45
. KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Disampaikan oleh: DR. SUHAJAR DIANTORO M.SI STAF AHLI MENTERI DALAM NEGERI BIDANG PEMERINTAHAN KEBIJAKAN PENATAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN KELEMBAGAAN PERANGKAT DAERAH BERDASARKAN AMANAT UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

  • Upload
    ngothu

  • View
    234

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

.

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Disampaikan oleh:

DR. SUHAJAR DIANTORO M.SI

STAF AHLI MENTERI DALAM NEGERI BIDANG PEMERINTAHAN

K E B I J A K A N P E N A TA A N U R U S A N P E M E R I N TA H A N D A N

K E L E M B A G A A N P E R A N G K A T D A E R A H B E R D A S A R K A N

A M A N A T U N D A N G - U N D A N G N O M O R 2 3 TA H U N 2 0 1 4

TE N TA N G P E M E R I N TA H A N D A E R A H

SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

Page 2: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

PERUBAHAN UU

32/2004

MEMPERCEPAT PENINGKATAN KESRA, PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT, PELAYANAN PUBLIK & PENINGKATAN DAYA

SAING

MENGOPTIMALKAN KINERJA

PEMERINTAHAN DAERAH DLM PENCAPAIAN

TUJUAN OTDA

MEMPERKUAT

ASPEK REGULASI

MEMPERKUAT ASPEK

IMPLEMENTASI REGULASI

SOSIALISASI, EVALUASI,

PEMBINAAN, PENGAWASAN

& PENINGKATAN

KAPASITAS

2

UU 23/2014 ttg Pemda

UU ttg Pemilihan

KDH/WKDH UU 6/2014 ttg

Desa

KEBIJAKAN DESENTRALISASI DAN

OTONOMI DAERAH MERUPAKAN SALAH

SATU UPAYA MEWUJUDKAN

TERCIPTANYA POROS JALANNYA

PEMERINTAHAN

Page 3: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI RI

KEPEMIMPINAN KDH & DPRD

KAPASITAS PEMERINTAHAN

DAERAH

PARTISIPASI DAN KONTROL MASYARAKAT

KUNCI SUKSES PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH

Page 4: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI RI

4

KONKUREN ABSOLUT

1. PERTAHANAN

2. KEAMANAN

3. AGAMA

4. YUSTISI

5. POLITIK LUAR

NEGERI

6. MONETER & FISKAL

PILIHAN

Pertambangan, Perdagangan, dll.

Kes, Pendidik, PU, dll.

WAJIB

PELAYANAN DASAR

NON PELAYANAYAN DASAR

S P M

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

URUSAN PEM. UMUM

Dibagi berdasarkan

prinsip Eksternalitas,

Akuntabilitas dan

Efisiensi

Page 5: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

5

U R G E N S I P E R C E P A TA N P E N E TA P A N R P P P E R A N G K A T D A E R A H

1. Pada Tanggal 2 Oktober 2016 Semua Urusan Yang Oleh Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Beralih Kepada Tingkatan/Susunan Pemerintahan Yang Lain Harus Sudah Dilaksanakan Sesuai Dengan Kewenangannya.

2. Menyambut Batas Waktu Peralihan Kewenangan Tersebut, Maka Perangkat Daerah Harus Sudah Sesuai Dengan Kewenangan Masing-masing Daerah Sebelum Batas Waktu Tanggal 2 Oktober 2016.

3. Untuk Membentuk Perangkat Daerah, Pemerintah Daerah Masih Harus Melakukan Pemetaan Urusan Pemerintahan Yang Selanjutnya Ditetapkan Oleh K/L.

4. Berdasarkan Hasil Pemetaan Urusan Pemerintahan, Pemerintah Daerah Dan DPRD Harus Membentuk Peraturan Daerah, Yang Dilanjutkan Dengan Pengisian Jabatan Perangkat Daerah.

5. Perkiraan Waktu Untuk Melaksanakan Tahapan Tersebut Di Atas Oleh Daerah Adalah : a. Pemetaan Lebih Kurang 2 Bulan; b. Penyusunan Dan Pembahasan Perda Lebih Kurang 3 Bulan; c. Pengisian Jabatan Lebih Kurang 2 Bulan.

