Upload
khangminh22
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
SKRIPSI
PENGARUH RESPONSIVENESS PERAWAT TERHADAP MINAT
MEMANFAATKAN KEMBALI LAYANAN RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT PARU DUNGUS MADIUN
TAHUN 2019
Oleh:
UMI HANIK JUROTULIMANIYAH
201503046
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN
TAHUN 2019
ii
SKRIPSI
PENGARUH RESPONSIVENESS PERAWAT TERHADAP MINAT
MEMANFAATKAN KEMBALI LAYANAN RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT PARU DUNGUS MADIUN
TAHUN 2019
Diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
UMI HANIK JUROTULIMANIYAH
201503046
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN
TAHUN 2019
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Umi Hanik Jurotulimaniyah
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Madiun, 24 November 1996
Agama : Islam
Alamat : Ds. Lembah rt/rw 10/03 kec. Dolopo kab. Madiun
Email :[email protected]
Riwayat pendidikan :
1. TK Desa Lembah Tahun 2003
2. SDN Lembah 02 Tahun 2009
3. MTsN 01 Madiun Tahun 2012
4. SMK Dolopo Tahun 2015
5. STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Responsiveness Perawat Terhadap Minat Memanfaatkan
Kembali Layanan Rawat Inap Di Rumah Sakit Paru Dungus Madiun Tahun
2019” dapat berjalan dengan lancar.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang memberi dukungan
sebagai penyempurnaan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Nunik Dhamayanti, M.Kes selaku direktur Rumah Sakit Paru Dungus
Madiun yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Rumah
Sakit Paru Dungus Madiun.
2. Bapak Zainal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid) selaku Ketua STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun.
3. Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM.,M.Kes, selaku ketua program studi S1
Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan persetujuan dalam pelaksanaan
ujian skripsi.
4. Bapak H. Edy Bachrun S.KM. M.Kes selaku dewan penguji yang telah
membantu kelancaran dalam pelaksanaan ujian skripsi
5. Bapak Suhadi Prayitno, S.KM., MM Selaku pembimbing 1 yang telah
membimbing dalam penyusunan skripsi
6. Ibu Retno Widiarini, S.KM.,M.Kes Selaku pembimbing 2 yang telah
membimbing dalam penyusunan skripsi
viii
7. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan do‟a dan dukungan nya serta
yang selalu memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini
8. Seluruh teman – teman seperjuangan yang telah banyak membantu dalam
penyusunn skripsi ini
Oleh karena terbatasnya kemampuan, penulis menyadari bahwa skripsi
ini masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan masukan
berupa kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat berguna serta
memberikan manfaat bagi pembaca.
Madiun, 29 Agustus 2019
Umi Hanik Jurotulimaniyah
ix
ABSTRAK
Umi Hanik Jurotulimaniyah
PENGARUH RESPONSIVENESS PERAWAT TERHADAP MINAT
MEMANFAATKAN KEMBALI LAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH
SAKIT PARU DUNGUS MADIUN TAHUN 2019.
142 Halaman + 9 Tabel + 4 Gambar + 21 Lampiran
Permasalahan yang terjadi dapat diketahui bahwa angka kunjungan rawat
inap di RS Paru Dungus Madiun pada tahun 2018 masih jauh dari target yang
telah ditetapkan rumah sakit yaitu sejumlah 1.737 kunjungan (69%) dari 2.500
target kunjungan yang sudah ditetapkan (100%). Permasalahan dalampenelitian
ini juga dapat dilihat dari angka pemanfaatan BOR pada tahun 2018 yang belum
memenuhi nilai ideal dari kementerian kesehatan RI yaitu 37% dari 60% - 85%
nilai ideal yang sudah ditetapkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh
responsiveness perawat terhadap minat memanfaatkan kembali layanan rawat
inap di RS Paru Dungus Madiun Tahun 2019.
Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan crossectional.
jumlah sampel sebanyak 59 responden dengan teknik pengambilan sampel
menggunakan Purposive sampling.
Berdasarkan penelitian menggunakan uji chi square didapatkan hasil nilai
sig / ρ value = 0,020 < α = 0,05 yang artinya ada Pengaruh Responsiveness
Perawat Terhadap Minat Memanfaatkan Kembali Layanan Rawat Inap di Rumah
Sakit Paru Dungus Madiun Tahun 2019. Saran yang diberikan sebaiknya rumah
sakit paru dungus madiun mengadakan pelatihan untuk perawat khususnya di
instalasi rawat inap agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien,
membantu dan memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan penyampaian
informasi secara jelas.
Kata kunci : Responsiveness, Minat memanfaatkan kembali
x
ABSTRACT
Umi Hanik Jurotulimaniyah
THE INFLUENCE OF NURSES RESPONSIVENESS ON RE-UTILIZATION
HEALTH SERVICES AT PULMONARY HOSPITAL OF DUNGUS MADIUN IN
2019.
142 Pages + 19 Tables + 4 Picture + 21 Attachmens
The problems that occur can be seen that the number of inpatient visits at
the Dungus Madiun Lung Hospital in 2018 is still far from the target set by the
hospital, which is 1,737 visits (69%) of the 2,500 targeted visit visits (100%). The
problem in this study can also be seen from the BOR utilization figures in 2018
that have not met the ideal value of the Indonesian Ministry of Health, 37% of
60% - 85% of the ideal values set.
The purpose of this study was to determine the effect of nurses'
responsiveness on interest in re-utilizing inpatient services at Dungus Madiun
Lung Hospital in 2019.
This research method was quantitative with cross sectional approach. the
number of samples was 59 respondents with the sampling technique using
purposive sampling.
Based on research using the chi square test results obtained sig / ρ value
= 0.020 <α = 0.05, which means there is an Influence of Nurse Responsiveness
Against Interest in Re-Utilization Inpatient Services at Dungus Madiun Lung
Hospital in 2019. Suggestions should be given to pulmonary hospitals Dungus
Madiun conducts training for nurses especially in inpatient installations in order
to improve the quality of services to patients, assist and provide services quickly,
accurately and deliver clear information.
Keywords: Responsiveness, Re-Utilization
xi
DAFTAR ISI
Sampul Depan .................................................................................................... i
Sampul Dalam .................................................................................................... ii
Lembar Persetujuan ............................................................................................ iii
Lembar pengesahan ............................................................................................ iv
Lembar Pernyataan ............................................................................................. v
Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... vi
Kata pengantar .................................................................................................... vii
Abstrak ............................................................................................................... ix
Abstract .............................................................................................................. x
Daftar Isi ............................................................................................................. xi
Daftar Tabel .......................................................................................................xiv
Daftar Gambar .................................................................................................... xv
Daftar Lampiran .................................................................................................xvi
Daftar Istilah........................................................................................................xvii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 9
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................... 9
1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian ...........................................................................10
1.4.1 Bagi RS Paru Dungus ..........................................................10
1.4.2 Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun ......................10
1.4.3 Bagi Peneliti ........................................................................11
1.5 Keaslian Penelitian ..........................................................................11
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 16
2.1 Konsep Rumah Sakit ....................................................................... 16
2.1.1 Definisi Rumah Sakit .......................................................... 16
2.1.2 Klasifikasi rumah sakit ........................................................ 17
2.1.3 Kewajiban rumah sakit ........................................................ 19
2.1.4 Kewajiban pasien ................................................................ 22
2.2 Rawat Inap ....................................................................................... 23
2.3 Pelayanan Keperawatan .................................................................. 24
2.4 Standar Pelayanan ........................................................................... 25
2.4.1 Standar Pelayanan Keperawatan ......................................... 25
2.4.2 Standar Pelayanan Kesehatan .............................................. 26
2.5 Kualitas Pelayanan .......................................................................... 28
2.5.1 Definisi Kualitas .................................................................. 28
2.5.2 Definisi Mutu Pelayanan Kesehatan ................................... 29
2.5.3 Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan ................................... 29
2.5.4 IndikatorPenilaianMutuPelayananKesehatan ....................... 33
2.6 UnsurPokokAdministrasiKesehatan................................................. 36
xii
2.7 Responsiveness ................................................................................ 38
2.8 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ................................................. 39
2.9 Perilaku konsumen .......................................................................... 40
2.9.1 Faktor budaya ...................................................................... 40
2.9.2 Faktor sosial ........................................................................ 41
2.9.3 Faktor pribadi ...................................................................... 42
2.9.4 Tahap – tahap dalam proses keputusan pembelian ............. 42
2.10 Minat Memanfaatkan Kembali ...................................................... 44
2.10.1 Pengertian minat memanfaatkan kembali ........................... 44
2.10.2 Faktor yang mempengaruhi minat memanfaatkan kembali . 45
2.10.3 Parameter minat membeli produk ulang ............................. 47
2.11 Loyalitas konsumen ...................................................................... 47
2.12 KerangkaTeori................................................................................ 48
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ............................... 49
3.1 Kerangka Konsep ............................................................................ 49
3.2 Hipotesis Penelitian ......................................................................... 50
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 51
4.1 Desain Penelitian ............................................................................. 51
4.2 Populasi dan Sampel ....................................................................... 52
5.2.1 Populasi ............................................................................... 52
5.2.2 Sampel ................................................................................. 52
4.3 Teknik Sampling ............................................................................. 54
4.4 Kerangka Kerja Penelitian .............................................................. 54
4.5 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ................................ 56
4.5.1 Variabel Penelitian .............................................................. 56
4.5.2 Definisi Operasional ............................................................ 56
4.6 Instrumen Penelitian ........................................................................ 59
4.6.1 Validitas ............................................................................... 59
4.6.2 Reliabilitas ........................................................................... 61
4.7 Lokasi dan waktu Penelitian ........................................................... 62
4.7.1 Lokasi penelitian ................................................................. 62
4.7.2 Waktu penelitian .................................................................. 62
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ........................................................... 62
4.9 Teknik Analisis Data ....................................................................... 64
4.9.1 Pengolahan Data .................................................................. 64
4.9.2 Analisis Data ....................................................................... 67
4.10 Etika Penelitian ............................................................................... 69
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 72
5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Paru Dungus Madiun ................... 72
5.1.1 Sejarah ................................................................................. 72
5.1.2 Aspek legal .......................................................................... 72
5.1.3 Lokasi bisnis ........................................................................ 73
5.1.4 Gambaran produk jasa ......................................................... 74
xiii
5.1.5 Visi, misi dan motto ............................................................ 76
5.2 Karakteristik responden ................................................................... 78
5.2.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ............ 78
5.2.2 Karakteristik responden berdasarkan usia ........................... 78
5.2.3 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan ................ 79
5.2.4 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan .................. 80
5.3 Responsiveness perawat di instalasi rawat inap RS Paru Dungus
Madiun ............................................................................................ 80
5.3.1 Distribusi frekuensi persepsi responden tentang
responsiveness perawat dengan indikator kecepatan ............ 81
5.3.2 Distribusi frekuensi persepsi responden tentang
responsiveness perawat dengan indikator ketertiban ............ 81
5.3.3 Distribusi frekuensi persepsi responden tentang
responsiveness perawat dengan indikator empati ................. 82
5.3.4 Distribusi frekuensi persepsi responden tentang
responsiveness perawat dengan indikator keaktifan ............. 83
5.3.5 Distribusi frekuensi persepsi responden tentang
responsiveness perawat dengan indikator ketanggapan ........ 83
5.4 Minat memanfaatkan kembali layanan rawat inap di rumah sakit
paru dungus madiun .......................................................................... 84
5.5 Tabulasi silang responsiveness perawat terhadap Minat
memanfaatkan kembali layanan rawat inap di rumah sakit paru
dungus madiun .................................................................................. 84
5.6 Analisis bivariat ................................................................................. 85
5.7 Pembahasan ....................................................................................... 86
5.7.1 Responsiveness perawat di instalasi rawat inap rumah sakit
paru dungus madiun .............................................................. 86
5.7.2 Minat memanfaatkan kembali layanan rawat inap di
rumah sakit paru dungus madiun ........................................... 88
5.7.3 Pengaruh responsiveness perawat terhadap Minat
memanfaatkan kembali layanan rawat inap di rumah sakit
paru dungus madiun .............................................................. 90
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 96
6.1 Kesimpulan......................................................................................... 96
6.2 Saran ................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 98
LAMPIRAN ........................................................................................................101
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data kunjungan pasien rawat inap Rumah Sakit Paru Dungus
Madiun ........................................................................................ 7
Tabel 1.2 Data BOR Rumah Sakit Paru Dungus Madiun ........................... 7
Tabel 1.3 Keaslian Penelitian .................................................................... 12
Tabel 4.1 Definisi Operasional .................................................................. 52
Tabel 4.2 Hasil uji validitas ....................................................................... 55
Tabel 4.3 Hasil uji reliabilitas ..................................................................... 57
Tabel 4.4 Rencana pelaksanaan penelitian .................................................. 57
Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin .................... 72
Tabel 5.2 Karakteristik responden berdasarkan usia ................................... 72
Tabel 5.3 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ........... 73
Tabel 5.4 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan .......................... 74
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responsiveness perawat di instalasi rawat
inap rumah sakit paru dungus madiun tahun 2019 .................... 74
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responsiveness perawat dengan indikator
kecepatan di instalasi rawat inap rumah sakit paru dungus
madiun tahun 2019 ...................................................................... 75
Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responsiveness perawat dengan indikator
ketertiban di instalasi rawat inap rumah sakit paru dungus
madiun tahun 2019 ..................................................................... 75
Tabel 5.8 Distribusi frekuensi responsiveness perawat dengan indikator
empati di instalasi rawat inap rumah sakit paru dungus madiun
tahun 2019 ................................................................................... 76
Tabel 5.9 Distribusi frekuensi responsiveness perawat dengan indikator
keaktifan di instalasi rawat inap rumah sakit paru dungus
madiun tahun 2019 ...................................................................... 77
Tabel 5.10 Distribusi frekuensi responsiveness perawat dengan indikator
ketanggapan di instalasi rawat inap rumah sakit paru dungus
madiun tahun 2019 ...................................................................... 77
Tabel 5.11 Distribusi frekuensi minat memanfaatkan kembali layanan
rawat inap di RS Paru Dungus Madiun tahun 2019 ................... 78
Tabel 5.12 Tabulasi silang antara responsiveness perawat terhadap minat
memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus
Madiun tahun 2019 ..................................................................... 78
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Unsur Pokok Administrasi Kesehatan..........................................36
Gambar 2.2 Kerangka Teori ............................................................................42
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................43
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian ...........................................................49
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan Data Awal ............................................102
Lampiran 2 Lembar disposisi pengambilan data awal ...................................103
Lampiran 3 Surat izin uji validitas dan reliabilitas ........................................104
Lampiran 4 Surat balasan uji validitas dan reliabilitas ..................................105
Lampiran 5 Surat izin penelitian untuk tempat penelitian .............................106
Lampiran 6 Surat izin penelitian untuk Kesbangpol Kabupaten Madiun .......107
Lampiran 7 Surat balasan izin penelitian .......................................................108
Lampiran 8 Surat rekomendasi izin penelitian ..............................................109
Lampiran 9 Surat keterangan selesai penelitian .............................................112
Lampiran 10 Surat keterangan bebas administrasi ...........................................113
Lampiran 11 Surat permohonan calon responden ............................................114
Lampiran 12 Lembar persyaratan persetujuan (informed consent) ...................115
Lampiran 13 Output SPSS ................................................................................116
Lampiran 14 Dokumentasi ...............................................................................129
Lampiran 15 Kisi-kisi kuesioner ......................................................................130
Lampiran 16 Kuesioner ....................................................................................131
Lampiran 17 Lembar bimbingan skripsi ...........................................................134
Lampiran 18 Input variabel responsiveness ......................................................135
Lampiran 19 Input per indikator responsiveness .............................................137
Lampiran 20 Rekap per indikator responsiveness ...........................................139
Lampiran 21 Lembar persetujuan perbaikan skripsi ........................................140
xvii
DAFTAR ISTILAH
Acceptability : Penerimaan
Acces To Service : Akses Terhadap Pelayanan
Admission : Penerimaan
Affordability : Keterjangkauan
Amenities : Kenyamanan
Assurance : Jaminan
Attitidinal Loyalty : Kesetiaan
Attitudinal Comitment : Pembelian Ulang
Behavioral : Perilaku
Behavioral Loyalty : Perilaku Kesetiaan
Benefit Ratio : Resiko
Coding : Memberi Kode
Completely Satisfied : Sangat Puas
Continuity : Kontinuitas
Control : Pengendalian
Courtesy : Kesopanan
Cross Sectional : Potong Lintang
Curatif : Penyembuhan Penyakit
Customer Loyalty : Loyalitas Pelanggan
Customer Predisposition : Anggapan Pelanggan
Customer Satisfaction : Kepuasan Pelanggan
Depandability : Dapat Dipercaya
Diagnosis : Diagnosa
Difable : Kebutuhan Khusus
Dissatisfied : Tidak Puas
Editing : Pengecekan Data
Effectiveness : Efektifitas
Efficiency : Efisiensi
Emphaty : Empati
Enabling : Pendukung
Entry Data : Memasukkan Data
Hospital By Laws : Peraturan Internal RS
Inspection : Pemeriksaan
Interpersonal Relation : Hubungan Antar Manusia
Komprehensif : Paripurna
Outcome : Keluaran
Ovelapping : Kelonggaran
Performance : Kinerja
Playing The Game : Bermain Game
Predisposing : Predisposisi
Preventif : Pencegahan Penyakit
xviii
Provider : Penyelenggara Pelayanan
Reinforcing : Penguat
Reliability : Keandalan
Responsiveness : Daya Tanggap
Safety : Keselamatan
Satisfied : Puas
Scoring : Penilaian
Security : Keamanan
Tabulating : Pengelompokan
Tangibel : Bukti Fisik / Keberwujudan
Tangible : Bukti Fisik
Technical Competence : Kompetensi Teknis
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (curatif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga
merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
Menurut undang-undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
menyatakan bahwa Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit
yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit
tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau
kekhususan lainnya.
Responsiveness merupakan bagian penting dalam sistem pelayanan
kesehatan karena sangat berhubungan dengan derajat kesejahteraan pasien dan
untuk mengevaluasi sistem pelayanan kesehatan dengan memperbaiki dan
memelihara kesehatan masyarakat. Responsiveness merupakan salah satu dari
lima dimensi mutu pelayanan menurut Adrian Palmer, (2001) dalam Irine Diana
Sari, (2010) yaitu reliabilitry (keandalan), responsiveness (ketanggapan),
2
assurance (jaminan), empathy (empati), tangibel (keberwujudan).
Responsineness yaitu kemampuan untuk membantu pelanggan dan memberikan
jasa dengan cepat atau tanggap.
Menurut Parasuraman, (1994) dalam Tjiptono, (2009) menjelaskan bahwa
indikator untuk menentukan responsiveness atau ketanggapan adalah
menginformasikan pelanggan tentang kepastian waktu penyampaian jasa,
layanan yang segera/cepat bagi pelanggan, kesediaan untuk merespon permintaan
pelanggan atau keluhan pada pasien.
Menurut Supriyanto, ernawati (2010) dalam komunikasi terapiutik
Responsiveness perawat meliputi 5 hal dasar yaitu: kecepatan, ketertiban, empati,
keaktifan dan ketanggapan.
Penanganan keluhan pasien terhadap aspek responsiveness merupakan
salah satu bentuk kepedulian rumah sakit untuk selalu berbenah dengan
memberikan pelayanan yang terbaik. Penanganan keluhan yang baik akan
memberikan peluang untuk mengubah pasien yang tidak puas menjadi puas atau
meningkat menjadi pasien loyal bahkan pasien akan menceritakan kepada orang
lain untuk memanfaatkan pelayanan di rumah sakit. Sehingga menjadi suatu
keharusan bagi pihak manajemen rumah sakit untuk melakukan evaluasi guna
mengetahui faktor penyebab sehingga selanjutnya dapat melakukan perbaikan.
Pembangunan kesehatan menghadapi banyak masalah antara lain kualitas,
pemerataan dan keterjangkauan pelayanan, serta kinerja pelayanan kesehatan
yang rendah. Ketidakpuasan terhadap pelayanan kesehatan lebih menonjol pada
pelayanan rawat jalan pemerintah di rumah sakit (RS), puskesmas, dan
3
puskesmas pembantu (pustu) daripada pelayanan swasta di RS, klinik atau balai
pengobatan dan praktik dokter/bidan/perawat. Kepuasan terhadap pelayanan
rawat inap RS pemerintah secara umum lebih rendah daripada pelayanan rawat
inap RS swasta.
Perilaku konsumen salah satunya yaitu perilaku pemanfaatan ulang
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh konsumen dengan
mempertimbangkan berbagai pilihan produk jasa dan pelayanan jasa yang
diberikan.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Indonesia baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah harus
memperhatikan mutu atau kualitas pelayanan kesehatan. Persepsi tentang mutu
organisasi pelayanan sangat berbeda-beda karena bersifat sangat subjektif,
disamping itu selera dan harapan pelanggan selalu berubah-ubah.
Perubahan lingkungan yang cepat dan berkembang baik ditingkat lokal
maupun global, mendorong Rumah Sakit untuk melaksanakan berbagai
perubahan. Mengingat perubahan yang semakin cepat dengan munculnya
berbagai kebijakan pemerintah, teknologi, perilaku konsumen, pertumbuhan
pasar, strategi pesaing, dan faktor-faktor lain yang mengakibatkan persaingan
semakin tajam, maka dibutuhkan suatu strategi yang tepat, salah satunya adalah
meningkatkan kualitas pelayanan agar dapat meningkatkan dan mempertahankan
pelanggan dalam memakai layanan kesehatan.
