Upload
nguyenkiet
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN KASUS
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian
Saraf
LOW BACK PAIN NON SPESIFIK
Diajukan Kepada:
Pembimbing:
dr Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc
Disusun Oleh:
Diary Arina Qonita 1610221137
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN
ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS VETERAN JAKARTA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA
2017
1
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Usia : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Baran Gunung 7/7 Baran Ambarawa
Pekerjaan : Satpam
Masuk Rumah Sakit : 29 April 2018
Keluar Rumah Sakit : 3 Mei 2018
B. ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 30 April 2018, pukul 15.00
WIB di Bangsal Mawar RSUD Ambarawa.
C. KELUHAN UTAMA:
Nyeri punggung bawah sejak 2 jam SMRS
D. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
Pasien manyatakan bahwa sekitar 1 tahun ini pasien sering mengalami pegal-
pegal di punggung dan pinggang dan terasa sedikit nyeri. Tetapi pasien tidak
menghiraukan hal tersebut karena tidak mengganggu aktivitas pasien, sehingga pasien
tidak minum obat atau memeriksakan ke dokter. Setelah tidur nyeri dan pegal-pegal
dipunggung sudah hilang. Kemudian sebulan yang lalu pasien pernah mengeluhkan
megalami susah BAK, kencing keluar sedikit-sedikit dan sering anyang-anyangan,
keluhan kencing berpasir, keluhan kencing kemerahan disangkal, demam disangkal.
Kemudian pada hari minggu tanggal 3 Mei 2018, pasien dibawa ke IGD
RSUD Ambarawa dengan keluhan keluhan nyeri pada punggung bagian bawah. Nyeri
dirasakan sejak 2 jam SMRS. Lokasi nyeri yaitu pada punggung bawah dekat tulang
ekor sisi kiri. Rasa nyeri yang rasa seperti ditusuk benda tajam, tidak ada rasa panas
atau terbakar. Nyeri yang dirasakan tidak menjalar ke anggota gerak bawah. Nyeri
dirasakan terus- menerus dan semakin nyeri bila pasien berganti posisi. Oleh karena
2
itu pasien tidak bisa duduk atau berdiri, untuk mengurangi rasa nyeri pasien hanya
tiduran saja. Saat itu pasien sedang menyuci motor lalu muncul rasa nyeri paa
punggung pasien, sehingga pasien langsung menghentikan aktivitas nya dan berteriak
kesakitan minta tolong. Saat ditanya dari 1-10 berapakah skala untuk rasa nyeri nya
pasien menyatakan skala nya 8, karena sampai menangis untuk menahan nyerinya.
Pasien belum minum obat apapun dan langsung dibawa oleh keluarga ke IGD.
Di IGD pasien dilakukan foto rontgen lumbosacral AP/lateral kemudian
diberikan injeksi ketorolac sebagai anti nyeri. Lalu pasien dipindahkan ke bangsal
perawatan mawar. Pada saat dilakukan anamnesa yaitu pada hari Senin, tanggal 30
Mei 2018, nyeri yang dirasa sudah membaik, pasien sudah dapat berganti posisi
berbaring, mengangkat kaki dan setengah duduk. Tidak ada nyeri ketika batuk atau
mengejan Keluhan lemah pada anggota gerak dan kesemutan juga sangkal oleh
pasien. Pasien tidak mengeluh nyeri kepala dan demam. Pasien menyatakan BAB dan
BAK normal tidak ada gangguan. Nafsu makan baik. Pasien bercerita bahwa
pekerjaan nya adalah satpam, dia sudah menjalani pekerjaan ini selama 13 tahun,
dimana keseharian nya hanya duduk saja selama 12 jam. Saat ditanya apakah
sebelumnya ada riwayat jatuh, pasien menyangkal. Riwayat menggangkat benda-
benda berat disangkal.
E. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:
Riwayat jatuh pada daerah punggung bawah : disangkal
Riwayat sering mengangkat benda berat : disangkal
Riwayat gangguan ginjal : disangkal
F. RIWAYAT PENGOBATAN
Pasien belum minum obat untuk mengurangi rasa nyeri di bagian punggung.
G. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
Riwayat asma dan alergi : disangkal
Riwayat kelemahan anggota gerak : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
3
Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat TBC, batuk darah : disangkal
H. RIWAYAT PRIBADI DAN SOSIAL EKONOMI :
Pasien merupakan seorang petugas keamanan atau satpam. Pasien berkerja dalam
posisi duduk selama 12 jam per hari dan pekerjaan itu sudah dilakukan selama 13 tahun.
Pasien menyangkal sering mengangkat barang-barang berat. Pasien mengaku tidak merokok,
tidak minum alkohol dan jarang melakukan olahraga. Pasien sering minum kopi dan teh, dan
jarang minum air putih. Dalam sehari pasien mengaku hanya menghabiskan 1 botol aqua
ukuran sedang. Pasien mengaku sehari-hari makan sayur, lauk (ikan/ayam/daging sapi), tahu,
tempe dan buah secara seimbang dan gemar konsumsi gorengan.
I. ANAMNESIS SISTEM :
Sistem Serebrospinal : Tidak ada keluhan
Sistem Kardiovaskuler : Tidak ada keluhan
Sistem Respirasi : Tidak ada keluhan
Sistem Gastrointestinal : Tidak ada keluhan
Sistem Muskuloskeletal : Nyeri punggung bawah sebelah kiri
diakui
Sistem Integumen : Tidak ada keluhan
Sistem Urogenita : Riwayat kencing sulit dan anyang-anyangan.
J. RESUME ANAMNESIS
Pasien mengeluhkan nyeri pada punggung bagian bawah sejak 2 jam masuk IGD
RSUD Ambarawa. Nyeri pada punggung bawah sebelah kiri terjadi tiba-tiba seperti
ditusuk saat pasien sedang menyuci motor. Pasien menyatakan nyeri bertambah bila
bergerak, sehingga untuk memperingan nyeri yang timbul pasien tiduran saja. Saat
ditanya dari 1-10 berapakah skala untuk rasa nyeri nya pasien menyatakan skala nya
8. Pasien menyatakan belum memeriksakan ke dokter atau minum obat apapun untuk
mengurangi nyerinya. Pasien sebelumnya tidak ada riwayat jatuh. Pasien bercerita
bahwa pekerjaan nya adalah satpam dimana keseharian nya hanya duduk saja selama
12 jam. Riwayat menggangkat benda-benda berat disangkal. Ada riwayat susah
kencing beberapa bulan yang lalu.
4
DISKUSI PERTAMA
Berdasarkan anamnesis, didapatkan keluhan utama nyeri punggung bawah
sebelah kiri. Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah atau berpotensi
terjadi atau digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut (International Association for
the Study of Pain, 1994).
Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah,
dapat merupakan nyeri lokal (inflamasi), maupun nyeri yang berasal dari daerah lain
(refered pain). Jika ditinjau dari sumbernya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi nyeri
somatik luar, somatik dalam, dan viseral. Nyeri somatik luar dapat berasal dari kulit. Nyeri
somatik dalam dapat berasal dari tulang, otot, dan sendi. Kemungkinan terjadinya nyeri
akibat sprain atau strain pada otot juga bisa dicurigai. Sedangkan nyeri viseral berasal dari
organ viseral atau membran yang menutupinya.
