Upload
independent
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
0
Perbedaan Preferensi Resiko PelakuUKMKDebiturLKMKvsLKMSKotaPadang
Abstract
Meskipun banyak literatur membahas topik lembaga keuangan mikro (LKM) baiktipe konvensional (LKMK) maupun Islam (LKMS), namun masih jarang studi yangmembahas relasi peranan karakteristik debitur untuk memutuskan akses kepada salahsatu dari LKM ini. Studi ini mencoba menyoroti hal tersebut dengan mengambil dataprimer berupa sampel 30 debitur pada LKMK dan 29 debitur LKMS. Pada tahappertama, studi ini membentuk beberapa indeks untuk mengukur preferensi risiko danreligiusitas individu dengan menggunakan analisis komponen (Principal ComponentAnalysis). Pada tahap selanjutnya, untuk mengestimasi dampak karakteristik individuterhadap pilihan akses kepada LKM tertentu, baik itu LKMK maupun KLMS, modelregressi probit digunakan. Temuan studi ini menunjukkan bahwa debitur pada LKMSmemang relatif lebih religius. Selain itu, melalui penggunaan instrumen game padaeksperimen lapangan guna mengungkap preferensi resiko, ditemukan fakta yangmenarik. Debitur pada kedua LKM memiliki preferensi resiko yang sama, yaitusama-sama mencintai resiko (risk-lovers) namun debitur pada LKMS memiliki levelrisk-lovers yang yang relatif lebih rendah.
Kata kunci: lembaga keuangan mikro, preferensi, resiko, syari’ah,Klasifikasi JEL : G23, D11, P51
1
1. Latar Belakang
Meskipun lembaga keuangan mikro (selanjutnya dibaca LKM) telah berkembang
pesat di berbagai penjuru dunia sejak beberapa dekade terakhir, namun masih banyak
masyarakat yang belum memiliki akses terhadap produk/layanan institusi ini. Bauran
hambatan baik dari sisi demand dan supply menjelaskan fenomena ini. Dari sisi
supply, keberadaan dan penyebaran lokasi LKM yang masih belum merata
menyebabkan masyarakat calon nasabah potensial sulit menjangkau layanannya
menjadi salah satu alasan hambatan akses.
Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa jarak (geographical distance)
menjadi faktor penting yang melemahkan akses keuangan di beberapa negara (Seep
Network, 2006), termasuk di Amerika Serikat (Petersen dan Rajan, 2002). Ketika
mempertimbangkan transaksi antara dua agen -dalam kasus antara individu atau
kelompok individu sebagai konsumen dan lembaga keuangan mikro sebagai
produsen, pengaruh jarak diterjemahkan ke dalam biaya fisik yang harus dibayar
agen untuk dapat mewujudkan transaksi. Beberapa literatur menjelaskan mekanisme
transmisi jarak terhadap akses pada pasar kredit baik dari sisi produsen maupun
konsumen dalam beberapa cara.
Dari sisi lembaga keuangan mikro (produsen), pertama, ada biaya transaksi
langsung, yaitu biaya transportasi untuk memberikan layanan keuangan kepada
individu peminjam (konsumen). Dalam pasar keuangan yang kompetitif, biaya
ditanggung oleh peminjam dalam bentuk skrining yang lebih intens dan tingkat
bunga yang lebih tinggi. Implikasi kedua adalah peningkatan biaya monitoring:
apakah pemberi pinjaman perlu mengumpulkan informasi sebelum persetujuan
peminjam (adverse selection), atau memantau peminjam setelah pinjaman disetujui
(moral hazard), ketika berkunjung untuk memonitoring. Hal ini pada gilirannya
berarti pembatasan pinjaman lebih ketat dan pengenaan suku bunga yang lebih tinggi.
Sementara itu dari sisi demand peminjam sebagai konsumen, perilaku
opportunistik - yaitu memilih konsumsi daripada investasi - cendrung lebih mudah
timbul seiring semakin besar jarak dari lembaga keuangan mikro, karena
2
kemungkinan terdeteksi lebih rendah (Presbitero, 2011). Mengalihkan penggunaan
kredit uang dari tujuan yang telah disepakati akan meningkatkan kemungkinan
pemutusan hubungan kredit. Hasil ini sangat mahal bagi individu yang umumnya tak
memiliki rekening bank sebelum bergabung dengan program dan memiliki informasi
yang minim yang membuat evaluasi kelayakan kredit mereka sangat sulit.
Hal yang sama juga belaku di Indonesia. Meskipun relatif lebih berkembang dari
entitas bisnis keuangan mikro lainnya (misal asuransi mikro) namun level cakupan
layanan LKM belum optimal. Masih ada potensi besar untuk mengakses lebih banyak
klien. Di negara-negara Arab saja, kesenjangan cakupan diperkirakan sekitar 53 juta
(Malkawi et al., 2011). Hal ini disebabkan antara lain oleh perbedaan mendasar
dalam tipe klien yang mengambil pinjaman di Timur Tengah. Pada dasarnya, banyak
potensi klien Timur Tengah menerapkan hukum Syariah, yang secara khusus
mengklasifikasikan riba atas bunga, sebagaimana dilarang dalam transaksi ekonomi
(Obaidullah, 2008).
Oleh karena bunga merupakan komponen utama LKM, beberapa peneliti
berpendapat bahwa banyak orang Timur Tengah yang hidup dalam kemiskinan tidak
berpartisipasi dalam program kredit (Abdul-Rahman, 2007, Dusuki, 2008). Agaknya
cakupan dan jangkauan layanan LKM yang belum mencapai potensi penuh, akan
dapat secara signifikan lebih meluas di wilayah tersebut dengan hadirnya alternatif
LKM berbasis syari’ah (selanjutnya dibaca LKMS) (Dhumale dan Sapcanin 1999,
dan Obaidullah, 2008).
Dengan karakteristik khusus kontrak keuangan mikro syariah yang tidak
mengenakan biaya bunga pinjaman maka bisa dikatakan bahwa keuangan mikro
syariah diharapkan akan menarik bagi individu yang lebih religius. Konsumen yang
religius pada dasarnya menguntungkan kedua belah pihak, baik lembaga keuangan
mikro (syari’ah) sebagai produsen maupun (calon) peminjam sebagai konsumen.
Dari sisi lembaga keuangan mikro, dalam konteks model pinjaman berbasis
individual maupun grup, religiusitas (yang ditransformasikan dalam wujud perilaku
sesuai panduan agama) calon peminjam merupakan indikator penting yang dianggap
bisa menjadi proksi social collateral (menggantikan physical collateral) maupun
mereduksi potensi moral hazard calon peminjam (Berggren, 2014).
