45
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat merupakan tolak ukur yang digunakan dalam pencapaian keberhasilan program dengan berbagai upaya berkesinambungan, terpadu dan lintas sektor dalam rangka pelaksanaan kebijakan pembangunan di bidang kesehatan. Derajat kesehatan masyarakat dimaksud adalah meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi, ibu dan anak, menurunnya angka kesakitan maupun angka kecacatan dan ketergantungan serta meningkatnya status gizi masyarakat.(Beaglehola,2003). Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat komplek yang saling berkaitan dengan masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tetapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “sehatsakit” atau kesehatan tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, untuk itu Hendrik L. Blum menyatakan ada 4 faktor yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Keempat faktor tersebut disamping berpengaruh langsung kepada kesehatan, juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai 1

1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Derajat kesehatan masyarakat merupakan tolak ukur yang digunakan dalam

pencapaian keberhasilan program dengan berbagai upaya berkesinambungan, terpadu

dan lintas sektor dalam rangka pelaksanaan kebijakan pembangunan di bidang

kesehatan. Derajat kesehatan masyarakat dimaksud adalah meningkatnya umur

harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi, ibu dan anak, menurunnya angka

kesakitan maupun angka kecacatan dan ketergantungan serta meningkatnya status

gizi masyarakat.(Beaglehola,2003).

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat komplek yang saling

berkaitan dengan masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Pemecahan masalah

kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tetapi harus

dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “sehatsakit” atau

kesehatan tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan, baik

kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, untuk itu Hendrik L. Blum

menyatakan ada 4 faktor yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat

yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor

keturunan. Keempat faktor tersebut disamping berpengaruh langsung kepada

kesehatan, juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai

1

Page 2: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

2

secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai

kondisi yang optimal pula.(Beaglehola,2003).

Masalah kesehatan lingkungan di negara-negara yang sedang berkembang

berkisar pada sanitasi (jamban), penyediaan air bersih, perumahan (housing),

pembuangan sampah dan pembuangan air limbah (air kotor). Salah satu penyakit

yang berhubungan dengan kondisi kesehatan lingkungan buruk di Indonesia adalah

penyakit diare dengan angka kejadian lebih banyak terjadi pada bayi dan balita. Hasil

Survei Kesehatan Rumah tangga (SKRT) diperoleh angka kesakitan diare untuk

tahun 2010 sebesar 301 per 1.000 penduduk. (Boediarso, 2008).

Dibandingkan dengan hasil survei yang sama pada tahun 2006 yaitu sebesar

280 per 1.000 penduduk. Angka kesakitan yang dilaporkan selama 3 tahun (2008-

2010) cenderung menurun, tahun 1999 dilaporkan sebesar 25,63 per 1.000 penduduk,

tahun 2009 turun menjadi 22,69 per 1.000 penduduk dan dua tahun 2008 turun lagi

menjadi 12,00 per 1.000 penduduk. Hal ini diduga karena rendahnya jumlah kasus

diare yang dilaporkan (under reported). (Boediarso, 2008).

Hasil penelitian terhadap semua kasus balita yang disurvei pada Reskesdas

Tahun 2013 diketahui bahwa penyakit infeksi masih merupakan penyebab kematian

terbanyak. Penyakit diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita

karena penyakit ini merupakan penyakit yang akut dan keterlambatan penderita

memperoleh pertolongan. Kematian balita (2,3 per 1.000 balita) menempati urutan

kedua setelah kematian akibat penumonia (4,6 per 1.000 balita).

Page 3: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

3

Berdasarkan laporan rumah sakit di Indonesia tahun 2014, jumlah balita rawat

inap di rumah sakit cukup tinggi. Selain itu juga sering terjadi penyakit Kejadian Luar

Biasa (KLB) di beberapa wilayah dengan jumlah penderita dan kematian yang cukup

tinggi. Laporan surveilans tahun 2013, KLB penyakit dengan jumlah kasus terbanyak

adalah penyakit diare sebanyak 6.922 kasus. Jumlah yang meninggal yang

disebabkan oleh KLB penyakit, terbanyak pada KLB diare dengan 180 orang

meninggal.(Budiarto, 2014).

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010 menyatakan

bahwa 11% anak dibawah umur lima tahun mengalami diare. Angka ini serupa

dengan yang ditemukan dalam SDKI 1994 dan 1997 (masing-masing 9% dan 12%).

Anak yang sumber air minumnya berupa air permukaan, cenderung mengalami diare

daripada anak yang sumber air minumnya berupa perpipaan dan sumur.

Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan

bahwa pada kelompok umur kurang dari satu tahun menduduki urutan ketiga, yaitu

1.111 per 100.000, mengalami gangguan perinatal dan pneumonia. Pada kelompok

umur 1-4 tahun angka kematian menduduki urutan kedua, yaitu 134 per 100.000,

sedangkan pada kelompok umur 5-14 tahun berada pada urutan pertama mengalami

kematian yaitu 28 per 100.000. Salah satu penyebab masih tingginya angka kesakitan

dan kematian tersebut karena kondisi kesehatan lingkungan yang belum

memadai.(Bourne, P.G, 2010).

Di Indonesia menunjukkan bahwa banyak faktor yang dapat berpengaruh

secara langsung seperti faktor gizi, makanan dan lingkungan maupun pengaruh tidak

Page 4: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

4

langsung seperti faktor sosial ekonomi. Kesehatan lingkungan yang buruk akan

berpengaruh terhadap terjadinya penyakit, sehingga interaksi antara agen penyakit,

pejamu dan faktor lingkungan dapat meningkatkan kejadian penyakit.

Berdasarkan profil Kesehatan Aceh (2014). Jumlah balita yang terdapat di

Provinsi Aceh adalah 529.279 orang, sedangkan menurut jenis kelamin 2 71.071,

perempuan 258.208. (Dinkes Aceh, 2015).

Berdasarkan 5 besar jenis penyakit yang dilaporkan di Kabupaten Aceh Barat

masih tinggi jumlah balita yang terkena penyakit antara lain penyakit diare 15.514

kasus, ISPA 8.083 kasus, Scabies 1,091 kasus, Typoid 201 kasus, dan penyakit

lainya 501 kasus. Balita Kecamatan Woyla Barat jumlah 1.320 balita, jumlah balita

yang terserang penyakit diare 989 kasus terjadi pada anak Balita. (Dinkes Aceh Barat,

2015)

Cakupan pelayanan sarana dasar kesehatan lingkungan di Kabupaten Aceh

Barat tahun 2014 masih rendah. Cakupan air bersih 56,58%, cakupan jamban

keluarga 59,92%, cakupan sarana pembuangan air limbah 24,67%, cakupan

pembuangan sampah 47,63%.

Berdasarkan kajian tersebut diduga kuat ada pengaruh perilaku ibu terhadap

personel Hygiene pada balita di Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah

penelitian ini adalah ”Apakah ada pengaruh perilaku ibu terhadap personal Hygiene

pada balita di Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat.

Page 5: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

5

1.3. Tujuan Penelitian

13.1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh perilaku ibu terhadap personal Hygiene pada balita di

Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat.

