1017-2096-1-PB

Embed Size (px)

DESCRIPTION

materi lagi

Citation preview

BAB I

10

6

HUBUNGAN ASUPAN GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA GIZI BURUK MENURUT RESPONS PERKEMBANGAN STATUS GIZINYA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS III PAKUAN BARU KOTA JAMBI TAHUN 2013

Wira Hadi Syahputra

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

ABSTRAK

Di Indonesia, persoalan gizi masih menjadi tantangan utama kesehatan. Meskipun prospek pertumbuhan ekonomi di negara kita cukup menjanjikan, tetapi 36,8% balita di Indonesia memiliki tinggi badan di bawah standar. Salah satu penyebabnya adalah kurang gizi. Gizi termasuk bagian ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Kemiskinan dan penyakit menjadi dua faktor yang berkaitan dengan gizi buruk. Sedangkan menurut Data Laporan Tahunan Status Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Jambi tahun 2011 terdapat kasus gizi buruk di Provinsi Jambi sebanyak 121 kasus dan sebanyak 7 orang Balita meninggal dunia. Adapun penyebabnya terjadi kasus gizi buruk. Data tahun 2012 tercatat sebanyak 15 kasus gizi buruk yang ada diwilayah kerja Puskesmas III Pakuan Baru berdasarkan rekap laporan Status gizi bulanan hingga bulan Juni 2012 di 20 Puskesmas yang ada dikota Jambi. Penelitian ini adalah penelitian survei tipe analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional dengan sampel 24 responden, dimana sampel disaring lagi melalui kriteria inklusi dan ekslusi penelitian. Sampel diambil dengan cara Total Sampling. Dari hasil uji statistik ada hubungan bermakna antara asupan gizi dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas III Pakuan Baru Kota Jambi Tahun 2013 ( p= 0,035 ). Diharapkan adanya kerjasama lintas sektoral antara instansi terkait dengan upaya penyuluhan terkait terutama dalam hal gizi masyarakat khususnya gizi balita supaya angka kejadian gizi buruk semakin berkurang setiap tahunnya.Kata Kunci :

Asupan Gizi ; Status Gizi ; Gizi Buruk ; Balita

HUBUNGAN ASUPAN GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA GIZI BURUK MENURUT RESPONS PERKEMBANGAN STATUS GIZINYA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS III PAKUAN BARU KOTA JAMBI TAHUN 2013

Wira Hadi Syahputra

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

ABSTRACT

In Indonesia, a nutritional health remains a major challenge. Although the prospects for economic growth in our country is quite promising, but 36.8% of infants in Indonesia have below standard height. One reason is the lack of nutrition. Nutrition includes the food security at the household level. Poverty and disease into two factors associated with malnutrition. Meanwhile, according to the Annual Report Data Nutritional Status Jambi Provincial Health Office in 2011 there were cases of malnutrition in the province of Jambi as many as 121 cases and as many as 7 babies dies. The causes of malnutrition cases. The data in 2012, there were 15 cases of malnutrition existing health center working area by a recap New III Pakuan Nutritional Status report monthly until June 2012 at 20 health centers in Jambi city. This study is a survey research by using a type of analytic cross sectional study design with a sample of 24 respondents, where the samples were filtered again through the inclusion and exclusion criteria of the study. Samples collected by Total Sampling. From statistik test there is a significant association between nutritional intake with nutritional status of children in the Puskesmas III New Pakuan of jambi city in 2013 ( p= 0,035). Expected that the cross-sectoral cooperation between relevant agencies with related counseling efforts, especially in terms of nutrition toddler nutrition community especially the incidence of malnutrition in order to shrink every year.

Keywords :

Nutrient Intake ; Nutritional Status ; Malnutrition ; babiesPENDAHULUANTingkat kesehatan gizi sesuai dengan tingkat konsumsi yang menyebabkan tercapainya kesehatan tersebut. Tingkat kesehatan gizi terbaik ialah kesehatan gizi optimum (eunutritional state). Dalam kondisi ini jaringan jenuh oleh semua zat gizi tersebut. Tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya kerja dan efisiensi yang sebaik-baiknya. Tubuh juga mempunyai daya tahan yang setinggi-tingginya. 1

Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh didalam susunan hidangan dan perbandingannya terhadap yang lain. Kuantitas menunjukan kwantum masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Kalau susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari sudut kualitas maupun kuantitasnya, maka tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan gizi yang sebaik-baiknya. 1Tumbuh kembang seorang anak secara fisik tergantung kepada orangtua/pengasuh dalam memberikan asupan gizi yang diperlukan seorang anak, terutama ketika anak balita. Seorang ayah/ibu seringkali ditemukan memiliki seorang anak yang tidak atau kurang normal dalam pertumbuhan fisik si anak. Disebabkan antara lain ketidaktahuan ayah/ibu mereka tentang gizi. Padahal dalam pertumbuhan anak-anak, pemberian gizi yang baik secara simultan merupakan hal utama dalam pembentukan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan beraktifitas, serta kesehatan secara berkelanjutan.1Menurut data Departemen Kesehatan RI tahun 2000 menunjukan dalam 10 tahun terakhir dari 207 juta penduduk Indonesia terdapat 3 juta bayi dengan status gizi kurang (1,45%), 1,5 juta gizi buruk (0,72%) yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan, mudah terkena penyakit infeksi serta meningkatkan angka kematian bayi.2Dengan memiliki buku KMS dan selalu aktif dalam kegiatan Posyandu maka akan dapat diketahui pertumbuhan bayi dan Balita melalui garis berat badan. Apabila garis berat badan tersebut berada pada garis kuning atau merah diharapkan ada tindakan dari ibu yang mempunyai Balita. Buku KMS yang diberikan tidak akan memberikan manfaat apabila ibu yang memiliki Balita tidak mengetahui manfaat atau penggunaannya. Dengan pengetahuan yang dimiliki, ibu akan mudah mendapatkan informasi tentang kesehatan anak apabila ada gangguan pertumbuhan anak, dapat dicari penyebab serta dilakukan tindakan yang sesuai.2Di Indonesia, persoalan gizi masih menjadi tantangan utama kesehatan. Meskipun prospek pertumbuhan ekonomi di negara kita cukup menjanjikan, tetapi 36,8% balita di Indonesia memiliki tinggi badan di bawah standar. Salah satu penyebabnya adalah kurang gizi. Gizi termasuk bagian ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Kemiskinan dan penyakit menjadi dua faktor yang berkaitan dengan gizi buruk. Data tahun 2005 menyatakan bahwa angka kemiskinan di Indonesia mencapai 18,1%. Ketahanan pangan dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya distribusi pangan, konsumsi (penyerapan gizi) serta pengetahuan tentang gizi di tingkat konsumen.3

Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk sejak tahun 1989 - 2010 menunjukan penurunan. Hasil Riskesdas 2010 menunjukan prevalensi gizi kurang menjadi 17,9 % dan gizi buruk menjadi 4,9 %. Artinya kemungkinan besar sasaran pada tahun 2014 sasaran sebesar 15,0 % untuk gizi kurang dan 3,5 % untuk gizi buruk dapat tercapai. Untuk mencapai sasaran pada tahun 2014, upaya perbaikan gizi masyarakat yang dilakukan adalah peningkatan program asi ekslusif, upaya penanggulangan gizi mikro melalui pemberian vitamin A, taburia, tablet besi bagi ibu hamil, dan iodisasi garam, serta memperkuat penerapan tatalaksana kasus gizi buruk dan gizi kurang di fasilitas kesehatan. (Kemenkes RI : 2011)Gizi buruk terkait dengan dampak terhadap kondisi sosial ekonomi keluarga maupun negara, disamping konsekuensi yang diterima oleh anak itu sendiri. Gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan sistem, karena gizi buruk ini disertai dengan defisiensi asupan mikro maupun makro nutrien lain yang sangat diperlukan tubuh. Gizi buruk akan mengurangi sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi.4Pada kondisi akut, gizi buruk dapat mengancam jiwa karena berbagai disfungsi yang dialami, ancaman yang timbul adalah hipotermi karena jaringan lemak yang tipis, hipoglikemi serta kekurangan elektrolit dan cairan tubuh. Apabila fase akut ini tidak ditangani dan di follow up maka akan berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Gizi buruk juga berdampak terhadap perkembangan mental dan otak anak. Dampak perkembangan otak ini akan menjadi vital karena otak merupakan aset penting bagi anak untuk menjadi manusia yang berkualitas.4Berbagai penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi buruk pada anak ialah anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan gangguan perkembangan yang lain, sedangkan dampak jangka panjang ialah penurunan IQ, penurunan perkembangan kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri dan tentu saja merosotnya prestasi akademik disekolah. Kurang gizi berpotensi menjadi penyebab kemiskinan melalui rendahnya kualitas sumber daya dan produktivitas. Tidak heran lagi jika gizi buruk yang tidak dikelola dengan baik, pada fase akut akan mengancam jiwa dan jangka panjang akan menjadi ancaman hilangnya sebuah generasi penerus bangsa.4Sedangkan menurut Data Laporan Tahunan Status Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Jambi tahun 2011 terdapat kasus gizi buruk di Provinsi Jambi sebanyak 121 kasus dan sebanyak 7 orang Balita meninggal dunia. Adapun penyebabnya terjadi kasus gizi buruk. Menurut laporan Dinas Kesehatan Provinsi Jambi tahun 2011 hal ini antara lain disebabkan oleh pneumonia, kelainan syaraf, TB Paru, hidrosefalus, microsefalus, kelainan jantung dan down Sindrom. Sedangkan yang meninggal dunia disebabkan oleh broncopneumoni, microsefalus, TB paru.5Menurut data rekapitulasi kasus gizi buruk di Dinas Kesehatan Provinsi Jambi tahun 2011, Kota Jambi menduduki peringkat ke 2 setelah kabupaten Bungo, terbanyak untuk angka kejadian gizi buruk. Untuk Kabupaten Bungo tercatat angka kasus gizi buruk sebanyak 21 kasus yang terjadi hingga desember 2011. Sedangkan untuk Kotamadya Jambi sendiri tercatat sebanyak 19 kasus gizi buruk yang terjadi. Dalam kota jambi terdapat 20 puskesmas utama untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat Jambi pada khususnya. Untuk gizi buruk di kota Jambi tahun 2011, di Puskesmas Pakuan Baru tercatat sebanyak 2 kasus gizi buruk selama tahun 2011.6Menurut dari data laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Jambi tahun 2011 terdapat 94 kasus gizi buruk selama tahun 2011 yang tersebar di 20 puskesmas yang ada dikota jambi. Penulis juga mendapat data status gizi yang termasuk kategori gizi buruk yang tersebar di kota jambi yang paling tertinggi adalah status gizi buruk yang ada di Puskesmas III Pakuan Baru, dimana terdapat 12 kasus. 7 orang Balita berjenis kelamin perempuan dan 5 orang balita berjenis kelamin laki-laki.7Sedangkan menurut laporan status gizi Puskesmas III Pakuan Baru dari Januari s.d Desember 2011, tercatat sebanyak 12 kasus gizi buruk yang terjadi, dimana terdiri dari 5 pasien gizi buruk laki-laki dan 7 pasien gizi buruk perempuan. Hal ini sesuai dengan rekapitulasi laporan tahunan yang ada di Dinas Kesehatan Kota Jambi tahun 2011.8Sedangkan untuk data rekapitulasi kasus gizi buruk di Dinas Kesehatan Provinsi Jambi tahun hingga bulan Juli 2012 tercatat 25 kasus gizi buruk yang ada di kota Jambi. Sedangkan di Puskesmas Pakuan Baru, tercatat sebanyak 15 kasus ( 60 % ). Hal ini tentu saja mengalami peningkatan yang cukup signifikan untuk kasus gizi buruk hingga trimester kedua tahun 2012. Dan ini kemungkinan akan terus mengalami peningkatan hingga akhir tahun 2012.9Untuk data tahun 2012 tercatat sebanyak 15 kasus gizi buruk yang ada di wilayah kerja Puskesmas III Pakuan Baru berdasarkan rekap laporan Status gizi bulanan hingga bulan Juni 2012. Kasus gizi buruk yang terjadi diwilayah kerja Puskesmas III Pakuan Baru ini tersebar di 3 kelurahan yaitu Kelurahan Tambak Sari, Kelurahan Pakuan baru, Kelurahan Wijaya Putra. Tidak ada data Kematian balita yang terjadi akibat Gizi buruk di Puskesmas III Pakuan baru.7

