Upload
kickiy-alsqiy
View
1.068
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2012 ISSN : 2086 - 5031
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
1
ANALISIS PENGARUH MOTIVASI LIMA HIRARKI KEBUTUHAN
ABRAHAM MASLOW TERHADAP KEPUASAN KERJA,
KASUS PENGUSAHA INDUSTRI MIKRO KERUPUK SINGKONG
DI KECAMATAN KAMANG MAGEK, KABUPATEN AGAM
Oleh : Drs. Arrizal, M.Si
Dosen Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, Padang
ABSTRACT
This research was aimed to examine the effect of Abraham Maslow’s
hierarchy of five needs motivation on job satisfaction of micro industry-
intrepreneurs of cassava crackers in Sub-district of Kamang Magek, Regency of
Agam, Province of West Sumatera. Specifically, the aims of the research were
(1) to find out the effect of Abraham Maslow’s hierarchy of five needs
motivation, which were the psysiological needs, safety needs, social needs,
esteem needs, self-actualization needs on job satisfaction of micro industry-
intrepreneurs of cassava crackers in Sub-district of Kamang Magek, Regency of
Agam, (2) to find out the most influential Abraham Maslow’s hierarchy of five
needs motivation on job satisfaction of micro industry-intrepreneurs of cassava
crackers in Sub-district of Kamang Magek, Regency of Agam.
This research was a case of micro industry-intrepreneurs of cassava
crackers in Sub-district of Kamang Magek, Regency of Agam. The population of
research was all micro industry-intrepreneurs of cassava crackers in Sub-district
of Kamang Magek, Regency of Agam, their numbers were 90 micro industry-
intrepreneurs of cassava crackers. The sample of the research was chosen with
using the census method. Of the 90 questionnaires were distributed to 90
respondents, 72 questionnaires (80%) were returned by respondents and 18
questionnaires (20%) were not returned by respondents. Emory and Donald
(2000) proposed that a research applied 30% of the numbers of questionnaires
were sufficiently representative and represent the population. The data ware
collected using a validity and reliable survey instrument. All of the scales
described below were responded to on a 7-point Likert type scale. The anchor
were strongly agree (7) and strongly disagree (1). The technique of analysis was
applied the multiple regression with the statistical product and service solutions
(SPSS).
The result of this research showed there were two the results of the
research. The first, the result of the research showed that the job satisfaction (Y)
of micro industry-intrepreneurs of cassava crackers in Sub-district of Kamang
Magek, Regency of Agam, Province of West Sumatera was influenced in 62%
by Abraham Maslow’s hierarchy of five needs motivation, which were the
psysiological needs (X1), safety needs (X2), social needs (X3), esteem needs
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2012 ISSN : 2086 - 5031
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
2
(X4), self-actualization needs (X5). Whereas the remains of the job satisfaction
(Y) was influenced in 38% by the unknown and excluded factors in this model
of research. The second, the result of the research showed the job satisfaction
(Y) of micro industry-intrepreneurs of cassava crackers in Sub-district of
Kamang Magek, Regency of Agam, Province of West Sumatera was the most
influential by the psysiological needs (X1).
Keywords : psysiological needs, safety needs, social needs, esteem needs,
self-actualization needs, and job satisfaction
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Fenomena motivasi lima hirarki kebutuhan Abraham Maslow dan
kepuasan kerja (job satisfaction) telah menjadi fenomena terkini dalam
manajemen sumberdaya manusia (Robbins dan Coulter, 2005 : 92 – 93 ; Dessler,
1986 : 330 - 332). Teori motivasi hirarki kebutuhan Abraham Maslow
mengatakan bahwa manusia memiliki lima hirarki kebutuhan yaitu kebutuhan
fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan
kebutuhan aktualisasi diri. Lima kebutuhan manusia tersebut membentuk hirarki
atau tangga dan masing-masing kebutuhan itu hanya akan aktif apabila
kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi. Jika tiap kebutuhan secara
substansial terpuaskan, maka kebutuhan berikutnya akan menjadi dominan.
Manusia mendaki hirarki kebutuhan. Dari sudut pandang motivasi bahwa teori
motivasi hirarki kebutuhan Abraham Maslow mengatakan bahwa walaupun
tidak ada kebutuhan yang benar-benar terpuaskan, kebutuhan yang secara
substansial terpuaskan tidak lagi memotivasi seorang manusia. Jika ingin
memotivasi seorang manusia maka perlu memahami di tingkat mana keberadaan
manusia itu dalam hirarki kebutuhan dan perlu berfokus pada pemuasan
kebutuhan pada tingkat kebutuhan itu atau di atas tingkat kebutuhan itu.
Pemerintah, pengusaha, dan manajer yang menerima teori motivasi hirarki
kebutuhan Abraham Maslow akan mengelola organisasi yang dapat memuaskan
kebutuhan manusia (Robbins dan Coulter, 2005 : 92 – 93 ; Dessler, 1986 : 330 -
332). Selanjutnya, kepuasan kerja adalah suatu sikap umum seorang individu
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2012 ISSN : 2086 - 5031
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
3
manusia terhadap pekerjaannya (Robbins, 1996 : 170). Dengan kalimat lain
kepuasan kerja adalah kadar perasaan positif yang dimiliki seorang manusia
terhadap pekerjaannya (Currivan, 1999 : 495 - 524).
Fenomena motivasi lima hirarki kebutuhan Abraham Maslow dan
kepuasan kerja penting diteliti oleh pemerintah, pengusaha, dan manajer.
Mungkin lebih mudah memahami latar belakang fenomena motivasi lima hirarki
kebutuhan Abraham Maslow dan kepuasan kerja penting diteliti oleh
pemerintah, pengusaha, dan manajer yaitu dengan menyusun daftar kesalahan
motivasi lima hirarki kebutuhan Abraham Maslow dan kepuasan kerja yang
tidak ingin dikerjakan oleh pemerintah, pengusaha, dan manajer ketika
mengerjakan manajemen sumberdaya manusia. Contohnya, ketidakmotivasian
kebutuhan fisiologis, ketidakmotivasian kebutuhan keamanan,
ketidakmotivasian kebutuhan sosial, ketidakmotivasian kebutuhan harga diri,
dan ketidakmotivasian kebutuhan aktualisasi diri, dan ketidakmotivasian kerja.
Akhirnya, dengan meneliti motivasi lima hirarki kebutuhan Abraham Maslow
dan kepuasan kerja maka pemerintah, pengusaha, dan manajer akan dapat
menghindari kesalahan motivasi lima hirarki kebutuhan Abraham Maslow dan
kesalahan kepuasan kerja tersebut di atas.
