Upload
milyasari
View
13
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
portofolio
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang sangat dominan di daerah tropis dan
sub tropis serta dapat mematikan atau membunuh lebih dari satu juta manusia di seluruh
dunia disetiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu Negara dengan Negara
lain dan dari satu kabupaten atau wilayah dengan wilayah lain. Menurut WHO, pada tahun
1990, 80% kasus di Afrika, dan kelompok potensial terjadinya penyebaran malaria
indigenous di Sembilan Negara yaitu: India, Brazil, Afganistan, Sri Langka, Thailand,
Indonesia, Vietnam, Cambodia dan China. Plasmodium Falciparum adalah spesies paling
dominan dengan 120 juta kasus baru pertahun, dan lebih dari satu juta kematian pertahun
secara global. Dalam tahun 1989 yang lalu WHO kembali mendeklarasikan penanggulangan
malaria menjadi prioritas global.
Di Indonesia malaria mempengaruhi angka kesakitan dan kematian bayi, anak balita, ibu
melahirkan dan produktivitas sumber daya manusia. Saat ini ditemui 15 juta penderita
malaria dengan angka kematian 30 ribu orang setiap tahun, sehingga pemerintah
memprioritaskan penangulangan penyakit menular dan penyehatan Lingkungan.
Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian dilakukan melalui program
pemberantasan malaria yang kegiatannya antara lain meliputi diagnosis dini, pengobatan
cepat dan tepat, surveilans dan pengendalian vektor yang kesemuanya ditujukàn untuk
memutus mata rantai penularan malaria.
Sejak tahun 1973 ditemukan pertamakali adanya kasus resistensi P. falciparum terhadap
klorokuin di Kalimantan Timur Sejak itu kasus resistensi terhadap klorokuin yang dilaporkan
semakin meluas Tahun 1990, dilaporkan telah terjadi resistensi parasit P. falciparum terhadap
klorokuin dan seluruh provinsi di Indonesia selain itu, dilaporkan juga adanya kasus
resistensi plasmodium terhadap Sulfadoksin-Pirimethamin (SP) dibeberapa tempat di
Indonesia Keadaan seperti ini dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas akibat penyakit
malaria OIeh sebab itu, upaya untuk menanggulangi masalah resistensi tersebut (multiple
drugs resistance), maka pemerintah telah merekomendasikan obat pilihan pengganti
klorokuin dan Sulfadoksin-Pirimethamin (SP) terhadap P. falciparum dengan terapi
kombinasi artemisinin (artemisinin combination therapy).
2
BAB II
ILUSTRASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 37 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Alamat : Gunung Agung
No. RM : 10 82 61
B. ANAMNESIS
Seorang pasien laki-laki umur 37 tahun masuk ke IGD RSUD Arga Makmur pada
tanggal 28 Juni pukul 17.24 WIB.
Keluhan Utama
Demam sejak lebih kurang 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang
- Demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, demam dirasakan tinggi secara tiba-
tiba, demam disertai menggigil.
- Sakit kepala sejak lebih kurang 3 hari sebelum masuk rumah sakit, sakit kepala dirasakan
hilang timbul.
- Pegal pegal di kaki dan tangan sejak 3 hari sebelum rumah sakit
- Mual dan muntah sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, muntah berisi makanan yang
dimakan.
- BAB dan BAK frekuensi dan warna biasa
Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya.
