80
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menjadi bagian penting dari berkembangnya perekonomian Indonesia. BEI sebagai salah satu pasar modal yang dapat dijadikan alternatif pendanaan bagi semua sektor perusahaan di Indonesia. Salah satu alternatif pendanaan adalah melalui penerbitan dan penjualan saham di pasar modal atau Bursa Efek. Dalam pasar modal memungkinkan investor membuat pilihan atas investasi yang diinginkan sesuai dengan resiko dan tingkat keuntungan yang diharapkan. Harga saham penting bagi perusahaan karena hal tersebut merupakan salah satu alasan utama yang mendasari para investor tertarik membeli saham sebagai bentuk investasi pada perusahaan. Investasi yang dilakukan oleh investor sangat diperlukan oleh perusahaan, dikarenakan dalam menjalankan usaha perusahaan membutuhkan dana yang besar. Cara yang dilakukan oleh perusahan untuk memperoleh dana yaitu dengan melakukan pinjaman maupun menerbitkan dan menjual sahamnya di pasar modal. Pasar Modal diperlukan mekanisme penerapan Good Corporate Governance. Good Corporate Governance (GCG) merupakan salah satu istilah yang tidak asing lagi untuk didengar, menurut Forum for Governance in Indonesia (FCGI, 2009) mengemukakan bahwa corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta

1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menjadi bagian penting dari

berkembangnya perekonomian Indonesia. BEI sebagai salah satu pasar modal

yang dapat dijadikan alternatif pendanaan bagi semua sektor perusahaan di

Indonesia. Salah satu alternatif pendanaan adalah melalui penerbitan dan

penjualan saham di pasar modal atau Bursa Efek. Dalam pasar modal

memungkinkan investor membuat pilihan atas investasi yang diinginkan sesuai

dengan resiko dan tingkat keuntungan yang diharapkan.

Harga saham penting bagi perusahaan karena hal tersebut merupakan

salah satu alasan utama yang mendasari para investor tertarik membeli saham

sebagai bentuk investasi pada perusahaan. Investasi yang dilakukan oleh

investor sangat diperlukan oleh perusahaan, dikarenakan dalam menjalankan

usaha perusahaan membutuhkan dana yang besar. Cara yang dilakukan oleh

perusahan untuk memperoleh dana yaitu dengan melakukan pinjaman maupun

menerbitkan dan menjual sahamnya di pasar modal.

Pasar Modal diperlukan mekanisme penerapan Good Corporate

Governance. Good Corporate Governance (GCG) merupakan salah satu istilah

yang tidak asing lagi untuk didengar, menurut Forum for Governance in

Indonesia (FCGI, 2009) mengemukakan bahwa corporate governance adalah

seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham

pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta

Page 2: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

2

pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan

hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang

mengatur dan mengendalikan perusahaan. Sedangkan menurut shleifer dan

Vishny dalam Hamonangan siallagan (2006) mendifinisikan bahwa corporate

governance adalah suatu mekanisme yang digunakan untuk memastikan bahwa

supplier keuangan dari perusahaan memperoleh pengembalian (return) dari

kegiatan yang dijalankan oleh manager atau dengan kata lain bagaimana

supplier keuangan perusahaan melakukan kontrol terhadap manager.

Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa corporate

governance merupakan seperangkat aturan yang digunakan untuk mengatur

hubungan antara pihak pemegang saham (principal) dan manajemen (agent)

untuk mencapai tujuan perusahaan yang diinginkan demi mencapai

kesejahteraan bersama.

Penerapan Corporate Governance merupakan salah satu upaya yang

cukup signifikan untuk melepaskan diri dari krisis ekonomi yang telah melanda

Indonesia. Peran dan tuntutan para investor dan kreditur asing mengenai

penerapan prinsip Corporate Governance merupakan salah satu faktor dalam

pengambilan keputusan berinvestasi dalam suatu perusahaan. Untuk itu

penerapan Corporate Governance di Indonesia sangat penting, karena prinsip

Corporate Governance dapat memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu

perusahaan, sehingga perusahaan di Indonesia dapat bersaing secara global.

Dengan adanya sistem Corporate Governance para pemegang saham dan

investor menjadi yakin akan memperoleh return atas investasinya, karena

Page 3: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

3

Corporate Governance dapat memberikan perlindungan efektif bagi para

pemegang saham dan investor. Corporate Governance juga dapat membantu

dalam menciptakan lingkungan yang yang kondusif demi terciptanya

pertumbuhan yang efisien di sektor koporat.

Perusahaan manufaktur juga sudah menerapkan good corporate

governance namun tingkat implementasi yang berbeda-beda. Misalnya saja

terjadi kasus pelanggaran yang dilakukan oleh PT. KAI penerapan good

corporate governace yang tidak sesuai dengan prinsip salah satunya adalah

kasus audit umum yang dialami oleh PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI).

Menurut Nadia (2009), kasus ini menunjukkan bagaimana proses tata kelola

yang dijalankan didalam suatu perusahaan, dan bagaimana peran dari tiap-tiap

organ pengawas dalam memastikan penyajian laporan keuangan tidak salah saji

dan mampu mengambarkan keadaan keuangan perusahaan yang sebenarnya.

Kasus PT. KAI berawal dari perbedaan pandangan antara Manajemen dan

Komisaris, khususnya Ketua Komite Audit dimana Komisaris menolak

menyetujui dan menandatangani laporan keuangan yang telah di audit oleh

Auditor Eksternal, dan Komisaris meminta untuk dilakukan audit ulang agar

laporan keuangan dapat disajikan secara transparan dan sesuai dengan fakta

yang ada. Perbedaan padangan antara manajemen dan komisaris tersebut

bersumber dari perbedaan mengenai: masalah piutang PPN, beban yang

ditangguhkan yang berasal dari penurunan nilai persediaan, persediaan dalam

perjalanan, uang muka gaji, bantuan pemerintah yang belum ditentukan

statusnya (BPYDBS) dan Penyertaan Modal Negara (PMN). Dan beberapa

Page 4: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

4

solusi dan rekomendasi yang disarankan kepada PT. KAI untuk memperbaiki

kondisi yang terjadi: pertama, Dewan komisaris dapat mengusulkan kepada

pemegang saham untuk mengganti direksi. Kedua, diperlukan kebijaksanaan

dari anggota Dewan Komisaris untuk memilah-milah informasi apa saja yang

merupakan private domain. Ketiga, komunikasi yang intens sangat diperlukan

antara Auditor Eksternal dengan Komite Audit. Keempat, komite audit tidak

memberikan second judge atas opini auditor ekternal. Kelima, harus adanya

untuk membenarkan kesalahan-kesalahan tahun lalu karena konsisten yang salah

tidak boleh dipertahankan. Keenam, komite audit sangat mengandalkan internal

audit dalam menjalankan tugasnya untuk mengetahui berbagai hal yang terjadi

dalam operasional perusahaan. Ketujuh, manajemen menyusun laporan

keuangan secara tepat waktu, akurat dan full disclosure dan komite audit &

dewan komisaris sebaiknya melakukan inisiatif untuk membangun budaya

pengawasan dalam perusahaan melalui proses internalisasi, sehingga

pengawasan merupakan bagian tidak terpisahkan dari setiap organisasi dan

individu dalam organisasi.

Kasus pelanggaran yang lainnya dilakukan oleh PT. Kimia Farma Tbk

yang merupakan salah satu sektor industri barang konsumsi manufaktur karena

kurangnya kesadaran terhadap pentingnya penerapan good corporate

governance. PT. Kimia Farma Tbk terbukti melakukan mark-up laporan

keuangan PT. Kimia Farma yang Overstated yaitu adanya penggelembungan

laba bersih tahunan senilai Rp 132 miliar (karena laporan keuangan yang

seharusnya hanyalah Rp 99.594 miliar ditulis Rp. 132 miliar). Kasus ini

Page 5: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

5

melibatkan sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang menjadi auditor

perusahaan tersebut ke pengadilan, meskipun KAP tersebut berinisiatif

memberikan laporan adanya overstated (Setiajatnika, 2008). Dalam kasus ini

terjadi pelanggaran terhadap prinsip pengungkapan yang akurat dan transparansi

akibatnya sangat merugikan para investor, karena laba yang overstated ini telah

dijadikan dasar transaksi yang menyebabkan investor mengalami kerugian pada

saat harga turun.

Jika kita melihat dengan menggunakan teori agensi, maka didalam

sebuah perusahaan dengan kepemilikan keluarga yang besar bisa terjadi

agency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya

proporsi yang besar yang dimiliki oleh keluarga atas sebuah perusahaan dapat

menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang saham

mayoritas dan pemegang saham minoritas. Hal ini dapat terjadi karena

dengan adanya keluarga sebagai pemegang saham mayoritas akan memiliki

kekuatan dan kontrol yang besar untuk menggunakan hal tersebut demi

meningkatkan keuntungan pribadinya sehingga investor menginginkan

tingkat pengembalian yang lebih tinggi untuk mengkompensasi resiko

tersebut. (Dyck dan Zingales, 2004).

Kepemilikkan keluarga dilihat dari control ownership dari dua

anggota atau lebih, dari keluarga atau partnership dari keluarga, strategi

dalam manajemen perusahaan dipengaruhi oleh anggota dari keluarga,

strategi dalam manajemen perusahaan dipengaruhi oleh anggota keluarga

baik itu sebagai advisor dalam anggota dewan atau menjadi pemegang saham,

Page 6: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

6

lebih peduli pada hubungan keluarga, yang terakhir visi dari pemilik

perusahaan keluarga berlanjut sampai beberapa generasi (Poza, 2007 dalam

Ruwita, 2012). Dengan adanya kepemilikan yang terpusat sebuah perusahaan

pada suatu keluarga, maka dapat terjadi pemenuhan sebuah tujuan yang hanya

menguntungkan beberapa pihak. Maka dari itu diperlukan penerapan GCG

yang baik didalam sebuah perusahaan.

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan sebuah perusahaan

yang dimiliki oleh suatu badan atau pemilik institusional, seperti pemerintah,

asuransi dan bank. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk

mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif

sehingga mengurangi tindakan manajemen melakukan manajemen laba

(Nuraina, 2012). Biaya ekuitas adalah biaya rill yang harus dikeluarkan oleh

perusahaan untuk memperoleh dana baik yang berasal dari hutang, saham

preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi

atau operasi perusahaan (Karamony dan Wokas, 2011).

Pengaruh Good Corporate Governance terhadap biaya ekuitas dapat

kita lihat dari penelitian-peneliti terdahulu. Penelitian mengenai biaya ekuitas

yang dilakukan oleh Rebecca (2012) memperoleh hasil sebagai berikut:

pertama, Corporate Governance Index memiliki pengaruh negatif signifikan

terhadap biaya ekuitas. Kedua, Kepemilikan keluarga terbukti memiliki

pengaruh signifikan positif terhadap biaya ekuitas perusahaan. Ketiga,

Kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya

ekuitas.

Page 7: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

7

Peneliti lain seperti Natalia dan Sun (2013) memiliki hasil penelitian

sebagai berikut: pertama, Corporate Governance Perception Index (CGPI)

berpengaruh positif yang tidak signifikan terhadap biaya ekuitas. Kedua,

kepemilikan manajerial berpengaruh positif yang tidak signifikan terhadap

biaya ekuitas. Ketiga, kepemilikan institusional memberikan pengaruh negatif

yang signifikan dalam menurunkan biaya ekuitas. Keempat, kualitas audit

menunjukkan pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap biaya ekutias.

Kedua penelitian ini memiliki hasil yang berbeda mengenai variabel

Corporate Governance Index dan kedua penelitian diatas memiliki hasil yang

berbeda dengan yang dilakukan dilakukan oleh Ashbaugh et al. (2004) dalam

Rebecca (2012) yang menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh

institusional memiliki hubungan positif dengan biaya ekuitas.

Penelitian yang dilakukan oleh Syed Zulfiqar Ali Shah dan Sfadar Ali

Butt (summer 2009) tentang Dampak Corporate Governance pada biaya

ekuitas bukti empiris pada perusahaan tercatat di Pakistan, menyatakan

bahwa kualitas tata kelola perusahaan diukur dengan memberikan bobot pada

satu variabel yang terkait meskipun variabel-variabel ini juga dianggap secara

individual. Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif, matrik korelasi,

pendekatan kuadrat kecil sederhana biasa (OLS) dan model fixed effect model

untuk menguji data panel yang dikumpulkan. Penelitian ini menemukan

hubungan negatif antara kepemilikan majerial dan ukuran perusahaan dengan

biaya ekuitas dan hubungan positif antara kepemilikan intitusional, komite

audit dan tata kelola perusahaan dengan biaya ekuitas. Hasil penelitian ini

Page 8: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

8

disebabkan oleh dua transisi dimana perusahaan Pakistan lewat berlakunya

Corporate Governance pada tahun 2002. Hal ini berbeda dari penelitian yang

dilakukan oleh Ifonie (2012) yang menyatakan bahwa asimetri informasi

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap biaya ekuitas. Karena adanya

asimetri informasi, maka dibutuhkan Corporate Governance yang efektif

untuk mengurangi terjadinya asimetri informasi dengan cara meningkatkan

pemantauan atas tindakan yang dilakukan oleh manajemen dan mengurangi

resiko informasi yang ditanggung oleh pemegang saham.

Alasan penulis memilih perusahaan manufaktur sebagai obyek

penelitian karena perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI terdiri dari

berbagai sub sektor industri sehingga dapat mencerminkan reaksi pasar

modal sehingga dapat mencerminkan reaksi pasar modal secara keseluruhan.