Dengan dapat menghindari kesalahan motivasi lima hirarki kebutuhan
Abraham Maslow dan kesalahan kepuasan kerja tersebut di atas, dan yang lebih
penting hal itu dapat menjamin bahwa pemerintah, pengusaha, dan manajer akan
dapat mencapai visi dan tujuan organisasi (memperoleh hasil) melalui orang
lain, artinya melalui pegawai yang memiliki motivasi lima hirarki kebutuhan
Abraham Maslow dan kepuasan kerja. Penting diingat bahwa pemerintah,
pengusaha, dan manajer dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan lain ---- seperti
menyusun perencanaan yang bagus, menyusun struktur organisasi yang jelas,
membangun teknologi produksi yang modern, dan menggunakan pengawasan
intern yang canggih ---- namun pemerintah, pengusaha, dan manajer itu masih
saja tidak berhasil mencapai visi dan tujuan organisasi (memperoleh hasil)
melalui orang lain artinya melalui pegawai atau sumberdaya manusia, karena
pemerintah, pengusaha, dan manajer itu memperkerjakan pegawai yang
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2012 ISSN : 2086 - 5031
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
4
menderita kesalahan motivasi lima hirarki kebutuhan Abraham Maslow dan
kesalahan kepuasan kerja, atau karena pemerintah, pengusaha, manajer itu tidak
dapat memberikan motivasi lima hirarki kebutuhan Abraham Maslow dan
kepuasan kerja. Sebaliknya, banyak pemerintah, pengusaha, dan manajer yang
berhasil mencapai visi dan tujuan organisasi (memperoleh hasil) melalui orang
lain artinya melalui pegawai atau sumberdaya manusia meskipun tidak
menyusun perencanaan yang bagus, tidak menyusun struktur organisasi yang
jelas, dan tidak menggunakan pengawasan intern yang canggih. Pemerintah,
pengusaha, manajer itu berhasil karena dapat memperkerjakan pegawai yang
memiliki motivasi lima hirarki kebutuhan Abraham Maslow dan kepuasan kerja,
artinya dapat memberikan motivasi kerja dan kepuasan kerja. Perlu diingat
bahwa mencapai visi dan tujuan organisasi (mencapai hasil) merupakan esensi
manajemen, dan karena itu pemerintah, pengusaha, dan manajer harus mampu
mencapai visi dan tujuan organisasi (mencapai hasil) itu melalui orang lain
artinya melalui pegawai yang memiliki motivasi lima hirarki kebutuhan
Abraham Maslow dan kepuasan kerja.
Manajer adalah seorang yang mencapai visi dan tujuan organisasi
melalui orang lain, artinya melalui pegawai atau sumberdaya manusia (Stoner,
1990 : 7 ; Robbins, 1996 : 5). Currivan (1999 : 495 - 524) mengatakan bahwa
pemerintah, pengusaha, dan manajer memiliki peluang kecil dapat mencapai visi
dan tujuan organisasi melalui pegawai yang menderita kesalahan motivasi lima
hirarki kebutuhan Abraham Maslow dan kesalahan kepuasan kerja. Currivan
(1999 : 495 - 524) mengatakan pula bahwa pemerintah, pengusaha, dan manajer
memiliki peluang besar dapat mencapai visi dan tujuan organisasi melalui
pegawai yang memiliki motivasi lima hirarki kebutuhan Abraham Maslow dan
kepuasan kerja.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pemerintah perlu
meningkatkan motivasi lima hirarki kebutuhan Abraham Maslow dan kepuasan
kerja pengusaha industri mikro kerupuk singkong di Kecamatan Kamang
Magek, Kabupaten Agam. Sepanjang pengetahuan peneliti belum ada penelitian
tentang motivasi lima hirarki kebutuhan Abraham Maslow dan kepuasan kerja
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2012 ISSN : 2086 - 5031
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
5
pada pengusaha industri mikro kerupuk singkong di Kecamatan Kamang Magek,
Kabupaten Agam. Dengan demikian, peneliti berminat untuk meneliti motivasi
lima hirarki kebutuhan Abraham Maslow dan kepuasan kerja pengusaha industri
mikro kerupuk singkong di Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka didapat perumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah motivasi lima hirarki kebutuhan Abraham Maslow yaitu kebutuhan
fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan
kebutuhan aktualisasi diri secara bersama-sama berpengaruh dan signifikan
terhadap kepuasan kerja pengusaha industri mikro kerupuk singkong di
Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam ?
2. Berdasarkan motivasi lima hirarki kebutuhan Abraham Maslow di atas,
apakah motivasi kebutuhan Abraham Maslow yang paling berpengaruh
terhadap kepuasan kerja pengusaha industri mikro kerupuk singkong di
Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam ?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan pada
perumusan masalah. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka penelitian ini
perlu menganalisis motivasi lima hirarki kebutuhan Abraham Maslow yang
mempengaruhi kepuasan kerja. Dengan lebih terperinci, maka penelitian ini
memiliki tujuan yaitu :
1. Untuk menganalisis pengaruh motivasi lima hirarki kebutuhan Abraham
Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial,
kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri terhadap kepuasan kerja
pengusaha industri mikro kerupuk singkong di Kecamatan Kamang Magek,
Kabupaten Agam ?
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2012 ISSN : 2086 - 5031
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
6
2. Untuk menganalisis motivasi kebutuhan Abraham Maslow yang paling
berpengaruh terhadap kepuasan kerja pengusaha industri mikro kerupuk
singkong di Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam ?
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat (kegunaan), yaitu :
1. Penelitian ini berguna sebagai bahan pertimbangan ilmiah bagi pemerintah
dalam menetapkan strategi (strategy) dan kebijakan (policy) peningkatan
motivasi kerja dan kepuasan kerja pengusaha industri mikro kerupuk
singkong di Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam.
2. Penelitian ini berguna sebagai referensi manajemen terpercaya bagi peneliti
dan ilmuwan dalam mengembangkan teori motivasi hirarki kebutuhan
Abraham Maslow dan teori kepuasan kerja.
TINJAUAN PUSTAKA
Perusahaan Industri Mikro
Perusahaan industri kerupuk singkong di Kecamatan Kamang Magek,
Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat ini tergolong perusahaan industri
mikro. Perusahaan industri mikro kerupuk singkong di Kecamatan Kamang
Magek, Kabupaten Agam memiliki kekayaan bersih paling banyak sebesar Rp
50.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan yang ditempati atau memiliki
hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,-. Undang-undang Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2008, Bab IV
Kriteria, Pasal 6 memberikan definisi bahwa perusahaan mikro adalah
perusahaan memiliki kekayaan bersih paling banyak sebesar Rp 50.000.000,-
tidak termasuk tanah dan bangunan yang ditempati atau memiliki hasil penjualan
tahunan paling banyak Rp 300.000.000,-.
Perusahaan industri mikro kerupuk singkong di Kecamatan Kamang
Magek, Kabupaten Agam mempunyai dampak terhadap “penanggulangan
kemiskinan”. Dengan kalimat lain, perusahaan industri mikro kerupuk singkong
di Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam mempunyai dampak terhadap
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2012 ISSN : 2086 - 5031
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
7
kesempatan kerja, pendapatan masyarakat, dan nilai tambah (value added) umbi
singkong. Pertama, kesempatan kerja. Perusahaan industri mikro kerupuk
singkong di Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam telah
mempekerjakan sebanyak 90 orang kepala keluarga. Kedua, pendapatan
masyarakat. Dengan perusahaan industri mikro kerupuk singkong ini,
pendapatan kepala keluarga dan pendapatan masyarakat sangat meningkat
dibandingkan dengan pendapatan bisnis pertanian terutama bisnis pertanian padi
sawah. Ketiga, nilai tambah (value added) umbi singkong. Perusahaan industri
mikro kerupuk singkong telah meningkatkan nilai tambah (value added) umbi
singkong yang harga jualnya murah menjadi produk kerupuk singkong yang
harga jualnya mahal.