6. Meperhatikan Kerangka Waktu Tersebut Di Atas, Penyelesaian RPP Perangkat Daerah Seharusnya Paling Lambat Bulan Maret 2016. Keterlambatan Penyelesaian RPP Perangkat Daerah Dapat Mengakibatkan Kekacauan Pelaksanaan Kewenangan Setelah 2 Oktober 2016.

Page 6: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

6

M A SA L A H D A L A M I M P L E M E N TA S I K E B I J A K A N P E R A N G K A T D A E R A H S E B E L U M N Y A

1. Adanya perumpunan dalam pembentukan perangkat daerah telah menimbulkan ketidakpuasan kementerian/lembaga karena tidak mempunyai mitra yang fokus mengurus urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya.

2. Perumpunan beberapa urusan pemerintahan ke dalam satu perangkat daerah menimbulkan kesulitan dalam menentukan standar kompetensi bagi kepala perangkat daerah.

3. Diberikannya peluang untuk membentuk perangkat daerah yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan telah membawa konsekuensi : a. Kementerian/Lembaga berlomba-lomba memasukkan amanat pembentukan

perangkat daerah dalam peraturan perundang-undangan sektor. Seperti Pangan, Penyuluhan, KB, Pemuda Olah Raga, Kominfo, Perdagangan, dll

b. Jumlah perangkat daerah akhirnya tetap membengkak jauh lebih besar dari jumlah maksimal yang sudah ditetapkan dalam PP No. 41/2007.

4. Tidak adanya penegasan perbedaan fungsi antara badan, dinas dan kantor sehingga menimbulkan variasi pengelompokkan suatu urusan ke dalam badan, dinas atau kantor.

5. Jumlah bidang perangkat daerah ditetapkan sama besarnya antara daerah kecil dengan daerah besar. Misalnya Dinas Pendidikan pada daerah dengan penduduk 30 ribu sama dengan Dinas Pendidikan pada daerah dengan penduduk 3 juta.

Page 7: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

7

D A SA R P E M I K I R A N R P P P E R A N G K A T D A E R A H

1. Agar perangkat daerah lebih fokus dan memudahkan koordinasi pusat dan daerah serta kemudahan dalam menetapkan standar kompetensi, pada dasarnya setiap urusan dapat diwadahi dalam perangkat daerah.

2. Tipologi perangkat daerah yang sudah diatur dalam UU No 23 Tahun 2014 dilakukan dalam rangka menyeimbangkan beban urusan antar daerah yang satu dengan daerah yang lain.

3. Untuk menghemat struktur birokrasi, jumlah unit kerja pada setiap perangkat daerah dikurangi yaitu 2 bidang utk tipe C, 3 Bidang Untuk tipe B dan 4 bidang untuk tipe A.

4. penentuan besaran masing-masing perangkat daerah ditentukan berdasarkan indikator beban kerja makro yang mampu membedakan beban suatu daerah dengan daerah lain. Indikator setiap urusan ditetapkan berdasarkan masukan dalam pembahasan bersama K/L.

5. Pengukuran beban urusan dilakukan melalui pemetaan urusan berdasarkan indikator urusan yang sudah ditentukan.

6. Hasil pemetaan urusan ditetapkan oleh K/L setelah mendapat persetujuan Mendagriyang menjadi dasar bagi daerah untuk menetapkan kebijakan perangkat daerah. Hasil pemetaan menghasilkan beban urusan kategori besar, sedang, dan kecil atau sangat kecil.

7. Dalam rangka efisiensi, daerah dapat menurunkan tipologi perangkat daerah menjadi lebih rendah satu tingkat. Perangkat daerah tipe C yang beban urusannya tidak maksimal dapat digabung.

Page 8: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

8

P E R B E D A A N R P P P E R A N G K A T D A E R A H D E N G A N P P N O 4 1 TA H U N 2 0 0 7

ISU-ISU STRATEGIS RPP PERANGKAT DAERAH PP NO 41 TAHUN 2007

1. PENGELOMPOKAN PERANGKAT DAERAH

Perangkat Daerah Dikelompokkan sesuai dengan UU No 23 Tahun 20014 tentang Pemda Pasal 209 yaitu : Setda; Set DPRD; Inspektorat; Dinas; Badan; Kecamatan (khusus untuk Kab/Kota)

Perangkat Daerah di Kelompokkan : Setda; Set DPRD; Inspektorat; Lemtekda. Kecamatan (khsusus kab/kota)

Sekretariat Sebagai Unsur Pendukung (dukungan administrasi) Sekda sekaligus merangkap sebagai Middle line yaitu fungsi

koordinator yang menghubungkan perangkat daerah lain dengan KDH/WK KDH.