3
Faktanya, walaupun dengan populasi mayoritas muslim, namun akses warga
muslim Indonesia terhadap LKMS ini masih terbatas. Hal ini dapat dirujuk kepada
rasio jumlah LKM per populasi yang masih rendah. Secara teoritis, semua lembaga
keuangan, baik bank maupun keuangan mikro, baik konvensional maupun syariah
diidentifikasi inheren dengan individu yang cenderung menghindari risiko. Apakah
ini berarti bahwa kita juga harus mengharapkan tingkat akses masyarakat terhadap
kedua jenis institusi ini untuk menjadi serupa? Jelas, pinjaman Islam memiliki
struktur dan produk berbeda dan diatur oleh kontrak yang berbeda pula dari pinjaman
konvensional. Dalam kontrak keuangan mikro syariah, ketika melakukan kontrak
dengan peminjam, LKMS akan menanggung sebagian dari risiko, menyediakan
peminjam dengan kesempatan yang kurang berisiko secara keseluruhan.
Selain itu, akan ada motivasi yang berbeda untuk memilih akses kepada salah
satu model LKM atas yang lainnya. Misalnya debitur dapat memilih untuk akses
kepada LKMK daripada kepada LKMS karena alasan kemudahan aksesibilitas atau
kebutuhan atas produk yang spesifik. Jika kedekatan cabang bank terdekat atau
kesesuaian produk adalah alasan utama untuk memilih satu jenis kredit atas yang lain,
kita tidak perlu berharap bahwa tingkat akses layanan produk pada kedua jenis LKM
secara sistematis akan berbeda.
Pertanyaannya adalah diantara berbagai determinan, maka faktor manakah yang
lebih dominan menjadi kendala akses terhadap institusi ini ?. Jika kendala jarak yang
menjadi faktor utama maka tentu faktor religiusitas dan preferensi resiko tidak akan
bisa memberikan informasi variasi terhadap akses. Sementara itu, jika faktor
religiusitas dan preferensi resiko yang menjadi kendala utama maka tentu dimanapun
BMT berlokasi, semua muslim yang cenderung risk-averse akan memilki akses yang
sama terhadapnya. Paper ini mencoba mengkomparasikan faktor karakteristik
individu pelaku UKMK yang lebih dominan dalam menentukan akses sebagai debitur
kepada LKM(S) .
2. Tinjauan Literatur
Bagian ini akan membahas tentang beberapa teori mengenai karakteristik khas
dari LKM terutama LKMS yang membedakannya dengan LKMK. Selain tiu juga
dilanjutkan dengan pembahasan mengenai karakteristik milik individu yang dominan
4
menentukan keputusannya untuk akses, terutama preferensi resiko.
2.1. LKM Syari’ah
Keuangan mikro syariah dapat dipahami dalam konteks sikap agama Islam
terhadap distribusi kekayaan, etika, dan keadilan sosial dan ekonomi (Dhumale dan
Sapcanin, 1999). Bertentangan dengan keuangan mikro konvensional, keuangan
syari’ah dipandu oleh tujuan syari’ah (maqashiddul syar’iyyah) yaitu untuk
meyakinkan bahwa kekayaan beredar kepada sebanyak mungkin orang, memastikan
bahwa pertumbuhan dan pemerataan mempromosikan keadilan dan kesejahteraan
sosial (Dusuki, 2008).
Ada empat prinsip utama yang menjadi panduan dalam metode pembiayaan
syariah, dan kemudian memainkan peran penting dalam keuangan mikro syariah.
Yang pertama dari prinsip-prinsip ini adalah larangan riba dalam transaksi ekonomi.
Beberapa bagian penting dalam Al-Qur'an berkaitan dengan regulasi keuangan, dan
khusus untuk riba. Penafsiran riba telah diperebutkan dalam praktek, dengan
beberapa mengidentifikasi sebagai tarif eksploitatif atau berlebihan bunga, dan
lain-lain mendasarkan definisi tentang konsep bunga secara keseluruhan (Abdul
Rahman, 2007).
Selain melarang riba, prinsip berikutnya adalah ide pembagian risiko antara
pemberi pinjaman dan peminjam. Ide ini mempromosikan laba rugi pembagian antara
dua pihak selama periode waktu yang positif dan negatif (El-Komi dan Croson, 2011).
Ketika LKM menjadi partner pemilik bisnis, itu berarti bahwa baik peminjam dan
pemberi pinjaman memiliki minat yang kuat dalam keberhasilan proyek (IFAD,
2012). Akhirnya, prinsip keempat hukum Islam menetapkan bahwa uang hanya dapat
dimanfaatkan sebagai alat tukar, dan tidak dapat digunakan sebagai investasi terhadap
kegiatan yang tidak produktif.
Pada intinya, LKM Syari’ah mengandalkan persaudaraan spiritual dan ide saling
membantu untuk mendorong anggota untuk membayar kembali pinjaman mereka,
atau mendorong orang lain untuk membantu rekan-rekan mereka dalam membayar
pinjaman mereka (Ahmed, 2002). LKM Syari’ah juga menegaskan jargon kepada
nasabah pembiayaannya bahwa tidak membayar utang dianggap berdosa menurut
5
Islam, yang akan memotivasi peminjam untuk membayar pinjaman mereka (Ahmed,
2002).
Berdasarkan mekanisme pemberian sanksi atas nasabah “nakal” bervariasi antara
pembiayaan syariah dan konvensional, nasabah yang bertipe risk-lovers cenderung
untuk tertarik kepada model pembiayaan syariah. Selain itu, doktrin ini juga
menciptakan kesempatan munculnya potensi moral hazard nasabah yang bertipe
risk-lovers. Kemungkinan lain mengapa nasabah yang bertipe risk-lovers
menggunakan jasa keuangan mikro syariah mungkin dikarenakan tersedianya
peluang untuk menegosiasikan permohonan jenis pinjaman yang diajukan.
2.2. Preferensi Risiko
Di negara-negara berkembang, risiko tersebar luas terutama karena potensi
untuk sering mengalami guncangan tak terduga, dan sekaligus ketidakmampuan
masyarakat miskin untuk memberikan asuransi terhadap guncangan ini (Banerjee dan
Duflo, 2007). Risiko dan ketidakpastian memainkan peran penting dalam hampir
setiap keputusan ekonomi yang penting. Karena setiap orang berbeda dalam cara
mereka mengambil keputusan yang melibatkan risiko dan ketidakpastian dan karena
perbedaan-perbedaan ini sering digambarkan sebagai perbedaan sikap terhadap risiko,
maka memahami preferensi risiko individu merupakan prasyarat untuk memahami
perilaku ekonomi.