13.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengaruh perilaku ibu berdasarkan tingkat umur ibu terhadap

personal hygiene pada balita di Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh

Barat

2. Mengetahui pengaruh perilaku ibu berdasarkan tingkat pendidikan ibu

terhadap personal hygiene pada balita di Kecamatan Woyla Barat Kabupaten

Aceh Barat

3. Mengetahui pengaruh perilaku ibu berdasarkan sikap ibu terhadap personal

hygiene pada balita di Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat

4. Mengetahui pengaruh perilaku ibu berdasarkan pengetahuan ibu terhadap

personal hygiene pada balita di Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh

Barat

5. Mengetahui pengaruh perilaku ibu berdasarkan Tindakan ibu terhadap

personal hygiene pada balita di Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh

Barat

Page 6: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

6

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Dinas Kesehatan

Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan guna meningkatkan program

kesehatan lingkungan. Sebagai masukan bagi Puskesmas dalam rangka

pengambilan keputusan penanggulangan penyakit pada anak balita.

1.4.2. Bagi Masyarakat

Masyarakat setempat mengetahui sebab-sebab penyakit diare dan cara

pencegahannya dan menambah informasi dan pengetahuan bagi masyarakat

tentang peranan sarana dasar kesehatan lingkungan dalam melindungi

masyarakat dari penyakit.

1.4.3.Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti tentang praktek personal

hygiene dan sarana dasar kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan

penyakit.

1.5. Hipotesis

Ha : Ada pengaruh tingkat umur, tingkat pendidikan, sikap, pengetahuan ibu

terhadap personal Hygiene pada balita di Kecamatan Woyla Barat

Kabupaten Aceh.

Page 7: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

Menurut Notoatmodjo, (2007) perilaku kesehatan merupakan respon seseorang

terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem seseorang

terhadap sakit atau penyakit adalah cara manusia merespon baik secara pasif

(mengetahui, bersikap dan, mempersepsi tentang suatu stimulus Rangsang Proses

Stimulus Reaksi Tingkah laku (terbuka) Sikap (tertutup) penyakit yang ada pada

(dirinya dan diluar dirinya) maupun secara aktif (praktik) yang dilakukan sehubungan

dengan penyakit tersebut.

Perilaku kesehatan di bidang kesehatan menurut Azwar (2005) dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu: a) Latar belakang seseorang yang meliputi norma - norma

yang ada, kebiasaan, nilai budaya dan keadaan sosial ekonomi yang berlaku dalam

masyarakat, b) Kepercayaan dalam bidang kesehatan, perilaku seseorang sangat

dipengaruhi oleh kepercayaan orang tersebut terhadap kesehatan. Kepercayaan yang

dimaksud meliputi manfaat yang akan didapat, hambatan yang ada, kerugian dan

kepercayaan bahwa seseorang dapat terserang penyakit, c) Sarana tersedia atau

tidaknya fasilitas kesehatan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. d) Cetusan

seseorang yang mempunyai latar belakang pengetahuan yang baik dan bertempat

tinggal dekat dengan sarana kesehatan, bisa saja belum pernah memanfaatkan sarana

kesahatan tersebut. Suatu ketika orang tersebut terpaksa minta bantuan dokter karena

7

Page 8: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

8

mengalami perdarahan ketika melahirkan bayi kejadiaan itu dapat memperkuat

perilaku orang tersebut untuk memanfaatkan sarana kesehatan yang sudah ada.

Perilaku dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu.

2.1.1. Umur

Dalam model system kesehatan (Health System Models) oleh Anderson (1974,

dalam Notoatmodjo 2007) menyebutkan bahwa umur termasuk dalam faktor

sosial demografis yang mempengaruhi seseorang untuk mencari pengobatan

dan menggunakan pelayanan kesehatan. Menurut Hall dan Donan (1990)

mengatakan bahwa ada hubungan antara umur dengan pemilihan pelayanan

kesehatan. Semakin dewasa maka semakin mengerti akan pemilihan

pemanfaatan pelayanan kesehatan karena berhubungan dengan pola pikir.

Menurut Depkes RI (2009) Umur atau usia adalah satuan waktu yang

mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup

maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur

sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Oleh yang demikian, umur itu

diukur dari tarikh ianya lahir sehingga tarikh semasa (masa kini). Manakala

usia pula diukur dari tarikh kejadian itu bermula sehinggalah tarikh

semasa(masa kini). Usia kronologis adalah perhitungan usia yang dimulai dari

saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu penghitungan usia. Misalkan

seorang anak secara kronologis berusia empat tahun akan tetapi masih

merangkak dan belum dapat berbicara dengan kalimat lengkap dan

menunjukkan kemampuan yang setara dengan anak berusia satu tahun, maka

Page 9: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

9

dinyatakan bahwa usia mental anak tersebut adalah satu tahun.Usia biologis

Usia biologis adalah perhitungan usia berdasarkan kematangan biologis yang

dimiliki oleh seseorang sebagai berikut Masa balita 0 - 5 tahun, Masa kanak-

kanak 5 - 11 tahun, Masa remaja Awal 12 - 1 6 tahun, Masa remaja Akhir 17 -

25 tahun, Masa dewasa Awal 26- 35 tahun, Masa dewasa Akhir 36- 45 tahun,

Masa Lansia Awal 46- 55 tahun, Masa Lansia Akhir 56 - 65 tahun, Masa

Manula 65 sampai atas.

2.1.2.Pendidikan

Menurut Aman (1997) mengatakan bahwa tingkat pendidikan merupakan faktor

yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam kesehatan yang selanjutnya

akan berdampak pada derajat kesehatan. Demikian juga pendapat Muzaham

(1995) mengemukakan bahwa orang yang tidak berpendidikan atau golongan

ekonomi rendah kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia.

Tinggi rendahnya pendidikan berkaitan dengan sosio ekonomi, kehidupan seks

dan kebersihan. Menurut Green (1980), pendidikan dipengaruhi oleh faktor

predisposisi yaitu pengetahuan yang dimiliki seseorang.

2.1.3.Sikap (Attitude)

Sikap adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan

tidak mendukung (unfavorable) pada suatu objek. Sikap bersifat evaluatif dan

berakhir pada nilai yang dianut dan terbentuk kaitannya dengan suatu objek.

Sikap merupakan perasaan positif atau negatif atau keadaan mental yang selalu

disiapkan, dipelajari dan diatur melalui pengalaman yang memberikan

Page 10: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

10

pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap objek, orang dan keadaan.

Sikap merupakan reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu

stimulus atau obyek. Newcomb menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan

atau kesediaan bertindak. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,

akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi

tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan

suatu kesiapan bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap obyek. Notoatmodjo, (2007) membagi sikap dalam tiga

komponen yaitu kepercayaan (keyakinan) terhadap suatu objek, kehidupan

emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, kecenderungan untuk bertindak.

2.1.4.Pengetahuan

Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007) merupakan hasil dari tahu dan

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebelum orang menghadapi perilaku

baru, didalam diri seseorang terjadi proses berurutan yakni : Awareness

(kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih

dahulu terhadap stimulus. Interest (merasa tertarik) terhadap objek atau

stimulus tersebut bagi dirinya. Trail yaitu subjek mulai mencoba melakukan

sesuatu sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Page 11: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

11

Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang.

2.1.5. Tindakan (Practice)

Setelah seseorang mengetahui sitimulus atau objek kesehatan kemudian

mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses

selanjutnya dihapkan ia akan melaksanakan atau memperaktekkan apa yang

diketahui atau di skapinya. Indikator tindakan kesehatan mencakup:

a. Tindakan sehubungan dengan penyakit yaitu pencegahan penyakit,

mengimunisasi anak, melakukan pengurasan bak mandi seminggu sekali,

mengunakan masker waktu bekerja di tempat yang berdebu, penyembuhuan

penyakit seperti minum obat sesuai dengan petunjuk dokter, berobat

kefasilitas pelayanan kesehatan yang tepat.

b. Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan mencakup antara lain

mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, malakukan olahraga secara

teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba.

c. Tindakan kesehatan lingkungan mencakup antara lain membung air besar di

jamban (WC), membuang sampah di tempat sampah, mengunakan air bersih

untuk mandi, cuci, masak. (Notoadmodjo, 2007).

