25
LAPORAN PRAKTIKUM SILVIKA I. PERKECAMBAHAN BIJI Oleh: ABDUL RAHMAT IKBAL D1B5 11 12

perkecambahan biji benatan (Albizia splendends)

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM SILVIKA

I. PERKECAMBAHAN BIJI

Oleh:

ABDUL RAHMAT IKBALD1B5 11 12

UNIT LABORATORIUM KEHUTANAN

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2015

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pengembangan hutan tanaman, benih memiliki

peranan yang sangat penting, karena benih yang

digunakan untuk pertanaman akan menentukan mutu tegakan

yang dihasilkan dimasa mendatang. Benih merupakan awal

kehidupan untuk masa depan, peranannya dalam budidaya

tidak dapat digantikan oleh karena itu mutlak harus

ada dan merupakan salah satu faktor penentu

keberhasilan budidaya tanaman karena benih sebagai

bahan tanaman dan sebagai pembawa potensi ganetik

terutama untuk varietas-varietas unggul.

Benih mempunyai sifat dapat menunda

perkecambahannya sampai benih tersebut menemukan

kondisi lingkungan yang optimum untuk berkecambah. Akan

tetapi tidak semua benih yang ditanam dalam kondisi

tumbuh optimum akan berkecambah, meskipun sebenarnya

benih tidak mati.

Budidaya benatan seringkali dihadapkan pada

masalah dormansi pada biji sehingga memerlukan waktu

yang lama untuk pematahan dormansi dan akibatnya sulit

mendapatkan pertumbuhan yang seragam. Penyebab

terjadinya dormansi biji ini antara lain karena keadaan

kulit biji benatan yang keras sehingga sulit ditembus

air dan udara. Kulit biji yang keras pada biji benatan

dapat mempengaruhi viabilitas dan vigoritas benih untuk

berkecambah artinya kemampuan benih untuk berkecambah

dalam kondisi lingkungan tertentu menjadi kurang

optimal.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan

penelitian ini, untuk melihat pengaruh lama perendaman

dengan pengikiran terhadap Viabilitas Benih Benatan

(Albizia splendens).

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilaksanakannya praktikum ini yaitu:

1. Untuk mengetahui bentuk perkecambahan benih

tanaman Benatan (Albizia splendens)..

2. Untuk mengetahui kecepatan dan daya tumbuh

kecambah benih Benatan (Albizia splendens).

3. Untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap

perkecambahan benih.

Kegunaan peraktikum ini yaitu :

1. Dapat mengetahui bentuk perkecambahan benih tanaman

Benatan (Albizia splendens)..

2. Dapat mengetahui kecepatan dan daya tumbuh

kecambah benih Benatan (Albizia splendens).

3. Dapat mengetahui pengaruh cahaya terhadap

perkecambahan benih.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Tanaman

1. Klasifikasi

Menurut Nielsen (1994) dalam Sabaruddin

(2013), klasifikasi benatan (Albizia splendens) adalah

sebagai berikut :

Kingdom:Plantae

Phylum:Anthophyta

Class:Magnoliopsida

Sub class :Rosidae

Ordo : Fabales

Famili :

Leguminosae

Subfamili : Mimossoidae

Genus : Albizia

Spesifik : Splendens

 

Botani : Albizia splendens

2. Morfologi

Kayu benatan merupakan tanaman yang bunganya

memiliki garis tengah 4 mm, berwarna hijau putih,

dengan benang sari yang menonjol dari tabung

mahkota, bungga terdapat di dalam susunan tangkai

bungga yang bercabang dengan daun majemuk. Pohon

ini memiliki tinggi mencapai 30-50 m dan diameter

128 cm. Daunnya majemuk dengan alternate, memiliki

stipula. Panjang buah sekitar 300 mm berwarna

coklat hitam, (Slik, 2006 dalam Sabaruddin, 2013).

3. Penyebaran

Penyebaran alami di Thailand, Peninsular,

Malaysia, Sumatra, kalimantan. Penyebaran yang

banyak di jumpai Kayu Benatan adalah Thailand,

Malaysia, Sumatra dan Borneo. Nama daerahnya di

Borneo yakni Girik, Kerek putih, Kangker, Nahaap,

Njerandung,Takorak (Hamrina, 2013).

