Upload
universitashaluoleo
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UNIT LABORATORIUM KEHUTANAN
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pengembangan hutan tanaman, benih memiliki
peranan yang sangat penting, karena benih yang
digunakan untuk pertanaman akan menentukan mutu tegakan
yang dihasilkan dimasa mendatang. Benih merupakan awal
kehidupan untuk masa depan, peranannya dalam budidaya
tidak dapat digantikan oleh karena itu mutlak harus
ada dan merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan budidaya tanaman karena benih sebagai
bahan tanaman dan sebagai pembawa potensi ganetik
terutama untuk varietas-varietas unggul.
Benih mempunyai sifat dapat menunda
perkecambahannya sampai benih tersebut menemukan
kondisi lingkungan yang optimum untuk berkecambah. Akan
tetapi tidak semua benih yang ditanam dalam kondisi
tumbuh optimum akan berkecambah, meskipun sebenarnya
benih tidak mati.
Budidaya benatan seringkali dihadapkan pada
masalah dormansi pada biji sehingga memerlukan waktu
yang lama untuk pematahan dormansi dan akibatnya sulit
mendapatkan pertumbuhan yang seragam. Penyebab
terjadinya dormansi biji ini antara lain karena keadaan
kulit biji benatan yang keras sehingga sulit ditembus
air dan udara. Kulit biji yang keras pada biji benatan
dapat mempengaruhi viabilitas dan vigoritas benih untuk
berkecambah artinya kemampuan benih untuk berkecambah
dalam kondisi lingkungan tertentu menjadi kurang
optimal.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan
penelitian ini, untuk melihat pengaruh lama perendaman
dengan pengikiran terhadap Viabilitas Benih Benatan
(Albizia splendens).
B. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini yaitu:
1. Untuk mengetahui bentuk perkecambahan benih
tanaman Benatan (Albizia splendens)..
2. Untuk mengetahui kecepatan dan daya tumbuh
kecambah benih Benatan (Albizia splendens).
3. Untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap
perkecambahan benih.
Kegunaan peraktikum ini yaitu :
1. Dapat mengetahui bentuk perkecambahan benih tanaman
Benatan (Albizia splendens)..
2. Dapat mengetahui kecepatan dan daya tumbuh
kecambah benih Benatan (Albizia splendens).
3. Dapat mengetahui pengaruh cahaya terhadap
perkecambahan benih.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Tanaman
1. Klasifikasi
Menurut Nielsen (1994) dalam Sabaruddin
(2013), klasifikasi benatan (Albizia splendens) adalah
sebagai berikut :
Kingdom:Plantae
Phylum:Anthophyta
Class:Magnoliopsida
Sub class :Rosidae
Ordo : Fabales
Famili :
Leguminosae
Subfamili : Mimossoidae
Genus : Albizia
Spesifik : Splendens
Botani : Albizia splendens
2. Morfologi
Kayu benatan merupakan tanaman yang bunganya
memiliki garis tengah 4 mm, berwarna hijau putih,
dengan benang sari yang menonjol dari tabung
mahkota, bungga terdapat di dalam susunan tangkai
bungga yang bercabang dengan daun majemuk. Pohon
ini memiliki tinggi mencapai 30-50 m dan diameter
128 cm. Daunnya majemuk dengan alternate, memiliki
stipula. Panjang buah sekitar 300 mm berwarna
coklat hitam, (Slik, 2006 dalam Sabaruddin, 2013).
3. Penyebaran
Penyebaran alami di Thailand, Peninsular,
Malaysia, Sumatra, kalimantan. Penyebaran yang
banyak di jumpai Kayu Benatan adalah Thailand,
Malaysia, Sumatra dan Borneo. Nama daerahnya di
Borneo yakni Girik, Kerek putih, Kangker, Nahaap,
Njerandung,Takorak (Hamrina, 2013).
4. Ekologi
Albizia splendens dapat di temukan di hutan tropis
dataran rendah dan hutan sekunder dengan elevasi
0-800 m dpl.
