Upload
mercubuana
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Jurusan Akuntansi 2016
1 Jurnal Perpajakan. Universitas Mercu Buana
PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM,
PERUBAHAN TARIF PAJAK DAN SANKSI PERPAJAKAN
TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PELAKU UKM
SETELAH PENERAPAN PP NO.46 TAHUN 2013 (Survei pada Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan)
Oleh:
Lilis Natalia Tamba
43214110043
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi
Universitas Mercu Buana Jakarta
Email: [email protected]
ABSTRACT
This research was conducted in order to understand the influence of: (1) the
influence of application the Self Assessment System to Taxpayers compliance of
SME after the application of PP No.46 Tahun 2013, (2) the influence of change in
tax rate to Taxpayers Compliance of SME after the application of PP No.46
Tahun 2013, (3) the influence of the Sanctions of taxation to Taxpayers
compliance of SME after the application of PP No.46 Tahun 2013. This research
is descriptive research with quantitative approach. The population of this study is
the taxpayers of the small and medium enterprises (SME) that has reported taxes
in KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan. The number of samples that are
used as much 81 samples and data were collected using a questionnaire.
The test of instrument variable is include the reliability and validity of the test.
The classic assumption test is includes testing of normality, heteroscedasticity,
multicolinearity and autocolerity. The hypothesis is using multiple linear
regretion analysis, partial test (test t), simultaneous test (test f) and determination
of coefficient.
The result of this study are: (1) there is a positive and significant influence
over the implementation of Self Assessment System to Taxpayers Compliance of
SME’s after the application of PP No.46 Tahun 2013, (2) there is a positive
influence but not significant over the change in tax rate of Taxpayers Compliance
of SME’s after the application of PP No.46 Tahun 2013, (3) there is a positive
and significant influence over the Sanction of taxation to Taxpayers Compliance
of SME’s after the application of PP No.46 Tahun 2013. But when these variables
are combined, it will produce significant influence among the overall variables
with the Taxpayers compliance of SME after application of PP No.46 Tahun 2013
in KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan.
Key Words : The Application of Self Assessment System, The changes of tax
rates and The sanction of taxation to Taxpayers compliance of
SME after application of PP No.46 Tahun 2013 in KPP Pratama
Jakarta Grogol Petamburan
Jurusan Akuntansi 2016
2 Jurnal Perpajakan. Universitas Mercu Buana
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh: (1) Pengaruh
penerapan Self Assessment System terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pelaku UKM
setelah penerapan PP No.46 Tahun 2013, (2) Pengaruh Perubahan Tarif Pajak
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pelaku UKM setelah penerapan PP No.46 Tahun
2013, (3) Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pelaku UKM
setelah penerapan PP No.46 Tahun 2013. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah
Wajib Pajak Pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang melaporkan
pajaknya di KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan. Jumlah sampel yang
digunakan sebanyak 81 sampel dan data dikumpulkan menggunakan kuesioner.
Uji keandalan instrumen meliputi uji validitas dan uji realibilitas. Uji asumsi
klasik meliputi uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolonieritas dan uji
autokolerasi. Uji hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda, uji
parsial (uji t), uji simultan (uji f) dan uji koefisien determinasi.
Hasil penelitian ini adalah: (1) terdapat pengaruh positif dan signifikan atas
Penerapan Self Assessment System terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pelaku UKM
setelah penerapan PP No.46 Tahun 2013, (2) terdapat pengaruh positif namun
tidak signifikan atas Perubahan Tarif Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Pelaku UKM setelah penerapan PP No.46 Tahun 2013, (3) terdapat pengaruh
positif dan signifikan atas Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Pelaku UKM setelah penerapan PP No.46 Tahun 2013. Namun apabila
keseluruhan variable ini digabungkan, maka akan menghasilkan pengaruh yang
signifikan antara keseluruhan variable dengan Kepatuhan Wajib Pajak Pelaku
UKM setelah penerapan PP No.46 Tahun 2013 di KPP Pratama Jakarta Grogol
Petamburan.
Kata Kunci: Pengaruh Self Assessment, Perubahan Tarif Pajak, Sanksi
Perpajakan dan Kepatuhan Wajib Pajak pelaku UKM setelah
penerapan PP No.46 Tahun 2013
Jurusan Akuntansi 2016
3 Jurnal Perpajakan. Universitas Mercu Buana
1. PENDAHULUAN
Dalam menjalankan
pemerintahan dan pembangunan,
pemerintah membutuhkan dana yang
tidak sedikit. Dana tersebut
dikumpulkan dari segenap potensi
sumber daya yang dimiliki suatu
negara, baik berupa hasil kekayaan
alam maupun iuran dari masyarakat.
Salah satu bentuk iuran masyarakat
adalah pajak. Menurut UU No.28
Tahun 2007 pasal 1 ayat 1 tentang
Undang-Undang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan (UU
KUP), pajak adalah kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk
keperluan negara sebesar-besarnya
bagi kemakmuran rakyat.