Para ekonom secara tradisional menggunakan Expected Utility Theory (EUT)
untuk menganalisis tindakan individu ketika mereka dihadapkan dengan keputusan
dalam ketidakpastian (Leiberman, 2011). Dengan penggunaan probabilitas, EUT
berasal dari variasi utilitas individu sebagai konsekuensi preferensi risiko yang
berbeda pula (Leiberman, 2011). Neumann dan Morgenstern (1953) berpendapat
bahwa dengan EUT, pengambil keputusan yang rasional akan memilih hasil yang
menawarkan utilitas tertinggi.
Dalam konteks kredit mikro, Stiglitz (1990) memperkenalkan model ex ante
moral hazard dalam keuangan mikro. Model Stiglitz mengungkapkan bahwa
mentransfer risiko akan meningkatkan kesejahteraan peminjam secara keseluruhan
yang tergabung di dalam grup. Vereshchagina et al. (2009) lebih lanjut mempelajari
6
ide ini dengan menjelajahi risiko dalam konteks pengusaha. Para peneliti
mengembangkan teori risiko kewirausahaan sebagai variabel endogen untuk
mengamati preferensi risiko pengusaha. Dalam studi mereka, peneliti menemukan
bahwa pengusaha miskin memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengejar
proyek-proyek yang relatif berisiko. Beberapa penelitian lain mendukung pernyataan
ini, mendalilkan bahwa pengusaha mewujudkan seperangkat preferensi yang
mendorong mereka untuk terlibat dalam perilaku berisiko.
Demikian pula, Cressy (2000) dan Polkovnichenko (2003) menunjukkan bahwa
pengusaha mungkin kurang menolak risiko karena mereka relatif lebih memiliki
modal human capital atau karena mereka kaya. Sementara asumsi ini mungkin
berlaku untuk pengusaha, itu tidak mewakili peminjam keuangan mikro di negara
berkembang. Dalam penelitian terkait, Pearlman (2012) penawaran khusus dengan
risiko dan seleksi keuangan mikro. Dengan menguraikan model yang melibatkan
tingkat risiko proyek dan kemampuan rumah tangga untuk mengelola risiko, penulis
menentukan bahwa risiko signifikan dalam menentukan partisipasi keuangan mikro
secara keseluruhan. Di sini, Pearlman (2011) menyatakan keterkaitan tingkat
penetrasi keuangan mikro yang rendah dengan kerentanan (vulnerability) klien, atau
kesulitan menyesuaikan pola konsumsi mereka ketika menghadapi guncangan
pendapatan negatif dari waktu ke waktu.
3. Metodologi Penelitian
Untuk mengeksplorasi masalah ini, kami mengungkapkan preferensi resiko dan
religiusitas responden melalui kuisioner dalam sebuah survei. Survei dilakukan untuk
memperoleh data terkait identitas, kondisi sosial-ekonomi dan status pembiayaan
serta relasi antara debitur-LKM, baik pada LKMK maupun LKMS. Hasil survey
nasabah LKMK dan LKMS itu akan digunakan dalam analisis komparasi terhadap
kecendrungan masing-masing debitur dalam kontek preferensi resiko dan religiusitas.
3.1. Data dan Variabel
7
Dataset utama untuk analisis adalah data primer yang terdiri dari masing-masing
terdiri dari 30 (tiga puluh) orang debitur pada kedua LKM sehingga total ada 60
(enam puluh) responden. Selain itu, untuk melihat efek gender maka peserta
perempuan juga dilibatkan sebagai sampel.
Sebagai variabel utama dalam penelitian maka defenisi dan pengukuran kedua
variabel ini; preferensi resiko dan religiusitas, harus ditetapkan secara benar. Untuk
itu, dalam penelitian ini tools yang digunakan merujuk kepada set pertanyaan dalam
kuisioner survei IFLS (Indonesian Family Live Survey)1 dan set penelitian
eskperimental terkait perilaku dan sikap individu terkait aspek finansial2 yang sudah
menjadi standar rujukan dalam berbagai riset terkait perilaku individu/rumah tangga.
Dua isu utama terkait riset sikap dan perilaku individu dalam aspek finansial ini
adalah preferensi resiko (risk-preference) dan preferensi resiko (time-preference).
3.2. Pengukuran Preferensi Risiko
Preferensi resiko sebagai variabel yang digunakan dalam riset ini berada dalam
konteks komparasi superlatif. Dengan kata lain, preferensi resiko diukur dari level
kecintaan individu terhadap resiko financial. Rasional dibalik penggunaan variabel
ini adalah kecendrungan umum terjadinya homogenitas nasabah pelaku usaha
terhadap resiko. Para pengusaha (entrepreneur) dianggap cenderung lebih menyukai
resiko (risk-lovers). Oleh karenanya, penelitian ini mencoba mengestimasi level
kecintaan terhadap resiko itu sendiri (level risk-lovers). Dengan kata lain,
pengungkapan preferensi resiko dalam riset ini tidak dilakukan dengan pengukuran
secara kontradiktif dari dua titik ekstrem; benci (averse) atau suka (lovers) terhadap
resiko.
Untuk mengukur level risk-lovers ini maka digunakan tools eksperimen lapangan
1 IFLS merupakan survei longitudinal yang dilakukan oleh RAND corporation, sebuah lembaga thinktank Amerika Serikat yang bekerjasama dengan beberapa lembaga penelitian di Indonesia. Survei initelah dilakukan empat gelombang (wave) sejak 1997, 2000, 2003 dan 2007. Saat ini RAND sedangmenggelar surevi IFLS wave V. Informasi lebih detail tentang RAND, IFLS dan modul yangdigunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada http://www.rand.org/labor/FLS/IFLS.html2 Riset ekpserimental terkait sikap dan perilaku individu terkait aspek finansial umumnya mencakupbeberapa perilaku dalam posisinya sebagai konsumen dari berbagai jenis lembaga keuangan. Hal inidiantaranya mencakup studi tentang analisis perbedaan ketaatan pembayaran cicilan dan hutangnasabah pembiayaan antara model pembiayaan perorangan versus pembiayaan kelompok, ketika tidaktersedia alternatif sumber pembiayaan versus tidak tersedia dan sebagainya.
8
dengan menggunakan simulasi game terkait 6 nomor pilihan kondisi beresiko3
tertentu (dalam level positif). Untuk kepentingan rsiet ini, level risk-lover
dikategorikan ke dalam 2 type, low dan high. Individu dikatakan memiliki level
risk-lover yang low, jika dalam single game (1 kali putaran) yang dimainkan,
pilihannnya jatuh pada nomor dalam rentang 2-4 dan memiliki level risk-lover yang
high, jika pilihannya jatuh pada nomor dalam rentang 5-6. Semakin tinggi nomor
pilihan individu, maka bisa disimpulkan bahwa semakin besar derajat kecintaan
individu terhadap resiko. Kemudian dilanjutkan dengan memberikan kode binary,
jika terkategori low diberikan kode 0 dan jika high diberikan kode 1.