4. Ekologi

Albizia splendens dapat di temukan di hutan tropis

dataran rendah dan hutan sekunder dengan elevasi

0-800 m dpl.

5. Status Silvikultur

a. Fenologi Tanaman

Tipe perkecamabahan benih tanaman benatan

termasuk tipe epigeal dengan kotiledon muncul

diatas permukaan media. Memiliki dua daun pertama

setelah berkecambah (UNEP- WCMC, 2007 dalam Uba,

2013).

b. Perbanyakan Tanaman Benatan

Salah satu perbanyakan yang dilakukan adalah

dengan perbanyakan tanaman secara generatif yaitu

dengan biji. Perbanyakan dengan biji lebih banyak

digunakan karena mudah dan dapat memberikan

hasil yang lebih baik. Perbanyakan dengan

menggunakan biji perlu diperhatikan faktor-faktor

yang mempengaruhi perkecambahan baik faktor

eksternal maupun faktor internal yang berpengaruh

terhadap viabilitas benih (Hamrina, 2011).

c. Manfaat Benatan

Kayu dari jenis ini dapat digunakan sebagai

bahan bangunan rumah termasuk furniture dan kapal

terutama untuk papan. Jenis ini termasuk pohon

penghasil kayu ekspor (UNEP- WCMC, 2007 dalam

Uba, 2013).

B. Perkecambahan Benih

Perkecambahan merupakan batas antara benih yang

masih tergantung pada sumber makanan dari induknya

dengan tanaman yang mampu berdiri sendiri dalam

mengambil hara. Kondisi perkecambahan dan rentang

toleransi untuk perkecambahan benih bervariasi

tergantung jenis dan berhubungan dengan lingkungan

dimana tanaman tersebut tumbuh. Jenis-jenis daerah

beriklim sedang dan tinggi dapat berkecambah pada suhu

rendah, sedangkan pada sebagian besar jenis tropis

dataran rendah memerlukan suhu 20 oC atau lebih untuk

berkecambah Schmidt (2000) dalam Winarni (2009).

Menurut Setiowati, (2007). Perkecambahn adalah

proses pertumbuhan embrio dan bagin-bagian biji lainnya

yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara normal

menjadi tumbuhan baru. Berdasarkan Undang-Undang

Republik Indonesia No.12 tahun 1992 tentang Sistem

Budidaya Pertanian Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 4

disebutkan bahwa benih tanaman yang selanjutnya disebut

benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan

untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman

(Lab. Pemuliaantanaman, 2013). Dengan demikian menurut

seorang teknologiwan perkecambahan adalah: muncul dan

berkembangnya struktur penting dari embryo serta

menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman

normal pada keadaan alam yang menguntungkan.

Lebih mengkhusus, benih dikatakan berkecambah

bila: 1/ calon plumula dan radikula sudah muncul dari

benih, 2/ sudah dapat dilihat atribut perkecambahannya,

yaitu plumula dan radikula (tanpa melihat normal atau

tidak), 3/ sudah dapat dilihat atribut

perkecambahannya, yaitu plumula dan radikula, keduanya

dalam keadaan normal (tanpa melihat lama waktu

perkecambahan), 4/ sudah dapat dilihat atribut

perkecambahannya, yaitu plumula dan radikula dan

keduanya tumbuh normal dalam jangka waktu tertentu

sesuai dengan ketentuan ISTA, 5/ persentase kecambah

normal minimal sama dengan ketentuan (seed law)

sertifikasi benih yang berlaku di suatu Negara dan

sesuai dengan kelas benih yang diuji.

Proses perkecambahan benih terjadi melalui 6

tahapan sebagai berikut:

1. Imbibisi.

Imbibisi merupakan proses awal perkecambahan,

yaitu masuknya air ke dalam benih sehingga kadar air

di dalam benih mencapai persentase tertentu (50-

60%). Proses perkecambahan dapat terjadi jika kulit

benih permeable terhadap air dan tersedia cukup air

dengan tekanan osmosis tertentu. Akibat terjadinya

proses imbibisi, kulit benih akan menjadi lunak dan

retak-retak. Peristiwa imbibisi ini merupakan proses

fisik, jadi tidak dipengaruhi oleh viabilitas benih.