Faktor yang mengidentifikasi dan berpotensi mempengaruhi seseorang
untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan menurut Green dalam Notoatmodjo
4
(2007) adalah faktor predisposisi (predisposing) yang meliputi pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan persepsi, faktor pendukung
(enabling) yaitu ketersediaan fasilitas kesehatan/sarana kesehatan,
keterjangkauan biaya, jarak dan fasilitas transportasi dan faktor penguat
(renforcing) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau
merupakan dukungan dari pemimpin, tokoh masyarakat, keluarga, dan orang tua.
Anderson dalam Muzaham (2009) mengembangkan suatu model tentang
pemanfaatan pelayanan kesehatan dimana pelayanan kesehatan tersebut
dipengaruhi oleh faktor predisposisi (jenis kelamin, umur, status perkawinan,
pendidikan, ras, agama dan kepercayaan kesehatan), karakteristik kemampuan
(penghasilan, asuransi, kemampuan membeli jasa pelayanan kesehatan,
pengetahuan tentang kebutuhan pelayanan kesehatan, adanya sarana pelayanan
kesehatan serta lokasinya dan ketersediaan tenaga kesehatan), dan karakteristik
kebutuhan (penilaian individu dan penilaian klinik terhadap suatu penyakit).
Menurut penelitian Liza Wati (2018) dengan judul “hubungan antara
reliability dan responsiveness dengan loyalitas pasien di ruang rawat inap RSUD
Kota Tanjungpinang”. Hasil penelitian menunjukkan persepsi reliability
(p=0,008), dan persepsi responsiveness (p=0,002) artinya terdapat korelasi secara
signifikan dengan loyalitas pasien, kekuatan hubungan cukup dan arah positif.
Variabel yang paling dominan adalah responsiveness dengan nilai coefisien
korelasi sebesar 0,372. Jadi responsiveness memiliki hubungan yang sangat erat
dengan loyalitas pasien, dimana responsiveness perawat memberikan dorongan
5
kepada pasien untuk menjalin hubungan baik dengan rumah sakit dan lebih loyal
dalam memanfaatkan pelayanan di rumah sakit.
Menurut penelitian Debra S. S Rumengan, J.M.L Umboh, G.D Kandou
(2015) dengan judul “faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan
pelayanan kesehatan pada peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Paniki Bawah
kecamatan Mapanget Kota Manado”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara persepsi responden tentang JKN, akses layanan
dan persepsi responden terhadap tindakan petugas dengan pemanfaatan
pelayanan kesehatan di puskesmas. Persepsi responden terhadap tindakan petugas
merupakan variabel yang paling dominan hubungannya. Jadi tindakan petugas
memberikan pengaruh yang baik untuk pasien memanfaatkan pelayanan
kessehatan di puskesmas, semakin baik tindakan petugas terhadap pasien maka
pasien akan semakin puas dan akan lebih memanfaatkan pelayanan kesehatan
yang ada di puskesmas tersebut.
Penelitian Ajenk saprilla nanda (2018) dengan judul “pengaruh
responsiveness perawat dalam praktik komunikasi terapiutik terhadap kepuasan
pasien instalasi rawat inap RSU Haji Surabaya”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh signifikan daya tanggap atau responsiveness sebesar
0,003 (<α 0,05) terhadap kepuasan pasien. Hal ini menunjukkan semakin bagus
penilaian pasien terhadap daya tanggap atau responsiveness perawat maka akan
semakin meningkatkan kepuasan pasien di instalasi rawat inap Rumah Sakit
Umum Haji Surabaya.
6
RS Paru Dungus Madiun adalah salah satu rumah sakit khusus di
kabupaten Madiun provinsi Jawa Timur dan telah ditetapkan sebagai PPK-BLUD
Unit Kerja sejak tahun 2009 dengan status “BLUD Bertahap” sampai dengan
tahun 2012 hingga sekarang dengan stautus “BLUD Penuh” telah dikelola secara
baik, dengan menerapkan prinsip-prinsip efektifitas dan efisiensi sehingga telah
terasa adanya capaian peningkatan kinerja pelayanan, kinerja keuangan, dan
kinerja manfaat dapat mulai dirasakan keberhasilannya.
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No.9 tahun 2008
tanggal 20 Agustus 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan
Daerah Provinsi Jawa Timur dan Peraturan Gubernur No. 118 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja UPT. Dinkes. Provinsi Jawa Timur tanggal 25 Agustus
2008, kedudukan RS. Paru Dungus Madiun adalah Sebagai Unsur Pelaksana
Teknis Operasional Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Berdasarkan keputusan Gubernur Jawa Timur no 118 / 765 / KPTS / 013 /
2012 tanggal.12 Desember 2012, Rumah Sakit Paru Dungus ditetapkan sebagai
PPK-BLUD Penuh. (profil RS Paru dungus Madiun 2017).
Strategi rumah sakit untuk meningkatkan jumlah kunjungan dan mutu
pelayanan pada instalasi rawat inap perlu ditingkatkan lagi, karena berdasarkan
data sekunder kunjungan rawat inap rumah sakit paru Dungus Madiun dari tahun
2016 sampai tahun 2018 mengalami fluktuasi dan belum memenuhi target yang
telah ditetapkan oleh rumah sakit paru Dungus Madiun.
7
Tabel 1.1 Angka kunjungan pasien rawat inap RS Paru Dungus
Madiun
No Tahun Kunjungan Pasien
Rawat Inap Persentase
1 2016 1790 71 %
2 2017 2170 86 %
3 2018 1737 69 %
Sumber: laporan RS Paru Dungus Madiun, 2019
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa angka kunjungan rawat inap di RS
Paru Dungus Madiun mulai tahun 2016 sampai 2018 mengalami fluktuasi, pada
tahun 2016 kunjungan pasien rawat inap mencapai 71%, tahun 2017 meningkat
sebesar 15% sedangkan pada tahun 2018 kembali mengalami penurunan sebesar
17%.
Kurangnya kualitas pelayanan di ruang rawat inap juga bisa dilihat dari
Bed Ocupation Rate (BOR), di provinsi Jawa Timur indikator BOR pada tahun
2016 sebesar 59,4%, sedangkan pada tahun 2017 mengalami penurunan menjadi
40,4%. Angka tersebut belum memenuhi standar yang ditetapkan kementerian
kesehatan RI yaitu antara 60% - 85% Kemenkes Provinsi Jatim, (2017).
Sedangkan di rumah sakit paru Dungus Madiun persentase Bed Ocupation Rate
(BOR) dari tahun 2016 sampai tahun 2018 selalu mengalami penurunan dan
belum memenuhi target rumah sakit maupun standar yang ditetapkan oleh
kementerian kesehatan RI.
Tabel 1.2 data Bed Ocupation Rate (BOR) di RS Paru Dungus
Madiun
No Tahun BOR
1 2016 47 %
2 2017 38 %
3 2018 37 %
Sumber: laporan RS Paru Dungus Madiun, 2019
8
Dilihat dari tabel diatas bahwa angka Bed Ocupation Rate (BOR) di rumah
sakit paru Dungus Madiun tahun 2016 yaitu sebesar 47 %, tahun 2017
mengalami penurunan sebesar 9% dan pada tahun 2018 juga mengalami
penurunan sebesar 1%. Selain setiap tahun mengalami penurunan, angka tersebut
juga belum mencapai target yang ditetapkan oleh rumah sakit maupun standar
yang ditetapkan oleh kementerian kesehatan RI.
Tabel 1.1 dan tabel 1.2 diatas ada ketidaksesuaian antara data kunjungan
pasien rawat inap dan data BOR Rumah Sakit pada tahun 2017, hal tersebut
dapat terjadi karena pada akhir tahun 2017 sampai awal tahun 2018 di Rumah
Sakit Paru Dungus Madiun ada pembangunan untuk penambahan ruang rawat
inap, sehingga antara kunjungan pasien rawat inap dengan angka pemanfaatan
tempat tidur tidak sesuai.
Dari latar belakang diatas maka permasalahan yang diangkat dalam
penelitian ini adalah angka kunjungan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun
pada tahun 2018 masih jauh dari target yang telah ditetapkan rumah sakit yaitu
sejumlah 1.737 kunjungan (69%) dari 2.500 target kunjungan yang sudah
ditetapkan (100%). Permasalahan dalam penelitian ini juga dapat dilihat dari
angka pemanfaatan BOR pada tahun 2018 yang belum memenuhi nilai ideal dari
kementerian kesehatan RI yaitu 37% dari 60% - 85% nilai ideal yang sudah
ditetapkan.
Hal tersebut jika dibiarkan tentunya akan berdampak pada pendapatan
rumah sakit sendiri. Pendapatan yang berfluktuasi tentunya juga akan
berpengaruh terhadap sumber daya yang ada di rumah sakit dan pelayanan yang
9
diberikan kepada masyarakat dapat kurang optimal sehingga secara tidak
langsung akan mempengaruhi kepuasan pasien terhadap pelayanan yang
diberikan, sehingga menimbulkan persepsi yang kurang baik terhadap rumah
sakit.
Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Responsiveness Perawat Terhadap Minat
Memanfaatkan Kembali Layanan Rawat Inap di RS Paru Dungus Madiun
Tahun 2019”. Hal ini penting sebagai acuan dalam pembenahan pelayanan
keperawatan agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang lebih optimal
kepada pasien.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah penelitian ini adalah
Apakah ada pengaruh responsiveness perawat terhadap minat memanfaatkan
kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
untuk menganalisis pengaruh responsiveness perawat terhadap minat
memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun Tahun
2019.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi responsiveness perawat di instalasi rawat inap RS Paru
Dungus Madiun.
10
2. Mengidentifikasi minat pasien untuk memanfaatkan kembali layanan rawat
inap di RS Paru Dungus Madiun.
3. Menganalisis pengaruh responsiveness perawat terhadap minat
memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun.
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang
baik secara teoritis dan praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1.4.1 Bagi Rumah Sakit Paru Dungus Madiun
1. Dapat memberikan gambaran mengenai minat pasien untuk memanfaatkan
kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun.
2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi RS Paru Dungus Madiun tentang
pengaruh responsiveness perawat terhadap minat memanfaatkan kembali
layanan rawat inap.
3. Dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi kemajuan ilmu perawat
serta meningkatkan kualitas dan mutu pelayanannya, khususnya di instalasi
rawat inap.
1.4.2 Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
1. Memperkenalkan dan mendekatkan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
dengan Institusi terkait sehingga terjalin kerjasama yang baik.
2. Sebagai tolok ukur untuk mengetahui sejauh man keberhasilan proses belajar
mahasiswa.
11
3. dapat menambah pengetahuan dan sebagai referensi penelitian ilmiah bagi
mahasiswa program studi s1 Kesehatan Masyarakat.
1.4.3 Bagi Peneliti
1. Memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menerapkan ilmu
pengetahuan yang telah diperoleh.
2. Menambah pengetahuan dan pengalam dalam melaksanakan penelitian.
3. Hasil penelitian dapat mendorong peneliti untuk lebih mengembangkannya.
1.5 Keaslian penelitian
Berikut ini adalah review dari beberapa penelitian terdahulu yang
mendukung penelitian ini berkaitan dengan pengaruh responsiveness perawat
terhadap minat memanfaatkan kembali layanan rawat inap
12
Tabel 1.3 Keaslian Penelitian
No Peneliti Judul
penelitian
Metode
penelitian
Variabel
penelitian
Hasil
penelitian
1 Liza
Wati
Hubungan
antara
reliability
dan
responsiven
ess dengan
loyalitas
pasien di
ruang rawat
inap RSUD
Kota
Tanjung
Pinang.
Pendekatan
studi
korelasional
dengan
proporsional
random
sampling.
Dependen:
loyalitas
pasien.
Independen:
reliability
dan
responsivene
ss.
Persepsi
reliability
(p=0,008),
dan persepsi
responsivenes
s (p=0,002)
artinya
terdapat
korelasi
secara
signifikan
dengan
loyalitas
pasien,
kekuatan
hubungan
cukup dan
arah positif.
Variabel yang
paling
dominan
adalah
responsivenes
s dengan nilai
coefisien
korelasi
sebesar 0,372.
2 Debra
S.S
rumeng
an,
J.M.L
Umboh,
G.D
Kandou
Faktor-
faktor yang
berhubunga
n dengan
pemanfaata
n pelayanan
kesehatan
pada peserta
BPJS di
puskesmas
Paniki
Bawah
Kecamatan
Mapanget
Kota
Survey
analitik
dengan
menggunak
an
rancangan
cross
sectional.
Independen:
persepsi
tentang
JKN, akses
layanan dan
persepsi
terhadap
tindakan
petugas.
Dependen:
pemanfaatan
pelayanan
kesehatan di
puskesmas.
Ada
hubungan
yang
bermakna
antara
persepsi
responden
tentang JKN,
akses layanan
dan persepsi
responden
terhadap
tindakan
petugas
dengan
13
Manado. pemanfaatan
pelayanan
kesehatan di
puskesmas.
3 Ajenk
Saprilla
Nanda
Pengaruh
responsiven
ess perawat
dalam
praktik
komunikasi
terapiutik
terhadap
kepuasan
pasien
instalasi
rawat inap
RSU Haji
Surabaya.
Metode
analitik
dengan
menggunak
an
pendekatan
cross
sectional
Independen:
responsivene
ss perawat
Dependen:
kepuasan
pasien
Terdapat
pengaruh
signifikan
daya tanggap
atau
responsivenes
s sebesar
0,0003 (<α =
0,05)
terhadap
kepuasan
pasien. Hal
ini
menunjukkan
semakin
bagus
penilaian
pasien
terhadap daya
tanggap atau
responsivenes
s perawat
maka akan
semakin
meningkatkan
kepuasan
pasien di
Instalasi
Rawat Inap
(IRNA)
Rumah Sakit
Umum Haji
Surabaya.
4 Ninies
sa‟diatul
mar‟ah
Pengaruh
persepsi
pasien
tentang
strategi
pemasaran
terhadap
minat
memanfaatk
Penelitian
kuantitatif
dengan
menggunak
an
pendekatan
cross
sectional
Independent:
strategi
pemasaran.
Dependent:
minat
memanfaatk
an kembali
layanan
rawat jalan
Hasil dari uji
chi square
bahwa nilai
sig /ρ value =
0,000 < α =
0,05 yang
artinya bahwa
ada pengaruh
persepsi
14
an kembali
layanan
rawat jalan
rumah sakit
Tk.IV
Madiun
tahun 2018
pasien
tentang
strategi
pemasaran
terhadap
minat
memanfaatka
n kembali
layanan rawat
jalan RS
Tk.IV
Madiun.
dari tabel 1.3 diatas dapat dilihat bahwa yang membedakan penelitian
terhadulu dengan penelitian ini adalah:
1. Penelitian Liza Wati meneliti tentang reliability dan responsiveness dengan
loyalitas. Metode penelitian menggunakan studi korelasi dengan rancangan
cross sectional, jumlah sampel 66 pasien.
2. Penelitian Debra S.S rumengan, J.M.L Umboh, G.D Kandou meneliti tentang
faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Metode
penelitian menggunakan survei analitik dengan rancangan cross sectional,
jumlah sampel 163 pasien dan populasi 1.877 pasien.
3. Penelitian Ajenk Saprilla Nanda meneliti tentang responsiveness perawat
terhadap kepuasan pasien. Metode penelitian menggunakan survei analitik
dengan rancangan cross sectional, jumlah sapel 145 pasien.
4. Penelitian Ninies Sa‟diatul Mar‟ah meneliti tentang strategi pemasaran
dengan minat memanfaatkan kembali layanan rawat jalan. Metode penelitian
kuantitatif menggunakan pendekatan cross sectional, jumlah sampel 54
pasien dan populasi 116 pasien.
15
Sedangkan penelitian ini meneliti tentang responsiveness perawat terhadap minat
memanfaatkan kembali layanan rawat inap. Metode penelitian kuantitatif
menggunakan pendekatan cross sectional, jumlah sampel 59 dan populasi 145
pasien.
16
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Rumah Sakit
2.1.1 Definisi Rumah Sakit
Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (curatif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan
pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
Menurut undang-undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
menyatakan bahwa Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit
yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit
tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau
kekhususan lainnya.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 56 tahun
2014 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit menyatakan bahwa Rumah
Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada
semua bidang dan jenis penyakit. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang
memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu
17
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan
lainnya.
2.1.2 Klasifikasi Rumah Sakit
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 56 tahun 2014 tentang klasifikasi dan
perizinan rumah sakit, Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan
Rumah Sakit Khusus. Rumah Sakit Umum diklasifikasikan menjadi: Rumah Sakit
Umum Kelas A, Kelas B, Kelas C, kelas D, dan kelas D Pratama. Sedangkan
Rumah Sakit Khusus diklasifikasikan menjadi: Rumah Sakit Khusus Kelas A,
Kelas B, dan Kelas C. Penetapan klasifikasi Rumah Sakit tersebut didasarkan
pada Pelayanan, Sumber daya manusia, Peralatan, Bangunan dan prasarana.
2.1.2.1 Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Pelayanan yang diberikan oleh
Rumah Sakit Umum paling sedikit meliputi: pelayanan medik, pelayanan
kefarmasian, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik,
pelayanan penunjang nonklinik dan pelayanan rawat inap.
2.1.2.2 Rumah Sakit Khusus
Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin
ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya. Rumah
Sakit Khusus hanya dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai
bidang kekhususannya dan bidang lain yang menunjang kekhususan
18
tersebut. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di luar bidang kekhususannya
hanya dapat dilakukan pada pelayanan gawat darurat. (PMK No. 56 tahun 2014).
Rumah Sakit Khusus meliputi rumah sakit khusus Ibu dan anak, Mata, Otak, Gigi
dan mulut, Kanker, Jantung dan pembuluh darah, Jiwa, Infeksi, Paru, Telinga-
hidung-tenggorokan, Bedah, Ketergantungan obat; dan Ginjal.
Rumah Sakit Khusus harus mempunyai fasilitas dan kemampuan, paling
sedikit meliputi:
1. Pelayanan,
Pelayanan yang diselenggarakan meliputi:
a. pelayanan medik, paling sedikit terdiri dari:
1) pelayanan gawat darurat, tersedia 24 (dua puluh empat) jam sehari terus
menerus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2) pelayanan medik umum;
3) pelayanan medik spesialis dasar sesuai dengan kekhususan;
4) pelayanan medik spesialis dan/atau subspesialis sesuai kekhususan;
5) pelayanan medik spesialis penunjang;
b. Pelayanan Kefarmasian
c. Pelayanan Keperawatan
d. Pelayanan Penunjang Klinik
e. Pelayanan Penunjang Nonklinik
2. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia paling sedikit terdiri dari:
19
a. Tenaga Medis, yang memiliki kewenangan menjalankan praktik kedokteran
di Rumah Sakit yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. Tenaga Kefarmasian, dengan kualifikasi apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.
c. Tenaga Keperawatan, dengan kualifikasi dan kompetensi yang sesuai dengan
kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.
d. Tenaga Kesehatan Lain dan Tenaga Nonkesehatan, sesuai dengan
kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.
3. Peralatan,
Peralatan yang digunakan adalah peralatan yang memenuhi standar sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.1.3 Kewajiban Rumah Sakit
Menurut peraturan menteri kesehatan No. 4 tahun 2018 tentang kewajiban
rumah sakit dan pasien, Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban :
1. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit
kepada masyarakat, berupa: Informasi umum tentang Rumah Sakit, dan
informasi yang berkaitan dengan pelayanan medis kepada Pasien.
2. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan
efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar
pelayanan Rumah Sakit melalui akreditasi Rumah Sakit.
20
3. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan
kemampuan pelayanannya.
4. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana,
sesuai dengan kemampuan pelayanannya.
5. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau
miskin.
6. Melaksanakan fungsi sosial.
7. Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien.
8. Menyelenggarakan rekam medis.
9. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak meliputi sarana
ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita
menyusui, anak-anak, lanjut usia.
10. Melaksanakan sistem rujukan.
11. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan
etika serta peraturan perundang-undangan.
12. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan
kewajiban pasien.
13. Menghormati dan melindungi hak pasien.
14. Melaksanakan etika Rumah Sakit.
15. Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana.
16. Melaksanakan program pemerintah dibidang kesehatan baik secara
regional maupun nasional.
21
17. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau
kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.
18. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by
laws).
19. Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas
Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas dan
20. Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa
rokok.
Selain kewajiban sebagaimana dimaksud diatas, Rumah Sakit mempunyai
kewajiban mengupayakan:
1. Keamanan dan pembatasan akses pada unit kerja tertentu yang memerlukan
pengamanan khusus dan
2. Keamanan Pasien, pengunjung, dan petugas di Rumah Sakit.
3. Pelayanan kesehatan yang aman dan efektif paling sedikit dilaksanakan
melalui sasaran keselamatan Pasien Rumah Sakit sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Pelayanan kesehatan yang merupakan pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit sebagai bagian
dari tata kelola klinis yang baik.
5. Standar pelayanan Rumah Sakit disusun dan diterapkan dengan
memperhatikan standar profesi, standar pelayanan masing-masing Tenaga
Kesehatan, standar prosedur operasional, kode etik profesi dan kode etik
Rumah Sakit.