Jika ditinjau dari jenisnya, nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri nosiseptif,
neurogenik, dan psikogenik. Nyeri nosiseptif timbul karena adanya kerusakan pada
jaringan somatik atau viseral sedangan nyeri neurogenik disebabkan oleh cedera pada jalur
serat saraf perifer.
Nyeri pada punggung bawah sebelah kiri dirasaseperti ditusuk saat pasien sedang
menyuci motor. Nyeri pada punggung sangat umum terjadi dan biasa disebut dengan Low
Back Pain. Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah
kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri yang dirasakan
pasien bersifat akut rekuren karena nyeri terjadi kuranag dari 1 minggu dan sebelumnya
nyeri berulang dalam setahun teakhir. Low back pain dibagi menjadi dua yaitu spesifik
dan non spesifik, low back pain spesifik terjadi bila nyeri punggung melibatkan kerusakan
tulang belakang dan saraf, sedangkan low back pain non spesifik jika nyeri punggung
yang terjadi tidak melibatkan saraf atau sumber nyeri berasal dari organ viseral.
Pasien menyatakan bahwa dari skala 1-10, skala nyeri yang diderita 8, sehingga
dikatagorikan sebagai nyeri berat. Pasien menyatakan nyeri bertambah bila bergerak,
sehingga untuk memperingan nyeri yang timbul pasien tiduran saja. Hal ini menunjukan
bahwa kontraksi dari otot dapat mempengaruhi rasa nyeri tersebut sehingga pasien lebih
nyaman tiduran saja.
5
Keluhan kelemahan pada anggota gerak bawah disangkal oleh pasien, hal ini
menujukan bukan suatu kerusakan pada sistem saraf pusat yang dapat menyebakan
fungsi motorik terganggu. Kemudian keluhan kaki kesemutan disangkal sehingga nyeri
yang terjadi tidak menimbulkan gangguan pada sistem sensorik. Pasien mengeluh
setahun belakangan pasien sudah merasakan pegal-pegal dan nyeri pada punggung
bawah namun tidak dihiarukan karena tidak mengganggu aktivitas, hal ini menunjukan
bahwa penyebab nyeri yang terjadi sudah berlangsung sejak lama. Riwayat trauma
disangkal dapat menyingkirkan kemungkinan nyeri pinggang akibat trauma tulang
belakang namun pada pasien tidak ada riwayat trauma. Pasien mengaku berkerja sebagai
satpam dan berkerja dalam posisi duduk selama 12 jam dimana kebiasaan duduk yang
lama diketahui dapat, menyebabkan ketegangan otot-ototdan keregangan ligamentum
tulang belakang, apalagi bila posisi duduk salah, sehingga sering menimbulkan nyeri
punggung.
Riwayat BAB dan BAK normal, menandakan keluhan yang dialami tidak
mengganggu fungsi vegetatif pasien. Namun beberapa bulan yang lalu pasien memiliki
riwayat sulit kencing, terasa anyang-anyangan dan kencing sedikit. Hal ini menunjukan
ada nya indikasi bahwa pasien mengalami batu saluran kemih, dimana batu saluran
kemih juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Nyeri kolik merupakan nyeri yang
disebabkan sumbatan pada organ berongga. Sehingga untuk membuktikan hal tersebut
diperlukan pemeriksaan USG Abdomen.
A. NYERIDefinisi Nyeri
Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah atau berpotensi
terjadi atau digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut (International Association
for the Study of Pain, 1994).
Klasifikasi nyeri
A. Berdasarkan Durasi Nyeri
Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Nyeri akut, nyeri yang biasanya berhubungan dengan kejadian atau kondisi yang
dapat dideteksi dengan mudah. Nyeri akut merupakan suatu gejala biologis yang
6
merespon stimuli nosiseptor (reseptor rasa nyeri) karena terjadinya kerusakan
jaringan tubuh akibat penyakit atau trauma. Nyeri ini biasanya berlangsung
sementara, kemudian akan mereda bila terjadi penurunan intensitas stimulus pada
nosiseptor dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Contoh nyeri akut ialah
nyeri akibat kecelakaan atau nyeri pasca bedah.
2. Nyeri kronik, nyeri yang dapat berhubungan ataupun tidak dengan fenomena
patofisiologik yang dapat diidentifikasi dengan mudah, berlangsung dalam
periode yang lama dan merupakan proses dari suatu penyakit. Nyeri kronik
berhubungan dengan kelainan patologis yang telah berlangsung terus menerus
atau menetap setelah terjadi penyembuhan penyakit atau trauma dan biasanya
tidak terlokalisir dengan jelas.
B. Berdasarkan Patofisiologi
1. Nyeri nosiseptif
Kata nosisepsi berasal dari kata “noci” dari bahasa Latin yang artinya harm atau
injury dalam bahasa Inggris atau luka atau trauma. Kata ini digunakan untuk
menggambarkan respon neural hanya pada traumatik atau stimulus noksius. Nyeri
nosiseptif disebabkan oleh aktivasi ataupun sensitisasi dari nosiseptor perifer,
reseptor khusus yang mentransduksi stimulus noksius disebabkan aktivasi dari
serabut saraf tipe A- δ dan tipe C yang berespon terhadap stimulus nyeri (seperti
trauma, penyakit, dan inflamasi). Rasa nyeri berasal dari organ viseral dinamakan
nyeri viseral, sebaliknya nyeri yang berasal dari jaringan seperti kulit, otot, kapsul
sendi, dan tulang dinamakan nyeri somatik. Nyeri somatik dibagi menjadi nyeri
somatik superfisial dan nyeri somatik dalam.
2. Nyeri neuropatik
Disebabkan oleh proses sinyal tambahan dari sistem saraf perifer atau
sistem saraf pusat. Dengan kata lain, nyeri neuropatik berhubungan dengan trauma
sistem saraf. Yang paling sering menyebabkan nyeri neuropatik adalah trauma,
inflamasi, penyakit metabolik (diabetes), infeksi (herpes zooster), tumor, racun,
dan penyakit saraf primer.Nyeri neuropatik dapat bersifat terus menerus atau
episodik dan digambarkan dalam banyak gambaran seperti rasa terbakar, tertusuk,
shooting, seperti kejutan listrik, pukulan, remasan, spasme atau dingin. Beberapa
7
hal yang mungkin berpengaruh pada terjadinya nyeri neuropatik yaitu sensitisasi
perifer, timbulnya aktifitas listrik ektopik secara spontan, sensitisasi sentral,
reorganisasi struktur, adanya proses disinhibisi sentral, dimana mekanisme
inhibisi dari sentral yang normal menghilang, serta terjadinya gangguan pada
koneksi neural, dimana serabut saraf membuat koneksi yang lebih luas dari yang
normal. Nyeri neuropatik merupakan nyeri yang ditimbulkan akibat kerusakan
neural pada saraf perifer maupun pada sistem saraf pusat yang meliputi jalur saraf
aferen sentral dan perifer, biasanya digambarkan dengan rasa terbakar dan
menusuk. Pasien yang mengalami nyeri neuropatik sering memberi respon yang
kurang baik terhadap analgesik opioid.