5. Status Silvikultur
a. Fenologi Tanaman
Tipe perkecamabahan benih tanaman benatan
termasuk tipe epigeal dengan kotiledon muncul
diatas permukaan media. Memiliki dua daun pertama
setelah berkecambah (UNEP- WCMC, 2007 dalam Uba,
2013).
b. Perbanyakan Tanaman Benatan
Salah satu perbanyakan yang dilakukan adalah
dengan perbanyakan tanaman secara generatif yaitu
dengan biji. Perbanyakan dengan biji lebih banyak
digunakan karena mudah dan dapat memberikan
hasil yang lebih baik. Perbanyakan dengan
menggunakan biji perlu diperhatikan faktor-faktor
yang mempengaruhi perkecambahan baik faktor
eksternal maupun faktor internal yang berpengaruh
terhadap viabilitas benih (Hamrina, 2011).
c. Manfaat Benatan
Kayu dari jenis ini dapat digunakan sebagai
bahan bangunan rumah termasuk furniture dan kapal
terutama untuk papan. Jenis ini termasuk pohon
penghasil kayu ekspor (UNEP- WCMC, 2007 dalam
Uba, 2013).
B. Perkecambahan Benih
Perkecambahan merupakan batas antara benih yang
masih tergantung pada sumber makanan dari induknya
dengan tanaman yang mampu berdiri sendiri dalam
mengambil hara. Kondisi perkecambahan dan rentang
toleransi untuk perkecambahan benih bervariasi
tergantung jenis dan berhubungan dengan lingkungan
dimana tanaman tersebut tumbuh. Jenis-jenis daerah
beriklim sedang dan tinggi dapat berkecambah pada suhu
rendah, sedangkan pada sebagian besar jenis tropis
dataran rendah memerlukan suhu 20 oC atau lebih untuk
berkecambah Schmidt (2000) dalam Winarni (2009).
Menurut Setiowati, (2007). Perkecambahn adalah
proses pertumbuhan embrio dan bagin-bagian biji lainnya
yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara normal
menjadi tumbuhan baru. Berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia No.12 tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Pertanian Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 4
disebutkan bahwa benih tanaman yang selanjutnya disebut
benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan
untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman
(Lab. Pemuliaantanaman, 2013). Dengan demikian menurut
seorang teknologiwan perkecambahan adalah: muncul dan
berkembangnya struktur penting dari embryo serta
menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman
normal pada keadaan alam yang menguntungkan.
Lebih mengkhusus, benih dikatakan berkecambah
bila: 1/ calon plumula dan radikula sudah muncul dari
benih, 2/ sudah dapat dilihat atribut perkecambahannya,
yaitu plumula dan radikula (tanpa melihat normal atau
tidak), 3/ sudah dapat dilihat atribut
perkecambahannya, yaitu plumula dan radikula, keduanya
dalam keadaan normal (tanpa melihat lama waktu
perkecambahan), 4/ sudah dapat dilihat atribut
perkecambahannya, yaitu plumula dan radikula dan
keduanya tumbuh normal dalam jangka waktu tertentu
sesuai dengan ketentuan ISTA, 5/ persentase kecambah
normal minimal sama dengan ketentuan (seed law)
sertifikasi benih yang berlaku di suatu Negara dan
sesuai dengan kelas benih yang diuji.
Proses perkecambahan benih terjadi melalui 6
tahapan sebagai berikut:
1. Imbibisi.
Imbibisi merupakan proses awal perkecambahan,
yaitu masuknya air ke dalam benih sehingga kadar air
di dalam benih mencapai persentase tertentu (50-
60%). Proses perkecambahan dapat terjadi jika kulit
benih permeable terhadap air dan tersedia cukup air
dengan tekanan osmosis tertentu. Akibat terjadinya
proses imbibisi, kulit benih akan menjadi lunak dan
retak-retak. Peristiwa imbibisi ini merupakan proses
fisik, jadi tidak dipengaruhi oleh viabilitas benih.
2. Respirasi.
Bersamaan dengan proses imbibisi akan terjadi
peningkatan laju respirasi yang akan mengaktifkan
enzim-enzim dan hormone yang terdapat di dalam
benih. Pada benih yang telah berimbibisi terjadi
respirasi aktif melalui 3 lintasan yang berjalan
secara simultan.