22
6. Pelayanan kesehatan yang antidiskriminasi diwujudkan dengan tidak
membedakan pelayanan kepada Pasien dalam memberikan pelayanan
kesehatan, baik menurutras, agama, suku, gender, kemampuan ekonomi,
orang dengan kebutuhan khusus (difable), latar belakang sosial politik dan
antar golongan.
2.1.4 Kewajiban Pasien
Menurut peraturan menteri kesehatan No. 4 tahun 2018 tentang kewajiban
rumah sakit dan pasien. Dalam menerima pelayanan dari Rumah Sakit,
Pasien mempunyai kewajiban:
1. Mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit
2. Menggunakan fasilitas Rumah Sakit secara bertanggung jawab
3. Menghormati hak Pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan
serta petugas lainnya yang bekerja di Rumah Sakit
4. Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai dengan
kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya
5. Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan
kesehatan yang dimilikinya
6. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan
di Rumah Sakit dan disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah
mendapatkan penjelasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
7. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak
rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau
23
tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan untuk
penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya, dan
8. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima. Imbalan jasa
tersebut merupakan pembayaran atas konsultasi, pemeriksaan medis,
tindakan medis, dan pelayanan lain yang diterima, yang didasarkan atas
itikad baik Pasien sesuai dengan jasa yang diterima.
2.2 Rawat Inap
Pelayanan rawat inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan yang
terdapat di rumah sakit yang merupakan gabungan dari beberapa fungsi
pelayanan. Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu
perawatan intensif atau observasi ketat karena penyakitnya. Menurut Revans
(1986) yang dikutip Anjaryani(2009) dalam Bahtiar (2013) bahwa pasien yang
masuk pada pelayanan rawat inap mengalami tingkat proses transformasi, yaitu:
1. Tahap Admission,yaitu pasien dengan penuh kesabaran dan kenyakinan
dirawat tinggal dirumah sakit.
2. Tahap Diagnosis, yaitu pasien diperiksa dan ditegakkan diagnosisnya.
3. Tahap treatment, yaitu berdasarkan diagnosis pasien dimasukkan dalam
program perawatan dan terapi
4. Tahap Inspection, yaitu secara terus menerus diobservasi dan dibandingkan
pengaruh serta respon pasien atas pengobatan.
5. Tahap Control, yaitu setelah dianalisa kondisinya, pasien dipulangkan.
Pengobatan diubah atau diteruskan, namun dapat juga kembali ke proses
untuk didiagnosa ulang.
24
2.3 Pelayanan Keperawatan
Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang
meliputi pelayanan pelayanan dasar dan pelayanan rujukan.Semuanya dapat
dilaksanakan oleh tenaga keperawatan dalam meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagai bagian dari pelayanan kesehatan, maka pelayanan keperawatan yang
dilakukan oleh tenaga perawat dalam memiliki tugas, diantaranya memberikan
asuhan keperawatan keluarga, komunitas dalam pelayanan kesehatan dasar dan
akan memberikan asuhan keperawatan secara umum pada pelayanan rujukan.
Penggunaan proses keperawatan sangat bermanfaat bagi klien, keluarga
dan masyarakat karena mendorong mereka untuk berpartisipasi secara aktif
dengan melibatkan mereka kedalam lima tahapannya. Klien menyediakan sumber
untuk pengkajian, validasi diagnosis keperawatan dan menyediakan umpan balik
untuk evaluasi. Perencanaan keperawatan yang tersusun dengan baik akan
memungkinkan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan secara kontinu,
aman dan dapat menciptakan lingkungan yang terapeutik. Keadaan tersebut akan
membantu mempercepat kesembuhan klien dan memungkinkan klien untuk
beradaptasi dengan lingkungan yang ada. Dalam kaitan inilah, yang dikutip dari
cendikiawan islamVeithzal Rivai (2009) dalam Bahtiar (2013).
Praktik keperawatan menurut International Council Of Nursing (ICN)
yang dikutip Nursalam adalah cara untuk membantu individu atau kelompok
mempertahankan atau mencapai kesehatan yang optimal sepanjang proses
kehidupan yang mengkaji status kesehatan klien, menetapkan diagnosis
keperawatan, rencana, tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan, dan
25
mengevaluasi responklien terhadap intervensi yang diberikan. Dalam praktik
keperawatan itu sendiri terdapat standar praktik keperawatan yang harus
dilaksanakan.
Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu
pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat, dan benar yang dirumuskan
sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan serta merupakan alat ukur dalam
penilaian penampilan kerja seorang perawat. Standar praktik menguraikan apa
yang harus dilakukan, mengidentifikasi tanggung jawab, dan melaksanakan
tanggung jawab tersebut.
2.4 Standar Pelayanan
2.4.1 Standar Pelayanan Keperawatan
Berdasarkan surat keputusan DPP PPNI No. 03/DPP/SK/I/1996 dalam
Bahtiar (2013) maka standar pelayanan keperawatan di Indonesia terdapat 7
standar yakni sebagai berikut:
1. Standar 1
Divisi keperawatan mempunyai falsafah dan struktur yang pemberian asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi dan merupakan sarana untuk
menyelesaikan berbagai persoalan praktik keperawatan di seluruh institusi
asuhan/pelayanan keperawatan.
2. Standar 2
Divisi keperawatan dipimpin oleh seorang perawat eksekutif yangmemenuhi
persyaratan dan anggota direksi.
26
3. Standar 3
Kebijaksanaaan dan praktik divisi keperawatan menjamin pelayanan
keperawatan merata dan berkesinambungan yang mengakui perbedaan
agama, sosial budaya, dan ekonomi diantara klien/pasien di institusi
pelayanan kesehatan.
4. Standar 4
Divisi keperawatan menjamin bahwa proses keperawatan digunakan untuk
merancang dan memberikan asuhan untuk memenuhi kebutuhan individu
klien/pasien dalamkonteks keluarga.
5. Standar 5
Divisi keperawatan menciptakan lingkungan yang menjamin efektifitas
praktik keperawatan.
6. Standar 6
Divisi keperawatan menjamin pengembangan berbagai program pendidikan
untuk menunjang pelaksanaan asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.
7. Standar 7
Divisi keperawatan memprakarsai, memanfaatkan dan berperan serta dalam
berbagai proyek penelitian untuk peningkatan asuhan klien/pasien.
2.4.2 Standar Pelayanan Kesehatan
Standar pelayanan kesehatan merupakan bagian dari layanan kesehatan itu
sendiri dan memainkan peranan yang penting dalam mengatasi masalah mutu
layanan kesehatan. Standar pelayanan kesehatan adalah suatu pernyataan tentang
27
mutu yang diharapkan, yang menyangkut masukan, proses dan keluaran
(outcome) sistem layanan kesehatan.
Donabedian (1980) dalam elisabeth dan Th. Endang (2015) menganjurkan
agar standar dan kriteria diklasifikasikan kedalam tiga kelompok. Anjuran
Donabedia tersebut pada prinsipnya sama dengan yang dianjurkan oleh WHO
yaitu: standar struktur, standar proses dan standar keluaran (outcome).
1. Standar input atau struktur
Standar struktur adalah standar yang menjelaskan peraturan sistem,
terkadang disebut juga sebagai masukan atau struktur. Termasuk didalamnya
adalah hubungan organisasi, misi organisasi, kewenangan, komite-komite,
personel, peralatan, gedung, rekam medis, keuangan, perbekalan, obat dan
fasilitas.
Hubungan antara struktur dan kualitas pelayanan adalah hal yang
penting dalam merencanakan, mendesain, dan melaksanakan sistem yang
dikehendaki untuk memberikan pelayanan kesehatan. Pengaturan
karakteristik struktur yang digunakan mempunyai kecenderungan untuk
mempengaruhi proses pelayanan, sehingga ini akan membuat kualitasnya
berkurang atau meningkat.
2. Standar proses
Standar proses adalah sesuatu yang menyangkutbsemua aspek
pelaksanaan kegiatan layanan kesehatan, melakukan prosedur dan
kebijaksanaan. Standar proses akan menjelaskan apa yang dilakukan,
28
bagaimana melakukannya dan bagaimana sistem kerjanya. Dengan kata lain
standar proses adalah playing the game.
3. Standar keluaran atau outcome
Standar output merupakan hasil akhir atau akibat dari layanan
kesehatan. Standar keluaran akan menunjukkan apakah layanan kesehatan
berhasil atau gagal. Keluaran (outcome) adalah apa yang diharapkan akan
terjadi sebagai hasil dari layanan kesehatan yang diselenggarakan dan
terhadap apa keberhasilan tersebut akan diukur.
Tentang keluaran (outcome), Donabedian memberikan penjelasan
bahwa outcome secara tidak langsung dapat digunakan secara pendekatan
untuk menilai pelayanan kesehatan. Dalam menilai apakah hasilnya bermutu
atau tidak, diukur dengan standar hasil yang diharapkan dari pelayanan medis
yang telah dikerjakan.
2.5 Kualitas pelayanan
2.5.1 Definisi Kualitas
Kualitas diartikan sebagai upaya dari produsen untuk memenuhi kepuasan
pelanggan dengan memberikan apa yang menjadi kebutuhan, ekspektasi, da
bahkan harapan dari pelanggan, dimana upaya tersebut terlihat dan terukur dari
hasil akhir produk yang dihasilkan atau jasa yang diberikan. Hendy tanady (2015).
Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri suatu barang atau jasa yang
didalamnya terkandung pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan para
pengguna (DIN ISO 8402, 1986) dalam (Elisabeth dan Th. Endang, 2015).
29
2.5.2 Definisi Mutu Pelayanan kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang yang sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai
dengan standar dan kode etik profesi (Azhrul,1996) dalam (Elisabeth dan Th.
Endang, 2015).
Secara umum pengertian mutu pelayanan kesehatan adalah derajat
kesempunaan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar
pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit
atau puskesmas secara wajar, efisien, dan efektif serta diberikan secara aman dan
memuaskan secara norma, etika, hukum dan sosial budaya dengan memperhatikan
keterbatasan dan kemampuan pemerintah serta masyarakat konsumen (Elisabeth
dan Th. Endang 2015).
2.5.3 Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan
2.5.3.1 Faktor Utama Penentu Kualitas Pelayanan
Menurut Moenir (2002) dalam elisabeth dan Th. Endang (2015),terdapat
beberapa faktor yang mendukung berjalannnya suatu pelayanan dengan baik,
yaitu:
1. Kesadaran para pejabat dan petugas yang berkecimpung dalam pelayanan.
2. Aturan yang menjadi landasan kerja pelayanan.
3. Organisasi yang merupakan alat serta sistem yang memungkinkan
berjalannya mekanisme kegiatan pelayanannya.
4. Ketrampilan petugas.
5. Sarana dalam pelaksanaan tugas pelayanan.
30
Menurut Lori Di Prete Brown dalam elisabeth dan Th. Endang (2015).
Ada 8 dimensi mutu pelayanan, yaitu:
1. Kompetensi teknis (Technical competence)
Adalah terkait dengan keterampilan, kemampuan dan penampilan
petugas, manajer dan staf pendukung. Kompetensi teknis berhubungan
dengan bagaimana cara petugas mengikuti standar pelayanan yang telah
ditetapkan dalam hal kepatuhan, ketepatan, kebenaran dan konsistensi.
2. Akses terhadap pelayanan (acces to service)
Adalah pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis,
sosial, ekonomi, budaya, organisasi atau hambatan bahasa.
3. Efektivitas (effectiveness)
Adalah kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektivitas yang
menyangkut norma pelayanan kesehatan dan petunjuk klinis sesuai standar
yang ada.
4. Efisiensi (efficiency)
Adalah dimensi yang penting dari kualitas karena efisiensi akan
mempengaruhi hasil pelayanan kesehatan. Pelayanan yang efisien pada
umumnya akan memberikan perhatian yang optimal kepada pasien dan
masyarakat.
5. Kontinuitas (continuity)
Adalah klien akan menerima pelayanan yang lengkap yang
dibutuhkan (termasuk rujukan) tanpa mengulangi prosedur diagnosa dan
terapi yang tidak perlu.
31
6. Keamanan (safety)
Adalah mengurangi resiko cidera, infeksi atau bahaya lain yang
berkaitan dengan pelayanan. Keamanan pelayanan melibatkan petugas dan
pasien.
7. Hubungan antar manusia (interpersonal relations)
Adalah interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien, manajer dan
petugas, dan tim kesehatan dengan kesehatan. Hubungan antar manusia yang
baik menambahkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara menghargai,
menjagang rahasia, menghormati, responsive dan memberikan perhatian.
8. Kenyamanan (amenities)
Adalah pelayanan kesehatan yang tidak berhubungan langsung
dengan efektifitas klinis, tetapi dapat mempengaruhi kepuasan pasien dan
bersedianya untuk kembali ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh
pelayanan berikutnya. (Wijoyo, Djoko.2008) dalam (Elisabeth dan Th.
Endang. 2015).
2.5.3.2 Faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan
1. Ilmu pengetahuan dan teknologi baru
Mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
akan diikuti oleh perkembangan pelayanan kesehatan untuk mengatasi
masalah penyakit – penyakit yang sulit, dapat digunakan penggunaan alat
seperti leser, terapi penggunaan gen dan lain-lain.
32
2. Nilai masyarakat
Dengan beragamnya masyarakat, maka dapat menimbulkan
pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan yang berbeda. Masyarakat yang sudah
maju dengan pengetahuan yang tinggi, maka akan memiliki kesadaran yang
lebih dalam penggunaan atau pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan ,
demikian juga sebaliknya.
3. Aspek legal dan etik
Dengan tingginya penggunaan atau pemadatan jasa pelayanan
kesehatan, maka akan semakin tinggi pula tuntutan hukum dan etik dalam
pelayanan kesehatan. Sehingga pelaku pemberi pelayanan kesehatan secara
profesional dengan memperhatikan nilai – nilai hukum dan etika yang ada di
masyarakat.
4. Ekonomi
Semakin tinngi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih
diperhatikan dan mudah dijangkau, begitu juga sebaliknya keadaan ekonomi
ini yang dapat mempengaruhi dalam sistem masyarakat.
5. Politik
Kebijakan pemerintah melalui sistem politik yang ada, akan semakin
berpengaruh sekali dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan. Kebijakan
– kebijakan yang ada dapat memberikan pola dalam sistem pelayanan. (Aziz,
Alimul. 2008) dalam elisabeth dan Th. Endang (2015).
33
2.5.4 Indikator Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan
Pendekatan dalam pelaksanaan evaluasi menggunakan pendekatan yang
lazim dipakai yaitu pendekatan struktur/input, proses dan hasil/output.
1. Pendekatan Struktur/Input
Pendekatan struktur/input adalah berfokus pada sistem yang dipersiapkan
dalam organisasi dari manajemen termasuk komitmen, dan stakeholder
lainnya, prosedur serta kebijakan sarana dan prasarana fasilitas dimana
pelayanan diberikan.
2. Pendekatan Proses
Pendekatan proses adalah semua metode dengan cara bagaimana
pelayanan dilaksanakan.
3. Hasil (output)
Hasil (output) adalah hasil pelaksanaan kegiatan, perlu diperjelas
perbedaan output dan outcome. Output adalah hasil yang dicapai dalam
jangka pendek, misalnya akhir dari kegiatan pemasangan infus, sedangkan
outcome adalah hasil yang terjadi setelah pelaksanaan kegiatan jangka
pendek, misalnya phlebitis setelah 3x24 jam pemasangan infus.
Melalui serangkaian penelitian terhadap berbagai macam industri jasa,
parasuraman, Zeithaml dan Berry (1985) sebagaimana dikutip Tjiptono dan
Candra (2011) dalam Elisabeth dan Th. Endang (2015) berhasil mengidentifikasi
sepuluh dimensi pokok kualitas jasa:
1. Reliabilitas, meliputi dua aspek utama yaitu konsistensi kinerja (performance)
dan sifat dapat dipercaya (dependability). Hal ini berarti perusahaan mampu
34
menyampaikan jasanya secara benar sejak awal, memenuhi janjinya secara
akurat dan andal, menyimpan data secara tepat dan mengirimkan tagihan yang
akurat.
2. Responsivitas atau daya tanggap, yaitu kesediaan dan kesiapan para karyawan
yang membantu para pelanggan dan menyampaikan jasa secara cepat.
3. Kompetensi, yaitu penguasaan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan
agar dapat menyampaikan jasa sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
4. Akses, meliputi kemudahan untuk dihubungi atau ditemui dan kemudahan
kontak. Hal ini berati lokasi fasilitas jasa mudah dijangkau, waktu mengantri
atau menunggu tiak terlalu lama, saluran komunikasi mudah dihubungi, dan
jam operasi nyaman.
5. Kesopanan (courtesy), meliputi sikap santun, respek, atensi dan keramahan
para karyawan.
6. Komunikasi, artinya menyampaikan informasi kepada para pelanggan dalam
bahasa yang mudah mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan
keluhan pelanggan.
7. Kredibilitas, yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya. Kredibilitas mencakup nama
perusahaan, reputasi perusahaan, karakter pribadi karyawan, dan interaksi
dengan pelanggan.
8. Keamanan (security), yaitu bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.
Termasuk didalamnya adalah keamanan secara fisik, keamanan finansial,
privasi dan kerahasiaan.
35
9. Kemampuan memahami pelanggan, yaitu berupaya memahami pelanggan dan
kebutuhan spesifik mereka, meberikan perhatian individual, dan mengenal
pelanggan reguler.
10. Bukti fisik (tangibles), meliputi penampilan fasilitas fisik, dan bahan-bahan
komunikasi perusahaan.
Dalam riset selanjutnya, Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1985) dalam
Elisabeth dan Th. Endang (2015) menemukan adanya ovelapping diantara
beberapa dimensi diatas, oleh sebab itu mereka menyederhanakan sepuluh
dimensi tersebut menjadi 5 dimensi pokok. Kompetensi, kesopanan, kredibilitas
dan keamanan disatukan menjadi jaminan (assurance), sedangkan akses,
komunikasi, dan kemampuan memahami pelanggan diintegrasikan menjadi
empati (emphaty). Berikut terdapat lima dimensi utama yang disusun sesuai
urutan tingkat kepentingan relatifnya:
1. Reliabilitas (reliability), berkaitan dengan kempauan perusahaan untuk
memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat
kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang
disepakati.
2. Daya tanggap (responsiveness), berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan
para karyawan untuk membantu para pelanggan dan merespon permintaan
mereka serta menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian
memberikan jasa secara cepat.
36
3. Jaminan (assurance), yakni perilaku para karyawan mampu menumbuhkan
kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan bisa
menciptakan rasa aman bagi pelanggannya.
4. Empati (emphaty), berarti bahwa perusahaan memahami masalah para
pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan dan memiliki jam
operasi yang nyaman.
5. Bukti fisik (tangibles), berkenaan dengan daya tarik kualitas fisik,
perlengkapan, dan material yang digunakan perusahaan, serta penampilan
karyawan.
2.6 Unsur Pokok Administrasi Kesehatan
Gambar 2.1 Unsur Pokok Administrasi Kesehatan
1. Input (masukan)
Yang dimaksud dengan input (masukan) dalam adalah segala sesuatu yang
dibutuhkan untuk dapat melaksanakan pekerjaan administrasi. Input
(masukan) dalam hal ini yaitu:
a. Man (manusia) : Manusia dalam hal ini yaitu responsiveness perawat
terhadap pasien.
Input
1. Man
2. Money
3. Material
4. Methode
5. machene
Proses
1. Planning
2. Organizing
3. Actuating
4. Controlling
Output
Target Impact
37
b. Money (uang) : Uang dalam hal ini yaitu sumber modal berupa uang atau
giro.
c. Material (sarana) : Sarana dalam hal ini yaitu berupa bangunan, tanah
maupun sarana kesehatan lainnya.
d. Methode (metode) : Metode dalam hal ini yaitu prosedur atau cara untuk
memberikan pelayanan yang terbaik yang memuaskan pasien
e. Machine (mesin) : Peralatan penunjang administrasi kesehatan.
2. Process (proses)
Proses adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Proses tersebut diantaranya yaitu menurut George R.
Terry, dalam hal ini proses meliputi:
a. Planning (perencanaan) : Penyusunan SOP untuk pelayanan
kesehant
b. Organizing (pengorganisasian) : Penyusunan staf
c. Actuating (penggerakan) : Pengarahan, pengoordinasia, bimbingan,
penggerakan.
d. Controlling (pengawasan) : Penyusunan laporan evaluasi
3. Output (keluaran)
Output (keluaran) adalah hasil dari suatu pekerjaan administrasi. Untuk
administrasi kesehatan , keluaran dalam hal ini disebut dengan nama
pelayanan kesehatan (health service).
38
4. Target (sasaran)
Target (sasaran) adalah kepada siapa keluaran yang dihasilkan ditujukan.
Untuk hal ini sasaran yang dimaksud yaitu pasien, baik perseorangan
kelompok maupun masyarakat.
5. Impact (dampak)
Impact (dampak) adalah akibat yang ditimbulkan oleh keluaran.
2.7 Responsiveness
Responsiveness yaitu suatu kemauan untuk membantu dan memberikan
pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan dengan penyampaian informasi
yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu tanpa adanya alasan yang jelas
menyebabkan persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan. Ketanggapan
merupakan keinginan para petugas untuk membantu para pelanggan dan
memberikan pelayanan dengan tanggap (Nursalam, 2014) dalam (Liza Wati,
2018).