- Tidak ada menderita sakit DM, jantung, hipertensi sebelumnya
3
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan seperti ini.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : sedang
Kesadaran : Compos mentis cooperatif
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 100 x/ menit
Nafas : 24 x/menit
Suhu : 39 °C
Tinggi Badan : 165 cm
Berat Badan : 67 kg
Status Gizi : Baik
Status Generalis
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : JVP 5-2 cmH2O. Kelenjar getah bening dan tiroid tidak membesar
THT : tidak ada kelainan
Mulut : Typhoid tongue ( )
Thoraks
Paru
Inspeksi : simetris kiri = kanan
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba 1 jari medial linea midklavikula sinistra RIC V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Irama teratur, bising tidak ada
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
4
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, refilling kapiler < 2 detik, edema (-)
Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : 15,4 gr/dl
Leukosit : 4.600/mm3
Trombosit : 172.000/mm3
Hematokrit : 48%
Diff.count : 0/0/0/85/30/8
GDS : 91 mg/dl
Malaria : Malaria vivax (+)
Tes Widal : Salmonella typhi O (-)
H 1/80
Salmonella paratyphi A (-) a Negatif
B 1/80 b 1/80
C 1/80 c 1/80
Diagnosis
Malaria vivax
Tata laksana :
- IVFD RL 30 gtt/i
- Inj. Ranitidine iv 2 x 1 amp
- Inj. Antrain iv 3 x 1 amp
- Antimalaria 1 x 3 tab 3 hari
- Primakuin 1 x 1
Follow Up
5
29 Juni 2015
S/ demam (-), sakit kepala (+), mual (+), muntah (+)
O/
Kesadaran : CMC
TD : 110/70 mmhg,
Nadi : 76 x/mnt ,
Nfs : 24 x / mnt,
Suhu : 390C
A/ Malaria vivax
P/
- IVFD RL 30 gtt/i
- Inj. Ranitidine iv 2 x 1 amp
- Inj. Antrain iv 3 x 1 amp
- Antimalaria 1 x 3 tab H-1
- Primakuin 1 x 1
30 Juni 2015
S/ demam (-), sakit kepala (-), mual (-), muntah (-)
O/
Kesadaran : CMC
TD : 110/70 mmhg,
Nadi : 86 x/mnt ,
Nfs : 22 x / mnt,
Suhu : 390C
A/ Malaria vivax
P/
- IVFD RL 30 gtt/i
- Inj. Ranitidine iv 2 x 1 amp
- Inj. Antrain iv 3 x 1 amp
- Antimalaria 1 x 3 tab 3 hari
- Primakuin 1 x 1
- Pulang , lanjutkan primakuin sampai 14 hari
EDUKASI
6
- Hindari hal – hal yang menyebabkan berkumpulnya dan berkembangnya nyamuk
Anopheles betina :
o 3M ( Menguras bak mandi, menutup penampungan air, mengubur kaleng
bekas atau tempat berkembangnya nyamuk)
o Hindari baju yang bergelantungan di rumah
o Memakai kelambu saat tidur dan reppelant
o Melindungi ventilasi rumah dengan jaring nyamuk
- Minum obat (primakuin) sampai tuntas selama 14 hari
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 DEFINISI
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah.
Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Infeksi malaria dapat
berlangsung akut maupun kronik dan dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun
mengalami komplikasi sistemik yang dikenal dengan malaria berat.
3.2 ETIOLOGI
Penyebab infeksi malaria adalah plasmodium, yang selain menginfeksi manusia juga
menginfeksi binatang seperti golongan burung, reptil, mamalia. Termasuk genus plasmodium
dari famili plasmodiae.
Plasmodium ini pada manusia menginfeksi eritrosit dan mengalami pembiakan
aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk yaitu
anopheles betina. Secara keseluruhan ada lebih dari 100 plasmodium yang menginfeksi
binatang (82 pada jenis burung dan reptil dan 22 pada binatang primata).
Plasmodium malaria yang sering dijumpai ialah plasmodium vivax yang
menyebabkan malaria tertiana (Benign Malaria) dan plasmodium falciparum yang
menyebabkan malaria tropika (Malignan Malaria). Kasus plasmodium malariae jarang
ditemukan. Plasmodium ovale pernah dilaporkan dijumpai di Irian Jaya, pulau Timor, pulau
Owi (utara Irian Jaya).
3.3 DISTRIBUSI DAN INSIDEN
Infeksi malaria tersebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Amerika
(bagian selatan) dan daerah Oceania dan kepulauan Caribia. Lebih dari 1,6 triliun manusia
terpapar oleh malaria dengan dugaan morbiditas 200-300 juta dan mortalitas lebih dari 1 juta
pertahun.
8
P. falciparum dan P. malariae umumnya dijumpai pada semua negara dengan malaria;
di Afrika, Haiti dan Papua Nugini umumnya P. falciparum; P. vivax banyak di Amerika
Latin. Di Amerika Selatan; Asia Tenggara, Oceania dan India umumnya P. falciparum dan P.
vivax. P. ovale biasanya hanya di Afrika. Di Indonesia kawasan timur mulai dari Kalimantan,
Sulawesi Tengah sampai ke utara, Maluku, Irian Jaya dan dari Lombok sampai Nusa
Tenggara Timur merupakan daerah endemis malaria dengan P. falciparum dan P. vivax. P.
malariae dapat ditemukan di beberapa provinsi antara lain Lampung, Nusa Tenggara Timur
dan Papua. P. ovale pernah ditemukan di Nusa Tenggara Timur dan Papua. Pada beberapa
daerah di Sumatera kasus malaria cenderung meningkat.