Perusahaan manufaktur juga memiliki jumlah perusahaan manufaktur sebagai

obyek penelitian sesuai dengan fakta yang telah dijelaskan, kasus yang

melibatkan perusahaan manufaktur lebih banyak atau mendominasi jika

dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Peneliti tertarik memilih

perusahaan sektor industri dasar dan kimia karena kebanyakan penelitian

sebelumnya hanya terfokus pada semua sektor perusahaan manufaktur

sedangkan untuk penelitian yang lebih terfokus pada satu sektor saja terutama

sektor industri dasar dan kimia masih sangat jarang di lakukan. Hal ini dapat

dilihat dalam papan jumlah penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Agnes

(2014) dimana penelitian yang terfolus pada satu sektor masih sangat sedikit.

Page 9: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

9

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa perusahaan yang menghasilkan bahan-

bahan dasar yang nantinyaakan diolah menjadi barang jadi.

Dari penelitian-penelitian diatas masih banyak perbedaan hasil yang

diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, hal ini dapat terjadi karena

adanya perbedaan sampel dan metode yang digunakan dalam melakukan

pengukuran setiap variabel. Maka peneliti termotivasi untuk mengambil judul

“Pengaruh Good Corporate Governance (GCG), Kepemilikan Keluarga dan

Kepemilikan Intitusional pada Biaya Ekuitas Perusahaan Manufaktur Yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukan, maka yang

menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1) Bagaimana pengaruh Good Corporate Governance pada biaya ekuitas

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2) Bagaimana pengaruh kepemilikan keluarga pada biaya ekuitas perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

3) Bagaimana pengaruh kepemilikan institusional pada biaya ekuitas

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh Good Corporate Governance

pada biaya ekuitas perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

Page 10: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

10

2) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh kepemilikan keluarga pada

biaya ekuitas perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

3) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh kepemilikan institusional pada

biaya ekuitas perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Kegunaan secara teoritis

Penelitian ini dapat menambah wawasan di bidang akuntansi khususnya

mengenai Good Corporate Governance, biaya ekuitas.

2) Kegunaan secara praktis

Penelitian ini dapat berguna bagi perusahaan di Indonesia, yaitu:

a) Memberikan pemahaman kepada para investor mengenai Good

Corporate Governance pada perusahaan manufaktur di Indonesia.

b) Memberikan pengetahuan bagi setiap perusahaan manufaktur di

Indonesia tentang pentingnya penerapan Good Corporate Governance

yang baik dan sehat.

c) Memberikan informasi bagi peneliti selanjutnya untuk

mengembangkan penelitian ini selanjutnya.

1.5 Sistematika Penulisan

Secara garis besar, penelitian ini disusun ke dalam 5 bab yang dapat

diuraikan sebagai berikut.

Page 11: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

11

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bagian ini, penelitian menjelaskan mengenai latar belakang

masalah yang terdiri dari hal-hal apa saja yang mendasari

penelitian ini. Selain itu, dalam bab ini penelitian juga

menjelaskan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian

serta sistimatika penulisan penelitian.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Pada bab ini, peneliti menguraikan mengenai landasan teori dan

hipotesis. Landasan teori yang berkaitan dengan pengaruh Good

Corporate Governance, kepemilikan keluarga dan kepemilikan

institusional terhadap biaya ekuitas dengan menyertakan

penelitian sebelumnya yang melandasi penelitian ini. Hipotesis

yang berkaitan dengan pengaruh negatif atau positif Good

corporate governance, kepemilikan keluarga, kepemilikan

institusional terhadap biaya ekuitas.

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab metode penelitian menguraikan mengenai desain

peneiltian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi

variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data,

metode pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV : DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pada bab hasil penelitian dan pembahasan, peneliti menguraikan

mengenai pengaruh good corporate governance, kepemilikan

Page 12: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

12

keluarga dan kepemilikan institusional terhadap biaya ekuitas.

Deskripsi hasil penelitian sesuai dengan analisis yang dilakukan

serta pembahasan mengenai hasil tersebut.

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab simpulan dan saran, peneliti menyampaikan serta

menguraikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis

dalam pembahasan serta saran-saran yang diberikan sesuai

dengan simpulan yang diperoleh dari penelitian.

Page 13: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori dan Konsep

2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory)

Teori agensi erat kaitannya dengan Good Corporate Governance karena

menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan hubungan antara pemegang saham

(principal) dan manajemen (agent). Menurut Eisendhart (1989) dalam

Wicaksono (2013) menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi

sifat manusia, yaitu: manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self

interest), manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa

mendatang (bounded rationality), dan manusia selalu menghindari resiko (risk

averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia ini, maka dapat diketahui

bahwa seorang manajer akan mengutamakan dan mementingkan kepentingan

dirinya sendiri yaitu untuk mendapatkan keuntungan pribadi yang dapat

merugikan pemegang saham sebagai principal. Hal ini dapat menimbulkan

agency problem yang dapat menghambat berjalannya sebuah perusahaan.

Menurut Hikmah (2011) dalam Putranto (2013), teori keagenan

mengasumsikan bahwa dalam pasar modal dan pasar tenaga kerja yang tidak

sempurna, manajer akan berusaha untuk memaksimalkan utilitas mereka sendiri,

dengan mengorbankan kepentingan para pemegang saham. Agency problem ini

juga dapat terjadi karena para pemegang saham memiliki keterbatasan dalam

memonitor kinerja yang di lakukan oleh manajer sebagai agent, apakah mereka

bekerja sesuai dengan yang diharapkan ataupun tidak. Menurut Rebecca (2012)

Page 14: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

14

pemisahan antara fungsi kepemilikan dan pengelolaan perusahaan menimbulkan

kemungkinan terjadinya agency problem yang dapat menyebabkan agency

conflict, yaitu konflik yang timbul sebagai akibat keinginan manajemen (agent)

untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan kepentingannya yang dapat

mengorbankan kepentingan pemegang saham (principal).

Kenyataannya seorang manajer memiliki lebih banyak informasi tentang

perusahaan dibandingkan dengan para pemegang saham. Ini merupakan sebuah

keuntungan bagi seorang manajer untuk meningkatkan kesejahteraan dirinya

sendiri. Maka dari itu diperlukan suatu corporate governance yang baik untuk

mengatasi agency problem yang terjadi antara pemegang saham dan manajer.

Dengan adanya corporate governance yang dapat mengatur hubungan antara

kedua belah pihak ini maka dapat mengurangi atau mencegah terjadinya agency

conflict. Jika kita dapat kaitkan antara agency teory dan corporate governance

terhadap biaya ekuitas, maka dengan adanya corporate governance yang baik

memiliki biaya ekuitas yang lebih rendah (Derewall dan Verwijmeren, 2007;

Byun et al, 2008). Serta menurut Bhojraj dan Sengupta (2003) dalam Rebecca

(2012) mekanisme corporate governance memiliki pengaruh negatif terhadap

biaya utang perusahaan. Struktur corporate governance yang sehat merupakan

salah satu indikator penting yang sangat dipertimbangkan oleh kreditur ketika

menentukan risk premium perusahaan (Rebecca, 2012).

2.1.2 Good Corporate Governance

Pasal 1 Surat Keputusan Menteri BUMN No. 117/M-MBU/2002 tanggal

31 Juli 2002 tentang Penerapan Good Corporate Governance pada BUMN

Page 15: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

15

menyatakan bahwa good corporate governance adalah suatu proses dan struktur

yang digunakan oleh organisasi BUMN untuk mengikat keberhasilan usaha dan

akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka

panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan (stakeholder) lainnya, yang

berdasarkan pada peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.

Menurut Forum for Good Corporate Governance Indonesia (FGCGI,

2009), Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang

mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan,

pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan internal dan

eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Dari

beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Good Corporate

Governance mengatur hubungan antara orang-orang yang berkepentingan

didalam sebuah perusahaan, baik itu principal maupun agent agar terjalin

hubungan yang harmonis dan saling mendukung demi terciptanya suatu

keuntungan bagi semua pihak dan mencapai tujuan perusahaan yang diinginkan.

Good Corporate Governance akan membantu mengurangi dan

mengatasi masalah-masalah yang terjadi didalam teori keagenan. Karena di

dalam teori agensi di jelaskan bahwa terdapat hubungan antara pihak principal

dan agent. Dimana pihak principal membagi kekuasaannya kepada pihak agent

untuk menjalankan perusahaan dan mengambil keputusan sesuai keadaan. Hal

ini dapat menyebabkan konflik kepentingan, karena masing-masing pihak akan

mengutamakan kepentingannya masing- masing demi memperoleh keuntungan

Page 16: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

16

yang maksimal. Dengan adanya Good Corporate Governance diharapkan akan

mampu mengatasi masalah ini.

Organization for Economic Co operation and Development (OECD)

dalam Putranto (2013) mengembangkan lima prinsip Good Corporate

Governance, yaitu:

1) Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham.

2) Persamaan perlakuan terhadap seluruh pemegang saham termasuk

pemegang saham asing dan minoritas

3) Peranan pemangku kepentingan yang terkait dengan perusahaan.

4) Keterbukaan dan transparansi.

5) Akuntabilitas dewan komisaris.

Sedangkan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) di dalam Pedoman

Umum Good Corporate Governance Indonesia tahun 2006 mengembangkan

beberapa asas-asas GCG, yaitu (KNKG, 2006):

1) Transparansi (Transparancy)

Menjaga obyektifitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus

menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang

mudah diakses dan dipahami oleh pihak yang memiliki kepentingan.

Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak

hanya masalah yang di syaratkan oleh peraturan perundang-undangan,

tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh

pemegang saham, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya.

Page 17: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

17

2) Akuntabilitas (Accountability)

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara

transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara

benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan

tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku

kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan

untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

3) Responsibilitas (Responsibility)

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta

melakukan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan

sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka

panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.

4) Independensi (Independency)

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola

secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak

saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

5) Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa

memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku

kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

2.1.3 Kepemilikan Keluarga

Kepemilikan keluarga dapat diartikan sebagai kepemilikan atas sebuah

perusahaan yang dimiliki oleh seorang atau sekelompok orang yang masih

Page 18: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

18

memiliki hubungan darah yang dapat diwariskan secara turun menurun. Menurut

Poza (2007) dalam Ruwita (2012) definisi dari family business bisa dilihat dari

kontrol ownership dari dua anggota atau lebih, dari keluarga atau partnership dari

keluarga, strategi dalam manajemen perusahaan yang dipengaruhi oleh anggota

dari keluarga, strategi dalam manajemen perusahaan dipengaruhi oleh anggota

keluarga baik itu sebagai advisor dalam anggota dewan atau menjadi pemegang

saham, lebih peduli pada hubungan keluarga, yang terakhir visi dari pemilik

perusahaan keluarga berlanjut sampai beberapa generasi.

Di Indonesia masih banyak perusahaan yang dimiliki oleh perorangan atau

keluarga, maka dari itu masih banyak perusahaan yang hanya dipegang dan

dikontrol oleh orang-orang yang memiliki hubungan kekerabatan. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan Rebecca (2012), ditemukan bahwa dalam tahun 1996,

kapitalisasi pasar dari saham yang dikuasai oleh 10 perusahaan keluarga di

Indonesia mencapai 57,7%. Untuk Filipina dan Thailand, mencapat 52,5% dan

46,2%.

Sebuah perusahaan keluarga merupakan perusahaan yang tertutup bagi

pihak luar untuk dapat masuk kedalam kepemilikan perusahaan tersebut. Tetapi

dengan perkembangan jaman, perusahaan keluarga tersebut mulai membuka diri

untuk dimasuki oleh pihak luar demi menambah modal usaha dan memperluas

perusahaan yang ada. Hal ini dilakukan karena untuk melakukan sebuah ekspansi

diperlukan dana yang besar, dan jika hanya memperoleh modal dari satu pihak hal

itu akan sangat sulit untuk dilakukan. Menurut Rebecca (2012), kepemilikan

keluarga merupakan kepemilikan dari individu dan kepemilikan dari perusahaan

Page 19: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

19

tertutup (di atas 5%), yang bukan perusahaan publik, negara, ataupun institusi

keuangan.

Dengan kepemilikan yang besar pada sebuah perusahaan, maka seseorang

atau keluarga yang miliknya memiliki kendali yang besar tentang bagaimana

perusahaan tersebut akan beroperasi. Dan kerap kali terjadi seseorang atau

sekelompok orang yang memiliki kekuatan yang besar akan memanfaatkan

perusahaan yang di pegangnya untuk mencapai tujuan pribadi atau mendapatkan

keuntungan bagi dirinya sendiri yang biasanya mengorbankan kepentingan orang

lain.

2.1.4 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan sebuah perusahaan yang

dimiliki oleh suatu badan atau pemilik institusional, seperti pemerintah, asuransi

dan bank. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan

pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat

mengurangi manipulasi terhadap laba. Presentase saham tertentu yang dimiliki

oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang

tidak menutup kemungkinan terhadap akrualisasi sesuai kepentingan manajemen

(Boediono,2010). Dan menurut Wicaksono (2013) tingkat kepemilikan

institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar

oleh pihak investor institusional sehingga dapat mengurangi perilaku oportunistik

manajer.