Indikator responsiveness, menurut Parasuraman (1994) dalam Tjiptono
(2009) adalah sebagai berikut:
1. Menginformasikan pelanggan tentang kepastian waktu penyampaian jasa atau
informasi
2. Layanan yang segera atau cepat bagi pelanggan atau pasien
3. Kesediaan untuk membantu pelanggan atau pasien
4. Kesiapan untuk merespon keluhan pasien.
Menurut supriyanto, ernawati (2010) dalam komuniksi terapiutik
responsiveness perawat meliputi 5 hal dasar:
39
1. Perawat segera datang ketika pasien membutuhkan
2. Perawat secara berkala mengunjungi pasien tanpa diminta
3. Perawat segera menawarkan bantuan tanpa diminta ketika pasien mengalami
kesulitan
4. Perawat akan aktif bertanya kepada pasien mengenai hal – hal yang perlu
dibantu
5. Perawat tanggap dalam melakukan pelayanan atau perawatan terhadap pasien.
2.8 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Pemanfaatan pelayanan kesehatan pada dasarnya merupakan hasil
interaksi antara pengguna jasa layanan (konsumen) dan penyelenggara
pelayanan.(provider). Interaksi ini merupakan satu hal yang sangat kompleks dan
berhubungan dengan banyak faktor (Dever, 1984) dalam (Arlinandari, 2016).
Dever mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan
pelayanan kesehatan yaitu:
1. Sosial budaya: mencakup teknologi dan norma.
2. Organisasi: meliputi ada tidaknya pelayanan kesehatan, kemudahan secara
geografi, acceptability, affordability, struktur organisasi dan proses pelayanan
kesehatan.
3. Faktor yang berhubungan dengan konsumen: meliputi derajat sakit, mobilitas
penderita, cacat yang dialami, sosiodemografi (umur, jenis kelamin, status
perkawinan), sosiopsikologi (persepsi tentang sakit, kepercayaan dan
sebagainya), sosioekonomi (pendidikan, pendapatan, pekerjaan, jarak tempat
tinggal dengan pelayanan kesehatan, kebutuhan)
40
4. Faktor yang berhubungan dengan provider: meliputi kemampuan petugas
dalam menciptakan kebutuhan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan
kesehatan, karakteristik provider (perilaku dokter dan paramedis, jumlah dan
jenis dokter, peralatan yang tersedia serta penggunaan teknologi canggih).
2.9 Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok
dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide,
atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Perilaku
pembelian konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu seperti faktor
budaya, faktor sosial, dan faktor pribadi. (Kotler, 2009).
2.9.1 Faktor Budaya
Kelas budaya, sub budaya, dan social sangat mempengaruhi perilaku
pembelian konsumen. Budaya adalah determinan dasar keinginan dan perilaku
seseorang. Setiap budaya terdiri dari beberapa sub budaya yang lebih kecil yang
memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk anggota mereka.
Sub budaya meliputi kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis.
Hampir seluruh kelompok manusia mengalami stratifikasi social,
seringkali dalam bentuk kelas sosial, divisi yang relative homogeny dan bertahan
lama dalam sebuah masyarakat, tersusun secara hierarki dan mempunyai anggota
yang berbagi nilai, minat, dan perilaku yang sama. Kelas sosial mempunyai
beberapa karakteristik. Pertama, orang-orang yang berada dalam masing-masing
kelas cenderung mempunyai kemiripan dalam cara berpakaian, pola bicara, dan
preferensi rekreasional dibandingkan orang dari kelas sosial yang berbeda. Kedua,
41
orang dianggap menduduki posisi lebih rendah atau lebih tinggi menurut kelas
sosial. Ketiga, kelompok variabel misalnya pekerjaan, penghasilan, kekayaan,
pendidikan, dan orientasi nilai. Keempat, kelas sosial seseorang dalam tangga
kelas sosial dapat bergerak naik atau turun sepanjang hidup mereka. (Kotler,
2009)
2.9.2 Faktor Sosial
Selain faktor budaya, faktor sosial seperti kelompok referensi, keluarga,
serta peran sosial dan status mempengaruhi perilaku pembelian. Kelompok
referensi seseorang adalah semua kelompok yang mempunyai pengaruh langsung
atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut.
Kelompok referensi mempengaruhi anggota setidaknya dengan tiga cara
yaitu: memperkenalkan perilaku dan gaya hidup baru kepada seseorang,
mempenagruhi sikap dan konsep diri, menciptakan tekanan kenyamanan yang
dapat mempengaruhi pilihan produk dan merek.
Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting
dalam masyarakat, dan anggota keluarga mempresentasikan kelompok referensi
utama yang paling penting berpengaruh. Ada dua keluarga dalam kehidupan
pembeli. Keluarga orientasi yang terdiri dari orang tua dan saudara kandung.
Keluarga prokreasi yang terdiri dari pasangan dan anak-anak .
Peran dan status orang berpartisipasi dalam banyak kelompok, keluarga,
klub, dan organisasi. Kelompok sering menjadi sumber informasi penting dan
membantu mendefinisikan norma perilaku. (Kotler, 2009).
42
2.9.3 Faktor Pribadi
Keputusan dalam membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi.
Faktor pibadi meliputi usia dan tahap siklus hidup pembeli, pekerjaan dan
keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, serta gaya hidup dan nilai. Karena
banyak dari karakteristik ini yang mempunyai dampak yang sangat langsung
terhadap perilaku konsumen. (Kotler, 2009)
2.9.4 Tahap-Tahap dalam Proses Keputusan Pembelian
Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam
pembelian mereka. Proses pengambilan keputusan tersebut merupakansebuah
pendekatan penyelesaian masalah yang terdiri atas lima tahap yaitu sebagai
berikut: (Kotler, 2008:234)
1. Pengenalan Masalah.
Penganalisaan keinginan dan kebutuhan ini ditujukan terutama untuk
mengetahui adanya keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi dan
belum terpuaskan. Jika kebutuhan tersebut diketahui, maka konsumen akan
segera memahami adanya kebutuhan yang belum segera terpenuhi atau
masih bisa ditunda pemenuhannya, serta kebutuhan yang sama - sama harus
dipenuhi. Jadi dari tahap ini proses pembelian itu mulai dilakukan.
2. Pencarian Informasi.
Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak mengenai produk atau jasa yang ia butuhkan.
Pencarian informasi dapat bersifat aktif maupun pasif. Informasi yang
bersifat aktif dapat berupa kunjungan terhadap beberapa toko untuk
43
membuat perbandingan harga dan kualitas produk, sedangkan pencarian
informasi pasif, dengan membaca suatu pengiklanan di majalah atau surat
kabar tanpa mempunyai tujuan khusus dalam perkiraanya tentang gambaran
produk yang diinginkan.
3. Evaluasi Alternatif.
Tahap ini meliputi dua tahap, yaitu menetapkan tujuan pembelian dan
menilai serta mengadakan seleksi terhadap alternatif pembelian berdasarkan
tujuan pembeliannya. Tujuan pembelian bagi masing-masing konsumen
tidak selalu sama, tergantung pada jenis produk dan kebutuhannya. Ada
konsumen yang mempunyai tujuan pembelian untuk meningkatkan prestasi,
ada yang sekedar ingin memenuhi kebutuhan jangka pendeknya dan
sebagainya.
4. Keputusan Pembelian.
Keputusan untuk membeli disini merupakan proses pembelian yang nyata.
Jadi, setelah tahap-tahap dimuka dilakukan maka konsumen harus
mengambil keputusan apakah membeli atau tidak. Bila konsumen
memutuskan untuk membeli, konsumen akan menjumpai serangkaian
keputusan yang harus diambil menyangkut jenis produk, merek, penjual,
kuantitas, waktu pembelian dan cara pembayarannya. Perusahaan perlu
mengetahui beberapa jawaban atas pertanyaan–pertanyaan yang
menyangkut perilaku konsumen dalam keputuan pembeliannya.
44
5. Perilaku Pascapembelian.
Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level kepuasan atau
ketidakpuasan. Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli, melainkan
berlanjut hingga periode pascapembelian. Pemasar harus memantau
kepuasan pascapembelian, tindakan pascapembelian, dan pemakaian produk
pascapembelian.
2.10 Minat Memanfaatkan Kembali
2.10.1 Pengertian Minat Memanfaatkan Kembali
Menurut Eysenck dkk (2002) dalam Hamidiyah (2013), minat adalah suatu
kecenderungan untuk bertingkah laku yang berorientasi kepada objek. Menurut
Hurlock (1996) dalam Hamidiyah (2013) mengartikan minat sebagai sumber
motivasi yang akan mengarahkan seseorang pada apa yang akan mereka lakukan
bila diberi kebebasan untuk memilihnya.
Helier et al (2003) dalam Hamidiyah (2013) menyatakan bahwa minat
pembelian ulang merupakan penilaian individu tentang pembelian ulang
diperusahaan yang sama. Menurut Bolton dkk (2000) dalam Hamidiyah (2013)
alasan yang membuat pelanggan memutuskan untuk memilih penyedia pelayanan
yang sama dan membeli kembali layanan yang sama didasarkan atas pengalaman
mereka.
Sebagaimana yang disebutkan Parasuraman dan Grewal (2000) dalam
Hamidiyah (2013) dalam minat pembelian kembali menunjukkan kemungkinan
klien berulang kali membeli barang atau jasa di masa depan dan hal itu berkaitan
erat dengan loyalitas pelanggan. Sehingga dengan meningkatnya minat pembelian
45
kembali dapat meningkatkan pendapatan berkelanjutan perusahaan dan
meningkatkan efisiensi operasional dari waktu ke waktu.
2.10.2 Faktor yang mempengaruhi minat memanfaatkan kembali
Menurut Azwar (1996) dalam Mahdani (2009), suatu pelayanan harus
mempunyai persyaratan pokok, hal ini dimaksudkan adalah persyaratan pokok itu
dapat memberi pengaruh kepada pasien dalam menentukan keputusannya
terhadap penggunaan ulang pelayanan kesehatan.
1. Tersedia dan berkesinambungan
Syarat pokok pertama pelayanan yang baik adalah pelayanan
kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat serta bersifat
berkesinambungan. Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam
masyarakat adalah pada setiap saat dibutuhkan.
2. Dapat diterima dan wajar
Syarat pokok kedua pelayanan yang baik adalah yang dapat diterima
oleh masyarakat serta bersifat wajar artinya pelayanan kesehatan tersebut
tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat. pelayanan
kesehatan yang bertentangan dengan kenyakinan, adat istiadat, kebudayaan
masyarakat serta bersifat tidak wajar bukanlah suatu keadaan pelayanan
kesehatan yang baik.
3. Mudah di capai
Syarat pokok ketiga adalah mudah dicapai (accessible) oleh
masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari
46
sudut lokasi. Dengan demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan
yang baik maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat
penting. Bila fasilitas ini mudah dijangkau dengan menggunakan alat
transportasi yang tersedia maka fasilitas ini akan banyak dipergunakan.
Tingkat penggunaan dimasa lalu dan kecendrungan merupakan indikator
terbaik untuk perubahan jangka panjang dan pendek dari permintaan pada
masa yang akan datang.
4. Terjangkau
Syarat pokok keempat pelayanan yang baik adalah terjangkau
(affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang dimaksud
disini terutama dari sudut biaya untuk dapat mewujudkan harus dapat
diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan
ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal yang hanya dapat
dinikmati oleh sebagian masyarakat saja, bukan pelayanan kesehatan yang
baik.
5. Bermutu
Syarat pokok kelima pelayanan yang baik adalah bermutu (Quality)
yaitu yang menunjukan pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa
pelayanan dan dipihak lain tata cara penyelenggaraan sesuai kode etik serta
standar yang telah ditetapkan Menurut pendapat Payne (2001) dalam Mukhlis
(2012) untuk meningkatkan minat beli ulang perlu diperhatikan serta
dipahami empat kunci pemasaran meliputi :
47
1. Produk yaitu sejauh mana jasa yang ingin ditawarkan.
2. Harga yaitu sejauh mana harga yang dibayarkan dan cara-cara atau syarat -
syarat yang berhubungan dengan sarana dan prasarana yang ada.
3. Promosi yaitu program komunikasi yang berhubungan dengan pemasaran
produk atau jasa.
4. Tempat yaitu fungsi distribusi dan logistik yang dilibatkan dalam rangka
menyediakan produk dan jasa.
2.10.3 Parameter minat membeli ulang produk
Parameter pembelian ulang produk yaitu sebagai berikut:
1. Keinginan menggunakan produk atau pelayanan kesehatan
2. Rencana penggunaan produk atau pelayanan kesehatan yang akan datang
3. Kebutuhan menggunakan produk atau pelayanan kesehatan
2.11 Loyalitas Konsumen
Untuk memahami konsep customer loyality harus dimulai dari customer
satisfaction. Lovelock (2012) menyebutkan bahwa yang menjadi dasar dalam true
loyality adalah customer satisfaction dan kualitas pelayanan yang merupakan
kunci input dalam proses jasa. Sehingga customer satisfaction dan customer
loyalty mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Walaupun pelanggan
yang puas terkadang tidak memiliki perilaku yang loyal.
Menurut Jones dan Sasser (1995) dalam Ninies S (2018) kepuasan terdiri
dari beberapa tingkatan atau level yaitu level pertama completely satisfied yaitu
memiliki perilaku yang sangat loyal, level kedua satisfied yaitu perilaku yang
mudah berpindah pada pesaing dan level ketiga adalah dissatisfied yaitu perilaku
48
yang sangat tidak loyal. Hal yang sama dinyatakan oleh Schiffman et al dalam
Mutua (2011) bahwa loyalitas merupakan komitmen dari seorang pelanggan
terhadap suatu produk atau jasa yang diukur dengan pembelian ulang atau
attitudinal commitment.
Loyalitas dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu behavioral dan attitudinal
loyalty. Behavioral loyalty dijelaskan terjadi ketika seorang konsumen melakukan
pembelian berulang suatu produk atau jasa tetapi tidak serta mempunyai sikap
yang menyenangkan terhadap produk tersebut. Ini terjadi karena tidak adanya
kenyamanan, kebiasaan atau karena halangan lain. Attitudinal loyalty
didefinisikan oleh Jacoby dan Chestnut sebagai customer predisposition terhadap
suatu merek sebagai fungsi dari proses psikologis, termasuk didalamnya
preferensi attitudinal dan komitmen terhadap merek (Fitzgibbon et al 2005).
(Adam, 2015).
2.12 Kerangka Teori
Gambar 2.2 kerangka teori
Dimensi kualitas pelayanan menurut
parasuraman, zeithaml, dan berry
(1985) dalam elisabeth dan th. Endang
(2015)
1. Reliabilitas (reliability)
2. Daya tanggap (responsiveness)
3. Jaminan (assurance)
4. Empati (emphaty)
5. Bukti fisik (tangibles)
Indikator
responsiveness
menurut supriyanto,
ernawati (2010)
1. Kecepatan
2. Ketertiban
3. Empati
4. Keaktifan
5. Ketanggapan
Kualitas pelayanan
kesehatan
Minat memanfaatkan
kembali layanan rawat inap
Loyalitas konsumen
49
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan abstraksi dari teori yang ada sehingga bisa
dikomunikasikan dalam bentuk penelitian. Kerangka konseptual adalah kerangka
yang dipakai sebagai landasan berfikir dalam kegiatan ilmu. Kerangka ini
didapatkan dari konsep ilmu /teori yang dipakai sebagai landasan penelitian.
Secara kasar dikatakan kerangka konsep adalah rangkuman teori yang digunakan
dalam penelitian yang disusun dalam bentuk kerangka atau bagan, sehingga dapat
menghubungkan antara hasil penemuan dengan teori (Cholik, laily dan nurul,
2017). Berikut kerangka konsep dalam penelitian ini: digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 3.1 kerangka konsep penelitian
Keterangan:
: Diteliti : Mempengaruhi
: Tidak Diteliti
Minat memanfaatkan kembali
layanan rawat inap
3. Jaminan (assurance)
4. Empati (emphaty)
5. Bukti fisik (tangibles)
Loyalitas pasien
Dimensi kualitas pelayanan
menurut Parasuraman, Zeithaml
dan Berry (1985) dalam Elisabeth
dan Th. Endang (2015):
1. Reliabilitas (reliability)
2. Daya tanggap (responsiveness)
menurut Supriyanto, ernawati
(2010):
- Kecepatan
- Ketertiban
- Empati
- Keaktifan
- Ketanggapan
50
Pada gambar 3.1 dijelaskan bahwa Pengaruh Persepsi Responden Tentang
responsiveness Terhadap minat memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS
Paru Dungus Madiun Tahun 2019. Menurut supriyanto, ernawati (2010) ada
beberapa indikator dalam responsiveness yaitu: Kecepatan, Ketertiban, Empati,
Keaktifan, dan Ketanggapan.
Atas dasar tersebut, maka peneliti ingin meneliti Pengaruh
Responsiveness Perawat Terhadap minat memanfaatkan kembali layanan Rawat
Inap di RS Paru Dungus Madiun Tahun 2019. Variabel yang akan diteliti
meliputi Variabel bebas yaitu responsiveness perawat dan Variabel Terikat yaitu
minat memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun.
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan pernyataan dugaan tentang hubungan atau pengaruh
antara dua variabel atau lebih (Cholik, laily dan nurul, 2017). . Hipotesis dari
penelitian ini adalah:
H1 : “Ada Pengaruh Responsiveness Perawat Terhadap Minat Memanfaatkan
Kembali Layanan Rawat Inap di Rumah Sakit Paru Dungu Madiun
Tahun 2019”.
51
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan perencanaan, pola dan strategi penelitian
sehingga dapat menjawab penelitian atau masalah. Desain penelitian merupakan
prosedur perencanaan dimana peneliti dapat menjawab pertanyaan penelitian
secara valid, objektif, akurat dan hemat ekonomis (Cholik, laily dan nurul, 2017).
Penelitian ini menekankan pada Pengaruh responsiveness perawat
terhadap pemanfaatan pelayanan di Instalasi Rawat Inap RS Paru Dungus
Madiun Tahun 2019. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan
rancangan penelitian tanpa perlakuan (observasional) analitik melalui desain
cross sectional karena populasi yang beragam yang diamati pada satu waktu yang
sama.
Desain cross sectional (potong lintang) adalah rancangan penelitian yang
mencakup semua jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabel dilakukan
hanya satu kali pada satu saat. Kata kunci pada bentuk rancangan ini adalah
variabel bebas dan variabel terikat diukur pada saat yang sama. Yang dimaksut
satu saat adalah semua subyek penelitian variabel dependen dan independen
dinilai hanya satu kali secara bersamaan, namun bukan berarti semua subyek
penelitian harus diobservasi pada hari dan waktu yang sama. (Cholik, laily dan
nurul, 2017).
52
4.2 Populasi dan sampel
4.2.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan jumlah yang terdiri dari atas objek atau
subyek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sujarweni, 2014)
dalam (puri pratama aprilianti, 2018).
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang memanfaatkan ataupun
sudah pernah memanfaatkan jasa pelayanan rawat inap Rumah Sakit Paru
Dungus Madiun pada saat penelitian. Dari data yang ada, diketahui kunjungan
pasien pada tahun 2018 dirawat inap Rumah Sakit Paru Dungus yaitu 1737 orang
sehingga rata-rata kunjungan tiap bulan yaitu 145 orang.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi.
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat diartikan bahwa sampel adalah
populasi yang merupakan subyek pengukuran dari unit penelitain yang
memberikan kesimpulan tentang seluruh populasi (Suryono, 2013). Penentuan
kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi hasil-hasil penelitian,
Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: Inklusi dan Eksklusi
(Nursalam, 2008).
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi merupakan kriteria subjek umum penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus
53
menjadi pedoman saat melakukan kriteria inklusi pada penelitian adalah
sebagai berikut
a. Pasien umum yang sudah mendapatkan perawatan rawat inap di RS Paru
Dungus Madiun
b. Pasien yang bersedia untuk diteliti dan bisa berkomunikasi
2. Kriteri Eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria diluar kriteria inklusi. Artinya,
kriteria ekslusi yaitu kriteria yang memiliki ciri-ciri yang tidak dapat diambil
sebagi sampel atau kriteria yang apabila dijumpai menyebabkan objek tidak
dapat digunakan dalam penelitian. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini
adalah:
a. Pasien peserta BPJS Kesehatan atau asuransi apapun
b. Pasien yang tidak bersedia untuk diteliti
c. Pasien yang tidak bisa atau belum bisa berkomunikasi
Sampel dalam penelitian ini yaitu responden yang sedang mendapat
perawatan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun. Untuk menentukan jumlah
sampel yang akan di ambil peneliti menggunakan rumus Slovin sebagai
berikut:
Keterangan:
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan yang diinginkan (Nursalam, 2016)
54
Maka perhitungan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
dibulatkan menjadi 59.
Jadi, dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan yaitu 59 pasien
rawat inap di RS Paru Dungus Madiun.
4.3 Teknik Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan
keseluruhan objek penelitian.
Teknik sampling yang digunakan yaitu dengan Purposive Sampling yaitu
teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai
dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili
karakteristik populasi yang dikenal sebelumnya (Nursalam, 2015). Pada
penelitian ini sampel responden yang dipilih yaitu sesuai dengan kriteria
responden yang ditentukan sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi.
