdiri atas skuama, krusta, erosi, ekskoriasi, ulkus, sikatriks :

a. Skuama Merupakan lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama dapat

halus sebagai taburan tepung, maupun lapisan tebal dan luas sebagai

lembaran kertas. Dapat dibedakan misalnya pitiriasiformis (halus),

psoriasiformis (berlapis-lapis), iktiosiformis (seperti ikan), kutikular (tipis),

lamelar (berlapis), membranosa atau ekfoliativa (lembaran-lembaran), dan

keratotik (terdiri atas zat tanduk)

Gambar 10. Squama

b. Krusta Merupakan cairan badan yang mengering. Dapat bercampur dengan jaringan

nekrotik, maupun benda asing (kotoran, obat, dan sebagainya). Warnanya ada

beberapa macam: kuning muda berasal dari serum, kuning kehijauan berasal

dari pus, dan kehitaman berasal dari darah.

Page 9: 144366655-CARA-ANAMNESA-DAN-EFLORESENSI-KULIT-ilmu-penyakit-kulit.pdf

9

Gambar 11. Krusta

c. Erosi

Kelainan kulit yang disebabkan kehilangan jaringan yang tidak melampaui

stratum basal. Contoh: bila kulit digaruk sampai stratum spinosum maka akan

keluar cairan serous dari bekas garukan

Gambar 12. Erosi

d. Ekskoriasi

Kelainan kulit yang disebabkan oleh hilangnya jaringan sampai dengan

stratum papilare. Contoh: bila kulit digaruk lebih dalam sehingga tergores

sampai ujung papil, maka akan terlihat darah yang keluar selain serum

e. Ulkus Kelainan kulit yang disebabkan oleh hilangnya jaringan yang lebih dalam dari

ekskoriasi. Dengan demikian ulkus memiliki tepi, dinding, dasar, dan isi.

Termasuk erosi dan ekskoriasi dengan bentuk linier adalah fisura (rhagades)

Page 10: 144366655-CARA-ANAMNESA-DAN-EFLORESENSI-KULIT-ilmu-penyakit-kulit.pdf

10

yaitu belahan kulit yang terjadi oleh tarikan jaringan di sekitarnya, terutama

terlihat pada sendi dan batas kulit dengan selaput lendir

Gambar 13. Ulkus

f. Likenefikasi Penebalan kulit disertai dengan relief kulit

Gambar 14. Likenifikasi

g. Sikatriks Terdiri atas jaringan tidak utuh, relief kulit tidak normal, permukaan kulit

licin dan tidak terdapat adneksa kulit.

Sikatriks dapat atrofik, kulit mencekung dan dapat hipertrofik, yang secara

klinis lebih menonjol karena kelebihan jaringan ikat. Bila sikatriks hipertrofik

menjadi patologik, dengan pertumbuhan melampaui batas luka disebut keloid

(sikatriks yang pertumbuhan selnya mengikuti pertumbuhan tumor), dan ada

kecenderungan untuk terus membesar.

Page 11: 144366655-CARA-ANAMNESA-DAN-EFLORESENSI-KULIT-ilmu-penyakit-kulit.pdf

11

Gambar 15. Sikatriks

Page 12: 144366655-CARA-ANAMNESA-DAN-EFLORESENSI-KULIT-ilmu-penyakit-kulit.pdf

12

B. UKURAN, SUSUNAN KELAINAN / BENTUK SERTA PENYEBARAN DAN LOKALISASI

1. Susunan kelainan/bentuk (lihat gambar) :

x Liniar : seperti garis lurus.

x Sirisnar/anular : seperti lingkaran.

x Arsinar : berbentuk bulan sabit.

x Polisiklik : bentuk pinggiran yang sambung menyambung.

x Korimbiformis : susunan seperti induk ayam yang dikelilingi anaknya.

2. Bentuk lesi :

x Teratur : misalnya bulat,lonjong, seperti ginjal dan sebagainya.

x Tidak teratur : tidak memiliki bentuk yang teratur.

3. Penyebaran dan lokalisasi (distribusi) :

x Sirkumskrip : berbatas tegas

x Difus : tidak berbatas tegas

x Generalisata : tersebar pada sebagian besar bagian tubuh

x Regional : mengenai daerah tertentu badan

x Universalis : seluruh atau hampir seluruh tubuh (90-100 %)

x Solitar : hanya satu lesi

x Herpetiformis : vesikel berkelompok seperti pada herpes zoster

x Konfluens : dua atau lebih lesi yang menjadi satu.

x Diskret : terpisah satu dengan yang lain.

x Serpiginosa : proses yang menjalar ke satu jurusan diikuti oleh

penyembuhan pada bagian yang ditinggalkan.

x Irisformis : eritema berbentuk bulat lonjong dengan vesikel warna

yang lebih gelap di tengahnya.

x Simetrik : mengenai kedua belahan badan yang sama.

x Bilateral : mengenai kedua belah badan.

x Unilateral : mengenai sebelah badan.

Page 13: 144366655-CARA-ANAMNESA-DAN-EFLORESENSI-KULIT-ilmu-penyakit-kulit.pdf

13

Page 14: 144366655-CARA-ANAMNESA-DAN-EFLORESENSI-KULIT-ilmu-penyakit-kulit.pdf

14

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A, Hamzah M,editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin ed.3. Jakarta

: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.

2. Wolff, K, Johnson, R.A, and Suurmond, D. Fitzpatrick’s Color Atlas and

Synopsis of Clinical Dermatology. Fifth Edition. USA: The McGraw-Hill Companies.

2005.

3. Bag/Lab. Ilmu Kulit&Kelamin FK UNAIR. Atlas Kulit dan Kelamin.

Surabaya; Airlangga University Press; 2007.