Motivasi Kerja
Apakah pengertian motivasi kerja?. Motivasi kerja adalah kesediaan
(willingness) melakukan usaha tingkat tinggi (high levels of effort) guna
mencapai tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan usaha tersebut
memuaskan (satisfy) kebutuhan (need) sejumlah individu (Robbins dan Coulter,
2002 : 424 - 425).
Teori motivasi hirarki kebutuhan Abraham Maslow mengatakan bahwa
manusia memiliki lima hirarki kebutuhan yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan
keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi
diri. Lima kebutuhan manusia tersebut membentuk hirarki atau tangga dan
masing-masing kebutuhan itu hanya akan aktif apabila kebutuhan yang lebih
rendah telah terpenuhi. Jika tiap kebutuhan secara substansial terpuaskan, maka
kebutuhan berikutnya akan menjadi dominan. Manusia mendaki hirarki
kebutuhan. Dari sudut pandang motivasi bahwa teori motivasi hirarki kebutuhan
Abraham Maslow mengatakan bahwa walaupun tidak ada kebutuhan yang
benar-benar terpuaskan, kebutuhan yang secara substansial terpuaskan tidak lagi
memotivasi seorang manusia. Jika ingin memotivasi seorang manusia maka
perlu memahami di tingkat mana keberadaan manusia itu dalam hirarki
kebutuhan dan perlu berfokus pada pemuasan kebutuhan pada tingkat kebutuhan
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2012 ISSN : 2086 - 5031
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
8
itu atau di atas tingkat kebutuhan itu. Pemerintah, pengusaha, dan manajer yang
menerima teori motivasi hirarki kebutuhan Abraham Maslow akan mengelola
organisasi yang dapat memuaskan kebutuhan manusia (Robbins dan Coulter,
2005 : 92 – 93 ; Dessler, 1986 : 330 - 332).
Teori motivasi hirarki kebutuhan Abraham Maslow mengatakan bahwa
pada diri setiap manusia terdapat lima hirarki kebutuhan yaitu kebutuhan
fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan
kebutuhan aktualisasi diri (Robbins dan Coulter, 2005 : 92 – 93 ; Dessler, 1986 :
330 - 332). Penjelasan dilakukan berikut ini.
Pertama, kebutuhan fisiologis (physiological needs). Kebutuhan
fisiologis terdiri dari (1) kebutuhaan makan (2) kebutuhan minum (3) kebutuhan
pakaian (4) kebutuhan perumahan (5) kebutuhan berkeluarga (6) kebutuhan
istirahat (7) kebutuhan kesehatan (8) kebutuhan rekreasi (9) kebutuhan olah raga
(Robbins dan Coulter, 2005 : 92 – 93 ; Dessler, 1986 : 330 - 332).
Kedua, kebutuhan keamanan (safety needs). Kebutuhan keamanan (safety
needs) terdiri dari (1) kebutuhan keamanan (security) (2) kebutuhan
perlindungan (protection) dari gangguan fisik (3) kebutuhan perlindungan
(protection) dari gangguan emosi (4) kebutuhan kepastian terus terpenuhi
kebutuhan fisiologis (Robbins dan Coulter, 2005 : 92 – 93 ; Dessler, 1986 : 330 -
332).
Ketiga, kebutuhan sosial (social needs). Kebutuhan sosial (social needs)
terdiri dari kebutuhan kasih sayang (affection), kebutuhan menjadi bagian dari
kelompoknya (belongingness), kebutuhan diterima oleh teman-teman
(acceptance), dan kebutuhan persahabatan (friendship) (Robbins dan Coulter,
2005 : 92 – 93 ; Dessler, 1986 : 330 - 332).
Keempat, kebutuhan harga diri (esteem needs). Ada dua kebutuhan harga
diri (esteem needs) yaitu kebutuhan harga diri internal (internal esteem needs)
dan kebutuhan harga diri eksternal (external esteem needs). Kebutuhan harga
diri internal (internal esteem needs) terdiri dari (1) kebutuhan penghargaan diri
(self-respect) (2) kebutuhan otonomi (3) kebutuhan pencapaian prestasi
(achievement) (4) kebutuhan ilmu pengetahuan (science) (5) kebutuhan agama
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2012 ISSN : 2086 - 5031
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
9
(6) kebutuhan percaya diri. Kebutuhan harga diri eksternal (external esteem
needs) atau kebutuhan reputasi terdiri dari (1) kebutuhan status (2) kebutuhan
pengakuan (diorangkan) (recognition) (3) kebutuhan perhatian (attention) (4)
kebutuhan penghormatan dari orang lain (Robbins dan Coulter, 2005 : 92 – 93 ;
Dessler, 1986 : 330 - 332).
Kelima, kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs). Kebutuhan
aktualisasi diri (self-actualization needs) terdiri dari (1) kebutuhan pertumbuhan
(growth) (2) kebutuhan pencapaian potensi seseorang (achieving one’s potential)
(3) kebutuhan pemenuhan diri sendiri (self-fulfillment) (4) kebutuhan dorongan
untuk menjadi apa yang dia mampu capai (Robbins dan Coulter, 2005 : 92 – 93 ;
Dessler, 1986 : 330 - 332).
Kepuasan Kerja
Apakah pengertian kepuasan kerja ?. Kepuasan kerja adalah suatu sikap
umum seorang individu pegawai terhadap jabatannya (Robbins, 1996 : 170).
Dengan kalimat lain kepuasan kerja adalah kadar perasaan positif yang dimiliki
seorang pegawai terhadap jabatannya (Currivan, 1999 : 495 - 524).
Ada 20 kriteria kepuasan kerja. Pertama, kemampuan untuk melakukan
pekerjaan atau tugas sepanjang waktu. Kedua, kesempatan yang ada untuk
menyelesaikan pekerjaan sendiri tanpa bantuan orang lain. Ketiga, kesempatan
yang ada untuk melakukan pekerjaan yang berbeda atau beragam dari waktu ke
waktu dan meyakinkan kepada atasan atau teman sekerja. Keempat, kesempatan
yang ada untuk menjadi diri sendiri di dalam lingkungan tempat bekerja.