Dalam APBN-P 2015,
pemerintahan memasang target
tinggi dalam penerimaan pajak.
Pemerintah memasang target
penerimaan pajak sebesar Rp1.440
triliun atau meningkat 20% dari
APBN-P 2014. Untuk mengejar
target tersebut pemerintah harus
menemukan target pajak potensial
lain, salah satunya adalah pajak
Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Potensi tersebut ditunjukkan
dominasi sektor UKM dalam
perekonomian nasional. Menurut
data Kementerian Koperasi dan
UKM 2012, jumlah UKM saat ini
mencapai 99% dari jumlah unit
usaha di Indonesia. Selain itu, UKM
juga menyumbang 55,68% PDB di
Indonesia. Dengan kondisi seperti itu
potensi pajak sektor UKM mencapai
Rp 30 triliun. Namun sangat
disayangkan penyerapan dari Juli
2013 sampai 2014 hanya menyerap
sekitar Rp 2 triliun atau hanya 7%
dari total potensi pajak. Sebuah
kerugian besar bagi penerimaan
negara.
Berbagai cara telah dilakukan
oleh pemerintah agar dapat
meningkatkan kepatuhan wajib pajak
yang masih rendah tersebut. Salah
satunya dengan menerapkan self
assessment system. Kepatuhan yang
diharapkan dengan sistem self
assessment system adalah kepatuhan
sukarela (valuntary compliance).
Untuk meningkatkan kepatuhan
Jurusan Akuntansi 2016
4 Jurnal Perpajakan. Universitas Mercu Buana
sukarela dari Wajib Pajak,
diperlukan keadilan dan keterbukaan
dalam menerapkan peraturan
perpajakan, salah satunya yaitu
terkait dengan peraturan baru yang
berkaitan dalam penelitian ini
adalah PP No.46 Tahun 2013
mengenai Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Usaha yang
Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak
yang memiliki Peredaran Bruto tidak
lebih dari Rp 4,8 miliar dalam satu
tahun fiscal dengan tariff pajak final
sebesar 1%. Sasaran dalam PP No.46
Tahun 2013 ini adalah Wajib Pajak
UKM (Usaha Kecil Menengah)
yang menjadi fokus pembahasan
dalam penelitian ini.
Selain itu untuk mengomptimalkan
penerimaan pajak, Direktorat
Jenderal Pajak mengenakan Sanki
Perpajakan baik berupa sanksi
pidana, sanksi administrasi.
Pengenaan sanksi ini mempunyai
pengaruh besar terhadap kepatuhan
wajib pajak. Oleh karena itu Sanksi
diperlukan untuk memberikan
pelajaran bagi pelanggar pajak,
sehingga diharapkan peraturan
perpajakan dipatuhi oleh para wajib
pajak.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum (Filosofi)
Pertama, dalam Theory of
Planned Behavior (TPB) dijelaskan
bahwa perilaku yang ditimbulkan
oleh individu muncul karena adanya
niat untuk berperilaku. Teori ini
relevan untuk menjelaskan perilaku
wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya. Hal
tersebut berkaitan dengan kesadaran
wajib pajak (behavioral beliefs).
Kedua, Deterrence Theory
merupakan salah satu teori yang
terkait dengan kepatuhan wajib
pajak. ini memandang pemidanaan
bukan sebagai pembalasan atas
kesalahan si pelaku, tetapi sebagai
sarana mencapai tujuan bermanfaat
untuk melindungi masyarakat
menuju kesejahteraan.
Ketiga, Teori Motivasi adalah
suatu keinginan untuk mengatasi
atau mengalahkan suatu tantangan,
untuk kemajuan dan pertumbuhan.
Sedangkan yang terakhir adalah
Jurusan Akuntansi 2016
5 Jurnal Perpajakan. Universitas Mercu Buana
Teori Pembelajaran Sosial. Teori ini
relevan untuk menjelaskan perilaku
wajib pajak dalam memenuhi
kewajibannya membayar pajak.
2.2 Definisi dan Fungsi Pajak
Andriani seorang mantan guru
besar dalam hukum pajak di
Universitas Amsterdam (Belanda)
memberikan pendapatnya bahwa:
“Pajak adalah iuran kepada negara
(yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-
peraturan, dengan tidak mendapat
prestasi kembali, yang langsung
dapat ditunjuk, dan yang gunanya
adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum
berhubung dengan tugas negara
untuk menyelenggarakan
pemerintahan”.
Pajak memiliki fungsi yang
sangat strategis bagi berlangsungnya
pembangunan suatu Negara. Pajak
antara lain mempunyai Fungsi
Penerimaan (Budgetair), Fungsi
Mengatur (Regulation), Fungsi
Stabilitas dan Fungsi Redistribusi
Pendapatan.