Page 20: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

20

2.1.5 Biaya Ekuitas

Menurut Karamony dan Wokas (2011) biaya ekuitas adalah biaya rill yang

harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yang berasal dari

hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu

investasi atau operasi perusahaan. Penentuan besarnya biaya modal ini

dimaksudkan untuk mengetahui berapa besarnya biaya rill yang harus dikeluarkan

perusahaan untuk memperoleh dana yang diperlukan. Sedangkan menurut Bodie,

Kane, dan Marcus (2009) dalam Rebecca (2012), biaya ekuitas adalah suatu rate

tertentu yang harus dicapai oleh perusahaan untuk dapat memenuhi imbalan yang

diharapkan (expected return) oleh para pemegang saham biasa (common

stockholder) atas dana yang telah ditanamkan pada perusahaan tersebut sesuai

dengan resiko yang akan diterimanya.

Suatu perusahaan yang ingin memperbesar usahanya memerlukan dana

yang besar untuk melakukan hal ini. Maka dari itu diperlukan dana yang dapat

diperoleh dari meminjam kepada bank atau dengan cara menerbitkan saham.

Dengan menerbitkan saham, maka sebuah perusahaan harus memikirkan dividen

yang akan diperoleh oleh para pemegang saham yang telah menginvestasikan

dananya kepada perusahaan. Perhitungan biaya ekuitas ini menjadi penting agar

suatu perusahaan tidak salah dalam menghitung expected return dan tidak

menimbulkan kesalahan dalam pengambilan keputusan investasi. Menurut

Karamony dan Wokas (2011), biaya ekuitas memiliki beberapa komponen yaitu:

a) Debt (Hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang)

b) Preferred (Saham Preferen).

Page 21: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

21

c) Common Equity (Saham Biasa dan Laba ditahan).

Biaya ekuitas sebuah perusahaan menggambarkan seberapa besar ekuitas

yang ditangung oleh perusahaan. Dengan jumlah yang besar maka perusahaan

tidak akan ragu dalam melaporkan hal ini didalam laporan keuangan yang

dihasilkannya, sedangkan sebaliknya jumlah biaya ekuitas yang kecil maka

sebuah perusahaan akan cenderung bertindak untuk menutup-nutupi hal tersebut.

2.1.6 Capital Asset Pricing Model (CAPM)

Biaya ekuitas dapat diukur dengan menggunakan beberapa pendekatan, di

antaranya adalah Dividend Growth Model dan Capital Asset Pricing Model

(CAPM). Biaya ekuitas sulit diukur karena tidak ada cara untuk mengamati atau

mengetahui secara langsung tingkat return yang diharapkan oleh investor. Apabila

menggunakan Dividend Growth Model sebagai proksi dari biaya ekuitas, maka

penelitian hanya akan menggunakan perusahaan-perusahaan yang membagikan

dividen setiap tahun sehingga membatasi jumlah sampel yang dapat diteliti. Oleh

karena itu, dalam penelitian ini pendekatan kedua atau CAPM akan digunakan

untuk mengukur biaya ekuitas.

Penggunaan CAPM ini dipilih tidak terlepas dari ketersediaan data-data

yang ada di pasar modal Indonesia dan cara penghitungan CAPM yang relatif

lebih mudah dibandingkan metode lainnya. Hingga saat ini CAPM masih tetap

banyak digunakan sebagai ukuran dari biaya ekuitas. Capital Asset Pricing Model

(CAPM) dikembangkan oleh William Sharpe, John Lintner, dan Jan Mossin dua

belas tahun setelah Harry Markowitz mengemukakan teori portofolio modern

pada tahun 1952 (Warsono, 2000). CAPM adalah sebuah model keseimbangan

Page 22: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

22

antara resiko dan expected return suatu sekuritas atau portofolio. Model tersebut

dapat digunakan untuk menentukan harga dari aset yang beresiko. Menurut

pendekatan CAPM, resiko yang dinilai oleh investor yang rasional hanyalah

systematic risk karena resiko tersebut tidak dapat dihilangkan dengan melakukan

diversifikasi. CAPM menyatakan bahwa expected return sebuah sekuritas atau

portofolio sama dengan return sekuritas bebas resiko (risk-free asset) ditambah

dengan risk premium dikalikan dengan systematic risk sekuritas tersebut yang

diukur dengan beta.

Berbeda dengan model portofolio Markowitz yang menggunakan varian

atau deviasi standar sebagai ukuran resiko, yang digunakan dalam CAPM adalah

beta. Beta digunakan karena mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan varian

atau deviasi standar. Kelebihan utama terletak pada stabilitasnya (Warsono,

2000). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pudjiastuti dan Husnan

(1993), disimpulkan bahwa beta tahun lalu ternyata mempunyai korelasi positif

yang cukup tinggi dengan beta tahun ini. Dengan demikian, beta tahun ini dapat

dipergunakan sebagai estimator beta untuk tahun depan. Biaya ekuitas dalam

Capital Asset Pricing Model (CAPM) dapat dihitung dengan menggunakan rumus

berikut ini:

COE = Rf + β (Rm– Rf) , dimana:

COE = cost of equity atau expected return dari sebuah sekuritas

Rf = tingkat pengembalian dari sekuritas bebas resiko (risk-free asset)

β = sensitivitas dari sebuah sekuritas terhadap perubahan nilai pasar

Rm = tingkat pengembalian dari portofolio pasar (market return)

Page 23: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

23

Market risk premium atau (Rm– Rf) diartikan sebagai return tambahan

(additional return) yang diinginkan oleh investor karena berinvestasi pada

sekuritas yang beresiko. Pendekatan CAPM mengasumsikan beberapa kondisi

sebagai berikut (Zubir, 2011):

1) Tidak ada biaya transaksi, yaitu biaya-biaya pembelian dan penjualan

saham, seperti biaya broker, biaya penyimpanan saham (custodian) dan

lain-lain.

2) Tidak ada pajak pendapatan pribadi sehingga bagi investor tidak masalah

apakah mendapatkan return dalam bentuk dividen atau capital gain.

3) Seseorang tidak dapat mempengaruhi harga saham melalui tindakan

membeli atau menjual saham yang dimilikinya. Informasi tersedia untuk

semua investor dan dapat diperoleh dengan bebas tanpa biaya sehingga

harga saham sudah mencerminkan semua informasi yang ada. Asumsi ini

mengindikasikan bahwa pasar modal analog dengan bentuk pasar

persaingan sempurna.

4) Investor adalah orang yang rasional. Mereka membuat keputusan investasi

hanya berdasarkan resiko dan expected return portofolio. Investor

mempunyai input yang sama dalam membentuk portofolio yang efisien.

Asumsi ini disebut juga sebagai homogeneous expectations. Semua

investor mendefinisikan periode investasinya dengan cara yang persis

sama (one-period horizon) sehingga expected return dan risiko portofolio

pada periode tersebut akan sama untuk setiap investor.

Page 24: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

24

5) Investor adalah risk averse sehingga jika diberikan pilihan antara dua

portofolio dengan expected returnyang identik, maka mereka akan

memilih portofolio dengan resiko yang lebih rendah.

6) Short-sale dibolehkan dan tidak terbatas. Artinya, semua investor dapat

menjual saham yang tidak dimilikinya sebanyak yang diinginkannya.

7) Lending dan borrowing pada tingkat bunga bebas resiko dapat dilakukan

dalam jumlah yang tidak terbatas. Investor dapat meminjamkan (lending)

dan meminjam (borrowing) sejumlah dana yang diinginkannya pada

tingkat bunga yang sama dengan tingkat bunga bebas resiko.

Asumsi-asumsi yang diuraikan di atas memang terlihat kurang realistis

karena tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya. CAPM mengasumsikan

bahwa pasar saham dan sekuritas lainnya adalah pasar yang berbentuk sempurna

sehingga tidak terdapat pajak, tidak ada biaya transaksi, dan tingkat bunga lending

sama dengan borrowing. Dalam prakteknya, jual-beli saham dikenakan biaya

transaksi, dividen dan capital gain dikenakan pajak, serta lending dan borrowing

rate lebih tinggi dari pada tingkat bunga bebas risiko (risk-free rate). Selain itu,

Elton (1999) dalam Chen et al.(2003) juga menyatakan bahwa realized return

yang digunakan dalam pendekatan CAPM merupakan ukuran yang kurang tepat

dari expected return. Namun hingga saat ini, belum ditemukan alternatif model

yang tepat untuk menggantikan CAPM (Yao dan Sun, 2008). Oleh karena itu,

pendekatan CAPM masih sering digunakan untuk menghitung biaya ekuitas dari

suatu perusahaan.

Page 25: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

25

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1. Pengaruh Good Corporate Governace Terhadap Biaya Ekuitas

Shleifer dan Vishny (1997) menyatakan bahwa kualitas dari corporate

governance diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada keseluruhan proses

penciptaan nilai perusahaan. Salah satu ciri dari penciptaan nilai ini adalah adanya

penurunan biaya modal oleh perusahaan. Penerapan good corporate governance

yang baik dapat mengurangi risiko perusahaan dari keputusan-keputusan pihak

manajemen yang cenderung mengutamakan kepentingan pribadi. Selain itu,

penerapan good corporate governance juga dapat meningkatkan kepercayaan

para investor (Newell dan Wilison, 2002). Meningkatnya kepercayaan investor

tersebut disebabkan karena penerapan GCG yang baik dianggap mampu

memberikan perlindungan yang efektif terhadap investor dalam memperoleh

kembali investasinya dengan wajar (Tjager et al., 2003).

Pengukuran penerapan good corporate governance oleh perusahaan dapat

diproksikan dengan good corporate governance yang dipublikasikan oleh

lembaga-lembaga independen yang berada di setiap negara yang berfungsi untuk

menilai praktek corporate governance di negara tersebut. Beberapa penelitian

sebelumnya mencoba meneliti hubungan antara good corporate governance,

sebagai ukuran dari penerapan corporate governance, dengan biaya ekuitas.

Penelitian yang dilakukan oleh Derwall dan Verwijmeren (2007) menunjukkan

bahwa perusahaan dengan kualitas corporate governance yang baik memiliki

biaya ekuitas yang lebih rendah. Dalam penelitiannya, Derwall dan Verwijmeren

(2007) menggunakan Governance Metrics International (GMI) untuk menilai

Page 26: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

26

praktek corporate governance pada perusahaan-perusahaan publik di Amerika.

Byun et al, (2008) juga membuktikan bahwa praktek corporate governance

memiliki hubungan negatif dengan biaya ekuitas dan perlindungan terhadap hak

pemegang saham merupakan faktor yang paling signifikan dalam menurunkan

biaya ekuitas. Berbeda dengan Derwall dan Verwijmeren (2007), Byun et al.

(2008) menggunakan hasil dari survei yang dilakukan oleh Korea. Corporate

Governanc Service (KCGS) untuk mengevaluasi penerapan corporate governance

pada perusahaan-perusahaan publik di Korea Selatan. Menurut Rebecca (2012)

memperoleh hasil bahwa Corporate Governance Index memiliki pengaruh negatif

signifikan terhadap biaya ekuitas, dan menurut Natalia dan Sun (2013) memiliki

hasil penelitian bahwa Corporate Governance Perception Index (CGPI)

berpengaruh positif yang tidak signifikan terhadap biaya ekuitas. Pengukuran

penerepan Good Corporate Governance oleh perusahaan dapat diproksikan

dengan good corporate goveranance. Good Corporate governance yang tinggi

menunjukkan bahwa perusahaan telah menerapkan prinsip-prinsip good corporate

governance dengan baik. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi good

corporate governance, maka semakin besar potensi perusahaan untuk

memperoleh biaya ekuitas yang lebih rendah. Berdasarkan uraian ini, maka

diajukan hipotesis sebagai berikut:

H1: Good Corporate Governance berpengaruh negatif terhadap biaya

ekuitas.

Page 27: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

27

2.2.2 Pengaruh Kepemilikan Keluarga Terhadap Biaya Ekuitas

Jika kita melihat dengan menggunakan teori agensi, maka didalam sebuah

perusahaan dengan kepemilikan keluarga yang besar bisa terjadi agency conflict

antara principal dan agent. Menurut Jensen dan Meckling (1976) hal ini dapat

diatasi. Karena dengan adanya proporsi kepemilikan saham yang besar akan

menimbulkan insentif untuk memonitor peran dan kerja para manajer. Tetapi jika

kita lihat, dengan adanya proporsi yang besar yang dimiliki oleh keluarga atas

sebuah perusahaan dapat menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara

pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas.

Menurut Dyck dan Zingales (2004) hal ini dapat terjadi karena dengan

adanya keluarga sebagai pemegang saham mayoritas akan memiliki kekuatan dan

kontrol yang besar untuk menggunakan hal tersebut demi meningkatkan

keuntungan pribadinya sehingga investor menginginkan tingkat pengembalian

yang lebih tinggi untuk mengkompensasi resiko tersebut. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Rebecca (2012) menunjukkan bahwa kepemilikan keluarga

memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap biaya ekuitas perusahaan. Hal

ini dapat disebabkan karena dalam perusahaan dengan kepemilikan keluarga

muncul agency problem lain, yaitu antara pemegang saham mayoritas dan

pemegang saham minoritas sehingga dapat memberikan peluang besar terjadinya

peningkatan terhadap pemegang saham minoritas.

Hal ini disebabkan oleh excess control yang dimiliki pemegang saham

mayoritas cenderung digunakan untuk memperoleh keuntungan pribadi pada

beban yang ditanggung oleh pemegang saham mayoritas (Rebecca, 2012). Maka

Page 28: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

28

dari itu jika sebuah perusahaan dimiliki oleh kepemilikan keluarga yang besar

dapat menimbulkan agency problem yang lain dalam bidang kepentingan dan

informasi yang beredar diantara orang-orang yang berkepentingan di dalam

sebuah perusahaan. Resiko-resiko tersebut berdampak negatif terhadap nilai

perusahaan dan mengakibatkan biaya ekuitas menjadi lebih tinggi. Berdasarkan

uraian ini, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

H2: Kepemilikan keluarga berpengaruh positif terhadap biaya ekuitas.