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka kerja penelitian merupakan kerangka pelaksanaan penelitian
mulai dari pengambilan data sampai menganalisis hasil penelitian.
55
Gambar 4.1 kerangka kerja penelitian
Populasi
Pasien di rawat inap RS Paru Dungus Madiun tahun 2018 yang
berjumlah 1737 orang sehingga rata-rata kunjungan tiap bulan yaitu
145 orang.
Teknik Sampling
purposive sampling
Sampel
Sampel yang digunakan berjumlah 59 pasien rawat inap RS Paru
Dungus Madiun
Jenis Data Dan Desain
Kuantitatif dan cross sectional
Pengumpulan Data Primer (Kuesioner)
Responsiveness dan minat memanfaatkan kembali layanan rawat inap
Pengolahan Data
Editing, Coding, Entry data, Skoring, dan tabulating
Analisis Data
Menggunakan uji chi square
Penyajian Hasil dan Kesimpulan Penelitian
Pelaporan
56
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.5.1 Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
pengertian tertentu (Notoatmojo S, 2012). Variabel dalam penelitian ini
mencakup dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen.
1. Variabel Independen atau variabel bebas merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
responsiveness perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Paru Dungus
Madiun Tahun 2019.
2. Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah minat memanfaatkan kembali layanan Rawat
Inap di Rumah Sakit Paru Dungus Madiun Tahun 2019.
4.5.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah penjelasan tentang bagaimana suatu variabel
akan diukur serta alat ukur apa yang digunakan untuk mengukurnya. Definisi
operasional penelitian ini sebagai berikut:
57
Tabel 4.1 definisi operasional responsiveness perawat terhadap minat memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus
Madiun
No Variabel Definisi
operasional Indikator Alat ukur Skala data Skor Kategori
1 Responsiveness Persepsi pasien
rawat inap terhadap
kecepatan dan
ketanggapan
perawat dalam
melakukan tindakan
keperawatan, atau
dalam menangani
keluhan pasien di
rawat inap RS Paru
Dungus Madiun.
Daya tanggap
(responsiveness)
menurut Supriyanto,
ernawati (2010):
- Kecepatan: perawat
segera datang ketika
pasien membutuhkan
- Ketertiban: perawat
secara berkala
mengunjungi pasien
tanpa diminta
- Empati: perawat
segera menawarkan
bantuan tanpa
diminta ketika
pasien mengalami
kesulitan
- Keaktifan: perawat
akan aktif berttanya
kepada pasien
mengenai hal-hal
yang perlu dibantu
- Ketanggapan:
perawat tanggap
Kuesioner Nominal Menggunakan
skala
likert dengan
pembagian
favorable:
1 = Sangat
tidak
setuju
2 = Tidak
setuju
3 = Setuju
4 = Sangat
setuju
Unfavorable:
4 = Sangat
tidak setuju
3 = Tidak
setuju
2 = Setuju
1 = Sangat
setuju
(Sujarweni,
2014)
1.Baik : jika X
> Mean.
2.Kurang baik :
jika X ≤ Mean
58
dalam melakukan
pelayanan atau
perawatan terhadap
pasien.
2 Minat
Memanfaatkan
Kembali
Layanan Rawat
Inap
Keinginan pasien
untuk
memanfaatkan
kembali layanan
rawat inap di RS
Paru Dungus
Madiun
4. Keinginan
menggunakan produk
atau pelayanan
kesehatan
5. Rencana penggunaan
produk atau
pelayanan kesehatan
yang akan datang
6. Kebutuhan
menggunakan produk
atau pelayanan
kesehatan
Kuesioner Nominal Menggunakan
skala guttman
dengan
pembagia n;
Favorable:
2 = Ya
1 = Tidak
Unfavorable:
1 = Ya
2 = Tidak
(Sujarweni,
2014)
1. Berminat,
jika X >
mean,
2.Tidak
berminat, jika
X ≤ Mean
59
4.6 Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmojo, 2012). Instrument pada penelitian ini adalah
kuesioner Menurut Sujarweni (2014) kuesioner (angket) merupakan alat tekhnik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Kuesioner yang dibuat oleh peneliti yang merujuk kepada kuesioner yang telah
digunakan sebelumnya serta telah dilakukan uji validitas dan reabilitas. Kuesioner
yang dibuat penelitian ini disesuaikan dengan kondisi yang ada ditempat
penelitian dan dilakukan uji validitas dan reabilitas kembali pada responden yang
memiliki karakteristik sama dengan sampel penelitian yang dilaksanakan di
Rumah Sakit Paru Dungus Madiun.
Pertanyaan yang digunakan adalah angket tertutup atau terstruktur dimana
responden hanya tinggal menjawab atau memilih kolom yang sudah disediakan
(responden hanya memberikan tanda (√)). Sebelum kuesioner digunakan untuk
mengumpulkan data di lapangan terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan
realibilitas.
4.6.1 Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur (instrumen) itu
benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur (Notoatmodjo, 2012). Uji
validitas dilakukan pada setiap butir pertanyaan pada kuesioner. Validitas
kuesioner dapat diketahui dengan cara melakukan korelasi antar skor masing-
masing variabel dengan skor totalnya. Teknik korelasi yang digunakan adalah
60
korelasi pearson product moment menggunakan program aplikasi pengolah data
statistik SPSS For Windows adalah sebagai berikut:
1. Jika Sig ≤ 0.05, maka dinyatakan valid.
2. Jika Sig > 0.05, maka dinyatakan tidak valid. Atau
1. Jika r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid.
2. Jika r hitung < r tabel, maka dinyatakan tidak valid
Dalam penelitian ini pengujian dilakukan di RS Paru Manguharjo Madiun.
Langkah-langkah uji validitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan
software SPSS for wnidows yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Dari hasil input tabulasi data jawaban respoden di program excel dilakukan
penjumlahan skor total untuk tiap jawaban responden.
b. Selanjutnya data dari excel dipindahkan ke halaman SPSS dan dilakukan
pemberian label untuk setiap pernyataan dan dilakukan analisis.
c. Dari hasil tersebut kemudian dilakukan pengkategorian jawaban yang valid
dan yang tidak valid dengan membandingkan nilai signifikansi dengan nilai a.
Apabila hasil pengujian nilai signifikansi ≤ 0.05, maka pertanyaan tersebut
dinyatakan valid. Atau dengan membandingkan nilai R hitung dengan R
tabel. Apabila R hitung > R tabel maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid.
Berikut adalah hasil uji validitas yang telah dilakukan oleh peneliti:
Tabel 4.2 Hasil uji validitas
Pernyataan R Hitung R Tabel Keterangan
1 0,739 0,444 Valid
2 1 0,444 Valid
3 0,739 0,444 Valid
4 0,452 0,444 Valid
5 0,739 0,444 Valid
61
Pernyataan R Hitung R Tabel Keterangan
6 0,452 0,444 Valid
7 0,739 0,444 Valid
8 1 0,444 Valid
9 0,739 0,444 Valid
10 0,452 0,444 Valid
11 0,739 0,444 Valid
12 0,739 0,444 Valid
13 0,452 0,444 Valid
14 1 0,444 Valid
15 0,452 0,444 Valid
16 0,83 0,444 Valid
Sumber: Data primer, 2019
4.6.2 Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh manaa suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoadmodjo, 2012).
Sedangkan reabilitas menurut Sugiono (2014) dalam Sujarweni W (2014), dapat
dilakukan secara eksternal dan internal. Secara eksternal pegujian dilakukan
dengan test-retest (stability), equivalent dan gabungan keduanya. Secara internal
pengujian dilakukan dengan menganalisis konsistensi butir butir yang ada pada
instrument teknik-teknik tertentu. Setelah kuisioner di buat, kemudian kuisioner
diuji coba pada beberapa responden. Data yang diperoleh kemudian dilakukan uji
reliabilitas.
Uji reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi
responden dalam menjawab yang berkaitan dengan kontruk pertanyaan yang
merupakan dimensi suatu variable dan disusun dalam suatu bentuk kuisioner. Uji
reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir
pertanyaan. Dikatakan reliabel jika Cronbach’s Alpha > 0,60.
62
Berikut adalah hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan oleh peneliti:
Tabel 4.3 hasil uji reliabilitas
Jumlah item soal Nilai cronbach’s alpha R Tabel Ket
16 0,784 0,60 Reliabel
Sumber: Data primer, 2019
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.7.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Paru Dungus Madiun, yang
terletak di desa Dungus kecamatan Wungu kabupaten Madiun.
4.7.2 Waktu Penelitian
Tabel 4.4 Rencana pelaksanaan penelitian
No Kegiatan Bulan
2 3 4 5 6 7 8
1 Pengajuan Judul Skripsi
2 Penyusunan dan
konsultasi proposal
skripsi
3 Seminar proposal skripsi
4 Revisi Proposal Skripsi
5 Penelitian (pengumpulan
data dan analisis data)
6 Penyusunan hasil skripsi
7 Seminar hasil skripsi
8 Revisi hasil skripsi
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2016). Bila dilihat dari sumber data maka pangumpulan data dapat
menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Selanjutnya bila dilihat dari
63
segi cara atau tekhnik pengumpulan data maka tekhnik pengumpulan data dapat
dilakukan dengan wawancara, kuesioner dan dokumentasi.
Adapun cara pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian adalah
dengan dua cara, yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder
1. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat langsung dari pihak pertama.
Data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner,
observasi lapangan, wawancara. Dapat yang diperoleh dari data primer ini
harus diolah lagi. Sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data (Sujarweni W, 2014). Dalam penelitian ini kuesioner
digunakan untuk variabel bebas (responsiveness perawat) dan terikat (minat
memanfaatkan kembali layanan rawat inap ).
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan dari sumber lain. Data
sekunder adalah data yang didapat dari catatan, buku, majalah, berupa
laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, artikel, buku-
buku sebagai teori, majalah dan lain sebagainya. Data yang diperoleh dari
data sekunder ini tidak perlu diolah lagi. Sumber yang tidak langsung
memberikan data pada pengumpul data (Sujarweni, 2014).
Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari angka kunjungan
pasien rawat inap dan data BOR tahun 2016, 2017 dan 2018 Rumah Sakit
Paru Dungus Madiun.
64
4.9 Teknik Analisis Data
4.9.1 Pengolahan Data
1. Pengecekan Data (Editing)
Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian
formulir atau kuesioner (Notoatmodjo, 2012).
a. Apakah semua jawaban kuesioner sudah terisi lengkap
b. Apakah jawaban atau tulisan dari masing-masing pertanyaan cukup jelas dan
terbaca
c. Apakah jawabannya relevan dengan pertanyaan
d. Apakah jawaban-jawaban dari pertanyaan konsisten dengan jawaban
pertanyaan yang lain.
2. Memberi Kode Akses (Coding)
Setelah data diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng”kode”an
atau “coding”, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2012).
a. Data demografi:
1) Jenis kelamin
1 = Laki – laki
2 = Perempuan
2) Usia
1 = < 20 tahun
2 = 21 – 30 tahun
3 = 31 – 40 tahun
65
4 = 41 - 50 tahun
5 = > 51 tahun
3) Tingkat pendidikan
1 = Tingkat dasar
2 = Tingkat menengah
3 = Tingkat tinggi
4) Pekerjaan
1 = pelajar / mahasiswa
2 = wiraswasta
3 = pegawai swasta
4 = ibu rumah tangga
5 = petani / pekebun
6 = lainnya
b. Variabel Responsiveness
1 = Kurang Baik
2 = Baik
c. Variabel minat memanfaatkan kembali
1 = Tidak Minat
2 = Minat
3. Scoring
Scoring yaitu penilaian data dengan memberikan skor pada pertanyaan
yang berkaitan dengan tindakan responden. Pemberian skoring dalam kuesioner
66
harus memenuhi ketentuan dalam penentuan skoring (Sujarweni, 2014) Skor
kuesioner Responsiveness:
Pernyataan positif:
1 = Sangat tidak setuju
2 = Tidak setuju
3 = Setuju
4 = Sangat Setuju
Pernyataan negatif:
1 = Sangat setuju
2 = Setuju
3 = Tidak setuju
4 = Sangat tidak setuju
Sedangkan kategori skor kuesioner minat memanfaatkan kembali:
1 = Tidak minat
2 = Minat
4. Entry Data
Data yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke
dalam progam atau “software” computer. Dalam proses ini dituntut ketelitian
dari orang yang melakukan “data entry” ini. Apabila tidak maka terjadi bias,
meskipun hanya memasukkan data.
67
5. Tabulating
Tabulating adalah pengelompokan data yang sudah sesuai dengan
penelitian kemudian dimasukkan pada tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki
dengan tujuan penelitian dalam mengidentifikasi data.
4.9.2 Analisis Data
Setelah semua data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah
menganalisis data. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Teknik
sebagai berikut:
1. Analisis Univariat
Analisa Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Analisa
univariat atau variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah
mendeskripsikan responsiveness perawat dengan minat memanfaatkan
kembali layanan rawat inap. Penyajian dalam penelitian ini dalam bentuk
distribusi seperti: Jenis kelamin, Pendidikan, Pekerjaan.
2. Analisis Bivariat
Setelah dilakukan analisi univariate, hasilnya akan diketahui karakteristik
atau distribusi setiap variabel kemudian dapat dilanjutkan analisis bivariate.
Analisis bivariate adalah yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungn atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). Analisis dalam penelitian ini
menggunakan uji Chi Square. Uji Chi Square bertujuan untuk menguji pengaruh
satu variabel dependen dan satu variabel independen dengan skala data nominal
68
(Sujarweni, 2015). Dengan pengambilan keputusan dengan tingkat signifikan
adalah :
1) Jika P value ≤ 0,05 maka H0 ditolak, sehingga antara kedua variabel ada
hubungan yang bermakna jadi H1 diterima.
2) Sebaliknya, jika P value > 0,05 maka H0 diterima, sehingga antara kedua
variabel tidak ada hubungan yang bermakna jadi H1 ditolak. Rumus Chi
Square :
=
Keterangan :
= Chi Square dengan (a = 5%)
Fo = Frekuensi yang diobservasi
Fn = Frekuensi harapan
Dalam melakukan uji Chi Square ada syarat – syarat yang harus
dipenuhi (Murti B, 2003) dalam Cholik (2017):
1. Sampel dipilih secara acak (probability sampling)
2. Setiap sel paling sedikit berisi frekuensi harapan sebesar 1. Sel – sel
dengan frekuensi harapan kurang dari 5 tidak melebihi 20% dari total
sel. Untuk tabel 2x2 syarat itu berarti tidak satu sel pun boleh berisi
dengan frekuensi harapan kurang dari 5.
3. Dapat diterapkan pada sampel kecil, sebaiknya ukuran sampel >40.
Jika dengan uji Chi Square terbukti terdapat pengaruh, maka untuk
menentukan kuatnya pengaruh dapat dianalisis dengan pendekatan
coefisien contingency dan ratio prevalens. Ratio prevalens dihitung
69
dengan cara membagi prevalens efek pada kelompok faktor risiko dengan
prevalens efek pada kelompok tanpa faktor resiko, dengan rumus sebagai
berikut (Cholik, 2017):
RP = a/(a+b) : c/(c+d)
Menurut Arikunto (2013), syarat rasio prevalens, sebagai berikut :
RP (Rasio prevalens) < 1, artinya ada pengaruh namun variabel tersebut
tidak menjadi faktor resiko.
RP (Rasio prevalens) > 1, artinya ada pengaruh dan variabel tersebut
menjadi faktor resiko
RP (Rasio prevalens) = 1, artinya variabel bebas tersebut tidak menjadi
faktor resiko.
4.10 Etika Penelitian
Dalam penelitian ini juga terdapat etika dalam penelitian dan dibedakan
menjadi 3 bagian menurut (Nursalam, 2016) yaitu :
1. Prinsip Manfaat
a. Bebas dari penderitaan
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada
subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.
b. Bebas dari eksploitasi Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan
dari keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa
partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah di berikan, tidak
akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam
bentuk apapun.
70
c. Risiko (benefit ratio)
Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang
akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan
2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (Respect human dignity)
a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination)
Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak
memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak, tanpa
adanya sanksi apapun atau akan berakibat terhadap kesembuhannya, jika
mereka seorang klien
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to
full disclosure) Seorang penelitian harus memberikan penjelasan secara
terperinciserta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada
subjek.
c. Informerd concent Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap
tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk
bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden pada informed
concent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan
dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
3. Prinsip Keadilan (Right to justice)
a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)
Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan sesudah
keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila
ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.
71
b. Hak dijaga untuk kerahasiannya (right to privacy) Subjek mempunyai hak
untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan, untuk itu
perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia (confidentility).
72
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Paru Dungus Madiun
5.1.1 Sejarah
RS Paru Dungus Madiun didirikan pada tanggal 5 Juli 1939 oleh
Pemerintah kolonial Belanda melalui direktur Van Economic Zaken. Konsep awal
berdirinya RS. Paru Dungus Madiun adalah “Sanatorium” (tempat peristirahatan
/pengisolasian bagi penderita penyakit paru), dengan nama “Sanatorium Rakyat”.
Ditetapkan menjadi Rumah Sakit Paru berdasarkan Perda Nomor 37
Tahun 2000 serta Pergub. Nomor 26 tahun 2002. Pada tahun 2009 ditetapkan
sebagai PPK-BLUD Unit Kerja dengan status bertahap. Pada tahun 2011
ditetapkansebagai RS terakreditasi 5 pelayanan dasar. Pada tahun 2012 ditetapkan
sebagai PPK-BLUD Unit Kerja dengan status penuh.
5.1.2 Aspek Legal
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No.9 tahun 2008
tanggal 20 Agustus 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan
Daerah Provinsi Jawa Timur dan Peraturan Gubernur No. 118 tahun 2008tentang
Organisasi dan Tata Kerja UPT Dinkes Provinsi Jawa Timur tanggal 25 Agustus
2008, kedudukan RS Paru Dungus Madiun adalah Sebagai Unsur Pelaksana
Teknis Operasional Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
RS Paru Dungus Madiun menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: HK.07.06/III/340/08
tanggal 5 Pebruari 2008 tentang Pemberian Ijin Penyelenggaraan Rumah Sakit
Khusus dan diperpanjang dengan surat ijin bupati Madiun No 445/ 49 / 402.102 /
73
2014 tanggal 12 Maret 2014 tentang Ijin Operasional Sementara dengan nama
“Rumah Sakit Paru Dungus” yang beralamat Dungus, kecamatan Wungu,
kabupaten Madiun.
Berdasarkan keputusan Gubernur Jawa Timur no 118 / 765 / KPTS / 013 /
2012 tanggal 12 Desember 2012, Rumah Sakit Paru Dungus ditetapkan sebagai
PPK-BLUD Penuh.
5.1.3 Lokasi Bisnis
RS Paru Dungus terletak di Dungus, Kelurahan Wungu, Kecamatan
Wungu, Kabupaten Madiun ( 13 km di sebelah Timur dari Pusat Kota Madiun)
yaitu pada jalan antara Kecamatan Wungu dan Kecamatan Kare, terletak pada
ketinggian 80m diatas permukaan air laut yang dikelilingi lingkungan hijau
pegunungan tepatnya pada kaki Gunung Wilis sisi barat. Luas lahan total + 9 Ha
dengan menyisakan lahan kosong masih + 5 Ha.
RS Paru Dungus berdekatan dengan pemukiman penduduk dan menjadi
lokasi persimpangan akses penduduk dari kecamatan Kare, kecamatan Wungu,
dan kecamatan Dagangan. Jangkauan wilayah geografis pelayanan Rumah Sakit
Paru Dungus meliputi Kabupaten Madiun, Kota Madiun, Kabupaten Ponorogo,
Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Nganjuk, dan Kabupaten
Pacitan. Secara administrasi alamat Rumah Sakit Paru Dungus Sebagai berikut :
Alamat : Dungus, Desa Wungu, Kec. Wungu, Kab. Madiun
No Telp. : 0351 456735
No Faks. : 0351 459746
Email : [email protected]
74
1. Keamanan lingkungan
Keamanan lingkungan RS. Paru Dungus Madiun relatif terjamin, karena
lokasinya berdekatan dengan kantor Polisi serta perkampungan penduduk
yang memiliki tingkat keamanan baik.
2. Bisnis lain sekitar lokasi
Sebelah kanan bangunan rumah sakit merupakan lokasi perkampungan
penduduk, lokasi sebelah kiri dan belakang hutan jati sedangkan depan
bangunan rumah sakit merupakan akses jalan raya menuju tempat lokasi
wisata monumen nasional dan ke lokasi wana wisata. Keberadaan
kompetitor (rumah sakit lain) berjarak + 13 Km.
3. Akses ke lokasi
RS. Paru Dungus Madiun dapat dicapai oleh masyarakat dengan
menggunakan kendaraan pribadi yang jaraknya ± 13 km arah timur kota
Madiun. Kendaraan umum sejak 2 tahun terakhir hampir tidak jelas
keberadaannya.