2.3 Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Usaha Kecil adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau
usaha besar yang memenuhi kriteria:
memiliki kekayaan bersih lebih
dari Rp 50.000.000 – Rp
500.000.000 (tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha), serta
memiliki hasil penjualan tahunan
lebih dari Rp 300.000.000 - Rp
2.500.000.000.
Sedangkan Usaha Menengah
adalah usaha yang memiliki
kekayaan bersih lebih dari Rp
500.000.000 - Rp 10.000.000.000.
(tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha), serta memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari Rp
2.500.000.000 – Rp 50.000.000.000.
Jurusan Akuntansi 2016
6 Jurnal Perpajakan. Universitas Mercu Buana
2.4 Definisi PPh Final No.46 Th.2013
Berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan No. 07/PMK.011/2013
tentang pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 46 tahun 2013
tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari usaha yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak yang
memiliki Peredaran Bruto tertentu
atas penghasilan tersebut dikenakan
Pajak Penghasilan yang bersifat
final. Besarnya tarif Pajak
Penghasilan yang bersifat final
sebagaimana dimaksud adalah 1%.
Pengenaan Pajak Penghasilan
sebagaimana dimaksud didasarkan
pada peredaran bruto dari usaha
dalam 1tahun dari Tahun Pajak
terakhir sebelum Tahun Pajak yang
bersangkutan. Dalam hal peredaran
bruto Wajib Pajak telah melebihi
jumlah 4,8 milyar dalam satu Tahun
Fiskal.
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
penelitian kausal, yaitu penelitian
untuk mengetahui pengaruh antara
hubungan satu atau lebih variabel
bebas (independent variabel)
terhadap variabel terikat (dependent
variabel). Variabel dalam penelitian
ini terdiri dari tiga variabel
independen dan satu variabel
dependen. Variabel independen
dalam penelitian ini diantaranya;
Penerapan Self assessment system
(X1), Perubahan Tarif Pajak (X2)
dan Sanksi Perpajakan (X3).
Sedangkan satu variabel
dependennya yaitu Kepatuhan Wajib
Pajak Pelaku UKM Setelah
Penerapan PP No.46 Tahun 2013
(Y).
Pengambilan sampel dalam
penelitian ini diambil dari jumlah
populasi wajib pajak atau pemilik
usaha di wilayah kecamatan grogol
yang masih berjalan dengan jumlah
108 pemilik usaha WPOP yang
merupakan WPOP aktif dan tidak
menutup kemunginan bahwa Wajib
Pajak Badan yang melaporkan PPh
Pasal 4 ayat (2) final atas omset
sebesar 1% pun juga merupakan
sampel dalam penelitian ini. Supaya
dapat menentukan besaran sampel
maka penulis memakai rumus slovin
(Husein Umar) yaitu:
Jurusan Akuntansi 2016
7 Jurnal Perpajakan. Universitas Mercu Buana
=
=
85,039.
Dari hasil perhitungan di atas,
jumlah sampel di bulatkan menjadi
85 orang. Yang artinya kuesioner
disebarkan ke 85 responden di KPP
Pratama Jakarta Grogol Petamburan.
Sedangkan data yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer yang berasal dari
sumber utama dan dokumen
pendukung lainnya. Pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan
instrument berupa kuesioner yang
dibagikan kepada para responden,
dimana pertanyaan yang diajukan
menggunakan skala likert dengan
lima skala skor untuk jawaban
responden yaitu sebagai berikut:
Skala Likert Untuk Kuesioner
Jawaban Responden Keterangan Skor
SS Sangat Setuju 5
S Setuju 4
RG Ragu 3
TS Tidak Setuju 2
STS Sangat Tidak Setuju 1
Adapun untuk mengukur besarnya frekuensi masing-masing variabel
digunakan skala interval seperti tabel dibawah ini:
Skala Interval Frekuensi
No Interval Skor Kriteria
1 84,1 – 100 Sangat Baik
2 68,1 – 84 Baik
3 52,1 – 68 Cukup
4 36,1 – 52 Tidak Baik
5 20 – 36 Sangat Tidak Baik
Jurusan Akuntansi 2016
8 Jurnal Perpajakan. Universitas Mercu Buana
Jenis Metode Penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini pada
dasarnya terdiri dari tiga uji, yaitu;
(1) Uji Keandalan Instrumen, yang
terbagi menjadi; Uji Validitas dan
Uji Reliabilitas. (2) Uji Asumsi
Klasik, yang terbagi menjadi; Uji
Normalitas, Uji Heteroskedastisitas,
Uji Mulitikolonieritas dan Uji
Autokolerasi. (3) Uji Hipotesis, yang
terbagi menjadi; Analisis Regresi
Berganda, Uji t (Uji Regresi Parsial),
Uji F dan Koefisien Determinasi.