C. Berdasarkan Lokasi/ Letak
1. Radiating pain: Nyeri menyebar dari sumber nyeri ke jaringan di dekatnya.
2. Referred pain (nyeri proyeksi): Nyeri dirasakan pada bagian tertentu tubuh tertentu
yang diperkirakan berasal dari jaringan penyebab.
3. Intractable pain: Nyeri yang sangat susah dihilangkan
4. Phantom pain: Sensasi nyeri dirasakan pada bagian tubuh yang hilang ( contoh : pada
bagian tubuh yang diamputasi atau pada bagian tubuh yang lumpuh).
8
D. Nyeri berdasarkan ringan beratnya
1. Nyeri ringan
Nyeri Ringan Nyeri ringan adalah nyeri yang timbul dengan intensitas yang ringan.
Pada nyeri ringan biasanya pasien secara obyektif dapat berkomunikasi dengan baik.
2. Nyeri Sedang
Nyeri sedang adalah nyeri yang timbul dengan intensitas yang sedang. Pada nyeri
sedang secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi
nyeri dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
3. Nyeri Berat
Nyeri berat adalah nyeri yang timbul dengan intensitas yang berat. Pada nyeri berat
secara obyektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon
terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya,
tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang.
Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh
individu, dimana pengukurannya sangat subjektif dan individual. Pengukuran nyeri
dengan pendekatan objektif yang paling mungkin menggunakan respon fisiologik
tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Beberapa jenis pengukuran nyeri antara lain:
Skala penilaian numerikSkala penilaian numerik (numerical rating scales, NRS) digunakan
sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan menggunakan skala 1-10. Skala biasanya digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Skala analog visual
Skala analog visual (visual analogue scale, VAS) merupakan suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberikan pasien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri.
9
Skala nyeri BourbanisKategori dalam skala nyeri Bourbanis memiliki 5 kategori dengan
menggunakan skala 0-10. Kriteria nyeri pada skala ini yaitu:0 : tidak nyeri1-3 : nyeri ringan, secara objektif pasien dapat berkomunikasi dengan baik4-6 : nyeri sedang, secara objektif pasien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik
7-9 : nyeri berat, secara objektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi, nafas panjang, dan distraksi
10 : nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu berkomunikasi lagi.
B. Low Back Pain (LBP)Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah
kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa
menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha . LBP atau
nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang
disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.
Klasifikasi Low Back Pain (LBP)
Banyak klasifikasi nyeri punggung bawah ditemukan dalam literatur, tetapi
tidak ada yang benar benar memuaskan. Masing- masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Ada yang berdasarkan struktur anatomis (nyeri pinggang primer,
sekunder, referal dan psikosomatik), ada yang berdasarkan sumber rasa nyeri
(viserogenik, neurogenik, vaskulogenik, spondilogenik dan psikogenik), berdasarkan
10
lama penyakitnya (akut, sub akut, kronis), berdasarkan etiologinya (spesifik dan non
spesifik).
1. Klasifikasi Berdasarkan Sumber Rasa Nyeri
Sementara klasifikasi sumber nyeri pinggang bawah (NPB) dapat dibagi atas beberapa
jenis yaitu:
Viserogenik
Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber oleh adanya kelainan
pada organ dalam (viseral) seperti gangguan ginjal, usus, dan lain-lain.
Neurogenik
Merupakan NPB yang bersumber dari adanya penekanan pada saraf punggung
bawah.
Vaskulogenik
Merupakan NPB yang bersumber dari adanya gangguan vaskuler disekitar
punggung bawah.
Spondilogenik
Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber dari adanya gangguan
pada struktur tulang maupun persendian tulang punggung bawah.
Psikogenik
Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber dari adanya gangguan
psikologis pasien
2. Klasifikasi menurut Onset
Akut low back pain
Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-
tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai
beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back
pain dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau
terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain
dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada
kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal
dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri
pinggang akut terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.
Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan.
Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya
11
memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic
low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses
degenerasi discus intervertebralis dan tumor
Penyebab Low Back Pain (LBP)
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya LBP, antara lain:
1. Kelainan Tulang Punggung (Spine) Sejak Lahir
Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebrae. Kelainan-kelainan
kondisi tulang vertebra tersebut dapat berupa tulang vertebra hanya setengah
bagian karena tidak lengkap pada saat lahir. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya
low back pain yang disertai dengan scoliosis ringan.
Selain itu ditandai pula adanya dua buah vertebra yang melekat menjadi
satu, namun keadaan ini tidak menimbulkan nyeri. Terdapat lubang di tulang
vertebra dibagian bawah karena tidak melekatnya lamina dan keadaan ini dikenal
dengan Spina Bifida. Penyakit spina bifida dapat menyebabkan gejala- gejala
berat sepert club foot, rudimentair foof, kelayuan pada kaki, dan sebagainya.
namun jika lubang tersebut kecil, tidak akan menimbulkan keluhan. Beberapa
jenis kelainan tulang punggung (spine) sejak lahir adalah:
Penyakit Spondylisthesis
Pada spondylisthesis merupakan kelainan pembentukan korpus vertebrae,
dimana arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebrae (Bimariotejo,
2009). Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi, namun ketika berumur 35
tahun baru menimbulkan nyeri akibat kelinan-kelainan degeneratif. Nyeri
pinggang ini berkurang atau hilang bila penderita duduk atau tidur dan akan
bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan.
Penyakit Kissing Spine
Penyakit ini disebabkan karena dua tau lebih processus spinosus bersentuhan.
Keadan ini bisa menimbulkan gejala dan tidak. Gejala yang ditimbulkan
adalah low back pain. Penyakit ini hanya bisa diketahui dengan pemeriksaan
X-ray dengan posisi lateral.
Sacralisasi Vertebrae Lumbal Ke V
Penyakit ini disebabkan karena processus transversus dari vertebra lumbal
ke V melekat atau menyentuh os sacrum dan/atau os ileum.
12
2. Low Back Pain karena Trauma
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama LBP. Pada orang-
orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan aktivitas
dengan beban yang berat dapat menderita nyeri pinggang bawah yang akut.
Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan
kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan
terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot
cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun
pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan medis agar tidak
mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut. Secara patologis anatomis, pada low
back pain yang disebabkan karena trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan,
seperti:
Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca
Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa nyeri pada
os sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah saat batuk dan
saat posisi supine. Pada pemerikasaan, lassague symptom positif dan
pergerakan kaki pada hip joint terbatas.
Perubahan pada sendi Lumba Sacral
Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V dan sacrum,
dan dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia. Keadaan ini dapat
menimbulkan nyeri yang hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan
dapat menyebabkan keterbatasan gerak.
3. Low Back Pain karena Perubahan Jaringan
Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan pada
tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak hanya pada
daerah punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga disepanjang punggung dan
anggota bagian tubuh lain.
Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang disebabkan oleh perubahan
jaringan antara lain:
Osteoartritis (Spondylosis Deformans)
Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan otot- ototnya juga
menjadi berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya kekakuan
pada otot atau sendi. Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar
tulang vetebra yang menyebabkan tulang belakang menjadi tidak fleksibel
13
seperti saat usia muda. Hal ini dapat menyebabkan nyeri pada tulang belakang
hingga ke pinggang.
Penyakit Fibrositis
Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler. Penyakit ini ditandai
dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu. Rasa nyeri
memberat saat beraktivitas, sikap tidur yang buruk dan kelelahan.
Penyakit Infeksi
Infeksi pada sendi terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan
oleh bakteri dan infeksi kronis, disebabkan oleh bakteri tuberkulosis.
Infeksi kronis ditandai dengan pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut,
demam serta kelemahan.
4. Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat
Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat
mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan komplikasi
pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum
dan sebagainya. Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan berdiri dan duduk
dalam waktu yang lama juga dapat mengakibatkan terjadinya LBP. Kehamilan
dan obesitas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya LBP
akibat pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan terjadinya penekanan pada
tulang belakang akibat penumpukan lemak, kelainan postur tubuh dan kelemahan
otot.
Faktor Resiko Low Back Pain (LBP)
Faktor resiko nyeri pinggang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan,
etnis, merokok, pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang berat yang
berulang-ulang, membungkuk, duduk lama, geometri kanal lumbal spinal dan
faktor psikososial. Sifat dan karakteristik nyeri yang dirasakan pada
penderita LBP bermacam-macam seperti nyeri terbakar, nyeri tertusuk, nyeri
tajam, hingga terjadi kelemahan pada tungkai. Nyeri ini terdapat pada daerah
lumbal bawah, disertai penjalaran ke daerah-daerah lain, antara lain sakroiliaka,
koksigeus, bokong, kebawah lateral atau posterior paha, tungkai, dan kaki.
Patofisiologi nyeri pada nyeri punggung bawah
14
Bangunan peka nyeri
Berbagai bangunan peka nyeri terdapat di punggung bawah antara lain
periosteum, sepertiga bangunan luar annulus fibrosus (bagian fibrosa dari diskus
intervertebralis), ligamentum kapsula artikularis, fasia, dan otot.Bila reseptor
dirangsang oleh berbagai stimulus lokal, akan dijawab dengan pengeluaran berbagai
mediator inflamasi dan substansia lainnya yang menimbulkan persepsi nyeri.
Mekanisme nyeri
Aktivasi nosiseptor menyebabkan nyeri dan sensitisasi nosiseptor
menyebabkan hiperalgesia. Terdapat dua jenis hiperalgesia yaitu primer yang terjadi
di daerah lesi dansekunder di jaringan sehat. Hiperalgesia primer dapat dibangkitkan
dengan stimulasi termal maupun mekanikal dan hiperalgesia sekunder hanya dapat
dibangkitkan mekanikal. Hiperalgesia sekunder disebabkan kemampuan neuron di
kornu dorsalis medulla spinalis memodulasi transmisi impuls neuronal. Proses
modulasi ini terjadi karena impuls yang terus-menerus menstimulasi medulla
spinalis yang berasal dari daerah lesi sehingga neuron di kornu dorsal menjadi lebih
sensitive.
Dalam fenomena sensitisasi sentral ada dua fenomena yang terjadi, yaitu :
1. wind up : sensitisasi neuron kornu dorsalis terutama wide dynamic range neuron
(WDR). Proses ini sangat bergantung pada glutamate dan reseptor NMDA
2. long term potentiation (LTP) merupakan peningkatan kepekaan neuron kornu
dorsalis (sensitisasi) berlangsung lebih lama dan masih terjadi walaupun input sudah
tidak ada.
Nyeri otot sangat berperan dalam terjadinya unspesific low back pain. Beberaa
nosiseptor terdapat di jaringan lunak yang sangat peka terhadap mediator
inflamasi.pada jaringan somatic banyak yang peka terhadap ATP terutama pada saat
lesi otot. Impuls dari otot sebagian dibawa oleh serabut otot tanpa myelin yang
umumnya mempunyai tetrodotoxine resistence (TTXr)-Na channel (kanal Na yang
resisten terhadap tetrodotoxine) sehingga diperlukan obat yang dapat memblok
reseptor tersebut pada pasien penderita nyeri punggung bawah.
15
Timbulnya nyeri spontan di neuron kornu dorsalis ditentukan oleh Nitric oxide
(NO). Jika konsentrasinya menurun dapat menyebabkan nyeri spontan yang sejalan
dengan lesi otot.
Sebagian pasien dengan lesi saraf pusat maupun tei di samping memiliki
gejala negative yang berupaparesis atau paralisis, hipestesi, atau anastesi, juga
menderita gejala positif yaitu nyeri neuropatik. Nyeri neuropatik yang ditemukan
pada pasien nyeri punggung bawah berupa penekakan radiks sarafoleh hernia
nuklesus pulposus,penyempitan kanal spinalis, pembengkakan artikulasio, fraktur
mikro, penekanan tumor dan sebagainya.
Iritasi pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Kemungkinan
pertama penekanan terjadi pada selaput pembungkus syaraf yang kaya akan
nosiseptor dari nervi nervorum yang menimbulkan nyeri inflamasi yang dirasakan di
sepanjang dermatom serabut saraf tersebut. Kemungkinan kedua penekanan sampai
serabut saraf maka ada kemungkinan terjadi gangguan keseimbangan neuron
sensorik melalui perubahan molekuler yang dapat menyebabkan aktivitas sistem
saraf aferen menjadi abnormal dengan timbulnya aktivitas ektofik yang terjadi di
luar reseptor, akumulasi saluran ion natrium di daerah lesi menyebabkan timbulnya
mechano-hot-spot yang sangat peka terhadap rangsangan mekanikal maupun termal.
Hal ini menjadi dasar pemeriksaan Laseque.
Diagnosis
Anamnesis
Nyeri pinggang bawah dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu:
1. Nyeri pinggang lokal
Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah dengan radiasi
ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-bagian di bawahnya
seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra, sendi dan ligamen.
2. Iritasi pada radiks
Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada dermatom
yang bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang-kadang dapat disertai
hilangnya perasaan atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan oleh
proses desak ruang pada foramen vertebra atau di dalam kanalis vertebralis.
3. Nyeri rujukan somatis
16
Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih dalam pada
dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian dalam dapat
dirasakan di bagian lebih superfisial.
4. Nyeri rujukan viserosomatis
Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau dalam ruangan
panggul dapat dirasakan di daerah pinggang.
5. Nyeri karena iskemia
6. Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yang dapat
dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Dapat disebabkan
oleh penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteri iliaka komunis.
7. Nyeri psikogen
Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan dermatom
dengan reaksi wajah yang sering berlebihan.
Penyebab mekanis LBP menyebabkan nyeri mendadak yang timbul setelah
posisi mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot, peregangan fasia
atau iritasi permukaan sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap.
Gejala LBP yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa
gejala merupakan gejala khas dari suatu LBP yang terjadinya secara mekanis.
