162
i SKRIPSI PENGARUH RESPONSIVENESS PERAWAT TERHADAP MINAT MEMANFAATKAN KEMBALI LAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PARU DUNGUS MADIUN TAHUN 2019 Oleh: UMI HANIK JUROTULIMANIYAH 201503046 STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN TAHUN 2019

SKRIPSI PENGARUH RESPONSIVENESS PERAWAT

Embed Size (px)

Citation preview

i

SKRIPSI

PENGARUH RESPONSIVENESS PERAWAT TERHADAP MINAT

MEMANFAATKAN KEMBALI LAYANAN RAWAT INAP

DI RUMAH SAKIT PARU DUNGUS MADIUN

TAHUN 2019

Oleh:

UMI HANIK JUROTULIMANIYAH

201503046

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN

TAHUN 2019

ii

SKRIPSI

PENGARUH RESPONSIVENESS PERAWAT TERHADAP MINAT

MEMANFAATKAN KEMBALI LAYANAN RAWAT INAP

DI RUMAH SAKIT PARU DUNGUS MADIUN

TAHUN 2019

Diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan dalam mencapai gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)

UMI HANIK JUROTULIMANIYAH

201503046

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN

TAHUN 2019

iii

iv

v

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Umi Hanik Jurotulimaniyah

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir : Madiun, 24 November 1996

Agama : Islam

Alamat : Ds. Lembah rt/rw 10/03 kec. Dolopo kab. Madiun

Email :[email protected]

Riwayat pendidikan :

1. TK Desa Lembah Tahun 2003

2. SDN Lembah 02 Tahun 2009

3. MTsN 01 Madiun Tahun 2012

4. SMK Dolopo Tahun 2015

5. STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

karunia, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Responsiveness Perawat Terhadap Minat Memanfaatkan

Kembali Layanan Rawat Inap Di Rumah Sakit Paru Dungus Madiun Tahun

2019” dapat berjalan dengan lancar.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang memberi dukungan

sebagai penyempurnaan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Nunik Dhamayanti, M.Kes selaku direktur Rumah Sakit Paru Dungus

Madiun yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Rumah

Sakit Paru Dungus Madiun.

2. Bapak Zainal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid) selaku Ketua STIKES Bhakti

Husada Mulia Madiun.

3. Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM.,M.Kes, selaku ketua program studi S1

Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan persetujuan dalam pelaksanaan

ujian skripsi.

4. Bapak H. Edy Bachrun S.KM. M.Kes selaku dewan penguji yang telah

membantu kelancaran dalam pelaksanaan ujian skripsi

5. Bapak Suhadi Prayitno, S.KM., MM Selaku pembimbing 1 yang telah

membimbing dalam penyusunan skripsi

6. Ibu Retno Widiarini, S.KM.,M.Kes Selaku pembimbing 2 yang telah

membimbing dalam penyusunan skripsi

viii

7. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan do‟a dan dukungan nya serta

yang selalu memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini

8. Seluruh teman – teman seperjuangan yang telah banyak membantu dalam

penyusunn skripsi ini

Oleh karena terbatasnya kemampuan, penulis menyadari bahwa skripsi

ini masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan masukan

berupa kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat berguna serta

memberikan manfaat bagi pembaca.

Madiun, 29 Agustus 2019

Umi Hanik Jurotulimaniyah

ix

ABSTRAK

Umi Hanik Jurotulimaniyah

PENGARUH RESPONSIVENESS PERAWAT TERHADAP MINAT

MEMANFAATKAN KEMBALI LAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH

SAKIT PARU DUNGUS MADIUN TAHUN 2019.

142 Halaman + 9 Tabel + 4 Gambar + 21 Lampiran

Permasalahan yang terjadi dapat diketahui bahwa angka kunjungan rawat

inap di RS Paru Dungus Madiun pada tahun 2018 masih jauh dari target yang

telah ditetapkan rumah sakit yaitu sejumlah 1.737 kunjungan (69%) dari 2.500

target kunjungan yang sudah ditetapkan (100%). Permasalahan dalampenelitian

ini juga dapat dilihat dari angka pemanfaatan BOR pada tahun 2018 yang belum

memenuhi nilai ideal dari kementerian kesehatan RI yaitu 37% dari 60% - 85%

nilai ideal yang sudah ditetapkan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh

responsiveness perawat terhadap minat memanfaatkan kembali layanan rawat

inap di RS Paru Dungus Madiun Tahun 2019.

Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan crossectional.

jumlah sampel sebanyak 59 responden dengan teknik pengambilan sampel

menggunakan Purposive sampling.

Berdasarkan penelitian menggunakan uji chi square didapatkan hasil nilai

sig / ρ value = 0,020 < α = 0,05 yang artinya ada Pengaruh Responsiveness

Perawat Terhadap Minat Memanfaatkan Kembali Layanan Rawat Inap di Rumah

Sakit Paru Dungus Madiun Tahun 2019. Saran yang diberikan sebaiknya rumah

sakit paru dungus madiun mengadakan pelatihan untuk perawat khususnya di

instalasi rawat inap agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien,

membantu dan memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan penyampaian

informasi secara jelas.

Kata kunci : Responsiveness, Minat memanfaatkan kembali

x

ABSTRACT

Umi Hanik Jurotulimaniyah

THE INFLUENCE OF NURSES RESPONSIVENESS ON RE-UTILIZATION

HEALTH SERVICES AT PULMONARY HOSPITAL OF DUNGUS MADIUN IN

2019.

142 Pages + 19 Tables + 4 Picture + 21 Attachmens

The problems that occur can be seen that the number of inpatient visits at

the Dungus Madiun Lung Hospital in 2018 is still far from the target set by the

hospital, which is 1,737 visits (69%) of the 2,500 targeted visit visits (100%). The

problem in this study can also be seen from the BOR utilization figures in 2018

that have not met the ideal value of the Indonesian Ministry of Health, 37% of

60% - 85% of the ideal values set.

The purpose of this study was to determine the effect of nurses'

responsiveness on interest in re-utilizing inpatient services at Dungus Madiun

Lung Hospital in 2019.

This research method was quantitative with cross sectional approach. the

number of samples was 59 respondents with the sampling technique using

purposive sampling.

Based on research using the chi square test results obtained sig / ρ value

= 0.020 <α = 0.05, which means there is an Influence of Nurse Responsiveness

Against Interest in Re-Utilization Inpatient Services at Dungus Madiun Lung

Hospital in 2019. Suggestions should be given to pulmonary hospitals Dungus

Madiun conducts training for nurses especially in inpatient installations in order

to improve the quality of services to patients, assist and provide services quickly,

accurately and deliver clear information.

Keywords: Responsiveness, Re-Utilization

xi

DAFTAR ISI

Sampul Depan .................................................................................................... i

Sampul Dalam .................................................................................................... ii

Lembar Persetujuan ............................................................................................ iii

Lembar pengesahan ............................................................................................ iv

Lembar Pernyataan ............................................................................................. v

Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... vi

Kata pengantar .................................................................................................... vii

Abstrak ............................................................................................................... ix

Abstract .............................................................................................................. x

Daftar Isi ............................................................................................................. xi

Daftar Tabel .......................................................................................................xiv

Daftar Gambar .................................................................................................... xv

Daftar Lampiran .................................................................................................xvi

Daftar Istilah........................................................................................................xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 9

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 9

1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................... 9

1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................... 9

1.4 Manfaat Penelitian ...........................................................................10

1.4.1 Bagi RS Paru Dungus ..........................................................10

1.4.2 Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun ......................10

1.4.3 Bagi Peneliti ........................................................................11

1.5 Keaslian Penelitian ..........................................................................11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 16

2.1 Konsep Rumah Sakit ....................................................................... 16

2.1.1 Definisi Rumah Sakit .......................................................... 16

2.1.2 Klasifikasi rumah sakit ........................................................ 17

2.1.3 Kewajiban rumah sakit ........................................................ 19

2.1.4 Kewajiban pasien ................................................................ 22

2.2 Rawat Inap ....................................................................................... 23

2.3 Pelayanan Keperawatan .................................................................. 24

2.4 Standar Pelayanan ........................................................................... 25

2.4.1 Standar Pelayanan Keperawatan ......................................... 25

2.4.2 Standar Pelayanan Kesehatan .............................................. 26

2.5 Kualitas Pelayanan .......................................................................... 28

2.5.1 Definisi Kualitas .................................................................. 28

2.5.2 Definisi Mutu Pelayanan Kesehatan ................................... 29

2.5.3 Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan ................................... 29

2.5.4 IndikatorPenilaianMutuPelayananKesehatan ....................... 33

2.6 UnsurPokokAdministrasiKesehatan................................................. 36

xii

2.7 Responsiveness ................................................................................ 38

2.8 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ................................................. 39

2.9 Perilaku konsumen .......................................................................... 40

2.9.1 Faktor budaya ...................................................................... 40

2.9.2 Faktor sosial ........................................................................ 41

2.9.3 Faktor pribadi ...................................................................... 42

2.9.4 Tahap – tahap dalam proses keputusan pembelian ............. 42

2.10 Minat Memanfaatkan Kembali ...................................................... 44

2.10.1 Pengertian minat memanfaatkan kembali ........................... 44

2.10.2 Faktor yang mempengaruhi minat memanfaatkan kembali . 45

2.10.3 Parameter minat membeli produk ulang ............................. 47

2.11 Loyalitas konsumen ...................................................................... 47

2.12 KerangkaTeori................................................................................ 48

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ............................... 49

3.1 Kerangka Konsep ............................................................................ 49

3.2 Hipotesis Penelitian ......................................................................... 50

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 51

4.1 Desain Penelitian ............................................................................. 51

4.2 Populasi dan Sampel ....................................................................... 52

5.2.1 Populasi ............................................................................... 52

5.2.2 Sampel ................................................................................. 52

4.3 Teknik Sampling ............................................................................. 54

4.4 Kerangka Kerja Penelitian .............................................................. 54

4.5 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ................................ 56

4.5.1 Variabel Penelitian .............................................................. 56

4.5.2 Definisi Operasional ............................................................ 56

4.6 Instrumen Penelitian ........................................................................ 59

4.6.1 Validitas ............................................................................... 59

4.6.2 Reliabilitas ........................................................................... 61

4.7 Lokasi dan waktu Penelitian ........................................................... 62

4.7.1 Lokasi penelitian ................................................................. 62

4.7.2 Waktu penelitian .................................................................. 62

4.8 Prosedur Pengumpulan Data ........................................................... 62

4.9 Teknik Analisis Data ....................................................................... 64

4.9.1 Pengolahan Data .................................................................. 64

4.9.2 Analisis Data ....................................................................... 67

4.10 Etika Penelitian ............................................................................... 69

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 72

5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Paru Dungus Madiun ................... 72

5.1.1 Sejarah ................................................................................. 72

5.1.2 Aspek legal .......................................................................... 72

5.1.3 Lokasi bisnis ........................................................................ 73

5.1.4 Gambaran produk jasa ......................................................... 74

xiii

5.1.5 Visi, misi dan motto ............................................................ 76

5.2 Karakteristik responden ................................................................... 78

5.2.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ............ 78

5.2.2 Karakteristik responden berdasarkan usia ........................... 78

5.2.3 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan ................ 79

5.2.4 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan .................. 80

5.3 Responsiveness perawat di instalasi rawat inap RS Paru Dungus

Madiun ............................................................................................ 80

5.3.1 Distribusi frekuensi persepsi responden tentang

responsiveness perawat dengan indikator kecepatan ............ 81

5.3.2 Distribusi frekuensi persepsi responden tentang

responsiveness perawat dengan indikator ketertiban ............ 81

5.3.3 Distribusi frekuensi persepsi responden tentang

responsiveness perawat dengan indikator empati ................. 82

5.3.4 Distribusi frekuensi persepsi responden tentang

responsiveness perawat dengan indikator keaktifan ............. 83

5.3.5 Distribusi frekuensi persepsi responden tentang

responsiveness perawat dengan indikator ketanggapan ........ 83

5.4 Minat memanfaatkan kembali layanan rawat inap di rumah sakit

paru dungus madiun .......................................................................... 84

5.5 Tabulasi silang responsiveness perawat terhadap Minat

memanfaatkan kembali layanan rawat inap di rumah sakit paru

dungus madiun .................................................................................. 84

5.6 Analisis bivariat ................................................................................. 85

5.7 Pembahasan ....................................................................................... 86

5.7.1 Responsiveness perawat di instalasi rawat inap rumah sakit

paru dungus madiun .............................................................. 86

5.7.2 Minat memanfaatkan kembali layanan rawat inap di

rumah sakit paru dungus madiun ........................................... 88

5.7.3 Pengaruh responsiveness perawat terhadap Minat

memanfaatkan kembali layanan rawat inap di rumah sakit

paru dungus madiun .............................................................. 90

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 96

6.1 Kesimpulan......................................................................................... 96

6.2 Saran ................................................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 98

LAMPIRAN ........................................................................................................101

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data kunjungan pasien rawat inap Rumah Sakit Paru Dungus

Madiun ........................................................................................ 7

Tabel 1.2 Data BOR Rumah Sakit Paru Dungus Madiun ........................... 7

Tabel 1.3 Keaslian Penelitian .................................................................... 12

Tabel 4.1 Definisi Operasional .................................................................. 52

Tabel 4.2 Hasil uji validitas ....................................................................... 55

Tabel 4.3 Hasil uji reliabilitas ..................................................................... 57

Tabel 4.4 Rencana pelaksanaan penelitian .................................................. 57

Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin .................... 72

Tabel 5.2 Karakteristik responden berdasarkan usia ................................... 72

Tabel 5.3 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ........... 73

Tabel 5.4 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan .......................... 74

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responsiveness perawat di instalasi rawat

inap rumah sakit paru dungus madiun tahun 2019 .................... 74

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responsiveness perawat dengan indikator

kecepatan di instalasi rawat inap rumah sakit paru dungus

madiun tahun 2019 ...................................................................... 75

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responsiveness perawat dengan indikator

ketertiban di instalasi rawat inap rumah sakit paru dungus

madiun tahun 2019 ..................................................................... 75

Tabel 5.8 Distribusi frekuensi responsiveness perawat dengan indikator

empati di instalasi rawat inap rumah sakit paru dungus madiun

tahun 2019 ................................................................................... 76

Tabel 5.9 Distribusi frekuensi responsiveness perawat dengan indikator

keaktifan di instalasi rawat inap rumah sakit paru dungus

madiun tahun 2019 ...................................................................... 77

Tabel 5.10 Distribusi frekuensi responsiveness perawat dengan indikator

ketanggapan di instalasi rawat inap rumah sakit paru dungus

madiun tahun 2019 ...................................................................... 77

Tabel 5.11 Distribusi frekuensi minat memanfaatkan kembali layanan

rawat inap di RS Paru Dungus Madiun tahun 2019 ................... 78

Tabel 5.12 Tabulasi silang antara responsiveness perawat terhadap minat

memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus

Madiun tahun 2019 ..................................................................... 78

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Unsur Pokok Administrasi Kesehatan..........................................36

Gambar 2.2 Kerangka Teori ............................................................................42

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................43

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian ...........................................................49

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan Data Awal ............................................102

Lampiran 2 Lembar disposisi pengambilan data awal ...................................103

Lampiran 3 Surat izin uji validitas dan reliabilitas ........................................104

Lampiran 4 Surat balasan uji validitas dan reliabilitas ..................................105

Lampiran 5 Surat izin penelitian untuk tempat penelitian .............................106

Lampiran 6 Surat izin penelitian untuk Kesbangpol Kabupaten Madiun .......107

Lampiran 7 Surat balasan izin penelitian .......................................................108

Lampiran 8 Surat rekomendasi izin penelitian ..............................................109

Lampiran 9 Surat keterangan selesai penelitian .............................................112

Lampiran 10 Surat keterangan bebas administrasi ...........................................113

Lampiran 11 Surat permohonan calon responden ............................................114

Lampiran 12 Lembar persyaratan persetujuan (informed consent) ...................115

Lampiran 13 Output SPSS ................................................................................116

Lampiran 14 Dokumentasi ...............................................................................129

Lampiran 15 Kisi-kisi kuesioner ......................................................................130

Lampiran 16 Kuesioner ....................................................................................131

Lampiran 17 Lembar bimbingan skripsi ...........................................................134

Lampiran 18 Input variabel responsiveness ......................................................135

Lampiran 19 Input per indikator responsiveness .............................................137

Lampiran 20 Rekap per indikator responsiveness ...........................................139

Lampiran 21 Lembar persetujuan perbaikan skripsi ........................................140

xvii

DAFTAR ISTILAH

Acceptability : Penerimaan

Acces To Service : Akses Terhadap Pelayanan

Admission : Penerimaan

Affordability : Keterjangkauan

Amenities : Kenyamanan

Assurance : Jaminan

Attitidinal Loyalty : Kesetiaan

Attitudinal Comitment : Pembelian Ulang

Behavioral : Perilaku

Behavioral Loyalty : Perilaku Kesetiaan

Benefit Ratio : Resiko

Coding : Memberi Kode

Completely Satisfied : Sangat Puas

Continuity : Kontinuitas

Control : Pengendalian

Courtesy : Kesopanan

Cross Sectional : Potong Lintang

Curatif : Penyembuhan Penyakit

Customer Loyalty : Loyalitas Pelanggan

Customer Predisposition : Anggapan Pelanggan

Customer Satisfaction : Kepuasan Pelanggan

Depandability : Dapat Dipercaya

Diagnosis : Diagnosa

Difable : Kebutuhan Khusus

Dissatisfied : Tidak Puas

Editing : Pengecekan Data

Effectiveness : Efektifitas

Efficiency : Efisiensi

Emphaty : Empati

Enabling : Pendukung

Entry Data : Memasukkan Data

Hospital By Laws : Peraturan Internal RS

Inspection : Pemeriksaan

Interpersonal Relation : Hubungan Antar Manusia

Komprehensif : Paripurna

Outcome : Keluaran

Ovelapping : Kelonggaran

Performance : Kinerja

Playing The Game : Bermain Game

Predisposing : Predisposisi

Preventif : Pencegahan Penyakit

xviii

Provider : Penyelenggara Pelayanan

Reinforcing : Penguat

Reliability : Keandalan

Responsiveness : Daya Tanggap

Safety : Keselamatan

Satisfied : Puas

Scoring : Penilaian

Security : Keamanan

Tabulating : Pengelompokan

Tangibel : Bukti Fisik / Keberwujudan

Tangible : Bukti Fisik

Technical Competence : Kompetensi Teknis

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian

integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan

pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (curatif) dan

pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga

merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

Menurut undang-undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

menyatakan bahwa Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan

yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan

pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit

yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit

tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau

kekhususan lainnya.

Responsiveness merupakan bagian penting dalam sistem pelayanan

kesehatan karena sangat berhubungan dengan derajat kesejahteraan pasien dan

untuk mengevaluasi sistem pelayanan kesehatan dengan memperbaiki dan

memelihara kesehatan masyarakat. Responsiveness merupakan salah satu dari

lima dimensi mutu pelayanan menurut Adrian Palmer, (2001) dalam Irine Diana

Sari, (2010) yaitu reliabilitry (keandalan), responsiveness (ketanggapan),

2

assurance (jaminan), empathy (empati), tangibel (keberwujudan).

Responsineness yaitu kemampuan untuk membantu pelanggan dan memberikan

jasa dengan cepat atau tanggap.

Menurut Parasuraman, (1994) dalam Tjiptono, (2009) menjelaskan bahwa

indikator untuk menentukan responsiveness atau ketanggapan adalah

menginformasikan pelanggan tentang kepastian waktu penyampaian jasa,

layanan yang segera/cepat bagi pelanggan, kesediaan untuk merespon permintaan

pelanggan atau keluhan pada pasien.

Menurut Supriyanto, ernawati (2010) dalam komunikasi terapiutik

Responsiveness perawat meliputi 5 hal dasar yaitu: kecepatan, ketertiban, empati,

keaktifan dan ketanggapan.

Penanganan keluhan pasien terhadap aspek responsiveness merupakan

salah satu bentuk kepedulian rumah sakit untuk selalu berbenah dengan

memberikan pelayanan yang terbaik. Penanganan keluhan yang baik akan

memberikan peluang untuk mengubah pasien yang tidak puas menjadi puas atau

meningkat menjadi pasien loyal bahkan pasien akan menceritakan kepada orang

lain untuk memanfaatkan pelayanan di rumah sakit. Sehingga menjadi suatu

keharusan bagi pihak manajemen rumah sakit untuk melakukan evaluasi guna

mengetahui faktor penyebab sehingga selanjutnya dapat melakukan perbaikan.

Pembangunan kesehatan menghadapi banyak masalah antara lain kualitas,

pemerataan dan keterjangkauan pelayanan, serta kinerja pelayanan kesehatan

yang rendah. Ketidakpuasan terhadap pelayanan kesehatan lebih menonjol pada

pelayanan rawat jalan pemerintah di rumah sakit (RS), puskesmas, dan

3

puskesmas pembantu (pustu) daripada pelayanan swasta di RS, klinik atau balai

pengobatan dan praktik dokter/bidan/perawat. Kepuasan terhadap pelayanan

rawat inap RS pemerintah secara umum lebih rendah daripada pelayanan rawat

inap RS swasta.

Perilaku konsumen salah satunya yaitu perilaku pemanfaatan ulang

pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh konsumen dengan

mempertimbangkan berbagai pilihan produk jasa dan pelayanan jasa yang

diberikan.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Indonesia baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah harus

memperhatikan mutu atau kualitas pelayanan kesehatan. Persepsi tentang mutu

organisasi pelayanan sangat berbeda-beda karena bersifat sangat subjektif,

disamping itu selera dan harapan pelanggan selalu berubah-ubah.