Tidak ada perbedaan fungsi yang tegas antara badan, dinas atau kantor.

Dinas Melaksanakan urusan pemerintahan dengan tugas utama memebreikan layanan langsung kepada masyarakat. (Pasal 217)

Badan sebagai unsur penunjang dengan tugas memebrikan dukungan teknokratik kepada perangkat daerah yang melaksanakan urusan dan perangkat daerah sebagai unsur pendukung. (Pasal 219).

Page 9: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

9

ISU-ISU STRATEGIS RPP PERANGKAT DAERAH PP NO 41/2007

2. TIPOLOGI PERANGKAT DAERAH

Jumlah perangkat Derah sesuai dengan jumlah fungsi pendukung, urusan pemerintahan dan fungsi penunjang.

Fungsi pendukung, urusan pemerintahan dan urusan pemerintahan dikelmpkkan menjadi : Fungsi atau Urusan dengan beban besar, diwadahi

perangkat daerah tipe A. Fungsi atau Urusan dengan beban sedang, diwadahi

perangkat daerah tipe B Fungsi atau Urusan dengan beban kecil, diwadahi

perangkat daerah tipe C Fungsi atau Urusan dengan beban sangat kecil, tidak

menjadi perangkat namun bisa berupa Bidang, atau Seksi/Subbidang.

1. Jumlah Perangkat Daerah dibatasi dan diwajibkan dilakukan perumpunan.

2. Tidak ada tipologi perangkat daerah, yang ada hanya tipologi daerah.

3. PEMETAAN URUSAN

Tipologi perangkat daerah ditentukan berdasarkan hasil pemetaan beban urusan atau beban penunjang atau beban pendukung.

Hasil pemetaan bersifat makro (beban urusan) yang dapat juga digunakan untuk perencanaan dan penganggaran. Penggunaan hasil pemetaan dalam perencanaan dan penganggaran diatur dlm PP Pelaksanaan Urusan.

Tidak ada pemetaan beban masing urusan, fungsi penunjang dan pendukung. Pemetaan dilakukan terhadap Daerah.

P E R B E D A A N R P P P E R A N G K A T D A E R A H D E N G A N P P N O 4 1 TA H U N 2 0 0 7

Page 10: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

10

ISU-ISU STRATEGIS RPP PERANGKAT DAERAH PP NO 41/2007

4. JUMLAH PERANGKAT DAERAH

Jumlah perangkat Derah Kemungkinan Lebih Banyak dari Sebelumnya, Namun Jumlah Struktur Perangkat Daerah Secara Keseluruhan Akan Berkurang Karena Adanya Perbedaan Jumlah Bidang dan Kasi pada setiap Perangkat Daerah.

Jumlah Bidang Minimal 2 Maksimal 4. Tidak dapat menambah perangkat daerah

lain di luar yang sudah ditentukan. Untuk memperkecil struktur Birokrasi,

Pemerintah Daerah Dapat menurunkan tipe perangkat daerah.

1. Jumlah perangkat daerah dibatasi, namun diluar jumlah yang sudah dibatasi masih dapat menambah perangkat daerah jika ada perintah peraturan perundang-undangan.

2. Jumlah bidang antara 4 sampai 7.

P E R B E D A A N R P P P E R A N G K A T D A E R A H D E N G A N P P N O 4 1 TA H U N 2 0 0 7

Page 11: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

11

TA N TA N G A N D A L A M P E M B A H A SA N R P P P E R A N G K A T D A E R A H

1. Penentuan indikator dan interval pengukuran beban urusan pemerintahan memerlukan simulasi untuk mendapatkan nilai yang tepat berdasarkan variasi daerah di Indonesia. Simulasi Indikator dan interval memerlukan waktu untuk pengumulan data dan verifikasi data.

2. Kecenderungan K/L ingin memperbesar perangkat daerah yang melaksanakan urusan yang menjadi mitranya. Jika hal ini dibiarkan maka akan menyebabkan terjadinya pembengkakan birokrasi di daerah. Sehingga memerlukan waktu untuk memberikan pengertian kepada K/L.