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis
Responden dalam penelitian ini
adalah Wajib Pajak pelaku UKM
yang merupakan wajib pajak
terdaftar di KPP Pratama Jakarta
Grogol Petamburan. Hal ini dapat
diketahui dengan kepatuhan Wajib
Pajak pelaku UKM melaporkan SSP
PPh Pasal 4 ayat (2) final sebesar 1%
atas omset yang mereka peroleh tiap
bulannya dari penghasilan atas usaha
mereka.
Distribusi Kuesioner
Keterangan Jumlah Persentase
Kuesioner yang disebar 85 100%
Kuesioner yang tidak memenuhi syarat 4 4,71%
Kuesioner yang digunakan 81 95,29% Sumber: Data primer yang diolah, 2016
Hasil Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 4,594 2,165 2,122 ,037
Penerapan Self assessment system ,258 ,128 ,194 2,011 ,048
Perubahan Tarif Pajak ,031 ,132 ,021 ,238 ,812
Sanksi Perpajakan ,909 ,128 ,654 7,123 ,000
a. Dependent Variabel: Kepatuhan WP UKM setelah PP No.46
Sumber: Data primer yang diolah, 2016
Jurusan Akuntansi 2016
9 Jurnal Perpajakan. Universitas Mercu Buana
Dari tabel diatas maka dapat
diketahui persamaan regresinya yaitu
sebagai berikut:
Y= 4,594 + 0,258X1 + 0,031X2 +
0,909X3
Arti persamaan ini sebagai berikut :
Konstanta sebesar 4,594; artinya jika
Penerapan Self assessment system
(X1), Perubahan Tarif Pajak (X2)
dan Sanksi Perpajakan (X3) nilainya
adalah 0, maka Kepatuhan Wajib
Pajak UKM setelah PP No.46 (Y)
nilainya sebesar 4,594. Sehingga dari
tabel hasil analisis regresi berganda
diatas, didapatkan kesimpulan
sebagai berikut:
a. Koefisien regresi dari variabel
Pengaruh Penerapan Self
assessment system (X1) sebesar
0,258 bernilai positif (+).
Sehingga dapat dikatakan bahwa
Penerapan Self assessment system
berpengaruh positif terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak UKM
setelah PP No.46.
b. Koefisien regresi dari variabel
Pengaruh Perubahan Tarif Pajak
(X2) sebesar 0,031 bernilai positif
(+). Sehingga dapat dikatakan
bahwa Perubahan Tarif Pajak
berpengaruh positif terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak UKM
setelah PP No.46.
c. Koefisien regresi dari variabel
Sanksi Perpajakan (X3) sebesar
0,909 bernilai positif (+).
Sehingga dapat dikatakan bahwa
Sanksi Perpajakan (X3)
berpengaruh positif terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak UKM
setelah Peraturan Pemerintah
No.46.
Selain itu dari tabel diatas didapat
informasi dan kesimpulan sebagai
berikut:
a. Pengaruh Penerapan Self
assessment system (X1) terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak UKM
setelah PP No.46 (Y).
Berdasarkan hasil pengujian
analisis regresi diatas, nilai t
hitung sebesar 2,011 > dari nilai t
tabel 1,994 {dilihat pada distribusi
t tabel dengan t0,025 (pengujian dua
arah) dan df 77 (n-k-1)}. Lalu
nilai signifikansi pada varibel
Penerapan Self assessment system
(X1) sebesar 0,048 < dari 0,05.
Kesimpulan: H0 ditolak. H1
diterima. Artinya Penerapan Self
Jurusan Akuntansi 2016
10 Jurnal Perpajakan. Universitas Mercu Buana
assessment system (X1)
berpengaruh signifikan pada
Kepatuhan Wajib Pajak UKM
setelah PP No.46 (Y).
b. Pengaruh Perubahan Tarif Pajak
(X2) terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak UKM setelah PP No.46 (Y).
Berdasarkan hasil pengujian
analisis regresi diatas, nilai t
hitung sebesar 0,238 < dari nilai t
tabel 1,994 {dilihat pada distribusi
t tabel dengan t0,025 (pengujian dua
arah) dan df 77 (n-k-1)}. Lalu
nilai signifikansi pada varibel
Perubahan Tarif Pajak (X2)
sebesar 0,812 > dari 0,05.
Kesimpulan: H0 diterima. H1
ditolak. Artinya Perubahan Tarif
Pajak (X2) tidak berpengaruh
signifikan pada Kepatuhan Wajib
Pajak UKM setelah PP No.46 (Y).
c. Pengaruh Sanksi Perpajakan (X3)
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
UKM setelah PP No.46 (Y).
Berdasarkan hasil pengujian
analisis regresi diatas, nilai t
hitung sebesar 7,123 > dari nilai t
tabel 1,994 {dilihat pada distribusi
t tabel dengan t0,025 (pengujian dua
arah) dan df 77 (n-k-1)}. Lalu
nilai signifikansi pada varibel
Penerapan Self assessment system
(X1) sebesar 0,000 < dari 0,05.