2.2 Personal Hygiene

Personal hygiene adalah perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk

mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis (Hidayat, 2008).

Personal hygiene merupakan kegiatan membersihkan seluruh bagian tubuh termasuk

Page 12: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

12

wajah, rambut, tubuh, kaki dan tangan (UNICEF, 2012).

Personal hygiene bertujuan untuk menjaga kebersihan diri dan mencegah

terjadinya infeksi pada tubuh seseorang. Personal hygiene lebih dari sekedar bersih

namun mencakup banyak kegiatan yang dapat membantu orang menjadi bersih dan

sehat. Dengan menjaga kebersihan supaya tidak akan menyebarkan kuman kepada

orang lain (YUFA, 2010).

2.2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene

Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene antara lain body image,

praktek sosial, status sosial ekonomi, pengetahuan, budaya, kebiasaan dan

kondisi fisik seseorang (Department of Health Australian Government, 2010).

a. Body Image (Citra Tubuh); gambaran individu terhadap keadaan dirinya

sangat mempengaruhi kebersihan diri seseorang, seperti perubahan fisik

pada masa remaja. Maka, harus terdapat suatu usaha yang lebih untuk

meningkatkan personal hygiene.

b. Praktek Sosial; kelompok sosial wadah seseorang untuk berhubungan dapat

mempengaruhi praktik personal hygiene. Pada masa kanak-kanak seseorang

mendapatkan praktik hygiene dari orang tua mereka mengikuti kebiasaan

keluarga dengan fasilitas yang ada, seperti ketersediaan air mengalir. Hal

tersebut hanyalah beberapa faktor yang mempengaruhi kebersihan.

c. Status Sosial Ekonomi; keadaan ekonomi seseorang mempengaruhi jenis

dan tingkat praktik kebersihan yang digunakan. Personal hygiene

memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo,

Page 13: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

13

deodorant dan lain-lain sebagai bagian dari kebiasaan sosial seseorang.

Berbagai produk tersebut memerlukan uang untuk mendapatkannya.

d. Pengetahuan; Pengetahuan tentang pentingnya personal hygiene dan

implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik hygiene. Semakin baik

pengetahuan seseorang maka semakin baik pula pemeliharaan personal

hygiene seseorang sehingga dapat meningkatkan kesehatan.

e. Budaya; kepercayaan kebudayaan seseorang dan nilai pribadi

mempengaruhi perawatan hygiene. Orang dari latar belakang kebudayaan

yang berbeda mengikuti praktik perawatan diri yang berbeda pula.

f. Kebiasaan; setiap individu memiliki keinginan tersendiri kapan untuk

melakukan perawatan personal hygiene seperti mandi, keramas, memotong

kuku dan lain-lain. Selain itu, seseorang memiliki selera tersendiri dalam

memilih produk yang berbeda untuk perawatan hygiene mereka.

g. Kondisi fisik atau psikis; orang yang menderita penyakit tertentu atau

menjalani operasi sering kali kekurangan energi fisik untuk melakukan

personal hygiene sehingga, orang tersebut memerlukan bantuan untuk

melakukannya.

2.2.2.Perawatan dalam personal hygiene

Kebiasaan menjaga kebersihan diri atau personal hygiene dibagi menjadi 7

komponen yang meliputi kebersihan tubuh (mandi), kebersihan rambut,

kebersihan gigi dan mulut, kebersihan mata telinga dan hidung, mencuci tangan

dan memotong kuku, kebersihan pakaian, dan perawatan genitalia (Department

Page 14: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

14

of Health Australian Government, 2010; UNICEF, 2006). Berikut ini rincian

dari 7 komponen tersebut:

a) Kebersihan Tubuh (mandi)

Mandi adalah kegiatan membersihkan seluruh bagian tubuh dengan air

bersih dan sabun. Memakai pakaian bersih dan mandi adalah dasar untuk

kesehatan pribadi. Adapun manfaat dari mandi adalah untuk membersihkan

kulit dari bongkol atau sekret, keringat, kotoran dan kuman yang

menyebabkan bau tidak sedap pada badan (UNICEF, 2006). Keuntungan

lain dari mandi adalah dapat mengaktifkan sirkulasi darah, relaksasi tubuh

dan merasa segar. Beberapa keadaan yang mengharuskan seseorang untuk

mandi adalah saat keringat meningkat karena kenaikan suhu, dan

melakukan latihan fisik yang mengakibatkan banyak mengeluarkan

keringat (Newman, 2006). Mandi setidaknya dua kali sehari dengan

perawatan khusus dari daerah-daerah sensitif seperti ketiak dan

selangkangan (Department of Health Australian Government, 2010).

Bagian yang menyelimuti tubuh adalah kulit, dimana kulit sebagai lini

pertahanan pertama terhadap masuknya kuman kedalam tubuh. Tidak

semua kulit perempuan dilahirkan halus dan mulus. Sebagian mungkin

bermasalah. Perawatan kulit berminyak perlu lebih sering ndibasuh dengan

sabun lunak. Tujuannya agar kulit tidak mengundang debu, kuman, dan

kotoran yang bisa memasuki pori dan kelenjar minyak kulit. Jerawat, bisul,

dan infeksi kulit mudah muncul jika kulit berminyak kurang dirawat.

Page 15: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

15

Perawatan kulit kering membutuhkan pelembab. Sebaiknya tidak sering

terkena sabun karena justru akan menambah kekeringan dan berisiko

menjadi bermasalah. Demikian pula jika kulit sering dimanipulasi dengan

kuku dan jemari sebagai sebuah keisengan, bukan jarang akan terbentuk

bisul atau infeksi kulit lainnya (Newman, 2006; Nadesul, 2008).

b) Kebersihan Rambut

Mencuci rambut atau biasa disebut dengan keramas merupakan salah satu

faktor pemicu pertumbuhan rambut. Setelah seseorang membersihkan dan

menyisir rambut, sirkulasi darah dalam akar rambut dapat diaktifkan

dengan menggosok atau memijat kulit kepala menggunakan ujung jari.

Struktur dan pertumbuhan rambut dapat mengindikasikan kesehatan rambut

seseorang (UNICEF, 2006).

Menyisir dan membersihkan rambut adalah tanda-tanda bahwa seseorang

peduli tentang penampilan dan kesehatan pribadinya. Oleh karena itu,

rambut membutuhkan banyak perawatan seperti keramas, menyisir dan

memberikan vitamin kepada rambut sesuai jenis rambut Misalnya, rambut

berminyak perlu dibilas lebih sering daripada rambut kering karena rambut

berminyak menyerap lebih banyak kotoran daripada rambut kering.

Demikian juga orang-orang yang terkena lebih banyak debu dan asap perlu

mencuci rambut mereka lebih sering. Mencuci rambut setidaknya dilakukan

sekali dalam satu minggu (Newman, 2006).