5.1.4 Gambaran Produk Jasa
Produk jasa pelayanan kesehatan yang ditawarkan adalah :
1. Pelayanan Gawat Darurat 24 Jam
a. Pelayanan Gawat Darurat Bedah Tulang
b. Pelayanan Gawat Darurat Gigitan Ular
c. Pelayanan Gawat Darurat Gangguan Pernafasan
2. Pelayanan Rawat Jalan, meliputi :
a. Poli Spesialis Penyakit Paru
75
b. Poli Spesialis Penyakit Dalam
c. Poli Spesialis Bedah Tulang
d. Poli Spesialis Syaraf
e. Klinik Gigi
f. Pojok DOTS
3. Pelayanan Rawat Inap, dengan komposisi :
a. Kelas III : 21 TT
b. Kelas II : 14 TT
c. Kelas I : 13 TT
d. Kelas Utama (Tulip) : 3 TT
4. Pelayanan Penunjang , terdiri dari:
a. Pelayanan Rehabilitasi Medik/ Fisioterapi
b. Pelayanan Laboratorium/ Patologi Klinik
c. Pelayanan Radiologi
d. Pelayanan Tindakan Paru
e. Pelayanan Farmasi
f. Pelayanan Mobil Ambulance
5. Peralatan Canggih Pendukung :
a. Bus Rontgen/ Radiologi Lapangan
b. Bronchoscopi/ FOB
c. Endoscopi
d. Radiologi Flouroscopi
e. Computer Radiografi
76
a. Microscop Monitor
b. Kimia Klinik Analyser
6. Upaya Kesehatan Masyarakat, meliputi:
a. Penyuluhan Kesehatan
b. Deteksi Dini Penyakit Paru Masyarakat
c. Monitoring dan Evaluasi
d. Pertemuan Jejaring Program
e. Home Visit
f. Promosi Kesehatan Rumah Sakit
g. Sosialisasi Program Kesehatan Rumah Sakit
h. Survei Kepuasan Pasien
5.1.5 Visi, Misi dan Motto
5.1.5.1 Visi
Visi strategis adalah gambaran atau cita-cita kedepan yang diinginkan
seluruh jajaran RS Paru Dungus Madiun dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsi. Adapun Visi Rumah Sakit Paru Dungus Madiun yaitu : “Rumah Sakit
Pilihan Utama Masyarakat”.
Makna dari visi tersebut antara lain: menjadi rumah sakit pilihan pertama
dan bukan sebagai alternatif bagi masyarakat eks karesidenan Madiun terutama
dalam mendapatkan layanan kesehatan secara umum baik dalam upaya
pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi dengan unggulan pelayanan pada
penyakit paru.
77
5.1.5.2 Misi
Agar visi menjadi kenyataan harus diupayakan cara untuk mencapainya,
pilihan cara untuk mewujudkan visi tersebut dirumuskan dalam misi sebagai
berikut:
1. memberikan pelayanan yang sesuai standar berorientasi pada kepuasan
konsumen.
2. Memberikan pelayanan yang terjangkau
3. Meningkatkan promosi dan kerjasama lintas sektor dan lintas program.
Makna dalam rumusan misi tersebut antara lain:
1. Pelayanan yang sesuai standart maksudnya adalah memberikan pelayanan
yang terbaik sesuai dengan standarisasi baik dari segi SDM, sarana dan
prasarana yang berorientasi pada kepuasan pelanggan.
2. Pelayanan terjangkau maksudnya terjangkau dalam kemudahan
berkomunikasi, akses mencapainya dan penerapan tarif pelayanan yang
kompetitif.
3. Peningkatan promosi dan kerjasama lintas sektor dan lintas program sebagai
upaya untuk penyebaran informasi pelayanan rumah sakit dan kerjasama
dalam rangka peningkatan kinerja pelayanan.
5.1.5.3 Motto
“senyummu harapanku, sembuhmu tujuanku”
78
5.2 Karakteristik Responden
Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka peneliti
memperoleh data dari responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan
terakhir dan pekerjaan. Sehingga dapat dilihat pada tabel berikut ini :
5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di instalasi rawat inap
Rumah Sakit Paru Dungus Madiun Tahun 2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)
1 Laki – laki 34 57,6
2 Perempuan 25 42,4
Total 59 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 5.1 tersebut dapat diketahui persentase pada
karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di instalasi rawat inap RS Paru
Dungus Madiun tahun 2019, yaitu dengan persentase tertinggi pada jenis kelamin
Pria sebesar 57,6 % dengan jumlah responden 34 orang. Selain itu juga dapat
diketahui persentase karakteristik responden berjenis kelamin wanita yaitu
sebesar 42,2 % dengan jumlah responden 25 orang.
5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Karakteristik responden berdasarkan usia di instalasi rawat inap Rumah
Sakit Paru Dungus Madiun Tahun 2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah (n) Persentase (%)
1 < 20 tahun 17 28,8
2 21-30 tahun 6 10,2
3 31-40 tahun 12 20,3
4 41-50 tahun 6 10,2
79
No Usia Jumlah (n) Persentase (%)
5 > 51 tahun 18 30,5
Total 59 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 5.2 tersebut dapat diketahui bahwa persentase
karakteristik responden berdasarkan usia di instalasi rawat inap di RS Paru
Dungus Madiun tahun 2019, yaitu persentase tertinggi terdapat pada usia >51
tahun sebesar 30,5 % dengan jumlah responden 18 orang, sedangkan persentase
terendah yaitu terdapat pada usia 21-30 tahun dan 41-50 tahun sebesar 10,2 %
dengan jumlah responden 6 orang.
5.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir di instalasi rawat
inap Rumah Sakit Paru Dungus Madiun Tahun 2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)
1 Tamat pendidikan Dasar 31 52,5
2 Tamat pendidikan Menengah 25 39,0
3 Tamat pendidikan Tinggi 5 8,5
Total 59 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 5.3 tersebut dapat diketahui bahwa persentase
karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan di instalasi rawat inap RS
Paru Dungus Madiun, persentase tertinggi yaitu tamat pendidikan dasar sebesar
52,5% dengan jumlah responden 31 orang, sedangkan persentase terendah yaitu
tamat pendidikan tinggi sebesar 8,5% dengan jumlah responden 5 orang.
80
5.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di instalasi rawat inap
Rumah Sakit Paru Dungus Madiun Tahun 2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah (n) Persentase (%)
1 Pelajar 20 33,9
2 Wiraswasta 7 11,9
3 Ibu rumah tangga 4 6,8
4 Petani 20 33,9
5 Lainnya 8 13,6
Total 59 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 5.4 tersebut dapat diketahui bahwa persentase
karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di instalasi rawat inap di RS Paru
Dungus Madiun, persentase tertinggi yaitu terdapat pada petani dan pelajar
sebesar 33,9% dengan jumlah responden 20 orang, sedangkan persentase
terendah terdapat pada ibu rumah tangga sebesar 6,8 % dengan jumlah responden
4 orang.
5.3 Responsiveness Perawat di Rumah Sakit Paru Dungus Madiun
Distribusi frekuensi persepsi responden tentang responsiveness perawat di
instalasi rawat inap RS Paru Dungus Madiun tahun 2019 yaitu sebagai berikut:
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang Responsiveness
Perawat di Instalasi Rawat Inap RS Paru Dungus Madiun tahun 2019
No Responsiveness Jumlah (n) Persentase (%)
1 Kurang baik 33 55,9
2 Baik 26 44,1
Total 59 100
Sumber: Data Primer, 2019
81
Berdasarkan tabel 5.5 tersebut dapat diketahui bahwa persepsi responden
tentang Responsiveness perawat di instalasi rawat inap di RS Paru Dungus
Madiun yang mengatakan baik sebesar 44,1 % dengan jumlah responden 26
orang, sedangkan yang mengatakan kurang baik sebesar 55,9 % dengan jumlah
responden 33 orang.
5.3.1 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang Responsiveness
Perawat Dengan Indikator Kecepatan
Distribusi frekuensi persepsi responden tentang responsiveness perawat
dengan indikator kecepatan di Instalasi rawat inap RS Paru Dungus Madiun tahun
2019 sebagai berikut:
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang Responsiveness
Perawat Dengan Indikator Kecepatan di Instalasi Rawat Inap RS Paru
Dungus Madiun Tahun 2019
No Kecepatan Jumlah (n) Persentase (%)
1 Kurang baik 33 55,9
2 Baik 26 44,1
Total 59 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 5.6 tersebut dapat diketahui bahwa persepsi responden
tentang responsiveness perawat dengan indikator kecepatan yang mengatakan
kurang baik yaitu sebesar 55,9% dengan jumlah responden 33 orang, sedangkan
yang mengatakan baik sebesar 44,1% dengan jumlah responden 26 orang.
5.3.2 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang Responsiveness
Perawat Dengan Indikator Ketertiban
Distribusi frekuensi persepsi responden tentang responsiveness peawat
dengan indikator ketertiban di Instalasi rawat inap RS Paru Dungus Madiun tahun
2019 sebagai berikut:
82
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang Responsiveness
Perawat Dengan Indikator Ketertiban di Instalasi Rawat Inap RS Paru
Dungus Madiun Tahun 2019
No Ketertiban Jumlah (n) Persentase (%)
1 Kurang baik 37 62,7
2 Baik 22 37,3
Total 59 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 5.7 tersebut dapat diketahui bahwa persepsi responden
tentang responsiveness perawat dengan indikator ketertiban yang mengatakn
kurang baik yaitu sebesar 62,7% dengan jumlah responden 37 orang, sedangkan
yang mengatakan baik sebesar 37,3 % dengan jumlah responden 22 orang.
5.3.3 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang Responsiveness
Perawat Dengan Indikator Empati
Distribusi frekuensi persepsi responden tentang responsiveness peawat
dengan indikator empati di Instalasi rawat inap RS Paru Dungus Madiun tahun
2019 sebagai berikut:
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang Responsiveness
Perawat Dengan Indikator Empati di Instalasi Rawat Inap RS Paru
Dungus Madiun Tahun 2019
No Empati Jumlah (n) Persentase (%)
1 Kurang baik 34 57,6
2 Baik 25 42,4
Total 59 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 5.8 tersebut dapat diketahui bahwa persepsi responden
tentang responsiveness perawat dengan indikator empati yang mengatakan kurang
baik yaitu sebesar 57,6 % dengan jumlah responden 34 orang, sedangkan yang
mengatakan baik sebesar 42,4 % dengan jumlah responden 25 orang.
83
5.3.4 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang Responsiveness
Perawat Dengan Indikator Keaktifan
Distribusi frekuensi persepsi responden tentang responsiveness peawat
dengan indikator keaktifan di Instalasi rawat inap RS Paru Dungus Madiun tahun
2019 sebagai berikut:
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang Responsiveness
Perawat Dengan Indikator Keaktifan di Instalasi Rawat Inap RS Paru
Dungus Madiun Tahun 2019
No Keaktifan Jumlah (n) Persentase (%)
1 Kurang baik 35 59,3
2 Baik 24 40,7
Total 59 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 5.9 tersebut dapat diketahui bahwa persepsi responden
tentang responsiveness perawat dengan indikator keaktifan yang mengatakan
kurang baik yaitu sebesar 59,3 % dengan jumlah responden 35 orang, sedangkan
yang mengatakan baik sebesar 40,7 % dengan jumlah responden 24 orang.
5.3.5 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang Responsiveness
Perawat Dengan Indikator Ketanggapan
Distribusi frekuensi persepsi responden tentang responsiveness peawat
dengan indikator ketanggapan di Instalasi rawat inap RS Paru Dungus Madiun
tahun 2019 sebagai berikut:
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang Responsiveness
Perawat Dengan Indikator Ketanggapan Rawat Inap RS Paru
Dungus Madiun Tahun 2019
No Ketanggapan Jumlah (n) Persentase (%)
1 Kurang baik 31 52,5
2 Baik 28 47,5
Total 59 100
Sumber: Data Primer, 2019
84
Berdasarkan tabel 5.10 tersebut dapat diketahui bahwa persepsi responden
tentang responsiveness perawat dengan kategori ketanggapan yang mengatakan
kurang baik yaitu sebesar 52,5 % dengan jumlah responden 31 orang, sedangkan
yang mengatakan baik sebesar 47,5 % dengan jumlah responden 28 orang.
5.4 Minat Memanfaatkan Kembali Layanan Rawat Inap di Rumah Sakit
Paru Dungus Madiun
Distribusi frekuensi pada minat memanfaatkan kembali layanan rawat inap
di RS Paru Dungus Madiun tahun 2019 yaitu sebagai berikut:
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Minat Memanfaatkan Kembali Layanan Rawat
Inap di RS Paru Dungus Madiun
No Minat Memanfaatkan Kembali Jumlah (n) Persentase (%)
1 Tidak minat 21 35,6
2 Minat 38 64,4
Total 59 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 5.11 tersebut dapat diketahui bahwa minat
memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun yang
mengatakan minat yaitu sebesar 64,4 % dengan jumlah responden 38 orang,
sedangkan yang mengatakan tidak minat sebesar 35,6 % dengan jumlah
responden 21 orang.
5.5 Tabulasi Silang Responsiveness Perawat Terhadap Minat Memanfaatkan
Kembali Layanan Rawat Inap di Rumah Sakit Paru Dungus Madiun
Hasil dari tabulasi silang antara responsiveness perawat terhadap minat
memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun tahun
2019 yaitu sebagai berikut:
85
Tabel 5.12 Tabulasi Silang Antara Persepsi Responden Tentang Responsiveness
Perawat Terhadap Minat Memanfaatkan Kembali Layanan Rawat
Inap di RS Paru Dungus Madiun Tahun 2019
Persepsi Responden
Tentang
Responsiveness Perawat
Minat Memanfaatkan
Kembali Total
P
value
sig
α
Tidak Minat Minat
n % n % n %
0,02 0,05 Kurang Baik 16 27,1 17 28,8 33 55,9
Baik 5 8,5 21 35,6 26 44,1
Total 21 35,6 38 64,4 59 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 5.12 tersebut yang dianalisa menggunakan uji chi
square dapat diketahui bahwa persepsi responden tentang responsiveness perawat
yang mengatakan kurang baik dan tidak berminat memanfaatkan kembali layanan
rawat inap yaitu sebesar 27,1% dengan jumlah responden 16 orang, sedangkan
yang mengatakan baik dan berminat memanfaatkan kembali layanan rawat inap
yaitu sebesar 35,6 % dengan jumlah responden 21 orang.
5.6 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh responsiveness
perawat terhadap minat memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS Paru
Dungus Madiun. Penelitian ini menggunakan uji chi square dengan α = 0,05 dan
diolah dengan menggunakan program SPSS.
Analisis deskriptif meliputi perbandingan persepsi pasien tentang
responsiveness perawat dengan minat memanfaatkan kembali layanan rawat inap
di RS Paru Dungus Madiun. Adapun hasil yang didapatkan berdasarkan analisis
yang dilakukan dapat dilihat sebagai berikut:
Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan mengunakan uji chi square
dengan ρ value sig = 0,020 ≤ α = 0,05 menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1
86
diterima yang artinya bahwa ada pengaruh responsiveness perawat terhadap
minat memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun.
5.7 Pembahasan
5.7.1 Persepsi Responden Tentang Responsiveness Perawat di Instalasi
Rawat Inap RS Paru Dungus Madiun Tahun 2019
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa persepsi responden tentang
responsiveness perawat di instalasi rawat inap RS Paru Dungus Madiun yang
menyatakan kurang baik sebesar 55,9 % dengan jumlah responden 33 orang. Hal
ini disebabkan karena dari 5 indikator kecepatan, ketertiban, empati, keaktifan
dan ketanggapan yang paling besar berpengaruh terhadap responsiveness perawat
yaitu indikator ketertiban sebesar 62,7 %, dengan jumlah responden 37 orang,
karena banyak pasien yang menyatakan bahwa ketertiban perawat dalam
melayani pasien kurang baik.
Responsiveness yaitu suatu kemauan untuk membantu dan memberikan
pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan dengan penyampaian informasi
yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu tanpa adanya alasan yang jelas
menyebabkan persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan. Ketanggapan
merupakan keinginan para petugas untuk membantu para pelanggan dan
memberikan pelayanan dengan tanggap (Nursalam, 2014) dalam (Liza Wati,
2018).
Daya tanggap adalah suatu kemauan untuk membantu dan memberikan
pelayanan yang cepat (responsif), tepat, dan penyampaian informasi secara jelas
kepada pelanggan. Daya tanggap atau responsiveness merupakan penilaian mutu
yang paling dinamis. Hal ini dikarenakan penilaian setiap individu cenderung
87
akan berbeda antara satu pasien dengan pasien lain terkait standar ketanggapan
petugas kesehatan dalam memberikan jasa pelayanan sesuai dengan prosedur.
Daya tanggap merupakan persepsi pasien terhadap kemampuan dan kehandalan
perawat untuk tanggap dan sigap terhadap berbagai hal termasuk keluhan maupun
keperluan pasien. (Supriyanto Ernawaty, 2010).
Menurut Kotler dan Keller (2016), kualitas layanan adalah totalitas fitur
dan karakteristik produk atau jasa yang mampu memuaskan kebutuhan pelanggan
yang dinyatakan atau tersirat, dalam pengukuran mutu pelayanan, menurut Kotler
(2016) harus bermula dari mengenali kebutuhan pelanggan dan berakhir pada
persepsi pelanggan. Hal ini berarti bahwa gambaran responsiveness perawat harus
mengacu pada pandangan pelanggan dan bukan pada penyedia jasa, karena
pelanggan yang mengkonsumsi dan memakai jasa.
Persepsi akan berpengaruh pada perilaku pasien sebagai konsumen yang
akhirnya berpengaruh pada keputusan membeli (Kotler, 2016). Persepsi yang
positif akan mendorong pasien untuk mempercayakan kesehatannya pada rumah
sakit tersebut. Persepsi pasien terhadap responsiveness perawat menentukan
perilaku pasien di dalam keputusan membeli produk jasa layanan kesehatan.
Menurut pendapat peneliti bahwa responsiveness perawat di instalasi
rawat inap Rumah Sakit Paru Dungus Madiun kurang baik hal itu disebabkan
karena ada salah satu indikator yang paling menonjol yang dapat mempengaruhi
responsiveness perawat yaitu indikator ketertiban, pasien yang menyatakan
ketertiban perawat kurang baik sebesar 62,7 % dengan jumlah responden 37
orang.
88
Dengan demikian sebaiknya manajemen Rumah Sakit memberikan
pengertian kepada perawat agar dapat meningkatkan pelayanannya kepada pasien
baik dalam kecepatan, ketertiban, empati, keaktifan dan ketanggapan. Terlebih
dalam ketertiban perawat memberikan pelayanan yang sesuai dengan prosedur
yang ada. misalnya dengan cara memberikan pelayanan yang sesuai dengan apa
yang dibutuhkan pasien, seperti perawat mampu memberikan respon yang cepat
disetiap pelayanan yang diberikan, mampu bertindak secara sigap, perawat secara
berkala mengunjungi pasien tanpa diminta serta harus melakukan tindakan sesuai
prosedur.
5.7.2 Minat Memanfaatkan Kembali Layanan Rawat Inap di RS Paru
Dungus Madiun Tahun 2019
Berdasarkan tabel 5.11 dapat diketahui bahwa pasien yang tidak minat
memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun sebesar
35,6 % dengan jumlah responden 21 orang, sedangkan yang mengatakan minat
untuk memanfaatkan kembali yaitu sebesar 64,4 % dengan jumlah responden 38
orang. dari uraian diatas dapat diketahui bahwa banyak responden yang
mengatakan berminat memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS Paru
Dungus Madiun.
Hal tersebut terjadi karena RS Paru Dungus Madiun merupakan Rumah
Sakit Khusus penyakit paru, sehingga responden hanya akan kembali lagi ke RS
tersebut untuk mendapatkan pengobatan yang sesuai, dan mereka tidak lagi
mempertimbangkan mengenai responsiveness perawat di RS tersebut yang
mereka butuhkan hanya pengobatan yang tepat.
89
Menurut Eysenck dkk (2002) dalam Hamidiyah (2013), minat adalah suatu
kecenderungan untuk bertingkah laku yang berorientasi kepada objek. Menurut
Hurlock (1996) dalam Hamidiyah (2013) mengartikan minat sebagai sumber
motivasi yang akan mengarahkan seseorang pada apa yang akan mereka lakukan
bila diberi kebebasan untuk memilihnya.
Helier et al (2003) dalam Hamidiyah (2013) menyatakan bahwa minat
pembelian ulang merupakan penilaian individu tentang pembelian ulang
diperusahaan yang sama. Menurut Bolton dkk (2000) dalam Hamidiyah (2013)
alasan yang membuat pelanggan memutuskan untuk memilih penyedia pelayanan
yang sama dan membeli kembali layanan yang sama didasarkan atas pengalaman
mereka. Pengalaman yang didapat selama di rawat di rumah sakit mendapat kesan
bahwa responsiveness perawat kurang baik tetapi banyak yang berminat
memanfaatkan kembali layanan kesehatan di instalasi rawat inap RS Paru Dungus
Madiun, demikian itu dapat terjadi karena kebutuhan responden akan
kesehatannya sangat besar, mengingat RS Paru Dungus Madiun merupakan rumah
sakit khusus penyakit paru, sehingga responden berminat untuk memanfaatkan
kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun untuk melanjutkan
pengobatan sampai benar-benar sembuh.
Sebagaimana yang disebutkan Parasuraman dan Grewal (2000) dalam
Hamidiyah (2013) dalam minat pembelian kembali menunjukkan kemungkinan
klien berulang kali membeli barang atau jasa di masa depan dan hal itu berkaitan
erat dengan loyalitas pelanggan. Sehingga dengan meningkatnya minat
90
pembelian kembali dapat meningkatkan pendapatan berkelanjutan perusahaan
dan meningkatkan efisiensi operasional dari waktu ke waktu.