Kelima, kebebasan atau otonomi untuk mempertahankan dan menggunakan
pendapat dari tugas jabatan. Keenam. memiliki kemampuan dalam membuat
keputusan. Ketujuh, kemempuan meyakinkan orang lain dalam melakukan
pekerjaan atau tugas jabatan. Kedelapan, cara organisasi menyediakan atau
merekrut tenaga kerja yang mantap dan siap pakai. Kesembilan, menjalani dan
mentaati segala peraturan atau perintah atasan. Kesepuluh, tugas jabatan atau
pekerjaan yang dikerjakan sebagai suatu pembuktian layaknya mendapatkan
jabatan yang baik dan tetap serta menceritakannya kepada orang lain. Kesebelas,
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2012 ISSN : 2086 - 5031
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
10
kesempatan untuk melakukan sesuatu dengan menggunakan kemampuan yang
dimiliki. Kedua belas, membuat strategi dan kebijakan sebagai cara untuk
menempatkan pengaruh di dalam organisasi. Ketiga belas, persepsi mengenai
kesesuaian gaji yang diterima dengan pekerjaan yang dilakukan. Keempat belas,
kesempatan yang dimiliki untuk maju dan berkembang serta berprestasi dengan
pekerjaan yang dilakukan. Kelima belas, kebebasan atau otonomi untuk
mempertahankan dan menggunakan metode dalam melakukan pekerjaan atau
tugas jabatan. Keenam belas, perhatian dan pertolongan rekan sekerja dalam
memecahkan masalah atau kesempatan untuk mempertahankan metode dalam
pekerjaan. Ketujuh belas, kondisi kerja demi tercapainya tujuan organisasi.
Kedelapan belas, prestasi kerja yang dicapai dari pekerjaan atau tugas jabatan.
Kesembilan belas, kenyamanan dan keamanan dari kondisi pekerjaan yang ada.
Kedua puluh, kesempatan dan kemampuan untuk menerima orang lain atau
teman sekerja ke dalam kelompok kerja (As’ad, 2004 : 117).
Suatu tinjauan ulang yang ekstensif dari literatur menemukan bahwa
terdapat lima faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja. Pertama, pekerjaan
yang secara mental menantang. Kedua, imbalan yang pantas. Ketiga, kondisi
kerja yang mendukung. Keempat, rekan sekerja yang mendukung. Kelima,
kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan (Locke dalam Dunnette, 1976 : 1319 -
1328 dan Feldman dan Arnold, 1985 : 192 - 210 dalam Robbins, 1996 : 181 -
182).
Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan tinjauan pustaka di atas, maka
penelitian ini mengemukakan hipotesis sebagai berikut :
1. Motivasi lima hirarki kebutuhan Abraham Maslow yaitu kebutuhan
fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan
kebutuhan aktualisasi diri secara bersama-sama berpengaruh dan signifikan
terhadap kepuasan kerja pengusaha industri mikro kerupuk singkong di
Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2012 ISSN : 2086 - 5031
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
11
2. Motivasi kebutuhan fisiologis paling berpengaruh terhadap kepuasan kerja
pengusaha industri mikro kerupuk singkong di Kecamatan Kamang Magek,
Kabupaten Agam.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Metodologi Penelitian
Jenis metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
“metodologi penelitian kuantitatif”. Metodologi penelitian kuantitatif adalah
“metode ilmiah” untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat
menemukan, membuktikan, dan mengembangkan suatu pengetahuan sehingga
pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan
mengantisipasi masalah dalam bidang tertentu (Sugiyono, 1999 : 4).
Suriasumantri (2001 : 307 - 346) mengatakan bahwa berdasarkan “metode
ilmiah (cara berpikir ilmiah)”, maka rancangan penelitian ini terdiri dari lima
unsur pokok, yaitu pengajuan masalah, penyusunan kerangka berpikir dan
pengajuan hipotesis, metodologi penelitian, pengujian hipotesis, dan kesimpulan.
Identifikasi Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua macam variabel penelitian yaitu variabel
dependen dan variabel independen. Pertama, variabel dependen (variabel
terikat).Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel independen. Pada penelitian ini variabel
dependen yaitu kepuasan kerja pengusaha industri mikro kerupuk singkong di
Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam (Y). Kedua, variabel independen
(variabel bebas). Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (variabel
terikat). Pada penelitian ini variabel independen yaitu kebutuhan fisiologis (X1),
kebutuhan keamanan (X2), kebutuhan sosial (X3), kebutuhan harga diri (X4), dan
kebutuhan aktualisasi diri (X5).
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2012 ISSN : 2086 - 5031
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
12
Definisi Operasional Variabel
Pertama, variabel dependen (Y) kepuasan kerja. Kepuasan kerja (Y)
adalah suatu sikap umum seorang individu pegawai terhadap jabatannya
(Robbins, 1996 : 170). Dengan kalimat lain kepuasan kerja adalah kadar
perasaan positif yang dimiliki seorang pegawai terhadap jabatannya (Currivan,
1999 : 495 - 524). Indikator kepuasan kerja adalah (1) kemampuan untuk
melakukan pekerjaan atau tugas sepanjang waktu (2) kesempatan yang ada
untuk menyelesaikan pekerjaan sendiri tanpa bantuan orang lain (3) kesempatan
yang ada untuk melakukan pekerjaan yang berbeda atau beragam dari waktu ke
waktu dan meyakinkan kepada atasan atau teman sekerja (4) kesempatan yang
ada untuk menjadi diri sendiri di dalam lingkungan tempat bekerja (5) kebebasan
atau otonomi untuk mempertahankan dan menggunakan pendapat dari tugas
jabatan (6) memiliki kemampuan dalam membuat keputusan (7) kemempuan
meyakinkan orang lain dalam melakukan pekerjaan atau tugas jabatan (8) cara
organisasi menyediakan atau merekrut tenaga kerja yang mantap dan siap pakai
(9) menjalani dan mentaati segala peraturan atau perintah atasan (10) tugas
jabatan atau pekerjaan yang dikerjakan sebagai suatu pembuktian layaknya
mendapatkan jabatan yang baik dan tetap serta menceritakannya kepada orang
lain (11) kesempatan untuk melakukan sesuatu dengan menggunakan
kemampuan yang dimiliki (12) membuat strategi dan kebijakan sebagai cara
untuk menempatkan pengaruh di dalam organisasi (13) persepsi mengenai
kesesuaian gaji yang diterima dengan pekerjaan yang dilakukan (14) kesempatan
yang dimiliki untuk maju dan berkembang serta berprestasi dengan pekerjaan
yang dilakukan (15) kebebasan atau otonomi untuk mempertahankan dan
menggunakan metode dalam melakukan pekerjaan atau tugas jabatan (16)
perhatian dan pertolongan rekan sekerja dalam memecahkan masalah atau
kesempatan untuk mempertahankan metode dalam pekerjaan (17) kondisi kerja
demi tercapainya tujuan organisasi (18) prestasi kerja yang dicapai dari
pekerjaan atau tugas jabatan (19) kenyamanan dan keamanan dari kondisi
pekerjaan yang ada (20) kesempatan dan kemampuan untuk menerima orang
lain atau teman sekerja ke dalam kelompok kerja (As’ad, 2004 : 117). Instrumen
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2012 ISSN : 2086 - 5031
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
13
penelitian ini menggunakan skala pengukuran 7 poin skala Likert (Sugiyono,
1999 : 86 – 90).