Kesimpulan: H0 ditolak. H1
diterima. Artinya Sanksi
Perpajakan (X3) berpengaruh
signifikan pada Kepatuhan Wajib
Pajak UKM setelah PP No.46 (Y).
4.2 Pembahasan
Pengaruh Penerapan Self
assessment system terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Setelah
Penerapan PP No.46 Tahun 2013.
Pada pengujian hipotesis di Analisis
Linier Berganda menghasilkan nilai
signifikansi sebesar 0,048 yang
artinya lebih kecil dari batas level
signifikan yang ditentukan yaitu
0,05. Sehingga kesimpulan yang
dibuat pada uji hipotesis sebelumnya
yang menyatakan bahwa Penerapan
Self assessment system berpengaruh
positif terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak UKM setelah PP No.46 Tahun
2013 dapat diterima. Hasil penelitian
menunjukkan adanya pengaruh
positif dan signifikan dari Penerapan
Self assessment system berpengaruh
positif terhadap Kepatuhan Wajib
Jurusan Akuntansi 2016
11 Jurnal Perpajakan. Universitas Mercu Buana
Pajak UKM setelah PP No.46 Tahun
2013. Analisis sederhana dari
hipotesis sebelumnya menghasilkan
persamaan regresi Y = 4,594 +
0,258X1 (persamaan regresi hanya
untuk variabel X1 saja). Arti dari
persamaan regresi ini adalah
Kepatuhan Wajib Pajak UKM
setelah PP No.46 (Y) akan tetap
bernilai 4,594 apabila Penerapan Self
assessment system (X1) konstan atau
tidak mengalami perubahan.
Koefisien regresi X1 bernilai 0,258
menunjukkan bahwa setiap kenaikan
variabel Penerapan Self assessment
system (X1) sebesar satu (satuan)
akan meningkatkan variabel
Kepatuhan Wjaib Pajak UKM
setelah PP No.46 (Y) sebesar 0,258
(satuan). Jadi arah model regresi ini
adalah positif. Berdasarkan uraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi tingkat Self
assessment system, maka Wajib
Pajak akan semakin patuh.
Pengaruh Perubahan Tarif Pajak
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Setelah PenerapanPP No.46 Tahun
2013.
Pada pengujian hipotesis di Analisis
Linier Berganda menghasilkan nilai
signifikansi sebesar 0,812 yang
artinya lebih besar dari batas level
signifikan yang ditentukan yaitu
0,05. Sehingga kesimpulan yang
dibuat pada uji hipotesis sebelumnya
yang menyatakan bahwa Perubahan
Tarif Pajak berpengaruh positif
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
UKM setelah PP No.46 Tahun 2013
dapat diterima. Akan tetapi hasil
penelitian ini juga menunjukkan
adanya ketidaksignifikansi dari
Perubahan Tarif Pajak yang
berpengaruh positif terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak UKM
setelah PP No.46 Tahun 2013.
Analisis sederhana dari hipotesis
sebelumnya menghasilkan
persamaan regresi Y = 4,594 +
0,031X2 (persamaan regresi hanya
untuk variabel X2 saja). Arti dari
persamaan regresi ini adalah
Kepatuhan Wajib Pajak UKM
setelah PP No.46 (Y) akan tetap
bernilai 4,594 apabila Perubahan
Tarif Pajak (X2) konstan atau tidak
mengalami perubahan. Koefisien
regresi X2 bernilai 0,031
menunjukkan bahwa setiap kenaikan
variabel Perubahan Tarif Pajak (X2)
sebesar satu (satuan) akan
Jurusan Akuntansi 2016
12 Jurnal Perpajakan. Universitas Mercu Buana
meningkatkan variabel Kepatuhan
Wjaib Pajak UKM setelah PP No.46
(Y) sebesar 0,031 (satuan). Hal ini
mungkin disebabkan oleh beberapa
faktor luar, dimana faktor ini
menjadi salah satu indikator
ketidaksignifikannya variabel
penelitian saya. Beberapa indikator
tersebut akan saya coba jabarkan
sebagai berikut:
a. PP 46/2013 join PMK
107/011/2013 tentang Pajak
Penghasilan (PPh) bersifat final
dengan tarif 1% atas penghasilan
(omset) tiap bulannya yang
diterima oleh Wajib Pajak Non-
BUT dengan peredaran bruto
tidak melebihi 4,8 Milyar dalam 1
tahun fiskal. Peraturan ini mulai
diberlakukan pada tanggal 1 Juli
2013, dan harus sudah mulai
dibayar (diterapkan) paling
lambat pada tanggal 15 Agustus
2013. Namun sebelumnya sampai
dengan akhir bulan Agustus 2013
belum ada petunjuk pelaksanaan
dan sosialisasi yang jelas dari
pihak Kantor Pelayanan Pajak,
serta masih banyak Bank yang
bahkan belum terdaftar untuk
kode SSP 411128-420 sebagai
kode setoran pajak baru ini. Hal
ini membuat para Wajib Pajak
Non-BUT yang memiliki
peredaran bruto < 4,8 Milyar
dalam satu tahun fiskal masih
melaporkan Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 25 sebagai angsuran
pajak tiap bulannya yang
berfungsi untuk meringankan
beban pajak terutang Wajib Pajak
yang harus dilunasi sebelum
pelaporan SPT Tahunan Wajib
Pajak. Jadi ketika para Wajib
Pajak yang termasuk golongan
UKM dengan peredaran bruto <
4,8 Milyar ini belum mengetahui
secara pasti perihal mekanisme
peraturan PPh Pasal 4 Ayat (2)
dengan tarif 1% yang dikenakan
atas penghasilan (omset) yang
didapatkan, para pelaku UKM ini
masih melaporkan PPh Pasal 25
sebagai angsuran pajak mereka
tiap bulannya. Dan hal ini tidak
membuat suatu tunggakan pajak
atau pengaruh yang signifikan
terhadap kepatuhan Wajib Pajak
UKM.