Dalam penelitian ini diketahui bahwa minat pasien dalam memanfaatkan
kembali layanan kesehatan di instalasi rawat inap RS Paru Dungus Madiun
sebagian besar mengatakan berminat. Maka dari itu, sebaiknya pihak Rumah
Sakit Paru Dungus Madiun melakukan suatu perencanaan sesuai karakteristik
masyarakat terkait dengan upaya yang dilakukan untuk menarik minat pasien
untuk tetap memilih dan memanfaatkan kembali layanan di instalasi rawat inap
Rumah Sakit Paru Dungus Madiun.
5.7.3 Pengaruh Responsiveness Perawat Terhadap Minat Memanfaatkan
Kembali Layanan Rawat Inap di Rumah Sakit Paru Dungus Madiun
Tahun 2019
Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan mengunakan uji chi square
dengan ρ value sig = 0,020 ≤ 0,05 menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1
diterima yang artinya bahwa ada pengaruh responsiveness perawat terhadap
minat memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun.
Dengan menggunakan tabulasi silang dapat diketahui bahwa persepsi
responden tentang responsiveness perawat yang mengatakan kurang baik namun
tetap berminat memanfaatkan kembali layanan rawat inap yaitu sebesar 28,8%
dengan jumlah responden 17 orang dan persepsi responden tentang
responsiveness perawat yang mengatakan baik namun tidak berminat
memanfaatkan kembali layanan rawat inap yaitu sebesar 8,5% dengan jumlah
responden 5 orang. Hal tersebut dapat terjadi karena rumah sakit paru Dungus
Madiun merupakan rumah sakit khusus paru, selain itu RS Paru Dungus Madiun
91
mempunyai brand tersendiri yang sudah tersimpan dalam pikiran orang-orang
serta pasien lebih membutuhkan pengobatan yang tepat untuk penyakit paru di
rumah sakit khusus paru, sehingga banyak pasien yang berminat untuk
memanfaatkan kembali layanan kesehatan di rumah sakit tersebut, khususnya di
instalasi rawat inap.
Daya tanggap atau responsiveness didefinisikan sebagai suatu bentuk
keinginan atau kemauan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang untuk
membantu dan memberikan jasa (Luan et al., 2018). Daya tanggap adalah suatu
kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif),
tepat, dan penyampaian informasi secara jelas kepada pelanggan.
Sebagaimana yang disebutkan Parasuraman dan Grewal (2000) dalam
Hamidiyah (2013) minat pembelian kembali menunjukkan kemungkinan klien
berulang kali membeli barang atau jasa di masa depan dan hal itu berkaitan erat
dengan loyalitas pelanggan. Sehingga dengan meningkatnya minat pembelian
kembali dapat meningkatkan pendapatan berkelanjutan perusahaan dan
meningkatkan efisiensi operasional dari waktu ke waktu.
Masyarakat yang kritis dalam mencari layanan kesehatan, mereka tidak
hanya mencari kesembuhan atau kesehatan yang merupakan core product dari
rumah sakit, tetapi juga kenyamanan sebagai atribut produk dalam berbagai
bentuk seperti proses pendaftraan yang cepat, kemudahan dalam cara pembayaran,
perawat dan staf rumah sakit yang cepat tanggap terhadap kebutuhan mereka,
mendapatkan informasi yang jelas atas pertanyaan mereka, dan sebagainya.
Tuntutan atau harapan dari calon pasien inilah yang mendorong manajemen
92
rumah sakit untuk meningkatkan kualitas pelayanannya sehingga pasien puas dan
mau memanfaatkan kembali layanan kesehatan serta loyal terhadap produk jasa
yang telah diberikan (Nursalam, 2014).
Ireland (1985) seperti yang dikutip oleh Wijono (2000) menyatakan
bahwa salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan rumah sakit adalah hal yang
menyangkut cara penyampaian pelayanan, sikap yang ramah dan simpatik pada
pasien mulai dari pertama pasien masuk ke rumah sakit sampai mereka selesai
mendapatkan pelayanan dan pulang atau keluar dari rumah sakit tersebut.
Untuk memenuhi kepuasan pasien pada dimensi responsivenes, maka
pihak Rumah sakit harus mempunyai sikap dalam memberikan pelayanan atau
bantuan yang sesegera mungkin kepada pasien. Pada dimensi ini hal-hal yang
harus mendapat perhatian diantaranya kecepatan dan ketepatan dalam memenuhi
kebutuhan pasien, petugas mempunyai kepedulian terhadap permasalahan yang
dihadapi pasien, kepekaan terhadap keinginan dan harapan pasien, ketulusan
interaksi atau komunikasi dalam memnerikan informasi penting kepada pasien,
kesiapan dan kesigapan dalam melakukan tindakan kritis. Apabila semua hal
pada dimensi ini dapat dipenuhi oleh pihak rumah sakit, maka pelanggan atau
pasien akan merasa puas, dan mereka akan mau untuk kembali memanfaatkan
pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut, dan besar kemungkinan mereka
akan menceritakan tentang kepuasan pelayanan kepada orang lain.
Dalam teori unsur pokok administrasi kesehatan di ketahui bahwa ada 5
hal pokok yaitu sebagai berikut:
93
6. Input (masukan)
Yang dimaksud dengan input (masukan) adalah segala sesuatu yang
dibutuhkan untuk dapat melaksanakan pekerjaan administrasi. Input (masukan)
dalam penelitian ini yaitu:
f. Man (manusia) : Manusia dalam penelitian ini yaitu responsiveness perawat
terhadap pasien rawat inap Rumah Sakit Paru Dungus Madiun.
g. Money (uang) : Uang dalam hal ini yaitu sumber modal berupa uang atau
giro.
h. Material (sarana) : Sarana berupa bangunan, tanah maupun sarana kesehatan
lainnya.
i. Methode (metode) : Metode berupa prosedur atau cara untuk memberikan
pelayanan yang terbaik yang memuaskan pasien
j. Machine (mesin) : Peralatan penunjang administrasi kesehatan.
7. Process (proses)
Proses adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Proses tersebut diantaranya yaitu menurut George
R. Terry, dalam hal ini proses meliputi:
e. Planning (perencanaan) : Penyusunan SOP untuk pelayanan di
instalasi rawat inap RS Paru Dungus Madiun
f. Organizing (pengorganisasian) : Penyusunan staf penunjang di instalasi
rawat inap RS Paru Dungus Madiun
94
g. Actuating (penggerakan) : Pengarahan, pengoordinasia, bimbingan,
penggerakan terhadap perawat di instalasi rawa inap RS Paru Dungus
Madiun
h. Controlling (pengawasan) : Penyusunan laporan evaluasi
8. Output (keluaran)
Output (keluaran) adalah hasil dari suatu pekerjaan administrasi. Untuk
administrasi kesehatan , keluaran dalam penelitian ini yaitu pelayanan kesehatan
(health service) yang baik.
9. Target (sasaran)
Target (sasaran) adalah kepada siapa keluaran yang dihasilkan ditujukan.
Dalam penelitian sasaran yang dimaksud yaitu pasien, baik perseorangan
kelompok maupun masyarakat.
10. Impact (dampak)
Impact (dampak) adalah akibat yang ditimbulkan oleh keluaran. Dalam
penelitian ini dampak yang diharapkan adalah rminat pasien untuk memanfaatkan
kembali layanan rawat inap di Rumah Sakit Paru Dungus Madin.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa responsiveness perawat dapat
mempengaruhi minat pasien untuk memanfaatkan kembali layanan rawat inap di
rumah sakit paru dungus madiun. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa 16 dari 59 pasien yang mengatakan responsiveness kurang baik dan tidak
berminat memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun.
Dengan demikian sebaiknya pihak rumah sakit memberikan pelatihan
kepada perawat di instalasi rawat inap agar dapat meningkatkan kualitas
95
pelayanannya kepada pasien, membantu dan memberikan pelayanan yang cepat,
tepat, dan penyampaian informasi secara jelas kepada pasien. Sehingga akan
membuat persepsi pasien tentang responsiveness perawat menjadi baik dan
pasien akan berminat untuk memanfaatkan kembali layanan rawat inap, selain itu
minat pasien untuk memanfaatkan kembali layanan rawat inap akan menjadikan
pendapatan rumah sakit meningkat.
96
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian responsiveness perawat terhadap minat
memanfaatkan kembali layanan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Persepsi responden tentang responsiveness perawat di instalasi rawat inap RS
Paru Dungus Madiun sebagian besar mengatakan kurang baik.
2. Pasien sebagian besar berminat untuk memanfaatkan kembali layanan rawat
inap di RS Paru Dungus Madiun.
3. Ada pengaruh responsiveness perawat terhadap minat memanfaatkan kembali
layanan rawat inap di RS Paru Dungus Madiun.
6.2 Saran
1. Bagi Rumah Sakit Paru Dungus Madiun
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan khususnya responsiveness perawat
dan menarik minat pasien untuk memanfaatkan kembali layanan rawat inap
di RS Paru Dungus Madiun, disarankan kepada pihak rumah sakit untuk
memperhatikan hal – hal berikut ini:
a. Peningkatan motivasi diri untuk memberikan pelayanan yang
responsiveness kepada pasien
b. Peningkatan leadership dari direktur ataupun kepala ruang
c. Pemberian reward kepada perawat yang memberikan pelayanan yang
baik kepada pasien
97
2. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat menambah buku pustaka
atau referensi tentang pengaruh responsiveness perawat terhadap minat
memanfaatkan kembali layanan rawat inap untuk menambah sumber dalam
penelitian yang dilakukan mahasiswa.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini belum sempurna karena keterbatasan peneliti,
maka dari itu diharapkan bagi peneliti selanjutnya mampu mengembangkan
penelitian ini mengenai pengaruh responsiveness perawat terhadap minat
memanfaatkan kembali layanan rawat inap yang lainnya agar dapat
mengembangkan penelitian seperti ini dimasa yang akan datang.
98
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian :Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Ashar, arlinandari. 2016. Analisis hubungan antara brand image (citra merek)
dengan pemanfaatan layanan rawat inap Rumah Sakit Umum Swasta di
Kota Makassar. Skripsi prodi kesehatan masyarakat fakultas ilmu
kesehatan UIN Alauddin: Makassar.
Bahtiar. 2013. Hubungan kualitas pelayanan keperawatan dengan kepuasan
pasien rawat inap di RSUD Pangkajene dan kepulauan. Skripsi, prodi
keperawatan fakultas ilmu kesehatan UIN Alauddin: Makassar
.
Debra S. S Rumengan, J.M.L Umboh, G.D Kandou.2015. faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan pada peserta
BPJS Kesehatan di Puskesmas Paniki Bawah kecamatan Mapanget:
Manado.
Elisabeth, Th. Endang. 2015. Mutu pelayanan kesehatan dan kebidanan.
Yogyakarta: pustakabarpress.
Hamidiyah. 2013. Hubungan persepsi pasien tentang kualitas pelayanan dengan
minat kunjungan ulang di klinik umum RS Bhineka bakti husada Kota
Tangerang selatan. Skripsi, fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta.
Hamka.pengertian persepsi proses terjadinya persepsi dan faktor yang sangat
mempengaruhi persepsi. http://perpuskampus.com/pengertian-persepsi-
proses-terjadinya-persepsi-dan-faktor-yang-sangat-memepengaruhi-
persepsi
Kementerian kesehatan. 2018. Peraturan menteri kesehatan No. 4 tahun 2018
tentang kewajiban rumah sakit dan pasien: Jakarta.
_______. 2014. Peraturan menteri kesehatan No. 56 tahun 2014 tentang
klasifikasi dan perizinan rumah sakit: Jakarta.
Kotler, P. & Keller, kevin. 2009. Manajemen pemasaran edisi ke 13 jilid 1.
Jakarta: erlangga.
. 2016. Manajemen Pemasara. Jakarta: Prenhalindo
99
Luan, M. G. et al. (2018) „Hubungan Kinerja Perawat dengan Kepuasan Pasien di
Ruang Rawat Inap RS Tk. III 04.06.03 Dr. Soetarto Yogyakarta‟, Jurnal Ilmiah
KeperawatanIndonesia.
Nanda, Ajenk saprilla. 2018. Pengaruh responsiveness perawat dalam praktik
komunikasi terapiutik terhadap kepuasan pasien instalasi rawat inap
RSU Haji: Surabaya.
Notoadmodjo, S. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: rineka cipta
Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan
pedoman skripsi, tesis dan instrumen edisi 2. Jakarta: salemba medika.
. 2014. Manajemen Keperawatan. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
_______. 2016. Manajemen keperawatan aplikasi dan praktek keperawatan
profesional edisi 5. Jakarta: salemba medika.
Riwidikdo, handoko. 2010. Statistik untuk penelitian kesehatan dengan aplikasi
program R dan SPSS. Yogyakarta: pustaka rihama.
Rosjidi, CH. Isro‟in, L. Wahyuni, NS. 2017. Penyusunan proposal dan laporan
penelitian step by step. Ponorogo: unmuh ponorogo press.
Rumah Sakit Paru Dungus.2017. profil rumah sakit: Madiun
Sa‟diyatul mar‟ah, Ninies. 2018. Pengaruh persepsi pasien tentang strategi
pemasaran terhadap minat memanfaatkan kembali layanan rawat jalan
Rumah Sakit TK.IV Madiun tahun 2018. Skripsi, prodi kesehatan
masyarakat stikes bhakti husada mulia: Madiun.
Sari, irine diana. 2010. Manajemen pemasaran usaha kesehatan. Yogyakarta:
nuha medika.
Satrianegara, fais. 2009. Buku ajar organisasi dan manajemen pelayanan
kesehatan serta kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Sugiyono. 2013. Metodologi penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:
CV. Alfabet.
Sujarweni, V. Wiratama. 2014. Metodologi penelitian keperawatan. Yogyakarta:
gava media.
Supriyanto, ernawati. 2010. Pemasaran industri jasa kesehatan. Yogyakarta:
Andi offset.
100
Suryono. & anggraeni, MD. 2013. Metodologi penelitian kualitatif dan
kuantitatif dalam bidang kesehatan. Yogyakarta: Nuha medika.
Tannady, hendy. 2015. Pengendalian kualitas. Yogyakarta. Graha ilmu
Tjiptono, F. & Candra, G. 2012. Pemasaran strategik edisi 2. Yogyakarta: CV.
Ansdi offset.
Undang – undang RI No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
Wati, Liza. 2018. Hubungan antara reliability dan responsiveness dengan
loyalitas pasien di ruang rawat inap RSUD Kota: Tanjung pinang.
114
Lampiran 11
SURAT PERMOHONAN CALON RESPONDEN
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari
Ditempat,
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir skripsi untuk memenuhi
persyaratan dalam memperoleh gelar Srata-1 (S-1) pada Program Studi
Kesehatan Mayarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun, maka peneliti
melakukan penelitian dengan Judul “Pengaruh Responsiveness perawat
Terhadap Minat Memanfaatkan Kembali Layanan Rawat Inap di Rumah
Sakit Paru Dungus Madiun“.
Saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden
dalam penelitian ini dengan cara mengisi kuesioner ini secara lengkap sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya. Mengingat kualitas penelitian ini sangat
bergantung pada jawaban yang Bapak/Ibu berikan maka dari itu dimohon
menjawab kuesioner ini sesuai dengan yang dialami dan rasakan. Sesuai dengan
kode etik penelitian, semua data yang masuk akan dijamin kerahasiaannya. Perlu
diketahui bahwa kuisioner ini semata-mata untuk kepentingan akademik
maka tidak akan mempengaruhi jabatan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari
dalam bekerja.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Umi Hanik Jurotulimaniyah
NIM : 201503046
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Kesediaan Bapak/Ibu dalam mengisi kuesioner ini merupakan bantuan
yang tidak ternilai harganya. Atas segala bantuan dan partisipasi Bapak/Ibu
dalam pengisian kuesioner ini saya ucapkan banyak terima kasih.
Madiun, Agustus 2019
Hormat Saya,
Umi Hanik Jurotulimaniyah
115
Lampiran 12
LEMBAR PERSYARATAN PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama :……………………………
Alamat :……………………………
Setelah mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan serta hak dan kewajiban
sebagai responden dalam penelitian. Dengan ini menyatakan dengan sungguh-
sungguh bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang berjudul
“Pengaruh Responsiveness Perawat Terhadap Minat Memanfaatkan
Kembali Layanan Rawat Inap di Rumah Sakit Paru Dungus Madiun”.
(Pernyataan ini, saya buat dengan sebenarnya dan penuh kesadaran tanpa ada
paksaan dari pihak lain).
Madiun, Agustus 2019
Responden
(………………………)
116
Output SPSS
1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
JenisKelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid laki-laki 34 57.6 57.6 57.6
perempuan 25 42.4 42.4 100.0
Total 59 100.0 100.0
2. Karakteristik responden berdasarkan usia
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid < 20 17 28.8 28.8 28.8
21-30 6 10.2 10.2 39.0
31-40 12 20.3 20.3 59.3
41-50 6 10.2 10.2 69.5
> 51 18 30.5 30.5 100.0
Total 59 100.0 100.0
3. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
TingkatPendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Dasar 31 52.5 52.5 52.5
menengah 23 39.0 39.0 91.5
Tinggi 5 8.5 8.5 100.0
Total 59 100.0 100.0
117
4. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid pelajar 20 33.9 33.9 33.9
wiraswasta 7 11.9 11.9 45.8
IRT 4 6.8 6.8 52.5
Petani 20 33.9 33.9 86.4
lainnya 8 13.6 13.6 100.0
Total 59 100.0 100.0
5. Distribusi frekuensi responsiveness perawat di instalasi rawat inap RS
Paru Dungus Madiun
Responsiveness
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang baik 33 55.9 55.9 55.9
Baik 26 44.1 44.1 100.0
Total 59 100.0 100.0
6. Distribusi frekuensi minat memanfaatkan kembali layanan rawat inap RS
Paru Dungus Madiun
MinatMemanfaatkanKembali
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak minat 21 35.6 35.6 35.6
Minat 38 64.4 64.4 100.0
Total 59 100.0 100.0
118
7. Distribusi frekuensi indikator kecepatan
Kecepatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang baik 33 55.9 55.9 55.9
Baik 26 44.1 44.1 100.0
Total 59 100.0 100.0
8. Distribusi frekuensi indikator ketertiban
Ketertiban
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang baik 37 62.7 62.7 62.7
Baik 22 37.3 37.3 100.0
Total 59 100.0 100.0
9. Distribusi frekuensi indikator empati
Empati
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang baik 34 57.6 57.6 57.6
Baik 25 42.4 42.4 100.0
Total 59 100.0 100.0
10. Distribusi frekuensi indikator keaktifan
Keaktifan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang baik 35 59.3 59.3 59.3
Baik 24 40.7 40.7 100.0
Total 59 100.0 100.0
119
11. Distribusi frekuensi indikator ketanggapan
Ketanggapan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang baik 31 52.5 52.5 52.5
Baik 28 47.5 47.5 100.0
Total 59 100.0 100.0
12. Hasil uji chi square responsiveness perawat terhadap minat memanfaatkan
kembali layanan rawat inap
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 5.429a 1 .020
Continuity Correctionb 4.228 1 .040
Likelihood Ratio 5.649 1 .017
Fisher's Exact Test .029 .019
Linear-by-Linear Association 5.337 1 .021
N of Valid Casesb 59
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,25.