Kedua, variabel kebutuhan fisiologis (physiological needs) (X1).
Kebutuhan fisiologis (X1) adalah kebutuhan tingkatan paling rendah dalam
motivasi lima hirarki kebutuhan Abraham Maslow (Robbins dan Coulter, 2005 :
92 – 93 ; Dessler, 1986 : 330 - 332). Indikator Kebutuhan fisiologis adalah (1)
kebutuhaan makan (2) kebutuhan minum (3) kebutuhan pakaian (4) kebutuhan
perumahan (5) kebutuhan berkeluarga (6) kebutuhan istirahat (7) kebutuhan
kesehatan (8) kebutuhan rekreasi (9) kebutuhan olah raga (Robbins dan Coulter,
2005 : 92 – 93 ; Dessler, 1986 : 330 - 332). Instrumen penelitian ini
menggunakan skala pengukuran 7 poin skala Likert (Sugiyono, 1999 : 86 – 90).
Ketiga, variabel kebutuhan keamanan (safety needs) (X2). Kebutuhan
keamanan (X2) adalah kebutuhan tingkatan ke-2 dalam motivasi lima hirarki
kebutuhan Abraham Maslow (Robbins dan Coulter, 2005 : 92 – 93 ; Dessler,
1986 : 330 - 332). Indikator kebutuhan keamanan adalah (1) kebutuhan
keamanan (security) (2) kebutuhan perlindungan (protection) dari gangguan
fisik (3) kebutuhan perlindungan (protection) dari gangguan emosi (4)
kebutuhan kepastian terus terpenuhi kebutuhan fisiologis (Robbins dan Coulter,
2005 : 92 – 93 ; Dessler, 1986 : 330 - 332). Instrumen penelitian ini
menggunakan skala pengukuran 7 poin skala Likert (Sugiyono, 1999 : 86 – 90).
Keempat, variabel kebutuhan sosial (social needs) (X3). Kebutuhan
sosial (X3) adalah kebutuhan tingkatan ke-3 dalam motivasi lima hirarki
kebutuhan Abraham Maslow (Robbins dan Coulter, 2005 : 92 – 93 ; Dessler,
1986 : 330 - 332). Indikator kebutuhan sosial adalah (1) kebutuhan kasih sayang
(affection) (2) kebutuhan menjadi bagian dari kelompoknya (belongingness) (3)
kebutuhan diterima oleh teman-teman (acceptance) (4) kebutuhan persahabatan
(friendship) (Robbins dan Coulter, 2005 : 92 – 93 ; Dessler, 1986 : 330 - 332).
Instrumen penelitian ini menggunakan skala pengukuran 7 poin skala Likert
(Sugiyono, 1999 : 86 – 90).
Kelima, variabel kebutuhan harga diri (esteem needs) (X4). Kebutuhan
harga diri (X4) adalah kebutuhan tingkatan ke-4 dalam motivasi lima hirarki
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2012 ISSN : 2086 - 5031
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
14
kebutuhan Abraham Maslow (Robbins dan Coulter, 2005 : 92 – 93 ; Dessler,
1986 : 330 - 332). Indikator kebutuhan harga diri adalah (1) kebutuhan
penghargaan diri (self-respect) (2) kebutuhan otonomi (3) kebutuhan pencapaian
prestasi (achievement) (4) kebutuhan ilmu pengetahuan (science) (5) kebutuhan
agama (6) kebutuhan percaya diri (7) kebutuhan status (8) kebutuhan pengakuan
(diorangkan) (recognition) (9) kebutuhan perhatian (attention) (10) kebutuhan
penghormatan dari orang lain (Robbins dan Coulter, 2005 : 92 – 93 ; Dessler,
1986 : 330 - 332). Instrumen penelitian ini menggunakan skala pengukuran 7
poin skala Likert (Sugiyono, 1999 : 86 – 90).
Keenam, variabel kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs)
(X5). Kebutuhan aktualisasi diri (X5) adalah kebutuhan tingkatan ke-5 dalam
motivasi lima hirarki kebutuhan Abraham Maslow (Robbins dan Coulter, 2005 :
92 – 93 ; Dessler, 1986 : 330 - 332). Indikator kebutuhan aktualisasi diri (self-
actualization needs) adalah (1) kebutuhan pertumbuhan (growth) (2) kebutuhan
pencapaian potensi seseorang (achieving one’s potential) (3) kebutuhan
pemenuhan diri sendiri (self-fulfillment) (4) kebutuhan dorongan untuk menjadi
apa yang dia mampu capai (Robbins dan Coulter, 2005 : 92 – 93 ; Dessler, 1986
: 330 - 332). Instrumen penelitian ini menggunakan skala pengukuran 7 poin
skala Likert (Sugiyono, 1999 : 86 – 90).
Instrumen penelitian ini menggunakan skala pengukuran 7 poin skala
Likert (Sugiyono, 1999 : 86 – 90), yaitu skala 1 yang menyatakan sangat tidak
setuju, skala 2 yang menyatakan tidak setuju, skala 3 yang menyatakan kurang
setuju, skala 4 yang menyatakan ragu-ragu, skala 5 yang menyatakan cukup
setuju, skala 6 yang menyatakan setuju, dan skala 7 yang menyatakan sangat
setuju.
Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh pengusaha industri mikro kerupuk
singkong di Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam yaitu 90 pengusaha.
Karena populasi penelitian tidak terlalu banyak, maka penelitian ini mengambil
seluruh populasi penelitian sebagai sampel penelitian yaitu 90 pengusaha.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2012 ISSN : 2086 - 5031
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
15
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer dikumpulkan oleh
peneliti dengan menggunakan kuesioner (instrumen penelitian) yang valid dan
reliable (Sugiyono, 1999 : 135 – 138). Instrumen penelitian ini menggunakan
skala pengukuran 7 poin skala Likert (Sugiyono, 1999 : 86 – 90). Dari 90
responden yang dikirimi kuesioner hanya 72 responden (80 %) yang
mengembalikan kuesioner dan 18 responden (20 %) tidak mengembalikan
kuesioner. Emory dan Donald (2000) mengemukakan bahwa suatu penelitian
menggunakan 30 % dari jumlah kuesioner sudah representatif dan sudah
mewakili populasi. Dengan demikian penelitian ini yang menggunakan 80 %
dari jumlah kuesioner sudah representatif dan sudah mewakili populasi.
Teknik Analisis
Teknik analisis menggunakan regresi berganda dengan menggunakan
program komputer statistical product and service solutions (SPSS) yang sesuai
dengan model penelitian (Santoso, 2002 : 163 – 172). Hasil analisis regresi
berganda digunakan untuk membuktikan hipotesis penelitian. Pembuktian
hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik uji statistik, yaitu uji
simultan (uji F) dan uji parsial (uji t).