Herniasi diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya. Degenerasi
diskus dapat menyebabkan rasa tidak nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2-
4 minggu.
Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang
biasanya berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu LBP, namun
sebagian besar episode herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan yang relatif
sepele, seperti membungkuk atau memungut barang yang enteng.
Faktor-faktor lain yang penting adalah gangguan pencernaan atau gangguan
miksi-defekasi, karena bisa merupakan tanda dari suatu lesi di kauda ekuina
dimana harus dicari dengan teliti adanya hipestesi peri-anal, retensio urin, overflow
incontinence dan tidak adanya perasaan ingin miksi dan gejala-gejala ini
merupakan suatu keadaan emergensi yang absolut, yang memerlukan suatu
diagnosis segera dan dekompresi operatif segera, bila ditemukan kausa yang
menyebabkan kompresi.
Suatu radikulopati tanpa nyeri menandakan kemungkinan adanya suatu
penyakit metabolik seperti polineuropati diabetik, namun juga harus diingat bahwa
17
hilangnya nyeri tanpa terapi yang adekuat dapat menandakan adanya suatu
penyembuhan, namun dapat pula berarti bahwa serabut nyeri hancur sehingga
perasaan nyeri hilang, walaupun kompresi radiks masih ada.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri punggung
meliputi evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan neurologi meliputi
evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan dan refleks-refleks.
Inspeksi :
Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri dan menolak
untuk duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu herniasi diskus.
Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat nyeri
dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya skoliosis.
Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot
paravertebral.
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
o Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
o Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada
tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal,
karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga
menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.
o Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada
tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi
diatas suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal
tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di
sebelahnya (jackhammer effect).
Palpasi :
o Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan
suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).
o Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan
menekan pada ruangan intervertebralis
o Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (stepoff)
pada palpasi di tempat/level yang terkena.18
o Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari
adanya fraktur pada vertebra.
o Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.
o Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron
(UMN). Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang
berupa UMN atau LMN.
Pemeriksaaan Motorik
Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk
menemukan abnormalitas motoris. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
o Berjalan dengan menggunakan tumit.
o Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit.
o Jongkok dan gerakan bertahan ( seperti mendorong tembok )
Pemeriksaan Sensorik
Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan perhatian dari
penderita dan tak jarang keliru
Refleks
Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan Patella, respon
dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui lokasi terjadinya lesi pada
saraf spinal.
Special Test
o Tes Lasegue:
Mengangkat tungkai dalam keadaan ekstensi. Positif bila pasien
tidak dapat mengangkat tungkai kurang dari 60° dan nyeri
sepanjang nervus ischiadicus. Rasa nyeri dan terbatasnya gerakan
sering menyertai radikulopati, terutama pada herniasi discus
lumbalis/ lumbo-sacralis.
19
Tes Patrick dan anti-patrick:
Fleksi-abduksi-eksternal rotation-ekstensi sendi panggul. Positif jika gerakan
diluar kemauan terbatas, sering disertai dengan rasa nyeri. Positif pada penyakit
sendi panggul, negative pada ischialgia.
Tes kernig:
Pasien terlentang, paha difleksikan, kemudian meluruskan tungkai bawah sejauh
mungkin anpa timbul rasa nyeri yang berarti. Positif jika terdapat spasme
involunter otot semimembraneus, semitensinous, biceps femoris yang membatasi
ekstensi lutut dan timbul nyeri.
Tes Naffziger:
Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan LCS akan meningkat, akan
menyebabkan tekanan pada radiks bertambah, timbul nyeri radikuler. Positif pada
spondilitis.
Tes valsava:
Penderita disuruh mengejan kuat maka tekanan LCS akan meningkat, hasilnya
sama dengan percobaan Naffziger.
Spasme m. psoas:
Diperiksa pada pasien yang berbaring terlentang dan pelvis ditekan kuat – kuat
pada meja oleh sebelah tangan pemeriksa, sementara tangan lain menggerakkan
tungkai ke posisi vertical dengan lutut dalam keadaan fleksi tegak lurus.
Panggulsecara pasif mengadakan hiperekstensi ketika pergelangan kaki diangkat.
Terbatasnya gerakan ditimbulkan oleh spasme involunter m.psoas.
Tes Gaenselen:
Terbatasnya fleksi lumbal secara pasif dan rasa nyeri yang diakibatkan sering
menyertai penyakit pada art. Lumbal / lumbosacral. Dengan pasien berbaring
20
terlentang, pemeriksa memegang salah satu ekstremitas bawah dengan kedua
belah tangan dan menggerakkan paha sampai pada posisi fleksi maksimal.
Kemudian pemeriksa menekan kuat – kuat ke bawah kearah meja dan ke atas
kearah kepala pasien, yang secara pasif menimbulkan fleksi columna spinalis
lumbalis.
Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah
(LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.
b) Pungsi Lumbal (LP) :
LP akan normal pada fase permulaan prolaps diskus, namun belakangan akan
terjadi transudasi dari low molecular weight albumin sehingga terlihat albumin
yang sedikit meninggi sampai dua kali level normal.
c) Pemeriksaan Radiologis :
a. Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-
kadang dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis,
perubahan degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan
intervertebral kadang-kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang
tegang dan melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
b. CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
21
c. Mielografi berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama pada
pasien yang sebelumnya dilakukan operasi vertebra atau dengan alat
fiksasi metal. CT mielografi dilakukan dengan suatu zat kontras berguna
untuk melihat dengan lebih jelas ada atau tidaknya kompresi nervus atau
araknoiditis pada pasien yang menjalani operasi vertebra multipel dan bila
akan direncanakan tindakan operasi terhadap stenosis foraminal dan kanal
vertebralis.
d. MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli
bedah ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus
mana yang paling terkena. MRI sangat berguna bila:
vertebra dan level neurologis belum jelas
kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak
untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi
kecurigaan karena infeksi atau neoplasma
Mielografi atau CT mielografi dan atau MRI adalah alat diagnostik yang sangat
berharga pada diagnosis LBP dan diperlukan oleh ahli bedah saraf atau ortopedi untuk
menentukan lokalisasi lesi pre-operatif dan menentukan adakah adanya sekwester diskus
yang lepas dan mengeksklusi adanya suatu tumor. Mumenthaler (1983) menyebutkan
adanya 25% false negative diskus prolaps pada mielografi dan 10% false positive dengan
akurasi 67%.
22
a) Elektromiografi (EMG) :
Dalam bidang neurologi, maka pemeriksaan elektrofisiologis/neurofisiologis
sangat berguna pada diagnosis sindroma radiks. Pemeriksaan EMG dilakukan
untuk :
- Menentukan level dari iritasi atau kompresi radiks
- Membedakan antara lesi radiks dengan lesi saraf perifer
- Membedakan adanya iritasi atau kompresi radiks
b) Elektroneurografi (ENG)
Pada elektroneurografi dilakukan stimulasi listrik pada suatu saraf perifer tertentu
sehingga kecepatan hantar saraf (KHS) motorik dan sensorik (Nerve Conduction
Velocity/NCV) dapat diukur, juga dapat dilakukan pengukuran dari refleks
dengan masa laten panjang seperti F-wave dan H-reflex. Pada gangguan radiks,
biasanya NCV normal, namun kadang-kadang bisa menurun bila telah ada
kerusakan akson dan juga bila ada neuropati secara bersamaan.