3.3. Religiusitas Muslim
Untuk mengukur tingkat religiusitas, digunakan pertanyaan terkait praktek
ibadah individu dalam data karakteristik individu/rumah tangga. Dalam kuisioner
karakteristik individu/rumah tangga pada IFLS4, pada buku 3A seksi TR, individu
(muslim) diminta menjawab pertanyaan TR13 tentang berapa kali mereka berdoa
(shalat) setiap hari. Sebuah penelitian dalam tema yang berbeda namun dalam
konteks dan variabel yang sama (Gaduh, 2012) menggunakan data ini untuk
memvalidasi penilaian diri religiusitas dari responden nasabah pembiayaan4.
Selain itu, kuisioner juga diperkaya dengan menambahkan beberapa pertanyaan
terkait praktek keagamaan lain, seperti kebiasaan bersedekah dan membaca
Al-Qur’an dalam seminggu terakhir. Penekanan pada kebiasaan ini divariasikan oleh
pengulangan kejadian yang diwakili oleh pertanyaan berapa kali bersedekah dan
membca Al-Qur’an dalam seminggu terakhir. Bukan menggunakan variasi secara
kuantitas, seperti berapa besar jumlah sedekah dan banyak halaman bacaan
Al-Qur’an. Jadi, disimpulkan bahwa semakin sering individu bersedekah dan
membaca Al-Qur’an dalam seminggu terakhir, maka individu tadi dianggap relatif
lebih religius.
Selanjutnya, pengukuran level religiusitas dilakukan dengan dua cara. Pertama,
3 Hal ini dapat dilihat pada lampiran4 Informasi lebih detail tentang test yang digunakan untuk menguji konsistensi status religiusitasinidividu muslim dengan praktek ibadah keseharian, dapat dilihat pada paper Arya Gaduh (2012),Religion, Social Interaction and Cooperative Attitude : Evidence from Indonesia.
9
menggabungkan ketiga komponen kegiatan ibadah tadi menggunakan metode PCA
(Principal Component Analysis). Dari metode ini dihasilkan satu konstruk dan
parameter level religiusitas setiap individu. Kedua, menggunakan ketiga komponen
tadi secara terpisah. Dalam hal ini juga disimpulkan bahwa semakin besar skor PCA
religiusitas individu maka individu tadi dianggap relatif lebih religius.
Adapun karakteristik individu responden secara lengkap dapat dilihat pada tabel
1 di bawah ini.
Tabel 1. Deskripsi Karakteristik Responden Debitur LKM
Sumber : Data survey diolah
3.3. Metode Estimasi
Untuk mengestimasi determinan akses kepada pembiayaan baik pada LKMS
Variable Obs Mean Std. Dev. Min Max
Karakteristik ART
Sex (1=pr, 0=lk) 59 .6440678 .4829047 0 1
Umur 59 44.32203 9.782886 28 67
Jumlah_ART 59 4.59322 2.393372 1 16
Status_RT (1=KRT, 0=IRT) 59 .3559322 .4829047 0 1
pca_rel 59 6.631419 3.206021 1.72 18.32
Baca_Al-Qur’an 59 2.338983 2.418393 0 7
Risk_lover (1=Ya, 0=Tidak) 42 .6428571 .4849656 0 1
Konsistensi (1=Ya, 0=Tidak) 59 .8305085 .378406 0 1
Karakteristik Usaha
Lama_usaha 59 12.47458 10.52478 1 46
Peng_usaha (1=Ada, 0=tidak) 59 .8965517 .3072033 0 1
Omset_usaha 59 11.35424 10.87641 0 45
Karakteristik LKM
lkm (1=lkm, 0=lkms) 59 .5084746 .5042195 0 1
Jarak 59 3.296102 3.902471 .005 15
Diantar (1=Ya, 0=tidak) 59 .5932203 .4954498 0 1
Temu (1=Ya, 0=tidak) 59 .2542373 .4391693 0 1
Pemb_lain (1=Ya, 0=tidak) 59 .2881356 .4567821 0 1
10
maupun LKMK dari berbagai kondisi sosial-ekonomi responden, digunakan dua
analisis, yaitu analisis deskripsi dan multivariate. Analisis deskripsi dilakukan dengan
menampilkan fakta rerata karakteristik pribadi, usaha dan relasi dengan LKM dari
individu dari kedua tipe LKM. Analisis deskripsi ini memberikan gambaran awal
tentang kesamaan dan perbedaan dari nasabah pada kedua tipe LKM tadi dari
kesemua sisi karakteristik yang disampaikan tadi.
Selanjutnya analisis multivariate yang dilakukan dengan menggunakan model
ekonometrik akan menentukan apakah kesamaan maupun perbedaan tadi, berarti
(signifikan) secara statistik. Model ekonometrik yang digunakan berupa estimasi
probabilitas linear (probit regression). Dalam fungsi probabilitas linear, variabel
dependen adalah variabel biner yang mengambil nilai nol atau satu. Model yang
dimaksud dapat dilihat dari persamaan berikut di bawah ini.
ihllihiii LHXP
Di mana Variabel iX adalah vector dari karakteristik pribadi dan anggota
rumah tangga (ART) individu i , yang selain mengungkap variabel utama preferensi
resiko dan status religiusitas juga mencakup umur, gender (sex), jumlah ART dan
status dalam RT. Sementara itu hiH adalah vector dari karakteristik usaha milik
individu i yang meliputi lama usaha, omzet usaha, pengalaman usaha sebelumnya
dan sektor usaha. Sementara itu liL adalah vektor dari karakteristik LKM yang
menjadi sumber pembiayaan individu i dan relasi individu i yang meliputi berapa
lama mendapat pembiayaan dan jarak rumah ke LKM(S), cara pembayaran angsuran,
pertemuan rutin dan status pembiayaan dari LKM lain saat ini.
4. Hasil dan Pembahasan
Bagian ini akan memaparkan hasil deskripsi data dan analisis estimasi yang
dilakukan dengan analisis multivariate. Analisis multivariae dilakukan dengan
menggunakan model ekonometrik yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya.
11
4.1. Analisis Deskripsi Karakteristik Responden
Tabel 1 di bawah ini memberikan keterangan tentang karakteristik pribadi
responden pelaku UKMKsebagai nasabah pembiayaan pada masing-masing jenis
LKM.