3. Pengaktifan enzim-enzim dan hormon.
Pada benih kering, aktivitas metabolismenya
sangat rendah. Jika terjadi hidrasi (penyerapan air)
pada protein dari benih kering ini, akan menyebabkan
aktivitas biologi yang mengakibatakan perubahan
komposisi kimia pada semua bagian biji. Hormone
giberelin pda benih kering terdapat dalam bentuk
terikat dan tidak aktif, kemudian akan menjadi aktif
setelah benih mengimbibisi air. Hormone giberelin
ini akan mendorong pembentukan enzim-enzim
hidrolisis seperti: enzim α amylase, enzim protease,
enzim ribonuklease, enzim β glukonase, dan enzim
fosfatase. Enzim-enzim ini akan berdifusi ke
endosperm dan mengkatalisis cadangan makanan
menjadi: gula, asam amino, dan nukleosida yang
mendukung pertumbuhan embryo dalam perkecambahan
benih.
4. Katabolisme
Katabolisme dalah merupakan proses perombakan
cadangan makanan yang akan menghasilkan energy ATP
dan unsur hara. Cadangan makanan utama yang disimpan
pada biji berupa: pati, hemicellulose, lemak, dan
protein. Kesemua bahan-bahan ini terdapat pada
monocotyl (endosperm), dikotyl (cotyledon), dan pada
embryonic axis juga terdapat sedikit tetapi segera
habis pada permulaan perkecambahan biji. Kesemua
bahan-bahan ini tidak larut dalam air, berupa
senyawa koloid, merupakan senyawa kompleks
bermolekul besar, immobile (tidak bisa diangkut ke
tempat yang memerlukan → embryonic axis), oleh sebab
itu zat-zat ini tidak bisa diangkut dari sel ke sel
yanglain dan dipakai untuk pembentukan protoplasma
dan dinding sel, sampai zat tersebut diubah menjadi
zat /senyawa yang lebih sederhana, bermolekul kecil,
larut dalam air, dan dapat melakukan difusi. Dalam
proses ini diperlukan “enzim”.
5. Anabolisme / sintesis protein.
Ini merupakan tahap terakhir dalam penggunaan
makanan cadangan, dan merupakan suatu proses
pembangunan kembali. Pada proses ini protein yang
dirombak oleh enzim protease menjadi asam amino dan
diangkut ke titik-titik tumbuh disusun kembali
menjadi protein baru. Misalnya: protoplasma dan
organelles disusun dari protein. Zat makanan lain
seperti karbohidrat (cellulose) melalui protoplasma
dipergunakan untuk pembentukan dinding sel (cell
wall).
6. Emergence / berkecambah.
Karena pembesaran sel-sel yang sudah ada,
pembentukan sel-sel baru (karena pembelahan sel-
sel), differensiasi sel-sel, pada titik-titik tumbuh
(embryonic axis) sehingga terbentuk: plumule (bakal
batang dan daun) dan radikula (bakal akar) yang
terus bertambah besar. Karena terjadi proses
imbibisi, maka kulit biji akan menjadi lunak,
sehingga radikula dan plumula akan menembus kulit
biji (emergence). Pada umumnya radikula yang
terlebih dahulu muncul dibandingkan plumula.
(Teknologi Benih, 2005).
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkecambahan Benih.
1. Faktor internal
Faktor internal adalah segala pengaruh yang
berasal dari tanaman itu sendiri. Yang termasuk dalam
kelompok faktor internal yaitu gen dan hormon (Syafi’I
2014).
Berikut faktor-faktor internal yang mempengaruhi
perkecambahan biji yang di uraikan oleh Suena (2005).
a. Gen
Di dalam gen terkandung faktor pada
keturunannya dan berfungsi untuk mengoontrol
reaksi kimia di dalam sel, misalnya sintesis
protein yang merupakan bagian dasar penyusun tubuh
tumbuhan,dikendalikan oleh gen secara langsung.
b. Tingkat kemasakan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan
fisiologis tercapai tidak mempunyai viabilitas
yang tinggi.dikarenakan pada tingkat kemasakan
benih yang belum cukup,benih belum mempunyai
cadangan makanan yang cukup untuk metabolism
perkecambahan.