2.2.3 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Biaya Ekuitas

Berdasarkan teori agensi (agency theory), didalam sebuah perusahaan

terdapat hubungan antara manajer dan para pemegang saham. Di dalam hubungan

ini sering terjadi konflik karena adanya asimetri informasi diantara pihak manajer

dan pihak pemegang saham. Hal ini dapat merugikan salah satu pihak tersebut,

karena jika salah satu pihak memiliki jumlah informasi yang lebih banyak, maka

dapat memanfaatkan hal tersebut untuk menguntungkan dirinya sendiri dengan

mengorbankan pihak lainnya. Kepemilikan institusional merupakan salah satu

cara untuk mengurangi konflik yang terjadi diantara para pemegang saham

dengan manajer. Karena dengan adanya kepemilikan institusional dapat

mempengaruhi kinerja sebuah perusahaan dengan meningkatkan pengawasan

yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen yang ada.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rebecca (2012) menyatakan bahwa

kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap biaya

ekuitas. Menurut Rebecca (2012) hal ini dapat disebabkan karena mayoritas jenis

perusahaan publik di Indonesia masih merupakan perusahaan milik keluarga

Page 29: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

29

sehingga monitoring oleh pihak institusional cenderung tidak mempengaruhi

keputusan investor dalam menentukan biaya ekuitas perusahaan. Hasil yang

berbeda ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Natalia dan Sun (2013)

yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional memberikan pengaruh negatif

yang signifikan dalam menurunkan biaya ekuitas. Penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Juniarti dan Sentosa (2009) menjelaskan bahwa investor

institusional memiliki kemampuan yang lebih baik untuk memonitoring tindakan

manajemen dibandingkan dengan investor individual dimana investor institusional

tidak mudah diperdaya dengan tindakan manipulasi yang dilakukan oleh

manajemen. Selain itu, investor intitusional, yang umumnya juga beberapa

sebagai fidusiari, memiliki insentif yang lebih besar untuk memantau tindakan

manajemen dan kebijakan perusahaan. Kondisi ini dapat menyebabkan

berkurangnya perilaku oportunistik manajemen yang mengarah pada biaya ekuitas

yang lebih rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Collins dan Huang (2010)

membuktikan bahwa kepemilikan institusional memiliki dampak negatif terhadap

biaya ekuitas perusahaan.

Fidyati (2004) menegaskan bahwa investor institusional menghabiskan

lebih banyak waktu untuk melakukan analisis investasi dan mereka memiliki

akses atas informasi yang terlalu mahal untuk diperoleh bagi investor lainnya.

Investor intitusional berperan aktif dalam good corporate governance dengan

mengurangi tingkat resiko dari perusahaan tempat mereka menginvestasikan

protofolio memulai pengawasan manajemen yang efektif. Hubungan ini menjadi

lebih kuat dengan tingginya asimetri informasi di perusahaan. Oleh karena itu,

Page 30: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

30

kepemilikan institusional di percaya dapat menurunkan biaya ekuitas yang

diterima oleh perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, maka akan diajukan

hipotesis sebagai berikut:

H3: Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap biaya ekuitas.

2.3 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian terdahulu merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya dan berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis

mengenai variabel yang mempengaruhi biaya ekuitas dan Good Corporate

Governance. Adapun hasil-hasil penelitian terdahulu sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Syed Zulfiqar Ali Shah dan Sfadar Ali

Butt (2013) tentang Corporate Governance and its Impact on Firm

Risk, menyatakan bahwa kualitas tata kelola perusahaan diukur

dengan memberikan bobot pada satu variable yang terkait meskipun

variable-variabel ini juga dianggap secara individual. Penelitian ini

menggunakan statistik deskriptif, matrik korelasi, pendekatan kuadrat

kecil sederhana biasa (OLS) dan model fixed effect model untuk

menguji data panel yang dikumpulkan. Penelitian ini menemukan

hubungan negatif antara kepemilikan majerial dan ukuran perusahaan

dengan biaya ekuitas dan hubungan positif antara kepemilikan

intitusional, komite audit dan tata kelola perusahaan dengan biaya

ekuitas. Hasil penelitian ini disebabkan oleh dua transisi dimana

perusahaan Pakistan lewat berlakunya Corporate Governance pada

tahun 2002.

Page 31: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

31

2. Penelitian yang dilakukan oleh Susanto (2012) tentang, kualitas laba,

dan biaya ekuitas menyatakan bahwa kualitas laba yang diukur

dengan model Francis et al. (2005), earning variability dan common

factor berpengaruh positif dan signifikan terhadap biaya ekuitas. Hal

ini dapat terjadi karena kecenderungan investor di Indonesia

mengukur kualitas laba dengan periode yang lebih panjang, sedangkan

hasil dari pengaruh Good Corporate Governance, yaitu:

a) Dewan komisaris memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap

biaya ekuitas;

b) Efektifitas komite audit cenderung berpengaruh positif signifikan

terhadap biaya ekuitas;

c) Kualitas audit yang diproksikan dengan ukuran KAP tidak memiliki

pengaruh signifikan terhadap biaya ekuitas, namun tenure KAP

terbukti berpengaruh positif terhadap biaya ekuitas.

3. Penelitian Rebecca (2012) yang memperoleh hasil bahwa Corporate

Governance Index terbukti memiliki pengaruh negatif signifikan

terhadap biaya ekuitas; kepemilikan keluarga terbukti memiliki

pengaruh signifikan positif terhadap biaya ekuitas; kepemilikan

institusional tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap biaya

ekuitas. Menurut Rebecca (2012), Corporate Governance Index

memberikan pengaruh negatif signifikan terhadap biaya ekuitas

karena kualitas dari praktek corporate governance suatu perusahaan

dapat mengurangi biaya ekuitas.

Page 32: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

32

Perusahaan di Indonesia masih banyak yang dimiliki oleh keluarga,

makanya kepemilikan keluarga terbukti memiliki pengaruh positif

terhadap biaya ekuitas. Menurut Rebecca (2012) hal ini disebabkan

karena dalam perusahaan dengan kepemilikan keluarga muncul

agency problem lain, yaitu antara pemegang saham mayoritas dan

pemegang saham minoritas, resiko informasi menjadi lebih besar

ketika pemegang saham mayoritas memiliki kontrol di dalam

perusahaan. Rebecca (2012) menyatakan bahwa kepemilikan keluarga

tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya utang. Hal ini mungkin

disebabkan karena agency problem antara manajer dan pemegang

saham dapat berkurang pada perusahaan dengan kepemilikan

keluarga, meskipun terjadi agency problem antara pemegang saham

mayoritas dan pemegang saham minoritas.

4. Penelitian lain dilakukan oleh Natalia dan Sun (2013) tentang Analisis

Pengaruh Wajibnya Penerapan Good Corporate Governance

Terhadap Biaya Ekuitas Pada Badan Usaha Milik Negara Yang

Terdaftar di BEI Tahun 2009-2012 menyatakan hasil bahwa

Corporate Governance Perception Index (CGPI) berpengaruh positif

yang tidak signifikan terhadap biaya ekuitas, kepemilikan manajerial

berpengaruh positif yang tidak signifikan terhadap biaya ekuitas,

kepemilikan institusional memberikan pengaruh negatif yang

signifikan dalam menurunkan biaya ekuitas, kualitas audit

Page 33: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

33

menunjukkan pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap biaya

ekuitas.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Susanto (2012) tentang Good

Corporate Governance, Kualitas Laba, dan Biaya Ekuitas menyatakan

bahwa kualitas laba yang diukur dengan model Francis et al. (2005),

earning variability dan common factor berpengaruh positif dan

signifikan terhadap biaya ekuitas. Hal ini dapat terjadi karena

kecenderungan investor di Indonesia mengukur kualitas laba dengan

periode yang lebih panjang, sedangkan hasil dari pengaruh Good

Corporate Governance, yaitu: dewan komisaris memiliki pengaruh

tidak signifikan terhadap biaya ekuitas, efektifitas komite audit

cenderung berpengaruh positif signifikan terhadap biaya ekuitas,

kualitas audit yang diproksikan dengan ukuran KAP tidak memiliki

pengaruh signifikan terhadap biaya ekuitas, namun KAP terbukti

berpengaruh positif terhadap biaya ekuitas.

Page 34: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

34

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh Good Corporate

Governance terhadap biaya ekuitas perusahaan. Penelitian ini termasuk dalam

jenis penelitian kuantatif karena di dasarkan pada data kuantitatif atau temuan-

temuan yang dicapai dengan mengunakan prosedur-prosedur atau cara-cara

yang berbentuk angka-angka dan dapat dihitung dengan satuan hitung

(Sugiyono, 2013). Penelitian kuantitatif berbentuk asosiatif (hubungan) yaitu

penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan dua variabel atau lebih

(Rahyuda dkk, 2004:17). Adapun penelitian kuantitatif berbentuk asosiatif

(hubungan) dalam penelitian ini seperti prosedur dalam pengambilan data di

BEI dan perhitungan dalam memperoleh data good corporate governance,

kepemilikan keluarga, kepemilikan institusional dan biaya ekuitas. Pengaruh

dari unsur good corporate governance terhadap biaya ekuitas dapat di

gambarkan dalam diagram berikut ini.

Gambar 3.1

Desain Penelitian Teoritis

Pembahasan

Good Corporate

Governance (X1)

Kepemilikan

Keluarga (X2)

Kepemilikan

Institusional (X3)

Biaya Ekuitas

(Y)

Page 35: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

35

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di perusahaan manufaktur yang terdaftardi

Bursa Efek Indonesia yang menyediakan informasi yang diungkapkan dalam

laporan keuangan dan laporan tahunan. yang dapat di akses www.idx.co.id .

3.3 Obyek Penelitian

Objek penelitian ini adalah good corporate governance, kepemilikan

keluarga, kepemilikan institusional dan biaya ekuitas.

3.4 Indetifikasi Variabel

Menurut Sugiyono (2013), variabel penelitian adalah segala suatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari sehingga di

peroleh informasi tentang hal tersebut, kemudian di tarik kesimpulan. Penelitian

ini menggunakan dua jenis variabel yaitu variabel terikat (dependent variable) dan

variable bebas (independent vaiable). Variabel yang dimaksud sebagai berikut:

1) Variabel bebas meliputi:

a) Good corporate governance diberi notasi X1

b) Kepemilikan keluarga diberi notasi X2

c) Kepemilikan institusional diberi notasi X3

2) Variabel terikat (Y), yaitu variabel yang di pengaruhi oleh variabel bebas

lainnya dalam hal ini variabel (Y) adalah Biaya Ekuitas .

3.5 Definisi Operasional Variabel

Pengertian dan batasan dari variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 36: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

36

a. Good Corporate Governance (X1)

Good corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur

hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan,

pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan

internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan

kewajiban mereka.

Metode total sektor tertimbang (total weight score) digunakan untuk

mengevaluasi tingkat penerapan good corporate governance masing-

masing perusahaan. Skor yang dihasilkan berupa presentase dengan

maksimal 100%. Setiap skor memiliki interprestasi tersendiri sesuai

dengan kriteria penilaian praktek GCG yang telah di tetapkan oleh

Indonesia Institute for corporate Directoryshiya (IICD). Dalam

penelitian ini, skor GCG yang digunakan dalam skor pada tahun 2010

dan 2011 dengan mangasumsikan skor yang diperoleh untuk tahun

berikutnya, yaitu tahun 2012 dan 2014 adalah sama dengan skor pada

tahun terakhir (skor tahun 2011). Hal ini disebabkan oleh keterbatasan

data yang tersedia di IICD.

b. Kepemilikan Keluarga (X2)

Kepemilikan keluarga adalah perusahaan yang dimiliki secara mayoritas

oleh keluarga tertentu atau kepemilikan sahamnya terkosentrasi pada

keluarga tertentu (Ayub, 2008). Kepemilikan keluarga akan diproksikan

dengan variabel dummy, yaitu 1 untuk perusahaan dengan kepemilikan

keluarga 20% atau lebih dan 0 untuk perusahaan dengan kepemilikan

Page 37: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

37

keluarga kurang dari 20%. Ukuran ini mengacu pada PSAK 15 (revisi

2009) yang menyatakan, jika investor memiliki secara langsung maupun

tidak langsung 20% atau lebih hak suara investee, maka investor di

anggap mempunyai pengaruh signifikan. Sebalikanya jika investor

memiliki secara langsung maupun tidak langsung, kurang dari 20% hak

suara investee, maka investor di anggap tidak mempunyai pengaruh

signifikan.

c. Kepemilikan Institusional (X3)

Kepemilikan Institusional didefinisikan sebagai kepemilikan saham

perusahaan yang dimiliki oleh investor institusional, seperti perusahaan

investasi, bank, perusahaan asuransi, institusi luar negeri, dana

perwakilan serta institusional lainnya (Juniarti dan Sentosa, 2009). Cara

pengukuran kepemilikan institusional sama dengan kepemilikan keluarga

dengan cara diproksikan dengan variabel dummy, yaitu 1 untuk

perusahaan dengan kepemilikan institusional 20% atau lebih dan 0 untuk

perusahaan dengan kepemilikan institusional kurang dari 20%. Ukuran

ini mengacu pada PSAK 15 (revisi 2009) yang menyatakan, jika investor

memiliki secara langsung maupun tidak langsung 20% atau lebih hak

suara investee, maka investor di anggap mempunyai pengaruh signifikan.