Page 16: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

16

c) Kebersihan Gigi dan Mulut

Merawat kebersihan gigi dan mulut adalah salah satu dasar perilaku

kesehatan yang baik. Oleh karena itu, setiap orang harus dibiasakan untuk

menyikat gigi setidaknya dua kali sehari atau setelah makan untuk

mencegah karies gigi. (Department of Health Australian Government,

2010).

d) Kebersihan Mata, Telinga, dan Hidung

Mata perlu dibersihkan setiap hari dari sudut dalam (yang dekat dengan

hidung), diseka dengan kapas atau saputangan atau tissue yang lembut

menuju sudut luar untuk menghilangkan sekresi mata dan debu masuk ke

dalam mata (Department of Health Australian Government,2010).

Adapun telinga, harus dibersihkan secara berkala, sebaiknya tidak dengan

mendorong kedalam saluran telinga karena akan menyebabkan kotoran

telinga menyumbat kanal dan melemahkanpendengaran. Menggunakan pin

rambut atau sejenisnya adalah salah satu kebiasaan buruk untuk

menghilangkan kotoran telinga, kegiatan semacam ini dapat menyebabkan

perforasi gendang telinga dan gangguan pendengaran. Cara terbaik untuk

perawatan hidung dengan membersihkan daerah sekitar hidung dengan air

hangat dan sabun (UNICEF, 2006).

e) Mencuci Tangan dan Memotong Kuku

Mencuci muka di pagi hari membantu seseorang baik orang sehat atau sakit

merasa aktif dan penuh kesegaran. Wajah kemudian sebaiknya dilap

Page 17: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

17

dengan handuk halus, selain itu juga dianjurkan untuk berulang kali

mencuci tangan seseorang dengan sabun dan air untuk mencegah infeksi

kuman, terutama sebelum dan sesudah makan atau ketika melakukan

kontak fisik dengan orang sakit. Kemudian kuku dianjurkan dipotong

dengan bentuk oval (UNICEF, 2006).

f) Kebersihan Pakaian

Pakaian yang ketat dan dari bahan yang tidak nyaman dapat menimbulkan

gatal. Pakaian basah menyebabkan areal lembab lalu mengakibatkan kuman

(Nadesul, 2008). Pakaian kotor harus dicuci dengan sabun cuci sebelum

dipakai lagi, lalu menjemur pakaian di bawah sinar matahari sampai kering.

Sinar matahari akan membunuh beberapa kuman penyebab penyakit dan

parasit (Department of Health Australian Government, 2010).

g) Perawatan Genitalia

Menjaga kebersihan alat kelamin luar pada perempuan sangat penting

dalam upaya mencegah timbulnya keputihan dan untuk deteksi dini kanker

serviks. Kulit daerah kelamin dan sekitarnya harus diusahakan agar tetap

bersih dan kering, karena kulit yang lembab atau basah dapat menimbulkan

iritasi dan memudahkan tumbuhnya jamur dan kuman penyakit (Qomariyah

et al., 2012).

2.2.3.Cara untuk menjaga kebersihan lingkungan

Selain menjaga kebersihan tubuh kita, kita juga harus menjagakebersihan

lingkungan antara lain dengan cara sebagai berikut (Department of Health

Page 18: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

18

Australian Government, 2010):

a. Membuang sampah di tempat sampah, bukan di taman bermain dan koridor

sekolah. Tidak membuang sampah dari jendela mobil dan ditempat umum

dengan sembarangan.

b. Membersihkan kotoran atau feses dengan menyiram air sampai bersih

setelah menggunakan jamban.

c. Menutup mulut dan hidung dengan tissue jika batuk atau bersin dan

berpaling dari orang lain yang bersin.

2.3 Kerangka Teori

Gambar 2.1. Kerangka Teori menurut Department of Health Australian Government(2010), UNICEF, (2006), Notoatmodjo (2007).

Pendidikan Kesehatan (penyuluhan,diskusi simulasi)

Personal hygiene

Faktor Internal- Pendidikan- Usia- Pekerjaan

Faktor eksternal- Lingkungan- Sosial Budaya

Perilaku-Pengetahuan- Sikap- Tindakan

Page 19: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

19

2.4 Kerangka Konsep

Varibel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

Pendidikan

Umur

Pengetahuan

Sikap

Personel hygiene

Tindakan

Page 20: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

20

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2010) jenis penelitian ini adalah bersifat survey

analitik dengan desain Cross Sectioanl yang bertujuan untu mengetahui pengaruh

perilaku ibu terhadap personal hygiene pada balita di Kecamatan Woyla Barat

Kabupaten Aceh Barat

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.

Lokasi penelitian ini di wilayah Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh

Barat direncanalan pada bulan Juni 2016.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2002). Populasi penelitian ini adalah ibu yang mempunyai

balita yang ada di wilayah Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat

berjumlah 110 ibu .

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah sebagian dari ibu yang mempunyai balita yang

tinggal di Kecamatan Woyla Barat Sampel penelitian ini adalah 110

rosponden/ibu yang mempunyai balita yang tinggal di wilayah Kecamatan

Wayla Barat.

20

Page 21: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

21

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer data yang dikumpulkan berdasarkan hasil wawancara

menggunakan kuesioner terstruktur berupa informasi variabel-variabel

bebas pada penelitian ini.

3.4.2 Data Skunder

Data sekunder data pendukung dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat,

Puskesmas Woyla Barat. Dalam penelitian ini data sekunder berupa data

jumlah rumah balita, serta data tentang gambaran umum wilayah penelitian

serta data lain yang berguna untuk mendukung pembahasan data primer.

3.5 Definisi Oprasional

Tabel 3.1 Varibel dan Definisi OprasionalNo

Variabel DefinisiOrasional

CaraUkur

AlatUkur

HasilUkur

SkalaUkur

Variabel Indevenden1 Pendidikan Pendidikan adalah

ijazah terakhir yangdiproleh respondendalam mengikutijenjang pendidikanformal

Wawancara Kuesioner 1.Rendah2.Menengah3.Tinggi

Ordinal

2 Umur Umur adalah lamanyawaktu perjalananhidup yang dihitungsejak lahir sampaibatas waktu penelitian

Wawancara Kuesioner 1. Muda2. Tua

Ordinal

3 Sikap reaksi terhadap suatuobyek, memihak /tidak memihak yangmerupakan keteraturantertentu dalam halperasaan (afeksi),pemikiran (kognisi)

Wawancara Kuesioner 1. Baik2. Kurang

Ordinal

Page 22: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

22

dan predisposisitindakan (konasi)seseorang terhadapsuatu aspek dilingkungan sekitarnya

4 Pengetahuan hasil dari tahu yangterjadi setelahmelakukanpengindraan terhadapsuatu obyek tertentu

Wawancara Kuesioner 1. Baik2. Tidak baik

Ordinal

5 Tindakan Tindakan adalahtanggapan atau reaksiresponden yangterwujud dalamgerakan (sikap), tidakhanya bedan atauucapan

Wawancara/ Opservasi

Kuesioner 1. Pisitif2. Negatif

Ordinal

Variabel Dependen

6 Personel Hygiene perawatan diri sendiriyang dilakukan untukmempertahankankesehatan baik secarafisik maupunpsikologis

Wawancara/ Opservasi

Kuesioner 1. Bersih2.Tidak

Bersih

Ordinal

3.6 Aspek Pengukuran

1. Pendidikan

Pendidikan Rendah bila pendidikan ibu SD

Pendidikan Menegah bila Pendidikan ibu SMP-SMA

Pendidikan tinggi bila pendikan ibu Diploma – PT

2. Umur

Umur muda bila umur ibu < 36 Tahun

Umur Tua bila umur ibu > 36 Tahun

3. Sikap

Baik bila responden menjawab pertanyaan > 50%

Page 23: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

23

Kurang bila responden menjawab pertanyaan < 50%

4. Pengetahuan

Baik bila responden menjawab pertanyaan > 50%

Tidak baik bila responden menjawab pertanyaan < 50%

5. Tindakan

Positif bila responden menjawab pertanyaan > 50%

Negatif bila responden menjawab pertanyaan < 50%

6. Personel Hygiene

Bersih bila responden menjawab pertanyaan > 50%

Tidak bersih bila responden menjawab pertanyaan < 50%

3.7. Teknik Analisa Data

Proses pengolahan data dilakukan setelah data terkumpul dari lapangan.