Perubahan lingkungan yang cepat dan berkembang baik ditingkat lokal

maupun global, mendorong Rumah Sakit untuk melaksanakan berbagai

perubahan. Mengingat perubahan yang semakin cepat dengan munculnya

berbagai kebijakan pemerintah, teknologi, perilaku konsumen, pertumbuhan

pasar, strategi pesaing, dan faktor-faktor lain yang mengakibatkan persaingan

semakin tajam, maka dibutuhkan suatu strategi yang tepat, salah satunya adalah

meningkatkan kualitas pelayanan agar dapat meningkatkan dan mempertahankan

pelanggan dalam memakai layanan kesehatan.

Faktor yang mengidentifikasi dan berpotensi mempengaruhi seseorang

untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan menurut Green dalam Notoatmodjo

4

(2007) adalah faktor predisposisi (predisposing) yang meliputi pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan persepsi, faktor pendukung

(enabling) yaitu ketersediaan fasilitas kesehatan/sarana kesehatan,

keterjangkauan biaya, jarak dan fasilitas transportasi dan faktor penguat

(renforcing) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau

merupakan dukungan dari pemimpin, tokoh masyarakat, keluarga, dan orang tua.

Anderson dalam Muzaham (2009) mengembangkan suatu model tentang

pemanfaatan pelayanan kesehatan dimana pelayanan kesehatan tersebut

dipengaruhi oleh faktor predisposisi (jenis kelamin, umur, status perkawinan,

pendidikan, ras, agama dan kepercayaan kesehatan), karakteristik kemampuan

(penghasilan, asuransi, kemampuan membeli jasa pelayanan kesehatan,

pengetahuan tentang kebutuhan pelayanan kesehatan, adanya sarana pelayanan

kesehatan serta lokasinya dan ketersediaan tenaga kesehatan), dan karakteristik

kebutuhan (penilaian individu dan penilaian klinik terhadap suatu penyakit).

Menurut penelitian Liza Wati (2018) dengan judul “hubungan antara

reliability dan responsiveness dengan loyalitas pasien di ruang rawat inap RSUD

Kota Tanjungpinang”. Hasil penelitian menunjukkan persepsi reliability

(p=0,008), dan persepsi responsiveness (p=0,002) artinya terdapat korelasi secara

signifikan dengan loyalitas pasien, kekuatan hubungan cukup dan arah positif.

Variabel yang paling dominan adalah responsiveness dengan nilai coefisien

korelasi sebesar 0,372. Jadi responsiveness memiliki hubungan yang sangat erat

dengan loyalitas pasien, dimana responsiveness perawat memberikan dorongan

5

kepada pasien untuk menjalin hubungan baik dengan rumah sakit dan lebih loyal

dalam memanfaatkan pelayanan di rumah sakit.

Menurut penelitian Debra S. S Rumengan, J.M.L Umboh, G.D Kandou

(2015) dengan judul “faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan

pelayanan kesehatan pada peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Paniki Bawah

kecamatan Mapanget Kota Manado”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara persepsi responden tentang JKN, akses layanan

dan persepsi responden terhadap tindakan petugas dengan pemanfaatan

pelayanan kesehatan di puskesmas. Persepsi responden terhadap tindakan petugas

merupakan variabel yang paling dominan hubungannya. Jadi tindakan petugas

memberikan pengaruh yang baik untuk pasien memanfaatkan pelayanan

kessehatan di puskesmas, semakin baik tindakan petugas terhadap pasien maka

pasien akan semakin puas dan akan lebih memanfaatkan pelayanan kesehatan

yang ada di puskesmas tersebut.

Penelitian Ajenk saprilla nanda (2018) dengan judul “pengaruh

responsiveness perawat dalam praktik komunikasi terapiutik terhadap kepuasan

pasien instalasi rawat inap RSU Haji Surabaya”. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh signifikan daya tanggap atau responsiveness sebesar

0,003 (<α 0,05) terhadap kepuasan pasien. Hal ini menunjukkan semakin bagus

penilaian pasien terhadap daya tanggap atau responsiveness perawat maka akan

semakin meningkatkan kepuasan pasien di instalasi rawat inap Rumah Sakit

Umum Haji Surabaya.

6

RS Paru Dungus Madiun adalah salah satu rumah sakit khusus di

kabupaten Madiun provinsi Jawa Timur dan telah ditetapkan sebagai PPK-BLUD

Unit Kerja sejak tahun 2009 dengan status “BLUD Bertahap” sampai dengan

tahun 2012 hingga sekarang dengan stautus “BLUD Penuh” telah dikelola secara

baik, dengan menerapkan prinsip-prinsip efektifitas dan efisiensi sehingga telah

terasa adanya capaian peningkatan kinerja pelayanan, kinerja keuangan, dan

kinerja manfaat dapat mulai dirasakan keberhasilannya.

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No.9 tahun 2008

tanggal 20 Agustus 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan

Daerah Provinsi Jawa Timur dan Peraturan Gubernur No. 118 tahun 2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja UPT. Dinkes. Provinsi Jawa Timur tanggal 25 Agustus

2008, kedudukan RS. Paru Dungus Madiun adalah Sebagai Unsur Pelaksana

Teknis Operasional Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Berdasarkan keputusan Gubernur Jawa Timur no 118 / 765 / KPTS / 013 /

2012 tanggal.12 Desember 2012, Rumah Sakit Paru Dungus ditetapkan sebagai

PPK-BLUD Penuh. (profil RS Paru dungus Madiun 2017).

Strategi rumah sakit untuk meningkatkan jumlah kunjungan dan mutu

pelayanan pada instalasi rawat inap perlu ditingkatkan lagi, karena berdasarkan

data sekunder kunjungan rawat inap rumah sakit paru Dungus Madiun dari tahun

2016 sampai tahun 2018 mengalami fluktuasi dan belum memenuhi target yang

telah ditetapkan oleh rumah sakit paru Dungus Madiun.

7

Tabel 1.1 Angka kunjungan pasien rawat inap RS Paru Dungus

Madiun

No Tahun Kunjungan Pasien

Rawat Inap Persentase

1 2016 1790 71 %

2 2017 2170 86 %

3 2018 1737 69 %

Sumber: laporan RS Paru Dungus Madiun, 2019

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa angka kunjungan rawat inap di RS

Paru Dungus Madiun mulai tahun 2016 sampai 2018 mengalami fluktuasi, pada

tahun 2016 kunjungan pasien rawat inap mencapai 71%, tahun 2017 meningkat

sebesar 15% sedangkan pada tahun 2018 kembali mengalami penurunan sebesar

17%.

Kurangnya kualitas pelayanan di ruang rawat inap juga bisa dilihat dari

Bed Ocupation Rate (BOR), di provinsi Jawa Timur indikator BOR pada tahun

2016 sebesar 59,4%, sedangkan pada tahun 2017 mengalami penurunan menjadi

40,4%. Angka tersebut belum memenuhi standar yang ditetapkan kementerian

kesehatan RI yaitu antara 60% - 85% Kemenkes Provinsi Jatim, (2017).

Sedangkan di rumah sakit paru Dungus Madiun persentase Bed Ocupation Rate

(BOR) dari tahun 2016 sampai tahun 2018 selalu mengalami penurunan dan

belum memenuhi target rumah sakit maupun standar yang ditetapkan oleh

kementerian kesehatan RI.

Tabel 1.2 data Bed Ocupation Rate (BOR) di RS Paru Dungus

Madiun

No Tahun BOR

1 2016 47 %

2 2017 38 %

3 2018 37 %

Sumber: laporan RS Paru Dungus Madiun, 2019

8

Dilihat dari tabel diatas bahwa angka Bed Ocupation Rate (BOR) di rumah

sakit paru Dungus Madiun tahun 2016 yaitu sebesar 47 %, tahun 2017

mengalami penurunan sebesar 9% dan pada tahun 2018 juga mengalami

penurunan sebesar 1%. Selain setiap tahun mengalami penurunan, angka tersebut

juga belum mencapai target yang ditetapkan oleh rumah sakit maupun standar

yang ditetapkan oleh kementerian kesehatan RI.

Tabel 1.1 dan tabel 1.2 diatas ada ketidaksesuaian antara data kunjungan

pasien rawat inap dan data BOR Rumah Sakit pada tahun 2017, hal tersebut

dapat terjadi karena pada akhir tahun 2017 sampai awal tahun 2018 di Rumah

Sakit Paru Dungus Madiun ada pembangunan untuk penambahan ruang rawat

inap, sehingga antara kunjungan pasien rawat inap dengan angka pemanfaatan

tempat tidur tidak sesuai.

Dari latar belakang diatas maka permasalahan yang diangkat dalam

penelitian ini adalah angka kunjungan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun

pada tahun 2018 masih jauh dari target yang telah ditetapkan rumah sakit yaitu

sejumlah 1.737 kunjungan (69%) dari 2.500 target kunjungan yang sudah

ditetapkan (100%). Permasalahan dalam penelitian ini juga dapat dilihat dari

angka pemanfaatan BOR pada tahun 2018 yang belum memenuhi nilai ideal dari

kementerian kesehatan RI yaitu 37% dari 60% - 85% nilai ideal yang sudah

ditetapkan.

Hal tersebut jika dibiarkan tentunya akan berdampak pada pendapatan

rumah sakit sendiri. Pendapatan yang berfluktuasi tentunya juga akan

berpengaruh terhadap sumber daya yang ada di rumah sakit dan pelayanan yang

9

diberikan kepada masyarakat dapat kurang optimal sehingga secara tidak

langsung akan mempengaruhi kepuasan pasien terhadap pelayanan yang

diberikan, sehingga menimbulkan persepsi yang kurang baik terhadap rumah

sakit.

Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Responsiveness Perawat Terhadap Minat

Memanfaatkan Kembali Layanan Rawat Inap di RS Paru Dungus Madiun

Tahun 2019”. Hal ini penting sebagai acuan dalam pembenahan pelayanan

keperawatan agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang lebih optimal

kepada pasien.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah penelitian ini adalah

Apakah ada pengaruh responsiveness perawat terhadap minat memanfaatkan

kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

untuk menganalisis pengaruh responsiveness perawat terhadap minat

memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun Tahun

2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi responsiveness perawat di instalasi rawat inap RS Paru

Dungus Madiun.

10

2. Mengidentifikasi minat pasien untuk memanfaatkan kembali layanan rawat

inap di RS Paru Dungus Madiun.

3. Menganalisis pengaruh responsiveness perawat terhadap minat

memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang

baik secara teoritis dan praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1.4.1 Bagi Rumah Sakit Paru Dungus Madiun

1. Dapat memberikan gambaran mengenai minat pasien untuk memanfaatkan

kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun.

2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi RS Paru Dungus Madiun tentang

pengaruh responsiveness perawat terhadap minat memanfaatkan kembali

layanan rawat inap.

3. Dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi kemajuan ilmu perawat

serta meningkatkan kualitas dan mutu pelayanannya, khususnya di instalasi

rawat inap.

1.4.2 Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

1. Memperkenalkan dan mendekatkan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

dengan Institusi terkait sehingga terjalin kerjasama yang baik.

2. Sebagai tolok ukur untuk mengetahui sejauh man keberhasilan proses belajar

mahasiswa.

11

3. dapat menambah pengetahuan dan sebagai referensi penelitian ilmiah bagi

mahasiswa program studi s1 Kesehatan Masyarakat.

1.4.3 Bagi Peneliti

1. Memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menerapkan ilmu

pengetahuan yang telah diperoleh.

2. Menambah pengetahuan dan pengalam dalam melaksanakan penelitian.

3. Hasil penelitian dapat mendorong peneliti untuk lebih mengembangkannya.

1.5 Keaslian penelitian

Berikut ini adalah review dari beberapa penelitian terdahulu yang

mendukung penelitian ini berkaitan dengan pengaruh responsiveness perawat

terhadap minat memanfaatkan kembali layanan rawat inap

12

Tabel 1.3 Keaslian Penelitian

No Peneliti Judul

penelitian

Metode

penelitian

Variabel

penelitian

Hasil

penelitian

1 Liza

Wati

Hubungan

antara

reliability

dan

responsiven

ess dengan

loyalitas

pasien di

ruang rawat

inap RSUD

Kota

Tanjung

Pinang.

Pendekatan

studi

korelasional

dengan

proporsional

random

sampling.

Dependen:

loyalitas

pasien.

Independen:

reliability

dan

responsivene

ss.

Persepsi

reliability

(p=0,008),

dan persepsi

responsivenes

s (p=0,002)

artinya

terdapat

korelasi

secara

signifikan

dengan

loyalitas

pasien,

kekuatan

hubungan

cukup dan

arah positif.

Variabel yang

paling

dominan

adalah

responsivenes

s dengan nilai

coefisien

korelasi

sebesar 0,372.

2 Debra

S.S

rumeng

an,

J.M.L

Umboh,

G.D

Kandou

Faktor-

faktor yang

berhubunga

n dengan

pemanfaata

n pelayanan

kesehatan

pada peserta

BPJS di

puskesmas

Paniki

Bawah

Kecamatan

Mapanget

Kota

Survey

analitik

dengan

menggunak

an

rancangan

cross

sectional.

Independen:

persepsi

tentang

JKN, akses

layanan dan

persepsi

terhadap

tindakan

petugas.

Dependen:

pemanfaatan

pelayanan

kesehatan di

puskesmas.

Ada

hubungan

yang

bermakna

antara

persepsi

responden

tentang JKN,

akses layanan

dan persepsi

responden

terhadap

tindakan

petugas

dengan

13

Manado. pemanfaatan

pelayanan

kesehatan di

puskesmas.

3 Ajenk

Saprilla

Nanda

Pengaruh

responsiven

ess perawat

dalam

praktik

komunikasi

terapiutik

terhadap

kepuasan

pasien

instalasi

rawat inap

RSU Haji

Surabaya.

Metode

analitik

dengan

menggunak

an

pendekatan

cross

sectional

Independen:

responsivene

ss perawat

Dependen:

kepuasan

pasien

Terdapat

pengaruh

signifikan

daya tanggap

atau

responsivenes

s sebesar

0,0003 (<α =

0,05)

terhadap

kepuasan

pasien. Hal

ini

menunjukkan

semakin

bagus

penilaian

pasien

terhadap daya

tanggap atau

responsivenes

s perawat

maka akan

semakin

meningkatkan

kepuasan

pasien di

Instalasi

Rawat Inap

(IRNA)

Rumah Sakit

Umum Haji

Surabaya.

4 Ninies

sa‟diatul

mar‟ah

Pengaruh

persepsi

pasien

tentang

strategi

pemasaran

terhadap

minat

memanfaatk

Penelitian

kuantitatif

dengan

menggunak

an

pendekatan

cross

sectional

Independent:

strategi

pemasaran.

Dependent:

minat

memanfaatk

an kembali

layanan

rawat jalan

Hasil dari uji

chi square

bahwa nilai

sig /ρ value =

0,000 < α =

0,05 yang

artinya bahwa

ada pengaruh

persepsi

14

an kembali

layanan

rawat jalan

rumah sakit

Tk.IV

Madiun

tahun 2018

pasien

tentang

strategi

pemasaran

terhadap

minat

memanfaatka

n kembali

layanan rawat

jalan RS

Tk.IV

Madiun.

dari tabel 1.3 diatas dapat dilihat bahwa yang membedakan penelitian

terhadulu dengan penelitian ini adalah:

1. Penelitian Liza Wati meneliti tentang reliability dan responsiveness dengan

loyalitas. Metode penelitian menggunakan studi korelasi dengan rancangan

cross sectional, jumlah sampel 66 pasien.

2. Penelitian Debra S.S rumengan, J.M.L Umboh, G.D Kandou meneliti tentang

faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Metode

penelitian menggunakan survei analitik dengan rancangan cross sectional,

jumlah sampel 163 pasien dan populasi 1.877 pasien.

3. Penelitian Ajenk Saprilla Nanda meneliti tentang responsiveness perawat

terhadap kepuasan pasien. Metode penelitian menggunakan survei analitik

dengan rancangan cross sectional, jumlah sapel 145 pasien.

4. Penelitian Ninies Sa‟diatul Mar‟ah meneliti tentang strategi pemasaran

dengan minat memanfaatkan kembali layanan rawat jalan. Metode penelitian

kuantitatif menggunakan pendekatan cross sectional, jumlah sampel 54

pasien dan populasi 116 pasien.

15

Sedangkan penelitian ini meneliti tentang responsiveness perawat terhadap minat

memanfaatkan kembali layanan rawat inap. Metode penelitian kuantitatif

menggunakan pendekatan cross sectional, jumlah sampel 59 dan populasi 145

pasien.

16

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Rumah Sakit

2.1.1 Definisi Rumah Sakit

Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian

integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan

pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (curatif) dan

pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan

pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

Menurut undang-undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

menyatakan bahwa Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan

pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit

yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit

tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau

kekhususan lainnya.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 56 tahun

2014 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit menyatakan bahwa Rumah

Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada

semua bidang dan jenis penyakit. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang

memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu

17

berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan

lainnya.

2.1.2 Klasifikasi Rumah Sakit

Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Menurut Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 56 tahun 2014 tentang klasifikasi dan

perizinan rumah sakit, Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan

Rumah Sakit Khusus. Rumah Sakit Umum diklasifikasikan menjadi: Rumah Sakit

Umum Kelas A, Kelas B, Kelas C, kelas D, dan kelas D Pratama. Sedangkan

Rumah Sakit Khusus diklasifikasikan menjadi: Rumah Sakit Khusus Kelas A,

Kelas B, dan Kelas C. Penetapan klasifikasi Rumah Sakit tersebut didasarkan

pada Pelayanan, Sumber daya manusia, Peralatan, Bangunan dan prasarana.

2.1.2.1 Rumah Sakit Umum

Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Pelayanan yang diberikan oleh

Rumah Sakit Umum paling sedikit meliputi: pelayanan medik, pelayanan

kefarmasian, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik,

pelayanan penunjang nonklinik dan pelayanan rawat inap.

2.1.2.2 Rumah Sakit Khusus

Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin

ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya. Rumah

Sakit Khusus hanya dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai

bidang kekhususannya dan bidang lain yang menunjang kekhususan

18

tersebut. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di luar bidang kekhususannya

hanya dapat dilakukan pada pelayanan gawat darurat. (PMK No. 56 tahun 2014).

Rumah Sakit Khusus meliputi rumah sakit khusus Ibu dan anak, Mata, Otak, Gigi

dan mulut, Kanker, Jantung dan pembuluh darah, Jiwa, Infeksi, Paru, Telinga-

hidung-tenggorokan, Bedah, Ketergantungan obat; dan Ginjal.

Rumah Sakit Khusus harus mempunyai fasilitas dan kemampuan, paling

sedikit meliputi:

1. Pelayanan,

Pelayanan yang diselenggarakan meliputi:

a. pelayanan medik, paling sedikit terdiri dari:

1) pelayanan gawat darurat, tersedia 24 (dua puluh empat) jam sehari terus

menerus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

2) pelayanan medik umum;

3) pelayanan medik spesialis dasar sesuai dengan kekhususan;

4) pelayanan medik spesialis dan/atau subspesialis sesuai kekhususan;

5) pelayanan medik spesialis penunjang;

b. Pelayanan Kefarmasian

c. Pelayanan Keperawatan

d. Pelayanan Penunjang Klinik

e. Pelayanan Penunjang Nonklinik

2. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia paling sedikit terdiri dari:

19

a. Tenaga Medis, yang memiliki kewenangan menjalankan praktik kedokteran

di Rumah Sakit yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

b. Tenaga Kefarmasian, dengan kualifikasi apoteker dan tenaga teknis

kefarmasian dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan

pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.

c. Tenaga Keperawatan, dengan kualifikasi dan kompetensi yang sesuai dengan

kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.

d. Tenaga Kesehatan Lain dan Tenaga Nonkesehatan, sesuai dengan

kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.

3. Peralatan,

Peralatan yang digunakan adalah peralatan yang memenuhi standar sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.1.3 Kewajiban Rumah Sakit

Menurut peraturan menteri kesehatan No. 4 tahun 2018 tentang kewajiban

rumah sakit dan pasien, Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban :

1. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit

kepada masyarakat, berupa: Informasi umum tentang Rumah Sakit, dan

informasi yang berkaitan dengan pelayanan medis kepada Pasien.

2. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan

efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar

pelayanan Rumah Sakit melalui akreditasi Rumah Sakit.

20

3. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan

kemampuan pelayanannya.

4. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana,

sesuai dengan kemampuan pelayanannya.

5. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau

miskin.

6. Melaksanakan fungsi sosial.

7. Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan

kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien.

8. Menyelenggarakan rekam medis.

9. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak meliputi sarana

ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita

menyusui, anak-anak, lanjut usia.

10. Melaksanakan sistem rujukan.

11. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan

etika serta peraturan perundang-undangan.

12. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan

kewajiban pasien.

13. Menghormati dan melindungi hak pasien.

14. Melaksanakan etika Rumah Sakit.

15. Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana.

16. Melaksanakan program pemerintah dibidang kesehatan baik secara

regional maupun nasional.

21

17. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau

kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.

18. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by

laws).

19. Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas

Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas dan

20. Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa

rokok.

Selain kewajiban sebagaimana dimaksud diatas, Rumah Sakit mempunyai

kewajiban mengupayakan:

1. Keamanan dan pembatasan akses pada unit kerja tertentu yang memerlukan

pengamanan khusus dan

2. Keamanan Pasien, pengunjung, dan petugas di Rumah Sakit.

3. Pelayanan kesehatan yang aman dan efektif paling sedikit dilaksanakan

melalui sasaran keselamatan Pasien Rumah Sakit sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Pelayanan kesehatan yang merupakan pelayanan kesehatan yang

dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit sebagai bagian

dari tata kelola klinis yang baik.