Sebalikanya jika investor memiliki secara langsung maupun tidak

langsung, kurang dari 20% hak suara investee, maka investor di anggap

tidak mempunyai pengaruh signifikan.

Page 38: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

38

d. Biaya Ekuitas (Y)

Biaya ekuitas adalah biaya rill yang harus dikeluarkan oleh perusahaan

untuk memperoleh dana baik yang berasal dari hutang, saham preferen,

saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi atau

operasi perusahaan. Perhitungan biaya ekuitas dalam penelitian ini diukur

dengan menggunakan Capital Asset Pricing Model (CAPM), penggunaan

CAPM tidak terlepas dari ketersediaan data-data yang ada di pasar modal

Indonesia dan cara perhitungan CAPM yang relatif lebih mudah dari

metode yang lainnya. Biaya ekuitas dalam CAPM dapat dihitung dengan

menggunakan rumus berikut ini:

COE = Rf + β (Rm– Rf) , dimana:

COE = cost of equity atau expected return dari sebuah sekuritas

Rf = tingkat pengembalian dari sekuritas bebas resiko (risk-free asset)

β = sensitivitas dari sebuah sekuritas terhadap perubahan nilai pasar

Rm = tingkat pengembalian dari portofolio pasar (market return

3.6 Jenis dan Sumber Data

3.6.1 Jenis Data

Jenis data berdasarkan sifatnya digunakan dalam penelitiannya sebagai

berikut:

a) Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka (Sugiyono, 2013).

Data Kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini berupa angka

laporan perusahaan keuangan yang terdaftar periode 2010-2014.

Page 39: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

39

b) Data Kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan

gambar (Sugiyono, 2013). Data Kualitatif yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi daftar nama-nama perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014.

3.6.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Data sekunder yaitu data yang sudah tersedia dan dikumpulkan, kemudian di olah

kembali oleh pihak lain atau media perantara seperti dokumen yaitu (Sugiyono,

2013). Data sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi data yang

diperoleh dari berbagai jurnal, makalah, artikel.laporan dan kepustakanan yang

relevan.

3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel

Populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi

obyek penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama

tahun 2010-2014.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan

mewakili seluruh populasi. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah

purposive sampling yang di artikan sebagai teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu. Adapun kreteria sampel yang dijadikan responden antara

lain:

Page 40: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

40

1) Perusahaan di Indonesia yang termasuk dalam golongan perusahaan

manufaktur sub sektor Industri dasar dan kimia sesuai dengan katagori

yang dikembangkan oleh BEI tercantum dalam IDX Fact Book dan tidak

mengalami delesting (penghapusan saham) selama tahun 2010-2014.

2) Laporan keuangan perusahaan disajikan secara lengkap dan dalam satuan

mata uang rupiah selama tahun 2010-2014.

3) Perusahaan tidak memiliki nilai ekuitas negatif.

4) Perusahaan memiliki saham aktif yang diperdagangkan selama tahun

2010-2014.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah

metode dokumentasi. Metode dokumentasi dilakukan dengan cara

menggumpulkan data dari berbagai literatur yang sesuai dengan tema penelitian

dan juga data dari laporan keuangan yang terdapat pada Bursa Efek Indonesia

(BEI) selama tahun 2010-2014.

3.9 Teknik Analisi Data

1) Analisis Regresi Linear Berganda

Untuk menganalisis hubungan antara variabel dependen dan independen,

maka teknik analisis data yang digunakan adalah metode analisis regresi linear

berganda dengan rumus umum sebagai berikut (Wirawan, 2014 :254) :

Y = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ...+ βkXk + ei...........................................................(1)

Page 41: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

41

Oleh karena dalam penelitian ini terdapat tiga variabel bebas yaitu satu

variabel terikat dan tiga variabel bebas, maka model regresi liniear berganda

yaitu disusun adalah

Y = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ei..........................................................................(2)

Dimana :

Y= Biaya Ekuitas

βo = Konstata / Intercept

β = Koefisien Regresi ( 1,2,...4)

X1 = Good Corporate Governance

X2 = Kepemilikan Keluarga

X3 = Kepemilikan Institusional

ei = Errror Term / Residual

2) Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dilakukan sebelum menggunakan model regresi

linier berganda dalam menguji hipotesis. Pengujian asumsi klasik dimaksudkan

agar regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil nantinya

menghasilkan penaksiran bias linear terbaik sehingga hasil perhitungan dapat

di interpretasikan dengan efisiensi dan akurat. Pengujian asumsi klasik ini

meliputi :

a) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi, residu dari persamaan regresi mempunyai distribusi normal atau

tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal

Page 42: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

42

atau mendekati normal. Metode yang digunakan adalah dengan

menggunakan statistik Kolgomorov-Smirnov.

Alat uji ini biasa disebut dengan K-S yang tersedia dalam Program

IBMSPSS Statistics Version 20. Kriteria yang digunakan dalam tes ini

adalah dengan membandingkan antara tingkat signifikansi yang didapat

dengan tingkat alpha yang digunakan, dimana data tersebut dikatakan

berdistribusi normal bila sig > alpha (Ghozali, 2010:115).

b) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji

ada atau tidaknya hubungan yang linier (multikolinieritas) antara

variabel bebas (independen) satu dengan variabel bebas yang lain.

Menurut Nugroho (2010) sebagai pedoman untuk mengetahui antara

variabel bebas satu dengan variabel bebas yang lain tidak terjadi

multikolinieritas jika mempunyai VIF (Varian Inflatation Factor)

kurang dari 10 dan angka Tolerance lebih dari 10 (Sudarmanto, 2010).

c) Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi adalah adanya hubungan antara residual dari model

pada periode t dengan residual pada periode t-1. Autokorelasi muncul

karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama

lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi

ke obesrvasi lainnya. Masalah autokorelasi ini sering ditemukan pada

data time series (data berkala). Pada data silang waktu, masalah

autokorelasi relatif jarang terjadi, karena “gangguan” pada observasi

Page 43: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

43

yang berbeda. Salah satu uji untuk mendekteksi adanya autokorelasi

dalam model adalah Uji Durbin- Waston (DW Test). Rumus dari

statistik uji DW adalah

d= ∑ (en – en-1)2

…………………………………………………….(2)

∑en2

d) Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui bahwa pada model

regresi terjadi ketidaksamaan varian. Untuk mendeteksi ada atau

tidaknya heterokedastisitas digunakan model glejser. Model ini

dilakukan dengan meregresikan nilai absolutei dengan variabel bebas.

Jika tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh signifikan

terhadap variabel terikat (nilai absolute), maka tidak ada

heterokedastisitas (Ghozali, 2010:108).

3) Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai koefisien

determinasi yang kecil menunjukkan kemampuan variabel-variabel

independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat

terbatas sebaliknya, jika nilai koefisien determinasi mendekati satu

berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memperdeksi variasi variabel

dependen (Ghozali, 2011:97).

Page 44: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

44

4) Uji Parsial (Uji t)

Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji

parsial (Uji t). Uji parameter individual (uji statistik t) digunakan untuk

menguji besarnya pengaruh masing-masing variabel yaitu good

corporate governance (X1), kepemilikan institusional (X2) dan

kepemilikan keluarga (X3) secara parsial terhadap variabel terikat

(biaya ekuitas) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia tahun 2010-2014.

Uji t digunakan untuk membuktikan hipotesis yang menyatakan bahwa

variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel

terikat dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Perumusan Hipotesis

1) Ho : bi (i= 1,2,3) ≤ 0, artinya secara parsial variabel good

corporate governance, kepemilikan institusional, kepemilikan

keluarga tidak berpengaruh terhadap biaya ekuitas pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2) Ha :bi (i=1,2,3) > 0, artinya secara parsial variabel good corporate

governance, kepemilikan institusional, kepemilikan keluarga

berpengaruh terhadap biaya ekuitas pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

b) Penentuan Statistik Tabel

1) Tingkat kesalahan (0) sebesar 5% = 0,05

2) Derajat kebebasan (dk) = n-k-1

Page 45: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

45

c) Kriteria pengujian hipotesis :

1) Ho diterima apabila t-hitung < t-tabel

2) Ho ditolak apabila t-hitung > t-tabel

Page 46: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

46

BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia

4.1.1 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka.

Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan

tepatnya pada tanggal 14 Desember 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu

didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial

atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan

pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada

beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami pemberhentian sementara. Hal

tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II,

perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik

Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat

berjalan sebagimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan

kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal

mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang

dikeluarkan pemerintah.

Secara singkat perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat

sebagai berikut:

a) 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I

Page 47: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

47

b) 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa

Efek di Semarang dan Surabaya. Awal tahun 1939, karena isu politik

(Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.

c) 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia

II. Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar

Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman

Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo).

Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)

d) 1956 – 1977 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek

semakin tidak aktif dan akhirnya vakum. 10 Agustus 1977, Bursa Efek

diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah

BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus

diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal

ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten

pertama.

e) 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten

hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen

perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal. Ditandai dengan

hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan

kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan

investor asing menanamkan modal di Indonesia.

f) 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal

diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat

Page 48: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

48

meningkat. 2 Juni 1988, Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi

dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE),

sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer. Desember 1988,

Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang

memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa

kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal. 16 Juni 1989,

Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan

Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

g) 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan

Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

h) 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan

sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems). 10

November 1995, Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun

1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai

Januari 1996. Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek

Surabaya.

i) 2000 – 2002 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai

diaplikasikan di pasar modal Indonesia. BEJ mulai mengaplikasikan

sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).

j) 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta

(BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Page 49: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

49

4.1.2 Uraian Tugas Bursa Efek Indonesia (BEI)

Uraian tugas Bursa Efek Indonesia adalah garis atau lini, dimana dalam

kesehariannya Bursa Efek Indonesia dipimpin oleh Direktur Utama yang

membawahi satu orang direktur yaitu Direktur Pemeriksaan dan Divisi

Komunikasi Perusahaan. Selain kedua bagian tersebut, Direktur Utama juga

secara tidak langsung dibantu oleh sekretaris perusahaan dan beberapa orang

peneliti senior.

Direktur Operasi membawahi empat orang direktur untuk membantu tugas

kesehariannya, yaitu Direktur Pencatatan, Direktur Perdagangan, Direktur

Keanggotaan, dan Direktur Administrasi.

1) Direktur Pemeriksaan membawahi empat divisi, yaitu:

a. Divisi Pengawasan, bertugas mengadakan beberapa kegiatan untuk

meningkatkan kemampuan sistem pengawasan Bursa Efek Indonesia (BEI).

b. Divisi Hukum, bertugas menyiapkan kontrak-kontrak yang disiapkan oleh

perusahaan dan menyempurnakan peraturan biasa.

c. Satuan Pemeriksaan Anggota Bursa, bertugas membantu tim audit dalam

memeriksa dan mengaudit laporan keuangan para emiten.

d. Satuan Pemeriksaan Internal, bertugas memeriksa dan mengaudit laporan

keuangan perusahaan.

2) Direktur Pencatatan membawahi dua divisi, yaitu:

a. Divisi Pencatatan Sektor Jasa, bertugas mengevaluasi dan mengontrol

perusahaan-perusahaan dalam sektor jasa.

Page 50: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

50

b. Divisi Pencatatan Sektor Pabrikan, bertugas mengevaluasi dan mengontrol

perusahaan-perusahaan dalam sektor pabrikan.

3) Direktur Perdagangan membawahi dua divisi, yaitu:

a. Divisi Perdagangan, bertugas menyediakan sarana perdagangan yang

efisien, menyempurnakan peraturan perdagangan efek agar teratur.

b. Divisi Riset dan Pengembangan, bertugas memberikan masukan bagi

pengembangan instrument pasar dan bisnis informasi Bursa Efek Indonesia

(BEI). Aktivitas rutin divisi ini mencakup penyusunan publikasi statistik

mingguan, bulanan, tahunan, database BEI, fact book dan Jurnal BEI.

4) Direktur Keanggotaan membawahi satu divisi, yaitu:

a. Divisi Keanggotaan, bertugas mengatur anggota-anggota bursa.

5) Direktur Administrasi membawahi empat divisi, yaitu:

a. Divisi keuangan, bertugas mengambil inisiatif dalam melakukan keuangan

integrasi laporan keuangan untuk mempercepat proses penyusunan laporan

keuangan.

b. Divisi Umum, bertugas sebagai penunjang kegiatan perusahaan diantaranya

penyusunan pedoman inventarisasi barang perusahaan.

c. Divisi Sumber Daya Manusia, bertugas untuk menunjang kelancaran operasi

perusahaan dengan kebijakan perusahaan meningkatkan kualitas sumber

daya manusia di BEI melalui program pelatihan dan pendidikan.

Divisi teknologi informasi, bertugas meningkatkan kemampuan sistem teknologi

informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) dan mengawasi dari tindakan kejahatan

teknologi informasi (Cyber Crime).