Diagnosis Banding Nyeri Punggung Bawah
1. Penyebab Sistemik
- aneurisme aorta abdominalis
- nephrolitiasis
- infeksi ginjal
- kelainan metabolic
- tumor
- Ankilosing spondilosis
- Sindroma Reiter
- arthritis colitis ulseravitf
- psoriasis arthritis
- rheumatoid arthritis
23
- miopati radikulopati
2. Penyebab lokal yang berbahaya
- tumor
- infeksi ruang diskus
- abses epidural
- fraktur
- hernia diskus
- stenosis spinal
- spondilolistesis
3. Patologi lokal yang menjalar menyerupai nyeri punggung bawah
- osteoarthritis pinggang
- nekrosis aseptis kaput femoral
- trauma nervus ischiadicus
- cyclic radiating low back pain
Berdasarkan etilogi :
1. NPB mekanikal (97%) :
- lumbar strain, sprain (70%)
- proses degenerative
- stenosis spinal
- fraktur kompresi osteoporotic
- spondilolistesis
- fraktur traumatic
- spondilolisis
2. NPB nonmekanikal (1%) :
- neoplasma (multiple myeloma, dll)
- infeksi
- arthritis inflamasi
- Scheurman sisease (Osteokondrosis)
- Paget disease
24
3. Penyakit visceral (2%)
- prostatitis
- nefrolitiasis
- aneurisma aorta
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Low Back Pain Akut
Sebagian besar pasien dapat diatasi secara efektif dengan kombinasi dari
pemberian saran dan analgesia yang tepat. Kronisitas low back pain dapat dihindari
dengan: memperhatikan aspek psikologis gejala yang ada, menghindari pemeriksaan yang
tidak perlu dan berlebihan, menghindari penatalaksanaan yang tidak konsisten, serta
memberikan saran untuk mencegah rekurensi (seperti: menghindari pengangkatan beban
yang berat).
Faktor yang berhubungan dengan hasil dan kronisitas low back pain :
Distress: reaksi depresif, ketidakberdayaan.
Pemahaman tentang nyeri dan disabilitas: rasa takut dan kesalahpahaman tentang
nyeri.
Faktor perilaku: menghindari gerakan-gerakan yang memperberat.
Penatalaksanaan Low Back Pain Kronik yang menyebabkan Disabilitas
Penelitian telah menunjukkan bahwa pengaruh terpenting dalam
perkembangan kronisitas adalah psikologikal dibandingkan dengan biomekanikal.
Faktor-faktor psikologis yang dimaksud adalah distress berat, kesalahpahaman
tentang nyeri dan implikasinya, serta penghindaran aktivitas karena takut membuat
rasa nyeri bertambah parah. Terhadap pasien-pasien yang membutuhkan penanganan
rujukan spesialis, pilihan terapinya adalah interdisciplinary pain management
programme (IPMP). Dimana difokuskan pada fungsi dibandingkan penyakit,
tatalaksana dibandingkan penyembuhan, integrasi beberapa terapi spesifik,
penatalaksanaan multidisiplin, menekankan pada metode aktif daripada pasif, dan self
care daripada hanya menerima terapi.
Penatalaksanaan Low Back Pain Non Spesifik
25
Aktivitas: lakukan aktivitas normal. Penting untuk melanjutkan kerja seperti
biasanya.
Tirah baring: tidak dianjurkan sebagai terapi, tetapi pada beberapa kasus dapat
dilakukan. Tirah baring 2-3 hari pertama untuk mengurangi nyeri.
Medikasi: obat anti-nyeri diberikan dengan interval biasa dan digunakan hanya
jika diperlukan. Mulai dengan parasetamol atau NSAID. Jika tidak ada perbaikan,
coba campuran parasetamol dengan opioid. Pertimbangkan tambahan muscle
relaxant tetapi hanya untuk jangka pendek, mengingat bahaya ketergantungan.
Olahraga : harus dievaluasi lebih lanjut jika pasien tidak kembali ke aktivitas
sehari-harinya dalam 4-6 minggu.
Manipulasi: dipertimbangkan untuk kasuskasus yang membutuhkan obat
penghilang nyeri ekstra dan belum dapat kembali bekerja dalam 1-2 minggu.
Terapi dan intervensi lain: belum ada penelitian mengenai terapi dengan traksi,
termis ultrasound, akupuntur, sabuk penyangga, ataupun pijatan.
Diagnosis Sementara :
Diagnosis Klinis : Low Back Pain akut rekuren
Diagnosis Topik : radiks seringgi L4 –L5 , organ viseral
Diagnosis Etiologi :
1. LBP Spesifik : ischialgia
2. LBP non spesifik : facet joint arthritis dd sacralitis dd batu saluran kemih
-
Pemeriksaan ( tanggal 30 April 2018 )
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang,
BB: 96 Kg
TB: 183cm
BMI : 28,66
Kesadaran compos mentis, GCS: E4V5M6Tanda Vital : TD : 130/90 mmHg R : 20x/menit
N : 84x/mnt S : 36,6’C
26
Nilai VAS
Kulit
:
:
8
Turgor kulit baikKepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak
mudah dicabut
Mata : Edema palpebra -/-, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor diameter 3/3 mm, Refleks Cahaya: +/+, Refleks kornea: +/+
Telinga : Bentuk normal, simetris, serumen -/-
Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, sekret -/-
Mulut : Bibir kering, faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 tenang
Leher : Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada deviasi trakhea, tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening, kaku kuduk (-), meningeal sign (-)
Dada : Pulmo :
I : Normochest, dinding dada simetris
P : Fremitus taktil kanan=kiri, ekspansi dinding dada simetris
P : Sonor di kedua lapang paru
A : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor :
I : Tidak tampak ictus cordis
P : Iktus cordis teraba
P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra
Batas kiri ICS V linea midklavicula sinistra
Batas kanan ICS IV linea stemalis dextra
A : BJ I dan II reguler, Gallop (-), Murmur (-)Abdomen : I : Perut datar, simetris
P : Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar dan lien
27
tidak teraba membesar, nyeri tekan (-)
P : Timpani
A : Bising usus (+) normalEkstremitas : Edema (-), sianosis (-), atrofi otot (-), capillary refill
<2detik, akral hangat (+)