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2012 ISSN : 2086 - 5031
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
16
ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
TABEL 1
Hasil Analisis Pengaruh Motivasi Lima Hirarki Kebutuhan
Abraham Maslow dan Kepuasan Kerja pada Pengusaha Industri Mikro
Kerupuk Singkong di Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam
Variabel Bebas
(Motivasi Lima Hirarki
Kebutuhan Abraham
Maslow)
Koefisien
Regresi
t Hitung t Tabel Signifikansi
Intercept (Konstanta) 23,492 4,673 1,645 Signifikan
X1 (Kebutuhan Fisiologis) 0,879 3,142 1,645 Signifikan
X2 (Kebutuhan Keamanan) 0,724 3,036 1,645 Signifikan
X3 (Kebutuhan Sosial) 0,426 2,894 1,645 Signifikan
X4 (Kebutuhan Harga Diri) 0,231 1,913 1,645 Signifikan
X5 (Kebutuhan Aktualisasi
Diri) 0,175 1,708 1,645 Signifikan
R2
R
F Ratio
df
= 0,620
= 0,787
= 10,249
= 66
Signifikansi pada alpha 5%
Sumber : Pengolahan Data, Januari 2012
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda pada tabel 1 maka diperoleh
model persamaan regresi berganda sebagai berikut :
Y = 23,492 + 0,879 X1 + 0,724 X2 + 0,426 X3 + 0,231 X4 + 0,175 X5
Keterangan :
Y = Kepuasan Kerja
X1 = Kebutuhan Fisiologis
X2 = Kebutuhan Keamanan
X3 = Kebutuhan Sosial
X4 = Kebutuhan Harga Diri
X5 = Kebutuhan Aktualisasi Diri
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2012 ISSN : 2086 - 5031
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
17
Hasil analisis regresi berganda di atas menunjukkan bahwa kebutuhan
fisiologis (X1), kebutuhan keamanan (X2), kebutuhan sosial (X3), kebutuhan
harga diri (X4), dan kebutuhan aktualisasi diri (X5) secara bersama-sama (uji F)
sebesar 62% mempengaruhi kepuasan kerja pengusaha industri mikro kerupuk
singkong di Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam. Sedangkan sisanya
kepuasan kerja pengusaha industri mikro kerupuk singkong di Kecamatan
Kamang Magek, Kabupaten Agam dipengaruhi sebesar 38% oleh faktor-faktor
yang tidak diketahui dan tidak termasuk dalam model penelitian ini. Hasil
penelitian ini meyakinkan (signifikan) dengan menggunakan F hitung pada alpha
5 % dan degree of freedom for denominator 66 (df = 66) dan degree of freedom
for numerator 5 (k-1 yakni 6-1=5) yaitu nilai F hitung lebih besar dibandingkan
dengan nilai F tabel (Fh = 10,249 > Ft = 2,370). Dengan demikian dapat dibuat
kesimpulan bahwa hipotesis pertama dapat diterima, yakni motivasi lima hirarki
kebutuhan Abraham Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan,
kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri secara
bersama-sama berpengaruh dan signifikan terhadap kepuasan kerja pengusaha
industri mikro kerupuk singkong di Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten
Agam.
Hasil analisis regresi berganda di atas menunjukkan pula bahwa
kebutuhan fisiologis (X1) paling berpengaruh terhadap kepuasan kerja
pengusaha industri mikro kerupuk singkong di Kecamatan Kamang Magek,
Kabupaten Agam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai t hitung paling
tinggi adalah nilai t hitung kebutuhan fisiologis (X1) (t hitung = 3,142). Hasil
penelitian ini meyakinkan (signifikan) dengan menggunakan t hitung pada alpha
5 % dan degree of freedom for denominator 66 (df = 66) yaitu nilai t hitung
lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel ( t hitung = 3,142 > t tabel = 1,645
). Dengan demikian dapat dibuat kesimpulan bahwa hipotesis kedua dapat
diterima, yaitu motivasi kebutuhan fisiologis paling berpengaruh terhadap
kepuasan kerja pengusaha industri mikro kerupuk singkong di Kecamatan
Kamang Magek, Kabupaten Agam.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2012 ISSN : 2086 - 5031
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
18
Penelitian ini menemukan bahwa kebutuhan fisiologis (X1) dan
kebutuhan keamanan (X2) (kebutuhan tingkat rendah) (kebutuhan ekstrinsik)
(kebutuhan uang) merupakan motivasi paling penting untuk meningkatkan
kepuasan kerja pengusaha industri mikro kerupuk singkong di Kecamatan
Kamang Magek, Kabupaten Agam. Kebutuhan fisiologis (X1) adalah
kebutuhaan makan, kebutuhan minum, kebutuhan pakaian, kebutuhan
perumahan, kebutuhan berkeluarga, kebutuhan istirahat, kebutuhan kesehatan,
kebutuhan rekreasi, dan kebutuhan olah raga (Robbins dan Coulter, 2005 : 92 –
93 ; Dessler, 1986 : 330 - 332). Kebutuhan keamanan (X2) adalah kebutuhan
keamanan (security), kebutuhan perlindungan (protection) dari gangguan fisik,
kebutuhan perlindungan (protection) dari gangguan emosi, kebutuhan kepastian
terus terpenuhi kebutuhan fisiologis (Robbins dan Coulter, 2005 : 92 – 93 ;
Dessler, 1986 : 330 - 332). Untuk memenuhi kebutuhan fisiologis (X1) dan
kebutuhan keamanan (X2) di atas maka pengusaha industri mikro kerupuk
singkong di Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam membutuhkan uang
(kebutuhan uang).
Penelitian ini juga menemukan bahwa motivasi pengusaha industri mikro
kerupuk singkong di Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam adalah
untuk memaksimalkan profit (maximize profits) bagi pemilik perusahaan. Hasil
penelitian ini sesuai dengan teori tanggung jawab sosial perusahaan (corporate
social responsibility theory) bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah
memaksimalkan profit (maximize profits) bagi pemilik perusahaan (Robbins dan
Coulter, 2004 : 112 – 113). Profit maksimum (maximum profit) bagi pemilik
perusahaan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis (X1) dan
kebutuhan keamanan (X2).
Teori relativitas Albert Einstein membantu ahli fisika mengelola (me-
management) atom. Teori ekonomi makro membantu ahli ekonomi makro
mengelola (me-management) ekonomi makro negara. Teori manajemen
membantu manajer mengelola (me-management) organisasi (Arrizal, 2011 : 1-
14). Berdasarkan bidang manajemen, maka ada enam jenis teori manajemen,
yaitu teori manajemen strategis, teori manajemen produksi, teori manajemen
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2012 ISSN : 2086 - 5031
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
19
pemasaran, teori manajemen keuangan, teori manajemen sumberdaya manusia,
dan teori manajemen lainnya (Arrizal, 2006 : 3). Teori manajemen dapat
membantu pengusaha industri mikro kerupuk singkong di Kecamatan Kamang
Magek, Kabupaten Agam mengelola (me-management) perusahaan industri
mikro kerupuk singkong untuk memaksimalkan profit (maximize profits) bagi
pemilik perusahaan. Berdasarkan bidang manajemen, maka pengusaha industri
mikro kerupuk singkong di Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam
dalam mengelola (me-management) perusahaan industri mikro kerupuk
singkong untuk memaksimalkan profit (maximize profits) bagi pemilik
perusahaan dapat menggunakan teori manajemen strategis, teori manajemen
produksi, teori manajemen pemasaran, teori manajemen keuangan, teori
manajemen sumberdaya manusia, dan teori manajemen lainnya.