3.4 TRANSMISI DAN EPIDEMIOLOGI
Infeksi parasit malaria pada manusia mulai bila nyamuk anopheles betina menggigit
manusia dan nyamuk akan melepaskan sporozoit ke dalam pembuluh darah dimana sebagian
besar dalam waktu 45 menit akan menuju ke hati dan sebagian kecil sisanya akan mati di
darah. Di dalam sel parenkim hati mulailah perkembangan aseksual (intrahepatic schizogony
atau pre-erythrocytes schizogony). Perkembangan ini memerlukan waktu 5,5 hari untuk P.
falciparum dan 15 hari untuk P. malariae. Setelah sel parenkim hati terinfeksi, terbentuk
sizont hati yang apabila pecah akan mengeluarkan banyak merozoit ke sirkulasi darah. Pada
P. vivax dan ovale. Sebagian parasit di dalam sel hati membentuk hipnozoit yang dapat
bertahan sampai bertahun-tahun, dan bentuk ini yang akan menyebabkan terjadinya relaps
pada malaria.
Setelah berada dalam sirkulasi darah merozoit akan menyerang eritrosit dan masuk
melalui reseptor permukaan eritrosit. Pada P. vivax reseptor ini berhubungan dengan faktor
antigen Duffy Fya atau Fyb. Hal ini menyebabkan individu dengan golongan darah Duffy
negatif tidak terinfeksi malaria vivax. Dalam waktu kurang dari 12 jam parasit brubah
menjadi bentuk ring, pada P. falciparum menjadi bentuk stereo – headphones, yang
mengandung kromatin dalam intinya dikelilingi sitoplasma. Parasit tumbuh setelah memakan
hemoglobin dan dalam metabolismenya membentuk pigmen yang disebut hemozoin yang
dapat dilihat secara mikroskopik. Eritrosit yang berparasit menjadi lebih elastik dan dinding
berubah lonjong, pada P. falciparum dinding eritrosit membentuk tonjolan yang disebut knob
yang nantinya penting dalam proses cytoadherence dan rosetting. Setelah 36 jam invasi ke
dalam eritrosit, parasit berubah menjadi sizont, dan bila sizont pecah akan mengeluarkan 6 -
9
36 merozoit dan siap menginfeksi eritrosit yang lain. Siklus aseksual ini pada P. falciparum,
P. vivax dan P. ovale ialah 48 jam dan pada P. malariae adalah 72 jam.
Di dalam darah sebagian parasit akan membentuk gamet jantan dan betina, dan bila
nyamuk menghisap darah manusia yang sakit akan terjadi siklus seksual dalam tubuh
nyamuk, Setelag terjadi perkawinan akan terbentuk zygote dan menjadi lebih bergerak
menjadi ookinet yang menembus dinding perut nyamuk dan akhirnya menjadi bentuk oocyst
yang akan menjadi masak dan mengeluarkan sporozoit yang akan bermigrasi ke kelenjar
ludah nyamuk dan siap menginfeksi manusia.
Tingginya side positive rate (SPR) menentukan endemisitas suatu daerah dan pola
klinis penyakit malaria akan berbeda. Secara tradisi endemisitas daerah dibagi menjadi :
- Hipoendemik : bila parasit rate atau spleen rate 0 - 10%
- Mesoendemik : bila parasit rate atau spleen rate 10 – 50%
- Hiperendemik : bila parasit rate atau spleen rate 50 - 75%
- Holoendemik : bila parasit rate atau spleen rate >75%
Parasit rate dan spleen rate ditentukan pada pemeriksaan anak-anak usia 2 – 9 tahun. Pada
daerah holoendemik banyak penderita anak-anak dengan anemia berat, pada daerah
hiperendemik dan mesoendemik mulai banyak malaria serebral pada usia akanak-kanak (2 –
10 tahun), sedangkan pada daerah hipoendemik/daerah tidak stabil banyak dijumpai malaria
serebral, malaria dengan gangguan fungsi hati atau gangguan fungsi ginjal pada usia dewasa.