2. Respirasi.

Bersamaan dengan proses imbibisi akan terjadi

peningkatan laju respirasi yang akan mengaktifkan

enzim-enzim dan hormone yang terdapat di dalam

benih. Pada benih yang telah berimbibisi terjadi

respirasi aktif melalui 3 lintasan yang berjalan

secara simultan.

3. Pengaktifan enzim-enzim dan hormon.

Pada benih kering, aktivitas metabolismenya

sangat rendah. Jika terjadi hidrasi (penyerapan air)

pada protein dari benih kering ini, akan menyebabkan

aktivitas biologi yang mengakibatakan perubahan

komposisi kimia pada semua bagian biji. Hormone

giberelin pda benih kering terdapat dalam bentuk

terikat dan tidak aktif, kemudian akan menjadi aktif

setelah benih mengimbibisi air. Hormone giberelin

ini akan mendorong pembentukan enzim-enzim

hidrolisis seperti: enzim α amylase, enzim protease,

enzim ribonuklease, enzim β glukonase, dan enzim

fosfatase. Enzim-enzim ini akan berdifusi ke

endosperm dan mengkatalisis cadangan makanan

menjadi: gula, asam amino, dan nukleosida yang

mendukung pertumbuhan embryo dalam perkecambahan

benih.

4. Katabolisme

Katabolisme dalah merupakan proses perombakan

cadangan makanan yang akan menghasilkan energy ATP

dan unsur hara. Cadangan makanan utama yang disimpan

pada biji berupa: pati, hemicellulose, lemak, dan

protein. Kesemua bahan-bahan ini terdapat pada

monocotyl (endosperm), dikotyl (cotyledon), dan pada

embryonic axis juga terdapat sedikit tetapi segera

habis pada permulaan perkecambahan biji. Kesemua

bahan-bahan ini tidak larut dalam air, berupa

senyawa koloid, merupakan senyawa kompleks

bermolekul besar, immobile (tidak bisa diangkut ke

tempat yang memerlukan → embryonic axis), oleh sebab

itu zat-zat ini tidak bisa diangkut dari sel ke sel

yanglain dan dipakai untuk pembentukan protoplasma

dan dinding sel, sampai zat tersebut diubah menjadi

zat /senyawa yang lebih sederhana, bermolekul kecil,

larut dalam air, dan dapat melakukan difusi. Dalam

proses ini diperlukan “enzim”.

5. Anabolisme / sintesis protein.

Ini merupakan tahap terakhir dalam penggunaan

makanan cadangan, dan merupakan suatu proses

pembangunan kembali. Pada proses ini protein yang

dirombak oleh enzim protease menjadi asam amino dan

diangkut ke titik-titik tumbuh disusun kembali

menjadi protein baru. Misalnya: protoplasma dan

organelles disusun dari protein. Zat makanan lain

seperti karbohidrat (cellulose) melalui protoplasma

dipergunakan untuk pembentukan dinding sel (cell

wall).

6. Emergence / berkecambah.

Karena pembesaran sel-sel yang sudah ada,

pembentukan sel-sel baru (karena pembelahan sel-

sel), differensiasi sel-sel, pada titik-titik tumbuh

(embryonic axis) sehingga terbentuk: plumule (bakal

batang dan daun) dan radikula (bakal akar) yang

terus bertambah besar. Karena terjadi proses

imbibisi, maka kulit biji akan menjadi lunak,

sehingga radikula dan plumula akan menembus kulit

biji (emergence). Pada umumnya radikula yang

terlebih dahulu muncul dibandingkan plumula.

(Teknologi Benih, 2005).

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkecambahan Benih.

1. Faktor internal

Faktor internal adalah segala pengaruh yang

berasal dari tanaman itu sendiri. Yang termasuk dalam

kelompok faktor internal yaitu gen dan hormon (Syafi’I

2014).