3. Dengan adanya pemebedaan yang tegas antara dinas dan badan oleh UU No 23 Tahun 2014, terdapat beberapa perangkat daerah yang berubah nomenklatur sehingga tidak sesuai lagi dengan yang diatur dalam undang-undang sektor antara lain badan ketahanan pangan, badan kependudkan dan KB, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Badan Penanggulan Bencana Daerah, dll. Meskipun perubahan nomenklatur tersebut tidak menimbulkan masalah dalam perencanaan dan penganggaran di daerah karena sudah ditata dalam UU No 23 Tahun 2014, namun ada K/L yang menolak perubahan nomenklatur perangkat daerat tersebut yaitu Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Page 12: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

I . I . KONDIS I PERANGKAT DAERAH SAAT IN I

Daerah Kecil (Nilai <40): 1. Setda: paling banyak 3

(tiga) asisten; 2. Sekretariat DPRD; 3. dinas paling banyak 12

(dua belas); 4. lembaga teknis daerah

paling banyak 8 (delapan).

Daerah Besar (Nilai >70): a. Setda, terdiri dari paling

banyak 4 (empat) asisten; b. sekretariat DPRD; c. dinas paling banyak 18

(delapan belas); dan .lembaga teknis daerah

paling banyak 12 (duabelas).

Daerah Sedang (Nilai 40-70): 1. Setda paling banyak 3

(tiga) asisten; 2. Sekretariat DPRD; 3. Dinas paling banyak 15

(lima belas); 4. lembaga teknis daerah

paling banyak 10 (sepuluh).

Akibatnya: 1. Tidak sinergis kelembagaan daerah dengan Urusan pemerintahan (Misal: Dinas Perhubungan dan Kominfo,

Dinas Perdagangan, Perindustrian, UMKM dan Tenaga Kerja). 2. Dengan dibukanya lembaga lain, perangkat daerah berkembang tanpa batas walaupun jumlah dinas dan badan

sudah dibatasi 3. Kriteria penentuan nilai dilakukan berdasarkan kriteria besaran daerah, sehingga tidak mencerminkan beban

dari urusan pemerintahan tersebut

• DAPAT DIBENTUK LEMBAGA LAIN Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pelaksanaan peraturan perundang- undangan

Page 13: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

I I . ARAH KEBIJAKAN

• Penyesuaian harus menjadikan Kelembagaan efektif dalam melaksanakan tugasnya tetapi harus efisien dari sisi pembiayaan, mengingat saat ini proporsi biaya birokrasi >50%

• Pengaturan kelembagaan bersifat asimetris yang memungkinkan kelembagaan dari satu daerah berbeda dengan daerah yang lain karena perbedaan prioritas Daerah dalam pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya.

• Mendorong terwujudnya sinergi kelembagaan antara Pemerintah Pusat dan Daerah agar jelas pemangku kepentingan (stakeholder) dari kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian tersebut di tingkat provinsi dan kabupaten/kota secara nasional.

• Menciptakan sinergi dalam perencanaan pembangunan antara kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian dengan Daerah untuk mencapai target nasional dengan akselerasi realisasi target nasional tersebut.

• Memastikan tersedianya dukungan personel yang memadai baik dalam jumlah maupun standar kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah, sehingga Pemerintah Daerah akan mempunyai birokrasi karir yang kuat dan memadai dalam aspek jumlah dan kompetensinya.

• Untuk mendorong kehadiran Negara secara efektif dalam melayani seluruh lapisan masyarakat perlu menata ulang Kelembagaan Pemda sesuai dengan perubahan kewenangan antar susunan pemerintahan sebagai bagian dari penguatan otonomi daerah dan reformasi birokrasi.

MENJADIKAN DAERAH SEBAGAI UJUNG

TOMBAK PELAKSANAAN NAWACITA

Page 14: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

III. KONSEP PENGELOMPOKAN PERANGKAT DAERAH

Secara teoritis pengelompokan perangkat daerah terdiri atas 5 (lima) komponen, yaitu:

• kepala Daerah (strategic apex)

• sekretaris Daerah (middle line)

• dinas Daerah (operating core)

• Badan sebagai fungsi penunjang (technostructure)

• staf pendukung (supporting staff).

Perangkat Daerah provinsi:

a. sekretariat daerah;

b. sekretariat DPRD;

c. inspektorat;

d. dinas; dan

e. badan.