3.5 PATOGENESIS
Setelah melalui jaringan hati, P. falciparum melepaskan 18-24 merozoit ke dalam
sirkulasi. Merozoit yang dilepaskan akan masuk dalam sel RES di limpa dan mengalami
fagositosis serta filtrasi. Merozoit yang lolos dari filtrasi dan fagositosis di limpa akan
menginvasi eritrosit. Selanjutnya parasit berkembang biak secara aseksual dalam eritrosit.
Bentuk aseksual parasit dalam eritrosit (EP) inilah yang bertanggung jawab dalam
patogenesis terjadinya malaria pada manusia. Patogenesis malaria yang banyak diteliti adalah
patogenesis yang disebabkan oleh P. falciparum.
10
Patogenesis malaria falsiparum dipengaruhi oleh faktor parasit dan Faktor penjamu
(host). Yang termasuk dalam faktor parasit adalah intensitas transmisi, densitas parasit dan
virulensi parasit. Sedangkan yang masuk dalam faktor penjamu adalah tingkat endemisitas
daerah tempat tinggal, genetik, usia, status nutrisi dan status imunologi. Parasit dalam
eritrosit (EP) secara garis besar mengalami 2 stadium, yaitu stadium cincin pada 24 jam I dan
stadium matur pada 24 jam ke II. Permukaan EP stadium cincin akan menampilkan antigen
RESA ( Ring-erythrocyte surface antigen) yang menghilang setelah parasit masuk stadium
matur. Permukaan membran EP stadium matur akan mengalami penonjolan dan membentuk
knob dengan Histidin Rich-protein-1 (HRP-1) sebagai komponen utamanya. Selanjutnya bila
EP tersebut mengalami merogoni, akan dilepaskan toksin malaria berupa GPI yaitu
glokosilfosfatidilinositol yang merangsang pelepasan TNF-α dan interleukin-1 (IL-1) dari
makrofag.
3.6 GEJALA KLINIS
Manifestasi klinik malaria tergantung pada imunitas penderita, tingginya transmisi
infeksi malaria. Berat/ringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis pasmodium (P. falciparum
sering memberikan komplikasi), daerah asal infeksi (pola resistensi terhadap pengobatan),
umur (usia lanjut dan bayi sering lebih berat), ada dugaan konstitusi genetik, keadaan
kesehatan dan nutrisi, kemoprofilaksis dan pengobatan sebelumnya.
Malaria mempunya gambaran karakteristik demam periodik, anemia dan
splenomegali. Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing plasmodium (Tabel 1). Keluhan
prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa kelesuan, malaise, sakit kepala,
sakit pada tubuh bagian belakang, merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang, demam
ringan, anoreksia, perut tak enak, diare ringan. Keluhan prodromal sering terjadi pada P.
vivax dan ovale, sedang pada P. falciparum dan malariae keluhan prodormal tidak jelas
bahkan gejala dapat mendadak.
Tabel 1 : Masa Inkubasi Penyakit Malaria
Plasmodium Masa inkubasi (hari)
11
P. falciparum 9 – 14
P. vivax 12 – 17
P. ovale 16 – 18
P. malariae 18 – 40
Gejala yang klasik yaitu terjadinya “Trias Malaria” secara berurutan: periode dingin
(15-60 menit) : mulai menggigil, penderita sering membungkus diri dengan selimut dan pada
saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk. Diikuti dengan
meningkatnya temperatur; diikuti dengan periode panas : penderita muka merah, nadi cepat,
dan panas badan tetap tinggi beberapa jam, diikuti dengan keadaan berkeringat; kemudian
periode berkeringat : penderita berkeringat banyak dan temperatur turun, dan penderita
merasa sehat. Trias malaria lebih sering terjadi pada infeksi P. vivax, pada P. falciparum
menggigil dapat berlangsung berat ataupun tidak ada. Periode tidak panas berlangsung 12
jam pada P. falciparum, 36 jam pada P. vivax dan ovale, 60 jam pada P. malariae.
Anemia merupakan gejala yang sering dijumpau pada infeksi malaria. Spenomegali
sering dijumpai pada penderita malaria, limpa akan teraba setelah 3 hari dari serangan infeksi
akut, limpa menjadi bengkak dan nyeri.
Beberapa keadaan klinik dalam perjalanan infeksi malaria adalah :
Serangan prmier : yaitu keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi serangan
paroksismal yang terdiri dari dingin/menggigil; panas dan berkeringat. Serangan paroksismal
ini dapat pendek atau panjang tergantung dari perbanyakan parasit dan keadaan imunitas
penderita.