c. Hormon
Hormon merupakan zat yang berperan penting
dalam metabolism perkecambahan.hormon merupakan
stimultan dalam prose metabolism sehingga
keberadaan hormone yang mencukupi dalam biji dapat
memberikan kemampuan dinding sel untuk mengembang
sehingga sifatnya menjadi elastis. Elastisitas
dinding sel memungkinkan dinding sel bersifat
permeable sehingga mempermudah imbibisi dan
mempercepat perkecambahan.
d. Ukuran dan kekerasan biji
Di dalam biji terdapat cadangan makan yang
nantinya akan dirombak pada tahap metabolism
perkecambahan.semakin bear ukuran biji,diasumsikan
memiliki cadangan makanan yang lebih banyak
daripada biji yang kecil,sehingga Semakin besar
biji maka metabolism perkecambahan akan berjalan
dengan baik.
e. Dormansi
Dormansi adalah suatu keadaan pertumbuhan yang
tertunda atau keadaan istirahat. Setiap benih
tanaman memiliki masa dormansi yang berbedabeda.
dormansi ini mempengaruhi dari proses
perkecambahan,bila sifat dormansi benih tergolong
lama,maka perkecambahan akan semakin lambat.begitu
pula sebaliknya.
2. Faktor eksternal
Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkecambahan
benih adalah kelembaban media, cahaya, sifat fisik dan
kimia media, inhibitor serta faktor biotik lainnya
(Meyer,1982. dalam Sudrajad 2000). Dormansi sangat
dipengaruhi perubahan lingkungan sehingga memungkinkan
terjadi keragaman dari tahun ke tahun, di antara lot
benih dan di antara individu benih (Muller, 1993;
Kusumawardhani, 1997). Faktor lingkungan juga
berpengaruh terhadap perkembangan dan ketebalan kulit
benih seperti pada Chenapodium album (Gutterman, 1973),
A. moluccana (Murniati, 1995 dalam Sudrajad 2000) dan
Manilkara kauki (Sudrajat et al., 2008 dalam Sudrajad 2000).
Suena (2005). Menjelaskan beberapa faktor
ekstrenal yang mempengaruhi perkecambahan benih yaitu:
a. Air
Air berfungsi sebagai pelunak kulit bji,
melarutkan cadangan makanan, sarana transportasi
serta bersama hormon mengatur elurgansi
(pemanjangan) dan pengembangan sel, sehingga
kecukupan kadar air ketika proses perkecambahan
mutlak diperlukan.
b. Temperatur
Temperatur merupakan syarat penting yang kedua
bagi perkecambahan benih.temperatur optimum adalah
temperatur yang paling menguntungkan bagi
berlangungnya perkecambahan benih.pada kiaran ini
terdapat prosentae perkecambahan tertinggi.
temperatur optimum bagi kebanyakan benih yaitu 80o F
sampai 95o F (20,5 oC sampai 35 oC). Jika benih
dikecambahkan pada temperature yang di bawah
optimum atau diatas optimum maka akan terjadi
kegagalan berkecambah atau dapat merusaj biji
ehingga memunculkan kecambah abnormal.
c. Oksigen
Oksigen diperlukan biji untuk prose respirasi.
Proses respirasi akan meningkat disertai pula
dengan menigkatnya pengambilan oksigen dan
pelepasan karbon dioksida, air, dan energi yang
berupa panas. Terbatasnya oksigen akan menghambat
perkecambahan benih.
d. Media
Media yang baik untuk perkecambahan benih
adalah mempunyai sifat fisik yang baik, gembur,
mempunyai kemampuan menyimpan air, dan bebas dari
pengganggu terutama cendawan. Medium menentukan
pertumbuhan kecambah, pada medium yang keras akar
kecambah muda akan sulit menembus media dan
mengakibatkan pertumbuhan terganggu.
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 12 maret
2015, pada pukul 15.00 WITA sampai selesai yang
bertempat di Lab Kehutanan Jurusan Kehutanan, Fakultas
Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Universitas Hau Oleo
Kendari.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu
benih benatan (Albizia splendens) sebanyak 300 biji, bak
kecambah ukuran 30 x 25 cm, Koran, kertas label, air,
(tanah, pupuk kotoran kambing dan pasir dengan
perbandingan 2 : 1 : 1).