b. Banyaknya Wajib Pajak yang
telah memakai Jasa Konsultan
Pajak sebagai jasa tenaga
Jurusan Akuntansi 2016
13 Jurnal Perpajakan. Universitas Mercu Buana
professional untuk mengurus
segala mekanisme perpajakan
mereka. Hal ini terbukti dengan
jumlah konsultan pajak yang
terdaftar di DJP adalah sebanyak
3.515 per awal tahun 2015
(Sumber: Kemenkeu). Kantor
konsultan pajak yang melayani
jasa konsultan pajak memiliki
tugas sebagai kuasa wajib pajak
dalam menjalankan kewajiban
perpajakan para wajib pajak yang
menjadi klien dari konsultan pajak
tersebut. Maka Perubahan Tarif
Pajak atas penghasilan (omset)
dengan tarif 1% ini, yang tadinya
kurang diketahui atau dipahami
oleh wajib pajak para pelaku
UKM dapat diatasi dengan jasa
konsultan pajak tersebut. Para
wajib pajak pelaku UKM yang
memiliki peredaran bruto < 4,8
Milyar dalam 1 tahun fiskal yang
awalnya masih tetap membayar
angsuran PPh 25 tiap bulannya
dikarenakan belum mengetahui
tentang Perubahan Tarif Pajak ini,
akan melakukan pembukuan dan
mulai melakukan PPh Pasal 4
Ayat (2) sebesar 1% dari nilai
penghasilan (omset) yang mereka
peroleh tiap bulannya, baik
pembukuan mereka mengalami
laba atau kerugian. Jadi
Perubahan Tarif Pajak ini tidak
terlalu berpengaruh signifikan
karena faktor jasa konsultan pajak
yang mampu menetralisir dampak
dari Perubahan Tarif Pajak ini.
Selain itu, berdasarkan uraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi Perubahan Tarif
Pajak, maka tidak dapat
disimpulkan bahwa Wajib Pajak
akan semakin patuh.
Pengaruh Ketegasan Sanksi
Perpajakan terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Setelah Penerapan
PP No.46 Tahun 2013.
Pada pengujian hipotesis di Analisis
Linier Berganda menghasilkan nilai
signifikansi sebesar 0,000 yang
artinya lebih kecil dari batas level
signifikan yang ditentukan yaitu
0,05. Sehingga kesimpulan yang
dibuat pada uji hipotesis sebelumnya
yang menyatakan bahwa Sanksi
Perpajakan berpengaruh positif
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
UKM setelah PP No.46 Tahun 2013
dapat diterima. Hasil penelitian
Jurusan Akuntansi 2016
14 Jurnal Perpajakan. Universitas Mercu Buana
menunjukkan adanya pengaruh
positif dan signifikan dari Sanksi
Perpajakan berpengaruh positif
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
UKM setelah PP No.46 Tahun 2013.
Analisis sederhana dari hipotesis
sebelumnyamenghasilkan persamaan
regresi Y = 4,594 + 0,909X3
(persamaan regresi hanya untuk
variabel X3 saja). Arti dari
persamaan regresi ini adalah
Kepatuhan Wajib Pajak UKM
setelah PP No.46 (Y) akan tetap
bernilai 4,594 apabila Sanksi
Perpajakan (X3) konstan atau tidak
mengalami perubahan. Koefisien
regresi X3 bernilai 0,909
menunjukkan bahwa setiap kenaikan
variabel Sanksi Perpajakan (X3)
sebesar satu (satuan) akan
meningkatkan variabel Kepatuhan
Wjaib Pajak UKM setelah PP No.46
(Y) sebesar 0,909 (satuan). Jadi arah
model regresi ini adalah positif.