5. Standar pelayanan Rumah Sakit disusun dan diterapkan dengan

memperhatikan standar profesi, standar pelayanan masing-masing Tenaga

Kesehatan, standar prosedur operasional, kode etik profesi dan kode etik

Rumah Sakit.

22

6. Pelayanan kesehatan yang antidiskriminasi diwujudkan dengan tidak

membedakan pelayanan kepada Pasien dalam memberikan pelayanan

kesehatan, baik menurutras, agama, suku, gender, kemampuan ekonomi,

orang dengan kebutuhan khusus (difable), latar belakang sosial politik dan

antar golongan.

2.1.4 Kewajiban Pasien

Menurut peraturan menteri kesehatan No. 4 tahun 2018 tentang kewajiban

rumah sakit dan pasien. Dalam menerima pelayanan dari Rumah Sakit,

Pasien mempunyai kewajiban:

1. Mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit

2. Menggunakan fasilitas Rumah Sakit secara bertanggung jawab

3. Menghormati hak Pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan

serta petugas lainnya yang bekerja di Rumah Sakit

4. Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai dengan

kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya

5. Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan

kesehatan yang dimilikinya

6. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan

di Rumah Sakit dan disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah

mendapatkan penjelasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan

7. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak

rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau

23

tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan untuk

penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya, dan

8. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima. Imbalan jasa

tersebut merupakan pembayaran atas konsultasi, pemeriksaan medis,

tindakan medis, dan pelayanan lain yang diterima, yang didasarkan atas

itikad baik Pasien sesuai dengan jasa yang diterima.

2.2 Rawat Inap

Pelayanan rawat inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan yang

terdapat di rumah sakit yang merupakan gabungan dari beberapa fungsi

pelayanan. Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu

perawatan intensif atau observasi ketat karena penyakitnya. Menurut Revans

(1986) yang dikutip Anjaryani(2009) dalam Bahtiar (2013) bahwa pasien yang

masuk pada pelayanan rawat inap mengalami tingkat proses transformasi, yaitu:

1. Tahap Admission,yaitu pasien dengan penuh kesabaran dan kenyakinan

dirawat tinggal dirumah sakit.

2. Tahap Diagnosis, yaitu pasien diperiksa dan ditegakkan diagnosisnya.

3. Tahap treatment, yaitu berdasarkan diagnosis pasien dimasukkan dalam

program perawatan dan terapi

4. Tahap Inspection, yaitu secara terus menerus diobservasi dan dibandingkan

pengaruh serta respon pasien atas pengobatan.

5. Tahap Control, yaitu setelah dianalisa kondisinya, pasien dipulangkan.

Pengobatan diubah atau diteruskan, namun dapat juga kembali ke proses

untuk didiagnosa ulang.

24

2.3 Pelayanan Keperawatan

Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang

meliputi pelayanan pelayanan dasar dan pelayanan rujukan.Semuanya dapat

dilaksanakan oleh tenaga keperawatan dalam meningkatkan derajat kesehatan.

Sebagai bagian dari pelayanan kesehatan, maka pelayanan keperawatan yang

dilakukan oleh tenaga perawat dalam memiliki tugas, diantaranya memberikan

asuhan keperawatan keluarga, komunitas dalam pelayanan kesehatan dasar dan

akan memberikan asuhan keperawatan secara umum pada pelayanan rujukan.

Penggunaan proses keperawatan sangat bermanfaat bagi klien, keluarga

dan masyarakat karena mendorong mereka untuk berpartisipasi secara aktif

dengan melibatkan mereka kedalam lima tahapannya. Klien menyediakan sumber

untuk pengkajian, validasi diagnosis keperawatan dan menyediakan umpan balik

untuk evaluasi. Perencanaan keperawatan yang tersusun dengan baik akan

memungkinkan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan secara kontinu,

aman dan dapat menciptakan lingkungan yang terapeutik. Keadaan tersebut akan

membantu mempercepat kesembuhan klien dan memungkinkan klien untuk

beradaptasi dengan lingkungan yang ada. Dalam kaitan inilah, yang dikutip dari

cendikiawan islamVeithzal Rivai (2009) dalam Bahtiar (2013).

Praktik keperawatan menurut International Council Of Nursing (ICN)

yang dikutip Nursalam adalah cara untuk membantu individu atau kelompok

mempertahankan atau mencapai kesehatan yang optimal sepanjang proses

kehidupan yang mengkaji status kesehatan klien, menetapkan diagnosis

keperawatan, rencana, tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan, dan

25

mengevaluasi responklien terhadap intervensi yang diberikan. Dalam praktik

keperawatan itu sendiri terdapat standar praktik keperawatan yang harus

dilaksanakan.

Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu

pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat, dan benar yang dirumuskan

sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan serta merupakan alat ukur dalam

penilaian penampilan kerja seorang perawat. Standar praktik menguraikan apa

yang harus dilakukan, mengidentifikasi tanggung jawab, dan melaksanakan

tanggung jawab tersebut.

2.4 Standar Pelayanan

2.4.1 Standar Pelayanan Keperawatan

Berdasarkan surat keputusan DPP PPNI No. 03/DPP/SK/I/1996 dalam

Bahtiar (2013) maka standar pelayanan keperawatan di Indonesia terdapat 7

standar yakni sebagai berikut:

1. Standar 1

Divisi keperawatan mempunyai falsafah dan struktur yang pemberian asuhan

keperawatan yang bermutu tinggi dan merupakan sarana untuk

menyelesaikan berbagai persoalan praktik keperawatan di seluruh institusi

asuhan/pelayanan keperawatan.

2. Standar 2

Divisi keperawatan dipimpin oleh seorang perawat eksekutif yangmemenuhi

persyaratan dan anggota direksi.

26

3. Standar 3

Kebijaksanaaan dan praktik divisi keperawatan menjamin pelayanan

keperawatan merata dan berkesinambungan yang mengakui perbedaan

agama, sosial budaya, dan ekonomi diantara klien/pasien di institusi

pelayanan kesehatan.

4. Standar 4

Divisi keperawatan menjamin bahwa proses keperawatan digunakan untuk

merancang dan memberikan asuhan untuk memenuhi kebutuhan individu

klien/pasien dalamkonteks keluarga.

5. Standar 5

Divisi keperawatan menciptakan lingkungan yang menjamin efektifitas

praktik keperawatan.

6. Standar 6

Divisi keperawatan menjamin pengembangan berbagai program pendidikan

untuk menunjang pelaksanaan asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.

7. Standar 7

Divisi keperawatan memprakarsai, memanfaatkan dan berperan serta dalam

berbagai proyek penelitian untuk peningkatan asuhan klien/pasien.

2.4.2 Standar Pelayanan Kesehatan

Standar pelayanan kesehatan merupakan bagian dari layanan kesehatan itu

sendiri dan memainkan peranan yang penting dalam mengatasi masalah mutu

layanan kesehatan. Standar pelayanan kesehatan adalah suatu pernyataan tentang

27

mutu yang diharapkan, yang menyangkut masukan, proses dan keluaran

(outcome) sistem layanan kesehatan.

Donabedian (1980) dalam elisabeth dan Th. Endang (2015) menganjurkan

agar standar dan kriteria diklasifikasikan kedalam tiga kelompok. Anjuran

Donabedia tersebut pada prinsipnya sama dengan yang dianjurkan oleh WHO

yaitu: standar struktur, standar proses dan standar keluaran (outcome).

1. Standar input atau struktur

Standar struktur adalah standar yang menjelaskan peraturan sistem,

terkadang disebut juga sebagai masukan atau struktur. Termasuk didalamnya

adalah hubungan organisasi, misi organisasi, kewenangan, komite-komite,

personel, peralatan, gedung, rekam medis, keuangan, perbekalan, obat dan

fasilitas.

Hubungan antara struktur dan kualitas pelayanan adalah hal yang

penting dalam merencanakan, mendesain, dan melaksanakan sistem yang

dikehendaki untuk memberikan pelayanan kesehatan. Pengaturan

karakteristik struktur yang digunakan mempunyai kecenderungan untuk

mempengaruhi proses pelayanan, sehingga ini akan membuat kualitasnya

berkurang atau meningkat.

2. Standar proses

Standar proses adalah sesuatu yang menyangkutbsemua aspek

pelaksanaan kegiatan layanan kesehatan, melakukan prosedur dan

kebijaksanaan. Standar proses akan menjelaskan apa yang dilakukan,

28

bagaimana melakukannya dan bagaimana sistem kerjanya. Dengan kata lain

standar proses adalah playing the game.

3. Standar keluaran atau outcome

Standar output merupakan hasil akhir atau akibat dari layanan

kesehatan. Standar keluaran akan menunjukkan apakah layanan kesehatan

berhasil atau gagal. Keluaran (outcome) adalah apa yang diharapkan akan

terjadi sebagai hasil dari layanan kesehatan yang diselenggarakan dan

terhadap apa keberhasilan tersebut akan diukur.

Tentang keluaran (outcome), Donabedian memberikan penjelasan

bahwa outcome secara tidak langsung dapat digunakan secara pendekatan

untuk menilai pelayanan kesehatan. Dalam menilai apakah hasilnya bermutu

atau tidak, diukur dengan standar hasil yang diharapkan dari pelayanan medis

yang telah dikerjakan.

2.5 Kualitas pelayanan

2.5.1 Definisi Kualitas

Kualitas diartikan sebagai upaya dari produsen untuk memenuhi kepuasan

pelanggan dengan memberikan apa yang menjadi kebutuhan, ekspektasi, da

bahkan harapan dari pelanggan, dimana upaya tersebut terlihat dan terukur dari

hasil akhir produk yang dihasilkan atau jasa yang diberikan. Hendy tanady (2015).

Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri suatu barang atau jasa yang

didalamnya terkandung pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan para

pengguna (DIN ISO 8402, 1986) dalam (Elisabeth dan Th. Endang, 2015).

29

2.5.2 Definisi Mutu Pelayanan kesehatan

Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang yang sesuai

dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai

dengan standar dan kode etik profesi (Azhrul,1996) dalam (Elisabeth dan Th.

Endang, 2015).

Secara umum pengertian mutu pelayanan kesehatan adalah derajat

kesempunaan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar

pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit

atau puskesmas secara wajar, efisien, dan efektif serta diberikan secara aman dan

memuaskan secara norma, etika, hukum dan sosial budaya dengan memperhatikan

keterbatasan dan kemampuan pemerintah serta masyarakat konsumen (Elisabeth

dan Th. Endang 2015).

2.5.3 Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan

2.5.3.1 Faktor Utama Penentu Kualitas Pelayanan

Menurut Moenir (2002) dalam elisabeth dan Th. Endang (2015),terdapat

beberapa faktor yang mendukung berjalannnya suatu pelayanan dengan baik,

yaitu:

1. Kesadaran para pejabat dan petugas yang berkecimpung dalam pelayanan.

2. Aturan yang menjadi landasan kerja pelayanan.

3. Organisasi yang merupakan alat serta sistem yang memungkinkan

berjalannya mekanisme kegiatan pelayanannya.

4. Ketrampilan petugas.

5. Sarana dalam pelaksanaan tugas pelayanan.

30

Menurut Lori Di Prete Brown dalam elisabeth dan Th. Endang (2015).

Ada 8 dimensi mutu pelayanan, yaitu:

1. Kompetensi teknis (Technical competence)

Adalah terkait dengan keterampilan, kemampuan dan penampilan

petugas, manajer dan staf pendukung. Kompetensi teknis berhubungan

dengan bagaimana cara petugas mengikuti standar pelayanan yang telah

ditetapkan dalam hal kepatuhan, ketepatan, kebenaran dan konsistensi.

2. Akses terhadap pelayanan (acces to service)

Adalah pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis,

sosial, ekonomi, budaya, organisasi atau hambatan bahasa.

3. Efektivitas (effectiveness)

Adalah kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektivitas yang

menyangkut norma pelayanan kesehatan dan petunjuk klinis sesuai standar

yang ada.

4. Efisiensi (efficiency)

Adalah dimensi yang penting dari kualitas karena efisiensi akan

mempengaruhi hasil pelayanan kesehatan. Pelayanan yang efisien pada

umumnya akan memberikan perhatian yang optimal kepada pasien dan

masyarakat.

5. Kontinuitas (continuity)

Adalah klien akan menerima pelayanan yang lengkap yang

dibutuhkan (termasuk rujukan) tanpa mengulangi prosedur diagnosa dan

terapi yang tidak perlu.

31

6. Keamanan (safety)

Adalah mengurangi resiko cidera, infeksi atau bahaya lain yang

berkaitan dengan pelayanan. Keamanan pelayanan melibatkan petugas dan

pasien.

7. Hubungan antar manusia (interpersonal relations)

Adalah interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien, manajer dan

petugas, dan tim kesehatan dengan kesehatan. Hubungan antar manusia yang

baik menambahkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara menghargai,

menjagang rahasia, menghormati, responsive dan memberikan perhatian.

8. Kenyamanan (amenities)

Adalah pelayanan kesehatan yang tidak berhubungan langsung

dengan efektifitas klinis, tetapi dapat mempengaruhi kepuasan pasien dan

bersedianya untuk kembali ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh

pelayanan berikutnya. (Wijoyo, Djoko.2008) dalam (Elisabeth dan Th.

Endang. 2015).

2.5.3.2 Faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan

1. Ilmu pengetahuan dan teknologi baru

Mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka

akan diikuti oleh perkembangan pelayanan kesehatan untuk mengatasi

masalah penyakit – penyakit yang sulit, dapat digunakan penggunaan alat

seperti leser, terapi penggunaan gen dan lain-lain.

32

2. Nilai masyarakat

Dengan beragamnya masyarakat, maka dapat menimbulkan

pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan yang berbeda. Masyarakat yang sudah

maju dengan pengetahuan yang tinggi, maka akan memiliki kesadaran yang

lebih dalam penggunaan atau pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan ,

demikian juga sebaliknya.

3. Aspek legal dan etik

Dengan tingginya penggunaan atau pemadatan jasa pelayanan

kesehatan, maka akan semakin tinggi pula tuntutan hukum dan etik dalam

pelayanan kesehatan. Sehingga pelaku pemberi pelayanan kesehatan secara

profesional dengan memperhatikan nilai – nilai hukum dan etika yang ada di

masyarakat.

4. Ekonomi

Semakin tinngi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih

diperhatikan dan mudah dijangkau, begitu juga sebaliknya keadaan ekonomi

ini yang dapat mempengaruhi dalam sistem masyarakat.

5. Politik

Kebijakan pemerintah melalui sistem politik yang ada, akan semakin

berpengaruh sekali dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan. Kebijakan

– kebijakan yang ada dapat memberikan pola dalam sistem pelayanan. (Aziz,

Alimul. 2008) dalam elisabeth dan Th. Endang (2015).

33

2.5.4 Indikator Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan

Pendekatan dalam pelaksanaan evaluasi menggunakan pendekatan yang

lazim dipakai yaitu pendekatan struktur/input, proses dan hasil/output.

1. Pendekatan Struktur/Input

Pendekatan struktur/input adalah berfokus pada sistem yang dipersiapkan

dalam organisasi dari manajemen termasuk komitmen, dan stakeholder

lainnya, prosedur serta kebijakan sarana dan prasarana fasilitas dimana

pelayanan diberikan.

2. Pendekatan Proses

Pendekatan proses adalah semua metode dengan cara bagaimana

pelayanan dilaksanakan.

3. Hasil (output)

Hasil (output) adalah hasil pelaksanaan kegiatan, perlu diperjelas

perbedaan output dan outcome. Output adalah hasil yang dicapai dalam

jangka pendek, misalnya akhir dari kegiatan pemasangan infus, sedangkan

outcome adalah hasil yang terjadi setelah pelaksanaan kegiatan jangka

pendek, misalnya phlebitis setelah 3x24 jam pemasangan infus.

Melalui serangkaian penelitian terhadap berbagai macam industri jasa,

parasuraman, Zeithaml dan Berry (1985) sebagaimana dikutip Tjiptono dan

Candra (2011) dalam Elisabeth dan Th. Endang (2015) berhasil mengidentifikasi

sepuluh dimensi pokok kualitas jasa:

1. Reliabilitas, meliputi dua aspek utama yaitu konsistensi kinerja (performance)

dan sifat dapat dipercaya (dependability). Hal ini berarti perusahaan mampu

34

menyampaikan jasanya secara benar sejak awal, memenuhi janjinya secara

akurat dan andal, menyimpan data secara tepat dan mengirimkan tagihan yang

akurat.

2. Responsivitas atau daya tanggap, yaitu kesediaan dan kesiapan para karyawan

yang membantu para pelanggan dan menyampaikan jasa secara cepat.

3. Kompetensi, yaitu penguasaan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan

agar dapat menyampaikan jasa sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

4. Akses, meliputi kemudahan untuk dihubungi atau ditemui dan kemudahan

kontak. Hal ini berati lokasi fasilitas jasa mudah dijangkau, waktu mengantri

atau menunggu tiak terlalu lama, saluran komunikasi mudah dihubungi, dan

jam operasi nyaman.

5. Kesopanan (courtesy), meliputi sikap santun, respek, atensi dan keramahan

para karyawan.

6. Komunikasi, artinya menyampaikan informasi kepada para pelanggan dalam

bahasa yang mudah mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan

keluhan pelanggan.

7. Kredibilitas, yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya. Kredibilitas mencakup nama

perusahaan, reputasi perusahaan, karakter pribadi karyawan, dan interaksi

dengan pelanggan.

8. Keamanan (security), yaitu bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.

Termasuk didalamnya adalah keamanan secara fisik, keamanan finansial,

privasi dan kerahasiaan.

35

9. Kemampuan memahami pelanggan, yaitu berupaya memahami pelanggan dan

kebutuhan spesifik mereka, meberikan perhatian individual, dan mengenal

pelanggan reguler.

10. Bukti fisik (tangibles), meliputi penampilan fasilitas fisik, dan bahan-bahan

komunikasi perusahaan.

Dalam riset selanjutnya, Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1985) dalam

Elisabeth dan Th. Endang (2015) menemukan adanya ovelapping diantara

beberapa dimensi diatas, oleh sebab itu mereka menyederhanakan sepuluh

dimensi tersebut menjadi 5 dimensi pokok. Kompetensi, kesopanan, kredibilitas

dan keamanan disatukan menjadi jaminan (assurance), sedangkan akses,

komunikasi, dan kemampuan memahami pelanggan diintegrasikan menjadi

empati (emphaty). Berikut terdapat lima dimensi utama yang disusun sesuai

urutan tingkat kepentingan relatifnya:

1. Reliabilitas (reliability), berkaitan dengan kempauan perusahaan untuk

memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat

kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang

disepakati.

2. Daya tanggap (responsiveness), berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan

para karyawan untuk membantu para pelanggan dan merespon permintaan

mereka serta menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian

memberikan jasa secara cepat.

36

3. Jaminan (assurance), yakni perilaku para karyawan mampu menumbuhkan

kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan bisa

menciptakan rasa aman bagi pelanggannya.

4. Empati (emphaty), berarti bahwa perusahaan memahami masalah para

pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan dan memiliki jam

operasi yang nyaman.

5. Bukti fisik (tangibles), berkenaan dengan daya tarik kualitas fisik,

perlengkapan, dan material yang digunakan perusahaan, serta penampilan

karyawan.

2.6 Unsur Pokok Administrasi Kesehatan

Gambar 2.1 Unsur Pokok Administrasi Kesehatan

1. Input (masukan)

Yang dimaksud dengan input (masukan) dalam adalah segala sesuatu yang

dibutuhkan untuk dapat melaksanakan pekerjaan administrasi. Input

(masukan) dalam hal ini yaitu:

a. Man (manusia) : Manusia dalam hal ini yaitu responsiveness perawat

terhadap pasien.

Input

1. Man

2. Money

3. Material

4. Methode

5. machene

Proses

1. Planning

2. Organizing

3. Actuating

4. Controlling

Output

Target Impact

37

b. Money (uang) : Uang dalam hal ini yaitu sumber modal berupa uang atau

giro.

c. Material (sarana) : Sarana dalam hal ini yaitu berupa bangunan, tanah

maupun sarana kesehatan lainnya.

d. Methode (metode) : Metode dalam hal ini yaitu prosedur atau cara untuk

memberikan pelayanan yang terbaik yang memuaskan pasien

e. Machine (mesin) : Peralatan penunjang administrasi kesehatan.

2. Process (proses)

Proses adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Proses tersebut diantaranya yaitu menurut George R.

Terry, dalam hal ini proses meliputi:

a. Planning (perencanaan) : Penyusunan SOP untuk pelayanan

kesehant

b. Organizing (pengorganisasian) : Penyusunan staf

c. Actuating (penggerakan) : Pengarahan, pengoordinasia, bimbingan,

penggerakan.

d. Controlling (pengawasan) : Penyusunan laporan evaluasi

3. Output (keluaran)

Output (keluaran) adalah hasil dari suatu pekerjaan administrasi. Untuk

administrasi kesehatan , keluaran dalam hal ini disebut dengan nama

pelayanan kesehatan (health service).

38

4. Target (sasaran)

Target (sasaran) adalah kepada siapa keluaran yang dihasilkan ditujukan.

Untuk hal ini sasaran yang dimaksud yaitu pasien, baik perseorangan

kelompok maupun masyarakat.

5. Impact (dampak)

Impact (dampak) adalah akibat yang ditimbulkan oleh keluaran.