Grafik 1. Karakteristik Individu Responden pada LKM
Sumber : Data survey diolah
Berdasarkan data survey yang diperoleh, terlihat bahwa dari sisi umur, rerata
nasabah pembiayaan pada LKMS relatif lebih berumur daripada nasabah pembiayaan
pada LKMK. Rerata pelaku UKMK nasabah LKMS berusia 45,7 tahun sedangkan
nasabah LKMK secara rerata berusia 42,86 tahun. Sementara itu, fakta dari sisi
variabel utama yang menjadi perhatian utama riset ini, yaitu preferensi resiko dan
religiusitas, berkesesuaian dengan hipotesa awal.
Skor dari kedua variabel yang dimaksud pada tabel di atas mengungkapkan
bahwa memang pelaku UKMK nasabah LKMS cenderung lebih menghindari resiko
dan juga cenderung lebih religius. Sebaliknya nasabah LKMK relatif lebih risk-lovers
dan memiliki level religiusitas yang lebih rendah. Satu hal yang sebenarnya cukup
mengejutkan dari pembacaan data secara sekilas pada variabel time-preference adalah
ternyata pelaku UKMK nasabah LKMS relatif lebih suka mendiscount waktu
(time-disc) dibandingkan pelaku UKMK nasabah LKMK.
12
Bisa jadi ada 2 (dua) perspektif penjelasan dari hal ini, Pertama, dari perspektif
negatif, memang nasabah LKMS relatif lebih tidak sabaran dan tidak konsisten dari
aspek finansial. Kedua, dari perspektif positif, bisa jadi juga pelaku UKMK nasabah
LKMS relatif lebih memahami konsep nilai waktu dari uang (time value of money).
Selanjutnya, tabel 2 di bawah ini memberikan keterangan tentang karakteristik
usaha responden pelaku UKMK sebagai nasabah pembiayaan dan relasinya dengan
masing-masing jenis LKM.
Grafik 2. Karakteristik Usaha dan Relasi Responden-LKM
Sumber : Data survey diolah
Berdasarkan data survey yang diperoleh, terlihat bahwa dari aspek usaha
responden pelaku UKMK baik dari sisi jumlah tenaga kerja, pengelola dan omset
bulanan, nasabah LKM relatif lebih baik daripada nasabah pembiayaan pada LKMS.
Rerata nasabah LKM mengelola usaha dengan KRT (Kepala Rumah Tangga) sebagai
pengelola utama, mempekerjakan tenaga lebih banyak dan omset yang lebih besar.
Sementara itu, fakta dari sisi jarak tempat tinggal dengan kantor LKM
memperlihatkan bahwa rerata nasabah LKM dalam hal ini relatif lebih jauh. Di sisi
lain, ternyata pada sisi relasi dengan LKM, walaupun nasabah LKMS relatif lebih
memiliki alternatif pembiayaan pada lembaga keuangan lain dibandingkan nasabah
LKM, namun mereka masih rutin mengikuti pertemuan dengan pengelola LKMS.
4.2. Analisis Multivariate
13
Tabel 2 pada lampiran 2 mendeskripsikan temuan estimasi ekonometrik dari
penelitian ini. Di sini ada 5 model regressi yang diuji. Model 1, menguji status
preferensi resiko dan religiusitas individu responden terhadap probabilitas pilihan
type LKM.
Hasil olahan regressi probit menunjukkan bahwa relasi pilihan menjadi nasabah
LKM konvensional (LKMK) dengan level kecintaan terhadap resiko menunjukkan
pola yang sesuai dengan hipotesa. Relasi searah (positif) kedua variabel dan
signifikansinya mengungkapkan fakta bahwa nasabah pembiayaan pada LKMK
relatif lebih mencintai resiko daripada nasabah pembiayaan pada LKM syari’ah
(LKMS). Dengan kata lain, konsep yang mendasari praktek lembaga keuangan
syari’ah, pada umumnya bertujuan pasti, bukan spekulasi5.
Gambar 1. Margin Probabilitas Relasi Umur-Preferensi Resiko
0.2
.4.6
.81
Pr(R
isk_
Love
r_Le
v)
25 30 35 40 45 50 55 60 65 70umur
Predictive Margins with 95% CIs
Sumber : Data survey diolah
Sementara itu, juga terungkap fakta bahwa walaupun relasi status religiusitas
dengan akses memiliki tanda - (negatif), sesuai hipotesis. Model 1 pada tabel 2
lampiran 2 memperlihatkan relasinya tidak signifikan. Namun pada model 2, 3, 4 dan
5 Dalam literatur keuangan syari’ah ditekankan bahwa dasar dari semua transaksi keuangan adalahemenghindari riba, gharar (ketidakjelasan) dan maisir (judi/spekulasi).
14
5, setelah masuknya 2 variabel lain, yaitu umur dan gender (sex), ke dalam model
relasi religiusitas dengan lkm menjadi signifikan dengan arah yang sama pada model
1. Hal ini menjadi fakta menarik pertama untuk dipertanyakan. Ditengarai status ke
dua variabel utama, yaitu preferensi resiko atau religiusitas itu sendiri, juga berelasi
dan ditentukan levelnya oleh karakteristik individu pelaku UKMK itu sendiri.
Dari pembacaan pada model 2 sampai model 5, ternyata variabel umur paling
berelasi dengan kecintaan terhadap resiko (risk_lover_lev) ini. Mengejutkan, temuan
penelitian ini mengungkap hal yang berbeda dengan dugaan awal. Gambar 1 di
bawah ini menunjukkan bahwa kecintaan terhadap resiko pelaku UKMK
berkecendrungan akan semakin meningkat seiring bertambahnya usia (umur).
Sehingga pada gilirannya, semakin bertambah umur akan berujung kepada pilihan
untuk menjadi nasabah LKMK, bukan LKMS. Memang ketika kedua variable ini
diinteraksikan, maka relasi variabel baru hasil interaksi tadi dengan akses kepada
LKMK menunjukkan arah yang positif walaupun tidak signifikan pada derajat 10 %
sekalipun.
4.3. Robustness Test
Selanjutnya untuk menguji keajekan (robustness-test) model, maka berbagai
variabel lain di masukkan ke dalam model sebagai kontrol. Jika dengan kehadiran
variabel lain di dalam model tidak akan merubah arah dan siginfikansi pola relasi
riabel utama sebagaimana pada model sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa
pola relasi itu ajek (robust). Pada ketiga model ini, relasi status religiusitas dan
kecintaan terhadap resiko dengan pilihan type LKM, memiliki tanda (arah) yang
sesuai dengan model 1 sebelumnya.
Namun sebagai catatan menarik, pola relasi antara status religiusitas dengan
akses pembiayaan kepada LKMK, mengalami peningkatan signifikansi. Hal ini
terlihat mulai dari model 2. Dari model 1 yang sebelumnya tidak signifikan menjadi
signifikan pada model 2 dan seterusnya (pada derajat 10 % dan meningkat menjadi 5
%). Demikian juga halnya dengan magnitude koefisiennya, yang dari model 1 samapi
denga model 5, juga semakin meningkat. Rasional di balik fakta menarik ini perlu
diungkapkan lebih jauh dengan melakukan berbagai uji.