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu tank,
batu asa, ember, gembor, kamera dan alat tulis menulis.
C. Metode Praktikum
Metode peraktikum yang akan dilakukan adalah:
1. Persiapan Media
Media yang digunakan dalam proses perkecambahan
berupa tanah, pupuk kandang dan pasir dengan
perbandingan 2:1:1. Media diisi pada bak
pengecambahan benih 2/3 tinggi bak. Bak kecambah
yang digunakan berukuran 30 cm x 35 cm sebanyak 50
buah masing-masing mewakili satu unit percobaan.
2. Seleksi Benih
Benih di masukkan dalam air guna mengetahui
benih yang hampa dan benih yang utuh. Benih yang
tenggelam di dalam air adalah benih yang masih utuh
sedangkan benih yang terapung adalah benih yang
hampa.
3. Pelaksanaan Perkecambahan
a. Perlakuan Benih
Benih yang telah diseleksi, dikikir lalu
direndam dengan air selama 1 x 24 jam dan 2 x
24 jam dan untuk kontrol tidak diberikan
perlakuan.
b. Pengecambahan Benih
Benih yang telah diseleksi dan diberi
perlakuan yaitu perlakuan A0 sebagai control
(perendaman air biasa), untuk perlakuan A1
(pengikiran lalu direndam dengan air selama 1
x 24 jam) dan untuk perlakuan A2 (pengikiran
lalu direndam dengan air selama 2 x 24 jam)
dikecambahkan pada media semai dengan jumlah
benih yang dikecambahkan pada setiap perlakuan
berjumlah 50 benih.
c. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi
penyiraman 2 kali sehari (pagi dan sore hari),
yang disesuaikan dengan kondisi media, serta
pengendalian hama dan penyakit dilakukan bila
ada gejala dengan hama dan penyakit yang
mengganggu.
D. Analisis Data
Potensi tumbuh maksimum (PTM) dihitung setiap hari
berdasarkan kemampuan benih berkecambah terhadap total
benih yang dikecambahkan. Pengamatan ini dihitung
dengan menggunakan rumus (Sadjat, 1994) sebagai
berikut:
PTM = ΣBenihBerkecambahΣBenihyangDikecambahkan x 100%
Keterangan :
PTM = Potensi Tumbuh Maksimum (%)
DAFTAR PUSTAKA
Lab Pemuliaan Tanaman, 2013. Struktur Benih Dan TipePerkecambahan.http://labpemuliaantanaman.staff.ub.ac.id/files/2013/03/MODUL-PRAKTIKUM-TPB-MATERI-1.pdf
Sabaruddin, 2013. Pengaruh Pemberian Pupuk Kotoran SapiTerhadap Pertumuhan tanaman Albizia splendens Miq dan Albiziasaponaria (Laur) Miq di Arboretum Jurusan Kehutanan UniversitasHalu oleo. Skripsi Fakultas Kehutanan UniversitasHalu Oleo. Kendari.
Setiowati T. dan Furqonita D., 2007. Biologi Interaktif UntukSMA/MA Kelas XII. Azka Press. Jakarta.
Sudrajad J. D., 2010. Dormansi Benih Tanaman Hutan (TinjauanMekanisme, Pengendali, Dan Teknik Pematahannya UntukMendukung Pengembangan Hutan Rakyat). Balai PenelitianTeknologi Perbenihan Bogor.
Suena W., 2005. Teknologi Benih. ProgramstudiAgroteknologi. Fakultas Udayana. Bali.
Syafi’i M., 2014. Faktor Internal Dan Eksternal YangMempengaruhi Proses Pertumbuhan Dan Perkembangan
Tumbuhan. Program Studi Agroteknologi. FakultasPertanian. Universitas Samawa (UNSA) SumbawaBesar.
Uba, S., 2013. Pengaruh Pemberian Kompos Pelepah pisangterhadap pertumbuhan bibit benatan (Albizia splendens Miq).Skripsi Fakultas Kehutanan Universitas Halu Oleo.Kendari.
Winarni B. T., 2009. Pengaruh Perlakuan Pendahuluan Dan Berat Benih Terhadap Perkecambahan Benih Kayu Afrika (Maesopsis Eminii Engl.). Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.