Sebelum melakukan proses Entry Data, terlebih dahulu dilakukan proses:

1. Editing yaitu data-data yang sudah terkumpul dilakukan pengeditan

sehingga apabila data tersebut belum lengkap dapat segara dilakukan

pelengkapan data di lapangan.

2. Cleaning yaitu data yang sudah terkumpul dilakukan pembersihan data

untuk menghindari banyaknya data-data yang sekiranya tidak diperlukan

(data sampah).

3. Coding yaitu data yang sudah dibersihkan kemudian diberikan koding

untuk memudahkan pengentri data dalam memasukkan data ke komputer.

Page 24: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

24

4) Scoring yaitu pemberian skor pada item-item pertanyaan yang sekiranya

memerlukan penskoran.

5) Entry Data yaitu memasukkan data-data yang sudah terkumpul dan siap

untuk diolah ke dalam program komputer dengan menggunakan program

komputer. Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif maupun analitik.

3.8 Analisis Data

3.8.1. Analisis Univariat

Menganalisis variabel-variabel karakteristik individu yang ada secara

deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsinya untuk

mengetahui karakteristik dari subyek penelitian.

3.8.2. Analisis Bivariat

Analisis yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel

independen dan dependen mengunakan chi-square tingkat kemaknaan 95 %

(α=0,05), dengan rumus sebagai berikut:

X² =∑

Dimana : X² : Nilai chi-square

∑ : Jumlah

fo : Frekuensi harapan

fe : Frekuensi pengamatan

(fo-fe)²

fe

Page 25: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

25

Menurut Sastroasmoro dan Ismal, (2011). Yang dimaksud dengan resiko relatif

pada Cross Sectonal adalah perbandingan antara prevalens penyakit (efek) pada

kelompok dengan resiko, dengan prevalens efek pada kelompok tanpa resiko. Rasio

prevalens dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

RP = a/(a+b) : c/(c+d)

a/(a+b) = Proporsi (prevalens) Subyek yang mempunyai faktor risiko yang

mengalami efek

c/(c+d) = Proporsi (prevalens) subjek tanpa foktor risiko yang mengalami efek

Interpretasi hasil rasio prevalens sebagai berikut:

a. Bila rasio prevalens (RP) = 1 berarti variabel yang diduga sebagai faktor resiko

dalam terjadinya efek atau dikatakan bersifat netral.

b. Bila rasio prevalens (RP) >1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup 1,

berarti variabel tersebut merupakan faktor risiko.

c. Bila rasio prevalens (RP) <1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup 1,

berarti variabel tersebut merupakan faktor protektif.

d. Bila nilai interval kepercayaan rasio prevalens mencakup angka 1, maka berarti

pada populasi yang diwakili oleh sampel tersebut masih mungkin nilai

prevalensnya = 1, ini berarti bahwa dari data yang ada belum dapat disimpulkan

bahwa faktor yang dikaji benar-benar merupakan faktor risiko atau faktor protetif.

Page 26: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

26

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum

4.1.1. Keadaan Geografis Lokasi Penelitian

Wilayah Kecamatan Woyla Barat terdiri dari desa Alue Keumuning, Ie

Sayang, Karak, Mon Pasong, Pasi Jeut, Pasi Mali, Pasi Panah, Simpang Keumaron,

Ule Pulo, Alue Leuhop, Alue Permen, Blang Cot Mameh, Blang Cot Rubek, Blang

Luah LM, Cot Lagan LM, Cot Rambong, Kulam Kaju, Lhok Malee, Lubuk Pasi Ara,

Lueng Baro, Napai, Pasi Malee, Peuleukueng, Ulei Pasi Ara dengan jumlah

penduduk adapun batas wilayah Kecamatan woyla Barat adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Kecamatan Woyla Timur

b. Sebelah Timur : Kecamatan Woyla

c. Sebelah Selatan : Kecamatan Arongan Lambalek

d. Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Jaya

Secara administrasi pemerintahan luas wilayah Kecamatan Woyla Barat

123,00 Km². Jarak Kecamatan Woyla Barat dengan ibu Kota Kabupaten Aceh Barat

52 Km

4.1.2. Keadaan Demografis

Penduduk di Kecamatan Woyla Barat sangat bervariasi dalam hal umur,

pekerjaan dan pendidikan. Jumlah penduduk adalah 7.928 jiwa dengan perbandingan

26

Page 27: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

27

jumlah penduduk laki-laki 4.034 jiwa jumlah penduduk perempuan adalah 3.928 jiwa

yang tersebar dari 24 gampong. (Profil Puskesmas, 2015).

4.1.3. Gambaran Umum Responden

Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang yang memiliki balita di

wilayah Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat berjumlah 110 Ibu.

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1 Hasil Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan untuk melihat masing-masing variabel yang di teliti

dalam bentuk distribusi frekuensi dari setiap variabel penelitian. Analisis univariat di

maksudkan untuk mengetahui karakteristik dari responden yang meliputi:

4.2.1.1 Pendidikan

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu diKecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat Tahun 2016

No Pendidikan f %123

RendahMenengahTinggi

46662

28,260,01,8

Jumlah 110 100

Berdarkan tabel 4.1 Pendidikan responden di Kecamatan Woyla Barat

Kabupaten Aceh Barat yang pendidikan rendah 46 responden (28,2%), pendidikan

menegah 66 responden (60,0%) dan pendidikan tinggi 2 responden (1,8%).

Page 28: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

28

4.2.1.2 Umur

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Ibu diKecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat Tahun 2016

No Umur f %

12

TuaMuda

4268

38.261.8

Jumlah 110 100

Berdarkan tabel 4.2 umur responden di Kecamatan Woyla Barat Kabupaten

Aceh Barat tua 42 responden (38,2%), dan muda 68 responden (61,8%).

4.2.1.3 Sikap

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Ibu diKecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat Tahun 2016

No Sikap f %

12

KurangBaik

4763

42,757,3

Jumlah 110 100

Berdarkan tabel 4.3 sikap responden di Kecamatan Woyla Barat Kabupaten

Aceh Barat yang mempunyai sikap kurang 47 responden (42,7%) dan yang

mempunyai sikap baik 63 responden (57,3%).

Page 29: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

29

4.2.1.4 Pengetahuan

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan ibu diKecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat Tahun 2016

No Pengetahuan f %

12

Tidak BaikBaik

5357

48,251,8

Jumlah 110 100

Berdarkan tabel 4.4 Pengetahuan responden di Kecamatan Woyla Barat

Kabupaten Aceh Barat yang mempunyai pengetahuan tidak baik 53 responden

(48,2%) dan yang mempunyai pengetahuan baik 57 responden (51,8%).