Berdasarkan uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi
tingkat Sanksi Perpajakan, maka
Wajib Pajak akan semakin patuh.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan mengenai pengaruh
Pengaruh Self assessment system,
Perubahan Tarif Pajak dan Sanksi
Perpajakan terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak setelah PP No. 46
Tahun 2013 dengan Persepsi Wajib
Pajak sebagai variabel moderasi,
maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Penerapan Self assessment system
berpengaruh signifikan terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak setelah
PP No. 46 Tahun 2013 yang
artinya semakin meningkatnya
Penerapan Self assessment system
maka akan semakin meningkat
pula Kepatuhan Para Wajib Pajak
Pelaku UKM tersebut.
2. Penerapan Self assessment system
tidak berpengaruh signifikan
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
setelah PP No. 46 Tahun 2013.
Hal ini mungkin disebabkan oleh
beberapa faktor luar, dimana
faktor ini menjadi salah satu
indikator ketidaksignifikannya
variabel penelitian saya,
Jurusan Akuntansi 2016
15 Jurnal Perpajakan. Universitas Mercu Buana
diantaranya adalah ketidakadaan
nya petunjuk pelaksaan dan
sosialisasi yang tepat waktu dari
Kantor Pelayanan Pajak perihal
Perubahan Tarif Pajak ini dan
makin banyaknya kantor
konsultan pajak yang dijadikan
sebagai jasa professional bagi
para wajib pajak untuk
melaksanakan semua mekanisme
perpajakan mereka secara benar
dan taat hukum pajak. Maka
dengan hal ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa Perubahan
Tarif Pajak tidak berpengaruh
signifikan karena semakin
meningkatnya Perubahan Tarif
Pajak belum tentu semakin
meningkat pula Kepatuhan Para
Wajib Pajak Pelaku UKM
tersebut.
3. Ketegasan Sanksi Perpajakan
berpengaruh signifikan terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak setelah
PP No. 46 Tahun 2013 yang
artinya semakin meningkatnya
Ketegasan Sanksi Perpajakan
maka akan semakin meningkat
pula Kepatuhan Para Wajib Pajak
Pelaku UKM tersebut.
4. Pada Uji F di bab IV, terdapat
informasi jika seluruh variabel
Penerapan Self assessment system
(X1), Perubahan Tarif Pajak (X2)
dan Sanksi Perpajakan (X3)
digabungkan, maka akan
menghasilkan pengaruh yang
signifikan terhadap variabel
Kepatuhan Wajib Pajak Pelaku
UKM (Y).
5. Penerapan Self assessment system,
Perubahan Tarif Pajak dan Sanksi
Perpajakan berpengaruh positif
sebesar 64,9% terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak UKM
setelah PP No.46 Tahun 2013.
Sisanya 35,1% dipengaruhi oleh
variabel lain di luar penelitian ini
yang dapat berupa tentang
Persepsi dan Pemahaman Wajib
Pajak Pelaku UKM itu sendiri.
Jurusan Akuntansi 2016
16 Jurnal Perpajakan. Universitas Mercu Buana
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian serta
hal-hal yang terkait dengan
keterbatasan penelitian ini, saran
yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut :
1. Pengaruh Self assessment system
sebagai salah satu system
pemungutan pajak di Indonesia
mempengaruhi tingkat Kepatuhan
Wajib Pajak, sehingga diperlukan
peran aktif masyarakat dalam
pelaksaannya. Selain itu
pemerintah perlu meningkatkan
pemantauan secara lebih continue.
2. Segala bentuk Perubahan Tarif
Pajak ada baiknya di umumkan
dan di sosialisasikan kepada
masyarakat dari jauh-jauh hari
sebelum waktu penerapan
implementasi Perubahan Tarif
Pajak tersebut. Hal ini akan
memudahkan para wajib pajak
untuk mengetahui sejauh mana
dampak yang dihasilkan atas
Perubahan Tarif Pajak dan
memberikan pemahaman tentang
pengetahuan lebih lanjut serta
kesiapan para wajib pajak
terhadap Perubahan Tarif Pajak
tersebut.
3. Ketegasan Sanksi Pajak
mempengaruhi Kepatuhan Wajib
Pajak Pelaku UKM, sehingga
pemerintah perlu meningkatkan
proses edukasi kepada masyarakat
perihal jenis-jenis sanksi pajak
mulai dari yang paling ringan
hingga yang terberat, agar para
wajib pajak memiliki kebenaran
dalam mengitung, membayar,
mengisi SPT serta tepat waktu
dalam melaporkan atau
menyampaikan SPT tersebut.