Anggota gerak atas Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan 5 5
Tonus N N
Trofi E E
Refleks fisiologis + +
Refleks patologis - -
Sensitibilitas Dbn Dbn
Anggota gerak bawah Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan 5 5
Tonus N N
Trofi E E
Refleks fisiologis + +
Refleks patologis - -
Sensitibilitas Dbn Dbn
28
Status NeurologisSikap Tubuh : Lurus dan SimetrisGerakan Abnormal : (-)Kepala : Normocephal
Tabel Pemeriksaan Nervus KranialisNERVUS CRANIALIS Kanan KiriN.I Daya Penghidu Normal/NormalN.II
Daya Penglihatan, Penglihatan Warna, Lapang Pandang Normal/Normal
Normal/Normal
Normal/Normal
N.III
Ptosis -/-Gerakan mata ke medial Normal/NormalGerakan mata ke atas Normal/NormalGerakan mata ke bawah Normal/NormalUkuran Pupil + (3 mm) + (3mm)Reflek cahaya Langsung + +Reflek cahaya konsensuil + +
Strabismus divergen -/-
N.IV
Gerakan mata ke lateral bawah +/+Strabismus konvergen -/-Menggigit Normal/Normal
Membuka mulut Normal/Normal
N.V
Sensibilitas muka Normal/NormalReflek kornea + +
Trismus -/-
N.VI
Gerakan mata ke lateral bawah +/+
Strabismus konvergen -/-
N.VII
Kedipan mata Normal/NormalLipatan nasolabial Simetris/simetrisSudut mulut Simetris/simetrisMengerutkan dahi Normal/NormalMenutup mata Normal/NormalMeringis Normal/NormalMenggembungkan pipi Normal/NormalDaya kecap lidah 2/3 depan Normal/Normal
29
N.VIII
Mendengar suara berbisik +/+Mendengar detik arloji +/+Tes Rinne Tidak dilakukanTes Schawabach Tidak dilakukanTes Weber Tidak dilakukan
N.IX
Arkus Faring Normal/NormalDaya kecap lidah 1/3 belakang Normal/NormalReflek muntah +Sengau –Tersedak –
N.X
Denyut nadi 84x/mnt regularArkus Faring Simetris/simetrisBersuara Normal/NormalMenelan Normal/Normal
N.XI
Memalingkan kepala Normal/NormalSikap bahu Normal/NormalMengangkat bahu Normal/NormalTrofi otot bahu Eutrofi/Eutrofi
N.XII
Sikap Lidah Normal/NormalArtikulasi Normal/NormalTremor Lidah -/-Menjulurkan Lidah Normal/NormalTrofi otot lidah Eutrofi/EutrofiFasikulasi Lidah -/-
Tes Patrick : -/-
Tes Contrapatrick : -/-
Tes Laseque : -/-
Tes Sicard : -/-
Tes Bragard : -/-
Tes Valsava : -/-
Tes Door-Bell : -/-
Nyeri ketok Ginjal (CVA) : -/+
30
Sensibilitas : Normal
Fungsi Vegetatif : BAB dan BAK normal
LABORATORIUM TANGAL 10 Januari 2018
Pemeriksaan Hasil Nilai RujukanHematologi
Darah RutinHemoglobin 14.1 11.7-15.5 g/dlLeukosit 7.75 3.6-11 ribuEritrosit 5.22 3.8-5.4 jutaHematokrit 44.1 35-47 %Trombosit 337 150-400 ribuMCV 84,4 82-98 fLMCH 27,1 27-34 pgMCHC 32.1 32-37 g/dlRDW 12,3 10-16 %MPV 6,06 7-11 mikro m3
Limfosit 2,62 1,0-45 mikro m3Monosit 0,515 0,2-1,0 mikro m3Eosinofil 0,154 0,04-0,8 mikro m3Basofil 0,109 0-0,2 mikro m3Neutrofil 4,35 1,8-7,5 mikro m3
Kimia Klinik
Glukosa puasa 100 82-115 mg/dl
Ureum 29 10-50 mg/dl
Creatinin 0,93 0,62-1,1 mg/dl
SGOT 34 0-50 U/L
SGPT 57 0-50 IU/L
Cholesterol 177
<200 dianjurkan
200-239 resiko sedang
>240 resiko tinggi
HDL – Cholesterol 33 31 – 75
LDL – Cholesterol 117,8 <150
31
Trigliserida 131 30 – 150
X-Foto LumboSacral AP-Lateral
Kesan :
-Allgment lurus
-Osteofit VL-5
-Penyempitan diskus intervertebralis
L5-S1
-Sakralisasi VL-5
Pemeriksaan USG 2 Mei 2017
Hepar : ukuran membesar, parenkim homogen, ekogenitas normal
Pankreas : gallblader dan lien : tak tampak kelainan
Ginjal kanan : ukuran normal, tampak batu dengan ukuran 1,16cm.
Ginjal kiri: ukuran normal, tampak batu dengan ukuran 1,79cm.
32
Vesika urinaria dinding tidak menebal, tepi reguler, tak tampak batu
Kesan :
Hepatomegali
Nefrolithiasis kanan dan kiri (kiri>>)
Diskusi kedua
Pada pemeriksaan fisik didapatkan bahwa pasien dalam kondisi sakit sedang. Pasien
memiliki BMI overweight , yang mana menjadi faktor resiko LBP. Pemeriksaan neurologis
tidak didapatkan adanya kelemahan motorik pada pasien. Pada pemeriksaan fisik yang
mengarah ke LBP juga dalam batas normal. Pemeriksaan rontgen bertujuan untuk melihat
kerusakan maupun kelainan struktur tulang belakang. Hasil foto rontgen vetebra lumbosakral
menunjukkan adanya penyempitan dan sacralisasi pada tulang belakang.
Walaupun pada pemeriksan radiologi terdapat kelainan pada vertebrae lumbosacral
akan tetapi secara klinis tidak ditemukan kelainan pada vertebrae, hal ini dibuktikan dari
pemeriksaan fisik berupa tes laseque, kernig, bragard, sigard dan tes lain nya negatif.
Sedangkan untuk tes nyeri ketok ginjal positiv di sebelah kiri. Hal ini juga didukung dari
gambaran USG abdomen menunjukkan adanya nefrolithiasis kiri.
• Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyebab nyeri punggung bawah pada pasien ini
dapat nefrolithiasis. Diagnosis nefrolithiasis juga diperkuat dengan adanya riwayat
jarang minum air putih dan riwayat pekerjaan dengan waktu duduk yang lama.
Meskipun sebenarnya ada beberapa faktor resiko lain yang tidak dapat dinilai
diantaranya faktor diet/makanan, stress, dan olahraga. Pada pasien ini pemeriksaan
fisik CVA (positif). Sehingga pada pasien ini diagnosis etiologi penyebab Low Back
Pan adalah dikarenakan adanya batu saluran kemih. Batu kemih yang menyumbat di
bagian ureter, pelvis renalis maupun tubulus dapat mengakibatkan rasa nyeri kolik
pada pinggang. Nyeri kolik di definisikan sebagai nyeri tajam akibat penyumbatan
pada organ yang berongga (contohnya ureter). Nyeri kolik biasanya diawali dengan
nyeri spasmodik ringan yang makin lama makin memberat. Jadi pada kasus ini nyeri
punggung bawah yang terjadi akibat nyeri proyesi dari organ viseral yaitu ginjal, dan
termasuk dalam LBP non spesifik.