Perangkat Daerah Kab/Kota

a. sekretariat daerah;

b. sekretariat DPRD;

c. inspektorat;

d. dinas;

e. badan; dan

f. kecamatan

Dinas dibentuk untuk melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

Badan sebagaimana dibentuk untuk melaksanakan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah

(Dinas dan Badan melaksanakan fungsi manajemen (yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengoordinasian, penganggaran, pengawasan, penelitian dan pengembangan, standardisasi, dan pengelolaan informasi)

Page 15: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

I V . T I POLOGI PERANGKAT DAERAH

PADA PRINSIPNYA SETIAP URUSAN PEMERINTAHAN

DILAKSANAKAN OLEH 1 DINAS

PADA PRINSIPNYA SETIAP FUNGSI PENUNJANG DILAKSANAKAN OLEH 1 BADAN

UNTUK MELAKSANAKAN PRINSIP TERSEBUT DI ATAS, DINAS DAN

BADAN DIKATEGORIKAN KE DALAM

•TIPE A (Skor lebih 800)

•TIPE B. dan (Skor 601-800) •TIPE C (Skor lebih dari 400 – 600)

TIDAK LAGI DIKENAL PERUMPUNAN DINAS DAN BADAN, KECUALI

URUSAN YANG SANGAT KECIL SEHINGGA BEBAN TUGASNYA TIDAK

MASUK KATEGORI TIPE C, DIWADAHI DENGAN KRITERIA:

SKOR 300-400, SETINGKAT BIDANG SKOR KURANG DARI 300, SETINGKAT SUB BIDANG

Page 16: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

VI I . UPT DAN CABANG DINAS

Pada dinas dan Badan dapat dibentuk UPT dinas untuk melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu;

Untuk urusan yang hanya

diotonomikan kepada daerah

provinsi dibentuk cabang dinas

di kabupaten/kota yang

mempunyai urusan tersebut

Kehutanan

Energi dan Sumber Daya

Mineral

Kelautan

Pendidikan Menengah

Page 17: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

VI I I . KR ITERIA UPT DAN CABANG DINAS

1. UPT pada dinas Provinsi: • Kelas A, dipimpin oleh

Pejabat Administrator, dengan 1 subbag Tu dan dua Seksi

• Kelas B, dipimpin oleh Pengawas tanpa kepala seksi

1. UPT pada dinas Kab/Kota: • Kelas A, dipimpin oleh

Pejabat Pengawas dg satu subbag TU

• Kelas B, dipimpin oleh Pengawas tanpa subbag TU

1. Cabang dinas Provinsi: • Kelas A, dipimpin oleh

Pejabat Administrator, dengan 1 subbag Tu dan dua Seksi

• Kelas B, dipimpin oleh Pengawas tanpa kepala seksi

Page 18: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

Pada dinas Daerah provinsi dapat dibentuk UPT dinas Daerah provinsi untuk melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu. UPT dinas Daerah provinsi dibedakan dalam 2 (dua) klasifikasi, diantaranya adalah: 1. UPT dinas Daerah provinsi kelas A untuk mewadahi beban kerja yang

besar; dan 2. UPT dinas Daerah provinsi kelas B untuk mewadahi beban kerja yang

kecil. Pembentukan UPT dinas Daerah provinsi ditetapkan dengan Peraturan Gubernur setelah dikonsultasikan secara tertulis kepada Menteri. Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi UPT dinas Daerah provinsi dan pembentukan UPT dinas Daerah provinsi diatur dengan Peraturan Menteri setelah mendapat pertimbangan tertulis dari menteri terkait dan menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang aparatur negara.

UPT DINAS DAERAH PROVINSI

Page 19: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

Selain UPT dinas Daerah provinsi, terdapat UPT dinas Daerah provinsi di bidang kesehatan berupa rumah sakit Daerah provinsi sebagai unit organisasi bersifat fungsional dan unit layanan yang bekerja secara profesional. Rumah sakit Daerah provinsi dipimpin oleh direktur rumah sakit Daerah provinsi. Rumah sakit Daerah bersifat otonom dalam penyelenggaraan tata kelola rumah sakit dan tata kelola klinis serta menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum Daerah. Dalam hal rumah sakit Daerah provinsi belum menerapkan pengelolaan keuangan badan layanan umum Daerah, pengelolaan keuangan rumah sakit Daerah provinsi tetap bersifat otonom dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban keuangan.