Jurusan Akuntansi 2016
17 Jurnal Perpajakan. Universitas Mercu Buana
DAFTAR PUSTAKA
Alena. 2011. Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan di Indonesia. http://alena19.wordpress.com
Anggun, K. S. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Wajib Pajak. Retrieved from www.core.ak.uk
Bandura. 1977. Social Learning Theory.
BPPK. 2013. Pajak 1% Untuk UMKM: Hadiah Atau Hukuman?. Retrieved from
www.bppk.kemenkeu.go.id
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) 2014, Tentang APBNP Indonesia.
Dudi, W. 2008. Tarif Baru Pajak Penghasilan. Retrieved from
www.dudiwahyudi.com
Dwi Sudaryati 2013. Self Assessment System.
Fungsi Pengelompokkan Pajak dan Tata Cara Pemungutan. (2011). Retrieved
from www.sarjanaku.com
Gunadi. 2005. Kepatuhan Pajak (Tax Compliance).
Gustina. 2014. Indikator Sanksi Perpajakan.
Heny, W. Y. 2014. Pengaruh Tarif Pajak, Mekanisme Pembayaran Pajak dan
Kesadaran Membayar Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UKM.
Irma, A. 2014. Kuesioner Kesadaran Perpajakan, Sanksi Perpajakan, Sikap
Fiskus, Lingkungan Pajak, Pengetahuan Pajak, Persepsi Efektifitas Sistem
Perpajakan, Kemauan Membayar Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Peibadi. Retrieved from www. http://eprints.umk.ac.id/
Jeff, P. 2008. Tax Compliance Cost of Small and Medium Enterprise in Malaysia.
Jurusan Akuntansi 2016
18 Jurnal Perpajakan. Universitas Mercu Buana
Junaidi. 2013. Titik Persentase Distribusi Uji F. Retrieved from
http://ledhyane.lecture.ub.ac.id
Kautsar, R. S. 2014. Deterrence Theory. Retrieved from www.asp.trunojoyo.ac.id
Keputusan Menteri Keuangan No.544/KMK.04/2000. Tentang Kriteria Wajib
Pajak Patuh.
Ketentuan Terbaru Pajak Penghasilan atas UMKM. 2013. www.ortax.org
Mustikasari. 2007. Theory of Planned Behaviour.
Niko, B. P. 2011. Pengaruh Besarnya Tarif Pajak Hiburan dan Pelayanan
Petugas Pajak serta Pengetahuan Wajib Pajak Terhadap Kesadaran Wajib
Pajak Dalam Membayar Pajak Hiburan Kota Semarang. Retrieved from
www.lib.unnes.ac.id
Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan dan Efektifitas Sistem Perpajakan
Terhadap Kemauan Membayar Pajak. Retrieved from
www.library.upnvj.ac.id
Peraturan Menteri Keuangan No.107/PMK.011/2013. Tentang Pajak
Penghasilan atas Peredaran Bruto Tertentu
Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2013, Tentang Wajib Pajak UKM (Usaha
Kecil dan Menengah).
Perubahan Tarif Pajak Final. Retrieved from www.pajak.go.id
Ridho, T. A. 2014 Analisis Pengaruh Pemahaman Para Pelaku UMKM Terhadap
Kepatuhan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2013 (Survei
Pada UMKM di Pasar 16 Ilir Palembang). Retrieved from
https://id.scribd.com
Jurusan Akuntansi 2016
19 Jurnal Perpajakan. Universitas Mercu Buana
Sahid, R. 2014. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas dengan Program SPSS, Uji
Normalitas Kolmogorov Smirnov dengan Program SPSS. Retrieved from
www.spssindonesia.com
Sugiyono. 2009. Variabel Penelitian.
Supriyati. 2012. Teori Motivasi. Retrieved from www.academia.edu
Tarif Pajak Penghasilan. 2011. Retrieved from www.hasyimsoska.blogspot.co.id
Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007 pasal 1 ayat (1). Tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Undang-Undang KUP No.28 Tahun 2007, Tentang Jangka Waktu Penyampaian
SPT.
Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007. Tentang Ketentuan Definisi
Pajak.
Undang Undang Perpajakan No.8 Tahun 2008 pasal 1 ayat (1), (2), (3). Pasal 6
ayat (1), (2), (3) Tentang UKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
Undang-Undang Perpajakan No.16, No.17, No.18 Tahun 2000. Tentang Self
assessment system.
Undang-Undang Perpajakan No.17 ayat (1) Tahun 2007. Tentang Tarif
Progresif.
Undang-Undang Perpajakan No.36 Tahun 2008. Tentang Pajak Penghasilan.
Undang-Undang Perpajakan No.36 Tahun 2008 (UU PPh) pasal 31 E. Tentang
Wajib Pajak Badan Dalam Negeri.
Windra, S. W., Herry, L. 2012. Uji Empiris Faktor-Faktor Konservatisme
Akuntan Dalam Perpajakan. Retrieved from www.eprints.undip.dc.id