Para pengusaha industri mikro di Sumatera Barat dalam mengelola (me-
management) perusahaan industri mikro menghadapi lima masalah manajemen,
yaitu masalah manajemen strategis, masalah manajemen produksi, masalah
manajemen keuangan, masalah manajemen sumberdaya manusia, dan masalah
manajemen pemasaran (Said : 1991). Solusi yang dapat ditawarkan untuk
memecahkan masalah manajemen di atas adalah melalui pelatihan manajemen
(management training). Pelatihan manajemen (management training) terdiri dari
lima jenis pelatihan, yaitu pelatihan manajemen strategis, pelatihan manajemen
produksi, pelatihan manajemen keuangan, pelatihan manajemen sumberdaya
manusia, dan pelatihan manajemen pemasaran. Dengan meningkatkan
kompetensi manajemen para pengusaha industri mikro kerupuk singkong dalam
memecahkan masalah manajemen melalui pelatihan manajemen (management
training), maka para pengusaha industri mikro kerupuk singkong dapat
memaksimalkan profit (maximize profits) bagi pemilik perusahaan. Profit
maksimum (maximum profit) bagi pemilik perusahaan dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis (X1) dan kebutuhan keamanan (X2). Penelitian
ini menemukan bahwa kebutuhan fisiologis (X1) dan kebutuhan keamanan (X2)
(kebutuhan tingkat rendah) (kebutuhan ekstrinsik) (kebutuhan uang) merupakan
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2012 ISSN : 2086 - 5031
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
20
motivasi paling penting untuk meningkatkan kepuasan kerja pengusaha industri
mikro kerupuk singkong di Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan penelitian di atas maka dapat
dibuat kesimpulan sebagai berikut.
Pertama, kebutuhan fisiologis (X1), kebutuhan keamanan (X2),
kebutuhan sosial (X3), kebutuhan harga diri (X4), dan kebutuhan aktualisasi diri
(X5) secara bersama-sama (uji F) sebesar 62% mempengaruhi kepuasan kerja
pengusaha industri mikro kerupuk singkong di Kecamatan Kamang Magek,
Kabupaten Agam. Sedangkan sisanya kepuasan kerja pengusaha industri mikro
kerupuk singkong di Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam dipengaruhi
sebesar 38% oleh faktor-faktor yang tidak diketahui dan tidak termasuk dalam
model penelitian ini. Hasil penelitian ini meyakinkan (signifikan) dengan
menggunakan F hitung pada alpha 5 % dan degree of freedom for denominator
66 (df = 66) dan degree of freedom for numerator 5 (k-1 yakni 6-1=5) yaitu nilai
F hitung lebih besar dibandingkan dengan nilai F tabel (Fh = 10,249 > Ft =
2,370). Dengan demikian dapat dibuat kesimpulan bahwa hipotesis pertama
dapat diterima, yakni motivasi lima hirarki kebutuhan Abraham Maslow yaitu
kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan harga
diri, dan kebutuhan aktualisasi diri secara bersama-sama berpengaruh dan
signifikan terhadap kepuasan kerja pengusaha industri mikro kerupuk singkong
di Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam.
Kedua, kebutuhan fisiologis (X1) paling berpengaruh terhadap kepuasan
kerja pengusaha industri mikro kerupuk singkong di Kecamatan Kamang
Magek, Kabupaten Agam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai t hitung
paling tinggi adalah nilai t hitung kebutuhan fisiologis (X1) (t hitung = 3,142).
Hasil penelitian ini meyakinkan (signifikan) dengan menggunakan t hitung pada
alpha 5 % dan degree of freedom for denominator 66 (df = 66) yaitu nilai t
hitung lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel ( t hitung = 3,142 > t tabel =
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2012 ISSN : 2086 - 5031
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
21
1,645 ). Dengan demikian dapat dibuat kesimpulan bahwa hipotesis kedua dapat
diterima, yaitu motivasi kebutuhan fisiologis paling berpengaruh terhadap
kepuasan kerja pengusaha industri mikro kerupuk singkong di Kecamatan
Kamang Magek, Kabupaten Agam.
Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka dapat disarankan sebagai berikut.
Pertama, kebutuhan fisiologis (X1) paling berpengaruh terhadap
kepuasan kerja pengusaha industri mikro kerupuk singkong di Kecamatan
Kamang Magek, Kabupaten Agam. Agar kepuasan kerja pengusaha industri
mikro kerupuk singkong meningkat melalui kebutuhan fisiologis (X1), maka
disarankan pemerintah menetapkan strategi (strategy) dan kebijakan (policy)
peningkatan motivasi kerja dengan memenuhi sembilan kebutuhan fisiologis
yaitu (1) kebutuhaan makan (2) kebutuhan minum (3) kebutuhan pakaian (4)
kebutuhan perumahan (5) kebutuhan berkeluarga (6) kebutuhan istirahat (7)
kebutuhan kesehatan (8) kebutuhan rekreasi (9) kebutuhan olah raga. Secara
spesifik disarankan pemerintah menerapkan program kebutuhan fisiologis.
Kedua, kebutuhan keamanan (X2) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepuasan kerja pengusaha industri mikro kerupuk singkong di
Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam. Agar kepuasan kerja pengusaha
industri mikro kerupuk singkong meningkat melalui kebutuhan keamanan (X2),
maka disarankan pemerintah menetapkan strategi (strategy) dan kebijakan
(policy) peningkatan motivasi kerja dengan memenuhi empat kebutuhan
keamanan yaitu (1) kebutuhan keamanan (security) (2) kebutuhan perlindungan
(protection) dari gangguan fisik (3) kebutuhan perlindungan (protection) dari
gangguan emosi (4) kebutuhan kepastian terus terpenuhi kebutuhan fisiologis.
Secara spesifik disarankan pemerintah menerapkan program kebutuhan
keamanan.
Ketiga, kebutuhan sosial (X3) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepuasan kerja pengusaha industri mikro kerupuk singkong di
Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam. Agar kepuasan kerja pengusaha
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2012 ISSN : 2086 - 5031
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
22
industri mikro kerupuk singkong meningkat melalui kebutuhan sosial (X3), maka
disarankan pemerintah menetapkan strategi (strategy) dan kebijakan (policy)
peningkatan motivasi kerja dengan memenuhi empat kebutuhan sosial yaitu (1)
kebutuhan kasih sayang (affection) (2) kebutuhan menjadi bagian dari
kelompoknya (belongingness) (3) kebutuhan diterima oleh teman-teman
(acceptance) (4) kebutuhan persahabatan (friendship). Secara spesifik
disarankan pemerintah menerapkan program kebutuhan sosial.