RUMAH SAKIT DAERAH PROVINSI

Page 20: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

Rumah sakit Daerah provinsi dalam penyelenggaraan tata kelola rumah sakit dan tata kelola klinis dibina dan bertanggung jawab kepada dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan. Pertanggungjawaban dilaksanakan melalui penyampaian laporan kinerja rumah sakit kepada kepala dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan. Pembinaan tata kelola rumah sakit dan tata kelola klinis serta pertanggungjawaban dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan. Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan tata hubungan kerja rumah sakit Daerah provinsi serta pengelolaan keuangan rumah sakit Daerah provinsi diatur dengan Peraturan Presiden.

TANGGUNGJAWAB RUMAH SAKIT DAERAH PROVINSI

Page 21: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

Pada dinas Daerah kabupaten/kota dapat dibentuk UPT dinas Daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu. UPT dinas Daerah kabupaten/kota dibedakan dalam 2 (dua) klasifikasi, terdiri dari: 1. UPT dinas Daerah kabupaten/kota kelas A untuk mewadahi beban kerja yang

besar; dan 2. UPT dinas Daerah kabupaten/kota kelas B untuk mewadahi beban kerja yang

kecil. Pembentukan UPT dinas Daerah kabupaten/kota ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Wali kota setelah dikonsultasikan secara tertulis kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.

Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi UPT dinas Daerah kabupaten/kota dan pembentukan UPT dinas Daerah kabupaten/kota diatur dengan Peraturan Menteri setelah mendapat pertimbangan tertulis dari menteri terkait dan menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang aparatur negara.

UPT DINAS DAERAH KABUPATEN/KOTA

Page 22: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

Selain UPT dinas Daerah kabupaten/kota, terdapat UPT dinas Daerah kabupaten/kota di bidang kesehatan berupa rumah sakit Daerah kabupaten/kota dan pusat kesehatan masyarakat sebagai unit organisasi bersifat fungsional dan unit layanan yang bekerja secara profesional. Rumah sakit Daerah kabupaten/kota dipimpin oleh direktur rumah sakit Daerah kabupaten/kota. Rumah sakit Daerah kabupaten/kota bersifat otonom dalam penyelenggaraan tata kelola rumah sakit dan tata kelola klinis serta menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum Daerah. Dalam hal rumah sakit Daerah kabupaten/kota belum menerapkan pengelolaan keuangan badan layanan umum Daerah, pengelolaan keuangan rumah sakit Daerah kabupaten/kota tetap bersifat otonom dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban keuangan.

RUMAH SAKIT DAERAH KABUPATEN/KOTA

Page 23: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

Rumah sakit Daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan tata kelola rumah sakit dan tata kelola klinis dibina dan bertanggung jawab kepada dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan. Pertanggungjawaban dilaksanakan melalui penyampaian laporan kinerja rumah sakit kepada kepala dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan. Pembinaan tata kelola rumah sakit dan tata kelola klinis serta pertanggungjawaban dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan. Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan tata hubungan kerja rumah sakit Daerah kabupaten/kota serta pengelolaan keuangan rumah sakit Daerah kabupaten/kota diatur dalam Peraturan Presiden.

TANGGUNGJAWAB RUMAH SAKIT DAERAH KABUPATEN/KOTA

Page 24: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

Pusat kesehatan masyarakat, dipimpin oleh kepala pusat kesehatan masyarakat. Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan tata hubungan kerja pusat kesehatan masyarakat diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan setelah mendapat pertimbangan tertulis dari Menteri dan menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang aparatur negara.

Page 25: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

I X . B E SA R A N D I N A S/ B A D A N D A E R A H P R O V I N S I

Administrator: 4

Pengawas : 12

Pelaksana: ?

Administrator: 3

Pengawas : 9

Pelaksana: ?

Administrator 2

Pengawas : 6

Pelaksana: ?

URUSAN PEMERINTAHAN

Page 26: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

X . B E SA R A N D I N A S/ B A D A N D A E R A H K A B / K O TA

Administrator: 4

Pengawas : 12

Pelaksana: ?

Administrator: 3

Pengawas : 9

Pelaksana: ?

Administrator 2

Pengawas : 6

Pelaksana: ?