Diagnosis akhir
Diagnosis klinik : Low Back Pain akut
Diagnosis topik : Jaringan peka nyeri organ viseral
33
Diagnosis etiologi : Nefrolithiasis
Planning
-Evaluasi nyeri-Konsul Bedah Urologi
Terapi
Pada pasien diberikan terapi:
Istirahat / tirah baring
Medikamentosa :
1. Inj ketorolac 2x30mg
2. Inj Ranitidin 2x1
3. Inj Mecobalamin 1x1
4. Inj Diazepam 2x2 mg
5. PO Amitriptilin 2x ½
6. PO Metilprednisolon 2 x 16 mg
Sebagian besar penderita nyeri punggung bawah akut hanya memerlukan terapi
simptomatis saja. Lebih dari 60% penderita nyeri punggung bawah akut akan menunjukkan
perbaikan yang nyata pada minggu pertama terapi (Bratton, 1999; Patel, 2000).
Pada penderita ini didapatkan gejala yang mengarah pada nyeri nosiseptif dan nyeri
neuropati. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya bangkitan nyeri pada prasat pemeriksaan
fisik dan spasme otot yang jelas. Sehingga, pada penderita ini terapi yang digunakan adalah
kombinasi analgesia dan muscle relaxant agent.
Ketorolac 2×30 mg
Ketorolac adalah obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID). Indikasi penggunaan ketorolac
adalah untuk inflamasi akut dalam jangka waktu penggunaan maksimal selama 5 hari. Pada
kasus ini, ketorolac digunakan sebagai anti inflamasi dan efek analgesik untuk mengurangi
rasa nyeri yang dirasakan pasien
Mecobalamin 2×1 amp
Meticobalamin adalah golongan cobalamin, bentuk dari vitamin B12. Bentuk ini berbeda
dengan cyanocobalamin yang memiliki gugus sianida sedangkan meticobalamin memiliki
gugus metil. Meticobalamin berbentuk kristal berwarna merah. Pada kasus ini diberikan
meticobalamin sebagai vitamin untuk melindungi saraf dari kerusakan akibat terjadinya
inflamasi di organ viseral sekitar saraf.34
Diazepam 2x2mg
Diazepam merupakan turunan bezodiazepin. Kerja utama diazepam yaitu potensiasi inhibisi
neuron dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai mediator pada sistem syaraf
pusat. Diazepam diberikan sebagai muscle relaxant pada kasus ini.
Amitriptilin 1x12,5 mg
Amitriptilin , nerupakan jenis obat anti depresan, yang biasa digunakkan untuk mengurangi
rasa nyeri pada bagian persarafan, mekanisme keja dengan menghambat re uptake
neurotransmiter serotonon dan nor epinefrin dan penghancuran enzime oleh monoamin
oxidase. Amitriptilin juga memiliki efek analgesik yaitu terkait perubahan konsentrasi
monoamina dalam sistem saraf pusat, terutama serotonin dalam mempengaruhi opioid
endogen.
Metilprednisolon 2x16 mg
Merupakan obat golongan kortikosteroid yang berfungsi untuk meredakan gejala perdangan
seperrti pembengkakan dan nyeri.
PROGNOSIS
■ Death : bonam
■ Disease : bonam
■ Disability : bonam
■ Discomfort : dubia ad bonam
■ Dissatisfaction : dubia ad bonam
Follow up
Tanggal /
30/04/2018 1/05/2018 2/05/2018 3/05/2018
S Nyeri pinggang kiri, tidak
menjalar ke kaki. BAK & BAB
normal
Nyeri pinggang kiri membaik, sudah bisa untuk duduk dan berjalan. BAK & BAB normal
Nyeri pinggang kiri membaik, sudah bisa untuk duduk dan berjalan. BAK & BAB normal
Sudah tidak nyeri pinggang, duduk dan berjalan lancar
O TD : 150/100 mmHg
TD : 120/ 80 mmHg
TD : 130/ 90mmHg
TD : 120/ 80mmHg
35
N : 88x/menit
RR : 20x/menit
S : 36°C
VAS : 4
N : 72 x/ menit
RR: 18x/menit
S : 36.7°C
VAS : 3
N : 80x / menit
RR: 20x/menit
S: 36.5 °C
VAS : 2
N : 80x / menit
RR: 20x/menit
S: 36.5 °C
VAS : 1
A LBP II LBP III LBP III dd facet joint athritis dd sacralitis dd nonspesifik
LBP IV ec. Nefrolithiasis sinistra
P Inj. Ketorolac 2x30mg
Inj. Mecobalamin 2x1
Diazepam 2x 2 mg
Amitriptilin
1x12,5mg Metilpredsi
nolon 2x16mg
Planning :
USG Ro
Lumbosacral
Inj. Ketorolac 2x30mg
Inj. Mecobalamin 2x1
Diazepam 2x 2 mg
Amitriptilin1 x 12,5mg
Metilpredsinolon 2x16mg
Planning :
USG
Inj. Ketorolac 2x30mg
Inj. Mecobalamin 2x1
Diazepam 2x 2 mg
Amitriptilin 1 x 12,5mg
Metilpredsinolon 2x16mg
Planning :
USG
Inj. Ketorolac 2x30mg
Inj. Mecobalamin 2x1
Diazepam 2x 2 mg
Amitriptilin 1x12,5mg
Metilpredsinolon 2x16mg
Planning :
USG Ro
Lumbosacral
36
DAFTAR PUSTAKA
Pinzon, Rizaldy. Profil Klinis Pasien Nyeri Punggung Akibat Hernia Nukelus Pulposus. Vol 39. SMF Saraf RS Bethesda Yogyakarta. Indonesia. 2012. Hal 749-751.
Kumala, poppy. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta. Edisi Bahasa Indonesia. 1998. hal 505
Company Saunder. B. W. Classification, diagnostic imaging, and imaging characterization of a lumbar. Volume 38. 2000
Autio Reijo. MRI Of Herniated Nucleus Pulposus. Acta Universitatis Ouluensis D Medica. 2006. Hal 1-31
Sylvia A. Price. Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep-konsep prose penyakit. Jakarta : 1995. EGC. Hal 1023-1026.
Rasad, Sjahriar. Radiologi Doagnostik. Jakarta. Balai Penerbit FK Universitas Indonesia. Jakarta.2005. Hal 337
S.M Lumbantobing. Neurologi Klinik. Badan Penerbit FK UI. Jakarta Badan Penerbit FK UI. Hal 18-19
Gregory DS, Seto CK, Wortley GC, Shugart CM. Acute Lumbar Disk Pain : Navigating Evaluation and Treatment Choices. American Family Physician:2008:78(7).
The Bone and Joint Decade Task Force on Neck Pain. Neck Pain Evidence Summary.
Adams RD. 2007. Pain in the Neck and Extremities. Principle of Neurology. Mc Graw C. Inc. 6th ed. pp 194-197
Anderson GBJ. 2001. Roenthenography Measurement of Lumbar Intervertebral Disc Height. Spine;6 : 154
Finneson BE.2000 Anatomy of the Low Back Pain. Toronto : 2nd ed. pp 1-20
Goodyear Smith.2002. Management of low back pain. NZFP; 29: 102-107.
Linton SJ. 2002. “Yellow Flag” for Back Pain. Seattle. Hal :271-272
37
Meliala L. Suryamiharja. 2000. Penuntun Praktis Penanganan Nyeri Neuropatik. Kelompok Studi Nyeri PERDOSSI. 2000
38