Berikut faktor-faktor internal yang mempengaruhi

perkecambahan biji yang di uraikan oleh Suena (2005).

a. Gen

Di dalam gen terkandung faktor pada

keturunannya dan berfungsi untuk mengoontrol

reaksi kimia di dalam sel, misalnya sintesis

protein yang merupakan bagian dasar penyusun tubuh

tumbuhan,dikendalikan oleh gen secara langsung.

b. Tingkat kemasakan benih

Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan

fisiologis tercapai tidak mempunyai viabilitas

yang tinggi.dikarenakan pada tingkat kemasakan

benih yang belum cukup,benih belum mempunyai

cadangan makanan yang cukup untuk metabolism

perkecambahan.

c. Hormon

Hormon merupakan zat yang berperan penting

dalam metabolism perkecambahan.hormon merupakan

stimultan dalam prose metabolism sehingga

keberadaan hormone yang mencukupi dalam biji dapat

memberikan kemampuan dinding sel untuk mengembang

sehingga sifatnya menjadi elastis. Elastisitas

dinding sel memungkinkan dinding sel bersifat

permeable sehingga mempermudah imbibisi dan

mempercepat perkecambahan.

d. Ukuran dan kekerasan biji

Di dalam biji terdapat cadangan makan yang

nantinya akan dirombak pada tahap metabolism

perkecambahan.semakin bear ukuran biji,diasumsikan

memiliki cadangan makanan yang lebih banyak

daripada biji yang kecil,sehingga Semakin besar

biji maka metabolism perkecambahan akan berjalan

dengan baik.

e. Dormansi

Dormansi adalah suatu keadaan pertumbuhan yang

tertunda atau keadaan istirahat. Setiap benih

tanaman memiliki masa dormansi yang berbedabeda.

dormansi ini mempengaruhi dari proses

perkecambahan,bila sifat dormansi benih tergolong

lama,maka perkecambahan akan semakin lambat.begitu

pula sebaliknya.

2. Faktor eksternal

Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkecambahan

benih adalah kelembaban media, cahaya, sifat fisik dan

kimia media, inhibitor serta faktor biotik lainnya

(Meyer,1982. dalam Sudrajad 2000). Dormansi sangat

dipengaruhi perubahan lingkungan sehingga memungkinkan

terjadi keragaman dari tahun ke tahun, di antara lot

benih dan di antara individu benih (Muller, 1993;

Kusumawardhani, 1997). Faktor lingkungan juga

berpengaruh terhadap perkembangan dan ketebalan kulit

benih seperti pada Chenapodium album (Gutterman, 1973),

A. moluccana (Murniati, 1995 dalam Sudrajad 2000) dan

Manilkara kauki (Sudrajat et al., 2008 dalam Sudrajad 2000).

Suena (2005). Menjelaskan beberapa faktor

ekstrenal yang mempengaruhi perkecambahan benih yaitu:

a. Air

Air berfungsi sebagai pelunak kulit bji,

melarutkan cadangan makanan, sarana transportasi

serta bersama hormon mengatur elurgansi

(pemanjangan) dan pengembangan sel, sehingga

kecukupan kadar air ketika proses perkecambahan

mutlak diperlukan.

b. Temperatur

Temperatur merupakan syarat penting yang kedua

bagi perkecambahan benih.temperatur optimum adalah

temperatur yang paling menguntungkan bagi

berlangungnya perkecambahan benih.pada kiaran ini

terdapat prosentae perkecambahan tertinggi.

temperatur optimum bagi kebanyakan benih yaitu 80o F

sampai 95o F (20,5 oC sampai 35 oC). Jika benih

dikecambahkan pada temperature yang di bawah

optimum atau diatas optimum maka akan terjadi

kegagalan berkecambah atau dapat merusaj biji

ehingga memunculkan kecambah abnormal.

c. Oksigen

Oksigen diperlukan biji untuk prose respirasi.

Proses respirasi akan meningkat disertai pula

dengan menigkatnya pengambilan oksigen dan

pelepasan karbon dioksida, air, dan energi yang

berupa panas. Terbatasnya oksigen akan menghambat

perkecambahan benih.

d. Media

Media yang baik untuk perkecambahan benih

adalah mempunyai sifat fisik yang baik, gembur,

mempunyai kemampuan menyimpan air, dan bebas dari

pengganggu terutama cendawan. Medium menentukan

pertumbuhan kecambah, pada medium yang keras akar

kecambah muda akan sulit menembus media dan

mengakibatkan pertumbuhan terganggu.

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 12 maret

2015, pada pukul 15.00 WITA sampai selesai yang

bertempat di Lab Kehutanan Jurusan Kehutanan, Fakultas

Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Universitas Hau Oleo

Kendari.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu

benih benatan (Albizia splendens) sebanyak 300 biji, bak

kecambah ukuran 30 x 25 cm, Koran, kertas label, air,

(tanah, pupuk kotoran kambing dan pasir dengan

perbandingan 2 : 1 : 1).