c. Computed only for a 2x2 table
120
13. Tabulasi silang responsiveness perawat terhadap minat memanfaatkan
kembali
responsiveness * MinatMemanfaatkanKembali Crosstabulation
MinatMemanfaatkanKembali
Total
tidak minat minat
responsiveness kurang baik Count 16 17 33
% of Total 27.1% 28.8% 55.9%
baik Count 5 21 26
% of Total 8.5% 35.6% 44.1%
Total Count 21 38 59
% of Total 35.6% 64.4% 100.0%
14. Tabel korelasi keeratan pengaruh
Correlations
responsiveness
MinatMemanfaat
kanKembali
responsiveness Pearson Correlation 1 .303*
Sig. (2-tailed) .020
N 59 59
MinatMemanfaatkanKembali Pearson Correlation .303* 1
Sig. (2-tailed) .020
N 59 59
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
121
15. Tabulasi silang jenis kelamin dengan responsiveness dan minat
memanfaatkan kembali
JenisKelamin * MinatMemanfaatkanKembali Crosstabulation
MinatMemanfaatkanKembali
Total
tidak minat Minat
JenisKelamin laki-laki Count 14 20 34
% of Total 23.7% 33.9% 57.6%
perempuan Count 7 18 25
% of Total 11.9% 30.5% 42.4%
Total Count 21 38 59
% of Total 35.6% 64.4% 100.0%
JenisKelamin * Responsiveness Crosstabulation
Responsiveness
Total
Kurang Baik Baik
JenisKelamin laki-laki Count 18 16 34
% of Total 30.5% 27.1% 57.6%
perempuan Count 15 10 25
% of Total 25.4% 16.9% 42.4%
Total Count 33 26 59
% of Total 55.9% 44.1% 100.0%
122
16. Tabulasi silang usia dengan responsiveness dan minat memanfaatkan
kembali
Usia * MinatMemanfaatkanKembali Crosstabulation
MinatMemanfaatkanKembali
Total
tidak minat Minat
Usia < 20 Count 5 12 17
% of Total 8.5% 20.3% 28.8%
21-30 Count 3 3 6
% of Total 5.1% 5.1% 10.2%
31-40 Count 6 6 12
% of Total 10.2% 10.2% 20.3%
41-50 Count 2 4 6
% of Total 3.4% 6.8% 10.2%
> 51 Count 5 13 18
% of Total 8.5% 22.0% 30.5%
Total Count 21 38 59
% of Total 35.6% 64.4% 100.0%
123
Usia * Responsiveness Crosstabulation
Responsiveness
Total
Kurang Baik Baik
Usia < 20 Count 10 7 17
% of Total 16.9% 11.9% 28.8%
21-30 Count 4 2 6
% of Total 6.8% 3.4% 10.2%
31-40 Count 8 4 12
% of Total 13.6% 6.8% 20.3%
41-50 Count 5 1 6
% of Total 8.5% 1.7% 10.2%
> 51 Count 6 12 18
% of Total 10.2% 20.3% 30.5%
Total Count 33 26 59
% of Total 55.9% 44.1% 100.0%
17. Tabulasi silang tingkat pendidikan dengan responsiveness dan minat
memanfaatkan kembali
TingkatPendidikan * MinatMemanfaatkanKembali Crosstabulation
MinatMemanfaatkanKembali
Total
tidak minat minat
TingkatPendidikan dasar Count 7 24 31
% of Total 11.9% 40.7% 52.5%
menengah Count 11 12 23
% of Total 18.6% 20.3% 39.0%
tinggi Count 3 2 5
% of Total 5.1% 3.4% 8.5%
Total Count 21 38 59
% of Total 35.6% 64.4% 100.0%
124
TingkatPendidikan * Responsiveness Crosstabulation
Responsiveness
Total
Kurang Baik Baik
TingkatPendidikan dasar Count 13 18 31
% of Total 22.0% 30.5% 52.5%
menengah Count 16 7 23
% of Total 27.1% 11.9% 39.0%
tinggi Count 4 1 5
% of Total 6.8% 1.7% 8.5%
Total Count 33 26 59
% of Total 55.9% 44.1% 100.0%
18. Tabulasi silang pekerjaan dengan responsiveness dan minat memanfaatkan
kembali
Pekerjaan * MinatMemanfaatkanKembali Crosstabulation
MinatMemanfaatkanKembali
Total
tidak minat Minat
Pekerjaan Pelajar Count 6 14 20
% of Total 10.2% 23.7% 33.9%
wiraswasta Count 4 3 7
% of Total 6.8% 5.1% 11.9%
IRT Count 2 2 4
% of Total 3.4% 3.4% 6.8%
Petani Count 4 16 20
% of Total 6.8% 27.1% 33.9%
lainnya Count 5 3 8
% of Total 8.5% 5.1% 13.6%
Total Count 21 38 59
% of Total 35.6% 64.4% 100.0%
125
Pekerjaan * MinatMemanfaatkanKembali Crosstabulation
MinatMemanfaatkanKembali
Total
tidak minat Minat
Pekerjaan Pelajar Count 6 14 20
% of Total 10.2% 23.7% 33.9%
wiraswasta Count 4 3 7
% of Total 6.8% 5.1% 11.9%
IRT Count 2 2 4
% of Total 3.4% 3.4% 6.8%
Petani Count 4 16 20
% of Total 6.8% 27.1% 33.9%
lainnya Count 5 3 8
% of Total 8.5% 5.1% 13.6%
Total Count 21 38 59
% of Total 35.6% 64.4% 100.0%
126
19. Hasil uji validitas
Correlations
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 TOTAL
X1 Pearson
Correlation 1 .739
** 1.000
** .612
** 1.000
** .612
** 1.000
** .739
** 1.000
** .612
** 1.000
** 1.000
** .612
** .739
** .612
** .926
** .739
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .004 .000 .004 .000 .000 .000 .004 .000 .000 .004 .000 .004 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
X2 Pearson
Correlation .739
** 1 .739
** .452
* .739
** .452
* .739
** 1.000
** .739
** .452
* .739
** .739
** .452
* 1.000
*
*
.452* .830
** 1.000
**
Sig. (2-tailed) .000
.000 .045 .000 .045 .000 .000 .000 .045 .000 .000 .045 .000 .045 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
X3 Pearson
Correlation
1.000*
*
.739** 1 .612
** 1.000
** .612
** 1.000
** .739
** 1.000
** .612
** 1.000
** 1.000
** .612
** .739
** .612
** .926
** .739
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
.004 .000 .004 .000 .000 .000 .004 .000 .000 .004 .000 .004 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
X4 Pearson
Correlation .612
** .452
* .612
** 1 .612
** 1.000
** .612
** .452
* .612
** 1.000
** .612
** .612
** 1.000
*
*
.452* 1.000
*
*
.809** .452
*
Sig. (2-tailed) .004 .045 .004
.004 .000 .004 .045 .004 .000 .004 .004 .000 .045 .000 .000 .045
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
X5 Pearson
Correlation
1.000*
*
.739** 1.000
** .612
** 1 .612
** 1.000
** .739
** 1.000
** .612
** 1.000
** 1.000
** .612
** .739
** .612
** .926
** .739
**
127
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .004
.004 .000 .000 .000 .004 .000 .000 .004 .000 .004 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
X6 Pearson
Correlation .612
** .452
* .612
** 1.000
** .612
** 1 .612
** .452
* .612
** 1.000
** .612
** .612
** 1.000
*
*
.452* 1.000
*
*
.809** .452
*
Sig. (2-tailed) .004 .045 .004 .000 .004
.004 .045 .004 .000 .004 .004 .000 .045 .000 .000 .045
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
X7 Pearson
Correlation
1.000*
*
.739** 1.000
** .612
** 1.000
** .612
** 1 .739
** 1.000
** .612
** 1.000
** 1.000
** .612
** .739
** .612
** .926
** .739
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .004 .000 .004
.000 .000 .004 .000 .000 .004 .000 .004 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
X8 Pearson
Correlation .739
** 1.000
*
*
.739** .452
* .739
** .452
* .739
** 1 .739
** .452
* .739
** .739
** .452
* 1.000
*
*
.452* .830
** 1.000
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .045 .000 .045 .000
.000 .045 .000 .000 .045 .000 .045 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
X9 Pearson
Correlation
1.000*
*
.739** 1.000
** .612
** 1.000
** .612
** 1.000
** .739
** 1 .612
** 1.000
** 1.000
** .612
** .739
** .612
** .926
** .739
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .004 .000 .004 .000 .000
.004 .000 .000 .004 .000 .004 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
X10 Pearson
Correlation .612
** .452
* .612
** 1.000
** .612
** 1.000
** .612
** .452
* .612
** 1 .612
** .612
** 1.000
*
*
.452* 1.000
*
*
.809** .452
*
128
Sig. (2-tailed) .004 .045 .004 .000 .004 .000 .004 .045 .004
.004 .004 .000 .045 .000 .000 .045
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
X11 Pearson
Correlation
1.000*
*
.739** 1.000
** .612
** 1.000
** .612
** 1.000
** .739
** 1.000
** .612
** 1 1.000
** .612
** .739
** .612
** .926
** .739
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .004 .000 .004 .000 .000 .000 .004
.000 .004 .000 .004 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
X12 Pearson
Correlation
1.000*
*
.739** 1.000
** .612
** 1.000
** .612
** 1.000
** .739
** 1.000
** .612
** 1.000
** 1 .612
** .739
** .612
** .926
** .739
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .004 .000 .004 .000 .000 .000 .004 .000
.004 .000 .004 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
X13 Pearson
Correlation .612
** .452
* .612
** 1.000
** .612
** 1.000
** .612
** .452
* .612
** 1.000
** .612
** .612
** 1 .452
* 1.000
*
*
.809** .452
*
Sig. (2-tailed) .004 .045 .004 .000 .004 .000 .004 .045 .004 .000 .004 .004
.045 .000 .000 .045
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
X14 Pearson
Correlation .739
** 1.000
*
*
.739** .452
* .739
** .452
* .739
** 1.000
** .739
** .452
* .739
** .739
** .452
* 1 .452
* .830
** 1.000
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .045 .000 .045 .000 .000 .000 .045 .000 .000 .045
.045 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
X15 Pearson
Correlation .612
** .452
* .612
** 1.000
** .612
** 1.000
** .612
** .452
* .612
** 1.000
** .612
** .612
** 1.000
*
*
.452* 1 .809
** .452
*
129
Sig. (2-tailed) .004 .045 .004 .000 .004 .000 .004 .045 .004 .000 .004 .004 .000 .045
.000 .045
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
X16 Pearson
Correlation .926
** .830
** .926
** .809
** .926
** .809
** .926
** .830
** .926
** .809
** .926
** .926
** .809
** .830
** .809
** 1 .830
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
.000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TOT
AL
Pearson
Correlation .739
** 1.000
*
*
.739** .452
* .739
** .452
* .739
** 1.000
** .739
** .452
* .739
** .739
** .452
* 1.000
*
*
.452* .830
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .045 .000 .045 .000 .000 .000 .045 .000 .000 .045 .000 .045 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01
level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05
level (2-tailed).
20. Hasil uji reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.784 17
130
Lampiran 15
KISI – KISI KUESIONER
Variabel Indikator Jumlah
pertanyaan
Item
positif
Item
negatif
Responsiveness
Kecepatan 4 2, 5, 11 14
Ketertiban 3 6, 15 13
Empati 3 1, 4 7
Keaktifan 2 8 10
Ketanggapan 3 9, 12 3
Minat
memanfaatkan
kembali
Keinginan 2 17 18
Rencana
penggunaan
yang akan
datang
2 19 20
Kebutuhan 2 16, 21 -
131
Lampiran 16
KUESIONER
PENGARUH RESPONSIVENESS PERAWAT TERHADAP MINAT
MEMANFAATKAN KEMBALI LAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH
SAKIT PARU DUNGUS MADIUN
Petunjuk pengisisan:
1. Mohon lengkapilah identitas responden terlebih dahulu.
2. Setiap pernyataan cukup dijawab dengan memberikan tanda checklist (√)
kolom yang tersedia.
Keterangan:
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
A. DATA DIRI
1. Nama :
2. Alamat :
3. Jenis Kelamin : Pria Wanita
4. Usia : < 20 th 21 - 30 th >51 th
31 - 40 th 41 - 50 th
5. Pendidikan terakhir : SD SMA/SLTA
SMP/SLTP Sarjana/Diploma
Tidak Sekolah
6. Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswa IRT
Wiraswasta Pegawai Swasta
Petani/pekebun Lain - lain
No. Responden : (diisi oleh peneliti)
132
B. RESPONSIVENESS PERAWAT
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1 Perawat menawarkan bantuan kepada
pasien ketika pasien mengalami
kesulitan walau tanpa diminta
2 Perawat segera memberikan pelayanan
keperawatan kepada pasien ketika
sampai di ruangan
3 Informasi yang diberikan kepada
pasien kurang jelas
4 Perawat membantu pasien saat akan
dilakukan foto dan laboratorium
5 Perawat segera datang ketika pasien
membutuhkan
6 Perawat secara berkala mengunjungi
pasien tanpa diminta
7 Perawat bersikap kurang sopan dan
kurang ramah saat menangani keluhan
pasien
8 Perawat aktif bertanya kepada pasien
mengenai hal-hal yang perlu dibantu
9 Perawat tanggap dalam melakukan
pelayanan atau perawatan terhadap
pasien
10 Perawat tidak memberikan kesempatan
kepada pasien untuk bertanya
11 Ketika ada masalah, perawat segera
mengatasi dengan cepat
12 Perawat selalu menjawab pertanyaan
dari pasien
13 Ketika pasien waktunya ganti infus,
perawat tidak langsung menggantinya,
melainkan menunggu pihak keluarga
untuk menemui perawat
14 Perawat saat melakukan tindakan tidak
dilakukan dengan cekatan
15 perawat melakukan tindakan sesuai
prosedur
133
C. MINAT MEMANFAATKAN KEMBALI LAYANAN RAWAT INAP
No Pernyataan Jawaban
Ya Tidak
16 Jika saya atau keluarga saya membutuhkan
pelayanan kesehatan, saya berminat untuk
memanfaatkan kembali layanan rawat inap
di RS ini.
17 RS ini selalu menjadi RS yang pertama
kali muncul dalam pikiran saya dan yang
saya inginkan ketika saya mau berobat.
18 Saya tidak akan mencari informasi tentang
RS ini
19 Saya akan tetap memilih RS ini saat
memerlukan layanan kesehatan walaupun
harganya lebih mahal di banding dengan
RS lain
20 Saya tidak akan merekomendasikan RS ini
kepada orang lain
21 Saya yakin RS ini akan memberikan
pelayanan kesehatan yang terbaik sesuai
dengan kebutuhan saya.
135
Lampiran 18
PERSEPSI RESPONDEN TENTANG RESPONSIVENESS PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RS PARU DUNGUS MADIUN
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
X1 4 3 4 4 4 3 4 2 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4
X2 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4
X3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3
X4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4
X5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4
X6 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4
X7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
X8 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4
X9 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 1 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4
X10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3
X11 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4
X12 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 2 4 3 4 4 3 3 2 3 3 3 4 4 4 3 3 4
X13 3 3 3 4 2 3 2 1 3 2 2 1 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4
X14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 2 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
X15 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4
JML 55
47
51
56
51
52
53
42
47 55 44 54 46 55 44 60 60 46 45 42 46 45 45 45 50 55 49 51 56
MEAN
50
136
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36
R37
R38
R39
R40
R41
R42
R43
R44
R45
R46
R47
R48
R49
R50
R51
R52
R53
R54
R55
R56
R57
R58
R59
4 3 4 2 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3
4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 4 2 2
3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3
4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3
4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4
3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3
4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3
4 4 4 3 4 4 3 4 1 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 1 4 3 4 4 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3
3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3
3 4 4 3 3 4 3 4 2 4 3 4 4 3 3 2 3 3 3 2 4 3 4 2 4 3 4 4 3 3
2 3 2 1 3 2 2 1 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 4 4 3 4 4 3 3
3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 2 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 2 2 2 4 4 3 3
4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3
51 52 53 42 47 55 44 54 46 55 44 60 60 46 45 42 46 45 45 43 50 44 54 46 55 44 60 60 46 45
KETERANGAN:
Baik = jika total x > mean
Kurang baik = jika total x ≤ mean
Pernyataan Favorable
4 = sangat setuju
3 = setuju
2 = tidak setuju
1 = sangat tidak setuju
Pernyataan unfavorable
1 = sangat setuju
2 = setuju
3 = tidak setuju
4 = sangat tidak setuju
137
lampiran 19 INPUT PER INDIKATOR RESPONSIVENESS
INDIKATOR KECEPATAN NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
X2 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4
X5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4
X11 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4
X14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 2 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
TTL 15 13 15 15 14 14 15 12 12 15 12 16 11 14 11 16 16 12 12 11 12 12 12 12 13 15 13 15 15
MEAN 13 INDIKATOR KETERTIBAN
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
X6 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4
X13 3 3 3 4 2 3 2 1 3 2 2 1 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4
X15 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4
TTL 11 10 11 12 10 11 10 7 9 10 8 9 10 12 9 12 12 11 10 9 10 9 9 9 10 11 11 11 12
MEAN 10 INDIKATOR EMPATI
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
X1 4 3 4 4 4 3 4 2 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4
X4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4
X7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
TTL 11 9 11 11 10 10 11 8 10 12 9 11 11 11 9 12 12 9 9 8 9 9 9 9 10 11 9 11 11
MEAN 10 INDIKATOR KEAKTIFAN
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
X8 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4
X10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3
TTL 7 6 6 7 7 6 6 6 6 7 6 7 7 7 6 8 8 6 6 6 6 6 6 6 6 7 7 6 7
MEAN 6,5
138
INDIKATOR KETANGGAPAN
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
X3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3
X9 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 1 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4
X12 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 2 4 3 4 4 3 3 2 3 3 3 4 4 4 3 3 4
TTL 11 9 8 11 10 11 11 9 10 11 9 11 7 11 9 12 12 8 8 8 9 9 9 9 11 11 9 8 11
MEAN 9,7 INDIKATOR KECEPATAN
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3
4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3
3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3
3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 2 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 2 2 2 4 4 3 3
14 14 15 12 12 15 12 16 11 14 11 16 16 12 12 11 12 12 12 12 13 12 16 11 14 11 16 16 12 12
INDIKATOR KETERTIBAN 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4
2 3 2 1 3 2 2 1 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 4 4 3 4 4 3 3
4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3
10 11 10 7 9 10 8 9 10 12 9 12 12 11 10 9 10 9 9 9 10 8 9 10 12 9 12 12 11 10
INDIKATOR EMPATI 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
4 3 4 2 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3
3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3
3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3
10 10 11 8 10 12 9 11 11 11 9 12 12 9 9 8 9 9 9 9 10 9 11 11 11 9 12 12 9 9
INDIKATOR KEAKTIFAN 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3
7 6 6 6 6 7 6 7 7 7 6 8 8 6 6 6 6 6 6 6 6 6 7 7 7 6 8 8 6 6
139
INDIKATOR KETANGGAPAN 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 4 2 2
4 4 4 3 4 4 3 4 1 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 1 4 3 4 4 3 3
3 4 4 3 3 4 3 4 2 4 3 4 4 3 3 2 3 3 3 2 4 3 4 2 4 3 4 4 3 3
10 11 11 9 10 11 9 11 7 11 9 12 12 8 8 8 9 9 9 7 11 9 11 7 11 9 12 12 8 8
KETERANGAN:
Baik = jika total x > mean
Kurang baik = jika total x ≤ mean
140
Lampiran 20
REKAP PER INDIKATOR RESPONSIVENESS
NO
INDIKATOR KECEPATAN
INDIKATOR KETERTIBAN
INDIKATOR EMPATI
INDIKATOR KEAKTIFAN
INDIKATOR KETANGGAPAN
TOTAL KODE TOTAL KODE TOTAL KODE TOTAL KODE TOTAL KODE
1 15 2 11 2 11 2 7 2 11 2
2 13 1 11 2 9 1 7 2 9 1
3 15 2 11 2 11 2 6 1 8 1
4 15 2 12 2 11 2 7 2 11 2
5 14 2 10 1 10 1 7 2 10 2
6 14 2 11 2 10 1 6 1 11 2
7 15 2 10 1 11 2 6 1 11 2
8 12 1 7 1 8 1 6 1 9 1
9 12 1 9 1 10 1 6 1 10 2
10 15 2 10 1 12 2 7 2 11 2
11 12 1 8 1 9 1 6 1 9 1
12 16 2 9 1 11 2 7 2 11 2
13 11 1 10 1 11 2 7 2 7 1
14 14 2 12 2 11 2 7 2 11 2
15 11 1 9 1 9 1 6 1 9 1
16 16 2 12 2 12 2 8 2 12 2
17 16 2 12 2 12 2 8 2 12 2
18 12 1 11 2 9 1 6 1 8 1
19 12 1 10 1 9 1 6 1 8 1
20 11 1 9 1 8 1 6 1 8 1
21 12 1 10 1 9 1 6 1 9 1
22 12 1 9 1 9 1 6 1 9 1
23 12 1 9 1 9 1 6 1 9 1
24 12 1 9 1 9 1 6 1 9 1
25 13 1 10 1 10 1 6 1 11 2
26 15 2 11 2 11 2 7 2 11 2
27 13 1 11 2 9 1 7 2 9 1
28 15 2 11 2 11 2 6 1 8 1
29 15 2 12 2 11 2 7 2 11 2
30 14 2 10 1 10 1 7 2 10 2
31 14 2 11 2 10 1 6 1 11 2
32 15 2 10 1 11 2 6 1 11 2
33 12 1 7 1 8 1 6 1 9 1
34 12 1 9 1 10 1 6 1 10 2
35 15 2 10 1 12 2 7 2 11 2
141
36 12 1 8 1 9 1 6 1 9 1
37 16 2 9 1 11 2 7 2 11 2
38 11 1 10 1 11 2 7 2 7 1
39 14 2 12 2 11 2 7 2 11 2
40 11 1 9 1 9 1 6 1 9 1
41 16 2 12 2 12 2 8 2 12 2
42 16 2 12 2 12 2 8 2 12 2
43 12 1 11 2 9 1 6 1 8 1
44 12 1 10 1 9 1 6 1 8 1
45 11 1 9 1 8 1 6 1 8 1
46 12 1 10 1 9 1 6 1 9 1
47 12 1 9 1 9 1 6 1 9 1
48 12 1 9 1 9 1 6 1 9 1
49 12 1 9 1 9 1 6 1 9 1
50 13 1 10 1 10 1 6 1 11 2
51 12 1 8 1 9 1 6 1 9 1
52 16 2 9 1 11 2 7 2 11 2
53 11 1 10 1 11 2 7 2 7 1
54 14 2 12 2 11 2 7 2 11 2
55 11 1 9 1 9 1 6 1 9 1
56 16 2 12 2 12 2 4 1 12 2
57 16 2 12 2 12 2 8 2 12 2
58 12 1 11 2 9 1 6 1 8 1
59 12 1 10 1 9 1 6 1 8 1
MEAN = 13 MEAN = 10 MEAN = 10 MEAN = 6,5 MEAN = 9,7
KETERANGAN:
2 = Baik = jika total x > mean
1 = Kurang baik = jika total x ≤ mean