2.7 Responsiveness

Responsiveness yaitu suatu kemauan untuk membantu dan memberikan

pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan dengan penyampaian informasi

yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu tanpa adanya alasan yang jelas

menyebabkan persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan. Ketanggapan

merupakan keinginan para petugas untuk membantu para pelanggan dan

memberikan pelayanan dengan tanggap (Nursalam, 2014) dalam (Liza Wati,

2018).

Indikator responsiveness, menurut Parasuraman (1994) dalam Tjiptono

(2009) adalah sebagai berikut:

1. Menginformasikan pelanggan tentang kepastian waktu penyampaian jasa atau

informasi

2. Layanan yang segera atau cepat bagi pelanggan atau pasien

3. Kesediaan untuk membantu pelanggan atau pasien

4. Kesiapan untuk merespon keluhan pasien.

Menurut supriyanto, ernawati (2010) dalam komuniksi terapiutik

responsiveness perawat meliputi 5 hal dasar:

39

1. Perawat segera datang ketika pasien membutuhkan

2. Perawat secara berkala mengunjungi pasien tanpa diminta

3. Perawat segera menawarkan bantuan tanpa diminta ketika pasien mengalami

kesulitan

4. Perawat akan aktif bertanya kepada pasien mengenai hal – hal yang perlu

dibantu

5. Perawat tanggap dalam melakukan pelayanan atau perawatan terhadap pasien.

2.8 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pemanfaatan pelayanan kesehatan pada dasarnya merupakan hasil

interaksi antara pengguna jasa layanan (konsumen) dan penyelenggara

pelayanan.(provider). Interaksi ini merupakan satu hal yang sangat kompleks dan

berhubungan dengan banyak faktor (Dever, 1984) dalam (Arlinandari, 2016).

Dever mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan

pelayanan kesehatan yaitu:

1. Sosial budaya: mencakup teknologi dan norma.

2. Organisasi: meliputi ada tidaknya pelayanan kesehatan, kemudahan secara

geografi, acceptability, affordability, struktur organisasi dan proses pelayanan

kesehatan.

3. Faktor yang berhubungan dengan konsumen: meliputi derajat sakit, mobilitas

penderita, cacat yang dialami, sosiodemografi (umur, jenis kelamin, status

perkawinan), sosiopsikologi (persepsi tentang sakit, kepercayaan dan

sebagainya), sosioekonomi (pendidikan, pendapatan, pekerjaan, jarak tempat

tinggal dengan pelayanan kesehatan, kebutuhan)

40

4. Faktor yang berhubungan dengan provider: meliputi kemampuan petugas

dalam menciptakan kebutuhan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan

kesehatan, karakteristik provider (perilaku dokter dan paramedis, jumlah dan

jenis dokter, peralatan yang tersedia serta penggunaan teknologi canggih).

2.9 Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok

dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide,

atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Perilaku

pembelian konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu seperti faktor

budaya, faktor sosial, dan faktor pribadi. (Kotler, 2009).

2.9.1 Faktor Budaya

Kelas budaya, sub budaya, dan social sangat mempengaruhi perilaku

pembelian konsumen. Budaya adalah determinan dasar keinginan dan perilaku

seseorang. Setiap budaya terdiri dari beberapa sub budaya yang lebih kecil yang

memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk anggota mereka.

Sub budaya meliputi kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis.

Hampir seluruh kelompok manusia mengalami stratifikasi social,

seringkali dalam bentuk kelas sosial, divisi yang relative homogeny dan bertahan

lama dalam sebuah masyarakat, tersusun secara hierarki dan mempunyai anggota

yang berbagi nilai, minat, dan perilaku yang sama. Kelas sosial mempunyai

beberapa karakteristik. Pertama, orang-orang yang berada dalam masing-masing

kelas cenderung mempunyai kemiripan dalam cara berpakaian, pola bicara, dan

preferensi rekreasional dibandingkan orang dari kelas sosial yang berbeda. Kedua,

41

orang dianggap menduduki posisi lebih rendah atau lebih tinggi menurut kelas

sosial. Ketiga, kelompok variabel misalnya pekerjaan, penghasilan, kekayaan,

pendidikan, dan orientasi nilai. Keempat, kelas sosial seseorang dalam tangga

kelas sosial dapat bergerak naik atau turun sepanjang hidup mereka. (Kotler,

2009)

2.9.2 Faktor Sosial

Selain faktor budaya, faktor sosial seperti kelompok referensi, keluarga,

serta peran sosial dan status mempengaruhi perilaku pembelian. Kelompok

referensi seseorang adalah semua kelompok yang mempunyai pengaruh langsung

atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut.

Kelompok referensi mempengaruhi anggota setidaknya dengan tiga cara

yaitu: memperkenalkan perilaku dan gaya hidup baru kepada seseorang,

mempenagruhi sikap dan konsep diri, menciptakan tekanan kenyamanan yang

dapat mempengaruhi pilihan produk dan merek.

Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting

dalam masyarakat, dan anggota keluarga mempresentasikan kelompok referensi

utama yang paling penting berpengaruh. Ada dua keluarga dalam kehidupan

pembeli. Keluarga orientasi yang terdiri dari orang tua dan saudara kandung.

Keluarga prokreasi yang terdiri dari pasangan dan anak-anak .

Peran dan status orang berpartisipasi dalam banyak kelompok, keluarga,

klub, dan organisasi. Kelompok sering menjadi sumber informasi penting dan

membantu mendefinisikan norma perilaku. (Kotler, 2009).

42

2.9.3 Faktor Pribadi

Keputusan dalam membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi.

Faktor pibadi meliputi usia dan tahap siklus hidup pembeli, pekerjaan dan

keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, serta gaya hidup dan nilai. Karena

banyak dari karakteristik ini yang mempunyai dampak yang sangat langsung

terhadap perilaku konsumen. (Kotler, 2009)

2.9.4 Tahap-Tahap dalam Proses Keputusan Pembelian

Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam

pembelian mereka. Proses pengambilan keputusan tersebut merupakansebuah

pendekatan penyelesaian masalah yang terdiri atas lima tahap yaitu sebagai

berikut: (Kotler, 2008:234)

1. Pengenalan Masalah.

Penganalisaan keinginan dan kebutuhan ini ditujukan terutama untuk

mengetahui adanya keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi dan

belum terpuaskan. Jika kebutuhan tersebut diketahui, maka konsumen akan

segera memahami adanya kebutuhan yang belum segera terpenuhi atau

masih bisa ditunda pemenuhannya, serta kebutuhan yang sama - sama harus

dipenuhi. Jadi dari tahap ini proses pembelian itu mulai dilakukan.

2. Pencarian Informasi.

Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari

informasi yang lebih banyak mengenai produk atau jasa yang ia butuhkan.

Pencarian informasi dapat bersifat aktif maupun pasif. Informasi yang

bersifat aktif dapat berupa kunjungan terhadap beberapa toko untuk

43

membuat perbandingan harga dan kualitas produk, sedangkan pencarian

informasi pasif, dengan membaca suatu pengiklanan di majalah atau surat

kabar tanpa mempunyai tujuan khusus dalam perkiraanya tentang gambaran

produk yang diinginkan.

3. Evaluasi Alternatif.

Tahap ini meliputi dua tahap, yaitu menetapkan tujuan pembelian dan

menilai serta mengadakan seleksi terhadap alternatif pembelian berdasarkan

tujuan pembeliannya. Tujuan pembelian bagi masing-masing konsumen

tidak selalu sama, tergantung pada jenis produk dan kebutuhannya. Ada

konsumen yang mempunyai tujuan pembelian untuk meningkatkan prestasi,

ada yang sekedar ingin memenuhi kebutuhan jangka pendeknya dan

sebagainya.

4. Keputusan Pembelian.

Keputusan untuk membeli disini merupakan proses pembelian yang nyata.

Jadi, setelah tahap-tahap dimuka dilakukan maka konsumen harus

mengambil keputusan apakah membeli atau tidak. Bila konsumen

memutuskan untuk membeli, konsumen akan menjumpai serangkaian

keputusan yang harus diambil menyangkut jenis produk, merek, penjual,

kuantitas, waktu pembelian dan cara pembayarannya. Perusahaan perlu

mengetahui beberapa jawaban atas pertanyaan–pertanyaan yang

menyangkut perilaku konsumen dalam keputuan pembeliannya.

44

5. Perilaku Pascapembelian.

Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level kepuasan atau

ketidakpuasan. Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli, melainkan

berlanjut hingga periode pascapembelian. Pemasar harus memantau

kepuasan pascapembelian, tindakan pascapembelian, dan pemakaian produk

pascapembelian.

2.10 Minat Memanfaatkan Kembali

2.10.1 Pengertian Minat Memanfaatkan Kembali

Menurut Eysenck dkk (2002) dalam Hamidiyah (2013), minat adalah suatu

kecenderungan untuk bertingkah laku yang berorientasi kepada objek. Menurut

Hurlock (1996) dalam Hamidiyah (2013) mengartikan minat sebagai sumber

motivasi yang akan mengarahkan seseorang pada apa yang akan mereka lakukan

bila diberi kebebasan untuk memilihnya.

Helier et al (2003) dalam Hamidiyah (2013) menyatakan bahwa minat

pembelian ulang merupakan penilaian individu tentang pembelian ulang

diperusahaan yang sama. Menurut Bolton dkk (2000) dalam Hamidiyah (2013)

alasan yang membuat pelanggan memutuskan untuk memilih penyedia pelayanan

yang sama dan membeli kembali layanan yang sama didasarkan atas pengalaman

mereka.

Sebagaimana yang disebutkan Parasuraman dan Grewal (2000) dalam

Hamidiyah (2013) dalam minat pembelian kembali menunjukkan kemungkinan

klien berulang kali membeli barang atau jasa di masa depan dan hal itu berkaitan

erat dengan loyalitas pelanggan. Sehingga dengan meningkatnya minat pembelian

45

kembali dapat meningkatkan pendapatan berkelanjutan perusahaan dan

meningkatkan efisiensi operasional dari waktu ke waktu.

2.10.2 Faktor yang mempengaruhi minat memanfaatkan kembali

Menurut Azwar (1996) dalam Mahdani (2009), suatu pelayanan harus

mempunyai persyaratan pokok, hal ini dimaksudkan adalah persyaratan pokok itu

dapat memberi pengaruh kepada pasien dalam menentukan keputusannya

terhadap penggunaan ulang pelayanan kesehatan.

1. Tersedia dan berkesinambungan

Syarat pokok pertama pelayanan yang baik adalah pelayanan

kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat serta bersifat

berkesinambungan. Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang

dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam

masyarakat adalah pada setiap saat dibutuhkan.

2. Dapat diterima dan wajar

Syarat pokok kedua pelayanan yang baik adalah yang dapat diterima

oleh masyarakat serta bersifat wajar artinya pelayanan kesehatan tersebut

tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat. pelayanan

kesehatan yang bertentangan dengan kenyakinan, adat istiadat, kebudayaan

masyarakat serta bersifat tidak wajar bukanlah suatu keadaan pelayanan

kesehatan yang baik.

3. Mudah di capai

Syarat pokok ketiga adalah mudah dicapai (accessible) oleh

masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari

46

sudut lokasi. Dengan demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan

yang baik maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat

penting. Bila fasilitas ini mudah dijangkau dengan menggunakan alat

transportasi yang tersedia maka fasilitas ini akan banyak dipergunakan.

Tingkat penggunaan dimasa lalu dan kecendrungan merupakan indikator

terbaik untuk perubahan jangka panjang dan pendek dari permintaan pada

masa yang akan datang.

4. Terjangkau

Syarat pokok keempat pelayanan yang baik adalah terjangkau

(affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang dimaksud

disini terutama dari sudut biaya untuk dapat mewujudkan harus dapat

diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan

ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal yang hanya dapat

dinikmati oleh sebagian masyarakat saja, bukan pelayanan kesehatan yang

baik.

5. Bermutu

Syarat pokok kelima pelayanan yang baik adalah bermutu (Quality)

yaitu yang menunjukan pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan

yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa

pelayanan dan dipihak lain tata cara penyelenggaraan sesuai kode etik serta

standar yang telah ditetapkan Menurut pendapat Payne (2001) dalam Mukhlis

(2012) untuk meningkatkan minat beli ulang perlu diperhatikan serta

dipahami empat kunci pemasaran meliputi :

47

1. Produk yaitu sejauh mana jasa yang ingin ditawarkan.

2. Harga yaitu sejauh mana harga yang dibayarkan dan cara-cara atau syarat -

syarat yang berhubungan dengan sarana dan prasarana yang ada.

3. Promosi yaitu program komunikasi yang berhubungan dengan pemasaran

produk atau jasa.

4. Tempat yaitu fungsi distribusi dan logistik yang dilibatkan dalam rangka

menyediakan produk dan jasa.

2.10.3 Parameter minat membeli ulang produk

Parameter pembelian ulang produk yaitu sebagai berikut:

1. Keinginan menggunakan produk atau pelayanan kesehatan

2. Rencana penggunaan produk atau pelayanan kesehatan yang akan datang

3. Kebutuhan menggunakan produk atau pelayanan kesehatan

2.11 Loyalitas Konsumen

Untuk memahami konsep customer loyality harus dimulai dari customer

satisfaction. Lovelock (2012) menyebutkan bahwa yang menjadi dasar dalam true

loyality adalah customer satisfaction dan kualitas pelayanan yang merupakan

kunci input dalam proses jasa. Sehingga customer satisfaction dan customer

loyalty mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Walaupun pelanggan

yang puas terkadang tidak memiliki perilaku yang loyal.

Menurut Jones dan Sasser (1995) dalam Ninies S (2018) kepuasan terdiri

dari beberapa tingkatan atau level yaitu level pertama completely satisfied yaitu

memiliki perilaku yang sangat loyal, level kedua satisfied yaitu perilaku yang

mudah berpindah pada pesaing dan level ketiga adalah dissatisfied yaitu perilaku

48

yang sangat tidak loyal. Hal yang sama dinyatakan oleh Schiffman et al dalam

Mutua (2011) bahwa loyalitas merupakan komitmen dari seorang pelanggan

terhadap suatu produk atau jasa yang diukur dengan pembelian ulang atau

attitudinal commitment.

Loyalitas dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu behavioral dan attitudinal

loyalty. Behavioral loyalty dijelaskan terjadi ketika seorang konsumen melakukan

pembelian berulang suatu produk atau jasa tetapi tidak serta mempunyai sikap

yang menyenangkan terhadap produk tersebut. Ini terjadi karena tidak adanya

kenyamanan, kebiasaan atau karena halangan lain. Attitudinal loyalty

didefinisikan oleh Jacoby dan Chestnut sebagai customer predisposition terhadap

suatu merek sebagai fungsi dari proses psikologis, termasuk didalamnya

preferensi attitudinal dan komitmen terhadap merek (Fitzgibbon et al 2005).

(Adam, 2015).

2.12 Kerangka Teori

Gambar 2.2 kerangka teori

Dimensi kualitas pelayanan menurut

parasuraman, zeithaml, dan berry

(1985) dalam elisabeth dan th. Endang

(2015)

1. Reliabilitas (reliability)

2. Daya tanggap (responsiveness)

3. Jaminan (assurance)

4. Empati (emphaty)

5. Bukti fisik (tangibles)

Indikator

responsiveness

menurut supriyanto,

ernawati (2010)

1. Kecepatan

2. Ketertiban

3. Empati

4. Keaktifan

5. Ketanggapan

Kualitas pelayanan

kesehatan

Minat memanfaatkan

kembali layanan rawat inap

Loyalitas konsumen

49

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan abstraksi dari teori yang ada sehingga bisa

dikomunikasikan dalam bentuk penelitian. Kerangka konseptual adalah kerangka

yang dipakai sebagai landasan berfikir dalam kegiatan ilmu. Kerangka ini

didapatkan dari konsep ilmu /teori yang dipakai sebagai landasan penelitian.

Secara kasar dikatakan kerangka konsep adalah rangkuman teori yang digunakan

dalam penelitian yang disusun dalam bentuk kerangka atau bagan, sehingga dapat

menghubungkan antara hasil penemuan dengan teori (Cholik, laily dan nurul,

2017). Berikut kerangka konsep dalam penelitian ini: digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 3.1 kerangka konsep penelitian

Keterangan:

: Diteliti : Mempengaruhi

: Tidak Diteliti

Minat memanfaatkan kembali

layanan rawat inap

3. Jaminan (assurance)

4. Empati (emphaty)

5. Bukti fisik (tangibles)

Loyalitas pasien

Dimensi kualitas pelayanan

menurut Parasuraman, Zeithaml

dan Berry (1985) dalam Elisabeth

dan Th. Endang (2015):

1. Reliabilitas (reliability)

2. Daya tanggap (responsiveness)

menurut Supriyanto, ernawati

(2010):

- Kecepatan

- Ketertiban

- Empati

- Keaktifan

- Ketanggapan

50

Pada gambar 3.1 dijelaskan bahwa Pengaruh Persepsi Responden Tentang

responsiveness Terhadap minat memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS

Paru Dungus Madiun Tahun 2019. Menurut supriyanto, ernawati (2010) ada

beberapa indikator dalam responsiveness yaitu: Kecepatan, Ketertiban, Empati,

Keaktifan, dan Ketanggapan.

Atas dasar tersebut, maka peneliti ingin meneliti Pengaruh

Responsiveness Perawat Terhadap minat memanfaatkan kembali layanan Rawat

Inap di RS Paru Dungus Madiun Tahun 2019. Variabel yang akan diteliti

meliputi Variabel bebas yaitu responsiveness perawat dan Variabel Terikat yaitu

minat memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan pernyataan dugaan tentang hubungan atau pengaruh

antara dua variabel atau lebih (Cholik, laily dan nurul, 2017). . Hipotesis dari

penelitian ini adalah:

H1 : “Ada Pengaruh Responsiveness Perawat Terhadap Minat Memanfaatkan

Kembali Layanan Rawat Inap di Rumah Sakit Paru Dungu Madiun

Tahun 2019”.

51

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan perencanaan, pola dan strategi penelitian

sehingga dapat menjawab penelitian atau masalah. Desain penelitian merupakan

prosedur perencanaan dimana peneliti dapat menjawab pertanyaan penelitian

secara valid, objektif, akurat dan hemat ekonomis (Cholik, laily dan nurul, 2017).

Penelitian ini menekankan pada Pengaruh responsiveness perawat

terhadap pemanfaatan pelayanan di Instalasi Rawat Inap RS Paru Dungus

Madiun Tahun 2019. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan

rancangan penelitian tanpa perlakuan (observasional) analitik melalui desain

cross sectional karena populasi yang beragam yang diamati pada satu waktu yang

sama.

Desain cross sectional (potong lintang) adalah rancangan penelitian yang

mencakup semua jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabel dilakukan

hanya satu kali pada satu saat. Kata kunci pada bentuk rancangan ini adalah

variabel bebas dan variabel terikat diukur pada saat yang sama. Yang dimaksut

satu saat adalah semua subyek penelitian variabel dependen dan independen

dinilai hanya satu kali secara bersamaan, namun bukan berarti semua subyek

penelitian harus diobservasi pada hari dan waktu yang sama. (Cholik, laily dan

nurul, 2017).

52

4.2 Populasi dan sampel

4.2.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan jumlah yang terdiri dari atas objek atau

subyek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sujarweni, 2014)

dalam (puri pratama aprilianti, 2018).

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang memanfaatkan ataupun

sudah pernah memanfaatkan jasa pelayanan rawat inap Rumah Sakit Paru

Dungus Madiun pada saat penelitian. Dari data yang ada, diketahui kunjungan

pasien pada tahun 2018 dirawat inap Rumah Sakit Paru Dungus yaitu 1737 orang

sehingga rata-rata kunjungan tiap bulan yaitu 145 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi.

Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat diartikan bahwa sampel adalah

populasi yang merupakan subyek pengukuran dari unit penelitain yang

memberikan kesimpulan tentang seluruh populasi (Suryono, 2013). Penentuan

kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi hasil-hasil penelitian,

Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: Inklusi dan Eksklusi

(Nursalam, 2008).

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria subjek umum penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus

53

menjadi pedoman saat melakukan kriteria inklusi pada penelitian adalah

sebagai berikut

a. Pasien umum yang sudah mendapatkan perawatan rawat inap di RS Paru

Dungus Madiun

b. Pasien yang bersedia untuk diteliti dan bisa berkomunikasi

2. Kriteri Eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria diluar kriteria inklusi. Artinya,

kriteria ekslusi yaitu kriteria yang memiliki ciri-ciri yang tidak dapat diambil

sebagi sampel atau kriteria yang apabila dijumpai menyebabkan objek tidak

dapat digunakan dalam penelitian. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini

adalah:

a. Pasien peserta BPJS Kesehatan atau asuransi apapun

b. Pasien yang tidak bersedia untuk diteliti

c. Pasien yang tidak bisa atau belum bisa berkomunikasi

Sampel dalam penelitian ini yaitu responden yang sedang mendapat

perawatan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun. Untuk menentukan jumlah

sampel yang akan di ambil peneliti menggunakan rumus Slovin sebagai

berikut:

Keterangan:

N = Besar populasi

n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan yang diinginkan (Nursalam, 2016)

54

Maka perhitungan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

dibulatkan menjadi 59.

Jadi, dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan yaitu 59 pasien

rawat inap di RS Paru Dungus Madiun.

4.3 Teknik Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan

keseluruhan objek penelitian.

Teknik sampling yang digunakan yaitu dengan Purposive Sampling yaitu

teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai

dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili

karakteristik populasi yang dikenal sebelumnya (Nursalam, 2015). Pada

penelitian ini sampel responden yang dipilih yaitu sesuai dengan kriteria

responden yang ditentukan sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi.