Periode latent : yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadinya infeksi
malaria, Biasanya terjadi diantara dua keadaan paroksismal.
Recrudescence : berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah
berakhirnya serangan primer. Recrudescence dapat terjadi berupa berulangnya gejala klinik
sesudah periode laten dari serangan primer.
Reccurence : yaitu berulangnya gejala klinik atau parasitemia setelah 24 minggu berkahirnya
serangan primer.
12
Relapse atau Rechute : yaitu berulanganya gejala klinik atau parasitemia yang lebih lama dari
waktu diantara serangan periodik dari infeksi primer yaitu setelah periode yang lama dari
masa latent (sampai 5 tahun), biasanya terjadi karena infeksi tidak sembuh atau oleh bentuk
di luar eritrosit (hati) pada malaria vivax atau ovale.
3.7 DIAGNOSIS
3.7.1. Anamnesis
Pada anamnesis sangat penting diperhatikan :
a. Keluhan utama : demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual,
muntahm diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
b. Riwayat berkunjung dan bermalam 1 – 4 minggu yang lalu ke daerah endemik
malaria.
c. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria
d. Riwayat sakit malaria
e. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir
f. Riwayat mendapat transfusi darah
Selain hal di atas pada penderita tersangka malaria berat, dapat ditemukan keadaan di bawah
ini:
a. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat
b. Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
c. Kejang-kejang
d. Panas sangat tinggi
e. Mata atau tubuh kuning
f. Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan
g. Nafas cepat dan atau sesak nafas
h. Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum
i. Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman
j. Jumlah air seni kurang (oliguria) sampai tidak ada
k. Telapak tangan sangat pucat
3.7.2. Pemeriksaan Fisik
1. Demam (pengukuran dengan termometer >37,5oC
2. Konjungtiva atau telapak tangan pucat
3. Splenomegali
13
4. Hepatomegali
Pada tersangka malaria berat ditemukan tanda-tanda klinis sebagai berikut :
1. Temperatur rektal 40oC
2. Nadi cepat dan lemah
3. Tekanan darah sistolik <70 mmHg pada orang dewasa dan pada anak-anak <50
mmHg
4. Frekuensi nafas >35 x/menit pada orang dewasa atau >40 x/menit pada balita, anak di
bawah 1 tahun >50 x/menit
5. Penurunan derajat kesadaran dengan GCS <11
6. Manifestasi perdarahan (petekie, purpura, hematom)
7. Tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir kering,
produksi air seni berkurang).
8. Tanda-tanda anemia berat (konjungtiva pucat, telapak tangan pucat, lidah pucat)
9. Terlihat mata ikterik
10. Adanya ronki pada kedua paru
11. Splenomegali dan hepatomegali
12. Gagal ginjal ditandai dengan oliguria sampai dengan anuria
13. Gejala neurologi (kaku kuduk, reflek patologik)
3.7.3. Diagnosis atas dasar pemeriksaan laboratorium
I. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan Tetes Darah Untuk Malaria
Pemeriksaan satu kali dengan hasil negatif tidak mengenyampingkan diagnosis
malaria. Pemeriksaan darah tepi 3 kali dan hasil negatif maka diagnosis malaria dapat
dikesampingkan. Pemeriksaan pada saat penderita demam dapat meningkatkan kemungkinan
ditemukannya parasit. Pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan melalui :
Tetesan preparat darah tebal
Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria. Pemeriksaan parasit
dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100 lapang pandang dengan pembesaran kuat).
Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal dengan menghitung jumlah parasit per 200
leukosit. Bila leukosit 10.000/µl maka hitung parasitnya ialah jumlah parasit dikalikan 50
merupakan jumlah parasit per mikro-liter darah.
14
Tetesan darah tipis
Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila dengan preparat darah tebal sulit
ditentukan. Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit, dapat dilakukan berdasarkan
jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah merah. Bila jumlah parasit
>100.000/µl darah menandakan infeksi yang berat. Pengecatan dilakukan dengan cat Giemsa,
atau Leishman’s atau Field’s dan juga cat Romanowsky.
Pemeriksaan sediaan darah tebal dan tipis untuk menentukan :
1. Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif)
2. Spesies dan stadium pasmodium
3. Kepadatan parasit :
a. Semi kuantitatif
(-) = negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB/lapangan
pandang besar)
(+) = positif 1 (ditemukan 1 – 10 parasit dalam 100 LPB)
(++) = positif 2 (ditemukan 11 – 100 parasit dalam 100 LPB)
(+++) = positif 3 (ditemukan 1 – 10 parasit dalam 1 LPB)
(++++) = positif 4 (ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB)
b. Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada sediaan darah tebal (leukosit)
atau sediaan darah tipis (eritrosit).
II. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan menggunakan
metode imunokromatografi, dalam bentuk dipstik.
Tes yang tersedia di pasaran saat ini mengandung :
1. HRP-2 (Histidine Rich Protein 2) yang diproduksi oleh trofozoit, skizon dan
gametosit muda P. falciparum.
2. Enzim parasite lactate dehydrogenase (p-LDH) dan aldolase yang diproduksi oleh
parasit bentuk aseksual atau seksual P. vivax, P. ovale dan P. malariae
Tes Serologi
15
Tes ini memakai teknik indirect fluorescent antibody test. Tes ini berguna mendeteksi adanya
antibodi spesifik terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini
kurang bermanfaat sebagai alat diagnostik sebab antibodi baru terjadi setelah beberapa hari
parasitemia. Metode tes serologi antara lain indirect haemagglutination test, immuno-
precipitation techniques, ELISA test, radio immunoassay.
Pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknologi amplifikasi DNA, waktu dipakai
cukup cepat dan sensitivitas maupun spesitifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun
jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil positif.
III. Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat:
1. Hemoglobin dan hematokrit
2. Hitung jumlah leukosit, trombosit
3. Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali fosfatase,
albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, analisis gas darah)
4. EKG
5. Foto toraks
6. Analisis cairan serebrospinalis
7. Biakan darah dan uji serologi
8. Urinalisis
3.8 DIAGNOSIS BANDING
Demam merupakan salah satu gejala malaria yang menonjol, yang juga dijumpai pada
hampir semua penyakit infeksi seperti infeksi virus pada sistem respiratorius, influenza,
bruselosis, demam tifoid, demam dengue, dan infeksi bakterial lainnya seperti pneumonia,
infeksi saluran kemih, tuberkulosis. Pada malaria dengan ikterus, diagnosis banding ialah
demam tifoid dengan hepatitis, kolesistitis, abses hati, dan leptospirosis. Pada malaria
serebral harus dibedakan dengan infeksi pada otak lainnya seperti menigitis. Ensefalitis,
tifoid ensefalopati, tripanososmiasis. Penurunan kesadaran dan koma dapat terjadi pada
gangguan metabolik (diabetes, uremi), gangguan serebrovaskular (stroke), eklampsia,
epilepsi dan tumor otak.
16
3.9 PENATALAKSANAAN
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan membunuh semua
stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia.Adapun tujuan pengobatan radikal untuk
mendapat kesembuhan kilinis dan parasitologik serta memutuskan rantai penularan.
Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena
bersifat iritasi lambung, oleh sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu setiap akan
minum obat anti malaria.2
1. Malaria Falsiparum
Lini pertama pengobatan malaria falsiparum adalah seperti yang tertera dibawah ini:
Lini pertama = Artesunat + Amodiakuin + Primakuin
Setiap kemasan Artesunat + Amodiakuin terdiri dari 2 blister, yaitu blister amodiakuin
terdiri dari 12 tablet @ 200 mg = 153 mg amodiakuin basa, dan blister artesunat terdiri dari
12 tablet @ 50 mg. Obat kombinasi diberikan per-oral selama tiga hari dengan dosis tunggal
harian sebagai berikut:
Amodiakuin basa = 10 mg/kgbb dan Artesunat = 4 mg/kgbb.
Primakuin tidak boleh diberikan kepada:
lbu hamil
Bayi < 1 tahun
Penderita defisiensi G6-PD 2
Pengobatan lini kedua malaria falsiparum diberikan, jika pengobatan lini pertama tidak
efektif dimana ditemukan: gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak
berkurang (persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi). 2
Lini kedua = Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin
Kina tablet
Kina diberikan per-oral, 3 kali sehari dengan dosis 10 mg/kgbb/kali selama 7(tujuh) hari. 2
Doksisiklin
Doksisiklin diberikan 2 kali per-hari selama 7 (tujuh) hari, dengan dosis orang dewasa adalah
4 mg/Kgbb/hari, sedangkan untuk anak usia 8-14 tahun adalah 2 mg/kgbb/hari. Doksisiklin
17
tidak diberikan pada ibu hamil dan anak usia<8 tahun. Bila tidak ada doksisiklin, dapat
digunakan tetrasiklin. 2
Tetrasiklin
Tetrasiklin diberikan 4 kali perhari selama 7 (tujuh) hari, dengan dosis 4- 5 mg/kgbb/kali
Seperti halnya doksisiklin, tetrasiklin tidak boleh diberikan pada anak dengan umur di bawah.