Keempat, kebutuhan harga diri (X4) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepuasan kerja pengusaha industri mikro kerupuk singkong di
Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam. Agar kepuasan kerja pengusaha
industri mikro kerupuk singkong meningkat melalui kebutuhan harga diri (X4),
maka disarankan pemerintah menetapkan strategi (strategy) dan kebijakan
(policy) peningkatan motivasi kerja dengan memenuhi 10 kebutuhan harga diri
yaitu (1) kebutuhan penghargaan diri (self-respect) (2) kebutuhan otonomi (3)
kebutuhan pencapaian prestasi (achievement) (4) kebutuhan ilmu pengetahuan
(science) (5) kebutuhan agama (6) kebutuhan percaya diri (7) kebutuhan status
(8) kebutuhan pengakuan (diorangkan) (recognition) (9) kebutuhan perhatian
(attention) (10) kebutuhan penghormatan dari orang lain. Secara spesifik
disarankan pemerintah menerapkan program kebutuhan harga diri.
Kelima, kebutuhan aktualisasi diri (X5) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan kerja pengusaha industri mikro kerupuk singkong
di Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam. Agar kepuasan kerja
pengusaha industri mikro kerupuk singkong meningkat melalui kebutuhan
aktualisasi diri (X5), maka disarankan pemerintah menetapkan strategi (strategy)
dan kebijakan (policy) peningkatan motivasi kerja dengan memenuhi empat
kebutuhan aktualisasi diri yaitu (1) kebutuhan pertumbuhan (growth) (2)
kebutuhan pencapaian potensi seseorang (achieving one’s potential) (3)
kebutuhan pemenuhan diri sendiri (self-fulfillment) (4) kebutuhan dorongan
untuk menjadi apa yang dia mampu capai. Secara spesifik disarankan
pemerintah menerapkan program kebutuhan aktualisasi diri.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2012 ISSN : 2086 - 5031
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
23
Keenam, penelitian ini hanya menguji motivasi lima hirarki kebutuhan
Abraham Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan
sosial, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Untuk
pengembangan teori motivasi dan teori kepuasan kerja, maka disarankan para
peneliti lanjutan pada masa depan untuk dapat menguji dan mengembangkan
penelitian ini melalui objek penelitian yang sama, objek penelitian yang berbeda,
subjek penelitian yang berbeda, dan menambah variabel independen (variabel
motivasi).
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2012 ISSN : 2086 - 5031
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
24
REFERENSI
As’ad, Moh. 2001. Psikologi Industri. Edisi Keempat. Yogyakarta : Penerbit
Liberty Yogyakarta
Arrizal. 2011. Filosofi Manajemen Sumberdaya Manusia dan Keunggulan
Kompetitif; Sumberdaya Manusia Profesional, Sejahtera, Prestasi Kerja
Tinggi, dan Karier Sukses Dapat Mendudung Keunggulan Kompetitif.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Volume 2. Nomor 2. Mei 2011.
1-14
Arrizal. 2006. Pengantar Manajemen. Laporan Penelitian Teaching Grant
Proyek TPSDP Universitas Andalas Tahun 2005. Padang : Fakultas
Ekonomi Universitas Andalas
Azwar, Saifuddin. 2002. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Edisi
Kedua, Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar
Currivan, Douglas B. 1999. The Causal Order of Job Satisfaction and
Organizational Commitment in Models of Employee Turnover. Human
Resource Management Review. Volume 9. Nomor 4. 495 –524
Dessler, Gary. 1986. Manajemen Personalia. Diterjemahkan Oleh Agus
Dharma, SH. Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Erlangga
Dessler, Gary. 1997. Manajemen Sumberdaya Manusia. Alih Bahasa Benyamin
Molan. Penyunting Triyana Iskandarsyah. Edisi Ketujuh. Jakarta : Penerbit
PT Prenhallindo
Desimone, Randy, L., Jon M. Werner., David M. Harris. 2002. Human Resource
Development. Natorp Boulevard. Ohio : South Western Thomson Learning
Emory, C. William., dan Donald R. Cooper. 2000. Metode Penelitian Bisnis.
Edisi Kelima. Terjemahan. Jakarta : Penerbit Erlangga
Flippo, Edwin B. 1988. Manajemen Personalia. Edisi Keenam. Jilid 1.
Terjemahan Moh Masud. Jakarta : Penerbit Erlangga
Gibson, James, L., John M. Ivancevich., James H. Donnelly, Jr., 1994.
Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Editor : Agus Dharma, SH, M.Ed.
Jakarta : Penerbit Erlangga
Gibson, James, L., John M. Ivancevich., James H. Donnelly, Jr., 1996.
Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Alih bahasa Ir. Nunuk Adiarni,
MM. Editor : DR. Lyndon saputra. Jakarta : Penerbit Binarupa Aksara
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 1, Januari 2012 ISSN : 2086 - 5031
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
25
Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Gujarati, Damodar. 1985. Basic Econometrics. Tokyo : McGraw-Hill Book
Company
Johnston. 1984. Econometric Methods. Edisi Ketiga. New York : Mc Graw-Hill
Book Company
Maslow, Abraham. 1954. Motivation and Personality. New York : Harper &
Row. dalam Robbins, Stephen P. 1996. Perilaku Organisasi, Konsep,
Kontroversi, Aplikasi. Jakarta : Penerbit PT Prenhallindo
Robbins, Stephen P and Mary Coulter. 2002. Management. Seventh Edition.
Upper Saddle River, New Jersey : Pearson Education, Inc
Robbins, Stephen P. 1996. Perilaku Organisasi : Konsep, Kontroversi, Aplikasi.
Edisi Ketujuh. Edisi Bahasa Indonesia. Diterjemahkan Oleh Hadyana
Pujaatmaka. Jakarta: PT Prenhallindo
Robbins, Stephen P dan Mary Coulter. 2004. Manajemen. Edisi Bahasa
Indonesia. Edisi Ketujuh. Jilid 1. Jakarta : PT Indeks Group Gramedia
Robbins, Stephen P dan Mary Coulter. 2005. Manajemen. Edisi Bahasa
Indonesia. Edisi Ketujuh. Jilid 2. Jakarta : PT Indeks Group Gramedia
Suriasumantri, Jujun S. 2001. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Jakarta
: Pustaka Sinar Harapan
Stoner, James A. F. 1990. Manajemen. Terjemahan Alfonsus Sirait. Edisi Kedua
(Revisi). Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga
Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis, Bandung : Penerbit CV Alfabeta
Santoso, Singgih. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta :
Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia
Sumodiningrat, Gunawan. 1998. Ekonometrika. Yogyakarta : Penerbit BPFE
Said, Nurmal. 1991. “Pola Pembinaan Industri Kecil di Sumatera Barat”. Dalam
Syahrial Syarif. 1991. Industri Kecil dan Kesempatan Kerja. Padang :
Penerbit Pusat Penelitian Universitas Andalas, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan
Undang-undang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2008