URUSAN PEMERINTAHAN

Page 27: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

X I . B E SA R A N P E R A N G K A T K A B / K O TA ( K E C A M A TA N )

BUPATI/WALIKOTA

SEKRETARIAT DAERAH

Page 28: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

XII. PEMETAAN URUSAN PEMERINTAHAN

• dilakukan untuk memperoleh informasi tentang intensitas urusan pemerintahan wajib dan potensi urusan pilihan serta beban kerja peneyelnggaraan urusan.

• Pemetaan urusan pemerintahan digunakan untuk menentukan susunan dan tipe perangkat daerah.

FAKTOR KESULITAN WILAYAH

a. Jawa dan Bali dikalikan 1; b. Sumatera, Kalimantan, dan

Sulawesi dikalikan 1,1; c. Nusa Tenggara dan Maluku

dikalikan 1,2; d. Papua dikalikan 1,4; e. Daerah provinsi dan

kabupaten/kota kepulauan dikalikan 1,4.

f. Kabupaten d/kota di wilayah perbatasan darat negara dikalikan 1,4.

g. Kabupaten/kota di pulau-pulau terpencil daerah perbatasan laut dikalikan 1,5.

Page 29: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

Ketentuan Peralihan

Pasal 407 Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan secara langsung dengan Daerah wajib mendasarkan dan menyesuaikan pengaturannya pada Undang-Undang ini.

Page 30: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI RI

30

URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN

NO INDIKATOR & KELAS INTERVAL SKALA NILAI BOBOT (%) SKOR

1 2 3 4 5

1 Jumlah Penduduk

70

a. ≤ 600.000 200

400

600

800

1.000

140

280

420

560

700

a. 600.001 – 1.200.000

a. 1.200.001 – 4.000.000

a. 4.000.001–6.000.000

a. >6.000.000

2 Kepadatan penduduk (jiwa/km2)

a. > 551 200 20

a. 401 – 550 400 10

40

a. 251 – 400 600 60

a. 250 – 51 800 80

a. ≤ 50 1.000 100

Page 31: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

– TIPE A, Dengan Skor 801 ke atas

– TIPE B, Dengan Skor 601-800

– TIPE C, Dengan Skor 401 – 600

– Skor 400 atau kurang diwadahi setingkat bidang dan vergabung dengan Badan yang mewadahi Kepegawaia

26

XII. BESARAN ORGANISASI

Page 32: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI RI

Page 33: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI RI

Page 34: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI RI

Page 35: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI RI

Page 36: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI RI

Page 37: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

Dokumen

Standar Kompetensi Jabatan:

Hard-competency

Soft-competency

PENYUSUNAN STANDAR KOMPETENSI

JABATAN

Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan

37

PERATURAN KEPALA BKN NO. 13 TAHUN 2011 tentang Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan

Page 38: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

Peta Profil

Kompetensi Individu:

Hard-competency

Soft-competency

Assessmen Individu berdasarkan

Kompetensi

ASSESSMEN INDIVIDU BERDASARKAN

KOMPETENSI

38

PERATURAN KEPALA BKN NO. 23 TAHUN 2011 tentang Pedoman Penilaian Kompetensi PNS

Page 39: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

Penerapan Sistem Penilaian Kinerja PNS

Sasaran Kerja Pegawai (SKP)

+

Perilaku Kerja

PP NOMOR 46 TAHUN 2011

PENERAPAN SISTEM PENILAIAN KINERJA PNS

39

PERKA BKN NOMOR 1 TAHUN 2013

Page 40: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

SKEMATIS PENILAIAN PRESTASI KERJA

• PEMBINAAN

• PUNISHMENT

REKOMEN-

DASI

KINERJA

PNS

POTENSI

PNS

PRESTASI

KERJA

PNS

PERILAKU

KERJA

PNS

MINAT

BAKAT PNS

PSIKOTES

ASSESSMENT

CENTER

S

K

P

• OBYEKTIF

• TERUKUR

• AKUNTABEL

• PARTISIPASI

• TRANSPARAN

ASPEK: •KUANTITAS

•KUALITAS

•WAKTU

•BIAYA

ASPEK: • ORIENTASI

PELAYANAN

• INTEGRITAS

• KOMITMEN

• DISIPLIN

• KERJASAMA

• KEPEMIMPINAN

BOBOT

40 %

BOBOT

60 % KONTRAK

KINERJA

PENG-

AMAT-

AN

REWARD

BAIK

FEEDBACK

HASIL

PENILAIAN

BURUK

ASS-CEN

PSI-TEST

REKOMENDASI

REKOMENDASI

ASS-CEN

PSI-TEST

TINDAK

LANJUT

HASIL

PENILAIAN

HASIL

PENILAIAN

40

Page 41: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

41

A . P E N G I S I A N P E R A N G K A T D A E R A H

Administra-tor: 4

Pengawas : 8

Pelaksana: ?