8 tahun dan ibu hamil.
Primakuin
Pengobatan dengan primakuin diberikan seperti pada lini pertama.
Untuk penderita malaria mix (P.falciparum + P.vivax) dapat diberikan pengobatan obat
kombinasi peroral selama tiga hari dengan dosis tunggal harian sebagai berikut:
Amodiakuin basa = 10 mg/kgbb dan Artesunat = 4 mg/kgbb ditambah dengan
primakuin 0,25 mg/ kgbb selama 14 hari. 2
Malaria mix = Artesunat + Amodiakuin + Primakuin
2. Pengobatan malaria vivaks, malaria ovale, malaria malariae
A. Malaria vivaks dan ovale
Lini pertama pengobatan malaria vivaks dan malaria ovale adalah seperti yang tertera
dibawah ini:
Lini Pertama = Klorokuin + Primakuin
Kombinasi ini digunakan sebagai pilihan utama untuk pengobatan malaria vivaks dan malaria
ovale. 2
Klorokuin
Klorokuin diberikan 1 kali per-hari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg basa/kgbb. 2
Primakuin
Dosis Primakuin adalah 0.25 mg/kgbb per hari yang diberikan selama 14 hari dan diberikan
bersama klorokuin.Seperti pengobatan malaria falsiparum, primakuin tidak boleh diberikan
kepada: ibu hamil, bayi <1 tahun, dan penderita defisiensi G6-PD. 2
Pengobatan malaria vivaks resisten klorokuin
18
Lini kedua : Kina + Primakuin
Primakuin
Dosis Primakuin adalah 0,25 mg/kgbb per hari yang diberikan selama 14 hari. Seperti
pengobatan malaria pada umumnya, primakuin tidak boleh diberikan kepada Ibu hamil, bayi
< 1tahun, dan penderita defisiensi G6-PD.
*) Dosis kina adalah 30mg/kgbb/hari yang diberikan 3 kali per hari. Pemberian kina pada
anak usia di bawah 1 tahun harus dihitung berdasarkan berat badan.
Dosis dan cara pemberian primakuin adalah sama dengan cara pemberian primakuin pada
malaria vivaks terdahulu yaitu 0.25 mg/kgbb perhari selama 14 hari. 2
B. Pengobatan malaria vivaks yang relaps
Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) sama dengan regimen sebelumnya
hanya dosis perimakuin ditingkatkan Klorokuin diberikan 1 kali per-hari selama 3 hari,
dengan dosis total 25 mg basa/kgbb dan primakuin diberikan selama 14 hari dengan dosis 0,5
mg/kgbb/hari. Dosis obat juga dapat ditaksir dengan memakai tabel dosis berdasarkan
golongan Umur penderita tabel III.2.3. 2
C. Pengobatan malaria malariae
Pengobatan malaria malariae cukup diberikan dengan klorokuin 1 kali per-hari selama 3
hari, dengan dosis total 25 mg basa/kgbb Pengobatan juga dapat diberikan berdasarkan
golongan umur penderita tablel III.2.4. 2
DAFTAR PUSTAKA
19
1. Ramdja M, Mekanisme Resistensi Plasmodium Falsiparum Terhadap Klorokuin. MEDIKA. No. XI, Tahun ke XXIII. Jakarta, 1997; Hal: 873.
2. Kartono M. Nyamuk Anopheles: Vektor Penyakit Malaria. MEDIKA. No.XX, tahun XXIX. Jakarta, 2003; Hal: 615.
3. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Jakarta, 2006; Hal:1-12, 15-23, 67-68.
4. Harijanto PN. Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi IV. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2006; Hal: 1754-60.
5. Gunawan S. Epidemiologi Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; Hal: 1-15.
6. Rampengan TH. Malaria Pada Anak. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; Hal: 249-60.
7. Nugroho A & Tumewu WM. Siklus Hidup Plasmodium Malaria. Dalam Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; Hal: 38-52.
8. Harijanto PN, Langi J, Richie TL. Patogenesis Malaria Berat. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; Hal: 118-26.
20