Page 51: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

51

4.2 Deskripsi Variabel

Berdasarkan data yang diperoleh dari IDX Fact Book 2010-2014, jumlah

populasi perusahaan yang digolongkan sebagai perusahaan manufaktur sesuai

dengan kategori perusahaan manufaktur sub sektor industri dasar dan kimia pada

tahun 2010-2014 adalah 315 perusahaan. Dari total tersebut, sampel yang dapat

digunakan dan memenuhi kreteria penelitian berjumlah 165 perusahaan. Berikut

ini merupakan rincian pemilihan sampel yang dilakukan dalam penelitian:

Tabel 4.1 Seleksi Sampel

No Keterangan Jumlah

1. Perusahaan manufaktur sub sektor industri dasar dan kimia

pada tahun 2010-2014

315

2. Laporan keuangan perusahaan di sajikan dalam mata uang

asing

(85)

3. Perusahaan yang memiliki nilai ekuitas negative

(35)

4. Perusahaan yang tidak memiliki saham aktif yang di

perdagangkan selama tahun 2010-2014

(30)

Jumlah sampel penelitian 165

Sumber: Lampiran 1

Statistik deskriptif dalam penelitian ini disajikan untuk memberikan

informasi mengenai karakteristik variabel-variabel penelitian, antara lain

minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi. Pengukuran rata-rata (mean)

merupakan cara yang paling umum digunakan untuk mengukur nilai sentral dari

suatu distribusi data. Sedangkan, standar deviasi merupakan perbedaan nilai data

yang diteliti dengan nilai rata-ratanya. Hasil statistik deskriptif dapat dilihat pada

Tabel 4.2 yaitu sebagai berikut.

Page 52: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

52

Tabel 4.2 Hasil Statistik Deskriptif

Sumber : Data diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat nilai minimum untuk biaya ekuitas

didapat nilai minimun adalah 0,16 dan nilai maksimumnya adalah 1,25. Mean

untuk biaya ekuitas adalah 0,29, hal ini berarti rata-rata biaya ekuitas pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun 2010 – 2014 sebesar 0,29.

Standar deviasinya 0,14. Untuk variabel Good Corporate Governance (CGI) nilai

minimumnya adalah 0,46 dan nilai maksimumnya adalah 0,92. Mean variabel

Good Corporate Governance (CGI) adalah 0,64, hal ini berarti bahwa rata-rata

Good Corporate Governance (CGI) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI Tahun 2010-2014 sebesar 0,64. Standar deviasinya sebesar 0,11. Untuk

variabel kepemilikan keluarga nilai minimumnya adalah 0, dan nilai

maksimumnya adalah 1. Mean variabel kepemilikan keluarga adalah 0,06 hal ini

berarti rata-rata kepemilikan keluarga pada perusahaan manufaktur yang terdaftar

di BEI tahun 2010-2014 sebesar 0,06. Standar deviasinya sebesar 0,23. Untuk

variabel kepemilikan institusional nilai minimumnya adalah 0 dan nilai

maksimumnya adalah 1. Mean variabel kepemilikan institusional adalah 0,86 hal

ini berarti rata-rata kepemilikan institusional pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI tahun 2010 – 2014 sebesar 0,86. Standar deviasinya sebesar 0,34.

De scr iptive Statis tics

165 ,16 1,25 ,2907 ,14377

165 ,46 ,92 ,6411 ,11477

165 ,00 1,00 ,0606 ,23933

165 ,00 1,00 ,8606 ,34741

165

COE

CGI

Fam

Inst

Valid N (lis tw ise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Page 53: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

53

4.3 Analisis Regresi Linear Berganda

4.3.1 Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak.

Suatu model regresi dikatakan memiliki data normal atau mendekati

normal jika koefisien Asymp. sig (2-tailed) lebih besar dari α = 0,05. Hasil

uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh 0,352 sehingga

data yang akan dianalisis berdistribusi normal. Hasil uji Kolmogorov-

Smirnov dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Nilai Kolmogorov Smirnov

Sumber : Data diolah dari lampiran 2

2) Uji Multikolinearitas

Metode untuk mengetahui adanya multikolinearitas dalam model regresi

adalah terlihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF).

Pada Tabel di bawah ini disajikan hasil perhitungan nilai tolerance dan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Tes t

165

,0000000

,04782629

,281

,252

-,281

,611

,352

N

Mean

Std. Dev iation

Normal Parameters a,b

Absolute

Pos itive

Negative

Most Extreme

Dif ferences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz

ed Residual

Test distribution is Normal.a.

Calculated f rom data.b.

Page 54: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

54

VIF kurang dari angka 10 dan angka tolerance lebih dari 0,1

menggunakan program SPSS.

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas

Sumber : Data diolah dari Lampiran 2

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa tidak ada variabel bebas yang nilai

tolerance kurang dari 0,1 atau VIF kurang dari 10, maka disimpulkan

bahwa tidak ada multikolinearitas antara variabel bebas dalam model

regresi.

3) Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

uji Glejser. Apabila Asymp. Sig (p value) > 0,05 maka dapat disimpulkan

tidak terjadi heterokedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat

pada Tabel 4.5

Coefficientsa

,963 1,038

,900 1,111

,918 1,089

CGI

Fam

Inst

Model

1

Tolerance VIF

Collinearity Statis tics

Dependent Variable: Abresa.

Page 55: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

55

Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber : Data diolah dari Lampiran 2

Berdasarkam Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa semua variabel memiliki

Asymp. Sig (p value) > 0,05, artinya pada model regresi tidak terdapat

heteroskedastisitas.

4) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk mendeteksi adanya korelasi

antara data pada masa sebelumnya (t-1) dengan data sesudahnya (t1).

Model uji yang baik adalah terbebas autokorelasi. Identifikasi adanya

autokorelasi dalam model regresi pada penelitian ini dilakukan dengan

melakukan pengujian terhadap nilai uji Durbin-Watson (DW).

Tabel 4.6 Uji Autokorelasi

Sumber : Data diolah dari Lampiran 2

Berdasarkan Tabel 4.6 variabel yang diteliti memiliki nilai DW

sebesar 1,89. Dengan jumlah data (n) = 165 dan jumlah variabel bebas

Coefficientsa

-,002 ,015 -,115 ,908

,056 ,223 ,154 ,251 ,832

,095 ,111 ,544 ,855 ,290

-,019 ,075 -,157 -,249 ,894

(Constant)

CGI

Fam

Inst

Model

1

B Std. Error

Unstandardized

Coeff icients

Beta

Standardized

Coeff icients

t Sig.

Dependent Variable: Abresa.

Mode l Summaryb

,943a

,889 ,887 ,04827 1,891

Model

1

R R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

Predic tors: (Constant), Inst, CGI, Fama.

Dependent Variable: COEb.

Page 56: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

56

(k)= 3 serta (=5% diperoleh angka dl=1,70 dan du=1,78. Karena DW

sebesar 1,89 terletak antara batas atas (du) dan (4-du), maka dapat

disimpulkan dalam model regresi ini tidak terdapat autokorelasi.

4.3.2 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Berdasarkan pengujian asumsi klasik diatas, dapat disimpulkan

bahwa model regresi lolos dari uji asumsi klasik. Model yang digunakan

dalam menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi biaya ekuitas

perusahaan adalah model analisis regresi linear berganda dengan bantuan

program SPSS. Dalam model analisis regresi linear berganda yang

menjadi variabel terikatnya adalah praktik biaya ekuitas, sedangkan yang

menjadi variabel bebasnya adalah Good Corporate Governance (GCG),

kepemilikan keluarga, kepemilikan institusional. Hasil Regresi Linier

berganda ditujukkan pada Tabel 4.7

Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Variabel

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) 0,337 0,023 14,778 0,00

Good corporate

governance (x1)

-0,086 0,033 -0,068 -2,564 0,01

Kepemilikan keluarga

(x2)

0,558 0,017 0,929 33,633 0,00

Kepemilikan

institusional (x3)

-0,029 0,011 -0,071 -2,592 0,01

R2 = 0,889

Fhitung = 431,319

Sig Fhitung = 0,000

Sumber : Data diolah dari Lampiran 3

Page 57: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

57

Dari hasil analisis regresi pada Tabel 4.7 dapat disusun persamaan

regresi sebagai berikut:

Y = 0,337 - 0,086 X1 + 0,558 X2 - 0,029 X3 + ei

Berdasarkan persamaan regresi diatas dapat diketahui bahwa:

1) Nilai konstanta 0,337 memiliki arti apabila good corporate governance,

kepemilikan keluarga dan kepemilikan institusional serta interaksi sama

dengan dengan nol, maka biaya ekuitas sebesar 0,337

2) Nilai koefisien regresi good corporate governance sebesar - 0,086 memiliki

arti apabila good corporate governance naik sebesar satu satuan, maka biaya

ekuitas turun sebesar -0,086 dengan asumsi variabel lainnya sama dengan

nol.

3) Nilai koefisien regresi kepemilikan keluarga sebesar 0,558 memiliki arti

apabila kepemilikan keluarga naik sebesar satu satuan, maka biaya ekuitas

naik sebesar 0,558 dengan asumsi variabel lainnya sama dengan nol.

4) Nilai koefisien regresi kepemilikan institusional sebesar -0,029 memiliki arti

apabila kepemilikan keluarga naik sebesar satu satuan, maka biaya ekuitas

turun sebesar -0,029 dengan asumsi variabel lainnya sama dengan nol.

4.3.3. Uji Hipotesis

Pengujian ini bertujuan untuk menghitung signifikansi secara parsial setiap

variabel bebas terhadap variabel terikat, seperti pengujian:

1) Pengaruh Good Corporate Governance (X1) terhadap biaya ekuitas

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010- 2014 dilakukan

Page 58: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

58

dengan uji t dengan hasil sebagai berikut nilai sig < 0,05 maka H0 ditolak

yang artinya terdapat pengaruh good corporate governance secara parsial

(X1) berpengaruh negatif terhadap biaya ekuitas pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014.

2) Pengaruh kepemilikan keluarga (X2) terhadap biaya ekuitas pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010 – 2014 dilakukan

dengan uji t dengan hasil sebagai berikut nilai sig < 0,05 maka H0 ditolak

yang artinya terdapat pengaruh positif secara parsial kepemilikan keluarga

(X2) terhadap biaya ekuitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI tahun 2010 – 2014.

3) Pengaruh kepemilikan institusional (X3) terhadap biaya ekuitas pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010 – 2014 dilakukan

dengan uji t dengan hasil sebagai berikut nilai sig < 0,05 maka H0 ditolak

yang artinya terdapat pengaruh kepemilikan institusional (X3) berpengaruh

negatif terhadap biaya ekuitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar

di BEI tahun 2010-2014.

4.4 Pembahasan

4.4.1 Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Biaya Ekuitas

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan nilai t hitung sebesar -2,564

dengan nilai sig < 0,05 maka H0 ditolak yang artinya terdapat pengaruh negatif

good corporate governance (X1) terhadap biaya ekuitas pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010 – 2014.

Page 59: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

59

Pengukuran penerapan good corporate governance oleh perusahaan dapat

diproksikan dengan good corporate governance yang dipublikasikan oleh

lembaga-lembaga independen yang berada disetiap negara yang berfungsi untuk

menilai praktek corporate governance di negara tersebut. Beberapa penelitian

sebelumnya mencoba meneliti hubungan antara good corporate governance,

sebagai ukuran dari penerapan corporate governance, dengan biaya ekuitas.

Penelitian yang dilakukan oleh Derwall dan Verwijmeren (2007) menunjukkan

bahwa perusahaan dengan kualitas corporate governance yang baik memiliki

biaya ekuitas yang lebih rendah. Dalam penelitiannya, Derwall dan Verwijmeren

(2007) menggunakan Governance Metrics International (GMI) untuk menilai

praktek corporate governance pada perusahaan-perusahaan publik di Amerika.

Byun et al, (2008) juga membuktikan bahwa praktek corporate governance

memiliki hubungan negatif dengan biaya ekuitas dan perlindungan terhadap hak

pemegang saham merupakan faktor yang paling signifikan dalam menurunkan

biaya ekuitas. Berbeda dengan Derwall dan Verwijmeren (2007), Byun et

al.(2008) menggunakan hasil dari survei yang dilakukan oleh Korea. Corporate

Governanc Service (KCGS) untuk mengevaluasi penerapan corporate governance

pada perusahaan-perusahaan publik di Korea Selatan.

Menurut Rebecca (2012) memperoleh hasil bahwa Corporate Governance

Index memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap biaya ekuitas, dan menurut

Natalia dan Sun (2013) memiliki hasil penelitian bahwa Corporate Governance

Perception Index (CGPI) berpengaruh positif yang tidak signifikan terhadap biaya

ekuitas. Pengukuran penerepan Good Corporate Governance oleh perusahaan

Page 60: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

60

dapat diproksikan dengan good corporate goveranance. Good Corporate

governance yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan telah menerapkan

prinsip-prinsip good corporate governance dengan baik. Hal ini mengindikasikan

bahwa semakin tinggi good corporate governance, maka semakin besar potensi

perusahaan untuk memperoleh biaya ekuitas yang lebih rendah.

4.4.2 Pengaruh Kepemilikan Keluarga Terhadap Biaya Ekuitas

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan nilai t hitung sebesar 33,633

dengan nilai sig < 0,05 maka H0 ditolak yang artinya terdapat pengaruh positif

kepemilikan keluarga (X2) terhadap biaya ekuitas pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEI tahun 2010 – 2014.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Stein (1989)

juga berpendapat bahwa perusahaan dengan kepemilikan keluarga memiliki

keputusan investasi yang lebih baik karena umumnya mereka memiliki

pengetahuan yang mendalam tetang perusahaan dan berinvestasi dalam periode

waktu yang cukup panjang. Menurut Yao dan Sun (2008) yang menunjukkan

bahwa perusahaan dengan kepemilikan keluarga memiliki biaya ekuitas yang

lebih tinggi di bandingkan perusahaan lainnya. Hal ini dapat disebabkan karena

dalam perusahaan dengan kepemilikan keluarga muncul agency problem lain,

yaitu antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas sehingga

dapat memberikan peluang besar terjadinya peningkatan terhadap pemegang

saham minoritas. Kontrol yang dimiliki oleh pemegang saham mayoritas

memberikan insentif yang lebih besar untuk meningkatkan keutungan pribadi

Page 61: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

61

pada beban yang ditanggung oleh pemegang saham minoritas. Sebagai akibatnya,

investor menginginkan retrun yang lebih tinngi untuk mengkompensasi resiko

tersebut.