4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja penelitian merupakan kerangka pelaksanaan penelitian

mulai dari pengambilan data sampai menganalisis hasil penelitian.

55

Gambar 4.1 kerangka kerja penelitian

Populasi

Pasien di rawat inap RS Paru Dungus Madiun tahun 2018 yang

berjumlah 1737 orang sehingga rata-rata kunjungan tiap bulan yaitu

145 orang.

Teknik Sampling

purposive sampling

Sampel

Sampel yang digunakan berjumlah 59 pasien rawat inap RS Paru

Dungus Madiun

Jenis Data Dan Desain

Kuantitatif dan cross sectional

Pengumpulan Data Primer (Kuesioner)

Responsiveness dan minat memanfaatkan kembali layanan rawat inap

Pengolahan Data

Editing, Coding, Entry data, Skoring, dan tabulating

Analisis Data

Menggunakan uji chi square

Penyajian Hasil dan Kesimpulan Penelitian

Pelaporan

56

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.5.1 Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep

pengertian tertentu (Notoatmojo S, 2012). Variabel dalam penelitian ini

mencakup dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen.

1. Variabel Independen atau variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

responsiveness perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Paru Dungus

Madiun Tahun 2019.

2. Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah minat memanfaatkan kembali layanan Rawat

Inap di Rumah Sakit Paru Dungus Madiun Tahun 2019.

4.5.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penjelasan tentang bagaimana suatu variabel

akan diukur serta alat ukur apa yang digunakan untuk mengukurnya. Definisi

operasional penelitian ini sebagai berikut:

57

Tabel 4.1 definisi operasional responsiveness perawat terhadap minat memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus

Madiun

No Variabel Definisi

operasional Indikator Alat ukur Skala data Skor Kategori

1 Responsiveness Persepsi pasien

rawat inap terhadap

kecepatan dan

ketanggapan

perawat dalam

melakukan tindakan

keperawatan, atau

dalam menangani

keluhan pasien di

rawat inap RS Paru

Dungus Madiun.

Daya tanggap

(responsiveness)

menurut Supriyanto,

ernawati (2010):

- Kecepatan: perawat

segera datang ketika

pasien membutuhkan

- Ketertiban: perawat

secara berkala

mengunjungi pasien

tanpa diminta

- Empati: perawat

segera menawarkan

bantuan tanpa

diminta ketika

pasien mengalami

kesulitan

- Keaktifan: perawat

akan aktif berttanya

kepada pasien

mengenai hal-hal

yang perlu dibantu

- Ketanggapan:

perawat tanggap

Kuesioner Nominal Menggunakan

skala

likert dengan

pembagian

favorable:

1 = Sangat

tidak

setuju

2 = Tidak

setuju

3 = Setuju

4 = Sangat

setuju

Unfavorable:

4 = Sangat

tidak setuju

3 = Tidak

setuju

2 = Setuju

1 = Sangat

setuju

(Sujarweni,

2014)

1.Baik : jika X

> Mean.

2.Kurang baik :

jika X ≤ Mean

58

dalam melakukan

pelayanan atau

perawatan terhadap

pasien.

2 Minat

Memanfaatkan

Kembali

Layanan Rawat

Inap

Keinginan pasien

untuk

memanfaatkan

kembali layanan

rawat inap di RS

Paru Dungus

Madiun

4. Keinginan

menggunakan produk

atau pelayanan

kesehatan

5. Rencana penggunaan

produk atau

pelayanan kesehatan

yang akan datang

6. Kebutuhan

menggunakan produk

atau pelayanan

kesehatan

Kuesioner Nominal Menggunakan

skala guttman

dengan

pembagia n;

Favorable:

2 = Ya

1 = Tidak

Unfavorable:

1 = Ya

2 = Tidak

(Sujarweni,

2014)

1. Berminat,

jika X >

mean,

2.Tidak

berminat, jika

X ≤ Mean

59

4.6 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmojo, 2012). Instrument pada penelitian ini adalah

kuesioner Menurut Sujarweni (2014) kuesioner (angket) merupakan alat tekhnik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Kuesioner yang dibuat oleh peneliti yang merujuk kepada kuesioner yang telah

digunakan sebelumnya serta telah dilakukan uji validitas dan reabilitas. Kuesioner

yang dibuat penelitian ini disesuaikan dengan kondisi yang ada ditempat

penelitian dan dilakukan uji validitas dan reabilitas kembali pada responden yang

memiliki karakteristik sama dengan sampel penelitian yang dilaksanakan di

Rumah Sakit Paru Dungus Madiun.

Pertanyaan yang digunakan adalah angket tertutup atau terstruktur dimana

responden hanya tinggal menjawab atau memilih kolom yang sudah disediakan

(responden hanya memberikan tanda (√)). Sebelum kuesioner digunakan untuk

mengumpulkan data di lapangan terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan

realibilitas.

4.6.1 Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur (instrumen) itu

benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur (Notoatmodjo, 2012). Uji

validitas dilakukan pada setiap butir pertanyaan pada kuesioner. Validitas

kuesioner dapat diketahui dengan cara melakukan korelasi antar skor masing-

masing variabel dengan skor totalnya. Teknik korelasi yang digunakan adalah

60

korelasi pearson product moment menggunakan program aplikasi pengolah data

statistik SPSS For Windows adalah sebagai berikut:

1. Jika Sig ≤ 0.05, maka dinyatakan valid.

2. Jika Sig > 0.05, maka dinyatakan tidak valid. Atau

1. Jika r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid.

2. Jika r hitung < r tabel, maka dinyatakan tidak valid

Dalam penelitian ini pengujian dilakukan di RS Paru Manguharjo Madiun.

Langkah-langkah uji validitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan

software SPSS for wnidows yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Dari hasil input tabulasi data jawaban respoden di program excel dilakukan

penjumlahan skor total untuk tiap jawaban responden.

b. Selanjutnya data dari excel dipindahkan ke halaman SPSS dan dilakukan

pemberian label untuk setiap pernyataan dan dilakukan analisis.

c. Dari hasil tersebut kemudian dilakukan pengkategorian jawaban yang valid

dan yang tidak valid dengan membandingkan nilai signifikansi dengan nilai a.

Apabila hasil pengujian nilai signifikansi ≤ 0.05, maka pertanyaan tersebut

dinyatakan valid. Atau dengan membandingkan nilai R hitung dengan R

tabel. Apabila R hitung > R tabel maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

Berikut adalah hasil uji validitas yang telah dilakukan oleh peneliti:

Tabel 4.2 Hasil uji validitas

Pernyataan R Hitung R Tabel Keterangan

1 0,739 0,444 Valid

2 1 0,444 Valid

3 0,739 0,444 Valid

4 0,452 0,444 Valid

5 0,739 0,444 Valid

61

Pernyataan R Hitung R Tabel Keterangan

6 0,452 0,444 Valid

7 0,739 0,444 Valid

8 1 0,444 Valid

9 0,739 0,444 Valid

10 0,452 0,444 Valid

11 0,739 0,444 Valid

12 0,739 0,444 Valid

13 0,452 0,444 Valid

14 1 0,444 Valid

15 0,452 0,444 Valid

16 0,83 0,444 Valid

Sumber: Data primer, 2019

4.6.2 Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh manaa suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoadmodjo, 2012).

Sedangkan reabilitas menurut Sugiono (2014) dalam Sujarweni W (2014), dapat

dilakukan secara eksternal dan internal. Secara eksternal pegujian dilakukan

dengan test-retest (stability), equivalent dan gabungan keduanya. Secara internal

pengujian dilakukan dengan menganalisis konsistensi butir butir yang ada pada

instrument teknik-teknik tertentu. Setelah kuisioner di buat, kemudian kuisioner

diuji coba pada beberapa responden. Data yang diperoleh kemudian dilakukan uji

reliabilitas.

Uji reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi

responden dalam menjawab yang berkaitan dengan kontruk pertanyaan yang

merupakan dimensi suatu variable dan disusun dalam suatu bentuk kuisioner. Uji

reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir

pertanyaan. Dikatakan reliabel jika Cronbach’s Alpha > 0,60.

62

Berikut adalah hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan oleh peneliti:

Tabel 4.3 hasil uji reliabilitas

Jumlah item soal Nilai cronbach’s alpha R Tabel Ket

16 0,784 0,60 Reliabel

Sumber: Data primer, 2019

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.7.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Paru Dungus Madiun, yang

terletak di desa Dungus kecamatan Wungu kabupaten Madiun.

4.7.2 Waktu Penelitian

Tabel 4.4 Rencana pelaksanaan penelitian

No Kegiatan Bulan

2 3 4 5 6 7 8

1 Pengajuan Judul Skripsi

2 Penyusunan dan

konsultasi proposal

skripsi

3 Seminar proposal skripsi

4 Revisi Proposal Skripsi

5 Penelitian (pengumpulan

data dan analisis data)

6 Penyusunan hasil skripsi

7 Seminar hasil skripsi

8 Revisi hasil skripsi

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2016). Bila dilihat dari sumber data maka pangumpulan data dapat

menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Selanjutnya bila dilihat dari

63

segi cara atau tekhnik pengumpulan data maka tekhnik pengumpulan data dapat

dilakukan dengan wawancara, kuesioner dan dokumentasi.

Adapun cara pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian adalah

dengan dua cara, yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat langsung dari pihak pertama.

Data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner,

observasi lapangan, wawancara. Dapat yang diperoleh dari data primer ini

harus diolah lagi. Sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data (Sujarweni W, 2014). Dalam penelitian ini kuesioner

digunakan untuk variabel bebas (responsiveness perawat) dan terikat (minat

memanfaatkan kembali layanan rawat inap ).

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari sumber lain. Data

sekunder adalah data yang didapat dari catatan, buku, majalah, berupa

laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, artikel, buku-

buku sebagai teori, majalah dan lain sebagainya. Data yang diperoleh dari

data sekunder ini tidak perlu diolah lagi. Sumber yang tidak langsung

memberikan data pada pengumpul data (Sujarweni, 2014).

Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari angka kunjungan

pasien rawat inap dan data BOR tahun 2016, 2017 dan 2018 Rumah Sakit

Paru Dungus Madiun.

64

4.9 Teknik Analisis Data

4.9.1 Pengolahan Data

1. Pengecekan Data (Editing)

Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian

formulir atau kuesioner (Notoatmodjo, 2012).

a. Apakah semua jawaban kuesioner sudah terisi lengkap

b. Apakah jawaban atau tulisan dari masing-masing pertanyaan cukup jelas dan

terbaca

c. Apakah jawabannya relevan dengan pertanyaan

d. Apakah jawaban-jawaban dari pertanyaan konsisten dengan jawaban

pertanyaan yang lain.

2. Memberi Kode Akses (Coding)

Setelah data diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng”kode”an

atau “coding”, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data

angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2012).

a. Data demografi:

1) Jenis kelamin

1 = Laki – laki

2 = Perempuan

2) Usia

1 = < 20 tahun

2 = 21 – 30 tahun

3 = 31 – 40 tahun

65

4 = 41 - 50 tahun

5 = > 51 tahun

3) Tingkat pendidikan

1 = Tingkat dasar

2 = Tingkat menengah

3 = Tingkat tinggi

4) Pekerjaan

1 = pelajar / mahasiswa

2 = wiraswasta

3 = pegawai swasta

4 = ibu rumah tangga

5 = petani / pekebun

6 = lainnya

b. Variabel Responsiveness

1 = Kurang Baik

2 = Baik

c. Variabel minat memanfaatkan kembali

1 = Tidak Minat

2 = Minat

3. Scoring

Scoring yaitu penilaian data dengan memberikan skor pada pertanyaan

yang berkaitan dengan tindakan responden. Pemberian skoring dalam kuesioner

66

harus memenuhi ketentuan dalam penentuan skoring (Sujarweni, 2014) Skor

kuesioner Responsiveness:

Pernyataan positif:

1 = Sangat tidak setuju

2 = Tidak setuju

3 = Setuju

4 = Sangat Setuju

Pernyataan negatif:

1 = Sangat setuju

2 = Setuju

3 = Tidak setuju

4 = Sangat tidak setuju

Sedangkan kategori skor kuesioner minat memanfaatkan kembali:

1 = Tidak minat

2 = Minat

4. Entry Data

Data yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke

dalam progam atau “software” computer. Dalam proses ini dituntut ketelitian

dari orang yang melakukan “data entry” ini. Apabila tidak maka terjadi bias,

meskipun hanya memasukkan data.

67

5. Tabulating

Tabulating adalah pengelompokan data yang sudah sesuai dengan

penelitian kemudian dimasukkan pada tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki

dengan tujuan penelitian dalam mengidentifikasi data.

4.9.2 Analisis Data

Setelah semua data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah

menganalisis data. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Teknik

sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

Analisa Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Analisa

univariat atau variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah

mendeskripsikan responsiveness perawat dengan minat memanfaatkan

kembali layanan rawat inap. Penyajian dalam penelitian ini dalam bentuk

distribusi seperti: Jenis kelamin, Pendidikan, Pekerjaan.

2. Analisis Bivariat

Setelah dilakukan analisi univariate, hasilnya akan diketahui karakteristik

atau distribusi setiap variabel kemudian dapat dilanjutkan analisis bivariate.

Analisis bivariate adalah yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungn atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). Analisis dalam penelitian ini

menggunakan uji Chi Square. Uji Chi Square bertujuan untuk menguji pengaruh

satu variabel dependen dan satu variabel independen dengan skala data nominal

68

(Sujarweni, 2015). Dengan pengambilan keputusan dengan tingkat signifikan

adalah :

1) Jika P value ≤ 0,05 maka H0 ditolak, sehingga antara kedua variabel ada

hubungan yang bermakna jadi H1 diterima.

2) Sebaliknya, jika P value > 0,05 maka H0 diterima, sehingga antara kedua

variabel tidak ada hubungan yang bermakna jadi H1 ditolak. Rumus Chi

Square :

=

Keterangan :

= Chi Square dengan (a = 5%)

Fo = Frekuensi yang diobservasi

Fn = Frekuensi harapan

Dalam melakukan uji Chi Square ada syarat – syarat yang harus

dipenuhi (Murti B, 2003) dalam Cholik (2017):

1. Sampel dipilih secara acak (probability sampling)

2. Setiap sel paling sedikit berisi frekuensi harapan sebesar 1. Sel – sel

dengan frekuensi harapan kurang dari 5 tidak melebihi 20% dari total

sel. Untuk tabel 2x2 syarat itu berarti tidak satu sel pun boleh berisi

dengan frekuensi harapan kurang dari 5.

3. Dapat diterapkan pada sampel kecil, sebaiknya ukuran sampel >40.

Jika dengan uji Chi Square terbukti terdapat pengaruh, maka untuk

menentukan kuatnya pengaruh dapat dianalisis dengan pendekatan

coefisien contingency dan ratio prevalens. Ratio prevalens dihitung

69

dengan cara membagi prevalens efek pada kelompok faktor risiko dengan

prevalens efek pada kelompok tanpa faktor resiko, dengan rumus sebagai

berikut (Cholik, 2017):

RP = a/(a+b) : c/(c+d)

Menurut Arikunto (2013), syarat rasio prevalens, sebagai berikut :

RP (Rasio prevalens) < 1, artinya ada pengaruh namun variabel tersebut

tidak menjadi faktor resiko.

RP (Rasio prevalens) > 1, artinya ada pengaruh dan variabel tersebut

menjadi faktor resiko

RP (Rasio prevalens) = 1, artinya variabel bebas tersebut tidak menjadi

faktor resiko.

4.10 Etika Penelitian

Dalam penelitian ini juga terdapat etika dalam penelitian dan dibedakan

menjadi 3 bagian menurut (Nursalam, 2016) yaitu :

1. Prinsip Manfaat

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada

subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.

b. Bebas dari eksploitasi Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan

dari keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa

partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah di berikan, tidak

akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam

bentuk apapun.

70

c. Risiko (benefit ratio)

Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang

akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (Respect human dignity)

a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination)

Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak

memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak, tanpa

adanya sanksi apapun atau akan berakibat terhadap kesembuhannya, jika

mereka seorang klien

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to

full disclosure) Seorang penelitian harus memberikan penjelasan secara

terperinciserta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada

subjek.

c. Informerd concent Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap

tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk

bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden pada informed

concent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan

dipergunakan untuk pengembangan ilmu.

3. Prinsip Keadilan (Right to justice)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)

Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan sesudah

keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila

ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.

71

b. Hak dijaga untuk kerahasiannya (right to privacy) Subjek mempunyai hak

untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan, untuk itu

perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia (confidentility).

72

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Paru Dungus Madiun

5.1.1 Sejarah

RS Paru Dungus Madiun didirikan pada tanggal 5 Juli 1939 oleh

Pemerintah kolonial Belanda melalui direktur Van Economic Zaken. Konsep awal

berdirinya RS. Paru Dungus Madiun adalah “Sanatorium” (tempat peristirahatan

/pengisolasian bagi penderita penyakit paru), dengan nama “Sanatorium Rakyat”.

Ditetapkan menjadi Rumah Sakit Paru berdasarkan Perda Nomor 37

Tahun 2000 serta Pergub. Nomor 26 tahun 2002. Pada tahun 2009 ditetapkan

sebagai PPK-BLUD Unit Kerja dengan status bertahap. Pada tahun 2011

ditetapkansebagai RS terakreditasi 5 pelayanan dasar. Pada tahun 2012 ditetapkan

sebagai PPK-BLUD Unit Kerja dengan status penuh.

5.1.2 Aspek Legal

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No.9 tahun 2008

tanggal 20 Agustus 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan

Daerah Provinsi Jawa Timur dan Peraturan Gubernur No. 118 tahun 2008tentang

Organisasi dan Tata Kerja UPT Dinkes Provinsi Jawa Timur tanggal 25 Agustus

2008, kedudukan RS Paru Dungus Madiun adalah Sebagai Unsur Pelaksana

Teknis Operasional Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

RS Paru Dungus Madiun menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: HK.07.06/III/340/08

tanggal 5 Pebruari 2008 tentang Pemberian Ijin Penyelenggaraan Rumah Sakit

Khusus dan diperpanjang dengan surat ijin bupati Madiun No 445/ 49 / 402.102 /

73

2014 tanggal 12 Maret 2014 tentang Ijin Operasional Sementara dengan nama

“Rumah Sakit Paru Dungus” yang beralamat Dungus, kecamatan Wungu,

kabupaten Madiun.

Berdasarkan keputusan Gubernur Jawa Timur no 118 / 765 / KPTS / 013 /

2012 tanggal 12 Desember 2012, Rumah Sakit Paru Dungus ditetapkan sebagai

PPK-BLUD Penuh.

5.1.3 Lokasi Bisnis

RS Paru Dungus terletak di Dungus, Kelurahan Wungu, Kecamatan

Wungu, Kabupaten Madiun ( 13 km di sebelah Timur dari Pusat Kota Madiun)

yaitu pada jalan antara Kecamatan Wungu dan Kecamatan Kare, terletak pada

ketinggian 80m diatas permukaan air laut yang dikelilingi lingkungan hijau

pegunungan tepatnya pada kaki Gunung Wilis sisi barat. Luas lahan total + 9 Ha

dengan menyisakan lahan kosong masih + 5 Ha.

RS Paru Dungus berdekatan dengan pemukiman penduduk dan menjadi

lokasi persimpangan akses penduduk dari kecamatan Kare, kecamatan Wungu,

dan kecamatan Dagangan. Jangkauan wilayah geografis pelayanan Rumah Sakit

Paru Dungus meliputi Kabupaten Madiun, Kota Madiun, Kabupaten Ponorogo,

Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Nganjuk, dan Kabupaten

Pacitan. Secara administrasi alamat Rumah Sakit Paru Dungus Sebagai berikut :

Alamat : Dungus, Desa Wungu, Kec. Wungu, Kab. Madiun

No Telp. : 0351 456735

No Faks. : 0351 459746

Email : [email protected]

74

1. Keamanan lingkungan

Keamanan lingkungan RS. Paru Dungus Madiun relatif terjamin, karena

lokasinya berdekatan dengan kantor Polisi serta perkampungan penduduk

yang memiliki tingkat keamanan baik.

2. Bisnis lain sekitar lokasi

Sebelah kanan bangunan rumah sakit merupakan lokasi perkampungan

penduduk, lokasi sebelah kiri dan belakang hutan jati sedangkan depan

bangunan rumah sakit merupakan akses jalan raya menuju tempat lokasi

wisata monumen nasional dan ke lokasi wana wisata. Keberadaan

kompetitor (rumah sakit lain) berjarak + 13 Km.

3. Akses ke lokasi

RS. Paru Dungus Madiun dapat dicapai oleh masyarakat dengan

menggunakan kendaraan pribadi yang jaraknya ± 13 km arah timur kota

Madiun. Kendaraan umum sejak 2 tahun terakhir hampir tidak jelas

keberadaannya.