Bila dibandingkan dengan Puskesmas lainnya, Puskesmas III Pakuan Baru lah yang paling banyak terjadinya kasus gizi buruk. Sehingga berdasarkan Hal inilah penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai Hubungan asupan gizi dengan status gizi balita gizi buruk menurut respons perkembangan status gizinya di wilayah kerja Puskesmas III Pakuan Baru tahun 2013.Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana Hubungan asupan gizi dengan status gizi pada balita gizi buruk menurut respons perkembangan status gizinya di wilayah kerja Puskesmas III Pakuan Baru tahun 2013.METODOLOGI PENELITIANPenelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional, dimana pada rancangan ini peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada saat tertentu yang berarti semua subyek diamati tepat pada saat yang sama, tetapi artinya semua subyek hanya diobservasi satu kali dan pengukuran variabel subyek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut. Sampel penelitian ini adalah semua kasus gizi buruk pada balita diwilayah kerja Puskesmas III Pakuan Baru Kota Jambi dari Januari - Desember 2012, dan memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi penelitian. Adapun besarnya sampel yaitu menggunakan total sampling selama waktu penelitian tersebut. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara total sampling yang menggunakan tekhnik purposive sampling. Purposive Sampling adalah suatu tekhnik pengambilan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti berdasarkan tujuan atau masalah dalam penelitian. Penelitian ini mengambil seluruh sampel yang ada pada selama periode tertentu sesuai dengan konteks penelitian. Menurut Notoadmodjo (2005) pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

Data primer yaitu data yang diambil dari wawancara langsung menggunakan kuestioner dengan orangtua/ibu balita meliputi data yang terdiri dari indikator tentang hubungan asupan gizi dengan status gizi pada balita gizi buruk menurut respons perkembangan status gizinya di wilayah kerja Puskesmas III Pakuan Baru Kota Jambi tahun 2013 yaitu : memantau/menimbang berat badan balita, asupan gizi balita.

Data status gizi / angka kejadian gizi buruk pada balita dan laporan situasi gizi dari Dinas Kesehatan Kota Jambi, data rekapitulasi kasus gizi buruk dan kasus gizi buruk per kabupaten/ kota provinsi dari Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, serta laporan situasi gizi dan jadwal posyandu yang diperoleh dari Puskesmas III Pakuan Baru.

Data untuk penelitian ini berupa data primer dan data skunder. Data primer diperoleh dari melalui hasil wawancara kepada orangtua/ibu balita gizi buruk yang pernah berobat ke Puskesmas III Pakuan Baru dengan menggunakan kuestioner yang diisi langsung oleh peneliti. Sedangkan data skunder diperoleh dari Dinas kesehatan Kota Jambi dan Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, serta data yang diperoleh dari Puskesmas III Pakuan Baru.

Adapun cara kerjanya penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Meminta persetujuan secara lisan kepada orangtua balita gizi buruk untuk kesediaanya diwawancarai.

2. Wawancarai orangtua balita gizi buruk memakai tabel Recall 24 jam yang telah dipersiapkan sebelumnya.3. Menilai asupan gizi balita/ AKG balita melalui metode Recall 24 jam dengan mendata makanan yang dimakan oleh balita gizi buruk selama 2 x 24 jam.

4. Menimbang berat badan balita, mengukur tinggi badan balita, menanyai umur balita guna mengidentifikasi status gizi balita tersebut.5. Mencatat data-data lain yang diperlukan bagi penelitian.Sebelum dilakukan wawancara penelitian, responden akan dimintai menandatangani format persetujuan ( informed consent ) sebagai subjek dalam penelitian ini. Peneliti akan menjaga kerahasiaan data atau keterangan yang diperoleh dari responden apabila diperlukan. Semua data yang diberikan oleh responden akan terjaga dengan baik dan tidak akan tersebar. Sehingga didalam penelitian ini kedua pihak akan dapat saling menguntungkan.

Analisa univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang masing-masing variabel independen dan variabel dependen dalam bentuk distribusi frekuensi. Analisis bivariat untuk melihat hubungan variabel independen dan dependen dengan menggunakan uji statistik chi-square dengan menggunakan derajat kepercayaan 95% (p 80%) yang memiliki respons status gizi yang ada perbaikan 5 balita (83,3%) dan respons status gizi yang tidak ada perbaikan sebanyak 1 balita (16,6%). Asupan gizi kurang (Kalori < 80%) yang memiliki respons status gizi yang ada perbaikan 2 balita (20%) dan respons status gizi yang tidak ada perbaikan 8 balita (80%).