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu tank,

batu asa, ember, gembor, kamera dan alat tulis menulis.

C. Metode Praktikum

Metode peraktikum yang akan dilakukan adalah:

1. Persiapan Media

Media yang digunakan dalam proses perkecambahan

berupa tanah, pupuk kandang dan pasir dengan

perbandingan 2:1:1. Media diisi pada bak

pengecambahan benih 2/3 tinggi bak. Bak kecambah

yang digunakan berukuran 30 cm x 35 cm sebanyak 50

buah masing-masing mewakili satu unit percobaan.

2. Seleksi Benih

Benih di masukkan dalam air guna mengetahui

benih yang hampa dan benih yang utuh. Benih yang

tenggelam di dalam air adalah benih yang masih utuh

sedangkan benih yang terapung adalah benih yang

hampa.

3. Pelaksanaan Perkecambahan

a. Perlakuan Benih

Benih yang telah diseleksi, dikikir lalu

direndam dengan air selama 1 x 24 jam dan 2 x

24 jam dan untuk kontrol tidak diberikan

perlakuan.

b. Pengecambahan Benih

Benih yang telah diseleksi dan diberi

perlakuan yaitu perlakuan A0 sebagai control

(perendaman air biasa), untuk perlakuan A1

(pengikiran lalu direndam dengan air selama 1

x 24 jam) dan untuk perlakuan A2 (pengikiran

lalu direndam dengan air selama 2 x 24 jam)

dikecambahkan pada media semai dengan jumlah

benih yang dikecambahkan pada setiap perlakuan

berjumlah 50 benih.

c. Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan meliputi

penyiraman 2 kali sehari (pagi dan sore hari),

yang disesuaikan dengan kondisi media, serta

pengendalian hama dan penyakit dilakukan bila

ada gejala dengan hama dan penyakit yang

mengganggu.

D. Analisis Data

Potensi tumbuh maksimum (PTM) dihitung setiap hari

berdasarkan kemampuan benih berkecambah terhadap total

benih yang dikecambahkan. Pengamatan ini dihitung

dengan menggunakan rumus (Sadjat, 1994) sebagai

berikut:

PTM = ΣBenihBerkecambahΣBenihyangDikecambahkan x 100%

Keterangan :

PTM = Potensi Tumbuh Maksimum (%)

DAFTAR PUSTAKA

Lab Pemuliaan Tanaman, 2013. Struktur Benih Dan TipePerkecambahan.http://labpemuliaantanaman.staff.ub.ac.id/files/2013/03/MODUL-PRAKTIKUM-TPB-MATERI-1.pdf

Sabaruddin, 2013. Pengaruh Pemberian Pupuk Kotoran SapiTerhadap Pertumuhan tanaman Albizia splendens Miq dan Albiziasaponaria (Laur) Miq di Arboretum Jurusan Kehutanan UniversitasHalu oleo. Skripsi Fakultas Kehutanan UniversitasHalu Oleo. Kendari.

Setiowati T. dan Furqonita D., 2007. Biologi Interaktif UntukSMA/MA Kelas XII. Azka Press. Jakarta.

Sudrajad J. D., 2010. Dormansi Benih Tanaman Hutan (TinjauanMekanisme, Pengendali, Dan Teknik Pematahannya UntukMendukung Pengembangan Hutan Rakyat). Balai PenelitianTeknologi Perbenihan Bogor.

Suena W., 2005. Teknologi Benih. ProgramstudiAgroteknologi. Fakultas Udayana. Bali.

Syafi’i M., 2014. Faktor Internal Dan Eksternal YangMempengaruhi Proses Pertumbuhan Dan Perkembangan

Tumbuhan. Program Studi Agroteknologi. FakultasPertanian. Universitas Samawa (UNSA) SumbawaBesar.

Uba, S., 2013. Pengaruh Pemberian Kompos Pelepah pisangterhadap pertumbuhan bibit benatan (Albizia splendens Miq).Skripsi Fakultas Kehutanan Universitas Halu Oleo.Kendari.

Winarni B. T., 2009. Pengaruh Perlakuan Pendahuluan Dan Berat Benih Terhadap Perkecambahan Benih Kayu Afrika (Maesopsis Eminii Engl.). Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.