4.2.1.5 Tindakan

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan Ibu diKecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat Tahun 2016

No Tindakan f %

12

NegatifPositif

4268

38,261,8

Jumlah 110 100

Berdarkan tabel 4.5 tindakan responden di Kecamatan Woyla Barat

Kabupaten Aceh Barat yang mempunyai tindakan negatif 42 responden (38,2%) dan

yang mempunyai tindakan positif 68 responden (61,8%).

Page 30: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

30

4.2.1.6 Personal Hygiene

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Personal Hygiene ibudi Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat Tahun 2016

No Sikap f %

12

Tidak BersihBersih

4169

37,362,7

Jumlah 110 100

Berdarkan tabel 4.6 Personal Hygiene responden di Kecamatan Woyla Barat

Kabupaten Aceh Barat tidak bersih 41 responden (37,3%) dan bersih 69 responden

(62,7%).

4.2.2 Analisa Bivariat

4.2.2.1 Pengaruh Pendidikan dengan Personal Hygiene

Tabel 4.7 Pengaruh Pendidikan dengan Personal Hygiene pada Balita diKecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat Tahun 2016

Pendidikan Personal Hygiene Jumlah

p RP (95%CI)TidakBersih

Bersih

n % n % n %Rendah 23 4,8 19 45,2 42 100 0.001 -Menegah 16 24,2 50 75,8 66 100Tinggi 2 100 0 0,0 2 100

Berdasarkan tabel 4.7 di atas menunjukan bahwa dari 42 responden yang

memiliki pendidikan rendah 23 responden (54,8%) tidak bersih personal Hygiene

dan yang bersih personal Hygiene 19 responden (45,2%). Sedangkan dari 66

responden yang memiliki pendidikan menengah yang tidak bersih personal Hygiene

Page 31: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

31

16 responden (24,2%) dan bersih personal Hygiene 50 responden (75,8%).

Pendidikan tinggi yang memiliki personal Hygiene tidak bersih 2 responden (100%).

Hasil perhitungan Chi Square pada derajat kepercayaan 95% ( α = 0,05)

diketahui bahwa nilai p value adalah 0,001 < α 0,05 artinya ada pengaruh antara

pendidikan dengan personal Hygiene.

4.2.2.2 Pengaruh umur dengan Personal Hygiene

Tabel 4.8 Pengaruh umur dengan Personal Hygiene pada Balita diKecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat Tahun 2016

Umur Personal Hygiene Jumlah

p RP (95%CI)TidakBersih

Bersih

n % n % n %Tua 22 52,4 20 47,6 42 100 0.018 1.875

(1.162-3.025)Muda 19 27,9 49 72,1 68 100

Berdasarkan tabel 4.8 di atas menunjukan bahwa dari 42 responden yang

memiliki umur tua 22 responden (52,4%) tidak bersih dan yang bersih 20 responden

(47,6%). Sedangkan dari 68 responden yang umur muda yang tidak bersih 19

responden (27,9%) bersih 49 responden (72,1%).

Hasil perhitungan Chi Square pada derajat kepercayaan 95% ( α = 0,05)

diketahui bahwa nilai p value adalah 0,018 < α 0,05 artinya ada pengaruh antara

umur dengan personal Hygiene dengan RP 1.875 (1.162-3.025) ini menunjukan

umur muda lebih bersih dari pada umur tua.

Page 32: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

32

4.2.2.3 Pengaruh sikap dengan Personal Hygiene

Tabel 4.9 Pengaruh sikap dengan Personal Hygiene pada Balita di KecamatanWoyla Barat Kabupaten Aceh Barat Tahun 2016

Sikap Personal Hygiene Jumlah

P RP (95%CI)TidakBersih

Bersih

n % n % n %Kurang 24 51,1 23 48,9 47 100

0.0171.892

(1.156-3.099)Baik 17 27,0 46 73,0 63 100

Berdasarkan tabel 4.9 di atas menunjukan bahwa dari 47 responden yang

memiliki sikap kurang 24 responden (51,1%) tidak bersih dan yang bersih 23

responden (48,9%). Sedangkan dari 63 responden yang memiliki sikap baik yang

tidak bersih 17 responden (27,0%) bersih 46 responden (73,0%).

Hasil perhitungan Chi Square pada derajat kepercayaan 95% (α = 0,05)

diketahui bahwa nilai p value adalah 0,01 < α 0,017 artinya ada pengaruh antara

sikap dengan personal Hygiene dengan RP 1.892 (1.156-3.099) ini menunjukan

sikap yang baik lebih bersih dari pada sikap kurang.

Page 33: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

33

4.2.2.4 Pengaruh Pengetahuan dengan Personal Hygiene

Tabel 4.10 Pengaruh Pengetahuan dengan Personal Hygiene pada Balita diKecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat Tahun 2016

Pengetahuan Personal Hygiene Jumlah

p RP (95%CI)TidakBersih

Bersih

n % n % n %Tidak baik 24 45,3 29 54,7 53 100

0.1391.518

0.924-2.494Baik 17 29,8 40 70,2 57 100

Berdasarkan tabel 4.10 di atas menunjukan bahwa dari 53 responden yang

memiliki pengetahuan tidak baik 24 responden (45,3%) tidak bersih dan yang bersih

29 responden (54,7%). Sedangkan dari 57 responden yang pengeathuan baik yang

tidak bersih 17 responden (29,8%) dan bersih 40 responden (70,2%).

Hasil perhitungan Chi Square pada derajat kepercayaan 95% ( α = 0,05)

diketahui bahwa nilai p value adalah 0,139 > α 0,05 artinya tidak ada pengaruh

antara penegatahuan dengan personal hygiene dengan RP 1.518 (0.924-2.494) ini

menunjukan pengetahuan baik lebih bersih dari pada pengeatuan tidak baik.

Page 34: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

34

4.2.2.5 Pengaruh Tindakan dengan Personal Hygiene

Tabel 4.11 Pengaruh tindakan dengan Personal Hygiene pada Balita diKecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat Tahun 2016

Tindakan Personal Hygiene Jumlah

P RP (95%CI)TidakBersih

Bersih

n % n % n %Negatif 23 54,8 19 45,2 42 100

0.0052.069

(1.277-3.351)Positif 18 26,5 50 73,5 68 100

Berdasarkan tabel 4.11 di atas menunjukan bahwa dari 42 responden yang

memiliki tindakan negatif 23 responden (54,8%) tidak bersih dan yang bersih 19

responden (45,2%). Sedangkan dari 68 responden yang memiliki tindakan positif

yang tidak bersih 18 responden (26,5%) bersih 50 responden (73,5%).

Hasil perhitungan Chi Square pada derajat kepercayaan 95% ( α = 0,05)

diketahui bahwa nilai p value adalah 0,005 < α 0,05 artinya ada pengaruh antara

tindakan dengan personal Hygiene dengan RP 2.069 (1.277-3.351) ini menunjukan

tindakan positif lebih bersih dari pada tindakan negatif.

4.3. Pembahasan

4.3.1. Pengaruh Pendidikan dengan Personal Hygiene

Berdasarkan tabel 4.7 di atas menunjukan bahwa dari 42 responden yang

memiliki pendidikan rendah 23 responden (54,8%) tidak bersih personal Hygiene

dan yang bersih personal Hygiene 19 responden (45,2%). Sedangkan dari 66

responden yang memiliki pendidikan menengah yang tidak bersih personal Hygiene

Page 35: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

35

16 responden (24,2%) dan bersih personal Hygiene 50 responden (75,8%).

Pendidikan tinggi yang memiliki personal Hygiene tidak bersih 2 responden (100%).