Hasil uji chi square didapatkan nilai p- value 0,013 dengan perhitungan PR ( Prevalensi Rate ) didapatkan hasil 4,1 dan 95% CI ( Confidence Interval ) sebesar 1,14 15,14. Pada tabel chi square menunjukkan hasil dari uji fisher exact sebesar 0,035. Karena nilai p 80 %

Kurang

Kalori < 80%

Total

5

2

7

83,3

20

43,8

1

8

9

16,6

80

56,3

6

10

16100

100

100

0,013

Masalah gizi merupakan akibat dari berbagai faktor yang terkait. Terdapat dua faktor langsung yang mempengaruhi status gizi individu. Yaitu faktor makanan dan penyakit infeksi, keduanya saling mempengaruhi. Faktor penyebab langsung pertama adalah konsumsi makanan yang tidak memenuhi prinsip gizi seimbang yaitu beragam, sesuai kebutuhan, bersih, dan aman. Faktor penyebab kedua adalah penyakit infeksi yang terkait dengan tingginya kejadian menular dan buruknya kesehatan lingkungan. 15Dari hasil penelitian didapatkan balita dengan asupan gizi yang tergolong Cukup ( kalori 80% ) sebanyak 6 balita dengan persentase 37,5%, kemudian terdapat balita dengan asupan gizi yang kurang ( kalori < 80% ) sebanyak 10 balita dengan persentase 62,5%.Hasil penelitian ini sejalan dengan dengan penelitian status gizi oleh Ahmad, Arsunan Arsin, Andi Zulkifli (2007) di wilayah kerja Puskesmas Mandonga Kota Kendari, dari total 302 balita didapatkan sebanyak 179 balita (59,3%) dengan asupan gizi kurang dan 123 balita (40,7%) dengan asupan gizi cukup.20

Perilaku dan kebiasaan orangtua dalam hal makanan yang dipengaruhi oleh faktor budaya akan mempengaruhi sikap suka dan tidak suka seorang anak terhadap makanan. Orangtua dan saudara kandung yang lebih tua memiliki pengaruh paling besar terhadap perilaku anak yang berhubungan dengan makanan. Orangtua bertanggung jawab terhadap masalah makanan dirumah, jenis-jenis makanan apa yang tersedia dan kapan makanan tersebut disajikan juga harus memberikan petunjuk mengenai hal-hal yang penting kepada anak-anak sehingga mereka mampu menentukan makanan yang sehat disaat mereka jauh dari rumah. 10

2. Gambaran Distribusi Respons Status Gizi BalitaStatus gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Keadaan ini dapat dilihat dari variabel pertumbuhan yaitu, berat badan, panjang/tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar dada atau lingkar kepala. 22Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar balita yang menjadi sampel penelitian ini berada pada status gizi buruk yang tidak ada perbaikan berdasarkan indikator berat badan/tinggi badan yaitu sebanyak 9 balita dengan persentase 56,3%.Hal ini tidak sejalan dengan dengan gambaran status gizi dalam penelitian Sari Purwaningrum (2012) di wilayah kerja Puskesmas Sewon I Bantul Jogjakarta, dari total 97 balita didapatkan balita dengan status gizi baik sebanyak 58 balita ( 59,7% ) dan balita dengan status gizi kurang sebanyak 39 balita ( 40,2% ). 19Status gizi pada masa balita perlu mendapat perhatian yang serius dari para orangtua, karena kekurangan gizi pada masa ini akan menyebabkan kerusakan yang irreversibel ( tidak dapat dipulihkan ). Ukuran tubuh yang pendek merupakan salah satu indikator kekurangan gizi yang berkepanjangan pada balita. Kekurangan gizi yang lebih fatal akan berdampak pada perkembangan otak. Fase perkembangan otak pesat pada usia 30 minggu 18 bulan. Status gizi balita dapat diketahui dengan mencocokkan umur anak dengan berat badan standar dengan menggunakan pedoman WHO-NCHS. Masa balita adalah periode perkembangan fisik yang pesat. 133. Hubungan antara Asupan Gizi dengan Respons Status Gizi BalitaHasil bivariat Hubungan antara asupan gizi dengan respons status gizi balita gizi buruk menunjukan asupan gizi cukup ( Kalori > 80% ) yang memiliki respons status gizi yang ada perbaikan yaitu sebanyak 5 balita (83,3%). Sedangkan asupan gizi kurang ( Kalori < 80% ) yang memiliki respons status gizi yang ada perbaikan yaitu sebanyak 2 balita (20%). Berdasarkan tampilan output pada tabel chi square dapat dilihat bahwa terdapat 3 cell atau (75%) nilai expected kurang dari 5, maka dipakailah hasil uji fisher sebagai pengganti dari uji chi square. Pada tabel chi square menunjukkan nilai dari uji fisher sebesar 0,035. Karena nilai p