15
4.3.1. Peranan Umur dan Gender
Pada gambar 2 di bawah, relasi antara variabel utama--status religiusitas dan
kecintaan terhadap resiko dengan pilihan type LKM--- akan diuji (dikontrol) dengan
membagi data berdasarkan umur dan gender pelaku UKMK. Kotak pertama, yang
terletak di sebelah kiri atas dalam gambar, memperlihatkan peranan kontrol variabel
umur sebelum diinterkasikan dengan variabel gender. Terlihat bahwa relasi variabel
utama semakin meningkat seiring pertambahan umur. Dengan kata lain, probabilita
(kemungkinan) antara kecintaan terhadap resiko dengan pilihan menjadi nasabah
LKMK ternyata semakin bertambah seiring pertambahan umur seorang pelaku
UKMK.
Gambar 2. Margin Probabilitas Relasi antar Variabel Utamadengan Kontrol Umur dan Gender
Sumber : Data survey diolah
0.5
1P
r(Lkm
)
25 30 35 40 45 50 55 60 65 70umur
Predictive Margins with 95% CIs
0.5
1P
r(Lk
m)
25 30 35 40 45 50 55 60 65 70umur
sex=0 sex=1
Predictive Margins of sex with 95% CIs
-.20
.2.4
Effe
cts
on P
r(Lkm
)
25 30 35 40 45 50 55 60 65 70umur
Average Marginal Effects of 1.sex with 95% CIs
16
Kotak kedua, yang terletak di sebelah kanan atas dalam gambar, kemudian
mencoba melihat peranan gender dalam relasi-relasi ini. Ternyata tidak ada perbedaan
signifikan dalam relasi antara variabel utama tadi berdasarkan gender. Baik individu
laki-laki ataupun perempuan memiliki kecendrungan yang sama dalam relasi-relasi
tadi. Hal ini dipetergas dari gambar pada kotak ketiga, yang terletak di tengah bawah
dalam gambar. Kotak ketiga yang merupakan margin differensial gender,
memperlihatkan pola yang cenderung horizontal.
Secara rata-rata pertambahan umur pada gender tidak memperlihatkan
peningkatan magnitude koefisien probabilita pilihan menjadi nasabah LKMK secara
signifikan. Pada lampiran 2 tabel A, terlihat bahwa peningkatan probabilita pilihan
menjadi nasabah LKMK dari pelau UKMK hanya rata-rata sebesar 0.005 point untuk
setiap tambahan (margin) 5 tahun umur atau 0.0001 point untuk setiap tambahan
(margin) 1 tahun umur pada gender yang berbeda (jenis kelamin wanita sebagai
benchmark=1).
Pada umur 25 tahun, koefisien probabilita sebesar 0.077 menjadi hanya sebesar
0.096 pada umur 45 tahun. Analog dengan konsep elastisitas, relasi ini tergolong
inelastis, dengan koefisien kurang dari 1. Di mana setiap pertambahan 100 % unit (1
tahun) umur pada gender yang berbeda hanya akan meningkatkan probabilita
menjadi nasabah LKMK sebesar 10 % saja.
4.3.2. Peranan Lama Usaha dan Gender
Pada gambar 3 di bawah, relasi antara variabel utama--status religiusitas dan
kecintaan terhadap resiko dengan pilihan tipe LKM--- akan diuji (dikontrol) dengan
membagi data berdasarkan umur dan gender individu. Kotak pertama, yang terletak
di sebelah kiri atas dalam gambar, memperlihatkan peranan kontrol variabel lama
usaha (lama_ush) sebelum diinteraksikan dengan variabel gender. Terlihat bahwa
relasi variabel utama semakin meningkat seiring pertambahan umur. Dengan kata lain,
relasi probabilita (kemungkinan) antara kecintaan terhadap resiko dengan pilihan
menjadi nasabah LKM ternyata semakin bertambah seiring pertambahan pengelolaan
usaha seorang individu pelaku UKMK.
Kotak kedua, yang terletak di sebelah kanan atas dalam gambar, kemudian
17
mencoba melihat peranan gender dalam relasi-relasi ini. Ternyata tidak ada perbedaan
signifikan dalam relasi antara variabel utama tadi berdasarkan gender. Baik individu
laki-laki ataupun perempuan memiliki kecendrungan yang sama dalam relasi-relasi
tadi. Hal ini dipetergas dari gambar pada kotak ketiga, yang terletak di tengah bawah
dalam gambar.
Gambar 3. Margin Probabilitas Relasi antar Variabel Utamadengan Kontrol Lama Usaha dan Gender
Sumber : Data survey diolah
Kotak ketiga yang merupakan margin differensial gender, cenderung
memperlihatkan pola huruf U invers (huruf U terbalik). Pertambahan lama
.2.4
.6.8
11.
2P
r(Lk
m)
1 6 11 16 21 26 31 36 41 46lama_ush
Predictive Margins with 95% CIs
0.5
1P
r(Lk
m)
1 6 11 16 21 26 31 36 41 46lama_ush
sex=0 sex=1
Predictive Margins of sex with 95% CIs
-.1
0.1
.2.3
.4E
ffect
s o
n P
r(Lk
m)
1 6 11 16 21 26 31 36 41 46lama_ush
Average Marginal Effects of 1.sex with 95% CIs
18
pengelolaan usaha dalam tahun pada gender yang berbeda memperlihatkan
peningkatan magnitude koefisien probabilita pilihan menjadi nasabah LKMK pada
satu titik tahun dan kemudian menurun lagi setelah tahun berikutnya secara
signifikan.
Pada lampiran 2 tabel B, terlihat bahwa peningkatan probabilita pilihan menjadi
nasabah LKMK rata-rata sebesar 0.01 point untuk setiap tambahan (margin) 5 tahun
lama pengelolaan usaha atau 0.001 point untuk setiap tambahan (margin) 1 tahun
lama pengelolaan usaha pada gender yang berbeda sampai mencapai tahun ke 11 dan
pada tahun ke 12 dan selanjutnya kemudian menurun menjadi rata-rata sebesar
-0.012 point untuk setiap tambahan (margin) 5 tahun atau -0.0012 point untuk setiap
tambahan (margin) 1 tahun .