Hasil perhitungan Chi Square pada derajat kepercayaan 95% ( α = 0,05)

diketahui bahwa nilai p value adalah 0,001 < α 0,05 artinya ada pengaruh antara

pendidikan dengan personal Hygiene. Penelitian ini sesuai dengan hasil Survay

Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) (2007), berdasarkan hasil survay di dapat

bahwa ada hubungan negatif antara pendidikan ibu dengan personal hygiene. Tepai

berdeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Giyantini, (2010) bahwa ibu yang

berpendidikan dasar akan berisiko personal hygiene tidak bersih pada balitanya 3,42

kali di bandingkan dengan ibu yang berpendidikan tinggi.

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar, oleh karena itu pada prinsipnya

pendidikan sangatlah penting. Pendidikan tersebut bisa diperoleh dari pendidikan

formal (pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi) maupun

pendidikan informal (kursus, pelatihan dan diklat). Pendidikan dasar sembilan tahun

pendidikan paling rendah adalah bila tamat sekolah menegah pertama (SMP) atau

sederajat, serta pendidikan tinggi yaitu apabila seseorang menamatkan pendidikan

sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat (Fatah, 2010).

Jenjang pendidikan memgang peranan cukup penting dalam kesehatan

masyarakat. Pendidikan masyarakat yang rendah menjadikan mereka sulit menerima

pentinganya personal hygiene untuk mencegah terjadinya penyakit menular. Dengan

sulit menerima penyuluhan menyebabkan mereka tidk peduli terhadap upaya

pencehagan penyakit menular (Sander, 2005).

Page 36: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

36

4.3.2. Pengaruh Umur dengan Personal Hygiene

Berdasarkan tabel 4.8 di atas menunjukan bahwa dari 42 responden yang

memiliki umur tua 22 responden (52,4%) tidak bersih dan yang bersih 20 responden

(47,6%). Sedangkan dari 68 responden yang umur muda yang tidak bersih 19

responden (27,9%) bersih 49 responden (72,1%).

Hasil perhitungan Chi Square pada derajat kepercayaan 95% ( α = 0,05)

diketahui bahwa nilai p value adalah 0,01 < α 0,05 artinya ada pengaruh antara umur

dengan personal Hygiene dengan RP 1.875 (1.162-3.025) ini menunjukan umur

muda lebih bersih dari pada umur tua. Dalam model system kesehatan (Health System

Models) oleh Anderson (1974, dalam Notoatmodjo 2007) menyebutkan bahwa umur

termasuk dalam faktor sosial demografis yang mempengaruhi seseorang untuk

mencari pengobatan dan menggunakan pelayanan kesehatan. Menurut Hall dan

Donan (1990) mengatakan bahwa ada hubungan antara umur dengan pemilihan

pelayanan kesehatan. Semakin dewasa maka semakin mengerti akan pemilihan

pemanfaatan pelayanan kesehatan karena berhubungan dengan pola pikir.

Menurut Depkes RI (2009) Umur atau usia adalah satuan waktu yang

mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun

yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir

hingga waktu umur itu dihitung. Oleh yang demikian, umur itu diukur dari tarikh

ianya lahir sehingga tarikh semasa (masa kini). Manakala usia pula diukur dari tarikh

kejadian itu bermula sehinggalah tarikh semasa(masa kini). Usia kronologis adalah

perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu

Page 37: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

37

penghitungan usia. Misalkan seorang anak secara kronologis berusia empat tahun

akan tetapi masih merangkak dan belum dapat berbicara dengan kalimat lengkap dan

menunjukkan kemampuan yang setara dengan anak berusia satu tahun, maka

dinyatakan bahwa usia mental anak tersebut adalah satu tahun.Usia biologis Usia

biologis adalah perhitungan usia berdasarkan kematangan biologis yang dimiliki oleh

seseorang sebagai berikut Masa balita 0 - 5 tahun, Masa kanak-kanak 5 - 11 tahun,

Masa remaja Awal 12 - 1 6 tahun, Masa remaja Akhir 17 - 25 tahun, Masa dewasa

Awal 26- 35 tahun, Masa dewasa Akhir 36- 45 tahun, Masa Lansia Awal 46- 55

tahun, Masa Lansia Akhir 56 - 65 tahun, Masa Manula 65 sampai atas.

4.3.3. Pengaruh Sikap dengan Personal Hygiene

Berdasarkan tabel 4.9 di atas menunjukan bahwa dari 47 responden yang

memiliki sikap kurang 24 responden (51,1%) tidak bersih dan yang bersih 23

responden (48,9%). Sedangkan dari 63 responden yang memiliki sikap baik yang

tidak bersih 17 responden (27,0%) bersih 46 responden (73,0%).

Hasil perhitungan Chi Square pada derajat kepercayaan 95% (α = 0,05)

diketahui bahwa nilai p value adalah 0,01 < α 0,05 artinya ada pengaruh antara sikap

dengan personal Hygiene dengan RP 1.892 (1.156-3.099) ini menunjukan sikap

yang baik lebih bersih dari pada sikap kurang.

Penelitian ini sejalan dengan dengan penelitian Dedeh, (2010) bahwa sikap

merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu

stimulus atau objek. Berdasarkan hasil penelitian pada 8 menunjukkan bahwa dari 67

ibu yang menjadi responden didapatkan hasil yaitu sebanyak 37 Ibu (55,2%)

Page 38: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

38

memiliki sikap positif terhadap personal hygiene dan sebanyak 30 ibu (44,8%)

memiliki sikap negatif terhadap personal hygiene .Sikap ibu yang positif tercermin

dari sikap terhadap epidemiologi (penyebaran kuman yang menyebabkan penyakit).

Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar ibu sudah mengenal,memiliki

keyakinan, pemikiran dan emosi terhadap penyebaran kuman yang menyebabkan

penyakit. Komponen-komponen sikap tersebut secara bersama-sama membentuk

sikap yang utuh.

Hasil penelitian ini juga didukung pula oleh pendapat Notoatmodjo (2007), yang

mengungkapkan bahwa dalam penentuan sikap yang utuh, pikiran, keyakinan, dan

emosi memegang peranan penting. Dengan kata lain, setelah ibu mengetahui tentang

personal hygiene ,mayoritas ibu memiliki pemikiran dan berusaha supaya anaknya

tidak terkena penyakit. Sikap ibu yang negatif tercermin dari sikap terhadap

penanganan penyakit di rumah. Hal ini kemungkinan disebabkan kerena pengaruh

lingkungan sekitar ibu yang masih beranggapan bahwa penyakit merupakan penyakit

yang biasa dan tidak terlalu berbahaya bagi kesehatan anaknya. Hasil ini sesuai

dengan pendapat Azwar (2005) bahwa sikap adalah teraturan tertentu dalam hal

perasaan, pemikiran, predisposisi tindakan seseorang terhadapsuatu aspek di

lingkungan sekitarnya.

4.3.4. Pengaruh Pengetahuan dengan Personal Hygiene

Berdasarkan tabel 4.10 di atas menunjukan bahwa dari 53 responden yang

memiliki pengetahuan tidak baik 24 responden (45,3%) tidak bersih dan yang bersih

Page 39: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

39

29 responden (54,7%). Sedangkan dari 57 responden yang pengeathuan baik yang

tidak bersih 17 responden (29,8%) dan bersih 40 responden (70,2%).