5.1.4 Gambaran Produk Jasa

Produk jasa pelayanan kesehatan yang ditawarkan adalah :

1. Pelayanan Gawat Darurat 24 Jam

a. Pelayanan Gawat Darurat Bedah Tulang

b. Pelayanan Gawat Darurat Gigitan Ular

c. Pelayanan Gawat Darurat Gangguan Pernafasan

2. Pelayanan Rawat Jalan, meliputi :

a. Poli Spesialis Penyakit Paru

75

b. Poli Spesialis Penyakit Dalam

c. Poli Spesialis Bedah Tulang

d. Poli Spesialis Syaraf

e. Klinik Gigi

f. Pojok DOTS

3. Pelayanan Rawat Inap, dengan komposisi :

a. Kelas III : 21 TT

b. Kelas II : 14 TT

c. Kelas I : 13 TT

d. Kelas Utama (Tulip) : 3 TT

4. Pelayanan Penunjang , terdiri dari:

a. Pelayanan Rehabilitasi Medik/ Fisioterapi

b. Pelayanan Laboratorium/ Patologi Klinik

c. Pelayanan Radiologi

d. Pelayanan Tindakan Paru

e. Pelayanan Farmasi

f. Pelayanan Mobil Ambulance

5. Peralatan Canggih Pendukung :

a. Bus Rontgen/ Radiologi Lapangan

b. Bronchoscopi/ FOB

c. Endoscopi

d. Radiologi Flouroscopi

e. Computer Radiografi

76

a. Microscop Monitor

b. Kimia Klinik Analyser

6. Upaya Kesehatan Masyarakat, meliputi:

a. Penyuluhan Kesehatan

b. Deteksi Dini Penyakit Paru Masyarakat

c. Monitoring dan Evaluasi

d. Pertemuan Jejaring Program

e. Home Visit

f. Promosi Kesehatan Rumah Sakit

g. Sosialisasi Program Kesehatan Rumah Sakit

h. Survei Kepuasan Pasien

5.1.5 Visi, Misi dan Motto

5.1.5.1 Visi

Visi strategis adalah gambaran atau cita-cita kedepan yang diinginkan

seluruh jajaran RS Paru Dungus Madiun dalam menjalankan tugas pokok dan

fungsi. Adapun Visi Rumah Sakit Paru Dungus Madiun yaitu : “Rumah Sakit

Pilihan Utama Masyarakat”.

Makna dari visi tersebut antara lain: menjadi rumah sakit pilihan pertama

dan bukan sebagai alternatif bagi masyarakat eks karesidenan Madiun terutama

dalam mendapatkan layanan kesehatan secara umum baik dalam upaya

pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi dengan unggulan pelayanan pada

penyakit paru.

77

5.1.5.2 Misi

Agar visi menjadi kenyataan harus diupayakan cara untuk mencapainya,

pilihan cara untuk mewujudkan visi tersebut dirumuskan dalam misi sebagai

berikut:

1. memberikan pelayanan yang sesuai standar berorientasi pada kepuasan

konsumen.

2. Memberikan pelayanan yang terjangkau

3. Meningkatkan promosi dan kerjasama lintas sektor dan lintas program.

Makna dalam rumusan misi tersebut antara lain:

1. Pelayanan yang sesuai standart maksudnya adalah memberikan pelayanan

yang terbaik sesuai dengan standarisasi baik dari segi SDM, sarana dan

prasarana yang berorientasi pada kepuasan pelanggan.

2. Pelayanan terjangkau maksudnya terjangkau dalam kemudahan

berkomunikasi, akses mencapainya dan penerapan tarif pelayanan yang

kompetitif.

3. Peningkatan promosi dan kerjasama lintas sektor dan lintas program sebagai

upaya untuk penyebaran informasi pelayanan rumah sakit dan kerjasama

dalam rangka peningkatan kinerja pelayanan.

5.1.5.3 Motto

“senyummu harapanku, sembuhmu tujuanku”

78

5.2 Karakteristik Responden

Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka peneliti

memperoleh data dari responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan

terakhir dan pekerjaan. Sehingga dapat dilihat pada tabel berikut ini :

5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di instalasi rawat inap

Rumah Sakit Paru Dungus Madiun Tahun 2019 adalah sebagai berikut:

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)

1 Laki – laki 34 57,6

2 Perempuan 25 42,4

Total 59 100

Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 5.1 tersebut dapat diketahui persentase pada

karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di instalasi rawat inap RS Paru

Dungus Madiun tahun 2019, yaitu dengan persentase tertinggi pada jenis kelamin

Pria sebesar 57,6 % dengan jumlah responden 34 orang. Selain itu juga dapat

diketahui persentase karakteristik responden berjenis kelamin wanita yaitu

sebesar 42,2 % dengan jumlah responden 25 orang.

5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Karakteristik responden berdasarkan usia di instalasi rawat inap Rumah

Sakit Paru Dungus Madiun Tahun 2019 adalah sebagai berikut:

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah (n) Persentase (%)

1 < 20 tahun 17 28,8

2 21-30 tahun 6 10,2

3 31-40 tahun 12 20,3

4 41-50 tahun 6 10,2

79

No Usia Jumlah (n) Persentase (%)

5 > 51 tahun 18 30,5

Total 59 100

Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 5.2 tersebut dapat diketahui bahwa persentase

karakteristik responden berdasarkan usia di instalasi rawat inap di RS Paru

Dungus Madiun tahun 2019, yaitu persentase tertinggi terdapat pada usia >51

tahun sebesar 30,5 % dengan jumlah responden 18 orang, sedangkan persentase

terendah yaitu terdapat pada usia 21-30 tahun dan 41-50 tahun sebesar 10,2 %

dengan jumlah responden 6 orang.

5.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir di instalasi rawat

inap Rumah Sakit Paru Dungus Madiun Tahun 2019 adalah sebagai berikut:

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)

1 Tamat pendidikan Dasar 31 52,5

2 Tamat pendidikan Menengah 25 39,0

3 Tamat pendidikan Tinggi 5 8,5

Total 59 100

Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 5.3 tersebut dapat diketahui bahwa persentase

karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan di instalasi rawat inap RS

Paru Dungus Madiun, persentase tertinggi yaitu tamat pendidikan dasar sebesar

52,5% dengan jumlah responden 31 orang, sedangkan persentase terendah yaitu

tamat pendidikan tinggi sebesar 8,5% dengan jumlah responden 5 orang.

80

5.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di instalasi rawat inap

Rumah Sakit Paru Dungus Madiun Tahun 2019 adalah sebagai berikut:

Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah (n) Persentase (%)

1 Pelajar 20 33,9

2 Wiraswasta 7 11,9

3 Ibu rumah tangga 4 6,8

4 Petani 20 33,9

5 Lainnya 8 13,6

Total 59 100

Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 5.4 tersebut dapat diketahui bahwa persentase

karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di instalasi rawat inap di RS Paru

Dungus Madiun, persentase tertinggi yaitu terdapat pada petani dan pelajar

sebesar 33,9% dengan jumlah responden 20 orang, sedangkan persentase

terendah terdapat pada ibu rumah tangga sebesar 6,8 % dengan jumlah responden

4 orang.

5.3 Responsiveness Perawat di Rumah Sakit Paru Dungus Madiun

Distribusi frekuensi persepsi responden tentang responsiveness perawat di

instalasi rawat inap RS Paru Dungus Madiun tahun 2019 yaitu sebagai berikut:

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang Responsiveness

Perawat di Instalasi Rawat Inap RS Paru Dungus Madiun tahun 2019

No Responsiveness Jumlah (n) Persentase (%)

1 Kurang baik 33 55,9

2 Baik 26 44,1

Total 59 100

Sumber: Data Primer, 2019

81

Berdasarkan tabel 5.5 tersebut dapat diketahui bahwa persepsi responden

tentang Responsiveness perawat di instalasi rawat inap di RS Paru Dungus

Madiun yang mengatakan baik sebesar 44,1 % dengan jumlah responden 26

orang, sedangkan yang mengatakan kurang baik sebesar 55,9 % dengan jumlah

responden 33 orang.

5.3.1 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang Responsiveness

Perawat Dengan Indikator Kecepatan

Distribusi frekuensi persepsi responden tentang responsiveness perawat

dengan indikator kecepatan di Instalasi rawat inap RS Paru Dungus Madiun tahun

2019 sebagai berikut:

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang Responsiveness

Perawat Dengan Indikator Kecepatan di Instalasi Rawat Inap RS Paru

Dungus Madiun Tahun 2019

No Kecepatan Jumlah (n) Persentase (%)

1 Kurang baik 33 55,9

2 Baik 26 44,1

Total 59 100

Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 5.6 tersebut dapat diketahui bahwa persepsi responden

tentang responsiveness perawat dengan indikator kecepatan yang mengatakan

kurang baik yaitu sebesar 55,9% dengan jumlah responden 33 orang, sedangkan

yang mengatakan baik sebesar 44,1% dengan jumlah responden 26 orang.

5.3.2 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang Responsiveness

Perawat Dengan Indikator Ketertiban

Distribusi frekuensi persepsi responden tentang responsiveness peawat

dengan indikator ketertiban di Instalasi rawat inap RS Paru Dungus Madiun tahun

2019 sebagai berikut:

82

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang Responsiveness

Perawat Dengan Indikator Ketertiban di Instalasi Rawat Inap RS Paru

Dungus Madiun Tahun 2019

No Ketertiban Jumlah (n) Persentase (%)

1 Kurang baik 37 62,7

2 Baik 22 37,3

Total 59 100

Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 5.7 tersebut dapat diketahui bahwa persepsi responden

tentang responsiveness perawat dengan indikator ketertiban yang mengatakn

kurang baik yaitu sebesar 62,7% dengan jumlah responden 37 orang, sedangkan

yang mengatakan baik sebesar 37,3 % dengan jumlah responden 22 orang.

5.3.3 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang Responsiveness

Perawat Dengan Indikator Empati

Distribusi frekuensi persepsi responden tentang responsiveness peawat

dengan indikator empati di Instalasi rawat inap RS Paru Dungus Madiun tahun

2019 sebagai berikut:

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang Responsiveness

Perawat Dengan Indikator Empati di Instalasi Rawat Inap RS Paru

Dungus Madiun Tahun 2019

No Empati Jumlah (n) Persentase (%)

1 Kurang baik 34 57,6

2 Baik 25 42,4

Total 59 100

Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 5.8 tersebut dapat diketahui bahwa persepsi responden

tentang responsiveness perawat dengan indikator empati yang mengatakan kurang

baik yaitu sebesar 57,6 % dengan jumlah responden 34 orang, sedangkan yang

mengatakan baik sebesar 42,4 % dengan jumlah responden 25 orang.

83

5.3.4 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang Responsiveness

Perawat Dengan Indikator Keaktifan

Distribusi frekuensi persepsi responden tentang responsiveness peawat

dengan indikator keaktifan di Instalasi rawat inap RS Paru Dungus Madiun tahun

2019 sebagai berikut:

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang Responsiveness

Perawat Dengan Indikator Keaktifan di Instalasi Rawat Inap RS Paru

Dungus Madiun Tahun 2019

No Keaktifan Jumlah (n) Persentase (%)

1 Kurang baik 35 59,3

2 Baik 24 40,7

Total 59 100

Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 5.9 tersebut dapat diketahui bahwa persepsi responden

tentang responsiveness perawat dengan indikator keaktifan yang mengatakan

kurang baik yaitu sebesar 59,3 % dengan jumlah responden 35 orang, sedangkan

yang mengatakan baik sebesar 40,7 % dengan jumlah responden 24 orang.

5.3.5 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang Responsiveness

Perawat Dengan Indikator Ketanggapan

Distribusi frekuensi persepsi responden tentang responsiveness peawat

dengan indikator ketanggapan di Instalasi rawat inap RS Paru Dungus Madiun

tahun 2019 sebagai berikut:

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang Responsiveness

Perawat Dengan Indikator Ketanggapan Rawat Inap RS Paru

Dungus Madiun Tahun 2019

No Ketanggapan Jumlah (n) Persentase (%)

1 Kurang baik 31 52,5

2 Baik 28 47,5

Total 59 100

Sumber: Data Primer, 2019

84

Berdasarkan tabel 5.10 tersebut dapat diketahui bahwa persepsi responden

tentang responsiveness perawat dengan kategori ketanggapan yang mengatakan

kurang baik yaitu sebesar 52,5 % dengan jumlah responden 31 orang, sedangkan

yang mengatakan baik sebesar 47,5 % dengan jumlah responden 28 orang.

5.4 Minat Memanfaatkan Kembali Layanan Rawat Inap di Rumah Sakit

Paru Dungus Madiun

Distribusi frekuensi pada minat memanfaatkan kembali layanan rawat inap

di RS Paru Dungus Madiun tahun 2019 yaitu sebagai berikut:

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Minat Memanfaatkan Kembali Layanan Rawat

Inap di RS Paru Dungus Madiun

No Minat Memanfaatkan Kembali Jumlah (n) Persentase (%)

1 Tidak minat 21 35,6

2 Minat 38 64,4

Total 59 100

Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 5.11 tersebut dapat diketahui bahwa minat

memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun yang

mengatakan minat yaitu sebesar 64,4 % dengan jumlah responden 38 orang,

sedangkan yang mengatakan tidak minat sebesar 35,6 % dengan jumlah

responden 21 orang.

5.5 Tabulasi Silang Responsiveness Perawat Terhadap Minat Memanfaatkan

Kembali Layanan Rawat Inap di Rumah Sakit Paru Dungus Madiun

Hasil dari tabulasi silang antara responsiveness perawat terhadap minat

memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun tahun

2019 yaitu sebagai berikut:

85

Tabel 5.12 Tabulasi Silang Antara Persepsi Responden Tentang Responsiveness

Perawat Terhadap Minat Memanfaatkan Kembali Layanan Rawat

Inap di RS Paru Dungus Madiun Tahun 2019

Persepsi Responden

Tentang

Responsiveness Perawat

Minat Memanfaatkan

Kembali Total

P

value

sig

α

Tidak Minat Minat

n % n % n %

0,02 0,05 Kurang Baik 16 27,1 17 28,8 33 55,9

Baik 5 8,5 21 35,6 26 44,1

Total 21 35,6 38 64,4 59 100

Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 5.12 tersebut yang dianalisa menggunakan uji chi

square dapat diketahui bahwa persepsi responden tentang responsiveness perawat

yang mengatakan kurang baik dan tidak berminat memanfaatkan kembali layanan

rawat inap yaitu sebesar 27,1% dengan jumlah responden 16 orang, sedangkan

yang mengatakan baik dan berminat memanfaatkan kembali layanan rawat inap

yaitu sebesar 35,6 % dengan jumlah responden 21 orang.

5.6 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh responsiveness

perawat terhadap minat memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS Paru

Dungus Madiun. Penelitian ini menggunakan uji chi square dengan α = 0,05 dan

diolah dengan menggunakan program SPSS.

Analisis deskriptif meliputi perbandingan persepsi pasien tentang

responsiveness perawat dengan minat memanfaatkan kembali layanan rawat inap

di RS Paru Dungus Madiun. Adapun hasil yang didapatkan berdasarkan analisis

yang dilakukan dapat dilihat sebagai berikut:

Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan mengunakan uji chi square

dengan ρ value sig = 0,020 ≤ α = 0,05 menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1

86

diterima yang artinya bahwa ada pengaruh responsiveness perawat terhadap

minat memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun.

5.7 Pembahasan

5.7.1 Persepsi Responden Tentang Responsiveness Perawat di Instalasi

Rawat Inap RS Paru Dungus Madiun Tahun 2019

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa persepsi responden tentang

responsiveness perawat di instalasi rawat inap RS Paru Dungus Madiun yang

menyatakan kurang baik sebesar 55,9 % dengan jumlah responden 33 orang. Hal

ini disebabkan karena dari 5 indikator kecepatan, ketertiban, empati, keaktifan

dan ketanggapan yang paling besar berpengaruh terhadap responsiveness perawat

yaitu indikator ketertiban sebesar 62,7 %, dengan jumlah responden 37 orang,

karena banyak pasien yang menyatakan bahwa ketertiban perawat dalam

melayani pasien kurang baik.

Responsiveness yaitu suatu kemauan untuk membantu dan memberikan

pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan dengan penyampaian informasi

yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu tanpa adanya alasan yang jelas

menyebabkan persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan. Ketanggapan

merupakan keinginan para petugas untuk membantu para pelanggan dan

memberikan pelayanan dengan tanggap (Nursalam, 2014) dalam (Liza Wati,

2018).

Daya tanggap adalah suatu kemauan untuk membantu dan memberikan

pelayanan yang cepat (responsif), tepat, dan penyampaian informasi secara jelas

kepada pelanggan. Daya tanggap atau responsiveness merupakan penilaian mutu

yang paling dinamis. Hal ini dikarenakan penilaian setiap individu cenderung

87

akan berbeda antara satu pasien dengan pasien lain terkait standar ketanggapan

petugas kesehatan dalam memberikan jasa pelayanan sesuai dengan prosedur.

Daya tanggap merupakan persepsi pasien terhadap kemampuan dan kehandalan

perawat untuk tanggap dan sigap terhadap berbagai hal termasuk keluhan maupun

keperluan pasien. (Supriyanto Ernawaty, 2010).

Menurut Kotler dan Keller (2016), kualitas layanan adalah totalitas fitur

dan karakteristik produk atau jasa yang mampu memuaskan kebutuhan pelanggan

yang dinyatakan atau tersirat, dalam pengukuran mutu pelayanan, menurut Kotler

(2016) harus bermula dari mengenali kebutuhan pelanggan dan berakhir pada

persepsi pelanggan. Hal ini berarti bahwa gambaran responsiveness perawat harus

mengacu pada pandangan pelanggan dan bukan pada penyedia jasa, karena

pelanggan yang mengkonsumsi dan memakai jasa.

Persepsi akan berpengaruh pada perilaku pasien sebagai konsumen yang

akhirnya berpengaruh pada keputusan membeli (Kotler, 2016). Persepsi yang

positif akan mendorong pasien untuk mempercayakan kesehatannya pada rumah

sakit tersebut. Persepsi pasien terhadap responsiveness perawat menentukan

perilaku pasien di dalam keputusan membeli produk jasa layanan kesehatan.

Menurut pendapat peneliti bahwa responsiveness perawat di instalasi

rawat inap Rumah Sakit Paru Dungus Madiun kurang baik hal itu disebabkan

karena ada salah satu indikator yang paling menonjol yang dapat mempengaruhi

responsiveness perawat yaitu indikator ketertiban, pasien yang menyatakan

ketertiban perawat kurang baik sebesar 62,7 % dengan jumlah responden 37

orang.

88

Dengan demikian sebaiknya manajemen Rumah Sakit memberikan

pengertian kepada perawat agar dapat meningkatkan pelayanannya kepada pasien

baik dalam kecepatan, ketertiban, empati, keaktifan dan ketanggapan. Terlebih

dalam ketertiban perawat memberikan pelayanan yang sesuai dengan prosedur

yang ada. misalnya dengan cara memberikan pelayanan yang sesuai dengan apa

yang dibutuhkan pasien, seperti perawat mampu memberikan respon yang cepat

disetiap pelayanan yang diberikan, mampu bertindak secara sigap, perawat secara

berkala mengunjungi pasien tanpa diminta serta harus melakukan tindakan sesuai

prosedur.

5.7.2 Minat Memanfaatkan Kembali Layanan Rawat Inap di RS Paru

Dungus Madiun Tahun 2019

Berdasarkan tabel 5.11 dapat diketahui bahwa pasien yang tidak minat

memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun sebesar

35,6 % dengan jumlah responden 21 orang, sedangkan yang mengatakan minat

untuk memanfaatkan kembali yaitu sebesar 64,4 % dengan jumlah responden 38

orang. dari uraian diatas dapat diketahui bahwa banyak responden yang

mengatakan berminat memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS Paru

Dungus Madiun.

Hal tersebut terjadi karena RS Paru Dungus Madiun merupakan Rumah

Sakit Khusus penyakit paru, sehingga responden hanya akan kembali lagi ke RS

tersebut untuk mendapatkan pengobatan yang sesuai, dan mereka tidak lagi

mempertimbangkan mengenai responsiveness perawat di RS tersebut yang

mereka butuhkan hanya pengobatan yang tepat.

89

Menurut Eysenck dkk (2002) dalam Hamidiyah (2013), minat adalah suatu

kecenderungan untuk bertingkah laku yang berorientasi kepada objek. Menurut

Hurlock (1996) dalam Hamidiyah (2013) mengartikan minat sebagai sumber

motivasi yang akan mengarahkan seseorang pada apa yang akan mereka lakukan

bila diberi kebebasan untuk memilihnya.

Helier et al (2003) dalam Hamidiyah (2013) menyatakan bahwa minat

pembelian ulang merupakan penilaian individu tentang pembelian ulang

diperusahaan yang sama. Menurut Bolton dkk (2000) dalam Hamidiyah (2013)

alasan yang membuat pelanggan memutuskan untuk memilih penyedia pelayanan

yang sama dan membeli kembali layanan yang sama didasarkan atas pengalaman

mereka. Pengalaman yang didapat selama di rawat di rumah sakit mendapat kesan

bahwa responsiveness perawat kurang baik tetapi banyak yang berminat

memanfaatkan kembali layanan kesehatan di instalasi rawat inap RS Paru Dungus

Madiun, demikian itu dapat terjadi karena kebutuhan responden akan

kesehatannya sangat besar, mengingat RS Paru Dungus Madiun merupakan rumah

sakit khusus penyakit paru, sehingga responden berminat untuk memanfaatkan

kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun untuk melanjutkan

pengobatan sampai benar-benar sembuh.

Sebagaimana yang disebutkan Parasuraman dan Grewal (2000) dalam

Hamidiyah (2013) dalam minat pembelian kembali menunjukkan kemungkinan

klien berulang kali membeli barang atau jasa di masa depan dan hal itu berkaitan

erat dengan loyalitas pelanggan. Sehingga dengan meningkatnya minat

90

pembelian kembali dapat meningkatkan pendapatan berkelanjutan perusahaan

dan meningkatkan efisiensi operasional dari waktu ke waktu.