Ketrampilan

Keahlian

Sesuai kebutuhan

Pengawas : 5

Pelaksana: ?

Ketrampilan

Keahlian

Sesuai kebutuhan

PNS diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu pada Instansi Pemerintah.

Pengangkatan PNS dalam jabatan ditentukan berdasarkan perbandingan objektif antara kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan dengan kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dimiliki oleh pegawai.

Pegawai aparatur sipil yang menduduki jabatan kepala Perangkat Daerah, harus memenuhi persyaratan kompetensi:

a. teknis;

b. manajerial; dan

c. sosial kultural.

Selain memenuhi kompetensi tersebut, harus memenuhi kompetensi pemerintahan.

Kompetensi teknis ditetapkan oleh menteri/kepala lembaga pemerintah nonkementerian setelah dikoordinasikan dengan Menteri.

Kompetensi pemerintahan ditetapkan oleh Menteri.

Ketentuan di atas berlaku secara mutatis mutandis terhadap pegawai aparatur sipil negara yang menduduki jabatan administrator di bawah kepala Perangkat Daerah dan jabatan pengawas.

Page 42: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN
Page 43: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

43

Nama : Dr. H. SUHAJAR DIANTORO, M.Si Tempat/Tgl Lahir : Sei Ungar Kepuluan Riau, 02 mei 1964 Jabatan Sekarang : Staf Ahli Menteri Dalam Negeri Bidang Pemerintahan, Pj. Gubernur Bengkulu NIP : 19640502.198702.1.005 Pangkat/Gol. : Pembina Utama, IV/e

Riwayat Pendidikan APDN Riau 1987 S1 Ilmu Sosial Politik IIP Jakarta 1990 S2 Universitas Airlangga Surabaya 2003 S3 Ilmu Sosial Konsentrasi Ilmu Pemerintahan, PPs Universitas Padjadjaran Bandung 2011

Page 44: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

44

Riwayat pekerjaan:

1. Staf Protokol Gub Riau 1987-1988

2. Staf Biro Kepegawaian Prov.Riau, 1990

3. Sekwilcam Karimun, Kab.Kepulauan Riau, Prov.Riau, 1991-1993

4. Camat Serasan Kab.Kepulauan Riau, Prov.Riau, 1993-1995

5. Camat Kundur Kab.Kepulauan Riau, Prov.Riau 1996-1999

6. Camat Karimum, Kab.Kepulauan Riau, Prov.Riau, 1999-2000

7. Kadispenda Kab.Karimun, Prov.Riau 2000-2004

8. Kepala Bappeda Kab.Karimun, Prov. Kepulauan Riau , 2004-2007

9. Kepala Badan Kepegawaian Prov.Kepulauan Riau, 2007-2008

10. Kepala Bappeda Prov.Kepulauan Riau, 2008-2010

11. Sekretaris Daerah Prov.Kepulauan Riau, 2010-2013

12. Rektor IPDN, 2013-2015

13. Staf Ahli Menteri Dalam Negeri Bidang Pemerintahan, 2015 (Sejak

Juli 2015)

14. Penjabat Gubernur Bengkulu (2 Desember 2015-15 Februari 2016)

Organisasi:

1. Ketua Yayasan pendidikan Prov.Kepulauan Riau, 2007-2012 (sampai

penegrian universitas maritim raja ali haji)

2. Ketua Kwarda Prov.Kepulauan Riau

3. Ketua Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia (MIPI)

Prov.Kepulauan Riau

4. Ketua Ikatan Keluarga Alumni Perguruan Tinggi Kepamongprajaan

(IKAPTK) Prov.Kepulauan Riau

Page 45: SOTK DAN KOMPETENSI JABATAN

SIMULASI PEMETAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN

TIPELOGI KELEMBAGAAN PERANGKAT DAERAH

http://fasilitasi.otda.kemendagri.go.id