Hasil perhitungan Chi Square pada derajat kepercayaan 95% ( α = 0,05)

diketahui bahwa nilai p value adalah 0,09 > α 0,05 artinya tidak ada pengaruh antara

penegatahuan dengan personal hygiene dengan RP 1.518 (0.924-2.494) ini

menunjukan pengetahuan baik lebih bersih dari pada pengeatuan tidak baik

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Qomariyah,

SN (2012) bahwa tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu

dengan personal hygiene. Bahwa ibu yang berpengetahuan rendah tidak memiliki

hubungan bermakna dengan timbulnya penyakit pada balita di bandingkan dengan

ibu balita yang memiliki pengetahuan yang tinggi.

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia melalui indera yang dimilikinya

baik mata, hidung, telinga, dan sebaginya ( Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan ibu

terhadap pengaulangan penyakit sangatlah penting, karena dapat menentukan

kesembuhan anak. Pengetahuan kesehatan untuk ibu harus diarahkan pada

pengetahuan tentang perjalanan penyakit, tanda-tanda penyakit tertentu dan hal

tersebut harus diprioritasskan untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian.

Berdasarkan hal tersebut pada penelitian ini tidak ada pengaruh antara

pengetahuan ibu dengan personal hygiene hal ini menunjukkan bahwa peranan

petugas kesehatan di lapangan sangatlah penting dalam hal peningkatan pengetahuan

masyarakat terutama ibu balita mengenai penyakit pada balita dan tidak kalah penting

juga tentang peningkatan pengetahuan petugas tentang tata laksana penyakit menular

Page 40: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

40

yang benar di puskemas, karena pengetahuan yang dimiliki oleh petugas akan

berpengaruh terhadap pengetahuan yang akan diterima oleh masyarakat di lapangan

pada saat petugas menyampaikan materi tentang penyakit menular pada masyarakat.

4.3.5. Pengaruh Tindakan dengan Personal Hygiene

Berdasarkan tabel 4.11 di atas menunjukan bahwa dari 42 responden yang

memiliki tindakan negatif 23 responden (54,8%) tidak bersih dan yang bersih 19

responden (45,2%). Sedangkan dari 68 responden yang memiliki tindakan positif

yang tidak bersih 18 responden (26,5%) bersih 50 responden (73,5%).

Hasil perhitungan Chi Square pada derajat kepercayaan 95% ( α = 0,05)

diketahui bahwa nilai p value adalah 0,003 < α 0,05 artinya ada pengaruh antara

tindakan dengan personal Hygiene dengan RP 2.069 (1.277-3.351) ini menunjukan

tindakan positif lebih bersih dari pada tindakan negatif.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dedeh,(2010),

yang menerangkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tindakan terhadap

personal hygiene penelitian tersebut didapati bahwa proporsi personal hygiene yang

baik dan tidak menderita penyakit (87,5%), lebih besar dibanding yang menderita

penyakit (27,3%). Dengan hasil uji chi-square diperoleh p = 0,000 (< 0,05).

Setelah seseorang mengetahui sitimulus atau objek kesehatan kemudian

mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya

dihapkan ia akan melaksanakan atau memperaktekkan apa yang diketahui atau di

sikapinya. Indikator tindakan kesehatan mencakup : a).Tindakan sehubungan dengan

penyakit yaitu pencegahan penyakit, mengimunisasi anak, melakukan pengurasan bak

Page 41: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

41

mandi seminggu sekali, mengunakan masker waktu bekerja di tempat yang berdebu,

penyembuhuan penyakit seperti minum obat sesuai dengan petunjuk dokter, berobat

kefasilitas pelayanan kesehatan yang tepat. b). Tindakan pemeliharaan dan

peningkatan kesehatan mencakup antara lain mengkonsumsi makanan dengan gizi

seimbang, malakukan olahraga secara teratur, tidak merokok, tidak minum minuman

keras dan narkoba.

Tindakan kesehatan lingkungan mencakup antara lain membung air besar di

jamban (WC), membuang sampah di tempat sampah, mengunakan air bersih untuk

mandi, cuci, masak. (Notoadmodjo, 2007).

Page 42: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

42

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Ada pengaruh antara pendidikan ibu dengan personal Hygiene pada anak

balita

2. Ada pengaruh antara umur ibu dengan personal Hygiene pada anak balita.

3. Ada pengaruh antara sikap ibu dengan personal Hygiene pada anak balita.

4. Tidak ada pengaruh antara penegatahuan ibu dengan personal hygiene pada

anak balita

5. ada pengaruh antara tindakan ibu dengan personal Hygiene pada anak balita.

5.2. Saran

Berdasarkan pada kesimpulan hasil penelitian dapat diberikan saransaran

sebagai berikut.

1.2.1 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat

Page 43: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

43

1. Meningkatkan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat agar masyarakat lebih

memperhatikan personal hygiene pada baliata

2. Menyelenggarakan pelatihan guna meningkatkan pengetahuan petugas

kesehatan dan ketrampilan kader khususnya dalam penanggulangan penyakit

menular

5.2.2 Bagi Masyarakat atau Ibu balita

Masyarakat atau ibu balita secara rutin meperhatikan personal hygiene pada

anak balita sehingga terhidar dari berbagai penyakit terutama penyakit menular yang

bisa menyebabkan kematian pada balita.

Page 44: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

44

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2005. Sikap Manusia; Teori dan Pengukurannya. Ed. II Cet. XVIII.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Beaglehola, R., dkk., 2003. Dasar-dasar Epidemiologi. Gadjah Mada UniversityPress, Yogyakarta

Boediarso, A., 2008. Sindroma Klinik Penyakit Diare. Bagian Ilmu Kesehatan

Bourne, P.G, 2010. Water and Sanitation. Academic Press. London.

Budiarto, E., 2014. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.EGC, Jakarta

Depkes RI, 2010. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, Jakarta

Denkes Aceh, 2015, Profil Kesehatan Aceh tahun 2014. Banda Aceh

Dinkes Aceh Barat.2015. Profil Kesehatan Aceh Barat Tahun 2014. Meulaboh

Department of Health Australian Government. 2010. 7 Personal Hygiene.http://www.health.gov.au/internet/publications/publishing.nsf/Content/ohp- enhealth-manual-atsi-cnt-l~ohp-enhealth-manual-atsi-cnt-l-ch3~ohp- enhealth-manual-atsi-cnt-l-ch3.7.

Notoadmojo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Newman,2006.PatientEducation;PersonalHygienehttp://www.newmanrh.org/Portals/490/Skins/IH-RH/files/PatientEducationSheets /Personal_Hygiene.pdf

Nadesul, H. 2008. Cara Sehat Cantik-Feminin-Cerdas Menjadi Perempuan. Jakarta:Kompas Media Nusantara.

44

Page 45: 1 PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1056/1/BAB I_V.pdf · Angka kematian balita di Indonesia menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada kelompok umur kurang

45

UNICEF. A study on street children in Zimbabwe[homepage on the internet].c2002[cited 2015 Oktober 19]. Availablefrom:http://www.unicef.org/evaldatabase/files/ZIM_01-805.pdf

Qomariyah, SN, Umah, K, Fitriana, I. 2012. Hubungan Pengetahuan dan Sikaptentang Kebersihan Genitalia dengan Kejadian Fluor Albus(Keputihan) pada Remaja Putri. JNC, 3(6): 30-40

YUVA. 2010. Personal Hygiene – The First Step to Good Health!. India: YUVASchoolLiveSkillPrograms(LSP).http://edudel.nic.in/new_circulars/4578_4581_dt_101008/the_first_step_to_g ood_health_dt_101008.pdf.