Dalam penelitian ini diketahui bahwa minat pasien dalam memanfaatkan

kembali layanan kesehatan di instalasi rawat inap RS Paru Dungus Madiun

sebagian besar mengatakan berminat. Maka dari itu, sebaiknya pihak Rumah

Sakit Paru Dungus Madiun melakukan suatu perencanaan sesuai karakteristik

masyarakat terkait dengan upaya yang dilakukan untuk menarik minat pasien

untuk tetap memilih dan memanfaatkan kembali layanan di instalasi rawat inap

Rumah Sakit Paru Dungus Madiun.

5.7.3 Pengaruh Responsiveness Perawat Terhadap Minat Memanfaatkan

Kembali Layanan Rawat Inap di Rumah Sakit Paru Dungus Madiun

Tahun 2019

Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan mengunakan uji chi square

dengan ρ value sig = 0,020 ≤ 0,05 menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1

diterima yang artinya bahwa ada pengaruh responsiveness perawat terhadap

minat memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun.

Dengan menggunakan tabulasi silang dapat diketahui bahwa persepsi

responden tentang responsiveness perawat yang mengatakan kurang baik namun

tetap berminat memanfaatkan kembali layanan rawat inap yaitu sebesar 28,8%

dengan jumlah responden 17 orang dan persepsi responden tentang

responsiveness perawat yang mengatakan baik namun tidak berminat

memanfaatkan kembali layanan rawat inap yaitu sebesar 8,5% dengan jumlah

responden 5 orang. Hal tersebut dapat terjadi karena rumah sakit paru Dungus

Madiun merupakan rumah sakit khusus paru, selain itu RS Paru Dungus Madiun

91

mempunyai brand tersendiri yang sudah tersimpan dalam pikiran orang-orang

serta pasien lebih membutuhkan pengobatan yang tepat untuk penyakit paru di

rumah sakit khusus paru, sehingga banyak pasien yang berminat untuk

memanfaatkan kembali layanan kesehatan di rumah sakit tersebut, khususnya di

instalasi rawat inap.

Daya tanggap atau responsiveness didefinisikan sebagai suatu bentuk

keinginan atau kemauan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang untuk

membantu dan memberikan jasa (Luan et al., 2018). Daya tanggap adalah suatu

kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif),

tepat, dan penyampaian informasi secara jelas kepada pelanggan.

Sebagaimana yang disebutkan Parasuraman dan Grewal (2000) dalam

Hamidiyah (2013) minat pembelian kembali menunjukkan kemungkinan klien

berulang kali membeli barang atau jasa di masa depan dan hal itu berkaitan erat

dengan loyalitas pelanggan. Sehingga dengan meningkatnya minat pembelian

kembali dapat meningkatkan pendapatan berkelanjutan perusahaan dan

meningkatkan efisiensi operasional dari waktu ke waktu.

Masyarakat yang kritis dalam mencari layanan kesehatan, mereka tidak

hanya mencari kesembuhan atau kesehatan yang merupakan core product dari

rumah sakit, tetapi juga kenyamanan sebagai atribut produk dalam berbagai

bentuk seperti proses pendaftraan yang cepat, kemudahan dalam cara pembayaran,

perawat dan staf rumah sakit yang cepat tanggap terhadap kebutuhan mereka,

mendapatkan informasi yang jelas atas pertanyaan mereka, dan sebagainya.

Tuntutan atau harapan dari calon pasien inilah yang mendorong manajemen

92

rumah sakit untuk meningkatkan kualitas pelayanannya sehingga pasien puas dan

mau memanfaatkan kembali layanan kesehatan serta loyal terhadap produk jasa

yang telah diberikan (Nursalam, 2014).

Ireland (1985) seperti yang dikutip oleh Wijono (2000) menyatakan

bahwa salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan rumah sakit adalah hal yang

menyangkut cara penyampaian pelayanan, sikap yang ramah dan simpatik pada

pasien mulai dari pertama pasien masuk ke rumah sakit sampai mereka selesai

mendapatkan pelayanan dan pulang atau keluar dari rumah sakit tersebut.

Untuk memenuhi kepuasan pasien pada dimensi responsivenes, maka

pihak Rumah sakit harus mempunyai sikap dalam memberikan pelayanan atau

bantuan yang sesegera mungkin kepada pasien. Pada dimensi ini hal-hal yang

harus mendapat perhatian diantaranya kecepatan dan ketepatan dalam memenuhi

kebutuhan pasien, petugas mempunyai kepedulian terhadap permasalahan yang

dihadapi pasien, kepekaan terhadap keinginan dan harapan pasien, ketulusan

interaksi atau komunikasi dalam memnerikan informasi penting kepada pasien,

kesiapan dan kesigapan dalam melakukan tindakan kritis. Apabila semua hal

pada dimensi ini dapat dipenuhi oleh pihak rumah sakit, maka pelanggan atau

pasien akan merasa puas, dan mereka akan mau untuk kembali memanfaatkan

pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut, dan besar kemungkinan mereka

akan menceritakan tentang kepuasan pelayanan kepada orang lain.

Dalam teori unsur pokok administrasi kesehatan di ketahui bahwa ada 5

hal pokok yaitu sebagai berikut:

93

6. Input (masukan)

Yang dimaksud dengan input (masukan) adalah segala sesuatu yang

dibutuhkan untuk dapat melaksanakan pekerjaan administrasi. Input (masukan)

dalam penelitian ini yaitu:

f. Man (manusia) : Manusia dalam penelitian ini yaitu responsiveness perawat

terhadap pasien rawat inap Rumah Sakit Paru Dungus Madiun.

g. Money (uang) : Uang dalam hal ini yaitu sumber modal berupa uang atau

giro.

h. Material (sarana) : Sarana berupa bangunan, tanah maupun sarana kesehatan

lainnya.

i. Methode (metode) : Metode berupa prosedur atau cara untuk memberikan

pelayanan yang terbaik yang memuaskan pasien

j. Machine (mesin) : Peralatan penunjang administrasi kesehatan.

7. Process (proses)

Proses adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Proses tersebut diantaranya yaitu menurut George

R. Terry, dalam hal ini proses meliputi:

e. Planning (perencanaan) : Penyusunan SOP untuk pelayanan di

instalasi rawat inap RS Paru Dungus Madiun

f. Organizing (pengorganisasian) : Penyusunan staf penunjang di instalasi

rawat inap RS Paru Dungus Madiun

94

g. Actuating (penggerakan) : Pengarahan, pengoordinasia, bimbingan,

penggerakan terhadap perawat di instalasi rawa inap RS Paru Dungus

Madiun

h. Controlling (pengawasan) : Penyusunan laporan evaluasi

8. Output (keluaran)

Output (keluaran) adalah hasil dari suatu pekerjaan administrasi. Untuk

administrasi kesehatan , keluaran dalam penelitian ini yaitu pelayanan kesehatan

(health service) yang baik.

9. Target (sasaran)

Target (sasaran) adalah kepada siapa keluaran yang dihasilkan ditujukan.

Dalam penelitian sasaran yang dimaksud yaitu pasien, baik perseorangan

kelompok maupun masyarakat.

10. Impact (dampak)

Impact (dampak) adalah akibat yang ditimbulkan oleh keluaran. Dalam

penelitian ini dampak yang diharapkan adalah rminat pasien untuk memanfaatkan

kembali layanan rawat inap di Rumah Sakit Paru Dungus Madin.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa responsiveness perawat dapat

mempengaruhi minat pasien untuk memanfaatkan kembali layanan rawat inap di

rumah sakit paru dungus madiun. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan

bahwa 16 dari 59 pasien yang mengatakan responsiveness kurang baik dan tidak

berminat memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun.

Dengan demikian sebaiknya pihak rumah sakit memberikan pelatihan

kepada perawat di instalasi rawat inap agar dapat meningkatkan kualitas

95

pelayanannya kepada pasien, membantu dan memberikan pelayanan yang cepat,

tepat, dan penyampaian informasi secara jelas kepada pasien. Sehingga akan

membuat persepsi pasien tentang responsiveness perawat menjadi baik dan

pasien akan berminat untuk memanfaatkan kembali layanan rawat inap, selain itu

minat pasien untuk memanfaatkan kembali layanan rawat inap akan menjadikan

pendapatan rumah sakit meningkat.

96

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian responsiveness perawat terhadap minat

memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun maka

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Persepsi responden tentang responsiveness perawat di instalasi rawat inap RS

Paru Dungus Madiun sebagian besar mengatakan kurang baik.

2. Pasien sebagian besar berminat untuk memanfaatkan kembali layanan rawat

inap di RS Paru Dungus Madiun.

3. Ada pengaruh responsiveness perawat terhadap minat memanfaatkan kembali

layanan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun.

6.2 Saran

1. Bagi Rumah Sakit Paru Dungus Madiun

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan khususnya responsiveness perawat

dan menarik minat pasien untuk memanfaatkan kembali layanan rawat inap

di RS Paru Dungus Madiun, disarankan kepada pihak rumah sakit untuk

memperhatikan hal – hal berikut ini:

a. Peningkatan motivasi diri untuk memberikan pelayanan yang

responsiveness kepada pasien

b. Peningkatan leadership dari direktur ataupun kepala ruang

c. Pemberian reward kepada perawat yang memberikan pelayanan yang

baik kepada pasien

97

2. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat menambah buku pustaka

atau referensi tentang pengaruh responsiveness perawat terhadap minat

memanfaatkan kembali layanan rawat inap untuk menambah sumber dalam

penelitian yang dilakukan mahasiswa.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini belum sempurna karena keterbatasan peneliti,

maka dari itu diharapkan bagi peneliti selanjutnya mampu mengembangkan

penelitian ini mengenai pengaruh responsiveness perawat terhadap minat

memanfaatkan kembali layanan rawat inap yang lainnya agar dapat

mengembangkan penelitian seperti ini dimasa yang akan datang.

98

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian :Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Ashar, arlinandari. 2016. Analisis hubungan antara brand image (citra merek)

dengan pemanfaatan layanan rawat inap Rumah Sakit Umum Swasta di

Kota Makassar. Skripsi prodi kesehatan masyarakat fakultas ilmu

kesehatan UIN Alauddin: Makassar.

Bahtiar. 2013. Hubungan kualitas pelayanan keperawatan dengan kepuasan

pasien rawat inap di RSUD Pangkajene dan kepulauan. Skripsi, prodi

keperawatan fakultas ilmu kesehatan UIN Alauddin: Makassar

.

Debra S. S Rumengan, J.M.L Umboh, G.D Kandou.2015. faktor-faktor yang

berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan pada peserta

BPJS Kesehatan di Puskesmas Paniki Bawah kecamatan Mapanget:

Manado.

Elisabeth, Th. Endang. 2015. Mutu pelayanan kesehatan dan kebidanan.

Yogyakarta: pustakabarpress.

Hamidiyah. 2013. Hubungan persepsi pasien tentang kualitas pelayanan dengan

minat kunjungan ulang di klinik umum RS Bhineka bakti husada Kota

Tangerang selatan. Skripsi, fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta.

Hamka.pengertian persepsi proses terjadinya persepsi dan faktor yang sangat

mempengaruhi persepsi. http://perpuskampus.com/pengertian-persepsi-

proses-terjadinya-persepsi-dan-faktor-yang-sangat-memepengaruhi-

persepsi

Kementerian kesehatan. 2018. Peraturan menteri kesehatan No. 4 tahun 2018

tentang kewajiban rumah sakit dan pasien: Jakarta.

_______. 2014. Peraturan menteri kesehatan No. 56 tahun 2014 tentang

klasifikasi dan perizinan rumah sakit: Jakarta.

Kotler, P. & Keller, kevin. 2009. Manajemen pemasaran edisi ke 13 jilid 1.

Jakarta: erlangga.

. 2016. Manajemen Pemasara. Jakarta: Prenhalindo

99

Luan, M. G. et al. (2018) „Hubungan Kinerja Perawat dengan Kepuasan Pasien di

Ruang Rawat Inap RS Tk. III 04.06.03 Dr. Soetarto Yogyakarta‟, Jurnal Ilmiah

KeperawatanIndonesia.

Nanda, Ajenk saprilla. 2018. Pengaruh responsiveness perawat dalam praktik

komunikasi terapiutik terhadap kepuasan pasien instalasi rawat inap

RSU Haji: Surabaya.

Notoadmodjo, S. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: rineka cipta

Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan

pedoman skripsi, tesis dan instrumen edisi 2. Jakarta: salemba medika.

. 2014. Manajemen Keperawatan. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

_______. 2016. Manajemen keperawatan aplikasi dan praktek keperawatan

profesional edisi 5. Jakarta: salemba medika.

Riwidikdo, handoko. 2010. Statistik untuk penelitian kesehatan dengan aplikasi

program R dan SPSS. Yogyakarta: pustaka rihama.

Rosjidi, CH. Isro‟in, L. Wahyuni, NS. 2017. Penyusunan proposal dan laporan

penelitian step by step. Ponorogo: unmuh ponorogo press.

Rumah Sakit Paru Dungus.2017. profil rumah sakit: Madiun

Sa‟diyatul mar‟ah, Ninies. 2018. Pengaruh persepsi pasien tentang strategi

pemasaran terhadap minat memanfaatkan kembali layanan rawat jalan

Rumah Sakit TK.IV Madiun tahun 2018. Skripsi, prodi kesehatan

masyarakat stikes bhakti husada mulia: Madiun.

Sari, irine diana. 2010. Manajemen pemasaran usaha kesehatan. Yogyakarta:

nuha medika.

Satrianegara, fais. 2009. Buku ajar organisasi dan manajemen pelayanan

kesehatan serta kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Sugiyono. 2013. Metodologi penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:

CV. Alfabet.

Sujarweni, V. Wiratama. 2014. Metodologi penelitian keperawatan. Yogyakarta:

gava media.

Supriyanto, ernawati. 2010. Pemasaran industri jasa kesehatan. Yogyakarta:

Andi offset.

100

Suryono. & anggraeni, MD. 2013. Metodologi penelitian kualitatif dan

kuantitatif dalam bidang kesehatan. Yogyakarta: Nuha medika.

Tannady, hendy. 2015. Pengendalian kualitas. Yogyakarta. Graha ilmu

Tjiptono, F. & Candra, G. 2012. Pemasaran strategik edisi 2. Yogyakarta: CV.

Ansdi offset.

Undang – undang RI No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit

Wati, Liza. 2018. Hubungan antara reliability dan responsiveness dengan

loyalitas pasien di ruang rawat inap RSUD Kota: Tanjung pinang.

101

LAMPIRAN

102

Lampiran 1

103

Lampiran 2

104

Lampiran 3

105

Lampiran 4

106

Lampiran 5

107

Lampiran 6

108

Lampiran 7

109

Lampiran 8

110

111

112

Lampiran 9

113

Lampiran 10

114

Lampiran 11

SURAT PERMOHONAN CALON RESPONDEN

Kepada Yth.

Bapak/Ibu/Saudara/Saudari

Ditempat,

Dengan Hormat,

Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir skripsi untuk memenuhi

persyaratan dalam memperoleh gelar Srata-1 (S-1) pada Program Studi

Kesehatan Mayarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun, maka peneliti

melakukan penelitian dengan Judul “Pengaruh Responsiveness perawat

Terhadap Minat Memanfaatkan Kembali Layanan Rawat Inap di Rumah

Sakit Paru Dungus Madiun“.

Saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden

dalam penelitian ini dengan cara mengisi kuesioner ini secara lengkap sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya. Mengingat kualitas penelitian ini sangat

bergantung pada jawaban yang Bapak/Ibu berikan maka dari itu dimohon

menjawab kuesioner ini sesuai dengan yang dialami dan rasakan. Sesuai dengan

kode etik penelitian, semua data yang masuk akan dijamin kerahasiaannya. Perlu

diketahui bahwa kuisioner ini semata-mata untuk kepentingan akademik

maka tidak akan mempengaruhi jabatan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari

dalam bekerja.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Umi Hanik Jurotulimaniyah

NIM : 201503046

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Kesediaan Bapak/Ibu dalam mengisi kuesioner ini merupakan bantuan

yang tidak ternilai harganya. Atas segala bantuan dan partisipasi Bapak/Ibu

dalam pengisian kuesioner ini saya ucapkan banyak terima kasih.

Madiun, Agustus 2019

Hormat Saya,

Umi Hanik Jurotulimaniyah

115

Lampiran 12

LEMBAR PERSYARATAN PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:

Nama :……………………………

Alamat :……………………………

Setelah mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan serta hak dan kewajiban

sebagai responden dalam penelitian. Dengan ini menyatakan dengan sungguh-

sungguh bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang berjudul

“Pengaruh Responsiveness Perawat Terhadap Minat Memanfaatkan

Kembali Layanan Rawat Inap di Rumah Sakit Paru Dungus Madiun”.

(Pernyataan ini, saya buat dengan sebenarnya dan penuh kesadaran tanpa ada

paksaan dari pihak lain).

Madiun, Agustus 2019

Responden

(………………………)

116

Output SPSS

1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

JenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid laki-laki 34 57.6 57.6 57.6

perempuan 25 42.4 42.4 100.0

Total 59 100.0 100.0

2. Karakteristik responden berdasarkan usia

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid < 20 17 28.8 28.8 28.8

21-30 6 10.2 10.2 39.0

31-40 12 20.3 20.3 59.3

41-50 6 10.2 10.2 69.5

> 51 18 30.5 30.5 100.0

Total 59 100.0 100.0

3. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

TingkatPendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Dasar 31 52.5 52.5 52.5

menengah 23 39.0 39.0 91.5

Tinggi 5 8.5 8.5 100.0

Total 59 100.0 100.0

117

4. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid pelajar 20 33.9 33.9 33.9

wiraswasta 7 11.9 11.9 45.8

IRT 4 6.8 6.8 52.5

Petani 20 33.9 33.9 86.4

lainnya 8 13.6 13.6 100.0

Total 59 100.0 100.0

5. Distribusi frekuensi responsiveness perawat di instalasi rawat inap RS

Paru Dungus Madiun

Responsiveness

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kurang baik 33 55.9 55.9 55.9

Baik 26 44.1 44.1 100.0

Total 59 100.0 100.0

6. Distribusi frekuensi minat memanfaatkan kembali layanan rawat inap RS

Paru Dungus Madiun

MinatMemanfaatkanKembali

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak minat 21 35.6 35.6 35.6

Minat 38 64.4 64.4 100.0

Total 59 100.0 100.0

118

7. Distribusi frekuensi indikator kecepatan

Kecepatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kurang baik 33 55.9 55.9 55.9

Baik 26 44.1 44.1 100.0

Total 59 100.0 100.0

8. Distribusi frekuensi indikator ketertiban

Ketertiban

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kurang baik 37 62.7 62.7 62.7

Baik 22 37.3 37.3 100.0

Total 59 100.0 100.0

9. Distribusi frekuensi indikator empati

Empati

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kurang baik 34 57.6 57.6 57.6

Baik 25 42.4 42.4 100.0

Total 59 100.0 100.0

10. Distribusi frekuensi indikator keaktifan

Keaktifan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kurang baik 35 59.3 59.3 59.3

Baik 24 40.7 40.7 100.0

Total 59 100.0 100.0

119

11. Distribusi frekuensi indikator ketanggapan

Ketanggapan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kurang baik 31 52.5 52.5 52.5

Baik 28 47.5 47.5 100.0

Total 59 100.0 100.0

12. Hasil uji chi square responsiveness perawat terhadap minat memanfaatkan

kembali layanan rawat inap

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 5.429a 1 .020

Continuity Correctionb 4.228 1 .040

Likelihood Ratio 5.649 1 .017

Fisher's Exact Test .029 .019

Linear-by-Linear Association 5.337 1 .021

N of Valid Casesb 59

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,25.