Hal ini disebabkan oleh excess control yang dimiliki pemegang saham

mayoritas cenderung digunakan untuk memperoleh keuntungan pribadi pada

beban yang ditanggung oleh pemegang saham mayoritas (Rebecca, 2012). Maka

dari itu jika sebuah perusahaan dimiliki oleh kepemilikan keluarga yang besar

dapat menimbulkan agency problem yang lain dalam bidang kepentingan dan

informasi yang beredar diantara orang-orang yang berkepentingan di dalam

sebuah perusahaan. Resiko-resiko tersebut berdampak negatif terhadap nilai

perusahaan dan mengakibatkan biaya ekuitas menjadi lebih tinggi.

4.4.3 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Biaya Ekuitas

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan nilai t hitung sebesar -2,592

dengan nilai sig < 0,05 maka H0 ditolak yang artinya terdapat pengaruh negatif

kepemilikan institusional (X3) terhadap biaya ekuitas pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014.

Zhang (2005) menemukan bahwa perusahaan di luar Amerika Serikat

umumnya dikendalikan oleh pemegang saham besar. Masalah keagenan utama

dalam perusahaan dengan konsentrasi kepemilikan seperti ini adalah konflik

antara pemegang saham pengendali dengan pemegang saham minoritas. Apabila

tidak terdapat perlindungan hukum yang memadai, pemegang saham pengendali

Page 62: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

62

dapat melakukan aktivitas yang menguntungkan dirinya sendiri dan merugikan

pemegang saham minoritas.

Fidyati (2004) menegaskan bahwa investor institusional menghabiskan

lebih banyak waktu untuk melakukan analisis investasi dan mereka memiliki

akses atas informasi yang teralalu mahal untuk diperoleh bagi investor lainnya.

Investor intitusional berperan aktif dalam good corporate governance dengan

mengurangi tingkat resiko dari perusahaan tempat mereka menginvestasikan

protofolio memulai pengawasan manajemen yang efektif. Hubungan ini menjadi

lebih kuat dengan tingginya asimetri informasi di perusahaan. Oleh karena itu,

kepemilikan institusional di percaya dapat menurunkan biaya ekuitas yang

diterima oleh perusahaan.

Penelitian Ashbaugh et al. (2004) dan Haque (2006) menemukan bahwa

kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap cost of equity capital. Dari

temuan tersebut menunjukkan bahwa keberadaan struktur kepemilikan mampu

meningkatkan kinerja pasar saham dan harga saham. Ada anggapan bahwa

peningkatan kinerja pasar saham justru akan mengurangi informasi yang harus

diungkap oleh perusahaan, sehingga berdampak terhadap turunnya biaya yang

dikeluarkan untuk menyediakan informasi bagi publik (cost of equity capital) dan

menurut Natalia dan Sun (2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan

institusional memberikan pengaruh negatif yang signifikan dalam menurunkan

biaya ekuitas.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Juniarti dan Sentosa (2009)

menjelaskan bahwa investor institusional memiliki kemampuan yang lebih baik

Page 63: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

63

untuk memonitoring tindakan manajemen dibandingkan dengan investor

individual dimana investor institusional tidak mudah diperdaya dengan tindakan

manipulasi yang dilakukan oleh manajemen. Selain itu, investor intitusional, yang

umumnya juga beberapa sebagai fidusiari, memiliki insentif yang lebih besar

untuk memantau tindakan manajemen dan kebijakan perusahaan. Kondisi ini

dapat menyebabkan berkurangnya perilaku oportunistik manajemen yang

mengarah pada biaya ekuitas yang lebih rendah. Penelitian yang dilakukan oleh

Collins dan Huang (2010) membuktikan bahwa kepemilikan institusional

memiliki dampak negatif terhadap biaya ekuitas perusahaan.

Page 64: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

64

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Good corporate governance memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap

biaya ekuitas. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas dari praktek good

corporate governance di suatu perusahaan dapat mengurangi biaya ekuitas

yang diterima oleh perusahaan, meningkatkan pengawasan terhadap

manajemen dalam mengambil suatu keputusan yang efektif dan mengurangi

asimetri informasi antara pihak manajemen.

2. Kepemilikan keluarga memiliki pengaruh signifikan positif terhadap biaya

ekuitas. Hal ini dapat disebabkan karena dalam perusahaan dengan

kepemilikan keluarga muncul agency problem lain yaitu antara pemegang

saham mayoritas dan pemegang saham minoritas. Risiko informasi menjadi

lebih besar ketika pemegang saham mayoritas memiliki kontrol di dalam

perusahaan. Oleh karena itu, return yang diinginkan oleh investor menjadi

lebih tinggi dan meningkatkan biaya ekuitas perusahaan.

3. Kepemilikan institusional memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap

biaya ekuitas. Hal ini disebabkan karena mayoritas jenis perusahaan publik di

Indonesia masih merupakan perusahaan milik keluarga sehingga monitoring

Page 65: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

65

oleh pihak institusional cenderung tidak mempengaruhi keputusan investor

dalam menentukan biaya ekuitas perusahaan.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan kesimpulan yang didapat adalah

sebagi berikut :

1) Menambah sampel penelitian dengan memasukkan industri-industri

lainnya yang terdaftar di BEI dan memperpanjang periode penelitian.

2) Menambah variabel bebas lainnya seperti dewan komisari, komite audit,

komisaris independen dan kepemilikan manajerial.

3) Melakukan scoring dengan menggunakan kriteria-keteria penilaian

praktek Good Corporate Governance yang ditetapkan oleh IICD sehingga

dapat menguji sejauh mana pengaruh dari setiap keteria tersebut terhadap

biaya ekuitas perusahaan.

4) Dapat mengunakan proksi lain yang lebih tepat untuk mengukur biaya

ekuitas perusahaan misalnya dengan menggunakan dividen growth model

atau residual income model

Page 66: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

66

DAFTAR RUJUKAN

Abbott, L. J., Parker, S., dan Peters, G. F. 2000. The Effectiveness of Blue Ribbon

Committee Recommendations in Mitigating Financial Misstatement: An

Empirical Study.

Abor, J., dan Biekpe, N. 2006. Sajar. An Empirical Test of Agency Problem and

Capital Structure of South African Quoted SMEs, 20(1): h:51-65

Alam, Abdullah dan Shah, Syed Zulfiqar Ali. 2013. International Journal of

Management, Economics and Social Sciences 2013. Corporate Governance

and its Impact on Firm Risk, 2(2): h: 76 –98.

Ali Irfan. 2002. Lintasan Ekonomi. Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi

dalam Hubungan Agensi. 29(2)

Alijoyo, A., dan S. Zaini. 2004. Komisaris Independen: Penggerak Praktik GCG

di Perusahaan. PT Indeks Kelompok Gramedia.

Amurwarni, Aniek. 2006. Pengaruh Luas Pengungkapan Sukarela dan Asimetri

Informasi terhadap Cost of Equity Capital. Skripsi Universitas Islam

Indonesia.

Arifin, Z. 2003. Masalah Agensi dan Mekanisme Kontrol pada Perusahaan

dengan Struktur Kepemilikan Terkonsentrasi yang Dikontrol Keluarga:

Bukti dari Perusahaan Publik di Indonesia. Disertasi Pascasarjana FEUI.

Ariyoto, K. 2000. Good Corporate Governance dan Konsep Penegakannya di

BUMN dan Lingkungan Usahanya. No. 10 Tahun XXIX Oktober.

Asbaugh, Hollis, Collins, Daniel W., LaFond, Ryan. 2004. Corporate governance

and the cost of equity capital. Working paper, University of Wisconsin.

Attig, N., Guedhami, Mishra, D. 2008. Journal of Corporate Finance. Multiple

large shareholders, control contests, and implied cost of equity,14: h:721–

737.

Beasley, C., Defond, M., Jiambalvo, J., dan Subramaniam, K.R. 1996. The Effect

of Audit on the Quality of Earnings Management. Contemporary

Accounting Research.

Berle, A.A. dan Means, C.G. 1932. The modern corporation and private property.

New York: Macmillan.

Page 67: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

67

Bhojraj, S., dan Sengupta, P. 2003. Journal of Business. Effect of Corporate

Governance on Bond Ratings and Yiels: The Role of Institutional Investors

and Outside Directors, 76(3): h:455-475.

Blom, Jasper dan Marc B. J. Schauten. 2006. Corporate Governance and The

Cost of Debt. Erasmus University, Rotterdam.

Bodie, Z., A.Kane, dan A.J. Marcus. 2009. Investment. 8th

Edition, The McGraw-

Hill Companies, Inc., USA.

Botosan, C.A. 1997. The Accounting Review. Disclosure Level and the Cost of

Equity Capital, 72(3): h: 323-349.

Boubakri, Narjess, dan H. Ghouma. 2010. Journal of Banking and Finance.

Control/ownership structure, creditor rights protection, and the cost of debt

financing: International evidence. 34: h: 2481-2499.

Brancato, Carolyn Kay. 1997. Institutional Investors and Corporate Governance.

USA: McGraw-Hill.

Byun, H., L. Hwang, dan S. Kwak. 2008. Asia-Pacific Journal of Financial

Studies The Implied Cost of Equity Capital and Corporate Governance

Practices. 37: h:139–184.

Cadbury-Schweppes. 1992. The Report of the Cadbury Committee on Financial

Aspects of Corporate Governance: The Code of Best Practice.

Chen, K.C.W., Chen, Z.H.,Wei, K.C.J. 2003. Disclosure, Corporate Governance,

and the Cost of Equity Capital: Evidence from Asia’s Emerging Markets.

Hong Kong University of Science and Technology.

Chen, K.C.W., Chen, Z.H.,Wei, K.C.J. 2009. Legal protection of investors,

corporate governance, and the cost of equity capital. Hong Kong University

of Science and Technology.

Claessens, S., Djankov, S., Lang, L.H.P. 2000. Journal of Financial Economics.

The separation of ownership and control in East Asian corporations, 58:

h:81–112.

Claessens, Stijn. 2003. Corporate Governance and Development Focus. Global

Corporate Governance Forum.

Collins, Denton, and H. Huang. 2010. Management entrenchment and the cost of

equity capital. Journal of Business Research 64, 356-362.

Page 68: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

68

Cornett M. M, Marcuss, S.J., dan Tehranian, H. 2006. Earnings management,

corporate governance, and true financial performance.

Daniri, Mas Ahmad. 2005. Good Corporate Governance: Konsep dan

Penerapannya di Indonesia. Jakarta: Ray Indonesia.

Derwall, Jeroen, dan Patrick Verwijmeren. 2007. Corporate Governance and the

Cost of Equity Capital: Evidence from GMI’s Governance Rating. European

Centre for Corporate Governance Research Note, RSM Erasmus University,

The Netherlands.

Dyck A., dan L. Zingales. 2004. Journal of Applied Corporate Finance. Control

Premiums and the Effectiveness of Corporate Governance Systems, 16:

h:51-72.

Elyasiani, Elyas, J. Jia, dan Connie X. Mao. 2010. Journal of Financial Markets.

Institutional ownership stability and the cost of debt, 13: h:475-500.

Fabozzi, Frank J. 2007. Bond Market, Analysis and Strategies. Prentice-Hall, Inc.

4th

edition.

FCGI. 2009. Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan. Jilid 1. FCGI,

edisi 3.

Fidyati, Nisa. 2004. Pengaruh mekanisme corporate governance

terhadapearnings management pada perusahaan seasoned equity offering

(SEO). Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi 2(1), 1-23.

Francis, J.R., Khurana, K.I., dan Pereira R. 2005. Disclosure incentives and

effects on cost of capital around the world. The Accounting Review, 80(4),

1125-1162.

Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, dan Scott Holmes.

2010. Accounting Theory. John Wiley & Sons, Inc. 7th

edition.

Greene, William H. 2003. Econometric Analysis. Prentice-Hall, Inc. 5th

edition.

Guedhami, Omrane, dan Dev Mishra. 2006. Excess control, corporate

governance, and implied cost of equity: An international evidence. Canada:

University of Newfoundland.

Gujarati, Damodar N. 2009. Basic Econometrics. McGraw Hill 5th

edition.

Gunarsih, Tri. 2003. Riset Empiris dalam Corporate Governance. Seminar sehari:

Issues Application & Research In Corporate Governance dalam Rangka

Launching Pusat Studi Corporate Governance. FE UTY.

Page 69: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

69

Habibie, Akhmad Akbar. 2005. Analisis Atas Pengungkapan Sukarela Laporan

Tahunan dan Pengaruhnya Terhadap Cost of Debt Perusahaan Penerbit

Obligasi yang Terdaftar di Bursa Efek Surabaya dan Jakarta. Tesis FEUI.

Hoesada, Jan. 2000. State of Art: Pengembangan Corporate Governance di

Indonesia. Media Akuntansi No.8/Th. I/April. Jakarta. IICD-CIPE

Indonesia GCG Scorecard 2007

Jensen, M. C., and W.H. Meckling, 1976. Theory of the Firm: Managerial

Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial

Economics, 3(4), h:305-360.