Pada lama pengelolaan usaha selama 10 tahun pertama, koefisien probabilita
pilihan LKMK meningkat dari sebesar 0.144 menjadi sebesar 0.164 atau naik sebesar
6.76 % atau sebesar 0.67 % (mendekati 1 %) setiap tahun. Analog dengan konsep
elastisitas, relasi ini tergolong mendekati unitary elastis, dengan koefisien mendekati
1. Di mana setiap pertambahan 100 % unit (1 tahun) umur pada gender yang berbeda
juga akan meningkatkan probabilita menjadi nasabah LKMK sebesar 67 % atau
mendekati 100 % juga.
5. Kesimpulan
Hasil estimasi probabilitas linier menunjukkan beberapa kesimpulan: yang
pertama adalah bahwa pelaku UKMK yang relatif memiliki level mencintai resiko
lebih tinggi, memiliki probabilitas yang lebih besar untuk mengambil pinjaman pada
LKMK. Hasil ini sesuai dengan hipotesis nol bahwa ada perbedaan dalam tingkat
preferensi risiko antara peminjam Islam dan konvensional. Hipotesis ini berasal dari
gagasan bahwa risiko dibagi (ditanggung bersama) antara pelaku UKMK dan LKM
dalam kontrak bagi hasil syariah. Karena risiko dibagi dalam situasi ini, peminjam
akan menanggung risiko yang lebih sedikit dalam pengelolaan usaha mereka.
Pelaku UKMK yang relatif lebih religius cenderung untuk mengambil pinjaman
pada LKMS. Hasil ini tidak terlalu mengejutkan, karena pembenaran utama untuk
proliferasi keuangan mikro syariah adalah untuk menyediakan sebuah metode
19
pembiayaan untuk individu agama tanpa pengisian suku bunga. Seiring dengan ide
ini, hasil penelitian secara intuitif menunjukkan secara intuitif bahwa LKMS akan
menarik orang yang relatif lebih religius (Dutta dan Magableh 2004, Abdul Rahman,
2007 dan Ashraf, 2010).
Pada awalnya ketika pelaku UKMK dikelompokkan berdasarkan gender (sex)
semata, tidak berdampak pada relasi antar variabel utama tadi. Baik individu laki-laki
ataupun perempuan memiliki kecendrungan yang sama dalam relasi antar variabel
utama, baik dari sisi preferensi resiko maupun religiusitas terhadap pilihan pinjaman
kepada LKMK. Namun setelah relasi itu diuji dengan memasukkan beberapa variabel
tambahan (kontrol) berupa karakterisitik pribadi; umur dan karakteritik usaha; lama
pengelolaan usaha (menginteraksikan variabel sex dengan variabel karakteristik
lainnya).
Hasil temuan ternyata menemukan pola relasi menarik berpola U-invers (bentuk
huruf U terbalik) antara lama (“jam terbang”) pelaku UKMK antara gender (sex)
dalam mengelola usaha dengan pilihan LKMK. Sampai pada satu titik batas (treshold)
tahun lama pengelolaan usaha, pelaku UKMK berjenis kelamin wanita cenderung
mengambil pinjaman pada LKMK. Namun setelah melewati tahun itu, malah
cenderung mengambil pinjaman pada LKMS. Hal ini sebaliknya memberikan
implikasi penting agar pengelola LKMS lebih berhati-hati dalam mencermati profil
nasabahnya yang memiliki “jam terbang” berdasarkan gender dalam pengelolaan
usahanya.
6. Daftar Pustaka
Ashta, Arvind and Rosita de Selva (2012). Religious Practice and Microcredit:Literature Review and Research Direction. Postmodern Openings, 2 (8), 33-44.
Cressy, Robert (2000). Credit Rationing or Entrepreneurial Risk Aversion? AnAlternative Explanation for the Evans and Jovanovic Finding. Economic Letters,66 (2), 235-240.
De Meza, David, and David Webb (1990). Risk, Adverse Selection and CapitalMarket Failure. The Economic Journal, 100 (399), 206-214.
Islam, Asadul, Chau Nguyen and Russell Smyth (2014). Does microfinancechange informal lending in village economies? Evidence from Bangladesh.Departement of Economics Discussion Paper No. 16/14, Monash University
20
Presbitero, Andrea F. And Roberta Rabellotti (2011). Geographical Distance andMoral Hazard in Microcredit: Evidence from Colombia. Paper presented atEuropean Microfinance Week 2011 held 2-4 November 2011, Luxembourg
Dhumale, Rahul and Amela Sapcanin (1999). An Application of IslamicBanking Principles to Microfinance. Regional Bureau for Arab States, pp. 1-14.Dusuki, Asyraf (2008). Banking for the poor: the role of Islamic banking inmicrofinance initiatives. Humanomics, 24 (1), 49-66.
Dutta, Dilip and Ihab Magableh (2006). A socio-economic study of theborrowing process: The case of microentrepreneurs in Jordan. The Universityof Sydney School of Economics and Political Science, 1-20.
Ghorbani, Nima, P. J. Watson, Ahad Ghramaleki, R. J. Morris, and Ralph Hood,(2000). Muslim Attitudes Towards Religion Scale: Factors, validity, andcomplexity of relationships with mental health in Iran. Mental Health, Religion,& Culture, 3, 125-132.
Holt, CA, Laury, SK, (2002). Risk aversion and incentive effects. AmericanEconomic Review, 92 (5), 1644-1655.
Leiberman, Eric (2011). Behavioral Economics and Microfinance: A Study ofRisk Preferences in Rural Africa. pp. 1-28.
Ghatak, Maitreesh (1999). Group lending, local information and peerselection. Journal of Development Economics, 60(1):27-50.
Pearlman, Sarah (2012). Too Vulnerable for Microfinance? Risk andVulnerability as Determinants of Microfinance Selection in Lima. Journal ofDevelopment Studies, 48 (9), pp. 1342-1359.
Saeed, Asif and Lutfullah Saqib (2011). Does Microfinance molded accordingto Islamic Finance? Evidence from Pakistan. Interdisciplinary Journal ofContemporary Research in Business, 3 (3), pp. 826-836.
Seibel, Hans and Wahyu Dwi Agung (2006). Islamic microfinance inIndonesia. Working Paper, University of Cologne Development ResearchCenter.
Setiawan, Chandra and Monita Eggy Putri (2013). Non-Performing Financingand Bank Efficiency of Islamic Banks in Indonesia, Journal of IslamicFinance and Business Research, Vol. 2. No. 1. September 2013 Issue. Pp. 58–76Weill, J, & Podpiera, J (2008). Bad Luck or Bad Management? EmergingBanking Market Experience. Journal of Financial Stability, vol. 4, pp.135-155.
Stiglitz Joseph and Andrew Weiss (1981). Credit Rationing in Markets withImperfect Information,. The American Economic Review, 71 (3): pp. 393-410.
21
Stiglitz, Joseph (1990). Peer Monitoring and Credit Markets. The World BankEconomic Review, 4 (3), pp. 351-366.