c. Computed only for a 2x2 table

120

13. Tabulasi silang responsiveness perawat terhadap minat memanfaatkan

kembali

responsiveness * MinatMemanfaatkanKembali Crosstabulation

MinatMemanfaatkanKembali

Total

tidak minat minat

responsiveness kurang baik Count 16 17 33

% of Total 27.1% 28.8% 55.9%

baik Count 5 21 26

% of Total 8.5% 35.6% 44.1%

Total Count 21 38 59

% of Total 35.6% 64.4% 100.0%

14. Tabel korelasi keeratan pengaruh

Correlations

responsiveness

MinatMemanfaat

kanKembali

responsiveness Pearson Correlation 1 .303*

Sig. (2-tailed) .020

N 59 59

MinatMemanfaatkanKembali Pearson Correlation .303* 1

Sig. (2-tailed) .020

N 59 59

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

121

15. Tabulasi silang jenis kelamin dengan responsiveness dan minat

memanfaatkan kembali

JenisKelamin * MinatMemanfaatkanKembali Crosstabulation

MinatMemanfaatkanKembali

Total

tidak minat Minat

JenisKelamin laki-laki Count 14 20 34

% of Total 23.7% 33.9% 57.6%

perempuan Count 7 18 25

% of Total 11.9% 30.5% 42.4%

Total Count 21 38 59

% of Total 35.6% 64.4% 100.0%

JenisKelamin * Responsiveness Crosstabulation

Responsiveness

Total

Kurang Baik Baik

JenisKelamin laki-laki Count 18 16 34

% of Total 30.5% 27.1% 57.6%

perempuan Count 15 10 25

% of Total 25.4% 16.9% 42.4%

Total Count 33 26 59

% of Total 55.9% 44.1% 100.0%

122

16. Tabulasi silang usia dengan responsiveness dan minat memanfaatkan

kembali

Usia * MinatMemanfaatkanKembali Crosstabulation

MinatMemanfaatkanKembali

Total

tidak minat Minat

Usia < 20 Count 5 12 17

% of Total 8.5% 20.3% 28.8%

21-30 Count 3 3 6

% of Total 5.1% 5.1% 10.2%

31-40 Count 6 6 12

% of Total 10.2% 10.2% 20.3%

41-50 Count 2 4 6

% of Total 3.4% 6.8% 10.2%

> 51 Count 5 13 18

% of Total 8.5% 22.0% 30.5%

Total Count 21 38 59

% of Total 35.6% 64.4% 100.0%

123

Usia * Responsiveness Crosstabulation

Responsiveness

Total

Kurang Baik Baik

Usia < 20 Count 10 7 17

% of Total 16.9% 11.9% 28.8%

21-30 Count 4 2 6

% of Total 6.8% 3.4% 10.2%

31-40 Count 8 4 12

% of Total 13.6% 6.8% 20.3%

41-50 Count 5 1 6

% of Total 8.5% 1.7% 10.2%

> 51 Count 6 12 18

% of Total 10.2% 20.3% 30.5%

Total Count 33 26 59

% of Total 55.9% 44.1% 100.0%

17. Tabulasi silang tingkat pendidikan dengan responsiveness dan minat

memanfaatkan kembali

TingkatPendidikan * MinatMemanfaatkanKembali Crosstabulation

MinatMemanfaatkanKembali

Total

tidak minat minat

TingkatPendidikan dasar Count 7 24 31

% of Total 11.9% 40.7% 52.5%

menengah Count 11 12 23

% of Total 18.6% 20.3% 39.0%

tinggi Count 3 2 5

% of Total 5.1% 3.4% 8.5%

Total Count 21 38 59

% of Total 35.6% 64.4% 100.0%

124

TingkatPendidikan * Responsiveness Crosstabulation

Responsiveness

Total

Kurang Baik Baik

TingkatPendidikan dasar Count 13 18 31

% of Total 22.0% 30.5% 52.5%

menengah Count 16 7 23

% of Total 27.1% 11.9% 39.0%

tinggi Count 4 1 5

% of Total 6.8% 1.7% 8.5%

Total Count 33 26 59

% of Total 55.9% 44.1% 100.0%

18. Tabulasi silang pekerjaan dengan responsiveness dan minat memanfaatkan

kembali

Pekerjaan * MinatMemanfaatkanKembali Crosstabulation

MinatMemanfaatkanKembali

Total

tidak minat Minat

Pekerjaan Pelajar Count 6 14 20

% of Total 10.2% 23.7% 33.9%

wiraswasta Count 4 3 7

% of Total 6.8% 5.1% 11.9%

IRT Count 2 2 4

% of Total 3.4% 3.4% 6.8%

Petani Count 4 16 20

% of Total 6.8% 27.1% 33.9%

lainnya Count 5 3 8

% of Total 8.5% 5.1% 13.6%

Total Count 21 38 59

% of Total 35.6% 64.4% 100.0%

125

Pekerjaan * MinatMemanfaatkanKembali Crosstabulation

MinatMemanfaatkanKembali

Total

tidak minat Minat

Pekerjaan Pelajar Count 6 14 20

% of Total 10.2% 23.7% 33.9%

wiraswasta Count 4 3 7

% of Total 6.8% 5.1% 11.9%

IRT Count 2 2 4

% of Total 3.4% 3.4% 6.8%

Petani Count 4 16 20

% of Total 6.8% 27.1% 33.9%

lainnya Count 5 3 8

% of Total 8.5% 5.1% 13.6%

Total Count 21 38 59

% of Total 35.6% 64.4% 100.0%

126

19. Hasil uji validitas

Correlations

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 TOTAL

X1 Pearson

Correlation 1 .739

** 1.000

** .612

** 1.000

** .612

** 1.000

** .739

** 1.000

** .612

** 1.000

** 1.000

** .612

** .739

** .612

** .926

** .739

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .004 .000 .004 .000 .000 .000 .004 .000 .000 .004 .000 .004 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

X2 Pearson

Correlation .739

** 1 .739

** .452

* .739

** .452

* .739

** 1.000

** .739

** .452

* .739

** .739

** .452

* 1.000

*

*

.452* .830

** 1.000

**

Sig. (2-tailed) .000

.000 .045 .000 .045 .000 .000 .000 .045 .000 .000 .045 .000 .045 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

X3 Pearson

Correlation

1.000*

*

.739** 1 .612

** 1.000

** .612

** 1.000

** .739

** 1.000

** .612

** 1.000

** 1.000

** .612

** .739

** .612

** .926

** .739

**

Sig. (2-tailed) .000 .000

.004 .000 .004 .000 .000 .000 .004 .000 .000 .004 .000 .004 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

X4 Pearson

Correlation .612

** .452

* .612

** 1 .612

** 1.000

** .612

** .452

* .612

** 1.000

** .612

** .612

** 1.000

*

*

.452* 1.000

*

*

.809** .452

*

Sig. (2-tailed) .004 .045 .004

.004 .000 .004 .045 .004 .000 .004 .004 .000 .045 .000 .000 .045

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

X5 Pearson

Correlation

1.000*

*

.739** 1.000

** .612

** 1 .612

** 1.000

** .739

** 1.000

** .612

** 1.000

** 1.000

** .612

** .739

** .612

** .926

** .739

**

127

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .004

.004 .000 .000 .000 .004 .000 .000 .004 .000 .004 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

X6 Pearson

Correlation .612

** .452

* .612

** 1.000

** .612

** 1 .612

** .452

* .612

** 1.000

** .612

** .612

** 1.000

*

*

.452* 1.000

*

*

.809** .452

*

Sig. (2-tailed) .004 .045 .004 .000 .004

.004 .045 .004 .000 .004 .004 .000 .045 .000 .000 .045

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

X7 Pearson

Correlation

1.000*

*

.739** 1.000

** .612

** 1.000

** .612

** 1 .739

** 1.000

** .612

** 1.000

** 1.000

** .612

** .739

** .612

** .926

** .739

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .004 .000 .004

.000 .000 .004 .000 .000 .004 .000 .004 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

X8 Pearson

Correlation .739

** 1.000

*

*

.739** .452

* .739

** .452

* .739

** 1 .739

** .452

* .739

** .739

** .452

* 1.000

*

*

.452* .830

** 1.000

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .045 .000 .045 .000

.000 .045 .000 .000 .045 .000 .045 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

X9 Pearson

Correlation

1.000*

*

.739** 1.000

** .612

** 1.000

** .612

** 1.000

** .739

** 1 .612

** 1.000

** 1.000

** .612

** .739

** .612

** .926

** .739

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .004 .000 .004 .000 .000

.004 .000 .000 .004 .000 .004 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

X10 Pearson

Correlation .612

** .452

* .612

** 1.000

** .612

** 1.000

** .612

** .452

* .612

** 1 .612

** .612

** 1.000

*

*

.452* 1.000

*

*

.809** .452

*

128

Sig. (2-tailed) .004 .045 .004 .000 .004 .000 .004 .045 .004

.004 .004 .000 .045 .000 .000 .045

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

X11 Pearson

Correlation

1.000*

*

.739** 1.000

** .612

** 1.000

** .612

** 1.000

** .739

** 1.000

** .612

** 1 1.000

** .612

** .739

** .612

** .926

** .739

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .004 .000 .004 .000 .000 .000 .004

.000 .004 .000 .004 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

X12 Pearson

Correlation

1.000*

*

.739** 1.000

** .612

** 1.000

** .612

** 1.000

** .739

** 1.000

** .612

** 1.000

** 1 .612

** .739

** .612

** .926

** .739

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .004 .000 .004 .000 .000 .000 .004 .000

.004 .000 .004 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

X13 Pearson

Correlation .612

** .452

* .612

** 1.000

** .612

** 1.000

** .612

** .452

* .612

** 1.000

** .612

** .612

** 1 .452

* 1.000

*

*

.809** .452

*

Sig. (2-tailed) .004 .045 .004 .000 .004 .000 .004 .045 .004 .000 .004 .004

.045 .000 .000 .045

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

X14 Pearson

Correlation .739

** 1.000

*

*

.739** .452

* .739

** .452

* .739

** 1.000

** .739

** .452

* .739

** .739

** .452

* 1 .452

* .830

** 1.000

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .045 .000 .045 .000 .000 .000 .045 .000 .000 .045

.045 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

X15 Pearson

Correlation .612

** .452

* .612

** 1.000

** .612

** 1.000

** .612

** .452

* .612

** 1.000

** .612

** .612

** 1.000

*

*

.452* 1 .809

** .452

*

129

Sig. (2-tailed) .004 .045 .004 .000 .004 .000 .004 .045 .004 .000 .004 .004 .000 .045

.000 .045

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

X16 Pearson

Correlation .926

** .830

** .926

** .809

** .926

** .809

** .926

** .830

** .926

** .809

** .926

** .926

** .809

** .830

** .809

** 1 .830

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

.000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

TOT

AL

Pearson

Correlation .739

** 1.000

*

*

.739** .452

* .739

** .452

* .739

** 1.000

** .739

** .452

* .739

** .739

** .452

* 1.000

*

*

.452* .830

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .045 .000 .045 .000 .000 .000 .045 .000 .000 .045 .000 .045 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01

level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05

level (2-tailed).

20. Hasil uji reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.784 17

129

DOKUMENTASI

130

Lampiran 15

KISI – KISI KUESIONER

Variabel Indikator Jumlah

pertanyaan

Item

positif

Item

negatif

Responsiveness

Kecepatan 4 2, 5, 11 14

Ketertiban 3 6, 15 13

Empati 3 1, 4 7

Keaktifan 2 8 10

Ketanggapan 3 9, 12 3

Minat

memanfaatkan

kembali

Keinginan 2 17 18

Rencana

penggunaan

yang akan

datang

2 19 20

Kebutuhan 2 16, 21 -

131

Lampiran 16

KUESIONER

PENGARUH RESPONSIVENESS PERAWAT TERHADAP MINAT

MEMANFAATKAN KEMBALI LAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH

SAKIT PARU DUNGUS MADIUN

Petunjuk pengisisan:

1. Mohon lengkapilah identitas responden terlebih dahulu.

2. Setiap pernyataan cukup dijawab dengan memberikan tanda checklist (√)

kolom yang tersedia.

Keterangan:

SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

A. DATA DIRI

1. Nama :

2. Alamat :

3. Jenis Kelamin : Pria Wanita

4. Usia : < 20 th 21 - 30 th >51 th

31 - 40 th 41 - 50 th

5. Pendidikan terakhir : SD SMA/SLTA

SMP/SLTP Sarjana/Diploma

Tidak Sekolah

6. Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswa IRT

Wiraswasta Pegawai Swasta

Petani/pekebun Lain - lain

No. Responden : (diisi oleh peneliti)

132

B. RESPONSIVENESS PERAWAT

No Pernyataan Jawaban

SS S TS STS

1 Perawat menawarkan bantuan kepada

pasien ketika pasien mengalami

kesulitan walau tanpa diminta

2 Perawat segera memberikan pelayanan

keperawatan kepada pasien ketika

sampai di ruangan

3 Informasi yang diberikan kepada

pasien kurang jelas

4 Perawat membantu pasien saat akan

dilakukan foto dan laboratorium

5 Perawat segera datang ketika pasien

membutuhkan

6 Perawat secara berkala mengunjungi

pasien tanpa diminta

7 Perawat bersikap kurang sopan dan

kurang ramah saat menangani keluhan

pasien

8 Perawat aktif bertanya kepada pasien

mengenai hal-hal yang perlu dibantu

9 Perawat tanggap dalam melakukan

pelayanan atau perawatan terhadap

pasien

10 Perawat tidak memberikan kesempatan

kepada pasien untuk bertanya

11 Ketika ada masalah, perawat segera

mengatasi dengan cepat

12 Perawat selalu menjawab pertanyaan

dari pasien

13 Ketika pasien waktunya ganti infus,

perawat tidak langsung menggantinya,

melainkan menunggu pihak keluarga

untuk menemui perawat

14 Perawat saat melakukan tindakan tidak

dilakukan dengan cekatan

15 perawat melakukan tindakan sesuai

prosedur

133

C. MINAT MEMANFAATKAN KEMBALI LAYANAN RAWAT INAP

No Pernyataan Jawaban

Ya Tidak

16 Jika saya atau keluarga saya membutuhkan

pelayanan kesehatan, saya berminat untuk

memanfaatkan kembali layanan rawat inap

di RS ini.

17 RS ini selalu menjadi RS yang pertama

kali muncul dalam pikiran saya dan yang

saya inginkan ketika saya mau berobat.

18 Saya tidak akan mencari informasi tentang

RS ini

19 Saya akan tetap memilih RS ini saat

memerlukan layanan kesehatan walaupun

harganya lebih mahal di banding dengan

RS lain

20 Saya tidak akan merekomendasikan RS ini

kepada orang lain

21 Saya yakin RS ini akan memberikan

pelayanan kesehatan yang terbaik sesuai

dengan kebutuhan saya.

134

Lampiran 17

135

Lampiran 18

PERSEPSI RESPONDEN TENTANG RESPONSIVENESS PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RS PARU DUNGUS MADIUN

R1

R2

R3

R4

R5

R6

R7

R8

R9

R10

R11

R12

R13

R14

R15

R16

R17

R18

R19

R20

R21

R22

R23

R24

R25

R26

R27

R28

R29

X1 4 3 4 4 4 3 4 2 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4

X2 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4

X3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3

X4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4

X5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4

X6 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4

X7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3

X8 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4

X9 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 1 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4

X10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3

X11 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4

X12 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 2 4 3 4 4 3 3 2 3 3 3 4 4 4 3 3 4

X13 3 3 3 4 2 3 2 1 3 2 2 1 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4

X14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 2 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3

X15 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4

JML 55

47

51

56

51

52

53

42

47 55 44 54 46 55 44 60 60 46 45 42 46 45 45 45 50 55 49 51 56

MEAN

50

136

R30

R31

R32

R33

R34

R35

R36

R37

R38

R39

R40

R41

R42

R43

R44

R45

R46

R47

R48

R49

R50

R51

R52

R53

R54

R55

R56

R57

R58

R59

4 3 4 2 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3

4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3

3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 4 2 2

3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3

4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3

4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4

3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3

4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3

4 4 4 3 4 4 3 4 1 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 1 4 3 4 4 3 3

3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3

3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3

3 4 4 3 3 4 3 4 2 4 3 4 4 3 3 2 3 3 3 2 4 3 4 2 4 3 4 4 3 3

2 3 2 1 3 2 2 1 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 4 4 3 4 4 3 3

3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 2 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 2 2 2 4 4 3 3

4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3

51 52 53 42 47 55 44 54 46 55 44 60 60 46 45 42 46 45 45 43 50 44 54 46 55 44 60 60 46 45

KETERANGAN:

Baik = jika total x > mean

Kurang baik = jika total x ≤ mean

Pernyataan Favorable

4 = sangat setuju

3 = setuju

2 = tidak setuju

1 = sangat tidak setuju

Pernyataan unfavorable

1 = sangat setuju

2 = setuju

3 = tidak setuju

4 = sangat tidak setuju

137

lampiran 19 INPUT PER INDIKATOR RESPONSIVENESS

INDIKATOR KECEPATAN NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

X2 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4

X5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4

X11 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4

X14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 2 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3

TTL 15 13 15 15 14 14 15 12 12 15 12 16 11 14 11 16 16 12 12 11 12 12 12 12 13 15 13 15 15

MEAN 13 INDIKATOR KETERTIBAN

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

X6 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4

X13 3 3 3 4 2 3 2 1 3 2 2 1 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4

X15 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4

TTL 11 10 11 12 10 11 10 7 9 10 8 9 10 12 9 12 12 11 10 9 10 9 9 9 10 11 11 11 12

MEAN 10 INDIKATOR EMPATI

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

X1 4 3 4 4 4 3 4 2 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4

X4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4

X7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3

TTL 11 9 11 11 10 10 11 8 10 12 9 11 11 11 9 12 12 9 9 8 9 9 9 9 10 11 9 11 11

MEAN 10 INDIKATOR KEAKTIFAN

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

X8 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4

X10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3

TTL 7 6 6 7 7 6 6 6 6 7 6 7 7 7 6 8 8 6 6 6 6 6 6 6 6 7 7 6 7

MEAN 6,5

138

INDIKATOR KETANGGAPAN

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

X3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3

X9 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 1 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4

X12 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 2 4 3 4 4 3 3 2 3 3 3 4 4 4 3 3 4

TTL 11 9 8 11 10 11 11 9 10 11 9 11 7 11 9 12 12 8 8 8 9 9 9 9 11 11 9 8 11

MEAN 9,7 INDIKATOR KECEPATAN

30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59

4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3

4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3

3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3

3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 2 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 2 2 2 4 4 3 3

14 14 15 12 12 15 12 16 11 14 11 16 16 12 12 11 12 12 12 12 13 12 16 11 14 11 16 16 12 12

INDIKATOR KETERTIBAN 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59

4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4

2 3 2 1 3 2 2 1 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 4 4 3 4 4 3 3

4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3

10 11 10 7 9 10 8 9 10 12 9 12 12 11 10 9 10 9 9 9 10 8 9 10 12 9 12 12 11 10

INDIKATOR EMPATI 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59

4 3 4 2 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3

3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3

3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3

10 10 11 8 10 12 9 11 11 11 9 12 12 9 9 8 9 9 9 9 10 9 11 11 11 9 12 12 9 9

INDIKATOR KEAKTIFAN 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59

4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3

3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3

7 6 6 6 6 7 6 7 7 7 6 8 8 6 6 6 6 6 6 6 6 6 7 7 7 6 8 8 6 6

139

INDIKATOR KETANGGAPAN 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59

3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 4 2 2

4 4 4 3 4 4 3 4 1 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 1 4 3 4 4 3 3

3 4 4 3 3 4 3 4 2 4 3 4 4 3 3 2 3 3 3 2 4 3 4 2 4 3 4 4 3 3

10 11 11 9 10 11 9 11 7 11 9 12 12 8 8 8 9 9 9 7 11 9 11 7 11 9 12 12 8 8

KETERANGAN:

Baik = jika total x > mean

Kurang baik = jika total x ≤ mean

140

Lampiran 20

REKAP PER INDIKATOR RESPONSIVENESS

NO

INDIKATOR KECEPATAN

INDIKATOR KETERTIBAN

INDIKATOR EMPATI

INDIKATOR KEAKTIFAN

INDIKATOR KETANGGAPAN

TOTAL KODE TOTAL KODE TOTAL KODE TOTAL KODE TOTAL KODE

1 15 2 11 2 11 2 7 2 11 2

2 13 1 11 2 9 1 7 2 9 1

3 15 2 11 2 11 2 6 1 8 1

4 15 2 12 2 11 2 7 2 11 2

5 14 2 10 1 10 1 7 2 10 2

6 14 2 11 2 10 1 6 1 11 2

7 15 2 10 1 11 2 6 1 11 2

8 12 1 7 1 8 1 6 1 9 1

9 12 1 9 1 10 1 6 1 10 2

10 15 2 10 1 12 2 7 2 11 2

11 12 1 8 1 9 1 6 1 9 1

12 16 2 9 1 11 2 7 2 11 2

13 11 1 10 1 11 2 7 2 7 1

14 14 2 12 2 11 2 7 2 11 2

15 11 1 9 1 9 1 6 1 9 1

16 16 2 12 2 12 2 8 2 12 2

17 16 2 12 2 12 2 8 2 12 2

18 12 1 11 2 9 1 6 1 8 1

19 12 1 10 1 9 1 6 1 8 1

20 11 1 9 1 8 1 6 1 8 1

21 12 1 10 1 9 1 6 1 9 1

22 12 1 9 1 9 1 6 1 9 1

23 12 1 9 1 9 1 6 1 9 1

24 12 1 9 1 9 1 6 1 9 1

25 13 1 10 1 10 1 6 1 11 2

26 15 2 11 2 11 2 7 2 11 2

27 13 1 11 2 9 1 7 2 9 1

28 15 2 11 2 11 2 6 1 8 1

29 15 2 12 2 11 2 7 2 11 2

30 14 2 10 1 10 1 7 2 10 2

31 14 2 11 2 10 1 6 1 11 2

32 15 2 10 1 11 2 6 1 11 2

33 12 1 7 1 8 1 6 1 9 1

34 12 1 9 1 10 1 6 1 10 2

35 15 2 10 1 12 2 7 2 11 2

141

36 12 1 8 1 9 1 6 1 9 1

37 16 2 9 1 11 2 7 2 11 2

38 11 1 10 1 11 2 7 2 7 1

39 14 2 12 2 11 2 7 2 11 2

40 11 1 9 1 9 1 6 1 9 1

41 16 2 12 2 12 2 8 2 12 2

42 16 2 12 2 12 2 8 2 12 2

43 12 1 11 2 9 1 6 1 8 1

44 12 1 10 1 9 1 6 1 8 1

45 11 1 9 1 8 1 6 1 8 1

46 12 1 10 1 9 1 6 1 9 1

47 12 1 9 1 9 1 6 1 9 1

48 12 1 9 1 9 1 6 1 9 1

49 12 1 9 1 9 1 6 1 9 1

50 13 1 10 1 10 1 6 1 11 2

51 12 1 8 1 9 1 6 1 9 1

52 16 2 9 1 11 2 7 2 11 2

53 11 1 10 1 11 2 7 2 7 1

54 14 2 12 2 11 2 7 2 11 2

55 11 1 9 1 9 1 6 1 9 1

56 16 2 12 2 12 2 4 1 12 2

57 16 2 12 2 12 2 8 2 12 2

58 12 1 11 2 9 1 6 1 8 1

59 12 1 10 1 9 1 6 1 8 1

MEAN = 13 MEAN = 10 MEAN = 10 MEAN = 6,5 MEAN = 9,7

KETERANGAN:

2 = Baik = jika total x > mean

1 = Kurang baik = jika total x ≤ mean

142

Lampiran 21

143