Kaihatu, Thomas S. 2006. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Good

Corporate Governance dan Penerapannya diIndonesia, 8(1): h:1-9.

Klock, M.S., Mansi, S. A., dan Maxwell, W. F. 2005. Journal of Financial and

Quantitative Analysis. Does Corporate Governance Matter to

Bondholders?, 40: h:693-771.

Koesnadi, Ruddy. 2010. Pengaruh Tingkat Pengungkapan dan Kepemilikan

Institusional terhadap Biaya Pinjaman: Studi Empiris atas Emiten LQ45.

Tesis FEUI.

Maksum, Azhar. 2005. Tinjauan atas Good Corporate Governance di

Indonesia.Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu

Akuntansi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Medan.

Mitton, Todd. 2002. A cross-firm analysis of the impact of corporate governance

on the East Asian financial crisis. Journal of Financial Economics 64, 215–

241.

Nachrowi, dan Usman. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika

untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.

Natalia, Dessy dan Yen Sun. 2013. “Analisis Pengaruh Wajibnya Penerapan

Good Corporate Governance Terhadap Biaya Ekuitas Pada Badan Usaha

Milik Negara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2012”.

Skripsi: Bina Nusantara.

Piot, C., dan Piera, F.M. 2007. Corporate Governance, Audit Quality, and The

Cost of Debt Financing of French Listed Companies.

Page 70: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

70

Rahyuda. 2004. Metodologi Penelitian. Denpasar: Universitas Udayana-Press.

Rebecca, Yulisa. 2012. “Pengaruh Corporate Governance Index, Kepemilikan

Keluarga, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Biaya Ekuitas dan Biaya

Utang: Studi Empiris Pada Perisahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI”.

Skripsi: Universitas Indonesia.

Riduan, Zikriati. 2010. Pengaruh Tingkat Pengungkapan Sukarela terhadap Cost

of Equity Capital dengan Likuiditas Saham Sebagai Variabel Mediasi.

Skripsi FEUI.

Roberts, G.S., dan Yuan, L. 2009. Does Institutional Ownership Affect the Cost of

Bank Borrowing? Working Paper, York University.

Sabrinna, Anindhita Ira. 2010. Pengaruh Corporate Governance dan Struktur

Kepemilikan terhadap Kinerja Perusahaan. Skripsi Universitas Diponegoro.

Semarang.

Shuto, A., dan Norio Kitagawa. 2010. The effect of managerial ownership on the

cost of debt: Evidence from Japan. RIEB Discussion Paper Series, Kobe

University.

Shleifer, A. dan R.W. Vishny. 2006. A Survey of Corporate Governance. Journal

of Finance, 52( 2) h:737-783.

Singgih, M.L. 2008. Pengukuran kinerja perusahaan dengan metode economic

value added. Tesis Universitas ITS Surabaya.

Sugiyono, 2013. MetodePenelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif

dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Solomon, J., dan Solomon, A. 2004. Corporate Governance and Accountability.

Warsono. 2000. Penerapan CAPM dalam Pengambilan Keputusan Investasi di

Pasar Modal.Usahawan No. 09/Th. XXIX/September. Jakarta.

William R. 2009. Financial Accounting Theory. Fifth Edition. Canada: Prentice

Hall.

Yunior, William Susilo. 2009. Pengaruh Kualitas Akrual Sebagai Risiko

Informasi terhadap Biaya Modal Perusahaan (Studi Empiris Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007). Skripsi

FEUI.

Zubir, Zalmi. 2011. Manajemen Portofolio: Penerapannya dalam Investasi

Saham. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Page 71: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

71

Zulfiqar, Syed Ali Shah. (2009). The Lahore Journal of Economics. The Impact

Of Corporate Governance on the cost of Equity: Empirical Evidence from

Pakistani Listed Companies, 14(1): h:139-171.

Zhang, Y., Donald R. Deis, P. Huang, and J.S. Moffitt, 2004. Earnings Smoothing

Choice, Firm Value and Corporate Monitoring. Working Paper,

http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=591282, September, p

1-40

Page 72: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

72

Lampiran 1: Tabulasi data hasil penelitian

Tahun Perusahaan COE CGI FAM INST

2014 INTP 0,16 0,92 0 1

SMGR 0,16 0,77 0 1

AMFG 0,16 0,63 0 1

ARNA 0,16 0,57 0 0

KIAS 0,17 0,49 0 1

MLIA 0,16 0,6 0 0

TOTO 0,16 0,64 0 1

ALKA 0,16 0,76 0 1

BTON 0,16 0,78 0 1

CTBN 0,16 0,85 0 1

GDST 0,17 0,53 0 1

INAI 0,26 0,74 0 1

JPRS 0,26 0,7 0 1

LION 0,26 0,82 0 1

LMSH 0,69 0,79 1 1

PICO 0,27 0,55 0 0

BUDI 0,27 0,55 0 1

EKAD 0,26 0,67 0 1

INCI 0,8 0,63 1 0

SRSN 0,27 0,46 0 1

AKKU 0,26 0,65 0 1

IGAR 0,26 0,6 0 1

SIAP 0,26 0,56 0 1

TRST 0,26 0,58 0 1

CPIN 0,26 0,7 0 1

SIPD 0,27 0,48 0 1

MAIN 0,27 0,53 0 1

SULI 0,26 0,56 0 1

TIRT 0,26 0,71 0 1

ALDO 0,26 0,62 0 1

FASW 0,26 0,64 0 1

KBRI 0,27 0,49 0 1

SPMA 0,26 0,59 0 1

2013 INTP 0,26 0,92 0 1

SMGR 0,26 0,85 0 0

AMFG 0,26 0,63 0 1

Page 73: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

73

Tahun Perusahaan COE CGI FAM INST

ARNA 0,26 0,57 0 1

KIAS 0,27 0,49 0 1

MLIA 0,26 0,6 0 1

TOTO 0,26 0,64 0 1

ALKA 0,26 0,76 0 1

BTON 0,26 0,78 0 1

CTBN 0,26 0,85 0 1

GDST 0,27 0,53 0 1

INAI 0,26 0,74 0 1

JPRS 0,26 0,7 0 0

LION 0,26 0,82 0 1

LMSH 0,69 0,79 1 1

PICO 0,27 0,55 0 1

BUDI 0,27 0,55 0 0

EKAD 0,26 0,67 0 1

INCI 1,25 0,63 1 0

SRSN 0,27 0,46 0 1

AKKU 0,26 0,65 0 1

IGAR 0,26 0,6 0 1

SIAP 0,26 0,56 0 0

TRST 0,26 0,58 0 1

CPIN 0,26 0,7 0 1

SIPD 0,27 0,48 0 1

MAIN 0,27 0,53 0 1

SULI 0,26 0,56 0 1

TIRT 0,26 0,71 0 0

ALDO 0,26 0,62 0 1

FASW 0,26 0,64 0 1

KBRI 0,27 0,49 0 1

2012 SPMA 0,26 0,59 0 1

INTP 0,26 0,92 0 1

SMGR 0,26 0,77 0 1

AMFG 0,26 0,63 0 1

ARNA 0,26 0,57 0 1

KIAS 0,27 0,49 0 1

MLIA 0,26 0,6 0 1

TOTO 0,26 0,64 0 1

ALKA 0,26 0,76 0 1

BTON 0,26 0,78 0 1

CTBN 0,26 0,85 0 1

Page 74: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

74

Tahun Perusahaan COE CGI FAM INST

GDST 0,27 0,53 0 1

INAI 0,26 0,74 0 1

JPRS 0,26 0,7 0 1

LION 0,26 0,82 0 1

LMSH 0,69 0,79 1 1

PICO 0,27 0,55 0 1

BUDI 0,27 0,55 0 1

EKAD 0,26 0,67 0 1

INCI 0,82 0,63 1 0

SRSN 0,27 0,46 0 1

AKKU 0,26 0,65 0 1

IGAR 0,26 0,6 0 1

SIAP 0,26 0,56 0 1

TRST 0,26 0,58 0 1

CPIN 0,26 0,7 0 1

SIPD 0,27 0,48 0 1

MAIN 0,27 0,53 0 1

SULI 0,26 0,56 0 1

TIRT 0,26 0,71 0 1

ALDO 0,26 0,62 0 1

FASW 0,26 0,64 0 1

KBRI 0,27 0,49 0 1

2011 SPMA 0,26 0,59 0 1

INTP 0,26 0,92 0 1

SMGR 0,26 0,77 0 0

AMFG 0,26 0,63 0 1

ARNA 0,26 0,57 0 0

KIAS 0,27 0,49 0 1

MLIA 0,26 0,6 0 1

TOTO 0,26 0,64 0 1

ALKA 0,26 0,76 0 1

BTON 0,26 0,78 0 1

CTBN 0,26 0,85 0 1

GDST 0,27 0,53 0 1

INAI 0,26 0,74 0 1

JPRS 0,26 0,7 0 1

LION 0,26 0,82 0 0

LMSH 0,69 0,79 1 1

PICO 0,27 0,55 0 1

BUDI 0,27 0,55 0 0

Page 75: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

75

Tahun Perusahaan COE CGI FAM INST

EKAD 0,26 0,67 0 1

INCI 0,95 0,63 1 0

SRSN 0,27 0,46 0 1

AKKU 0,26 0,65 0 1

IGAR 0,26 0,6 0 1

SIAP 0,26 0,56 0 1

TRST 0,26 0,58 0 0

CPIN 0,26 0,7 0 1

SIPD 0,27 0,48 0 1

MAIN 0,27 0,53 0 1

SULI 0,26 0,56 0 0

TIRT 0,26 0,71 0 1

ALDO 0,26 0,62 0 1

FASW 0,26 0,64 0 1

KBRI 0,27 0,49 0 1

2010 SPMA 0,26 0,59 0 1

INTP 0,26 0,92 0 1

SMGR 0,26 0,77 0 1

AMFG 0,26 0,63 0 1

ARNA 0,26 0,57 0 1

KIAS 0,27 0,49 0 1

MLIA 0,26 0,6 0 1

TOTO 0,26 0,64 0 1

ALKA 0,26 0,76 0 1

BTON 0,26 0,78 0 1

CTBN 0,26 0,85 0 1

GDST 0,27 0,53 0 1

INAI 0,26 0,74 0 1

JPRS 0,26 0,7 0 1

LION 0,26 0,82 0 1

LMSH 0,69 0,79 1 1

PICO 0,27 0,55 0 1

BUDI 0,27 0,55 0 1

EKAD 0,26 0,67 0 1

INCI 0,95 0,63 1 0

SRSN 0,27 0,46 0 1

AKKU 0,26 0,65 0 1

IGAR 0,26 0,6 0 1

SIAP 0,26 0,56 0 0

TRST 0,26 0,58 0 1

Page 76: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

76

Tahun Perusahaan COE CGI FAM INST

CPIN 0,26 0,7 0 1

SIPD 0,27 0,48 0 0

MAIN 0,27 0,53 0 1

SULI 0,26 0,56 0 1

TIRT 0,26 0,71 0 0

ALDO 0,26 0,62 0 1

FASW 0,26 0,64 0 1

KBRI 0,27 0,49 0 0

SPMA 0,28 0,59 0 1

Page 77: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

77

Lampiran 2: Statistik Deskriptif

Descr iptive Statistics

165 ,16 1,25 ,2907 ,14377

165 ,46 ,92 ,6411 ,11477

165 ,00 1,00 ,0606 ,23933

165 ,00 1,00 ,8606 ,34741

165

COE

CGI

Fam

Inst

Valid N (l istwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Dev iation

Page 78: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

78

Lampiran 3: Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Uji Heteroskedasitas

Uji Multikolinearitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

165

,0000000

,04782629

,281

,252

-,281

,611

,352

N

Mean

Std. Dev iation

Normal Parameters a,b

Absolute

Positive

Negat ive

Most Extreme

Dif ferences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz

ed Residual

Test distribut ion is Normal.a.

Calculated f rom data.b.

Coefficientsa

-,002 ,015 -,115 ,908

,056 ,223 ,154 ,251 ,832

,095 ,111 ,544 ,855 ,290

-,019 ,075 -,157 -,249 ,894

(Constant)

CGI

Fam

Inst

Model

1

B Std. Error

Unstandardized

Coefficients

Beta

Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: Abresa.

Coefficientsa

,963 1,038

,900 1,111

,918 1,089

CGI

Fam

Inst

Model

1

Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Abresa.

Page 79: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

79

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

,943a

,889 ,887 ,04827 1,891

Model

1

R R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

Predictors: (Constant), Inst, CGI, Fama.

Dependent Variable: COEb.

Page 80: 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id · PDF fileagency conflict antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya ... menimbulkan agency problem yang lain, yaitu antara pemegang

80

Lampiran 4: Regresi Linear Berganda

Regression

Variables Entered/Removedb

Inst, CGI,

Fama . Enter

Model

1

Variables

Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: COEb.

Model Summaryb

,943a

,889 ,887 ,04827 1,891

Model

1

R R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

Predictors: (Constant), Inst, CGI, Fama.

Dependent Variable: COEb.

ANOVAb

3,015 3 1,005 431,319 ,000a

,375 161 ,002

3,390 164

Regression

Residual

Total

Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant ), Inst, CGI, Fama.

Dependent Variable: COEb.

Coefficientsa

,337 ,023 14,778 ,000

-,086 ,033 -,068 -2,564 ,011

,558 ,017 ,929 33,633 ,000

-,029 ,011 -,071 -2,592 ,010

(Constant)

CGI

Fam

Inst

Model

1

B Std. Error

Unstandardized

Coefficients

Beta

Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: COEa.