Vereshchagina, Galina, and Hugo Hopenhayn (2009). Risk Taking byEntrepreneurs. The American Economic Review, 99 (5), pp. 1808-1830.
World Bank (2013). The New Microfinance Handbook : A Financial MarketSystem Perspectives. New York, World Bank.
22
Lampiran 1. PCAReligiusitas
pca rr30 rr31 rr32Principal components/correlation Number of obs = 59
Number of comp. = 3Trace = 3
Rotation: (unrotated = principal) Rho = 1.0000
--------------------------------------------------------------------------Component | Eigenvalue Difference Proportion Cumulative
-------------+------------------------------------------------------------Comp1 | 1.33916 .354045 0.4464 0.4464Comp2 | .985116 .309393 0.3284 0.7748Comp3 | .675723 . 0.2252 1.0000
--------------------------------------------------------------------------Principal components (eigenvectors)
----------------------------------------------------------Variable | Comp1 Comp2 Comp3 | Unexplained
-------------+------------------------------+-------------rr30 | 0.2052 0.9787 0.0082 | 0rr31 | 0.6915 -0.1509 0.7064 | 0rr32 | 0.6926 -0.1393 -0.7077 | 0
----------------------------------------------------------pca rr30 rr31 rr32, comp (2)Principal components/correlation Number of obs = 59
Number of comp. = 2Trace = 3
Rotation: (unrotated = principal) Rho = 0.7748
--------------------------------------------------------------------------Component | Eigenvalue Difference Proportion Cumulative
-------------+------------------------------------------------------------Comp1 | 1.33916 .354045 0.4464 0.4464Comp2 | .985116 .309393 0.3284 0.7748Comp3 | .675723 . 0.2252 1.0000
--------------------------------------------------------------------------Principal components (eigenvectors)
------------------------------------------------Variable | Comp1 Comp2 | Unexplained
-------------+--------------------+-------------rr30 | 0.2052 0.9787 | .0000452rr31 | 0.6915 -0.1509 | .3372rr32 | 0.6926 -0.1393 | .3384
------------------------------------------------. gen pca_rel=0.2052*rr30+0.6915*rr31+0.6926*rr32
23
Lampiran 2. Margin Peranan Variabel Kontrol
A. Umur-Sex
margins, dydx (sex) at(umur=(25(5)70)) vsquish
Average marginal effects Number of obs = 42Model VCE : OIM
Expression : Pr(lkm), predict()dy/dx w.r.t. : 1.sex1._at : umur = 252._at : umur = 303._at : umur = 354._at : umur = 405._at : umur = 456._at : umur = 507._at : umur = 558._at : umur = 609._at : umur = 6510._at : umur = 70
----------------------------------------------------------------------------| Delta-method| dy/dx Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]
-------------+--------------------------------------------------------------1.sex |
_at |1 | .0770623 .1144129 0.67 0.501 -.1471828 .30130742 | .0861971 .1247607 0.69 0.490 -.1583293 .33072363 | .092738 .1324421 0.70 0.484 -.1668438 .35231984 | .096181 .1366263 0.70 0.481 -.1716017 .36396375 | .0963456 .1369314 0.70 0.482 -.172035 .36472626 | .0933534 .1334737 0.70 0.484 -.1682503 .3549577 | .0875684 .126781 0.69 0.490 -.1609178 .33605468 | .0795278 .1176399 0.68 0.499 -.1510421 .31009779 | .0698793 .1069236 0.65 0.513 -.139687 .279445710 | .059327 .0954248 0.62 0.534 -.1277021 .2463562
----------------------------------------------------------------------------Note: dy/dx for factor levels is the discrete change from the base level.
24
B. Lama Usaha-Sex
margins, dydx (sex) at(lama_ush=(1(5)50)) vsquish
Average marginal effects Number of obs = 42Model VCE : OIM
Expression : Pr(lkm), predict()dy/dx w.r.t. : 1.sex1._at : lama_ush = 12._at : lama_ush = 63._at : lama_ush = 114._at : lama_ush = 165._at : lama_ush = 216._at : lama_ush = 267._at : lama_ush = 318._at : lama_ush = 369._at : lama_ush = 4110._at : lama_ush = 46
---------------------------------------------------------------------------| Delta-method| dy/dx Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]
-------------+--------------------------------------------------------------1.sex |
_at |1 | .1437998 .111941 1.28 0.199 -.0756004 .36320012 | .1577314 .1230546 1.28 0.200 -.0834513 .3989143 | .1644846 .1292085 1.27 0.203 -.0887594 .41772854 | .1633494 .1289093 1.27 0.205 -.0893081 .4160075 | .1546157 .1223363 1.26 0.206 -.085159 .39439046 | .1394918 .1112551 1.25 0.210 -.0785642 .35754777 | .11989 .0982666 1.22 0.222 -.072709 .3124898 | .0980846 .0855868 1.15 0.252 -.0696625 .26583169 | .076302 .074082 1.03 0.303 -.0688962 .221500110 | .0563558 .0633758 0.89 0.374 -.0678585 .18057
----------------------------------------------------------------------------Note: dy/dx for factor levels is the discrete change from the base level.
25
Lampiran 3. Estimasi Probit Regression
Tabel 2. Regressi Probit Utama
-------------------------------------------------------------------------------------(1) (2) (3) (4) (5)lkm lkm lkm lkm lkm
-------------------------------------------------------------------------------------risk_lover~v 0.991** 1.267*** 1.397** 1.400** 1.538**
(2.28) (2.63) (2.49) (2.26) (2.22)pca_rel -0.0841 -0.119* -0.227** -0.241** -0.306**
(-1.36) (-1.79) (-2.32) (-2.33) (-2.36)umur 0.0485* 0.0908** 0.0939** 0.0984**
(1.89) (2.11) (2.07) (1.97)sex 0.308 1.097 1.099 1.367
(0.69) (1.77) (1.73) (1.77)jum_art -0.356 -0.381 -0.362
(-1.69) (-1.73) (-1.85)jarak -0.0553 -0.0590 -0.0957
(-0.73) (-0.73) (-0.87)lama_ush 0.0796** 0.0807** 0.0884**
(2.51) (2.40) (2.47)omset_ush 0.0117 0.0210
(0.45) (0.67)pemb_lain 0.166 -0.0578
(0.28) (-0.09)konsisten 0.836
(1.03)diantar 0.350
(0.43)_cons -0.0952 -2.323* -3.191* -3.338* -4.353**
(-0.18) (-1.89) (-1.86) (-1.87) (-1.96)-------------------------------------------------------------------------------------N 42 42 42 42 42adj. R-sq-------------------------------------------------------------------------------------t statistics in parentheses* p<0.1, ** p<0.05, *** p<0.01